• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKOLOGI SERANGGA POLINATOR PADA TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKOLOGI SERANGGA POLINATOR PADA TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.)."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKOLOGI SERANGGA POLINATOR PADA TANAMAN MENTIMUN

(Cucumis sativus L.)

Oleh:

Ruth Melda Simanjuntak NIM 4123220026 Program Studi Biologi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ruth Melda Simanjuntak lahir di Sidikalang pada tanggal 09 April 1994,

merupakan anak ke empat dari empat bersaudara dari orang tua M. Simanjuntak

dan R. Simamora. Pada tahun 1999 Penulis masuk TK Swasta Indorayon dan

lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000, Penulis masuk SD Negeri 173633 Porsea

dan lulus pada tahun 2006, dilanjutkan dengan pendidikan di SMP Swasta

Yayasan Bona Pasogit Sejahterah dan lulus pada tahun 2009. Penulis melanjutkan

pendidikan lagi di SMA Negeri 1 Laguboti pada tahun 2009 dan selesai di tahun

2012. Pada tahun 2012 Penulis diterima di Program studi Biologi Jurusan Biologi

melalui jalur SNMPTN, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Medan dan lulus pada tahun 2016. Selama perkuliahan penulis

aktif di dalam organisasi Ikatan Keluarga Besar Kristen Biologi (IKBKB). Penulis

juga pernah menjadi Asisten Laboratorium Praktikum Fisiologi Hewan dan

Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia. Penulis mengikuti PKL di Balai Teknik

Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit, Medan.

Dengan berbekal ilmu pengetahuan dan pengalaman selama masa kuliah, penulis menulis skripsi yang berjudul “Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Ekologi Serangga Polinator pada Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)” yang dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2016, yang dibimbing oleh Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D. dengan pengidentifikasian

(4)

iii

PENGARUH PERKEBUNAN KELAPA SAWIT TERHADAP EKOLOGI SERANGGA POLINATOR PADA TANAMAN MENTIMUN

(Cucumis sativus L.) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perkebunan kelapa sawit terhadap ekologi serangga polinator pada tanaman mentimun. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif survey, dengan teknik sampling menggunakan Scan Sampling yaitu mendata seluruh serangga polinator yang didapat dan dijadikan sampel per waktu yang ditentukan dari dua lokasi yang berbeda. Dari hasil penelitian ini didapatkan total 20 spesies, yang tergabung ke dalam 3 ordo: Lepidoptera, Diptera, dan Hymenoptera dan 8 famili: Hesperidae, Pyralidae, Nimphalidae, Pieridae, Syrphidae, Apidae, Vespidae, dan Haliotidae. jumlah spesies serangga polinator pada dua lokasi berbeda signifkan (t = 3,108; P = 0,003), kelimpahan serangga polinator berbeda signifikan (t = 2,016; P = 0,050). Terdapatan perbedaan komposisi serangga polinator dari kedua lokasi. Waktu pengamatan secara signifikan berpengaruh terhadap jumlah spesies serangga polinator mentimun (F = 7,286; P = 0,000) dan kelimpahan serangga polinator mentimun (F = 6,276; P = 0,000).

(5)

iv

THE EFFECT OF OIL PALM PLANTATIONS ON THE ECOLOGY OF INSECT POLLINATORS IN CUCUMBERS (Cucumis sativus L.)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of oil palm plantations on the ecology of insect pollinators in cucumbers. The method used is descriptif survey by scan sampling that record all of insect pollinators are obtained as samples in time specified. The results of this study, there are 20 species, belong to the 3 order: Lepidoptera, Diptera, and Hymenoptera and 8 families: Hesperidae, Pyralidae, Nimphalidae, Pieridae, Syrphidae, Apidae, Vespidae, and Haliotidae. The number of species of insect pollinators significantly different (t = 3.108; P = 0.003), the abundance of insect pollinator was significantly different (t = 2.016; P = 0.050). There are differences in the composition of insect pollinators of both locations,. Observation time significantly affect the number of species of insect pollinators (F = 7.286; P = 0.000) and abundance of insect pollinators (F = 6.276; P = 0.000).

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

yang telah memberikan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit terhadap Ekologi Serangga Polinator pada Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)”. yang merupakan

syarat memperoleh gelar sarjana sain Non Kependidikan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam UNIMED, Bapak Dr. Hasruddin, M. Pd, selaku ketua jurusan

Biologi UNIMED, Ibu Dr. Melva Silitonga, M.S, selaku ketua Program Studi

Biologi UNIMED. Terkhusus kepada Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D selaku

dosen pembimbing skripsi, Bapak Drs. Batin Kaban selaku pembimbing

akademik dan kepada Bapak Prof. Dr.rer.nat. Binari Manurung, M.Si, Ibu Aida

Fitriani Sitompul, S.Pd., M.Si, dan Ibu Wina Dyah Puspitasari, S.Si., M. Si selaku

dosen penguji yang bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan ilmu dan

masukan kepada penulis.

Teristimewa penulis ucapkan terima kasih kepada Ayahhanda Manggontar

Simanjuntak dan kepada Ibunda Rosmaida Simamora yang tidak pernah letih

untuk memberikan dukungan, semangat, dan kasih sayang. Kepada kakak

Sulastry Simanjuntak, Abang Baharun Simanjuntak, Abang Dani Roiman

Simanjuntak yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

Kepada sahabat-sahabat Ismayhop (Monalisa, Ymelda, Ajeng, Lelly, dan Pritty),

Kemala, Jhelly dan semua sahabat NK B 2012 yang selama 4 tahun sudah

merasakan suka duka perkuliahan. Dan kepada teman-teman terdekat penulis yang

selalu memberikan semangat kepada penulis.

Akhir kata penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak

yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini dan penulis sadar bahwasanya

(7)

vi

dan saran demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini bermanfaat

untuk para pembaca.

Medan, 17 Juni 2016

Ruth Melda Simanjuntak

(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Daftar Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Abstract iv

Kata Pengantar v

Daftar Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 4

1.3. Batasan Masalah 5

1.4. Perumusan Masalah 5

1.5. Tujuan Penelitian 5

1.6. Manfaat Penelitian 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7

2.1. Luas Perkebunan Kelapa Sawit di Sumatra Utara 2014 7

2.2. Taksonomi dan Deskripsi Serangga 8

2.2.1. Serangga Polinator 8

2.3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Serangga 9

2.3.1. Faktor Intern 9

2.3.1. Faktor Ekstern 10

2.4. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun 11

2.4.1. Anatomi Bunga Mentimun 13

2.4.2. Syarat Tumbuh Mentimun 14

2.5. Hubungan Faktor Iklim dengan Perbungaan Tanaman 16

(9)

viii

2.7. Proses Penyerbukan 18

2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerbukan 18

2.9. Modifikasi Tampilan Bunga dan Serangga Polinator 19

2.10. Agen Penyerbuk 21

2.11. Pentingnya Polinasi terhadap Serangga 22

2.12. Pentingnya Polinasi bagi Tumbuhan 23

2.13. Peran Serangga Polinator pada Tanaman Pertanian 23

BAB III METODE PENELITIAN 25

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 25

3.2. Alat dan Bahan 25

3.3. Rancangan Penelitian 26

3.4. Prosedur Survey 27

3.4.1. Survey Lokasi 27

3.4.2. Prosedur Pengenalan Serangga 27

3.4.3. Prosedur Pengamatan Serangga Penyebuk 28

3.4.4. Identifikasi Serangga Polinator 29

3.5. Teknik Analisis Data 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31

4.1. Hasil Penelitian 31

4.1.1. Faktor Fisika Lingkungan 31

4.1.2 Perbedaan Vegetasi Lokasi Penelitian 31

4.1.3. Data dan Hasil Identifikasi 32

4.1.4. Perbandingan Jumlah Spesies Serangga Polinator Mentimun 32

4.1.5. Perbandingan Kelimpahan Serangga Polinator Mentimun 34

4.1.6.Kelimpahan Serangga Polinator Mentimun 34

4.1.7.Perbandingan Kelimpahan Serangga Polinator Mentimun 42

4.1.8.Pengaruh Waktu Pengamatan terhadap Jumlah Spesies 42

4.1.9. Pengaruh Waktu Terhadap Kelimpahan 43

4.2. Pembahasan 44

(10)

ix

4.2.2. Perbandingan Jumlah Spesies Serangga Polinator 45

4.2.3. Kelimpahan Serangga Polinator Mentimun 46

4.2.4. Perbandingan Komposisi Serangga Polinator Menti 46

4.2.5. Pengaruh Waktu Pengamatan 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 50

5.1. Kesimpulan 50

5.2. Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 51

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Rencana Jadwal Pengamatan Serangga Polinator 29

Tabel 4.1. Faktor Fisika Lingkungan 31

Tabel 4.2. Serangga Polinator Mentimun pada Kedua Lokasi Penelitian 33

Tabel 4.3 Pengaruh Perbedaan Lokasi Terhadap Kelimpahan Spesies 35

Serangga Polnator Mentimun

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Sebaran Perkebunan Kelapa Sawit SUMUT 2014 7

Gambar 2.2. Anatomi Bunga Mentimun 13

Gambar 2.3. Bunga Betina dan Bunga Jantan Mentimun 14

Gambar 3.1. Lokasi Penelitian Kebun Mentimun 25

Gambar 4.1. Perbandingan Jumlah Spesises Serangga Polinator 33

Gambar 4.2. Perbandingan Kelimpahan Serangga Polinator Mentimun 34

Gambar 4.3. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 36

Kupu-kupu Junonia atlites pada Tanaman Mentimun

Gambar 4.4. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 36

Kupu-kupu Delias Hyparete

Gambar 4.5. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 36

Lalat Amegilla cingulata

Gambar 4.6. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 37

Lalat Meliscaeva cinctella

Gambar 4.7. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 37

Lebah Xylocopa confusa

Gambar 4.8. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 38

Lebah Xylocopa latipes

Gambar 4.9. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 39

Tawon Polistes fuscata

Gambar 4.10. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 39

lebah Augochora pura

Gambar 4.11. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 39

(13)

xiii

Gambar 4.12. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 40

Tawon Delta companiforme

Gambar 4.13. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 40

Trigona sp.

Gambar 4.14. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 41

Kupu-kupu Junonia almana

Gambar 4.15. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan 41

Kupu-kupu Junonia orithya

Gambar 4.16. Pengaruh Waktu Pengamatan terhadap Jumlah Spesies 43

(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Data Hasil Peneltian 54

Analisis Data Uji t 56

Analisis Man-Whitney U Test 58

Analisis Data Uji Tukey 64

Deskripsi Serangga Polinator 67

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

Indonesia berpotensi menjadi pemasok utama biofuel, terutama biodiesel

berbasis kelapa sawit ke pasar dunia. Pada tahun 2006, Indonesia memiliki 4,1

juta Ha perkebunan kelapa sawit, 31% dari total dunia (Koh dan Wilcove, 2008).

Sebagian besar minyak kelapa sawit (87% pada tahun 2006) dihasilkan dari hutan

tanaman industri Indonesia dan Malaysia. Pada tahun 2010, perkebunan daerah

meningkat menjadi sekitar 7,2 juta hektar kelapa sawit dan menyumbang 46%

dari minyak sawit mentah dunia (Teoh, 2010). Berdasarkan buku statistik

komoditas kelapa sawit terbitan Ditjen Perkebunan, pada tahun 2014 luas areal

kelapa sawit mencapai 10,9 juta Ha dengan produksi 29,3 juta ton CPO (Crude

Palm Oil). Luas areal menurut status pengusahaannya milik rakyat (Perkebunan

Rakyat) seluas 4,55 juta Ha atau 41,55% dari total luas areal, milik negara (PTPN)

seluas 0,75 juta Ha atau 6,83% dari total luas areal, milik swasta seluas 5,66 juta

Ha atau 51,62%, swasta terbagi menjadi dua yaitu swasta asing seluas 0,17 juta

Ha atau 1,54% dan sisanya lokal (Statistik Komoditas Kelapa Sawit, 2014).

Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan perkebunan kelapa sawit tercepat di

dunia melampaui Malaysia sebagai produsen terbesar CPO (Crude Palm Oil) di

dunia selama tahun 2007. Dalam 12 tahun (1985-1997) hutan Indonesia

dibersihkan 60% dari dataran rendah hutan hujan Kalimantan dan Sumatra -

deforestasi terutama dilakukan untuk memfasilitasi penanaman kelapa sawit

(Holmes, 2000). Menurut data Sawit Watch di awal tahun 2008 Indonesia

memiliki 7,3 juta hektar lahan kelapa sawit. Hal ini merupakan peningkatan yang

signifikan karena pada tahun 2006 hanya terdapat 6 juta Ha lahan. Rencana

pembangunan daerah menetapkan 20 juta hektar lahan akan dipersiapkan untuk

perkebunan ekspansi pada tahun 2020 terutama di Sumatera, Kalimantan,

(16)

2

Dari sejumlah laporan menyatakan bahwa perkebunan kelapa sawit telah

diidentifikasi sebagai salah satu kontributor utama perusakan hutan (Wakker,

2005). Laporan ini dicakup dari Laporan Pelaksanaan Konvensi Keanekaragaman

Hayati Indonesia ketiga yang mencatat bahwa perkebunan kelapa sawit adalah

salah satu penyebab utama deforestasi di tahun 1990-an. Konversi lahan berskala

besar adalah penyebab terbesar dari kebakaran pada tahun 1997-1998, yang

membakar hampir lima juta hektar hutan (Third National Implementation Report,

2005).

Penggundulan hutan, terutama pada penggundulan skala besar memiliki

dampak yang berat pada lingkungan. Selanjutnya, dampak dari kehancuran ini

memiliki makna global. Pembukaan hutan untuk perkebunan, terkait kebakaran

hutan dan pengeringan dari lahan gambut, semua berkontribusi besar pada emisi

gas rumah kaca Indonesia. Menurut Wetlands International dan World Bank,

Indonesia memiliki emisi CO2 ekuivalen tertinggi ketiga di dunia setelah AS dan

Cina (Wetlands International, 2006).

Setelah kelapa sawit menggantikan sebagian besar ratusan jenis pohon,

tanaman merambat, semak, lumut, dan tanaman lain yang ditemukan pada setiap

hutan hujan dataran rendah, kebanyakan hewan tidak bisa lagi hidup di sana.

Sebagai tanaman perkebunan industri, kelapa sawit ditanam monokultur.

Kebanyakan tanaman lain yang ditemukan adalah tumbuhan rendah penutup tanah

(Wakker, 2000). Tanpa hutan hujan yang berlimpah berbagai buah-buahan,

kacang-kacangan, daun, akar, nektar, kulit kayu, tunas, dan bahan tanaman lain

untuk makan kebanyakan hewan tidak dapat bertahan hidup.

Budidaya kelapa sawit modern umumnya ditandai dengan monokultur

struktur umur yang seragam, kanopi rendah, semak jarang, stabilitas iklim mikro

rendah dan penggunaan intensif dari pupuk dan pestisida (Fitzherbert et al.,

2008). Pohon kelapa sawit menghasilkan buah pada tahun ketiga, dengan hasil per

pohon meningkat secara bertahap dan mencapai puncak sekitar 20 tahun (FAO,

2002). Oleh karena itu, perkebunan kelapa sawit biasanya ditebang dan ditanam

kembali pada interval 25 sampai 30 tahun (Wahid, 2005). Dari sudut pandang

(17)

3

migrasi spesies dan mengakibatkan kerentanan lebih besar terhadap penyakit

tanaman. Konversi hutan alam meningkatkan fragmentasi habitat dan hilangnya

keanekaragaman hayati. Efek abiotik meliputi kerentanan angin, pengeringan dan

terjadinya kebakaran (Danielsen et al., 2009).

