EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN
LKS BERBASIS
GUIDED INQUIRY
TERHADAP
HASIL BELAJAR SISWA
MTS PADA MATERI
KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
oleh
Novi Vidiantoro Kondang 4401411021
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
AAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, 8 September 2015
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Efektivitas Pembelajaran Menggunakan LKS Berbasis Guided Inquiry terhadap Hasil Belajar Siswa MTs pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup.
disusun oleh
Novi Vidiantoro Kondang 4401411021
Telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA pada tanggal 8 September 2015
Panitia:
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Zaenuri, S.E., M.Si., Akt. Andin Irsadi, S.Pd., M.Si. 196412231988031001 197403102000031001
Penguji Utama
Prof. Dr. Ir. Amin Retnoningsih, M.Si. 196007121990032001
Anggota Penguji/ Anggota Penguji/ Pembimbing I Pembimbing II
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat serta hidayah-Nya dan tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul ” Efektivitas Pembelajaran Menggunakan LKS Berbasis Guided Inquiry terhadap Hasil Belajar Siswa MTs pada Materi Keanekaragaman Makhluk
Hidup”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Progam Studi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
2. Dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Biologi yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
4. Dr. Retno Sri Iswari, S.U. dan Drs. Supriyanto, M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah tulus dan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Prof. Dr. Ir. Amin Retnoningsih, M.Si., sebagai dosen penguji yang dengan penuh rasa kesabaran telah memberikan saran dan pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu dosen Jurusan Biologi atas seluruh ilmu yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.
v
8. H. Achmad Musafak, S.Pd.I., selaku Kepala Sekolah MTs NU Ungaran yang telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian.
9. Yuwono Saputro, S.Pd., selaku guru IPA MTs NU Ungaran yang telah memberi kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian dan senantiasa memberikan dukungannya.
10. Siswa-siswa MTs NU Ungaran, khususnya kelas VII B dan VII C yang telah membantu kesuksesan jalannya penelitian.
11. Bapak Sudarno, ibu Pasri, dan adikku Evi yang senantiasa mengiringi langkah penulis dengan doa yang tulus dan seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, pengorbanan, dukungan dan perjuangan serta kasih sayang yang tiada henti hingga terselesaikannya skripsi ini.
12.Sahabat-sahabatku (Imam, Rota & Aziz), teman-teman penghuni Santana Kost, teman-teman PIMNAS (Irna, Erlin & Mas Phaksi), teman-teman HIMA Biologi Unnes 2012 & 2013, teman-teman KKN di Desa Lerep, teman-teman PPL di SMP N 2 Boja, dan juga rekan-rekan Pendidikan Biologi 2011.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya demi terselesaikannya skripsi ini.
Tidak ada satupun yang dapat penulis berikan sebagai imbalan, kecuali untaian doa semoga Allah SWT berkenan memberikan balasan yang sebaik-baiknya dan berlimpah rahmat serta hidayah-Nya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta menjadi bahan kajian dalam bidang ilmu yang terkait. Amin.
vi
ABSTRAK
Kondang, Novi Vidiantoro. 2015. Efektivitas Pembelajaran Menggunakan LKS Berbasis Guided Inquiry terhadap Hasil Belajar Siswa MTs pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup. Skripsi, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. Retno Sri Iswari, S.U. dan Pembimbing Pendamping Drs. Supriyanto, M.Si.
Kata Kunci : LKS Berbasis Guided Inquiry, Hasil Belajar, Aktivitas Siswa.
Pembelajaran di MTs NU Ungaran menggunakan metode konvensional dengan metode ceramah dan menggunakan LKS yang beredar secara umum, sehingga hasil belajar dan aktivitas siswa masih kurang. Hal ini ditunjukkan hanya 60% siswa yang mencapai ketuntasan klasikal (KKM 70). Pembelajaran berbasis inkuiri dapat mendorong kemampuan siswa untuk melakukan penyelidikan melalui kegiatan pengamatan dan observasi, sehingga penggunaan model pembelajaran guided inquiry diharapkan dapat menjadi alternatif pembelajaran. Penggunaan LKS berbasis guided inquiry merupakan solusi dalam menunjang kegiatan pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif melalui kegiatan pengamatan dan observasi secara langsung di lingkungan. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental menggunakan rancangan penelitian Posttest-Only Control Group Design. Data yang diambil berupa hasil belajar siswa, aktivitas siswa, tanggapan siswa dan tanggapan guru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar kelas eksperimen (78,51) dan kelas kontrol (74,09) dengan (thitung = 2,786 dengan dk = 71 dan tTabel = 1,671).
Karena thitung > tTabel, maka nilai akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
1.5 Penegasan Istilah ... 5
2. TINJAUAN PUSTAKA... 7
2.1 Efektivitas Pembelajaran Biologi ... 7
2.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Guided Inquiry ... 9
2.3 Hasil Belajar ... 11
2.4 Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup ... 13
2.5 Kerangka Berpikir ... 14
2.6 Hipotesis Penelitian ... 15
3. METODE PENELITIAN ... 16
viii
3.2 Jenis dan Desain Penelitian ... 16
3.3 Populasi dan Sampel ... 17
3.4 Variabel Penelitian ... 17
3.5 Prosedur Penelitian ... 17
3.6 Data dan Cara Pengumpulan Data ... 20
3.7 Analisis Instrumen ... 21
3.8 Metode Analisis Data ... 25
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1 Hasil Penelitian ... 31
4.2 Pembahasan ... 37
5. PENUTUP ... 44
5.1 Simpulan ... 44
5.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Data dan Instrumen ... 21
3.2 Hasil Perhitungan Validasi Soal ... 22
3.3 Interpretasi Koefisien Reliabilitas Soal ... 23
3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal ... 23
3.5 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal ... 24
3.6 Klasifikasi Daya Pembeda Soal ... 24
3.7 Hasil Perhitungan Daya Pembeda soal ... 25
3.8 Kriteria Persentase Keaktifan Siswa ... 28
3.9 Kriteria Penilaian Tanggapan Siswa ... 29
3.10 Kriteria tanggapan Guru ... 30
4.1 Rata-rata nilai psikomotorik siswa setiap aspek selama pembelajaran materi keanekaragaman makhluk hidup ... 32
4.2 Hasil belajar siswa pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup menggunakan LKS Berbasis guided inquiry di MTs NU Ungaran ... 32
4.3 Hasil uji t data hasil belajar siswa pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup menggunakan LKS Berbasis guided inquiry di MTs NU Ungaran ... 33
4.4 Hasil Aktivitas siswa selama pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup menggunakan LKS Berbasis guided inquiry di MTs NU Ungaran ... 34
4.5 Hasil rekapitulasi aktivitas siswa selama pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup di MTs NU Ungaran ... 35
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman 2.1 Kerangka berpikir pada penelitian efektivitas pembelajaran dengan LKS
berbasis guided inquiry terhadap hasil belajar siswa pada materi
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus Pembelajaran ... 50
2. RPP Kelas Eksperimen ... 52
3. RPP Kelas Kontrol ... 59
4. Sampel Jawaban LKS Siswa ... 65
5. Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 81
6. Soal Uji Coba ... 82
7. Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 89
8. Rekapitulasi Penentuan soal posttest ... 90
9. Hasil Analisis Uji Coba Soal ... 91
10. Perhitungan Analisis Uji Coba Soal ... 95
11. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal ... 100
12. Data Awal Nilai Siswa ... 102
13. Uji Normalitas Data Awal... 104
14. Uji Homogenitas Data Awal ... 105
15. Sampel Jawaban Posstest Kelas Eksperimen... 106
16. Sampel Jawaban Posstest Kelas Kontrol ... 107
17. Panduan penilaian pskomotorik siswa dalam LKS ... 108
18. Penilaian aspek psikomotorik siswa kelas eksperimen ... 109
19. Penilaian aspek psikomotorik siswa kelas konrol ... 110
20. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Ekperimen ... 111
21. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 112
22. Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa ... 113
23. Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Siswa ... 114
24. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Belajar Siswa (Uji T) ... 115
25. Rubrik Penskoran Aktivitas Siswa ... 116
26. Sampel Penilaian Aktivitas Siswa ... 118
xii
28. Data Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 125
29. Sampel Angket Tanggapan Siswa... 131
30. Data Analisa Tanggapan Siswa ... 132
31. Sampel Angket Tanggapan Guru ... 133
32. Data Analisa Tanggapan Guru ... 134
33. SK Pembimbing ... 135
34. Surat Keterangan Penelitian ... 136
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar, sehingga siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Dimyati & Mudjiono 2006). Di dalam sebuah pembelajaran terdapat tiga ranah yang dapat diukur, yakni psikomotorik, kognitif, dan afektif. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah siswa, guru dan strategi pembelajaran yang diterapkan.
Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran karena proses belajar mengajar merupakan kegiatan yang sangat kompleks. Karakteristik penting bagi guru yang berhasil harus menguasai sejumlah keterampilan mengajar, khususnya model-model pengajaran sebagai sarana untuk mendorong keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar (Trianto 2009).
Nilai-nilai penting dalam pembelajaran tidak dapat diperoleh siswa jika guru hanya menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Siswa harus diberi kesempatan dalam berinteraksi dengan lingkungan belajarnya, khususnya dalam pembelajaran IPA (sains biologi) yang berkaitan dengan kerja ilmiah. Pembelajaran IPA sangat tepat jika guru memilih dan menerapkan metode inkuiri karena dalam materi tertentu, guru perlu memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahunya dan memberikan peluang untuk menemukan sendiri jawaban atas rasa keingintahuan siswa pada alam, bukan justru membunuh keingintahuannya, atau bahkan menuntut hanya satu cara dalam menemukan jawaban atas persoalan Sains (Bruce 2001). Namun demikian, untuk menumbuhkan keingintahuan dan keterampilan siswa menemukan berbagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, guru perlu memberikan bimbingan
(guide), terlebih pada siswa yang belum biasa melakukan langkah-langkah kerja ilmiah ini.
Pembelajaran berbasis inkuiri dapat mendorong kemampuan siswa untuk melakukan penyelidikan melalui kegiatan pengamatan dan observasi, maka sangat disarankan menggunakan model pembelajaran guided inquiry. Kebijakan pendidikan nasional juga menjelaskan bahwa pada hakikatnya dalam pembelajaran IPA lebih menekankan pada proses penemuan karena berpotensi dapat mempengaruhi hasil belajar dan aktivitas siswa, sehingga bermanfaat untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Aktivitas siswa akan meningkat jika dalam diri siswa itu sendiri ada kemauan, dorongan/keinginan untuk belajar, karena dengan peningkatan aktivitas belajar maka siswa akan tergerak, terarahkan sikap dan perilakunya untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Gulo (2002) menyatakan bahwa suatu strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama dalam kegiatan inkuiri adalah 1) Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; 2) Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan 3) Mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Penerapan langkah-langkah kerja ilmiah sebagai contoh prinsip klasifikasi makhluk hidup, tentu siswa harus paham dan menguasai betul tentang ciri-cirinya. Siswa juga dituntut untuk melakukan pengamatan dan percobaan secara langsung dengan teliti dan sistematis agar mendapatkan data yang lebih detail.
masih kurang. Hal ini ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang hanya mencapai 60% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM ) yaitu 70.
Pelaksanaan pembelajaran IPA membutuhkan perangkat pembelajaran yang mendukung, diantaranya bahan ajar, lembar kerja siswa (LKS), media dan lain-lain. LKS berbasis guided inquiry dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. LKS merupakan salah satu sarana pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman siswa dalam melaksanakan kegiatan atau kerja baik yang bersifat peorangan atau kelompok. Hal yang sama diungkapkan oleh Kaymakcy (2012), bahwa LKS merupakan salah satu bahan yang paling penting untuk mencapai tujuan dari aktivitas pembelajaran, demikian juga Faizanah (2005) menyatakan bahwa dengan memanfaatkan LKS siswa lebih mudah dalam menguasai materi dan memperoleh hasil belajar yang lebih optimal.
MTs NU Ungaran dalam proses belajar mengajar sudah menggunakan LKS yang sudah ada dari penerbitan buku, akan tetapi LKS IPA yang digunakan hanya mencakup rangkuman materi dengan disertai soal-soal, baik soal pilihan ganda, isian singkat, dan uraian. Menurut Rohaeti dkk (2012), bahwa LKS seharusnya sebagai petunjuk bagi siswa untuk mencari informasi bukan alat pemberitahu informasi sehingga siswa cenderung menghafal materi yang ada dalam LKS dan menyebabkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Materi yang ada di dalam LKS pada umumnya berisi materi yang menyebabkan rasa keingintahuan siswa menjadi kurang karena hanya mengerjakan soal-soal yang ada di dalam LKS. Pada materi keanekaragaman makhluk hidup, selama ini guru hanya memanfaatkan LKS yang sudah ada yang isinya kurang memunculkan keaktifan siswa. Perlu adanya suatu tindakan yang harus dilakukan guru agar pembelajaran di dalam kelas berlangsung secara efektif sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
makhluk hidup disekitarnya, membuat laporan mengenai pengamatan yang telah dilakukan, dan mempresentasikan hasil pengamatannya berdasarkan kemampuan dalam mengkonstruksikan pengetahuan yang sudah didapatkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Menggunakan LKS Berbasis Guided Inquiry Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup Di MTs NU
Ungaran”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Apakah Pembelajaran Menggunakan LKS Berbasis Guided Inquiry Efektif terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Keanekaragaman
Makhluk Hidup di MTs NU Ungaran?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menguji bahwa Pembelajaran Menggunakan LKS Berbasis Guided Inquiry Efektif terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup di MTs NU Ungaran.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Siswa
Sebagai sarana untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas terhadap konsep materi yang disampaikan.
1.4.2 Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam memilih metode dan media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
1.4.3 Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan kepada sekolah tentang pembelajaran yang efektif, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah tersebut.
1.4.4 Bagi Peneliti
pembelajaran yang inovatif dan bervariasi menggunakan media lembar kerja siswa (LKS) yang telah dikembangkan.
1.5 Penegasan Istilah
Menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda dalam pembelajaran, maka dalam penelitian ini perlu diberikan penjelasan tentang arti beberapa istilah penting antara lain:
1.5.1 Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keberhasilan tentang usaha atau tindakan, yaitu keberhasilan pembelajaran menggunakan LKS berbasis guided inquiry. Pembelajaran efektif jika dihasilkan data hasil belajar siswa melebihi nilai KKM (70). Data tersebut diuji menggunakan uji t, apabila ada perbedaaan signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol maka pembelajaran tersebut efektif.
