SKRIPSI
PENGARUH
EARNING PER SHARE
(EPS),
RETURN ON EQUITY
(ROE) DAN
DEBT TO EQUITY RATIO
(DER) TERHADAP
RETURN
SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
TAUFIK RAHZEN SITEPU
090503313
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on
Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil
karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan
beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan
ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, 29 Mei 2014 Yang Membuat Pernyataan
ABSTRAK
PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN
SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh earning per share
(EPS), return on equity (ROE) dan debt to equity ratio (DER) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah apakah earning per share (EPS), return on equity (ROE) dan
debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012 ?
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yang terpilih sebagai objek penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2010-2012 Metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan persamaan regresi, uji-t, uji F dan koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel EPS adalah -0,055. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel EPS terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Koefisien regresi variabel ROE adalah 0,017. Secara parsial, variabel ROE berpengaruh nyata terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan ROE sebesar 1 % nyata meningkatkan return saham sebesar 0,017 %. Koefisien regresi variabel DER adalah -0,064. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel DER terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara serempak variabel EPS, ROE, dan DER berpengaruh tidak nyata terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hanya sebesar 3,40 % dari perubahan return saham dapat dijelaskan oleh perubahan EPS, ROE dan DER. Sedangkan sebagian besar lainnya (96,60 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.
ABSTRACT
EFFECT OF EARNINGS PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE) AND DEBT-TO-EQUITY RATIO (DER) OF MANUFACTURE
COMPANIES’ S STOCK RETURN LISTED IN THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study was aimed to determine the effect of earnings per share (EPS), return on equity (ROE) and debt-to-equity ratio (DER) of manufacture companies’ s stock return listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) from 2010 to 2012. The problem is, whether earnings per share (EPS), return on equity (ROE) and debt-to-equity ratio (DER) there is a significant on stock returns of those companies for period 2010 to 2012.
The method of data collection performed by analyzing the financial statements of those companies selected as the object of study. Documentation methods in the study conducted by collecting secondary data from financial reports in 2010 to 2012. The method of analysis used classical assumption and hypothesis testing used regression equation, t-test, F-test and coefficient of determination.
The result of study shown that the regression coefficient was -0.055 EPS. Partially, there is no significant effect on stock returns for EPS variable. ROE regression coefficient was 0.017. Partially, ROE significantly affect the stock returns. Furthermore, the increasing of 1% in ROE will increase 0,017% on stock returns. DER variable regression coefficient was -0.064. Partially, there was no significant effect on DER variable of stock returns for manufacture company listed in Indonesia Stock Exchange. Simultaneously there was no significant effect of EPS, ROE, and DER variables on stock returns of manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange. Only 3.40% of the changes in stock returns can be explained by the changes on EPS, ROE and DER. While most of them (96.60%) is explained by other variables, as excluded in this study.
KATA PENGANTAR
Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat yang telah
diberikan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penulis tepat pada waktunya
dengan judul “Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan
Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.
Sebagai manusia yang masih jauh dari kesempurnaan, penulis menyadari
masih banyak terdapat kekurangan, maka dengan segala hormat dimohon kepada
pembaca agar sudi kiranya memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun
demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.
Demi kelancaran penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak menerima
bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moril dan materil. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepa6da:
1. Prof.Dr. Azhar Maksum, S.E, M.EC., Ak. selaku pelaksana tugas Dekan
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak. selaku Wakil
Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan
Ibu Dra Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Wakil Ketua Program Studi S-1
4. Ibu Dra. Naleni Indra, MM, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingannya dengan penuh kesabaran, memberikan waktu,
perhatian, saran serta arahan selama penulisan skripsi ini.
5. Secara khusus kepada kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayangi
Ayahanda dan Ibunda, terimakasih atas doa dan perhatiannya selama ini,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Kepada teman-teman, terima kasih atas dukungan dan bantuan selama
pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi berbagai pihak.
Medan, Mei 2014
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 33
4.1.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 33
4.1.2. Struktur Kelembagaan Pasar Modal ... 33
4.1.3. Earning Per Share (EPS) ... 36
4.1.4. Return On Equity (ROE) ... 38
4.1.5. Debt to Equity Ratio (DER) ... 40
4.1.6. Return Saham ... 42
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 44
4.2.1. Uji Asumsi Klasik ... 44
4.2.2. Uji Hipotesis ... 47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51
5.1. Kesimpulan ... 51
5.2. Keterbatasan Penelitian ... 52
5.3. Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 3.1. Penentuan Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan ... 27
Tabel 4.1. Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham) ... 37
Tabel 4.2. Return on Equity (ROE) Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Persen) . 39 Tabel 4.3. Debt to Equity Ratio (DER) Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Persen) . 41 Tabel 4.4. Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Persen) ... 43
Tabel 4.5. Hasil Uji t ... 47
Tabel 4.6. Anova ... 49
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1. Regression
ABSTRAK
PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN
SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh earning per share
(EPS), return on equity (ROE) dan debt to equity ratio (DER) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah apakah earning per share (EPS), return on equity (ROE) dan
debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012 ?
