• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Reksadana Syariah Dalam Peningkatkan Investasi Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan Reksadana Syariah Dalam Peningkatkan Investasi Di Indonesia"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PERANAN REKSADANA SYARIAH DALAM PENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh

M. RASYID RIDHA NIM : 090200258

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

(WINDHA, SH., M. Hum) NIP. 19750112200501 2002

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) (Dr. Mahmul Siregar, SH,M.Hum)

(3)

ABSTRAK

PERANAN REKSADANA SYARIAH DALAM PENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA

M. RASYID RIDHA

Reksadana syariah yang juga sering disebut dengan istilah Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund merupakan lembaga intermediari (intermediary) yang membantu surplus unit melakukan penempatan dana untuk selanjutnya diinvestasikan kembali (reinvestment). Selain untuk memberikan kemudahan bagi calon investor untuk berinvestasi di pasar modal maka pembentukan Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan keuntungan dari sumber dan mekanisme investasi yang bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara religius serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengaturan reksadana syariah di Indonesia? Bagaimanakah bentuk-bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi melalui reksadana syariah? Dan Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap investor dalam investasi melalui reksadana syariah?

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library Reseach). Penulis menggunakan suatu penelitian kepustakaan/library reseach. Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normative..

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Pengaturan reksadana syariah di Indonesia, pengaturan mengenai reksadana ini dalam hukum positif, baik yang konvensional maupun yang berdasarkan Prinsip syariah adalah sama yaitu diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun tentang Pasar Modal dan peraturan teknis berupa Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek selaku Self Organitation Rgulatory (SRO). Bentuk-bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi melalui reksadana syariah, mekanisme investasi reksadana sebenarnya mirip dengan investasi bagi hasil. Para investor dan manajer investasi “patungan” untuk melakukan investasi kedalam berbagai produk investasi yang memerlukan modal yang besar. Perlindungan hukum terhadap investor dalam investasi melalui reksadana syariah, bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap investor yang terdapat dalam perjanjian, Peraturan Bapepam dan fiduciary duty, berkaitan dengan tugas Manajer Investasi dalam mengelola Reksa Dana untuk kepentingan investor.

(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmaanirrahim

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan yang tiada henti-hentinnya akan

kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayahnya yang telah memberikan

kesempatan untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang merupakan

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatara Utara, shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan

kepada junjungan Nabi Muhammad SWT yang telah memberikan jalan dan

menuntun umatnya dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang yang disinari

oleh Nur Iman dan islam

Skripsi ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas dan syarat untuk

meraih gelar Sarjana hukum di Universitas Sumatera Utara, dimana hal tersebut

merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa/i yang ingin menyelesaikan

perkuliahannya.

Adapun judul skripsi yang saya kemukakan adalah “Peranan Reksadana

Syariah Dalam Peningkatan Investasi Di Indonesia” . Saya telah mencurahkan

segenap hati, pikiran dan kerja keras dalam penyusunan skripsi ini. Namun saya

menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya

baik isi maupun kalimatnya. Oleh sebab itu skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan.

Di dalam penyusunan skripsi ini, saya mendapat bantuan dan bimbingan

(5)

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman, SH. M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Syarifuddin Hasibuan,SH, M.H, DFM selaku Pembantuan Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Muhammad Husni,SH,M.Hum selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Ibu windha, SH, M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Ekonomi di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu

dan mempermudah dalam penulisan skripsi ini;

6. Bapak Ramli Siregar, SH, M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Ekonomi di

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang juga telah banyak

membantu dan mempermudah dalam penulisan skripsi ini;

7. Bapak Prof. Bismar Nasution, SH, M.H., selaku Dosen Pembimbing I yang

telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bantuan, bimbingan

dan arahan-arahan kepada penulis pada saat penulisan skripsi ini;

8. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II saya

yang juga telah banyak membantu dan mempermudah dalam penulisan skripsi

ini;

9. Seluruh Dosen dan Staf pengajar di Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah mendidik dan membimbing saya selama menempuh

(6)

10. Teristimewa untuk kedua Orangtua, Ayah saya Ir. Daswirman Damanhuri,

M.Sc, dan ibu saya Asmainarti, S.Pd, terima kasih atas perhatian, dukungan,

doa, dan segala hal yang telah diberikan selama ini kepada saya sehingga saya

dapat menyelesaikan skripsi ini;

11. Saudara-saudaraku tersayang, M. Doni Ariyandi, M. Deni Alhamdi, terima

kasih atas perhatian, doa, bantuan dan tingkah aneh kalian masing-masing;

12. Teman-teman di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara stambuk 2009,

terutama aji goib sh, irol sh, rico hampir sh,faisal tengik, anes sh, azis prof sh,

ikhsan26, marwan senior, Julia, sharin, winda, amanda, buncit, bang rahman,

bunda kantin, bondan buntal, angga, bang ade. Abang kakak dan teman-teman

lainnya yang tidak disebutkan, yang sudah berkenan memberikan dukungan,

perhatian dan doanya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini;

Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dan dapat menyempurnakan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, April 2013

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULIAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

D. Keaslian Penelitian ... 10

E. Tinjauan Kepustakaan ... 11

F. Metode Penelitian ... 20

G. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II PENGATURAN REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA .. 24

A. Pengertian Reksadana Syariah, ... 24

B. Sejarah Reksadana Syariah di Indonesia, ... 29

C. Jenis dan Bentuk Badan Hukum Reksadana, ... 35

D. Pengaturan Reksadana Syariah. ... 38

BAB III BENTUK – BENTUK PELAKSANAAN PERJANJIAN (AKAD) DALAM MEKANISME INVESTASI REKSADANA SYARIAH 53 A. Para Pihak dalam Reksadana Syariah, ... 53

(8)

D. Bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme

investasi melalui reksadana syariah. ... 60

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM INVESTASI MELALUI REKSADANA SYARIAH ... 65

A. Manfaat dan risiko investasi melalui reksadana syariah ... 65

B. Peranan Reksadana Syariah Dalam Peningkatan Investasi di Indonesia ... 70

C. Bapepam dan DSN sebagai lembaga pengawas... 80

D. Wanprestasi dalam perjanjian investasi melalui reksadana

Syariah ... 85

D. Perlindungan Hukum Terhadap Investor Reksadana Syariah ... 88

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 104

(9)

ABSTRAK

PERANAN REKSADANA SYARIAH DALAM PENINGKATKAN INVESTASI DI INDONESIA

M. RASYID RIDHA

Reksadana syariah yang juga sering disebut dengan istilah Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund merupakan lembaga intermediari (intermediary) yang membantu surplus unit melakukan penempatan dana untuk selanjutnya diinvestasikan kembali (reinvestment). Selain untuk memberikan kemudahan bagi calon investor untuk berinvestasi di pasar modal maka pembentukan Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan keuntungan dari sumber dan mekanisme investasi yang bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara religius serta tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah pengaturan reksadana syariah di Indonesia? Bagaimanakah bentuk-bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi melalui reksadana syariah? Dan Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap investor dalam investasi melalui reksadana syariah?

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library Reseach). Penulis menggunakan suatu penelitian kepustakaan/library reseach. Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan atau disebut dengan penelitian normative..

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Pengaturan reksadana syariah di Indonesia, pengaturan mengenai reksadana ini dalam hukum positif, baik yang konvensional maupun yang berdasarkan Prinsip syariah adalah sama yaitu diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun tentang Pasar Modal dan peraturan teknis berupa Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bursa Efek selaku Self Organitation Rgulatory (SRO). Bentuk-bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi melalui reksadana syariah, mekanisme investasi reksadana sebenarnya mirip dengan investasi bagi hasil. Para investor dan manajer investasi “patungan” untuk melakukan investasi kedalam berbagai produk investasi yang memerlukan modal yang besar. Perlindungan hukum terhadap investor dalam investasi melalui reksadana syariah, bentuk-bentuk perlindungan hukum terhadap investor yang terdapat dalam perjanjian, Peraturan Bapepam dan fiduciary duty, berkaitan dengan tugas Manajer Investasi dalam mengelola Reksa Dana untuk kepentingan investor.