Spesies polinator adalah spesies penyerbuk, dimana sekitar 65% dari spesies

tanaman memerlukan penyerbukan oleh hewan dan analisis data dari 200 negara

menunjukkan bahwa 75% dari spesies tanaman penting untuk produksi pangan

secara global bergantung pada penyerbukan hewan, terutama oleh serangga (Klein

et al., 2007). Liferdi (2008) menyatakan bahwa serangga penyerbuk sangat

penting bagi proses penyerbukan pada berbagai jenis tanaman hortikultura, salah

satunya adalah tanaman mentimun. Mentimun termasuk tanaman berumah satu

artinya bunga jantan dan bunga betina letaknya terpisah, tetapi masih dalam satu

tanaman (Rukmana, 1994). Bunga betina mempunyai bakal buah yang bengkok

terletak dibawah mahkota bunga. Bunga jantan keluar beberapa hari lebih dulu

baru bunga betina muncul pada ruas ke enam setelah bunga jantan (Cahyono,

2003).

Salah satu faktor yang paling penting yang mempengaruhi hasil dan kualitas

tanaman mentimun adalah berhasilnya penyerbukan. Karena kehadiran bunga

betina dan bunga jantan terpisah pada tanaman yang sama, bunga-bunga

tidak diserbukkan angin atau melakukan penyerbukan sendiri. Serangga, terutama

lebah madu adalah penyerbuk utama mentimun (Connor and Martin, 1969). Buah

yang berasal dari bunga yang telah diserbuki oleh lebah madu memiliki kualitas

yang lebih baik daripada yang berasal dari bunga tanpa penyerbukan lebah (Couto

dan Calmona, 1993). Serbuk sari yang besar dan lengket, membutuhkan agen

eksternal untuk transfer serbuk sari antara bunga (Sedgley dan Schofield, 1980).

Penyerbukan yang memadai biasanya menjamin terbentuknya buah yang seragam

dan sempurna (McGregor, 1976), sedangkan hasil penyerbukan yang tidak

lengkap buah tidak akan terbentuk buah kecil dan cacat, sehingga mengarah ke

hasil yang rendah (Hodges dan Baxendale, 1991).

Pada dekade terakhir ini telah terlihat kekhawatiran di seluruh dunia selama

(18)

4

biasa dalam studi identifikasi ancaman terhadap penyerbuk dan mengukur dampak

dari penurunan penyerbuk pada layanan penyerbukan di alam dan sistem

pertanian. Kebanyakan penelitian menunjukkan perubahan bentangan alam akibat

dari penggunaan lahan intensif dan menyebabkan hilangnya habitat dan

fragmentasi sebagai salah satu ancaman utama untuk layanan penyerbukan

(Kremen et al., 2002).

Dari latar belakang tersebut maka perlu diteliti mengenai pengaruh

perkebunan kelapa sawit terhadap ekologi serangga polinator pada perkebunan

mentimun yang berada dekat kebun kelapa sawit, yang akan peneliti bandingkan

dengan ekologi serangga polinator pada perkebunan mentimun yang berada di

ladang penduduk yang masih memiliki jenis tanaman yang beragam.

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi

masalah sebagai berikut:

1. Rencana pembangunan daerah menetapkan bahwa 20 juta hektar lahan akan

dipersiapkan untuk perkebunan ekspansi pada tahun 2020, terutama di

Sumatera, Kalimantan (Borneo Indonesia), Sulawesi dan Papua Barat.

2. Perkebunan kelapa sawit telah diidentifikasi sebagai salah satu utama

kontributor dengan perusakan hutan.

3. Perkebunan kelapa sawit adalah salah satu penyebab utama deforestasi di

tahun 1990-an.

4. Penggundulan hutan, terutama pada penggundulan skala besar memiliki

dampak yang berat pada lingkungan.

