PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN
KERTAS KARYA
OLEH
DEFRIANTO
092204006
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PRASARANA JALAN SEBAGAI ASPEK PENDUKUNG
PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN
OLEH
DEFRIANTO
092204006
Dosen Pembimbing,
Dosen Pembaca,
Judul Kertas Karya
: Prasarana Jalan Sebagai Aspek
Pendukung Pengembangan Kawasan
Ekowisata Tangkahan
Oleh
: Defrianto
NIM
: 092204006
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A
NIP. 19511013 197603 1 001
PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA
Ketua,
PRASARANA JALAN SEBAGAI ASPEK PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN
Pariwisata merupakan kegiatan jasa yang bersifat abstrak, yaitu tidak bisa dilihat semata, tetapi hanya bisa dirasakan, terlebih lagi Pariwisata ini adalah sebuah konsep yang bisa dilakukan sehari-hari. Pariwisata ini juga bisa dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk menikmati keindahan objek wisata baik dari segi alam, budaya, kesenian, ataupun adat istiadat yang bertujuan untuk melepaskan kepenatan dari segala macam rutinitas seseorang, dan juga bisa dikatakan sebagai sebuah industri usaha bisnis yang bisa dikelola baik itu pengusaha ataupun dikelola secara swadaya oleh masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu, begitu banyak berbagai macam pariwisata yang dapat ditawarkan. Salah satunya adalah wisata alam yang berpotensi yang sudah dikelola dan dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Suatu nilai eksotis alam dan sangat asri yang bisa dijadikan sebagai pilihan untuk menikmati Daerah Kawasan Ekowistata Tangkahan. Tangkahan memiliki kekayaan daya tarik wisata yang alami dan asri sebagai salah satu kekayaan alam yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tangkahan memiliki potensi wisata yang unik, seperti wisata petualangan menyusuri hutan yang masih asri. Tapi sayangnya, pemerintah dan masyarakat setempat kurang memperhatikan akses pembangunan jalan untuk menuju Kawasan Ekowisata Tangkahan tersebut. Mungkin apakah karena pemerintah lokal dan masyarakat setempat tidak ingin mengeluarkan banyak biaya untuk menanggulangi akses pembangunan jalan tersebut atau apakah mereka sengaja agar para wisatawan yang datang bisa merasakan petualangan sesungguhnya untuk menuju ke kawasan ekowisata tersebut. Tapi, menurut penulis harus ada peranan penting untuk akses pembangunan jalan untuk menuju ke kawasan ekowisata ini, karena kondisi jalan semakin parah seperti : berbatu, berlubang, dan lembab jika musim hujan, dan menimbulkan genangan air sepanjang jalan pedesaan. Makanya dari itu, semua pihak yang ada di kawasan ekowisata ini harus berkontribusi untuk menciptakan akses pembangunan jalan yang lebih baik agar tercipta kenyamanan bersama.
Keyword : perbaikan jalan, kawasan ekowisata, tangkahan
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
kertas karya ini sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Diploma III
Program Studi Pariwisata Jurusan Usaha Wisata pada Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara. Adapun judul kertas karya yang penulis ajukan yaitu :
“Prasarana Jalan Sebagai Aspek Pendukung Pengembangan Kawasan Ekowisata Tangkahan.”.
Penulis menyadari bahwa kertas karya ini belumlah sempurna, yang dimana
masih ada kekurangannya. Karena disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan,
sumber bacaan, dan juga sumber informasi data tentang objek permasalahan yang
dibahas. Untuk itu, dengan hati yang tulus penulis berusaha untuk menerima saran
dan kritik dari para pembaca agar penulis bisa lebih baik lagi dalam penulisan kertas
karya ini.
Dalam kertas karya ini, penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang terlibat dalam bantuan, semangat dan motivasi serta doa yang diberikan
kepada penulis untuk menyelesaikan kertas karya ini. Untuk itu, Dengan segala
hormat dan terkasih penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak di bawah ini,
yaitu sebagai berikut :
Sumatera Utara.
2. Arwina Sufika, S.E., M.Si., selaku ketua Program Studi Diploma III
Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara dan juga selaku
Dosen Pembaca yang telah memberikan saran dan petunjuk kepada penulis
atas penyempurnaan kertas karya ini.
3. Solahuddin Nasution, S.E., MSP., selaku Koordinator Praktek Jurusan Usaha
Wisata, Program Studi Diploma III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Sumatera Utara.
4. Drs. Haris Sutan Lubis, MSP., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bantuan dan semangat serta motivasi dan juga arahan yang baik
dalam penyusunan kertas karya ini.
5. Tersayang dan tercinta Ayahanda dan Ibunda yaitu Bapak Zainun dan Ibu
Wasti yang telah banyak memberikan dukungan moral dan kasih sayang serta
dorongan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan kertas karya
ini.
Program Sudi Diploma III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara yang tak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih penulis
ucapkan kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan asuhan-asuhan dan
ajaran-ajaran materi perkuliahan selama penulis berada di bangku
perkuliahan.
7. Sahabat-sahabat tercinta semua anak-anak stambuk 2009 Program Studi
Diploma III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara
baik itu Jurusan Usaha Wisata dan Perhotelan, terima kasih atas bantuan dan
semangat kepada penulis.
8. Untuk “Team Solid” (Grup Owekers) Usaha Wisata 2009 Program Studi
Diploma III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara
khususnya buat Jasomandar Siregar, Ari Suhendra, Dewi Setyo Ningtyas,
Wilda Triyani, Laura Kahtleen, Desi Novita Sirait, Restu Veronika Manalu,
dan Netty HW Siregar. Kalian adalah sahabat terbaik bagi penulis. Suka,
duka, benci, iri, dengki, dan selisih paham yang pernah kita alami selama di
bangku perkuliahan semoga menjadi pembelajaran pendewasaan buat kita
semua. Kalian tetap yang terbaik di hati penulis.
memperoleh data-data dalam menyelesaikan kertas karya ini.
Dengan demikian, penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, dan
pikiran, serta waktu untuk menyelesaikan kertas karya ini. Namun, penulis menyadari
bahwa kertas karya ini belumlah mencapai titik kesempurnaan. Untuk itu, dengan
kerendahan hati penulis untuk menerima saran dan masukan yang membangun dari
para pembaca. Sebagai harapan penulis, semoga kertas karya ini bisa bermanfaat bagi
para pembaca.
Medan, Desember 2012
Penulis
Defrianto
092204006
Halaman
KATA PENGANTAR………ii
DAFTAR ISI………...vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1Alasan Pemilihan Judul……….1
1.2Pembatasan Masalah……….5
1.3Tujuan Penulisan………...6
1.4Metode Penelitian……….7
1.5Sistematika Penulisan………....9
BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Definisi Kepariwisataan...……….11
2.2 Sejarah Munculnya Pariwisata………..20
2.4 Bentuk-Bentuk Pariwisata……….27
2.5 Dampak Positif dan Negatif Industri Pariwisata………..29
2.6 Pengaruh Pariwisata Terhadap Masyarakat………...31
BAB III DESKRIPSI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN
3.1 Letak Geografis Kawasan Ekowisata Tangkahan……….35
3.2 Sejarah Kawasan Ekowisata Tangkahan………...36
3.3 Potensi Objek-Objek Wisata Tangkahan ………..38
BAB IV PRASARANA JALAN SEBAGAI ASPEK PENDUKUNG
PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN
4.1 Definisi Sarana dan Prasarana………...………41
4.2 Definisi Prasarana Jalan ………...…………...46
4.3 Kondisi Prasarana Jalan Kawasan Ekowisata Tangkahan…….…48
4.4 Peranan Perbaikan Jalan Kawasan Ekowisata Tangkahan………51
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan………...54
5.2 Saran………..55
DAFTAR PUSTAKA
PRASARANA JALAN SEBAGAI ASPEK PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN
Pariwisata merupakan kegiatan jasa yang bersifat abstrak, yaitu tidak bisa dilihat semata, tetapi hanya bisa dirasakan, terlebih lagi Pariwisata ini adalah sebuah konsep yang bisa dilakukan sehari-hari. Pariwisata ini juga bisa dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk menikmati keindahan objek wisata baik dari segi alam, budaya, kesenian, ataupun adat istiadat yang bertujuan untuk melepaskan kepenatan dari segala macam rutinitas seseorang, dan juga bisa dikatakan sebagai sebuah industri usaha bisnis yang bisa dikelola baik itu pengusaha ataupun dikelola secara swadaya oleh masyarakat itu sendiri. Oleh sebab itu, begitu banyak berbagai macam pariwisata yang dapat ditawarkan. Salah satunya adalah wisata alam yang berpotensi yang sudah dikelola dan dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Suatu nilai eksotis alam dan sangat asri yang bisa dijadikan sebagai pilihan untuk menikmati Daerah Kawasan Ekowistata Tangkahan. Tangkahan memiliki kekayaan daya tarik wisata yang alami dan asri sebagai salah satu kekayaan alam yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Tangkahan memiliki potensi wisata yang unik, seperti wisata petualangan menyusuri hutan yang masih asri. Tapi sayangnya, pemerintah dan masyarakat setempat kurang memperhatikan akses pembangunan jalan untuk menuju Kawasan Ekowisata Tangkahan tersebut. Mungkin apakah karena pemerintah lokal dan masyarakat setempat tidak ingin mengeluarkan banyak biaya untuk menanggulangi akses pembangunan jalan tersebut atau apakah mereka sengaja agar para wisatawan yang datang bisa merasakan petualangan sesungguhnya untuk menuju ke kawasan ekowisata tersebut. Tapi, menurut penulis harus ada peranan penting untuk akses pembangunan jalan untuk menuju ke kawasan ekowisata ini, karena kondisi jalan semakin parah seperti : berbatu, berlubang, dan lembab jika musim hujan, dan menimbulkan genangan air sepanjang jalan pedesaan. Makanya dari itu, semua pihak yang ada di kawasan ekowisata ini harus berkontribusi untuk menciptakan akses pembangunan jalan yang lebih baik agar tercipta kenyamanan bersama.
Keyword : perbaikan jalan, kawasan ekowisata, tangkahan
PENDAHULUAN
1.1Alasan Pemilihan Judul
Sebagai sebuah negara besar, pastinya negara Indonesia memiliki kekayaan
alam dan isinya yang bisa dikembangkan, baik itu dari segi sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia. Negara yang memiliki potensi kekayaan alam, budaya, etnis,
kesenian, bahasa, dan ragam kekayaan kebudayaan masyarakat yang ada di
dalamnya. Apalagi semua kekayaan tersebut bisa dikembangkan kedalam kegiatan
usaha industri bisnis, khususnya di bidang Industri Pariwisata. Maka dari itu, Negara
yang penuh dengan kekayaan alamnya bisa kita kembangkan menjadi indutri
pariwisata yang berkembang.
Setiap Negara di dunia ini pastinya ingin memiliki ciri khas yang bisa menarik
perhatian mata dunia untuk menunjukkan potensi apa yang dimiliki oleh Negara
tersebut untuk dikembangkan. Seperti halnya Negara ini, pastinya ingin
mengembangkan potensi kekayaan alamnya untuk berkembang di industri pariwisata.
Begitu banyak yang bisa dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, baik itu wisata
alam, budaya, kesenian, etnis, dan bahasa. Namun dalam pembahasan kali ini, penulis
akan menjabarkan potensi kekayaan alam sebagai wisata alam untuk memajukan
sektor pariwisata Indonesia. Sebagaimana yang telah penulis sebutkan diatas, begitu
banyak kekayaan wisata alam pada setiap daerah yang ada di Indonesia ini. Baik itu
wisata alam pegunungan, wisata alam pedesaan, dan wisata alam pertanian serta
wisata alam lainnya yang bisa dijadikan potensi pariwisata pada setiap daerah.
Namun, penulis mengambil gambaran subjek yang akan dibahas sebagai potensi
pariwisata yang berwawasan wisata alam dan bertemakan kawasan ekowisata. Salah
satunya kawasan ekowisata yang akan dibahas oleh penulis adalah Kawasan
Ekowisata yang ada di Pulau Sumatera.
Kawasan Taman Nasional Gunung Lauser yang berada di kawasan Provinsi
Nanggore Aceh Darussalam dan sebagian Provinsi Sumatera Utara. Salah satu Taman
Nasional Terbesar di Indonesia, pastinya memiliki potensi kekayaan wisata alam
sebagai pendongkrak potensi pariwisata daerah. Taman Nasional yang memiliki
kekayaan alam yang masih asri dan alami seperti kawasan pegunungan tempat
pelestarian flora dan fauna, dan juga sebagai kawasan hutan hujan tropis yang eksotis.
Taman Nasional Gunung Lauser yang membentang dari sebagian wilayah
Provinsi Nanggore Aceh Darussalam dan Provinsi Sumatera Utara, pastinya memiliki
yang bertemakan kawasan ekowisata yang berwawasan wisata alam. Salah satunya
kawasan ekowisata Tangkahan yang berada pada kawasan Taman Nasional Gunung
Lauser yang terletak di Provinsi Sumatera Utara.
Kawasan Ekowisata Tangkahan yang terletak di Provinsi Sumatera Utara
tepatnya di kecamatan Sei Batang Serangan. Kawasan yang memiliki potensi
kekayaan alam seperti kawasan hutan hujan tropis yang masih alami, wisata alam
pegunungan, dan juga pelestarian flora dan fauna seperti halnya pelestarian gajah
yang bisa dijadikan atraksi wisata untuk mengembangkan potensi pariwisata daerah.
Namun sayangnya, kawasan ekowisata Tangkahan yang begitu banyak
memiliki potensi pariwisata dan juga sebagai penghasil devisa Negara, harus
terhambat dengan permasalahan kunjungan wisatawan yang kurang berminat untuk
mengunjungi kawasan ekowisata tersebut. Alasan kurangnya minat wisatawan
disebabkan oleh karena akses pembangunan jalan untuk menuju kawasan ekowisata
Tangkahan kurang mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat, dan juga
kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kawasan wisata yang bisa menjadi
sumber pendapatan mereka. Kondisi akses jalan yang semakin parah, dengan kondisi
jalan yang berbatu, becek, dan tanah yang berlembab menyebabkan ketidaknyamanan
wisatawan dalam perjalanan menuju ke daerah kawasan ekowisata tersebut. Apalagi
semakin sulit. Apalagi jaringan komunikasi yang masih sulit dijangkau. Hal itu
menyebabkkan kurangnya minat wisatawan untuk berkunjung ke daerah kawasan
ekowisata Tangkahan.
Oleh sebab itu, masyarakat lokal dan pemerintah setempat harus bisa bekerja
sama dalam menanggulangi permasalahan yang penulis jabarkan diatas. Untuk itu,
pemerintah setempat dan masyarakat lokal bisa mencari investasi untuk menciptakan
kenyamanan wisatawan dalam mengembangkan potensi pariwisata pada kawasan
ekowisata Tangkahan. Dan juga menciptakan akses pembangunan jalan yang
berdasarkan kasadaran untuk memajukan daya tarik wisata dan juga kenyamanan
wisatawan yang mendorong meningkatkan volume wisatawan untuk mengunjungi
kawasan ekowisata Tangkahan tersebut setiap tahunnya.
Dengan dasar permasalahan aksesbilitas pembangunan jalan yang belum
tercipta dengan baik yang telah dijabarkan diatas. Maka penulis ingin menjabarkan
pada sebuah tulisan untuk membuka pikiran kita tentang bagaimana mengelola
kawasan daerah wisata yang tercipta tentram, kenyamanan dan kepuasan wisatawan.
Baik itu dari segi pemerintah, masyarakat lokal dan kondisi daerah tujuan wisata yang
akan dikunjungi. Dan juga kita bisa memahami usaha untuk meningkatkan
pariwisata yang membaik. Hal demikian merupakan sebuah dorongan kepada penulis
untuk memilih judul “Prasarana Jalan Sebagai Aspek Pendukung Pengembangan Kawasan Ekowisata Tangkahan”.
1.2 Pembatasan Masalah
Sebagaimana kita ketahui bahwa kepariwisataan itu sangatlah luas ruang
lingkup permasalahannya, maka dalam pembahasan kertas karya ini penulis
membatasi pembahasan materi yang ada. Pembahasan yang dititikberatkan pada
daerah tujuan wisata itu sendiri, yang bertemakan kawasan ekowisata Tangkahan.
Pembahasan yang merupakan tujuan utama penulis untuk bisa meningkatkan potensi
daerah pariwisata.
Dalam pengembangan sektor pariwisata di kawasan ekowisata Tangkahan.
Dengan topik permasalahan aksesbilitas pembangunan jalan yang lebih baik, penulis
berharap semua yang dijabarkan oleh penulis bisa menjadi bahan pemikiran bagi
pemerintah setempat dan masyarakat untuk bekerja sama untuk menciptakan akses
perbaikan jalan pada kawasan ekowisata Tangkahan agar tercipta kawasan ekowisata
yang nyaman dan menjadi ketertarikan wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah
Bagaimanapun juga untuk menciptakan aksesbilitas pembangunan jalan yang
baik , harus ada kontribusi pemerintah setempat dan masyarakat lokal agar terjalin
kerja sama yang erat dan tidak menggolongkan perbedaan lapisan-lapisan masyarakat
agar tercipta kenyamanan wisatawan dalam mengunjungi daerah kawasan ekowisata
Tangkahan dan juga menjadi daya tarik wisatawan untuk meningkatkan potensi
pariwisata Tangkahan.