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia merupakan negara yang dikategorikan sebagai negara

berkembang. Adapun karakteristik dari negara berkembang adalah adanya

kegiatan pembangunan di segala bidang yang masing-masing memiliki tujuan atau

sasaran. Pembangunan nasional tersebut dilakukan dengan berlandaskan pada

Trilogi Pembangunan, yaitu adanya pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya

yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat; pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis1.

Seiring dengan pelaksanaan pembangunan nasional tersebut maka

pembangunan di bidang ekonomi memperoleh skala prioritas. Adapun sasaran

umum dari pembangunan di bidang ekonomi adalah untuk terciptanya

perekonomian yang mandiri dan andal dengan peningkatan kemakmuran rakyat

yang merata.2

Untuk mencapai pertumbuhan dan pemerataan pembangunan bidang

ekonomi tersebut maka pembuatan kebijakan moneter diarahkan untuk

mendorong agar lembaga-lembaga keuangan dapat meningkatkan volume dana

masyarakat. Hal tersebut didasarkan pada alasan bahwa dana masyarakat

mempunyai peran penting dalam proses pembangunan negara. Selain berfungsi

sebagai modal utama dalam rangka pembangunan suatu negara maka dana

      

1

Nindyo Pramono, Sertifikasi Saham PT. Go Public dan Hukum Pasar Modal di Indonesia. (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997) hal 1

2

(11)

10 

masyarakat tersebut juga memiliki dampak positif yang berupa mengurangi

tingkat ketergantungan negara terhadap sejumlah pinjaman asing baik yang

berasal dari suatu organisasi keuangan internasional ataupun dari negara-negara

asing lainnya3.

Pembuatan kebijakan hendaknya harus didasarkan pada beberapa

pertimbangan yang tepat dan proporsional. Hal ini bertujuan agar pelaksanaan dari

kebijakan tersebut tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi masyarakat.

Selain itu, faktor pengawasan juga merupakan hal yang sangat diperlukan dalam

proses implementasi kebijakan yang telah dibuat.

Selain pengaturan melalui sarana kebijakan maka diperlukan juga sarana

penunjang lainnya yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan di bidang

ekonomi. Adapun sarana penunjang yang dimaksud adalah dengan dibuatnya

tatanan hukum yang mampu mendorong, mengarahkan dan mengendalikan

berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi. Pembentukan tatanan hukum

tersebut merupakan bagian dari politik hukum nasional yang mengamanatkan

untuk melakukan pembuatan dan pembaruan terhadap produk-produk hukum

yang sesuai dengan tingkat perubahan masyarakat4.

Pada dasarnya, proses pembentukkan dan perubahan produk hukum yang

disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan

refleksi dari sifat norma hukum sebagai suatu norma dinamis5. Hukum sebagai

alat kontrol sosial akan selalu berubah dan berkembang seiring dengan

      

3

Ibid. hal. 2

4

Mahfud M.D, Moh. Politik Hukum Di Indonesia. (Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, 1998), hal. 9

5

(12)

berkembangnya suatu masyarakat. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

dikemukakan oleh kaum Savignian yang menjelaskan bahwa hukum yang bersifat ideal adalah hukum yang akan selalu beradaptasi dengan tingkat perkembangan

masyarakat6.

Dibentuknya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

(untuk selanjutnya disebut dengan UUPM) diharapkan dapat memenuhi tingkat

kebutuhan masyarakat khususnya untuk mendorong, mengarahkan dan

mengendalikan berbagai kegiatan pembangunan di bidang ekonomi. Selain itu,

dengan adanya UUPM diharapkan pasar modal dapat memberikan kontribusi yang

lebih besar sehingga tujuan dari sasaran umum pembangunan di bidang ekonomi

dapat tercapai, khususnya yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, maka pasar modal memiliki peran

strategis yaitu sebagai lembaga pembiayaan bagi dunia usaha dan sebagai wahana

investasi bagi masyarakat termasuk investor kecil maupun menengah.

Seiring dengan peran pasar modal tersebut maka seringkali terdapat suatu

persepsi yang muncul dalam benak masyarakat umum, khususnya bagi calon

investor, bahwa untuk dapat berinvestasi di pasar modal memerlukan modal yang

cukup besar dan keahlian khusus untuk menganalisis pergerakan harga saham

termasuk instrumen pasar modal lainnya. Oleh karena itu, untuk menghilangkan

persepsi yang sedemikan rupa, maka UUPM telah mengintrodusir suatu lembaga

investasi baru yang dikenal dengan nama reksadana7

      

6

Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah. (Yogyakarta : Yayasan Kanisius, 1984), hal. 118

7

(13)

12 

Dengan adanya lembaga reksadana diharapkan dapat menciptakan persepsi

baru bahwa untuk berinvestasi di pasar modal sangat mudah dan diperlukan modal

yang tidak terlalu besar. Selain itu, munculnya lembaga reksadana juga

merupakan simbol yang mempertegas persepsi bahwa pasar modal bukan

merupakan wadah yang didominasi dan dimonopoli oleh investor-investor yang

memiliki modal besar saja. Melalui reksadana, masyarakat strata menengah bawah

dapat pula berpartisipasi untuk melakukan investasi dan juga untuk menikmati

keuntungan yang menjanjikan dari saham dan instrumen investasi lainnya. Hal

tersebut seiring dengan tujuan utama pendirian reksadana, yaitu untuk

memperluas basis pemodal lokal. Semakin luas basis tersebut maka semakin

berkembang pula pasar modal di Indonesia8.

Dalam perkembangannya, kemudian muncul bentuk inovatif dari lembaga

reksadana yang mekanisme pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip

syariah. Munculnya reksadana berdasarkan prinsip syariah tersebut (untuk

selanjutnya disebut reksadana syariah) dikarenakan alasan adanya penerapan

sistem bagi hasil dalam mekanisme pembagian keuntungannya. Sejak dibentuk

pertama kali pada tahun 1997, pada kenyataannya eksistensi reksadana syariah

berhasil menarik minat investor. Hal tersebut dapat dilihat dari adanya kenaikan

nilai investasi reksa dana syariah yang sampai dengan tahun 2003 meningkat 17

% (tujuh belas persen). Untuk lebih mendukung kegiatan operasional reksadana

syariah maka dibentuk pula indeks syariah di bursa efek9.

      

8

Salim, Felia. Reksa Dana Perluas Basis Pemodal Lokal dalam Mengapa Harus Reksa Dana. Ed. Tim Uang dan Efek. (Jakarta : Glory Offset Press 1997), hal. 113

9

(14)

Reksadana syariah yang juga sering disebut dengan istilah Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund merupakan lembaga intermediari (intermediary) yang membantu surplus unit melakukan penempatan dana untuk selanjutnya diinvestasikan kembali (reinvestment). Selain untuk memberikan kemudahan bagi calon investor untuk berinvestasi di pasar modal maka

pembentukan Islamic Investment Fund atau Syariah Mutual Fund juga bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kelompok investor yang menginginkan keuntungan

dari sumber dan mekanisme investasi yang bersih dan dapat

dipertanggungjawabkan secara religius serta tidak bertentangan dengan

prinsip-prinsip syariah10.

Sama halnya dengan reksadana konvensional, maka dalam

operasionalisasi reksadana syariah juga membutuhkan manajer investasi yang

profesional. Manajer investasi sebagai lembaga yang bertanggung jawab atas

pengelolaan investasi reksadana syariah harus mematuhi ketentuan sebagaimana

yang telah diatur dalam UUPM dan ketentuan perundangan-undangan terkait

lainnya. Manajer investasi wajib melaksanakan tugas dan kewajiban pengelolaan

reksadana syariah dengan itikad baik (good faith) demi kepentingan reksadana11. Terkait dengan karakteristiknya sebagai suatu lembaga investasi syariah,

maka setiap kebijakan investasi reksadana syariah yang dirumuskan oleh manajer

investasi sebagai harus berpedoman dan tidak boleh menyimpang dari

prinsip-prinsip investasi syariah sebagaimana yang diatur dalam hukum ekonomi Islam.

