• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI

LAMPUNG

Oleh

MUHAMAD FEBRI UTAMA

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan

Manusia (IPM), dan inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Penelitian ini menggunakan alat analisisregresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dilakukan dengan menggunakan rentang waktu 15 tahun yaitu tahun 1999-2013.Alat analisis menggunakan Program SAS V.8. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Indeks Pembangunan Manusia dengan koefisien regresi sebesar 0,80192 memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya variabel.inflasi memiliki koefisien regresi sebesar 0,36994 memiliki pengaruh pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung. Hasil dari analisis juga menyimpulkan bahwa variabel IPM dan Inflasi melalui pengujian hipotesis secara keseluruhan, semua variabel secara bersama-sama memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

(2)

ANALYSIS OF EFFECT OF HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) AND INFLATION ON ECONOMIC GROWTH IN THE PROVINCE

LAMPUNG

By

MUHAMAD FEBRI UTAMA

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of the Human Development Index (HDI), and inflation on economic growth in the province of Lampung. This study using multiple linear regression analysis with Ordinary Least Square (OLS) performed by using a span of 15 years ie 1999-2013 year. Analysis tools using the SAS program V.8. The results of this study indicate that the Human Development Index of variables with a regression coefficient of 0.80192 has a positive and significant impact on economic growth. Furthermore inflation variable has a regression coefficient of 0.36994 has a positive and significant impact effect on economic growth in the Province of Lampung. The results of the analysis also concluded that the HDI variables and inflation through hypothesis testing as a whole, all the variables are jointly significant effect on economic growth in the Province of Lampung.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muhamad Febri Utama, dilahirkan di Kotabumi, pada tanggal 18 Februari 1992. Sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari Bapak Hipni dan Ibu Liyana dan kakak dari Novian Dwi Hadi.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Islam Nurul Iman (1997-1998), Sekolah Dasar Negeri 05 Kotabumi Lampung Utara (1998-2004), Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Kotabumi Lampung Utara (2004-2007), Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kotabumi Lampung Utara (2007-2010). Kemudian pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa di Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.).

Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kunjung Lapangan (KKL) di Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Kementrian Koperasi dan UMKM, dan Bank Indonesia (BI).Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2014 selama 40 hari di Pekon Fajar Baru Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten

(8)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk Allah SWT. Sebagai rasa syukur atas ridho

serta karunia-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik. Serta

Rasulullah Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya dari zaman

kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan

Alhamdulillaahirabbil’ alamiin.

Untuk kedua orang tuaku Abi Hipni dan Mami Liyana , terima kasih atas doa

yang selama ini diberikan untuk kelancaran skripsi ini, kalian adalah separuh

jiwaku.

Adikku Novian Dwi Hadi, terima kasih atas doa dan dukunganya.

Dosen-dosen serta sahabat-sahabat terbaik yang turut memberikan arahan,

dukungan dan doa yang menambahkan semangat atas selesainya skripsi ini.

Juga almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(9)

MOTO

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Q.S Al-Baqarah: 153)

Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, allah akan

memudahkan baginya jalan ke surga”

(HR. Muslim)

“Tidak ada kenyamanan di hari tua bagi mereka yang malas di masa muda”

(Bob Sadino)

Jadilah lelaki yang tangguh, agar dapat kebahagiaan yang utuh

(Muhamad Febri Utama)

Iman dan Ilmu terpatri dalam sanubariku

(10)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillahirobbil’alamin. Puji syukur penulis

ucapkankan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul“Analisis Pengaruh

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung.” Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Lampung.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai

pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati sebagai wujud rasa hormat dan penghargaan serta terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. selalu Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak M.Husaini, S.E., M.E.P. selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

3. Ibunda Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung dan sekaligus selaku

Dosen Penguji Utama yang telah memberikan saran yang sangat bermanfaat

(11)

saran dalam proses penyusunan skripsi ini hingga akhir kepada penulis.

5. Bapak Asrian Hendi Caya, S.E., M.E. selaku Pembimbing Akademik

6. Seluruh bapak dan ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama masa perkuliahan.

7. Keluargaku Tercinta, Abi dan Mami yang tiada hentinya mendukung dan

tak pernah lelah mendoakan, adik Novian Dwi Hadi yang selalu

memberikan senyuman penyemangat dan doa yang tulus ikhlas.

8. Bu Hudaiyah, Bu Mar, Bu Yati, Mas Kus, pakde kantin, pakde-pakde, dan

para staf Ekonomi Pembangunan yang telah membantu kelancaran proses

skripsi ini.

9. Sahabat-sahabatku Danny Chandra, Chairman Sani, Ardan Rifa’i, Darusman

Tohir, Dede Saputra yang selalu saya repotkan, pemberi semangat, doa dan

motivasi.

10. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2010 Dicki, Adi, Andhika Rizki,

Dimas, Diah, Benny, Ari, Nova, Dessy Ratnasari, Sandi dan lainnya yang

telah memberikan bantuan dan semangat dalam hidup. Serta seluruh

teman-teman EP’10 yang tak dapat disebut satu persatu karena keterbatasan yang

ada.

11. Keluarga KKN tersayang,semua keluarga induk semang, Nisa, Maiza, Ido,

Khemdun, Fira, Mimi, Nindya, Wayan, Mano, Novil, Tiwi yang telah

memberikan pengalaman serta kebersamaan yang luar biasa selama masa

(12)

angkatan 2011 dan 2012yang tidak dapat disebutkan satu-persatu namun

terima kasih banyak , atas dukungannya.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan pengorbanan bapak, ibu,

kakak, adik, dan teman-teman. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari

kesempurnaan akan tetapi penulis berharap semoga karya ini berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandarlampung, 30 Januari 2015 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Kerangka Pemikiran ... 11

F. Hipotesis ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PertumbuhanEkonomi ... 14

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi ... 15

2.TeoriPertumbuhanEkonomi ... 16

3. ManfaatPertumbuhanEkonomi ... 21

B. Inflasi dan Implikasinya ... 21

1.TeoriInflasi ... 23

2.Jenis-JenisInflasi ... 26

3.Faktor-Faktor yang MenimbulkanInflasi ... 26

4.AkibatBurukInflasi ... 28

5.Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi ... 31

C. Indeks Pembangunan Manusia ... 32

1.IndeksPembangunan Manusia ... 32

2.Definisi Indeks Pembangunan Manusia ... 35

3.Tahapan Penghitungan IPM dan Penentuan Status IPM... 38

4. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Pertumbuhan Ekonomi ... 40

D. Penelitian Terdahulu ... 41

III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data ... 43

B. Batasan Peubah Variabel... 43

C. Metode Analisis Data ... 45

(14)

a.

Pengujian Normalitas ... 46

b.

Pengujian Heteroskedastisitas ... 50

c.

Pengujian Autokorelasi ... 54

d. Pengujian Multikolinearitas ... 57

E. Uji Hipotesis ... 61

a.

Uji F Statistik ... 61

b.

Uji t Statistik ... 62

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HasilAsumsiKlasik ... 65

B. Analisis Regresi Komponen Utama ... 73

C. Pengujian Hipotesis ... 75

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79

E. Keterbatasan Penelitian ... 84

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Karakteristik Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ... 39

2. Hasil Uji Normalitas Untuk Variabel Y ... 67

3. Hasil Uji Normalitas Untuk Variabel X1 ... 68

4. Hasil Uji Normalitas Untuk Variabel X2 ... 68

5. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 70

6. Durbin Watson Test Bound ... 71

7. Hasil Uji Autokorelasi... 71

8. Hasil Uji Multikolinieritas dengan Metode VIF ... 73

9. Hasil Uji Regresi Komponen Utama... 73

10.Hasil Uji t Probability ... 76

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 1999-2013... 03 2. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Lampung

Tahun 1999-2013... 07 3. Perkembangan Inflasi Provinsi Lampung Tahun 1999-2013... 10 4. Kerangka Pemikiran... 12 5. Statistik Durbin-Watson Untuk Mengetahui Daerah yang Termasuk

Autokorelasi atau Tidak... 56 6. Grafik Histogram... 66 7. Grafik Normal Probability Plots... 66 8. Hubungan IPM dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun

1999-2013... 79 9. Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan fenomena penting yang dialami

dunia semenjak dua abad belakangan ini. Dalam periode tersebut dunia telah

mengalami perubahan yang sangat nyata apabila dibandingkan dengan periode

sebelumnya. Sampai abad ke 18 kebanyakan masyarakat di berbagai negara masih

hidup pada tahap subsisten dan mata pencarian utama adalah dari mata

pencaharian di sektor pertanian, perikanan dan berburu.

