• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA DUDA USIA LANJUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBERMAKNAAN HIDUP PADA DUDA USIA LANJUT"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERMAKNAAN HIDUP PADA DUDA USIA LANJUT

SKRIPSI

Oleh: Emma Rianti

06810007

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2011

(2)

ii

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan Untuk Mendapatkan

Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Emma Rianti

06810007

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Kebermaknaan Hidup Pada Duda Usia Lanjut

Nama Peneliti : Emma Rianti

NIM : 06810007

Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Waktu Penelitian : 16 Maret – 29 Maret 2011

Tanggal Ujian : 7 mei 2011

Malang, 7 Mei 2011

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Skrpsi telah diuji oleh Dewan Penguji

Tanggal : 7 Mei 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Yudi Suharsono, S.Psi, M.Si

Anggota Penguji : 1. Ari Firmanto, S.Psi

2. Tri Dayakisni, M.Si

3. Zainul Anwar, M.Psi

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

(5)

v

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Emma Rianti

Tempat, tanggal lahir : Banjarmasin, 25 Maret 1988

Nomor Induk Mahasiswa : 06810007

Fakultas : Psikologi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

Kebermaknaan Hidup Pada Duda Usia Lanjut

1. Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun

seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan

sumbernya dengan benar.

2. Hasil tulis karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas royalty non eksklusif, apabila digunakan sebagai

sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan

apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Mengetahui Malang,31 Maret 2011

Kepala Program Studi Yang Menyatakan,

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Kebermaknaan Hidup Pada Duda Usia Lanjut”, sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas

Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Tulus Winarsunu, M. Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

2. Yudi Suharsono, M.Si selaku dosen Pembimbing I yang dengan sabar dan

ikhlas telah memberikan pengarahan, petunjuk serta saran demi

terselesaikannya skripsi ini.

3. Ari Firmanto, M.Si selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar dan ikhlas

telah memberikan pengarahan, petunjuk serta saran demi terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak H.Sw, Bapak Cr dan Bapak H.Sr yang telah bersedia membantu dan

berbagi pengalaman hidup serta cerita kepada penulis dengan terbuka.

5. Seluruh Dosen dan pegawai tata usaha Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang yang telah banyak membantu penulis selama masa

kuliah dan dalam penyusunan skripsi.

6. Yang tercinta papa, mama, dan saudara untuk segala motivasi, semangat,

kesabarannya dan setiap kasih yang telah tercurah pada penulis selama ini tidak

bisa penulis ungkapkan melewati kata-kata.

7. Untuk Riya, Ayu, Erma, Lia, Narti, Desy, Lili, putri,mba Awa,mba Cece dan

(7)

vii

kelas A yang selalu memberikan motivasi sehingga penulis terdorong

menyelesaikan skripsi ini.

8. Anthony Chandra yang selalu mengingatkan dan memotivasi untuk

menyelesaikan skripsi ini serta doanya.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak

memberikan bantuan kepada penulis dalam menyalesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga

kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski

demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peniliti

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 30 April 2011

Penulis

(8)

viii

4. Proses Pencapaian Makna Hidup... 13

5. Dimensi-dimensi Proses Keberhasilan Hidup Bermakna ... 14

6. Aspek-aspek dari Makna Hidup ... 15

7. Ciri-ciri Hidup Bermakna... 16

B.Kebermaknaan Hidup Pada Duda Usia Lanjut ... 16

1. Pengertian Kebermaknaan Hidup ... 16

(9)

ix

3. Pengertian Usia Atau Lansia ... 17

4. Teori Mengenai Menjadi Tua Atau Penuaan ... 18

5. Tugas Perkembangan Usia Lanjut ... 19

C.Kebermaknaan Hidup Pada Duda Usia Lanjut ... 19

D.Kerangka Pemikiran ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 22

B.Batasan Istilah ... 22

C.Subyek Penelitian ... 23

D.Tempat Penelitian ... 23

E.Jenis Data dan Intrumen Penelitian ... 23

F. Metode Pengumpulan Data ... 24

G.Prosedur Penelitian ... 25

H.Analisa Data ... 27

I. Teknik Keabsahan Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Identitas Subyek ... 29

B.Deskripsi Hasil Penelitian ... 29

C.Analisa Data... 46

D.Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 63

B.Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Identitas Subyek ... 29

Tabel 2 Hasil Analisa Data Subyek I ... 46

Tabel 3 Hasil Analisa Data Subyek II ... 51

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Guide Interview ... 62

Verbatim Wawancara... 65

(12)

xii

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. (2000). Analisi eksistensial. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. Alwisol. (2005). Psikologi kepribadian. Malang : UMM Press.

