• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produktivitas Dan Kualitas Karkas Ayam Persilangan Kampung Dan Ras Pedaging Dengan Kepadatan Kandang Berbeda

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Produktivitas Dan Kualitas Karkas Ayam Persilangan Kampung Dan Ras Pedaging Dengan Kepadatan Kandang Berbeda"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KARKAS AYAM PERSILANGAN

KAMPUNG DAN RAS PEDAGING DENGAN

KEPADATAN KANDANG BERBEDA

BAYU ADHITYA NUGRAHA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Produktivitas dan Kualitas Karkas Ayam Persilangan Kampung dan Ras Pedaging dengan Kepadatan Kandang Berbeda adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Bayu Adhitya Nugraha

(4)

RINGKASAN

BAYU ADHITYA NUGRAHA. Produktivitas dan Kualitas Karkas Ayam Persilangan Kampung dan Ras Pedaging dengan Kepadatan Kandang Berbeda. Dibimbing oleh RUDI AFNAN, SRI DARWATI dan TUTI SURYATI.

Perkembangan ayam kampung di Indonesia dari tahun ke tahun belum mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini disebabkan produktivitas ayam kampung yang masih rendah dan belum dikembangkan secara optimal. Salah satu program pemuliaan, dengan tujuan peningkatan produksi daging, dapat dilakukan melalui persilangan. Persilangan ini dalam jangka pendek diharapkan meningkatkan rata-rata bobot badan dan bobot potong ayam secara cepat. Optimalisasi kepadatan kandang harus diperhatikan agar ayam tumbuh secara normal dan efisien mengkonsumsi pakan. Selain itu mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam perkembangan seperti saling mematuk, kanibalisme, pertumbuhan bobot badan terganggu, konsumsi pakan berkurang, stres pada ayam akibat cekaman panas, dan mengakibatkan kematian pada kandang yang terlalu padat.

Penelitian ini bertujuan mengkaji lingkungan dan fisiologi, produktivitas, kualitas karkas, dan kolesterol ayam persilangan kampung dengan ras pedaging pada kepadatan kandang berbeda. Penelitian ini menggunakan 90 ekor ayam kampung ras pedaging (KB) unsexed untuk analisis produktivitas. Setelah pemeliharaan 12 minggu ayam jantan sebanyak ± 30% dipotong untuk analisis malondialdehida, kualitas karkas, dan kolesterol. Persilangan ayam kampung dengan ras pedaging yang dilakukan di laboratorium Lapang Divisi Pemuliaan dan Genetika Ternak untuk memperoleh day old chick (DOC) ayam KB dan telur yang diperoleh ditetaskan di laboratorium Ilmu Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan IPB.

Percobaan yang digunakan untuk penelitian produktivitas adalah rancangan acak kelompok (RAK). Pemeliharaan ayam dilakukan pada 2 kelompok periode berbeda dan setiap kelompok terdiri atas 8, 10, dan 12 ekor ayam. Percobaan untuk penelitian malondialdehida, kualitas karkas, dan kolesterol daging menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan kepadatan kandang berbeda dengan 3 ulangan. Temperature humidity index (THI) dan

Income over feed and chick cost (IOFCC) dibahas secara deskriptif. Data yang diperoleh dianalisis ragam ANOVA (Analysis of Variance) dan sebelumnya telah dilakukan pengujian untuk asumsi syarat pengujian ragam. Perbedaan yang nyata atau sangat nyata dilanjutkan dengan uji Tukey.

(5)

berbeda nyata (P>0.05). Persentase bobot karkas, persentase daging, kulit dan tulang bagian dada, paha atas serta paha bawah ayam KB memiliki nilai lebih tinggi dari ayam kampung dan persentase lemak abdomen lebih rendah dari ayam ras pedaging. Kolesterol daging ayam KB pada kepadatan kandang berbeda tidak berbeda (P>0.05). Kolesterol daging ayam KB lebih rendah dari ayam ras pedaging dan ayam kampung.

(6)

SUMMARY

BAYU ADHITYA NUGRAHA. Productivity and Carcass Quality of Kampung– Broiler Crossbred Chicken on Different Stocking Density. Supervised by RUDI AFNAN, SRI DARWATI and TUTI SURYATI.

Development of kampung chickens in Indonesia every years havent increased significantly yet. This was caused by low productivity of kampung chicken and its havent developed optimally yet. One of the breeding program, heading to increase productivity could be done by crossbreeding. This crossing was expected to be increase the average body weight and slaughter weight of chicken rapidly in short time. Optimization of stocking density needs must be considered so the chickens can grow normally and consume feed efficiently. Beside that it can prevent the occurrence of abberation in the development chickens such as peck each other among chicken, cannibalism, interrupttion of body grow, reduced feed intake, stress in chickens due to heat stress, and lead to death in high stocking density.

This study aimed to analyze the level of stocking density on environment and physiology, productivity, carcass quality, and cholesterol of kampong-broiler crossbred chicken (KB). Ninety day old chicks (DOC) of kampong-broiler crossbred (unsexed) were used for analysis of productivity. Approximately 30% roosters were taken randomly at week 12 and slaughtered for analysis of malondialdehyde, carcass quality, and meat cholesterol. The kampung–broiler crossbred was performed in laboratory of animal breeding and genetic division to produce DOC of KB chicken and eggs were collected and hatched at Laboratory of Poultry Production, Faculty of Animal Science, Bogor Agricultural University.

Productivity was randomized block designed with two different group periods, each group consisted of 8,10, and 12 chicken. Malondialdehyde, carcass composition, and meat cholesterol was completely randomized designed with different stocking densities treatments and three replicates. Data was analyzed using analysis of variance (ANOVA) and had previously been tested for requirement of variance test assumption. The significant treatment was followed by Tukey test. Data of temperature humidity index (THI) and income over feed and chick cost (IOFCC) was descriptively explained.

(7)

broiler. The effect of different stocking densities on cholesterol of kampung– broiler crossbred was not significant (p>0.05). Cholesterol of kampung–broiler crossbred was lower than broiler and kampung chicken.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

PRODUKTIVITAS DAN KUALITAS KARKAS AYAM PERSILANGAN

KAMPUNG DAN RAS PEDAGING DENGAN

KEPADATAN KANDANG BERBEDA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2015 ini ialah produksi ternak dengan judul Produktivitas dan Kualitas Karkas Ayam Persilangan Kampung dan Ras Pedaging dengan Kepadatan Kandang Berbeda.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Rudi Afnan, SPt MScAgr, Dr Ir Sri Darwati, MSi dan Dr Tuti Suryati, SPt MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahannya, serta Dr Ir Niken Ulupi, MS selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran. Penghargaan penulis sampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Kementerian Keuangan yang telah membantu penulis selama studi dan penelitian.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua Bapak Muhtadi, Ibu Niknik Lesnawati Ningsih, adik Muhammad Dimas Rachmawanto, dan seluruh keluarga besar penulis atas segala doa dan perhatian yang diberikan kepada penulis. Tidak lupa terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada seluruh dosen ITP atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan, teman 1 penelitian atas kerjasamanya, rekan-rekan Pasca ITP khususnya angkatan 2014 dan staf administrasi Pascasarjana ITP atas dukungan dan kerjasamanya selama penulis menyelesaikan studi serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga kelak ilmu yang telah diperoleh berguna untuk generasi berikutnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 3

Waktu dan Tempat Penelitian 3

Bahan 3

Alat 3

Prosedur Penelitian 3

Peubah yang Diamati 5

Prosedur Analisis Data 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Lingkungan dan Fisiologi Ayam Persilangan 8

Produktivitas Ayam Persilangan 10

Kualitas Karkas dan Daging 17

Pembahasan Umum 21

SIMPULAN DAN SARAN 22

DAFTAR PUSTAKA 22

(14)

DAFTAR TABEL

1 Nilai THI kandang ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 8 2 Rataan malondialdehida hati serta ginjal ayam KB pada kepadatan

kandang berbeda 9

3 Rataan konsumsi pakan ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 10 4 Rataan bobot badan ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 12 5 Rataan konversi pakan ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 14 6 Mortalitas ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 15 7 Income over feed and chick cost ayam KB pada kepadatan kandang

berbeda 16

8 Rataan persentase bobot karkas dan persentase lemak abdomen

ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 17

9 Rataan persentase daging, kulit, dan tulang (dada, paha atas, dan

paha bawah) ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 19 10 Rataan kadar kolesterol ayam KB pada kepadatan kandang berbeda 20

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan penelitian 4

2 Kurva laju pertumbuhan ayam KB unsexed 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil sidik ragam malondialdehida hati 27

2 Hasil sidik ragam malondialdehida ginjal 27

3 Hasil sidik ragam konsumsi pakan kumulatif 27

4 Hasil sidik ragam bobot badan kumulatif umur 12 minggu 27

5 Hasil sidik ragam konversi pakan kumulatif 28

6 Hasil sidik ragam persentase bobot karkas 28

7 Hasil sidik ragam persentase bobot lemak abdomen 28

8 Hasil sidik ragam persentase daging dada 28

9 Hasil sidik ragam persentase kulit dada 28

10 Hasil sidik ragam persentase tulang dada 29

11 Hasil sidik ragam persentase daging paha atas 29

12 Hasil sidik ragam persentase kulit paha atas 29

13 Hasil sidik ragam persentase tulang paha atas 29 14 Hasil sidik ragam persentase daging paha bawah 29 15 Hasil sidik ragam persentase kulit paha bawah 30 16 Hasil sidik ragam persentase tulang paha bawah 30

(15)

1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia. Penampilan, sifat genetik, dan penyebaran ayam kampung sangat beragam dan luas. Ayam kampung mempunyai potensi sangat besar dalam menyumbangkan produksi pangan (daging dan telur) dan pemenuhan gizi serta tambahan pendapatan bagi peternak. Sebagai ternak penghasil daging, ayam kampung mempunyai potensi komersial untuk dikembangkan karena dagingnya sangat digemari oleh sebagian masyarakat Indonesia.

