• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterampilan Interpersonal Pustakawan Ditinjau Dari Persepsi Pemustaka Di Kantor Kearsipan Perpustakaan Dan Dokumentasi Kabanjahe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterampilan Interpersonal Pustakawan Ditinjau Dari Persepsi Pemustaka Di Kantor Kearsipan Perpustakaan Dan Dokumentasi Kabanjahe"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1 : DAFTAR KUESIONER

KETERAMPILAN INTERPERSONAL PUSTAKAWAN DITINJAU

DARI PERSEPSI PEMUSTAKA DI KANTOR KEARSIPAN

PERPUSTAKAAN DAN DOKUMENTASI

KABANJAHE

Petunjuk Pengisian:

1. Pengisian kuesioner ini semata-mata untuk tujuan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan, semua pilihan jawaban dan pendapat Saudara akan dirahasiakan oleh peneliti.

2. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh kemungkinan jawabannya.

3. Isilah jawaban dengan memberikan tanda check list ( ) pada salah satu pilihan jawaban yang Saudara anggap sesuai dengan kondisi sebenarnya. 4. Peneliti mengaharapkan semua pertanyaan dijawab dan tidak ada yang

dilewatkan.

5. Terimakasih atas kerja samanya

Keterangan:

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

(2)

I. Keterampilan Mendengarkan

No. PERNYATAAN SS S KS TS STS

1. Pustakawan mampu mendengarkan dengan baik sehingga dapat memahami dan

memperoleh informasi yang disampaikan pemustaka

2. Pustakawan dapat menganalisis dan menangkap pesan serta makna informasi yang diterima dari pemustaka

3. Pustakawan mampu berkomunikasi efektif sehingga dapat membangun dan memelihara hubungan baik dengan pemustaka

4. Pustakawan mampu mendengarkan keluhan pemustaka dengan memberikan perhatian yang maksimal kepada pemustaka

II. Keterampilan Memberikan Umpan Balik

No. PERNYATAAN SS S KS TS STS

5. Pustakawan mampu memberikan pendapat dan menerima masukan dari pemustaka 6. Pustakawan mempunyai kemampuan

berkomunikasi dengan pemustaka sehingga dapat memberikan kesan baik dari pemustaka 7. Pustakawan mampu mengapresiasikan

dengan baik setiap pemustaka yang datang berkunjung ke perpustakaan

(3)

III. Keterampilan Membujuk

No. PERNYATAAN SS S KS TS STS

9. Pustakawan mampu mengajak pemustaka untuk rajin datang dan membaca ke perpustakaan

10. Pustakawan mampu mengajak pemustaka untuk dapat mematuhi peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh perpustakaan

11. Pustakawan mampu mengajak serta pemustaka untuk bekerjasama menjadikan perpustakaan lebih baik

IV. Keterampilan Mengatasi Konflik

No. PERNYATAAN SS S KS TS STS

12. Pustakawan mampu menjadi penengah ketika terjadi konflik terhadap

pemustaka

13. Pustakawan mampu memimpin dengan bersikap bijaksana dalam memberikan sanksi kepada pemustaka jika terjadi permasalahan

14. Pustakawan mampu bersikap saling mendukung dengan pemustaka 15. Pustakawan mampu menggunakan

(4)
(5)
(6)

DAFTAR PUSTAKA .

Agustini, Ninis. 2005. Interpersonal Skill dalam Pelayanan Perpustakaan. Jurnal “Studi Perpustakaan dan Informasi Vol. 1 No. 1 Juni 2005”.

Ahmad, Ardianto. 2011.Tugas Pokok Pustakawan. Dalam http://tugas-tugas-seorang-pustakawan.com. Diakses 23 September 2015.

Ajick. 2010. Karakter Pengguna Perpustakaan. http://pustaka.uns.ac.id/?opt= 1001&menu=category&option=detail&cid=1. Diakses 9 September 2015. Ali, Muhammad. 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara.

Arisandy, D. 2004. “Hubungan Antara Persepsi Karyawan Terhadap Disiplin Kerja Karyawan bagian Produksi Pabrik Keramik Ken Lila Production”. Jurnal Psyche Vol.1 No.2. Diakses 16 September 2015.

Azwar. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Cangara, Hafied. 2003. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Depdiknas, 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hadi, S. 2001. Metode Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Hermawan, R. & Zulfikar Z. 2006. Etika Kepustakawanan : Suatu Pendekatan Terhadap Profesi dan Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta : Sagung

Seto.

Islahulben. 2013. “Komunikasi Interpersonal Pustakawan”. Jurnal Iqra Vol. 6 No. 1.

Kusumah, Hayun. 2001. Aspek Manusia. http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod =browse&op=read&id=gdlhub-gdl-grey-2001-hayun-1560-manusia. Diakses 12 Oktober 2015.

Lasa, HS, 1994. Jenis-jenis Pelayanan Informasi perpustakaan. Cet.1. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lifakura, 2013. Interpersonal Skill. http://artikel-interpersonal-skill.com. Diakses 16 September 2015.

(7)

Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Meyovy. 2013. Interpersonal Skill. Dalam http://meyovy.wordpress.com/2013 /02/12/inter-personal-skill/. Diakses 23 September 2015.

Panduan Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. 1992. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Penna, Anthony, 1988. Karakteristik Pemustaka. Jakarta: Binarupa Aksara.

Rakhmat, Jalaluddin, 2007. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin, 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Robins, 2013. Modul Kemampuan Interpersonal. Dalam http:// id.shvoong.com /social-sciences/psychology/2178693-Modul-Interpersonal-Skill/. Diakses pada tanggal 15 September 2015.

Ronald, G. Shapiro, 2013. Definisi Interpersonal Skill. Dalam http://www.skillyouneed.com/interpersonal-skill.html. Diakses 10 September 2015.

Satrianti, Alfi, 2009. Modul Interpersonal Skill. Dalam http://www.kk.mercubuana.ac.id/files/94007-2-203271535429.doc.

Diakses 16 September 2015.

Sjahrial-Pamuntjak, Rusina, 2000. Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan. Jakarta: Djambatan.

Soeatminah, 1992. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian Administrasi, cetakan 15. Bandung: Alfabeta.

Sulistyo – Basuki, 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia. Sulistyo - Basuki. 2004. Pengantar Dokumentasi. Bandung : Rekayasa Sains. Supratiknya, Agustinus. 2003. Komunikasi Antarpribadi : Tinjauan Psikologis.

Yogyakarta: Kanisius.

(8)

Suwarno, W., 2009. Psikologi Perpustakaan. Jakarta : Sagung Seto.

Toha, Miftah. 2004. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007. Tentang Perpustakaan. http://kelembagaan.pnri.go.id/Digital_Docs/homepage_fol ders/activities/highlight/ruu_perpustakaan/pdf/UU_43_2007_PERPUSTA KAAN.pdf Jakarta. Diakses 14 September 2015.

Walgito, Bimo, 2002. Pengantar Psikologi Umum. Ed.3, Cet 1. Yogyakarta. Walgito, Bimo, 2004. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Andi.

Widyatun, Tri Rusmi, 2004 Sikap dan Perilaku. Jakarta: Informedia.

(9)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Menurut Mardalis (2008, 14) “Metode penelitian adalah suatu metode ilmiah yang memerlukan sistematika dan prosedur yang harus ditempuh dengan tidak mungkin meninggalkan setiap unsur, komponen yang diperlukan dalam suatu penelitian”.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Azwar (2004, 6) “penelitian deskriptif dilakukan dengan menganalisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan”.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabupaten Kabanjahe yang beralamat di Kabanjahe. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan September 2015.