Pertumbuhan ekonomi didefenisikan sebagai peningkatan kemampuan dari suatu

perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Pertumbuhan

ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan

tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. (Sukirno,

2006:423).

Pertumbuhan ekonomi adalah hal yang selalu diprioritaskan sebab adanya

pertumbuhan ekonomi mengindikasikan adanya pertambahan pendapatan

perkapita. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ekonomi memungkinkan terjadinya

pembangunan ekonomi di banyak bidang. Menurut Kuznets pertumbuhan

(19)

menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya;

kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian

kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya (Jhingan, 2010:57).

Pembangunan ekonomi yang baik dan berkelanjutan sangat diharapkan oleh

negara seperti Indonesia karena dapat mengatasi masalah kemiskinan,

pengangguran, buta huruf meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberi

perhatian lebih di bidang kesehatan dan pendidikan (Masriah, 2011:23). Dengan

kata lain negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi maka ia akan

mampu memberikan efek yang tinggi terhadap bidang-bidang yang lain sebab

ketika suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi maka pendapatan nasional

suatu negara akan terdongkrak naik sehingga bisa dialokasikan untuk pembiayaan

pembangunan infrastruktur perekonomian. Oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi

menjadi salah satu tujuan utama suatu negara guna mensejahterakan

penduduknya. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh berbagai faktor

diantaranya adalah konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah ataupun ekspor

dan impor. Dalam variabel model pertumbuhan ekonomi tersebut tentunya

terdapat indikator-indikator dari variabel yang mempengaruhi besar kecilnya

jumlah dari masing-masing variabel yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,

indikator dari variabel tersebut diantaranya adalah Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) dan Inflasi. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pengaruhnya termasuk

kedalam pengeluaran pemerintah (G), Karena dana yang di alokasikan dari

pengeluaran pemerintah ini diantaranya ditujukan untuk peningkatan Indeks

Pembangunan Manusia, melalui indikator Indeks Pembangunan Manusia yakni

(20)

inflasi pengaruhnya termasuk kedalam konsumsi (C), karena inflasi merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan dari tinggi ataupun rendahnya konsusmsi

masyarakat. Atas dasar tersebut, penulis memilih IPM dan Inflasi sebagai variabel

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung untuk dijadikan

penelitian.

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 1999-2013

Pertumbuhan Ekonomi

Sumber: BPS Provinsi Lampung, Tahun 2014

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 1999-2013

Berdasarkan Gambar 1, pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung tahun

2000-2003 selalu mengalami peningkatan dari 3,4% untuk tahun 2000 naik sebesar

2,36% pada tahun 2007 menjadi 5,76%. Meskipun pada tahun 2000 pertumbuhan

ekonomi Provinsi Lampung mengalami penurunan sebesar 0,14% yang

sebelumnya pada tahun 1999 sebesar 3,54% pada tahun 2000 turun menjadi

3,40%. Selanjutnya, meskipun pertumbuhan ekonomi provinsi Lampung tiap

(21)

Provinsi Lampung 2014 pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung dari tahun

2009 hingga tahun 2012 selalu mengalami peningkatan namun tidak dengan

pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cenderung mengalami ketidakstabilan pada

tahun tersebut. Pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Lampung sebesar 5,26%

dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,46% yang justru pertumbuhan

ekonomi indonesia ini mengalami penurunan yang drastis dari tahun sebelumnya

yaitu pada tahun 2008 sebesar 5,89% mengalami penurunan sebesar 1,43%

menjadi 4,46% tahun 2009. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung juga

mengalami penurunan tetapi relatif kecil sebesar 0,09% dari tahun 2008 sebesar

5,35% menjadi 5,26% tahun 2009. namun pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi

Provinsi Lampung mengalami peningkatan yang tajam sebesar 0,62% hal yang

sama juga terlihat pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami

peningkatan yang drastis yaitu sebesar 1,74%. Di tahun 2011 pertumbuhan

ekonomi Provinsi Lampung mengalami peningkatan kembali sebesar 0,54% hal

yang sama juga terlihat pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami

peningkatan sebesar 0,26%. Akan tetapi pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi

Provinsi Lampung mengalami peningkatan sebesar 0,06% sedangkan

pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami penurunan sebesar 0,23% dari tahun

sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi lampung berdasarkan gambar 1 paling tinggi

terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 6,48% dan terendah terjadi pada tahun 2000

yaitu sebesar 3,4%. Faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi

diantaranya adalah pada tahun 2000, pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi

(22)

perekonomian Indonesa tahun 1998-1999 menyebabkan pertumbuhan ekonomi

indonesia tersebut cenderung memburuk dan masih dalam proses membangun.

Sedangkan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi yang mengalami peningkatan

paling tinggi diantaranya disebabkan karena pada tahun tersebut semakin

membaiknya kuantitas dan kualitas tenaga kerja, adanya penambahan modal dan

kemajuan teknologi di Provinsi Lampung. Dengan meningkatnya kuantitas dan

kualitas tenaga kerja ini tentunya meningkatkan juga hasil output produksi karena

menurut solow pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari faktor tersebut.

Selain itu juga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Lampung memiliki

nilai yang tinggi ini dikarenakan membaiknya sektor pendidikan dan kesehatan

yang merupakan indikator dari IPM, dan juga pada tahun tersebut inflasi masih

berada dalam kategori normal.

Menurut Solow pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu atau lebih dari

tiga faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui pertumbuhan

jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal dan teknologi.

Sedangkan salah satu alat untuk mengukur pembangunan kualitas dan kuantitas

tenaga kerja adalah Indeks Pembangunan Manusia (Todaro, 2003:150). Indeks

pembangunan manusia merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga

bidang pembagian manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu kesehatan yang

diukur dari rata-rata usia harapan hidup, pengetahuan dan pendidikan yang diukur

dari rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf dan standar hidup layak

(23)

IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar

pembangunan manusia:

a. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat

kelahiran.

b. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang

dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah,

atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).

c. Standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk

domestik bruto per kapita dalam paritasi daya beli.

Untuk mewujudkan tercapainya ketiga unsur tersebut dilakukan upaya konkrit

dan berkesinambungan. Misalnya untuk mencapai umur panjang (Angka

Harapan Hidup) yang tinggi, harus didukung oleh tingkat kesehatan yang baik,

status gizi baik dan semua prasarana kesehatan lingkungan yang baik. Untuk

memiliki pengetahuan dan keterampilan, manusia harus meningkatkan kualitas

pendidikannya, pembangunan pendidikan harus diutamakan dimana angka

melek huruf ditingkatkan. Untuk itu rata-rata lama bersekolah harus diatas 12

tahun atau setingkat tamat SLTA.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berperan penting dalam pembangunan

perekonomian modern sebab pembangunan manusia yang baik akan

menjadikan faktor-faktor produksi mampu dimaksimalkan. Mutu penduduk

(24)

produksi yang ada. Selain daripada itu pembangunan manusia yang tinggi

mengakibatkan jumlah penduduk akan tinggi pula sehingga akan menaikkan

tingkat konsumsi. Hal ini akan mempermudah untuk menggalakkan

pertumbuhan ekonomi (Sukirno,2006:430).

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi

Lampung Tahun 1999-2013

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sumber: BPS Provinsi Lampung, Tahun 2014

Gambar 2.Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi

Lampung Tahun 1999-2013

Berdasarkan gambar 2, dapat dilihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

di Provinsi Lampung dari tahun ke tahunnya terus meningkat. Pada tahun

2009-2012 IPM Provinsi Lampung terus mengalami peningkatan dari tahun 2009

sebesar 70,93 meningkat sebesar 1,52 menjadi 72,45%. Hal yang sama juga

(25)

terus mengalami peningkatan dari 5,26% meningkat sebesar 1,22% menjadi

6,48%.

