• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi produksi dan perilaku petani terhadap risiko produktivitas cabai merah di Provinsi Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efisiensi produksi dan perilaku petani terhadap risiko produktivitas cabai merah di Provinsi Jawa Tengah"

Copied!
444
0
0

Teks penuh

(1)

RISIKO PRODUKTIVITAS CABAI MERAH

DI PROVINSI JAWA TENGAH

DISERTASI

S A P T A N A

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam

disertasi saya yang berjudul “EFISIENSI PRODUKSI DAN PERILAKU

PETANI TERHADAP RISIKO PRODUKTIVITAS CABAI MERAH DI

PROVINSI JAWA TENGAH” merupakan gagasan atau hasil penelitian

disertasi saya sendiri, dengan pembimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Disertasi ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, September 2011

SAPTANA

(3)

SAPTANA. Production Efficiency and Farmers’ Behavior on Productivity Risk of Red Chili in the Central Java Province (ARIEF DARYANTO as Chairman, HENY K. DARYANTO and KUNTJORO as Members of the Advisory Committee).

Red chili is considered to have high economic-value. Some of main problems in red chili farm business in the Central Java Province are the decrease of harvested area, low yield, fluctuating production, and unstable selling price. This study aims to analyze technical, allocative, and economic efficiencies, and

farmers’ behavior that deals with the risks of yield and selling price. The model that used to estimate productitvity, productivity risk, and inefficiency function of the translog production functions frontier model with error heroscedastic.Average value of technical efficiency (TE) of large cayenne pepper and red chilli pepper are 0.84 and 0.93, respectively. The estimation results of allocative efficiency (AE) of farm large cayenne pepper and red chilli pepper are 0.61 and 0.61, respectively. The estimation results of economic efficiency (EE) of large cayenne pepper and red chilli pepper 0.51 and 0.57, respectively. Several socio-economic factors that affect the decrease of technical inefficiency of red chili are : (1) ratio of farm size of large red chili farming to total land area, (2) ratio of income from red chili farming to the total income of the households, (3) total household income, (4) formal education of household head, and (5) experience of household head in red chilli pepper farming. The large cayenne pepper farmers’ behavior on yield is risk neutral, while their behavior on selling price was risk averse. The farmers behavior of red chili pepper on the risk of yield was risk neutral, but the farmers’ behavior onselling price was risk takers. Policy implications to improve the efficiency of production and encourage farmers to become risk takers as the following : (1) at the available technology, the efforts focused on increasing TE which target farmer groups with low to moderate TE, (2) optimizing the use of production inputs, (3) agricultural extension especially red chili commodity must be truly innovative and specific-location, (4) the transformation of factor-driven to investment-driven, and then to farm innovation-driven, and (5) institutional strengthening of farmer groups, build institutional partnerships business, and develop agricultural insurance.

(4)

RINGKASAN

SAPTANA. Efisiensi Produksi dan Perilaku Petani terhadap Risiko Produktivitas Cabai Merah di Provinsi Jawa Tengah (ARIEF DARYANTO sebagai Ketua, HENY K. DARYANTO dan KUNTJORO sebagai Anggota Komisi Pembimbing).

Komoditas cabai merah tergolong komoditas bernilai ekonomi tinggi, merupakan komoditas unggulan, dan menduduki posisi penting dalam menu masakan penduduk Indonesia. Beberapa masalah pokok dalam pengembangan komoditas cabai merah khususnya cabai merah besar dan cabai merah keriting di Provinsi Jawa Tengah mencakup penurunan luas areal panen, produktivitas rendah, produksi tidak stabil, serta harga berfluktuasi. Kondisi tersebut menyebabkan petani dihadapkan pada risiko produktivitas dan harga yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan menganalisis efisiensi produksi dan perilaku petani dalam menghadapi risiko produktivitas. Spesifikasi model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produktivitas, risiko produktivitas dan inefisiensi dengan menggunakan fungsi produksi translog stokastikfrontier dengan struktur variabel acak heterokedastisitas. Model Kumbhakar diadopsi untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas, risiko produktivitas, dan inefisiensi serta perilaku petani cabai merah besar dan cabai merah keriting dalam menghadapi risiko produktivitas. Untuk mengestimasi perilaku petani terhadap risiko harga digunakan fungsi utilitas kuadratik. Analisis strategi manajemen risiko baik produksi maupun harga dilakukan secara deskriptif.

Hasil estimasi nilai elastisitas dengan Stochastic Production Frontier

(SPF) dengan fungsi produktivitas translog menunjukkan faktor produksi yang berpengaruh secara positif terhadap produktivitas cabai merah besar adalah penggunaan benih, pupuk N, pupuk K2O, PPC/ZPT, pupuk organik, kapur, serta tenaga kerja dalam keluarga (TKDK) dan tenaga kerja luar keluarga (TKLK). Dengan fungsi produksi yang sama, hasil estimasi nilai elastisitas cabai merah keriting menunjukkan bahwa faktor produksi yang berpengaruh positif terhadap produktivitas cabai merah keriting adalah penggunaan benih, pupuk N, pupuk P2O5, PPC/ZPT, pupuk organik, kapur, serta TKDK dan TKLK.

Rata-rata nilai efisiensi teknis (TE) dengan fungsi produksi translog stokastif frontier dengan struktur heterokedastisitas masing-masing untuk cabai merah besar dan cabai merah keriting adalah 0.84 dan 0.93. Hasil perhitungan efisiensi alokatif (AE) usahatani cabai merah besar dan cabai merah keriting masing-masing sebesar 0.61 dan 0.61. Hasil estimasi nilai efisiensi ekonomi (EE) usahatani cabai merah besar dan cabai merah keriting masing-masing sebesar 0.51 dan 0.57. Nilai TE tergolong tinggi, sedangkan nilai AE dan EE tersebut tergolong moderat.

(5)

input, akses ke pasar output, keanggotaan kelompok tani, dan variabel dummy perlakuan pasca panen. Sementara itu variabel dummy yang berpengaruh secara positip dan nyata terhadap inefisiensi teknis adalah variabel dummy akses ke sumber kredit. Faktor sosial-ekonomi yang berpengaruh nyata terhadap in-efisiensi teknis usahatani cabai merah keriting adalah variabel total luas lahan garapan usahatani cabai merah keriting, rasio luas lahan garapan usahatani cabai merah keriting terhadap total luas lahan garapan, pendapatan total rumah tangga petani, pendidikan formal KK, dan variabel pengalaman KK.

Terdapat lima input produksi yang berpengaruh positip terhadap risiko produktivitas usahatani cabai merah besar, yaitu : benih, pupuk N, pupuk K2O, PPC/ZPT, dan TKLK. Hal ini menunjukkan input-input produksi tersebut bersifat meningkatkan risiko produktivitas. Sementara itu, terdapat lima faktor produksi yang berpengaruh secara negatif terhadap risiko produktivitas cabai merah besar, yaitu : pupuk P2O5, pupuk organik/kandang, kapur, pestisida/fungisida dan TKDK. Input-input produksi tersebut bersifat menurunkan risiko produktivitas. Terdapat sembilan faktor produksi yang berpengaruh secara positip dan nyata terhadap risiko produktivitas cabai merah keriting, yaitu : benih, pupuk N, pupuk P2O5, pupuk K2O, PPC/ZPT, pupuk organik, kapur, serta dan TKDK dan TKLK. Artinya input-input produksi tersebut bersifat meningkatkan risiko produktivitas. Sementara itu, hanya ada satu faktor produksi yang berpengaruh negatif terhadap risiko produktivitas, yaitu pestisida/fungisida. Penambahan penggunaan pestisida/ fungisida bersifat menurunkan risiko produktivitas.

Secara umum perilaku petani cabai merah besar terhadap risiko produktivitas adalah netral terhadap risiko produktivitas (risk neutral), sedangkan terhadap risiko harga adalah bersifat menghindari risiko harga (risk averse). Bagi petani cabai merah besar variasi produktivitas tidak mempengaruhi keputusan dalam usahatani, sedangkan variasi harga output yang diharapkan mempengaruhi keputusan dalam usahatani. Perilaku petani cabai merah keriting terhadap risiko produktivitas adalah netral terhadap risiko produktivitas (risk neutral), sedangkan terhadap risiko harga output bersifat berani mengambil risiko (risk taker). Bagi petani cabai merah keriting, selama masih memberikan keuntungan maka petani akan terus mengusahakan usahatani cabai merah keriting. Semakin tinggi keberanian petani mengambil risiko produktivitas semakin tinggi alokasi penggunaan input produksi dan produktivitas yang dicapai.

