SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH KECUKUPAN MODAL, EFISIENSI,
LIKUIDITAS,
NON PERFORMING LOAN,
DAN PENYISIHAN
PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF TERHADAP
RETURN ON ASSET
BANK YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
Isda Dwi Andiani
NIM. 110522057
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI
DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI
MEDAN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
NAMA : Isda Dwi Andiani
NIM : 110522057
PROGRAM STUDI : S-1 AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi,
Likuiditas, Non Performing Loan, Dan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Return On
Asset Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
TANGGAL……….KETUA DEPARTEMEN AKUNTANSI
(Drs. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak)
TANGGAL……….DEKAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
NAMA : Isda Dwi Andiani
NIM : 110522057
PROGRAM STUDI : S-1 AKUNTANSI
JUDUL SKRIPSI : Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi,
Likuiditas, Non Performing Loan, Dan Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Return On
Asset Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Medan, ... 2013 Menyetujui
Pembimbing,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI
MEDAN
Telah diuji pada
Tanggal 7 Januari 2013-04-16
PANITIA PENGUJI SKRIPSI
Ketua : Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak
Pembimbing : Iskandar Muda, SE, MSi, Ak
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, Non Performing Loan, Dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Return On Asset Bank Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” adalah Benar Hasil Karya Tulis saya sendiri yang disusun sebagai Tugas Akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, April 2013 Yang Membuat Pernyataan,
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR). Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Return on Asset (ROA).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Populasi penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 30 perusahaan. Sampel penelitian sebanyak 1,5 perusahaan. Data yang ada diproses dengan menggunakan program Eview 5.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional / Pendapatan Operaisonal (BO/PO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), dan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Secara persial menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA), sedangkan Biaya Operasional /Pendapatan Operasional (BO/PO) dan Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA).
ABSTRACT
This research is performed in order to test the influence of the variable, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BO/PO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), and Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) toward Return On Asset (ROA).
The research method make use of descriptive analysis method and multiple linear regression analysis. The research population are 30 banking company listed in Indonesia Stock Exchange. The research sampel are 15 company Data is procceded by Eviews 5.1.Program.
The results show that Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets Ratio (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), and Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) simultanly there are significant on Return on Assets (ROA) of bank. Partially show that Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) and Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) significant influence on Return On Assets (ROA), whereas Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BO/PO), and Non Performing Loan (NPL) not influence significant on Return On Assets (ROA).
Keywords: Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR),
operation efficiency (BO/PO), Loan to Deposit Ratio (LDR),
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis
Pengaruh Kecukupan Modal, Efisiensi, Likuiditas, Non Performing Loan, Dan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Terhadap Return On Asset Bank Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia yang ditujukan sebagai salah satu syarat dalam
rangka memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi dari Program S1 Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa
doa, bimbingan, pengarahan, bantuan, kerjasama semua pihak terutama kepada
kedua orangtua penulis yaitu Ayahanda H. Nilzam, SE dan Ibunda Hj. Hawani,
yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak antara lain :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar, M.Ec.Ac, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Dr.Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, selaku Ketua Departemen
Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, ak, selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Program
4. Bapak Iskandar Muda, SE, MSi, Ak, selaku Dosen Pembimbing dan Bapak
Ibu Nurzaimah, MM, Ak, selaku Dosen Pembaca yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis hingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
5. Ucapan terima kasih yang tulus kepada saudara kandung yaitu Imam Reza
Alamsyah, Ahmad Bustami, Imam Halim, dan Jamil Arsyad yang selalu
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.
6. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada teman saya Arief
Rachman, SE dan seluruh Staf Pegawai Fakultas Ekonomi USU yang selalu
mendukung saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan penulis dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, penulis
berharap skripsi ini bermanfaat.
Medan, April 2013 Yang Membuat Pernyataan,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
A. Tinjauan Teoritis ... 7
1. Bank ... 7
2. Penilaian Kinerja Perbankan ... 8
3. Analisis Rasio Keuangan Bank ... 9
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian ... 24
1. Kerangka Konseptual ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
A. Rancangan Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel ... 29
C. Jenis dan Sumber Data ... 31
D. Metode Pengumpulan Data ... 31
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32
F. Metode Analisis Data ... 35
G. Jadwal Penelitian ... 36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
A. Gambaran Perusahaan ... 37
B. Hasil Penelitian ... 63
C. Metode Analisis Statistik ... 77
1. Penentuan Metode Penelitian ... 77
2. Hasil Estimasi dengan Metode Random Effect Model (REM) ... 79
3. Pengaruh CAR, LDR, BOPO NPL dan PPAP Terhadap Return On Assets (ROA) ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Keterbatasan Penelitian ... 89
C. Saran ... 89
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Skala predikat Capital Adequacy Ratio ... 14
Tabel 2.2 Skala predikat Beban Opeasional terhadap Pendapatan Operasional ... 15
Tabel 2.3 Skala predikat Loan to Deposit Ratio ... 17
Tabel 2.4 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 22
Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan ... 30
Tabel 3.2 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ... 36
Tabel 4.1 Capital Adequacy Ratio pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2010 ... 63
Tabel 4.2 Beban Operasional/Pendapatan Operasional pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2010 ... 65
Tabel 4.3 Loan to Deposit Ratio pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2010 ... 68
Tabel 4.4 Non Performing Loan pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2010 ... 71
Tabel 4.5 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif pada Bank yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2010 ... 73
Tabel 4.6 Return on Assets pada Bank yang Terdaftar di BET Tahun 2006-2010 ... 75
Tabel 4.7 Uji Hausman ... 78
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Data ROA, CAR, BOPO, LDR, NPL dan PPAP tahun
2006-2010 ... 93
Lampiran II Uji Hausman ... 95
Lampiran III Hasil estimasi dengan Metode REM (Random Effect
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR). Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BOPO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Return on Asset (ROA).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda. Populasi penelitian adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 30 perusahaan. Sampel penelitian sebanyak 1,5 perusahaan. Data yang ada diproses dengan menggunakan program Eview 5.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Beban Operasional / Pendapatan Operaisonal (BO/PO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), dan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA). Secara persial menunjukkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA), sedangkan Biaya Operasional /Pendapatan Operasional (BO/PO) dan Non Performing Loan (NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap Return on Asset (ROA).
ABSTRACT
This research is performed in order to test the influence of the variable, Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BO/PO), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), and Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) toward Return On Asset (ROA).
The research method make use of descriptive analysis method and multiple linear regression analysis. The research population are 30 banking company listed in Indonesia Stock Exchange. The research sampel are 15 company Data is procceded by Eviews 5.1.Program.
