• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

Kuisioner Penelitian

Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan di Kabupaten Pakpak Bharat

(2)

Fasilitas kamar mandi 1.Memanfaatkan sungai 2. Fasilitas umum 3. Milik sendiri

Fasilitas WC 1. Memanfaatkan sungai 2. Fasilitas umum 3. Milik sendiri Bahan bakar memasak 1. Kayu bakar

2. Minyak tanah 3. Gas LPG Sumber air minum 1. Sumur

2. Ledeng/PAM 3. Galon isi ulang Penyejuk ruangan 1. Tidak ada

2. Kipas Angin

(3)

3. Sedang Jarak apotek/Toko obat 1. Jauh

2. Dekat 3. Sedang

Biaya berobat 1. Mahal

2. Sedang 3. Murah

Harga obat 1. Mahal

2. Sedang 3. Murah Sumber keuangan untuk

akses kesehatan

(4)

No Nama

Responden Pendapatan Pengeluaran

Kondisi Rumah Fasilitas Sekitar Tempat Tinggal Fasilitas

(5)

23 Pittor B Rp1.000.000 Rp900.000 3 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 3 1 1 2 1 2 2 2 2 1 3 3 1

24 Sri Rp3.000.000 Rp2.400.000 2 3 2 2 3 2 3 1 2 3 3 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 1 25 I. Manik Rp3.500.000 Rp2.000.000 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 26 B. Berutu Rp600.000 Rp500.000 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 3 3 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 3 1 1 1 2 3 1 27 Parasion S Rp2.000.000 Rp1.800.000 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 2 2 2 1 2 3 1 2 2 1 1 2 1 3 2 28 M. Solin Rp800.000 Rp800.000 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 1 2 1 2 2 1 2 3 1 2 2 1 1 2 1 2 1 29 A Kabeaken Rp5.000.000 Rp4.500.000 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3 1 2 1 30 S.Tumangger Rp1.000.000 Rp1.000.000 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 1 2 1 2 2 1 2 3 1 2 2 1 1 2 1 2 1 31 Bima Sijabat Rp800.000 Rp700.000 2 2 2 1 3 3 3 2 2 1 3 1 3 2 1 2 2 3 2 1 3 2 2 2 1 1 1 2 3 2 32 L.Simatupang Rp1.000.000 Rp800.000 2 3 2 2 3 3 2 1 1 3 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 33 S.E Pasaribu Rp1.500.000 Rp1.500.000 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 2 2 2 3 1 3 2 3 3 2 2 1 2 1 1 34 L. Kabeaken Rp1.050.000 Rp850.000 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 35 Sariman M Rp3.000.000 Rp2.500.000 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 3 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2

(6)

48 A.Kabeaken Rp1.000.000 Rp500.000 3 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 1 1 2 2 2 3 2 2 1 3 1 2 2 1 2 1 49 Jimat Solin Rp500.000 Rp500.000 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 2 2 1 1 2 3 1 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 50 Jumpa Solin Rp600.000 Rp500.000 3 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 2 2 1 1 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 1 51 Anggiat T Rp2.000.000 Rp1.700.000 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 1 2 3 1 3 2 3 1 3 3 2 2 1 2 2 2 52 J.Kabeaken Rp1.000.000 Rp800.000 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 1 2 1 1 2 3 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 1

53 M.A Sinaga Rp1.000.000 Rp800.000 3 3 1 2 2 2 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 54 K. Tumangger Rp1.500.000 Rp1.000.000 3 3 2 2 2 2 3 1 3 3 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 2 55 T. Cibro Rp4.000.000 Rp3.000.000 3 3 2 2 3 2 3 3 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 1 3 2 1 56 U. Padang Rp2.500.000 Rp1.500.000 1 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 3 2 1 1 2 2 1 3 2 1 57 D. Cibro Rp500.000 Rp500.000 3 2 2 1 3 2 3 2 2 1 2 3 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 58 L. Kabeaken Rp5.000.000 Rp3.000.000 3 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3 2 1 2 3 2 3 1 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 59 Masdi S Rp1.000.000 Rp1.000.000 3 3 2 2 2 3 3 2 1 1 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 1 3 2 1 1 1 1 60 L. Padang Rp3.000.000 Rp2.000.000 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 1 1 3 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 61 M.R Sitakkar Rp1.000.000 Rp800.000 2 3 2 2 2 2 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 62 S. Br Manik Rp500.000 Rp300.000 3 3 2 1 2 3 3 2 1 3 3 2 1 2 1 1 1 2 1 3 1 2 2 1 2 2 1 3 3 1 63 S. B Manalu Rp2.000.000 Rp1.800.000 2 2 2 1 2 2 1 2 1 3 3 3 3 2 1 1 2 3 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 3

(7)

73 A. Kabeaken Rp3.500.000 Rp3.000.000 3 3 2 2 2 3 3 2 2 1 3 3 3 1 2 2 2 2 2 1 3 3 2 3 3 2 2 3 1 3

74 Manik Rp500.000 Rp500.000 2 3 2 1 2 1 3 2 1 3 3 2 1 2 1 1 1 2 1 3 1 1 2 1 2 2 1 3 3 1 75 K. Angkat Rp4.000.000 Rp2.500.000 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 1 2 2 2 1 2 3 1 3 1 1 1 1 1 1 1 76 L. Tindaon Rp800.000 Rp500.000 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 1 2 1 2 2 1 2 3 1 2 2 1 1 2 1 2 1 77 Ersi Tgr Rp4.000.000 Rp3.500.000 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 2 2 1 1 3 2 1 3 1 2 2 1 2 1 1 78 Lotmo Manik Rp5.000.000 Rp4.000.000 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 2 2 1 1 3 3 2 3 1 2 2 1 2 1 2 79 Parlidungan Rp2.000.000 Rp1.900.000 1 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 2 2 1 1 1 3 1 2 1 2 2 1 2 2 1 80 Minar Angkat Rp3.000.000 Rp2.000.000 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 1 1 3 2 2 3 2 3 2 3 1 1 2 2 2 2 81 Kenpilang K Rp1.700.000 Rp1.500.000 3 3 2 3 3 2 3 1 2 2 3 3 3 2 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 1 3 3 2 82 K. Solin Rp2.000.000 Rp1.700.000 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 3 2 2 83 S. Manihuruk Rp5.000.000 Rp6.000.000 3 3 2 3 2 3 3 1 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 1 1 3 3 2 3 2 2 2 1 2 1 84 Laurensius Rp4.000.000 Rp3.000.000 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 1 1 3 2 2 3 2 3 2 3 1 1 2 2 2 3

(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1999. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta. Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Halim, dkk. 2010. Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kemiskinan Petani Kopi Arabika di Desa Tanjung Beringin, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi. Jurnal Fakultas Pertanian USU.

Hasman Hasyim. 2012. Analisis Tingkat Ketimpangan Pendapatan Dan Kemiskinan Petani Padi (Studi Kasus: Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang). Jurnal Fakultas Pertanian USU.

Husaini, Fahmi. 2015. Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan di Kecamatan Medan Deli. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Remi S. danTjiptoherijanto. 2002. Kemiskinan dan Ketidakmerataan di Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.

Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian Medan : USU Press.