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yang terpilih sebagai objek penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2010-2012 Metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan persamaan regresi, uji-t, uji F dan koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel EPS adalah -0,055. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel EPS terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Koefisien regresi variabel ROE adalah 0,017. Secara parsial, variabel ROE berpengaruh nyata terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan ROE sebesar 1 % nyata meningkatkan return saham sebesar 0,017 %. Koefisien regresi variabel DER adalah -0,064. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel DER terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara serempak variabel EPS, ROE, dan DER berpengaruh tidak nyata terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hanya sebesar 3,40 % dari perubahan return saham dapat dijelaskan oleh perubahan EPS, ROE dan DER. Sedangkan sebagian besar lainnya (96,60 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.
ABSTRACT
EFFECT OF EARNINGS PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE) AND DEBT-TO-EQUITY RATIO (DER) OF MANUFACTURE
COMPANIES’ S STOCK RETURN LISTED IN THE INDONESIA STOCK EXCHANGE
This study was aimed to determine the effect of earnings per share (EPS), return on equity (ROE) and debt-to-equity ratio (DER) of manufacture companies’ s stock return listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) from 2010 to 2012. The problem is, whether earnings per share (EPS), return on equity (ROE) and debt-to-equity ratio (DER) there is a significant on stock returns of those companies for period 2010 to 2012.
The method of data collection performed by analyzing the financial statements of those companies selected as the object of study. Documentation methods in the study conducted by collecting secondary data from financial reports in 2010 to 2012. The method of analysis used classical assumption and hypothesis testing used regression equation, t-test, F-test and coefficient of determination.
The result of study shown that the regression coefficient was -0.055 EPS. Partially, there is no significant effect on stock returns for EPS variable. ROE regression coefficient was 0.017. Partially, ROE significantly affect the stock returns. Furthermore, the increasing of 1% in ROE will increase 0,017% on stock returns. DER variable regression coefficient was -0.064. Partially, there was no significant effect on DER variable of stock returns for manufacture company listed in Indonesia Stock Exchange. Simultaneously there was no significant effect of EPS, ROE, and DER variables on stock returns of manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange. Only 3.40% of the changes in stock returns can be explained by the changes on EPS, ROE and DER. While most of them (96.60%) is explained by other variables, as excluded in this study.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara. Di
banyak negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar,
pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal
dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan. Salah satu kelebihan pasar
modal adalah kemampuannya menyediakan modal dalam jangka panjang dan tanpa
batas. Dengan demikian, untuk membiayai investasi pada proyek-proyek jangka
panjang dan memerlukan modal yang besar, sudah selayaknya para pengusaha
menggunakan dana-dana dari pasar modal. Investasi pada hakikatnya merupakan
penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh
keuntungan di masa mendatang.
Dalam melakukan investasi saham pada pasar modal, investor mengharapkan
adanya return yang akan diperolehnya di masa yang akan datang dari investasi saham
yang ditanamkan. Menurut Thian (2001) bahwa return saham adalah tingkat
keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan.
Tanpa adanya harapan akan mendapatkan return atau keuntungan maka investor tidak
akan bersedia menanamkan modal pada perusahaan yang bersangkutan dengan
membeli sahamnya. Oleh karena itu, setiap investor akan terlebih dahulu melakukan
penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan di pasar modal untuk menentukan
saham perusahaan mana yang akan dipilih sebagai tempat penanaman modalnya.
perusahaan, maka keinginan investor untuk menanamkan modal pada perusahaan
tersebut akan semakin kuat.
Untuk memprediksi return saham banyak faktor yang dapat digunakan
sebagai indikator. Investor memerlukan informasi yang memadai mengenai keadaan
perusahaan pada saat sekarang, dimana informasi tersebut digunakan untuk
memproyeksi keuntungan (return) perusahaan di masa mendatang dengan tingkat
probabilitas yang berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor internal perusahaan sebagai
contoh kualitas dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya, struktur hutang
perusahaan, dan lain sebagainya. Kedua faktor eksternal seperti pengaruh kebijakan
moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya, faktor ekonomi, misalnya
terjadinya inflasi (kenaikan harga) dan deflasi (penurunan harga).
Pada dasarnya tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan
return. Return dapat berupa return realisasi ataupun return ekspektasi.
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung
berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah
satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi
(expected return) untuk mengukur risiko di masa yang akan datang.
Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan
diperoleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang
sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi ini sifatnya belum terjadi.
Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah laba yang akan
diterima oleh pemodal atas investasinya pada perusahaan emiten dalam waktu yang
di masa yang akan datang. Seorang investor akan mengharapkan return tertentu di
masa yang akan datang tetapi jika investasi yang dilakukannya telah selesai maka
investor akan mendapat return realisasi (realized return) yang telah dilakukan.
Para investor yang ingin mempertahankan investasinya harus memiliki perencanaan
investasi yang efektif. Perencanaan investasi yang efektif dimulai dari perhatian
terhadap tingkat resiko dan return saham yang seimbang dalam setiap transaksi.
Secara teori, semakin tinggi tingkat return yang diharapkan para investor, semakin
tinggi pula resiko yang dihadapinya, demikian pula sebaliknya.
Salah satu informasi yang sangat penting informasi keuangan dari perusahaan,
yang secara ringkas disajikan pada laporan keuangan perusahaan. Dari laporan
keuangan tersebut dapat diketahui atau dianalisis mengenai kinerja keuangan
perusahaan, yang kemudian digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
mengenai penanaman modal oleh investor.
Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut faktor
fundamental perusahaan yang dilakukan dengan teknik analisis fundamental,
sehingga bagi perusahaan-perusahaan yang go public diharuskan menyertakan rasio
keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor
KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ). Rasio keuangan yang dapat digunakan
untuk memprediksi return saham antara lain Earning Per Share (EPS), Return on
Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER). Ketiga rasio ini digunakan bagi
investor yang membutuhkan informasi jangka pendek (Suad, 2003). EPS yang
menurun dapat menyebabkan keputusan investor untuk mengambil keputusan
cerah di masa mendatang. ROE juga mempengaruhi perubahan harga saham.
Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin tinggi. DER
yang diharapkan para investor adalah dengan nilai yang rendah karena semakin tinggi
DER maka kemampuan perusahaan untuk mengembalikan hutangnya semakin rendah
sehingga menurunkan tingkat kepercayaan investor.
Menurut Ang (2003) bahwa Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar
saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau Earning
Per Share (EPS) diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham dibagi
dengan jumlah rata-rata saham yang beredar. Jadi, Earning Per Share (EPS)
digunakan sebagai alat analisis untuk mengetahui tingkat profitabilitas sebuah
perusahaan.
Return on Equity (ROE) juga merupakan salah satu rasio profitabilitas yang
digunakan investor untuk mengetahui kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana
yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan
dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya
(Ang, 2003). Return on Equity (ROE) ini sering disamakan dengan Return on Assets
(ROA). Untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari saham yang
ditanamkan dalam sebuah pasar modal dibutuhkan Return on Equity (ROE). Return
on Equity (ROE) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap
Rasio lain yang diperkirakan juga dapat mempengaruhi return suatu saham
adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio
solvabilitas yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan
hutang jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan
total ekuitasnya (Ang, 2003). Rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai
struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko
tidak terbayarkan suatu hutang (Suharli, 2005).
Penelitian ini merupakan replikasi dari hasil penelitian terdahulu. oleh Sudarto
et al. (1999). Penelitian tersebut dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang
listing di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian tersebut return saham sebagai variabel
dependen sedangkan debt to equity ratio dan beta sebagai variabel independen. Hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa, hubungan antara return dengan debt to equity
ratio negatif dan tidak signifikan, sedangkan hubungan antara return dengan beta
positif dan signifikan. Perbedaan penelitian ini dari penelitian terdahulu adalah
variabel yang diteliti pada penelitian terdahulu adalah hanya DER dan beta,
sedangkan variabel yang diteliti penulis adalah menggunakan EPS, ROE dan DER,
yang ketiga variabel ini menggambarkan kinerja perusahaan pada jangka pendek.
Dengan demikian penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena ingin
mengetahui pengaruh EPS, ROE dan DER secara bersamaan terhadap kinerja
Lestari, dkk. (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor
fundamental dan teknikal terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa
Efek Indonesia. Faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14
rasio keuangan yang terdiri atas Current Ratio, Quick Ratio, Leverage Ratio, Debt to
Equity Ratio, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Asset Turnover,
Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Operating Margin, Return on
Investment, Return on Equity, Price Earnings Ratio, dan Price to Book Value. Faktor
teknikal yang digunakan adalah volume perdagangan dan indeks harga saham
individu. Peneliti menggunakan 16 perusahaan dari tahun 2001 sampai dengan tahun
2003 dalam penelitiannya. Sampel ini dipilih dengan menggunakan metoda purposive
sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari
penelitian ini menemukan bahwa faktor fundamental yang terdiri atas Quick Ratio,
Leverage Ratio, Fixed Asset Turnover, Operating Profit Margin, Return on
Investment, dan Price Earnings Ratio, serta faktor teknikal yang terdiri volume
perdagangan dan indeks harga saham individu secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, Leverage Ratio, Operating Profit
Margin, Price Earnings Ratio, volume perdagangan dan indeks harga saham individu
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dari hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa banyak rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengetahui
hubungannya dengan return saham, tetapi penelitian Lestari (2007) dan Sudarto
tertarik untuk mengetahui pengaruh EPS terhadap return saham, dan penulis
membatasinya pada rasio EPS, ROE dan DER untuk melihat pengaruhnya terhadap
return saham.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul:
”Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to
Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”
1.2. Perumusan Masalah
Menurut Nazir (2003:111) bahwa masalah timbul karena adanya
tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau
fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan,
adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah
ada ataupun yang akan ada.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan pemasalahan
penelitian:
1. Apakah earning per share (EPS) berpengaruh terhadap return saham pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010
– 2012 ?
2. Apakah return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010
– 2012 ?
3. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh earning per share (EPS) terhadap return saham pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010
– 2012.
2. Untuk mengetahui return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return
saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2010 – 2012.
3. Untuk mengetahui pengaruh positif Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return
saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2010 – 2012.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil yang
diperoleh dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan
penganalisaan tentang pasar modal, khususnya mengenai return saham.
2. Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka
pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.
3. Bagi akademis, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Return Saham
Setiap investor yang ingin melakukan investasi memilki tujuan yang sama,
yaitu mendapatkan keuntungan (return). Selain memiliki tujuan yang sama, investor
(shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk
mendapatkan keuntungan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang. Setiap
investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk
mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak langsung.
Menurut Jogiyanto (2003), return dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (1) return
realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi, dan (2) return
ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa mendatang.
Menurut Sitompul (2004), Expected return didefinisikan sebagai return yang
diharapkan oleh seorang investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa
yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor internal perusahaan sebagai contoh
kualitas dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya, struktur hutang
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya, faktor
ekonomi misalnya terjadinya inflasi (kenaikan harga) dan deflasi (penurunan harga).
Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas
suatu investasi saham yang dilakukan (Thian, 2001). Tujuan investor dalam
berinvestasi adalah ntuk meningkatkan nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan
return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya. Return saham yang tinggi
mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Return saham
memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun
keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan
pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pula memiliki peran yang amat
signifikan di dalam menentukan nilai dari sebuah saham.
2.2 Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan perusahaan yang bisa dibagikan
kepada pemegang saham. Tetapi dalam praktiknya, tidak semua keutungan ini dapat
dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai laba ditahan. Earning Per Share (EPS)
merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku
dengan jumlah saham yang diterbitkan (Ang, 2003). Rasio keuangan ini sering
digunakan oleh investor saham (atau calon investor saham) untuk menganalisis
kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai yaitu
(2004), Earning Per Share (EPS) biasa digunakan untuk beberapa macam analisis.
Pertama, Earning Per Share (EPS) digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu
saham oleh para analis surat berharga. Earning Per Share (EPS) mudah dihubungkan
dengan harga pasar suatu saham dan menghasilkan rasio Price Earning Ratio (PER).
Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham
(market price) dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan (Ang,
2003).
Earning Per Share (EPS) dalam laporan keuangan sering digunakan oleh
manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga Earning Per Share
(EPS) tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk
mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan
antara return saham dan Earnings per Share (EPS). Hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa variabel Earnings per Share (EPS) memberikan hubungan yang
nyata dengan return saham, meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah,
namun secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.
Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan
perusahaan yang digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa
mendatang. Sinyal perubahan Earning Per Share (EPS) dapat dilihat dari reaksi harga
saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai
bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung
menginterpretasikan bahwa peningkatan Earning Per Share (EPS) dianggap sebagai
sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga
sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Earning Per Share
(EPS), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa
mendatang.
2.3. Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam
menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang
dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama
investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan (Bringham
dan Hosuton, 2004).
Dalam perhitungannya, secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari
pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir. Return on Equity (ROE)
yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
yang tinggi pula bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan
keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli.
harga saham. Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin
tinggi (Weston dan Bringham, 2005).
Return on Equity (ROE) adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga
modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning after tax / EAT). Return
on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat
kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wira (2008), terdapat keterkaitan antara
return saham dan Return on Equity (ROE). Hasil yang diperoleh adalah bahwa
Return on Equity (ROE) mempunyai konsistensi memprediksi return saham dari
tahun ke tahun secara signifikan.
Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisien
perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan
yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham. Perusahaan
yang semakin efisien dalam menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan
keuntungan akan memberikan harapan naiknya return sahamnya (Widodo, 2007).
Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka
saham tersebut diinginkan untuk dibeli.
Peningkatan Return on Equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi positif
bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Return on Equity
mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi
penurunan Return on Equity (ROE), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang
prospek perusahaan di masa mendatang. Hal ini
sesuai dengan signaling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya informasi
asimetri antara manajemen dan pihak luar perusahaan yaitu para investor yang akan
membeli saham tersebut.
2.4. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan kelompok dalam rasio Levarage.
Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang)
terhadap total modal yang dimiliki perusahaan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Debt to Equity Ratio (DER) adalah perbandingan
antara total utang dengan total modal. Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk
mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang
dimiliki perusahaan (Ang, 2003).
Debt to Equity Ratio (DER) dapat memberikan gambaran mengenai struktur
modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak
terbayarkan suatu hutang. Debt to Equity Ratio (DER) juga menunjukkan tingkat
hutang perusahaan, perusahaan dengan hutang yang besar mempunyai biaya hutang
yang besar pula. Hal tersebut menjadi beban bagi perusahaan yang dapat menurunkan
yang memiliki Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi. Ketika terdapat
penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat
solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak dengan menurunnya nilai
return perusahaan.
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang mengukur
kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka pendek
maupun jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan
total ekuitasnya. Debt to Equity Ratio (DER) memberikan jaminan tentang seberapa
besar hutang perusahaan yang dijamin dengan modal perusahaan sendiri yang
digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rasio ini menunjukkan komposisi atau
struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total hutang (jangka pendek
maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,
sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar atau
kreditur (Djarwanto, 2004).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000), terdapat
keterkaitan antara return saham dan Debt to Equity Ratio (DER). Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham pada level kurang dari satu persen (1%).
Sinyal perubahan Debt to Equity Ratio (DER) dapat dilihat dari reaksi harga
saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai
pasar bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung
menginterpretasikan bahwa peningkatan Debt to Equity Ratio (DER)) dianggap
sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga
sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Debt to Equity Ratio
(DER), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa
mendatang.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan beberapa faktor fundamental yang
dihubungkan dengan prediksi return saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti.
Pada umumnya penelitian tersebut meneliti mengenai karakteristik perusahaan yang
diduga memiliki hubungan dengan return saham dalam laporan tahunan yang
merupakan sumber informasi penting bagi stakeholder dalam menilai kinerja
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Kennedy JSP (2003) memiliki pengaruh
Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Earnings per Share (EPS), Profit
Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap
Return saham. Sampel yang digunakan adalah LQ 45 di Bursa Efek Jakarta (BEJ)
tahun 2001 dan 2002. Dengan menggunakan teknik analisis regresi hasil yang
diperoleh menunjukkan hanya variabel Asset Turnover, Return on Assets (ROA),
Return on Equity (ROE), Rasio Leverage, Debt to Equity Ratio (DER), Profit
return saham. Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya. Sedangkan
Auliyah dan Hamzah (2006) meneliti tentang analisis karakteristik perusahaan,
industri dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syariah di Bursa Efek
Jakarta. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Karakteristik
perusahaan (EPS, dividend payout, CR, ROI dan cyclicality), industri (jenis industri
dan ukuran industri) dan makro ekonomi (kurs rupiah terhadap dollar dan PDB).
Metode analisis yang digunakan adalah regresi. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa variabel karakteristik perusahaan (EPS, dividend payout, CR, ROI dan
cyclicality) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah.
Penelitian yang dilakukan oleh Wira (2008) melakukan penelitian dalam
jangka waktu 1994-1997 dengan tiga puluh (30) perusahaan manufaktur
berkapitalisasi terbesar. Hasil yang diperoleh adalah bahwa Return on Assets (ROA),
Return on Equity (ROE), EBIT/Total Debt dan Sales/Quick Ratio mempunyai
konsistensi memprediksi return saham dari tahun ke tahun secara signifikan.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) adalah “Pengaruh
beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap saham, kasus industri
barang konsumsi yang go public di Pasar Modal Indonesia”. Teknik pengambilan
sampel penelitian menggunakan purposive sampling dengan kriteria perusahaan
industri barang konsumsi yang sahamnya selalu terdaftar dan aktif diperdagangkan
digunakan terdiri dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Divident
Payout Ratio (DPR), Debt Equity Ratio (DER), nilai buku (book value) dan indeks
beta. Sedangkan variabel dependennya adalah harga saham yang diukur dari harga
saham pada saat penutupan (closing price) pada periode 31 Desember. Model analisis
yang digunakan adalah regresi berganda dengan model loglinier. Hasil dari penelitian
menunjukkan bahwa ROA, DER dan book value berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham pada level kurang dari 1% dan risiko sistematik (indeks beta)
signifikan pada level kurang dari 10%. Sedangkan variabel lainnya tidak signifikan
berpengaruh terhadap return saham.
Penelitian mengenai faktor yang mempenngaruhi return saham juga
dilakukan oleh Bhandari (1998). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa hubungan
debt to equity ratio dengan return positif dan signifikan, akan tetapi temuan variabel
beta berpengaruh positif dan signifikan terhadap return. Sedangkan berbanding
terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarto et al. (1999). Penelitian
tersebut dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek
Jakarta. Dalam penelitian tersebut return saham sebagai variabel dependen sedangkan
debt to equity ratio dan beta sebagai variabel independen. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa, hubungan antara return dengan debt to equity ratio negatif dan
tidak signifikan, sedangkan hubungan antara return dengan beta positif dan
2.6. Kerangaka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan
dalam penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional variabel yang
diteliti, menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti dan mampu
membedakan nilai variabel pada berbagai populasi yang berbeda. Kerangka
konseptual penelitian ini seperti pada gambar berikut:
2.6.1 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham
Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar
keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham.
Semakin tinggi nilai Earning Per Share (EPS) tentu saja menggembirakan pemegang
saham. Earning Per Share (EPS) dalam laporan keuangan sering digunakan oleh
manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga Earning Per Share
(EPS) tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk
mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan antara return saham dan
Earnings per Share (EPS). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel
Earnings per Share (EPS) memberikan hubungan yang nyata dengan return saham,
meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, namun secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.
2.6.2 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham
Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang
tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang
menghasilkan laba tersebut di pihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal
sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di
dalamnya untuk menghasilkan Return on Equity (ROE) adalah laba usaha setelah
dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning
after tax / EAT). Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s
equity) yang dimiliki oleh perusahaan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mahadwarta (dalam Wira, 2008),
memprediksi return saham dari tahun ke tahun secara signifikan. Return on Equity
(ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisien perusahaan dalam menggunakan
modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan itu
sendiri dan juga bagi pemegang saham. Perusahaan yang semakin efisien dalam
menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan
harapan naiknya return sahamnya (Widodo, 2007). Semakin mampu perusahaan
memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan
untuk dibeli.
2.6.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang mengukur
kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka pendek
maupun jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan
total ekuitasnya. Debt to Equity Ratio (DER) memberikan jaminan tentang seberapa
besar hutang perusahaan yang dijamin dengan modal perusahaan sendiri yang
digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rasio ini menunjukkan komposisi atau
struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total hutang (jangka pendek
maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,
sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar atau
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000), terdapat
keterkaitan antara return saham dan Debt to Equity Ratio (DER). Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap return saham pada level kurang dari satu persen (1%).
2.7. Rumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian,oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini disusun dalam bentuk
kalimat pertanyaan. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka
hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Ada pengaruh positif earning per share (EPS) terhadap return saham
pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2010 – 2012.
H2. Ada pengaruh positif return on equity (ROE) terhadap return saham
pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2010 – 2012.
H3. Ada pengaruh positif debt to equity (DER) terhadap return saham pada
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif kasual, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara suatu variabel terhadap variabel
lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen. Variabel earning per share, return on equity
dan debt to equity (X) berpengaruh terhadap variabel dependen return saham (Y).
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Objek penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia, dengan alamat situs
Waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah mulai dari bulan Januari
sampai dengan bulan Maret 2013.
3.3. Batasan Operasional
Untuk menghindari kesimpang siuran dalam membahas dan menganalisis
permasalahan dalam penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini hanya
membatasi pembahasan pada menguji apakah earning per share berpengaruh
return saham. Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2012.
3.4. Definisi Operasional
Untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas
dalam pelaksanaan penelitian, diberikan definisi variabel-variabel yang akan diteliti
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah:
a) Earning per share (EPS) adalah tingkat keuntungan yang diperoleh
untuk setiap lembar saham. EPS Merupakan perbandingan antara laba
bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang
diterbitkan. EPS dapat dihitung dengan rumus:
beredar
NIAT = Net Income After Tax.
b) Return on equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki.
Return on equity dapat dihitung dengan rumus:
DP = Dividen saham preferen
c) Debt to equity ratio (DER) adalah tingkat penggunaan hutang terhadap
total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Debt to equity ratio
dapat dihitung dengan rumus:
2. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah return saham, yaitu hasil
yang diperoleh dari penanaman modal di dalam saham Manufaktur pada
periode tertentu. Dalam penelitian ini konsep return yang digunakan adalah
return yang terkait dengan capital gain, yaitu selisih antara harga saham
peroode saat ini dengan harga saham pada periode sebelumnya. Perhitungan
return saham menggunakan harga saham setiap bulan yang digunakan untuk
mencari rata-rata harga saham tiap periode. Return saham ini dapat dihitung
dengan rumus:
Pt = harga penutupan saham i pada periode t (periode terakhir)
3.5. Skala Pengukuran Variabel
Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala rasio sebagai alat
mengukur nilai nominal yang terdapat dalam laporan keuangan pada perusahaan yang
terdaftar di BEI. Dengan menggunakan skala rasio, maka variabel yang akan diukur
dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan
sebagai titik tolak untuk menyusun nilai nominal yang terdapat dalam laporan
keuangan..
3.6. Populasi dan Sampel
Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012, yang
berjumlah 432 perusahaan.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). ”Purposive sampling adalah teknik
mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu
(disengaja)”. Purposive sampling di sini menggunakan judgement sampling, yaitu
teknik pengambilan sampel dengan beberapa kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang
ditentukan adalah:
1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 – 2012.
2. Perusahaan tidak pernah mengalami kerugian pada tahun 2010 – 2012.
Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel ditentukan sebanyak 30
perusahaan selama 3 tahun sehingga jumlah data 30 x 3 = 90, seperti tertera pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Penentuan Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan
Kriteria Nomor
EMDE PT. Mega Politan Developments
Tbk √ √ √ 8
BAPA PT. Beksi Asri Pemula Dan Entitas
Anak Tbk √ - -
RBMS PT. Ristia Bintang Mahkota Sejati
Tbk √ √ √ 18
25 COWL PT. Cowell Development Tbk √ √ √ 19
26 DILD PT. Inti Land Development Tbk √ √ √ 20
27
GMTD PT. Gowa Makassar Tourims
Development Tbk √ √ √ 21
28 PICO PT. Pelangi Indah Candino Tbk √ - -
29 LCGP PT. Laguna Cipta Griya Tbk √ √ √ 22
30 MILA PT. Metropolitan Land Tbk √ √ √ 23
31 SCBD PT. Danayasa Arthatama Tbk √ √ √ 24
32 BIPP PT. Bhuantala Indah Permai Tbk √ √ √ 25
33 DUTI PT. Duta Pertiwi Tbk √ √ √ 26
34 AISA PT. Tiga Pilar Sejatera Food Tbk √ √ √ 27
35 AKRA PT. Akr Corporindo Tbk √ √ √ 28
36 AQUA PT. Aqua Golden Mississipi Tbk √ - -
37 ARNA PT. Arwana Citra Mulia Tbk √ √ √ 29
38 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk √ √ √ 30
3.7. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah
oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data sekunder dalam
penelitian ini berupa laporan keuangan dari perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
BEI pada tahun 2012.
3.8. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu salah
satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap laporan
dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder
berupa laporan keuangan tahun 2012.
3.9. Teknik Analisis Data
3.9.1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu model regresi
dalam memprediksi variabel terikat, terdiri dari:
a. Uji Normalitas
Uji ini dilakukan untuk menunjukkan simetris tidaknya distribusi data. Uji
normalitas akan dideteksi melalui analisa grafis yang dihasilkan melalui perhitungan
regresi dengan SPSS. Dasar pengambilan keputusan yaitu :
- Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka
model regresi memenuhi asumsi normalitas.
- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal maka model tersbut tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah group
mempunyai varians yang sama diantara group tersebut yang disebut
homoskedastisitas atau tidak mempunyai varians yang sama yang disebut
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedasitas atau dengan kata
c. Autokorelasi
Serial korelasi atau autokorelasi apabila galat dari periode waktu yang
berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa galat berkorelasi atau mengalami korelasi
serial apabila: Var(ei,ej) = 0 untuk i ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki
masalah serial correlation/autocorrelation.
Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan serial autokorelasi, yaitu
dengan uji: Durbin Watson (uji D – W). Uji Durbin-Watson dilakukan dengan
membandingkan DWhitung dengan DWtabel. Jika terdapat autokorelasi maka galat
tidak lagi minim sehingga penduga parameter tidak lagi efisien.
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya hubungan
linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Variabel bebas tidak
menunjukkan gejala multikolinearitas hasil uji VIF menunjukkan nilai kurang dari 5
(VIF < 5).
3.9.2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh
terhadap variabel terikat, terdiri dari:
a. Persamaan Regresi
Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh earning per
share, return on equity dan debt to equity terhadap return saham adalah metode
^
Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3
Dimana: Y = Return saham
bo = Intersep
X1 = earning per share
X2 = return on equity
X2 = debt to equity
b1, b2, b3 = Koefisien regresi
b. Uji t
Untuk melihat pengaruh dari X terhadap Y dilakukan Uji-t sebagai berikut,
dengan kriteria pengujian:
(1) Jika t-hitung > t-tabel Ho ditolak, H1diterima, artinya variabel X berpengaruh
nyata terhadap variabel Y.
(2) Jika t-hitung ≤ t -tabel Ho diterima, H1ditolak, artinya variabel X tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel Y.
c. Uji F
Uji F digunakan untuk untuk menguji pengaruh variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0: ßi = 0, i = 1, 2, 3
H1: tidak semua ßi = 0
Jk ( reg ) / k F-hitung =
Jk (res ) / n-k-1
Dimana Jk(reg) = jumlah kuadrat regresi
Jk(res) = jumlah kuadrat sisa
k = jumlah variabel bebas
n = jumlah sampel
Kriteria pengujian:
(1) H0 ditolak: jika Fhitung ≥ Ftabel, artinya variabel bebas earning per share, return on
equity dan debt to equity secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap
variabel terikat return saham.
(2) H0 diterima jika Fhitung < Ftabel, artinya variabel bebas earning per share, return on
equity dan debt to equity secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel terikat return saham.
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi R² pada intinya mengukur kadar pengaruh (dominasi)
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Nilai koefisien determinasi berkisar
antara 0 dan 1 atau 0 < R2 < 1. Nilai koefisien determinasi yang kecil, berarti
kemampuan variabel bebas dalam `menjelaskan variasi variabel tidak bebas terbatas.
Nilai koefisien determinasi yang mendekati 1, berarti variabel bebas memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memperkirakan variasi pada variabel
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Bursa Efek Jakarta adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan
peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan
Ekonomi Nasional. Bursa Efek Jakarta berperan juga dalam upaya mengembangkan
pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang
stabil.
Sejarah Bursa Efek Jakarta berawal dari berdirinya Bursa Efek di Indonesia
pada abad 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, Bursa
Efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintah kolonial Belanda dan
dikenal sebagai Jakarta saat ini. Bursa Batavia sempat ditutup selama periode Perang
Dunia Pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain Bursa Batavia,
pemerintah kolonial juga mengoperasikan Bursa Paraler di Surabaya dan Semarang.
Namun kegiatan Bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara
Jepang di Batavia. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan, Bursa Saham di buka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan Saham
dan Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang
dunia. Kegiatan Bursa Saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah
Tidak sampai 1977, Bursa Saham di buka dan ditangani oleh Badan Pelaksana
Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan
perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat dan mencapai
puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor
swasta.
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa
Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi Bursa Saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan
beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995, BEJ
meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan
otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat
memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih
menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan
manual.
Pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada
tanggal 2 Maret 2010 peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT. Bursa Efek
4.1.2. Struktur Kelembagaan Pasar Modal
Pasar modal secara struktural berada di bawah Departemen Keuangan
Republik Indonesia. Pelaksanaan dan pengawasan perdagangan efek dipegang oleh
otoritas bursa efek, yaitu PT. Bursa Efek Indonesia. Perusahaan efek atau sekurities
berperan menjalankan fungsi sebagai penjamin emisi efek, perantara perdagangan,
dan manajer investasi, seperti tertera pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1. Struktur Kelembagaan Pasar Modal
Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah mendapat izin usaha dari
Bapepam untuk dapat melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara
pedagang efek, atau manajer investasi, atau kegiatan lain yang sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun
1995 Pasal 32 menyebutkan bentuk perusahaan efek berupa perusahaan yang
sahamnya dimiliki seluruhnya oleh warga Negara RI dan atau berbadan hukum; atau
perusahaan patungan yang sahamnya dimiliki oleh WNRI dan atau badan hukum
Indonesia dan WNA atau badan hukum asing.
4.1.3. Earning Per Share (EPS)
Earning per share (EPS) atau disebut juga laba per lembar saham adalah
tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan
pada setiap tahun buku. Laba per lembar saham diperoleh dari laba yang tersedia
bagi pemegang saham atau laba setelah pajak dibagi dengan jumlah saham yang
beredar. Data laba per lembar saham perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Tabel 4.1
Earning Per Share (EPS)
Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata perolehan laba per lembar saham
perusahaan Manufaktur berkisar -Rp. 0,02 per lembar sampai Rp. 2,89 per lembar
saham. Tidak semua saham memperoleh laba karena terdapat perusahaan yang justru
merugi selama tahun 2010 – 2012.
4.1.4. Return on Equity (ROE)
Untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari saham yang
ditanamkan dalam sebuah pasar modal dibutuhkan return on rquity (ROE). Return
on Equity (ROE) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan investor
untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas keseluruhan modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin besar angka ROE menunjukkan bahwa
pengelolaan modal oleh manajemen perusahaan semakin baik. Data ROE perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012 dapat dilihat
Tabel 4.2
Return on Equity (ROE)
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata ROE perusahaan Manufaktur yang
terdafar di BEI berkisar -9,43 % - 27,37 %. Dengan demikian kerugian setiap
seratus rupiah modal sendiri dapat mencapai Rp. 9,43, sedangkan keuntungan atas
setiap seratus rupiah modal sendiri dapat mencapai Rp, 27,37.
4.1.5. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio debt to equity ratio (DER) memberikan gambaran mengenai struktur
modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak
terbayarkan suatu hutang. Jika struktur permodalan didominasi oleh utang maka
risiko kegagalan pembayaran utang jangka panjang semakin besar. Data DER
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012
Tabel 4.3
Debt to Equity Ratio (DER)
Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa rata-rata DER perusahaan Manufaktur yang
terdafar di BEI berkisar 7,67 % - 293,33 %. Terdapat banyak perusahaan yang
struktur permodalannya lebih besar dari utang jangka panjang dibanding modal
sendiri, sehingga risiko tidak terpenuhinya pengembalian pinjaman menjadi cukup
besar.
4.1.6. Return Saham
Return saham merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh para pemodal
atas suatu investasi saham yang dilakukan pada suatu perusahaan. Tanpa adanya
harapan akan mendapatkan keuntungan maka investor tidak akan bersedia
menanamkan modal. Oleh karena itu, setiap investor akan terlebih dahulu melakukan
penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan di pasar modal untuk menentukan
saham perusahaan mana yang akan dipilih sebagai tempat penanaman modalnya.
Semakin besar harapan tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari suatu
perusahaan, maka keinginan investor untuk menanamkan modal pada perusahaan
tersebut akan semakin kuat. Data return saham perusahaan Manufaktur yang
Tabel 4.4 Return Saham
Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa rata-rata return saham perusahaan Manufaktur
yang terdafar di BEI berkisar -0,43 % sampai 1,46 %. Terdapat banyak harga saham
yang justru mengalami penurunan dibanding harga saham pada periode sebelumnya,
sehingga investor mengalami kerugian.
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian
4.2.1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu model regresi
dalam memprediksi variabel terikat.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas
dan variabel terikat, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi
normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.
Dasar pengambilan keputusan:
• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
0.00.20.4Observed Cum Prob0.60.81.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Expect
ed Cum Prob
Dependent Variable: Return Saham (Y) Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dari grafik Normal P-P Plot terlihat titik menyebar disekitar garis diagonal,
serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti data yang
digunakan sudah memenuhi asumsi normalitas, sehingga model regresi layak dipakai
untuk memprediksi return saham berdasarkan masukan variabel bebasnya.
2. Uji Heterokedastisitas
Untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas. Dan jika
varians berbeda, disebut heterokedastisitas. Uji Heterokedastisitas dapat dilakukan
dengan mengamati diagram pancar (Scatter plot) residual.
-4Regression Standardized Residual-2024
-3
-2
-1
0
1
2
Regressi
on Standardi
zed Predicted Value
Dependent Variable: Return Saham (Y) Scatterplot
Berdasarkan grafik terlihat bahwa titik-titiknya menyebar secara merata. Hal
ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi
layak dipakai untuk memprediksi return saham berdasarkan masukan variabel
3. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya hubungan
linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Hasil SPSS pada Lampiran 1
menunjukkan tidak ada gejala multikolinearitas dimana hasil uji VIF menunjukkan
nilai kurang dari 5 (VIF < 5).
4.2.2. Uji Hipotesis
1. Uji t (Uji Parsial)
Untuk mengetahui pengaruh parsial masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat maka digunakan Uji t. Variabel yang digunakan adalah EPS, ROE
dan DER sebagai variabel bebas serta return saham sebagai variabel terikat. Hasil
pengujian dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Berdasarkan Tabel 4.5 maka persamaan umum antara pengaruh EPS, ROE
dan DER terhadap return saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI