• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kehilangan tulang alveolar terhadap kebiasaan menyirih pada wanita karo pengungsi Sinabung ditinjau secara radiografi panoramik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan kehilangan tulang alveolar terhadap kebiasaan menyirih pada wanita karo pengungsi Sinabung ditinjau secara radiografi panoramik"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

No. Kartu :

Nama Pemeriksa : ... Tanggal Periksa : ...

Nama : ... Umur : ...tahun Alamat :...

a. Riwayat Menyirih

1) Apakah Ibu menyirih setiap hari?

a. Ya b. Tidak

2) Berapa kali Ibu menyirih dalam sehari? a. < 3 kali / hari b. ≥ 3 kali / hari 3) Sudah berapa lama Ibu menyirih?

a. < 10 tahun b. ≥ 10 tahun

4) Apa saja ramuan komposisi bahan menyirih anda?

a. Menggunakan bahan utama (pinang, daun sirih, dan kapur) UNIT RADIOLOGI KEDOKTERAN GIGI

(2)

b. Menggunakan bahan utama (pinang, daun sirih, dan kapur) dan bahan tambahan (tembakau, kapulaga, kayu manis, cengkeh, pala, gambir, lada hitam, jahe kering dan kunyit)

b. Riwayat Kesehatan Umum

1) Apakah Ibu menderita penyakit diabetes mellitus?

a. Ya b. Tidak

2) Apakah Ibu menderita penyakit lupus?

a. Ya b. Tidak

3) Apakah Ibu sedang mengonsumsi obat-obatan karena penyakit asma, lupus/ lupus/ rheumatoid arthritis/ kanker/ alergi/ penyakit persendian dan otot?

a. Ya b. Tidak

(3)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Yth, Ibu

Perkenalkan, nama saya M Rifqy Halim. Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU dan saat ini saya sedang menjalani penelitian di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi RSGMP FKG USU. Saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Kehilangan Tulang Alveolar Terhadap Kebiasaan Menyirih Terhadap Pada Wanita Karo Pengungsi

Sinabung Ditinjau Secara Radiografi Panoramik”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kehilangan tulang alveolar (tulang rahang) penyirih ditinjau melalui ronsen foto seluruh rahang. Manfaat penelitian ini adalah memberi informasi kepada masyarakat tentang dampak menyirih terhadap kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat menjadi dasar pertimbangan perubahan tingkah laku masyarakat. Sedangkan manfaat bagi ibu agar mengetahui bahaya dari menyirih.

Ibu, ronsen foto seluruh rahang sangat berguna untuk mendiagnosis suatu penyakit pada rahang, membuat rencana perawatan, pemeriksaan ulang hasil perawatan, dan memberikan informasi secara rinci terhadap kesehatan pasien secara umum. Dosis yang digunakan pada ronsen foto seluruh rahang sangat kecil (5-14 μSv) dan tidak menimbulkan efek samping. Pengambilan foto ronsen ini hanya membutuhkan waktu kira-kira 5 menit. Apabila terdapat keluhan yang diduga berhubungan dengan penelitian ini, maka Bapak/ Ibu dapat menghubungi

saya dengan nomor telepon 0812712707769

(4)

tidak mengikat dan Bapak/ Ibu dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung.

Pada penelitian ini saudara tidak dikenakan biaya atau gratis dan saya akan memberikan tanda terimakasih berupa sembako untuk kebutuhan sehari - hari kepada Bapak/ Ibu atas kesediaannya menjadi subjek penelitian ini. Semoga penelitian berjalan dengan baik dan bermanfaat untuk semua pihak.

Atas kesediaan Ibu saya ucapkan terima kasih

Medan, Februari 2016

(5)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk menjadi subjek dalam penelitian atas nama M Rifqy Halim yang berjudul “Gambaran Kehilangan Tulang Alveolar Terhadap Kebiasaan Menyirih Terhadap Pada Wanita Karo Pengungsi Sinabung Ditinjau Secara Radiografi Panoramik” dan menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, Februari 2016 Yang menyetujui,

Subjek Penelitian

(...)

(6)
(7)
(8)

38 Aren 3 0 4 3 4 0 2 1 39

Santa

Maria 0 1 0 0 1 2 1 0

(9)

LAMPIRAN 6

Warning # 849 in column 23. Text: in_ID

The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It could not be mapped to a valid backend locale.

FREQUENCIES VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004

Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing.

(10)

[DataSet0]

Statistics

VAR00001 VAR00002 VAR00003 VAR00004

N Valid 40 40 40 40

Missing 0 0 0 0

Frequency Table

VAR00001

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

(11)

10,00 1 2,5 2,5 100,0

Total 40 100,0 100,0

VAR00003

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

(12)

9,00 1 2,5 2,5 100,0

(13)
(14)

LAMPIRAN 8

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

HUBUNGAN KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR TERHADAP KEBIASAAN MENYIRIH PADA WANITA KARO

PENGUNGSI SINABUNG DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini adalah sebesar lima juta sembilan ratus tujuh puluh ribu rupiah dengan rincian sebagai berikut :

1. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 150.000,00

2. Biaya fotocopy kuisioner Rp 50.000,00

3. Biaya penjilidan dan penggandaan laporan Rp 300.000,00

4. Biaya transportasi Rp 2.000.000,00

5. Biaya foto radiografi panoramik Rp 2.000.000,00

6. Biaya logistik sampel Rp 600.000,00

+

Jumlah Rp 5.100.000,00

(15)

LAMPIRAN 9

CURRICULUM VITAE

(RIWAYAT HIDUP)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : M Rifqy Halim

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 15 Juli 1994 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Jl SMTK 8 Dalam Komplek Mansyur Village Blok B No 19

Telepon/Hp : 081271207769

Email : rifqyhalim@yahoo.com

PENDIDIKAN

2000 – 2006 : SD Islam Az Zahrah Palembang 2006 – 2009 : SMP Negeri 1 Palembang 2009 – 2012 : SMA Plus Negeri 17 Medan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. Fatlolona WO, Pandelaki K, Mintjelungan C. Hubungan status kesehatan periodontal dengan kebiasaan menyirih pada mahasiswa etnis Papua di Manado. Jurnal eGigi 2013; 1(2): 3.

2. Rooban T, Mishra G, Elizabeth J, Ranganathan K, Saraswathi TR. Effect of habitual arecanut chewing on resting whole mouth salivary flow rate and pH. Indian J of Med Science 2006; 60(3): 1-6.

3. Trivedy CR, Craig G, Warnakulasuriya S. The oral health consequences of chewing areca nut. Addiction Biology 2002; 7: 116-17.

4. Farman AG. Panoramic Radiology. Germany: Springer: 4. 5. Geist JR, Panoramic Radiography. Sulliven Schein. 3.

6. Scarfe WC, Williamson GF. Practical panoramic radiography. 2007. Crest Oral B: 2 di

9. Carranza NT. Clinical Periodontology. 9th ed. America: Saunders, 2002: 15-7.

10. Chronic apical periodontitis:etiology, pthogeneis, clinic, diagnostics, differential diagnostics, x-ray diagnostics of apical periodontitis. (http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/internal/stomat_ter/classes_stud/en/stomat/ptn/T herapeutic%20Dentistry/3%20year/VI/18.%20Chronic%20apical%20periodontitis.%20E tiology,%20pathogenesis,%20clinic,%20diagnostics.htm) (15 September 2015).

11. Hawke C. Dental Radiology Workshop. (http://www.slideshare.net/arhvetshare/arh-dental-radiology-workshop) (15 September 2015).

12. Genco RJ, Williams RC, eds. Periodontal disease and overall health: A clinician’s guide. America: Colgate Palmolive, 2010: 5-11.

(17)

14. Firdaus. Mengenal Periodontal Disease (penyakit gusi) 10 September 2013. (https://ilmubarokah.wordpress.com/2013/09/10/mengenal-peridontal-desease-penyakit-gusi/) (15 September 2015).

15. Jahili NH. Pengaruh Stress Terhadap Perawatan Periodontal (http://www.repository.usu.ac.id) (15 September 2015).

16. Garna DF. Resorpsi tulang alveolar pada penyakit periodontal. Tesis. Bandung: Universitas Padjajaran, 2009: 6-7.

17. Kasni. Evaluasi Foramen Mental Berdasarkan Jenis Kelamin Ditinjau Secara Radiografi Panoramik (http://www.repository.unhas.ac.id) (15 September 2015).

18. Nair U, Bartsch H, Nair J. Alert for an epidemic of oral cancer due to use the betel quid substitutes guthka and pan masala: a review of agents and causative mechanisms. UK Enviromental Mutagen Society 2004; 19(4):.

19. Rambe JR. Lirih sirih. 2 Oktober 2011. (http://apakabarsidimpuan.com/2011/10/lirih-sirih/) (15 September 2015).

20. Lingappa A, Nappalli D, Sujatha GP, Prasad S. Areca nut: to chew or not to chew. Ejournal of dentistry 2011; 1(3): 47.

21. Dwiputra GS. Pengaruh Kebiasaan Menyirih Terhadap Tingkat Keparahan Resesi Gingiva Pada Masyarakat di Kecamatan Sopai , Kabupaten Toraja Putra (http://www.repository.unhas.ac.id) (15 September 2015).

22. Walter TM, Sofia HN. Effects of consumption of Thamboolam (conventional betel chewing) in traditional siddha medicine. India: 6.

23. Reddy MS, Naik MD, Bagga OP, Chuttani HK. Effect of chronic tobacco-betel-lime “quid” chewing on human salivary secretions. American J of Clinical Nutrition 2002: 79. 24. Iptika A. Keterkaitan kebiasaan dan kepercayaan mengunyah sirih pinang dengan

kesehatan gigi. 2014; 3(1): 65-7.

25. Astatkie A, Demissie M, Berhane Y. The association of khat (Catha edulis) chewing and orodental health: A systematic review and meta-analysis. South African Med J; 104(11): 1.