The results show that Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Assets Ratio (ROA), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), and Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) simultanly there are significant on Return on Assets (ROA) of bank. Partially show that Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR) and Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP) significant influence on Return On Assets (ROA), whereas Biaya Operasi terhadap Pendapatan Operasi (BO/PO), and Non Performing Loan (NPL) not influence significant on Return On Assets (ROA).
Keywords: Return On Assets (ROA), Capital Adequacy Ratio (CAR),
operation efficiency (BO/PO), Loan to Deposit Ratio (LDR),
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan memiliki peranan dalam sistem keuangan di Indonesia.
Pengertian bank menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dalam pasal
1 angka 2, bank adalah suatu badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan
atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Salah satu pilar penting untuk mendukung kesinambungan pelaksanaan
pembangunan nasional Indonesia yang disesuaikan, dengan kebijakan moneter
dengan tujuan yang dititik beratkan pada upaya mencapai dan memelihara
stabilitas nilai rupiah adalah sistem perbankan dan keuangan yang sehat dan
efisien (Hermansyah, 2005).
Dalam pasal 4 Undang-Undang Perbankan tahun 1992, tujuan perbankan
adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasional untuk meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional menuju peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Sesuai dengan pasal tersebut, perbankan sangat
berperan aktif dalam memajukan perekonomian suatu negara. Bank yang
berfungsi menyalurkan dana dalam bentuk kredit kepada masyarakat telah
membantu penyediaan modal usaha sehingga dapat mengerakkan sektor riil.
Pergerakan sektor riil yang semakin baik akan berpengaruh terhadap
Di Indonesia, awalnya pada tahunl980-an dan 1990-an terjadi perubahan
di dunia perbankan. Setiap bank telah memiliki kebebasan untuk mencari nasabah
sendiri. Hal ini didukung oleh ketetapan pemerintah dengan mengeluarkan Paket
Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88) dan UU RI No.7 tahun 1992 yang membuat
perbankan berkembang pesat. Kebijakan ini ditandai dengan lahirnya bank-bank
swasta yang baru dan menawarkan berbagai jenis produk perbankan seperti
deposito, giro, tabungan, dan lain-lain kepada masyarakat luas. Untuk memenuhi
kebutuhan peminjam dana, bank menawarkan produk dalam bentuk kredit sebagai
sumber pendapatan dari kegiatan operasionalnya.
Melihat peranan bank yang sangat strategis dalam perekonomian negara,
maka perlu pengawasan khusus untuk tetap mempertahankan tingkat kesehatan
dan kestabilan bank. Penilaian dan pengawasan ini diatur dalam pasal 29 ayat 2
Undang-undang Perbankan tahun 1992 dengan beberapa ketentuan bahwa
pengawasan dilakukan oleh bank central (Bank Indonesia) dan bank wajib
memperhatikan aspek permodalan, kualitas asset, kualitas manajemen,
rentabilitas, likuiditas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan
usaha bank.
Seiring perkembangan bank yang pesat, tentu saja memunculkan
persaingan yang ketat pula diantara bank, seperti penetapan tingkat suku bunga
bank. Hal ini telah menciptakan kondisi pasar yang dinamis sehingga menuntut
bank untuk bekerja lebih efektif dan efisien guna mempertahankan perannya
dalam sistem perbankan nasional. Usaha-usaha yang dilakukan bank ini otomatis
Kinerja keuangan perusahaan dari sisi manajemen, mengharapkan laba
bersih sebelum pajak (earning before tax) yang tinggi karena semakin tinggi laba
perusahaan semakin flexible perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional
perusahaan. Pencapaian laba merupakan indikator yang dominan karena hasil
akhir kinerja operasi usaha selalu mengarah pada EBT. Karena EBT merupakan
nilai rupiah dan masing-masing perusahaan berbeda dalam jumlah modal maka
besar EBT tidak bisa menunjukkan kinerja laba sehingga perlu dipakai indikator
lain, dalam penelitian ini digunakan return on asset (ROA).
ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk
mengukur efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan total asset yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba
sebelum pajak atau earning before tax (EBT) terhadap total asset. Semakin besar
ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin
besar.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari peneliti sebelumnya.
Saragih (2008), meneliti pengaruh kecukupan modal dan likuiditas terhadap
profitabilitas pada bank umum di Indonesia dimana hasil penelitian menunjukkan
bahwa CAR secara parsial mempengaruhi ROA, sedangkan LDR dan QR secara
parsial tidak mempengaruhi ROA.
Nusantara (2009), meneliti pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO
terhadap profitabilitas bank (perbandingan bank umum go publik dan bank umum
non go publik di Indonesia periode tahun (2005-2007) dan hasil penelitian
publik, sedangkan pada bank non go publik hanya satu variabel yaitu LDR yang
mempengaruhi besarnya ROA. Sementara Nainggolan (2009), meneliti analisis
pengaruh LDR, NIM, dan BOPO terhadap ROA Bank umum Indonesia, hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa LDR memiliki pengaruh negatif terhadap
ROA pada bank umum di Indonesia. NIM memiliki pengaruh positif terhadap
ROA pada bank umum di Indonesia. BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap
ROA pada bank umum di Indonesia.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul "Analisis Pengaruh Kecukupan Modal,
Efisiensi, Likuiditas, Non Performing Loan, dan Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif terhadap Return On Asset Bank yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia"
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah kecukupan modal berpengaruh terhadap ROA (Return On Assets)
Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah efisiensi berpengaruh terhadap ROA (Return On Assets) Bank yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap ROA (Return On Assets) Bank yang
4. Apakah Non Performing Loan berpengaruh terhadap ROA (Return On Assets)
Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
5. Apakah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif berpengaruh terhadap ROA
(Return On Assets) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
6. Apakah kecukupan modal, efisiensi, likuiditas, Non Performing Loan dan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif berpengaruh secara simultan
terhadap Return On Assets (ROA) Bank yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya,
maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui apakah kecukupan modal berpengaruh secara parsial
maupun simultan berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA) Bank yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui apakah Efisiensi berpengaruh secara parsial maupun
simultan berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA) Bank yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui apakah likuiditas berpengaruh secara parsial maupun
simultan berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA) Bank yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk mengetahui apakah Non Performing Loan berpengaruh secara parsial
maupun simultan berpengaruh terhadap Return On Assets (ROA) Bank yang
5. Untuk mengetahui apakah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
berpengaruh secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap Return On
Assets (ROA) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
6. Untuk mengetahui apakah kecukupan modal, efisiensi, likuiditas, Non
Performing Loan dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif berpengaruh
secara simultan terhadap Return On Assets (ROA) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagi emiten (bank), sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan
operasinya selalu menggunakan prinsip kehati-hatian sehingga kinerjanya
akan dinilai sehat oleh Bank Indonesia pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya.
