• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sindrom Depresi Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sindrom Depresi Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SINDROM DEPRESI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS

Vita Camellia

Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK USU

Latar Belakang: Depresi memiliki asosiasi yang tinggi dengan banyak penyakit kronik. Depresi pada pasien dialisis dapat mempengaruhi mortalitas terlepas dari keteraturannya menjalani dialisis itu sendiri. Maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat sindrom depresi pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis.

Metode:Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel adalah seluruh pasien PGKyang menjalani hemodialisis di unit Hemodialis RSUP H. Adam Malik Medan yang berumur di bawah 60 tahun, telah menjalani hemodialisis lebih dari tiga bulan, dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian.Sampel diperoleh dengan cara consecutive sampling dengan jumlah 37 sampel. Data status depresi pasien diperoleh dengan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory – II (BDI-II).

Hasil Penelitian: Sampel terdiri atas 23 laki-laki (62,2%) dan 14 perempuan (37,8%). Pada hasil penelitian ditemukan proporsi pasien PGK yang menjalani hemodialisis dan mengalami depresi adalah sebesar 64,8% dengan rincian depresi ringan sebesar 21,6%, depresi sedang 27,0%, dan depresi berat 16,2%. Rata-rata skor BDI-II pasien adalah 19,3 (SD=10,7).

Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien PGK yang menjalani hemodialisi ditemui tingkat sindrom depresi sedang adalah yang dominan.

(2)

SINDROM DEPRESIF PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS VITA CAMELLIA SpKJ, STAF DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN

JIWA FK USU MEDAN

I.Latar belakang

Penyakit ginjal bisa terjadi pada semua usia, termasuk keadaan akut, dengan onset gagal ginjal yang tiba-tiba dan bisa muncul secara bertahap dimana perburukan fungsi ginjal yang

menurun sepanjang waktu. Beberapa pasien bisa sembuh sempurna dari permulaan masalah ginjal tapi sebagian mengalami kondisi menetap sepanjang hidup. Penanganan medik dalam bentuk pengobatan untuk mencapai pengendalian tekanan darah yang baik dan memperbaiki bermacam-macam kelainan biokemikal, khususnya aturan diet dan intervensi gaya hidup secara umum dapat memperlambat progresi penyakit, tapi pasien-pasien dengan gagal ginjal kronik biasanya berlanjut ke penyakit ginjal tahap akhir.pada tahap ini pasien memerlukan renal replacement therapy untuk bertahan hidup. Terapi tersebut berupa dialisis ginjal atau transplantasi ginjal. (Buttler 2007)

Penyakit ginjal kronik (PGK) didefinisikan sebagai kelainan ginjal berupa kelainan struktural atau fungsional yang dimanifestasikan oleh kelainan patologi atau petanda kerusakan ginjal secara laboratorik atau kelainan pada pemeriksaan radiologi atau adanya penurunan fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan. (Bakri, 2005)

Merupakan hal yang umum pada pasien yang menderita kondisi medik kronik , pasien dengan penyakit ginjal harus berhadapan dengan kehilangan kesehatan dan mereka juga menderita kehilangan lainnya seperti pekerjaan, menikmati waktu luang, hubungan yang putus dan kehilangan harga diri begitu juga kehilangan perasaan maskuliniti pada pria dan perasaan feminim pada wanita. (levy dan Mirot, 2008; Buttler, 2007) Mereka juga memerlukan adaptasi terhadap hubungan seumur hidup dengan profesional kesehatan dan membutuhkan perawatan diri yang kompleks seumur hidup yang melibatkan diet, obat dan perubahan gaya hidup. Pasien dengan gagal ginjal kronik dan penyakit ginjal tahap akhir juga membutuhkan untuk beradaptasi dengan masa depan yang tidak pasti, kesadaran terhadap kematian, dan pengalaman personal

(3)