1.3 Tujuan Penulisan
Dengan diprioritaskannya Provinsi Sumatera Utara sebagai salah satu daerah
tujuan wisata Nasional, maka penulis mengambil tema peran penting aksesbilitas
pembangunan jalan bagi Kawasan Ekowisata Tangkahan sebagai upaya
meningkatkan potensi kepariwisataan di daerah tersebut,
Adapun tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah :
1. Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi di program
studi Diploma III Pariwisata Bidang Usaha Wisata pada Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Memberikan informasi tentang potensi pariwisata yang dimiliki Kawasan
3. Ingin menjabarkan tentang permasalahan aksesbilitas pembangunan jalan
yang belum tersealisasikan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah
setempat, masyarakat setempat, dan semuanya.
Maka dari itulah, penulis ingin menjabarkan secara mendalam tentang
permasalahan yang berkaitan dengan peran penting aksesbilitas pembangunan jalan
bagi kawasan ekowisata Tangkahan. Dimana penjabaran tersebut, penulis sampaikan
demi membuka pola pikir pemerintah dan masyarakat agar lebih peduli dan perhatian
pada kondisi akses jalan yang semakin memburuk untuk menuju ke daerah kawasan
ekowisata Tangkahan. Agar tercipta kenyamanan pengguna jalan baik itu bagi
wisatawan ataupun bagi seluruh lapisan masyarakat yang berada pada ruang linkup
kawasan ekowisata Tangkahan.
1.4 Metode Penelitian
Penulis telah berusaha mencoba mengumpulkan berbagai data dalam
penyusunan kertas karya ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk
lebih jelasnya penulis mengumpulkan data dengan berbagai cara sebagai berikut :
Dimana penulis memperoleh berbagai data berdasarkan penelitian
kepustakaan, yaitu dengan membaca buku-buku perpustakaan maupun
diktat-diktat yang diperoleh penulis selama perkuliahan di Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Field Research
Dimana penulis memperoleh berbagai data berdasarkan penelitian langsung
ke Kawasan Ekowisata Tangkahan untuk memperoleh berbagai data yang
dapat diperoleh dari :
Observasi, yaitu melihat langsung permasalahan sarana aksesbilitas
kondisi jalan pada Kawasan Ekowisata Tangkahan.
Wawancara, yaitu penulis memperoleh berbagai data dengan
mewawancarai langsung pihak-pihak yang berkaitan dengan
permasalahan yang dibahas.
3. Internet Browsing
Dimana penulis juga bisa memperoleh berbagai data dari internet browsing.
Berdasarkan topik-topik permasalahan yang memang lagi hangat untuk
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang harus diperhatikan dalam kertas karya ini adalah
harus bisa menjadi alur jalan pikiran yang terarah dalam penyajian kertas karya ini
agar tersusun secara utuh. Penulis menyusun sistematika pembahasan pada kertas
karya ini yaitu sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Pada bab ini, penulis menjabarkan tentang bagaimana konsep
pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Uraian Teoritis Tentang Kepariwisataan
Pada bab ini, penulis menjabarkan tentang pengertian Pariwisata,
Sejarah munculnya Pariwisata, jenis-jenis dan bentuk-bentuk
pariwisata, Dampak Positif dan Negatif Industri Pariwisata, dan
Pengaruh Ilmu Pariwisata terhadap masyarakat.
BAB III : Deskripsi Kawasan Ekowisata Tangkahan
Pada bab ini, penulis menjabarkan tentang letak geografis, historis
atau sejarah, dan objek-objek wisata Ekowisata Tangkahan yang bisa
BAB IV : Prasarana Jalan Sebagai Aspek Pendukung
Pengembangan Kawasan Ekowisata Tangkahan
Pada bab ini, penulis menjabarkan tentang Definisi Sarana dan
Prasarana baik secara umum ataupun dalam pariwisata, Definisi
Prasarana Jalan, kondisi dan peranan prasarana jalan, serta upaya dan
kerjasama antara pemerintah dan masyarakat setempat dalam usaha
perbaikan prasarana jalan pada Kawasan Ekowisata Tangkahan.
BAB V : Penutup yang berisikan kesimpulan dan saran
Pada bab terakhir ini, penulis mencoba menarik beberapa kesimpulan
dan saran terhadap permasalahan yang ada pada Kawasan Ekowisata
Tangkahan, untuk memajukan potensi pariwisata di daerah wisata
tersebut.
URAIAN TEORITS TENTANG KEPARIWISATAAN
2.1 Definisi Kepariwisataan
Secara umum, pengertian “pariwisata” adalah suatu perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang (wisatawan) untuk mengunjungi tempat wisata di daerah
objek wisata yang dikunjungi dengan maksud dan tujuan untuk mendapatkan
kepuasan dan kesenangan yang bersifat sementara. Namun, dengan berkembangnya
Ilmu Pariwisata, Pariwisata bisa memiliki beberapa banyak pengertian dalam
pemikiran manusia. Bukan hanya sebagai suatu perjalanan melainkan pariwisata bisa
dikatakan sebuah bisnis yang bisa dikelola oleh industri pariwisata. Disamping dari
pengertian diatas, berikut ini adalah pendapat beberapa ahli pariwisata tentang
pengertian “pariwisata”, yaitu sebagai berikut :
1. Undang-undang No.9 Tahun 1990
Pariwisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari suatu kegiatan yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan
daya tarik wisata.
2. Prof. Salah Wahab dalam bukunya berjudul “An Introduction On Tourist
Theoraphy” (dalam Yoeti : 1996 : 116) (dalam Kesrul : 2003)
Menjelaskan bahwa Pariwisata adalah suatu aktifitas manusia yang dilakukan
secara sadar yang mendapatkan pelayanan secara bergantian di antara
orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri ataupun di luar negeri meliputi
pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam
mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialami
di tempat ia memperoleh pekerjaan tetap.
3. Menurut Hornby dalam buku berjudul “Penyelenggaraan Operasi Perjalanan
Wisata” (dalam M. Kesrul, S.E, M.B.A, 2003:3)
“Tour is a journey in which short stays are made at a number of places, and
the traveller finally returns to his or her own place.”
Pariwisata adalah suatu perjalanan dimana seseorang dalam perjalanannya
singgah sementara di beberapa tempat dan akhirnya kembali ke tempat asal,
yang merupakan tempat ia memulai perjalanan.
4. “World Tourist Organizer” (WTO, dalam Richard & Flicker, 2004:6) (dalam
Kesrul : 2003)
“The activities of person travelling to and staying in places outside their
usual environment for not more than one consecutive year for leisure,
Itulah beberapa pengertian tentang “pariwisata” yang dikemukakan oleh
beberapa ahli Ilmu Pariwisata. Dengan beberapa pengertian tersebut, penulis dapat
menyimpulkan bahwa Pariwisata adalah sebuah aktifitas seseorang sebagai
turis/wisatawan melakukan perjalanan ke dan tinggal di tempat di luar tempat
tinggalnya sehari-hari untuk periode tidak lebih dari 12 bulan untuk beragam kegiatan
leisure, bisnis, agama, dan alasan pribadi lainnya tetapi tidak mendapat gaji/upah dari
perjalanan tersebut.
Pariwisata bukan hanya dikatakan sebagai ilmu yang memiliki pengertian
suatu perjalanan, tetapi juga Pariwisata memiliki pengertian yang lebih luas lagi.
Dimana pengertian tersebut bukan dasar utama dari pengertian Ilmu Pariwisata yang
berawal dari sebuah perjalanan. Melainkan pengertian kedua untuk Ilmu Pariwisata
tersebut. Berikut ini adalah pengertian kedua dari Ilmu Pariwisata tersebut, yaitu :
1. Pariwisata adalah sebuah “Pergerakan”.
2.1.1 Pariwisata adalah sebuah “Pergerakan”
Pada pengertian di atas adalah dimana setiap perjalanan seseorang (turis)
dalam kegiatan pariwisata pasti ada pergerakan yang ada di dalamnya. Secara umum,
Pergerakan adalah pemindahan yang berdasarkan hal-hal yang berhubungan yang
dimulai dari satu titik ke satu titik lainnya atau ke beberapa titik lainnya. Namun,
dalam Pariwisata arti dari Pergerakan tersebut adalah perpindahan dari langkah atau
setiap perjalanan seorang turis atau wisatawan yang di mulai dari :
Titik Pertama (Place of Origins)
Merupakan titik awal yang menjelaskan tempat asal usul dimana seseorang
memulai melakukan sebuah perjalanan tersebut.