Strategi manajemen risiko produksi ex ante yang dilakukan petani adalah dengan mengadopsi pola tanam yang memasukkan komoditas cabai merah besar dan cabai merah keriting. Strategi manajemen risiko produksi interaktif (interactive) dilaksanakan melalui penggunaan masukan yang cenderung berlebih

(6)

Implikasi kebijakan untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mereduksi perilaku petani menghindari risiko produktivitas dan harga adalah : (1) Peningkatan produktivitas secara nyata hanya dapat dilakukan dengan inovasi teknologi baru dan adaptasinya di tingkat petani pengguna, (2) Upaya peningkatan efisiensi teknis cabai merah dapat dilakukan pada kelompok sasaran dengan nilai TE moderat dengan menggunakan materi penyuluhan yang inovatif dan kegiatan penyuluhan dengan pendekatan partisipatif, (3) Untuk mendukung peningkatan efisiensi alokatif (AE) pada usahatani cabai merah dilakukan melalui alokasi penggunaan faktor produksi secara lebif efisien, memperbaiki struktur pasar input dan output, serta kebijakan insentif, (4) Upaya menurunkan inefisiensi teknis usahatani cabai merah dapat dilakukan dengan meningkatkan luas lahan garapan usahatani, meningkatkan sumber-sumber pendapatan baru, meningkatkan keterampilan teknis dan kapabilitas manajerial petani, meningkatkan akses petani terhadap pasar input dan output, serta mendorong petani melakukan kegiatan penaganan pasca panen, (5) Untuk mendorong petani cabai merah berperilaku berani mengambil risiko produktivitas dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi budidaya rekomendasi, diversifikasi, rotasi tanaman, pengembangan infrastruktur pertanian, konsolidasi kelembagaan petani, dan pengembangan asuransi pertanian, dan (6) Upaya mendorong petani cabai merah untuk berperilaku berani mengambil risiko harga dapat dilakukan melalui strategi kemitraan usaha, memperbaiki sistem kontrak secara adil, dan mekanisme penegakan kontrak.

(7)

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a) Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjuan suatu masalah.

b) Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(8)

EFISIENSI PRODUKSI DAN PERILAKU PETANI TERHADAP

RISIKO PRODUKTIVITAS CABAI MERAH

DI PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh :

S A P T A N A

NRP. H. 361 060 151

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Doktor

pada

Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS

Staf Pengajar pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M. Ec.

Staf Pengajar pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Penguji Luar Komisi Ujian Terbuka : 1. Dr. Ir. Harianto, MS

Staf Pengajar pada Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor 2. Dr. Ir. Muchjidin Rachmat, MS

(10)

Judul Disertasi : Efisiensi Produksi dan Perilaku Petani terhadap Risiko Produktivitas Cabai Merah di Provinsi di Jawa Tengah

Nama : Saptana

NRP : H 361060151

Program Studi : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui:

Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. Arief Daryanto, MEc Ketua

Dr. Ir. Heny K. Daryanto, MEc Prof. Dr. Ir. Kuntjoro

Anggota Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

(11)

Penulis dilahirkan di Klaten, Jawa Tengah pada tangal 6 Februari 1962 dari pasangan Bapak Sardjosriyono dan Ibu Sriyatun. Penulis beristrikan Dra. Nanik Hidayati dan dikarunia tiga orang anak yang bernama Atika Dyah Perwita, Atika Dian Pitaloka, dan Adetya Ni’am Saksama.

Pendidikan penulis sejak dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di selesaikan di Kabupaten Klaten, yaitu masing-masing SD Negeri Gatak, SMP Negeri Kemalang, dan SMA Muhammadiyah I Klaten. Pada tahun 1982 penulis melanjutkan studi di Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (SOSEK), Program Studi Agribisnis dan lulus pada tahun 1987.

(12)
(13)

Disertasi ini kupersembahkan untuk :

(14)

xi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan kasih dan hidayah-Nya, sehingga penulisan disertasi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW., keluarga, dan para sahabatnya yang telah mengajarkan kalam Allah kepada seluruh umat manusia. Disertasi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Subsektor hortikultura dipandang sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan pertanian. Salah satu komoditas hortikultura potensial untuk dikembangkan adalah komoditas cabai merah, terutama cabai merah besar dan cabai merah keriting. Beberapa alasan penting pengembangan komoditas cabai merah, antara lain adalah komoditas bernilai ekonomi tinggi, komoditas unggulan, menduduki posisi penting dalam menu masakan penduduk Indonesia, komoditas substusi impor dan memiliki prospek ekspor yang baik, mempunyai daya adaptasi yang luas, dan bersifat intensif tenaga kerja. Namun hingga kini, usahatani komoditas tersebut tingkat produktivitasnya masih jauh di bawah potensi maksimalnya, karena masih rendahnya tingkat produktivitas yang dicapai petani.

(15)

xii

dihadapi petani cabai merah besar dan cabai merah keriting di Jawa Tengah. Metode pengukuran efisiensi produksi dan perilaku petani terhadap risiko produktivitas akan menggunakan model estimasi stochastic production frontier

(SPF) dengan fungsi produksi Translog, sedangkan perilaku risiko petani terhadap harga akan diestimasi dengan fungsi utilitas kuadratik. Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas, tingkat efisiensi produksi (teknis, alokatif, dan ekonomi). Selanjutnya dapat diidentifikasi pengaruh faktor-faktor produksi terhadap risiko produktivitas dan inefisiensi teknis usahatani cabai merah, sumber-sumber inefisiensi teknis, serta perilaku petani cabai merah dalam menghadapi risiko baik produktivitas maupun harga. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengambil kebijakan terutama bagi pemerintah dan memberikan inspirasi untuk penelitian-penelitian lebih lanjut dalam pengembangan komoditas cabai merah besar dan cabai merah keriting.

Terselesaikannya disertasi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

(16)

xiii

2. Dr. Ir. Heny K. Daryanto, M.Ec, sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang senantiasa menyediakan waktu untuk berdiskusi dengan penulis dan membuka wawasan penulis untuk memperdalam kajian disertasi, disela-sela kesibukan beliau yang sangat padat.

3. Prof. Dr. Ir. Kuntjoro, sebagai Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan sabar memberikan masukan-masukan, bimbingan, dan motivasi yang sangat membantu dalam penyelesaian disertasi ini.

4. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS., selaku Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup yang telah memberikan banyak masukan, pertanyaan dan saran yang sangat berguna untuk perbaikan disertasi ini.

5. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec., selaku Penguji Luar Komisi pada Ujian Tertutup yang telah memberikan masukan, pertanyaan dan kritik yang sangat berguna untuk perbaikan disertasi ini.

6. Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, MA., selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian atas ilmu-ilmu dan nasehat yang diberikan selama masa perkulihan. Bapak adalah seorang dosen yang patut diteladani dalam proses belajar mengajar, dalam rangka menghasilkan lulusan yang berkualitas. 7. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS., selaku wakil dari Program Studi Ilmu Ekonomi

Pertanian atas pertanyaan, masukan dan saran yang diberikan untuk perbaikan disertasi ini.

(17)

xiv diberikan untuk perbaikan disertasi ini.

9. Dr. Ir. Harianto, MS., selaku Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka yang telah memberikan bekal ilmu selama masa perkuliahan, masukan, pertanyaan, dan kritikan untuk perbaikan disertasi ini.

10. Dr. Ir. Muchjidin Rachmat, MS., selaku Penguji Luar Komisi pada Ujian Terbuka yang telah memberikan pertanyaan, masukan, dan saran untuk perbaikan disertasi ini.

11. Prof(R). Dr. Ir. Achmad Suryana, MS., selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian pada periode tersebut, yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Progran Doktor.

12. Dr. Ir. Haryono, M.Sc., selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian periode ini, yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan studi pada Program Doktor.

13. Prof(R). Dr. Ir. Tahlim Sudaryanto, MS., selaku Kepala Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian pada periode tersebut, yang telah memberikan kesempatan dan dorongan kepada penulis untuk melanjutkan studi pada Program Doktor.

(18)

xv

15. Kepada Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Brebes, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Purbalingga atas bantuan data dan informasi.

16. Kepada Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Brebes, Kabupaten Klaten, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Purbalingga atas bantuan data dan informasi.

17. Kepada teman-teman Penyuluh Pertanian Lapang (PPL) di Kecamatan contoh yang telah membantu dalam pengumpulan data primer di lapang.

18. Rekan-rekan penulis di Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian, yang telah menjadi sahabat pada masa perkuliahan, teman berdiskusi, serta sahabat dan teman dalam berbagi suka dan duka.

19. Rekan-rekan penulis di Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP), khususnya pada beberapa teman peneliti senior Dr. Ir. Sumaryanto, MS., Prof(R). Dr. Ir. Budiman Hutabarat MS., dan Dr. Ir. Bambang Sayaka, MS., tempat saya bertanya dan berdiskusi kalau menghadapi kesulitan dalam masa kuliah maupun penyelesaian disertasi.

(19)

xvi

terdapat kesalahan manusia tempatnya salah dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Semoga disertasi ini memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi pengambil kebijakan dan pengembangan keilmuan, amin.