3.3 Populasi

Menurut Sugiyono (2007, 90) “populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(10)

3.4 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi sebagai sumber data. Menurut Sugiyono (2007:91) sampel diartikan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dengan kata lain sampel adalah bagian dari populasi.

Untuk menentukan besaran sampel penelitian ini dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu:

n =

keterangan: n : ukuran sampel N : ukuran populasi

e : taraf kesalahan sebesar 10% n =

n = 100 orang

(11)

Tabel 3.1

Anggota Aktif Perpustakaan Daerah Kabupaten Kabanjahe

No. Pengguna Populasi Sampel

1. Pelajar 2165

2. Mahasiswa 2093

3. Umum 1633

Jumlah 5891 100

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian, teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Angket, yaitu memberikan daftar pernyataan kepada responden yang sedang menggunakan perpustakaan.

b. Studi kepustakaan dan berkas, yaitu mengumpulkan buku, jurnal, majalah, berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.6 Data dan Sumber Data

Hasil penelitian di dapatkan melalui dua sumber data, yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil kuesioner yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.

(12)

3.7 Instrumen Penelitian

Pada hakekatnya alat pengumpulan data dalam suatu penelitian terdiri dari beberapa macam, hal ini erat hubungannya dengan sifat penelitian yang

dilakukan. Menurut Sugiyono (2007, 119) instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian.

Pada penelitian ini, penulis menentukan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket) sebagai instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2007, 162) kuesioner (angket) merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.

3.8 Angket

Angket sebagai instrumen penelitian berisi sejumlah pernyataan yang akan dijawab oleh responden sebagai sumber data. Dengan angket ini diharapkan penulis akan dapat mengetahui keterampilan interpersonal pustakawan ditinjau dari persepsi pemustaka di Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe.

3.8.1 Kisi-Kisi Variabel Keterampilan Interpersonal

(13)

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Variabel Keterampilan Interpersonal

Variabel Indikator No. Item Kuesioner

Jumlah Item

Keterampilan Interpersonal

Keterampilan mendengarkan

1,2,3,4, 4

Keterampilan memberikan umpan

balik

5,6,7,8 4

Keterampilan membujuk

9,10,11 3

Keterampilan mengatasi konflik dengan orang lain

12,13,14,15 4

Jumlah 15

3.9 Teknik Analisis Data

(14)

Menurut Hadi (2001, 421) rumus untuk menghitung presentase adalah: P =

Keterangan: P : Persentase

f : Jumlah jawaban yang diperoleh n : sampel (jumlah responden)

Menurut Sugiyono (2007, 183) menginterpretasikan presentasi yang didapat dari tabulasi data, yaitu:

> 4% : Sebagian kecil 5% - 16% : Hampir setengah 17% - 49% : Setengah

50% - 81% : Sebagian besar 82 – 99 % : Pada umumnya 100% : Seluruhnya

(15)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keterampilan Interpersonal Pustakawan Kantor Kearsipan

Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe

Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian yang didasarkan atas perolehan data dari responden. Interpretasi pada data dianalisis secara deskriptif, yaitu mengungkap kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil analisis data.

4.2 Keterampilan Mendengarkan

Salah satu dari komponen proses komunikasi adalah bagian menerima pesan salah satunya ialah mendengarkan, mendengarkan bukan secara harfiah menggunakan alat pendengaran (telinga), tetapi memiliki arti yang lebih luas dengan penggunaan alat penerimaan pesan lainnya.

Tabel 4.1 Pustakawan mampu mendengarkan dengan baik sehingga dapat

memahami dan memperoleh informasi yang disampaikan

pemustaka

No Pertanyaan Jawaban

(16)

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan pustakawan mampu mendengarkan dengan baik sehingga dapat memahami dan memperoleh informasi yang disampaikan pemustaka sebanyak 37 responden (37%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 46 responden (46%) menyatakan setuju, selanjutnya 14 responden (14%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 3 responden (3%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

(17)

Tabel 4.2 Pustakawan dapat menganalisis dan menangkap pesan serta

makna informasi yang diterima dari pemustaka

No Pertanyaan Jawaban

Jawaban Responden

f %

2. Pustakawan dapat menganalisis dan menangkap pesan serta makna informasi yang diterima dari pemustaka

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan pustakawan dapat menganalisis dan menangkap pesan serta makna informasi yang diterima dari pemustaka sebanyak 33 responden (33%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 45 responden (45%) menyatakan setuju, selanjutnya 17 responden (17%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 5 responden (5%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

(18)

makna informasi yang diterima dari pemustaka dengan tepat dikarenakan dengan mendengarkan dan mendapatkan informasi lebih banyak akan meningkatkan kualitas pesan yang diterima.

Tabel 4.3 Pustakawan mampu berkomunikasi efektif sehingga dapat

membangun dan memelihara hubungan baik dengan pemustaka

No Pertanyaan Jawaban Jawaban Responden

f %

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan pustakawan mampu berkomunikasi efektif sehingga dapat membangun dan memelihara hubungan baik dengan pemustaka sebanyak 36 reponden (36%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 39 responden (39%) menyatakan setuju, selanjutnya 16 responen (16%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 9 responden (9%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatangan sangat tidak setuju.

(19)

kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal itu. Dengan demikian pustakawan Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe dapat melakukan komunikasi secara efektif agar dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi sehingga dapat membangun dan memelihara hubungan baik dengan pemustaka untuk mengenali dan merespoon secara layak perasaan, sikap dan perilaku, motivasi serta keinginan para pemustaka. Interaksi antar pemustaka dengan pustakawan Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe yang baik ini diharapkan dapat terjalin secara harmonis, agar kerjasama antar keduanya dapat berjalan dengan baik.

Tabel 4.4 Pustakawan mampu mendengarkan keluhan pemustaka dengan

memberikan perhatian yang maksimal kepada pemustaka

No Pertanyaan Jawaban

Jawaban yang maksimal kepada pemustaka

(20)

setuju, selanjutnya 25 responden (25%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 11 responden (11%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan penjelasan pada Tabel 4.4 dapat dianalisis bahwa pustakawan di Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe dalam mendengarkan keluhan pemustaka dengan memberikan perhatian yang maksimal kepada pemustaka sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden (64%) yang menyatakan sangat setuju dan setuju, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal itu. Dengan demikian pustakawan Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe untuk dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan keluhan pemustaka dengan memberikan perhatian yang maksimal kepada pemustaka. Mendengarkan dan memberikan perhatian yang tulus serta serius kepada permasalahan yang terjadi dapat memberikan persepsi yang baru terhadap pustakawan. Pustakawan diharapkan mampu mendemonstrasikan bahwa pustakawan memang mau untuk mendengar dan mengerti setiap keluhan dari para pemustaka. Dengan cara ini, pemustaka akan mengetahui bahwa pustakawan mengerti apa yang pemustaka maksudkan dan para pemustaka akan menghargai tindakan yang dilakukan pustakawan benar-benar mendengarkan setiap keluhan yang telah pemustaka katakan.