1.5.2 Pembelajaran LKS Berbasis Guided Inquiry
LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Lembar kegiatan untuk mata pelajaran IPA harus disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran IPA, salah satu pendekatan yang disarankan yaitu pendekatan keterampilan proses (Devi, 2009).
Pembelajaran guided inquiry yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Perencanaannya yang dibuat oleh guru, siswa dibantu untuk merumuskan problem atau masalah. Pembelajaran Inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa. Guru memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang mempunyai kemampuan berpikir rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai intelegensi tinggi tidak memonopoli ketika pembelajaran sedang berlangsung.
cetak yang berbentuk buku yang berisi tentang kegiatan pengamatan, percobaan, dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan yang akan membantu siswa menemukan konsep melalui penyelidikan, melatih berfikir kritis, menyelesaikan masalah sehingga tidak menekankan pada penguasaan materi saja. 1.5.3 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini mencakup bidang kognitif dan psikomotorik yang berorientasi pada proses belajar mengajar yang dialami siswa. Penelitian ini mengukur hasil belajar siswa dalam ranah kognitif melalui tes diakhir pembelajaran dan ranah psikomotorik melalui nilai LKS selama proses pembelajaran, serta penilaian aktivitas siswa melalui kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan.
1.5.4 Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Efektivitas Pembelajaran Biologi
Pembelajaran biologi merupakan proses belajar yang menyangkut hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Suatu proses belajar yang selalu berhubungan dengan aktivitas dunia nyata. Sehingga terjadinya interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan lingkungannya. Siswa diharapkan mampu menyatu dengan lingkungannya, menyatu dengan ekosistemnya, dan yang terpenting adalah siswa mampu memecahkan persoalan biologi di lingkungannya.
Pembelajaran biologi di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta proses pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari. Penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa, agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa (Hamalik, 2010).
Biologi merupakan bagian dari IPA yang mencakup pengetahuan, proses investigasi/eksplorasi, dan nilai. Selain itu, Biologi adalah the fact yang juga bagian dari kehidupan sehari-hari. Pembelajaran biologi hendaknya dapat mengembangkan beragam potensi siswa melalui proses perolehan konsep yang berorientasi pada student centered learning. Dalam implementasinya, pembelajaran biologi diarahkan pada proses eksplorasi, penyelidikan, dan penemuan suatu fenomena alam, selain pemahaman tentang fakta, konsep, dan prinsip biologi, kemampuan proses ilmiah siswapun dapat dikembangkan (Saptono, 2009).
Pengertian efektivitas pembelajaran dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Ruseno (2005) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan.
Menurut Norcahyo (2010) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar, penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami, konsep yang sedang dipelajari. Kusnarti (2009) mengemukakan
bahwa “Efektivitas tidak hanya dilihat dari sisi produktivitas, tetapi juga dilihat
dari sisi persepsi seseorang”. Pembelajaran dikatakan efektif apabila tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai. Demikian juga dalam pembelajaran, efektivitas bukan semata-mata dilihat dari tingkat keberhasilan siswa dalam konsep yang ditunjukkan dengan nilai hasil belajar tetapi juga dilihat dari respon tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah diikuti.
Muijs & Reynolds (2009) menyatakan bahwa makna dari efektivitas adalah ketepatgunaan, hasil guna, dan menunjang tujuan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik yang belajar. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan guru dan siswa adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan akan dicapai baik guru maupun siswa sama-sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional.
belajar, penguatan, evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya (Darsono 2004).
Guru membelajarkan siswa dengan harapan bahwa siswa belajar dari kegiatan interaksi belajar-mengajar, maka ranah-ranah pembelajaaran semakin berfungsi sebagai ilustrasi. Pada ranah kognitif siswa dapat memiliki pengetahuan, pemahaman, dapat menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan berkreasi. Pada ranah afektif siswa dapat melakukan penerimaan, partisipasi, menentukan sikap, mengorganisasi dan membentuk pola hidup. Pada ranah psikomotorik siswa dapat mempersepsi, bersiap diri, membuat gerakan-gerakan sederhana dan kompleks, membuat penyesuaian pola gerak dan menciptakan gerak-gerak baru (Susanti 2009).
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa pengertian efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa, maupun antar siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa, sikap sosial, dan analisis aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, serta respon tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran.
2.2
Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis
Guided Inquiry
LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Lembar kegiatan untuk mata pelajaran IPA harus disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran IPA, salah satu pendekatan yang disarankan yaitu pendekatan keterampilan proses (Devi, 2009).
yang seharusnya siswa lakukan untuk belajar. LKS juga termasuk kegiatan yang memberikan siswa tanggung jawab utama dalam pembelajaran siswa sendiri, maka dapat disimpulkan bahwa LKS adalah lembaran kertas yang berisi informasi, petunjuk kerja serta soal-soal yang harus dijawab oleh siswa baik itu secara individu maupun kelompok.
Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yang ada. Menurut Prastowo (2012) LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. Oleh karena itu, agar LKS memenuhi syarat dan tujuan yang diharapkan, maka formatnya harus sesuai dengan tingkat kemampuan dan penalaran siswa. Kesesuaian format LKS sangatlah penting sebab hal ini dapat mempengaruhi motivasi dan minat belajar siswa.
Kuhlthau & Todd (2007) memaknai Guided Inquiry sebagai sebuah cara guru dalam siswa membangun pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai materi pelajaran, melalui inkuiri, yang direncanakan dengan hati-hati dan diawasi dengan seksama, namun gradual, juga membekali dan mengarahkan siswa menuju pembelajaran yang bebas.
sikap keterbukaan dan kemampuan untuk mengambil keputusan dengan cara yang tepat dan semangat kerjasama yang tinggi.
Lembar kerja siswa (LKS) berbasis Guided Inquiry merupakan LKS yang didesain untuk membantu siswa dalam memahami materi keanekaragaman makhluk hidup. Bahan ajar cetak yang berbentuk buku yang berisi tentang kegiatan pengamatan, percobaan, dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kegiatan yang akan membantu siswa menemukan konsep melalui penyelidikan, melatih berfikir kritis, menyelesaikan masalah sehingga tidak menekankan pada penguasaan materi saja.
LKS berbasis Guided Inquiry merupakan LKS yang didesain untuk mendukung proses pembelajaran siswa dengan cara memunculkan kemampuan menemukan konsep sendiri dan berpikir kritis. Siswa diasah dalam mempelajari materi keanekaragaman makhluk hidup dengan mengembangkan kemampuan tersebut, sehingga siswa tidak hanya unggul dalam nilai kognitifnya saja, namun juga aktivitasnya.
Hal ini sesuai dengan penelitian Damayantidkk(2013) pengembangan LKS dengan pendekatan inkuiri terbimbing untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi listrik dinamis SMA N 3 Purworejo kelas X layak digunakan dan mampu mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa serta meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian serupa juga diungkapkan oleh Astuti & Setiawan (2013) tentang penggunaan LKS berbasis inkuiri terbimbing menunjukkan bahwa dalam pembelajaran siswa terlibat lebih aktif dalam pembelajaran serta menemukan konsep-konsep melalui konstruksinya sendiri.