Bogor, September 2011

(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xxii

DAFTAR GAMBAR... xxvii

DAFTAR LAMPIRAN... xxviii

I. PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 12

1.4. Kegunaan Penelitian... 13

1.5. Keterbatasan Penelitian. ... 14

1.6. Kebaharuan Penelitian... 16

II. TINJAUAN PUSTAKA... 20

2.1. Konsep Efisiensi ... 20

2.2. Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input dan Output ... 23

2.2.1. Pengukuran Berorientasi Input (Input-Oriented Measures) ... 24

2.2.2. Pengukuran Berorientasi Output (Output-Oriented Measures) 27 2.3. Pengukuran Efisiensi Parametrik... 28

2.3.1. Frontier Parametrik Deterministik... 30

2.3.2. Frontier Statistik Deterministik ... 32

2.3.3. Frontier Statistik Stokastik ... 34

2.4. Pengaruh Perubahan Teknologi Terhadap Efisiensi Produksi... 38

2.5. Konsep Risiko dan Ketidakpastian ... 43

2.6. Studi Efisiensi pada Berbagai Usahatani Komoditas Pertanian ... 49

2.7. Studi Risiko pada Usaha Pertanian... 61

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 66

3.1. Sumber-Sumber Risiko... 66

(21)

3.3. Perilaku Petani dalam Menghadapi Risiko ... 68

3.4. Keterkaitan Perilaku Risiko Produksi dengan Alokasi Input dan Keuntungan ... 72

3.5. Model Stokastik Frontier dan Perilaku Risiko... 76

3.6. Model Pengukuran Risiko Harga... 83

3.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Teknis dan Inefisiensi Teknis ... 85

3.8. Variabel Sosial Ekonomi Determinan Inefisiensi Teknis ... 88

3.9. Hipotesis ... 92

IV. METODOLOGI PENELITIAN... 94

4.1. Waktu dan Penentuan Lokasi Penelitian ... 94

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 96

4.3. Metode Pengambilan Contoh ... 100

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 103

4.5. Metode Analisis ... 104

4.5.1. Metode Analisis Dampak Input terhadap Produksi, Dampak Alokasi Input terhadap Risiko dan Inefisiensi Teknis, serta Perilaku Petani Produksi dalam Menghadapi Risiko ... 105

4.5.2. Spesifikasi Model Pendugaan Perilaku Petani terhadap Risiko Harga ... 110

4.5.3. Metode untuk Analisis Tingkat Efisiensi dan Sumber-Sumber Penyebab terjadinya Inefisiensi Teknis dengan Memasukkan Unsur Risiko ... 111

4.5.4. Metode untuk Analisis Persepsi Petani terhadap Risiko, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko dan Strategi Manajemen Risiko ... 117

4.5.5. Definisi Variabel... 119

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA PETANI ... 125

5.1. Provinsi Jawa Tengah ... 125

5.1.1. Kabupaten Brebes ... 128

(22)

xix

5.1.3. Kabupaten Boyolali ... 131

5.1.4. Kabupaten Purbalingga... 133

5.2. Karakteristik Rumahtangga Petani ... 135

5.2.1. Umur Kepala Rumah Tangga Petani ... 135

5.2.2. Pengalaman Usahatani Cabai Merah ... 136

5.2.3. Pendidikan Kepala Rumah Tangga ... 137

5.2.4. Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani ... 138

5.2.5. Keanggotaan dalam Keorganisasian Kelompok ... 139

5.2.6. Persepsi Petani tentang Aspek Pengetahuan Teknologi

Pertanian ... 140

5.2.7. Penguasaan Asset Lahan dan Alat Pertanian ... 141

5.3. Peta Status Komoditas ... 144

5.4. Aplikasi Teknologi dan Produktivitas Usahatani Cabai Merah ... 146

5.5. Perkembangan Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas ... 151

5.6. Harga Cabai Merah di Tingkat Produsen ... 156

5.6.1. Komoditas Cabai Merah Besar ... 156

5.6.2. Komoditas Cabai Merah Keriting... 162

VI. EFISIENSI PRODUKSI DAN PERILAKU RISIKO PRODUKTIVITAS PETANI PADA USAHATANI

CABAI MERAH... 168

6.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Cabai Merah dan

Nilai Elastisitas Input terhadap Produktivitas... 168

6.1.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Model Fungsi Produksi Frontier dengan Struktur Error Heteroskedastik pada

Produksi Cabai Merah Besar ... 168

6.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Model Fungsi Produksi Frontier dengan Struktur Error Heteroskedastik pada

Produksi Cabai Merah Keriting ... 176

6.1.3. Nilai Estimasi Elastisitas Produktivitas terhadap Input pada

Produksi Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting ... 185

6.2. Analisis Tingkat Efisiensi Teknis, Alokatif dan Ekonomi Usahatani

Cabai Merah ... 190

6.2.1. Analisis Efisiensi Teknis Fungsi Produksi Translog Struktur

(23)

6.2.2. Analisis Efisiensi Teknis dari Pendekatan Produksi Translog

Cabai Merah Keriting ... 192

6.2.3. Analisis Efisiensi Alokatif dan Efisiensi Ekonomi ... 194

6.3. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Inefisiensi Teknis Model Fungsi Produksi Frontier dengan Struktur Error

Heteroskedastik pada Produksi Cabai Merah ... 203

6.3.1. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Inefisiensi Teknis

pada Produksi Cabai Merah Besar ... 203

6.3.2. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Inefisiensi Teknis

pada Produksi Cabai Merah Keriting... 215

6.3.3. Nilai Estimasi Elastisitas Inefisiensi Teknis terhadap Input pada Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah

Keriting ... 226

6.4. Faktor-Faktor Utama yang Mempengaruhi Inefisiensi Teknis

Cabai Merah... 231

6.4.1. Faktor-Faktor Utama yang Mempengaruhi Inefisiensi

Teknis Usahatani Cabai Merah Besar ... 231

6.4.2. Faktor-Faktor Utama yang Menjadi Determinan Inefisiensi

Teknis Usahatani Cabai Merah Keriting ... 242

6.5. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Risiko Produktivitas Model Fungsi Produksi Frontier dengan Struktur Error

Heteroskedastik pada Produksi Cabai Merah ... 249

6.5.1. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Risiko

Produktivitas pada Usahatani Cabai Merah Besar ... 249

6.5.2. Karakteristik Faktor-Faktor Produksi terhadap Risiko

Produktivitas Usahatani Cabai Merah Keriting ... 257

6.5.3. Nilai Estimasi Elastisitas Risiko Produktivitas terhadap Input

pada Produksi Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting.. 265

6.6. Perilaku Petani Cabai Merah dalam Menghadapi Risiko Produktivitas

serta Dampaknya terhadap Alokasi Input dan Produktivitas... 270

6.6.1. Perilaku Petani Cabai Merah Besar terhadap Risiko

Produktivitas serta Dampaknya Terhadap Alokasi Input dan

Produktivitas ... 270

6.6.2. Perilaku Petani Cabai Merah Keriting dalam Menghadapi Risiko Produktivitas serta Dampaknya terhadap Alokasi Input

(24)

xxi

6.7. Perilaku Petani Cabai Merah terhadap Risiko Harga ... 286

6.7.1. Perilaku Petani Cabai Merah Besar terhadap Risiko Harga ... 286

6.7.2. Perilaku Petani Cabai Merah Keriting terhadap Risiko Harga .... 292

VII. ANALISIS PENGEMBANGAN CABAI MERAH DAN

STRATEGI MANAJEMEN RISIKO... 297

7.1. Persepsi Petani Terhadap Risiko ... 297

7.1.1. Analisis Kebijakan Pengembangan Cabai Merah dari Aspek

Produktivitas ... 297

7.1.2. Analisis Kebijakan Pengembangan Cabai Merah dari Aspek

Efisiensi Teknis ... 299

7.1.3. Analisis Kebijakan Pengembangan Cabai Merah dari Aspek

Risiko Produktivitas dan Harga ... 303

7.2. Persepsi Petani terhadap Risiko ... 306

7.3. Persepsi Petani Cabai Merah Mengenai Faktor-Faktor yang

Berpengaruh terhadap Risiko... 313

7.4. Strategi Petani dalam Menghadapi Risiko... 315

7.4.1. Strategi Manajemen Risiko Ex-ante (Ex-ante Risk Management

Strategy)... 317

7.4.2. Strategi Manajemen Risiko Interaktif (Interactive Risk

Management Strategy)... 322

7.4.3. Strategi Manajemen Risiko Ex-post (Ex-post Risk Management

Strategy)... 330

7.5. Strategi Manajemen Risiko Melalui Kemitraan Usaha antara

PT. Heinz ABC dengan Petani Mitra ... 334

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 342

8.1. Kesimpulan ... 342

8.2. Saran ... 345

DAFTAR PUSTAKA... 348

(25)