Titik Yang Di Singgahi (Tourism Destination)
Merupakan konteks perjalanan utama yang dimana daerah-daerah yang
2.1.2 Pariwisata adalah sebuah “Bisnis”
Dari pengertian utama kata pariwisata adalah sebuah perjalanan, pariwisata
bisa dijadikan sebuah bisnis yang bisa dikelola baik itu dari pihak-pihak yang berada
di Place Of Origins ataupun Tourism Destination. Bisnis Pariwisata sama halnya
dengan industri bisnis lainnya. Namun, yang dijual adalah jasa bukan barang yang
dimana jasa tersebut adalah berupa pelayanan (service) tentang objek-objek wisata
yang akan diberikan dan dinikmati oleh konsumen atau wisatawan.
Berikut ini merupakan bisnis-bisnis pariwisata yang bisa dikelola oleh
beberapa pengusaha pariwisata berdasarkan pengertian pariwisata sebagai
pergerakan, yaitu sebagai berikut :
1. Corebuisness (Bisnis Utama)
Merupakan bisnis yang paling utama dan umum serta sangat besar
a) Berdasarkan pada Place Of Origins (Titik awal Wisatawan), mencakup
bisnis-bisnis berikut ini
Transportasi, dalam melakukan perjalanan wisata seorang turis
membutuhkan alat untuk mengangkut dirinya dengan tujuan untuk
mengunjungi Daerah Tujuan Wisata.
Travel Agency (Jasa Informasi), dimana seorang wisatawan
membutuhkan informasi-informasi yang menarik dari Daerah Tujuan
Wisata yang akan dikunjungi yang diperoleh dari bisnis Travel Agency
tersebut.
b). Berdasarkan pada Tourism Destination (Daerah Tujuan Wisata),
mencakup bisnis-bisnis berikut ini :
Akomodasi, dimana setelah melakukan perjalanan yang cukup jauh ke
Daerah Tujuan Wisata. Seorang wisatawan merasakan kelelahan,
maka akomodasi merupakan tempat beristirahat seorang wisatawan
Restaurant (Rumah Makan), dimana selain membutuhkan tempat
penginapan. Maka, seorang wistawan membutuhkan makanan untuk
mengisi perut ataupun mencicipi makanan yang khas dari Daerah
Tujuan wisata yang dikunjungi.
2. Supporting Buisness (Bisnis Pendukung)
Merupakan bisnis-bisnis kecil-kecilan yang biasanya dikelola secara swadaya
oleh masyarakat setempat.
a). Berdasarkan Place Of Origins (Titik awal Wisatawan), mencakup
bisnis-bisnis berikut ini :
Alat Perlengkapan, bekal makanan, atau obat-obatan.
Bisnis pendukung ini jarang terlihat, karena biasanya digunakan oleh
wisatawan “Bag Packer”, dimana mereka membutuhkan bekal makanan
dan obat-obatan dalam perjalanan agar bisa lebih irit.
Bahan Bakar Minyak (BBM)
Merupakan bisnis pendukung yang penting, yang bisa digunakan oleh
wisatawan yang membawa kendaraan pribadi sendiri. Maupun sebuah
b). Berdasarkan Tourism Destination (Daerah Tujuan Wisata) mencakup
bisnis-bisnis berikut ini :
Biro perjalanan wisata
Biasanya bisnis ini digunakan oleh para wisatawan berkelompok. Baik
itu perusahaan yang berdiri sendiri atau perusahaan yang terikat oleh
hotel.
Sewa Mobil (Car Rental)
Bisnis yang memperbolehkan wisatawan mengendarai mobil untuk
menikmati daerah tujuan wisata. Namun, bisnis ini sudah jarang terlihat,
karena bisa menimbulkan tindakan pencurian.
Entertainment (Hiburan)
Sebuah bisnis yang bersifat menghibur seperti konser musik, acara
ultah di hotel, bartender, serta wahana bermain bagi wisatawan baik yang
Souvenir
Dimana sebuah bisnis pendukung yang dikelola oleh masyarakat
setempat secara swadaya yang membuat pernak pernik atau cinderamata
yang menarik dan khas dari Daerah Tujuan Wisata yang dikunjungi oleh
wisatawan.
Atraksi Wisata atau Budaya
Dimana sebuah bisnis pendukung yang sangat besar pengaruhnya.
Seperti atraksi kesenian budaya, baik itu dari segi tarian tradisional,
tempat bersejarah, atau warisan-warisan leluhur, maupun konservasi flora
dan fauna yang ada di Daerah Tujuan Wisata yang memiliki keunikan dari
masing-masing daerah. Sebenarnya bisnis ini sangat besar sekali
pengaruhnya, dimana seorang wisatawan bukan hanya menikmati
perjalanannya melainkan bisa mendapatkan pembelajaran tentang
kebudayaan-kebudayaan yang berbeda-beda dari setiap daerah yang
2.2 Sejarah Munculnya Pariwisata
Sesungguhnya, data atau fakta tentang munculnya Ilmu Pariwisata itu belum
ada data yang pasti dan akurat. Namun, dalam kertas karya ini penulis mencoba untuk
merincikan tentang asal mula Pariwisata yang telah penulis peroleh dari beberapa
data pustaka, yaitu sebagai berikut :
2.2.1 Sejarah Pariwisata di Dunia
Pada zaman prasejarah, manusia hidup berpindah-pindah (nomadism)
sehingga perjalanan yang jauh (travelling) merupakan gaya dan cara untuk bertahan
hidup. Orang primitif sering melintasi tempat yang jauh untuk mencari makanan,
minuman, pakaian, dan iklim yang mendukung kehidupannya (Theoblad, 2005 : 6;
Macdonald, 2004 : 8) (dalam Pitana & Diarta :2009). Sejarah panjang dari Nomaden
mempengaruhi pikiran manusia sehingga secara tidak sadar membuat aktifitas
perjalanan (travel) secara insting menjadi perilaku yang alamiah. Seiring perjalanan
Di abad 11 sampai 15 dalam sejarah peradaban barat, terjadi model baru
perjalanan manusia untuk melakukan ziarah ke tempat khusus untuk alasan religius.
Selanjutnya, abad 17 sampai 20 merupakan era perpindahan dan perjalanan manusia
melintasi Negara dan Benua. Ini adalah periode migrasi dimana jutaan manusia
meninggalkan satu benua untuk bermukim di benua lain. Seiring dengan sejarah,
motivasi dan tujuan orang berpergian juga bertambah, tidak saja untuk berwisata
tetapi juga untuk kegiatan ekonomi, perjalanan religius, perang, migrasi, dan
keperluan studi. (Theoblad, 2005 : 6 ; MacDonald, 2004 : 8) (dalam Pitana & Diarta :
2009).
Istilah Tour telah menjadi perbendaharaan kata dalam Bahasa Inggris sejak
berabad-abad lalu, yang artinya adalah perjalanan ke suatu tempat yang mana orang
tersebut akan kembali ke titik awal dari mana dia berangkat. Kata Tour itu sendiri
berasal dari Bahasa Latin (Yunani), yang awalnya berarti alat untuk membuat
lingkaran. Journal Of Tourism History mengklaim bahwa sebuah keluarga di Eropa,
de la tour, di tahun 1500an mempunyai bisnis memberangkatkan orang. Namun,
istilah Tour yang berarti perjalanan baru secara luas dikenal dan dipakai setelah abad
1.2.1 Sejarah Berkembangnya Pariwisata di Indonesia
Sesungguhnya, Pariwisata berkembang di Indonesia sejak penghujung tahun
1970an. Hal ini disebabkan karena pada tahun itu harga minyak dan gas menurun.
Dengan kondisi tersebut, Pemerintah Indonesia mengalami kebingungan karena
satu-satunya pendapatan Negara (income) adalah minyak bumi dan gas alam tersebut.
Maka dengan keadaan tersebut, mereka berpikir untuk mengembangkan Pariwisata di
Indonesia pada penghujung tahun 1970an sampai 1980an. Setelah pemerintah
menetapkan keputusan tersebut, tetapi mereka masih bingung karena mereka tidak
tahu apa yang bisa dipromosikan dari Pariwisata tersebut. Maka, pemerintah
menyewa dan mamanggil beberapa ahli Pariwisata dari PATA (Pacific Area Travel
Association) yaitu suatu organisasi yang menangani minat Pariwisata yang berpusat
di San Fransisco. Pemerintah menyewa beberapa ahli Pariwisata tersebut untuk
melakukan sebuah penelitian di Sumatera Utara. Dari hasil penelitian tersebut, maka
para ahli PATA menyimpulkan bahwa di daerah Sumatera Utara terdapat kekayaan
Sumber Daya yang bisa dipromosikan sebagai objek Pariwisata yang bisa dijual. Baik
itu kekayaan Sumber Daya Alam maupun Kebudayaan dan kehidupan masyarakat
setempat. Bukan hanya di daerah Sumatera Utara saja yang mereka teliti, melainkan
daerah-daerah lainnya di Indonesia. Maka beberapa ahli PATA tersebut menetapkan
Bali,
DKI Jakarta,
Jawa Barat,
Jawa Tengah,
D.I Yogyakarta,
Jawa Timur,
Sumatera Utara,
Sumatera Barat.