2. Bagi peneliti, untuk mengetahui cara menilai kinerja perbankan yang sehat
dan meningkatkan wawasan tentang kondisi perbankan di Indonesia.
3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan kajian atau referensi untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Bank
Pengertian bank dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang
perbankan adalah “badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa bank berfungsi untuk menghimpun dana dari
masyarakat, dan bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat. Komite
Nasional Kebijakan Corporate Governance (2004) mendefinisikan bank
sebagai lembaga intermediasi yang dalam menjalankan kegiatan usahanya
bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan baik dari dalam
maupun luar negeri.
Dalam menjalankan kegiatan usahanya, bank seringkali
menghadapi risiko, seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko operasional,
maupun risiko reputasi (Komite Nasional Corporate Governance, 2004).
Dunia perbankan memiliki peraturan yang rumit dalam kegiatannya
dibandingkan dengan industri lainnya. Sebagai contoh, bank harus
memenuhi giro wajib minimum yang ditetapkan BI. Peraturan-peraturan
tersebut ditetapkan pada dasarnya adalah untuk melindungi kepentingan
2. Penilaian Kinerja Perbankan
Menurut Koch (1997) Kinerja atau kemampuan bank dalam
meningkatkan nilai usahanya melalui peningkatan laba, aset dan prospek
ke depan sejak tahun 1987 dievaluasi dengan CAMEL
(Capital-Asset-Management-Earning and Liquidity). Namun titik berat evaluasinya tetap
mendasarkan pada aspek-aspek : earning atau profitabilitas dan resiko.
Aspek profitabilitas diukur dengan ROA, ROE, NIM – Net Interest Margin
dan Asset Utilization.
Penilaian kinerja perusahaan dimaksudkan untuk menilai
keberhasilan sebagai suatu badan usaha. Khusus untuk perbankan diatur
oleh Bank Indonesia, sebagai bank sentral.
Rasio Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Assets
Quality), Manajemen (Management), Pendapatan (Earning), Likuiditas
(Liquidity) telah ditetapkan oleh otoritas moneter di Indonesia, seperti
tertuang dalam Surat Keputusan Direksi BI No. 26/23/KEP/DIR tanggal
29 Mei 1993 tentang Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dan
Surat Edaran BI No. 26/5/BPPP, tanggal 29 Mei 1993 tentang Tata Cara
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang telah diperbaharui melalui
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 30/11/KEP/DIR tanggal 30
April 1997 Tentang : Tata Cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,
Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/2/UPPB, tanggal 30 April 1997
tentang : Tata cara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia No.30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret
Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality),
Manajemen (Management), Pendapatan (Earning), Likuiditas (Liquidity)
merupakan aspek yang sangat menentukan kinerja suatu bank. Lima (5)
aspek kunci penentu tingkat kinerja suatu bank mencakup aspek :
(Muljono, 1996)
a. Permodalan
b. Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
c. Manajemen
d. Rentabilitas
e. Likuiditas
Sesuai dengan SK Dir BI No 30/277/KEP/DIR tanggal 19 Maret
1998 suatu bank dinyatakan sehat apabila memenuhi kriteria CAMEL dan
sesuai dengan SE BI No.6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004, terhitung
posisi akhir bulan Desember 2004 suatu bank dinyatakan sehat apabila
memenuhi kriteria CAMEL. Dari sisi rasio keuangan kesehatan bank dapat
diukur dari rasio permodalan (capital), rasio assets (assets quality), rasio
laba (earning), dan rasio likuiditas (liquidity).
3. Analisis Rasio Keuangan Bank
Rasio keuangan merupakan perbandingan angka-angka dalam
laporan keuangan dengan melakukan perbandingan antar komponennya
sehingga menjadi angka dalam satu periode atau beberapa periode
membandingkan satu pos dengan pos laporan keuangan lainnya baik
secara individu maupun bersama-sama guna mengetahui hubungan
diantara pos-pos tertentu baik dalam neraca maupun laporan laba-rugi
(Abdullah, 2003).
Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri
“kepercayaan” dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Jika rasio
keuangan diurutkan dalam beberapa periode tahun analisis dapat
mempelajari komposisi perubahan dan menentukan apakah terdapat
perbaikan atau penurunan dalam kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.
Rasio-rasio keuangan perbankan yang berhubungan dengan kinerja
perusahaan perbankan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio
rentabilitas.
Rasio solvabilitas adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau
kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi
likuiditas bank (Dendawijaya, 2005). Disamping itu, rasio ini digunakan
untuk mengetahui perbandingan antara volume (jumlah) dan yang
diperoleh dari berbagai hutang (jangka pendek dan jangka panjang) serta
sumber lain di luar modal bank sendiri dengan volume penanaman dana
tersebut pada berbagai jenis aktiva yang dimiliki bank. Rasio ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan kecukupan modal bank dalam mendukung
Rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo (Dendawijaya, 2005).
Dimensi konsep rasio likuiditas mencerminkan ukuran-ukuran kinerja
manajemen ditinjau dari sejauhmana menajemen mampu mengelola modal
kerja yang didanai dari utang lancar dan saldo kas perusahaan. Tingkat
likuiditas yang tinggi menunjukkan kemampuan melunasi utang jangka
pendek semakin tinggi pula.
Rasio rentabilitas menggambarkan kinerja fundamental perusahaan
ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan dalam
memperoleh laba (Harmono, 2009). Rasio ini juga dapat digunakan untuk
mengukur tingkat kesehatan bank. Dalam perhitungannya, bisaanya dicari
hubungan timbal balik antarpos, yang terdapat pada laporan laba rugi bank
dengan pos-pos pada neraca bank guna memperoleh berbagai indikasi
yang bermanfaat dalam mengukur tingkat efisiensi dan profitabilitas bank
yang bersangkutan (Dendawijaya, 2005).
Masalah efisiensi berkaitan dengan masalah pengendalian biaya.
Efisiensi operasional berarti biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan
keuntungan lebih kecil daripada keuntungan yang diperoleh dari
penggunaan aktiva tersebut. Sebuah bank dituntut untuk memperhatikan
masalah efisiensi karena meningkatnya persaingan bisnis dan standar
hidup konsumen. Selain itu efisiensi operasional dapat dicapai mengurangi
biaya dan meningkatkan output perusahaan (Koch, 2003). Bank yang tidak
daya saing baik dalam hal mengerahkan dana masyarakat maupun dalam
hal penyaluran dana tersebut dalam bentuk modal usaha. Efisiensi
operasional dapat ditinjau dari biaya operasional dengan pendapatan
operasional bank.
a. Kecukupan Modal
Untuk mengetahui kemamampuan kecukupan modal bank dalam
mendukung kegiatan bank secara efisien digunakan ratio CAR
(Capital Adequacy Ratio).
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah indikator penilaian dari
aspek permodalan pada perusahaan perbankan. Adapun fungsi
penilaian modal pada bank antara lain (Harmon, 2009)
1) Ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-kerugian yang
tidak dapat dihindarkan.
2) Alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau kekayaan yang
dimiliki oleh para pemegang saham.
3) Untuk memungkinkan manajemen bank bekerja dengan efisien
sesuai dengan yang dikehendaki pemilik modal.
Salah satu fungsi modal (CAR) adalah untuk memenuhi standar
modal minimum. Ketentuan tentang modal minimum bank umum yang
berlaku di Indonesia mengikuti standar Bank for International
Settlements (BIS). Persentase kebutuhan modal minimum yang
diwajibkan BIS ini disebut Capital Adequacy Ratio (Dendawijaya,
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat
harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%. Hal ini didasarkan
pada ketentuan BIS. Nilai kredit dihitung untuk CAR=0% atau negatif,
nilai kredit = 0, untuk setiap kenaikan 0,1% nilai kredit ditambah 1
dengan nilai maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio kecukupan.
modal (CAR) adalah 25% (Harmon, 2009).
Perhitungan didasarkan pada rasio atau perbandingan antara modal
yang dimiliki bank dan jumlah aktiva tertimbang menurut resiko,
(ATMR). ATMR merupakan. penjumlahan ATMR aktiva neraca
(aktiva yang tercantum dalam neraca) dan ATMR administrasi (aktiva
yang bersifat administrasi).
Perhitungan kebutuhan modal minimum bank
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank
sebagai berikut:
1) ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai
nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot
resiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
2) ATMR aktiva administrasi dihitung dengan cara mengalikan nilai
nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot
resiko dari masing-masing pos rekening tersebut
4) Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara
modal bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR.
Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut (Harmono, 2009):
CAR =
Skala predikat kesehatan bank, rasio CAR untuk permodalan bank
sebagai berikut (Harmono, 2009) :
Tabel 2.1
Skala predikat Capital Adequacy Ratio
No Predikat Rasio CAR
Setiap penurunan 0,1ditentukan dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% Sumber : Harmono (2009)
b. Efisiensi
Untuk mengukur efisiensi bank, salah satu indikator yang dipakai
adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan
operasional (BOPO). Rasio BOPO menunjukkan efisiensi bank dalam
menjalankan usaha pokoknya, terutama kredit, dimana sampai saat ini
pendapatan bank-bank di Indonesia masih didominasi oleh pendapatan
bunga kredit. Semakin kecil BOPO menunjukkan semakin efisien bank
dalam menjalankan aktivitas usahanya. Bank yang sehat rasio BOPO
nya kurang dari 1 sebaliknya bank yang kurang sehat rasio BOPO nya
Hal yang terpenting untuk mencapai keefisiensian operasional
adalah meningkatkatn produktivitas perusahaan, menekan biaya,
sehingga menghasilka output yang maksimal dan akan mempengaruhi
laba (Koch, 2003). Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Harmon, 2009) :
BOPO -=
Kriteria nilai kredit BOPO dapat dihitung sebagai berikut
(Harmon, 2009):
1) Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0.
2) Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100. Bobot CAMEL untuk rasio BOPO adalah
5%.
Tabel 2.2
Skala predikat Beban Opeasional terhadap Pendapatan Operasional
Ada beberapa rasio untuk mengukur likuiditas bank, dan salah satu
LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank
dengan dana yang diterima bank (Dendawijaya, 2005). LDR dapat
dihitung dengan rumus (Riyadi, 2004) :
LDR =
Modal DPK
diberikan yang
kredit Total
+ x 100%
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia tanggal 29 Mei 1993,
termasuk dalam pengertian dana yang diterima oleh bank adalah
sebagai berikut:
1) KLBI (Kredit Likuiditas Bank Indonesia) jika ada.
2) Giro, deposito, dan tabungan. masyarakat.
3) Pinjaman bukan dari bank yang bedangka waktu lebih dari 3 bulan,
tidak termasuk pinjaman. subordinasi.
4) Deposito dan pinjaman dari bank lain yang bedangka waktu lebih
dari 3 bulan.
5) Surat berharga yang diterbitkan oleh bank yang bedangka waktu
lebih dari bulan.
6) Modal pinjaman
7) Modal inti
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya
Dalam penilaian kesehatan bank, Bank Indonesia menetapkan
ketentuan nilai kredit LDR sebagai berikut (Harmon, 2009) :
1) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih, nilai kredit = 0
2) Untuk setiap penurunan 1% mulai dari 115% diberi nilai kredit
ditambah 4, nilai maksimum 100. Bobot CAMEL untuk. LDR
adalah 5%.
Tabel 2.3
Skala predikat Loan to Deposit Ratio
No Predikat Rasio Nilai Kredit
1 Sehat < 94,75% 81-100 2 Cukup Sehat 94,76%-98,5% 66-< 81 3 Kurang Sehat 98,51%-102,25% 51-< 66 4 Tidak Sehat > 100 0-< 51 Sumber : Harmono (2009)
d. Non Performing Loan (NPL) Performing
Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko yang dikaitkan dengan
kemungkinan kegagalan klien membayar kewajibannya atau risiko
dimana debitur tidak dapat melunasi hutangnya (Imam Gozali, 2007).
Risiko kredit dapat timbul karena beberapa hal :
1) Adanya kemungkinan pinjaman yang diberikan oleh bank atau
obligasi (surat hutang) yang dibeli oleh bank tidak terbayar,
2) Tidak dipenuhinya kewajiban dimana bank terlibat didalamnya
bisa melalui pihak lain, misalnya kegagalan memenuhi kewajiban
pada kontrak derivative.
3) Penyelesaian (settlement) dengan nilai tukar, suku bunga, dan
Bentuk risiko kedit yang lain adalah settlement risk yang timbul
ketika dua pembayaran dengan valuta asing dilakukan pada hari yang
sama, risiko ini terjadi ketika counterparty pihak lain mungkin
mengalami default setelah institusi melakukan pembayaran. Pada hari
penyelesaian (settlement), besarnya kerugian default counter party
(pihak lain) sama dengan nilai penuh yang harus dibayar. Sedangkan
besarnya exposure sebelum settlement hanya sebesar nilai netto dari
kedua pembayaran tersebut.
Dalam penelitian ini tingkat risiko kredit diproksikan dengan NPL
(Non Peforming Loan) dikarenakan NPL dapat digunakan untuk
mengukur sejauhmana kredit yang bermasalah yang ada dapat
dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank.