4.3 Keterampilan Memberikan Umpan Balik

(21)

Tabel 4.5 Pustakawan mampu memberikan pendapat dan menerima

masukan dari pemustaka

No Pertanyaan Jawaban

Jawaban Responden

f %

5. Pustakawan mampu

memberikan pendapat dan menerima masukan dari pemustaka

Berdasarkan data pada Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan pustakawan mampu memberikan pendapat dan menerima masukan dari pemustaka sebanyak 20 responden (20%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 48 responden (48%) menyatakan setuju, selanjutnya 15 responden (15%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 17 responden (17%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju. Berdasarkan penjelasan pada tabel 4.5 dapat dianalisis bahwa pustakawan di Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe dalam memberikan pendapat dan menerima masukan dari pemustaka sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden (68%) yang menyatakan sangat setuju dan setuju, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal itu.

(22)

banyak interaksi antara pustakawan dengan pemustaka tentu saja akan membuat pemustaka lebih rajin dan betah untuk berkunjung ke perpustakaan.

Tabel 4.6 Pustakawan mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan

pemustaka sehingga dapat memberikan kesan baik dari

pemustaka

No Pertanyaan Jawaban

Jawaban Responden

f %

6. Pustakawan mempunyai kemampuan

berkomunikasi dengan pemustaka sehingga dapat memberikan kesan baik dari pemustaka

Berdasarkan data pada Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan pustakawan mempunyai kemampuan berkomunikasi dengan pemustaka sehingga dapat memberikan kesan baik dari pemustaka sebanyak 30 responden (30%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 51 responden (51%) menyatakan setuju, selanjutnya 17 responden (17%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 2 responden (2%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

(23)

setuju, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal itu. Keterampilan berkomunikasi dengan baik tidak datang dengan sendirinya, tetapi perlu belajar, latihan, dan perlu pengalaman. Semakin sering latihan akan semakin pandai bertutur kata baik. Berkomunikasi dengan baik harus dilakukan kepada siapa saja. Pustakawan yang mampu berkomunikasi dengan baik menunjukkan bahwa ia adalah pustakawan yang profesional. Dengan demikian pustakawan Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe lebih berupaya untuk dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi dengan pemustaka sehingga dapat memberikan kesan baik di mata para pemustakanya.

Tabel 4.7 Pustakawan mampu mengapresiasikan dengan baik setiap

pemustaka yang datang berkunjung ke perpustakaan

No Pertanyaan Jawaban Responden Jawaban

F %

7. Pustakawan mampu mengapresiasikan dengan baik setiap pemustaka yang datang berkunjung ke perpustakaan

(24)

setuju, selanjutnya 29 responden (29%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 3 responden (3%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan penjelasan pada Tabel 4.7 dapat dianalisis bahwa pustakawan di Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe mampu mengapresiasikan dengan baik setiap pemustaka yang datang berkunjung ke perpustakaan sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden (78%) yang menyatakan sangat setuju dan setuju, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal itu. Dengan demikian pustakawan Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe agar dapat mengapresiasikan dengan baik setiap pemustaka yang datang berkunjung ke perpustakaan. Buatlah para pemustaka merasa diterima ketika mereka datang ke perpustakaan. Jika pemustaka mengetahui bahwa mereka dihargai, mereka akan mau memberikan yang terbaik untuk pustakawan.

Tabel 4.8 Pustakawan mampu memberikan informasi yang akurat dan

relevan terhadap permintaan pemustaka

No Pertanyaan Jawaban Responden Jawaban

f %

8. Pustakawan mampu

(25)

Berdasarkan data pada Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan pustakawan mampu memberikan informasi yang akurat dan relevan terhadap permintaan pemustaka sebanyak 24 responden (24%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 57 responden (57%) menyatakan setuju, selanjutnya 16 responden (16%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 9 responden (9%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan penjelasan pada Tabel 4.8 dapat dianalisis bahwa pustakawan di Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe mampu memberikan informasi yang akurat dan relevan terhadap permintaan pemustaka sudah dikategorikan baik dikarenakan sebagian besar responden (81%) yang menyatakan sangat setuju dan setuju, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal itu. Dengan demikian pustakawan Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe sudah cukup mampu dalam memberikan informasi yang akurat dan relevan terhadap permintaan pemustaka akan tetapi sebaiknya pustakawan tetap meningkatkan kemampuan nya dalam memberikan setiap informasi yang dibutuhkan pemustaka.

4.4 Keterampilan Membujuk

Persuading (membujuk) adalah komunikasi tatap muka yang dilakukan

(26)

Tabel 4.9 Pustakawan mampu mengajak pemustaka untuk rajin datang dan

membaca ke Perpustakaan

No Pertanyaan Jawaban Responden Jawaban

f %

9. Pustakawan mampu

mengajak pemustaka untuk rajin datang dan membaca ke Perpustakaan

Sangat Setuju 44 27%

Setuju 48 44%

Kurang Setuju 5 19%

Tidak Setuju 3 10%

Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Jumlah 100 100

%

Berdasarkan data pada Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan pustakawan mampu mengajak pemustaka untuk rajin datang dan membaca ke perpustakaan sebanyak 44 responden (44%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 48 responden (48%) menyatakan setuju, selanjutnya 5 responden (5%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 3 responden (3%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

(27)

pustakawan tetap mempertahankan kemampuan tersebut atau bahkan untuk lebih meningkatkan kemampuannya. Pustakawan juga diharapkan harus bisa tampil tenang, tidak gugup ketika melihat banyak pengunjung perpustakaan yang harus dilayani.

Tabel 4.10 Pustakawan mampu mengajak pemustaka untuk dapat mematuhi

peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh perpustakaan

No Pertanyaan Jawaban

Jawaban Responden

f %

10. Pustakawan mampu mengajak pemustaka untuk dapat responden yang menyatakan pustakawan mampu mengajak pemustaka untuk dapat mematuhi peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh perpustakaan sebanyak 53 responden (53%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 33 responden (33%) menyatakan setuju, selanjutnya 10 responden (10%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 4 responden (4%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

(28)

dikarenakan pada umumnya responden (96%) yang menyatakan sangat setuju dan setuju, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal itu. Dengan demikian pustakawan Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe bisa dikatakan memiliki kemampuan yang baik dalam mengajak pemustaka untuk dapat mematuhi peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh perpustakaan. Pustakawan harus mampu tampil atau bersahaja, sehingga dapat diterima oleh siapapun baik atasan, rekan sejawat maupun para pemustaka pada umumnya dalam mematuhi setiap peraturan-peraturan yang telah disepakati.

Tabel 4.11 Pustakawan mampu mengajak serta pemustaka untuk

bekerjasama menjadikan perpustakaan lebih baik

No Pertanyaan Jawaban Responden Jawaban

F %

11. Pustakawan mampu

mengajak serta pemustaka untuk bekerja sama menjadikan perpustakaan lebih baik

Sangat Setuju 55 55%

Setuju 27 27%

Kurang Setuju 9 9%

Tidak Setuju 9 9%

Sangat Tidak Setuju

0 0 %

Jumlah 100 100%

(29)

responden (9%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

Berdasarkan penjelasan pada Tabel 4.11 dapat dianalisis bahwa pustakawan di Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe mampu mengajak mengajak serta pemustaka untuk bekerja sama menjadikan perpustakaan lebih baik sudah dikategorikan baik dikarenakan pada umumnya responden (82%) yang menyatakan sangat setuju dan setuju, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal itu. Dengan demikian pustakawan Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe lebih banyak melatih kemampuan untuk mampu berkoordinasi dalam mengajak serta pemustaka untuk bekerja sama menjadikan perpustakaan lebih baik.

