• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA NGUKHAU NGAMIN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN Di DESA TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA NGUKHAU NGAMIN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN Di DESA TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2011"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA NGUKHAU

NGAMIN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN Di

DESA TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG

KABUPATEN PESAWARAN

TAHUN 2011

Oleh

Revi Pebriyani

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa saja paling dominan yang menyebabkan pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa.

Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, subjek yang diteliti adalah warga masyarakat yang telah mengadakan ngukhau ngamin yang tidak menggunakan tata cara ngukhau ngamin sesuai adat yang telah ditentukan. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan angket sebagai teknik pokok, sedangkan teknik penunjang adalah dokumentasi, wawancara dan observasi. Analisis data menggunakan interval dan persentase.

(2)

FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA

NGUKHAU

NGAMIN

PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI DESA

TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN

PESAWARAN

TAHUN 2011

Oleh

REVI PEBRIYANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

FAKTOR PENYEBAB PERGESERAN TATA CARA NGUKHAU

NGAMIN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI DESA

TEBAJAWA KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN

PESAWARAN

TAHUN 2011

(Skripsi)

Oleh

REVI PEBRIYANI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN ABSTRAK ……… i

HALAMAN JUDUL ………. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ……….. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iv

HALAMAN RIWAYAT HIDUP ……… v

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. vi

HALAMAN MOTTO ………. vii

KATA PENGANTAR ……… viii

DAFTAR ISI ……… ix

DAFTAR TABEL ……….. xvii

DAFTAR GAMBAR ………. xix

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xx

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Pembatasan Masalah ... 12

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 12

1. Tujuan Penelitian ... 12

2. Kegunaan Penelitian ... 12

2.1 Kegunaan Secara Teoritis ... 12

2.2 Kegunaan Secara Praktis ... 13

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 14

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 14

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 14

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 14

4. Ruang Lingkup Lokai ... 14

5. Ruang Lingkup Waktu... 14

II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 15

1. Pengertian Adat ... 15

2. Masyarakat Adat ... 17

3. Masyarakat Lampung Saibatin ... 18

3.1. Identitas Masyarakat Adat Suku Lampung ... 20

3.3. Sifat dan Watak Masyarakat Lampung ... 20

(6)

5. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pergeseran Tata Cara Adat Pada

Ngukhau Ngamin………. …….. 31

B. Peran Penyimbang Adat Terhadap Pelestarian Budaya Masyarakat Lampung Saibatin ... 38

C. Kerangka Pikir ... 42

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 44

B. Populasi dan Sampel ... 45

1. Populasi ... 45

2. Sampel ... 46

3. Teknik Sampling... 46

C. Variabel Penelitian ... 46

1. Variabel Penelitian ... 46

1.1 Variabel Bebas (X) ... 46

1.2 Variabel Terikat (Y) ... 46

2. Definisi Operasional Variabel ... 47

2.1 Variabel Bebas (X) ... 47

2.2 Variabel (Y) ... 50

D. Rencana Pengukuran Variabel ... 51

E. Teknik Pengumpulan Data ... 53

1. Teknik Pokok ... 53

1.1. Angket ... 53

2. Teknik Penunjang... 54

2.1. Teknik Observasi... .... 54

2.2. Dokumentasi ... ... ... 54

2.3. Wawancara ... ... .. 54

F. Validitas dan Uji Reliabilitas... 55

1. Validitas ... 55

2. Uji Reliabilitas... 55

G. Teknik Analisis Data... 57

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan... .... 59

A. Langkah-Langkah Penelitian... ... 59

1. Persiapan Pengajuan Judul... ... 60

2. Pengajuan Rencana Judul... ... 60

3. Penyusunan Alat Pengumpulan Data... ... 60

4. Pelaksanaan Uji Coba Angket... ... ... 61

B. Gambaran Umum Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran……… 66

1. Sejarah Berdirinya Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran……….. ……….. 66

2. Keadaan Alam……….. 66

3. Keadaan Penduduk……… 67

4. Identitas Responden……….. 67

C. Penyajian Data Dan Deskripsi Data……….…. 68

(7)

V. Penutup

A. Kesimpulan……… 98 B. Saran……….. 100

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Rencana Judul Kaji Tindak/Skripsi

2. Surat Izin Penelitian Pendahuluan

3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian Dari Kepala Desa Tebajawa

(9)

DAFTAR TABEL

Lampiran Halaman

1. Jumlah warga yang tidak melaksanaan tata cara Ngukhau Ngamin...

5

2. Perbedaan Antara Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa Dulu dan Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa sekarang...

9

3. Hasil Uji Coba Angket Item Ganjil (X)………... 62

4. Hasil Uji Coba Angket Item Genap (Y)………... 63.

5. Kerja Hasil Antar Item Ganjil (X) Dengan Item Genap (Y)……… 63

6. Jumlah Penduduk ……….. 67

7. Pekerjaan Responden ……….. 68

8. Distribusi Skor Hasil Angket Pengaruh BudayaLuar …..… ……….. 114

9. Distribusi Hasil Angket Pengaruh budaya Luar ………. 115

10. Distribusi Frekuensi Faktor Budaya Luar ……… 116

11. Distribusi Skor Hasil Angket Kesadaran Masyarakat ………. 117

12. Distribusi Hasil Angket Kesadaran Masyarakat………... 118

13. Distribusi Frekuensi Kesadaran Masyarakat ………... 119

14. Distribusi Skor Hasil Angket Faktor Komunikasi Budaya……… 120

15. Distribusi Hasil Angket Komunikasi Budaya ……….. 121

16. Distribusi Frekuensi komunikasi budaya ……… 122

17. Distribusi skor Hasil Angket Pembelajaran Budaya……… 123

18. Distribusi Hasil Angket Pembelajaran Budaya ……….. …… 124

19. Distribusi Frekuensi Indikator Pembelajaran Budaya ……… 125

20. Distribusi Skor Hasil Angket Praktis……… 126

21. Distribusi Hasil Angket Praktis ………... 127

(10)

23. Distribusi Skor Hasil Angket Daya Ingat Masyarakat ……… 129

24. Distribusi Hasil Angket Daya Ingat Masyarakat ………. 130

25. Distribusi Frekuensi Daya Ingat Masyarakat ……….. 131

26. Distribusi Skor Hasil Angket Seluruh Indikator ………. 132

27. Distribusi Skor Hasil Angket Seluruh Responden ………... 133

(11)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah:

Nama : Revi Pebriyani NPM : 0743032033 Program Studi : PPKn

Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS / KIP

Alamat : Bukit Kemiling Permai Blok.Q No.97 Bandar Lampung.

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali, yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Januari 2012

(12)

PERSEMBAHAN

Seluruh jiwa raga yang telah diberikan kesehatan jasmani dan rohani ,

dan semua yang telah kuraih tak lepas dari rasa

syukur ku pada Allah SWT

Dengan segenap rasa kasih sayang kupersembahkan karya kecil ini

kepada :

Kedua Orang tua ku tercinta Bapak Khazuli dan Ibu Eliyani

yang selalu membimbing dan mendo’akan dalam setiap

langkahku demi keberhasilan dimasa depan ku.

Abang , eteh, adik, keponakan serta keluarga besarku yang

segenap hati menanti keberhasilanku.

Serta untuk seseorang yang kelak akan mendampingi

hidupku yang akan menjadi pemimpinku untuk mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat.

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Revi Pebriyani, dilahirkan di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada tanggal 17 Pebruari 1988 dari pasangan Bapak Khazuli

dan Ibu Eliyani yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan Formal yang pernah ditempuh penulis antara lain : 1. Sekolah Dasar Negeri 5 Gunung Sugih. Kecamatan

Kedondong Kabupaten Pesawaran, Lulus tahun 2000

2. Sekolah Menengah Tsanawiyah Perguruan Diniyyah Putri Lampung Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan diselesaikan pada tahun 2003

3. Sekolah Menengah Atas Negeri 7 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2006.

(14)

SANWACANA

Asalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Faktor Penyebab Pergeseran Tata Cara Ngukgau Ngamin Pada Masyarakat Lampung Saibatin Di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011”. Sholawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang selalu dinantikan syafaat di hari akhir, pada keluarganya, sahabat dan para pengikutnya yang taat hingga akhir zaman.