2.3 Jenis-jenis Pariwisata
Sebelum penulis mengklasifikasikan jenis-jenis Pariwisata. Terlebih dahulu,
penulis akan menjelaskan bahwasannya jenis-jenis Pariwisata yang akan dijabarkan
oleh penulis berkaitan dengan persamaan antara jenis-jenis Pariwisata tersebut
dengan tujuan atau motivasi seseorang atau wisatawan melakukan perjalanan wisata
tersebut. Dimana, tujuan seseorang melakukan perjalananan wisata tersebut berkaitan
Dengan demikian, penulis mengambil sebuah contoh yang mengandung
jenis-jenis Pariwisata dalam sebuah “Konferensi Roma : Purpose To Visit” yang
diselenggarakan pada tahun 1963, yang berisi tentang :
1. Holiday (Bersifat Langsung)
Dimana seorang turis/wisatawan melakukan perjalanan wisata pasti dengan
tujuan utama yaitu berlibur untuk menikmati Objek Daerah Tujuan Wisata
yang dikunjungi untuk melepas kepenatan dari rutinitas yang dijalani.
2. Visited Tired Of Relativities (No.2 dan seterusnya bersifat Tidak Langsung)
Dimana seseorang yang ada keperluan untuk mengunjungi keluarganya yang
sedang sakit atau melepas kerinduan dengan keluarganya tersebut. Maka,
setelah itu barulah seseorang tersebut melakukan perjalanan wisata.
3. Buisness (Bisnis)
Dimana seseorang mengunjungi daerah/Negara lain dengan 1 sampai 2 hari
untuk urusan pekerjaan bisnis dengan kleinnya. Setelah pekerjaannya selesai
4. MICE (Meeting Intencive Convention Exadition)
Dimana beberapa orang pengusaha-pengusaha berkumpul di satu daerah
wisata untuk melakukan meeting project. Setelah urusan mereka selesai, maka
mereka akan berwisata di daerah wisata tersebut.
5. Healthy (Kesehatan)
Dimana seseorang yang mengalami sakit akan berobat di daerah/Negara lain
yang memang telah direkomendasi dari Negara/daerah asal. Setelah
melakukan pengobatan dan perawatan, maka dia bisa melakukan perjalanan
wisata di Negara/daerah yang dikunjunginya.
6. Sport (Olahraga)
Dimana seseorang mengikuti sebuah kegiatan turnamen perlombaan bidang
olahraga di Negara lain yang menjadi tuan rumah dari ajang pelombaan
tersebut. Setelah perlombaan itu selesai, maka dia berkesempatan untuk
7. Ziarah
Dimana seseorang melakukan ibadah atau berziarah ke makam orang yang
berpengaruh di kepercayaannya. Setelah dia melakukan ibadah dan ziarah
tersebut, dia akan melanjutkan dengan kegiatan berwisata di daerah yang
dikunjunginya.
8. Studi (Sekolah)
Dimana seseorang yang mendapat beasiswa atau yang memang ingin
melanjutkan kuliah atau sekolah di Negara lain. Maka, meraka akan menetap
untuk beberapa tahun. Dan juga mereka bisa menikmati Objek Daerah Tujuan
2.3 Bentuk-bentuk Pariwisata
Menurut Nyoman.S.Pendit, (1994) (dalam Tanjung : 2011) dalam bukunya
Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana, mengklasifikasikan berbagai macam
bentuk Pariwisata yang dapat dibagi kedalam 5 kategori, yaitu sebagai berikut :
1. Menurut asal wisatawan, terbagi atas :
• Pariwisata Dalam Negeri adalah seorang wisatawan yang melakukan
kegiatan wisata dalam negeri (domestik).
• Pariwisata Internasional adalah seorang wisatawan yang melakukan
kegiatan wisata luar negeri (mancanegara).
2. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran
• Pariwisata Aktif adalah kedatangan wisatawan domestik ke dalam
negeri yang bersifat positif
• Pariwisata Pasif adalah kepergian wisatawan domestik ke luar negeri
3. Menurut Jangka Waktu
• Pariwisata Jangka Pendek adalah seorang wisatawan yang
mengunjungi Daerah Tujuan Wisata hanya 1 hari, 2 hari, atau
seminggu.
• Pariwisata Jangka Panjang adalah seorang wisatawan yang
mengunjungi Daerah Tujuan Wisata lebih dari seminggu atau bahkan
lebih dari sebulah.
4. Menurut Jumlah Wisatawan
• Pariwisata Tunggal adalah kegiatan wisata yang dilakukan oleh
wisatawan hanya satu orang atau satu keluarga.
• Pariwisata Kelompok adalah kegiatan wisata yang dilakukan secara
berkelompok atau rombongan yang berjumlah 15 sampai 20 orang.
5. Menurut alat angkut yang digunakan
• Pariwisata Udara adalah kegiatan wisata yang menggunakan pesawat
udara.
• Pariwisata Darat adalah kegiatan wisata yang menggunakan bus,
kereta api, mobil, dan lain sebagainya.
2.5 Dampak Positif dan Negatif Berkembangnya Industri Pariwisata
Seperti layaknya sebuah industri, pastinya sebuah industri memiliki paham
pro dan kontra pada sebuah industri yang dikembangkan tersebut. Seperti industri
pariwisata saat ini yang dibahas oleh penulis pada bab ini, memiliki dampak postif
dan negatif bagi masyarakat dan lainnya atas perkembangan pariwisata tersebut.
Berikut ini penulis mencoba menjabarkan beberapa dampak yang bisa ditimbulkan
dari industri pariwisata tersebut.
2.5.1 Dampak Positif Industri Pariwisata
Menurut World Travel Organitation (WTO) (1980 ; 9-12) (dalam Pitana &
Diarta : 2009), mengungkapkan dampak positif pariwisata, yaitu sebagai berikut :
1. Meningkatnya permintaan akan produk pertanian lokal.
2. Memacu perkembangan lokasi atau lahan yang kurang produktif.
3. Menstimulasi minat dan permintaan akan produk eksotik dan tipikal bagi
4. Meningkatkan jumlah dan permintaan akan produk perikanan.
5. Mendorong pengembangan wilayah dan penciptaan kawasan ekonomi baru.
6. Menghindari konsentrasi penduduk dan penyebaran aktifitas ekonomi.
7. Penyebaran infrastruktur ke pelosok wilayah.
8. Manajemen pengelolaan sumber daya sebagai sumber revenue bagi otoritas
lokal.
2.5.2 Dampak Negatif Industri Pariwisata
Menurut WTO (1980 : 9-12) (dalam Pitana & Diarta : 2009), dampak negatif
yang ditimbulkan pariwisata adalah sebagai berikut :
1. Kelangkaan akan sumber bahan makanan.
2. Ketidakcocokan produk lokal dengan permintaan pasar pariwisata.
2.6 Pengaruh Pariwisata Terhadap Masyarakat
Seperti halnya sebuah konsep atau ilmu, pastinya pariwisata memiliki sifat
yang dapat berpengaruh pada sikap dan perilaku masyarakat setempat atau daerah
yang berada di Daerah Tujuan Wisata. Maka dari itu, penulis menjabarkan pengaruh
tersebut sebagai objek yang ditujukan kepada wisatawan yang bisa menimbulkan
pengaruh yang berbeda-beda terhadap perilaku masyarakat setempat menerima
kedatangan seorang wisatawan, yaitu sebagai berikut :
1. Euphoria
Yaitu sifat dimana masyarakat sangat antusias dengan pembangunan
pariwisata di daerahnya. Dan juga kedatangan wisatawan karena sebagai
pembawa rejeki buat mereka yang ada di Daerah Tujuan Wisata tersebut.
2. Apathy
Yaitu sifat dimana mulai pengaruh buruk dari pengembangan pariwisata
tersebut dan juga perilaku wisatawan yang bisa menimbulkan gaya hidup
3. Imitation
Yaitu sifat dimana semakin buruknya pengaruh wisatawan yang egois dan
acuh terhadap lingkungan. Dan hilangnya kebudayaan lokal pada daerah
tersebut membuat masyarakat setempat merasa kesal atas kedatangan
wisatawan.