Oleh karena itu, manajer investasi juga dituntut untuk dapat lebih memahami

      

10

Achsien, Iggi H. Investasi Syariah Di Pasar Modal : Menggagas Konsep Dan Praktek Manajemen Portofolio Syariah. (Jakarta : Gramedia, 2000), hal. 83-84

11

(15)

14 

prinsip-prinsip invetasi syariah. Selain itu, eksistensi reksadana syariah juga

membutuhkan lembaga yang bertugas melakukan pengawasan atas implementasi

kebijakan investasi oleh manajer investasi.

Islam sebagai agama wahyu merupakan sumber pedoman hidup bagi

seluruh umat manusia. Oleh karena itu, seluruh aktivitas yang dilakukan dalam

bidang ekonomi Islam mengutamakan metode pendekatan sistem nilai

sebagaimana yang tercantum dalam sumber-sumber hukum Islam yang berupa Al-Quran, Sunnah, Ijmadan Ijtihad.

Sistem nilai tersebut diharapkan dapat membentuk suatu sistem ekonomi

Islam yang mampu mengentaskan kehidupan manusia dari ancaman pertarungan

serta timbulnya perpecahan akibat adanya persaingan dan kegelisahan yang

menyebabkan keserakahan sebagai bentuk krisis dari sistem ekonomi kapitalis

individualistik dan marxis sosialistik12. Islam menginginkan suatu ekonomi pasar yang dilandaskan pada nilai-nilai moral. Segala kegiatan ekonomi harus

berdasarkan pada prinsip kerjasama dan prinsip tanggung jawab13.

Karakteristik utama dari sistem ekonomi Islam adalah digunakannya

konsep segitiga (triangle concept) yang memiliki tiga elemen dasar. Adapun ketiga elemen dasar tersebut adalah Allah SWT, manusia dan alam. Dalam

melaksanakan segala aktivitas ekonomi, maka manusia akan selalu berhubungan

dengan manusia lainnya (hablum minannaas). Sedangkan elemen alam pada konsep segitiga dimaksudkan sebagai wahana atau tempat yang mampu

memberikan dan mencukupi kebutuhan seluruh mahluk hidup, khususnya umat

      

12

Muhamad, Lembaga-Lembaga Keuangan Umat Kontemporer. (Yogyakarta : UII Press, 2000), hal. 14-16

13

(16)

manusia. Namun demikian, manusia yang telah ditakdirkan sebagai mahluk hidup

yang diberikan akal memiliki kewajiban untuk menjaga kelestarian dan

kelangsungan hidup dari alam tersebut. Pada akhirnya, keseluruhan hubungan

horisontal antara kedua elemen tersebut harus mengacu pada sebuah garis lurus

vertikal, yaitu Allah SWT (hablum minnallah). Hal tersebut merupakan salah satu bentuk filsafat ekonomi Islam14.

Dalam filsafat ekonomi Islam terdapat tiga asas pokok yaitu sebagai

berikut :15

1. Asas yang menjelaskan bahwa dunia dan seluruh isinya, termasuk alam

semesta, adalah milik Allah SWT dan berjalan menurut kehendak-Nya.

2. Asas yang menjelaskan bahwa Allah SWT merupakan pencipta semua

mahluk hidup yang ada di alam semesta ini. Konsekuensi yang timbul dari

hal tersebut adalah bahwa seluruh mahluk hidup tersebut harus tunduk

kepada-Nya.

3. Asas yang menjelaskan bahwa iman kepada hari kiamat akan

mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku ekonomi manusia menurut

horison waktu.

Kekuasaan Allah SWT terhadap dunia beserta isinya bersifat menyeluruh

termasuk terhadap harta benda yang dimiliki oleh seorang manusia. Dalam rangka

mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan maka manusia yang merupakan

khalifatullah harus mampu mengelola harta benda miliknya sesuai dengan ajaran Allah SWT. Pengeloaan tersebut dapat berupa melakukan investasi yang sesuai

      

14

Muhamad, Op.Cit. hal.17

15

(17)

16 

dengan nilai-nilai syariah. Hal tersebut sebagimana yang dikemukakan dalam Al- Quran yang menjelaskan sebagai berikut :

1. Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di muka bumi (QS. 2 : 29-30).

2. Hai orang-orang beriman makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang

telah Kami berikan padamu dan bersyukurlah kepada Allah jika

benar-benar kepada-Nya kamu menyembah (QS. 2 : 172)

3. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama suka diantara kamu (QS. 4 : 29)

Konsep pengelolaan harta sesuai dengan nilai-nilai syariah tersebut juga

dipertegas dalam Hadits Riwayat (HR) Ibn Majah yang menjelaskan bahwa

“Bertakwalah kepada Allah dan sederhanakanlah dalam mencari rezeki. Ambillah

apa yang halal, dan tinggalkan apa yang haram”. Manajemen pengelolaan harta

tersebut juga dijelaskan dalam Hadits Riwayat (HR) Bukhari, yang menjelaskan

“Sesungguhnya Allah tidak menyukai kalian menyiakan harta”16. Oleh karena itu,

pembentukan reksa dana syariah sebagai lembaga investasi syariah juga memiliki

keterkaitan yang erat dengan implementasi konsep ekonomi Islam yang mengacu

pada sistem nilai dan asas-asas pokok filsafat ekonomi Islam yang berpedoman

pada Al Quran serta sumber-sumber hukum Islam lainnya.

      

16

(18)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, maka yang

menjadi pokok permasalahan adalah

1. Bagaimanakah pengaturan reksadana syariah di Indonesia?

2. Bagaimanakah bentuk-bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam

mekanisme investasi melalui reksadana syariah?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap investor dalam investasi

melalui reksadana syariah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaturan reksadana syariah di Indonesia

b. Untuk menjelaskan bentuk pelaksanaan dari perjanjian (akad) dalam

mekanisme investasi melalui reksadana syariah.

c. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadapat investor dalam

investasi melalui reksadana syariah.

2. Manfaat Penelitian

Selain dari tujuan di atas, penulisan skripsi ini juga memberikan

(19)

18 

a. Secara Teoritis

Secara teoritis, pembahasan terhadap masalah ini akan memberikan

pandangan dan pemahaman baru tentang reksadana syariah yang dapat

dijadikan alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang menginginkan

memperoleh return investasi dari sumber yang bersih dan dapat dipertanggung jawabkan secara syariah.

b. Secara Praktis

Secara praktis, pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

para pembaca terutama bagi para pihak yang terlibat dalam reksadana

syariah dan dapat memberikan gambaran yang jelas tentang perlindungan

hukum terhadap investor dalam reksadana syariah.

D. Keaslian Penulisan

Peranan Reksadana Syariah dalam Peningkatkan Investasi di Indonesia

yang diangkat menjadi judul, skripsi ini merupakan hasil karya penulis sendiri dan

belum pernah ditulis sebelumnya di fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dilihat dari permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini,

maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan karya asli dengan melihat

dasar–dasar yang telah ada baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan

dan dari media masa baik media cetak maupun media elektronik, yang dituangkan

dalam skripsi ini. Bila ternyata suatu saat nanti terdapat judul yang sama dengan

(20)

sepenuhnya. Adapun skripsi yang berhubungan dengan reksadana syariah di

Perpustakaan Universitas Sumatera Utara antara lain :

Gading Satria Nainggolan (2010) Perlindungan Hukum Terhadap Investor

Dalam Reksadana Berbentuk Perseroan permasalahan dalam penelitian ini adalah

1) Peraturan Mengenai Reksadana Berbentuk Perseroan Dalam Pasar Modal

Indonesia, 2) Mekanisme Kerja Antara Para Pihak Terkait Dalam Reksa Dana

Berbentuk Perseroan dan 3) perlindungan hukum terhadap investor dalam

reksadana berbentuk perseroan.

Adek Suryani Lubis (2009) Akibat Hukum Wanprestasi Reksadana

Dikaitkan Dengan Perlindungan Hukum Terhadap Investor (Studi di BNI 46 Cab.

Medan) permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Bentuk Wanprestasi Dalam

Surat Berharga 2) Penyelesaian Wanprestasi Dalam Reksadana dan 3)

perlindungan hukum terhadap investor Reksadana.

