EFEKTIVITAS MENGUNYAH PERMEN KARET
YANG MENGANDUNG SUKROSA DAN XILITOL
TERHADAP PERBEDAAN AKUMULASI PLAK
PADA MAHASISWA FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Nora Devita Ritonga
NIM: 090600059
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2014
Nora Devita Ritonga
Perbedaan mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol
terhadap akumulasi plak pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan
viii + 27 halaman
Mengunyah permen karet xilitol terbukti secara klinis dapat menghambat
pertumbuhan plak gigi, menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans,
meningkatkan pH plak dan menyebabkan remineralisasi enamel gigi. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui perbedaan mengunyah permen karet yang mengandung
sukrosa dan xilitol terhadap akumulasi plak. Jenis penelitian ini adalah eksperimental
dengan rancangan pre- post test control group design. Sampel adalah 60 orang yang
dibagi secara random atas kelompok perlakuan mengunyah permen karet dan
mengunyah permen karet sukrosa dengan masing-masing kelompok 30 orang.
Pemeriksaan skor plak dilakukan hari ke-1 sebelum dan sesudah mengunyah, hari
ke-7 dan hari ke-14. Data dianalisis dengan uji T berpasangan dan uji repeated
measures anova. Pada kelompok mengunyah permen karet xilitol terjadi penurunan
skor plak sebelum dan sesudah mengunyah hari ke-1 0,84 ± 0,13 dan hari ke-7 0,74 ±
0,11 dan hari ke-14 menjadi 0,65 ± 0,11. Sedangkan pada kelompok perlakuan
mengunyah permen karet sukrosa terjadi peningkatan skor plak yaitu hari ke-1 0,73
± 0,07 hari ke-7 0,81 ± 0,07 dan hari ke-14 menjadi 0,95 ± 0,07. Hasil uji analisis
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara mengunyah permen karet xilitol
dan sukrosa (p<0,05). Sebagai kesimpulan, mengunyah permen karet xilitol lebih
efektif dalam menurunkan skor plak dibandingkan mengunyah permen karet sukrosa.
EFEKTIVITAS MENGUNYAH PERMEN KARET
YANG MENGANDUNG SUKROSA DAN XILITOL
TERHADAP PERBEDAAN AKUMULASI PLAK
PADA MAHASISWA FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Nora Devita Ritonga
NIM: 090600059
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
dihadapan tim penguji skripsi
Medan, 21 Juli 2014
Pembimbing: Tanda tangan
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 21 Juli 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Prof. Sondang Pintauli. drg., Ph.D
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini
dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana
Kedokteran Gigi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat
bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D, Ketua Departemen Ilmu Kedokteran
Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG USU sekaligus pembimbing yang
telah meluangkan waktu, pikiran dan dorongan semangat dalam membimbing penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes dan Gema Nazri Yanti, drg., M Kes
sebagai tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan bimbingan agar skripsi
ini lebih baik.
4. Amrin Thahir drg, selaku pembimbing akademik yang telah membimbing
dan mengarahkan penulis selama masa pendidikan.
5. Prof. Sutomo Kasiman, Sp. P.D., Sp.JP(K) selaku Ketua Komisi Etik
penelitian bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
persetujuan pelaksanaan penelitian ini.
Ucapan terima kasih tidak terhingga kepada ayahanda H. Indra Aruman
Ritonga dan ibunda Lisliwati Pasaribu atas segala pengorbanan, doa, dukungan dan
kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis sampai saat ini. Terima kasih juga
kepada Syuaibah Lubis. drg, yang telah memberikan dorongan semangat kepada
penulis dan wali penulis H. Gus Irawan Pasaribu SE,Ak.MM dan juga kepada abang
dan Fitri Marina Ritonga, M. Kom, beserta seluruh keluarga besar yang memberikan
motivasi dan semangat selama penyusunan skripsi ini.
Teman-teman FKG stambuk 2009, khususnya Vivi Zayanthi, Selly Ramadhani,
Rima, Lili, Debby, Nabila, Lusiana, Sari, Karsa, Ipeh, Lili Haryati dan filya atas
bantuan dan semangat yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi
ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan
karya yang jauh lebih baik di kemudian hari.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan
mutu kesehatan gigi masyarakat.
Medan, 10 Juli 2014
Penulis,
(Nora Devita Ritonga)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Gigi ... 5
2.1.1 Mekanisme Pembentukan Plak Gigi ... 5
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembentukan Plak Gigi... 6
2.2 Karies Gigi ... 7
2.3 Jenis-Jenis karbohidrat ... 8
2.3.1 Monosakarida ... 9
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 15
3.3 Populasi dan Sampel ... 15
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 16
3.5 Prosedur Penelitian ... 16
3.6 Pengolahan dan Analisa Data ... 17
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran responden………... 18
4.2 Rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa ... 18
4.3 Rerata skor plak kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1 dan sesudah hari ke-7 ... 19
4.4 Rerata skor plak kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1 dan sesudah hari ke-14 ... 20
4.5 Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-7 dan ke-14 ... 20
4.6 Perbedaan rerata skor plak kedua kelompok mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa ... 21
4.7 Perbedaan hasil skor plak mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1, ke-7 dan ke-14... 22
BAB 5 PEMBAHASAN………... 23
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 25
6.2 Saran ... 25
DAFTAR PUSTAKA ... 26
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Indeks plak yang dipopulerkan oleh Löe dan Silness... 12
2 Gambaran responden berdasarkan umur dan jenis kelamin pada
mahasiswa FKG USU (n = 60) ... 18
3 Rata-rata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet hari
ke-1 pada kelompok xilitol dan sukrosa ... 19
4 Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari
ke-1 dan ke-7 ... 19
5 Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari
ke-1 dan ke-ke-14 ... 20
6 Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari
ke-7 dan ke-14 ... 21
7 Hasil Uji Repeated Measure Anova kelompok mengunyah permen karet
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Indeks plak Löe dan Sillnes ... 12
2 Grafik perbedaan skor indeks plak kedua kelompok mengunyah permen
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Kuesioner data subjek penelitian perbedaan mengunyah permen karet yang
mengandung sukrosa dan xilitol terhadap akumulasi plak pada mahasiswa FKG
USU
2 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian
3 Lembaran persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent)
4 Surat persetujuan komisi etik penelitian
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan rongga mulut sangat penting untuk diperhatikan, karena
rongga mulut merupakan tempat yang amat ideal bagi perkembangan bakteri
disebabkan temperatur, kelembaban dan tersedianya makanan yang cukup untuk
perkembangan bakteri. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut
yang paling dominan di masyarakat.1 Menurut RISKESDAS pada tahun 2007,
prevalensi karies adalah 71% yang 46,5% di antaranya merupakan karies aktif yang
belum dirawat.2
Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh interaksi
beberapa faktor, seperti faktor host (gigi dan saliva), mikroorganisme, substrat
(makanan) serta waktu .3 Salah satu upaya untuk mengontrol karies gigi adalah
dengan mengganti asupan gula yang mengalami fermentasi (terutama sukrosa)
dengan gula pengganti yang tidak mengalami fermentasi. Gula pengganti yang sering
digunakan seperti pemanis polyol. Polyol yang sering digunakan untuk permen karet
adalah sorbitol, heksatol yang merupakan turunan dari glukosa, dan xilitol yang
merupakan pentatol dan banyak ditemukan di alam.4
Permen karet mengandung oleh beberapa komposisi seperti pemanis, gum
base, perasa, dan agen aromatik. Dahulu, rasa manis permen karet berasal dari
sukrosa yang dapat mengalami fermentasi sehingga dapat menyebabkan karies gigi.