Nomor Halaman

1. Studi-studi Empiris Model Frontier pada Usahatani Beberapa

Komoditas Pertanian... 54 2. Inefisiensi Teknis dan Faktor-Faktor yang Menentukan

Inefisiensi Teknis Usahatani dalam Studi Frontier Stokastik... 59 3. Sebaran Responden Contoh menurut Kategori Responden dan

Lokasi Peneltian ... 102 4. Tipe iklim, Sifat-Sifat dan Penyebarannya di Provinsi

Jawa Tengah ... 127 5. Deskripsi Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes ... 128 6. Deskripsi Kecamatan Karangnongko, Ngawen, Jogonalan, dan

Manisrenggo di Kabupaten Klaten ... 130 7. Deskripsi Kecamatan Teras dan Selo, di Kabupaten Boyolali ... 132 8. Deskripsi Kecamatan Karang reja dan Karang Jambu

Kabupaten Purbalingga ... 134 9. Golongan Umur Kepala Keluarga Rumah Tangga Tani menurut

Jenis Cabai Merah di Provinsi Jawa Tengah ... 136 10. Pengalaman KK Rumah Tangga Petani dalam Usahatani

Cabai Merah Menurut Jenis Cabai Merah di Provinsi

Jawa Tengah ... 137 11. Pendidikan KK Rumah Tangga Petani dalam Usahatani

Cabai Merah Menurut Jenis Cabai Merah di Provinsi

Jawa Tengah ... 137 12. Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Cabai Merah Besar dan

Cabai Merah Keriting di Jawa Tengah, Tahun 2008-2009 ... 138 13. Keanggotaan KK Petani Cabai Merah menurut Jenis Cabai

(26)

xxiii

14. Persepsi Petani Tentang Aspek Pengetahuan tentang Teknologi Budidaya pada Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah

Keriting di Jawa Tengah, Tahun 2008-2009... 141 15. Struktur Penguasaan Lahan Milik dan Garapan menurut Jenis

Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting, di Provinsi

Jawa Tengah, Tahun 2008-2009 ... 143 16. Status Komoditas didasarkan Profitabilitas dan Risiko Produksi

menurut Persepsi Petani, di Kabupaten Brebes, Klaten, Boyolali,

dan Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 145 17. Struktur Input-Output Fisik per Hektar Usahatani Cabai Merah

Besar dan Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2008-2009 ... 147 18. Perkembangan Luas Areal Panen Cabai Merah di Provinsi

Jawa Tengah, Tahun 2003-2007 ... 152 19. Perkembangan Produktivitas Cabai Merah di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2003-2007 ... 153

20. Perkembangan Produksi Cabai Merah di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2003-2007 ... 155 21. Perkembangan Harga Cabai Merah Besar Tingkat Produsen,

di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2006 ... 157 22. Perkembangan Harga Cabai Merah Besar Tingkat Produsen,

di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2007 ... 159 23. Perkembangan Harga Cabai Merah Besar Tingkat Produsen,

di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2008 ... 161 24. Perkembangan Harga Cabai Merah Keriting Tingkat Produsen,

di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2006 ... 163 25. Perkembangan Harga Cabai Merah Keriting Tingkat Produsen,

di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2007 ... 165 26. Perkembangan Harga Cabai Merah Keriting Tingkat Produsen,

di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2008 ... 167 27. Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas Translog Usahatani Cabai

(27)

28. Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas Translog Usahatani Cabai

Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009... 180 29. Nilai Estimasi Elastisitas Produktivitas terhadap Input dengan

Fungsi Produksi Stokastik Translog, pada Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 188 30. Distribusi Nilai Efisiensi Teknis (TE) menurut Kelompok TE pada

Usahatani Cabai Merah Besar di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 191 31. Distribusi Nilai Efisiensi Teknis (TE) menurut Kelompok TE

pada Usahatani Cabai Keriting di Jawa Provinsi Tengah,

Tahun 2009 ... 193 32. Distribusi Nilai Efisiensi Alokatif (AE) menurut Kelompok AE

pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 196 33. Distribusi Nilai Efisiensi Ekonomi (EE) menurut Kelompok EE

pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 198 34. Distribusi Petani Menurut Kelompok Nilai AE Usahatani

Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 200 35. Distribusi Petani Menurut Kelompok Nilai EE Usahatani

Cabai Merah Keriting di Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 202 36. Hasil Estimasi Fungsi Inefisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah

Besar di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 206 37. Hasil Estimasi Fungsi Inefisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah

Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 217 38. Nilai Estimasi Elastisitas Inefisiensi Teknis terhadap Input

dengan Fungsi Produksi Stokastik Translog, pada Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting, di Provinsi

Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 228 39. Hasil Estimasi Parameter Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis

pada Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah,

(28)

xxv

40. Hasil Estimasi Parameter Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis pada Usahatani Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 244 41. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Produktivitas Usahatani Cabai Merah

Besar di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 251 42. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Produktivitas Usahatani Cabai Merah

Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 258 43. Nilai Estimasi Elastisitas Risiko Produktivitas terhadap Input

dengan Fungsi Produksi Stokastik Translog, pada Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 268 44. Perilaku Petani Cabai Merah Besar terhadap Risiko Produktivitas,

di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 271 45. Pengaruh Perilaku Risiko Petani dalam Alokasi Input pada

Usahatani Cabai Merah Besar, di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 272 46. Karakteristik Petani Cabai Merah Besar terhadap Perilaku

Risiko Produktivitas, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 277 47. Konsekuensi Perilaku Risiko Produktivitas Petani Cabai Merah

Besar terhadap Alokasi Input dan Tingkat Produktivitas di Provinsi

Jawa Tengah, ... 278 48. Perilaku Petani Cabai Merah Keriting terhadap Risiko Produktivitas

di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 279 49. Pengaruh Perilaku Risiko Petani dalam Alokasi Input pada

Usahatani Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 280 50. Karakteristik Petani Cabai Merah Keriting terhadap Perilaku

Risiko Produktivitas, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 285 51. Konsekuensi Perilaku Risiko Produktivitas Petani Cabai Merah

Keriting terhadap Alokasi Input dan Tingkat Produktivitas,

di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 286 52. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Harga Cabai Merah Besar di Provinsi

(29)

53. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Harga Cabai Merah Keriting di

Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 293

54. Persepsi Petani mengenai Risiko Usahatani Cabai Merah Besar

di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 308

55. Persepsi Petani mengenai Risiko Usahatani Cabai Merah Keriting

di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 312

56. Persepsi Petani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting Mengenai Urutan Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap

Risiko, di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 314

57. Strategi Manajemen RisikoEx ante pada Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 321 58. Strategi Manajemen RisikoInteractivepada Usahatani Cabai Merah Besar dan Cabai Merah Keriting, di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun ... 323 59. Strategi Manajemen RisikoEx postpada Usahatani Cabai Merah

(30)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pengukuran Efisiensi Teknis dan Alokatif Orientasi Input... 26 2. Pengukuran Efisiensi Teknis dan Alokatif Orientasi Output... 27 3. Fungsi Produksi Frontier Statistik Stokastik... 37 4. Konsep Efisiensi berdasarkan Fungsi Produksi dengan Perbaikan

Teknologi ... 42 5. Teori Utilitas Pilihan dengan Memasukkan Unsur Risiko... 70 6. Keputusan Produksi di bawah Risiko ... 74 7. Kerangka Alur Pikir Efisiensi Produksi dan Perilaku Petani

Terhadap Risiko Produksi Komoditas Cabai Merah di

Jawa Tengah... 91 8. Sebaran Petani Menurut Efisisensi Teknis Cabai Merah Besar... 192 9. Sebaran Petani Menurut Efisisensi Teknis Cabai Merah Keriting.... 194 10. Distribusi Petani Menurut Efisiensi Alokatif Usahatani

Cabai Merah Besar ... 196 11. Distribusi Petani Menurut Efisiensi Ekonomi Usahatani

Cabai Merah Besar ... 199 12. Distribusi Petani Menurut Kelompok Efisiensi Alokatif Usahatani

Cabai Merah Keriting... 201 13. Distribusi Petani Menurut Efisiensi Alokatif Usahatani

(31)

Nomor Halaman

1. Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas Translog Heteroskedastisitas Usahatani Cabai Merah Besar di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 366 2. Hasil Estimasi Fungsi Produktivitas Translog Struktur

Heteroskedastisitas Usahatani Cabai Merah Keriting di Provinsi

Jawa Tengah, Tahun 2009... 368

3. Hasil Estimasi Efisiensi Teknis (TE), Efisiensi Alokatif (AE), dan Efisiensi Ekonomi (FE), Usahatani Cabai Merah Besar, di

Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 370

4. Hasil Estimasi Efisiensi Teknis (TE), Efisiensi Alokatif (AE), dan Efisiensi Ekonomi (FE), Usahatani Cabai Merah Keriting, di

Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 375

5. Hasil Estimasi Fungsi Inefisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah

Besar di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 378 6. Hasil Estimasi Fungsi Inefisiensi Teknis Usahatani Cabai Merah

Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009... 380 7. Contoh Prosedur Perhitungan Inefisiensi Alokatif terhadap Input

Pupuk N pada Petani Cabai Merah Besar di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 382 8. Contoh Prosedur Perhitungan Inefisiensi Alokatif terhadap Input

Pupuk N pada Petani Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 387

9. Hasil Estimasi Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis Usahatani Cabai

Merah Besar di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009... 390

10. Hasil Estimasi Sumber-Sumber Inefisiensi Teknis Usahatani

Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 391 11. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Produktivitas Usahatani

(32)

xxix

12. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Produktivitas Usahatani

Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2009 ... 394

13. Prosedur Perhitungan Perilaku Risiko Terhadap Input Pupuk N Pada Petani Cabai Merah Besar di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 396 14. Prosedur Perhitungan Perilaku Risiko Terhadap Input Pupuk N

Pada Petani Cabai Merah Keriting di Provinsi Jawa Tengah,

Tahun 2009 ... 406 15. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Harga Cabai Merah Besar di Provinsi

Jawa Tengah, Tahun 2009... 410 16. Hasil Estimasi Fungsi Risiko Harga Cabai Merah Keriting di

(33)

1.1. Latar Belakang

Komoditas hortikultura merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Dari sisi penawaran atau produksi, luas wilayah Indonesia dengan keragaman agroklimatnya memungkinkan pengembangan berbagai jenis tanaman hortikultura, yang mencakup 323 jenis komoditas terdiri atas 60 jenis komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 jenis komoditas biofarmaka dan 117 jenis komoditas tanaman hias (Ditjen Hortikultura, 2008).

(34)

2 teknologi yang sama sekali baru (technology invention) merupakan salah satu sumber pertumbuhan produktivitas terpenting.

Just dan Pope (1979) mengemukakan bahwa hampir setiap proses produksi terutama produksi pertanian, risiko produksi memainkan peranan yang sangat penting dalam keputusan alokasi penggunaan input, yang akhirnya berpengaruh pada tingkat produktivitas yang dicapai. Analisis risiko produksi yang dikembangkan oleh Just dan Pope sangat penting untuk kegiatan manajemen risiko produksi, yaitu untuk memutuskan apakah input produksi tertentu yang digunakan dalam kegiatan usahatani harus ditambah atau dikurangi.

Dalam analisis risiko produksi perlu dilakukan analisis mengenai perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi. Analisis perilaku risiko produksi dapat dilakukan secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Kumbhakar (2002) memperkenalkan cara penghitungan secara kuantitatif tentang perilaku risiko produksi, sedangkan kajian perilaku risiko baik produksi maupun harga secara kualitatif dilakukan antara lain oleh (Bond dan Wonder, 1980; Robison dan Barry, 1987; serta Adiyoga dan Soetiarso, 1999). Debertin (1986) memperkenalkan cara penghitungan risiko harga secara kuantitatif dengan menggunakan model utilitas kuadratik.

(35)

menimbulkan bias terhadap estimasi parameter-parameter produksi dan efisiensi teknis sehingga dapat menimbulkan kesalahan penafsiran terhadap fenomena terjadinya penurunan produktivitas.

(36)

4 merah melibatkan tenaga kerja muda terampil di perdesaan yang selama ini tidak tertarik untuk terjun di sektor pertanian; (10) Mempunyai manfaat yang cukup beragam baik penyedap makanan, bahan baku industri, bahan obat tradisional dan manfaat kesehatan; dan (11) Memiliki beragam tujuan pasar, baik untuk pasar tradisional, pasar modern (supermarket), maupun untuk industri pengolahan.

Komoditas cabai merah besar banyak dibudidayakan oleh petani baik secara tradisional maupun intensif baik pada agroekosistem lahan sawah dataran rendah maupun lahan kering dataran tinggi. Komoditas ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubtitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan, kaya akan vitamin dan mineral, serta sebagai bahan obat tradisional. Komoditas cabai merah besar dalam bentuk segar antara lain mengandung (Setiadi, 2008): kalori 31 kal, protein 1 gram, lemak 0.30 gram, karbohidrat 7.30 gram, kalsium 29 mg, fosfor 24 mg, besi 0.50 mg, Vitamin A 470 Sl, Vitamin B1 0.05 mg, Vitamin C 18 mg, Niacin, Capsaicin, Pektin, Pentosan, Pati, air.

(37)

kali sehari; (e)Capsaicinjuga mengandung zat ekspektoran yang aktif meredakan batuk, mengencerkan lendir, serta meringankan penyakit asma dan bronkitis.

Walaupun komoditas cabai merah tergolong mempunyai nilai ekonomi yang tinggi, namun komoditas cabai merah menuntut pengelolaan usahatani secara intensif, memiliki risiko gagal panen tinggi dan produktivitas jatuh, dan memiliki karakteristik mudah rusak (perishable) sehingga dapat berdampak terhadap produksi dan pendapatan petani. Dalam pengembangan komoditas cabai merah sangat dipengaruhi demikian banyak faktor, baik faktor yang dapat dikendalikan petani (internal) maupun faktor yang tidak dapat dikendalikan petani (eksternal).

Ketika menjelang musim panen raya dan terjadi intensitas hujan yang tinggi maka produksi dan kualitas cabai merah mengalami penurunan. Terjadinya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan intensitas hujan yang tinggi menjelang musim panen merupakan risiko produksi yang harus dihadapi petani, karena terjadinya serangan OPT dan intensitas hujan tidak dapat ditentukan secara akurat pada saat awal tanam. Di samping itu, petani juga menghadapi risiko fluktuasi harga, baik yang disebabkan pada masalah pasokan, distribusi maupun kondisi permintaannya.

1.2. Perumusan Masalah

(38)

6 preferensi konsumen. Hal tersebut berkaitan dengan beberapa permasalahan pokok sebagai berikut : (1) Pola pemilikan lahan yang sempit dan tersebar; (2) Sistem usahatani yang kurang intensif karena lemahnya permodalan petani; (3) Stagnasi teknologi budidaya yang tersedia; dan (4) Harga produk cabai merah sangat fluktuatif, bahkan dalam jangka pendek sekalipun.

Permasalahan pokok dalam pengembangan usahatani cabai merah di Jawa Tengah adalah masalah penurunan luas areal panen, produksi dan produktivitas. Pada periode (2003-2007) terjadi penurunan luas areal panen cabai merah dari 172 ribu Ha (2003) menjadi 161 ribu Ha (2007) atau turun sebesar -6.57 persen pertahun. Pada periode yang sama produktivitas juga mengalami penurunan dari 6.07 ton/Ha (2003) menjadi 5.07 ton/Ha (2007) atau turun sebesar -9.05 persen pertahun. Penurunan luas areal dan produktivitas menyebabkan penurunan produksi cabai merah di Provinsi Jawa Tengah. Produksi cabai merah turun dari 149 232 ton (2003) menjadi 139 961 ton (2007) atau mengalami penurunan sebesar -5.52 persen pertahun (BPS Jateng, 2005-2007).

Petani cabai merah menghadapi permasalahan pokok lainnya, yaitu masalah fluktuasi produktivitas dan harga cabai merah. Berdasarkan data rata-rata produktivitas di Provinsi Jawa Tengah pada periode (2003-2007) menunjukkan bahwa tingkat produktivitas cabai merah sangat berfluktuasi. Nilai koefisien variasi produktivitas cabai merah di Jawa Tengah pada periode (2003-2007) sebesar 38.29 persen.

(39)

koefisien variasi harga bulanan cabai merah besar tingkat produsen di Jawa Tengah pada tahun 2006, 2007, dan 2008 secara berturut-turut sebesar 37.29, 29.20, dan 27.56 persen. Sedangkan untuk nilai koefisien variasi harga bulanan cabai merah keriting tingkat produsen di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2006, 2007, dan 2008 secara berturut-turut 49.26, 30.21; dan 38.34 persen. Harga berfluktuasi antar bulan dalam musim dan tahun yang sama, bahkan berdasarkan informasi harga di pusat-pusat pasar seperti di Pasar Induk Sengon Kabupaten Brebes dan Sub Terminal Agribisnis (STA) di Kuta Bawah, Kabupaten Purbalingga, serta STA di Sewukan Kabupaten Magelang harga cabai merah mengalami berfluktuasi secara harian. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani cabai merah di Provinsi Jawa Tengah menghadapi risiko produktivitas dan harga cabai merah yang moderat hingga tinggi. Bahkan pada periode Desember 2010– Januari 2011 fluktuasi harga cabai merah meningkat sangat tajam dengan koefisien variasi jauh di atas 37 persen.