E. Tinjauan Kepustakaan

Secara historis, eksistensi reksadana syariah tidak dikenal dalam sejarah

kelahiran dan penyebaran agama Islam. Namun demikian, hal tersebut bukan

berarti bahwa Islam tidak memiliki konsep-konsep yang dijadikan sebagai dasar

pembentukan dan operasionalisasi reksadana syariah. Dalam hukum ekonomi

(21)

20 

bahwa segala sesuatu diperbolehkan selama tidak dilarang oleh Al Quran dan

Sunnah17.

Dasar transaksi yang mendasari pembentukan reksadana syariah pertama

kali adalah adanya kontrak. Dalam hal reksadana syariah tersebut berbentuk

perseroan maka terdapat kontrak antara pihak direksi dengan manajer investasi

sebagai pihak pengelola dan bank kustodian sebagai pihak penyimpan kekayaan

milik reksadana syariah. Lain halnya dengan reksadana syariah berbentuk kontrak

investasi kolektif (KIK) yang pembentukannya hanya didasarkan pada adanya

kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian.

Pada dasarnya, hukum ekonomi Islam juga mengatur tentang urgensi

kontrak sebagai dasar dari transaksi bisnis khususnya dalam hal pembentukan

reksa dana syariah. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam Al Quran

menjelaskan bahwa “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu”

(QS.5 : 1). Untuk memperjelaskan urgensi kontrak sebagai pedoman dalam

melakukan transaksi atau akad maka dalam HR Abud Dawud, Ibn Majah dan

Tirmizy dari Amru bin ‘Auf dijelaskan bahwa “Orang-orang Islam wajib memenuhi syarat-syarat yang mereka sepakati, kecuali syarat yang

mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram”18.

Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, Pasal 1 ayat 27,

Reksadana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh

manajer investasi yang telah mendapat izin dari Bapepam. Reksadana dapat terdiri

      

17

Ali, M.D. Azaz-Azaz Hukum Islam (Hukum Islam I), Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Islam Di Indonesia. (Jakarta : Rajawali, 1990), hal. 33

18

(22)

dari berbagai macam instrumen surat berharga seperti saham, obligasi, instrumen

pasar uang, atau campuran dari instrumen-instrumen di atas. Dengan demikian,

sebuah reksadana merupakan hubungan trilateral karena melibatkan beberapa

pihak yang terikat sebuah kontrak atau trust deed secara legal. Mereka adalah pemilik modal, manajer investasi, dan bank kustodian.19

Manajer investasi biasanya berbentuk perusahaan yang kegiatan usahanya

mengelola portofolio efek. Perusahaan pengelola disebut dengan fund management company. Di samping sebagai pengelola investasi, fund management company juga menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan pemasaran dan adaministrasi dana. Portofolio efek adalah kumpulan (kombinasi) sekuritas,

atau surat berharga atau efek, atau instrumen yang dikelola.20

Reksadana Syari’ah (Islamic Investment Funds) dalam hal ini memiliki pengertian yang sama dengan reksadana konvensional, hanya saja cara

pengelolaan dan kebijakan investasinya harus berdasarkan pada syariat Islam,

baik dari segi akad, pelaksanaan investasi, maupun dari segi pembagian

keuntungan. Islamic Investment Fund merupakan lembaga intermediaris yang membantu surplus unit melakukan penempatan dan untuk diinvestasikan. Salah

satu tujuan dari Reksadana Syari’ah adalah memenuhi kebutuhan kelompok

investor yang ingin memperoleh pendapatan investasi dari sumber dan cara yang

      

19

Pasal 6 angka 1 Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah

20

(23)

22 

bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara religius, serta sejalan dengan

prinsip-prinsip syari’ah.21

Sebagai suatu lembaga trust maka hubungan yang terdapat dalam reksadana syariah merupakan hubungan kepercayaan (fiduciary relation) dan hubungan kehati-hatian (prudential relation). Unsur utama dari reksa dana syariah sebagai lembaga trust adalah adanya pelimpahan kepercayaan dari investor kepada pihak manajer investasi dan bank kustodian. Bentuk dari pelimpahan

kepercayaan tersebut adalah dengan adanya pemberian kuasa untuk mengelola

dan menyimpan dana milik investor dengan didasarkan pada itikad baik. Terkait

dengan kapasitasnya sebagai wakil dari investor maka manajer investasi dituntut

untuk dapat melaksanakan kegiatan pengelolaannya secara optimal dan tidak

menyimpang dari nilai-nilai syariah serta harus berpedoman pada prinsip

kehati-hatian (prudential principle)22. Dalam hukum ekonomi Islam, konsep perwakilan yang terdapat dalam reksadana syariah tersebut dikenal dengan prinsip al wakalah.

Pada dasarnya al wakalah memiliki makna yang berupa penyerahan sesuatu pekerjaan, pendelegasian atau pemberian mandat dari seseorang kepada

orang lain untuk melakukan pekerjaan yang dimaksud. Selain itu, konsep al wakalah juga dapat didefinisikan sebagai suatu permohonan seseorang kepada orang lain untuk menggantikan dirinya dalam suatu urusan atau perbuatan seperti

menjual, membeli dan lain-lain23. Oleh karena itu, sebagai wakil dari para investor

      

21

Htpp/:www. Portalreksadana.Com, Diakses pada tanggal 21 Maret 2013

22

Setiyono, Op.Cit.hal. 29-30

23

(24)

reksadana syariah maka segala perbuatan yang dilakukan oleh manajer investasi

dan bank kustodian terbatas hanya pada hal-hal yang dikuasakan saja.

Dalam perspektif hukum ekonomi Islam maka eksistensi reksadana

syariah dalam kapasitasnya sebagai lembaga maka dapat dipersamakan dengan

prinsip mudharabah. Secara teknis, mudharabah didefinisikan sebagai suatu perjanjian kerja sama antara dua pihak, dalam hal mana satu pihak akan

menyediakan dana sebagai modal dan pihak lain akan melakukan pengelolaan atas

dana tersebut24.

Reksadana syariah akan bertindak sebagai pengelola (mudharib) yang berkewajiban untuk melakukan pengelolaan atas dana milik para investor.

Pengelolaan tersebut dilakukan dalam bentuk menempatkan kembali dana

(reinvestment) milik para investor dalam berbagai instrumen investasi yang sesuai dengan nilai-nilai syariah, yaitu yang tidak mengandung unsur riba, unsur haram,

unsur perjudian (masyir) dan unsur spekulatif atau unsur risiko (gharar). Dengan didasarkan pada pola hubungan yang demikian tersebut, maka prinsip

mudharabah yang aplikasikan dalam reksadana syariah sering disebut dengan

mudharabah bertingkat. Hal ini dikarenakan pada alasan bahwa reksadana syariah bukan merupakan mudharib murni yang hanya melakukan investasi kembali dana milik para investor dalam sektor riil saja25. .

Sama halnya dengan eksistensi reksadana konvensional, maka reksadana

syariah juga memerlukan pengawasan dari Badan Pengawas Pasar Modal

(Bapepam) selaku institusi yang memiliki otoritas di pasar modal. Pengawasan

      

24

Ibid. hal.34

25

(25)

24 

yang diberikan oleh Bapepam tersebut dilakukan dalam kerangka fungsi

ajudikator (adjudicatory). Oleh karena itu, Bapepam dapat melakukan segala tindakan yang bersifat judisial (judicial power) seperti mencabut ijin usaha atau melarang pihak-pihak tertentu yang melakukan pelanggaran di bidang pasar

modal untuk melakukan kegiatan usahanya26.

Selain pengawasan yang dilakukan oleh Bapepam maka terhadap

reksadana syariah juga memerlukan pengawasan dari lembaga yang memiliki

pemahaman tentang kaidah-kaidah investasi syariah. Adapun lembaga pengawas

tersebut dikenal dengan nama Dewan Syariah Nasional.