Penulisan skripsi ini sebagai syarat dalam menyelesaikan studi, dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis dan penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak. Dr. Bujang Rahman, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr.M. Thoh B.S jaya, M.S selaku Pembantu Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Arwin Ahmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H selaku Pembantu Dekan III Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(15)

7. Bapak Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. selaku Pembimbing Utama yang telah membimbing dan memotivasi penulis.

8. Bapak Hermi Yanzi, S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing akademik sekaligus Pembimbing kedua yang telah memberikan motivasi dan arahan pada penulis. 9. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.Si. selaku Pembahas Utama yang telah banyak

memberikan saran dan masukan kepada penulis.

10. Ibu Hj. Arnida Warganegara, S.H. selaku Pembahas Kedua yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

11. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PPKn khususnya serta para pendidik di Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada penulis.

12. Ayahanda dan Ibunda tersayang yang telah memberikanku kasih sayang, doa, motivasi, tenaga dan keringat untuk ku. “Aku akan menjadi suatu kebanggaan kalian, aku sayang pada kalian”.

13. Kakak-kakak ku abang Hilal dan eteh Ria yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil dalam hidupku, mendoakan dan menunggu keberhasilan ku.

14. Seluruh keluargaku yang telah menunggu keberhasilanku. Terimakasih buat doanya.

15. Buat kak Siswadiantara yang sudah menemaniku dalam menggapai mimpi. Makasih buat doa, perhatian dan support nya. Semoga kita sama-sama berhasil. 16. Temen-temen di FKIP PPKn ’07 (Dewi Kusumawati, Intan, Melya, Novia Frisca, Mesi, Yuri, Putri Dwi, Leni, Dewi Yuliana, Dina, Vanesa, Yogi, Irvan, Febra, Andri, Topik, Ade, Masuni, dll., yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, kakak tingkat dan adik tingkatkatku makasih atas doa dan dukungan kalian.

17. Buat sahabat aku Dara, Sholeha, Elok, Yuli, Hevi, Yayan, dan (Qiran’s) terimakasih atas dukungan dan motivasinya, Semoga kita menjadi seorang yang berguna bagi Nusa dan Bangsa.

(16)

19. Sahabat-sahabat PPLku di SMK NEGERI 2 Bandar Lampung Zares, Devi, Tri, Nunik, Sandi, Irvan, Andri, April, dan Ketut yang telah memberikan semangat dan doa untuk keberhasilan demi masa depan.

20. Ojek-ojek qu yang ada di BKP, Trimakasih atas pelayanan kalian semoga lancar dalam menjalankan tugas.

21. Semua pihak yang telah memberikan bantuan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang ada pada diri penulis, sehingga dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, November 2011 Penulis

(17)

A. Latar Belakang

Masyarakat Lampung sebagai salah satu suku di Indonesia memiliki Falsafah atau

pandangan hidup yang dijiwai piil pesenggikhi (harga diri), yaitu segala sesuatu

yang menyangkut harga diri, prilaku yang luhur dalam nilai dan maknanya, sikap

hidup yang harus menjaga dan menegakkan nama baik, martabat secara pribadi

maupun kelompok. Masyarakat Lampung terdiri dari dua kelompok besar, yaitu

masyarakat Lampung yang beradat Pepadun dan masyarakat Lampung yang

beradat Pesisir atau Saibatin. Kedua kelompok masyarakat ini memiliki adat

istiadat yang khas sesuai dengan kebiasaan masing-masing, dan masyarakat

Lampung yang mempunyai dua rumpun bahasa yaitu, berdialek ”Api” (apa) dan

berdialek “nyow” (apa), (Hilman Hadikusuma, 1990:13).

Semakin berkembangnya zaman, menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat

kearah yang lebih modern. Akibatnya masyarakat lebih memilih kebudayaan baru

yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan kebudayaan daerah. Perubahan

kebudayaan yang terjadi didalam masyarakat tradisyonal, yakni perubahan dari

masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang

bersifat homogen menuju pliralisme nilai dan norma sosial. Hal ini juga terjadi

pada suku Lampung. Kebudayaan yang dulu menjadi ciri khas suku lampung

mulai mengalami pergeseran dan bahkan dilupakan oleh masyarakat Lampung itu

(18)

Pergeseran ini disebabkan oleh perubahan pola pikir masyarakat Lampung.

Perubahan pola pikir ini terbentuk seiring dengan masuknya

kebudayaan-kebudayaan lain, kemajuan teknologi, dan berkembangnya ilmu pengetahuan.

Perubahan pola pikir tersebut ditunjukkan pada fakta, masyarakat Lampung

cendrung lebih memilih sesuatu yang bersifat praktis dan mulai meninggalkan

tradisi atau adat yang dianggap rumit. Contohnya dalam tata cara pelaksanaan

Ngukhau ngamin. Mengundang warga untuk dapat menghadiri hajatan anggota

masyarakat yang akan membuat acara adat perkawinan, sunatan, cukuran dan

lain-lain.

Tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung saibatin di Desa Tebajawa

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada umumnya memiliki nilai-nilai

Moral dan kesopanan dalam cara berbicara maupun cara berpakaian, seperti

berpakaian yang rapi, memakai celana panjang/ sarung, memakai baju yang

berlengan panjang dan memakai peci pada saat akan mengundang masyarakat

dalam acara syukuran.

Tata cara ngukhau ngamin biasanya di dahului dengan cara mengetuk pintu,

memberi salam, setelah salam diterima barulah menyampaikan undangan secara

lisan atau dialok dengan berbahasa lampung yang baik.

Contoh ngukhau ngamin dalam bentuk berdialok yaitu sebagai berikut :

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Api kabakh puakhi/ Kamaman/Abang …?

(19)

September 2011, jam 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai, Di Jenganan sikin Dua Ansorri.

Kantu khesan ukhauan sinji, atas kekhatongan ne, sikindua nyampai kon terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Arti dari undangan yang berbahasa Lampung tersebut yaitu sebagai berikut :

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Apa kabar Saudara/ Paman/Abang ku...?

Mohon maaf sebelumnya saya mewakili dari keluarga bapak Ansorri akan menyampaikan undangan dalam acara Walimatul Khitan. Kami sekeluarga mengharap kedatangan Saudara/ Paman/Abang yang disini dimana kami bermaksud minta bantu doa restunya di hari Rabu malam Kamis tanggal 21 September 2011, jam 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai, Di rumah kediaman Bapak Ansorri.

Demikian undangan ini, atas kedatangannya saya ucapkan terima kasih.

Bila undangan secara lisan atau dialok tersebut sudah disampaikan maka, langsung

berpamitan pulang dengan memberi salam. Akan tetapi bila di rumah yang akan

diundang tidak ada atau sedang berpergian, maka yang mengundang akan kembali

lagi kerumah yang akan diundang tersebut.

Perubahan dalam pelaksanaan ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan

Kedondong Kabupaten Pesawaran ini dapat dilihat dari banyak tahapan yang

mulai disederhanakan atau bahkan ditinggalkan. Hal ini akan membawa dampak

bagi generasi berikutnya, karena semakin banyaknya masyarakat yang kurang

melaksanakan adat ngukhau ngamin yang sesuai dengan adat yang berlaku di Desa

(20)

Tabel I. Jumlah warga masyarakat yang tidak melaksanaan tata cara

Ngukhau Ngamin di desa Tebajawa

No Tidak melaksanakann tata

cara ngukhau ngamin Jumulah Pelaksanaan ngukgau ngamin

1 8 8

2 7 7

3 5 5

4 6 6

5 7 7

6 7 7

40 40

Sumber :Data Primer Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011

Searah dengan pergeseran tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa dan atas

dasar perubahan-perubahan masyarakat berkaitan erat dengan hal-hal yang

mempengaruhi arah perubahan tersebut. Hasil wawancara ini juga mengungkapkan

bahwa tata cara ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong

Kabupaten Pesawaran telah mengalami perubahan baik dari segi undangan

maupun tata cara pelaksanaanya. Hal ini dapat dilihat dari perubahan pola-pola

ideal pelaksaaan tata cara ngukhau ngamin yang telah digariskan oleh Nenek

moyang secara turun temurun kearah pelaksanaan ngukhau ngamin yang telah ada

pada saat sekarang. Yaitu dengan melayangkan atau mengantarkan undangan yang

[image:20.595.128.529.223.420.2]
(21)

Setelah kita ketahui tentang tata tertib pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin di

Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran yang terdahulu,

maka pelaksanaan-pelaksanaan ngukhau ngamin sekarang ini yang sedemikian

tidak menonjol lagi. Sebagai tata cara yang mutlak harus dilakukan, artinya ada

sebagian dari tahapan tata cara ngukhau ngamin yang berdasarkan pola ideal diatas

sudah mulai ditinggalkan, hal tersebut dapat dilihat dari uraian dibawah ini yang

merupakan wawancara pembuka adat dan masyarakat.

Tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung Saibatin di Desa Tebajawa

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada masa ini memakai surat

undangan tertulis atau undangan cetak, tidak perlu berpakaian rapi, tidak harus

bertemu dengan yang bersangkutan atau yang akan diundang, tidak harus

menguasai bahasa Lampung, tidak membutuhkan waktu yang lama dan bila

seseorang yang akan diundang tidak ada dirumah maka yang mengundang akan

menyelipkan undangan yang berbentuk cetak atau tertulis dibawah pintu rumah

(22)

Contoh isi surat undangan dalam bahasa Lampung yang berbentuk cetak yaitu

sebagai berikut :

Ngukhau ngamin

Walimatul khitan

Nuju Yth.

Huluntuha/Kamaman/Abang/Puakhi Khazuli

Di - Jenganan

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Kheji pai semangkung ne yu sikin dua mahap ngalinpukha jama hulun tuha/ Kamaman/Abang/Puakhi, sipadaiya sikin dua Ansorri (Khadin Pembina) sekeluarga besar, yu ngukhau/ngahakhap kekhatongan ne dalam acara Walimatul khitan Putra Khadin Pembina se gelakh ne :

Apriyansyah Bin Ansorri

Di Khani : Khebu malam Kamis Tanggal : 21 September 2011

Jam : 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai

Jenganan : Di Jenganan sikin Dua Ansorri (Khadin Pembina) Acara : Ngamin Walimatul Khitan

Kantu khesan ukhawan sinji, yu atas kewatekhan ne/ kekhatongan ne, sikin dua nyampai kon terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

(23)

(Ansorri)

Khadin Pembina

Contoh isi surat undangan dalam bahasa Indonesia yang berbentuk cetak yaitu

sebagai berikut :

Undangan

Walimatul khitan

Kepada Yth.

Orangtua/ paman/ Abang/ saudara Di-

Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Mohon maaf sebelumnya saya dengan rasa rendah hati kepada orangtua ku/ kakak/Abang serta saudara ku, bahwa saya Ansorri sekeluarga besar mengudang atau mengharap kehadirannya dalam acara Walimatul Khitan putra kami yang bernama :

Apriyansyah Bin Ansorri

Di Hari : Rabu malam Kamis Tanggal : 21 September 2011

Jam : 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai

Jenganan : Di k rumah kediaman Ansorri (Khadin Pembina) Acara : Berdo’a Walimatul Khitan

Demikian undangan ini atas segala perhatiannya kami ucapkan ribuan banyak terima kasih

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

(24)

(Ansorri)

Khadin Pembina

Tabel 2. Perbedaan Antara Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa Dulu dan Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa sekarang

Ngukhau ngamin masa dulu Ngukhau ngamin masa sekarang

1. Tidak memakai surat

undangan ( Dialok). 1. Memakai surat undangan tertulis( undangan cetak).

2. Berpakaian rapi,seperti memakai celana panjang/sarung, memakai baju lengan panjang, memakai peci (Sopan ).

2. Tidak perlu berpakaian rapi.

3. Harus bertemu dengan yang bersdangkutan/ yang akan di undang.

3. Tidak harus bertemu dengan yang bersangkutan/ yang akan di undang.

4. Harus menguasai bahasa

lampung yang benar. 4. Tidak harus menguasai bahasa lampung yang benar,karena generasi muda sekarang sudah jarang sekali yang menguasai bahasa Lampung dengan benar.

5. Membutuhkan waktu yang

lama. 5. Tidak membutuhkan waktu yang lama

6. Yang menyampaikan undangan tersebut adalah seorang yang sudah berkeluarga .

6. Yang menyampaikan undangan tersebut tidak harus orang deweasa, anak-anak pun boleh mengantarkan undangan yang akan di sampaikan.

7. Kalau dirumah yang akan di undang tidak ada di rumah, maka yang mengundang akan kembali lagi.

7. Kalau seseorang yang akan di undang tidak ada di rumah , maka yang mengundang akan menyelipkan undangan yang berbentuk cetak di bawah pintu rumah yang akan di undang.

[image:24.595.112.509.168.710.2]
(25)

Pergeseran tata cara ngukhau ngamin ini bisa berdampak positif, yaitu lebih

praktis, tidak membutuhkan waktu yang lebih lama, yang diundang supaya tidak

lupa, dan bisa diselipkan dibawah pintu rumah yang akan diundang bila yang

bersangkutan tidak ada dirumah. Selain itu bisa juga berdampak negatif, yaitu

tidak baik bagi penerus generasi, karena pudarnya tata cara ngukhau ngamin

tersebut. Faktor–faktor penyebab pergeseran tata cara ngukhau ngamin ini diduga

adanya moderenisasi dan globalisasi yang mengajarkan praktisme (kemudahan),

sehingga melupakan adat dan budaya daerah sensdiri, selain itu faktor efisiensi

waktu, efisiensi tenaga, yang selama ini menjadi alasan yang paling utama dalam

masyarakat untuk melestarikan kebiasaan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Pakhurrozi salah satu

kelompok penyimbang adat di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten

Pesawaran. Pada hari minggu tanggal 10 juli 2011 pukul 14.00, di kediaman

bapak Pakhurrozi, Beliau menjelaskan bahwa tata cara ngukhau ngamin pada

zaman dulu sudah tidak dipakai lagi, karena masyarakat lebih memilih yang

praktis, dan perubahan ini sangat cepat dan meluas didalam masyarakat, tidak ada

nya teguran dari kepala adat, dan hal ini tidak ada yang harus di salah kan atau

yang bertanggung jawab.

Seharusnya meskipun zaman sudah moderen pada saat ini setidak nya tidak ada

yang hilang dalam sebuah adat yang sudah ada, menanggulangi kemajuan zaman,

kita generasi penerus sudah patutnya ikut peduli dengan budaya asli sebagai

(26)

dengan usaha mempertahankan budaya maka, di khawatirkan semakin lama

semaakin berkembang sehingga menjadi suatu kebiasaan yang baru. Hal ini dapat

mengancam keaslian aturan adat yang telah ada , terutama bagi para generasi muda

yang baru sesdikit mengerti tentang budaya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat di ketahui bahwa pergeseran tata cara

ngukhau ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran

terletak pada tata cara atau tahapa-tahap dari proses pelaksanaan ngukhau ngamin

tersebut.

Atas dasar fenomena ini penulis tertarik untuk lebih mengetahui Faktor

Penyebab Pergeseran adat Lampung Saibatin dalam Tata Cara Ngukhau

Ngamin Di Desa Teba Jawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran

Tahun 2011”.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka permasalahan yang berkaitan

kepatuhan dalam penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut:

1. beberapa faktor penyebab Pergeseran tata cara ngukhau ngamin adat Lampung

pada masyarakat Lampung saibatin yaitu:

a. Faktor pengaruh budaya luar.

b. Faktor kesadaran masyarakat

c. Faktor komunikasi budaya

d. Faktor pembelajaran budaya

e. Faktor praktis

(27)

2. Peranan dalam penyimbang adat Lampung Saibatin Desa Tebajawa Kecamatan

Kedondong Kabupaten Pesawaran.

C. Pembatasan masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka dalam penelitian ini akan dibatasi

pada masalah faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran pelaksanaan tata cara

ngukhau ngamin.

D. Perumusan masalah

Bersdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah Faktor apa sajakah yang menyebabkan bergesernya

tata cara ngukhau ngamin di Desa Teba Jawa Kecamatan Kedondong Kabupaten

Pesawaran Tahun 2011?

E. Tujuan dan Kegunaan penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penyebab-penyebab pergeseran

adat Lampung Saibatin dalam tata cara Ngukhau Ngamin di Desa Teba Jawa

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011.