(18)
(19)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analatik dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu). Disebut dengan penelitian deskriptif analitik karena penelitian diarahkan untuk mencari hubungan antar variable menyirih dan penyakit periodontal dan pengumpulan data dilakukan sekaligus pada suatu saat (point time approach).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu pengungsian Gunung Sinabung yang berada di desa Korpri Kecamatan Berastagi karena di daerah pengungsian ini masyarat sudah menyirih sejak masih di desanya masing – masing dan juga penelitian dilakukan di Unit Radiologi Kedokteran Gigi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di Jl. Alumni No. 2 Kampus Universitas Sumatera Utara. Waktu Penelitian adalah selama bulan Januari 2016 - Februari tahun 2016

3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat di Desa Korpri Kecamatan Berastagi tempat pengungsian Sinabung di Tanah Karo yang berjumlah 1017 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah wanita karo pengungsi Sinabung di desa Korpri kecamatan

Berastagi. Sampel dipilih dengan metode Simple Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak dengan table random berdasarkan kriterian inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel yang dihitung dengan menggunakan rumus proporsi mutlak yaitu :

(20)

Keterangan :

n = Jumlah sampel

α = nilai derajat kemaknaan = 5%  Zα = 1,96

P = Proporsi mutlak orang yang menyirih = 76,2%  0,762 Q = 1 – P = 1 – 0,762  0,238

d = Nilai Presisi = 15%  0,15

Sehingga perhitungan besar sampel adalah sebagai berikut

3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.3.3.1 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi penilitian ini adalah : - Wanita umur 30 – 40 tahun

- Frekeunsi menyirih lebih dari 10 tahun

3.3.3.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi penelitian ini adalah : - Menderita penyakit diabetes mellitus - Menderita penyakit lupus

(21)
(22)

periodontal

3.5 Alat Penelitian Alat

a. Pesawat Radiografi Panoramik merek Instrumentarium Model : OC 200 D-1-4-1. Tahun buatan 2012

b. Software CliniView versi 10.1.2. c. Kuesioner

d. Pulpen

3.6 Prosedur Pengumpulan Data dan Alur Penelitan

3.6.1 Prosedur Pengumpulan Data

(23)

3.6.2 Alur Penelitan

3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan piranti lunak pengolahan data.

3.7.2 Analisa Data

Analisa data dengan menggunakan data univariat. Untuk menguji hubungan menyirih dengan kehilangan tulang alveolar digunakan uji chi square.

Sampel

Seleksi kriteria sampel berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

Wawancara dan pengisian kuesioner

Pengumpulan data hasil pemeriksaan

Analisa data hasil pemeriksaan

Seleksi sampel untuk di rontgen foto panoramik

Pengambilan rontgen foto panoramik

Analisa hasil foto rontgen panoramik (dibaca oleh radiologis) dengan menggunakan viewer

box

(24)

3.8 Etika Penelitian

Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup : 1. Lembar persetujuan (informed consent)

Peneliti melakukan pendekatan dan memberikan lembar persetujuan kepada responden kemudian menjelaskan lebih dulu tujuan penelitian, tindakan yang akan dilakukan serta menjelaskan manfaat yang diperoleh dari hal – hal lain yang berkaitan penelitian.

2. Ethical Clearence

(25)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1Data Demografis Sampel

Penelitian ini telah dilakukan pada penduduk Desa Korpri Kecamatan Berastagi. Untuk memperoleh identitas dan riwayat medis responden dilakukan wawancara dengan bantuan kuisioner. Kemudian pada proses seleksi sampel, dilakukan radiografi panoramik selanjutnya di ukur penurunan tulang alveolar dengan pengukuran secara manual. Selain itu, juga dilakukan seleksi berdasarkan umur yaitu umur 30 – 40 tahun dan telah menyirih lebih dari 10 tahun.Penelitian ini melibatkan 40 sampel yang berjenis kelamin perempuan. Unsur yang ada ketika responden menyirih adalah pinang, daun sirih dan kapur sebagai bahan utama dan omposisi tambahan yaitu, tembakau, kapulaga, kayu manis, cengkeh, pala, gambir, lada hitam, jahe kering dan kunyit. Dalam penelitian ini diperiksa penurunan tulang alveolar dari CEJ pada mesial distal gigi 34, 35, 36, 37, 44, 45,46 dan 47 yang dikategorikan sesuai umur dan lama menyirih.

Tabel 1. Distribusi usia responden yang menyirih

(26)
(27)

Gambar 10. Kehilangan tulang alveolar kategori ringan

(28)

Gambar 12. Kehilangan tulang alveolar kategori berat

(29)

BAB 5

PEMBAHASAN

Analisa terhadap penurunan tulang alveolar akibat menyirih yang di ukur melalui radiografi panoramik hanya pada mandibula saja karena daerah mandibula memperlihatkan penurunan yang jelas di banding dengan maksila. Hasil yang didapat dari penilitian di Desa Korpri Kecamatan Berastagi melaporkan gambaran kehilangan tulang alveolar bervariasi dengan pembagian penurunan tulang dari ringan, sedang, dan berat. Semua sampel yang menyirih (40 orang) menggunakan bahan tambahan yaitu tembakau, kapulaga, kayu manis, cengkeh, pala, gambir, lada hitam, jahe kering dan kunyit serta tidak ada sampel yang menggunakan bahan utama yaitu pinang, daun sirih, dan kapur. Dalam penelitian ini diperiksa penurunan tulang alveolar dari CEJ pada mesial distal gigi 34, 35, 36, 37, 44, 45,46 dan 47.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pada masyarakat di Desa Korpri Kecamatan Berastagi yang menyirih lebih dari 10 tahun diperoleh hasil pada kelompok penurunan tulang alveolar yang ringan sebanyak 2% (Tabel 2) dan pada kelompok penurunan tulang alveolar yang sedang sebanyak 90% (Tabel 2) dan pada kelompok penurunan tulang alveolar yang berat sebanyak 8% (Tabel 2). Pada kelompok penurunan tulang alveolar berat diketahui frekuensi menyirihnya dalam sehari lebih dari 3 kali bahkan sampai 9 kali sehari selain itu didukung oral hygine yang sangat buruk. Pada kelompok penurunan tulang alveolar yang sedang frekuensi menyirih hanya 3 kali sehari. Untuk kelompok penurunan tulang alveolar yang ringan frekuensi menyirih hanya 1 kali sehari.