4. Antagonism
Yaitu sifat dimana sudah tidak peduli dengan kedatangan wisatawan, karena
bisa mengancam kebudayaan lokal mereka. Maka, mereka tidak ingin bergaul
DESKRIPSI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN
Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya dan subur, dimana negara ini
sangat kaya akan Sumber Daya Alamnya atau Sumber Daya Manusia. Negara yang
memiliki potensi alam dan budaya, negara yang banyak sekali memiliki ragam
budaya pada setiap daerah-daerah yang ditempati oleh beragam suku masyarakat.
Salah satunya adalah potensi alam yang bisa dijadikan sebagai salah satu daya tarik
wisata baik itu untuk Pariwisata domestik atau Pariwisata Mancanegara. Banyak
potensi alam yang bisa dijadikan daya tarik wisata di Negara ini, seperti : kawasan
pegunungan, hutan hujan tropis, taman nasional, ataupun pelestarian flora dan fauna.
Namun, penulis akan membahas hal tersebut pada bab ini. Taman Nasional yang ada
di Negeri ini sudah banyak tersebar luas di Negeri ini. Salah satunya Taman Nasional
Gunung Lauser yang berada di Pulau Sumatera.
Maka dari itu, penulis akan membahas Taman Nasional yang ada di Pulau
Sumatera. Sebelum itu, Penulis akan menjelaskan tentang pengertian Taman
Nasional. Taman Nasional adalah suatu kawasan pegunungan dan hutan lindung yang
dikelola suatu dinas pemerintah pada setiap daerah-daerah di Indonesia yang
berwawasan tentang ekosistem yang bertujuan untuk melestarikan kehidupan
makhluk hidup yaitu flora dan fauna agar tidak terancam punah dan terhindar dari
perburuan ilegal oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Berikut ini adalah Taman Nasional Gunung Lauser yang terletak di Pulau
Sumatera yang membentang dari kawasan Aceh Tengah, Aceh Barat dsn Timur
sampai ke sebagian Provinsi Sumatera Utara. Taman Nasional yang memiliki luas
lebih dari 10.000ha sangat eksotis dan menawan karena memiliki penangkaran
ataupun kawasan ekosistem yang bertema ekowisata yang bertujuan untuk
melestarikan kelangsungan hidup flora dan fauna. Salah satunya adalah Kawasan
Ekowisata Tangkahan yang menawan dan eksotis yang terletak di Kabupaten Langkat
Provinsi Sumatera Utara. Ekowisata Tangkahan bukan hanya sebagai sebuah
ekosistem makhluk hidup. Tetapi Tangkahan bisa menjadi suatu Daerah Tujuan
Wisata yang bernuansa petualang untuk supaya lebih dekat dengan alam. Bukan
hanya saja bisa memperoleh kesenangan dari objek yang dikunjungi. Tetapi bisa
belajar tentang kehidupan alam yang sangat indah dan menyenangkan dalam
menelusuri hutan belantara di Kawasan Ekowisata Tangkahan.
Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan tentang letak geografis,
histori/sejarah, potensi wisata apa saja yang bisa dikembangkan di Kawasan
3.1 Letak Geografis Kawasan Ekowisata Tangkahan
Tangkahan merupakan sebuah kawasan ekowisata yang dijadikan sebagai
tempat populasi ekosistem flora dan fauna. Kawasan yang memiliki hijaunya hutan
hujan tropis, asrinya hutan lindung, eksotisnya alam pegunungan, dan juga
keanekaragaman populasi flora dan fauna yang ada di kawasan tersebut, Kawasan
yang yang terletak tepat di kaki Taman Nasional Gunung Lauser yang membentang
antara Provinsi Nanggore Aceh Darussalam sampai ke sebagian Provinsi Sumatera
Utara, memiliki keindahan alam yang tidak boleh dilewatkan. Kawasan yang bisa
dijadikan sebagai Objek Daerah Tujuan Wisata yang bertemakan ekowisata. Suatu
nilai positif bagi wisatawan yang mengunjungi daerah Kawasan Ekowisata
Tangkahan ini. Karena sebuah kawasan ekosistem flora dan fauna yang asri yang bisa
menjernihkan mata seorang wisatawan untuk melepas kepenatan dalam aktifitas
sehari-harinya.
Secara geografis, Kawasan Ekowisata Tangkahan berada pada 03º 05’30” LU
dan 98º 04’26.8” BT yang terletak di Desa Namo Kecamatan Batang Serangan
Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Kawasan Ekowisata Tangkahan
memiliki luas area lebih kurang 17.000ha yang diselimuti oleh hijaunya dan lebatnya
hutan hujan tropis yang merupakan ciri khas hutan yang ada di Pulau Sumatera.
flora dan fauna yang terdapat di hutan belantara pada kawasan tersebut. Salah satu
contohnya adalah sebagai berikut :
1. Jenis Fauna yang terdapat di Kawasan Ekowisata Tangkahan, yaitu : gajah
sumatera, orangutan, kera ekor panjang, harimau, kambing hutan, babi hutan,
burung kuau, dan lain sebagainya.
2. Jenis Flora yang terdapat di Kawasan Ekowisata Tangkahan, yaitu : bunga
rafflessia, kantong semar (bunga pemakan serangga), amorphophalus sp,
damar, meranti, mayang.
Kawasan Ekowisata Tangkahan sering juga disebut sebagai surga tersembunyi di
Gunung Lauser oleh masyarakat setempat.
3.2 Sejarah Ekowisata Tangkahan
Antara tahun 1980 hingga tahun 1990-an, masyarakat di sekitar Tangkahan
dulunya giat membalak kayu hutan yang berasal dari Taman Nasional Gunung
Leuser. Namun seiring dengan waktu, masyarakat kemudian sadar akan kerusakan
dan kesalahan yang telah mereka lakukan sehingga atas kesepakatan bersama
masyarakat di Tangkahan kemudian memutuskan untuk menghentikan pembalakan
Tangkahan daerah ekowisata. Pada tahun 2001, masyarakat Tangkahan berkumpul
dan menyepakati peraturan desa (perdes) yang melarang segala aktifitas yang
mengeksploitasi hutan secara ilegal dan mendirikan Lembaga Pariwisata Tangkahan
(LPT).
Pada bulan April 2002, LPT membuat nota kesepahaman (MoU) dengan
pihak pengelola Taman Nasional Gunung Leuser untuk mengelola Tangkahan
sebagai tujuan wisata. LPT juga mendirikan Community Tour Operator (CTO) yang
berfungsi memfasilitasi penyediaan akomodasi, interpreter bagi pengunjung dan
paket-paket wisata yang menarik. Selain untuk trekking di hutan Taman Nasional
Gunung Leuser yang mempesona, Tangkahan juga merupakan tempat kegiatan
Conservation Response Unit (CRU) yang terdiri dari beberapa gajah bekas peliharaan
(ex-captive) dan sekelompok mahout (pelatih gajah) yang secara teratur berpatroli
untuk melindungi kawasan Taman Nasional Gunung Leuser dari aktifitas perambahan
kawasan. Pengunjung juga dapat ikut dalam trekking gajah selama 1 – 2 jam
bersama-sama dengan mahout berpetualang dan menelusuri hutan, atau menikmati
trekking menunggangi gajah selama 4 hari 3 malam dari Tangkahan ke Bukit
3.3 Potensi Objek-objek Wisata Tangkahan
Adapun objek-objek wisata yang ada di Kawasan Ekowisata Tangkahan, yang
bisa dijadikan sebagai potensi daya tarik wisata bagi setiap wisatawan yang ingin
berkunjung di kawasan ini. Berikut ini adalah objek-objek atau sarana-sarana wisata
yang bisa dinikmati oleh wisatawan yaitu sebagai berikut :
1. Trekking Menelusuri Hutan Belantara
Jika anda berjiwa petualang, maka onjek wisata ini bisa dinikmati oleh
wisatawan. Dimana wisatawan bisa menelusuri hutan belantara yang masih
asri dan alami dengan rintangan-rintangan yang menakjubkan pada setiap
perjalanan, yang pasti akan dipandu oleh guide lokal. Anda juga bisa trekking
dengan berjalan kaki ataupun menunggangi gajah sumatera dengan rute yang
bisa dipilih. Setelah anda puas dengan trekking menunggangi gajah, anda juga
bisa ikut dengan pemandu wisata lokal untuk memandikan gajah di sungai
yang tentunya akan dipandu oleh pemandu lokal., dengan tarif Rp.
50.000/orang (untuk rute pendek) dan Rp. 100.000/orang (untuk rute
2. Pemandian Air Terjun dan Air Panas
Setelah penelusuran hutan belantara, anda akan disinggahkan oleh pemandu
lokal untuk merilekskan tubuh anda dengan bermandi di air terjun (walaupun
pendek) maupun bermandi air panas asli dari pegunungan yang mengalir di
sepanjang Sungai Batang Serangan pada Kawasan Ekowisata Tangkahan.