Kemampuan permen karet dalam mengurangi insidens karies gigi berasal dari
gerakan mengunyah dan gula pengganti non kariogenik yang digunakan sebagai
pemanis.5 Hasil penelitian Hanson menunjukkan bakteri oral tidak menggunakan gula
pengganti untuk menghasilkan asam yang mendemineralisasikan email dan dentin,
sehingga oleh Food and Drug Administration (FDA) disetujui sebagai bahan non
pencegahan karies gigi dan penggunaannya didukung oleh American Academy of
Pediatric Dentistry (AAPD).6,7
Xilitol adalah gula alkohol atau gula polialkohol tipe pentitol yang di dalam
molekulnya, xilitol mengandung lima atom karbon atau lima golongan hidroksil.
Xilitol telah digunakan sejak tahun 1960 dalam terapi infus bagi pasien pasca operasi,
luka bakar dan syok dan diet bagi pasien diabetes baru-baru ini xilitol digunakan
sebagai pemanis berbagai produk yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
rongga mulut. Xilitol secara aktif memproteksi gigi dari karies dengan cara
menurunkan jumlah Streptococcus mutans dan tingkat produksi asam laktat dari
bakteri.8
Penelitian mengenai efektivitas xilitol dalam mengurangi insidens karies gigi
pertama kali dilakukan pada penelitian Hanson terhadap gula turku awal tahun 1970.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian yang menggantikan fruktosa
dan sukrosa dalam diet mereka dengan xilitol mengalami penurunan karies gigi
hingga 85%.7 Menurut penelitian Astoeti, Astuti, Roeslan dan Sudhana pada tahun
2007 yang dilakukan pada pekerja kantor usia 23-45 tahun menunjukkan bahwa
mengunyah permen karet xilitol sebanyak 2biji/hari dengan berat 3 gram secara
signifikan mempunyai skor plak lebih rendah dibandingkan kelompok mengunyah
permen karet sukrosa selama 28 hari. Hasil skor plak mengunyah permen karet xilitol
pada kelompok perlakuan awal 1,3 ± 0,4, hari ke-14 sebesar 0,9 ± 0,3 sedangkan hari
ke-28 menjadi 0,9 ± 0,4, sedangkan pada kelompok mengunyah permen karet sukrosa
pada perlakuan awal 1,6 ± 0,4, hari ke-14 menurun menjadi 1,4 ± 0,4 dan hari ke-28
naik menjadi 1,5 ± 0,4. Hal ini menunjukkan skor plak kelompok xilitol lebih rendah
dibandingkan kelompok sukrosa selama 14 dan 28 hari.8
Dewi pada tahun 2008 meneliti tentang pengaruh mengunyah permen karet
yang mengandung xilitol terhadap pembentukan plak gigi pada 30 orang mahasiswi
Akademi Perawat Kesdam IV Diponegoro Semarang. Hasil penelitian menunjukkan
adanya perbedaan akumulasi plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet
bahwa permen karet yang mengandung xilitol berpengaruh terhadap penurunan skor
plak.9 Dalam penelitian Wang, Chuang dan Liao yang dilakukan di Taiwan
menunjukkan bahwa mengunyah permen karet xilitol 5 biji/hari selama 2 minggu
menyebabkan penurunan akumulasi plak secara signifikan (21,58%, p<0,01) dan
dapat mengurangi bakteri Streptococcus mutans (23,14%, p<0,05) sedangkan pada
kelompok kontrol yang tidak mengunyah permen karet menunjukkan tidak ada
perubahan signifikan.10
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan
pengaruh mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol terhadap
akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa
FKG USU karena tingkat kepedulian dan pengetahuan yang tinggi terhadap
kebersihan rongga mulut, di samping akses yang lebih mudah.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka didapat rumusan masalah: Apakah ada
perbedaan mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol terhadap
akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU?
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui efektivitas mengunyah permen karet yang mengandung
sukrosa dan xilitol terhadap perbedaan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan skor plak sebelum dan
sesudah mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol hari ke-1
2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan skor plak sesudah
mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol pada hari ke-1, hari
ke-7 dan hari ke-14 pada mahasiswa FKG USU.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rerata skor plak mengunyah
permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol pada mahasiswa FKG USU.
1.4Hipotesis Penelitian
1. Ada perbedaan skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet
yang mengandung sukrosa.
2. Ada perbedaan skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet
yang mengandung xilitol.
3. Ada perbedaan rerata skor plak mengunyah permen karet yang
mengandung sukrosa dan xilitol.
1.5Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh mengunyah permen karet yang
mengandung sukrosa dan permen karet yang mengandung xilitol terhadap akumulasi
plak.
2. Memberikan informasi bagi masyarakat agar dapat memilih permen karet
yang baik untuk dikonsumsi sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya karies gigi.