2.3
Hasil Belajar
Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Benjamin S. Bloom ( dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, yaitu :
a. Mengingat, mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berupa fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip atau metode.
b. Memahami, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c. Menerapkan, mencakup tentang kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya : menggunakan prinsip.
d. Menganalisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang lebih sederhana.
e. Mengevaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
f. Mengkreasi, mencakup kemampuan memadukan unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk baru yang utuh dan koheren,atau menciptakan sesuatu yang orisinil. Contoh: Membuat metode pembeajaran dengan mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber.
2.4
Materi Keanekaragaman Makhluk Hidup
Keanekaragaman makhluk hidup tidak ada satu pun yang benar-benar sama dalam segala hal di bumi ini. Hal inilah yang menyebabkan munculnya perbedaan-perbedaan dari setiap makhluk hidup. Oleh karena itu, keanekaragaman makhluk hidup menyatakan adanya berbagai perbedaan dari makhluk hidup tersebut. Dari perbedaaan-perbedaan inilah maka perlu mengetahui dan mempelajarinya dalam konsep klasifikasi makhluk hidup, sehingga manfaat yang diperoleh dalam mempelajari keanekaragaman makhluk hidup ini, antara lain memahami ciri-ciri setiap makhluk hidup, mengetahui peran setiap makhluk hidup, dan dapat mengetahui manfaatnya bagi manusia (Saiful, 2009).
Materi keanekaragaman makhluk hidup ini merupakan materi IPA yang dipelajari di Kelas VII SMP/MTs semester II dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) tentang konsep klasifikasi makhluk hidup, meliputi memahami ciri-ciri setiap makhluk hidup, mengetahui peran setiap makhluk hidup, serta manfaatnya bagi manusia. Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam pembelajaran materi keanekaragaman makhluk hidup dalam penelitian ini yaitu KD 6.1 mengindentifikasi ciri-ciri makhluk hidup.
2.5
Kerangka Berpikir
Kerangka berfikir yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2.1.
Solusi
Pembelajaran Inovatif
Melakukan uji hipotesis
Gambar 2.1 Kerangka berpikir pada penelitian efektivitas pembelajaran dengan LKS berbasis guided inquiry terhadap hasil belajar siswa pada materi keanekaragaman makhluk hidup.
Pembelajaran berbasis inkuiri dapat mendorong kemampuan siswa untuk melakukan penyelidikan melalui kegiatan pengamatan dan observasi secara langsung
Pembelajaran masih berpusat pada guru (metode ceramah)
Perangkat pembelajaran (LKS) yang ada kurang mengaktifkan siswa
dalam pembelajaran
Nilai ulangan harian dan praktikum siswa masih di bawah KKM 70
Keaktifan siswa dalam pembelajaran masih rendah
Guided Inquiry LKS
Pembelajaran menggunakan LKS berbasis Guided Inquiry pada materi keanekaragaman
Makhluk hidup
Efektivitas hasil pembelajaran:
Hasil belajar siswa lebih baik
2.6
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah “Pembelajaran Menggunakan LKS Berbasis Guided Inquiry Efektif terhadap Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa MTs pada Materi Keanekaragaman
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di MTs NU Ungaran Jl. Kaligarang No.9 Kec. Ungaran Barat Kab. Semarang pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.
3.2
Jenis dan Desain Penelitian
3.2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Sugiyono (2010) menyatakan bahwa eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari perbedaan hasil penelitian dengan perlakuan tertentu terhadap keadaan objek penelitian yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
3.2.2 Desain Penelitian
Penelitian eksperimen dengan desain penelitian Quasi Experimental Design dengan model penelitian Posttest-Only Control Group Design. Sugiyono (2010) menyatakan bahwa dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random, selanjutnya kedua kelompok diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelas eksperimen diberikan perlakuan menggunakan pembelajaran menggunakan LKS berbasis Guided inquiry sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran secara konvensional dengan menggunakan LKS biasa yang sudah disediakan sekolah dengan metode ceramah dan tanya jawab.
Langkah selanjutnya yaitu diberikan posttest sebagai evaluasi akhir untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol setelah diberikan perlakuan yang berbeda. Berikut ini adalah pola rancangan desain penelitian ditunjukkan oleh Gambar 3.1.
R X O1
R O2
Gambar 3.1 Rancangan penelitian Posttest-Only Control Design (Sugiyono,2010)
Keterangan:
X = Perlakuan kelompok eksperimen, menggunakan LKS berbasis guided inquiry.
O1 = Hasil post-test kelompok eksperimen
O2 = Hasil post-test kelompok kontrol
R = Random
3.3
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs NU meliputi 5 kelas yaitu kelas VII A sampai kelas VII E. Sampel diambil 2 kelas dengan teknik
pengambilan sampel secara “Purposive sampling” yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2010). Pengambilan sampel dilakukan oleh guru biologi yang bersangkutan atas dasar kemampuan siswa, jam pelajaran, dan guru kelas. Sampel diuji homogenitas dan normaliltasnya terlebih dahulu untuk mengetahui kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam keadaan homogen dan berdistribusi normal. Berdasarkan uji data tersebut, maka sampel yang digunakan yaitu kelas VII C sebagai kelas kontrol dan VII B sebagai kelas eksperimen.
3.4
Variabel Penelitian
3.4.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan LKS berbasis guided inquiry pada materi keanekaragaman makhluk hidup.
3.4.2 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar dan aktivitas siswa. 3.4.3 Variabel kontrol
Variabel kontrol pada penelitian ini adalah jumlah jam pelajaran, soal evaluasi, dan guru.
3.5
Prosedur Penelitian
3.5.1 Persiapan penelitian
dilakukan. Disamping itu, untuk mempermudah langkah-langkah yang akan ditempuh selama melaksanakan penelitian. Adapun persiapan penelitian ini meliputi:
1. Melakukan observasi awal tentang pembelajaran IPA khususnya materi keanekaragaman makhluk hidup dan strategi atau metode yang digunakan.
2. Melakukan analisis data awal yaitu menguji homogenitas dan normalitas sampel.
3. Merancang strategi pembelajaran yang diterapkan dengan membuat rencana pembelajaran berupa silabus & RPP (Lampiran 1, 2 dan 3). 4. Menyusun instrumen penelitian yaitu: soal posttest (untuk mendapatkan
data hasil belajar), lembar observasi (untuk mendapatkan data aktivitas siswa), dan angket (untuk mendapatkan data tanggapan siswa dan guru). Langkah-langkah penyusunan instrumen evaluasi adalah sebagai berikut: a. Materi yang diberikan sesuai dengan konsep materi keanekaragaman
makhluk hidup.
b. Menyusun lembar kerja siswa (LKS) berbasis Guided Inquiry yang dijadikan pedoman siswa dalam pembelajaran kelas eksperimen (Lampiran 4).
c. Menentukan tipe soal untuk menguji kemampuan siswa berupa soal pilihan ganda.
d. Menyusun kisi-kisi soal sesuai dengan aspek pengetahuan (C1), aspek pemahaman (C2), aspek penerapan (C3), aspek analisis (C4), aspek evaluasi (C5), aspek mencipta (C6) (Lampiran 5).
e. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar angket tanggapan siswa dan guru serta kinerja guru.
g. Menentukan soal-soal yang memenuhi syarat yang akan dijadikan post test berdasarkan data poin (f).
h. Menyusun soal-soal yang memenuhi syarat yang akan dijadikan post-test ( Lampiran 8 dan 9).