Depresi memiliki asosiasi yang tinggi dengan banyak penyakit kronik (Kilzieh dkk, 2008). Depresi pada pasien dialisis dapat memperngaruhi mortalitas terlepas dari keteraturannya menjalani dialisis itu sendiri. Angka rawat inap pada pasien PGK (Penyakit Ginjal Kronik) dengan gangguan mental menjadi lebih tinggi 1,5-3.0 kali dibandingkan dengan penyakit kronik lainnya dan juga dikatakan bahwa depresi merupakan faktor risiko independen terhadap angka kematian pada pasien ini (National Kidney Foundation,2002). Prevalensi pasti akan depresi pada pasien dialisi masih belum jelas. Angka depresi ini berkisar antara 10%-66%. Deviasi yang besar

ini diduga akibat perbedaan kriteria yang digunakan untuk mengakses gangguan depresif tersebut (schmidt dkk,2009). Penelitian Kimmel (2001) mendapati prevalensi depresi dengan

skor BDI > 10 mencapai 46,4%. Wilson dan Martin menggunakan skoring yang berbeda untuk mengakses depresi pada pasien HD, yaitu berturut-turut BDI dan HADS. Hasilnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan, yaitu 38,7% (BDI) dan 71,4% (HADS) (Wilson dkk, 2006 dan Martin dkk, 2004 dalam Chilcot dkk, 2008). Dan merupakan hal yang penting untuk mengidentifikasi depresi sejak adanya pengobatan yang efektif dan merupakan faktor yang penting sehubungan dengan kualitas hidup. Terdapat masalah yang melaporkan pengaruh depresi pada kematian pada penyakit ginjal tahap akhir, tapi beberapa telah menemukan depresi meningkatkan risiko kematian dengan cara yang sama sebagai faktor risiko medis. Lebih jauh lagi meskipun keputusan untuk menghentikan dialisis sering disetujui menjadi pilihan terbaik bagi psien, kelurganya dan staff , pada beberapa kasus depresi telah mendukung untuk mempengaruhi keputusan pasien. (Buttler, 2007). Dari uraian diatas peneliti merasa perlu mendeteksi sindrom depresi pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis.

I.2. Tujuan Umum

Mengetahui proporsi sindrom depresif pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis berkala

I.3. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran karakteristik sosio-demografis pasien PGK yang menjalani hemodialiss berkala di RSUP. H. Adam Malik Medan

b. Mengetahui gambaran proporsi sindrom depresi pada pasien PGK yang menjalani hemodialiss

(4)

II. Tinjauan Pustaka II.1.Penyakit Ginjal

Pasien yang menerima terapi pengganti ginjal merupakan bagian yang penting dari rujukan dari kedokteran ginjal pada pelayanan psikiatri liaison. (Buttler, 2007) Terapi Pengganti Ginjal (TPG) diperlukan saat fungsi ginjal menurun hingga tahap di mana akumulasi dari produk-produk sisa metabolisme mempengaruhi fungsi hidup. Saat fungsi ginjal menurun maka beberapa perubahan fisologis muncul dan sebagian besar merugikan. TPG diindikasikan saat perubahan-perubahan ini tidak dapat dikontrol dengan obat dan diet (Spiegel, 2005).

Berdasarkan parameter laboratorium inisiasi terapi dialisis bila laju filtrasi glomerulus antara 5 dan 8 ml/menit/1,73 m2 Pasien tersebut terikat dengan manajemen medisk yang multipel dan kompleks. Terdapat dua bentuk dialisis, yaitu hemodialisis dan dialisis peritoneal (Buttler,2007). Namun kendala pada program dialisis peritoneal di Indonesia seperti biaya dialisis peritoneal masih lebih mahal daripada hemodialisis dan sanitasi lingkungan dan tingkat pendidikan untuk sebagiann besar pasien merupakan faktor yang tidak menunjang program ini membuat hemodialisis sebagai program pilihan utama. Berdasarkan parameter laboratorium inisiasi terapi dialisis bila laju filtrasi glomerulus antara 5 dan 8 ml/menit/1,73m2

Setiap tahun sekitar 80.000 orang Amerika mengalami penyakit ginjal tahap akhir. Lebih dari 340.000 individu diobati untuk gagal ginjal; 240.000 orang menjalani dialisis maintenance dan 100.000 menjalani transplantasi ginjal. Jumlah pasien yang memulai terapi pengganti ginjal di Amerika Serikat terus meningkat setiap tahun sekitar 5-7%. Tambahan sekitar 8 juta individu diperkirakan mengalami penyakit ginjal kronik (Cohen dkk, 2005).

. (Sukandar,2006).