Pada dasarnya, eksistensi dari Dewan Syariah Nasional tersebut, tidak

hanya dibutuhkan untuk melakukan pengawasan terhadap reksa dana syariah saja,

tetapi juga untuk melakukan pengawasan terhadap lembaga keuangan syariah

lainnya, seperti perbankan syariah. Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan

Syariah Nasional adalah bersifat substantif, dalam arti bahwa Dewan Syariah

Nasional hanya mengawasi terhadap seluruh tindakan dan kegiatan yang

dilakukan oleh reksadana syariah tersebut telah sesuai dan tidak bertentangan

dengan nilai-nilai syariah atau sebaliknya. Hal ini dikarenakan bahwa reksadana

syariah memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan reksadana

konvensional. Oleh karena itu, pengawasan terhadap reksa dana syariah dilakukan

oleh 2 (dua) institusi, yaitu Bapepam dan Dewan Syariah Nasional27.

Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Syariah Nasional mempunyai

tujuan yang positif. Hal ini sebagaimana didukung oleh pendapat dari seorang

      

26

Fuady, Munir. Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum). (Bandung : Citra Aditya Bakti, 1996), hal.117-118

27

(26)

ekonom yang notabene adalah konsultan pada Islamic Development Bank (IDB), yaitu Prof M.A. Manan yang berpendapat bahwa apabila eksistensi dari suatu

lembaga keuangan syariah hanya akan membawa kemudharatan, maka sebaiknya

lembaga keuangan tersebut tidak perlu menggunakan label syariah. Masyarakat

dapat melakukan penilaian tersendiri terhadap suatu lembaga keuangan yang

memang berdasarkan prinsip syariah atau tidak.28

Pemikiran untuk dibentuknya Dewan Syariah Nasional, diajukan pertama

kali pada Lokakarya Alim Ulama yang diselenggarakan pada tanggal 29 – 31 Juli

1997 di Jakarta. Alasan pembentukan Dewan Syariah Nasional pada lokakarya

tersebut, adalah selain untuk membentuk suatu lembaga yang dapat

mengintegrasikan dan mengkoordinir setiap dewan pengawas syariah yang

terdapat di setiap lembaga keuangan syariah, juga untuk mengawasi seluruh

kegiatan lembaga keuangan syariah, termasuk reksadana syariah, agar tidak

menyimpang dari ketentuan syariah. Selain itu, pembentukan Dewan Syariah

Nasional juga diharapkan untuk dapat menjawab berbagai permasalahan keuangan

dan perekonomian dimana dalam operasionalisasi dan penyelesaiannya

memerlukan keterlibatan hukum syariah.

Terkait dengan fungsinya sebagai institusi pengawas lembaga investasi

syariah, maka Dewan Syariah Nasional memiliki tugas pokok dan kewenangan.

Adapun yang menjadi tugas pokok dari Dewan Syariah Nasional adalah :29

      

28

Abdul Manan, Aspek Hukum dalam Penyelanggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, (Jakarta: Perdana Media Grup, 2009), hal. 183.

29

Suma, Muhammad Amin. “Mengenal Lebih Jauh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia – DSN MUI,” yang terdapat dalam http://www.tazkia.com/article.php3?sid=21

(27)

26 

1. Mengembangkan penerapan nilai-nilai syariah dalam kegiatan

perekonomian pada umumnya dan investasi atau keuangan pada

khususnya.

2. Mengeluarkan fatwa atau jenis-jenis kegiatan investasi dan keuangan.

3. Mengeluarkan fatwa atas produk investasi dan keuangan syariah.

4. Mengawasi penerapan fatwa yang telah dikeluarkan.

Kewenangan yang dimiliki oleh Dewan Syariah Nasional, adalah sebagai

berikut :30

1. Mengeluarkan fatwa yang bersifat mengikat Dewan Pengawas Syariah

pada lembaga keuangan dan lembaga investasi syariah yang menjadi dasar

tindakan hukum terkait.

2. Mengeluarkan fatwa yang menjadi landasan bagi ketentuan atau peraturan

yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang seperti Departemen

Keuangan, Badan Pengawas Pasar Modal dan Bank Indonesia ;

3. Memberikan rekomendasi dan / atau mencabut rekomendasi tentang

nama-nama yang akan duduk sebagai Dewan Pengawas Syariah pada suatu

lembaga keuangan dan lembaga investasi syariah

4. Mengundang para ahli untuk menjelaskan suatu masalah yang diperlukan

dalam pembahasan ekonomi syariah, termasuk otoritas moneter atau

lembaga investasi dan keuangan baik dalam maupun luar negeri.

      

30

(28)

5. Memberikan peringatan kepada lembaga keuangan dan lembaga investasi

syariah untuk menghentikan penyimpangan dari fatwa yang telah

dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional.

6. Mengusulkan kepada pihak yang berwenang untuk mengambil tindakan

apabila peringatan yang telah diberikan tersebut tidak diindahkan.

Dalam struktur organisasi, maka Dewan Syariah Nasional juga memiliki

Badan Pelaksana Harian dan Dewan Pengawas Syariah. Tugas utama dari Badan

Pelaksana Harian adalah untuk melaksanakan tugas pokok Dewan Syariah

Nasional. Sedangkan tugas dari Dewan Pengawas Syariah adalah untuk

mengawasi pelaksanaan dari keputusan Dewan Syariah Nasional di setiap

lembaga keuangan syariah. Dengan demikian, maka setiap pembentukan reksa

dana syariah pasti akan memiliki Dewan Pengawas Syariah sebagai organ

representatif dari Dewan Syariah Nasional.

Untuk dapat menjaga kredibilitas dan independensi dari Dewan Syariah

Nasional, maka diharapkan agar keanggotaan dari Dewan Syariah Nasional dapat

berasal dari orang yang memenuhi kriteria tertentu, seperti independen, memiliki

ilmu pengetahuan yang cukup khususnya yang terkait dengan masalah ekonomi

Islam, berpengalaman dan juga memiliki integritas31.

Eksistensi dan peranan dari Dewan Syariah Nasional semakin terlihat

dengan dibentuknya Jakarta Islamic Index (JII) pada akhir April tahun 2000. Indeks tersebut menyediakan informasi tentang daftar saham halal dari para

emiten. Namun, sebelum saham emiten dapat masuk dalam indeks syariah, maka

      

31

(29)

28 

harus terlebih dahulu diseleksi dan dinilai oleh Dewan Syariah Nasional.

Pelaksanaan seleksi tersebut dilakukan dengan cara menetapkan sejumlah

persyaratan. Adapun persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Hasil usaha emiten tidak mengandung unsur riba ;

2. Produk atau jasa yang dihasilkan oleh emiten

tidak dikategorikan Haram.

3. Memberikan informasi yang transparan.

4. Rasio utang terhadap modal yang dimiliki emiten memenuhi kebutuhan.

5. Rasio piutang terhadap pendapatan juga harus memenuhi

ketentuan.

F. Metode Penulisan

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah merupakan penelitian yang menggunakan metode

pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dengan meninjau

masalah yang diteliti dari segi ilmu hukum dan melakukan analisis terhadap

norma-norma hukum dan peraturan yang berlaku dalam peraturan

perundang-undangan berdasarkan bahan primer, sekunder dan tersier untuk mendapatkan

kesimpulan dari data-data yang diperoleh selama penelitian.

2. Sumber Data

Dalam menyusun skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan

adalah :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri

(30)

tentang Transparansi Informasi Produk Perbankan dan Penggunaan Data

Pribadi Nasabah

b. Bahan Hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan tentang

bahan hukum primer, seperti penjelasan Undang-Undang (UU No.8 tahun

1995 tentang Pasar Modal), Fatwa DSN-MUI (Fatwa DSN-MUI NO.

20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk

Reksadana Syariah), dan buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan

dengan Reksadana.

c. Bahan Hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukm sekunder,

seperti kamus (hukum), ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan secara studi pustaka (library Research) atau disebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan pustaka yang disebut dengan data sekunder,

berupa perundang-undangan, karya ilmiah para ahli, sejumlah buku-buku,

artikel-artikel baik dari surat kabar, majalah maupun media elektronik yang

semua itu dimaksudkan untuk memperoleh data-data atau bahan-bahan yang

bersifat teoritis yang dipergunakan sebagi dasar dalam penelitian.