4.5 Keterampilan Mengatasi Konflik

Resolving Conflict (kemampuan untuk mengatasi konflik dengan orang

(30)

Tabel 4.12 Pustakawan mampu menjadi penengah ketika terjadi konflik

terhadap pemustaka

No Pertanyaan Jawaban

Jawaban Responden

F %

12. Pustakawan mampu menjadi penengah ketika terjadi konflik terhadap pemustaka

Sangat Setuju 47 47%

Setuju 38 38%

Kurang Setuju 8 8%

Tidak Setuju 7 7%

Sangat Tidak Setuju 0 0 %

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data pada Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan pustakawan mampu menjadi penengah ketika terjadi konflik terhadap pemustaka sebanyak 47 responden (47%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 38 responden (38%) menyatakan setuju, selanjutnya 8 responden (8%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 7 responden (7%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

(31)

dengan tujuan pustakawan mampu menjadi penengah atau pemberi nasihat jika sewaktu-waktu terjadi masalah di perpustakaan.

Tabel 4.13 Pustakawan mampu memimpin dengan bersikap bijaksana dalam

memberikan sanksi kepada pemustaka jika terjadi permasalahan

No Pertanyaan Jawaban

Jawaban Responden

F %

13. Pustakawan mampu

memimpin dengan bersikap bijaksana dalam memberikan sanksi kepada pemustaka jika terjadi permasalahan responden yang menyatakan pustakawan mampu memimpin dengan bersikap bijaksana dalam memberikan sanksi kepada pemustaka jika terjadi permasalahan sebanyak 33 responden (33%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 57 responden (57%) menyatakan setuju, selanjutnya 9 responden (9%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 1 responden (1%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

(32)

bahkan tidak setuju dengan hal itu. Dengan demikian pustakawan Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe bisa dikatakan mampu memimpin dengan bersikap bijaksana dalam memberikan sanksi kepada pemustaka jika terjadi permasalahan.

Tabel 4.14 Pustakawan mampu bersikap saling mendukung dengan

pemustaka

No Pertanyaan Jawaban

Jawaban Responden

F %

14. Pustakawan mampu

bersikap saling mendukung dengan pemustaka

Sangat Setuju 43 43%

Setuju 32 32%

Kurang Setuju 20 20%

Tidak Setuju 5 5%

Sangat Tidak Setuju

0 0 %

Jumlah 100 100%

Berdasarkan data pada Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menyatakan pustakawan mampu bersikap saling mendukung dengan pemustaka sebanyak 43 responden (43%) menyatakan sangat setuju, selanjutnya 32 responden (32%) menyatakan setuju, selanjutnya 20 responden (20%) menyatakan kurang setuju, selanjutnya 5 responden (5%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

(33)

setuju, walaupun pada kenyataannya masih ada beberapa responden yang menyatakan kurang setuju bahkan tidak setuju dengan hal itu. Dengan demikian pustakawan Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Dokumentasi Kabanjahe diharapkan lebih mampu bersikap saling mendukung dengan para pemustaka. Jika para pustakawan dan pemustaka dapat saling mendukung dan bekerja sama ketika berinteraksi tentu saja akan membuat rasa nyaman bagi para pemustaka dan dapat membuat pemustaka betah mengunjungi perpustakaan, hal ini tentu saja dapat mendapat hal positif dari perpustakaan tersebut.

Tabel 4.15 Pustakawan mampu menggunakan mekanisme komunikasi

formal dan infromal dalam menjaga hubungan baik dengan

pemustaka

No Pertanyaan Jawaban Responden Jawaban

F %

15. Pustakawan mampu

(34)

menyatakan kurang setuju, selanjutnya 9 responden (9%) menyatakan tidak setuju, dan 0 responden (0%) menyatakan sangat tidak setuju.

(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti mengenai keterampilan interpersonal pustakawan maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata persentase jawaban responden dikategorikan sudah baik, sehingga dapat ditafsirkan bahwa keterampilan interpersonal pustakawan di kantor kearsipan perpustakaan dan kearsipan kabanjahe telah baik, hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Keterampilan mendengarkan sudah baik. Hal ini berarti pada umumnya pustakawan kantor kearsipan perpustakaan dan dokumentasi kabanjahe mampu mendengarkan dengan baik sesuai yang diharapkan oleh pemustaka.

2. Penilaian terhadap keterampilan memberikan umpan balik sudah baik dengan presentase nilai rata-rata (78%). Hal ini berarti bahwa sebagian besar pustakawan di kantor kearsipan perpustakaan dan kearsipan kabanjahe memiliki kemampuan dalam memberikan umpan balik kepada pemustaka. 3. Penilaian terhadap keterampilan membujuk sudah baik dengan presentase nilai

rata-rata (75%). Hal ini berarti bahwa sebagian besar pustakawan di kantor kearsipan perpustakaan dan kearsipan kabanjahe mempunyai keterampilan dalam membujuk pemustaka.

(36)

5.2 Saran

Berdasarkan rangkaian data yang telah dijelaskan sebelumnya dapat disampaikan beberapa saran terhadap Keterampilan Interpersonal Pustakawan ditinjau dari Persepsi Pengguna di Kantor Kearsipan Perpustakaan dan Kearsipan Kabanjahe sebagai berikut:

1. Keterampilan interpersonal sebaiknya dipertahankan bahkan bila perlu lebih ditingkatkan lagi agar perpustakaan mendapat citra yang baik dimata para pemustakanya.

(37)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum sebagai sarana pendidikan untuk mendidik diri sendiri dengan kata lain tempat mendapatkan pendidikan nonformal, mempunyai tugas untuk menghimpun, memelihara dan mendayagunakan bahan perpustakaaan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Salah satu jenis perpustakaan yang dapat dimanfaatkan dan menyediakan beragam sumber daya informasi yang disesuaikan dengan keberagaman penggunanya adalah perpustakaan umum.

Menurut Sutarno (2006, 43) :

Perpustakaan umum adalah lembaga pendidikan yang dinyatakan sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama yang dianut, jenis kelamin, latar belakang, dan tingkat sosial, umur, pendidikan serta perbedaan lainnya.

Sedangkan Sjahrial-Pamuntjak (2000 : 3) menyatakan bahwa : Perpustakaan umum ialah perpustakaan yang menghimpun koleksi buku, bahan cetakan serta rekaman lain untuk kepentingan masyarakat umum. Perpustakaan umum berdiri sebagai lembaga yang diadakan untuk dan oleh masyarakat. Setiap warga dapat menggunakan perpustakaan tanpa dibedakan pekerjaan, kedudukan, kebudayaan dan agama. Meminjam buku dan bahan lain dari koleksi perpustakaan dapat dengan cuma-cuma atau dengan membayar iuran sekedarnya sebagai tanda keanggotaan dari perpustakaan tersebut.

(38)

masyarakat umum tanpa membedakan penggunanya. Dan perpustakaan milik pemerintah daerah yang berasal dari dana masyarakat dan diperuntukkan untuk melayani masyarakat sehingga memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan. 2.1.1 Tugas Perpustakaan Umum

Setiap perpustakaan mempunyai tugas-tugas untuk mencapai maksud dan tujuan dari perpustakaan tersebut. Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000, 5) tugas pokok perpustakaan umum adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya dan melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan bacaan.

Sedangkan menurut Sutarno (2006, 37) “Tugas perpustakaan umum

memberikan layanan kepada seluruh lapisan masyarakat sebagai pusat informasi, pusat sumber belajar, tempat rekreasi penelitian dan sebagai pelestarian koleksi bahan pustaka yang dimiliki”.