Sukirno, Sadono. 2006. Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah, dan Dasar Kebijaksanaan). Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Tambunan, Tulus, TH, 2001, Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori dan Temuan Empiris. Jakarta: Salemba Empat.

Tarigan, Albert J. 2015. Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat di Kota Medan Deli (Studi Kasus Kec. Medan Labuhan). Universitas Sumatera Utara. Medan.

Todaro, MP. 1993. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jakarta : PT Erlangga.

T. Makmur, dkk. 2011. Ketimpangan Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Masyarakat Desa di Kecamatan Peukan Bada Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Agrisep Vol. (12) No. 1, 2011.

Website :

(10)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif . Penelitian deskriptif bertujuan meneliti status manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa yang akan datang secara sistematik, aktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populas tertentu.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara. Waktu penelitian akan dimulai pada bulan Januari 2016 sampai dengan selesai.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian ini adalah:

1. Pendapatan rumah tangga adalah semua pendapatan yang diperoleh atau diterima dari seluruh anggota keluarga yang bekerja dari berbagai sumber baik dari mata pencaharian utama maupun luar mata pencaharian yang dinyatakan dalam rupiah oleh masyarakat Pakpak Bharat.

2. Distribusi pendapatan merupakan bagaimana tingkat penyebaran pembagian hasil pendapatan di kabupaten Pakpak Bharat.

(11)

3.4 Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala kategori (category scale). Skala ini meminta responden memilih jawaban tunggal dari beberapa pilihan item atas jawaban yang tersedia (sinulingga, 2011). Pada penelitian ini, responden harus memilih salah satu dari beberapa ketegori jawaban sesuai dengan keadaan yang ada.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitiaan

Populasi menurut Arikunto (2002) adalah keseluruhan obyek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua seluruh rumah tangga yang berada di Kabupaten Pakpak Bharat.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel ialah metode Simple Random Sampling dimana semua unsur dari populasi rumah tangga Pakpak

Bharat mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Proses pemilihan sampel (n) dari populasi (N) dilakukan secara random (acak). Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin, yakni:

� = �

�.��+�

Dimana:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

(12)

Melalui rumus Slovin diatas maka jumlah sampel (n) yang diambil berdasarkan jumlah populasi Rumah Tangga Pakpak Bharat (N) berjumlah 8.992 ditentukan sebagai berikut:

�= �.���

�.��� . (�.�)² +� = ��,���������������

3.6 Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat atau dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari sumbernya. Cara yang bisa digunakan peneliti untuk mencari data primer yaitu wawancara, penyebaran kuisioner, dan diskusi terfokus. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), jurnal, buku literatur, internet, serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian digunakan sebagai data pendukung.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Kuisioner

(13)

2. Studi Kepustakaan

Teknik studi data kepustakaan adalah memperoleh data melalui pengumpulan data yang bersumber dari jurnal, buku – buku, artikel, skripsi dan internet yang berhubungan dengan topik yang diteliti, digunakan sebagai data pendukung penelitiaan.

3.8Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan menganalisis distribusi rumah tangga berdasarkan kelas pendapatan dengan melihat hasil tabulasi dari penelitian yang telah dilakukan.

2. Koefisien Gini (Gini Ratio)

Analisis yang digunakan adalah metode Koefisien Gini untuk menghitung ketimpangan pendapatan. Rumus angka koefisien gini adalah

k Pi ( Qi + Qi – 1)

G = 1 -

i-1 10.000 dengan:

G = Gini Ratio

Qi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i

Qi-1 = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i-1

Pi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i

Pi-1 = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i-1

K = Banyaknya kelas pendapatan

(14)

Tabel 3.1

Indikator Ketimpangan Koefisien Gini

Tingkat Ketimpangan Nilai Koefisien Gini

Rendah < 0,30

Sedang 0,31 – 0,40

Tinggi >0,40

3. Kriteria Bank Dunia

Menurut Bank Dunia, ketimpangan distribusi pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan masyarakat dari kelompok yang berpendapatan rendah dibandingkan dengan total pendapatan penduduk.

Tabel 3.2

(15)

Tabel 3.3

Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat Statistik2005

Kriteria untuk masing-masing klasifikasi adalah Tingkat kesejahteraan rendah : nilai skor 8-13 Tingkat kesejahteraan sedang : nilai skor 14-19 Tingkat kesejahteraan tinggi : nilai skor 20-24

(16)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

4.1.1 Keadaan Geografis Kabupaten Pakpak Bharat

Kabupaten Pakpak Bharat sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi,

terletak pada garis 20 15’00”- 3032’00” Lintang Utara dan 900 - 980 31’ Bujur

Timur, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi, sebelah timur dengan

Kabupaten Toba Samosir, sebelah selatan dengan Kabupaten Aceh Singkil,

Kabupaten Humbang Hasundutan dan sebelah barat dengan Kabupaten Aceh

Singkil.

Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.218,30 km2, yang

terdiri dari 8 (delapan) Kecamatan yakni, Kecamatan Salak, Kecamatan Kerajaan,

Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Tinada, Kecamatan Siempat

Rube, Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergettenggetteng Sengkut

dan Kecamatan Pagindar.

TABEL 4.1

Luas Daerah Menurut Kecamatan Tahun 2015

NO Kecamatan Jumlah Desa Luas (km2)

1. Salak 6 245,57

2. Sitellu Tali Urang Jehe 10 473,62

3. Pagindar 4 75,45

4. Sitellu Tali Urang Julu 5 53,02

5. Pergetteng-getteng Sengkut 5 66,64

6. Kerajaan 10 147,61

7. Tinada 6 74,03

8. Siempat Rube 6 82,36

(17)

4.1.2 Keadaan Demografi Kabupaten Pakpak Bharat

Demografi suatu wilayah dapat dilihat dari jumlah penduduk wilayah tersebut. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk yang dilaksanakan pada Bulan Mei tahun 2010, jumlah penduduk di Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebesar 40.505 jiwa yang terdiri dari 20.468 jiwa penduduk laki-laki dan 20.037 jiwa penduduk perempuan. Sebanyak 40.505 penduduk Kabupaten Pakpak Bharat menyebar di delapan Kecamatan dan 52 desa, persentase terbesar berada di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe (23,12%) sedang persentase terkecil ada di Kecamatan Pagindar (2,99%)

4.1.3 Keadaan Sosial Ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat

Pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan merupakan indikator penting untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara atau daerah. Setiap negara atau daerah akan berusaha keras untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang optimal dan menurunkan angka kemisikinan. Di banyak negara di dunia, syarat utama terciptanya penurunan kemiskinan adalah pertumbuhan ekonomi. Namun, kondisi di negaranegara berkembang termasuk Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang dicapai ternyata juga diiringi dengan munculnya permasalahan dengan meningkatnya jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemisikinan.

(18)
(19)

produksi mencapai 1.166,5 ton. Di subsektor peternakan pada tahun 2012, 3 jenis ternak dengan populasi terbesar di Kabupaten Pakpak Bharat adalah ternak ayam buras 115.701 ekor, ternak babi 5.564 ekor, dan ternak kerbau 1.440 ekor.