3. Bagi peneliti: sebagai informasi ilmiah untuk landasan penelitian lanjutan
mengenai efek permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol terhadap
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Plak Gigi
Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas mikroorganisme yang
berkembang biak dan melekat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak
tidak dapat dibersihkan hanya dengan kumur-kumur, semprotan air atau udara, tetapi
plak hanya dapat dibersihkan dengan cara mekanis. Sampai saat ini cara mekanis
yang paling efektif untuk membersihkan plak adalah dengan menyikat gigi.4,9
Plak dapat digambarkan sebagai lapisan yang kadang-kadang tebalnya sampai
2 mm pada semua permukaan mulut, terutama pada permukaan gigi dan sering juga
pada permukaan gingiva dan lidah. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat,
kecuali diwarnai dengan larutan disclosing atau sudah mengalami diskolorisasi
pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. 9
Plak yang tidak dibersihkan akan menyebabkan mikroorganisme berkembang
biak dan plak akan tebal mengeras, dan menjadi kalkulus dan akan menyebabkan
karies. Kesehatan rongga mulut memegang peranan penting sebagai komponen hidup
sehat. Jika oral hygiene tidak terpelihara dengan baik, akan menimbulkan penyakit di
rongga mulut, yaitu karies gigi dan gingivitis merupakan penyakit di rongga mulut
yang dapat menyebabkan hilangnya gigi secara patologis.19
2.1.1 Mekanisme pembentukan plak gigi
Proses pembentukan plak dapat dibagi atas 3 tahap yaitu, pembentukan pelikel
yang membalut permukaan gigi, kolonisasi awal oleh bakteri dan kolonisasi sekunder
dan matrikulasi plak.18
a. Pembentukan pelikel yang membalut permukaan gigi.
Pembentukan pelikel pada permukaan gigi merupakan fase awal
Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkus, begitu juga produk sel bakteri
dan pejamu serta debris. Pengamatan terhadap pelikel enamel yang baru terbentuk
dua jam menunjukkan bahwa komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi
saliva, hal ini berarti bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul secara
selektif.
b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi
Dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel gigi. Bakteri
pertama yang mengkloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah streptococcus
mutans yaitu gram positif. Pengkloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan
bantuan adhesi, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Massa
plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang
telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam
perkembangannya terjadi perubahan dan ekologis pada biofilm, yaitu dari lingkungan
yang aerob dengan bakteri gram positif menjadi lingkungan yang sangat miskin
oksigen yaitu mikroorganisme anaerob gram negatif.
c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak
Pengkloni sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut sebagai
pengkloni awal ke permukaan gigi yang bersih seperti Prevetella intermedia.
Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam massa plak.
Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkloni sekunder ke bakteri
pengkloni awal dinamakan koagregasi. Pada stadium akhir pembentukan plak, yang
2.1.2 Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan plak gigi
Menurut Carlsson yang dikutip dalam buku ilmu pencegahan penyakit
jaringan keras dan jaringan pendukung gigi, faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembentukan plak gigi adalah :11
a. Lingkungan fisik, meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan
sekitarnya, struktur permukaan gigi yang jelas terlihat setelah dilakukan pewarnaan
dengan larutan disclosing. Pada daerah celah-celah gigi karena kecembungan
permukaan gigi, pada gigi yang letaknya salah, pada permukaan gigi dengan kontur
tepi gusi yang buruk, pada permukaan email yang rusak, dan pada daerah pertautan
sementoemail yang kasar, terlihat jumlah plak yang terbentuk lebih banyak.
b. Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah. Ini hanya terjadi pada
permukaan gigi yang cembung atau tinggi. Pemeliharaan kebersihan mulut dapat
mencegah atau mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi.
c. Pengaruh diet diteliti dalam dua aspek, yaitu pengaruhnya secara fisik dan
pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi bakteri di dalam plak. Jenis makanan
yaitu keras dan lunak, mempengaruhi pembentukan plak pada permukaan gigi.
Ternyata plak banyak terbentuk jika kita lebih banyak mengkonsumsi makanan lunak,
terutama makanan yang mengandung karbohidrat jenis sukrosa. Kariogenitas
makanan tergantung pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi sukrosa, sifat
perlekatan makanan pada permukaan gigi, kecepatan pembersihan rongga mulut dan
kualitas pembersihan.
2.2 Karies Gigi
Karies berasal dari kata Yunani yang berarti lubang. Menurut Lundeen dan
Roberson karies adalah penyakit menular pada gigi yang disebabkan oleh mikroba
yang mengakibatkan terlarut dan hancurnya jaringan keras gigi. Karies merupakan
yang disebabkan aktivitas mikroorganisme yang ada dalam suatu karbohidrat yang
diragikan dan mengakibatkan kerusakan struktur gigi serta bersifat kronik.2 Proses
karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti
dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi
mikroorganisme dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke
jaringan periapikal dan dapat menimbulkan rasa nyeri.2,15
Karies gigi bersifat multifaktorial sehingga terjadi interaksi dari tiga faktor
utama yaitu: host (tuan rumah), agen (mikroorganisme), substrat atau diet dan satu
faktor tambahan yaitu faktor waktu.4
1. Host atau tuan rumah
Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah
terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi ukuran dan bentuk gigi, struktur enamel,
faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan
terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut
terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat
menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.
2. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.
Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling
banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus
mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya.
3. Substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak
dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta
4. Waktu
Telah dibuktikan bahwa asam dari plak gigi akan menurunkan pH rongga
mulut sampai 5 dalam waktu 3-5 menit setelah memakan makanan yang mengandung
karbohidrat. pH rendah ini sangat membahayakan gigi, walaupun pH ini akan
menjadi normal kembali setelah satu jam. Oleh sebab itu menyikat gigi segera
sesudah makan adalah satu faktor yang penting karena dapat menurunkan insidens
dan frekuensi karies gigi.
2.3Jenis – jenis Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting bagi tubuh. Ada 3 jenis
karbohidrat yaitu polisakarida, disakarida dan monosakarida.
2.3.1 Monosakarida ( glukosa)
Monosakarida dari bahasa Yunani yaitu: satu, sacchar: gula) adalah senyawa
karbohidrat dalam bentuk gula yang paling sederhana. Beberapa monosakarida
mempunyai rasa manis. Sifat umum dari monosakarida adalah larut air, tidak
berwarna, dan berbentuk padat kristal. Contohnya adalah glukosa (dextrosa),
fruktosa (levulosa), galaktosa dan ribosa. Monosakarida merupakan senyawa
pembentuk disakarida (seperti sukrosa) dan polisakarida (seperti selulosa dan
amilum).