4. Analisis Data

Penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam skripsi ini termasuk ke

(31)

30 

merupakan kegiatan untuk melakukan analisis terhadap permasalahan yang

dibahas. Analisis data dilakukan dengan:32

a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan

yang diteliti.

b. Memilih kaidah-kaidah hukum/ doktrin yang sesuai dengan peneiltian.

c. Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau pasal atau doktrin

yang ada.

d. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif kualitatif.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjadi salah satu metode yang dipakai dalam

melakukan penulisan skripsi ini, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam

menyusun serta mempermudah pembaca untuk memahami dan mengerti isi dari

skripsi ini. Keseluruhan skripsi ini meliputi 5 (lima) bab yang secara garis besar

isi bab-bab di uraikan sebagi berikut:

BAB I PENDAHULIAN

Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian

penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika

penulisan

      

32

(32)

BAB II PENGATURAN REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA

Bab ini akan menguraikan tentang pengertian reksadana syariah,

sejarah reksadana syariah di Indonesia, jenis dan bentuk badan

hukum reksadana, pengaturan reksadana syariah.

BAB III BENTUK-BENTUK PELAKSANAAN PERJANJIAN (AKAD)

DALAM MEKANISME INVESTASI REKSADANA SYARIAH

pada bab ini akan membahas mengenai para pihak dalam reksadana

syariah, hak dan kewajiaban para pihak dalam reksadana syariah,

penerapan prinsip syariah dalam pengelolaan reksadana syariah, dan

bentuk pelaksanaan perjanjian (akad) dalam mekanisme investasi

melalui reksadana syariah.

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INVESTOR DALAM

INVESTASI MELALUI REKSADANA SYARIAH

Pada bagian ini akan membahas tentang Manfaat dan risiko investasi

melalui reksadana syariah, Peranan Reksadana syariah dalam

peningkatan investasi di Indonesia, Bapepam dan DSN sebagai

lembaga pengawas, Wanprestasi dalam perjanjian investasi melalui

reksadana syariah, Perlindungan Hukum Terhadap Investor

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan menguraikan kesimpulan yang merupakan

jawaban permasalahan yang dikemukakan dan saran jawaban dari

(33)

BAB II

PENGATURAN REKSADANA SYARIAH DI INDONESIA

A. Pengertian Reksadana Syariah

Secara bahasa Reksadana tersusun dari 2 konsep, yaitu reksa yang berarti

jaga atau pelihara dan konsep dana yang berarti himpunan uang. Dengan demikian

secara bahasa reksadana berarti kumpulan uang yang dipelihara.33 Reksadana

(mutual fund) adalah wahana yang digunakan untuk menghimpun dana masyarakat (pemodal) untuk kemudian diinvestasikan ke dalam portofolio efek

oleh manajer investasi (MI). Portofolio efek tersebut bisa berupa saham, obligasi,

instrumen pasar uang, atau kombinasi dari beberapa di antaranya.34

Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1, ayat (27):

“Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari

masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh

Manajer Investasi.”Pada reksadana, manajemen investasi mengelola dana-dana

yang ditempatkannya pada surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun

kerugian dan menerima dividen atau bunga yang dibukukannya ke dalam “Nilai

Aktiva Bersih” (NAB) reksadana tersebut.

Kekayaan reksadana yang dikelola oleh manajer investasi tersebut wajib

untuk disimpan pada bank kustodian yang tidak terafiliasi dengan manajer

      

33

Asri Sitompul. Reksa dana;Pengantar dan Pengenalan Umum. (Bandung : Citra Aditya Bakti), 2003 hal 2.

34

(34)

investasi, dimana bank kustodian inilah yang akan bertindak sebagai tempat

penitipan kolektif dan administratur.

Reksadana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun

dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik harta (shabib al-mal/rabb al-mal)

untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi

sebagai wakil shahib al-mal menurut ketentuan dan prinsip Syariah islam.

Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/DSN-MUI/IV/2001,

reksadana syariah (Islamic investment funds) adalah reksadana yang beroperasi

menurut ketentuan dan prinsip-prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad

antara pemodal dengan manajer investasi (wakil pemodal), maupun antara

manajer investasi dengan pengguna investasi. Jika membandingkan dengan reksa

dana konvensional, keduanya tidak memiliki banyak perbedaan. Perbedaan

mendasar yaitu hanya terletak pada cara pengelolaan dan prinsip kebijakan

investasi yang diterapkan. Kebijakan investasi reksa dana syariah adalah berbasis

instrumen investasi dengan cara-cara pengelolaan yang halal. Halal disini berarti

bahwa perusahaan yang mengeluarkan instrumen investasi tersebut tidak boleh

melakukan usaha-usaha yang bertentangan dengan prinsip Islam. Misalnya,tidak

melakukan perbuatan riba (membungakan uang) dan tidakmemakai strategi

investasi berdasarkan spekulasi, saham, obligasi dan sekuritas lainnya tidak

berhubungan dengan produk minuman keras, produk yang mengandung babi,

bisnis hiburan berbau maksiat, perjudian, pornografi, dan sebagainya.35

      

35

(35)

34 

Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan

dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik

harta (sahib sl-mal/ rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil sahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil sahib al-mal dengan pengguna investasi.36 Dengan demikian, reksadana syariah adalah reksadana yang

pengelolaan dan kebijakan investasinya mengacu kepada syariah Islam.

Reksadana syariah tidak akan menginvestasikan dananya pada obligasi dari

perusahaan yang pengelolaannya atau produknya bertentangan dengan syariah

Islam misalnya pabrik minuman beralkohol, industri pertenakan babi, jasa

keuangan yang melibatkan riba dalam operasionalnya dan bisnis yang

mengandung maksiat.37

Reksadana syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang dapat

dijadikan alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang menginginkan return dari sumber yang bersih dan dapat dipertanggungjawabkan secara syariah. Tujuan

utama reksadana syariah bukan semata-mata hanya mencari keuntungan, tetapi

juga memiliki tanggung jawab sosial terhadap lingkungan, komitmen pada nilai-

nilai religiusitas, meskipun tanpa harus mengabaikan kepentingan para investor.38

Reksadana syariah akan memiliki peranan besar dalam pembangunan

ekonomi, karena dapat memobilisasi dana dari masyarakat pemodal untuk

pertumbuhan dan pengembangan perusahaan nasional baik Badan Usaha Milik

      

36

Pasal 1 angka 6 Fatwa DSN-MUI No. 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah

37

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangna Syariah, (Medan: Prenada Media, 2009), hal. 168-169

38

(36)

Negara (BUMN) maupun swasta. Reksadana merupakan jalan keluar bagi para

pemodal kecil yang ingin berperan serta dalam kegiatan pasar modal, meskipun

dengan penyertaan dana yang relatif kecil dan kemampuan menanggung resiko

yang sedikit.

Panduan bagi masyarkat muslim untuk berinvestasi pada produk ini sudah

diberikan melalui fatwa DSN-MUI No. 20 tahun 2000 tentang Pedoman

Pelaksanaan Investasi Untuk Reksadana Syariah. Sayangnya produk investasi

syariah yang lebih menguntungkan dari produk tabungan atau deposito perbankan

syariah ini kurang tersosialisasi. Pemilik dana (investor) yang menginginkan

investasi halal akan mengamanahkan dananya dengan akad wakalah kepada Manajer Investasi. Reksadana Syariah akan bertindak dalam aqad mudharabah

sebagai Mudharib yang mengelola dana milik bersama dari para investor. Sebagai bukti penyertaan investor akan mendapat Unit Penyertaan dari Reksadana

Syariah. Dana kumpulan Reksadana Syariah akan ditempatkan kembali ke dalam

kegiatan Emiten (perusahaan lain) melalui pembelian Efek Syariah. Dalam hal ini

Reksadana Syariah berperan sebagai Mudharib dan Emiten berperan sebagai

Mudharib. Oleh karena itu hubungan seperti ini bisa disebut sebagai ikatan

Mudharabah Bertingkat39.

Pembeda reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah reksadana

syariah memiliki kebijaksanaan investasi yang berbasis instrumen investasi pada

portfolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika perusahaan yang

menerbitkan instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang

      

39

(37)

36 

bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Tidak melakukan riba atau

membungakan uang. Saham, obligasi dan sekuritas lainnya yang dikeluarkan

bukan perusahaan yang usahanya berhubungan dengan produksi atau penjualan

minuman keras, produk mengandung babi, bisnis hiburan berbau maksiat,

perjudian, pornografi, dan sebagainya. Disamping itu, dalam pengelolaan dana

reksadana ini tidak mengizinkan penggunaan strategi investasi yang menjurus ke

arah spekulasi.