3. Atraksi Pemberian Makan Orangutan
Dimana para wisatawan akan diajak ke tempat penangkaran hutan yang ada di
kawasan ini untuk melihat atraksi pemberian makan untuk Orangutan
Sumatera yang dilakukan oleh pemandu lokal setempat dengan tarif gratis,
asalkan wisatawan bisa membawa makanan sendiri untuk orangutan, yang
tentunya akan dipandu oleh pemandu lokal.
4. Arung Jeram dan Gua Kalong
Dimana seorang wisatawan bisa memacu adrenalin dengan arung jeram untuk
mengarungi Sungai Batang Hari, Sungai Batang Gadis, atau Sungai Batang
Serangan dengan Ban (Tubbing) dan juga bisa menelusuri kegelapan Gua
5. Penyeberangan Rakit dan Penginapan
Terdapat rakit penyeberangan di Sungai Batang Serangan yang
menghubungkan ke sarana penginapan Bamboo River Lodge memiliki 6
kamar double dilengkapi dengan kamar mandi dengan tarif Rp. 75.000 s/d
100.000 per malam dan Alex’s House yang memiliki 8 kamar dengan tarif
Rp.125.000 s/d Rp. 150.000 per malam, Hotel Green Load 6 kamar
Rp.125.000 s/d 150.000 per malam dan Homestay dengan tarif Rp. 15.000 s/d
30.000 per malam. Dimana masing-masing penginapan terdapat pendopo
yang berfungsi sebagai ruang pertemuan dan restoran. Fasilitas lainnya yang
tersedia adalah Visitor Centre, papan interpretasi, jalan trail, camping ground
dan warung makan tradisional milik masyarakat setempat. Pada hari libur
banyak dikunjungi wisatawan nusantara/lokal untuk berekreasi mandi di
PRASARANA JALAN SEBAGAI ASPEK PENDUKUNG
PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN
4.1 Definisi Sarana dan Prasarana
Secara umum, pengertian sarana dan prasarana adalah sama yaitu sebagai
berikut : sarana dan prasarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya
yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia
maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang
diharapkan sesuai dengan rencana.
Moenir (dalam Tarigan : 2006) mengemukakan bahwa sarana adalah segala
jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat
utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan
yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Pengertian yang dikemukakan
oleh Moenir, jelas memberi arah bahwa sarana dan prasarana adalah merupakan
seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat tersebut
adalah merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya
berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
Berdasarkan pengertian di atas, maka sarana dan prasarana pada dasarnya
memiliki fungsi utama sebagai berikut :
1). Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menghemat
waktu.
2). Meningkatkan produktivitas, baik barang dan jasa.
3). Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin.
4). Lebih memudahkan dalam gerak para pengguna/pelaku.
5). Ketepatan susunan stabilitas pekerja lebih terjamin.
6). Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan.
7). Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan yang
mempergunakannya.
Namun, dalam pariwisata kata sarana dan prasarana memiliki perbedaan arti,
1). Sarana Pariwisata
Sarana kepariwisataan, adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan
pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung dan
kehidupannya tergantung kepada kedatangan wisatawan tersebut. Sarana
kepariwisataan ini harus tetap dijaga dan ditingkatkan baik dari segi kualitas dan
kuantitasnya sesuai dengan perkembangan kebutuhan wisatawan. Untuk mendukung
pencapaian yang lebih baik perlu adanya kemampuan pengelolaan yang memadai
sesuai dengan kondisi objek dan kebutuhanpengunjung.
Ada 3 (tiga) bagian yang penting dalam sarana kepariwisataan, yaitu :
1). Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Suprastructure)
Yang dimaksud dengan sarana kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan
kehidupannya sangat tergantung kepada kedatangan orang yang melakukan
perjalanan wisata, yang termasuk di dalamnya adalah :
• Travel Agent.
• Tour Operator.
• Perusahaan Transportasi.
2). Sarana Pelengkap Kepariwisataan (Supplementing Tourism Suprastructure)
Adalah perusahaan yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya
tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah
untuk membuat agar para wisatawan dapat lebih lama tinggal, di tempat atau daerah
yang dikunjunginya. Yang termasuk dikelompok ini adalah :
• Lapangan tenis.
• Lapangan golf.
• Lapangan bola kaki, kolam renang, bilyard, dan lain-sebagainya.
3). Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Suprastructure)
Adalah perusahaan yang menunjang sarana pokok dan sarana pelengkap yakni
fasilitas-fasilitas yang diperlukan wisatawan khususnya tourism business yang
berfungsi untuk membuat para wisatawan lebih lama tinggal di daerah yang
dikunjungi agar lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di daerah
tersebut. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah :
• Night Club.
• Casino.
2). Prasarana Pariwisata
Prasarana (infrastructure) kepariwisataan sesungguhnya merupakan tourist
supply yang perlu dipersiapkan atau disediakan bila akan mengembangkan industri
pariwisata, karena kegiatan pariwisata pada hakekatnya tidak lain adalah salah satu
kegiatan dari sektorperekonomian juga.
Yang dimaksud prasarana (infrastucture) adalah semua fasilitas yang
memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancar sedemikian rupa
sehingga dapat memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsi dari
prasarana adalah untuk melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat
memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.
Adapun beberapa prasarana yang dapat menunjang pelayanan dan kemudahan
bagi wisatawan, meliputi :
1. Pelayanan makan dan minum, yang dapat menyajikan makanan dan minuman
yang khas dari daerah setempat.
2. Pelayanan tenaga kerja, yang sangat dominan sekali dibutuhkan karena salah
satu kunci keberhasilan pembangunan objek wisata adalah kemampuan para
3. Pelayanan informasi, agar dapat mengatur pengunjung yang datang ke objek
wisata Untuk menghindari hal-hal yang dapat merusak unsur objek wisata
yang dikunjungi, maupun yang dapat mengganggu ketenangan pengunjung itu
sendiri mengingat arus kunjungan yang datang cenderung akan lebih
meningkat.
4. Pelayanan Prasarana Jalan, dimana agar jika seorang wisatawan mengunjungi
suatu daerah kawasan wisata, pastinya menginginkan kondisi infrastruktur
jalan yang baik dan terpelihara. Agar waktu yang ditempuh oleh wisatawan
sesuai dengan jadwal itenarary yang dibuat. Dimana kondisi jalan yang rusak
bisa menghambat kegiatan transportasi menjadi lambat dan memperlambat
waktu yang ditempuh.
4.2 Definisi Prasarana Jalan
Menurut penulis, pengertian prasarana jalan adalah suatu jalur penghubung
pada suatu daerah dimana berfungsi untuk mempelancar mobilitas dan kegiatan
ekonomi masyarakat. Jalan merupakan juga sebagai akses untuk mempermudah alur
transportasi dalam bentuk kegiatan barang dan jasa. Dalam pariwisata, jalan adalah
Dimana waktu yang ditempuh sesuai dengan jadwal tidak membuat seorang turis
merasakan kelelahan karena kondisi jalan rusak.
Berikut ini, penulis akan membagi klasifikasi jalan berdasarkan administrasi
pemerintahan yaitu sebagai berikut :
1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem
jaringan jalan primer yang menghubungkan antar ibukota provinsi, dan jalan
strategis nasional, sert
2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau
antaribukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan
ibukota
kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis
kabupaten.
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan
antarpusat permukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau
antar permukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.
Berdasarkan pengklasifikasian diatas, penulis akan menjabarkan tentang
kondisi prasarana jalan, peranan prasarana jalan, dan upaya penanggulangan
kerjasama pada pembangunan perbaikan jalan di area pedesaan untuk pengembangan
Kawasan Ekowisata Tangkahan.
4.3 Kondisi Prasarana Jalan Ekowisata Tangkahan
Untuk mencapai lokasi tangkahan dapat ditempuh dari Medan selama 3 jam
dengan jarak berkisar 124 km melewati kota Binjai dan Tanjung Pura dengan kondisi
jalan sangat baik/telah diaspal. Jalur lain adalah melalui jalur jalan memotong
Stabat-Simpang Sidodadi dengan jarak sekitar 95 km dengan waktu tempuh 2 jam
perjalanan. Jalur ini sebagian jalannya dalam kondisi rusak (13 km) belum beraspal
terutama di kawasan perkebunan. Setiap hari terdapat angkutan umum regular untuk
Lokasi pemberhentian bus berada di simpang Robert di Dusun Titi Mangga.