(40)

8 mengemukakan bahwa besar-kecilnya alokasi penggunaan input-input produksi dalam usahatani sangat dipengaruhi oleh perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi. Kumbakhar (2002) telah mengemukakan bahwa produksi suatu komoditas dipengaruhi oleh efisiensi tidaknya dalam alokasi penggunaan input, ada tidaknya masalah in-efisiensi teknis yang berkaitan dengan kapabilitas manajerial petani, dan faktor risiko produksi dalam usahatani.

Penurunan luas areal panen, produksi, dan produktivitas cabai merah yang terjadi di Provinsi Jawa Tengah harus dilihat dari bagaimana para petani cabai merah baik cabai merah besar maupun cabai merah keriting mengalokasikan input produksi yang digunakan dalam kegiatan usahataninya. Berdasarkan tinjauan teoritis dan data sekunder maka masalah rendahnya produktivitas cabai merah di Provinsi Jawa Tengah dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut: stagnasi teknologi budidaya, masalah belum tercapainya efisiensi teknis dan inefisiensi teknis dalam mengalokasikan input-input yang digunakan, dan perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi yang selanjutnya berpengaruh terhadap alokasi penggunaan input-input produksi. Tingkat alokasi penggunaan input produksi oleh petani akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang dihasilkan, tingkat produktivitas, dan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat efisiensi yang dicapai petani (Kumbhakar, 2002).

(41)

untuk cabai merah besar adalah Varietas Hot Biola, Hot Beauty, Hot Chili, Gada, Laras, Adipati, dan Krisna dan varietas unggul lokal TIT segitiga dan TIT Randu, TIT Super. Sementara itu, untuk cabai merah keriting adalah Varietas Tampar, TM 888, TM 999, Laris, Lado, Taro. Secara umum alokasi penggunaan input untuk cabai merah besar lebih tinggi dibandingkan cabai merah keriting, sehingga produktivitas cabai merah besar lebih tinggi dibandingkan cabai merah keriting. Dari aspek ekonomi jenis cabai merah keriting rata-rata memiliki harga jual yang lebih tinggi dibandingkan harga jual cabai merah besar.

Dalam usahatani cabai merah, risiko produksi merupakan variasi output yang disebabkan oleh faktor eksternal, seperti perubahan iklim (kekeringan, kebanjiran), serangan OPT (beberapa jenis hama : Trips, Kutu daun, Tungau merah, Ulat, Kumbang, dan Lalat buah; beberapa jenis penyakit : antraknosa, bercak daun, busuk daun, gugur daun, busuk buah, penyakit keriting daun, dan penyakit layu daun atau layu tanaman), serta salinitas tinggi. Secara umum, petani cabai merah di Jawa Tengah menghadapi risiko produksi dan harga.

(42)

10 tingkat produktivitas usahatani. Beberapa studi mengemukakan bahwa petani kecil lebih cenderung berperilaku menghindari risiko produksi, sebab risiko produksi yang dihadapi jika terjadi kegagalan panen adalah tidak terpenuhinya kebutuhan keluarga, bahkan pada level subsisten sekalipun (Lipton, 1968; Ellis, 1988). Namun demikian, perilaku petani cabai merah yang tergolong sebagai komoditas komersial bernilai ekonomi tinggi dalam menghadapi risiko produksi perlu di kaji secara empiris. Selain itu, risiko produksi yang dihadapi petani cabai merah besar dan cabai merah keriting dimungkinkan berbeda, karena adanya perbedaan perilaku petani serta eksis tidaknya kelembagaan kemitraan usaha.

(43)

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat inefisensi produksi juga dipengaruhi oleh variabel sosial ekonomi dan demografi, seperti umur kepala keluarga (KK), jumlah anggota rumah tangga (ART), tingkat pendidikan kepala keluarga (KK), keikutsertaan dalam kelompok tani, keikursertaan dalam anggota koperasi tani, pengetahuan tentang teknologi budidaya, penyuluhan pertanian, pengalaman usahatani KK, pendapatan non pertanian (Battese dan Coelli, 1995; Dev dan Hossain, 1995; Wilsonet al., 1998; Xu dan Jeffrey, 1998; Kurkalova dan Helen, 2000; Theingi dan Thanda, 2005; Msuya et al., 2005; dan Fabiosa et al., 2004). Faktor-faktor apa saja yang menjadi sumber inefisiensi teknis usahatani cabai merah di Provinsi Jawa Tengah perlu diuji secara empiris di lapang.

Penelitian-penelitian tentang produktivitas, efisiensi dan risiko produksi pada usahatani komoditas hortikultura dapat dikatakan sangat terbatas. Bahkan studi efisiensi pada komoditas cabai merah yang memasukkan unsur risiko produksi belum ada. Secara empiris masalah produktvitas, efisiensi, dan masalah risiko baik risiko produksi maupun harga yang dihadapi petani komoditas cabai merah menurut jenis (cabai merah besar dan cabai merah keriting) belum terjawab dengan baik.

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut : 1. Fenomena penurunan produktivitas cabai merah besar dan cabai merah

(44)

12 2. Masih rendahnya efisiensi produksi cabai merah besar dan cabai merah keriting serta faktor-faktor apa yang menjadi determinan utama untuk meningkatkan efisiensi produksi dan menurunkan inefisiensi teknis.

3. Tingginya fluktuasi produktivitas dan harga menyebabkan petani cabai merah besar dan cabai merah keriting dihadapkan pada risiko produktivitas dan harga.

4. Bagaimana perilaku petani dalam menghadapi risiko produktivitas dan harga, serta strategi manajemen risiko yang dilakukan petani oleh petani.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan pokok tersebut di atas, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengkaji efisiensi produksi komoditas cabai merah menurut jenis cabai merah. Secara khusus, studi ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produktivitas usahatani cabai merah besar dan cabai merah keriting.

2. Mengestimasi tingkat efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi usahatani cabai merah besar dan cabai merah keriting.

3. Mengetahui faktor-faktor produksi yang mempengaruhi inefisiensi teknis usahatani cabai merah besar dan cabai merah keriting.

4. Mengkaji sumber-sumber penyebab terjadinya efek inefisiensi teknis dalam usahatani cabai merah besar dan cabai merah keriting.

(45)

6. Mengetahui perilaku petani cabai merah besar dan cabai merah keriting dalam menghadapi risiko produktivitas dan harga.

7. Mengetahui strategi manajemen risiko petani cabai merah besar dan cabai merah keriting dalam menghadapi risiko produktivitas dan harga.

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ditetapkan, maka penelitian ini diharapkan berguna :

1. Pada tataran ilmu pengetahuan, memberikan acuan model teoritis mengenai perilaku petani cabai merah besar dan cabai merah keriting terhadap risiko produktivitas, serta konsekuensinya terhadap alokasi penggunaan input, tingkat produktivitas, efisiensi teknis dan tingkat pendapatan usahatani.

2. Sebagai rujukan pemerintah dalam menetapkan kebijakan peningkatan efisiensi dan produktivitas cabai merah besar dan keriting yang didasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi produksi, sebaran efisiensi teknis dan alokatif, serta perilaku petani terhadap risiko produktivitas dan harga. Sehingga dapat dirumuskan upaya-upaya meningkatkan efisiensi produksi atau menurunkan inefisiensi teknis, terobosan inovasi teknologi baru, strategi manajemen risiko produksi, memperluas kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan petani. 3. Masukan bagi pelaku ekonomi terutama petani cabai merah sebagai bahan

(46)

14 risiko baik risiko produksi maupun harga berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi sehingga efisien, produktif dan berdayasaing.

4. Bagi kalangan akademisi seperti mahasiswa, dosen dan peneliti merupakan bahan referensi maupun informasi bagi penelitian lebih lanjut secara lebih mendalam dalam pengembangan metodologi maupun pengembangan komoditas cabai merah yang efisien produktif, berdayasaing, dan berkelanjutan.

1.5. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memfokuskan pada aspek produksi di tingkat petani yang mencakup analisis efisiensi teknis, efisiensi alokatif, dan efisiensi ekonomi dengan memasukkan faktor-faktor inefisiensi dan unsur risiko prouktivitas. Kemudian dilakukan analisis perilaku risiko produktivitas pada usahatani cabai merah besar dan cabai merah keriting. Secara terpisah dilakukan analisis perilaku petani cabai merah dalam menghadapi risiko harga. Penelitian ini, juga dilengkapi kajian deskreptif kualitatif untuk menangkap aspek persepsi terhadap risisko, perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi dan harga, serta strategi manajemen risiko yang dilakukan petani dalam menghadapi risiko produksi dan harga. Dengan demikian, aspek di luar aspek produksi seperti aspek pengadaan sarana produksi, pemasaran, dan industri pengolahan, serta perdagangan luar negeri tidak tercakup dalam penelitian ini.