Perkembangan ayam kampung di Indonesia dari tahun ke tahun belum mengalami peningkatan yang signifikan. Populasi ayam kampung di Indonesia mengalami peningkatan 0.60% dari tahun 2014-2015. Peningkatan populasi ayam kampung masih sangat rendah dibandingkan ayam ras pedaging sebesar 3.76% pada tahun 2014-2015 (BPS 2015). Hal ini disebabkan produktivitas ayam kampung yang masih rendah dan belum dikembangkan secara optimal. Efisiensi pertumbuhan ayam kampung dan ayam ras pedaging sangat berbeda, bobot badan ayam kampung yang dipanen pada umur 10 minggu sebesar 900 g (Aryanti et al. 2013) sedangkan bobot badan ayam ras pedaging strain Cobb yang dipanen pada umur 7 minggu mencapai 2 770 g (Daryono et al. 2010).

Usaha peningkatan produktivitas tidak cukup hanya dengan perbaikan pakan dan manajemen pemeliharaan tetapi perlu ditingkatkan mutu genetiknya melalui program pemuliaan. Salah satu program pemuliaan, dengan tujuan peningkatan produksi daging, dapat dilakukan melalui persilangan (crossbreeding). Metode persilangan ini dalam jangka pendek akan meningkatkan rata-rata bobot badan dan bobot potong ayam secara cepat (Kgwatalala et al. 2015). Persilangan ayam kampung dapat dilakukan dengan ayam ras pedaging (broiler) untuk meningkatkan hasil dari perpaduan kedua rumpun ayam tersebut.

Ayam ras pedaging merupakan salah satu jenis ayam penghasil daging yang sangat efektif. Ayam ras pedaging memiliki siklus produksi lebih singkat dibandingkan dengan ternak unggas komersial lain karena sifat genetik yang semakin baik khususnya untuk karakter pertumbuhan. Ayam ras pedaging memiliki daging yang empuk, ukuran badan yang besar, tingkat efisiensi pakan yang tinggi dan pertambahan bobot badan sangat cepat. Meskipun ayam ini memiliki banyak kelebihan, pemeliharaannya harus tepat agar memperoleh hasil yang diinginkan seperti bobot daging baik serta keamanan saat mengkonsumsinya.

(16)

2

Ayam KB (kampung broiler) diharapkan menghasilkan produktivitas ayam lebih baik dari segi tingkat konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan, mortalitas, Temperature humidity index (THI), dan Income over feed and chick cost (IOFCC). Selain itu, hasil persilangan antara ayam kampung dengan ayam ras pedaging ini diharapkan menghasilkan performa kombinasi antara kedua genetik yang dimiliki, yaitu persentase bobot karkas, tulang, daging, kulit, lemak abdomen, kadar kolesterol daging yang baik, dan kadar malondialdehida (MDA) rendah pada pemeliharaan ayam dengan kepadatan kandang berbeda.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana konsumsi ransum, bobot badan, konversi pakan, mortalitas, THI, serta IOFCC ayam KB berdasarkan kepadatan kandang berbeda.

2. Bagaimana persentase bobot karkas, tulang, daging, kulit, lemak abdomen, kadar kolesterol daging, dan kadar MDA hati serta ginjal ayam KB berdasarkan kepadatan kandang berbeda.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi THI dan MDA, produktivitas, kualitas karkas, serta kolesterol daging ayam KB yang dipelihara pada kepadatan kandang berbeda.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini untuk memberikan informasi ilmiah pada pengguna mengenai produktivitas, kualitas karkas, lingkungan serta fisiologi, dan kolesterol daging ayam KB berdasarkan kepadatan kandang berbeda.

Ruang Lingkup Penelitian

(17)

3

2.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2015 melalui pengamatan lapangan dan laboratorium. Lokasi penelitian adalah Laboratorium Lapang Unit Unggas Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Uji kolesterol daging dilaksanakan di Laboratorium Terpadu Balai Besar Industri Agro (BBIA). Uji MDA dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Bahan

Bahan utama dalam penelitian ini adalah ayam hasil persilangan kampung dan ras pedaging (ayam KB), pakan komersial, air minum, vita chick, vita stres, vaksin ND dan gumboro, sekam, kalium klorida, asam trikloroasetat (TCA), asam thiobarbituric (TBA), dan akuades. Hasil pengujian kandungan nutrien bahan penyusun ransum dalam 100% bahan kering (BK) di Laboratorium Terpadu PAU IPB (2015) memperoleh hasil bahan kering (%) sebagai berikut : kadar air 10.7%, abu 5.25%, lemak 5.57%, protein 19.80%, dan serat kasar 1.71%.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah termometer basah kering,

exhaust fan, spoit, tabung reaksi, timbangan digital, tempat pakan, tempat minum, kandang pemeliharaan, pemanas ayam, brooder, mesin tetas, pisau, talenan, gas

chromatography, dan spektrofotometer.

Prosedur Penelitian

Penelitian tahap awal adalah menyilangkan ayam kampung dengan ayam ras pedaging parent stock dengan rasio 1 jantan : 6 betina. Pengumpulan telur tetas berselang 1 minggu sebanyak 2 periode, kemudian dimasukkan ke dalam mesin tetas selama 21 hari untuk masing-masing periode. Hasil penetasan sebanyak 90 ekor ayam hasil persilangan kampung dan ras pedaging (ayam KB) unsexed

digunakan pada pemeliharaan ini ditempatkan pada 3 unit kandang dengan kepadatan yang berbeda. Tiap kandang berisi 3 unit pen berukuran 1m × 1 m. Tiap petak (pen) masing–masing diisi 8, 10, dan 12 ekor ayam dengan 3 kelompok hasil persilangan kampung dan ras pedaging sebagai ulangan. Pengambilan data konsumsi ransum, bobot badan, konversi pakan, mortalitas, THI, dan IOFCC dimulai pada saat DOC hingga ayam berumur 12 minggu.

(18)

4

(19)

5 Peubah yang Diamati

Peubah yang diamati pada penelitian ini antara lain lingkungan dan fisiologi ayam KB meliputi THI dan kadar MDA pada hati serta ginjal. Produktivitas ayam KB meliputi konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan, mortalitas, dan IOFCC dengan kepadatan kandang berbeda.

Kualitas karkas dan daging ayam KB meliputi persentase bobot karkas, tulang, daging, kulit, lemak abdomen, dan kolesterol ayam KB meliputi kolesterol daging bagian dada beserta kulit.

Temperature Humidity Indexs (THI) diukur menggunakan termometer basah kering yang dipasang pada ketinggian 50 cm dari lantai kandang. Data diambil 3 kali dalam sehari yaitu pukul 07.00 WIB, 12.00 WIB dan 17.00 WIB. Rumus Menghitung THI (Tao and Xin 2003) adalah sebagai berikut :

THI = 0.85 Tdb + 0.15 Twb Keterangan :

THI = temperature-humidity index (oC); Tdb = dry-buld temperature (oC); dan Twb = wet-buld temperature (oC).

Kadar malondialdehida (MDA) diukur dengan menganalisis organ hati dan ginjal ayam dengan spektrofotometer sesuai dengan metode yang digunakan pada penelitian Khan et al. (2012) yang dimodifikasi. Organ hati dan ginjal sebanyak 1.25 g dicacah dalam kondisi dingin dalam 5 ml PBS (phosphate buffer saline) yang mengandung 11.5 g KC1 L-1. Homogenat yang dihasilkan disentrifugasi pada 4 500 rpm selama 10 menit. Analisis dilakukan sesuai prosedur Singh et al. (2002) dengan modifikasi pada penghitungan bilangan TBA, yaitu dengan menggunakan senyawa 1,1,3,3–tetraetoksipropana (TEP) (Sigma Aldrich USA) sebagai standar pada konsentrasi bertingkat (2, 4, 6, 8, dan 10 µM).

Produktivitas yang diamati pada penelitian ini antara lain adalah konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan, mortalitas, dan income over feed and chick cost.

Konsumsi pakan (g) diukur berdasarkan jumlah pakan yang diberikan setiap hari dikurangi jumlah pakan yang sisa pada hari tersebut.

Bobot badan (g) diukur dengan melakukan penimbangan pada setiap ekor ayam setiap minggu.

Konversi pakan diukur berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian dibagi dengan pertambahan berat badan yang diperoleh selama penelitian Ambara et al. (2013).

Mortalitas dihitung dari jumlah ayam yang mati selama penelitian (Awobajo 2007).