Arafat, Yasir (1988). Undang-undang dasar republik indonesia 1954. Jakarta: Permata Press

Bastaman. (2007). Logoterapi. Jakarta : PT. RajaGrafindo. Hurlock, B. (1998). Psikologi perkembangan. Jakarta : Erlangga. ---. (1996). Psikologi perkembangan. Jakarta : Erlangga. Koeswara, E. (1992). Logoterapi. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Kertamuda, Fatchiah. (2009). Konseling pernikahan untuk keluarga indonesia. Jakarta : Salemba Humanika.

Moleong, L. (2006). Metode penelitian kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Papalia, D., Olds, S., & Feldman, R. (2009). Human development. New York : Mc

graw hill.

--- (2001). Human development. New York : Mc graw hill.

Priyatna, Andri. (2010). Focus on children. Jakarta: PT. Elexmedia Komputindo. Santrock, J.(2002). Perkembangan masa hidup Jilid 2. Jakarta : Erlangga. Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kuantitatif. Bandung : Alfabeta.

Redaksi Tim. (2010). Sehat dan bugar di usia lanjut. Yogyakarta : Banyu Media. Walgito, Bimo. (2004). Bimbingan dan konseling perkawinan. Yogyakarta : Andi

Offset.

Waskito, A.A. (2010) . Kamus praktis bahasa indonesia. Jakarta: PT. Wahyu Media.

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di Indonesia, banyak lansia yang kehilangan pasangan merupakan sesuatu

yang tidak dapat dielakkan, kecuali apabila pasangan tersebut meninggal pada waktu

yang sama. Makin lama usia pernikahan, maka makin berat pula rasa kehilangan

yang dirasakan oleh lansia tersebut. Oleh karena itu mereka cenderung lebih memilih

menjanda atau menduda ketimbang untuk menikah kembali. Menurut Bischof

(seperti yang disebut Elida Prayitno 1979) menyatakan bahwa perceraian banyak

terjadi pada usia muda dan usia pertengahan, namun menjadi janda atau duda lebih

umum terjadi pada dewasa akhir. Dan kematian pasangan merupakan trauma yang

berat bagi orang yang lebih tua. Rasa takut dan khawatir juga merupakan ancaman

dan tantangan yang menghadang orang yang memasuki masa usia lanjut apalagi

setelah ditinggal mati pasangan hidup.

Proses setelah dilahirkan, manusia akan tumbuh dan berkembang. Menurut

masa dan irama perkembangannya sendiri yang akan membawa daya dan

kemampuan kodratnya sendiri dan di tumbuh kembangkan oleh lingkungan. Hasil

perkembangan kehidupan itu akhirnya menjadi suatu perkembangan yang unik dan

kompleks. Sebenarnya diantara manusia satu dan lainnya memiliki fase

perkembangan yang sama, yang mesti dilalui sejauh manusia itu normal dalam

kehidupannya, dimana manusia cepat atau lambat usia manusia akan menjadi lanjut,

yang di tandai dengan perubahan fisik dan perubahan psikis.

Populasi usia lanjut didefinisikan sebagai peningkatan proposi penduduk usia

lanjut (minimal 60 tahun) dari seluruh total populasi (UNFPA,2000). Di negara

maju, penuaan populasi terjadi sepanjang waktu sehingga negara-negara tersebut

dapat mempersiapkan mereka menjadi masyarakat tua.

Penuaan populasi di Indonesia mulai muncul sebagai gambaran demografi

pergeseran penduduk ke usia lanjut dari 6% selama periode 1950-1990, kini

(14)

2

4 penduduk Indonesia dapat dikelompokkan sebagai orang berusia lanjut

dibandingkan 1 dari 12 penduduk Indonesia saat ini.