(47)
(48)

16 Keterbatasan lainnya dalam penelitian ini, bahwa pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan konsep Stochastic Production Frontier (SPF) dengan memasukkan unsur risiko produksi dalam kondisi frontier dengan menggunakan Model Kumbhakar. Pendekatan dalam mengukur efisiensi lainnya seperti metode dekomposisi variabel efisiensi model Kopp and Diewert. Pendekatan efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis yang dikemukakan Farell, metodaData Envelopment Analysis danTotal Faktor Productivity tidak dijadikan pilihan dalam melakukan estimasi nilai efisiensi teknis yang dicapai. Kesempatan untuk mengeksplorasi masing-masing pendekatan tersebut sangat terbuka, sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber inspirasi bagi penelitian-penelitian lanjutan.

1.6. Kebaharuan Penelitian

(49)

kelembagaan partnership dalam pemasaran komoditas pertanian termasuk komoditas cabai merah telah dilakukan oleh Sayaka,et. al.(2008). Sementara itu, kajian tentang analisis faktor penentu tingkat efisiensi teknis usahatani cabai merah secara terbatas telah dilakukan oleh Sukiyono (2005).

Terdapat lebih dari 50 studi efisiensi, sebagian besar adalah efisiensi untuk usahatani padi (29) dan beberapa komoditas non padi (21) dengan komoditas yang beragam dengan menggunakan frontier non-paramterik (8 studi) dan selebihnya (32) menggunakan frontier parametrik (Battese, 1992; Bravo-Ureta dan Pinheiro, 1993; dan Coelli, 1995). Beberapa studi oleh Tabor (1991), Erwidodo (1990) dan Trewinet al., (1995), Heny-Daryanto (2000), Sumaryanto (2001) dan Sumaryanto

et al., (2003), serta Wahida (2005) menggunakan frontier stokastik untuk analisis efisiensi untuk usahatani padi. Aplikasi model frontier untuk komoditas hortikultura masih jarang ditemukan di Indonesia, hanya dijumpai pada usahatani cabai di Kecamatan Selupu, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu dengan variabel teknis dan sosial-ekonomi yang terbatas (Sukiyono, 2004).

(50)

18 diaplikasikan untuk mengkaji perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi terhadap alokasi input usahatani tembakau di Pamekasan dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas (Fauziyah, 2010).

Kebaharuan dari penelitian ini adalah menggunakan fungsi produktivitas translog dengan struktur heterokedastisitas Model Kumbhakar untuk menganalisis secara lebih mendalam tentang pengaruh penggunaan input-input produksi terhadap pruktivitas, risiko produktivitas, dan inefisiensi teknis. Di samping itu, Model Kumbhakar dapat digunakan untuk menganalisis perilaku petani dalam menghadapi risiko produksi atau produktivitas terhadap alokasi input yang digunakan dalam usahatani cabai merah besar dan cabai merah keriting di Provinsi Jawa Tengah.

Di dalam penelitian ini telah dilakukan penggabungan input pupuk kimia menurut kandungan unsur haranya (N, P2O5, K2O) bukan pupuk menurut jenis dan

merk dagangnya (Urea, ZA, TSP/SP-36, KCL, KNO3, NPK). Hal ini penting dilakukan karena secara agronomis dan fisiologis tanaman bahwa yang diserap oleh tanaman adalah jenis unsur haranya dan bukan jenis atau nama dagang dari pupuk kimia yang digunakan. Langkah ini juga sangat penting untuk menghindarkan adanya multikolinieritas antar jenis pupuk yang mengandung– unsur-unsur hara yang sama (Urea, ZA, KNO3 dan NPK; SP-36/TSP, NPK; KCL, KNO3 dan NPK).

(51)
(52)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Efisiensi

Farrell (1957) menyatakan alasan pentingnya pengukuran efisiensi : (1) Masalah pengukuran efisiensi produksi suatu industri adalah penting untuk ahli teori ekonomi maupun pengambil kebijakan ekonomi; (2) Jika alasan-alasan teoritis efisiensi relatif dari berbagai sistem ekonomi harus diuji, maka penting untuk mampu membuat pengukuran efisiensi aktual; (3) Jika perencanaan ekonomi sangat terkait dengan industri tertentu adalah penting untuk meningkatkan output tanpa menyerap sumberdaya-sumberdaya tambahan atau menaikkan efisiensinya.

(53)

Farrell (1957) memperkenalkan metoda sederhana untuk mengukur efisiensi petani langsung dari data observasi, dalam kasus output tunggal, dengan melibatkan banyak input. Efisiensi teknis didefinisikan sebagai kemampuan petani mencapai output maksimum yang mungkin tercapai dari sejumlah penggunaan input pada teknologi yang tersedia. Lau dan Yotopoulus (1971) mengemukakan, seorang produsen lebih efisien secara teknis daripada produsen lainnya, apabila secara konsisten mampu menghasilkan produk yang lebih tinggi, dengan menggunakan faktor produksi yang sama. Sementara itu, efisiensi alokatif mengacu pada kemampuan petani merespon sinyal ekonomi dan memilih kombinasi input optimal pada harga-harga input yang berlaku.

Farrell (1957) mengembangkan literatur untuk melakukan estimasi empiris untuk efisiensi teknis (tehcnical efficiency/TE), efisiensi alokatif (alocative efficiency/AE), dan efisiensi ekonomi (economic efficiency/EE). Kemudian penggunaannya lebih lanjut dilakukan oleh Tylor, et al., (1986), serta Ogundari dan Ojo, (2006). Efisiensi teknis (TE) didefinisikan sebagai kemampuan seorang produsen atau petani untuk mendapatkan output maksimum dari penggunaan sejumlah input. Efisiensi teknis (TE) berhubungan dengan kemampuan petani untuk berproduksi pada kurva batas isoquan (frontier isoquan). Dapat juga didefinisikan sebagai kemampuan petani untuk memproduksi pada tingkat output tertentu dengan menggunakan input minimum pada tingkat teknologi tertentu.

(54)

22 untuk memilih tingkat penggunaan input minimum di mana harga-harga faktor dan teknologi tetap. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa AE menjelaskan kemampuan petani dalam menghasilkan sejumlah output pada kondisi minimisasi rasio biaya input.

Gabungan kedua efisiensi ini disebut efisiensi ekonomi (EE), artinya bahwa produk yang dihasilkan baik secara teknik maupun alokatif efisien. Secara ringkas dapat dikatakan EE sebagai kemampuan yang dimiliki oleh petani dalam berproduksi untuk menghasilkan sejumlah output yang telah ditentukan sebelumnya. Secara ekonomik efisien bahwa kombinasi input-output akan berada pada fungsi produksi frontier dan jalur pengembangan usaha (expantion path). Pendekatan yang digunakan untuk mengestimasi tingkat efisiensi teknis dalam perkembangan selanjutnya menggunakan fungsi stochastic production frontier

(SPF). Berdasarkan artikel, ketiga pendekatan tersebut diperkenalkan secara lebih luas oleh Aigner, Lovell dan Schmidt (1977) maupun Meeusen dan Van den Broeck (1977).

(55)

seharusnya diperbaiki, dan (d) Jika petani secara teknis adalah inefisien maka pendidikan petani dan penyuluhan pertanian perlu ditingkatkan. Selain itu, Ellis (1988) mengemukakan inefisiensi teknis juga dapat disebabkan oleh perilaku petani terhadap risiko produksi, pada petani yang berperilaku menghindari risiko roduksi (risk averse) maka alokasi penggunaan input semakin rendah, sehingga akan meningkatkan inefisiensi teknis.

2.2. Pengukuran Efisiensi Berorientasi Input dan Output

Berbagai metode telah dicoba untuk mengukur efisiensi. Coelli et al.,

(56)

24

2.2.1. Pengukuran Berorientasi Input (Input-Oriented Measures)

Untuk mengilustrasikan konsep efisiensi, Farrell (1957) dan Coelli et al., (1998) menggunakan contoh sederhana di mana petani hanya menggunakan dua input (x1dan x2), untuk menghasilkan output tunggal (y). Produksi yang efisien (dengan asumsi diketahui) dapat ditulis sebagai :

x1,x2

f

y ...(1)

Dengan asumsi constant return to scale (CRS), persamaan (1) dapat ditulis sebagai berikut :

   

  

y x y x f 1 , 2

1 ...(2)

(57)

menunjukkan proporsi input petani P bisa dikurangi, dengan tetap mempertahankan rasio input (x1/x2) konstan, sedangkan outputnya tetap sama. Nilai TE bervariasi antara 0 dan 1. Jika TE = 1 menunjukkan petani secara teknis efisien penuh (seperti petani Q).