Reksadana syariah akan memiliki peranan besar dalam pembangunan

ekonomi, karena dapat memobilisasi dana dari masyarakat pemodal untuk

pertumbuhan dan pengembangan perusahaan nasional baik Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) maupun swasta. Reksadana merupakan jalan keluar bagi para

pemodal kecil yang ingin berperan serta dalam kegiatan pasar modal, meskipun

dengan penyertaan dana yang relatif kecil dan kemampuan menanggung resiko

yang sedikit.

Hasil keuntungan investasi tersebut dibagihasilkan diantara para investor

dan manajer investasi sesuai dengan proporsi modal yang dimiliki. Produk

investasi ini bisa menjadi alternatif yang baik untuk menggantikan produk

perbankan yang pada saat ini dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil.

Reksadana syariah memang sangat sesuai untuk investasi jangka panjang seperti

persiapan menunaikan ibadah haji atau biaya sekolah anak di masa depan. Saat ini

(38)

Skema Mekanisme Kerja Reksadana

Mengawasi

Unit

Penyertaan Laporan

Investasi

Sumber Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangna Syariah (2009, hal 167)

B. Sejarah Reksadana Syariah di Indonesia

Reksadana mulai dikenal sejak abad ke-19. Cikal bakal Industri bisa

dirunut pada tahun 1870, ketika Robert Fleming, seorang tenaga pembukuan

pabrik tekstil dari Skotlandia, dikirim ke Amerika untuk mengelola investasi milik

bosnya. Di Amerika ia melihat peluang investasi baru, yang muncul menyusul

berakhirnya Perang Saudara.

Ketika pulang ke negerinya, Robert Fleming menceritakan temuannya

tersebut kepada beberapa temannya. Ia berniat untuk memanfaatkan peluang

tersebut, tetapi ia tidak mempunyai cukup modal. Masalah ini mendorongnya

untuk mengumpulkan uang dari teman-temannya dan kemudian membentuk the Scottish American Investment Trust, perusahaan menajemen investasi pertama di

(39)

38 

Inggris, pada 1873. Perusahaan ini mirip dengan apa yang sekarang dikenal sebagi

reksadana tertutup (Closed-end fund).40

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang No.8 Tahun 1995

tentang Pasar Modal (UUPM), Reksadana mulai dikenal di Indonesia sejak

diterbitkannya Reksadana berbentuk Perseroan, yaitu PT BDNI Reksadana pada

tahun 1995. Pada awal tahun 1996, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan (BAPEPAM-LK) RI mengeluarkan peraturan pelaksanaan tentang

reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK). Peraturan-peraturan

tersebut membuka peluang lahirnya reksa dan berbentuk KIK untuk tumbuh dan

berkembang. Salah satunya adalah munculnya reksadana syariah pertama di

Indonesia pada tahun 1997 yang dikelola oleh PT Danareksa Investment Management (DIM).41

Munculnya reksadana syariah pertama di Indonesia pada tahun 1997

kelolaan PT. Danareksa Investment Management (DIM) inilah yang menjadi awal perkembangan instrument syariah di pasar modal. Selanjutnya, pada tanggal 3 Juli

2000 PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) yang mencakup 30 jenis saham dari emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan tentang

hokum syariah. Penentuan kriteria dari komponen JII tersebut disusun

berdasarkan persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah (DPS) DIM. Dengan

      

40

http://repository.undip.ac.id/handle/123456789/146, diakses tanggal 27 Januari 2013

41

(40)

adanya indeks ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk

mengembangkan investasi secara syariah42.

Hadirnya Bank Muamalat, Asuransi Takaful, dan tumbuhnya lembaga

keuangan syariah menimbulkan sikap optimis meningkatnya lembaga keuangan

syariah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah investasi yang berbasis

pada investor muslim. Bapepam mulai melakukan inisiatif untuk mewadahi

muslim, maka mulai tahun 1997 dihadirkan reksadana syariah dengan produknya

yang bernama Danareksa syariah, yang disahkan keberadaanya oleh Bapepam

pada tanggal 12 Juni 1997. Reksadana syariah yang diidrikan itu berbentuk

kontrak investasi kolektif (KIK) berdasarkan UUPM, yang dituangkan dalam

Akta Nomor 24 tanggal 12 Juni 1997 yang dibuat di hadapan Notaris Djedjem

Wijaya, di Jakarta antara PT. Danareksa Fund Management sebagai manajer

investasi dengan Citibank N.A. Jakarta sebagai Bank kustodian. PT. Danareksa

Fung Management sendiri, sebagai manajer investasi diirikan pada tanggal 1 Juli 1992, yang kemudian dilegitimasi oleh Menteri Kehakiman RI dengan surat

keputusan nomor C2/7283.HT.01.YH.92 tanggal 3 September 1992.43

Nilai investasi reksadana di Indonesia mengalami perkembangan yang

cukup signifikan apabila dibandingkan dengan tingkat nilai pertumbuhan jenis

investasi lainnya. Sampai Februari 2005, total dana kelolaan industri ini berjumlah

lebih dari Rp 110 triliun. Perkembangan ini ditunjang oleh regulasi pasar modal

yang kondusif, jumlah manajer investasi yang meningkat, munculnya produk unit

      

42

Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Op.Cit. hal. 201

43

(41)

40 

link yang berbasiskan investasi dan asuransi, dan keluarnya surat utang negara dan obligasi korporasi44.

Perkembangan reksadana syariah di Indonesia juga mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Sampai Agustus 2005 total dana kelolaan

syariah mencapai Rp 1,5 triliun dan hingga akhir tahun 2005 telah terdapat 17

reksadana syariah telah dinyatakan efektif oleh Bapepam.45

Perkembangan ini terhambat dengan terjadinya krisis yang menimpa

reksadana Indonesia sehingga total dana kelolaan tinggal hanya 28 triliun per

Desember 2005. Kejadian ini dipicu oleh peningkatan harga minyak dunia,

depresiasi rupiah, dan kenaikan tingkat suku bunga yang membuat investor

reksadana memindahkan dana mereka ke instrumen investasi lain. Krisis ini juga

menimpa reksadana syariah. Total dana kelolaanya turun menjadi hanya Rp 415

miliar rupiah.42 Meskipun dipengaruhi oleh faktor eksternal di atas, salah satu hal

yang justru memiliki pengaruh besar terhadap krisis reksadana pada media kedua

2005 adalah terjadinya redemption besar-besaran yang dilakukan para investornya. Pemahaman sebagian investor yang salah terhadap investasi pada

reksadana dan perilaku terhadap risiko yang irasional telah membuat mereka

justru menarik dana mereka secara bersamaan dalam jumlah besar sehingga

menyebabkan turunnya nilai unit penyertaan.46

Dalam hal yang menarik terjadi selama krisis. Meskipun akhirnya juga

tertimpa krisis, reksadana syariah tidak mengalami krisis secepat reksadana

      

44

Nurul Huda dan Musatafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Pernada Meida Grup, 2007), hal. 128

45

Ibid.

46

(42)

konvensional. Jika pada reksadana konvensional, krisis telah terjadi pada bulan

Maret 2005, reksadana syariah baru mengalami bulan Septembar 2006. salah satu

hal yang memungkinkan adalah adanya perbedaan pengetahuan dan perilaku

investor reksadana syariah dengan konvensional.47.

Beberapa reksadana Syariah yang diluncurkan pada tahun 2004, sebagai

berikut:48

1. Pada Januari 2004, PT Permodalan Nasional Madani Investment Management (PNM-IM) melakukan kerja sama dengan bank Internasional Indonesia (BII) Syariah Platinum Acces untuk memasarkan reksadana syariah. BII Syariah Platinum Acces, dalam hal ini, berperan sebagai agen penjual sekaligus bank penerima pembayaran reksadana PNM syariah

yang dikelola PNM-IM.