Selain itu, Badan Standardisasi Nasional (SNI 7495, 2009), menyatakan tugas perpustakaan umum adalah:

a. Menyediakan sarana pengembangan kebiasaan membaca sejak usia dini;

b. Menyediakan sarana pendidikan seumur hidup;

c. Menunjang sistem pendidikan formal, non formal dan informal; d. Menyediakan sarana pengembangan kreativitas diri anggota masyarakat;

e. Menunjang terselenggaranya pusat budaya masyarakat setempat sehingga aspirasi budaya lokal dapat terpelihara dan berkembang dengan baik;

f. Mendayagunakan koleksi termasuk akses informasi koleksi perpustakaan lain serta berbagai situs Web;

g. Menyelenggarakan kerja sama dan membentuk jaringan Informasi;

h. Menyediakan fasilitas belajar dan membaca;

(39)

j. Menyelenggarakan perluasan layanan antara lain melalui perpustakaan keliling .

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa sebagai penyedia pelayanan informasi, perpustakaan umum bertugas untuk mengolah, memelihara, dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka sehingga koleksi dapat bermanfaat dengan baik bagi masyarakat. Selain itu, perpustakaan umum mempunyai tugas untuk melayani masyarakat pengguna yang membutuhkan informasi sehingga dapat mencerdaskan kehidupan masyarakat pengguna.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan

Bermacam fungsi yang diemban oleh sebuah perpustakaan. Secara khusus, setiap jenis perpustakaan mempunyai fungsi yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan tujuan yang akan dicapai oleh setiap perpustakaan tersebut berbeda. Untuk mencapai tujuannya, perpustakaan umum mempunyai beberapa fungsi yang harus dilaksanakan dengan baik.

Dalam buku Pedoman Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2006, 6) fungsi perpustakaan umum adalah:

a. Pengkajian kebutuhan pemakai dalam hal informasi dan bahan bacaan;

b. Penyediaan bahan pustaka yang diperkirakan diperlukan, melalui pembelian, langganan, tukar-menukar, dan lain-lain;

c. Pengolahan dan penyiapan setiap bahan pustaka; d. Penyimpanan dan pemeliharaan koleksi;

e. Pendayagunaan koleksi;

f. Pemberian layanan kepada warga masyarakat baik yang datang langsung di perpustakaan maupun yang menggunakan telpon, faximili dan lain-lain;

g. Pemasyarakatan perpustakaan;

h. Pengkajian dan pengembangan semua aspek kepustakawanan; i. Pelaksanaan koordinasi dengan pihak Pemerintah, tokoh-tokoh

masyarakat dan mitra kerja lainnya;

(40)

Menurut Yusuf (1996, 23), fungsi perpustakaan umum adalah : 1. Fungsi Informatif

Segala informasi yang dimiliki perpustakaan umum sanggup menjawab segala pertanyaan yang diajukan oleh segenap anggota masyarakat. Sumber informasinya berpotensi memberitahukan atau memberikan informasi kepada segenap anggota masyarakat yang membutuhkannya;

2. Fungsi Edukatif

Segala informasi yang dimiliki perpustakaan umum dimaksudkan untuk mendidik segenap anggota masyarakat yang memanfaatkannya, termasuk anggota masyarakat yang belum sempat menggunakannya;

3. Fungsi Rekreatif

Koleksi yang disediakan perpustakaan umum banyak yang berisi informasi ringan, artinya tidak mendalam seperti halnya pada perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi, apalagi perpustakaan khusus. Hal ini disebabkan kondisi masyarakat yang dilayani sangat beragam, baik pada tingkat pengetahuan, pendidikan, maupun usianya sehingga sumber informasi yang disediakan pun harus disesuaikan dengan keragaman kondisi masyarakat tersebut.

Berdasarkan uraian di atas mengenai fungsi perpustakaan umum, dapat diketahui bahwa perpustakaan umum berfungsi menyimpan, merawat, mengembangkan dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka serta menjalin kerjasama dengan perpustakaan lain dalam rangka pemanfaatan bersama koleksi dan sarana/prasarana untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Fungsi perpustakaan umum akan terlaksana dengan baik jika perpustakaan umum telah melakukan tugasnya dengan baik.

2.2 Persepsi

(41)

Pengertian persepsi yang dinyatakan dalam buku Depdiknas (2003), yaitu: Persepsi dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang terhadap suatu objek dan situasi lingkunganya. Dengan kata lain, tingkah laku seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh persepsinya. “Persepsi adalah kesan seseorang terhadap objek persepsi tertentu yang dipengaruhi faktor internal, yakni perilaku yang berada di bawah kendali pribadi dan faktor eksternal, yakni perilaku yang dipengaruhi oleh situasi di luarnya.

Menurut Walgito (2002, 69) pengertian persepsi adalah:

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkanstimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi.

Hal senada juga disampaikan oleh Suwarno (2009, 52) persepsi dapat didefenisikan, sebagai suatu proses membuat penilaian atau membangun kesan mengenai berbagai macam hal yang terdapat di dalam lapangan penginderaan seseorang. Sedangkan Rakhmat (2003, 51) menyatakan bahwa persepsi adalah pengamatan tentang objek periwisata atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga memberikan makna pada sensori stimuli.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui persepsi merupakan suatu penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yang dapat menentukan tindakan dari orang yang bersangkutan. Penilaian atau kesan seseorang terhadap suatu objek ataupun informasi yang diterima melalui panca inderanya.

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja. Tentu ada faktor-faktor yang

(42)

yang melihat sesuatu mungkin memberikan interprestasi yang berbeda tentang yang dilihatnya. Perbedaan ini ditentukan bukan hanya pada stimulusnya sendiri, tetapi juga pada latar belakang keadaan stimulus itu (Mahmud 1990, 41).

Latar belakang yang dimaksud mencakup pengalaman-pengalaman sensoris, perasaan saat terjadinya suatu peristiwa, prasangka, keinginan, sikap, dan tujuan. Menurut Pareek seperti dikutip oleh Arisandy (2004, 26) terdapat empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi, antara lain:

1. Perhatian

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita

tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita; 2. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan sesaat;

3. Kesediaan

Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu;

4. Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

Menurut Miftah Toha (2004, 154) faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah sebagai berikut :

a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,

keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi;

b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,

(43)

Sedangkan menurut Arikunto (2002, 19), menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi faktor-faktor yaitu :

a. Ciri khas objek stimulus yang memberikan nilai bagi orang yang mempersiapkannya dan seberapa jauh objek tertentu dapat menyenangkan bagi seseorang;

b. Faktor-faktor pribadi termasuk di dalamnya ciri khas individu, seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan lain sebagainya; c. Faktor pengaruh kelompok, artinya respon orang lain di

lingkungannya dapat memberikan arah kesuatu tingkah laku; d. Faktor perbedaan latar belakang tingkah laku kultural

(kebiasaan)

e. Faktor eksternal dan internal.

Sementara Menurut Walgito (2004, 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang

mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor;

b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang;

c. Perhatian

Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian

merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.

(44)

mempengaruhi persepsi seseorang yaitu faktor internal yang berasal dari diri sendiri dan faktor eksternal yang berasal dari objek yang diperhatikan. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi.

2.2.2 Syarat Terjadinya Persepsi

Menurut Sunaryo (2004, 98) yang dikutip oleh Walgito syarat-syarat terjadinya persepsi adalah (a) adanya objek yang dipersepsi; (b) adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi; (c) Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus; (d) Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.