Pertumbuhan dan perkembangan manusia terdiri dari serangkaian proses

perubahan yang rumit dan panjang sejak pembuahan ovum oleh sperma dan berlanjut

sampai berakhirnya kehidupan. Secara garis besar, perkembangan manusia terdiri

dari beberapa tahap, yaitu kehidupan sebelum lahir, saat bayi, masa kanak-kanak,

remaja, dewasa dan lanjut usia (lansia).

Takut sakit dan mati, takut kekurangan uang dan berangsurangsur kehilangan

teman. Takut kesepian dan takut tersingkir dari kehidupan sosial. Semua ini

merupakan ketakutan dan penderitaan yang tersembunyi di dalam hati dan pikiran

banyak orang menjelang hari tuanya. Jadi bukan jaminan para lanjut usia dengan

status sosial ekonomi menengah dapat bahagia. Menjadi tua merupakan proses yang

wajar dan terjadi pada setiap orang. Masalahnya adalah bagaimana bisa menyadari

dan mempersiapkan diri untuk menghadapi usia tua, permasalahan lain adalah

bagaimana cara individu memandang ketuaan itu sendiri, dalam arti positif dan

negatif semakin bisa berfikir positif orang akan semakin menerima ketuaan.

Ketika seseorang beranjak tua, mereka cenderung menghabiskan lebih sedikit

waktu dengan orang lain (Carstensen, 1996). Bekerja sering kali menjadi sumber

yang memudahkan kontak sosial ; sehingga pensiunan yang sudah lama akan

memiliki kontak sosial yang lebih sedikit dibandingkan dengan pensiunan yang

masih baru atau mereka yang terus bekerja. Untuk sebagian lansia, kelesuan,

membuat mereka lebih sulit keluar dan berhubungan dengan orang. Meskipun

demikian, hubungan yang dipertahankan oleh lansia akan lebih penting terhadap

kebahagiaan mereka dibandingkan sebelumnya Autonucci, et al., (1998). Pada

survey oleh National Council on the Aging (2002), hanya 1 dari 5 lansia Amerika

yang melaporkan kesepian sebagai masalah serius hampir 9 dari 10 menempatkan

keluarga dan teman sebagai hal yang paling penting untuk hidup yang bermakna.

Kualitas hubungan pernikahan yang telah hilang mempengaruhi kadar

menduda yang mempengaruhi kesehatan mental. Dalam penelitian CLOC yang telah

dibahas sebelumnya, orang menduda yang sangat bergatung pada pasangan hidup

mereka cenderung menjadi lebih cemas dan merindukan pasangan mereka enam

(15)

3

Tidak mengherankan, mereka yang terutama dekat dengan pasangan hidupnya juga

melaporkan kerinduan yang lebih besar (Carr et al.,2000). Penelitian CLOC

menyatakan alasan yang praktis, setelah kematian pasangan hidup, mungkin tidak

ada lagi yang mengingatkan janda atau duda untuk meminum obatnya atau

memastikan seorang duda untuk mematuhi diet khususnya.

Tidak dapat disangkal lagi satu di antara penyesuaian yang utama yang harus

dilakukan oleh orang usia lanjut adalah penyesuaian karena kehilangan pasangan

hidup. Kehilangan tersebut dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian,

walaupun umumya memang banyak disebabkan oleh kejadian kematian. Bila pria

kehilangan isterinya, segera setelah pensiun kejadian ini akan menambah

kesulitannya dalam menyesuaikan diri terhadap masa pensiun, karena di samping itu

ia juga harus menyesuaikan diri dengan masa menduda, salah satu penyesuaian yang

penting bagi sebagian besar pria secara serempak. Pertama, karena usia lanjut adalah

suatu periode di mana selama masa tersebut keinginan menyusut. Bagi pria usia

lanjut yang hidup sendiri menemui kesulitan dalam menghilangkan minat baru.

Artinya kemampuan dalam mengatasinya tidak sebaik yang mereka lakukan waktu

muda. Hidup sendiri dalam suatu periode waktu yang lama, dalam keadaan

menganggur, dan hanya dapat menyerap sedikit minat baru dapat meningkatkan rasa

kesepian, dan merupakan masalah penyesuaian terhadap pensiun. Kedua, walaupun

duda mungkin tidak selalu merasa puas dengan perkawinannya, tetapi ia masih dapat

menerima isterinya untuk dijadikan sahabat, untuk merawat kebutuhan fisik dan

mengatur rumah tangga mereka. Hanya ada sedikit duda yang siap untuk hidup

menyendiri dan mengatur hidupnya seperti yang dilakukan oleh orang bujangan.