(20)

6

pemeliharaan dengan rata-rata pengeluaran biaya DOC ditambah pakan 1 ekor ayam selama pemeliharaan (Mide 2007).

Kualitas karkas dan daging yang diamati pada penelitian ini antara lain adalah persentase bobot karkas, persentase daging, persentase kulit, persentase tulang, lemak abdomen, dan kadar kolesterol daging.

Persentase bobot karkas diperoleh dengan cara membandingkan bobot karkas dengan bobot badan akhir pada akhir penelitian dengan mengambil sampel sebanyak ± 30% ekor ayam dari tiap pen. Ayam disembelih dan dicabut bulunya kemudian ditimbang bobot karkasnya. Karkas yang diukur adalah bagian tubuh ayam tanpa darah, bulu, kaki, kepala, leher, dan seluruh isi rongga perut kecuali hati, ampela serta jantung (Antari et al. 2015). Persentase karkas dihitung berdasarkan bobot karkas ayam umur 12 minggu dibagi bobot hidup dikalikan dengan 100%.

Persentase daging dilakukan dengan menimbang berat karkas dada, paha atas, dan paha bawah. Masing-masing bagian karkas dipisahkan tulang dan kulit. Persentase daging dreiperoleh dengan cara perhitungan sebagai berikut :

Persentase kulit diperoleh dengan dilakukan dengan menimbang berat karkas, dada, paha atas, dan paha bawah. Masing-masing bagian karkas dipisahkan tulang dan daging. Persentase kulit diperoleh dengan cara perhitungan sebagai berikut :

Persentase tulang dilakukan dengan menimbang berat karkas dada, paha atas, dan paha bawah. Masing-masing bagian karkas dipisahkan kulit dan daging. Persentase tulang diperoleh dengan cara perhitungan sebagai berikut :

Lemak abdomen diukur dengan menimbang lemak yang terdapat pada sekeliling

gizzard dan lapisan yang menempel antara otot abdomen serta usus (Witantra 2011). Lemak abdomen diperoleh dengan membandingkan bobot lemak abdomen dengan bobot hidup dikalikan 100%. Persentase lemak abdomen diperoleh dengan cara perhitungan sebagai berikut :

Kadar kolesterol daging diukur mengikuti metode AOAC (2005) dengan di saponifikasi pada suhu yang tinggi. Fraksi kolesterol yang tidak tersaponifikasi diektraksi dengan toluene. Derivatisasi dilakukan ke dalam trimethylsilyl (TMS) untuk penghitungan menggunakan gas chromatography. Analisis gas

(21)

7

chromatography. Penentuan area kolesterol tertinggi menggunakan pengukuran tinggi lebar atau digital integrator. Pengukuran dilakukan selama 16-18 menit. Area kolesterol tertinggi dibagi dengan standar area kolesterol tertinggi internal untuk mendapatkan rasio respon standar. Respon standar diplotkan dengan 4 standar tertinggi (0.01-0.20 mg mL-1) terhadap konsentrasi kolesterol. Hasil derivatisasi diukur dengan rumus:

g sampel per mL derivatisasi = (W1/V1)x(V2/V3) Keterangan :

W1= Berat sampel (g);

V1 = Volume toluen (100 mL) yang digunakan dalam extraksi; V2 = Aliquot dari extrak (25 mL); dan

V3 = Volume DMF yang digunakan untuk melarutkan residu.

Setelah didapatkan banyaknya g sampel mL-1 derivatisasi, kadar kolesterol daging (mg kolesterol per 100 g sampel) dihitung dengan rumus :

Prosedur Analisis Data

Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan 3 perlakuan. Perlakuan yang diujicobakan meliputi :

R1 : Ayam kampung ras pedaging (KB) dengan kepadatan 8 ekor m-2; R2 : Ayam kampung ras pedaging (KB) dengan kepadatan 10 ekor m-2; dan R3 : Ayam kampung ras pedaging (KB) dengan kepadatan 12 ekor m-2.

Rancangan percobaan yang digunakan untuk penelitian produktivitas adalah rancangan acak kelompok (RAK). Pemeliharaan ayam dilakukan pada 2 periode berbeda. Setiap kelompok terdiri atas 8, 10, dan 12 ekor ayam. Model matematik rancangan acak kelompok (RAK) yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1993) sebagai berikut:

Yij μ + αi+ βj+ εij Keterangan :

Yij = respon peubah (Produktivitas) yang diamati dengan kepadatan kandang yang berbeda ke-i (kepadatan 8 ekor m-2, 10 ekor m-2, dan 12 ekor m-2) pada kelompok ke-j (1 dan 2);

μ = nilai tengah semua perlakuan;

αi = pengaruh perlakuan ke-i; βj = pengaruh kelompok ke-j;

εij = galat percobaan akibat kepadatan kandang yang berbeda ke-i dan kelompok ke-j; i = 1,2,3 (banyaknya perlakuan); dan

j = 1 dan 2 (banyaknya kelompok).

Rancangan percobaan yang digunakan untuk penelitian kualitas karkas adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan kepadatan kandang berbeda, dengan 3 kali ulangan dan setiap ulangan masing-masing terdiri atas 8, 10, dan 12 ekor ayam. Model matematik rancangan acak lengkap (RAL) yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1993) adalah sebagai berikut:

(22)

8

Keterangan :

Yij = respon peubah (kualitas karkas) yang diamati dengan kepadatan kandang yang berbeda ke-i (kepadatan 8 ekor m-2, 10 ekor m-2, dan 12 ekor m-2) dan ulangan ke-j;

μ = nilai tengah semua perlakuan;

αi = pengaruh perlakuan ke-i;

εij = galat percobaan akibat kepadatan kandang yang berbeda ke-i dan ulangan ke-j; i = 1, 2, 3 (banyaknya perlakuan); dan

j = 1, 2, 3 (banyaknya ulangan).

Data yang diperoleh dianalisis ragam (analysis of variance/ANOVA). Sebelumnya telah dilakukan pengujian untuk asumsi syarat pengujian ragam (Matjjik dan Sumertajaya 2013). Perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji Tukey. Hasil penelitian untuk parameter THI dan IOFCC disajikan secara deskriptif.

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lingkungan dan Fisiologi Ayam Persilangan

Hasil pemeliharaan 12 minggu ayam KB yang dipelihara pada 3 kepadatan kandang berbeda relatif sama terhadap peubah lingkungan (THI) dan tidak berbeda nyata terhadap fisiologi ayam (MDA) hati serta ginjal.

Keadaan THI Kandang Penelitian

Suhu basah dan suhu kering merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi secara langsung kondisi produktivitas maupun kualitas karkas ternak. Suhu basah dan suhu kering menentukan nilai THI kandang dan lingkungan hidup ternak. Rataan suhu basah dan kering kandang hingga dihasilkan nilai THI disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Nilai THI kandang ayam KB pada kepadatan kandang berbeda

Minggu Kepadatan kandang

8 ekor m-2 10 ekor m-2 12 ekor m-2

(oC)

3 29.56 ± 1.19 30.04 ± 1.45 30.15 ± 1.59

4 28.23 ± 1.27 29.42 ± 1.62 28.95 ± 1.35

5 28.58 ± 1.42 28.96 ± 1.62 28.70 ± 1.66

6 28.40 ± 1.66 28.78 ± 1.84 28.67 ± 1.67

7 28.30 ± 1.63 28.80 ± 1.85 28.54 ± 1.43

8 28.60 ± 1.56 28.81 ± 1.47 28.24 ± 1.36

9 28.49 ± 1.50 28.78 ± 1.54 29.08 ± 1.47

(23)

9 Hasil penelitian menunjukkan bahwa THI pemeliharaan ayam KB pada kepadatan 8 ekor, 10 ekor, dan 12 ekor m-2 selama 12 minggu pemeliharaan menunjukkan rataan nilai THI total sebesar 28.92 o

C-29.39 oC (Tabel 1). Nilai yang relatif sama disebabkan penggunaan exhaust fan pada setiap kandang yang mampu menstabilkan suhu. Hal ini mengindikasikan, sirkulasi udara berlangsung baik dan menyebabkan ayam melakukan pelepasan panas yang relatif sama pada ketiga kepadatan, dan berdampak terhadap kondisi uap air dalam kandang relatif sama. Hal ini sejalan dengan penelitian (Tao dan Xin 2003) bahwa apabila suhu lingkungan efektif berada di dalam thermoneutral zone, yaitu suhu lingkungan yang nyaman. Maka ayam ras pedaging dewasa akan mempertahankan suhu tubuhnya dari 41.2 oC sampai 42.2 oC melalui mekanisme termoregulasi dengan usaha yang minimal. Persilangan ayam kampung dengan ras pedaging merupakan hewan homeotermal, dengan pemeliharaan kepadatan kandang 8 ekor, 10 ekor dan 12 ekor m-2 mampu mempertahankan suhu tubuhnya secara konstan sehingga fungsi dalam tubuhnya berlangsung secara optimal. Nilai THI yang relatif sama pada 3 kepadatan yang berbeda memungkinkan dilakukan pemeliharaan hingga kepadatan 12 ekor m-2 hingga umur 12 minggu.