5. Setelah kelapa sawit menggantikan sebagian besar ratusan jenis pohon,

tanaman merambat, semak, lumut, dan tanaman lain yang ditemukan pada

hutan hujan dataran rendah, kebanyakan hewan tidak bisa lagi hidup sana.

6. Konversi hutan alam meningkatkan fragmentasi habitat dan hilangnya

keanekaragaman hayati. Efek abiotik meliputi kerentanan angin, pengeringan

(19)

5

1.3.Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Pengambilan sampel dilakukan di perkebunan mentimun di sekitar kebun

kelapa sawit di desa Pulau Gambar dusun X Kecamatan Serbajadi Serdang

Bedagai. Sedangkan yang kebun mentimun yang berada di ladang terdapat di

Desa Pulau Gambar Dusun II Kecamatan Serbajadi Serdang Bedagai.

2. Serangga polinator yang diamati adalah serangga polinator diurnal.

1.4. Perumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat perbedaan jumlah spesies dan kelimpahan serangga polinator

pada kebun mentimun di sekitar perkebunan kelapa sawit di desa Pulau

Gambar dusun X Kecamatan Serbajadi Serdang Bedagai dan yang berada di

ladang penduduk di Desa Pulau Gambar Dusun II Kecamatan Serbajadi

Serdang Bedagai?

2. Apakah terdapat perbedaan komposisi serangga polinator pada kebun

mentimun di sekitar perkebunan kelapa sawit di desa Pulau Gambar dusun X

Kecamatan Serbajadi Serdang Bedagai dengan yang berada di ladang

penduduk di Desa Pulau Gambar Dusun II Kecamatan Serbajadi Serdang

Bedagai?

3. Apakah waktu pengamatan mempengaruhi jumlah spesies dan kelimpahan

serangga polinator mentimun?

1.5.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Memperoleh data empiris perbedaan jumlah spesies serangga dan kelimpahan

serangga polinator pada kebun mentimun di sekitar perkebunan kelapa sawit

di desa Pulau Gambar dusun X Kecamatan Serbajadi Serdang Bedagai dan

yang berada di ladang penduduk di Desa Pulau Gambar Dusun II Kecamatan

(20)

6

2. Memperoleh data empiris perbedaan komposisi serangga polinator pada kebun

mentimun di sekitar perkebun kelapa sawit di desa Pulau Gambar dusun X

Kecamatan Serbajadi Serdang Bedagai dan yang berada di ladang penduduk

di Desa Pulau Gambar Dusun II Kecamatan Serbajadi Serdang Bedagai.

3. Memperoleh data empiris pengaruh waktu pengamatan terhadap jumlah dan

kelimpahan serangga polinator mentimun.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi tentang pengaruh perkebunan kelapa sawit terhadap

kelimpahan dan keanekaragaman serangga polinator mentimun.

2. Memberikan informasi tentang jenis serangga yang membentu proses

penyerbukan pada tanaman mentimun.

(21)

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh perkebunan kelapa sawit

terhadap ekologi serangga polinator, maka dapat disimpulkan:

1. Jumlah spesies serangga polinator mentimun dan kelimpahan serangga

polinator mentimun pada kebun yang berada di ladang lebih tinggi

dibandingkan pada kebun mentimun yang berada di sekitar perkebunan

kelapa sawit.

2. Komposisi serangga polinator mentimun pada kebun di sekitar

perkebunan kelapa sawit berbeda (20%) dengan komposisi serangga

polinator mentimun pada kebun yang berada di ladang.

3. Waktu pengamatan berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah

spesies dan kelimpahan serangga polinator mentimun.

5.2. Saran

Dari kesimpulan penelitian maka penulis menyarankan:

1. Penelitian lanjutan sebaiknya saat penelitian pada kedua lokasi

dilakukan pada hari dan jam pengamtan yang sama.

2. Pada saat penyimpanan serangga pada papilot serangga diposisikan

(22)

51

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S., (2006), Hortikultura Aspek Budidaya, UI Press, Jakarta.