3.5.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan memberi perlakuan pada siswa kelas VII yang dijadikan subyek penelitian. Pada tahap ini dilakukan kegiatan penelitian yang telah direncanakan yaitu melakukan proses-proses pembelajaran pada kelas eksperimen melalui pembelajaran menggunakan lembar kerja siswa (LKS) berbasis Guided Inquiry dan melakukan proses pembelajaran pada kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Langkah-langkah tahap pelaksanaan penelitian di kelas eksperimen menggunakan LKS berbasis Guided Inquiry adalah sebagai berikut:
(1) Guru memberikan penjelasan singkat mengenai materi pokok yang akan diajarkan,
(2) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil masing-masing terdiri atas 5 siswa.
(3) Guru membagikan LKS berbasis Guided Inquiry dan menjelaskan kepada siswa tugas yang harus dilakukan yaitu kegiatan pengamatan, dan percobaan. (4) Guru membimbing siswa saat melakukan kegiatan pengamatan, dan
percobaan dan menyimpulkan hasil pengamatan dan percobaan serta memberi kesempatan kepada siswa untuk mempelajari dan bertanya mengenai materi yang belum dimengerti,
(5) Pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang dilakukan observer.
Pada kelas kontrol digunakan model konvensional (ceramah dan tanya jawab) disertai dengan media presentasi power point. Langkah-langkah tahap pelaksanaan penelitian di kelas kontrol adalah sebagai berikut:
(2) Guru menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu mengamati gambar/video,
(3) Siswa duduk dan mendengarkan penjelasan guru,
(4) Siswa menulis mencatat apa yang disampaikan oleh guru,
(5) Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa juga menanyakan hal-hal yang belum diketahui apabila ada konsep yang belum dimengerti,
(6) Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai pembelajaran yang sudah dilaksanakan,
(7) Pengamatan terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran yang dilakukan oleh observer.
3.5.3 Tahap Pengambilan Data
Pengambilan data berupa hasil belajar siswa (pengetahuan), nilai LKS (psikomotorik), hasil observasi aktivitas siswa, angket tanggapan siswa dan guru. 3.5.4 Tahap Analisis Data
Tahap analisis yang dilakukan adalah menganalisis data hasil penelitian yaitu kemampuan kognitif, psikomotorik dan aktivitas siswa kedua sampel serta tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran LKS berbasis guided inquiry. Pada tahap analisis ini diperoleh data yang dapat menjawab hipotesis penelitian yang telah ditentukan.
3.6
Data dan Cara Pengumpulan Data
3.6.1 Sumber data
Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs NU Ungaran tahun ajaran 2014/2015.
3.6.2 Jenis data
Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa dan aktivitas siswa, respon siswa dan guru melalui angket setelah pembelajaran berakhir.
3.6.3 Cara pengumpulan data
1)Data kuantitatif berupa hasil belajar siswa diperoleh dari hasil penilaian hasil, tugas LKS dan evaluasi akhir (nilai posttest).
3)Data tentang tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran diambil dengan lembar angket tanggapan siswa diakhir pembelajaran.
4)Data tentang tanggapan guru terhadap penerapan pembelajaran diambil melalui lembar angket tanggapan setelah aktivitas pembelajaran.
[image:33.595.116.509.237.468.2]Adapun teknik pengumpulan data dapat diperinci pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Data dan Instrumen
Data yang
dikumpulkan Jenis Instrumen Data Waktu Pengambilan Hasil belajar siswa dalam ranah kemampuan kognitif dan psikomotorik Tes obyektif berupa soal pilihan ganda
Nilai posttest
Nilai LKS
Akhir pembelajaran
LKS Saat pembelajaran
Aktivitas Lembar Observasi Isian data hasil observasi Pada saat pembelajaran Tanggapan siswa Angket berupa
check list
Hasil angket tanggapan siswa
Akhir pembelajaran
Tanggapan Guru Angket berupa check list
Hasil angket tanggapan guru
Akhir pembelajaran
3.7
Analisis Instrumen
Analisis perangkat tes merupakan analisis untuk mengetahui; validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal, dilakukan penghitungan sebagai berikut :
3.7.1 Uji Validitas
q
p
S
M
M
r
t t p pbis
Keterangan:
pbis
r = koefisien korelasi poin biserial
p
M = rerata skor siswa yang menjawab benar Mt = rerata skor siswa total
p = proporsi skor siswa yang menjawab benar q = proporsi skor siswa yang menjawab salah (1-p)
t
[image:34.595.113.513.339.414.2]S = standar deviasi total (Arikunto, 2012) Jika rpbis > rTabel, butir soal dinyatakan valid.
Tabel 3.2 Hasil Perhitungan Validasi Soal
No. Nomor Soal Jumlah Soal Kriteria
1. 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 27,29,30, 31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39,
31 Valid
2. 3, 9, 10, 11, 12, 26, 28, 33, 40 9 Tidak Valid Setelah dianalisis, harga rxy dari 20 soal lebih tinggi dari (0,361).
soal tersebut dinyatakan valid karena ( ) (Lampiran 9, 10, dan 11).
3.7.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Reliabilitas soal pilihan ganda dapat dihitung dengan rumus K-R 21.
[ ] [ ]
Keterangan :
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
∑ = rerata skor total
∑ ∑
= Varians total
Setelah r11 diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga rTabel. Jika r11
[image:35.595.113.401.238.338.2]> rTabel, maka instrumen tersebut reliabel (Arikunto, 2012).
Tabel 3. 3 Interpretasi Koefisien Reliabilitas Soal Koefisien Reabilitas (r) Interpretasi
0,80 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,60 < r ≤ 0,80 Tinggi 0,40 < r ≤ 0,60 Sedang 0,20 < r ≤ 0,40 Rendah 0,00 ≤ r ≤ 0,20 Sangat rendah
r negatif Tidak reliabel
Hasil uji reliabilitas tes diperoleh =0,8805 sementara = 0,361 sehingga instrumen soal tersebut reliabel dengan kategori sangat tinggi (r11 >
rTabel)(Lampiran 9, 10, dan 11). 3.7.3 Tingkat Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Indeks kesukaran dinyatakan dengan bilangan antara 0 - 1. Taraf kesukaran untuk soal bentuk objektif, digunakan rumus:
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.4 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Soal
Rentang Kriteria
0,00 - 0,30 Sukar
0,31 - 0,70 Sedang
0,71 - 1,00 Mudah
[image:35.595.113.413.663.722.2]Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran Soal
No. Nomor Soal Jumlah Soal Kriteria
1. 37, 38, 39, 40 4 Sukar
2. 1, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 14, 18, 19, 23, 24, 26, 28, 29, 31, 33, 34.
20 Sedang
3. 2, 3, 5, 12, 15, 16, 17, 20, 21, 22, 25, 27, 30, 32, 35, 36.
16 Mudah
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan sebanyak 16 dari 40 soal masuk dalam kategori mudah, sedangkan 20 soal lainnya termasuk dalam tingkatan sedang, dan 4 soal sisanya termasuk kategori sukar (Lampiran 9, 10, dan 11). 3.7.4 Daya Pembeda
Daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal. Untuk menghitung daya beda soal menggunakan rumus berikut:
Keterangan:
= daya pembeda
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar = banyaknya peserta kelompok atas
= banyaknya peserta kelompok bawah
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Tabel 3.6 Klasifikasi daya pembeda soal
Rentang Kriteria
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 sangat baik
Negatif sangat jelek
Soal yang digunakan adalah soal yang memiliki nilai deskriminasi 0,41 soal dianggap baik (Arikunto, 2012).