Malondialdehida

Malondialdehida merupakan produk akhir dari peroksidasi lipida, dan umumnya digunakan sebagai biomarker biologis untuk menilai stres oksidatif. Hasil penelitian malondialdehida hati serta ginjal ayam KB dengan kepadatan kandang berbeda disajikan pada Tabel 2.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar malondialdehida hati serta ginjal ayam KB dengan kepadatan kandang berbeda tidak berbeda nyata (Tabel 2). Pemeliharaan ayam pada kepadatan 8 ekor, 10 ekor, dan 12 ekor m-2 memiliki kadar malondialdehida hati serta ginjal relatif sama. Hasil penelitian Zheng et al.

(2016) pada ayam ras pedaging sebagai kontrol yang dipelihara selama 20 hari dengan kepadatan kandang 8 ekor m-2 menunjukkan nilai malondialdehida hati sebesar 17.86 nmol mL-1. Hasil yang ditunjukkan dari rataan kadar malondialdehida ayam KB yang dipelihara selama 12 minggu dengan 3 kepadatan kandang berbeda menunjukkan ayam KB memiliki rataan nilai malondialdehida hati yang relatif sama bila dibandingkan dengan nilai malondialdehida hati ayam ras pedaging.

(24)

10

meningkatkan MDA. Namun demikian, kadar malondialdehida pada hati lebih tinggi dibandingkan pada ginjal. Hal tersebut membuktikan bahwa hati merupakan organ tubuh tempat proses oksidasi yang paling banyak terjadi.

Kepadatan kandang yang berbeda namun karena tidak menunjukkan perbedaan THI pada setiap pen maka kemungkinan tidak menghasilkan stress oksidatif yang menghasilkan kelebihan radikal bebas. Hal ini berarti bahwa kondisi cekaman panas pada setiap pen tidak menimbulkan stres oksidatif. Hal ini sejalan dengan konsumsi pakan, bobot badan dan konversi pakan yang tidak terpengaruh akibat kepadatan kandang berbeda. Penelitian Wu et al. (2015) pada ayam ras pedaging yang dipelihara dengan kepadatan kandang 8 ekor m-2 menunjukkankadar malondialdehida hati pada kontrol perlakuan umur ayam 21 dan 42 hari tidak berbeda. Kusnadi (2009) melaporkan ayam ras pedaging yang mengalami cekaman panas pada suhu berbeda mempengaruhi kadar malondialdehida karena terjadi peningkatan stres oksidatif artinya terjadi kelebihan radikal bebas dibandingkan antioksidan.

Produktivitas Ayam Persilangan

Hasil pemeliharaan 12 minggu pada ayam KB yang dipelihara pada 3 kepadatan kandang berbeda tidak berbeda nyata terhadap produktivitas ayam. Produktivitas yang diamati meliputi : konsumsi pakan, bobot badan, dan konversi pakan.

Konsumsi Pakan Ayam

Konsumsi pakan merupakan kegiatan masuknya sejumlah komponen nutrisi yang ada di dalam pakan untuk memenuhi kebutuhan ternak. Hasil penelitian konsumsi pakan ayam KB dengan kepadatan kandang berbeda selama pemeliharaan 12 minggu disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Rataan konsumsi pakan ayam KB pada kepadatan kandang berbeda

(25)

11 Kepadatan kandang berbeda tidak berpengaruh terhadap konsumsi pakan (Tabel 3). Konsumsi pakan ayam pada pemeliharaan dengan kepadatan 8 ekor, 10 ekor, dan 12 ekor m-2 relatif sama. Rataan konsumsi pakan selama 12 minggu penelitian berkisar antara 65.50-714.98 g minggu-1 ekor-1. Asanian (2014) melaporkan ayam ras pedaging yang dipelihara selama 8 minggu dengan perlakuan kepadatan kandang berbeda 6, 12 dan 18 ekor m-2 menunjukkan rataan konsumsi pakan 28.45-277.70 g ekor-1 hari-1. Hasil penelitian Iskandar et al. (2009) melaporkan ayam wareng yang dipelihara pada kepadatan kandang berbeda 6, 8, dan 10 ekor m-2 memiliki rataan konsumsi pakan pada umur 14-19 minggu sebesar 1 434-1 496 g ekor-1 5 minggu-1. Hasil penelitian Aryanti et al.

(2013) pada ayam kampung pedaging yang dipelihara dengan kepadatan 12 ekor m-2 selama 10 minggu menunjukkan rataan konsumsi pakan 34.80-386.43 g ekor-1 minggu-1. Utami et al. (2012) juga melaporkan pemeliharaan ayam ras pedaging selama 5 minggu dengan tingkat kepadatan kandang 6, 8 dan 10 ekor m-2 menunjukkan rataan konsumsi pakan 1 570.45-1 578.18 g ekor-1.

Hasil yang ditunjukkan dari rataan konsumsi pakan ayam KB yang dipelihara selama 12 minggu dengan 3 kepadatan kandang berbeda menunjukan ayam KB memiliki rataan konsumsi pakan yang lebih tinggi dari ayam wareng, ayam kampung pedaging dan ayam ras pedaging. Konsumsi pakan yang tinggi pada ayam KB disebabkan kebutuhan pakan dalam menghasilkan daging lebih tinggi karena memiliki kerangka tubuh yang lebih besar. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh suhu dalam kandang. Suhu dalam kandang yang relatif sama pada penelitian ini menjaga suhu ayam tidak naik sehingga kecukupan oksigen terpenuhi dan menyebabkan nilai konsumsi pakan tidak jauh berbeda.

Menurut Asanian (2014), kepadatan kandang yang tinggi akan menyebabkan kenaikan suhu kandang akibat panas yang dihasilkan ayam dari proses metabolisme. Pemeliharaan pada kepadatan 8, 10, dan 12 ekor m-2 mengakibatkan panas rata-rata yang dikeluarkan tubuh relatif banyak dari pada yang diterima sehingga tidak terjadi peningkatan suhu tubuh dan ternak tidak mengalami stres panas, yang diikuti dengan kenaikan konsumsi pakan. Tingkat konsumsi pakan menurut Bell dan Weaver (2002), dipengaruhi oleh bobot badan, tingkat produksi, tingkat cekaman, aktivitas ternak, kandungan energi dalam ransum, suhu lingkungan, dan adanya penyakit.

(26)

12

Bobot Badan dan Laju Pertumbuhan

Bobot badan umumnya dinyatakan dengan melakukan pengukuran berat melalui penimbangan berulang-ulang tiap minggu atau tiap waktu lain. Hasil penelitian bobot badan ayam KB dengan kepadatan kandang berbeda disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Rataan bobot badan ayam KB pada kepadatan kandang berbeda

(27)

13 Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan bobot badan ayam KB yang dipelihara selama 12 minggu dengan 3 kepadatan kandang berbeda lebih tinggi dari ayam wareng dan ayam kampung pedaging. Hal ini disebabkan karena perpaduan dari persilangan ayam kampung dan ras pedaging mengakibatkan bobot badan ayam lebih besar menyerupai tekstur tubuh ayam ras pedaging. Penelitian Asanian (2014) menunjukkan suhu lingkungan yang rendah menekan meningkatnya suhu tubuh pada ayam ras pedaging yang ditandai dengan meningkatnya pertambahan bobot badan. Hasil penelitian Petek et al. (2010) menunjukkan bahwa konsumsi pakan sangat mempengaruhi bobot badan akhir. Menurut Zainal et al. (2012), ayam yang memiliki hubungan kekerabatan jauh menghasilkan efek heterosis positif. Persilangan dengan ayam ras pedaging menghasilkan bobot badan yang lebih besar dibandingkan dengan tetuanya yaitu ayam kampung. Menurut Banjarnahor et al. (2014), ternak yang memiliki hubungan kekerabatan dekat memiliki peluang yang kecil untuk meningkatkan heterosis dalam persilangannya.

Salah satu pendugaan pertumbuhan dapat diketahui melalui laju pertumbuhan relatif. Kurva laju pertumbuhan ayam KB unsexed yang dibandingkan dengan ayam KB unsexed pendugaan pertumbuhan optimal disajikan pada Gambar 2. Pendugaan pertumbuhan optimal ayam KB unsexed

mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan ayam KB unsexed pada kepadatan kandang 8, 10, dan 12 ekor m-2. Pendugaan pertumbuhan optimal ayam KB unsexed R1 (Wt = Wo x e 0.290t), R2 (Wt = Wo x e 0.287t), R3 (Wt = Wo x e 0.286t

) dan ayam KB unsexed R1 (Wt = Wo x e 0.285t), R2 (Wt = Wo x e 0.281t), R3 (Wt = Wo x e 0.280t) yang diukur dengan laju pertumbuhan relatif.

Gambar 2 Kurva laju pertumbuhan ayam KB unsexed

Keterangan : : BB unsexed 8 ekor; : BB unsexed 10 ekor; : BB unsexed 12 ekor; : BB optimal unsexed 8 ekor; : BB optimal unsexed 10 ekor; : BB optimal unsexed 12 ekor.