Barus, A., Syukri, (2008), Agroteknologi Tanaman Buah-buahan, USU Press,

Medan.

Borror, D. J.,Triplehorn, C. A., dan Johnson, N. F., (1996), Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi Keenam. Penerjemah Soetiyono Partosoejono, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Cahyono, B., (2003), Timun, Aneka Ilmu, Semarang.

Couto, R.H.N., R.C. Calmona, (1993), Polinização entomó fi la em pepino (Cucumis sativus L. var. Aodai melhorada). Naturalia 18: 77-82.

Connor, L. J., Martin, E.C, (1969), Honey bee pollination of cucumbers. American Bee Journal 109, 389.

Danielsen, F., Beukema, H.., Burgess, N. D., Parish, F., Bruhl, C. A., Donald, P. F., Murdiyarso, D., Phalan, B., Reijnders, L., Struebig, M., Fitzherbert, E. B., (2009), Biofuel Plantations on Forested Lands: Double Jeopardy for Biodiversity and Climate, Conserv Biol 23:348-358.

Delaplane, K. S., D. F. Mayer., (2000), Crop Polination by Bees, CABI, New

York.

Dudareva, N., Pichersky, (2006), Biology of Floral Scent, CRC Press Taylor dan Francis Group, New York.

Erniwati, (2010), Kajian Aspek Ekologi Lebah Sosial (Hymenoptera: Apidae) dan Biologi Reproduksi Tanaman Pertanian yang Mendukung Konsep Pengembangan Pengelolaan Penyerbukannya, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.

Fitzherbert, E. B., Struebig, M. J., Morel, A., Danielson, F., Bruhl CA., Donald, P, F., Phalan, B., (2008), How Will Oil Palm Expansion Affect Biodiversity?, Trends Ecol 23:538-545.

Guslim, (2007), Agroklimatologi, USU Press, Medan.

Hadi, M., Tarwotjo, U., Rahadian, R., (2009), Biologi Insekta Entomologi, Graha Ilmu, Yogyakarta.

(23)

52

Jumar, (2000), Entomologi Pertanian, Renika Cipta, Jakarta.

Kartikawati, N. K., (2008), Polinator pada Tumbuhan Kayu Putih. Jurnal Balai Besar Penelitian Bioteknologi Tumbuhan Hutan, Jogjakarta.

Klein, A.M., Brittain, C., Hendrix, S.D., Thorp,R., Williams, N., Kremen,C., (2012), Wild pollinationservices to California almond rely onsemi-natural habitat. Journal of Applied Ecology 49:723-32

Kluser, .S., Peduzzi. P., (2007), Global Pollinator. Decline: A Litterature Review, UNEP/GRID- Rome.

Kearns, C. A., D. W. Inouye, and N. M. Waser. 1998. Endangered mutualisms: The conservation of plant-pollinator interactions, Annual Review of Ecology and Systematics 29:83-112.

Kremen, C., Williams, N. M., Thorp, R. W., (2002), Crop Pollination from Native Bees at Risk from Agricultural Intensification, Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America 99: 16812-16816.

Kremen, C., Ricketts, T., (2000) Global perspectives on pollination disruptions. Conservation Biology 14:1226-1228.

Kruess, A., Tscharntke, T., (1994), Habitat fragmentation, species loss,and biological control, Science 264:1581-1584.

Liferdi, L., (2008), Lebah Polinator utama pada Tanaman Hortikultura, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Iptek Hortikultura 4: 1-5.

Magurran, A. E., (1988), Ecological Diversity and It’s Measurement, Priceton University Press, New Jersey.

Mark, D., (1992), Effect of Resource Distribution on Animal Plant Interaction, Academic Press, INC New York.

McGregor, S.E., (1976), Insect Pollination of Cultivated Crops, U.S. Department of Agriculture, Agriculture Handbook, 496 pp.

Mugnisjah, W. Q., A. Setiawan, (1995), Produksi Benih, Bumi Aksara, Bandung.