(Teguh Pudjo Mulyono, 1995).
Rumus yang digunakan untuk mengukur NPL adalah sebagai
berikut:
NPL =
disalurkan yang
Kredit
bermasalah Kredit
x 100%
Menurut Muburoh (2004) NPL berpengaruh negatif terhadap
kinerja perbankan. Semakin tinggi NPL maka semakin menurun
kinerja atau profitabilitas perbankan. Hal ini sejalan dengan
(Limpaphayom dan Polwitoon, 2004) dimana adanya kredit
bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan aktiva
produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh
laba dan berpengaruh buruk pada rentabilitas (profitabilitas) bank.
Agar kinerja berapor biru, maka setiap bank harus menjaga NPL-nya
di bawah 5%. Hal ini sejalan dengan ketentuan bank Indonesia.
e. PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
Penilaian Aktiva Produktif harus disesuaikan dengan peraturan
Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif
yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Kemudian rasio
penyisihan penghapusan aktiva produktif yaitu aktiva produktif
terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Rasio ini dapat dilihat
dari neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada Bank
Indonesia (Supaino, 2005).
Dalam melakukan kuantifikasi atas penilaian rasio ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
PPAP =
Produktif Aktiva
Total
dibentuk telah
yang PPAP
x 100%
f. ROA (Return On Assets)
Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupakan
cerminan kinerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya
profitabilitas. Sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba
menjadi begitu penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah
menjalankan usahanya secara efisien, karena efisiensi baru dapat
atau modal yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain adalah
menghitung profitabilitas.
Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi
bank karena rentabilitas (profitabilitas) yang tinggi merupakan tujuan
setiap bank. Jika dilihat dari perkembangan rasio profitabilitas
menunjukkan suatu peningkatan hal tersebut menunjukkan kinerja
bank efisien.
Analisis rasio profitabilitas ini menggunakan ROA. Alasan
penggunaan ROA dikarenakan BI sebagai Pembina dan pengawas
perbankan yang lebih mementingkan aset yang dananya berasal dari
masyarakat.
Disamping itu ROA merupakan metode pengukuran yang obyektif
yang didasarkan pada data akuntansi yang tersedia dan besarnya ROA
dapat mencerminkan hasil dari serangkaian kebijakan perusahaan
terutama perbankan.
Rumus yang digunakan sebagai berikut:
ROA =
asset (modal) Total
EBT
x 100%
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank
dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin
besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari
Perhitungan ROA terdiri dari :
1) EBT
EBT adalah laba perusahaan (bank) sebelum dikurangi pajak
2) Total aktiva
Merupakan keseluruhan aktiva yang dimiliki oleh bank, terdiri
dari:
b) Aktiva lancar
c) Aktiva tetap
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, maka standar ROA yang
baik adalah sekitar 1,5 persen.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Kamalia Saragih (2008) dengan judul penelitian Pengaruh Kecukupan
Modal dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Bank Umum di Indonesia
menyatakan bahwa CAR secara parsial mempengaruhi ROA, sedangkan LDR dan
QR secara parsial tidak mempengaruhi ROA. Hasil lainnya menunjukkan bahwa
CAR, LDR, dan QR secara simultan mempengaruhi ROA.
Ahmad Buyung Nusantara (2009) dengan judul Analisis pengaruh NPL,
CAR, LDR, dan BOPO terhadap Profitabilitas bank (Perbandingan Bank Umum
Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik di Indonesia Periode Tahun
2005-2007), menyatakan NPL berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel ROA
pada bank go publik.CAR berpengaruh signifikan positif terhadap variabeI ROA
pada bank go publik. BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel
ROA pada bank go publik. NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
ROA pada bank non go publik. CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel ROA pada bank non go publik. LDR berpengaruh signifikan positif
terhadap variabel ROA pada bank non go publik. BOPO tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik.NPL, CAR, LDR, dan BOPO yang mempengaruhi ROA bank go publik, sedangkan pada bank bank non
go publik hanya satu variabel yaitu LDR yang mempengaruhi besarnya ROA.
Marnov P.P Nainggolan (2009) dengan judul Analisi Pengaruh LDR, NIM
dan BOPO terhadap ROA Bank Umum Indonesia menyatakan LDR memiliki
pengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia. NIM memiliki
pengaruh positif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia. BOPO memiliki
pengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia.
Tabel 2.4
• CAR secara parsial mempengaruhi ROA, sedangkan LDR dan QR secara parsial tidak mempengaruhi ROA.
• Hasil lainnya menunjukkan bahwa CAR, LDR, dan QR secara simultan mempengaruhi ROA.
No Nama
• CAR berpengaruh Signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank go publik.
• LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank go publik.
• BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap variabel ROA pada bank go publik.
• NPL tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik.
• CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik.
• LDR berpengaruh signifikan positif terhadap variabel ROA pada bank non go publik.
• BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROA pada bank non go publik.
• NPL, CAR, LDR dan BOPO yang mempengaruhi ROA pada bank go public, sedangkan pada bank-bank non go public hanya satu variabel yaitu LDR yang mempengaruhi besarnya ROA.
• LDR memiliki pengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia
• NIM memiliki pengaruh positif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia
• BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap ROA pada Bank Umum di Indonesia
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian 1. Kerangka Konseptual
Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritisn
antar variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Sedangkan dalam
penelitian ini, variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai
dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan
(Sugiyono, 2003).
Ada tiga rasio terpenting dalam menganalisis kinerja bank, yaitu
analisis rasio solvabilitas, analisis rasio rentabilitas (profitabilitas), dan
analisis rasio likuiditas. Pada penelitian ini, masing-masing analisis
menggunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio
(LDR), Non Performing Loan (NPL), Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP), Return on Assets (ROA). Selain itu, penelitian ini juga
mempertimbangkan tingkat efisiensi operasional bank yang diukur dengan
rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BO/PO).
CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh
aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, Surat berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank,
disamping memperoleh dana-dana dari sumber diluar bank, seperti dana
dari masyarakat, pinjaman, tabungan, deposito, dan giro (Dendawijaya,
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk
menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank
yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko.
Semakin tinggi nilai CAR suatu bank, maka kemampuan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan akan semakin baik, sehingga laba
perusahaan pun akan ikut meningkat. Tetapi jika sebaliknya semakin
rendah nilai CAR suatu bank, maka kemampuan kinerjanya akan sulit
dipertahankan, dan laba perusahaan pun akan menurun.
ROA adalah rasio rentabilitas (profitabilitas) yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan.