(30)

penyakit sistemik yaitu diabetes mellitus yang dapat membuat penurunan tulang alveolar lebih cepat. Jadi perbedaan dari penelitian ini berupa perbedaan dari oral hygine pada sampel yang mempengaruhi penurunan tulang alveolar.

Kapur yang digunakan dalam mengkonsumsi sirih mengandung zat kitin, produk kitin yang digunakan dalam menyirih berbentuk serbuk kapur yang dapat merusak jaringan periodonsium secara mekanis dengan cara pembentukan kalkulus yang akan menyebabkan peradangan jaringan periodontal dan kegoyangan gigi. Gigi-gigi menjadi aus dan berwarna kemerahan. Proses mengunyah sirih diakhiri dengan menyusur tembakau yakni menggosokkan segumpalan tembakau pada gigi untuk meratakan hasil mengunyah sirih. Tekanan tembakau pada waktu menyusur dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan terjadinya resesi gingiva. Silikat yang terdapat di dalam daun tembakau dan pengunyahan dalam waktu yang lama berangsur-angsur akan mengikis elemen gigi sampai ke gingiva. Durasi dan frekuensi menyirih dapat mempengaruhi dari penurunan tulang alveolar. Umur juga dapat mempengaruhi cepatnya penurunan tulang alveolar sebagai contohnya di penelitian ini wanita berumur 35 tahun termasuk kategori berat karena frekuensinya menyirih dalam sehari lebih dari 5 kali, ini dapat menyebabkan penurunan tulang alveolar yang berat.25

(31)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa ada penurunan tulang alveolar akibat dari menyirih. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa gambaran kehilangan tulang alveolar pada masyarakat Tanah Karo yang disebabkan menyirih pada kelompok penurunan tulang alveolar yang ringan atau penurunan sebanyak >2 – 3 mm sebanyak 2,5% dan pada kelompok penurunan tulang alveolar yang sedang atau penurunan sebanyak >3 – 5 mm sebanyak 92,5% dan pada kelompok penurunan tulang alveolar yang berat atau penurunan sebanyak >5 mm sebanyak 5%.

6.2Saran

1. Dibutuhkan penelitian lanjut yang sama dengan jumlah sampel yang lebih besar di kecamatan lainnya.

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Panoramik

Radiografi panoramik ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma. Selain itu radiografi panoramik juga dapat digunakan untuk menentukan keadaan gigi dan jaringan pendukungnya secara keseluruhan, urutan erupsi gigi, dan melihat adanya fraktur pada rahang mandibula dan maksila. Radiografi panoramik merupakan pemeriksaaan yang memperlihatkan keadaan serta hubungan maksila dan mandibula secara keseluruhan dalam satu radiografi.4 Selain itu penyakit periodontal yang ditandai dengan kehilangan tulang alveolar dapat dideteksi dengan radiografi panoramik.

2.1.1 Kelebihan Radiografi Panoramik

Radiografi panoramik memiliki kelebihan seperti berikut : 1. Lapangan pandang yang luas dari tulang fasial dan gigi geligi. 2. Dosis yang rendah terhadap pasien.

3. Kenyamanan saat pemeriksaan pasien.

4. Dapat digunakan kepada pasien yang tidak dapat membuka mulutnya.

5. Pembuatan foto radiografi panoramik sangat singkat hanya butuh waktu 3 – 4 menit.

6. Kemudahan untuk memahami pasien melalui film panoramik, sehingga dapat dipakai sebagai sarana visual penjelasan pasien serta presentasi kasus untuk menegakkan diagnosa.5

2.1.2 Kekurangan Radiografi Panoramik

Beberapa kekurangan dari radiografi panoramik yaitu : 1. Bayangan jaringan

2. lunak dan udara dapat menimpa struktur jaringan keras yang diperlukan.

(33)

4. Gerakan pasien selama paparan dapat menimbulkan kesulitan dalam interpretasi radiograf.5

2.1.3 Indikasi Radiografi Panoramik

Indikasi dari radiografi panoramik adalah sebagai berikut :

1. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak – anak dan remaja untuk melihat saat periode gigi bercampur dan mengevaluasi molar tiga.

2. Sebagai pilihan survey gigi dewasa atau endentulus sebagian. 3. Sebagai pemeriksaan pasien yang edentulous.

4. Sebagai pemeriksaan tulang wajah setelah tulang wajah. 5. Evaluasi besarnya lesi tulang.6

2.1.4 Kontraindikasi Radiografi Panoramik

Kontrindikasi dari radiografi panoramik adalah sebagai berikut : 1. Untuk menentukan panjang akar gigi.