Dari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesia Renal Registry (IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut : glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi (20%) dan ginjal polikistik (10%) (Roesli,2008)

Gambaran klinik penyakit ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, dan kelainan neuropsikiatri. Kelainan neuropsikiatri berupa beberapa

(5)

berat seperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis. Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai pada pasien dengan atau tanpa hemodialisis, dan tergantung dari dasar kepribadiannya (personaliti). Pada kelainan neurologi, kejang otot atau muscular twitching sering ditemukan pada pasien yang sudah dalam keadaan yang berat, kemudian terjun menjadi koma (sukandar,2006)

II.2 Depresi pada pasien dengan PGK

Pasien dengan mood depresi mengalami kehilangan energi dan minat, perasaan bersalah, sulit konsentrasi, hilang nafsu makan dan pikiran tentang kematian atau bunuh diri. Tanda dan

gejala lain yang mencakup perubahan pada tingkat aktifitas, kemampuan kognitif, pembicaraan dan fungsi-fungsi vegetataif (seperti tidur, nafsu makan, aktifitas seksual dan irama biologis lainnya) perubahan ini tampak selalumenghasilkan hambatan dalam fungsi interpersonal, sosial dan pekerjaan.(Sadock dan Sadock, 2007).

Diperkirakan prevalensi depresi pada pasien dengan penyakit ginjal bervariasi luas menurut populasi yang diteliti dan alat pemeriksaan yang digunakan untuk mengidentifikasi depresi tapi studi-studi cenderung menunjukkan 12-40% pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir memenuhi kriteria diagnosis gangguan mood (Buttler,2007). Studi-studi depresi dan penyakit ginjal tahap akhir telah melaporkan tingkat prevalensi terentang dari 0-100%, merefleksikan definisi variabel, kriteria dan metode pengukuran yang luas. (Cohen dkk, 2005).

Depresi berat menunjukkan sering tidak terdiagnosis dan tidak terobati. Pada studi dari pasien dialisis Connecticut (n=123) yang memulai pengobatan dialisis, hampir separuhnya (44%) sampel memiliki skor depresi pada Beck Depression Inventory (skor=15), tetapi hanya 16% pasien yang menerima pengobatan depresi. (Cohen dkk.2006)

Terdapat beberapa penyebab depresi pada pasien dengan penyakit ginjal yaitu riwayat depresi dimasa lalu, gangguan mood organik dapat akibat dari penyakit autoimun yang melatarbelakangi atau hiperparatiroidisme yang umumnya ditemui pada penyakit ginjal tahap akhir, obat-obat yang digunakan pasien.(Buttler,2007 dan Sensky,2007)

(6)

faktor yang saling memengaruhi. Depresi dapat merefleksikan interaksi antara faktor-faktor biologis, faktor psikologis serta stresor sosial dan lingkungan. Berdasarkan model diatesis-stres, faktor-faktor sosiokultural merupakan stresor yang dapat mencetuskan timbulnya depresi melalui penurunan neurotransmitter dalam otak. Hal ini lebih cenderung terjadi pada orang dengan predisposisi genetis tertentu. Diatesis untuk depresi juga dapat berbentuk kerentanan psikologis berupa gaya berpikir yang cenderung depresi. Namun, suatu gangguan depresi mungkin tidak berkembang atau berkembang dalam bentuk ringan pada orang-orang yang memiliki sumber

daya coping yang lebih efektif dalam menghadapi situasi yang penuh tekanan (Sadock and Sadock, 2007). Untuk semua penyakit fisik hanya sebagian kecil pasien yang mengalami distres emosional yang menetap dengan tingkat yang berat. Kebanyakan orang berkonfrontasi dengan penyakit fisik menunjukkan sungguh tabah dan ,memiliki oucome psikologis yang baik.(Mayaou,1997).

Beberapa studi menunjukkan bahwa pasien-pasien dialisis yang mengalami depresi memiliki angka harapan hidup yang lebih rendah (Kimmel et al, 2000 dan Boulware et al, 2006). Mortalitas yang terkait dengan depresi mayor pada populasi secara umum telah ditekankan pada beberapa studi, walaupun metodologi yang digunakan berbeda-beda. Sebuah studi yang melibatkan 12 negara menunjukkan bahwa depresi pada populasi pasien yang menjalani terapi hemodialisis memiliki resiko relatif terhadap angka kematian, rawat inap, dan penghentian terapi (dialysis withdrawal) yang signifikan lebih tinggi (Lopes et al, 2004). Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa depresi meningkatkan resiko kematian, terutama melalui komplikasi kardiovaskular (Wulsin et al, 1999 dan Boulware et al, 2006).

III. Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional).Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2010, di unit hemodialsis RSUP H. Adam Malik Medan mengingat bahwa RSUP H. Adam Malik merupakan salah satu rumah sakit rujukan di Sumatera Utara. Sampel adalah yang memenuhik kriteria inklusi Penderita PGK yang menjalani hemodialisis berkala minimal 3 bulan; usia antara 18 tahun sampai 60 tahun;tidak memiliki penurunan atau gangguan kesadaran.dan kriteria eksklusi pasien yang menjalani hemodialisis oleh kelainan ginjal akut;tdak bersedia ikut serta dalam penelitian;tidak mengisi

(7)

kriteria inklusi akan dibagikan kuesioner BDI-II untuk mendapatkan proporsi pasien yang mengalami depresi.

IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan

Responden terdiri atas 23 laki-laki (62,2%) dan 14 perempuan (37,8%) dengan rata-rata umur 44,0 tahun (SD 11,0) dengan berbagai karakteristik sosio-demografis seperti terinci dalam tabel 5.1. Mayoritas responden adalah ibu rumah tangga/pensiunan/tidak bekerja (40,5%). Hampir seluruh responden berasal dari suku Batak (73,0%). Responden yang sudah menikah berjumlah 34 orang (91,9%). Responden sebagian besar merupakan lulusan SMA/STM (48,6%)

dan S1/D3 (27,0%). Hampir seluruh responden menggunakan jenis pembayaran asuransi seperti Jamkesmas, ASKES, dll. (91,9%). Lampiran Tabel IV.1

Gambaran Proporsi Depresi

Rincian gambaran proporsi depresi pada pasien PGK di Unit HD Adam Malik terdapat dalam tabel.1.1

Tabel IV.2 Gambaran Proporsi Depresi Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Tingkat Depresi Jumlah %

Depresi minimal/tidak depresi 13 35,1

Depresi ringan 8 21,6

Depresi sedang 10 27,0

Depresi berat 6 16,2

Total 37 100,0

[image:7.612.69.474.454.635.2]
(8)

Peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres kronik lebih sering mendahului episode pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya. Hubungan tersebut telah dilaporkan untuk pasien-pasien gangguan depresif. Suatu teori yang diajukan diantaranya mengemukakan bahwa stres yang menyertai episode pertama gangguan mood menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal (Sadock dan Sadock, 2010). Penyakit fisik merupakan salah satu bentuk stresor psikososial.

Dalam kasus ini, diagnosis PGK dan keputusan untuk harus menjalani hemodialisis sepanjang hayat merupakan stresor kronik bagi pasien. Maka, pada pasien-pasien PGK ini akan didapat suatu proporsi depresi yang merupakan permasalahan tambahan bagi pasien (Chilcot et al, 2008). Penelitian Kimmel (2001) dengan menggunakan BDI sebagai metode skrining depresi menemukan bahwa sebagian besar pasien hemodialisis mengalami depresi, yaitu dalam rentang sekitar 40,8% - 52,1%. Hasil-hasil ini juga didukung oleh analisis sistematik dalam Schmidt et al (2009) yang menyatakan bahwa angka depresi pada pasien dialisis berkisar antara 10% - 66%. Penelitian dan teori sebelumnya ini sesuai dengan hasil penelitian ini yaitu, dengan menggunakan instrumen BDI-II, didapat proporsi depresi pada pasien PGK yang menjalani hemodialisis adalah sebesar 64,8% (n=37).

V. Saran : Bagi dokter dan tenaga kesehatan lain agar melakukan pendekatan yang holistik terhadap pasien hemodialisis khususnya pendekatan psikiatri karena keadaan depresi dapat dijumpai pada mereka.

Bakri S. 2005. Deteksi Dini dan Upaya-Upaya Pencegahan Progresifitas Penyakit Ginjal Kronik. Suplement vol. 26 No 3: 36-40.