2.3.2Disakarida (sukrosa)
Sukrosa merupakan jenis disakarida yang paling banyak dikonsumsi orang
padahal bersifat lebih kariogenik daripada karbohidrat jenis lainnya. Sukrosa
merupakan gula pasir biasa, komposisi kimia dari gula adalah sama satu satuan
fruktosa yang digabung dengan satuan glukosa. Ikatan glikosida menghubungkan
karbon ketal dan asetal. Pada sukrosa, kedua atom karbon anomerik digunakan untuk
ikatan glikosida. Dalam sukrosa, baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus
dengan suatu bentuk aldehid atau keto. Konsumsi sukrosa dalam jumlah besar dapat
menurunkan kapasitas bufer saliva sehingga mampu meningkatkan insiden terjadinya
karies.8
Manifestasi sukrosa dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk gula
putih. Sukrosa banyak dikonsumsi orang karena rasa manisnya enak, bahan dasarnya
mudah diperoleh dan biaya produksinya cukup murah. Walaupun demikian, hasil
menunjukkan sebagai indikasi karies paling besar. Hal ini disebabkan karena sintesa
ekstra sel sukrosa lebih cepat daripada gula lainnya seperti gluokosa, fruktosa dan
laktosa sehingga cepat diubah oleh mikroorganisme dalam rongga mulut menjadi
asam. Oleh karena itu, dicari suatu cara untuk mengurangi jumlah konsumsi sukrosa
yaitu menggantikannya dengan gula alkohol. Gula alkohol adalah gula yang
komposisi kimianya terdiri dari tiga atau lebih kelompok hidroksil. Bentuk gula
alkohol antara lain sorbitol, xilitol dan manitol.8,16
2.3.3 Polisakarida (xilitol)
Xilitol merupakan jenis polisakarida, xilitol adalah lima karbon polyalkohol,
xilitol dimetabolisme di hati dan dikonversikan menjadi D-xylulose dan glukosa oleh
polyol dehydrogenase Xilitol pertama kali ditemukan oleh Herman Emil Fischer,
seorang kimiawan berkebangsaan Jerman pada tahun 1891. Xilitol telah digunakan
sebagai pemanis pada makanan sejak tahun 1960-an. Namun demikian,
pemanfaatanya untuk perawatan gigi baru digunakan pada era tahun 1970-an di
Finlandia. Pada waktu itu para peneliti dari Universitas Turku menunjukkan hasil
penelitiannya yang menyatakan bahwa xilitol dapat mencegah terjadinya karies gigi.
Setelah melalui kontemplasi yang cukup panjang pada tahun 1983 JECFA (Joint
Expert Committe of Food Additives) milih FAO/WHO merestui penggunaan xilitol
sebagai pemanis dalam produk pangan. Tiga tahun kemudian, FDA (Fod Drug
Administration) mengizinkan penggunaannya.7,8
Xilitol mempunyai atom karbon yang lebih pendek daripada pemanis lainnya,
antara lain sorbitol fruktosa dan glukosa. Atom karbon pada xilitol membuat bakteri
menyebabkan bakteri ini gagal berproliferasi. Satu sendok teh xilitol mengandung 9,6
kalori sedangkan satu sendok gula pasir mengandung 15 kalori. Xilitol tidak
mengandung karbohidrat efektif (zero net carbohidrate) sedangkan gula pasir
mengandung 4 gram per sendok teh. Xilitol juga tidak mempunyai efek after taste
(rasa tidak enak yang bertahan setelah mengkonsumsi sesuatu). Nama lain xilitol
adalah pentitol, pentose, polyalkohol dan polyol.7,9
Secara kimia struktur xilitol terdiri atas lima atom karbon dan lima gugus
hidroksil (C5H12O5), tidak seperti gula lainya yang terdiri dari atas atom karbon.
Struktur seperti ini sangat sulit untuk dimetabolisme oleh bakteri sehingga xilitol
secara komersi dilakukan melalui proses hidrogenasi xylosa (C5H10O5) dengan
bantuan katalisator nikel, pada suhu 80º-14º celcius dan 50 tekanan atmosfer.16
Xilitol murni berupa kristal putih, dengan wujud dan rasa seperti gula. Pada
label produk pangan, xilitol sering dimasukkan sebagai karbohidrat dan sebagian
kecil sebagai poliol, meskipun dalam pustaka xilitol termasuk dalam kelompok poliol
atau alkohol polihidrat atau gula alkohol. Xilitol mengandung kurang dari 40% kalori
dan energi yang lebih sedikit jika dibandingkan karbohidrat lainnya. Satu gram xilitol
menghasilkan 2,4 kalori. Dalam kemasan permen karet kandungan xilitol sebesar
1236 mg per saji dan manitol 1206 mg per saji. Menurut Yusuf xilitol yang
diaplikasikan dalam permen karet mengandung furonan dan kalsium fosfat yang
memberikan efek positif apabila dikonsumsi dua butir dalam lima kali sehari sehabis
makan, sikat gigi dan sebelum tidur.19
Adapun fungsi xilitol yang terbukti secara klinis adalah menghambat
pertumbuhan plak gigi, menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans,
menghambat demineralisasi email gigi, meningkatkan pH plak, menyebabkan
remineralisasi enamel gigi, produksi air liur meningkat sehingga dapat meredakan
xerostomia sebagai bahan pemanis yang aman untuk penderita diabetes, mengurangi
infeksi di mulut dan nasofaring dan pencegah atau penahan laju osteoporosis tulang.
Permen karet dipasaran banyak menggunakan bahan pemanis sukrosa. Bahan
dihasilkan Streptococus mutans. Hasil pemecahan ini berupa glukugan dan fruktan,
yang digunakan pada proses metabolisme glikolisis hingga menghasilkan energi dan
asam yang dapat menyebabkan gigi karies. Selain permen karet yang menggunakan
sukrosa sebagai pemanis, terdapat juga permen karet yang menggunakan xilitol
sebagai pengganti sukrosa yang sifat karioogeniknya lebih ringan dibandingkan
dengan sukrosa. Xilitol memiliki derajat kemanisan yang sama dengan sukrosa, yaitu
gula biasa, namun dibandingkan dengan sukrosa, xilitol lebih sedikit kalorinya, yaitu
sekitar 40%. Xilitol tidak dimetabolisme oleh bakteri oral termasuk Streptococcus
mutans akan terbentuk xilitol 5 fosfat yang menyebabkan kerja substansi yang
berperan dalam proses glikolisis terhambat. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya
energi yang dihasilkan saat proses metabolisme, dengan demikian permen karet ini
dapat mengurangi pembentukan plak dan bersifat antikaries karena mampu menekan
jumlah koloni Streptococus mutans, menghambat pertumbuhan plak, menekan
keasaman saliva.