Perjalanan ke lokasi Tangkahan dari simpang ini dilanjutkan dengan mengendarai
ojek/sepeda motor. Jalan dari simpang ini ke Tangkahan merupakan jalan perkebunan
dengan kondisi jalan belum beraspal dan masih berupa jalan batu/kerikil.
Objek Wisata Tangkahan sangat luar biasa. Sayangnya, akses jalan menuju ke
Tangkahan rusak parah. Setidaknya, terdapat 30 km jalan rusak dari 93 km jarak
antara Medan-Tangkahan. Akibatnya, jarak tempuh yang seharusnya bisa dilakukan
sekitar 3-4 jam bisa memakan waktu 6 jam. Untuk sampai ke Tangkahan, wisatawan
harus melewati jalan yang berlubang hingga kedalaman setengah meter. Selain itu,
banyak jembatan yang sudah rapuh dan mudah sekali ambruk jika dilewati kendaraan
melebihi batas muatannya. Kondisi jalan beraspal hanya sampai di sekitar Pasar
Batang Serangan. Padahal, dari Pasar Batang Serangan menuju Tangkahan yang
masih berjarak 30 km, kondisi jalannya hampir semuanya tak beraspal. Bila hujan
turun, kondisi jalan dari Pasar Batang Serangan menuju Tangkahan bagaikan
kubangan dan dipenuhi lumpur. Bahkan, di beberapa titik terdapat jembatan yang
kondisinya sangat rapuh. Rata-rata konstruksi jembatan terbuat dari kayu dan tak kuat
menahan beban kendaraan dengan muatan besar. Kondisi ini jelas sangat
Ketua DPP Asosiasi Tour dan Travel (ASITA) Indonesia, Ben Sukma menyebutkan,
“buruknya infrastruktur di Sumut mengakibatkan wisatawan asing maupun dalam
negeri yang berkunjung turun drastis dibandingkan tahun 80-an“. Jika dibandingkan
tahun 1988, jumlah wisatawan yang berkunjung itu sebanyak 500.000 orang.
“Tapi sekarang, di tahun 2009 saja, jumlah wisatawan hanya 163 orang.
Pariwisata kita begitu tertinggal,” ujar Ben Sukm. Ben juga menjelaskan, kondisi
Pariwisata Sumatera Utara saat ini memang sangat terpuruk. Pelaku usaha perjalanan
wisata juga mengeluh karena sulitnya menjual paket-paket wisata kepada wisatawan.
“Bagaimana tidak sulit, wisatawannya enggan datang ke sini karena memang
perjalanan yang melelahkan mulai dari bandara hingga ke lokasi wisata. Jalan rusak
parah. Semua wisatawan selalu mengeluh sehingga mereka tak ingin lagi datang ke
Sumatera Utara,” ungkap Ben. Lihat saja kondisi jalan Berastagi,
Medan-Parapat, juga Medan-Tangkahan yang begitu buruk. Medan-Berastagi seharusnya
bisa ditempuh satu setengah jam, tapi karena jalan rusak bisa memakan waktu tiga
jam. Begitu juga Medan-Tangkahan yang menghabiskan waktu enam jam. Kepala
Seksi (Kasi) Pengaturan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Sumatera Utara Antony Brena
mengakui kondisi jalan di Sumatera Utara khususnya menuju daerah kunjungan
4.4 Peranan Perbaikan Jalan Ekowisata Tangkahan
Sebagai daerah kawasan yang sudah dikembangkan sebagai Daerah Tujuan
Wisata yang bertemakan Ekowisata. Pastinya Daerah Ekowisata Tangkahan harus
memiliki pelayanan fasilitas sarana dan prasarananya. Salah Satunya adalah prasarana
Jalan yang sampai saat ini belum tersealisasikan dengan baik. Prasarana Jalan yang
pastinya bisa meningkatkan volume kedatangan wisatawan dan menunjang mobilitas
penduduk di daerah sekitar Ekowisata Tangkahan. Jika terwujudnya pelaksanaan
perbaikan Prasarana Jalan yang beraspal di Daerah Kawasan Ekowisata Tangkahan
pastinya akan menimbulkan efek positif dan peran penting dalam kegiatan turis
ataupun dalam kehidupan masyarakat dan pemerintah. Penulis akan mencoba
menjabarkan peranan perbaikan prasarana jalan di Daerah Kawasan Ekowisata
Tangkahan, yaitu sebagai berikut :
Untuk melancarkan kegiatan lalu lintas transportasi.
Munculnya kendaraan lain untuk menuju ke kawasan tersebut selain Bus
Pembangunan Semesta.
Tidak menyebabkan jalanan berlumpur, becek, dan berlubang jika musim
hujan datang.
Wisatawan tidak akan ragu lagi berkunjung ke kawasan ekowisata Tangkahan
Melancarkan kegiatan ekonomi perdagangan dan pendidikan dan lain
sebagainya.
Suasana prasarana jalan yang tidak lagi seram dan menakutkan.
Menciptakan dan membuka penerangan jalan dan listrik serta komunikasi
sebagai pendukung prasarana yang bukan hanya digunakan oleh wisatawan
melainkan juga untuk masyarakat setempat.
4.5 Upaya Penanggulangan Perbaikan Jalan
Dalam hal ini, penulis akan mencoba merangkumkan hal-hal apa saja atau
upaya-upaya yang bisa dilakukan oleh masyarakat setempat dan pemerintah lokal
pada Dearah Kawasan Ekowisata Tangkahan demi terwujudnya kondisi perbaikan
prasarana jalan di Ekowisata Tangkahan, yaitu sebagai berikut :
Pemerintah lokal/daerah mengusulkan permohonan dana atau pengajuan
donatur kepada pihak pemerintah pusat.
Pemerintah lokal dan masyarakat setempat membuat tim kerja yang
berkompeten.
Membuka unit usaha dan kegiatan usaha untuk menciptakan prasarana
Menyelenggarakan kegiatan amal atau atraksi wisata kepada wisatawan yang
datang untuk menarik perhatian wisatawan agar ikut berpartisipasi dalam
peningkatan fasilitas prasarana jalan di Ekowisata Tangkahan.
Menyatakan himbauan kepada wisatawan untuk tidak merusak alam agar
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sebagai Daerah Tujuan Wisata yang bertemakan Ekowisata. Tangkahan
merupakan kawasan ekowisata yang bisa menjadi potensi sumber pendapatan
masyarakat setempat dan pemerintah daerah, untuk meningkatkan kunjungan
wisatawan asing maupun domestik. Dengan kekayaan alam yang dimilikinya, seperti
keanekaragaman populasi flora dan fauna, keindahan sungai dan alam pegunungan
dan juga kawasan hutan hujan tropis. Menjadi salah satu nilai eksotis bagi Ekowisata
Tangkahan. Dengan didukungnya sarana dan prasarana disediakan dan dipelihara
oleh masyarakat setempat dan Dinas Pariwisata pemerintah lokal untuk menjadikan
Ekowisata Tangkahan sebagai daya tarik wisata Internasional di mancanegara.
Dengan dilaksanakannya tidak merusak lingkungan hidup dengan tidak
membuang sampah sembarangan dan tidak menebang pohon secara ilegal. Dan juga
harus terjaga dan terjalin antara masyarakat dan pemerintah setempat dalam aspek
perbaikan jalan di kawasan Ekowisata Tangkahan yang menuju lebih baik agar
tercipta kenyamanan bersama dan meningkatkan minat kunjungan wisatawan ke
Objek Daerah Tujuan Wisata tersebut. Bukan hanya untuk wisatawan, melainkan
juga untuk seluruh lapisan masyarakat yang telah berkontribusi di kawasan Ekowisata
Tangkahan.
5.2 Saran
Penulis menyarankan semoga tercipta dan terjalin kerja sama antara
masyarakat setempat dan pemerintah lokal. Demi kenyamanan wisatawan dan
kepentingan bersama dalam aspek perbaikan jalan di kawasan Ekowisata Tangkahan.
Agar menjadi ciri khas Sumber Daya Alam yang eksotis dan berpotensi di mata
internasional. Sebagai Objek Daerah Tujuan Wisata yang natural dan alami yang
Pitana, I Gde. dan Surya Diarta, I Ketut. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Yogyakarta : Penerbit Andi.
Kesrul, Muhammad. 2003. Penyelenggaraan Operasi Perjalanan Wisata. Jakarta :
Grasindo.
Lubis, Nisrina. 2010. Full Travelling Yuk! Yogyakarta : DIVA Press.
Tanjung, Lenwi Maya Tati. 2011. Pentingnya Sadar Wisata Untuk Menunjang
Kepariwisataan di Kabupaten. Medan : Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
Tarigan, Andi Yusuf. 2006. Eksotika Alam Taman Nasional Gunung Lauser. Jakarta :