2. Untuk menilai kondisi kondilus.

3. Untuk mendeteksi karies pada bagian oklusal , palatal dan lingual.6

2.1.5 Prosedur Kerja Radiografi Panoramik

Penggunaan radiografi panoramik menggunakan peralatan yang tidak biasa, yaitu unit panoramik X – ray, layar film, pengintensifan layar dan kaset. Pada penggunaannya, film dan X – ray tubehead bergerak mengelilingi pasien. X – ray tubehead berotasi mengelilingi kepala pasien

(34)

Persiapan dalam pembuat radiografi panoramik yaitu :

1. Pasien diminta untuk melepaskan seluruh persiapan anting, aksesoris rambut, gigi palsu dan alat ortodonti yang dipakai.

2. Menjelaskan prosedur dan pergerakan alat.

3. Memakaikan pelindung apron, dengan thyroid collar, penggunaan apron harus digunakan dibawah leher sehingga tidak mengahalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala.

4. Intruksikan pasien untuk berdiri atau duduk (setinggi mungkin), tulang punggung harus lurus untuk mencegah bayangan putih yang muncul ditengah film radiografi.

5. Intruksikan pasien untuk menggigit blok plastik.

6. Posisi tegak lurus midsagittal ke lantai , dan kepala tidak boleh miring

7. Pasien diintruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar.7

Gambar 1. Alat radiografi panoramik8 2.2 Struktur Jaringan Periodontal

Jaringan periodontal terdiri dari dua jaringan penghubung lunak (gingiva dan ligamen periodontal) dan dua jaringan keras (sementum dan tulang alveolar). Masing - masing dari komponen - komponen jaringan periodontal ini memiliki perbedaan komposisi biochemical arsitektur jaringan penghubung dan fungsi mereka terintegrasi sebagai suatu unit. Struktur jaringan periodontal yaitu ligamen periodontal, gingival, sementum dan tulang alveolar.

(35)

Ligamen periodontal adalah suatu ikatan, yang menghubungkan dua buah tulang. Akar gigi berhubungan dengan soketnya pada tulang alveolar melalui struktur jaringan ikat yang disebut sebagai ligamen.9

Ligamen periodontal

Gambar 2. Ligamen periodontal10

2. Gingiva

Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan menutupi lingir (ridge) alveolar. Gingiva dapat beradaptasi terhadap perubahan lingkungan, dan rongga mulut yang merupakan bagian pertaman dari saluran pencernaan dan daerah awal masuknya makanan dalam sistem pencernaan dianggap sabagai lingkungan yang dapat beradaptasi baik.9

3. Sementum

(36)

Sementum

Gambar 3. Sementum11

4. Tulang alveolar

Prosesus alveolaris adalah bagian tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang ini mempunyai bidang fasial dan lingual dari tulang kompakta yang dipisahkan oleh trabekulasi kanselus.tulang kanselus ini terorientasi di sekitar gigi untuk membentuk dinding soket gigi atau lamina kribrosa. Lamina kribrosa terperforasi seperti saringan sehingga sejumlah besar pembuluh vaskular dan saraf dapat terbentuk di antara ligamen periodontal dan ruang trabekula. Serabut kolagen dari ligamen periodontal berinsersi pada dinding soket, disebut juga bundel tulang, serabut ligamen periodontal yang tertanam pada tulang disebut serabut sharpey.9

2.3 Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan penyakit yang mengenai jaringan periodontal seperti gingiva, sementum,ligamen periodontal, serta tulang alveolar. Epidemiologi penyakit periodontal menunjukkan bahwa prevalensi dan keparahan penyakit periodontal dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, faktor lokal rongga mulut dan faktor sistemik.12

1. Gingivitis

(37)

Faktor lokal adalah plak bakteri gigi, yang menyebabkan terjadinya gingivitis kronis sedangkan faktor sistemik adalah gingivitis yang disebakan oleh karena penyakit sistemik. Gingivitis merupakan tahapan awal terjadinya suatu peradangan jaringan pendukung gigi (periodontitis) dan terjadi karena efek jangka panjang dari penumpukan plak. Gingivitis kronis merupakan suatu kondisi yang umum. Jika diobati, maka prognosis gingivitis adalah baik, namun jika tidak di obati maka gingivitis dapat berlanjut menjadi periodontitis. Gingivitis kronis merupakan suatu penyakit gusi yang timbul secara perlahan - lahan dalam waktu yang lama. Penderita gingivitis jarang merasakan nyeri atau sakit sehingga hal ini menjadi alasan utama gingivitis kronis kurang mendapat perhatian. Rasa sakit merupakan salah satu symptom yang membedakan antara gingivitis kronis dengan gingivitis akut.12

Gambar 4. Gingivitis13

2. Periodontitis

Periodontitis adalah keradangan yang mengenai jaringan pendukung gigi disebabkan oleh mikroorganisme spesifik dapat menyebabkan kerusakan yang progresif pada ligament periodontal, tulang alveolar disertai pembentukan poket, resesi atau keduanya. Periodontitis berdasarkan gejala klinis gambaran radiografis diklasifikasikan menjadi periodontitis kronis dan periodontitis agresif. Periodontitis kronis merupakan penyakit yang secara progresif berjalan lambat. Penyakit ini disebabkan oleh faktor lokal dan sistemik. Walaupun periodontitis kronis merupakan penyakit yang paling sering diamati pada orang dewasa, periodontitis kronis dapat terjadi pada anak - anak dan remaja sebagai respon terhadap akumulasi plak dan kalkulus secara kronis.12

(38)

Periodontitis agresif biasanya mempengaruhi individu sehat yang berusia di bawah 30 tahun. Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis pada usia serangan, kecepatan progresi penyakit, sifat, dan komposisi mikroflora subgingiva yang menyertai, perubahan dalam respon imun host, serta agregasi familial penderita.12

Gambar 5. Periodontitis agresif14

Gambar 6. Periodontitis kronis15

3. Kerusakan Tulang Alveolar

Faktor yang terlibat dalam kerusakan tulang pada penyakit periodontal adalah bakteri dan host. Produk bakteri plak menyebabkan differensiasi sel progenitor tulang menjadi osteoklas dan menstimulasi sel gingiva untuk mengeluarkan mediator yang mempunyai efek yang sama. Pada penyakit dengan perkembangan yang cepat seperti localized juvenile periodontitis, terdapat mikrokoloni bakteri atau satu sel bakteri yang berada diantara serat kolagen dan diatas permukaan tulang yang dapat memberikan efek langsung.16

(39)

periodontal. Dilaporkan bahwa 10 sampai 15 kali lipat peningkatan prostaglandin E2 pada biopsi gingiva dari kasus periodontitis dibandingkan dengan pasien yang sehat. Pemberian obat anti-inflamasi non steroid juga efektif dalam mengontrol perkembangan penyakit periodontal.16

Gambar 7. Gambaran radiografi kerusakan tulang alveolar17

2.4 Sejarah Menyirih

Mengunyah sirih dan pinang adalah kebiasaan kuno di beberapa bagian dari Asia Tenggara, selatan pulau Pasifik dan Taiwan. Praktek menyirih ini dilakukan beberapa ribu tahun dan sangat melekat di kebudayaan penduduk.18

Sebuah hadiah ceremonial tembakau kering diberikan kepada Columbus oleh penduduk asli Amerika pada tahun 1942 menyebabkan pengenalan tembakau ke seluruh dunia. Kemudian tersebar juga di India pada abad ke – 16 dan menyebar cepat kebiasaan menyirih ini ke sub – benua. Sebuah percobaan melarang menyirih pada tahun 1619 namun hanya memiliki pengaruh kecil dan akhirnya tidak bisa dihentikan.Ini dikarenakan praktek menyirih sudah menjadi praktek sosial yang diterima dengan baik dan penggunaan tembakau yang memperkuat praktek ini karena dapat menyebabkan kecanduan.18

(40)

Sirih dan mengunyah sirih adalah bagian yang melengkapi struktur kebudayaan dan biasanya berkaitan erat dengan kebiasaan yang terdapat pada masyarakat di daerah tertentu . Faktor – faktor yang mendukung kemungkinan timbulnya kelainan – kelainan pada rongga mulut antara lain iritasi karena zat pada kandungan sirih , tingkat kebersihan rongga mulut , dan usia dari pengunyah sirih tersebut.3

Gambar 8. Kebudayaan menyirih19

Para pengunyah sirih memiliki alasan dan sebab mengapa kebiasaan tersebut dilakukan secara terus – menerus. Dilaporkan bahwa mengunyah sirih memiliki beberapa pengaruh yang menjadi daya tarik pada penggunanya seperti efek stimulant atau efek euphoria, efek untuk menstimulasi air ludah, obat untuk saluran pernapasan, menghilangkan rasa lapar serta kemungkinan memiliki efek untuk menguatkan gigi serta gusi, dan sebagai penyegar nafas. Kepercayaan bahwa mengunyah sirih dapat melawan penyakit mulut kemungkinan telah benar – benar mendarah daging diantara penggunanya.3

2.5 Komposisi Untuk Bahan Menyirih

(41)

Gambar 9. Komposisi menyirih21

Jika biji pinang, daun sirih, kapur dan gambir dikunyah bersama, senyawa tersebut menghasilkan warna kemerahan yang merupakan tanda khas dari menyirih dan ini dapat mewarnai stuktur rongga mulut. Selain itu, senyawa tersebut juga akan meningkatkan stimulasi saliva dan mengurangi rasa lapar.3

2.6 Cara Mengunyah Sirih

Mengunyah sirih dilakukan dalam beberapa cara berbeda di berbagai negara, sedangkan komponen utama yang relatif konsisten tetap sama. Daun sirih dikonsumsi dalam keadaan segar karena diyakini jika terlalu lama dapat mengurangi rasa. Cara dan komposisi menyirih yang paling umum dilakukan oleh penduduk Asia Tenggara adalah dengan mengolesi kapur sirih (Calcium Hydroxide) dan tembakau atau beberapa potongan kecil buah pinang (Areca catechu) di atas lembaran daun sirih (Piper betle leaves) dan beberapa bahan tambahan lainnya.22 Kemudian daun sirih dilipat seperti membungkus hadiah untuk mendapatkan bentuk dan ukuran yang menggumpal, lalu gumpalan dimasukkan ke dalam mulut di antara gigi dan pipi, kemudian dikunyah. Terkadang gumpalan ini dibiarkan berada di dalam mulut selama beberapa jam, bahkan beberapa orang membiarkannya berada di dalam mulut saat tidur. 23,24

2.7 Efek Negatif Menyirih

(42)
(43)

2.8 Kerangka Teori

Menyirih

Komposisi Bahan Menyirih

Efek Negatif Struktur Jaringan

Periodontal

Penyakit Periodontal

Gingivitis Periodontitis

Agresif Kronis

Kehilangan tulang alveolar Radiografi

(44)

2.3 Kerangka Konsep

Penyirih

Penyakit Periodontal Radiografi

Panoramik

Berat

Kehilangan tulang alveolar

(45)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebiasaan mengunyah sirih berasal dari Benua Asia terutama India dan menyebar ke Asia Tenggara tepatnya di China, Vietnam, Myanmar, Thailand, Kamboja, Malaysia, Sumatera, dan Bali. Menyirih juga merupakan kebiasaan masyarakat Tanah Karo yang sering dilakukan untuk mengisi waktu luang.1,2

Menyirih merupakan proses meramu campuran dari bahan – bahan yang telah dipilih dan dibungkus kemudian dikunyah kurang lebih 30 menit. Bahan menyirih ini terdiri dari berbagai macam mulai dari pinang, gambir, sirih dan tembakau. Kebiasaan menyirih tidak beda dengan merokok , minum teh atau kopi kebiasaan ini sangat sulit untuk dihilangkan dan menimbulkan kecanduan.1Ada sumber yang mengatakan bahwa menyirih memiliki dampak positif karena bahan yang digunakan mengandung antiseptik yang dapat memperkuat gigi. Disamping itu sirih dapat mengurangi karies dan menjaga kesehatan mulut.2

Efek negatif menyirih lebih banyak daripada efek positifnya, efek negatif menyirih dapat mengakibatkan penyakit periodontal atau gusi. Efek negatif dari menyirih terhadap gigi dan gingiva dapat menimbulkan stein, dan penyakit periodontal. Oral hygine yang buruk dapat menyebabkan penumpukan kalkulus karena ramuan sirih dapat membuat suasana rongga mulut menjadi basa. Silikat yang terdapat di dalam daun tembakau dan pengunyahan dalam waktu lama akan dapat mengikis elemen gigi sampai gingiva.3

Jaringan periodontal sangat perlu dipelihara karena merupakan sistem fungsional yang mengelilingi gigi dan melekat pada tulang rahang agar tidak terlepas dari soketnya. Jaringan periodontal terdiri dari gingiva, cemento, ligamen periodontal dan tulang alveolar. Menurut penelitian dari Welmince Oktofina Fatlolona bahwa 42 orang papua yang menyirih 32(76,2%) orang memiliki oral hygine yang buruk dan 10(23,8%) orang memiliki oral hygine yang sangat buruk.1

(46)

tulang alveolar terhadap kebiasaan menyirih pada wanita karo pengungsi Sinabung ditinjau secara radiografi panoramik.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

- Bagaimana gambaran kehilangan tulang alveolar pada masyarakat Tanah Karo yang menyirih ditinjau secara radiografi panoramik

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah :

- Untuk mengetahui gambaran kehilangan tulang alveolar pada masyarakat Tanah Karo yang ditinjau secara radiografi panoramik

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis :

 Menambah pengetahuan dokter gigi / tenaga medis mengenai kehilangan tulang alveolar ditinjau secara radiografi panoramik pada penyirih

 Menambah pengetahuan masyarakat tanah karo akan bahaya menyirih dan bahayanya penyakit periodontal

 Mengedukasi dokter gigi terhadap resiko bahaya akan kehilangan tulang alveolar Manfaat praktis :

 Pedoman bagi dokter gigi / tenaga medis dalam melakukan perawatan kehilangan tulang alveolar pada penyirih

(47)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Radiologi Kedokteran Gigi Tahun 2016

M Rifqy Halim

Hubungan kehilangan tulang alveolar terhadap kebiasaan menyirih pada wanita karo pengungsi Sinabung ditinjau secara radiografi panoramik

xi + 31 halaman

Menyirih merupakan proses meramu campuran dari bahan – bahan yang telah dipilih dan dibungkus kemudian dikunyah kurang lebih 30 menit. Bahan menyirih ini terdiri dari berbagai macam mulai dari tembakau, pinang, gambir, sirih dan tembakau. Kebiasaan menyirih tidak beda dengan merokok, minum teh atau kopi. Kebiasaan ini sangat sulit untuk dihilangkan dan menimbulkan kecanduan. Efek negatif dari menyirih terhadap gigi dan gingiva dapat menimbulkan stein selain itu dapat menyebabkan penyakit periodontal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran kehilangan tulang alveolar pada masyarakat Tanah Karo yang ditinjau secara radiografi panoramik.

Jenis penelitian adalah analitik cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 40 wanita terdiri dari umur 30 40 tahun frekuensi menyirih lebih dari 10 tahun. Data penelitian diolah menggunakan uji chi square.

Hasil Penelitian diperoleh bahwa pada masyarakat di Desa Korpri Kecamatan Berastagi yang menyirih lebih dari 10 tahun diperoleh hasil pada kelompok penurunan tulang alveolar yang ringan sebanyak 2% dan pada kelompok penurunan tulang alveolar yang sedang sebanyak 90% dan pada kelompok penurunan tulang alveolar yang berat sebanyak 8%.

Kesimpulan penelitian adalah adanya penurunan tulang alveolar akibat menyirih pada masyarakat di Desa Korpri Kecamatan Berastagi.

(48)

GAMBARAN KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR TERHADAP

KEBIASAAN MENYIRIH PADA WANITA KARO

PENGUNGSI SINABUNG DITINJAU SECARA

RADIOGRAFI PANORAMIK

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : M Rifqy Halim NIM : 120600099

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(49)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Radiologi Kedokteran Gigi Tahun 2016

M Rifqy Halim

Hubungan kehilangan tulang alveolar terhadap kebiasaan menyirih pada wanita karo pengungsi Sinabung ditinjau secara radiografi panoramik

xi + 31 halaman

Menyirih merupakan proses meramu campuran dari bahan – bahan yang telah dipilih dan dibungkus kemudian dikunyah kurang lebih 30 menit. Bahan menyirih ini terdiri dari berbagai macam mulai dari tembakau, pinang, gambir, sirih dan tembakau. Kebiasaan menyirih tidak beda dengan merokok, minum teh atau kopi. Kebiasaan ini sangat sulit untuk dihilangkan dan menimbulkan kecanduan. Efek negatif dari menyirih terhadap gigi dan gingiva dapat menimbulkan stein selain itu dapat menyebabkan penyakit periodontal. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran kehilangan tulang alveolar pada masyarakat Tanah Karo yang ditinjau secara radiografi panoramik.

Jenis penelitian adalah analitik cross-sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling dengan jumlah sampel sebanyak 40 wanita terdiri dari umur 30 40 tahun frekuensi menyirih lebih dari 10 tahun. Data penelitian diolah menggunakan uji chi square.

Hasil Penelitian diperoleh bahwa pada masyarakat di Desa Korpri Kecamatan Berastagi yang menyirih lebih dari 10 tahun diperoleh hasil pada kelompok penurunan tulang alveolar yang ringan sebanyak 2% dan pada kelompok penurunan tulang alveolar yang sedang sebanyak 90% dan pada kelompok penurunan tulang alveolar yang berat sebanyak 8%.

Kesimpulan penelitian adalah adanya penurunan tulang alveolar akibat menyirih pada masyarakat di Desa Korpri Kecamatan Berastagi.

(50)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, April 2016

Pembimbing Tanda Tangan

(51)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 7 April 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Trelia Boel, drg., M. Kes., Sp. RKG (K) ANGGOTA : 1. H. Amrin Thahir, drg

(52)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya serta segala kemudahan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, pengarahan, dan bantuan dari berbagai pihak. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta ayahanda Ir. Zainul Halim dan ibunda Meutia Taurusia dan adik tersayang M Faiz Ar – Razzak Halim yang selalu memotivasi dan mendoakan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort, Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K), selaku Ketua Unit Radiologi Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Utara dan dosen pembimbing penulis yang telah memeberikan bimbingan, saran, dukungan, dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

(53)

4. M Zulkarnain, drg., M.Kes, selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Sahabat – sahabat sejawat terbaik penulis, Alfia Rizwika Variscia, Ulla Athiyah K, Windi Pratiwi, Fitri Damayanti, Keyko Aldila Darya, Raja Malem Purba, Yanta Sinisura, Wendy Eszwara, Fadli Naufal dan Ricky Ekaputranto yang selalu menemani,dan membantu, penulis selama penulisan skripsi.

6. Teman – teman sepermainan Domayn 061, Bang Jere, Bang Danny, Bang Mbong, Bang Yudi, Bang Ste, Pamuncak, Rayo, Tulang, dan Andre Kembat yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis.

7. Sampel penelitian penulis yang telah bersedia dan meluangkan waktunya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

8. Kak Teti, kak Rani dan bang Ari yang telah banyak membantu penulis selama penelitian dan pembuatan skripsi berlangsung.

(54)
(55)
(56)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(57)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Alat radiografi panoramik ...5

2 Ligamen periodontal ...6

3 Sementum ...7

4 Gingivitis...9

5 Periodontitis agresif ...10

6 Periodontitis kronis ...10

7 Gambaran radiografi kerusakan tulang alveolar ...11

8 Kebudayaan menyirih ...12

9 Komposisi menyirih ...13

10 Kehilangan tulang alveolar kategori ringan ...25

11 Kehilangan tulang alveolar kategori sedang ...25

(58)

DAFTAR GRAFIK

(59)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner

2. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian 3. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

4. Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan 5. Data Induk

6. Hasil Uji Statistik

Gambar

Tabel 1. Distribusi usia responden yang menyirih
Tabel 2. Kehilangan tulang alveolar di regio mandibula kanan dan kiri
Gambar 10. Kehilangan tulang alveolar kategori ringan
Gambar 12. Kehilangan tulang alveolar kategori berat
+7

Referensi