(laba) secara keseluruhan (Dendawijaya 2005). Dengan demikian, tinggi
rendahnya nilai ROA akan mempengaruhi perturnbuhan laba perusahaan
perbankan. Semakin besar nilai ROA suatu bank, semakin besar pula
tingkat keuntungan (laba) yang dicapai bank tersebut dan semakin baik
posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.
LDR adalah rasio likuiditas yang menyatakan tingkat kemampuan
bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang
bersangkutan (Riyadi 2003). Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian
kredit kepada nasabah, dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera
memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang
telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin tinggi rasio
ini, mengindikasikan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang
Tetapi jika sebaliknya, pinjaman kredit menurun diikuti rendahnya
kemampuan untuk melunasi kewajibannya, maka pertumbuhan laba
perusahaan pun akan turun (Hasibuan 2004).
Efisiensi operasional merupakan salah satu strategi untuk
meningkatkan produksivitas dan pelayanan bank. Hal ini dapat dilakukan
dengan mengurangi biaya dan mengutamakan kinerja bank (Koch, 2003).
Efisiensi operasional diindikasikan oleh besarnya beban operasional
perusahaan terhadap pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk
mengukur efisiensi kemampuan bank dalam melakukan kegiatan
operasionalnya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah
bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dana dan menyalurkannya
kembali, maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh
biaya bunga dan hasil bunga (Dendawijaya 2005). BOTO adalah rasio
perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional,
semakin rendah tingkat rasio BOTO berarti semakin baik kinerja bank
tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ads
dalam perusahaan (Riyadi 2003). Pertumbuhan laba bank juga dipengaruhi
oleh besarnya pendapatan operasional bank dan biaya atau beban
operasionalnya. Semakin tinggi pendapatan operasional dibanding dengan
Sumber : Aini (2006), Dendawijaya (2005), Sumarni (2005).
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Kecukupan Modal (X1)
Efisiensi (X2)
Likuiditas (X3)
NPL (X4)
PPAP (X5)
2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya maka hipotesis dari penelitian ini adalah :
H1: Kecukupan modal berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return
On Assets) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H2: Efisiensi berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return On Assets)
Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H3 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return On
Assets) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H4 : Non Performing Loan berpengaruh signifikan terhadap ROA
(Return On Assets) Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
H5 : Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif berpengaruh signifikan
terhadap ROA (Return On Assets) Bank yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia
H6 : Kecukupan modal, efisiensi, likuiditas, Non Performing Loan dan
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Return On Assets (ROA) Bank
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan klausal yang berguna untuk
menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya
atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kecukupan modal, efisiensi, likuiditas, Non
Performing Loan (NPL), dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
sebagai variabel bebas dan Return On Assets (ROA) sebagai variabel terikat.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang bisaanya berupa
orang, objek, transaksi atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya
atau menjadi suatu objek penelitian (Kuncoro, 2003). Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang berjumlah 30 selama tahun 2006-2010.
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili
populasi penelitian (Kuncoro, 2003). Metode pengambilan sampel dilakukan
berdasarkan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel
berdasarkan suatu kriteria tertentu dengan pertimbangan (judgement sampling)
(Sugiyono, 2004). Jumlah sampel yang ditelliti dalam penelitian ini adalah 15
1. Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan selama periode penelitian
2006-2010.
3. Perusahaan perbankan yang menghasilkan laba selama periode 20062010.
Sampel yang diambil dalam penelitian ini yang memenuhi kriteria-kriteria
yang ditetapkan peneliti berjumlah 15 sampel tiap, tahunnya atau 75 sampel
selama tahun 2006 hingga tahun 2010.
Tabel 3.1
Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan
No KODE Nama Perusahaan Kriteria Ket. 1 2 3
27 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. x √ √ BS 28 BVIC Bank Victoria International Tbk. √ √ √ S15 29 MCOR Bank Windu Kentjana Intl Tbk. x √ √ BS 30 BBIA Bank UOB Buana Tbk. √ √ X BS
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif, yaitu data
yang berbentuk angka. Data ini merupakan data sekunder yaitu data penelitian
yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (Indrianto dan
Supomo, 2002). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari website Bursa
Efek Indonesia yaitu www. idx. co. id dan data dari ICMD (Indonesia Capital
Directory). Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari 15 perusahaan
Perbankan selama periode waktu 5 tahun yaitu tahun 2006 sampai dengan tahun
2010.
D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran dengan
komputer yaitu teknik pengumpulan data-data atas kejadian historis yang tertulis
dalam dokumen atau berupa arsip data dengan format elektronik. Data yang
dikumpul adalah data yang berkenaan dengan objek yang diteliti yang diperoleh
dari Indonesian Stock Exchange (IDX). Peneliti juga melakukan penelitian
kepustakaan dengan cara pengkajian dan pendalaman literatur-literatur, seperti
buku, jurnal dan laporan penelitian yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
guna memperoleh dasar teoritis dan acuan untuk mengolah data yang diperoleh
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen
Variabel independen menurut Erlina dan Mulyani (2007) adalah “variabel
yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan
mempunyai hubungan positif dan negatif bagi variabel dependen lainnya”.
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Kecukupan Modal
CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
mengundang resiko, misalnya kredit yang diberikan (Dendawijaya, 2005).
Rasio ini juga turut memperhitungkan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR) berdasarkan nilai masing-masing pos aktiva pada neraca bank
dikalikan dengan bobot resikonya. Rumus CAR sebagai berikut
(Harmono, 2009):
Untuk mengukur efisiensi bank, salah satu indikator yang dipakai
adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional
c. Likuiditas
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Semakin tinggi rasio ini memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.
LDR -=
Dalam penelitian ini tingkat risiko kredit diproksikan dengan NPL
(Non Peforming Loan) dikarenakan NPL dapat digunakan untuk mengukur
sejauhmana kredit yang bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan
aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank. (Mulyono, 1995).