2.4 Indeks Plak
Indeks plak dipopulerkan oleh Löe dan Silness pada tahun 1964. Indeks ini
diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang
berada dekat margin gingiva. Disarankan untuk menggunakan indeks ini sehingga
dapat membantu melihat adanya hubungan plak gigi dengan inflamasi gingiva.
Menurut Debnath, indeks ini digunakan dengan bantuan larutan pewarna yang
dioeleskan ke seluruh permukaan gigi dan kemudian diperiksa. Setiap gigi diperiksa
empat permukaan yaitu permukaan mesial, distal, lingual dan fasial dan kemudian
Gambar 1. Indeks plak Löe dan Sillness
Tabel 1. Skor plak yang dipopulerkan oleh Löe dan Silness.
SKOR KRITERIA
0 Tidak ada plak pada gingiva
1 Dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingiva didaerah yang berbatasan dengan gigi tetangga
2 Dijumpai tumpukan sedang deposit lunak pada poket gingiva dan pada margin gingiva dan atau pada permukaan gigi tetangga yang dapat dilihat langsung
3 Terdapat deposit lunak yang banyak pada poket gingiva dan atau pada margin dan permukaan gigi tetangga
Cara perhitungan skor :
- Untuk satu gigi : jumlah seluruh skor dari empat permukaan
4
- Untuk keseluruhan gigi : jumlah skor plak
2.5 Kerangka Teori
Pembersihan mekanis: Mengunyah Permen Karet
Sukrosa
- Menyebabkan
demineralisasi gigi
- Menyebabkan
karies gigi
Xilitol
- Menghambat
pembentukan plak gigi
- Menghambat
2.7 Kerangka Konsep
Mengunyah permen karet :
- sukrosa - xilitol
Skor plak - Peningkatan plak
- Penurunan plak
- Banyaknya permen karet 2 butir = 3 gram - Dosis 3x2/hari selama 14 hari
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan
pre-post test control group design yaitu dengan melakukan pengukuran atau observasi
sebelum dan sesudah perlakuan diberikan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara yang terletak di Jalan Alumni No.2 Padang Bulan, Medan. Waktu yang
dibutuhkan dalam penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai dengan Februari
tahun 2014.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa FKG USU stambuk 2009 yang
berjumlah 165 orang. Pengambilan sampel dilakukan menurut teori Roscoe pada
tahun 1975 bahwa untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol besar
sampel minimum antara 10 sampai 20, tetapi secara umum untuk memperoleh hasil
penelitian yang baik besar sampel adalah 30 orang. Pada penelitian ini diambil
sebanyak 60 orang mahasiswa secara purposive menurut kriteria inklusi yang
dikelompokkan menjadi kelompok perlakuan secara random mengunyah permen
karet xilitol dan sukrosa masing-masing kelompok sebanyak 30 orang.
Kriteria Inklusi
- Bersedia ikut dalam penelitian
Kriteria Eksklusi
- Gigi crowded
- Memakai ortodonti lepasan
3.4Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel perlakuan:
a. Mengunyah permen karet xilitol (neo LOTTE xilitol): mengunyah permen
karet xilitol sebanyak 2 butir (3gr) 3 kali sehari selama 5 menit.
b. Mengunyah permen karet sukrosa (LOTTE Sweet Berry): mengunyah
permen karet sukrosa sebanyak 2 butir (3 gr) 3 kali sehari selama 5 menit.
c. Waktu dan frekuensi mengunyah permen karet sukrosa dan xilitol adalah
pagi jam 10.00, siang 12.00 dan sore jam 15.30 wib, di lakukan selama 14 hari.
2. Variabel tergantung: skor plak
3.5 Prosedur Penelitian
Tahapan penelitiannya adalah:
1. Seluruh mahasiswa yang dijadikan sampel dikumpulkan pada jam 10.00
WIB.
2. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian:
a. Waktu : mengunyah permen karet 3xsehari pada pukul
10.00-12.00-15.30 WIB dilakukan selama 14 hari.
b. Cara : 2 butir dikunyah selama 5 menit 3 kali sehari dan dikunyah
selama 14 hari (84 butir).
3. Mahasiswa dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
a) Kelompok 1 : mengunyah permen karet xilitol.
b)Kelompok 2 : mengunyah permen karet sukrosa.
4. Dilakukan pemeriksaan skor plak awal pada pukul 10.00 wib setelah sampel
sarapan atau makan.
5. Diinstruksikan mahasiswa mengunyah permen karet sukrosa dan xilitol
selama 5 menit dan kemudian dilakukan pengukuran skor plak pertama, hasilnya
dicatat pada lembar penelitian. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca
mulut dan sonde berbentuk sabit. Selanjutnya diberikan larutan pewarna disclosing
pada empat permukaan yaitu mesial, distal, lingual dan fasial, setelah itu diberi skor
sesuai dengan kriteria indeks plak oleh Löe dan Silness.
6. Kemudian peneliti mengumpulkan mahasiswa dan mengontrol kembali cara
yang dilakukan selama 14 hari.
7. Dilakukan pemeriksaan skor plak kembali pagi hari pukul 10.00 wib, pada
hari ke-7 dan hari ke-14 untuk melihat adakah perbedaan skor plak setelah
mengkonsumsi permen xilitol dan sukrosa dengan menggunakan metode Löe &
Silness.
3.6 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer. Analisis statistik
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Analisis Uji T berpasangan untuk mengetahui perbedaan skor plak sebelum
dan sesudah mengunyah permen karet yang mengandung xilitol dan sukrosa hari
ke-1, hari ke-7 dan hari ke-14.
2. Analisis Uji Repeated Measures anova untuk melihat perbedaan rerata skor
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan sebanyak
66,7%, lebih banyak daripada laki-laki yaitu 33,3%. Berdasarkan umur lebih banyak
umur 22 tahun yaitu 50% daripada umur 23 tahun 33,3% dan umur 21 tahun 16,7%
(Tabel 2).