2.2.3 Proses Persepsi

Adapun proses pembentukan persepsi menurut Walgito (2002, 71) diuraikan sebagai berikut:

(45)

indera, proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.

Hal yang senada juga disampaikan oleh Widyatun (2004, 111) “bahwa

proses terjadinya persepsi adalah karena objek/stimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indera objek tersebut menjadi panca indera, kemudian objek stimulus tadi dibawa ke otak terjadi adanya respon atau stimulus berupak kesan atu respon dibalikan lagi ke indera menjadi berupa tanggapan atau persepsi atau hasil kerja indera berupa pengalaman dari hasil kerja otak”.

Menurut Toha (2004, 145), proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa tahapan, yaitu:

a. Stimulus atau Rangsangan

Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya; b. Registrasi

Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkanatau melihat informasi yang terkirim kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya tersebut;

c. Interpretasi

Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangatpenting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi,dan kepribadian seseorang.

(46)

tahapan, yaitu stimulus atau rangsangan, registrasi, dan interpretasi. Proses suatu persepsi dibutuhkan suatu rangsangan yang diterima oleh indera dan kemudian akan diterjemahkan oleh otak dan akan menghasilkan suatu persepi bergantung pada cara pendalaman dan kepribadian seseorang.

2.3 Pemustaka

Istilah pemustaka baru digunakan dan dipakai setelah disahkannya UU No.

43 tahun 2007. Menurut undang-undang, yang dimaksud dengan pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, masyarakat, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan. Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pengertian dari pemustaka adalah, orang yang memanfaatkan jasa layanan yang telah disediakan di perpustakaan.

Pemustaka adalah orang atau badan yang menggunakan perpustakaan. Hermawan dan Zulfikar (2006) membagi pemustaka Perpustakaan menjadi lima kelompok, yaitu:

a. Anggota. Pemustaka adalah mereka yang telah menjadi anggota perpustakaan;

b. Pembaca. Orang yang membaca berbagai jenis bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan;

c. Pelanggan. Dalam hal ini, perpustakaan menganggap pemustaka sebagai pelanggan yang ahrus dilayani;

d. Klien. Dalam hal ini, hubungan perpustakaan dengan pemustaka sudah seperti hubungan pengacara (ahli hukum) dengan orang yang dibelanya. Posisi pustakawan sudah sebagai penasehat; e. Patron. Pada dasarnya patron ini lebih kepada orang-orang yang

peduli dan ikut menyeponsori perpustakaan.

(47)

2.3.1 Jenis Pemustaka

Pengunjung, anggota dan pemakai perpustakaan berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Menurut Suwarno (2009, 80) kriteria pemustaka dapat dibagi menjadi dua kriteria yaitu (a) kriteria objektif seperti kategori sosio-profesional, bidang spesialisasi, sifat kegiatan yang menyebabkan perlunya informasi, dan alasan menggunakan system informasi; (b) kriteria sosial dan psikologis seperti sikap dan nilai menyangkut informasi pada umumnya dan hubungannya dengan unit informal pada khususnya; sebab dan alasan yang berkaitan dengan prilaku mencari informasi dan komunikasi, prilaku sosial serta profesional pemustaka.

Bedasarkan kriteria yang telah dibahas sebelumnya, maka pemustaka dapat dibagai atas beberapa jenis seperti (a) pemustaka yang belum terlibat dalam kehidupan aktif seperti pelajar dan mahasiswa; (b) pemustaka yang mempunyai pekerjaan, informasi yang diinginkan merupakan informasi yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Perpustakaan perlu mengetahui beberapa karakteristik Pemustaka terutama dalam menunjang aktivitasnya. Penna (1988) mengungkapkan karakteristik tersebut adalah :

a. Individual or group yaitu apakah Pemustaka datang ke perpustakaan sebagai individu atau sebagai suatu kelompok; b. Place of learning, yaitu tempat yang biasa digunakan

oleh Pemustaka untuk membaca buku atau belajar; c. Social situation, yaitu aspek sosial dari Pemustaka;

d. Leisure or necessity factor, yaitu apakah Pemustaka berkunjung ke perpustakaan untuk sekedar mengisi waktu luang atau karena dia membutuhkan buku atau informasi tertentu;

e. Subject of study, yaitu bidang apa yang sedang didalami Pemustaka. Apakah dia sedang menulis mengenai suatu subjek tertentu yang sangat khusus, atau sedikit lebih luas;

(48)

g. Motivation, yaitu sejauh mana keinginan dan antusiasme Pemustaka dalam memanfaatkan layanan perpustakaan.

Sulistyo - Basuki (2004, 399) mengkategorikan pengguna informasiilmiah menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Ilmuwan (peneliti), yang bergerak dalam penelitian dasar dan eksperimental dalam ilmu - ilmu dasar;

b.Insinyur (engineers, rekayasawan, spesialis praktis), bergerak dalam bidang disain eksperimental, proyeksi dan aktivitas operasional dalam berbagai bidang teknologi dan industri;

c. Manajer dalam ruang lingkup sains, teknologi dan ekonomi nasional.

Menurut Ajick (2010) ada berbagai sifat dan karakter Pemustaka yang perlu dipahami agar pustakawan dapat menghadapinya dengan baik. Berikut ini beberapa karakter dan cara menghadapi Pemustaka:

a. Pendiam dapat dihadapi dengan penyambutan secara ramah untuk menarik perhatiannya;

b. Tidak sabar, dapat mengemukakan bantuan kita secara maksimal dan secepat mungkin;

c. Banyak bicara dengan menawarkan bantuan dan mengalihkan perhatian pada hal-hal yang ditawarkan dengan penjelasannya; d. Banyak permintaan, dengarkan dan segera penuhi permintaannya

serta minta maaf dan memberi alternative lain apabila permintaan tidak tersedia;

e. Peragu, dengan memberi kepercayaan, tenang, dan tidak memberikan banyak pilihan namun mengikuti seleranya;

f. Senang membantah harus dihadapi dengan tenang, dan jangan pernah terpancing untuk berdebat;

g. Lugu dihadapi dengan menerima apa adanya, menanyakan keperluannya dan melayani berdasarkan permintaan;

h. Siap mental, dihadapi dengan membiarkannya memilih yang dikehendaki, tanpa banyak bertanya, memuji pemakai dan ucapkan terima kasih atas kunjungannya;

i. Yang curiga dihadapi dengan memberikan jaminan yang baik dan jangan tunjukkan sikap seolah-olah petugas lebih unggul; j. Yang sombong dihadapi dengan tenang, sabar menghadapi

(49)

Kepuasan Pemustaka, (user satufi cation) adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan harapannya. Menurut Lasa (2009, 155) kepuasan pemustaka dipengaruhi oleh (a) kinerja pelayanan; (b) respon terhadap keinginan pemustaka; (c) kompetensi petugas; (d) pengaksesan mudah, murah, tepat dan cepat; (e) kualitas koleksi; (f) kesediaan alat temu kembali; (g) waktu layanan.

Dari defenisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan pemustaka adalah penilaian orang/kelompok/lembaga yang menggunakan atau memanfaatkan perpustakaan, tentang pustaka/informasi atau jasa sebagai hasil perbandingan antara prestasi yang dirasakan dan diharapkan melalui pernyataan emosional terhadap evaluasi pada pengalaman konsumsi.