NPL -=
e. PPAY (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif)
Dalam melakukan kuantifikasi atas penilaian rasio ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
2. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh besarnya
variabel independen. Variabel Dependen dalam penelitian ini menggunakan
Return On Assets (ROA). ROA adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan
perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total asset bank (Riyadi,
2004). Rasio ini menunjukkan keefisiensian pengelolaan aset dan mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel Definisi Pengukuran Skala
No Variabel Definisi Pengukuran Skala
Sumber : (Harmono, 2009), (Mulyono, 1995), (Riyadi, 2004)
F. Metode Analisis Data
Keseluruhan data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis untuk dapat
memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini. Dalam
G. Jadwal Penelitian
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian
No Kegiatan 2011
Maret April Mei Juni Juli Agustus Sept. 1 Pengajuan
proposal 2 Bimbingan/
perbaikan proposal 3 Seminar proposal skripsi 4 Pengumpulan
dan pengelolaan data 5 Bimbingan
skripsi 6 Penyelesaian
laporan penelitian 7 Ujian Meja
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Perusahaan 1. Bank Bukopin Tbk
a. Sejarah Bank Bukopin
Bank Bukopin yang berdiri sejak tanggal 10 Juli 1970
memfokuskan diri pada segmen UMKMK, saat ini telah tumbuh dan
berkembang menjadi bank yang masuk ke kelompok bank menengah
di Indonesia dari sisi aset. Seiring dengan terbukanya kesempatan dan
peningkatan kemampuan melayani kebutuhan masyarakat yang lebih
luas, Bank Bukopin telah mengembangkan usahanya ke segmen
komersial dan konsumen. Ketiga segmen ini merupakan pilar bisnis
Bank Bukopin, dengan pelayanan secara konvensional maupun
syariah, yang didukung oleh sistem pengelolaan dana yang optimal,
kehandalan teknologi informasi, kompetensi sumber daya manusia dan
praktek tata kelola perusahaan yang baik. Landasan ini memungkinkan
Bank Bukopin melangkah maju dan menempatkannya sebagai suatu
bank yang kredibel. Operasional Bank Bukopin kini didukung oleh
lebih dari 280 kantor yang tersebar di 22 provinsi di seluruh Indonesia
yang terhubung secara real time on-line. Bank Bukopin juga telah
membangun jaringan micro-banking yang diberi nama “Swamitra”,
yang kini berjumlah 543 outlet, sebagai wujud program kemitraan
Keseluruhan kegiatan dan program yang dilaksana-kan pada
akhirnya berujung pada sasaran terciptanya citra Bank Bukopin
sebagai lembaga perbankan yang terpercaya dengan struktur keuangan
yang kokoh, sehat dan efisien. Keberhasilan membangun kepercayaan
tersebut akan mampu membuat Bank Bukopin tetap tumbuh member
hasil terbaik secara berkelanjutan.
b. Visi dan Misi Bank Bukopin
Visi : Menjadi bank yang terpercaya dalam pelayanan jasa keuangan.
Misi : Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah, turut
berperan dalam pengembangan usaha menengah, kecil, mikro
dan koperasi, serta meningkatkan nilai tambah investasi
pemegang saham dan kesejahteraan karyawan.
2. Bank Bumi Arta Tbk
a. Sejarah Bank Bumi Arta Tbk
Bank Bumi Arta yang semula bernama Bank Bumi Arta Indonesia
didirikan di Jakarta pada tanggal 3 Maret 1967 dengan Kantor Pusat
Operasional di Jalan Tiang Bendera III No. 24, Jakarta Barat. Pada
tanggal 18 September 1976, Bank Bumi Arta mendapat izin dari
Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk menggabungkan
usahanya dengan Bank Duta Nusantara. Penggabungan usaha tersebut
dan memperluas jaringan operasional Bank. Delapan kantor cabang
Bank Duta Nusantara di Jakarta, Bandung, Semarang, Surakarta,
Surabaya, Yogyakarta dan Magelang menjadi kantor cabang Bank
Bumi Arta. Kantor cabang Yogyakarta dan Magelang kemudian
dipindahkan ke Medan dan Bandar Lampung hingga saat ini.
Selanjutnya seiring dengan Kebijaksanaan Pemerintah melalui
Paket Oktober (PAKTO) 1988 dimana perbankan diberikan peluang
yang lebih besar untuk mengembangkan usahanya, dan berkat
persiapan yang cukup lama dan terarah dari pengelola bank, maka pada
tanggal 20 Agustus 1991 dengan persetujuan dari Bank Indonesia,
Bank Bumi Arta ditingkatkan statusnya menjadi Bank Devisa. Bank
Bumi Arta mulai melayani sendiri transaksi devisa di Kantor Pusat
Operasional Jalan Roa Malaka Selatan sejak tanggal 2 Desember 1991
dan hingga saat ini jaringan bank koresponden internasional Bank
Bumi Arta mencakup sekitar 130 bank di berbagai benua di seluruh
dunia.
Pada tanggal 10 Juni 1992, Kantor Pusat Operasional Bank Bumi
Arta dipindahkan dari Jalan Roa Malaka Selatan No. 12-14, Jakarta
Barat ke Jalan Wahid Hasyim No. 234, Jakarta Pusat. Untuk
memudahkan pengenalan masyarakat terhadap bank ini, maka pada
tanggal 14 September 1992 dengan izin dari Menteri Kehakiman
Republik Indonesia nama Bank Bumi Arta Indonesia diganti menjadi
Untuk memperkuat struktur permodalan, operasional Bank, dan
pengelolaan bank yang lebih profesional dan transparan, berprinsip
pada Good Corporate Gorvanence dan Risk Management, maka pada
tanggal 1 Juni 2006 Bank Bumi Arta melaksanakan Penawaran Umum
Perdana (IPOIInitial Public Offering) dengan mencatatkan sahamnya
di Bursa Efek Jakarta sebanyak 210.000.000 saham atau sebesar 9,10%
dari saham yang ditempatkan, sehingga sejak saat itu Bank Bumi Arta
menjadi Perseroan Terbuka.
b. Visi dan Misi Bank Bumi Arta Tbk
Visi :
Menjadi Bank terpercaya yang berlandaskan prinsip kehati-hatian
dalam memberikan pelayanan paripurna kepada nasabah. Terpercaya,
yaitu nasabah secara pribadi maupun sebagai perusahaan merasa aman
dan puas dalam mempercayakan pelayanan jasa keuangannya kepada
perseroan. Prinsip kehati-hatian, yaitu perseroan dalam melaksanakan
kegiatan operasinya selalu berlandaskan pada prinsip kehati-hatian
agar Perseroan selalu dalam keadaan sehat. Pelayanan paripurna
perseroan selalu mengutamakan kepuasan nasabah dengan berusaha
untuk meningkatkan, mengembangkan, dan menambah produk dan
fasilitas layanan agar dapat memberikan pelayanan lengkap dan
Misi
1) Memperoleh laba melalui usaha perbankan dan jasa keuangan
lainnya dengan mengelola secara optimal berbagai sumber daya
yang dimiliki Berta dukungan teknologi informasi yang memadai
dalam batas-batas risiko yang dapat diterima.
2) Melaksanakan operasi bank secara professional dan transparan
dengan berprinsip pada Good Corporate Governance dan Risk
Management.
3) Memfungsikan organisasi secara profesional melalui pelatihan
sumber daya manusia untuk dapat turut serta dalam kejadian bisnis
yang bertaraf nasional maupun international secara efektif.