Jika harga input tersedia, efisiensi alokatif bisa ditentukan. Garis isocost, AA’, ditarik secara tangensial ke isoquan, SS’, pada titik Q’. Garis isocost

berpotongan dengan garis OP pada titik R. Titik Q’ menunjukkan rasio input/output optimal yang meminimalkan biaya produksi pada output tertentu karena slope isoquan dan garis isocost sama. Titik Q adalah efisien secara teknis tetapi secara alokatif tidak efisien, karena produsen atau petani Q memproduksi dengan biaya lebih tinggi dibanding pada Q’. Efisiensi alokatif (AE) untuk petani yang beroperasi pada titik P didefinisikan menjadi rasio OR/OQ, karena jarak RQ mewakili pengurangan dalam biaya produksi yang akan terjadi jika produksi terjadi pada titik Q’ yang efisien secara alokatif (dan secara teknis), dan bukan

pada titik Q yang efisien secara teknis tetapi tidak efisien secara alokatif.

(58)

26

Sumber : Coelli,et al., 1998

Gambar 1. Pengukuran Efisiensi Teknis dan Alokatif Berorientasi Input

Pada Gambar 1 diperlihatkan bahwa TE tidak harus berimplikasi total EE, maupun minimisasi biaya. Petani bisa mencapai TE dengan menggunakan input tanpa mempertimbangkan harga input. Terlepas dari tingkat produksi yang relatif tinggi, produsen yang mengikuti strategi ini tidak akan mungkin meminimalkan biaya. Pengukuran efisiensi menurut Farrel semula sah untuk teknologi restriktif yang dicirikan oleh CRS atau homogenitas linier. Analisis Farrel tidak mempertimbangkan level produksi optimal karena skala produksi tidak terbatas pada CRS. Tetapi, pengukuran Farrel telah digeneralisir menjadi teknologi yang kurang restriktif (misalnya, dapat dilihat Fare and Lovell, 1978; Forsund and Hjalmarsson, 1979; dan Forsund, Lovell dan Schmidt, 1980).

Q

x2/y

O

x1/y

A’ P A

R

Q’ D S

(59)

2.2.2. Pengukuran Berorientasi output (Output-Oriented Measures)

Metode pengukuran berorientasi output (output-oriented measures) seperti yang diilustrasikan Gambar 2 (Coelli et al., 1998), dijelaskan dengan menggunakan kurva kemungkinan produksi (production possibility frontier/PPF) yang direpresentasikan garis DD’. Garis ZZ’ adalah garis isocost yang ditarik secara tangensial ke kurva kemungkinan produksi. Sementara itu, titik A menunjukkan petani yang berada dalam kondisi in-efisien secara teknis. Garis AB menggambarkan kondisi yang in-efisien secara teknis, yang ditunjukkan oleh adanya tambahan output tanpa membutuhkan tambahan input.

Sumber : Coelli,et al., 1998

Gambar 2. Pengukuran Efisiensi Teknis dan Alokatif Beorientasi Output

Berkenaan dengan kondisi tersebut, pada pendekatan ini rasio efisiensi teknis didefinisikan sebagai :

OB OA

TE0  ...(3) y2/x

O

y1/x

D’ D

Z

Z’ B’

C

(60)

28 Dengan adanya informasi harga output yang digambarkan oleh garis isorevenue

DD’ maka efisiensi alokatif dituliskan dalam bentuk :

OC OB

AE0  ...(4)

Sementara itu, kondisi efisien secara ekonomi ditujukkan oleh :

 

OBOC

OB OA AE

TE

EE000   ...(5)

Nilai rasio dari ketiga efisiensi tersebut berkisar antara 0 dan 1. Namun pendekatan ini mudah terkena kesalahan di dalam pengukuran (measurement errors), sedangkan dalam proses pengambilan data di lapang kesalahan sangat tinggi.

2.3. Pengukuran Efisiensi Parametrik

Menurut Debertin (1986) fungsi produksi menggambarkan hubungan teknis (technical relationship) antara sejumlah input yang digunakan dengan output yang dihasilkan dalam proses produksi. Coelli, Rao dan Battese (1998) menyatakan bahwa fungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang menggambarkan output maksimum yang dapat dicapai dari setiap penggunaan input. Apabila suatu kegiatan usahatani berada pada titik pada fungsi produksi

frontier artinya usahatani tersebut efisien secara teknis. Jika fungsi produksi

frontier diketahui maka dapat diestimasi inefisiensi teknis melalui perbandingan posisi aktual relatif terhadapfrontier-nya.

Pendekatan parametrik mengacu pada setiap metode frontier yang dikonstruksi adalah parametrik, misalnya fungsi produksi frontier Cobb-Douglas

(61)

parametrik deterministik dan frontier stokastik (Bravo-Ureta dan Pinherio,1993), sedangkan Kumbhakar dan Lovell (2000) pendekatan parametrik untuk data

cross-sectional dibedakan menjadi pendekatan parametrik deterministik, frontier stokastik, dan frontier distance. Pendekatan ini memerlukan spesifikasi eksplisit teknologi produksi.

Sampai akhir 1960-an sebagaian besar studi menggunakan metodologi

least-squares tradisional untuk mengestimasi fungsi produksi. Coelli (1995) dan Coelli et al., (1998) berpendapat bahwa mengestimasi fungsi produksi frontier

memiliki dua keuntungan utama dibanding dengan mengestimasi fungsi produksi rata-rata. Pertama, estimasi fungsi produksi rata-rata hanya memberikan fungsi teknologi rata-rata petani, sedangkan estimasi fungsi produksi frontier sangat dipengaruhi oleh petani yang mempunyai kinerja terbaik yang mencerminkan teknologi yang digunakan. Kedua, fungsi produksi frontier mewakili hasil estimasi metode praktek terbaik di mana efisiensi petani dalam industri tersebut bisa diukur.

Misalnya, proses produksi atau teknologi dituliskan sebagai berikut :

X

  

i N

f

Yii; expi , 1,2,...., ...(6)

(62)

30 pengukuran efisiensi, kita harus bisa menentukan standar atau fungsi produksi dari perilaku yang diamati bisa diukur. Dalam realita, petani mungkin tidak mencapai tingkat output maksimum, sebagai akibat terjadinya inefisiensi teknis.

Muller (1974) melakukan modifikasi fungsi C-D dalam rangka melakukan studi empiris dalam upaya mengukur dampak informasi terhadap efisiensi teknis yang dikaitkan dengan fungsi produksifrontier. Perbedaan inefisiensi teknis yang terjadi pada petani disebabkan ketidakmampuan petani berproduksi pada fungsi produksifrontier. Beberapa alasan yang dikemukakan Muller (1974), disebabkan beberapa faktor, yaitu : (1) teknologi produksi yang digunakan oleh petani dapat berbeda, dengan demikian jika hal ini benar, maka tidak ada alasan kuat untuk membandingkannya; (2) perbedaan pengamatan yang dapat disebabkan gangguan acak, kemungkinan yang kedua ini jelas dan tidak sukar dijelaskan; dan (3) terjadi perbedaan efisiensi teknis, dalam hal situasi ini semua produsen telah menggunakan teknologi yang sama tetapi produsen yang satu lebih efisien menggunakannya daripada yang lain.

2.3.1. Frontier Parametrik Deterministik

(63)

spesifik, berbentuk fungsi produksi C

Gambar

Gambar 1. Pengukuran Efisiensi Teknis dan Alokatif Berorientasi Input
Gambar 2. Pengukuran Efisiensi Teknis dan Alokatif Beorientasi Output
Gambar 3.  Fungsi Produksi Frontier Statistik Stokastik
Gambar 4.  Konsep Efisiensi berdasarkan Fungsi Produksi dengan Perbaikan Teknologi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan laporan akhir “Budidaya Ikan Platy Santa Claus Xiphophorus helleri dan Ikan Green Severum Heros appendiculatus di Ilmi Fish Farm, Bogor, Jawa

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan pola konsumsi pangan dengan tingkat kolesterol darah total pada Pegawai Negeri

Sejumlah studi menunjukkan bahwa tanaman tradisional memiliki potensi sebagai agen penyembuhan luka, salah satunya adalah daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa

Pengembangan model pembelajaran ke- terampilan motorik berbasis permainan dalam penelitian ini, terdapat beberapa kesimpulan dari produk yang dihasilkan, yaitu: (1) Ber-

Dengan adanya kontak ini umat Islam sadar bahwa mereka mengalami kemunduran dibandingkan dengan Barat, terutama sekali ketika terjadinya peperangan antara kerajaan

PA selaku ketua komite sekolah mengatakan bahwa: Di SMP Negeri 1 Malang ini setiap hari jum’at pagi selalu diadakan parent’s day yaitu orang tua yang berkompeten didaulat

Pasca Referendum Tahun 1999 Kepemilikan hak atas tanah di Timor Leste masih rumit dan menimbulkan masalah seperti : 1)Bagaimana kepemilikan hak atas tanah bagi warga Timor

Secara umum variasi kandungan unsur hara (N, P dan Si) yang Karakteristik usia masyarakat yang banyak memanfaatkan Pantai Bali tertinggi pada usia 20-29 tahun yaitu