Tabel 3.7 Hasil perhitungan daya pembeda soal
No. Nomor Soal Jumlah Soal Kriteria
1. 4, 22, 24, 25, 29, 34, 36, 37, 38, 39. 10 Baik 2. 1, 2, 5, 6, 7, 8, 12, 13, 14, 15 16, 17, 18,
19, 20, 21, 23, 26, 30, 31, 32, 33, 35, 40.
24 Cukup
3. 3, 9, 10, 27. 4 Jelek
4. 11, 28 2 Sangat Jelek
Berdasarkan hasil analisis didapatkan 12 soal masuk dalam kategori sangat baik, 5 soal kategori baik, 17 soal kategori cukup, 4 soal masuk dalam kategori jelek dan 2 soal termasuk kategori sangat jelek (Lampiran 9, 10, dan 11).
3.7.5 Penentuan Soal Tes
Soal yang dipakai untuk tes kemampuan kognitif merupakan soal yang memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang ditentukan. Selain itu, pengambilan soal juga memperhatikan indikator yang ditentukan untuk tes hasil belajar dalam kemampuan kognitif. Setiap indikator harus ada soal yang mewakili, sehingga kemampuan siswa pada indikator yang ditentukan dapat diukur melalui soal yang dipilih. Berdasarkan pertimbangan tersebut, diambil 30 soal untuk soal posttest (Lampiran 8 dan 11).
3.8
Metode Analisis Data
3.8.1 Analisis Data Tahap Awal
Analisis tahap awal dilakukan untuk membuktikan bahwa kelas eksperimen dengan kelas kontrol berangkat dari titik tolak yang sama. Data yang digunakan untuk menganalisis pada tahap awal ini adalah nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) genap kelas VII B dan kelas VII C MTS NU Ungaran tahun ajaran 2014/2015. Analisis ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
3.8.1.1 Uji Normalitas
k
i h
h f
f f
1 0
2 ( )
Keterangan:
χ 2
= Chi-kuadrat
f0 = frekuensi yang diperoleh dari data penelitian
fh = frekuensi yang diharapkan
k = banyaknya kelas interval
Taraf signifikansinya adalah 5% dengan derajat kebebasan dk=k-1.
Kriteria kenormalannya adalah jika χ2hitung χ2Tabel maka data tersebut
berdistribusi normal (Sugiyono, 2010).
Setelah melalui perhitungan, x2hitung nilai UTS genap kelas VII B sebesar
6,40. Data tersebut berdistribusi normal, karena χ2hitung χ2Tabel (6,40 11,07).
Sementara itu, x2hitung nilai UTS genap kelas VII C sebesar 9,16. Data tersebut
berdistribusi normal, karena χ2hitung χ2Tabel (9,16 11,07) ( Lampiran 12 dan
13).
3.8.1.2 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berangkat dari kondisi yang sama atau homogen. Misalkan dua kelas uji coba dengan varians σ12dan σ22, akan diuji untuk hipotesis:
Ho : σ12 = σ22 berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama.
Ha : σ12≠ σ22 berarti kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mempunyai varian yang sama.
Rumus yang digunakan:
Kriteria pengujian, jika Jika Fhitung < FTabel dengan dk = k-1 dan taraf
(Sudjana, 2009). Setelah melalui perhitungan, F hitung sebesar 1,206. Data tersebut
homogen (sama), karena Fhitung < FTabel (1,206 < 1,78) ( Lampiran 14). 3.8.2 Analisis Data Tahap Akhir
3.8.2.1 Analisis Hasil Belajar Siswa
Analisis data akhir bertujuan untuk menjawab hipotesis yang telah dikemukakan. Data yang digunakan dalam analisis tahap akhir ini adalah hasil belajar siswa dalam kemampuan kognitif yang diambil dari nilai posstest dan kemampuan psikomotorik yang diambil dari nilai LKS, data aktivitas siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol dan angket tanggapan siswa dan guru. Analisis hasil belajar secara kuantitatif untuk nilai tes dan nilai LKS. Hasil belajar siswa selama proses pembelajaran diperoleh dari nilai LKS ,dan nilai tes evaluasi, dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Analisis
Menghitung hasil belajar
3.8.2.2 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Uji kesamaan dua rata-rata digunakan untuk menguji ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa antara kelas perlakuan dan kelas pembanding. Data yang diuji yaitu nilai hasil belajar siswa antara kedua kelompok. Berdasarkan hipotesis yang dikemukakan, maka dapat dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut:
Ho : µ1 = µ2 Ha : µ1 > µ2
µ1 adalah ketuntasan hasil belajar kelompok eksperimen µ2 adalah ketuntasan hasil belajar kelompok kontrol
√
Rumus untuk menghitung varians yaitu: S2=
(Sudjana 2005)
Keterangan:
x1 = rata-rata nilai kelompok eksperimen x2 = rata-rata nilai kelompok kontrol S = Simpangan baku
S12 = Varians Kelas Eksperimen
S22 = Varians Kelas Kontrol
n1 = jumlah subjek kelas eksperimen
n2 = jumlah subjek kelas kontrol
Jika thitung > tTabel maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
3.8.2.3 Analisis Data Aktivitas Siswa
Analisis data aktivitas siswa dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Data aktivitas siswa dinilai dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dalam kelas. Adapun kriteria aktivitas siswa bisa dilihat pada Tabel berikut:
Menghitung persentase keaktifan siswa menggunakan rumus:
% 100 maksimal
skor
diperoleh yang
skor
N
Keterangan:
N: persentase keaktifan siswa
[image:40.595.159.465.656.741.2]∑: jumlah
Tabel 3.8 Kriteria persentase keaktifan siswa
No Persentase Skor (%) Kriteria
1 81< Ps ≤100 Sangat aktif
2 61< Ps ≤80 Aktif
3 41< Ps ≤60 Cukup aktif
4 21< Ps ≤40 Kurang aktif
Keterangan :
Ps = Keaktifan siswa
Keefektifan pembelajaran siswa yang diterapkan antar kelas kontrol dan kelas eksperimen jika persentase pada kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol.
3.8.2.4 Analisis Tanggapan Siswa
Analisis tanggapan siswa, menggunakan deskripsi kualitatif. Tanggapan siswa penerapan pembelajaran menggunakan LKS berbasis guided inquiry, pembelajaran dianalisis dengan cara :
P (%)= f/N x 100%
Keterangan:
P =analisis tanggapan
F = banyak responden yang memilih jawaban Ya
N = banyak responden yang menjawab jawaban kuisioner
Penskoran: jawaban Ya diberi skor 1 untuk pernyataan positif, diberi skor 0 untuk pernyataan negatif.
[image:41.595.135.464.548.631.2]Jawaban tidak diberi skor 0 untuk pernyataan positif, diberi skor 1 untuk pernyataan negatif.