Konversi Pakan

Konversi pakan adalah perbandingan antara konsumsi ransum dengan pertambahan bobot badan. Rasio kecil menunjukkan pertambahan bobot badan ayam baik atau ayam makan dengan efisien. Konversi ransum yang rendah merupakan tujuan utama dalam pemeliharaan ayam yang menunjukkan efisiensi

(28)

14

penggunaan pakan yang tinggi per unit pertambahan bobot badan. Hasil penelitian konversi ransum ayam KB dengan kepadatan kandang berbeda disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Rataan konversi pakan ayam KB pada kepadatan kandang berbeda

Minggu Kepadatan kandang kepadatan kandang berbeda tidak berbeda nyata. Pemeliharaan dengan kepadatan 8 ekor, 10 ekor, dan 12 ekor m-2 memiliki total konversi pakan dari minggu 1-12 relatif sama (2.16-2.32). Rataan konversi pakan selama minggu 1-12 penelitian berkisar 1.32-4.97. Asanian (2014) melaporkan bahwa ayam ras pedaging yang dipelihara selama 8 minggu dengan perlakuan kepadatan kandang berbeda 6, 12 dan 18 ekor m-2 memiliki rataan konversi pakan 0.30-3.19. Penelitian Iskandar et al. (2009) menunjukkan bahwa ayam wareng yang dipelihara pada kepadatan kandang berbeda 6, 8, dan 10 ekor m-2 memiliki rataan konversi pakan pada umur 14-19 minggu sebesar 9.7-10.3. Penelitian Iskandar (2005) pada persilangan ayam kedu dan ayam arab pada umur 32-84 hari yang dipelihara dengan kepadatan kandang 10 ekor m-2 menunjukkan rataan konversi pakansebesar 3.74. Utami et al. (2012) juga melaporkan pemeliharaan ayam ras pedaging selama 5 minggu dengan tingkat kepadatan kandang 6, 8, dan 10 ekor m-2 memiliki rataan konversi pakan 1.42-1.46. Rataan konversi pakan ayam KB dalam penelitian ini memiliki nilai yang lebih rendah dari ayam wareng dan ayam persilangan antara ayam kedu dan ayam arab.

(29)

15 menyatakan konversi ransum akan meningkat dan menurunkan efisiensi produksi pada ayam broiler yang mendapat cekaman panas pada suhu 32 oC. Menurut penelitian yang dilakukan Iskandar (2005), bahwa konversi pakan hasil dari persilangan antar dua jenis ayam lokal (ayam kedu dan ayam arab) memiliki nilai konversi yang lebih rendah dari pada konversi ayam lokal yang tidak disilangkan.

Mortalitas

Mortalitas merupakan nilai jumlah ayam yang mati selama pemeliharaan. Kematian merupakan salah satu parameter yang sering digunakan untuk bahan evaluasi pemeliharaan tiap minggu dan sekaligus sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam usaha ternak ayam. Jumlah kematian ayam KB dengan kepadatan kandang berbeda disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Mortalitas ayam KB pada kepadatan kandang berbeda

Kepadatan kandang (ekor) (%) selama 35 hari dengan perlakuan kepadatan kandang berbeda 15 dan 19 ekor m-2 menghasilkan mortalitas 1.25%-2.50%. Iskandar et al. (2009) melaporkan penelitian pada ayam wareng yang dipelihara pada kepadatan kandang berbeda 6, 8, dan 10 ekor m-2 menghasilkan mortalitas pada umur 14-19 minggu sebanyak 1 ekor. Ayam kampung pedaging yang dipelihara dengan kepadatan 12 ekor m-2 selama 10 minggu menunjukkan persentase mortalitas sebesar 1.78% (Aryanti et al. 2013). Hasil yang ditunjukkan dari jumlah kematian ayam KB yang dipelihara selama 12 minggu dengan kepadatan kandang berbeda 8, 10, dan 12 ekor m-2 menunjukkan ayam KB lebih sedikit jumlah mortalitasnya dibandingkan ayam kampung pedaging dan ayam ras pedaging.

Kematian ayam selama pemeliharaan paling banyak terjadi pada umur 3-5 minggu yang disebabkan oleh serangan penyakit. Gejala klinis yang terlihat pada ayam berupa gangguan pernafasan, keluarnya cairan eksudat dari rongga hidung, batuk, bersin, dan kemerahan pada selaput lendir (conjunctiva) mata ayam. Selain itu, perubahan patologis yang terlihat adalah peradangan pada mukosa organ pernafasan. Menurut Wiedosari dan Wahyuwardani (2015), gejala patologis anatomis ayam terserang penyakit CRD adalah adanya peradangan saluran pernafasan bagian atas, kantung udara keruh, dan menebal, serta pembentukan jaringan fibrin pada selaput hati dan jantung. Soeripto (2009) menyatakan gejala klinis bervariasi dari subklinis sampai kesulitan pernafasan tergantung dari derajat keparahan infeksi. Gejala klinis ditandai dengan keluarnya cairan eksudat bening (catarrhal) dari rongga hidung, bersin-bersin, batuk, ngorok, dan radang

(30)

16

dengan kelebihan dari silangan ayam kampung 50% mampu beradaptasi hingga kepadatan kandang 12 ekor m-2.

Rahman et al. (2004) menyatakan penyakit CRD disebabkan oleh bakteri

Mycoplasma gallisepticum. Kasus penyakit pernapasan ini umumnya akibat fluktuasi suhu dari waktu ke waktu. Penyakit CRD akan menyebabkan penurunan jumlah yang nyata pada populasi sel-sel limfosit ayam. Efek terhadap populasi sel limfosit ini mengakibatkan respon kekebalan ayam menurun, khususnya terhadap respon vaksinasi yang diberikan dan juga terhadap tantangan mikroorganisme lingkungan. Jumlah kematian tertinggi selama penelitian berlangsung terjadi pada minggu ke-4, diduga akibat daya tahan tubuh ayam menurun sehingga mudah terserang penyakit.

Income Over Feed and Chick Cost

Income over feed and chick cost adalah perbedaan rata-rata pendapatan (dalam rupiah) yang diperoleh dari hasil penjualan 1 ekor ayam pada akhir pemeliharaan dengan rata-rata pengeluaran biaya DOC ditambah pakan 1 ekor ayam selama pemeliharaan. Income over feed and chick cost ayam KB dengan kepadatan kandang berbeda selama pemeliharaan 12 minggu disajikan pada Tabel 7.

 Biaya Pakan Selama Pemeliharaan (Rp per

ekor) 43 424 43 704 43 520 memperhitungkan biaya tenaga kerja dan operasional lainnya diasumsikan sama setiap perlakuan. Harga pakan dalam perhitungan ini berdasarkan harga eceran dari pakan yang berlaku pada poultry shop saat pakan digunakan penelitian.

(31)

17 kandang 10 ekor m-2 menunjukkan nilai konversi pakan yang rendah dari setiap minggu pemeliharaan ayam KB bila dibandingkan dengan perlakuan kepadatan 12 ekor m-2. Hal ini sesuai dengan pendapat Mide (2007) faktor yang mempengaruhi

income over feed and chick cost antara lain harga DOC, konsumsi ransum, bobot badan akhir dan harga jual per kg bobot hidup. Nuraini (2009) melaporkan hasil

income over feed and chick cost tertinggi terdapat pada perlakuan dengan konversi pakan yang terendah.

Kualitas Karkas dan Daging

Kualitas karkas dan daging diamati sebagai hasil pemberian perlakuan selama 12 minggu setelah diawali penyembelihan pada ayam KB jantan yang dipelihara pada 3 kepadatan kandang berbeda. Hasil analisis menunjukkan bahwa kepadatan kandang yang berbeda pada penelitian ini secara umum tidak mempengaruhi kualitas karkas dan daging yang dihasilkan.

Persentase Bobot Karkas dan Persentase Lemak Abdomen

Karkas merupakan berat tubuh ternak potong setelah pemotongan dikurangi kepala, darah, kaki dan bulu. Lemak abdomen adalah lemak yang terdapat pada sekeliling gizzard dan lapisan yang menempel antara otot abdomen serta usus. Hasil penelitian persentase bobot karkas dan persentase lemak abdomen ayam KB dengan kepadatan kandang berbeda disajikan pada Tabel 8.

(32)

18

kandang yang lebih sempit serta berada di atas rataan persentase ayam kampung yang dipelihara selama 12 minggu.

Hasil penelitian Fathullah et al. (2013) ayam ras pedaging yang dipelihara selama 35 hari dengan perlakuan kepadatan kandang 10 ekor m-2 menunjukkan rataan persentase lemak abdomen 2.38%. Menurut Pratama et al. (2012), ayam kampung yang dipelihara selama 12 minggu dengan kepadatan kandang 6 ekor m -1

dengan ukuran berbeda-beda menghasilkan persentase lemak abdomen 0.52%. Hasil penelitian menunjukkan persentase lemak abdomen ayam KB lebih rendah dibandingkan ayam ras pedaging yang dipelihara selama 35 hari dan lebih besar dibandibngkan ayam kampung yang dipelihara selama 12 minggu, dengan jumlah pemeliharaan antara 8, 10, dan 12 ekor m-2 ayam KB menghasilkan persentase bobot karkas yang baik dan persentase lemak abdomen yang tidak terlalu tinggi.

Kepadatan kandang yang tidak berpengaruh secara nyata diduga karena persentase karkas dan bobot badan yang relatif sama, karena tidak adanya perbedaan pada bobot badan menyebabkan persentase bobot karkas juga tidak berbeda. Menurut Daud et al. (2007), persentase bobot karkas berhubungan dengan jenis kelamin, umur dan bobot hidup. Selain itu bobot badan berbanding lurus dengan pertambahan bobot karkas. Hal ini sejalan dengan penelitian Simitzis

et al. (2012) pada perlakuan kepadatan kandang 6 dan 13 ekor m-2 terhadap pertambahan berat badan menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata.