2.4 Pustakawan

Pustakawan dapat diartikan sebagai orang yang pekerjaannya atau profesinya terkait erat dengan dunia pustaka atau bahan pustaka. Pelayanan dalam perpustakaan adalah merupakan ujung tombak suksesnya sebuah perpustakaan. Oleh sebab itu, perpustakaan harus dapat memberikan layanan yang baik bagi penggunanya. Agar dapat memberikan layanan yang baik sesuai dengan fungsinya, perpustakaan memerlukan tenaga yang memadai baik dari jumlah dan kualitas yang harus dimilikinya. Jumlah dan kualitas dari tenaga pustakawan yang bekerja di lingkungan perpustakaan sangat bergantung dari jenis perpustakaan.

Menurut pendapat Hermawan (2006: 45) menyatakan bahwa, ”pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan

(50)

induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan”.

Sedangkan dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, dinyatakan bahwa ”Pustakawan adalah seseorang

yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan”.

Selain pendapat di atas, Soeatminah (1992, 161) menyatakan bahwa: Pustakawan adalah pegawai negeri sipil yang berijazah di bidang perpustakaan, dokumentasi, dan informasi, yang diberi tugas secara penuh oleh penjabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan perpustakaan dan dokumentasi pada unit – unit perpustakaan instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya.

Dalam Undang-undang R.I No.43 tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 1 ayat 8 menjelaskan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa seorang pustakawan harus memiliki kompetensi dan pengetahuan dalam melaksanakan tugasnya. Seorang pustakawan juga harus memenuhi persyaratan sebagai pustakawan yang ideal.

(51)

dibutuhkan bagi pustakawan dalam buku Pedoman Penyelengaraan Perpustakaan Umum (1992, 94) adalah sebagai berikut:

a. Ramah dan menarik sehingga pengunjung betah di perpustakaan; b. Aktif dan selalu membantu memenuhi kebutuhan pengunjung; c. Selalu menambah pengetahuan agar lebih mudah dalam

memberikan layanan;

d. Kreatif dan dinamis dengan selalu mencari upaya untuk memberikan layanan;

e. Dapat melakukan penelitian sederhana untuk meningkatkan layanan misalnya meneliti buku-buku yang disukai pengunjung dan lain-lain.

f. Dapat mengantisipasi kebutuhan dan keinginan pengunjung tehadap bahan pustaka;

g. Dapat melakukan berbagai metode layanan seperti cara bercerita, mengoperasikan proyektor film, slide, filmstrip dan lain-lain; h. Bekerjasama sesama petugas layanan sehingga bagian layanan

semakin menarik bagi pengunjung perpustakaan umum;

i. Dapat mengembangkan teknik layanan dengan saling belajar dan saling tukar pengalaman sesama petugas layanan;

j. Dapat melakukan kerjasama antar perpustakaan, khususnya antar petugas bagian layanan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pustakawan tidak hanya memiliki kompetensi di bidang perpustakaan tetapi juga harus memenuhi persyaratan yang ideal sebagai pustakawan. Oleh karena itu, sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi pengguna berkunjung ke perpustakaan maka pustakawan harus memiliki kriteria tersebut agar pengguna senantiasa berkunjung dan merasa betah di perpustakaan.

2.4.1 Peran Pustakawan

(52)

samping sebagai pustakawan, dapat pula menjadi peneliti. Dalam banyak hal pustakawan memainkan berbagai peran (berperan ganda).

Menurut Yusuf (1996: 24) mengemukakan bahwa:

Peran pustakawan perpustakaan umum adalah menyeleksi bahan pustaka agar sesuai dengan kebutuhan dan kemutakhiran informasi. Pustakawan harus rajin mengikuti berita – berita bahwa pustaka melalui mass media surat kabar, majalah, radio, dan televisi dan lain – lain.

Peran seorang pustakawan selama ini ialah membantu pengguna untuk mendapatkan informasi dengan cara mengarahkan agar pencarian informasi dapat efisien, efektif, tepat sasaran, tepat waktu. Dengan perkembangan teknologi inforamsi maka peran pustakawan lebih ditingkatkan sehingga dapat berfungsi sebagai mitra bagi para pencari informasi.

Menurut Hermawan dan Zulfikar (2006, 57) peran pustakawan adalah sebagai berikut:

a. Edukator

Sebagai edukator (pendidik), pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berfungsi dan berjiwa sebagai pendidik. Sebagai pendidik ia harus melaksanakan fungsi pendidikan yaitu mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik adalah mengembangkan kemampuan berfikir, dan melatih adalah membina dan mengembangkan keterampilan;

b. Manager

Pada hakikatnya pustakawan adalah ”manager informasi”yang mengelola informasi pada satu sisi, dengan pengguna informasi pada sisi lain;

c. Administrator

Sebagai administrator pustakawan harus mampu menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi program perpustakaan, serta dapat melakukan analisis atas hasil yang dicapai, kemudian melakukan upaya – upaya perbaikan untuk mencapai hasil yang lebih baik;

d. Supervisor

(53)

keterampilan, baik rekan – rekan sejawat maupun masyarakat pengguna yang dilayani; (c) mempunyai wawasan yang luas, pandangan jauh ke depan, memahami beban kerja, hambatan – hambatan, serta bersikap sabar, tetapi tegas, adil, obyektif dalam melaksanakan tugasnya; dan (d). mampu berkoordinasi, baik dengan sesama pustakawan maupun dengan para pembinanya dalam menyelesaikan kinerja unit organisasinya.

Sedangkan Abbas dalam Kusumah (2001 : 1) mengemukakan peran pustakawan adalah :

a. Pustakawan sebagai gerbang ke masa depan dan masa lalu; b. Pustakawan sebagai pengajar;

c. Pustakawan sebagai manajer knowledge;

d. Pustakawan sebagai organizer jaringan sumber-sumber informasi;

e. Pustakawan sebagai penyokong untuk pengembangan kebijakan informasi;

f. Pustakawan sebagai komunitas partner;

g. Pustakawan sebagai pengayak sumber informasi;

h. Pustakawan sebagai kolaborasi dengan penyedia sumber teknologi;

i. Pustakawan sebagai teknisi;

j. Pustakawan sebagai konsultan informasi.

Uraian di atas mengemukkan bahwa pustakawan berperan sebagai pendidik manager, administrator, supervisor dalam melaksanakan pembinaan dan meningkatkan pengetahuan serta meningkatkan kinerja perpustakaan.

2.4.2 Tugas Pokok Pustakawan

(54)

Menurut Ahmad, (2011) tugas-tugas yang dikerjakan oleh seorang pustakawan di perpustakaan adalah sebagai berikut:

a. Pengadaan bahan pustaka;

b. Pengolahan dan pengelolaan sumber informasi;

c. Pendayagunaan dan pemasyarakatan informasi (karya cetak, karya rekam, dan multi media);

d. Pengkajian untuk pengembangan perpustakaan, dokumentasi, dan informasi;

e. Pengembangan profesi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tugas-tugas pustakawan tidak hanya duduk diam di perpustakaan saja, pustakawan dapat mengerjakan tugas-tugas kepustakawanan seperti menulis buku, membuat terjemahan, membuat atau menyampaikan makalah, melakukan penyuluhan, menyusun abstrak, dan sebagainya. Tugas-tugas tersebut dapat dilakukan pustakawan baik secara mandiri maupun kelompok.