Tabel 2. Gambaran responden berdasarkan umur dan jenis kelamin pada mahasiswa FKG USU (n=60)
4.2 Rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet
xilitol dan sukrosa
Pada kelompok mengunyah permen karet xilitol rata-rata skor plak hari ke-1
sebelum mengunyah 0,88 ± 0,14 dan sesudah mengunyah terjadi sedikit penurunan
menjadi 0,84 ± 0,13 dengan selisih skor plak 0,04. Pada kelompok sukrosa sebelum
dan sesudah mengunyah hari ke-1 diperoleh nilai yang hampir sama. Hasil analisis
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kelompok mengunyah xilitol
(p>0,05). Sedangkan pada kelompok mengunyah sukrosa tidak ada perbedaan yang
Tabel 3. Rata-rata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet hari ke-1 pada kelompok xilitol dan sukrosa
Kelompok
4.3 Rerataskor plak kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1 dan sesudah hari ke-7
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor plak mengunyah permen
karet xilitol hari ke-1 adalah 0,84 ± 0,13 dan sesudah hari ke-7 menjadi 0,74 ± 0,11
terjadi penurunan dengan selisih 0,09. Sedangkan skor plak mengunyah permen karet
sukrosa hari ke-1 adalah 0,73 ± 0,07 dan sesudah hari ke-7 meningkat menjadi 0,81
± 0,07 dengan selisih 0,08. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan pada kelompok mengunyah xilitol dan sukrosa (p>0,05) (Tabel 4).
4.4 Rerata skor plak kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1 dan
sesudah hari ke-14
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor plak mengunyah permen
karet xilitol hari ke-1 yaitu 0,84 ± 0,13 dan sesudah hari ke-14 terjadi penurunan
yaitu 0,65 ± 0,11 dengan selisih 0,24. Sedangkan skor plak mengunyah permen karet
sukrosa hari ke-1 yaitu 0,73 ± 0,07 dan sesudah hari ke-14 terjadi peningkatan skor
plak 0,95 ± 0,07 dengan selisih 0,22. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan pada kelompok xilitol dan sukrosa (p<0,05) (Tabel 5).
Tabel 5. Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1 dan ke-14
4.5 Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari
ke-7 dan ke-14
Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor plak mengunyah permen karet
xilitol hari ke-7 0,74 ± 0,11 dan sesudah hari ke-14 terjadi penurunan yaitu 0,65
± 0,11 dengan selisih 0,14. Sedangkan skor plak mengunyah permen karet sukrosa
hari ke-7 yaitu 0,81 ± 0,07 dan sesudah hari ke-14 terjadi peningkatan sedikit menjadi
0,95 ± 0,07 dengan selisih 0,13. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang
Tabel 6. Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-7
4.6 Perbedaan rerata skor plak kedua kelompok mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa
Berdasarkan perbedaan rerata skor indeks plak pada hari pertama sebelum
mengunyah permen karet xilitol adalah 0,88 ± 0,14, sesudah mengunyah terdapat
penurunan secara berurutan hari ke-1, ke-7 dan ke-14 yaitu 0,84 ± 0,13, 0,74 ± 0,11
dan 0,65 ± 0,11. Sedangkan pada kelompok sukrosa sebelum dan sesudah
mengunyah hari ke-1 diperoleh nilai yang hampir sama, sedangkan hari ke-7 terjadi
peningkatan 0,81 ± 0,07 dan hari ke-14 menjadi 0,95 ± 0,07 (Gambar 1).
Gambar 2. Grafik perbedaan skor indeks plak kedua kelompok mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa
0,000
Hari ketujuh Hari keempat belas
Xylitol
4.7 Perbedaan hasil skor plak mengunyah permen karet xilitol dan
sukrosa sesudah hari ke-1, ke-7 dan ke-14
Hasil uji Repeated Measures Anova menunjukkan nilai p=0,0001 (p<0,05),
artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok mengunyah permen karet
xilitol dan kelompok sukrosa sesudah hari ke-1, hari ke-7 dan hari ke-14 (Tabel 7).
Tabel 7. Perbedaan rerata skor plak pada kelompok mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1, hari ke-7 dan ke-14 (n=30)
Kelompok
perlakuan Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-14
Hasil Analisis
Statistik
Xilitol 0,84 0,74 0,65
p=0,0001 Sukrosa 0,73 0,81 0,95
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada kelompok mengunyah permen karet xilitol terlihat rata-rata jumlah skor
plak sebelum mengunyah, hari ke-1, hari ke-7 dan hari ke-14 menunjukkan adanya
penurunan. Rata-rata skor plak sebelum mengunyah 0,88 ± 0,14, sesudah mengunyah
0,84 ± 0,13. Pada hari ke-7 rata-rata skor plak menurun 0,74 ± 0,11 dan hari ke-14
menjadi 0,65 ± 0,11. Hasil ini sesuai dengan penelitian Astoeti, Astuti, Roeslan dan
Sudhana pada tahun 2007 yang dilakukan pada pekerja kantor usia 25-45 tahun
menunjukkan bahwa mengunyah permen karet xilitol sebanyak 2 biji/hari dengan
berat 3 gram secara signifikan mempunyai skor plak lebih rendah dibandingkan
kelompok mengunyah permen karet sukrosa selama 14 dan 28 hari.8
Pada kelompok mengunyah permen karet sukrosa rata-rata jumlah skor plak
sebelum mengunyah dan sesudah mengunyah hari ke-1 tidak mengalami perubahan,
sedangkan hari ke-7 dan hari ke-14 menunjukkan adanya peningkatan skor plak.
Sebelum mengunyah dan sesudah hari ke-1 rata-rata skor plak 0,73 ± 0,07.
Sedangkan hari ke -7 rata-rata skor plak adalah 0,81 ± 0,07 dan hari ke -14 menjadi
meningkat 0,95 ± 0,07. Hal ini mungkin disebabkan karena sukrosa sebagai
karbohidrat yang paling kariogenik dan sifatnya yang lebih cepat diubah menjadi
asam oleh mikroorganisme yang menyebabkan mudahnya terjadi pertumbuhan
bakteri seperti Streptococcus mutans.8 Hal ini dikarenakan mengonsumsi sukrosa
dalam jumlah besar dapat menurunkan buffer saliva dan menyebabkan pH asam di
dalam rongga mulut menurun sehingga bakteri gram positif melekat ke permukaan
gigi dan kemudian skor plak lebih meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
sebelum dan sesudah hari ke-1, hari ke-7 dan hari ke-14 mengunyah permen karet
xilitol dan sukrosa dengan p<0,05. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi pada tahun
mengunyah permen karet xilitol pada kedua perlakuan dengan nilai p<0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa permen karet xilitol berpengaruh terhadap penurunan skor plak.9
Hasil uji Repeated Measures Anova menunjukkan terdapat perbedaan selisih
skor plak yang signifikan sesudah mengunyah xilitol hari 1 hari 7 dan hari
ke-14 (nilai p<0,05). Hasil uji analisis menunjukkan mengunyah permen karet xilitol
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Ada perbedaan yang signifikan antara kelompok mengunyah permen karet
xilitol dan sukrosa sebelum dan sesudah mengunyah hari 1, hari 7 dan hari
ke-14 (p<0,05).