Natawigena, (1990), Entomologi Pertanian, Bina Aksara, Surabaya.

Peggie, D., Amir, M., (2012), Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun Raya Bogor,

Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor.

(24)

53

Potts, S.G., Biesmeijer. J.C., Kremen. C, Neumann. P., Schweiger. O., Kunin. W.E., (2010) Global pollinator declines: trends, impacts and drivers. Trends in Ecology & Evolution 25:345-353.

Rochedi, A. B., (2004), Studi Polinasi pada Iles-iles, Skripsi Jurusan Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, IPB, Bogor.

Rukmana, R., (1994), Budidaya Ketimun, Kanisius, Yogyakarta.

Samadi, B., (2002), Teknik Budidaya Ketimu Hibrida, Kanisius, Yogyakarta.

Schelhas, J., R. Greenberg, (1996), Forest Patches: in Tropical Landscape, Island Press, Washington DC.

Sedgley, M., Scholefield, P.B., (1980), Stigma secretion in the watermelon before and after pollination. Botanical Gazette 141 (4), 428-434.

Soegianto, A., (1994), Ekologi Kuantitatif, Usaha Nasional, Surabaya.

Sudiana, E., Widhiono, I., (2015), Keragaman serangga penyerbuk pada habitat hutan, Makalah Seminar Nasional Masyarakat, Biodiversitas Indonesia. Yogyakarta

Suheriyanto, D., (2002), Kajian Komunitas Fauna pada Pertanaman Bawang Merah dengan dan Tanpa Aplikasi Pestisida, Jurnal Biosains 2: 14411 Universitas Brawijaya, Malang.

Sumpena, U., (2001), Budidaya Ketimun, Penebar Swadaya, Jakarta.

Sunarjono, (2007), Bertanamn 30 Jenis Sayuran, Penebar Swadaya, Jakarta.

Teoh, C., (2010), Key Sustainability Issues in the Palm Oil Sector: A Discussion Paper for Multi-Stakeholders Consultations, World Bank Group, Washington DC.

Wakker, E., (2005), Greasy Palms- The Social and Ecological Impacts of Large Scale Oil Palm Plantation Development in Southeast Asia, Friends of the Earth, World Bank, Washington DC.

Wetlands International, (2006), Maps of Peatlands International, Bogor.

Widhiono, I., (2015), Strategi Konservasi Serangga Polinator, Universitas Jendral

Soedrman, Purwokerto.

Gambar

Tabel 3.1. Rencana Jadwal Pengamatan Serangga Polinator
Gambar 4.13. Pengaruh Perkebunan Kelapa Sawit Terhadap Kelimpahan  40
Gambar dusun X Kecamatan Serbajadi  Serdang Bedagai dan yang berada di

Referensi

Dokumen terkait

Dengan hasil akhir yang telah di ketahui adanya faktor-faktor yang mempengaruhi disfungsi seksual pada pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir yang menjalani

Consequently, This research aims to analysis the effect of deposit, such as special obligatory deposit, financing deposit and financing simultaneously and partially towards net

Diperoleh 14 kom- binasi padi hibrida yang menunjukkan keragaan yang lebih baik dan memiliki standar heterosis lebih tinggi dari varietas kontrol Ciherang dan

Alat Pasteurisasi susu, “Eco Mini PasteurizerFJ 15”, https://www.farmandranchdepot.com/farm-equipment/FJ15-Eco-Mini-. pasteurizer.html , (diakses pada tanggal 20

Dikarenakan hal tersebut, maka diperlukannya suatu penelitian yang dapat melihat tingat kesadaran dan pemahaman para pengguna teknologi khususnya kalangan Mahasiswa FTK UIN

Manfaat daripada analisis jalur (path analysis) adalah untuk memberikan penjelasan atau explanation terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang

Hasil penelitian pakan komplit berbasis hasil samping ubi kayu menunjukan pengaruh sangar nyata menurunkan konsumsi pakan, meningkatkan pertambahan bobot badan

mikrokontroler digunakan rangkaian reset yang terhubung ke kaki RST