Ketiga, masalah tempat tinggal merupakan duri bagi sebagian besar duda dan dalam

banyak hal merupakan salah satu masalah besar baginya.

Efek kondisi menduda merupakan salah satu tantangan emosional terbesar

yang mungkin dihadapi manusia. Seperti pria lansia (menduda) lebih cenderung

menikah lagi dibandingkan lansia wanita. Efek kondisi menduda pada pria mereka

merasakan kehilangan tambatan mereka (Aldwin & Levenson, 2001)

Dalam Magazine Nirmala 05/Tahun 11, edar 1 Mei 2010. Titus Lucretius Carus, seorang penyair dan filsuf Romawi yang terkenal dengan karyanya De Rerum

(16)

4

bukanlah sebuah perjuangan untuk melawan kematian, melainkan untuk mencari

jalan agar hidup menjadi lebih berarti. Tidak peduli berapa lama kita hidup. Yang

harus diperhatikan adalah seni menjaga kesehatan bukan seni menghindari kematian.

Tak disangka, kalimat bijak ini ternyata begitu membekas dan menjadi pegangan

hidup Amran Soeteja (70 tahun) ”Kematian tidak bisa dihindari, tua atau muda jika

saatnya tiba tidak bisa menunda kematian,” ujar Kakek yang mempunyai tiga cucu,

yang masih tampak segar dan sehat ini. Tetapi, manusia punya tanggung jawab pada

Tuhan agar hidupnya lebih bermakna. ”Karenanya, kita harus bisa mensiasati hidup

agar kesehatan fisik maupun mental spiritual tetap terjaga, sehingga tetap bisa

berkarya dan bermakna di sepanjang usia,” katanya soal filosofi hidup yang ia anut.

Amran Soeteja (70 tahun) melewati hidup tanpa seorang istri bukan berarti

tenggelam dalam kesendirian masih banyak tugas-tugas ringan yang bisa dilakukan

dengan berkumpul bersama para lansia laiinya dan berolahraga menikmati

kebermaknaan hidup.

Bagi seorang lansia yang ditinggal oleh pasangan terutama istri tetapi bisa

menerima kenyataan bahwa kematian itu pasti akan datang maka duda tersebut masih

bisa menjalani hidup dengan semangat walaupun rasa kehilangan itu ada tapi semua

itu disalurkan ke aktivitas yang positif sehingga lansia yang menjadi duda tidak

merasa kesepian. Pengalaman Amran Soetja bermain bersama cucu-cucunya

melewati hari-hari membuat Amran Soeteja merasakan kebahagian dan kesenangan

sehingga dapat melewati kehidupan dengan bermakna.

Penelitian yang dilakukan oleh (McKenry & Price, 2000) menemukan bahwa

kematian pasangan sangat berhubungan dengan meningkatnya kematian pada

pasangan yang ditinggalkan pada waktu enam bulan pertama. Efek atau dampak

yang besar terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita. Hal ini dimungkinkan karena

wanita selalu memiliki hubungan sosial dan dukungan yang baik. Misalnya,

perubahan akan terjadi bila keluarga kehilangan ibu, maka masalah-masalah dan

konflik baru akan timbul. Selanjutnya kehilangan salah satu pasangan. Dari

penelitian Clark (McKenry & Price,2000) diketahui bahwa kehilangan pasangan

dapat menimbulkan perasaan kesepian dan ketidakseimbangan emosi. Kehilangan

pasangan dapat menimbulkan masalah pada identitas baru yang disandangnya ketika

(17)

5

disediakan oleh istrinya. Ketika kedua pasangan hidup bekerja, kehilangan salah satu

pendapatan dapat memberatkan.

Salah satu faktor yang menimbulkan stress adalah kehilangan atau kematian

dari salah seorang anggota keluarga. Kematian salah satu anggota keluarga

merupakan pengalaman dan duka yang normal dalam proses kehidupan keluarga.

Seperti yang dikemukakan oleh Murray (McKenry & Price,2000) bahwa kehilangan

tersebut akan berdampak negatif bagi kesehatan fisik, termasuk sakit fisik di mana

kondisi fisik menjadi bertambah buruk meningkatnya penggunaan fasilitas

kesehatan, dan timbulnya gejala-gejala, serta keluhan-keluhan lain. Selain itu, fungsi

sistem ketahanan menjadi tidak seimbang pada masa kehilangan tersebut.

Hidup bermakna menunjukan corak kehidupan yang penuh semangat dan

gairah hidup serta jauh dari perasaan hampa dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Tujuan hidup, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang, jelas bagi mereka,

dengan demikian, kegiatan-kegiatan mereka pun menjadi lebih terarah serta

merasakan sendiri kemajuan-kemajuan yang telah mereka capai. Tugas-tugas dan

pekerjaan sehari-hari bagi mereka merupakan sumber kepuasaan dan kesenangan

tersendiri sehingga dalam menggerjakannya pun mereka lakukan dengan

bersemangat dan bertanggung jawab. Hari demi hari mereka temukan aneka ragam

pengalaman baru dan hal-hal yang menarik yang semuanya akan menambah

kekayaaan pengalaman hidup mereka. Mereka mampu menyesuaikan diri dengan

lingkungan, dalam arti menyadari pembatasan-pembatasan lingkungan, tetapi dalam

keterbatasan itu mereka tetap dapat menentukan sendiri apa yang paling baik mereka

lakukan serta menyadari pula bahwa makna hidup dapat ditemukan dalam kehidupan

itu sendiri, betapapun buruk keadaannya. Kalaupun mereka pada suatu saat berada

dalam situasi yang tak menyenangkan atau mereka sendiri mengalami penderitaan,

mereka akan menghadapinya dengan sikap tabah serta sadar bahwa senantiasa ada

hikmah yang tersembunyi dibalik penderitaannya itu.

Bagi mereka kemampuan untuk menentukan tujuan-tujuan pribadi dan

menemukan makna hidup merupakan hal yang sangat berharga dan tinggi nilainya

serta merupakan tantangan untuk memunuhinya secara bertanggung jawab.

(18)

6

ganjarannya. Mereka yang menghayati hidup beramakna benar-benar tahu untuk apa

mereka hidup dan bagaimana mereka menjalani hidup.

Menemukan makna hidup dan menetapkan tujuan hidup merupakan upaya

untuk mengembangkan hidup yang bermakna. Hasrat untuk hidup bermakna

merupakan motivasi utama setiap orang yang selalu mendambakan hidup yang

bermakna dan bahagia. Kebebasan member keleluasaan pada manusia untuk

memiliki impian dan tujuan hidup seta menentukan cara-cara meraihnya. Dengan

adanya kebebasan ini manusia sering dijuluki sebagai the self determining being

yakni ,makhluk yang mampu memilih dan menentukan hal-hal yang terbaik bagi

dirinya.

Dalam pandangan logoterapi kebahagian itu ternyata tidak terjadi begitu saja,

tetapi merupakan sampingan dari keberhasilan seseorang memenuhi keinginannya

untuk hidup bermakna (the will to meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami hidup yang bermakna (meaningful life), dan ganjaran (reward) dari hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness)

Makna kehidupan seharusnya ditemukan bukan diciptakan. Dia memiliki

realitas sendiri, tidak terikat dengan pikiran kita. Makna hidup bagaikan sebuah

gambar. Dia ada untuk dilihat. Dia bukanlah citraan dan imajinasi kita. Kita mungkin

tidak akan selalu berhasil menangkap citraan atau makna tapi hal itu tetap ada.

Makna, kata Frankl adalah “fenomena yang murni bersifat perceptual”. Pentingnya

makna hidup bagi sesorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari, Hidup itu perlu

dimaknai dalam menunjang keberhasilan individu di masa yang akan datang.

Bermimpi, berpikir positif, bersemangat dan selalu bersyukur adalah beberapa cara

yang mendorong kita agar dapat memaknai hidup ini. Memaknai kehidupan adalah

melakukan yang terbaik bagi kehidupan dirinya dan lingkungan sekitarnya, serta

dapat mengambil atau menarik manfaat dari setiap peristiwa yang telah terjadi, baik

pada dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Sehingga kedepannya individu tersebut

akan berusaha untuk tidak akan mengulangi kesalahan yang pernah terjadi, justru

mereka memperbaiki dan melakukannya dengan lebih maksimal. Memaknai hidup

atau mengambil makna dan manfaat dari hal-hal yang terjadi dalam kehidupan itu

perlu. Dengan memaknai hidup, diharapkan kita akan cenderung lebih berhati-hati

(19)

7

lebih bermakna. Bermakna karena sesuatu yang baik tentunya, ingin apa yang kita

cita-citakan tercapai dan semua berjalan lancar sesuai keinginan awal kita.

Memaknai hidup dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya diawal kita

memiliki mimpi yang besar terlebih dahulu, kemudian disertai dengan semangat

juang yang tinggi untuk mencapai mimpi tersebut, dan selalu berfikir positif dalam

menghadapinya, selain itu juga harus terus bersyukur atas apa yang telah tercapai.

Tradisi dan nilai-nilai tradisional dengan cepat lenyap dari kehidupan

manusia saat ini. Walau kenyataan ini sulit dihadapi, tapi itu bukan berarti akhir dari

segala-segalanya, karena makna tidak terikat dengan nilai-nilai masyarakat.

Sebaliknya, setiap masyarakat hanya berusaha menyarikan kebermaknaan hidup ke

dalam tata aturan dan norma-norma sosial mereka, sedangkan makna tetap

merupakan milik setiap individu. Ketika memasuki rutinitas kerja sehari-hari, kita

sering lupa menyatukan pikiran dan hati sehingga mengalami split personality

(kepribadian terpecah) dan sulit memaknai hasil kerjanya sendiri sehingga apa yang

dihasilkan dalam rutinitas kerja serasa tidak memiliki makna dan berujung pada rasa

"capek, membosankan dan monoton". Kebermaknaan hidup adalah sebuah motivasi

yang kuat dan mendorong orang untuk melakukan sesuatu kegiatan yang berguna.

Hidup yang berguna adalah hidup yang terus memberi makna pada diri sendiri dan

orang lain.

Lansia yang ditinggalkan istrinya dan akhirnya menjadi duda membuat

perubahan besar dalam hidupnya seperti perasaan sedih, kesepiaan, stress,

menggantikan tugas istrinya untuk berbelanja ke pasar dan mengurus aktivitas rumah

tangga yang dulunya dikerjakan oleh istri. Kehilangan (bereavement) seseorang yang dekat dan proses penyesuaiannya dapat mempengaruhi nyaris seluruh aspek

kehidupan mereka yang ditinggalkan. Kehilangan sering kali membawa perubahan

dalam status dan peran (misalnya dari istri menjadi janda atau dari suami menjadi

duda).

Stres menjanda/menduda bisa mempengaruhi kesehatan fisik. Pada penelitian

berskala besar terhadap orang-orang Finlandia, laki-laki yang kehilangan istri mereka

dalam masa yang lima tahun sebanyak 21 persen lebih mungkin meninggal dalam

masa yang sama daripada laki-laki yang tetap menikah daripada perumpuan yang

(20)

8

cenderung benar-benar bergantung kepada pasangan hidupnya. Mereka terus

memikirkan kehilangan, tetapi mereka bisa “melupakannya” setelah 48 bulan,

sementara depresi kronis tidak. Dengan demikian , janda dan duda yang depresi

kronis paling mungkin mendapatkan perawatan. Di sisi lain, beberapa orang yang

berduka (10 persen) yang menunjukkan tingkat depresi yang tinggi sebelum

kehilangan akan meningkat selama kehilangan. Kebanyakan orang yang mengalami

kehilangan pada akhirnya terbiasa dengan kehilangan mereka dan kembali hidup

normal, sering kali dengan bantuan keluarga dan teman-teman. Dukungan emosional

dapat membantu lansia terutama lansia tertua dalam mempertahankan kepuasaan

hidup ketika menghadapi stress dan trauma, seperti kehilangan pasangan hidup atau

anak atau kecelakaan dan penyakit yang mengancam hidup (Krause, 2004b) dan ada

kaitan positif dengan kesehatan dan kebahagian hidup yang lebih baik. meskipun

demikian, hubungan yang penuh konflik dapat memainkan peran yang negatif lebih

besar.