Buttler, J. 2007. Renal Disease. In: Lioyd G, Guthrie E. Eds. Handbook of Liaison Psychiatry. Cambridge. Cambridge University Press:506;512-4

Boulware, L.E. et al, 2006. Temporal Relation among Depression Symptoms, Cardiovascular Disease Events, and Mortality in End-Stage Renal Disease: Contribution of Reverse Causality. Clin J Am Soc Nephrol 1: 496-504.

Chilcot, J., Wellsted, D., Silva-Gane, M.D., and Farrington, K., 2008. Depression on Dialysis. Nephron Clin Pract 108: c256-c264.

Cohen LM., Levy NM., Tessler EG., Germain MJ (2005). Renal Disease In: Levenston JL. Ed. Textbook of Psychosomatic Medicine. Washington DC. American Psychiatric Pu,. Inc.484-5 Kilzieh, N., Rastam, S., Maziak, W., and Ward, K.D., 2008. Comorbidity of Depression with

(9)

Kimmel, P.L., 2001. Psychosocial Factors in Dialysis Patients. Kidney International vol. 59: pp. 1599-1613.

Kimmel, P.L. et al, 2000. Multiple Measurements of Depression Predict Mortality in A Longitudinal Study of Chronic Hemodialysis Outpatients. Kidney International, Vol. 57: pp. 2093-2098.

Levy NB., Mirot A., 2008. The Dialysis and Kidney Transplant Patient. In: Leigh H., Streltzer J., Eds. Handbook of Consultation-Liaison Psychiatry.USA.Springer.207

Lopes, A.A. et al, 2004. Screening for Depression in Hemodialysis Patients: Associations with Diagnosis, Treatment, and Outcomes in The DOPPS. Kidney International, Vol. 66: pp. 2047-2053.

Mayou RA. 2007. Depression and Types of Pshysical Disorder and treatment. In: Robertson MM.,Katona CLE. Eds. Depression and Physical Illness. Chichester.John Wiley &Sons.35 National Kidney Foundation, 2002. Association of Level of GFR with Indices of Functioning and

Well-being. New York: National Kidney Foundation. Available_from: 12 April 2010]

Roesli, R., 2008. Hipertensi, Diabetes, dan Gagal Ginjal di Indonesia. Dalam: Lubis, F.R., et al (eds). 2008. Hipertensi dan Ginjal. USU Press, Medan: 95-108.

Sadock dan Sadock, 2007. Kaplan &Sadock’s Synopsis of Psychiatry Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry.10th

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Sagung Seto.

ed. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins.

Schmidt, R.J. and Holley, J.L., 2009. Psychiatric Illness in Dialysis Patients. UpToDate literature review version 17.3.

Sensky T. 2007. Depression in Renal Failure and its Treatment. In:Robertson MM.,Katona CLE. Eds. Depression and Physical Illness. Chichester.John Wiley &Sons:365

Spiegel, D.M., 2005. The Patient Receiving Chronic Renal Replacement with Dialysis. In: Schrier, R.W., ed. Manual of Nephrology Seventh Edition. Philadelphia, USA: Lippincott Williams and Wilkins, 194.

Sukandar, E., 2006. Nefrologi Klinik Edisi III. Bandung: Fakultas Kedokteran UNPAD.

Gambar

Tabel IV.2 Gambaran Proporsi Depresi Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Referensi

Dokumen terkait

Karena RCTI memiliki penonton dari banyak kalangan dan merupakan stasiun televisi yang sudah lama ada di Indonesia serta di stasiun televisi ini belum ada acara sejenis, sehingga

Metode pergerakan mobile robot dalam menuju target menggunakan fuzzy logic dengan input dari kamera, sedangkan untuk pergerakan manipulator menggunakan trajectory

Dalam kondisi demikian pada orang tua yang berstatus sosial yang tinggi, anak akan merasa lebih nyaman untuk bersekolah dan belajar karena segala kebutuhannya terpenuhi yang

[r]

Efek dari pencahayaan, yang didapat dari jumlah cahaya yang tepat menyinari tempat yang tepat, merupakan bagian yang penting dari arsitektur gereja Baroque.. Banyak karakteristik

material rarnah lingkungan; (d) Dengan menerapkan konsep green building perusalzaan akan nten.fadi bagian dari industri yang bermanfaat bagi

ENDYK MUHAMMAD ASROR... ENDYK

Mengenai kedudukan hukum atau legal standing dari Pemohon dalam mengajukan permohonan ini berdasarkan ketentuan Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi,