• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH

EARNING PER SHARE

(EPS),

RETURN ON EQUITY

(ROE) DAN

DEBT TO EQUITY RATIO

(DER) TERHADAP

RETURN

SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

TAUFIK RAHZEN SITEPU

090503313

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on

Equity (ROE), dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada

Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil

karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan

beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan

ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam

skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 29 Mei 2014 Yang Membuat Pernyataan

(3)

ABSTRAK

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN

SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh earning per share

(EPS), return on equity (ROE) dan debt to equity ratio (DER) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah apakah earning per share (EPS), return on equity (ROE) dan

debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012 ?

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yang terpilih sebagai objek penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2010-2012 Metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan persamaan regresi, uji-t, uji F dan koefisien determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel EPS adalah -0,055. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel EPS terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Koefisien regresi variabel ROE adalah 0,017. Secara parsial, variabel ROE berpengaruh nyata terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan ROE sebesar 1 % nyata meningkatkan return saham sebesar 0,017 %. Koefisien regresi variabel DER adalah -0,064. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel DER terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara serempak variabel EPS, ROE, dan DER berpengaruh tidak nyata terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hanya sebesar 3,40 % dari perubahan return saham dapat dijelaskan oleh perubahan EPS, ROE dan DER. Sedangkan sebagian besar lainnya (96,60 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.

(4)

ABSTRACT

EFFECT OF EARNINGS PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE) AND DEBT-TO-EQUITY RATIO (DER) OF MANUFACTURE

COMPANIES’ S STOCK RETURN LISTED IN THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study was aimed to determine the effect of earnings per share (EPS), return on equity (ROE) and debt-to-equity ratio (DER) of manufacture companies’ s stock return listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) from 2010 to 2012. The problem is, whether earnings per share (EPS), return on equity (ROE) and debt-to-equity ratio (DER) there is a significant on stock returns of those companies for period 2010 to 2012.

The method of data collection performed by analyzing the financial statements of those companies selected as the object of study. Documentation methods in the study conducted by collecting secondary data from financial reports in 2010 to 2012. The method of analysis used classical assumption and hypothesis testing used regression equation, t-test, F-test and coefficient of determination.

The result of study shown that the regression coefficient was -0.055 EPS. Partially, there is no significant effect on stock returns for EPS variable. ROE regression coefficient was 0.017. Partially, ROE significantly affect the stock returns. Furthermore, the increasing of 1% in ROE will increase 0,017% on stock returns. DER variable regression coefficient was -0.064. Partially, there was no significant effect on DER variable of stock returns for manufacture company listed in Indonesia Stock Exchange. Simultaneously there was no significant effect of EPS, ROE, and DER variables on stock returns of manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange. Only 3.40% of the changes in stock returns can be explained by the changes on EPS, ROE and DER. While most of them (96.60%) is explained by other variables, as excluded in this study.

(5)

KATA PENGANTAR

Syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat yang telah

diberikan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan penulis tepat pada waktunya

dengan judul “Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan

Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, sebagai syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

Sebagai manusia yang masih jauh dari kesempurnaan, penulis menyadari

masih banyak terdapat kekurangan, maka dengan segala hormat dimohon kepada

pembaca agar sudi kiranya memberikan saran dan kritik yang sifatnya membangun

demi tercapainya kesempurnaan skripsi ini.

Demi kelancaran penyelesaian skripsi ini penulis telah banyak menerima

bantuan dari berbagai pihak, baik dukungan moril dan materil. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih kepa6da:

1. Prof.Dr. Azhar Maksum, S.E, M.EC., Ak. selaku pelaksana tugas Dekan

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua

Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak. selaku Wakil

Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan

Ibu Dra Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Wakil Ketua Program Studi S-1

(6)

4. Ibu Dra. Naleni Indra, MM, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bimbingannya dengan penuh kesabaran, memberikan waktu,

perhatian, saran serta arahan selama penulisan skripsi ini.

5. Secara khusus kepada kedua orang tua penulis yang sangat penulis sayangi

Ayahanda dan Ibunda, terimakasih atas doa dan perhatiannya selama ini,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepada teman-teman, terima kasih atas dukungan dan bantuan selama

pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan

skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi berbagai pihak.

Medan, Mei 2014

(7)
(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 33

4.1.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 33

4.1.2. Struktur Kelembagaan Pasar Modal ... 33

4.1.3. Earning Per Share (EPS) ... 36

4.1.4. Return On Equity (ROE) ... 38

4.1.5. Debt to Equity Ratio (DER) ... 40

4.1.6. Return Saham ... 42

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 44

4.2.1. Uji Asumsi Klasik ... 44

4.2.2. Uji Hipotesis ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

5.1. Kesimpulan ... 51

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 52

5.3. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53

(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 3.1. Penentuan Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan ... 27

Tabel 4.1. Earning Per Share (EPS) Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Rp per lembar saham) ... 37

Tabel 4.2. Return on Equity (ROE) Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Persen) . 39 Tabel 4.3. Debt to Equity Ratio (DER) Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Persen) . 41 Tabel 4.4. Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 (Persen) ... 43

Tabel 4.5. Hasil Uji t ... 47

Tabel 4.6. Anova ... 49

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1. Regression

(12)

ABSTRAK

PENGARUH EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE), DAN DEBT TO EQUITY RATIO (DER) TERHADAP RETURN

SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh earning per share

(EPS), return on equity (ROE) dan debt to equity ratio (DER) terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Permasalahan yang dihadapi adalah apakah earning per share (EPS), return on equity (ROE) dan

debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010 – 2012 ?

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yang terpilih sebagai objek penelitian. Metode dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa laporan keuangan tahun 2010-2012 Metode analisis data yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan persamaan regresi, uji-t, uji F dan koefisien determinasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel EPS adalah -0,055. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel EPS terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Koefisien regresi variabel ROE adalah 0,017. Secara parsial, variabel ROE berpengaruh nyata terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Setiap peningkatan ROE sebesar 1 % nyata meningkatkan return saham sebesar 0,017 %. Koefisien regresi variabel DER adalah -0,064. Secara parsial, tidak terdapat pengaruh yang nyata variabel DER terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara serempak variabel EPS, ROE, dan DER berpengaruh tidak nyata terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hanya sebesar 3,40 % dari perubahan return saham dapat dijelaskan oleh perubahan EPS, ROE dan DER. Sedangkan sebagian besar lainnya (96,60 %) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan sebagai variabel dalam penelitian.

(13)

ABSTRACT

EFFECT OF EARNINGS PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE) AND DEBT-TO-EQUITY RATIO (DER) OF MANUFACTURE

COMPANIES’ S STOCK RETURN LISTED IN THE INDONESIA STOCK EXCHANGE

This study was aimed to determine the effect of earnings per share (EPS), return on equity (ROE) and debt-to-equity ratio (DER) of manufacture companies’ s stock return listed in the Indonesia Stock Exchange (BEI) from 2010 to 2012. The problem is, whether earnings per share (EPS), return on equity (ROE) and debt-to-equity ratio (DER) there is a significant on stock returns of those companies for period 2010 to 2012.

The method of data collection performed by analyzing the financial statements of those companies selected as the object of study. Documentation methods in the study conducted by collecting secondary data from financial reports in 2010 to 2012. The method of analysis used classical assumption and hypothesis testing used regression equation, t-test, F-test and coefficient of determination.

The result of study shown that the regression coefficient was -0.055 EPS. Partially, there is no significant effect on stock returns for EPS variable. ROE regression coefficient was 0.017. Partially, ROE significantly affect the stock returns. Furthermore, the increasing of 1% in ROE will increase 0,017% on stock returns. DER variable regression coefficient was -0.064. Partially, there was no significant effect on DER variable of stock returns for manufacture company listed in Indonesia Stock Exchange. Simultaneously there was no significant effect of EPS, ROE, and DER variables on stock returns of manufacture companies listed in Indonesia Stock Exchange. Only 3.40% of the changes in stock returns can be explained by the changes on EPS, ROE and DER. While most of them (96.60%) is explained by other variables, as excluded in this study.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pasar modal memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi suatu negara. Di

banyak negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi pasar,

pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab pasar modal

dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan. Salah satu kelebihan pasar

modal adalah kemampuannya menyediakan modal dalam jangka panjang dan tanpa

batas. Dengan demikian, untuk membiayai investasi pada proyek-proyek jangka

panjang dan memerlukan modal yang besar, sudah selayaknya para pengusaha

menggunakan dana-dana dari pasar modal. Investasi pada hakikatnya merupakan

penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh

keuntungan di masa mendatang.

Dalam melakukan investasi saham pada pasar modal, investor mengharapkan

adanya return yang akan diperolehnya di masa yang akan datang dari investasi saham

yang ditanamkan. Menurut Thian (2001) bahwa return saham adalah tingkat

keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukan.

Tanpa adanya harapan akan mendapatkan return atau keuntungan maka investor tidak

akan bersedia menanamkan modal pada perusahaan yang bersangkutan dengan

membeli sahamnya. Oleh karena itu, setiap investor akan terlebih dahulu melakukan

penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan di pasar modal untuk menentukan

saham perusahaan mana yang akan dipilih sebagai tempat penanaman modalnya.

(15)

perusahaan, maka keinginan investor untuk menanamkan modal pada perusahaan

tersebut akan semakin kuat.

Untuk memprediksi return saham banyak faktor yang dapat digunakan

sebagai indikator. Investor memerlukan informasi yang memadai mengenai keadaan

perusahaan pada saat sekarang, dimana informasi tersebut digunakan untuk

memproyeksi keuntungan (return) perusahaan di masa mendatang dengan tingkat

probabilitas yang berbeda-beda. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor internal perusahaan sebagai

contoh kualitas dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya, struktur hutang

perusahaan, dan lain sebagainya. Kedua faktor eksternal seperti pengaruh kebijakan

moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya, faktor ekonomi, misalnya

terjadinya inflasi (kenaikan harga) dan deflasi (penurunan harga).

Pada dasarnya tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan

return. Return dapat berupa return realisasi ataupun return ekspektasi.

Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung

berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah

satu pengukur kinerja dari perusahaan serta sebagai dasar penentuan return ekspektasi

(expected return) untuk mengukur risiko di masa yang akan datang.

Return ekspektasi (expected return) adalah return yang diharapkan akan

diperoleh investor di masa yang akan datang. Berbeda dengan return realisasi yang

sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi ini sifatnya belum terjadi.

Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected return) adalah laba yang akan

diterima oleh pemodal atas investasinya pada perusahaan emiten dalam waktu yang

(16)

di masa yang akan datang. Seorang investor akan mengharapkan return tertentu di

masa yang akan datang tetapi jika investasi yang dilakukannya telah selesai maka

investor akan mendapat return realisasi (realized return) yang telah dilakukan.

Para investor yang ingin mempertahankan investasinya harus memiliki perencanaan

investasi yang efektif. Perencanaan investasi yang efektif dimulai dari perhatian

terhadap tingkat resiko dan return saham yang seimbang dalam setiap transaksi.

Secara teori, semakin tinggi tingkat return yang diharapkan para investor, semakin

tinggi pula resiko yang dihadapinya, demikian pula sebaliknya.

Salah satu informasi yang sangat penting informasi keuangan dari perusahaan,

yang secara ringkas disajikan pada laporan keuangan perusahaan. Dari laporan

keuangan tersebut dapat diketahui atau dianalisis mengenai kinerja keuangan

perusahaan, yang kemudian digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan

mengenai penanaman modal oleh investor.

Rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan ini sering disebut faktor

fundamental perusahaan yang dilakukan dengan teknik analisis fundamental,

sehingga bagi perusahaan-perusahaan yang go public diharuskan menyertakan rasio

keuangan yang relevan sesuai dengan Keputusan Ketua Bapepam Nomor

KEP-51/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 (BEJ). Rasio keuangan yang dapat digunakan

untuk memprediksi return saham antara lain Earning Per Share (EPS), Return on

Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER). Ketiga rasio ini digunakan bagi

investor yang membutuhkan informasi jangka pendek (Suad, 2003). EPS yang

menurun dapat menyebabkan keputusan investor untuk mengambil keputusan

(17)

cerah di masa mendatang. ROE juga mempengaruhi perubahan harga saham.

Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin tinggi. DER

yang diharapkan para investor adalah dengan nilai yang rendah karena semakin tinggi

DER maka kemampuan perusahaan untuk mengembalikan hutangnya semakin rendah

sehingga menurunkan tingkat kepercayaan investor.

Menurut Ang (2003) bahwa Earning Per Share (EPS) atau laba per lembar

saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih

perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Laba per lembar saham atau Earning

Per Share (EPS) diperoleh dari laba yang tersedia bagi pemegang saham dibagi

dengan jumlah rata-rata saham yang beredar. Jadi, Earning Per Share (EPS)

digunakan sebagai alat analisis untuk mengetahui tingkat profitabilitas sebuah

perusahaan.

Return on Equity (ROE) juga merupakan salah satu rasio profitabilitas yang

digunakan investor untuk mengetahui kemampuan perusahaan atas keseluruhan dana

yang ditanamkan dalam aktivitas yang digunakan untuk aktivitas operasi perusahaan

dengan tujuan menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya

(Ang, 2003). Return on Equity (ROE) ini sering disamakan dengan Return on Assets

(ROA). Untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari saham yang

ditanamkan dalam sebuah pasar modal dibutuhkan Return on Equity (ROE). Return

on Equity (ROE) merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak terhadap

(18)

Rasio lain yang diperkirakan juga dapat mempengaruhi return suatu saham

adalah Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio

solvabilitas yang mengukur kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan

hutang jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan

total ekuitasnya (Ang, 2003). Rasio ini dapat memberikan gambaran mengenai

struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko

tidak terbayarkan suatu hutang (Suharli, 2005).

Penelitian ini merupakan replikasi dari hasil penelitian terdahulu. oleh Sudarto

et al. (1999). Penelitian tersebut dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang

listing di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian tersebut return saham sebagai variabel

dependen sedangkan debt to equity ratio dan beta sebagai variabel independen. Hasil

penelitian tersebut menyatakan bahwa, hubungan antara return dengan debt to equity

ratio negatif dan tidak signifikan, sedangkan hubungan antara return dengan beta

positif dan signifikan. Perbedaan penelitian ini dari penelitian terdahulu adalah

variabel yang diteliti pada penelitian terdahulu adalah hanya DER dan beta,

sedangkan variabel yang diteliti penulis adalah menggunakan EPS, ROE dan DER,

yang ketiga variabel ini menggambarkan kinerja perusahaan pada jangka pendek.

Dengan demikian penulis termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena ingin

mengetahui pengaruh EPS, ROE dan DER secara bersamaan terhadap kinerja

(19)

Lestari, dkk. (2007) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh faktor

fundamental dan teknikal terhadap return saham pada perusahaan LQ 45 di Bursa

Efek Indonesia. Faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini adalah 14

rasio keuangan yang terdiri atas Current Ratio, Quick Ratio, Leverage Ratio, Debt to

Equity Ratio, Inventory Turnover, Fixed Asset Turnover, Total Asset Turnover,

Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Operating Margin, Return on

Investment, Return on Equity, Price Earnings Ratio, dan Price to Book Value. Faktor

teknikal yang digunakan adalah volume perdagangan dan indeks harga saham

individu. Peneliti menggunakan 16 perusahaan dari tahun 2001 sampai dengan tahun

2003 dalam penelitiannya. Sampel ini dipilih dengan menggunakan metoda purposive

sampling. Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil dari

penelitian ini menemukan bahwa faktor fundamental yang terdiri atas Quick Ratio,

Leverage Ratio, Fixed Asset Turnover, Operating Profit Margin, Return on

Investment, dan Price Earnings Ratio, serta faktor teknikal yang terdiri volume

perdagangan dan indeks harga saham individu secara simultan berpengaruh

signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, Leverage Ratio, Operating Profit

Margin, Price Earnings Ratio, volume perdagangan dan indeks harga saham individu

berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Dari hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa banyak rasio-rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengetahui

hubungannya dengan return saham, tetapi penelitian Lestari (2007) dan Sudarto

(20)

tertarik untuk mengetahui pengaruh EPS terhadap return saham, dan penulis

membatasinya pada rasio EPS, ROE dan DER untuk melihat pengaruhnya terhadap

return saham.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul:

”Pengaruh Earning Per Share (EPS), Return on Equity (ROE), dan Debt to

Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”

1.2. Perumusan Masalah

Menurut Nazir (2003:111) bahwa masalah timbul karena adanya

tantangan, adanya kesangsian ataupun kebingungan kita terhadap suatu hal atau

fenomena, adanya kemenduaan arti (ambiguity), adanya halangan dan rintangan,

adanya celah (gap) baik antar kegiatan atau antar fenomena, baik yang telah

ada ataupun yang akan ada.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dikemukakan pemasalahan

penelitian:

1. Apakah earning per share (EPS) berpengaruh terhadap return saham pada

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010

– 2012 ?

2. Apakah return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap return saham pada

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010

– 2012 ?

3. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham pada

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh earning per share (EPS) terhadap return saham pada

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010

– 2012.

2. Untuk mengetahui return on Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap return

saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2010 – 2012.

3. Untuk mengetahui pengaruh positif Debt to Equity Ratio (DER) terhadap return

saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

tahun 2010 – 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar hasil yang

diperoleh dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Bagi penulis, menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan

penganalisaan tentang pasar modal, khususnya mengenai return saham.

2. Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka

pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan.

3. Bagi akademis, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi dalam

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Return Saham

Setiap investor yang ingin melakukan investasi memilki tujuan yang sama,

yaitu mendapatkan keuntungan (return). Selain memiliki tujuan yang sama, investor

(shahib al-mal) juga memiliki tujuan investasi yang berbeda, yaitu untuk

mendapatkan keuntungan jangka pendek dan keuntungan jangka panjang. Setiap

investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk

mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak langsung.

Menurut Jogiyanto (2003), return dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu: (1) return

realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi, dan (2) return

ekspektasi (expected return) merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh

investor di masa mendatang.

Menurut Sitompul (2004), Expected return didefinisikan sebagai return yang

diharapkan oleh seorang investor atas suatu investasi yang akan diterima pada masa

yang akan datang. Faktor yang mempengaruhi return suatu investasi yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Pertama, faktor internal perusahaan sebagai contoh

kualitas dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya, struktur hutang

(23)

pengaruh kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya, faktor

ekonomi misalnya terjadinya inflasi (kenaikan harga) dan deflasi (penurunan harga).

Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas

suatu investasi saham yang dilakukan (Thian, 2001). Tujuan investor dalam

berinvestasi adalah ntuk meningkatkan nilai kekayaan dengan cara memaksimalkan

return tanpa melupakan faktor risiko yang dihadapinya. Return saham yang tinggi

mengidentifikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Return saham

memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan aktual ataupun

keuntungan yang diharapkan yang disediakan oleh berbagai saham pada tingkatan

pengembalian yang diinginkan. Di sisi lain, return pula memiliki peran yang amat

signifikan di dalam menentukan nilai dari sebuah saham.

2.2 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan perusahaan yang bisa dibagikan

kepada pemegang saham. Tetapi dalam praktiknya, tidak semua keutungan ini dapat

dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai laba ditahan. Earning Per Share (EPS)

merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku

dengan jumlah saham yang diterbitkan (Ang, 2003). Rasio keuangan ini sering

digunakan oleh investor saham (atau calon investor saham) untuk menganalisis

kemampuan perusahaan mencetak laba berdasarkan saham yang dipunyai yaitu

(24)

(2004), Earning Per Share (EPS) biasa digunakan untuk beberapa macam analisis.

Pertama, Earning Per Share (EPS) digunakan untuk menganalisis profitabilitas suatu

saham oleh para analis surat berharga. Earning Per Share (EPS) mudah dihubungkan

dengan harga pasar suatu saham dan menghasilkan rasio Price Earning Ratio (PER).

Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham

(market price) dengan Earning Per Share (EPS) dari saham yang bersangkutan (Ang,

2003).

Earning Per Share (EPS) dalam laporan keuangan sering digunakan oleh

manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga Earning Per Share

(EPS) tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk

mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan

antara return saham dan Earnings per Share (EPS). Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa variabel Earnings per Share (EPS) memberikan hubungan yang

nyata dengan return saham, meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah,

namun secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

Signaling theory menjelaskan bahwa informasi tentang laporan keuangan

perusahaan yang digunakan oleh investor sebagai sinyal perusahaan di masa

mendatang. Sinyal perubahan Earning Per Share (EPS) dapat dilihat dari reaksi harga

saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai

(25)

bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung

menginterpretasikan bahwa peningkatan Earning Per Share (EPS) dianggap sebagai

sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga

sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Earning Per Share

(EPS), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa

mendatang.

2.3. Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam

menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang

dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity (ROE) merupakan salah satu alat utama

investasi yang paling sering digunakan dalam menilai sebuah perusahaan (Bringham

dan Hosuton, 2004).

Dalam perhitungannya, secara umum Return on Equity (ROE) dihasilkan dari

pembagian laba dengan ekuitas selama satu tahun terakhir. Return on Equity (ROE)

yang tinggi mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan

yang tinggi pula bagi pemegang saham. Semakin mampu perusahaan memberikan

keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan untuk dibeli.

(26)

harga saham. Semakin tinggi resiko, maka return yang diharapkan juga akan semakin

tinggi (Weston dan Bringham, 2005).

Return on Equity (ROE) adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga

modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning after tax / EAT). Return

on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan tingkat

kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wira (2008), terdapat keterkaitan antara

return saham dan Return on Equity (ROE). Hasil yang diperoleh adalah bahwa

Return on Equity (ROE) mempunyai konsistensi memprediksi return saham dari

tahun ke tahun secara signifikan.

Return on Equity (ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisien

perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan

yang tinggi bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi pemegang saham. Perusahaan

yang semakin efisien dalam menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan

keuntungan akan memberikan harapan naiknya return sahamnya (Widodo, 2007).

Semakin mampu perusahaan memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka

saham tersebut diinginkan untuk dibeli.

Peningkatan Return on Equity (ROE) akan membuat pasar bereaksi positif

bila pasar cenderung menginterpretasikan bahwa peningkatan Return on Equity

(27)

mendatang, demikian juga sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi

penurunan Return on Equity (ROE), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang

prospek perusahaan di masa mendatang. Hal ini

sesuai dengan signaling theory yang menunjukkan kecenderungan adanya informasi

asimetri antara manajemen dan pihak luar perusahaan yaitu para investor yang akan

membeli saham tersebut.

2.4. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan kelompok dalam rasio Levarage.

Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang)

terhadap total modal yang dimiliki perusahaan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka panjangnya. Debt to Equity Ratio (DER) adalah perbandingan

antara total utang dengan total modal. Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk

mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total shareholder’s equity yang

dimiliki perusahaan (Ang, 2003).

Debt to Equity Ratio (DER) dapat memberikan gambaran mengenai struktur

modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak

terbayarkan suatu hutang. Debt to Equity Ratio (DER) juga menunjukkan tingkat

hutang perusahaan, perusahaan dengan hutang yang besar mempunyai biaya hutang

yang besar pula. Hal tersebut menjadi beban bagi perusahaan yang dapat menurunkan

(28)

yang memiliki Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi. Ketika terdapat

penambahan jumlah hutang secara absolut maka akan menurunkan tingkat

solvabilitas perusahaan, yang selanjutnya akan berdampak dengan menurunnya nilai

return perusahaan.

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang mengukur

kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka pendek

maupun jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan

total ekuitasnya. Debt to Equity Ratio (DER) memberikan jaminan tentang seberapa

besar hutang perusahaan yang dijamin dengan modal perusahaan sendiri yang

digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rasio ini menunjukkan komposisi atau

struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total hutang (jangka pendek

maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,

sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar atau

kreditur (Djarwanto, 2004).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000), terdapat

keterkaitan antara return saham dan Debt to Equity Ratio (DER). Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap return saham pada level kurang dari satu persen (1%).

Sinyal perubahan Debt to Equity Ratio (DER) dapat dilihat dari reaksi harga

saham. Reaksi harga saham dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai

(29)

pasar bereaksi positif (mendukung signaling theory) bila pasar cenderung

menginterpretasikan bahwa peningkatan Debt to Equity Ratio (DER)) dianggap

sebagai sinyal tentang prospek cerah perusahaan di masa mendatang, demikian juga

sebaliknya pasar akan bereaksi negatif jika terjadi penurunan Debt to Equity Ratio

(DER), yang dianggap sinyal yang kurang bagus tentang prospek perusahaan di masa

mendatang.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan beberapa faktor fundamental yang

dihubungkan dengan prediksi return saham telah dilakukan oleh beberapa peneliti.

Pada umumnya penelitian tersebut meneliti mengenai karakteristik perusahaan yang

diduga memiliki hubungan dengan return saham dalam laporan tahunan yang

merupakan sumber informasi penting bagi stakeholder dalam menilai kinerja

perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Kennedy JSP (2003) memiliki pengaruh

Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Earnings per Share (EPS), Profit

Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap

Return saham. Sampel yang digunakan adalah LQ 45 di Bursa Efek Jakarta (BEJ)

tahun 2001 dan 2002. Dengan menggunakan teknik analisis regresi hasil yang

diperoleh menunjukkan hanya variabel Asset Turnover, Return on Assets (ROA),

Return on Equity (ROE), Rasio Leverage, Debt to Equity Ratio (DER), Profit

(30)

return saham. Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, secara

bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya. Sedangkan

Auliyah dan Hamzah (2006) meneliti tentang analisis karakteristik perusahaan,

industri dan ekonomi makro terhadap return dan beta saham syariah di Bursa Efek

Jakarta. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Karakteristik

perusahaan (EPS, dividend payout, CR, ROI dan cyclicality), industri (jenis industri

dan ukuran industri) dan makro ekonomi (kurs rupiah terhadap dollar dan PDB).

Metode analisis yang digunakan adalah regresi. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa variabel karakteristik perusahaan (EPS, dividend payout, CR, ROI dan

cyclicality) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham syariah.

Penelitian yang dilakukan oleh Wira (2008) melakukan penelitian dalam

jangka waktu 1994-1997 dengan tiga puluh (30) perusahaan manufaktur

berkapitalisasi terbesar. Hasil yang diperoleh adalah bahwa Return on Assets (ROA),

Return on Equity (ROE), EBIT/Total Debt dan Sales/Quick Ratio mempunyai

konsistensi memprediksi return saham dari tahun ke tahun secara signifikan.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000) adalah “Pengaruh

beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap saham, kasus industri

barang konsumsi yang go public di Pasar Modal Indonesia”. Teknik pengambilan

sampel penelitian menggunakan purposive sampling dengan kriteria perusahaan

industri barang konsumsi yang sahamnya selalu terdaftar dan aktif diperdagangkan

(31)

digunakan terdiri dari Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Divident

Payout Ratio (DPR), Debt Equity Ratio (DER), nilai buku (book value) dan indeks

beta. Sedangkan variabel dependennya adalah harga saham yang diukur dari harga

saham pada saat penutupan (closing price) pada periode 31 Desember. Model analisis

yang digunakan adalah regresi berganda dengan model loglinier. Hasil dari penelitian

menunjukkan bahwa ROA, DER dan book value berpengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham pada level kurang dari 1% dan risiko sistematik (indeks beta)

signifikan pada level kurang dari 10%. Sedangkan variabel lainnya tidak signifikan

berpengaruh terhadap return saham.

Penelitian mengenai faktor yang mempenngaruhi return saham juga

dilakukan oleh Bhandari (1998). Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa hubungan

debt to equity ratio dengan return positif dan signifikan, akan tetapi temuan variabel

beta berpengaruh positif dan signifikan terhadap return. Sedangkan berbanding

terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarto et al. (1999). Penelitian

tersebut dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek

Jakarta. Dalam penelitian tersebut return saham sebagai variabel dependen sedangkan

debt to equity ratio dan beta sebagai variabel independen. Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa, hubungan antara return dengan debt to equity ratio negatif dan

tidak signifikan, sedangkan hubungan antara return dengan beta positif dan

(32)

2.6. Kerangaka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesa dari teori-teori yang digunakan

dalam penelitian sehingga mampu menjelaskan secara operasional variabel yang

diteliti, menunjukkan hubungan antara variabel yang diteliti dan mampu

membedakan nilai variabel pada berbagai populasi yang berbeda. Kerangka

konseptual penelitian ini seperti pada gambar berikut:

2.6.1 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham

Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar

keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per saham.

Semakin tinggi nilai Earning Per Share (EPS) tentu saja menggembirakan pemegang

saham. Earning Per Share (EPS) dalam laporan keuangan sering digunakan oleh

manajemen untuk menarik perhatian calon investor sehingga Earning Per Share

(EPS) tersebut sering direkayasa sedemikian rupa oleh pihak manajemen untuk

(33)

mempengaruhi keputusan akhir pihak-pihak tertentu. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Kennedy (2003), terdapat keterkaitan antara return saham dan

Earnings per Share (EPS). Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa variabel

Earnings per Share (EPS) memberikan hubungan yang nyata dengan return saham,

meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, namun secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.

2.6.2 Pengaruh Return On Equity (ROE) terhadap Return Saham

Return on Equity (ROE) adalah perbandingan antara jumlah laba yang

tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah modal sendiri yang

menghasilkan laba tersebut di pihak lain atau dengan kata lain rentabilitas modal

sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di

dalamnya untuk menghasilkan Return on Equity (ROE) adalah laba usaha setelah

dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income tax (earning

after tax / EAT). Return on Equity (ROE) adalah ukuran kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan tingkat kembalian perusahaan atau efektivitas perusahaan di

dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s

equity) yang dimiliki oleh perusahaan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mahadwarta (dalam Wira, 2008),

(34)

memprediksi return saham dari tahun ke tahun secara signifikan. Return on Equity

(ROE) yang tinggi mencerminkan tingkat keefisien perusahaan dalam menggunakan

modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi bagi perusahaan itu

sendiri dan juga bagi pemegang saham. Perusahaan yang semakin efisien dalam

menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan akan memberikan

harapan naiknya return sahamnya (Widodo, 2007). Semakin mampu perusahaan

memberikan keutungan bagi pemegang saham, maka saham tersebut diinginkan

untuk dibeli.

2.6.3 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham

Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio solvabilitas yang mengukur

kemampuan kinerja perusahaan dalam mengembalikan hutang jangka pendek

maupun jangka panjangnya dengan melihat perbandingan antara total hutang dengan

total ekuitasnya. Debt to Equity Ratio (DER) memberikan jaminan tentang seberapa

besar hutang perusahaan yang dijamin dengan modal perusahaan sendiri yang

digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Rasio ini menunjukkan komposisi atau

struktur modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total hutang (jangka pendek

maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total modal sendiri,

sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar atau

(35)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Natarsyah (2000), terdapat

keterkaitan antara return saham dan Debt to Equity Ratio (DER). Hasil yang

diperoleh menunjukkan bahwa variabel Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap return saham pada level kurang dari satu persen (1%).

2.7. Rumusan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian,oleh karena itu rumusan masalah penelitian ini disusun dalam bentuk

kalimat pertanyaan. Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan maka

hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Ada pengaruh positif earning per share (EPS) terhadap return saham

pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) tahun 2010 – 2012.

H2. Ada pengaruh positif return on equity (ROE) terhadap return saham

pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI) tahun 2010 – 2012.

H3. Ada pengaruh positif debt to equity (DER) terhadap return saham pada

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif kasual, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara suatu variabel terhadap variabel

lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara variabel

independen terhadap variabel dependen. Variabel earning per share, return on equity

dan debt to equity (X) berpengaruh terhadap variabel dependen return saham (Y).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Objek penelitian ini adalah Bursa Efek Indonesia, dengan alamat situs

Waktu penelitian yang dilakukan penulis adalah mulai dari bulan Januari

sampai dengan bulan Maret 2013.

3.3. Batasan Operasional

Untuk menghindari kesimpang siuran dalam membahas dan menganalisis

permasalahan dalam penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini hanya

membatasi pembahasan pada menguji apakah earning per share berpengaruh

(37)

return saham. Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan Manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 - 2012.

3.4. Definisi Operasional

Untuk memahami variabel-variabel dan memberikan gambaran yang jelas

dalam pelaksanaan penelitian, diberikan definisi variabel-variabel yang akan diteliti

dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah:

a) Earning per share (EPS) adalah tingkat keuntungan yang diperoleh

untuk setiap lembar saham. EPS Merupakan perbandingan antara laba

bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah saham yang

diterbitkan. EPS dapat dihitung dengan rumus:

beredar

NIAT = Net Income After Tax.

b) Return on equity (ROE) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

tingkat efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan

dengan memanfaatkan ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki.

Return on equity dapat dihitung dengan rumus:

(38)

DP = Dividen saham preferen

c) Debt to equity ratio (DER) adalah tingkat penggunaan hutang terhadap

total shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Debt to equity ratio

dapat dihitung dengan rumus:

2. Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah return saham, yaitu hasil

yang diperoleh dari penanaman modal di dalam saham Manufaktur pada

periode tertentu. Dalam penelitian ini konsep return yang digunakan adalah

return yang terkait dengan capital gain, yaitu selisih antara harga saham

peroode saat ini dengan harga saham pada periode sebelumnya. Perhitungan

return saham menggunakan harga saham setiap bulan yang digunakan untuk

mencari rata-rata harga saham tiap periode. Return saham ini dapat dihitung

dengan rumus:

Pt = harga penutupan saham i pada periode t (periode terakhir)

(39)

3.5. Skala Pengukuran Variabel

Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala rasio sebagai alat

mengukur nilai nominal yang terdapat dalam laporan keuangan pada perusahaan yang

terdaftar di BEI. Dengan menggunakan skala rasio, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun nilai nominal yang terdapat dalam laporan

keuangan..

3.6. Populasi dan Sampel

Populasi adalah jumlah keseluruhan obyek yang akan diteliti. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2012, yang

berjumlah 432 perusahaan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2008:116). ”Purposive sampling adalah teknik

mengambil sampel dengan menyesuaikan diri berdasar kriteria atau tujuan tertentu

(disengaja)”. Purposive sampling di sini menggunakan judgement sampling, yaitu

teknik pengambilan sampel dengan beberapa kriteria tertentu. Beberapa kriteria yang

ditentukan adalah:

1. Perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 – 2012.

2. Perusahaan tidak pernah mengalami kerugian pada tahun 2010 – 2012.

(40)

Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel ditentukan sebanyak 30

perusahaan selama 3 tahun sehingga jumlah data 30 x 3 = 90, seperti tertera pada

Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Penentuan Sampel Berdasarkan Kriteria yang Ditetapkan

Kriteria Nomor

EMDE PT. Mega Politan Developments

Tbk √ √ √ 8

BAPA PT. Beksi Asri Pemula Dan Entitas

Anak Tbk √ - -

RBMS PT. Ristia Bintang Mahkota Sejati

Tbk √ √ √ 18

(41)

25 COWL PT. Cowell Development Tbk √ √ √ 19

26 DILD PT. Inti Land Development Tbk √ √ √ 20

27

GMTD PT. Gowa Makassar Tourims

Development Tbk √ √ √ 21

28 PICO PT. Pelangi Indah Candino Tbk √ - -

29 LCGP PT. Laguna Cipta Griya Tbk √ √ √ 22

30 MILA PT. Metropolitan Land Tbk √ √ √ 23

31 SCBD PT. Danayasa Arthatama Tbk √ √ √ 24

32 BIPP PT. Bhuantala Indah Permai Tbk √ √ √ 25

33 DUTI PT. Duta Pertiwi Tbk √ √ √ 26

34 AISA PT. Tiga Pilar Sejatera Food Tbk √ √ √ 27

35 AKRA PT. Akr Corporindo Tbk √ √ √ 28

36 AQUA PT. Aqua Golden Mississipi Tbk √ - -

37 ARNA PT. Arwana Citra Mulia Tbk √ √ √ 29

38 BRAM PT. Indo Kordsa Tbk √ √ √ 30

3.7. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah

oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi. Data sekunder dalam

penelitian ini berupa laporan keuangan dari perusahaan Manufaktur yang terdaftar di

BEI pada tahun 2012.

3.8. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu salah

satu metode pengumpulan data dengan cara melakukan analisis terhadap laporan

(42)

dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder

berupa laporan keuangan tahun 2012.

3.9. Teknik Analisis Data

3.9.1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu model regresi

dalam memprediksi variabel terikat, terdiri dari:

a. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan untuk menunjukkan simetris tidaknya distribusi data. Uji

normalitas akan dideteksi melalui analisa grafis yang dihasilkan melalui perhitungan

regresi dengan SPSS. Dasar pengambilan keputusan yaitu :

- Jika data menyebar sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis

diagonal maka model tersbut tidak memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah group

mempunyai varians yang sama diantara group tersebut yang disebut

homoskedastisitas atau tidak mempunyai varians yang sama yang disebut

heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah homokedasitas atau dengan kata

(43)

c. Autokorelasi

Serial korelasi atau autokorelasi apabila galat dari periode waktu yang

berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa galat berkorelasi atau mengalami korelasi

serial apabila: Var(ei,ej) = 0 untuk i ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki

masalah serial correlation/autocorrelation.

Ada beberapa cara untuk menguji keberadaan serial autokorelasi, yaitu

dengan uji: Durbin Watson (uji D – W). Uji Durbin-Watson dilakukan dengan

membandingkan DWhitung dengan DWtabel. Jika terdapat autokorelasi maka galat

tidak lagi minim sehingga penduga parameter tidak lagi efisien.

d. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya hubungan

linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Variabel bebas tidak

menunjukkan gejala multikolinearitas hasil uji VIF menunjukkan nilai kurang dari 5

(VIF < 5).

3.9.2. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh

terhadap variabel terikat, terdiri dari:

a. Persamaan Regresi

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh earning per

share, return on equity dan debt to equity terhadap return saham adalah metode

(44)

^

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3

Dimana: Y = Return saham

bo = Intersep

X1 = earning per share

X2 = return on equity

X2 = debt to equity

b1, b2, b3 = Koefisien regresi

b. Uji t

Untuk melihat pengaruh dari X terhadap Y dilakukan Uji-t sebagai berikut,

dengan kriteria pengujian:

(1) Jika t-hitung > t-tabel Ho ditolak, H1diterima, artinya variabel X berpengaruh

nyata terhadap variabel Y.

(2) Jika t-hitung ≤ t -tabel Ho diterima, H1ditolak, artinya variabel X tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel Y.

c. Uji F

Uji F digunakan untuk untuk menguji pengaruh variabel bebas secara

bersama-sama terhadap variabel terikat. Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: ßi = 0, i = 1, 2, 3

H1: tidak semua ßi = 0

(45)

Jk ( reg ) / k F-hitung =

Jk (res ) / n-k-1

Dimana Jk(reg) = jumlah kuadrat regresi

Jk(res) = jumlah kuadrat sisa

k = jumlah variabel bebas

n = jumlah sampel

Kriteria pengujian:

(1) H0 ditolak: jika Fhitung ≥ Ftabel, artinya variabel bebas earning per share, return on

equity dan debt to equity secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat return saham.

(2) H0 diterima jika Fhitung < Ftabel, artinya variabel bebas earning per share, return on

equity dan debt to equity secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap

variabel terikat return saham.

d. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R² pada intinya mengukur kadar pengaruh (dominasi)

variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Nilai koefisien determinasi berkisar

antara 0 dan 1 atau 0 < R2 < 1. Nilai koefisien determinasi yang kecil, berarti

kemampuan variabel bebas dalam `menjelaskan variasi variabel tidak bebas terbatas.

Nilai koefisien determinasi yang mendekati 1, berarti variabel bebas memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memperkirakan variasi pada variabel

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHAAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Bursa Efek Jakarta adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan

peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan

Ekonomi Nasional. Bursa Efek Jakarta berperan juga dalam upaya mengembangkan

pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang

stabil.

Sejarah Bursa Efek Jakarta berawal dari berdirinya Bursa Efek di Indonesia

pada abad 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda, Bursa

Efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintah kolonial Belanda dan

dikenal sebagai Jakarta saat ini. Bursa Batavia sempat ditutup selama periode Perang

Dunia Pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain Bursa Batavia,

pemerintah kolonial juga mengoperasikan Bursa Paraler di Surabaya dan Semarang.

Namun kegiatan Bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara

Jepang di Batavia. Pada 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan

kemerdekaan, Bursa Saham di buka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan Saham

dan Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang

dunia. Kegiatan Bursa Saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah

(47)

Tidak sampai 1977, Bursa Saham di buka dan ditangani oleh Badan Pelaksana

Pasar Modal (Bapepam), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan

perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat dan mencapai

puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar finansial dan sektor

swasta.

Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa saham diswastanisasi menjadi PT Bursa

Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi Bursa Saham menjadi PT BEJ ini mengakibatkan

beralihnya fungsi Bapepam menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).

Tahun 1995 adalah tahun BEJ memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995, BEJ

meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan

otomasi yang menggantikan sistem perdagangan manual. Sistem baru ini dapat

memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih

menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem perdagangan

manual.

Pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa

Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada

tanggal 2 Maret 2010 peluncuran perdana sistem perdagangan baru PT. Bursa Efek

(48)

4.1.2. Struktur Kelembagaan Pasar Modal

Pasar modal secara struktural berada di bawah Departemen Keuangan

Republik Indonesia. Pelaksanaan dan pengawasan perdagangan efek dipegang oleh

otoritas bursa efek, yaitu PT. Bursa Efek Indonesia. Perusahaan efek atau sekurities

berperan menjalankan fungsi sebagai penjamin emisi efek, perantara perdagangan,

dan manajer investasi, seperti tertera pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Struktur Kelembagaan Pasar Modal

(49)

Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah mendapat izin usaha dari

Bapepam untuk dapat melakukan kegiatan sebagai penjamin emisi efek, perantara

pedagang efek, atau manajer investasi, atau kegiatan lain yang sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun

1995 Pasal 32 menyebutkan bentuk perusahaan efek berupa perusahaan yang

sahamnya dimiliki seluruhnya oleh warga Negara RI dan atau berbadan hukum; atau

perusahaan patungan yang sahamnya dimiliki oleh WNRI dan atau badan hukum

Indonesia dan WNA atau badan hukum asing.

4.1.3. Earning Per Share (EPS)

Earning per share (EPS) atau disebut juga laba per lembar saham adalah

tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar saham yang mampu diraih perusahaan

pada setiap tahun buku. Laba per lembar saham diperoleh dari laba yang tersedia

bagi pemegang saham atau laba setelah pajak dibagi dengan jumlah saham yang

beredar. Data laba per lembar saham perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa

(50)

Tabel 4.1

Earning Per Share (EPS)

(51)

Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata perolehan laba per lembar saham

perusahaan Manufaktur berkisar -Rp. 0,02 per lembar sampai Rp. 2,89 per lembar

saham. Tidak semua saham memperoleh laba karena terdapat perusahaan yang justru

merugi selama tahun 2010 – 2012.

4.1.4. Return on Equity (ROE)

Untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian dari saham yang

ditanamkan dalam sebuah pasar modal dibutuhkan return on rquity (ROE). Return

on Equity (ROE) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan investor

untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan laba atas keseluruhan modal

sendiri yang dimiliki perusahaan. Semakin besar angka ROE menunjukkan bahwa

pengelolaan modal oleh manajemen perusahaan semakin baik. Data ROE perusahaan

Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012 dapat dilihat

(52)

Tabel 4.2

Return on Equity (ROE)

(53)

Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa rata-rata ROE perusahaan Manufaktur yang

terdafar di BEI berkisar -9,43 % - 27,37 %. Dengan demikian kerugian setiap

seratus rupiah modal sendiri dapat mencapai Rp. 9,43, sedangkan keuntungan atas

setiap seratus rupiah modal sendiri dapat mencapai Rp, 27,37.

4.1.5. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio debt to equity ratio (DER) memberikan gambaran mengenai struktur

modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tidak

terbayarkan suatu hutang. Jika struktur permodalan didominasi oleh utang maka

risiko kegagalan pembayaran utang jangka panjang semakin besar. Data DER

perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 – 2012

(54)

Tabel 4.3

Debt to Equity Ratio (DER)

(55)

Dari Tabel 4.3 terlihat bahwa rata-rata DER perusahaan Manufaktur yang

terdafar di BEI berkisar 7,67 % - 293,33 %. Terdapat banyak perusahaan yang

struktur permodalannya lebih besar dari utang jangka panjang dibanding modal

sendiri, sehingga risiko tidak terpenuhinya pengembalian pinjaman menjadi cukup

besar.

4.1.6. Return Saham

Return saham merupakan tingkat keuntungan yang diperoleh para pemodal

atas suatu investasi saham yang dilakukan pada suatu perusahaan. Tanpa adanya

harapan akan mendapatkan keuntungan maka investor tidak akan bersedia

menanamkan modal. Oleh karena itu, setiap investor akan terlebih dahulu melakukan

penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan di pasar modal untuk menentukan

saham perusahaan mana yang akan dipilih sebagai tempat penanaman modalnya.

Semakin besar harapan tingkat keuntungan yang akan diperoleh dari suatu

perusahaan, maka keinginan investor untuk menanamkan modal pada perusahaan

tersebut akan semakin kuat. Data return saham perusahaan Manufaktur yang

(56)

Tabel 4.4 Return Saham

(57)

Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa rata-rata return saham perusahaan Manufaktur

yang terdafar di BEI berkisar -0,43 % sampai 1,46 %. Terdapat banyak harga saham

yang justru mengalami penurunan dibanding harga saham pada periode sebelumnya,

sehingga investor mengalami kerugian.

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu model regresi

dalam memprediksi variabel terikat.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel bebas

dan variabel terikat, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi

normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik.

Dasar pengambilan keputusan:

• Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

• Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

(58)

0.00.20.4Observed Cum Prob0.60.81.0 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Expect

ed Cum Prob

Dependent Variable: Return Saham (Y) Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dari grafik Normal P-P Plot terlihat titik menyebar disekitar garis diagonal,

serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini berarti data yang

digunakan sudah memenuhi asumsi normalitas, sehingga model regresi layak dipakai

untuk memprediksi return saham berdasarkan masukan variabel bebasnya.

2. Uji Heterokedastisitas

Untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan

(59)

pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas. Dan jika

varians berbeda, disebut heterokedastisitas. Uji Heterokedastisitas dapat dilakukan

dengan mengamati diagram pancar (Scatter plot) residual.

-4Regression Standardized Residual-2024

-3

-2

-1

0

1

2

Regressi

on Standardi

zed Predicted Value

Dependent Variable: Return Saham (Y) Scatterplot

Berdasarkan grafik terlihat bahwa titik-titiknya menyebar secara merata. Hal

ini berarti tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi

layak dipakai untuk memprediksi return saham berdasarkan masukan variabel

(60)

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas dilakukan untuk mengatahui ada tidaknya hubungan

linear diantara variabel bebas dalam model regresi. Hasil SPSS pada Lampiran 1

menunjukkan tidak ada gejala multikolinearitas dimana hasil uji VIF menunjukkan

nilai kurang dari 5 (VIF < 5).

4.2.2. Uji Hipotesis

1. Uji t (Uji Parsial)

Untuk mengetahui pengaruh parsial masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikat maka digunakan Uji t. Variabel yang digunakan adalah EPS, ROE

dan DER sebagai variabel bebas serta return saham sebagai variabel terikat. Hasil

pengujian dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5

Berdasarkan Tabel 4.5 maka persamaan umum antara pengaruh EPS, ROE

dan DER terhadap return saham pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1
Gambar 4.1. Struktur Kelembagaan Pasar Modal
Earning Per Share Tabel 4.1 (EPS)
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati atau pejabat yang ditunjuk tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian pembayaran

algae bio - mass with a hybrid process of algae biomass–silica coated MNPs that are formed by a sol–gel simultaneous process followed by coating with MNPs has

Penelitian ini bertujuan menganalisis konsis- tensi pemecahan saham dengan trading range theory , yaitu menyebabkan harga saham me- ngalami perubahan yang signifikan

Namun kenyataannya senyawa kimia tersebut tersebar merata di dalam tubuh dan dapat berikatan dengan reseptor lainnya pada bagian tubuh yang lain, yang menyebabkan

Ketiga model yang dibahas pada penelitian Suprayogi dan Mardiono (1997), Suprayogi dan Toha (2002), Suprayogi dan Partono (2005), mengasumsikan bahwa pemakaian sumberdaya

Kursus ini menjelaskan tentang prosedur penyelidikan pendidikan, Menyatakan masalah kajian, menetapkan objektif kajian, membentuk soalan kajian, membentuk hipotesis kajian, melakukan

024.01.01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kesehatan 2037 Pengelolaan Urusan Tata Usaha, Keprotokolan, Rumah Tangga, Keuangan, dan

hukum perpajakan dengan tegas, dapat memberikan diklat khusus tentang perpajakan dalam meningkatkan Sumber daya Manusia/aparatur pajak yang profesional, dan