2. Kegunaan Penelitian

2.1Kegunaan Teoritis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk mengembangkan

konsep-konsep pendidikin kewarganegaraan, kajian nya tentang nilai moral dalam

aspek prilaku yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur, adat,

(28)

2.2 Kegunaan Praktis

1. Bagi Masyarakat Lampung Asli

Penelitian ini di harapkan memberi manfaat bagi masyarakat dalam

mempertahankan keaslian budaya lampung, khususnya pada

masyarakat adat lampung Saibatin di Desa Tebajawa kecamatan

Kedondong Kabupaten Pesawaran

2. Bagi Peneliti

Peneliti turut serta dalam melestarikan adat Budaya Lampung yang

tidak keluar dari aturan dasar Negara. Agar peneliti sendiri bisa lebih

paham dengan adat istiadat Lampung.

3. Bagi Pendidik

Sebagai suplemen bahan ajar bagi guru dalam mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan di SMP kelas VII semester I, SK I

menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam

kehidupan masyarakat , berbangsa dan bernegara, KD I.3 menerapkan

norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, dan peraturan yang berlaku

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. SMA kelas

X semester II, SK 5 menghargai persamaan kedudukkan warga negara

dalam berbagai aspek kehidupan, KD 5.3 menghargai persamaan

kedudukkan warganegara tanpa pembedaan ras, agam, gender,

(29)

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ilmu pendidikan Kewarganegaraan, Kajiannya

tentang Pendidikan moral pancasila, karena berkaitan dengan moral dalam

aspek prilaku yang berkaitan dengan budi pekerti yang luhur, adat, budaya dan

nilai sosial yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah penyebab Pergeseran tata cara ngukhau

ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam Penelitian ini adalah Masyarakat adat lampung Saibatin dalam

tata cara Ngukhau Ngamin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong

Kabupaten Pesawaran

4. Ruang Lingkup Lokasi

Ruang Lingkup lokasi atau wilayah penelitian ini adalah Desa Tebajawa

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran

5. Ruang Lingkup Waktu

Pelaksanaan penelitian ini di laksanakan sejak di keluarkan nya surat izin

(30)

Bahasa yang berbeda (Mustapa 2002:l-2) yang diterjemahkan oleh maryati sastra wijaya menyatakan " kata adai berasal dari bahasa Arab, dalam bahasa Sunda yaitu bahasa atau umum, lumrah artinya segala hal yang senantiasa tetap atau sering diterapkan kepada manusia atau binatang yang mempunyai nyawa, jadi dalam bahasa arab adat hampir sama dengan tabiat "

sedangkan menurut sujanto ( l99l: 148 ) dalam buku karangannya memberikan suatu pengertian mengenai adat adalah budaya yang telah membaku dari suatu kelompok masyarakat.

Di jelaskan dalam buku seiarah asal usul dan silsilah puyang pangeran Rene Khopa mengenai pengertian adat, C. H Mulkan, ia, berpendapat bahwa adat itu sebagai berikut " Adat adalah suatu pedoman hidup bagi masyarakat dan tidak bertentangan satu sama lain, seperti tata tertip dalam pergaulan sehari-hari cara berbicara, tingkah laku, serta hormat kepada orang yang lebih tua, menglrormati orang pendatang, semuanya berpedoman pada adat yang dianut oleh masyarakat setempat.

Selain itu pengertian adat juga dalam buku pengantar hukum adat Indonesia, menyatakan bahwa adat adalah segala bentuk kesulitan di semua lapangan hidup bersama orang Indonesia yang menjadi tingkah laku sehari-hari antara suku satu sama lain.

(31)

2. Masyarakat Adat

Masyarakat adat adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur ( secara turun temurun ) diwilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri. Hasil kesepakatan dari perumusan definisi dari masyarakat adat ini dicapai pada sebuah Kongres Masyarakat Adat Nusantara I yang pernah diselenggarakan pada bulan Maret 1999.

Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam keaneka ragaman masyarakat adat dan memiliki ciri ke khasan tersendiri. Berbagai keberadaan masyarakat adat merupakan kekayaan bangsa dan dapat menjadi sumber masukan tersendiri bagi bangsa Indonesia. Baik kekayaan yang dapat menghasilkan devisa bagi negara maupun sumber ilmu pengetahuan bagi para peneliti dari seluruh benua yang ternyata disanalah letak manfaat keberadaan masyarakat adat sebagai sumbangsih yang dapat diberikan kepada bangsa Indonesia.

(32)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari adat adalah suatu tata cara yang telah ditetapkan dalam suatu masyarakat, yang berasal dari warisan nenek moyang yang diturunkan hingga keanak cucunya.

3. Masyarakat Lampung Saibatin

Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Menurut Auguste comte dalam buku sosiologi skematika Teori dan Terapan yang diterjemahkan oleh Abdul sani, mengemukakan bahwa masyarakat merupakan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan sendiri (Abdul Sani, 2002:32). Secara umum masyarakat lampung dibedakan menjadi dua, yaitu: masyarakat adat pesisir atau saibatin dan masyarakat adat pepadun.

(33)

berdomisili dibagian tengah dari Lampung seperti Abung, Menggala, dan Daerah Pubian.

Perbedaan yang mendasar dari dua adat istiadat tersebut adalah mengenai status dan gelar seorang raja adat. Bagi adat Saibatin dalam segenap generasi (masa/priode) kepemimpinan hanya mengenal satu orang raja adat yang bergelar sultan, hal tersebut sesuai dengan istilahnya yaitu Saibatin artinya satu batin (satu orang junjungan). seorang saibatin adalah seorang sultan berdasarkan garis lurus sejak zaman kerajaan (keratuan) yang pernah ada di Lampung. Sejak zaman dahulu kala dan inilah yang disebut Saibatin Paksi Pak Skala Beghak sejak zaman dahulu sebagai satu-satunya pemilik dan penguasa adat tertinggi dilingkungan paksinya.

Selain Saibatin paksi ada juga yang disebut Saibatin Marga, namun Saibatin marga ini lahir pada saat pemerintah Belanda tetapi telah diakui dan disahkan oleh Saibatin Paksi sebagai Sutan. pengakuan dan pengesahan status Saibatin Marga oleh Saibatin paksi mulai diperlukan karena apabila berbicara tentang masalah adat, mau tidak mau, suka atau tidak suka sumber utamanya dalah dari Paksi pak sebagai kerajaan yang ada dan berdiri di Sekala Bekhak.

(34)

3.1 Identitas Masyarakat Adat Suku Lampung

Adat bagi masyarakat adat suku Lampung mempunyai fungsi ganda yaitu: 1. Sebagai alat Pembina masyarakat guna meningkatkan kualitas warga

masyarakat. Karena melalui ketua adat (Penyimbang) disampaikan ajaran-ajaran agama, petuah dan hukum bagi masyarakat.

2. Sebagai sarana demokrasi (permusyawaratan) di mana benda yang benama Pepadun sebagai simbol persatuan. Pepadun berasal dari perpaduan-perpaduan dan akhirnya menjadi pepadun. perpaduan artinya hasil padu. (Hasil wawancara dengan Bapak Pakhurroji pada hari Minggu , 10 juli 2011 pukul 14.00, di kediaman Bapak Pakhurroji.)

3.2 Sifat dan Watak Masyarakat Lampung

Sejak zaman penjajahan Belanda, orang Lampung pada umumnya dikenal hidup sederhana, tetapi dilain pihak mereka suka menunjukkan kegemarannya akan kemewahan dan pujian. Dimana untuk mendapatkan kepuasan pujian itu mereka tidak segan-segan mengeluarkan biaya yurrg sangat besar untuk mengadakan pesta adat. Disamping itu masyarakat Lampung tidak mau menjadi kuli.

Sifat dan watak masyarakat Lampung ini dicerminkan dalam bahasa daerah yang menjadi semboyan dari kepribadian orang Lampung asli yaitu "PIIL PESENGGIRI" dengan urutan sebagai berikut :

(35)

Segala sesuatu yang menyangkut harga diri, perilaku dan sikap yang dapat menjaga dan menegakkan nama baik dan martabat secara pribadi maupun kelompok senantiasa dipertahankan. Dalam hal tertentu seseorang dapat

mempertaruhkan apa saja (termasuk nyawa) demi untuk mempertahankan hargadiri ini. Selain dari itu piil pesenggiri seseorang dapat berbuat atau tidak berbuat sesuatu, kendatipun itu merugikan diri sendiri, saudara, materi. Setiap orang, lebih Iebih jika ia adalah dari golongan penyimbang adat, merasa dirinya

adalah orang besar, orang lebih dan setiap kerabat mempunyai kelebihan dari kerabat lainnya.

2. Juluk Adek (Bernama Bergelar)

Hal ini didasarkan dari garis keturunan yang diwarisi secara turun-temurun sejak zaman dahulu kala. Tata ketentuan pokok yang selalu dipatuhi, termasuk antara lain menghendaki agar seseorang disamping mempunyai nama kecil juga diberi gelar sebagai panggilan kehormatan kepadanya, setelah ia berumah tangga melalui upacara adat yang telah ditentukan oleh nenek moyang, adok bagi laki-laki dan inai bagi perempuan'

3. Nemui Nyimah (Terbuka Tangan)

(36)

Jadi, bermurah hati dalam tutur kata serta sopansantun terhadap tamu yang datang berkunjung.

4. Nengah Nyappur (Hidup Bermasyarakat)

Tata cara pergaulan masyarakat Lampung dengan kesempatan membuka diri dalam pergaulan masyarakat umum dan berpengetahuan luas, ikut serta berpartisipasi terhadap segala hal yang bersifat baik, yang dapat membawa kemajuan sesuai dengan kemajuan zaman. Masyarakat Lampung senang saling kunjung mengunjungi satu sama lain dan suka berkenalan dengan siapa saja' Mereka mudah bergaul dan berbaur, serta berbincang-bincang dan bermusyawarah. Namun dalam hal yang penting guna mempertahankan hak dan nama baik kerabat keturunannya, maka mereka suka tolong-menolong, bahu- membahu dan mempersiapkan atau menyelesaikan suatu pekerjaan berat seperti pekerjaan membuka hutan, membangun rumah mengadakan pesta perkawinan dan perhelatan adat lainnya.

5. Sakai Sembayan (Tolong Menolong atau Gotong Royong)

Meliputi beberapa pengertian yang luas, termasuk didalamnya saling memberi terhadap sesuatu yang tidak hanya bersifat materi saja, tetapi juga dalam arti moril termasuk sumbangan pikiran..

(Hasil wawancara dengan Bapak Pakhurroji pada hari Minggu , 10 juli 2011 pukul 14.00, di kediaman Bapak Pakhurroji).

4. Pengertian Ngukhau ngamin

(37)

mengundang masyarakat setempat untuk mengadakan acara syukuran, yang bertujuan untuk berdoa bersama-sama kepada Tuhan Yang Maha Esa, di waktu siang ataupun malam hari sesuai yang tercantum dalam undangan yang sudah di sampaikan.

1. Bentuk- Bentuk Syukuran yaitu: a. Walimatul Khitan ( sunatan)

Khitan secara bahasa artinya memotong. Secara terminologis artinya memotong kulit yang menutupi alat kelamin lelaki (penis). Dalam bahasa Arab khitan juga digunakan sebagai nama lain alat kelamin lelaki dan perempuan seperti dalam hadist yang mengatakan "Apabila terjadi pertemuan dua khitan, maka telah wajib mandi" (H.R. Muslim, Tirmidzi).

Dalam agama Islam, khitan merupakan salah satu media pensucian diri dan bukti ketundukan kita kepada ajaran agama. Dalam hadist Rasulullah S.A.W. bersabda: "Kesucian (fitrah) itu ada lima: khitan, mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memendekkan kumis dan memotong kuku" (H.R. Bukhari Muslim).

(38)

ditambah dengan acara penggantian anting-anting (subang) kakak atau adik perempuannya.

Untuk mengadakan syukuran khitan ini yang diundang adalah sanak saudara dan tetangga-tetangga dekat rumah dari keluarga yang mengadakan syukuran. kalau jumlah undangan nya 100 orang maka dalam bentuk makanannya membuat 10 hidangan, karena setiap 1 hidangan di isi 10 orang. Dalam masyarakat Lampung di desa Tebajawa penempatan/ pelayanan orang yang diundang berdasarkan gelar.Tempat yang disediakan untuk anggota Penyimbang adat di desa tebajawa dalam acara syukuran yaitu tempat duduknya beralaskan kasur yang dilapisi kain atau seprai berwarna putih, dan makanannya di sajikan memakai nampan/ talam.

b. Walimatul Urus (perkawinan)

Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan untuk melanjutkan suatu keturunan serta membentuk keluarga yang bahagia, sakinah, mawaddah, dan warohmah. Sudah menjadi kodrat manusia diantara satu sama lainnya yang selalu saling membutuhkan, karna manusia itu itu diciptakan sebagai mahluk sosial.

Sistem perkawinan dalam masyarakat Lampung saibatin pada umumnya berlaku juga pada masyarakat di Desa Tebajawa, yaitu: a. Kawin Secara Adat ( Mengambil Gadis Secara Terang)

(39)

belah pihak, maupun punyimang masing-masing.

b. CakhaSemanda ( Mengambil Laki-laki)

Semanda ini adalah bentuk semanda yang asli karena si lelaki sepenuhnya tunduk kepada pihak perempuan.

c. Kawin Secara Lari (Sebambangan)

Sebambangan atau berlarian ada peraturan tersendiri yang memang diakui oleh adat yaitu dengan cara Si gadis meninggalkan surat dikamarnya, diatas meja rias, dibawah kasur, atau dibawah bantal dimana isi surat itu menyatakan bahwa dia atau si gadis pergi ikut bujang A, anaknya B dari kampung C.

Selain itu juga dengan perantara orang kepercayaan untuk memberitahukan kepada orang tuanya.

Untuk mengadakan syukuran perkawinan ini yang diundang adalah sanak saudara dan tetangga-tetangga dekat rumah dari keluarga yang mengadakan syukuran. kalau jumlah undangan nya lebih dari 100 orang cara mengundangnya memerlukan anggota panitia berjumlah, banyak misalnya 5 orang. Dari 5 orang yang bertugas untuk menyebarkan undangan tersebut, akan dibagi tempat atau wilayahnya menurut undangan yang sudah dicatat.

c. Walimatul Aqiqah (aqiqah)

(40)

lahirnya seorang anak bersamaan dengan hari mencukur rambut anak yang baru lahir dan diberi nama.

Binatang yang dibolehkan untuk aqiqah yaitu kambing dengan ketentuan, bagi anak laki-laki dua ekor dan anak perempuan satu ekor.ketentuan dan syarat-syarat binatang untuk aqiqah yaitu harus cukup umur dan terhindar dari cacat, yaitu sakit mata( buta, sakit-sakitan dan tidak sehat), pincang kaki dan terlalu kurus.

Makna dari penyembelihan binatang yaitu menghilangkan nyawa binatang yang halal dimakan dengan menggunakan alat penyembelihan yang tajam, seperti pisau, parang, golok, agar halal untuk dimakan oleh masyarakat. Acara walimatul aqiqah yang diundang jumlah nya kurang dari 100 orang, maka yang menyebarkan undangan tidak memerlukan panitia yang berjumlah banyak karena undangan yang akan disebarkan hanya sedikit. penyimbang adat/ saibatin biasanya hanya diwakili oleh beberapa anggota penyimbang adat karena acara yang digelar kurang dari 100 orang.

d. Walimatus Safar ( Berangkat Haji)

Ibadah haji adalah ibadah yang wajib dilakukan oleh umat islam yang mampu atau kuasa untuk melaksanakannya baik secara ekonomi, fisik, psikologis, keamanan, perizinan dan lain-lain sebagainya.

(41)

haji akan diadakan syukuran dirumah yang akan melaksanakan nya, syukuran yang dimaksud adalah berdoa bersama-sama, meminta pertolongan dalam keselamatan diperjalanan dan sampai kembali lagi ketanah air, dan tidak lupa berucap syukur karna sudah diberi rezeki untuk melaksanakan haji.

Dalam melaksanakan acara syukuran tersebut sudah ada sejak nenek moyang atau sudah melekat dari diri masyarakat itu sendiri karena hal ini merupakan suatu adat istiadat yang biasa dilakukan. Acara walimatul safar ( berangkat Haji ) yang diundang adalah tetangga-tetangga yang ada di sekitar rumah dan sanak saudara saja.dan makanannya berbentuk prasmanan.

Dari uraian diatas bahwa setiap ada acara syukuran itu harus didasarkan dengan undangan, supaya masyarakat hadir di dalam acara yang akan di gelar. Akan tetapi tata cara ngukhau ngamin dalam bentuk apapun saat ini sudah sangat praktis yaitu hanya memberikan selembar kertas foto kopian yang di dalamnya tertuliskan dalam bahasa lampung atau bahasa indonesia untuk mengundang masyarakat tersebut keacara syukuran. Selain itu yang menyampaikan undangan adalah anak-anak dibawah umur yang belum mengerti akan hal itu. Dan ada yang hilang nilai-nilai kesopanan dalam menyampaikan undangan tersebut.

a. Tata Cara Ngukhau Ngamin

(42)

berdasarkan undangan berbentuk dialok,seperti contoh sebagai berikut : Assalamu’alaikum Wr.Wb

Api kabakh puakhi/ Kamaman/Abang …?

Kheji pai semangkung ne saya diwakilko jama keluarga bapak Ansorri haga ngukhau ngamin dilom acara walimatul khitan, anjo sikindua ngehakhap kekhatongan ne Puakhi/ Kamaman/Abang sai dija dipaiya sikindua ngenuk maksud kilu bantu du’a restu ne di khani Khebu malam Kamis, tanggal 21 September 2011, jam 18.30 WIB (Ba’da Maghrib) s/d selesai, Di Jenganan sikin Dua Ansorri.

Kantu khesan ukhauan sinji, atas kekhatongan ne, sikindua nyampai kon terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

suatu cara dimana pihak yang akan mengundang datang kerumah yang akan diundang dengan berpakaian rapi, dan tuturkata yang sopan dalam bahasa lampung. Hal ini berarti bahwa dalam melaksanakan ngukhau ngamin harus sesuai dengan adat yang sudah ada.

Tata cara ngukhau ngamin biasanya didahului dengan cara mengetuk pintu, memberi salam, setelah salam diterima barulah menyampaikan undangan secara lisan atau dialok dengan berbahasa lampung yang baik. Bila undangan secara lisan atau dialok tersebut sudah di sampaikan maka, langsung berpamitan pulang dengan memberi salam. Akan tetapi bila di rumah yang akan di undang tidak ada atau sedang berpergian, maka yang mengundang akan kembali lagi kerumah yang akan di undang tersebut.

b. Orang Yang Biasa Terlibat Dalam Acara Ngukhau Ngamin

(43)

undang dalam acara syukuran tersebut, hal ini selalu melibatkan beberapa kelompok penyimbang adat didesa tebajawa, urutan kepenyimbangan adalah sebagai berikut:

1. Penyimbang Buay ( Bandar) Mengepalai satu klen

2. Penyimbang Marga

Mengepalai Adat untuk beberapa tiuh atau pekon 3. Penyimbang tiyuh atau pekon

Mengepalai adat beberapa kerabat besar ( suku) 4. Penyimbang Suku

Mengepalai Adat beberapa puluh keluarga betih

Pada Lampung saibatin, untuk menjadi penyimbang marga tertutup sama sekali, bagi siapapun juga, walaupun ia mempunyai kerabat yang banyak atau biaya yag cukup untuk itu. Keturunan, tetap dipertahankan. Walaupun seorang anak cacat tubuh, tetapi ia anak tertua dari seorang anak penyimbang marga ia tetap menjadi penyimbang marga setelah ia berkeluarga, setelah upacara adat.

(44)

Tetapi, pada kenyataanyan saat ini peran penyimbang adat sudah tidak transparansi lagi salah satunya dikarenakan faktor pengaruh budaya luar,dan Perbedaan tingkat kedudukan adat dalam kepemyimbangan di desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran sudah tidak ada artinya lagi, hal ini terjadi karena kalangan yang bukan kerabat punyimbang bisa sejajar dan dapat bergaul dengan warga yang menyandang punyimbang adat. Tingkat susunan kepunyimbangan kini cenderung untuk menjadi seni budaya saja dan kurang mempunyai kekuatan hukum.

Jadi, yang biasa terlibat dalam ngukhau ngamin ini hanyalah kerabat atau keluarga saja. Karena Peranan dan fungsi penyimbang adat tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena dalam melaksanakan acara adat sebagian masyarakat sudah tidak bermusyawarah lagi dengan penyimbang adat sehingga dapat mengakibatkan salah pengertian antara individu dan kelompok kekerabatan

5. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pergeseran Tata Cara Adat Pada Ngukhau Ngamin

Pada masyarakat lampung Saibatin khususnya Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran, pelaksanaan ngukhau ngamin yang sekarang dilaksanakan, pada dasarnya sudah tidak lagi mengikuti pola-pola ideal yang telah digariskan oleh nenek moyang.hal ini beberapa bagian dari proses ngukhau ngamin sudah mengalami perubahan. Artinya dari tata cara

(45)

a. Faktor Penyebab Bergesernya Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masyarakat Lampung Saibatin

1. Faktor Pengaruh Budaya Luar

Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan perubahan yang sangat cepat yang terjadi dimana-mana tidak terkecuali pada kehidupan masyarakat dan kehidupan sehari-hari.

Seiring perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa dampak tersendiri pada adat dan budaya yang ada pada suatu masyarakat. Perkembangan ini berdampak pada memudarnya budaya atau adat yang ada pada suatu masyarakat seperti pada tata cara

ngukhau ngamin khususnya pada masyarakat Lampung. Seperti halnya dalam tata cara ngukhau ngamin adat Lampung yang dilaksanakan di Desa Tebajawa telah banyak mengalami pergeseran dalam tata cara pelaksanaannya hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh budaya luar yang merupakan dampak dari masuknya informasi baru yang diterima masyarakat melalui media-media penyedia informasi. semua ini diakibatkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat.

(46)

cara yaitu asimilasi dan akulturasi. Asimilasi yaitu pembauran kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas kebudayaan asli. Sedangkan Akulturasi yaitu penerimaan sebagian unsur-unsur asing tanpa menghilangkan kebudayaan asli.

Melihat penjelasan diatas bisa dikatakan bahwa dengan masuknya budaya luar secara nyata akan membawa perubahan atau pergeseran pada semua struktur dalam kehidupan masyarakat termasuk juga pada pola-pola prilaku yang sekarang telah mengalami pergeseran bentuk disana sini. Pengaruh dari budaya luar ini juga nerupakan dampak secara tidak langsung dari adanya Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini juga yang menyebabkan pergeseran tata cara

ngukhau ngamin adat Lampung saibatin.

2. Faktor Kesadaran Masyarakat

(47)

Pewarisan adat budaya kepada generasi muda yang tidak sempurna artinya hanya disampaikan secara setengah-setengah akan memberikan sedikit pula mengenai apa yang terkandung dalam pelaksanaan adat budaya. Masyarakat sekarang khususnya masyarakat suku Lampung kurang memahami tentang bagaimana seharusnya melaksanakan suatu tata cara ngukhau ngamin sesuai dengan adat budaya yang ada di desa Tebajawa.

3. Faktor Komunikasi Budaya

Kemampuan untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi salah pahaman tentang budaya yang dianut. Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan perselisihan antar suku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.

Minimnya komunikasi antar generasi terdahulu dan generasi muda mengenai budaya sering menimbulkan ketidak pahaman generasi muda terhadap budaya asli daerahnya yang berdampak menurunnya ketahanan budaya daerah bahkan budaya bangsa. Pemahaman masyarakat merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan sesuatu yang menjadi permasalah yaitu tradisi ngukhau ngamin.

(48)

Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini. Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya asli. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya asli dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya asli di tengah perkembangan zaman. Perkembangan zaman yang yang begitu pesat membuat pola pikir dan pandangan hidup menjadi berubah. Dari sebuah pola pikir tradisyonal, yang senantiasa menjunjung tinggi nilai adat istiadat sebagai landasan hidup bermasyarakat, kini harus terkikis oleh sebuah pola pikir modern yang menganggap sesuatu serba instan.

5. Faktor Praktis

Praktis adalah suatu cara yang mudah untuk mencapai sebuah tujuan. Dalam tata cara ngukhau ngamin didesa tebajawa sudah mulai praktis

a. Efisiensi Waktu

Waktu adalah besaran yang menunjukkan lamanya suatu peristiwa berlangsung. Waktu termasuk besaran scalar. Satuan waktu antara lain sekon atau detik dalam Standar Internasional yang disingkat SI, menit, jam dan hari.

(49)

Dalam pelaksanaan ngukhau ngamin yang lengkap memerlukan waktu yang lebih lama, hal ini dikarenakan banyaknya tahapan yang dilalui dalam menyampaikan undangan tersebut. Sedangkan bila tidak ada orang didalam rumah yang akan diundang maka yang mengundang tersebut akan kembali lagi kerumah yang akan diundang.

Berkaitan dengan lamanya waktu pelaksanaan ngukhau ngamin

dapat dilihat dari undangan yang berbentuk dialok. Sehingga sebagian besar masyarakat Lampung Saibatin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran kini sudah mulai mengganti tahapan pelaksanaan ngukhau ngamin dengan waktu yang lebih singkat yaitu hanya memberikan selembar kertas yang didalam nya tertulis surat undangan dalam bentuk bahasa Lampung maupun bahasa Indonesia.

b. Efisiensi Tenaga

(50)

Faktor tenaga berkaitan dengan tata cara ngukhau ngamin yang sangat diperlukan yaitu membutuhkan tenaga yang sangat ekstra, karena menyampaikan undangan nya dengan berjalan kaki dari rumah satu kerumah yang lain nya. Sehingga masyarakat lebih memilih yang lebih praktis yaitu bisa dititipkan lewat tetangga sebelah rumah dan tidak lagi mengetuk pintu rumah yang satu dengan rumah yang lainnya.

6. Faktor Daya Ingat Masyarakat ( Lupa)

Daya ingat atau memori merupakan sesuatu yang sangat penting karena merupakan kekuatan jiwa manusia untuk menerima, menyimpan dan mereproduksi kesan-kesan, pengertian-pengertian atau tanggapan-tanggapan.

Ingatan adalah gudang informasi atau proses pembangkitan atau penghidupan kembali pengalaman kita. atau suatu informasi yang diberi kode dan di panggil kembali, dan pada dasarnya ingatan adalah suatu yangberbentuk jati diri manusia dan ini yang membedakan manusia dari makhluklainnya. Sebaliknya ingatan merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yangsangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Dimana ingatan yang bersifatdinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang di simpan.

(51)

Untuk itu, kita akan memulai dengan mengulas beberapa gambaran umum tentang jenisjenisingatan.

faktor daya ingat masyarakat ini sangat sering terjadi sedikit mengalami kebiasaan lupa, oleh karena itu bila undangan disampaikan dengan cara berdialok beberapa dari masyarakat yang diundang biasanya lupa dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga untuk mengatasi hal seperti ini maka dibuatlah undangan yang berbentuk tulisan atau cetak, supaya masyarakat lebih mudah untuk mengingatnya, dan undangan tersebut bisa di simpan.

B. Peran Penyimbang Adat Terhadap Pelestarian Budaya Masyarakat Lampung Saibatin

1. Pengertian Penyimbang Adat

Menurut Soejono Soekanto, 2000:72 selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai, maka hal itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapisan dalam masyarakat itu. Sedangkan menurut Hilman Hadikusuma (2002:17) pengertian punyimbang dalam masyarakat suku Lampung adalah orang yang dituakan karena ia pewaris mayor dalam keluarga kerabat atau kebuwaian (hukum waris mayoritas laki-laki)”.

(52)

laki-laki dari keturunan tertua, yang berkedudukan menggantikan tanggung jawab bapak sebagai kepala rumah tangga atau kerabat .

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penyimbang adalah anak tertua laki-laki dari keturunan tertua yang berkedudukan menggantikan tanggung jawab bapak sebagai kepala rumah tangga atau kerabat.

Hilman Hadikusuma (2002: l7), dengan adanya kepunyimbangan maka Lampumg mulai dari suatu keluarga rumah kecil sampai kerabat besar, suku tiyuh dan rnarga atau paksi mempunyai pemimpin menurut garis laki-laki (patilineal). Tanpa adanya punyimbang maka kerabat itu akan tidak menenp karena tidak ada yang dituakan, tidak ada pemusatan atau kerabat, tidak ada yang mengatur atau tidak ada yang dituakan dalam musyawarah untuk menyelesaikan peristiwa-peristiwa kekerabatan.

Buku Sistem Gotong Royong dalam Masyarakat Pedesaan Daerah Dep P dan K, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, bahwa seorang Penyimbang merupakan kepala adat dan sub klen tingkatan yang berkedudukan memegang wilayah atau yang berkedudukan Pandia Pakusara (Gelar berdasarkan urutan di dalam hubungan darah dengan penyimbang saja), bukan karena memegang wilayah atau mengepalai beberapa keluarga atau kerabat lainny.

1. Penyimbang Adat Berperan Sebagai Berikut:

(53)

b. memberi informasi dan penerima informasi yang nantinya mampu memberikan saran dan motivasi kepada para kerabatnya dalam proses komunikasi adat

c. fungsi kepemimpinan

Seorang Penyimbang Adat dituntut untuk menjadi teladan dan panutan yang baik bagi kelompoknya dan bisa memposisikan Adok tersebut serta bertanggung jawab menjalankan tugas-tugasnya sebagaimana peran Adok Penyimbang Adat mempunyai peran dalam memberi infomasi dan penerima informasi yang nantinya mampu memberikan saran serta motivasi kepada para kerabat (kemuakhian) dalam proses ngukhau ngamin di Desa Tebajawa, disamping fungsinya sebagai penasehat dan pengontrol terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kerabatnya atau kemuakhiannya. Sebagaimana halnya dengan sistem-sistem lain di dalam suatu kelompok atau organisasi, seseorang yang telah menyandang Adok memiliki fungsi kepemimpinan yang menunjukkan pengaruhnya terhadap sistem informasi.

(54)

secara umum seringkali terjadi kerancuan tanggung jawab dan ketidakjelasan fungsi penyimbang adat yang secara langsung mengakibatkan kesalahpahaman pengertian dan hilangnya kemurnian aturan adat yang ada. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah pendelegasian wewenang dan tanggung jawab suatu penyimbang adat tidak lagi mempertimbangkan kelompok kekerabatan/

kemuakhian, fungsi penyimbang adat yang disandang bahkan seringkali hanya berdasarkan pendekatan emosional individu yang bersangkutan.

Perbedaan tingkat kedudukan adat dalam kepemyimbangan di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran sudah tidak ada artinya lagi, hal ini terjadi karena kalangan yang bukan kerabat punyimbang bisa sejajar dan dapat bergaul dengan warga yang menyandang punyimbang adat. Tingkat susunan kepunyimbangan kini cenderung untuk menjadi seni budaya saja dan kurang mempunyai kekuatan hukum.

Peranan dan fungsi penyimbang adat tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena dalam melaksanakan acara adat sebagian masyarakat sudah tidak bermusyawarah lagi dengan penyimbang adat sehingga dapat mengakibatkan salah pengertian antara individu dan kelompok kekerabatan. Proses ngukhau ngamin dalam kekerabatan sudah tidak berjalan dengan baik.

(55)

C. Kerangka Pikir

Setelah dilakukan penguraian terhadap pelaksanaan tradisi ngukhau ngamin dan faktor-faktor penyebab pergeseran tata cara ngukhau ngamin , maka kerangka pikir merupakan instrumen yang memberikan penjelasan bagaimana upaya penulis memahami pokok masalah. Pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin merupakan mengundang masyarakat setempat untuk mengadakan acara syukuran yang bertujuan untuk berdoa bersama-sama kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pelaksanaan tata cara ngukhau ngamin memerlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit karena cara ngukhau ngamin/ mengundang nya dilaksanakan dengan cara berdialok. Sehingga pada masa modernisasi ini masyarakat lebih memilih yang praktis yaitu menggunakan undangan yang berbentuk cetak atau tertulis. Hal ini dikarenakan adat istiadat tersebut dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga lama kelamaan akan segera ditinggalkan. Perkembangan zaman yang begitu pesat membuat pola pikir dan tradisyonal, yang senantiasa menjunjung tinggi nilai adat istiadat sebagai landasan hidup bermasyarakat, kini harus terkikis oleh sebuah pola pikir modern yang menganggap sesuatu serba instan.

(56)

Faktor-faktor penyebab pergeseran tata cara ngukhau ngamin (Variabel X) :

1. Faktor Pengaruh budaya luar. 2. faktor kesadaran masyarakat 3. faktor komunikasi budaya 4. faktor pembelajaran budaya 5. faktor praktis

6. Faktor daya ingat masyarakat

Pelaksanaan ngukhau ngamin

( Variabel Y) :

(57)

Berdasarkan pendapat diatas. Maka penggunaan metode deskriptif kuantitatif

dalam penelitian ini sudah tepat, karena penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan

faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pergeseran tata cara Ngukhau

ngamin didesa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 40 warga Desa Tebajawa

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran.

Tabel I. Jumlah warga masyarakat yang tidak melaksanaan tata cara

Ngukhau Ngamin di desa Tebajawa

No Tidak melaksanakan tata cara

ngukhau ngamin Jumulah Pelaksanaan ngukgau ngamin

1 8 8

2 7 7

3 5 5

4 6 6

5 7 7

6 7 7

40 40

Sumber : Data Primer Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2011

Menurut suharsimi arikunto (2006:134), apabila subjek kurang dari 100, maka

[image:57.595.136.522.470.673.2]
(58)

Jika subjeknya besar atau lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15% atau 20% -

25%.

2. Sampel

Menurut suharsimi arikunto (2006:134), apabila subjek kurang dari 100, maka

lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Jika subjeknya besar atau lebih dari 100 dapat diambil 10% - 15%

atau 20% - 25 %. Atau lebih tergantung setidak-tidaknya :

a. kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga dan biaya

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek karena hal ini

menyangkut banyak sedikitnya biaya.

c. Besar kecilnya resiko yang di tanggung oleh peneliti.untuk penelitian yang

resikonya besar dan hasilnya akan lebih banyak.

3. Teknik Sampling

Karena populasi penelitian berjumlah kurang dari 100 maka semuanya

dijadikan sampel, sehingga penelitian ini merupakan penelitian total sampel

atau total sampling.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Penelitian

1.1 Variabel Bebas (X)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Faktor penyebab pergeseran

adat Lampung Saibatin dalam tata cara Ngukhau ngamin di Desa Tebajawa

(59)

1. Pengaruh budaya luar.

2. Kesadaran masyarakat

3. Komunikasi budaya

4. Pembelajaran budaya

5. Praktis

6. Daya ingat masyarakat (lupa)

1.2 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tata cara ngukhau ngamin adat

Lampung Saibatin di Desa Tebajawa Kec. Kedondog Kab. Pesawaran

(diberi simbol Y), yaitu:

1. Cara mengundang syukuran

2. Orang yang diundang

3. Orang yang terlibat dalam acara syukuran

2. Definisi Operasional Variabel 2.1 Variabel Bebas (X)

Definisi operasional variabel adalah definisi yang meberikan gambaran

mengukur secara variabel dengan memberikan arti atau mengkhususkan

suatu kegiatan. Penelitian ini akan membahas empat faktor yang menjadi

penyebab terjadinya pergeseran tata cara ngukhau ngamin adat Lampung

Saibatin Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran yaitu faktor

budaya luar, faktor kesadaran masyarakat, faktor komunikasi budaya,

faktor pembelajaran budaya, faktor praktis, Faktor daya ingat masyarakat

(60)

Definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan pada

sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati atau diobservasi

(Suryabrata(2000:76).

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

a. Pengaruh Budaya Luar

Budaya luar adalah suatu masyarakat yang bukan asli orang Lampung,

tetapi bertempat tinggal di daerah Lampung . Seperti dari daerah jawa,

padang sunda dan lain-lain. Sehingga turut mempengaruhi perubahan

adat Lampung yang sudah ada karena satu daerah memiliki

bermacam-macam suku dan memiliki adat yang berbeda-beda.

b. Kesadaran masyarakat

Kesadaran masyarakat untuk menjaga budaya asli sekarang ini masih

terbilang minim. Masyarakat lebih memilih budaya luar yang lebih

praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman.

Mayarakat sekarang khususnya masyarakat Suku Lampung kurang

memahami tentang bagaimana seharusnya menyelenggarakan suatu tata

cara ngukhau ngamin sesuai Adat Istiadat.

c. Komunikasi budaya

Minimnya komunikasi budaya ini sering menimbulkan perselisihan

antar suku yang akan berdampak turunnya ketahanan budaya bangsa.k

(61)

untuk berkomunikasi sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman

tentang budaya yang dianut.

d. Pembelajaran budaya

melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya

budaya asli dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara

mengadaptasi budaya asli di tengah perkembangan zaman.lingkungan

masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai adat-istiadat maka akan

mampu memberikan konstribusi terutama kepada generasi muda untuk

senantiasa melestarikan adat budaya leluhur yang sudah diwariskan

secara turun temurun.

Demikian pula sebaliknya, lingkungan masyarakat yang sudah modern

terutama dikota-kota besar akan mulai meninggalkan adat istiadat. Hal

ini dikarenakan adat istiadat tersebut dianggap sudah tidak sesuai

dengan perkembangan zaman, sehingga lama kelamaan akan segeran

ditinggalkan.

1. Praktis

Praktis adalah suatu cara yang mudah untuk mencapai sebuah tujuan.

Dalam tata cara ngukhau ngamin didesa tebajawa sudah mulai

(62)

1. Efisiensi Waktu

Dalam pelaksanaan ngukhau ngamin yang lengkap memerlukan

waktu yang lebih lama, hal ini dikarenakan banyaknya tahapan

yang dilalui dalam menyampaikan undangan tersebut.

2. Efisiensi Tenaga

tenaga adalah yang diperlukan untuk mengikuti tata cara ngukhau

ngamin yang terlalu banyak.

f. Faktor Daya Ingat Masyarakat (Lupa)

faktor daya ingat masyarakat ini sangat sering terjadi sedikit mengalami

kebiasaan lupa, oleh karena itu bila undangan disampaikan dengan cara

berdialok beberapa dari masyarakat yang di undang biasanya lupa

dengan waktu yang telah ditentukan, sehingga untuk mengatasi hal

seperti ini maka dibuatlah undangan yang berbentuk tulisan atau cetak,

supaya masyarakat lebih mudah untuk mengingat nya, dan undangan

tersebut bisa di simpan.

Varibel Y

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tata cara ngukhau ngamin adat

Lampung Saibatin di Desa Tebajawa Kec. Kedondog Kab. Pesawaran

(diberi simbol Y),yaitu:

1. Cara mengundang syukuran

2. Orang yang diundang

(63)

D. Rencana Pengukuran Variabel

Dalam mengukur variabel tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Bergesernya

tata cara ngukhau ngamin pada masyarakat Lampung Saibatin Desa Tebajawa

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran diukur Dengan menggunakan

angket yang berisikan indikator dari tata cara ngukhau ngamin pada ma

Gambar

Tabel I. Jumlah   warga masyarakat yang tidak melaksanaan tata cara
Tabel 2. Perbedaan Antara Tata Cara Ngukhau Ngamin Pada Masa Dulu dan Tata  Cara Ngukhau  Ngamin Pada Masa sekarang
Tabel I. Jumlah   warga masyarakat yang tidak melaksanaan tata cara

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan bentuk deversifikasi produk kopra untuk dikembangkan berbagai jenis kebutuhan pokok (misalnya untuk minyak goreng, bahan kue nata de coco, dan bahan

Untuk mendapatkan karyawan yang berprestasi dalam bekerja, perusahaan harus lebih memperhatikan rekrutmen dan penempatan karyawan secara baik dan benar, sesuai dengan

Laporan kasus ini adalah kasus langka seorang laki-laki dengan malformasi Arnold Chiari tipe 1 dengan manifestasi lambat dan siringomielia yang sukses menjalani

Dalam perspektif ini, perlawanan fisik terhadap pemerintah kolonial seperti yang dilakukan Raden Rangga (1810) pada masa pemerintahan Sultan HB II, Pangeran Diponegoro (putra Sultan

Air tanah, yang umumnya mempunyai kandungan besi dan mangan relatif lebih besar dari sumber air yang lain, pemakaiannya juga sudah harus mulai dikurangi atau dihentikan

Kinerja karyawan memiliki link yang kuat dengan pelatihan SDM dan ada untuk itu adalah studi penting bagi dunia usaha untuk belajar tentang hubungan

K4 Saya selalu bekerja sama dengan rekan kerja untuk menghasilkan kinerja yang ditetapkan perusahaan. K5 Saya selalu