Tabel 3.9 Kriteria penilaian tanggapan siswa: No Persentase Skor Kriteria 1 81,25< Ps ≤100 Sangat baik 2 62,5 < Ps ≤81,25 Baik 3 43,75< Ps ≤62,5 Cukup 4 25 < Ps ≤43,75 Jelek Keterangan :
Ps = Hasil tanggapan siswa
3.8.2.5Analisis Tanggapan Guru
mengetahui tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan langkah- langkah sebagai berikut:
a. Membuat rekapitulasi hasil kuesioner mengenai tanggapan guru terhadap kegiatan pembelajaran. Dalam menganalisis data yang berasal dari angket
untuk pilihan “SS” diberi nilai 4, “S” diberi nilai 3, “TS” diberi nilai 2 dan “STS” diberi nilai 1.
b. Menghitung jumlah jawaban siswa kemudian dianalisis berdasarkan kriteria penilaian yang telah dibuat dengan rumus sebagai berikut:
Persentase skor =
∑
Keterangan
Ps = nilai tanggapan guru ni = skor yang dicapai
N = skor total
Tabel 3.10 Kriteria Tanggapan Guru
No Persentase Skor Kriteria 1 81,25< Ps ≤100 Sangat baik 2 62,5 < Ps ≤81,25 Baik 3 43,75< Ps ≤62,5 Cukup 4 25 < Ps ≤43,75 Jelek Keterangan :
Ps = Hasil tanggapan guru
Penerapan pembelajaran menggunakan LKS guided inquiry dapat dikatakan efektif pada pembelajaran materi keanekaragaman makhluk hidup apabila memenuhi syarat-syarat:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil uji t antara nilai akhir kelas eksperimen dan kontrol serta persentase aktivitas kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol.
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini berupa data hasil belajar siswa yaitu aspek pengetahuan (kognitif) yang diambil dari nilai posttest dan aspek keterampilan (psikomotorik) diambil dari nilai LKS siswa. Data lain yang diperoleh ialah data aktivitas siswa, data tanggapan siswa terhadap pembelajaran, dan data tanggapan guru terhadap pembelajaran.
4.1.1 Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dari nilai evaluasi harian dan nilai evaluasi akhir. Nilai evaluasi harian yaitu aspek psikomotorik diperoleh dari nilai LKS. Nilai LKS diberikan bobot 1 karena kegiatan belajar dilaksanakan secara berkelompok, sedangkan nilai posttest diberikan bobot 2 karena dilaksanakan secara individu. Soal posttest yang diberikan berjumlah 30 soal dalam pilihan ganda dengan 4 opsi jawaban. Gambaran data aspek kognitif (posttest) setelah pembelajaran dan data aspek psikomotorik (LKS) dengan berbagai aspek penilaian yang dinilai selama pembelajaran berlangsung.
Penilaian aspek psikomotorik siswa selama kegiatan dalam LKS dinilai dari tiga kegiatan yang ada di dalam LKS. Aspek psikomotorik (LKS) terdapat 5 aspek yang dinilai untuk menentukan nilai psikomotorik siswa selama pembelajaran berlangsung meliputi keterampilan melakukan pengamatan, keterampilan menalar dan menjawab pertanyaan, keterampilan melakukan percobaan, keterampilan membuat laporan, dan keterampilan membuat kesimpulan. Aspek yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap nilai psikomotorik yaitu nilai aspek keterampilan menalar dan menjawab pertanyaan sedangkan kontribusi terendah terdapat pada aspek keterampilan membuat laporan. Data semua aspek psikomotorik pada setiap kegiatan dalam LKS ditunjukkan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Rata-rata nilai psikomotorik siswa setiap aspek selama pembelajaran materi keanekaragaman makhluk hidup
No. Aspek yang
diamati
Kelas eksperimen Kelas kontrol
Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan 3 Kegiatan 1 Kegiatan 2 Kegiatan 3 1 Keterampilan melakukan pengamatan
11,4 5,1 4,2 11 5 4,2
2
Keterampilan menalar dan menjawab pertanyaan
11,4 10,8 17,2 11 10,4 16,6
3
Keterampilan melakukan percobaan
- 4,2 - - 3,8 -
4
Keterampilan membuat laporan
- 7,6 - - 7 -
5
Keterampilan membuat kesimpulan
5,6 4,6 5,4 5,4 4,4 5,2
Nilai akhir
LKS 87,39 84,00
*Data selengkapnya pada Lampiran 17, 18 dan 19
Hasil analisis penilaian psikomotorik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa hanya sedikit rentang nilai yang dihasilkan antara kedua kelas tersebut. Nilai hasil belajar siswa yang dihasilkan oleh data nilai kognitif siswa memberikan kontribusi yang paling berpengaruh terhadap rata-rata hasil belajar siswa. Data rekapitulasi hasil belajar siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil belajar siswa pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup menggunakan LKS Berbasis guided inquiry di MTs NU Ungaran
Kelas Jumlah Siswa Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-Rata Nilai posttest Rata-Rata Nilai LKS Rata-Rata Hasil belajar
Eksperimen 38 89,33 64,00 74,07 87,39 78,51
Kontrol 35 85,67 62,00 69,14 84,00 74,09
*Data selengkapnya pada Lampiran 15, 16, 20 dan 21.
[image:44.595.116.518.155.425.2] [image:44.595.110.513.609.701.2]yang menerapkan pembelajaran ceramah dan menggunakan LKS yang sudah ada. Berdasarkan perhitungan analisis statistik data hasil belajar siswa menunjukkan bahwa data berdistribusi normal, karena χ2hitung kelas eksperimen dan kelas kontrol
< χ2Tabel (10,684 & 10,820) < χ2Tabel (11,070) dan homogen, karena Fhitung < FTabel
(1,58 < 1,78) ( Lampiran 22 dan 23).
Data diuji untuk memastikan bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih baik daripada kemampuan kognitif dan psikomotorik kelas kontrol, dengan statistik menggunakan uji t dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Hasil uji t data hasil belajar siswa pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup menggunakan LKS Berbasis guided inquiry di MTs NU Ungaran
Kelas Nilai akhir Varians Dk thitung tTabel
Eksperimen 78,51 55,70
71 2,786 1,671
Kontrol 74,09 35,16
*Data selengkapnya pada Lampiran 24.
Hasil perhitungan data diperoleh thitung
=
2,786 dengan dk = 71 dan ttabel=
1,671. Karena thitung > ttabel, maka nilai akhir antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol menunjukkan perbedaan yang signifikan pada taraf signifikan 5 % sehingga hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. 4.1.2 Aktivitas Siswa
Penilaian aktivitas siswa dilakukan selama proses pembelajaran materi keanekaragaman makhluk hidup. Data aktivitas siswa diperoleh dari hasil observasi menggunakan lembar obsevasi aktivitas siswa yang dilakukan oleh observer pada kelas VII B dan VII C MTs NU Ungaran selama proses pembelajaran (Lampiran 25 dan 26). Data aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
Tabel 4.4. Hasil aktivitas siswa selama pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup di MTs NU Ungaran
*Data selengkapnya pada Lampiran 25 dan 26
Hasil aktivitas siswa selama pembelajaran setiap aspek menunjukkan bahwa aktivitas kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai sedikit rentang
perbedaan, kecuali pada aspek “aktivitas siswa mengemukakan pendapat” yang menunjukkan hasil yang jauh berbeda antara kedua kelas. Aspek yang menunjukkan aktivitas kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas ekperimen yaitu
aspek “memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru” dan aspek “membuat catatan materi”. Aspek yang mempunyai rentang hasil yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu aspek “aktivitas dalam bertanya”. Persentase aktivitas siswa secara keseluruhan disajikan pada Tabel 4.5.
No Aspek yang diamati
Kelas Eksperimen Kelas kontrol Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 1. Memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru
3,59 3,73 3,74 3,79
2. Aktivitas dalam
bertanya 3,01 3,04 2,01 2,23
3.
Aktivitas dalam menjawab pertanyaan
3,56 3,66 3,50 3,37
4.