2.4.3 Penampilan Pustakawan

Dalam memberikan pelayanan kepada pengguna perpustakaan dan informasi, pustakawan harus memperhatikan penampilan pribadinya. Dengan penampilan pribadi yang anggun, pelayanan akan berlangsung dengan baik dalam suasana yang menyenangkan.

Menurut Soetimah (1992) penampilan pustakawan dalam memberikan pelayanan yaitu :

1. Wajar

Pustakawan harus mampu tampil atau bersahaja, sehingga dapat diterima oleh siapapun, baik atasan, rekan sejawat maupun masyarakat pada umumnya. Pustakawan tidak boleh tinggi hati. Tampil wajar, artinya tampil bersahaja, tidak over ekting, tidak lebih atau tidak kurang. Wajar harus terlihat dalam tingkah laku, berpakaian, berucap dan bertutur kata sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungannya;

2. Jujur

(55)

akan menumbuhkan kepercayaan dari orang lain, baik dari atasan, rekan maupun pengguna, kejujuran dapat menjaga citra diri seseorang. Kejujuran mengakui kelebihan dan kelemahan diri sendiri dan orang lain adalah sikap profesional;

3. Berpakaian Sopan

Pustakawan harus tahu etika berpakaian, pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus berpakaian sopan. Berpakaian sopan artinya bagi wanita pakaianya bersih, rapi tidak boleh terlihat auratnya;

4. Tampil Tenang

Pustakawan harus bisa tampil tenang, tidak gugup, ketika melihat banyak pengunjung perpustakaan yang harus dilayani. Jangan terburu-buru agar pelayanan tidak menjadi berantakan dan tidak memuaskan;

5. Murah Senyum

Pustakawan dalam melaksanakan tugasnya harus tampil ceria dan senyum, sehingga menunjukkan pribadi yang optimis dan profesional;

6. Bertutur Kata Baik

Pustakawan harus bisa bertutur kata baik. Keterampilan bertutur kata baik tidak datang dengan sendirinya, tetapin perlu belajar, latihan, dan perlu pengalaman. Semakin sering dilatih akan semakin pandai bertutur kata baik. Bertutur kata yang baik harus dilakukan kepada siapa saja. Pustakawan yang mampu bertutur kata yang baik menunjukkan bahwa ia adalah pustakawan profesional;

7. Pandai Bergaul

Pustakawan harus pandai bergaul, baik dengan rekan, atasan maupun pengguna. Karena pustakawan dalam menjalankan tugasnya selalu berhubungan dan berinteraksi dengan manusia. Pergaulan mempunyai etika, oleh karena itu pustakawan alam pergaulannya harus berpegang pada etika pergaulan.

2.5 Keterampilan Interpersonal

(56)

Menurut Rakhmat (2001,37) keterampilan interpersonal dapat mencakup beberapa hal seperti: (a) kemampuan, kesanggupan, kepandaian seseorang dalam mengerjakan sesuatu terutama berkomunikasi; (b) memiliki konsep diri dan kepribadian yang kuat; (c) meningkatkan potensi diri di bidangnya; (d) mengasah diri dan mengubah kemampuan berkomunikasi; (e) berpenampilan menarik dan menyenangkan; (f) meningkatkan human relation dalam kehidupan bermasyarakat dan organisasi; (g) meningkatkan kemampuan menjadi pemimpin dan dapat bekerjasama dalam team.

Menurut Agustini (2005, 26) Good interpersonal skill merupakan kunci sukses dalam pekerjaan apapun. Pada situasi pekerjaan di mana melibatkan banyak kontak dengan orang lain, seperti yang telah terjadi di perpustakaan maka kemampuan berkomunikasi dengan baik akan berpengaruh pada hasil pekerjaan mereka. Kemampuan ini tidak saja menuntut keterampilan dalam berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif tapi juga keterampilan membangun hubungan yang baik dengan individu lain. Dengan keterampilan ini seseorang pustakawan diharapkan dapat membangun dan menanamkan image positif seperti yang diinginkan karena dia tahu bagaimana memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan karakter pengguna. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan: (a)customer care; (b) penampilan staf; (c) penggunaan tata cara yang tepat; (d) menciptakan hubungan baik dengan pengguna.

Menurut Robins (2013) “keterampilan interpersonal adalah sebagai

(57)

membangun hubungan yang harmonis dengan memahami dan merespon manusia atau orang lain.

Menurut Islahulben (2013,2) Adapun beberapa keterampilan dalam keterampilan interpersonal yaitu:

1. Keterampilan mendengarkan (listening)

Salah satu dari komponen proses komunikasi adalah bagian menerima pesan salah satunya ialah mendengarkan, mendengarkan bukan secara harfiah menggunakan alat pendengaran (telinga), tetapi memiliki artiyang lebih luas dengan penggunaan alat penerimaan pesan lainnya. Berikut ada empat alasan utama mengapa orang perlu mendengarkan:

a. Untuk memahami dan memperoleh informasi

Orang yang menguasai informasi memiliki kesempatan besar untuk sukses, baik secara pribadi maupun konteks profesional, sebab di era sekarang mengusai informasi berarti menguasai sumber daya.Memahami perintah, memahami pesan dan memahami kebutuhan orang lain, menggali lebih banyak informasi sangat dibutuhkan sebagai modal agar dapat berkomunikasi serta menjadi kemampuan utama untuk dapat berhasil dalam setiap pekerjaan.

b. Analisis terhadap kualitas informasi

Kemampuan seseorang untuk dapat menganalisis informasi sangat dibutuhkan agar bertindak dengan tepat. Mendengarkan dan mendapatkan informasi lebih banyak akan meningkatkan kualitas pesan yang diterima, kelengkapan data dan kemampuan mengolah informasi, sehingga simpulan atau analisis terhadap suatu kondisi atau keadaan dapat diambil.

c. Membangun dan memelihara hubungan

Alasan untuk mendengar adalah alasan untuk melakukan komunikasi secara efektif. Banyak survey telah membuktikan bahwa orang yang memiliki kemampuan untuk mendengar dengan efektif memiliki hubungan yang lebih baik dengan sesamanya, sebaliknya mereka yang kurang mampu untuk mendengarkan akan memperburuk hubungan atau tidak dapat membangun hubungan yang lebih baik dengan sesamanya.

d. Menolong orang lain

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1 Pustakawan mampu mendengarkan dengan baik sehingga dapat
Tabel 4.2 Pustakawan dapat menganalisis dan menangkap pesan serta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015, Perubahan RKPD

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan ilmiah ini adalah untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dan harga jual menurut perusahaan maupun menurut metode

Untuk harga barang dan jasa yang tidak tercantum dalam Peraturan Walikota ini mempedomani Peraturan Walikota Padang Nomor 34.A Tahun 2014 tentang Pedoman Standar

kepada Pihak P2TK Dikdas dengan cara mengupload melalui Fitur yang sudah di sediakan pada Aplikasi Tunjangan Profesi..

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis pengaruh tolok ukur dan metode analisis kinerja yang berbeda terhadap kinerja dari masing-masing Reksa Dana, serta

Untuk harga barang dan jasa yang tidak tercantum dalam Peraturan Walikota ini, mempedomani Peraturan Walikota Nomor 34.A tahun 2014 tentang Pedoman Standar Biaya

Web site ini berisi informasi tentang seluk-beluk Kota Bogor, tentang tempat-tempat yang ada di Kota Bogor, misalkan tempat-tempat rekreasi yang ada di Kota Bogor maupun

[r]