2. Ada perbedaan yang signifikan pada kelompok mengunyah permen karet
xilitol sebelum dan sesudah mengunyah artinya terjadi penurunan skor plak hari ke-1,
0,84 ± 0,13, hari ke-7 0,74 ± 0,11 dan hari ke-14 0,65 ± 0,11 (p<0,05).
3. Ada perbedaan yang signifikan pada kelompok mengunyah permen karet
sukrosa sebelum dan sesudah mengunyah artinya terjadi peningkatan skor plak hari
ke-1, 0,73 ± 0,07, hari ke-7 0,81 ± 0,07 dan hari ke-14 0,95 ±0,07 (p<0,05).
4. Ada perbedaan yang signifikan antara mengunyah permen karet xilitol dan
sukrosa dimana xilitol lebih efektif dalam menurunkan skor plak dibandingkan
mengunyah permen karet sukrosa selama 14 hari.
6.2 Saran
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:
1. Informasi tambahan terhadap masyarakat mengenai memilih permen karet
yang mengandung xilitol untuk mengurangi plak gigi.
2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat bahwa mengkonsumsi permen
karet xilitol setiap hari setelah memakan makanan ringan dapat menjaga kesehatan
gigi dan mulut.
3. Panduan untuk penelitian lanjutan mengenai pengaruh mengunyah permen
DAFTAR PUSTAKA
1. Dharmawan G.A. Makanan Alami buat kesehatan gigi dan gusi. 2013.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Nasional.
2007: 131-148.
3. Rachima S. Pengaruh permen karet dengan pemanis xylitol terhadap pH plak.
Karya Tulis Ilmiah, FKG UNDIP. Semarang: 2008: 1-14.
4. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi & mulut sehat, pencegahan dan pemeliharaan.
Medan: USU Press, 2012: 100-01.
5. Taufik F, Riyanti E, Hadidja D. Indeks plaque differences between before and
after chewing apples. Proceeding Asian Oral Health Care and 2nd ASEAN
Meeting on Dental Public Health, 2008: 13-8.
6. Makinen KK. Sugar alcohols, caries incidence, and remineralization of caries
lesions: A literature review. International J Dentistry 2010; 1-23.
7. Hanson J, Campbell L. Xylitol and caries prevention. J Mass Dent Soc. 2011;
60(2): 18 -1.
8. Astoeti TE, Astuti L, Roeslan MO. Comparing xylitol and sugar sweetened
chewing gum on interdental plaque accumulation. MI Kedokteran Gigi FKG
Trisakti 2007.
9. Dewi PF. Pengaruh konsumsi permen karet yang mengandung xilitol terhadap
pembentukan plak gigi. Artikel Karya Tulis Ilmiah. FKG UNDIP, Semarang.
2008: 1-23.
10.Wang YB, Chuang CY, Liao JF, Effects of Xylitol in chewing gum on dental
plaque and Streptococcus mutans. J Food and Drug Analysus, 2006; 14(1); 84-8.
11.Walters L. The effect of xylitol on the growth of three normal oral commensal or
probiotic bacteria. Coastal Carolina University 2011: 1-17.
kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. Maj Ked Gigi. 2005;38(1):
25-8.
13.Carranza FA, Newman MG, Takkei HH. Clinical periodontology. Philadelphia:
Elsevier Inc Saunders. 2012: 221-25.
14.Soderling E, Hirvonen A, Karjalainch S, Fontana M, Catt D, Seppa L. The effect
of xylitol on the composition of the oral flora: A pilot study. 2011: 24-31.
15.Bader JD, Vollmer MW, Daniel A . Results from the xylitol for adult caries trial
(X-ACT). http://www.jada. ada.org/Accessed May. (Mei 14, 2013).
16.Rodian M, Satari MH, Rolleta E. Efek mengunyah permen karet yang
mengandung sukrosa, xylitol, probiotik terhadap karakteristik saliva. dentika Dent
J 2011;16(1): 44 – 8.
17.Thaweboon S, Nakornchai S, Miyake Y, Yanagisawa T, Thaweboon B,
Soo-ampon S, et al. Remineralization of enamel subsurface lesions by xylitol chewing
gum containing funoran and calcium hydrogenphosphate. Southeast Asian J Trop
Med Public Health. 2009;40(2): 345-53.
18.Dalimunthe SH. Periodonsia: USU Press, 2008:109-11.
19.Yusuf M. Hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies
dan OHIS pada anak SMP
Lampiran 1
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERBEDAAN MENGUNYAH PERMEN KARET YANG MENGANDUNG
SUKROSA DAN XILITOL TERHADAP SKOR PLAK
PADA MAHASISWA FKG USU STAMBUK 2009
No. Kartu :
2. Kelompok perlakuan :1. Mengunyah permen karet sukrosa (Kelompok A)
2. Mengunyah permen karet xilitol (Kelompok B) 2
PEMERIKSAAN SKOR PLAK
A. Sebelum/baseline Indeks Plak (Loe and Sillness)
Rahang Atas Rahang Bawah
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rahang Atas Rahang Bawah
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Untuk satu gigi = Jumlah seluruh skor dari empat permukaan
B. Sesudah hari ke-7
Rahang Atas Rahang Bawah
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Untuk satu gigi = Jumlah seluruh skor dari empat permukaan
C. Sesudah hari ke-14
Rahang Atas Rahang Bawah
Elemen Nilai Elemen Nilai Elemen Nilai Elemen Nilai
11 21 31 41
12 22 32 42
13 23 33 43
14 24 34 44
15 25 35 45
16 26 36 46
17 27 37 47
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Untuk satu gigi = Jumlah seluruh skor dari empat permukaan
4
Untuk keseluruhan gigi = Jumlah skor plak setiap gigi Jumlah gigi yang ada
Untuk keseluruhan gigi = =……...