Aktivitas siswa mengemukakan pendapat
2,81 2,86 1,80 2,03
5. Membuat catatan
materi 3,50 3,50 3,56 3,56
6. Aktivitas diskusi
dan kerjasama tim 3,26 3,27 3,06 3,09
7.
Aktivitas siswa dalam menghargai pendapat teman
[image:46.595.126.507.159.456.2]Tabel 4.5. Hasil rekapitulasi aktivitas siswa selama pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup di MTs NU Ungaran
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kriteria
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Kriteria
Pertemuan 1 Pertemuan 2
∑
siswa %
∑
siswa %
∑
siswa %
∑
siswa % Sangat
aktif 28 73% 30 79%
Sangat
aktif 7 20% 6 17%
Aktif 8 21% 6 16% aktif 23 66% 27 77%
cukup
aktif 1 3% 2 5%
cukup
aktif 5 14% 2 6%
kurang
aktif 1 3% 0 0
kurang
aktif 0 0 0 0
tidak
aktif 0 0 0 0
tidak
aktif 0 0 0 0
%
Rata-rata
82% 83% 73% 75%
82,5% (sangat aktif) 74% (aktif)
*Data selengkapnya pada Lampiran 27 dan 28.
Berdasarkan Tabel 4.5 terdapat perbedaan kriteria antara kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan kriteria dari sangat aktif sampai tidak aktif dalam dua pertemuan. Aktivitas siswa kelas eksperimen pada pertemuan pertama terdapat seorang siswa dengan kriteria kurang aktif sedangkan pada kelas kontrol tidak terdapat siswa yang mempunyai kriteria kurang aktif. Keseluruhan rekapitulasi aktivitas siswa rata-rata pada kelas eksperimen mencapai kriteria aktivitas sangat aktif dengan rata-rata persentase 82,5%, sedangkan kelas kontrol mencapai kriteria aktif dengan rata-rata persentase 74%. Hal ini menunjukkan aktivitas siswa kelas eksperimen lebih baik daripada aktivitas siswa kelas kontrol.
4.1.3Analisis Angket Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran
tingkatan respon “ya” dan “tidak”. Hasil jawaban siswa terhadap angket disajikan
pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Tanggapan siswa pada pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup menggunakan LKS berbasis guided inquiry di MTs NU Ungaran
No Pernyataan Jawaban Presentase
% Ya Tidak
1
Saya tertarik mengikuti proses pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup
menggunakan LKS Berbasis Guided Inquiry
37 1 97%
2
Saya memahami materi keanekaragaman makhluk hidup menggunakan LKS Berbasis Guided Inquiry
27 11 71%
3
Penggunaan LKS Berbasis Guided Inquiry memotivasi saya untuk mengikuti
pembelajaran keanekaragaman makhluk hidup
37 1 97%
4 Saya menyukai suasana pembelajaran saat
menggunakan LKS Berbasis Guided Inquiry 34 4 89% 5
Penggunaan LKS Berbasis Guided Inquiry memudahkan saya saat menemukan konsep secara mandiri
38 0 100%
6
Penggunaan LKS Berbasis Guided Inquiry meningkatkan aktivitas saya dalam
pembelajaran
37 1 97%
7
Materi yang disampaikan lebih mudah dipahami dengan menggunakan LKS Berbasis Guided Inquiry
29 9 76%
8
Penggunaan LKS Berbasis Guided Inquiry perlu digunakan dalam materi
keanekaragaman makhluk hidup
35 3 92%
Rata-rata tanggapan siswa 90 %
*Data selengkapnya pada Lampiran 29 dan 30.
Berdasarkan hasil analisis tanggapan siswa menunjukkan bahwa siswa mempunyai tanggapan baik terhadap pembelajaran menggunakan LKS berbasis guided inquiry pada materi keanekaragaman makhluk hidup. Ada 2 aspek yang
[image:48.595.120.508.195.601.2]LKS Berbasis Guided Inquiry” tetapi secara klasikal rata-rata tanggapan siswa mencapai 90 %.
4.1.4 Analisis Angket Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran
Tanggapan guru terhadap pembelajaran materi keanekaragaman makhluk hidup dengan menggunakan LKS berbasis guided inquiry diperoleh dari lembar angket. Data tanggapan guru menunjukkan bahwa guru sangat setuju penggunaaan LKS berbasis guided inquiry dalam pembelajaran materi keanekaragaman makhluk hidup. Berdasarkan data juga diperoleh bahwa guru menyatakan setuju jika penggunaan LKS tersebut dapat mengoptimalkan kualitas pembelajaran sehingga kompetensi dapat dicapai oleh siswa karena selain meningkatkan hasil belajar siswa baik dari ranah kognitif maupun psikomotorik. Selain itu, penggunaan LKS berbasis guided inquiry dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.
Berdasarkan hasil angket secara keseluruhan diketahui bahwa pembelajaran yang menggunakan LKS berbasis guided inquiry sangat baik diterapkan dalam pembelajaran dengan persentase skor mencapai 82,14 % (Lampiran 31 dan 32).
4.2
Pembahasan
Hasil belajar siswa diperoleh dari nilai evaluasi harian dan nilai evaluasi akhir. Nilai evaluasi harian yaitu aspek psikomotorik diperoleh dari nilai LKS. Hasil nilai evaluasi akhir aspek kognitif siswa diperoleh dari hasil posttest. Nilai LKS diberikan bobot 1 karena kegiatan belajar dilaksanakan secara berkelompok, sedangkan nilai posttest diberikan bobot 2 karena dilaksanakan secara individu.
dibandingkan dengan siswa yang diberi perlakuan pembelajaran pasif (ceramah) (Slish, 2005)
Penilaian aspek psikomotorik siswa selama kegiatan dalam LKS dinilai dari tiga kegiatan yang ada di dalam LKS. Aspek yang dinilai dalam LKS meliputi keterampilan melakukan pengamatan, keterampilan menalar dan menjawab pertanyaan, keterampilan melakukan percobaan, Keterampilan membuat laporan, dan keterampilan membuat kesimpulan. Aspek yang memiliki nilai kontribusi paling tinggi yaitu nilai aspek keterampilan menalar dan menjawab pertanyaan sedangkan nilai yang terendah terdapat pada aspek keterampilan membuat laporan. Hal tersebut karena dalam pembelajaran siswa mengerjakan sesuai dengan pengalaman secara nyata di lingkungan luar kelas yang sudah siswa dapat ketika melakukan pembelajaran. Cara belajar eksploratif di luar kelas dengan mempelajari suatu fenomena nyata dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang suatu konsep dan meningkatkan daya tahan pemahaman tersebut (informasi) dalam pikiran siswa (Muslich 2009).
Hasil belajar siswa secara keseluruhan dapat ditunjukkan dengan adanya perbedaan antara hasil nilai akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji t, maka dapat dilihat bahwa ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan hasil belajar tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol, sehingga pembelajaran menggunakan LKS berbasis guided inquiry pada materi keanekaragaman makhluk hidup di MTs NU Ungaran efektif untuk diterapkan. Pembelajaran berbasis guided inquiry berpengaruh nyata terhadap hasil belajar biologi ranah kognitif karena LKS berbasis inkuiri berisi kegiatan untuk melakukan pengamatan dan dan praktikum sederhana yang dapat membantu siswa menemukan konsep sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat (Rofa, 2012).
dari s