Perceraian bukanlah peristiwa yang tunggal perceraian merupakan suatu

proses rangkaian yang pontensial membawa ke pengalaman penuh stress yang mulai

sebelum perpisahan fisik dan berlanjut setelahnya. (Marrison & Cherlin, 1995).

Mengakhiri bahkan sebuah pernikahan yang tidak bahagia dapat menyakitkan,

terutama bila melibatkan anak. Perceraian cenderung mengurangi kesejahteraan

jangka panjang, terutama bagi pihak pasangan yang tidak memprakarsai perceraian

atau tidak menikah kembali. Alasan-alasan dapat mencakup gangguan hubungan

orang tua-anak, keributan dengan bekas pasangan, kesulitan ekonomi, kehilangan

dukungan emosional, dan harus pindah dari rumah keluarga (Amanto,2000).

Terutama bagi laki-laki, perceraian dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan

mental atau fisik (Wu & Hart,2002). Hanya beberapa saja pria dan wanita yang

merasa bebas dan tidak memikirkan masalah apapun setelah mereka cerai, banyak

juga yang merasa terbebas dari ketegangan mental dan ketidakmentetuan perasaan

yang disebabkan oleh pernikahan yang tidak bahagia. Sehingga, dari

peristiwa-peristiwa psikologi yang dialami diatas mengharapkan dan membutuhkan suatu

dukungan dari keluarga terutama orang yang memiliki arti khusus dalam hidupnya

seperti anak. Permasalahan setelah ditinggalkan pasangan yang disebabkan oleh

(21)

9

kehilangan pasangan disebabkan kematian mengalami stress seperti penjelasan diatas

dan ada duda yang melakukan perceraian karena situasi yang membuat tertekan.

Seorang lansia yang ditinggal istrinya juga masih mempunyai tujuan hidup dan

penilaian tentang kehidupan yang sedang dijalaninya walaupun perasaan kehilangan

itu susah diterima.

Setiap orang menilai kebermaknaan hidup berbeda-beda karena bersifat

subjektif. Sesuatu yang bermakna bagi seseorang bisa jadi tidak mempunyai makna

apa-apa bagi orang lain. Makna yang akan dicapai oleh individu adalah makna yang

spesifik dari hidup pribadinya dalam situasi tertentu. Berdasarkan penjelasan dan

uraian diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam mengenai

kebermaknaan hidup pada duda usia lanjut.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan penjabaran latar belakang tersebut, dapat ditarik rumusan

masalah yaitu :

1. Bagaimana kebermaknaan hidup pada duda usia lanjut

2. Bagaimana proses menemukan kebermaknaan hidup

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai kebermaknaan hidup pada duda

usia lanjut dan bagaimana proses menemukan kebermaknaan hidup pada duda usia

lanjut yang ditinggal oleh istri.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi suatu masukan, atau

sumbangan pemikiran bagi :

1. Secara Teoritis

Untuk memperkaya informasi ilmiah dalam bidang psikologi terutama

psikologi perkembangan mengenai kebermaknaan hidup pada duda yang usia

(22)

10

2. Secara Praktis

Referensi

Dokumen terkait

Agar  setiap  orang  mengetahuinya,  memerintahkan  pengundangan   Peraturan

Berdasarkan hasil p ketiga metode sebagai variabel dibandingkan dengan standar ka Kadar asam paling rendah ada yeast dan disusul metode ferm penambahan larutan NaOH

a) Kompetensi Inti: Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.

Istri dapat member situasi yang mampu mendorong suami untuk memiliki motif.. berprestasi dalam

33 Pengadaan papan himbauan/petunjuk lokasi untuk kegiatan pengembangan taman rekreasi. 34 Pengadaan papan plank untuk kegiatan pengembangan

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa pertolongan manusia lain, interaksi sosial akan terjadi baik di antara individu di sebuah

Hasil uji statistik menggunakan uji chi square dengan α=0,05 diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara verbal abuse yang dilakukan oleh orang tua dengan

[r]