Skor =
Kategori :
1. Skor baik = 0-1 2. Skor sedang = 1,1–2 3. Skor buruk = 2,1-3
Lampiran 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Selamat pagi saudara semuanya. Perkenalkan nama saya Nora Devita Ritonga,
mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran
Gigi, Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul
“Perbedaan mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol
terhadap akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU” yang bertujuan untuk
mengetahui perbedaan mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan
xilitol terhadap penurunan akumulasi plak (kebersihan rongga mulut). Manfaat dari
penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi informasi kepada
masyarakat luas khususnya mahasiswa/i FKG USU sehingga dapat memilih permen
karet yang baik untuk dikonsumsi sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya karies
gigi.
Dalam penelitian ini, akan dilakukan pemeriksaan keadaan rongga mulut dan
gigi-geligi oleh peneliti terhadap subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan 2
kelompok yaitu kelompok pertama diinstruksiakan mengunyah permen karet sukrosa
dan kelompok dua mengunyah permen karet xilitol. Pada hari pertama dilakukan
pemeriksaan indeks plak (indeks kebersihan rongga mulut). Setelah itu, setiap subjek
akan diberi 2 butir permen dan diberi instruksi untuk mengunyah selama 5 menit.
Lalu dilakukan pemeriksaan indeks plak awal oleh peneliti dengan menggunakan
probe. Subjek diinstruksikan untuk mengunyah permen karet 3 kali sehari selama 5
menit sesudah penyikatan gigi pada pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur
dan dilakukan selama 14 hari di rumah. Pada hari ke-7 dan ke-14, subjek kembali
dilakukan pemeriksaan indeks plak. Pada hari ke 14, dilakukan evaluasi respon
terhadap penggunaan pengunyahan permen karet. Pemeriksaan yang akan dilakukan
di atas pada lazimnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan efek samping bagi
Saya sangat mengharapkan keikut sertaan saudara dalam penelitian ini, karena
selain bermanfaat untuk diri sendiri, juga bermanfaat untuk orang lain di dalam
memberikan informasi mengenai perbedaan yang mengunyah permen karet sukrosa
dan xilitol terhadap akumulasi plak.
Selama penelitian ini, saudara tidak dibebankan biaya apapun (gratis). Semua
data/keterangan dari saudara bersifat rahasia, tidak diketahui orang lain. Apabila
keberatan, saudara bebas untuk menolak mengikuti penelitian ini.
Jika sudah mengerti dan bersedia mengikuti penelitian ini maka saudara dapat
mengisi lembar persetujuan. Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang
disebabkan oleh penelitian ini, maka saudara dapat menghubungi saya.
Nama : Nora Devita Ritonga
Alamat rumah : Komplek Perumahan Setia Budi Indah Blok LL.27
Telepon : 082166700820
Demikian penjelasan ini saya sampaikan, kiranya hasil dari penelitian ini
bermanfat bagi kita semua.
Medan,………
Peneliti,
Lampiran 3
LEMBARAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
(INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ………
Alamat : ………
No. Telp/HP : ………
Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian secara sadar dan tanpa
paksaan dan paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada
penelitian yang berjudul:
“Perbedaan Mengunyah Permen Karet yang Mengandung Sukrosa dan Xilitol
terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa FKG USU”
Maka dengan surat ini menyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini.
Medan, ………
Yang menyetujui,
Subjek Penelitian
(………)
Lampiran 5
T-Test XYLITOL
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 sebelum .8750 30 .14166 .02586
sesudah_1 .8393 30 .13786 .02517
Pair 2 sesudah_1 .8393 30 .13786 .02517
sesudah_7 .7397 30 .11458 .02092
Pair 3 sesudah_1 .8393 30 .13786 .02517
sesudah_14 .5953 30 .11082 .02023
Pair 4 sesudah_7 .7397 30 .11458 .02092
sesudah_14 .5953 30 .11082 .02023
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum& sesudah_1 30 .990 .000
Pair 2 sesudah_1 & sesudah_7 30 .943 .000
Pair 3 sesudah_1 & sesudah_14 30 .901 .000
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 sebelum& sesudah_1 30 .998 .000
Pair 2 sesudah_1 & sesudah_7 30 .885 .000
Pair 3 sesudah_1 & sesudah_14 30 .652 .000
Pair 4 sesudah_7 & sesudah_14 30 .763 .000
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig.
(2-tailed) 95% Confidence
Interval of the
Difference
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper
Pair 1 sebelum - sesudah_1 -.00267 .00521 .00095 -.00461 -.00072 -2.804 29 .009
Pair 2 sesudah_1 - sesudah_7 -.08200 .03438 .00628 -.09484 -.06916 -13.063 29 .000
Pair 3 sesudah_1 - sesudah_14 -.22100 .06205 .01133 -.24417 -.19783 -19.507 29 .000
Lampiran 5
General Linear Model XYLITOL
Within-Subjects Factors
Measure:MEASURE_1
waktu
Dependent
Variable
1 sebelum
2 sesudah_1
3 sesudah_7
4 sesudah_14
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Sebelum .8750 .14166 30
sesudah_1 .8393 .13786 30
sesudah_7 .7397 .11458 30
sesudah_14 .5953 .11082 30
Multivariate Testsb
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
waktu Pillai's Trace .963 234.347a 3.000 27.000 .000
Wilks' Lambda .037 234.347a 3.000 27.000 .000
Hotelling's Trace 26.039 234.347a 3.000 27.000 .000
a. Exact statistic
b. Design: Intercept
Within Subjects Design: waktu
Pairwise Comparisons
95% Confidence Interval for Differencea
Lower Bound Upper Bound
1 2 .036* .004 .000 .028 .043
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the .05 level.
General Linear Model
Hotelling's Trace 13.377 120.390a 3.000 27.000 .000
Roy's Largest Root 13.377 120.390a 3.000 27.000 .000
a. Exact statistic
b. Design: Intercept
Pairwise Comparisons
Measure:MEASURE_1
(I) waktu (J)
waktu
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for
Differencea
Lower Bound Upper Bound
1 2 -.003* .001 .009 -.005 .000
3 -.085* .006 .000 -.098 -.071
4 -.224* .011 .000 -.247 -.200
2 1 .003* .001 .009 .001 .005
3 -.082* .006 .000 -.095 -.069
4 -.221* .011 .000 -.244 -.198
3 1 .085* .006 .000 .071 .098
2 .082* .006 .000 .069 .095
4 -.139* .009 .000 -.158 -.120
4 1 .224* .011 .000 .200 .247
2 .221* .011 .000 .198 .244
3 .139* .009 .000 .120 .158
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the .05 level.