4.2 Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Menggunakan Indeks

Gini

Gini Ratio adalah salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi. Semakin kecil nilai Gini Ratio, mengindikasikan semakin meratanya distribusi pendapatan, sebaliknya semakin besar nilai Gini Ratio mengindikasikan distribusi pendapatan yang semakin timpang (senjang) antar kelompok penerima pendapatan.

Pada suatu wilayah yang memiliki pendapatan yang tergolong tinggi belum tentu menyatakan meratanya pendistribusi pendapatan pada daerah tersebut. Kenyataan menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat tidak selalu merata. Tidak meratanya distribusi pendapatan akan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya kemiskinan.

Kriteria klasifikasi penggunaan indeks Gini (Gini Ratio) menurut H.T. Oshima dalam Suseno (1990) adalah sebagai berikut:

a. Bila koefisien Gini lebih kecil dari 0,30 : Ketimpangan rendah (ringan) b. Bila koefisien Gini berkisar antara 0,31 – 0,40 : Ketimpangan sedang c. Bila koefisien Gini lebih besar dari 0,40 : Ketimpangan tinggi

(20)
(21)
(22)

3500000

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, menyatakan Gini Ratio di Kabupaten Pakpak Bharat adalah 0,365557097. Ini menunjukan ketimpangan distribusi pendapatan di Kabupaten Pakpak Bharat tergolong dalam kategori ketimpangan sedang.

4.3 Analisis Menggunakan Kurva Lorenz

(23)

dengan pendapatan yang diterima oleh penduduk. Jumlah dari persentase kumulatif penduduk dan pendapatan akan diurutkan mulai dari nilai yang terendah hingga ke nilai yang tertinggi. Koefisien Gini bernilai antara 0 sampai dengan 1 merupakan rasio antara luas area antara kurva Lorenzdengan garis kemerataan sempurna.

Hasil perhitungan nilai Gini Ratio di Kabupaten Pakpak Bharat sebesar 0,36 dapat digambarkan kurva Lorenz sebagai berikut:

Sumber : Data Primer (Diolah)

Gambar 4.1

Kurva Lorenz Kabupaten Pakpak Bharat

Pada gambar diatas memperlihatkan bagaimana hubungan antara persentase kumulatif masyarakat dengan persentase kumulatif pendapatan yang diterima masyarakat. Dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa sekitar 10% dari jumlah masyarakat yang menjadi sampel memiliki pendapatan terendah dengan hanya menerima 2,40% dari seluruh total pendapatan.

(24)

Dalam menganalisis tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat, peneliti menggunakan indikator tingkat kesejahteraan menurut Badan Pusat Statistik (2005), yang terdiri dari 8 indikator yaitu:

1. Tingkat pendapatan

2. Tingkat konsumsi atau pengeluaran keluarga 3. Keadaan tempat tinggal

4. Fasilitas tempat tinggal 5. Kesehatan anggota keluarga

6. Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan 7. Kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan 8. Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 100 sampel rumah tangga di kabupaten Pakpak Bharat, maka dapat diperoleh rekapitulasi jawaban sampel tentang tingkat kesejahteraan sebagai berikut:

Tabel 4.3

(25)
(26)
(27)

93 1 1 3 2 2 2 2 3 16 Sedang

B : Pengeluaran rumah tangga

C : Kondisi rumah

D : Fasilitas sekitar tempat tinggal

E : Kemudahan mendapatkan fasilitas transport

F : Kesehatan keluarga

G : Kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan

H : Kemudahan memasukan anak ke jenjang pendidikan

Kesimpulan yang dapat diketahui dari tabel diatas adalah sebanyak 16 responden termasuk dalam kategori keluarga dengan tingkat kesejahteraan rendah, 83 responden termasuk dalam kategori keluarga dengan tingkat kesejahteraan sedang, dan hanya 1 responden yang termasuk dalam kategori keluarga dengan tingkat kesejahteraan tinggi

Tabel 4.4

Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat Statistik

(28)

4.4.1 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Pendapatan

Tabel 4.5 Data Pendapatan

Kriteria Tingkat Pendapatan Skor

Jumlah

Dapat diketahui pada tabel diatas bahwa dari 100 sampel, 95 responden memiliki tingkat pendapatan rendah,5 responden memiliki tingkat pendapatan sedang dan tidak ada responden yang memiliki tingkat pendapatan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas sampel penelitian penelitian ini memiliki pendapatan rendah yaitu sebanyak 95 responden.

4.4.2 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Pengeluaran

Tabel 4.6

(29)

sedang dan hanya 3 responden yang memiliki tingkat pengeluaran tinggi. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas sampel pada penelitian ini memiliki pengeluaran sedang yaitu sebanyak 64 responden.

4.4.3 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kondisi Tempat Tinggal

Tabel 4.7

Data Keadaan Tempat Tinggal

Kriteria Skor Jumlah Responden (Rumah Tangga)

Non Permanen 1 – 5 0

Semi Permanen 6 – 10 11

Permanen 11 – 15 89

Sumber: Data Primer (Diolah)

Dapat diketahui dari tabel diatas bahwa dari 100 sampel, tidak ada responden yang memiliki keadaan tempat tinggal dalam kategori non permanen , 11 responden memiliki keadaan tempat tinggal dalam kategori semi permanen dan sebanyak 89 responden yang memiliki keadaan tempat tinggal dalam kategori pemanen. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas sampel pada penelitian ini memiliki keadaan tempat tinggal semi permanen yaitu sebanyak 89 respoden.

4.4.4 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Fasilitas Tempat

Tinggal

Tabel 4.8

Fasilitas Tempat Tinggal

Kriteria Skor Jumlah Responden (Rumah Tangga)

Kurang 12 - 22 11

Cukup 23 - 33 89

Lengkap 34 - 44 0

(30)

Dapat diketahui dari tabel diatas bahwa dari 100 sampel, 11 responden yang memiliki fasilitas tempat tinggal dalam kategori kurang, 89 responden memiliki fasilitas tempat tinggal dalam kategori cukup dan tidak ada responden yang memiliki fasilitas tempat tinggal dalam kategori lengkap. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas sampel pada penelitian ini memiliki fasilitas tempat tinggal cukup yaitu sebanyak 89 respoden.

4.4.5 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kemudahan

Mendapatkan Fasilitas Transpotasi

Tabel 4.9

Data Kemudahan Mendapatkan FasilitasTransportasi

Kategori Skor Jumlah Responden (Rumah Tangga)

Mudah 7 – 9 11

Cukup 5 – 6 64

Sulit 3 – 4 25

Sumber: Data Primer (Diolah)

(31)

4.4.6 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kesehatan Keluarga

Tabel 4.10

Data Kesehatan Keluarga

Kategori Skor Jumlah Responden

(Rumah Tangga)

Bagus < 25% 36

Cukup 25%-50% 42

Kurang > 50% 12

Sumber: Data Primer (Diolah)

Dapat diketahui dari tabel diatas bahwa dari 100 sampel, 12responden memiliki kesehatan kurang, 42 responden memiliki kesehatan cukup bagus dan 36 responden memiliki kesehatan bagus. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas sampel pada penelitian ini memiliki kesehatan cukup yaitu sebanyak 42 responden.

4.4.7 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kemudahan

Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Tabel 4.11

Data Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan

Kategori Skor Jumlah Responden (Rumah Tangga)

Mudah 16 - 20 7

Cukup 11 - 15 44

Sulit 6 - 10 49

Sumber: Data Primer (Diolah)

(32)

4.4.8 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kemudahan

Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan

Tabel 4.12

Data Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan

Kategori Skor Jumlah Responden (Rumah Tangga)

Mudah 7 – 9 36

Cukup 5 – 6 48

Sulit 3 – 4 16

Sumber: Data Primer (Diolah)

(33)

4.5 Analisis Menggunakan Kriteria Bank Dunia

Tabel 4.13

Tingkat Ketimpangan Pendapatan di Kabupaten Pakpak Bharat Menggunakan Kriteria Bank Dunia

No. Kelompok Masyarakat Sampel

Jumlah

1 40% Berpendapatan Terendah 40 33.300.000 15,40%

2 40% Berpendapatan Menengah 40 92.500.000 42,76%

3 20% Berpendapatan Tertinggi 20 90.500.000 41,84%

Jumlah 100 216.300.000 100,00%

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat guna mengetahui tingkat ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya telah dianalisis dan dibahas, sehingga dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Tingkat ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat berada pada kategori tingkat ketimpangan sedang yaitu dengan perolehan angka sebesar 0, 36 yang dianalisis melalui perhitungan Indeks Gini. Ketimpangan yang terjadi di Kabupaten Pakpak Bharat disebabkan karena pola perkembangan sosial ekonomi yang kurang progresif, yakni wilayahnya yang masih didominasi oleh lahan pertanian ataupun lahan kosong yang tidak dimanfaatkan secara optimal serta kurangnya penerapan teknologi dan pendidikan untuk masyarakat.

(35)

16 responden (rumah tangga) masih berada pada kategori tingkat kesejahteraan rendah. Sehingga berdasarkan ketiga indikator tersebut maka secara umum diketahui bahwa taraf hidup masyarakat Kabupaten Pakpak Bharat tergolong sejahtera.

5.2 Saran

Dari kesimpulan diatas, maka dapat disampaikan beberapa saran untuk dipertimbangkan oleh para pengambil keputusan yaitu sebagai berikut :

1. Pemerintah agar memberikan kebijakan pembangunan ekonomi yang lebih konkret guna mengurangi ketimpangan distribusi pendapatan seperti, membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat terkhusus bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah yang memiliki tingkat pendidikan rendah, mengatur dan menyeimbangkan nilai barang dan jasa.

(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi diartikan sebagai serangkaian usaha dalam suatu perekonomian untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf pendidikan semakin tinggi dan teknologi semakin meningkat. Sebagai implikasi dari perkembagan ini diharapkan kesempatan kerja akan bertambah, tingkat pendapatan meningkat, dan kemakmuran masyarakat menjadi sangat tinggi (Sadono Sukirno). Pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi pendapatan yang lebih merata.Pertumbuhan ekonomi sering kali diikuti dengan perubahan struktur pendapatan.

Williamson (1965) meyatakan bahwa tahap awal pembangunan, disparitas regional menjadi lebih besar dan pembangunan terkonsentrasi didaerah-daerah tertentu. Dan pada tahap yanglebih maju, dilihat dari pertumbuhan ekonomi, tampak bahwa keseimbangan antar daerah berkurang dengan signifikan.

2.1.1 Ketimpangan Pembangunan

(37)

yang memiliki barang modal (capital stock) akan memperoleh pendapatan yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah yang memiliki sedikit sumber daya.

Ketimpangan memiliki dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif dari adanya ketimpangan adalah dapat mendorong wilayah lain yang kurang maju untuk dapat bersaing dan meningkatkan pertumbuhannya guna meningkatkan kesejahteraannya. Sedangkan dampak negatif dari ketimpangan yang ekstrim antara lain inefisiensi ekonomi, melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas, serta ketimpangan yang tinggi pada umumnya dipandang tidak adil (Todaro,2003).

Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan ekonomi suatu daerah. Ketimpangan ini pada dasarnya disebabkan oleh adanya perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing-masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah dalam mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda. Karena itu, tidaklah mengherankan bilamana pada setiap daerah biasanya terdapat wilayah maju dan wilayah terbelakang. Terjadinya ketimpangan ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah. Karena itu, aspek ketimpangan pembagunan antar wilayah ini juga mempunyai implikasi pula terhadap formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah (Sjafrizal,2008).

2.1.2 Penyebab Ketimpangan Pembangunan

(38)

pada masing – masing wilayah. Akibat dari perbedaan ini, kemampuan suatu daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses pembangunan juga menjadi berbeda.

Terjadinya ketimpangan pembangunan antar wilayah ini selanjutnya membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat pada wilayah bersangkutan. Biasanya implikasi ini ditimbulkan adalah dalam bentuk kecemburuan dan ketidakpuasan masyarakat yang dapat pula berlanjut dengan implikasi politik dan ketentraman masyarakat. Karena itu, aspek ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah ini perlu ditanggulangi melalui formulasi kebijakan pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

Menurut Irma Adelma dan Cynthia Taft Morris dalam Arsyad (2010) ada 8 hal yang menyebabkan ketimpangan atau ketidakmerataan distribusi pendapatan di negara sedang berkembang :

1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan menurunnya pendapatan perkapita.

2. Inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara proporsional dengan pertambahan produksi barang-barang.

3. Ketidakmerataan pembangunan antar daerah.

4. Investasi yang sangat banyak dalam proyek-proyek yang padat modal (Capital Insentive), sehingga persentase pendapatan modal dari kerja tambahan besar

dibandingkan dengan persentase pendapatan yang berasal dari kerja, sehingga pengangguran bertambah.

(39)

6. Pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang mengakibatkan kenaikan harga-harga barang hasil industri untuk melindungi usaha-usaha golongan kapitalis.

7. Memburuknya nilai tukar (term of trade) bagi negara sedang berkembang dalam perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat ketidakelastisan permintaan negara-negara maju terhadap barang-barang ekspor negara sedang berkembang.

8. Hancurnya industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga, dan lain-lain.

Beberapa faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan antar wilayah menurut Sjafrizal (2012) yaitu :

1. Perbedaan kandungan sumber daya alam

(40)

2. Perbedaan kondisi demografis

Perbedaan kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan. Kondisi demografis akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat setempat. Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong peningkatan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

3. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa

Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah dan migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi spontan. Alasannya adalah apabila mobilitas kurang lancar maka kelebihan produksi suatu daerah tidak dapat di jual ke daerah lain yang membutuhkan. Akibatnya adalah ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi, sehingga daerah terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya.

4. Perbedaan konsentrasi kegiatan ekonomi daerah

(41)

5. Alokasi dana pembangunan antar daerah

Alokasi dana ini bisa berasal dari pemerintah maupun swasta. Pada sistem pemerintahan otonomi maka dana pemerintah akan lebih banyak dialokasikan ke daerah sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung lebih rendah. Untuk investasi swasta lebih banyak ditentukan oleh kekuatan pasar. Dimana keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu daerah merupakan kekuatan yang berperan banyak dalam menark investasi swasta. Keuntungan lokasi ditentukan oleh biaya transpor baik bahan baku dan hasil produksi yang harus dikeluarkan pengusaha, perbedaan upah buruh, konsentrasi pasar, tingkat persaingan usaha dan sewa tanah. Oleh karena itu investai akan cenderung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan.

2.1.3 Dampak Ketimpangan Pembangunan

Ketimpangan pembangunan memberikan dampak terhadap daerah dan masyarakat. Berikut adalah dampak dari ketimpangan pembangunan terhadap masyarakat dan daerah (Bappenas) :

1. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan

(42)

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan wilayah tertinggal, termasuk yang masih dihuni oleh komunitas adat terpencil antara lain :

a. Terbatasnya akses transportasi yang menghubungkan wilayah tertinggal dengan wilayah yang relatif maju

b. Kepadatan penduduk relative rendah dan tersebar

c. Kebanyakan wilayah-wilayah ini miskin sumber daya, khususnya sumber daya alam dan manusia.

d. Belum diprioritaskannya pembangunan di wilayah tertinggal oleh pemerintah daerah karena dianggap tidak menghasilkan pendapatan daerah secara langsung.

e. Belum kuatnya dukungan sektor terkait untuk pengembangan wilayah wilayah ini

2. Belum berkembangnya wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh

Banyak wilayah yang memiliki produk unggulan dan lokasi strategis belum dikembangkan secara optimal. Sebenarnya, wilayah strategis dan cepat tumbuh ini dapat dikembangkan secara lebih cepat, karena memiliki produk unggulan yang berdaya saing. Jika sudah berkembang, wilayah-wilayah tersebut diharapkan dapat berperan sebagai penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah sekitarnya yang miskin sumber daya dan masih terbelakang.

(43)

Wilayah perbatasan, termasuk pulau-pulau kecil terluar memiliki potensi sumber daya alam yang cukup besar, serta merupakan wilayah yang sangat strategis bagi pertahanan dan keamanan negara. Namun demikian, pembangunan di beberapa wiayah perbatasan masih sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan pembangunan di wilayah negara tetangga. Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah ini umumnya jauh lebih rendah dibandingkan dengan kondisi sosial ekonomi warga negara tetangga. Hal ini mengakibatkan timbulnya berbagai kegiatan ilegal di daerah perbatasan yang dikhawatirkan dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerawanan sosial. Akibatnya, wilayah-wilayah perbatasan dianggap bukan merupakan wilayah prioritas pembangunan oleh pemerintah. Sementara itu daerah-daerah pedalaman yang ada juga sulit berkembang terutama karena lokasinya sangat terisolir dan sulit dijangkau.

4. Kesenjangan pembangunan antar kota dan desa

Ketimpangan pembangunan mengakibatkan adanya kesenjangan antara daerah perkotaan dengan pedesaan, yang diakibatkan oleh : (a) investasi ekonomi cenderung terkonsentrasi di daerah perkotaan; (b) kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan masih banyak yang tidak sinergis dengan kegiatan ekonomi di pedesaan; (c) peran kota yang diharapakan dapat mendorong perkembangan pedesaan, justru memberikan dampak yang merugikan pertumbuhan pedesaan.

(44)

Dampak ini merupakan dampak turunan dari kurangnya lapangan kerja di suatu daerah bersangkutan, yang disebabkan kurangnya investasi baik dari pemerintah maupun swasta, dan mengakibatkan terjadinya pengangguran. Jika pengangguran terjadi maka biasanya disusul terjadinya kemiskinan. Kemiskinan mengakibatkan kualitas sumber daya manusia (generasi berikutnya) cenderung rendah, karena terbatasnya kemampuan untuk menikmati pendidikan akibat rendahnya pendapatan masyarakat bahkan cenderung tidak ada sama sekali, sehingga masyarakat lebih fokus untuk memenuhi kebutuhan yang paling krusial yaitu makanan dan minuman.

2.2 Disribusi Pendapatan

(45)

Para ahli ekonomi pada umumnya membedakan antara dua ukuran utamadari distribusi pendapatan baik untuk tujuan analisis maupun kuantitatif, yaitu:

a. Distribusi pendapatan perorangan

Distribusi pendapatan perorangan memberikan gambaran tentang distribusi pendapatan yang diterima oleh individu atau rumah tangga. Dalam konsep ini, yang diperhatikan adalah seberapa banyak pendapatan yang diterima oleh seseorang tidak dipersoalkan cara yang dilakukan oleh individu atau rumah tangga yang mencari penghasilan tersebut berasal dari bekerja atau sumber lainnya. Selain itu juga diabaikan sumber-sumber pendapatan yang menyangkut lokasi (apakah di wilayah desa atau kota) dan jenis pekerjaannya.

b. Distribusi pendapatan fungsional

Distribusi pendapatan fungsional mencoba menerangkan bagian dari pendapatan yang diterima oleh tiap faktor produksi. Faktor produksi tersebut terdiri dari tanah atau sumberdaya alam, tenaga kerja, dan modal. Pendapatan didistribusikan sesuai dengan fungsinya seperti buruh menerima upah, pemilik tanah memerima sewa dan pemilik modal memerima bunga serta laba. Jadi setiap faktor produksi memperoleh imbalan sesuai dengan kontribusinya pada produksi nasional, tidak lebih dan tidak kurang.

(46)

pendapatan dalam masyarakat yang didasarkan pada kepemilikan faktor produksi dapat dikelompokkan menjadi dua macam:

1. Pendapatan karena hasil kerja yang berupa upah atau gaji dan besarnya tergantung tingkat produktifitas.

2. Pendapatan dari sumber lain seperti sewa, laba, bunga, hadiah atau warisan. Sayangnya relevansi teori fungsional tidak mempengaruhi pentingnya peranan dan pengaruh kekuatan kekuatan di luar pasar (faktor-faktor non-ekonomis) misalnya kekuatan dalam menentukan faktor-faktor harga (Todaro, 2003).

2.2.1 Indikator Mengukur Distribusi Pendapatan

Distribusi pendapatan mencerminkan merupakan merata atau timpangnya pembagian hasil pembangunan dikalangan penduduknya. Ada beberapa cara yang dijadikan sebagai indikator untuk mengukur kemerataan distrbusi pendapatan, yaitu:

1. Kurva lorenz

(47)

Kurva Lorenz menggambarkan distribusi kumulatif pendapatan nasional dikalangan lapisan-lapisan penduduk. Kurva ini terletak di dalam sebuah bujur sangkar yang sisi tegaknya melambangkan persentase kumulatif pendapatan, sedangkan sisi datarnya mewakili persentase kumulatif penduduk. Kurvanya sendiri ditempatkan pada diagonal utama bujur sangkar tersebut. Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis diagonal (yang merupakan garis pemerataan sempurna), maka semakin timpang atau tidak merata distribusi pendapatannya. 2. Indeks Gini atau Rasio Gini

Gini Ratio merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat ketimpangan distribusi pendapatan yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna). Semakin kecil nilai Gini Ratio, mengindikasikan semakin meratanya distribusi pendapatan, sebaliknya semakin besar nilai Gini Ratio mengindikasikan distribusi pendapatan yang semakin timpang (senjang) antar kelompok penerima pendapatan. Secara khusus dapat diartikan bahwa jika nilai Gini Ratio sebesar 0 berarti terdapat kemerataan sempurna atau setiap orang memperoleh pendapatan yang sama persis dan jika nilai Gini Ratio sebesar 1 berarti terjadi ketidakmerataaan sempurna dimana satu orang mampu memiliki serta menguasai seluruh pendapatan total di suatu daerah, sementara lainnya tidak memperoleh pendapatan sama sekali.

Rumus untuk menghitung Gini Ratio : k Pi ( Qi + Qi – 1)

G = 1 -

(48)

G = Gini Ratio

Qi = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i

Qi-1 = Persentase rumah tangga pada kelas pendapatan ke-i-1

Pi = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i

Pi-1 = Persentase kumulatif pendapatan sampai dengan kelas ke-i-1

K = Banyaknya kelas pendapatan

Nilai gini ratio antara 0 dan 1, yaitu: G < 0,3 adalah ketimpangan rendah 0,3 ≤ G ≤ 0,5 adalah ketimpangan sedang G > 0,5 adalah ketimpangan tinggi 3. Kriteria Bank Dunia

Kriteria ketidakmerataan versi Bank Dunia didasarkan atas porsi pendapatan nasional yang dinikmati oleh tiga lapisan penduduk, yakni 40% penduduk berpendapatan rendah, 40% penduduk berpendapatan menengah, serta 20% penduduk berpendapatan tinggi. Ketidakmerataan atau ketimpangan distribusi pendapatan dinyatakan lunak atau dianggap cukup merata apabila 40% penduduk yang berpendapatan rendah menikmati lebih dari 17% pendapatan nasional. Ketimpangan dianggap sedang atau moderat jika 40% penduduk miskin menikmati antara 12%-17% pendapatan nasionla. Sedangkan jika 40% penduduk berpendapatan rendah menikmati kurang dari 12% pendapatan nasional, maka kesenjangan atau ketimpangan dikatakan parah atau tinggi.

2.3 Konsep Kesejahteraan

(49)

berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga negara yang belum terpenuhi hak atas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalami hambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dan bermartabat.

Todaro (2003) mengemukakan bahwa kesejahteraan masyarakat menengah kebawah dapat direpresentasikan dari tingkat hidup masyarakat. Tingkat hidup masyarakat ditandai dengan terentaskannya dari kemiskinan, tingkat kesehatan yang lebih baik, perolehan tingkat pendidikan yang lebih tinggi, dan tingkat produktivitas masyarakat.

Hasil Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 1989 yang dilakukan oleh BPS membuktikan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga semakin besar proporsi pengeluaran keluarga untuk makanan dari pada untuk bukan makanan. Ini berarti semakin kecil jumlah anggota keluarga, semakin kecil pula bagian pendapatan untuk kebutuhan makanan, dengan demikian jumlah anggota keluarga secara langsung mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga.

Menurut Drewnoski (1974) dalam Bintarto (1989), melihat konsep kesejahteraan dari tiga aspek, yaitu;

1. Dilihat pada tingkat perkembangan fisik (somatic status), seperti nutrisi, kesehatan, harapan hidup, dan sebagianya

2. Dilihat pada tingkat mentalnya, (mental/educational status) seperti pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya

(50)

Dalam memahami realitas tingkat kesejahteraan, pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesenjangan tingkat kesejahteraan antara lain : (1) social ekonomi rumah tangga atau masyarakat, (2) struktur kegiatan ekonomi sektoral yang menjadi dasar kegiatan produksi rumah tangga atau masyarakat, (3) potensi regional (sumberdaya alam, lingkungan dan insfrastruktur) yang mempengaruhi perkembangan struktur kegiatan produksi, dan (4) kondisi kelembagaan yang membentuk jaringan kerja produksi dan pemasaran pada skala lokal, regional dan global (Taslim, 2004).

2.3.1 Indikator Tingkat Kesejahteraan

Menurut Kolle (1974) dalam Bintaro (1989), indikator kesejahteraan dilihat dari beberapa aspek kehidupan yaitu :

1. Segi materi, seperti kualitas rumah, bahan pangan dan sebagianya; 2. Segi fisik, seperti kesehatan tubuh, lingkungan alam, dan sebagainya;

3. Segi mental, seperti fasilitas pendidikan, lingkungan budaya, dan sebagainya; 4. Segi spiritual, seperti moral, etika, keserasian penyesuaian, dan sebagainya.

Menurut BPS (2005) dalam penelitian Eko Sugiharto (2007) indikator yang digunakan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ada delapan, yaitu pendapatan, konsumsi atau pengeluaran keluarga, keadaan tempat tinggal, fasilitas tempat tinggal, kesehatan anggota keluarga, kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan, kemudahan memasukkan anak kejenjang pendidikan, dan kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi.

(51)

b. Sedang (Rp. 5.000.000) c. Rendah (< Rp. 5.000.000)

2. Indikator pengeluaran digolongkan menjadi 3 item yaitu: a. Tinggi (> Rp. 5.000.000)

b. Sedang (Rp. 1.000.000 – Rp. 5.000.000) c. Rendah (< Rp. 1.000.000)

3. Indikator tempat tinggal yang dinilai ada 5 item yaitu jenis atap rumah, dinding, status kepemilikan rumah, lantai dan luas lantai. Dari 5 item tersebut kemudian akan digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu:

a. Permanen

Kriteria permanen ditentukan oleh kualitas dinding, atap dan lantai. Bangunan rumah permanen adalah rumah yang dindingnya terbuat dari tembok/kayu kualitas tinggi, lantai terbuat dari ubin/keramik/kayu kualitas tinggi dan atapnya terbuat dari seng/genteng/sirap/asbes (BPS, 2012). b. Semi Permanen

Rumah semi permanen adalah rumah yang dindingnya setengah tembok/bata tanpa plaster/kayu kualitas rendah, lantainya dari ubin/semen/kayu kualitas rendah dan atapnya seng/genteng/sirap/asbes (BPS, 2012)

c. Non Permaen

(52)

daun-daunan atau atap campuran genteng/seng bekas dan sejenisnya (BPS, 2012).

4. Indikator fasilitas tempat tinggal yang dinilai terdiri dari 12 item, yaitu pekarangan, alat elektronik, pendingin, penerangan, kendaraan yang dimiliki, bahan bakar untuk memasak, sumber air bersih, fasilitas air minum, cara memperoleh air minum, sumber air minum, fasilitas MCK, dan jarak MCK dari rumah. Dari 12 item tersebut kemudian akan digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu:

a. Lengkap b. Cukup c. Kurang

5. Indikator kesehatan anggota keluarga digolongkan menjadi 3 item yaitu: a. Bagus (< 25% sering sakit)

b. Cukup (25% - 50% sering sakit) c. Kurang (> 50% sering sakit)

6. Indikator kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan terdiri dari 5 item yaitu jarak rumah sakit terdekat, jarak toko obat, penanganan obat-obatan, harga obat-obatan, dan alat kontrasepsi. Dari 5 item tersebut kemudian akan digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu:

(53)

7. Indikator kemudahan memasukkan anak ke jenjang pendidikan terdiri dari 3 item yaitu biaya sekolah, jarak ke sekolah, dan proses penerimaan. Dari 3 item tersebut kemudian akan digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu:

a. Mudah b. Cukup c. Sulit

8. Indikator kemudahan mendapatkan transportasi terdiri 3 item, yaitu ongkos kendaraan, fasilitas kendaraan, dan status kepemilikan kendaraan. Dari 3 item tersebut kemudian akan di digolongkan ke dalam 3 golongan yaitu:

a. Mudah b. Cukup c. Sulit

2.4 Penelitian Terdahulu

(54)

Hasyim (2012) melakukan penelitian tentang analisis tingkat ketimpangan pendapatan dan kemiskinan petani padi (Studi Kasus: Desa Sidodadi Ramunia, Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang). Hasil penelitian menunjukkanbahwa tingkat ketimpangan petani padi sawah berdasarkan nilai Gini Ratio sebesar 0,32 berada dalam kategori rendah, dan menurut kriteria World

Bank juga berada dalam kategori rendah. Sumber pendapatan petani padi sawah di

luar usaha tani padi sawah cukup beragam dimana pendapatan dari usaha tani padi sawah memberikan kontribusi terbesar terhadap total pendapatan yaitu, sebesar 67,56%. Tingkat kemiskinan menurut kriteria BPS (2011) tidak terdapat petani padi sawah yang berada pada kategori miskin, dan petani padi sawah yang berada pada kategori miskin menurut UMR (2012) sebanyak 37,21%.

Fahmi Husein (2015) melakukan penelitian dengan judul Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kesejahteraan di Kota Medan (Studi Kasus: Kecamatan Medan Deli). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan di Kecamatan Medan Deli relatif sedang dengan menggunakan perhitungan rasio Gini yakni sebesar 0,32. Berdasarkan kriteria Bank Dunia tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Kecamatan Medan Deli tergolong rendah. Berdasarkan kriteria Badan Pusat Statistik bahwa masyarakat di Kecamatan Medan Deli memiliki tingkat kesejahteraan sedang.

(55)

tingkat ketimpangan di Kecamatan Medan Labuhan relatif sedang dengan menggunakan perhitungan rasio Gini yakni sebesar 0,39. Berdasarkan kriteria Bank Dunia, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan di Kecamatan Medan Labuhan tergolong sedang. Berdasarkan kriteria Badan Pusat Statistik, masyarakat di Kecamatan Medan Labuhan memiliki tingkat kesejahteraan yang sedang.

2.5 Kerangka Konseptual

Secara skematis, kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Pendapatan Rendah

Ketimpangan

Distribusi Pendapatan

Tingkat Kesejahteraan

Tinggi, Sedang, Rendah

Pendapatan Sedang

(56)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan seluruh rakyatnya melalui peningkatan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi merupakan suatu keharusan jika suatu negara ingin meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyatnya (Sukirno, 1985).Tujuan untuk meningkatkan taraf hidup anggota masyarakat dilakukan melalui peningkatan pendapatan. Tingkat pendapatan kerap digunakan sebagai indikator tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara. Namun, Bila dilihat lebih jauh peningkatan pendapatan tersebut belum menjamin perbaikan kesejahteraan anggota masyarakat luas karena tingkat pendapatan yang bervariasi antar rumah tangga sesuai dengan tingkat penguasaan sumberdaya dan kemampuan mengelolanya.

Dua masalah besar yang umumnya dihadapi oleh negara-negara berkembang termasuk Indonesia adalah kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pandapatan antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat kemiskinan atau jumlah orang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) (Tambunan, 2001).

(57)

Sistem distribusi yang tidak merata hanya akan menciptakan kesejahteraan bagi golongan tertentu saja. Begitu pula sebaliknya, distribusi pendapatan yang merata akan menciptakan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakatnya.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting dari keberhasilan pembangunan dalam bidang ekonomi. Dalam mengukur keberhasilan pelaksanaan suatu pembangunan dapat dilihat melalui laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut dimana dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah tentunya akan meningkatkandistribusi pendapatan.

(58)

Tabel 1.1

Persentase Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pakpak Bharat atas Dasar Harga Konstan Tahun 2006-2010

Sumber : Badan Pemerintah Daerah Kabupaten Pakpak Bharat

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pakpak Bharat atas dasar harga konstan pada tahun 2010 menunjukkan adanya pertumbuhan yang lebih besar dibanding tahun 2009 yaitu dari 5,83 persen menjadi 6,77 persen di tahun 2010. Jika melihat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat dari tahun ke tahun mulai tahun 2006 sampai dengan 2010 menunjukkan angka yang berfluktuatif. Adapun persentase pertumbuhan terbesar terjadi di tahun 2010 yang mencapai sebesar 6,77 persen. Dan untuk persentase pertumbuhan terkecil terjadi di tahun 2009 yang sebesar 5,83 persen

Tabel 1.2

Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009-2012

(59)

Persentase jumlah penduduk miskin di Kabupaten Pakpak Bharat yang terjadi selama periode tahun 2009 – 2012 sebagaimana disajikan melalui tabel diatas menunjukkan trend penurunan jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun. Penurunan jumlah penduduk miskin yang terjadi di Kabupaten Pakpak Bharat meskipun tidak terlalu signifikan memberikan gambaran adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kabupaten Pakpak Bharat secara umum pada periode tahun 2009 – 2012.

Berdasarkan pembahasan yang telah di sampaikan di atas, distribusi pendapatan sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan sehingga perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk mengetahui seberapa besar ketimpangan distribusi pendapatan yang terjadi di Kabupaten Pakpak Bharat. Maka penulis mengambil judul skripsi“Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan

Tingkat Kesejahteraan di Kabupaten Pakpak Bharat.”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola distribusi rumah tangga berdasarkan kelas pendapatan masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat?

2. Bagaimana ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat?

3. Bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat?

1.3 Tujuan Penelitian

(60)

2. Untuk menganalisis tingkat ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat di Kabupten Pakpak Bharat.

3. Untuk menganalisis tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat.

1.4 Manfaat Penelitiaan

1. Sebagai masukan dan menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca khususnya yang berkaitan dengan ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan .

2. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah, dalam hal pemerataan pembangunan dan dalam mengambil keputusan.

(61)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2016. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat sejak Januari 2016. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer yaitu memberikan kuesioner kepada sampel. Metode yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah Indeks Gini, Kurva Lorenz, dan Kriteria Bank Dunia untuk menghitung tingkat ketimpangan distribusi pendapatan dan Microsoft Exceluntuk mengukur tingkat kesejahteraan sosial dengan menggunakan indikator kesejahteraan keluarga yang diterbitkan BPS pada tahun 2005.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat di Kecamatan Sipoholon berada pada tingkat ketimpangan kategori sedang yakni dengan indeks Gini sebesar 0, 36 dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang dominan berada pada tingkat kesejahteraan sedang.

(62)

ABSTRACT

This study aims to determine the level of unequal distribution of income and the level of welfare in Pakpak Bharat in 2016. The study was conducted in the District Pakpak Bharat since January 2016. The data used for this study are primary data that gave questionnaires to 100 respondents. The method used for data analysis in this research is the Gini index, Lorenz curve and the World Bank criteria to calculate the level of inequality of income distribution and Microsoft Excel to measure the level of social welfare by using family welfare indicators published BPS in 2005.

The results showed that the level of inequality of income distribution Sipoholon people in the District that are in the middle category ie the degree of inequality with a Gini index of 0, 36 and the dominant level of social welfare at the level of moderate prosperity.

(63)

SKRIPSI

ANALISIS KETIMPANGAN DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN TINGKAT

KESEJAHTERAAN DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

OLEH

IRAWATY AGUSTINA TUMANGGOR

120501063

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(64)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2016. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat sejak Januari 2016. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer yaitu memberikan kuesioner kepada sampel. Metode yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian ini adalah Indeks Gini, Kurva Lorenz, dan Kriteria Bank Dunia untuk menghitung tingkat ketimpangan distribusi pendapatan dan Microsoft Exceluntuk mengukur tingkat kesejahteraan sosial dengan menggunakan indikator kesejahteraan keluarga yang diterbitkan BPS pada tahun 2005.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat di Kecamatan Sipoholon berada pada tingkat ketimpangan kategori sedang yakni dengan indeks Gini sebesar 0, 36 dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang dominan berada pada tingkat kesejahteraan sedang.

(65)

ABSTRACT

This study aims to determine the level of unequal distribution of income and the level of welfare in Pakpak Bharat in 2016. The study was conducted in the District Pakpak Bharat since January 2016. The data used for this study are primary data that gave questionnaires to 100 respondents. The method used for data analysis in this research is the Gini index, Lorenz curve and the World Bank criteria to calculate the level of inequality of income distribution and Microsoft Excel to measure the level of social welfare by using family welfare indicators published BPS in 2005.

The results showed that the level of inequality of income distribution Sipoholon people in the District that are in the middle category ie the degree of inequality with a Gini index of 0, 36 and the dominant level of social welfare at the level of moderate prosperity.

(66)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat saya karena hanya atas penyertaan-Nya dalam penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten Pakpak Bharat” dapat terselesaikan dengan baik. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulis mengerjakan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Kedua Orangtua penulis, Bapak Lrs Tumanggor dan Ibu Masrauli Pasaribu, juga abang kakak dan adik penulis yang selalu mendoakan serta mendukung penulis baik dukungan moril maupun materi, menjadi motivasi penulis untuk lebih cepat dalam menyelesaikan studi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE., M.Ec., Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

(67)

6. Bapak Drs. Rachmat Sumanjaya Hasibuan, M.Si selaku dosen pembanding I dan Bapak Paidi Hidayat S.E, M.Si selaku dosen pembanding II yang telah meluangkan waktu memberikan saran, kritik dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Staf Akademik Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

9. Rekan - rekan mahasiswa stambuk 2012 Program S-1 Reguler Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan semoga skripsi ini dapat memberi kontribusi yang bermanfaat bagi para pembaca dan bidang akademik..

Medan, Oktober 2015

NIM :120501063

(68)

DAFTAR ISI

2.1.2 Penyebab Ketimpangan Pembangunan ... 7

2.1.3 Dampak Ketimpangan Pembangunan ... 11

2.2 Distribusi Pendapatan ... 14

2.2.1 Indikator Mengukur Distribusi Pendapatan ... 16

2.2.2 Konsep Kesejahteraan ... 18

2.2.3Indikator Tingkat Kesejahteraan ... 20

2.3 Penelitian Terdahulu ... 23

3.5 Populasi dan sampelPenelitian ... 27

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 28

(69)

BAB VI PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum ... 32

4.1.1 Keadaan Geografis Kabupaten Pakpak Bharat ... 32

4.1.2 Keadaan Demografi Kabupaten Pakpak Bharat ... 33

4.1.3 Keadaan Ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat ... 34

4.2 Analisis Ketimpangan Distribusi Pendapatan Menggunakan Indeks Gini ... 34

4.3 Analisis Menggunakan Kurva Lorenz ... 38

4.4 Analisis Tingkat Kesejahteraan ... 39

4.4.1 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Pendapatan 44 4.4.2 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Pengeluaran 44 4.4.3 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kondisi Tempat Tinggal ... 45

4.4.4 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Fasilitas Tempat Tinggal ... 45

4.4.5Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi ... 46

4.4.6 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kesehatan Keluarga ... 47

4.4.7 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan ... 47

4.4.8 Analisis Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Kemudahan Memadukkam Anak ke Jenjang Pendidikan ... 48

4.5 Analisis Menggunakan Kriteria Bank Dunia ... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran ... 51

(70)

DAFTAR TABEL

1.1 Persentase Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pakpak Bharat

atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009-2013 ... 3

1.2 Persentase Penduduk Miskin di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009-2012 ... 3

3.1 Indikator Ketimpangan Koefisien Gini ... 30

3.2 Indikator Ketimpangan Menurut Bank Dunia ... 30

3.3 Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat Statistik 2005 ... 31

4.1 Luas Daerah Menurut Kecamatan Tahun 2015 ... 32

4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 33

4.3 Angka Gini Kabupaten Pakpak Bharat ... 35

4.4 Rekapitulasi Tanggapan Responden Berdasarkan Indikator Badan Pusat Statistik ... 40

4.5 Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat Statistik ... 43

4.6 Data Pendapatan ... 44

4.7 Data Pengeluaran ... 44

4.8 Data Keadaan Tempat Tinggal ... 45

4.9 Data Fasilitas Tempat Tinggal ... 45

4.10 Data Kemudahan Mendapatkan Fasilitas Transportasi ... 46

4.11 Data Kesehatan Keluarga ... 47

4.12 Data Kemudahan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan ... 47

4.13 Data Kemudahan Memasukkan Anak ke Jenjang Pendidikan 48

(71)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Tabel 3.2
Tabel 3.3 Indikator Keluarga Sejahtera Berdasarkan Badan Pusat Statistik2005
TABEL 4.1 Luas Daerah Menurut Kecamatan Tahun 2015
Tabel 4.2 Angka Gini Kabupaten Pakpak Bharat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Demikian pula halnya dengan implementasi Program Kredit Nduma Pakpak Bharat di Desa Boangmnaalu Kecamatan Salak Kabupaten Pakpak Bharat, ia menjadi suatu proses yang dinamis

Adapun tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak pemekaran wilayah administrasi pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat terhadap pertumbuhan ekonomi yang dijelaskan dari PDRB

Makna yang Terkandung dalam Nyanyian Sunyi Perkemenjen Bagi Masyarakat Tanah Pakpak Salak Kabupaten Pakpak Bharat.....

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana deiksis persona, waktu, dan ruang dalam sastra lisan masyarakat pakpak di Kabupaten Pakpak Bharat serta makna

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BPS Kabupaten Pakpak Bharat berlandaskan pada azas manfaat, keterpaduan, dan kemutakhiran. Azas manfaat mempunyai pengertian bahwa

Parameter yang diamati meliputi: skala usaha, umur peternak dan pengalaman beternak yang mempengaruhi pendapatan peternak kerbau di Kecamatan Kerajaan Kabupaten Pakpak Bharat..

Skripsi ini berjudul “Analisis Tekstual dan Musikal Nangen Nandorbin pada Masyarakat Pakpak di Desa Sukarami Kecamatan Kerajaan Pakpak Bharat .” Tujuan utama penulisan

Jumlah Penduduk Berdasarkan Potensi Produktivitas dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 ……… Data PDRB Kabupaten Pakpak Bharat Menurut Lapangan Usaha Atas