Persentase lemak abdomen pada 3 perlakuan tidak berbeda diduga karena pemberian pakan yang mengandung nutrisi dan energi sama dari DOC hingga umur 12 minggu. Menurut Fathullah et al. (2013), tingkat energi dan asam amino pada ransum nyata mempengaruhi lemak abdomen. Persentase lemak abdomen yang dihasilkan pada penelitian sangat rendah diakibatkan bobot hidup ayam masih dalam fase pertumbuhan. Umumnya meningkatnya bobot hidup ayam diikuti oleh menurunnya kandungan lemak abdominal yang menghasilkan produksi daging yang tinggi Donald et al. (2002). Bell dan Weaver (2002) menyatakan persentase lemak abdomen ayam berkisar antara 2.64%-3.3% dari bobot hidup.

Persentase Daging, Kulit, dan Tulang pada Potongan Dada, Paha Atas, dan Paha Bawah

Karkas ayam terdiri atas : bagian dada, paha atas, dan paha bawah yang memiliki komponen yang meliputi : daging, kulit, dan tulang. Persentase daging, kulit dan tulang pada bagian karkas dada, paha atas dan paha bawah ayam KB penelitian disajikan pada Tabel 9.

(33)

19 diperoleh rataan persentase bagian dada 19.07%, paha atas 15.82%, dan paha bawah 14.14% sementara ayam kampung yang diteliti Gunawan dan Sartika (2001) memperoleh rataan persentase bagian dada 19,79%, paha atas 16.43%, dan paha bawah 14.40%.

Tabel 9 Rataan persentase daging, kulit, dan tulang (dada, paha atas, dan paha bawah) ayam KB jantan pada kepadatan kandang berbeda

Peubah Kepadatan kandang

Ayam KB memiliki rataan persentase daging, kulit, dan tulang bagian dada, paha atas serta paha bawah ayam lebih tinggi dari ayam persilangan pelung dan kampung serta ayam kampung, pada penelitian ini, kepadatan kandang 8 ekor m-2 menghasilkan persentase daging bagian dada serta paha atas terbesar dan persentase kulit, tulang bagian dada, paha bawah serta tulang paha atas memiliki persentase terkecil dibandingkan perlakuan kepadatan 10 dan 12 ekor m-2. Ayam KB pada kepadatan 8 ekor m-2 menghasilkan rasio persentase bagian daging terbesar pada potongan dada dan paha atas serta menghasilkan rasio persentase kulit, tulang terkecil pada bagian dada dan paha bawah. Persentase daging yang tinggi umumnya akan memperlihatkan persentase tulang yang rendah, seperti pada persentase daging dada yang tinggi yaitu perlakuan kepadatan kandang 8 ekor m-2 (22.75%).

Hasil persentase daging, kulit, dan tulang bagian dada, paha atas serta paha bawah ayam KB yang tidak berbeda pada kepadatan kandang yang berbeda diduga karena persentase bobot karkas juga tidak terpengaruh dan juga karena perbedaan bobot potongnya yang kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Haroen (2003) bahwa pencapaian dari komponen persentase potongan karkas sangat berkaitan dengan bobot karkas. Muryanto et al. (2002) melaporkan perbedaan bobot potong 605.3 g dan 812.3 g pada ayam kampung tidak berpengaruh terhadap rasio daging, kulit, dan tulang, namun perbedaan yang besar antara 683.3 g dan 1286.8 g berpengaruh terhadap rasio daging, kulit dan tulang. Besarnya dada dijadikan ukuran menilai kualitas perdagingan karena sebagian besar otot merupakan komponen karkas paling besar terdapat di sekitar dada (Sari et al.

(34)

20

menentukan variasi hasil daging adalah ukuran, jenis kelamin, konformasi tubuh, dan genetik unggas.

Persentase bobot paha pada penelitian ini lebih besar dibandingkan dengan yang dikemukakan oleh Resnawati (2004) yang memilahnya dalam 2 bagian, yaitu 15% paha bagian atas dan 10% paha bagian bawah. Sementara itu, Muryanto et al. (2002) melaporkan persentase bobot paha atas 15%-17% dan paha bagian bawah 11%-13% pada ayam kampung. Menurut Armissaputri et al.

(2013), paha merupakan bagian karkas yang banyak mengandung daging sehingga perkembangannya banyak dipengaruhi oleh kandungan protein pakan. Ayam pedaging jantan mempunyai persentase bobot paha atas dan paha bawah lebih besar dibandingkan dengan betina (Resnawati, 2004).

Kadar Kolesterol Daging

Kolesterol adalah suatu substansi seperti lilin yang berwarna putih yang secara alami ditemukan di dalam tubuh dan makanan seperti daging. Hasil penelitian kadar kolesterol daging ayam persilangan kampung dan ras pedaging dengan kepadatan kandang berbeda disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Rataan kadar kolesterol ayam KB jantan pada kepadatan kandang berbeda

Kepadatan kandang Kolesterol Daging (mg 100 g-1)

8 ekor m-2 46.65 ± 12.94 sama. Rataan kolesterol daging penelitian berkisar 25.82-46.65 mg 100 g-1. Hasil penelitian Meliandasari et al. (2015) menunjukkan ayam ras pedaging yang dipelihara selama 42 hari pada kontrol perlakuan yang diberi pakan komersial menunjukkan kadar kolesterol daging yang dikomposit antara daging dada, paha, dan sayap tanpa kulit sebesar 39.63 mg 100 g-1. Hasil penelitian Syahrudin et al.

(2011) ayam ras pedaging yang dipelihara selama 8 minggu sebagai kontrol pemberian pakan komersil dengan kepadatan kandang 10 ekor m-2 menghasilkan kadar kolesterol daging utuh dengan kulit tanpa tulang sebesar 73.17 mg 100 g-1. Hasil penelitian Sutama et al. (2010) pada ayam kampung umur 12 minggu sebagai kontrol dengan pemberian pakan komersial dan dipelihara dalam kepadatan kandang 10 ekor m-2 memperoleh kadar kolesterol daging utuh dengan kulit sebesar 59.65 mg 100 g-1.

(35)

21 kolesterol dapat dipengaruhi oleh persentase lemak abdomen, konsumsi ransum dan konsumsi protein yang rendah sehingga menyebabkan lemak berfungsi sebagai energi untuk membantu pertumbuhan yang maksimal dan menyebabkan kolesterol yang terbentuk dalam tubuh juga rendah.

Pembahasan Umum

Suhu basah dan suhu kering menentukan nilai THI yang mempengaruhi langsung produktivitas maupun kualitas karkas ternak. Produktivitas dan kualitas karkas ayam ras pedaging akan menurun pada THI di atas 21 oC (Purswell 2012), sedangkan penurunan produktivitas ayam kampung terjadi pada suhu yang melebihi 25 °C (Gunawan dan Sihombing 2004).

Nilai THI pada penelitian cukup tinggi dan relatif sama pada tiga kepadatan kandang berbeda. Tingginya nilai THI ini dapat menimbulkan cekaman panas yang berdampak pada performa ayam. Menurut Sugito dan Delima (2010), cekaman panas berpengaruh terhadap performa ayam broiler strain Cobb. Cekaman panas yang berlebih dapat mengakibatkan gangguan metabolisme dan stres oksidatif yang berakibat pada peningkatan kebocoran elemen saat proses transfer elektron. Menurut Werdhasari (2014), radikal bebas akibat gangguan metabolisme tubuh dapat mengambil elektron dari DNA. Selain itu dapat mempengaruhi produksi lapisan lipida pada dinding sel, mempengaruhi pembuluh darah, produksi prostaglandin, dan protein lain seperti enzim yang terdapat dalam tubuh. Kebocoran transfer elektron tersebut dapat meningkatkan oksidasi pada tingkat seluler yang berimplikasi pada peningkatan kandungan MDA ayam. Namun demikian, nilai THI yang tinggi dengan perlakuan kepadatan kandang berbeda pada penelitian ini tidak mengakibatkan stres oksidatif berlebih pada ayam KB. Hal ini dapat dilihat dari nilai MDA yang tidak berbeda nyata dan tidak terlalu tinggi. Stres oksidatif yang tidak berlebihan dapat diakibatkan penggunaan

exhaust fan pada masing-masing kandang. Selain tidak berpengaruh terhadap kandungan MDA, nilai THI juga tidak berpengaruh pada performa ayam.

Performa ayam menunjukkan nilai konsumsi pakan, bobot badan, dan konversi pakan yang tidak berbeda. Walaupun demikian, perhitungan IOFCC menunjukkan bahwa ayam KB pada kepadatan kandang 10 ekor m-2 memiliki pendapatan paling tinggi karena bobot badan akhir yang lebih besar. Hasil produktivitas yang baik menghasilkan kualitas karkas dan daging yang baik juga, dengan persentase bobot karkas yang lebih tinggi dari ayam kampung serta persentase lemak abdomen yang lebih rendah dari ayam ras pedaging. Hal ini ditunjukkan oleh bobot badan ayam KB yang besar menghasilkan rasio persentase daging, kulit, dan tulang pada potongan dada, paha atas, dan paha bawah yang lebih tinggi dari rasio bobot potong komersil ayam kampung. Kolesterol daging ayam KB lebih rendah dari pada ayam kampung dan ayam ras pedaging. Hal ini disebabkan pakan yang diberikan sama, dan hingga umur 12 minggu pemeliharaan belum mengalami penimbunan lemak yang berlebih pada tubuh.

(36)

22

4.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pemeliharaan ayam KB pada kepadatan kandang 8, 10, dan 12 ekor m-2 menghasilkan produktivitas yang tidak berbeda pada tingkat konsumsi pakan, pertambahan berat badan, dan konversi pakan, persentase bobot karkas, tulang, daging, kulit serta lemak abdomen, kadar kolesterol daging, dan kadar malondialdehida hati serta ginjal ayam. Persilangan antara ayam kampung dengan ayam ras pedaging memiliki persentase lemak abdomen dan kadar kolesterol daging yang rendah. Pemeliharaan dengan kepadatan kandang 10 ekor m-2 memiliki nilai income over feed and chick cost lebih tinggi.

Saran

Ayam KB sebaiknya dipelihara sampai 9 minggu karena sudah mencapai bobot potong rata-rata ayam kampung. Penelitian lanjutan perlu dilakukan guna memperoleh informasi ilmiah mengenai ayam hasil persilangan kampung dan ras pedaging pada pemeliharaan berdasarkan jenis kelamin, kandang terbuka, dan dengan kepadatan kandang diatas 12 ekor m-2. Penelitian sebaiknya menggunakan setidaknya 15 unit perlakuan.

5.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Batshan HA. 2002. Performance and heat tolerance of broilers as affected by genotype and high ambient temperature. Journal Animal Science 15(10): 1502-1506.

Ambara AA, Suparta IN, Suasta IM. 2013. Performan itik cili (persilangan itik peking x itik bali) umur 1-9 minggu yang diberi ransum komersial dan ransum buatan dibandingkan itik bali. Jurnal Peternakan Tropika 1(1) 20– 33.

Antari LYS, Ariana INT, Siti NW. 2015. Pengaruh penambahan probiotik starbio dalam ransum komersial terhadap produksi ayam broiler. Jurnal Peternakan Tropika 3(2):259–270.

[AOAC] Association Of Analytical Communities. 2005. Official methods of analysis. Edisi ke-18. Maryland (US): AOAC International.

Armissaputri NK, Ismoyowati, Mugiyono S. 2013. Perbedaan bobot dan persentase bagian-bagian karkas dan non karkas pada itik lokal (Anas plathyrincos) dan itik manila (Cairina moschata). Jurnal Ilmiah Peternakan

1(3):1086-1094.

Aryanti F, Aji MB, Budiono N. 2013. Pengaruh pemberian air gula merah terhadap performans ayam kampung pedaging. Jurnal Sain Veteriner

31(2):156-165.

Asaniyan EK. 2014. Growth performance, feed intake and slaughter characteristics of broiler chicken under three different stocking densities.

(37)

23 Awobajo OK, Akinrolabu RT, Mako AA, Igbosanu AO, Olatokunbo OT. 2007. The mortality rate of two different breeds of broilers after brooding stage to maturity. Journal of Scientific Research 2(1):37-42.

Banjarnahor N, Budi U, Hamdan. 2014. Estimasi jarak genetik dan faktor peubah pembeda bangsa babi (berkshire, duroc, landrace, dan yorkshire) melalui analisis morfometrik di BPTU babi dan kerbau siborongborong. Jurnal Peternakan Indonesia 2 (2): 165-167.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Indonesia. Jakarta (ID): Badan Pusat Statistik Indonesia.

Bell DD, Weaver Jr WD. 2002. Commercial chicken meat and egg production. Edisi ke-5. New York (US) : Springer Science and Business Media, Inc. Spring Street.

Daud M, Piliang WG, Kompiang IP. 2007. Persentase dan kualitas karkas ayam pedaging yang diberi probiotik dan prebiotik dalam ransum. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 12(3):167-174.

Daryono BS, Roosdianto I, Saragih HTSSG. 2010. Pewarisan karakter fenotip ayam (F1) hasil persiangan ayam pelung (Gallus gallus domesticus) dengan ayam cemani (Gallus gallus domesticus). Jurnal Veteriner 11(4): 257-273. Donald D, Weaver JR, Daniel W. 2002. Commercial chicken meat and egg

production. Edise ke-5. California (US): Kluwer Academic Publisher. Fathullah, Irianti N, Sulistiawan IH. 2013. Penggunaan pakan fungsional dalam

ransum terhadap bobot lemak abdomen dan kadar kolesterol daging ayam broiler. Jurnal Ilmu Peternakan 1(1):119-128.

Gunawan B, Sartika T. 1999. Cross breeding ayam pelung jantan dengan ayam lokal betina hasil seleksi generasi pertama (G1). Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak.

Gunawan B, Sartika T. 2001. Persilangan ayam pelung jantan x kampung betina hasil seleksi generasi kedua (G2). Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner

6(1):21-27.

Gunawan, Sihombing DTH. 2004. Pengaruh suhu lingkungan tinggi terhadap kondisi fisiologis dan produktivitas ayam buras. Wartazoa 14(1):31-38. Haroen U. 2003. Respon ayam broiler yang diberi tepung daun sengon (albizzia

falcataria) dalam ransum terhadap pertumbuhan dan hasil karkas. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan 6(1):34–41.

Iskandar S, Setyaningrum SD, Amanda Y, Rahayu I. 2009. Pengaruh kepadatan kandang terhadap pertumbuhan dan perilaku ayam wareng-tangerang dara.

Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 14(1):19-24.

Iskandar S. 2005. Pertumbuhan dan perkembangan karkas ayam silangan kedu x arab pada dua sistem pemberian ransum. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner

10(4):253-259.

Kgwatalala PM, Segokgo P, Simon E. 2015. Comparative growth performance of cross-bred (50% orpington: 25% australorp: 25% tswana) and pure-bred tswana chickens under an intensive management system. Journal of Poultry Science 14(2): 63-66.

(38)

24

Kusnadi E. 2006. Suplementasi Vitamin C sebagai Penangkal Cekaman Panas pada Ayam Broiler. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 11(4): 249-253. Kusnadi E. 2009. Perubahan malonaldehida hati, bobot relatif bursa fabricius dan

rasio heterofi l/limfosit (H/L) ayam broiler yang diberi cekaman panas.

Jurnal Media Peternakan 32(2): 81–87.

Mahfudz LD, Umiyati AM, Taufik M, Primahesti YU. 1997 Usaha penurunan kadar kolesterol darah dan daging ayam f1 persilangan pejantan kampung dengan ras petelur dengan pemberian dedak halus. Jurnal Pengembangan Peternakan Tropis 22(4):35–42.

Matjjik AA, Sumertajaya IM. 2013. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor (ID): PT Penerbit IPB Press.

Meliandasari D, Dwiloka B, Suprijatna E. 2015. Optimasi daun kayambang (salvinia molesta) untuk penurunan kolesterol daging dan peningkatan kualitas asam lemak esensial. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 4 (1). Mide MZ. 2007. Konversi ransum dan income over feed and chick cost broiler

yang diberikan ransum mengandung berbagai level tepung rimpang temulawak (Curcumin xanthorriza oxb). Buletin Nutrisi dan Makanan Ternak 6(2):22-25.

Muryanto, Hardjosworo PS, Herman R, Setijanto H. 2002. Evaluasi karkas hasil persilangan antara ayam kampung jantan dengan ayam ras petelur betina.

Jurnal Animal Production 4(2):71–76.

Nuraini. 2009. Performa broiler dengan ransum mengandung campuran ampas sagu dan ampas tahu yang difermentasi dengan (Neurospora crassa). Jurnal Media Peternakan 32(3):196-203.

Petek M. Cibik R, Yildiz H, Sonat FA, Gezen SS, Orman A, Aydin C. 2010. The influence of different lighting programs, stocking densities and litter amounts on the welfare and productivity traits of a commercial broiler line.

Journal Veterinary Medicine Zootecnich 51(73):36–43.

Pratama AY, Atmomarsono U, Mahfudz LD. 2012. Pengaruh penggunaan tepung jahe (Zingiber Offinale) dalam ransum terhadap perlemakan dan trigliserida ayam kampung. Journal Animal Agriculture 1(1):733–744.

Purswell JL, Dozier WA, Olanrewaju HA, Davis JD, Xin H, Gates RS. 2012. Effect of temperature-humidity index on live performance in broiler chickens grown from 49 to 63 days of age. Agricultural and Biosystems Engineering Conference Proceedings and Presentations. Ninth International Livestock Environment Symposium; 2012 Jul 8-12; Valencia, Spanyol. Valencia (ES): Iowa State University. hlm 1-9.

Rahman MA, Samad MA, Rahman MB, Kahir SML. 2004. Bacteria pathological studies on salmonellosis, colibacillosis and pasteurellosis in natural and experimental infections in chickens. Jurnal Veterinary Medicine2 : − 8.