3. Bank Central Asia Tbk
a. Sejarah Bank Central Asia (BCA)
BCA secara resmi berdiri pada tanggal 21 Februari 1957 dengan
nama Bank Central Asia NV. Banyak hal telah dilalui sejak saat
berdirinya itu dan barangkali yang paling signifikan adalah krisis
moneter yang terjadi di tahun 1997. Krisis ini membawa dampak yang
luar biasa pada keseluruhan sistem perbankan di Indonesia. Namun,
secara, khusus, kondisi ini mempengaruhi aliran dana tunai di BCA
dan bahkan sempat mengancam kelanjutannya. Banyak nasabah
menjadi panik lalu beramai-ramai menarik dana mereka. Akibatnya,
bank terpaksa meminta bantuan dari pemerintah Indonesia. Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) lalu mengambil alih BCA di
Berkat kebijaksanaan bisnis dan pengambilan keputusan yang arif,
BCA berhasil pulih kembali dalam tahun yang sama. Di bulan
Desember 1998, dana pihak ketiga telah kembali ke tingkat sebelum
krisis. Aset BCA mencapai Rp 67.93 triliun, padahal di bulan
Desember 1997 hanya Rp 53.36 triliun. Kepercayaan masyarakat pada
BCA telah sepenuhnya pulih, dan BCA diserahkan oleh BPPN ke
Bank Indonesia di tahun 2000.
Selanjutnya, BCA mengambil langkah besar dengan menjadi
perusahaan publik. Penawaran Saham Perdana berlangsung di tahun
2000, dengan menjual saham. sebesar 22,55% yang berasal dari
divestasi BPPN. Setelah Penawaran Saham Perdana itu, BPPN masih
mengimsai 70,30% dari seluruh saham BCA. Penawaran saham kedua
dilaksanakan di bulan Juni dan Juli 2001, dengan BPPN
mendivestasikan 10% lagi dari saham miliknya di BCA.
Dalam tahun 2002, BPPN melepas 51% dari sahamnya di BCA
melalui tender penempatan privat yang strategis. Farindo Investment,
Ltd., yang berbasis di Mauritius, memenangkan tender tersebut. Saat
ini, BCA terus memperkokoh tradisi tata kelola perusahaan yang baik,
kepatuhan penuh pada regulasi, pengelolaan risiko secara baik dan
komitmen pada nasabahnya baik sebagai bank transaksional maupun
b. Keunggulan Bank Central Asia
1) Tim manajemen yang sangat profesional yang selalu mengikuti
kebijakan dan regulasi perbankan nasional dan internasional
2) Sumber daya manusia (SDM) yang terlatih baik dan berorientasi
pada pelayanan bagi nasabah
3) Rangkaian produk dan jasa yang inovatif dan memenuhi kebutuhan
yang aktual
4) Pemanfaatan teknologi paling mutakhir secara tepat.
5) Upaya yang terus-menerus dalam mempertahankan tingkat
pengamanan perbankan yang paling tinggal.
6) Jaringan yang luas dari kantor cabang dan kantor cabang pembantu
di seluruh Indonesia.
7) Pilihan saluran penghantaran (delivery channel) yang luas untuk
mencapai tingkat kenyamanan pelanggan yang maksimum.
8) Per 31 Maret 2010 telah memiliki sekitar 6.710 ATM tunai
maupun non-tunai serta ATM Setoran Tunai yang disediakan di
berbagai lokasi strategis di seluruh Indonesia.
4. Bank Danamon Indonesia Tbk
a. Sejarah Bank Danamon Indonesia
Danamon didirikan pada tahun 1956 sebagai Bank Kopra
Indonesia. Di tahun 1976 nama tersebut kemudian diubah menjadi PT
Bank Danamon Indonesia. Di tahun 1988, Danamon menjadi bank
devisa dan setahun kemudian mencatatkan diri sebagai perusahaan
Sebagai akibat dari krisis keuangan Asia di tahun 1998,
pengelolaan Danamon dialihkan di bawah pengawasan Badan
Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai BTO (Bank Taken
Over). Di tahun 1999, Pemerintah Indonesia melalui BPPN melakukan
rekapitalisasi sebesar Rp32,2 triliun dalam bentuk obligasi pemerintah.
Sebagai bagian dari program restrukturisasi, di tahun yang sama PT
Bank PDFCI, sebuah BTO yang lain, dilebur menjadi bagian dari
Danamon. Kemudian di tahun 2000, delapan BTO lainnya (Bank
Tiara. PT Bank Duta Tbk, PT Bank Rama Tbk, PT Bank Tamara Tbk,
PT Bank Nusa Nasional Tbk, PT Bank Pos Nusantara, PT Jayabank
International dan PT Bank Risjad Salim Internasional) dilebur ke
dalam Danamon. Sebagai bagian dari paket merger tersebut, Danamon
menerima program rekapitalisasinya yang kedua dari Pemerintah
melalui injeksi modal sebesar Rp28,9 triliun. Sebagai surviving entity,
Danamon bangkit menjadi salah satu bank swasta terbesar di
Indonesia.
Selanjutnya, Danamon terus melakukan upaya restrukturisasi yang
mencakup aspek manajemen, karyawan, organisasi, sistem, dan
identitas perusahaan. Upaya tersebut berhasil meletakkan landasan dan
insfrastruktur yang baru guna mendukung pertumbuhan berdasarkan
prinsip transparansi, tanggung jawab, integritas dan profesionalisme.
Saat ini, Danamon merupakan salah satu institusi finansial yang
Danamon terus berupaya menjadi bank yang “Bisa mewujudkan setiap
keinginan nasabah” sesuai dengan brand promise-nya. Per Desember
2009 Danamon merupakan bank keenam terbesar di Indonesia dalam
hal jumlah aset, keempat terbesar dalam jumlah kapitalisasi pasar serta
memiliki jaringan cabang kedua terbesar, yaitu hampir 1.900 kantor
cabang dan pusat pelayanan.
b. Visi dan Misi Bank Danamon Indonesia
Visi : Danamon peduli dan membantu jutaan orang mencapai
kesejahteraan
Misi : Danamon bertekad untuk menjadi “Lembaga Keuangan
Terkemuka” di Indonesia yang keberadaannya
diperhitungkan. Suatu organisasi yang terpusat pada nasabah,
yang melayani semua segmen dengan menawarkan nilai yang
unik untuk masing-masing segmen, berdasarkan keunggulan
penjualan dan pelayanan, dan didukung oleh teknologi kelas
dunia. Aspirasi Danamon adalah menjadi perusahaan pilihan
untuk berkarya dan yang dihormati oleh nasabah, karyawan,
pemegang saham, regulator dan komunitas dimana pun