2. Agustus 2004, Manajer investasi PT Andalan Artha Advisindo (AAA)

Sekuritas bekerja sama dengan unit usaha syariah Bank Danamon

meluncurkan produk reksadana syariah. Produk reksadana yang diberi

nama AAA Syariah Fund tersebut dimaksudkan untuk melayani nasabah yang membutuhkan layanan pengelolaan investasi berprinsip syariah.

3. September 2004, PT Permodalan Nasional Madani Investment Management (PNM-IM) meluncurkan dua produk reksadana terbarunya, yatiu reksadana PNM Amanah Syariah dan reksadana PNM PUAS (Pasar

Unag Andalan Saya). Kedua jenis reksadana ini melengkapi produk

reksadana PNM-IM yang sudah lebih dahulu dipasarkan

      

47

ibid

48

(43)

42 

4. November 2004, Bank Syariah Mandiri meluncurkan produk reksadana

syariah. Bekerja sama dengan Mandiri Sekuritas selaku manajer investasi

dan Deutche Bank sebagai Bank kustodian, produk reksadana syariah ini menawarkan pilihan investasi dengan return yang lebih menarik kepada nasabah BSM.

5. Desember 2004, Manajemen PT Bhakti Asset Management (BAM)

mengeluarkan produk reksadana baru yang di beri nama BIG Dana

Syariah. Reksadana ini merupakan reksadana terbuka Kontrak Invetasi

Kolektif (KIK) dengan hasil investasi yang bersih dari unsur riba dan

gharar.

Dari segi return reksadana syariah masih lebih kecil dari reksadana konvensional, hal ini disebabkan portofolio reksadana syariah masih sangat

terbatas (misalnya tidak boleh investasi pada pasar valuta asing kecuali spot market, tidak boleh menginvestasikan dana pada sektor usaha yang tidak halal seperti perbankan konvensioanl, rokok, atau perusahaan yang memproduksi

(44)

reksadana dengan fix income masih kompetitif dibandingkan dengan reksadana konvensional.49

C. Jenis dan Bentuk Badan Hukum Reksadana Syariah

1. Jenis Reksadana Syariah

Jenis-jenis reksadana sendiri dapat dibendakan berdasarkan potofolio

yakni sebagai beirkut:50

a. Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund)

Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari

dana yang dikelola (aktivanya) dalam bentuk efek bersifat utang.

Umumnya memberikan penghasilan dalam bentuk bunga, seperti

deposito, obligasi syariah, swbi, dan instrument lain. RDPT

merupakan salah satu upaya melakukan investasi yang paling baik

dalam jangka waktu menengah atau jangka panjang (>3 tahun) dengan

resiko menengah

b. Reksadana Saham (Equity Fund)

Reksadana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari

dana yang dikelolanya dalam efek bersifat ekuitas. Pada umumnya

efek saham memberikan kontribusi dengan memberikan hasil yang

menarik, dalam bentuk caoutak gain dengan pertumbuhan harga-harga

saham dan dividen.

      

49

Ibid. hal. 131-132

50

(45)

44 

Banyak perspeksi yang menganggap bahwa berinvensti pada saham

lebih cenderung spekulatif, atau berudi. Namun secara teori dan

pengalaman dilapangan menghatakan bahwa investasi pada saham

adalah salah satu bentuk investasi jangka panjang yang cukup

menjanjikan.

c. Reksadana Campuran (Siscretionary Fund)

Reksadana yang mempunyai perbandingan target aset alokasi pada

efek saham dan pendapatan tetap yang tidak dapat dikategorikan ke

dalam ketiga reksadana lainnya. Reksadana campuran dalam

orientasinya lebih fleksibel dalam menjalankan investasi. Fleksibel

berartikan, pengelolaan investasi dapat digunakan untuk

berpindah-pindah dari saham, ke obligasi, maupun ke deposit. Atau tergantung

pada kondisi pasar dengan melakukan aktivitas trading,

d. Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund)

Reksadana yang investasinya ditanam pada efek bersifat hutang

dengan jatuh tempo yang kurang dari satu tahun. Umumnya investasi

dalam kategori reksadana pasar uang memiputi, deposito, SBI,

Obligasi serta efek hutang lainnya.

Reksadana pasar uang memiliki tingkat resiko yang minim, namun

keuntungan yang di dapat juga sangat terbatas. Tujuannya adalah

perlindungan modal dan untuk menyediakan likuiditas yang tinggi,

sehingga ketika dibutuhkan dapat dicairkan setiap hari kerja dengan

(46)

2. Bentuk Hukum Reksadana Syariah

Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal

18, ayat (1), bentuk hukum Reksadana di Indonesia ada dua, yakni Reksadana

berbentuk Perseroan Terbatas (PT. Reksadana) dan Reksadana berbentuk

Kontrak Investasi Kolektif (KIK).

a. Reksa Dana berbentuk Perseroan (Investemet companies)

Suatu perusahaan (perseroan terbatas), yang dari sisi bentuk hukum tidak

berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis usaha,

yaitu jenis usaha pengelolaan portofolio investasi. Reksa dana berbentuk

perseroan dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi dua yaitu reksadana

terbuka (open end foud) dan reksa dana tertutup (close end foud). Adapun ciri dari reksadana bentuk perseroan ini adalah51:

1. Badan hukum terbentuk PT

2. Pengelolaan kekayaan Reksadana didasarkan pada kontrak antra

direksi perusahaan dengan manajer investasi yang ditunjuk.

3. Penyimpanan kekayaan reksadana didasarkan pada kontra antara

manajer investasi dengan bank kustondian.

b. Kontrak Investasi Kolektif (Unit Investement Trust)

Kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang

juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai Investor. Melalui

kontrak ini Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio

      

51

(47)

46 

efek dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan

dan administrasi investasi.

Karakteristik dari reksadana kontrak investasi kolektif adalah52:

a. Menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada investor

yang membeli.

b. Unit penyertaan tidak tercatat di bursa

c. Investor dapat menjual kembali unit penyertaan yang dimilikinya

kepada manajer investasi (MI) yang mengelola.

d. Hasil penjualan atau pembayaran pembelian kembali unit penyertaan

akan dibebankan pada kekayaan reksadana.

e. Harga jual/beli unit penyertaan didasarkan pada nilai aktiva bersih

(NAB) perunit dihitung oleh bank kustondian secara harian.

D. Pengaturan Reksadana Syariah

Pada dasarnya pengaturan mengenai reksadana ini dalam hukum positif,

baik yang konvensional maupun yang berdasarkan Prinsip syariah adalah sama

yaitu diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun tentang Pasar Modal dan

peraturan teknis berupa Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, dan

peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam dan peraturan-peraturan yang

dikeluarkan oleh Bursa Efek selaku Self Organitation Rgulatory (SRO). Perbedaannya antara reksadana konvensional dengan reksadana syariah terletak

pada pengaturan terhadap reksadana syariah oleh Dewan Syariah Nasional dalam

bentuk fatwa, serta pengaturan mengenai akad-akad dalam penerbitan efek syariah

      

52

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Menara Microcell yang menggunakan microwave sebagai peralatan transmisi harus mengganti peralatan transmisinya

Sehubungan dengan pelaksanaan pelelangan umum dengan Pascakualifikasi Pekerjaan “Pengadaan dan Pemasangan Guadrail di Jalan Manunggal Kabupaten Bulungan” yang

Sementara, pada cerpen “Lukah yang Tergantung di Dinding”, tokoh utama harus kehilangan ibunya karena telah melanggar mitos berupa larangan menggunakan

Deflasi yang terjadi di Kota Banda Aceh disebabkan oleh deflasi pada kelompok Bahan Makanan sebesar 4,21 persen, Kelompok Sandang deflasi 0,32 persen dan

Di Desa Karangpuri Ruwahan biasanya diadakan 10 hari sebelum bulan Puasa ini memiliki fungsi Integration (Integrasi) yang mampu mengatur dan menjaga hubungan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil data penelitian, dapat disimpulkan bahwa pengembanganalat peraga viskositas yang digunakan untuk melatihkan keterampilan

Saran praktikan kepada UNNES sebagai universitas yang menghasilkan calon guru professional seharusnya saat pembekalan PPL dijelaskan kegiatan yang harus dilakukan