Resnawati H. 2004. Bobot potongan karkas dan lemak abdomen ayam ras pedaging yang diberi ransum mengandung tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus). Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Sari ML, Lubis FNL, Jaya LD. 2014. Pengaruh pemberian asap cair melalui air minum terhadap kualitas karkas ayam broiler. Jurnal Agripet 14 (1):71-75. Simitzis PE, Kalogeraki E, Goliomytis M, Charismiadou MA,

(39)

25 Deligeorgis SG. 2012. Impact of stocking density on broiler growth performance, meat characteristics, behavioural components and indicators of physiological and oxidative stress. Journal British Poultry Science

53(6):721-730.

Steel GD, Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistika. Sumantri B, Penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugito, Delima M. 2009. Dampak cekaman panas terhadap pertambahan bobot badan, rasio heterofil, limfosit, dan Suhu tubuh ayam broiler. Jurnal Kedokteran Hewan 3(1): 218-226.

Sutama S, Susila IN, Lindawati TGO, Indrawati RR, Ariana T. 2010. Pengaruh penggunaan prebiotik dalam ransum terhadap profil lipid serum dan kolesterol daging ayam kampung. Majalah Ilmiah Peternakan 13(2):103-106.

Singh RP, Murthy KNC, Jayaprakasha GK. 2002. Studies on the antioxidant activity of pomegranate (Punica granatum) peel and seed extracts using in vitro models. Journal of Agricultural and Food Chemistry 50:81-86.

Soeripto. 2009. Chronic respiratory disease (CRD) pada ayam. Wartazoa 19(3): 134-132.

Syahruddin E, Abbas H, Purwati E, Heryandi Y. 2011. Pengaruh pemberian daun mengkudu (Morinda citrifolia l) fermentasi terhadap kandungan kolesterol karkas ayam broiler. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 16(4):266-271. Tao X, Xin H. 2003. Acute synergistic effects of air temperature, humidity and

velocity on hemeostatis of market-size broiler. Transactions of the ASAE.

46(2): 491.

Utami S, Zuprizal, Supadmo. 2012. Pengaruh penggunaan daging buah pala dalam pakan (myristica frangrans houtt) terhadap kinerja ayam broiler pada kepadatan kandang yang berbeda. Buletin Peternakan 36 (1):5-13.

Werdhasari A. 2014. Peran antioksidan bagi kesehatan. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia 3(2): 59-68.

Wiedosari E, Wahyuwardani S. 2015. Studi kasus penyakit ayam pedaging di kabupaten Sukabumi dan Bogor. Jurnal Kedokteran Hewan 9(1):9-13. Witantra. 2011. Pengaruh pemberian lisin dan metionin terhadap persentase

karkas dan lemak abdominal pada ayam pedaging asal induk bibit muda dan induk bibit tua. artikel ilmiah. Surabaya (ID): Universitas Airlangga. Wu QJ, Wang ZB, Wang GY, Li YX. Qi YX. 2015. Effects of feed supplemented

with fermented pine needles (Pinus ponderosa) on growth performance and antioxidant status in broilers. Journal Poultry Science 94:1138–1144.

Zainal H, Sartika T, Zainuddin D, Komarudin. 2012. Persilangan pada ayam lokal (KUB, sentul, gaok) untuk meningkatkan produksi daging unggas nasional.

Workshop Nasional Unggas Lokal. Bogor (ID): Balai Penelitian Ternak. Zheng XC, Wu QJ, Song ZH, Zhang H, Zhang JF, Zhang LL, Zhang TY, Wang

(40)

26

(41)

27 Lampiran 1 Hasil sidik ragam malondialdehida hati

Sumber Keraagman Db JK KT F P

Perlakuan 2 96.26 48.13 1.69 0.262*

Galat 6 171.10 28.52

Total 8 267.36

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh tidak nyata (P>0.05)

Lampiran 2 Hasil sidik ragam malondialdehida ginjal Sumber

Keraagman Db JK KT F P

Perlakuan 2 51.12 25.56 0.92 0.449*

Galat 6 167.13 27.86

Total 8 218.25

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh tidak nyata (P>0.05)

Lampiran 3 Hasil sidik ragam konsumsi pakan kumulatif Sumber

Keraagman Db JK KT F P

Perlakuan 2 1 953 976 0.00 0.995*

Kelompok 2 12 223 251 611 626 2.91 0.166*

Galat 4 840 557 210 139

Total 8 2 065 761

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh tidak nyata (P>0.05)

Lampiran 4 Hasil sidik ragam bobot badan kumulatif umur 12 minggu Sumber

Keraagman db JK KT F P

Perlakuan 2 54 529 27 265 0.38 0.706*

Kelompok 2 171 028 85 514 1.19 0.393*

Galat 4 287 377 71 844

Total 8 512 935

(42)

28

Lampiran 5 Hasil sidik ragam konversi pakan kumulatif Sumber

Keraagman db JK KT F P

Perlakuan 2 0.13118 0.06559 1.00 0.446*

Kelompok 2 0.00306 0.00153 0.02 0.977*

Galat 4 0.26350 0.06587

Total 8 0.39774

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh tidak nyata (P>0.05)

Lampiran 6 Hasil sidik ragam persentase bobot karkas Sumber

Keraagman db JK KT F P

Perlakuan 2 0.503 0.251 0.14 0.869*

Galat 6 10.494 1.749

Total 8 10.996

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh tidak nyata (P>0.05)

Lampiran 7 Hasil sidik ragam persentase persentase bobot lemak abdomen Sumber

Keraagman Db JK KT F P

Perlakuan 2 0.1521 0.0760 0.12 0.891*

Galat 6 3.38874 0.6479

Total 8 4.0395

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh tidak nyata (P>0.05)

Lampiran 8 Hasil sidik ragam persentase daging dada Sumber

Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 2 5.579 2.790 0.42 0.677*

Galat 6 40.186 6.698

Total 8 45.765

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh tidak nyata (P>0.05)

Lampiran 9 Hasil sidik ragam kulit dada Sumber

Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 2 0.1245 0.0622 0.34 0.72*

Galat 6 1.0833 0.1806

Total 8 1.2078

(43)

29 Lampiran 10 Hasil sidik ragam tulang dada

Sumber

Keragaman Db JK KT F P

Perlakuan 2 0.4605 0.2302 0.29 0.756*

Galat 6 4.7019 0.7837

Total 8 5.1624

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh tidak nyata (P>0.05)

Lampiran 11 Hasil sidik ragam daging paha atas Sumber

Keraagman Db JK KT F P

Perlakuan 2 1.6378 0.8189 1.40 0.317*

Galat 6 3.5045 0.5841

Total 8 5.1423

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh tidak nyata (P>0.05)

Lampiran 12 Hasil sidik ragam kulit paha atas Sumber

Keraagman Db JK KT F P

Perlakuan 2 0.04247 0.02123 0.22 0.805*

Galat 6 0.56713 0.09452

Total 8 0.60960

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh tidak nyata (P>0.05)

Lampiran 13 Hasil sidik ragam tulang paha atas Sumber

Keraagman Db JK KT F P

Perlakuan 2 0.02309 0.01154 0.16 0.854*

Galat 6 0.42593 0.07099

Total 8 0.44902

Tanda* menunjukkan hasil sidik ragam berpengaruh tidak nyata (P>0.05)

Lampiran 14 Hasil sidik ragam daging paha bawah Sumber

Keraagman Db JK KT F P

Perlakuan 2 0.2366 0.1183 0.26 0.780*

Galat 6 2.7438 0.4573

Total 8 2.9804

Gambar

Gambar 1 Bagan penelitian
Tabel 1 Nilai THI kandang ayam KB pada kepadatan kandang berbeda
Tabel 3 Rataan konsumsi pakan ayam KB pada kepadatan kandang berbeda
Tabel 4 Rataan bobot badan ayam KB pada kepadatan kandang berbeda
+5

Referensi

Dokumen terkait

Maqashid syariʻah adalah dasar bagi pengembangan ekonomi Islam karena bertujuan tujuan untuk menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan manusia dengan menyeimbangkan

Konsepsi ini sangat jelas ketika Research And Development (RAND) Corporation men- definisikan seorang liberalis yang moderat dan membedakannya dari Islamis yang

2 : Matriks Peranan Tertata Perencanaan dan Pengadaan Dosen Kelompok Kantor Manajemen Universitas Airlangga ... 3 : Matriks Peranan Tertata Perencanaan dan Pengadaan

Langkah-langkah dalam penelitian diawali dengan (1) membaca puisi Chairil Anwar yang berjudul “Senja Di Pelabuhan Kecil”, kemudian (2) menganalisis puisi tersebut

Hasil penelitian Agus Sartono dan Mishabul Munir menyimpulkan bahwa rata-rata PER untuk tujuh industri yang berbeda adalah tidak sama; pertumbuhan laba, ROA, Devidend Payout

Artinya perbandingan harus dilakukan dengan melihat satu variabel yang khusus dan dimiliki oleh masing-masing organisasi yang diperbandingkan.  Misalnya pada variabel

Kadar Gula dan Vitamin C pada Yoghurt Susu Sapi Boyolali dengan Penambahan Air Muda (Cocos nucivera) dan Ekstrak Buah Sirsak (Anona muricata).. Surakarta:

Untuk menghindari subjektivitas terhadap analisis kesalahan yang dilakukan, penulis melibatkan seorang pakar di bidangnya untuk melakukan pengecekan, dan (4)