IPM Provinsi Lampung tertinggi terjadi pada tahun 2013 degan nilai IPM sebesar

73,24 dan terendah terjadi pada tahun 1999 dengan nilai sebesar 63. Banyak

faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi diantaranya adalah pada tahun 1999

tersebut perekonomian Indonesia masih dalam keadaan yang terpuruk

dikarenakan pada tahun tersebut terjadi krisis moneter. Kondisi perekonomian

yang buruk tersebut berpengaruh dalam banyak hal, diantaranya juga berimbas

kepada Indeks Pembangunan Manusia yang cenderung rendah. Untuk nilai IPM

paling tinggi yang terjadi pada tahun 2013 sebesar 73,24 dipengaruhi oleh

berbagai faktor diantaranya adalah membaiknya pertumbuhan ekonomi Provinsi

Lampung dan juga pada tahun tersebut inflasi berada pada kategori yang rendah.

Akan tetapi menurut BPS Provinsi Lampung tahun 2014, IPM Provinsi Lampung

yang selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya ini, hal yang sama

tidak terlihat dengan pertumbuhan ekonomi yang dari tahun ke tahunnya

cenderung mengalami ketidakstabilan. Selanjutnya jika dibandingkan dengan

beberapa Provinsi di Sumatera, pertumbuhan ekonomi dan IPM Provinsi

Lampung ini adalah yang paling rendah. Beberapa Provinsi itu diantaranya adalah

: Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Selatan,Bangka Belitung, dan Jambi.

Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam pengendalian ekonomi

makro yang berdampak luas terhadap berbagai sektor ekonomi. Sebagian ahli

ekonomi berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang

(26)

secara berkepanjangan tentunya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi karena kebanyakan orang ingin menyimpan uangnya saja di Bank tanpa

berpikir untuk ber-investasi yang dimana disini Investasi merupakan faktor yang

paling menunjang bagi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi jika inflasi hanya

berlangsung sementara dan tingkat inflasi yang masih dibatas wajar dengan syarat

dan batas-batas yang masih toleran justru inflasi akan mendorong perekonomian.

Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kebijakan yang digunakan

otoritas moneter, dalam hal ini adalah Bank Indonesia (BI) dalam upaya

menanggulangi inflasi.

ITF merupakan sebuah kerangka kebijakan moneter yang ditandai dengan

pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak dicapai dalam

beberapa periode kedepan. Rendah dan stabilnya tingkat inflasi merupakan salah

satu syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan. Oleh

sebab itu inflasi menjadi fokus pencapaian tujuan kebijakan moneter saat ini. Hal

ini sejalan dengan tujuan BI yang mencapai dan memelihara kestabilan rupiah

dalam kaitannya dengan harga barang dan jasa yang diukur dengan laju inflasi dan

nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain (Undang-undang No.23 tahun

1999 yang telah diamandemen menjadi Undang-undang No.3 tahun 2004).

Secara umum, inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang secara umum

dan berlangsung secara terus menerus. Yang berakibat pada turunnya daya beli

masyarakat karena secara riil pendapatannya juga menurun. Jadi jika ada kenaikan

harga pada suatu barang namun kenaikan itu bersifat sementara maka hal tersebut

(27)

3,34

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Inflasi Provinsi Lampung Tahun 1999-2013

Inflasi

Sumber: BPS Provinsi Lampung, Tahun 2014

Gambar 3.Perkembangan Inflasi Provinsi Lampung tahun 1999-2013

Berdasarkan gambar 3, inflasi Provinsi Lampung dari tahun ke tahunnya

cenderung mengalami ketidakstabilan (fluktuatif). Berdasarkan data menunjukkan

jika inflasi naik dari tahun sebelumnya ke tahun berikutnya pertumbuhan ekonomi

cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan BPS Provinsi Lampung tahun

2014 pada tahun 2001,2002,2003,2005,2011,2013 pergerakan inflasi mengalami

peningkatan, akan tetapi pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut mengalami

penurunan. Hal ini mengindikasikan inflasi sebagai salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

Masalah pertumbuhan ekonomi penting untuk diteliti dan dikembangkan karena

dampak/pengaruhnya yang besar terhadap perekonomian di Indonesia. Berasarkan

latar belakang di atas melalui variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan

(28)

indikator pertumbuhan ekonomi untuk itu, peneliti tertarik mengambil judul

“Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Inflasi

Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Provinsi Lampung”

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap

pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung?

2. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi

Lampung?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan antara Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

dengan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

2. Untuk mengetahui hubungan antara inflasi dengan pertumbuhan ekonomi di

Provinsi Lampung.

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi mengenai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), inflasi

dalam mempengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

2. Sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat

untuk meneliti mengenai pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung.

E. Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

(29)

kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh

mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan

masyarakat pada suatu periode tertentu. Faktor – faktor yang mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi diantaranya Konsumsi, Investasi, Pengeluaran Pemerintah,

dan Ekspor ataupun Impor. Selain itu seiring berkembangnya zaman ada faktor

lainnya yang mendukung laju pertumbuhan ekonomi diantaranya adalah Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) dan inflasi. Inflasi memberikan pengaruh terhadap

konsumsi dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang pengarunhya terhadap

pengeluaran pemerintah.

Berdasarkan landasan berpikir diatas peneliti akan meneliti apakah nantinya

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan inflasi berpengaruh secara signifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Lampung, untuk itu dalam penelitian

ini yang menjadi variabel bebas adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

(X1) di Provinsi Lampung tahun 1999 – 2013, inflasi (X2) di Provinsi Lampung

tahun 1999 – 2013 yang dinyatakan dalam persen (%). Sedangkan yang menjadi

variabel terikat adalah pertumbuhan ekonomi (Y) di Provinsi Lampung 1999 –

2013 yang dinyatakan dalam persen (%). Dan dapat digambarkan dalam

kerangka pemikiran sebagai berikut :

(30)

F. Hipotesis

1. Diduga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh positif terhadap

Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Lampung.

2. Diduga Inflasi berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang

menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah

dan kemakmuran masyarakt meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat

dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Dari satu

periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang

dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan karena

faktor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan dalam jumlah dan

kualitasnya. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas

perekomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu

periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu

proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka

proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap

faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat. Dengan adanya pertumbuhan

ekonomi maka diharapkan pendapatan masyarakat sebagai pemilik faktor

produksi juga akan meningkat (Sukirno, 2006:423).

(32)

Menurut Sukirno, (1994:415) bahwa istilah pertumbuhan ekonomi menerangkan

atau mengukur prestasi dari perkembangan dari suatu perekonomian, sedangkan

dalam analisis makro ekonomi tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu

negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu

negara.

Menurut Kuznets pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam

kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis

barang-barang ekonomi kepada penduduknya; kemampuan ini tumbuh sesuai dengan

kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang

diperlukannya (Jhingan, 2010:57).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah

perkembangan dalam kegiatan ekonomi yang ditandai dengan kenaikan output

barang dan jasa sehingga berakibat pada kenaikan pendapatan per kapita.

1. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sukirno faktor-faktor penting yang dapat mewujudkan pertumbuhan

ekonomi adalah: (1) Tanah dan kekayaan alam lainnya. (2) Jumlah dan mutu dari

penduduk dan tenaga kerja. (3) Barang-barang modal dan tingkat teknologi. (4)

Sistem sosial dan sikap masyarakat

Faktor produksi adalah sebagai kekuatan utama yang mempengaruhi pertumbuhan

(Jhingan, 2010:67). Beberepa faktor ekonomi tersebut adalah: (1) Tanah dan

kekayaan alam lainnya. (2) Akumulasi modal. (3) Organisasi. (4) Kemajuan

(33)

1. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Kemajuan ekonomi suatu daerah menunjukkan keberhasilan suatu pembangunan

meskipun bukan merupakan satu-satunya indikator keberhasilan pembangunan

(Todaro, 2006). Ada tiga macam ukuran untuk menilai pertumbuhan ekonomi

yaitu pertumbuhan output, pertumbuhan output per pekerja, dan pertumbuhan

output per kapita. Pertumbuhan output digunakan untuk menilai pertumbuhan

kapasitas produksi yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan tenaga kerja dan

modal di wilayah tersebut. Pertumbuhan output per tenaga kerja sering digunakan

sebagai indikator adanya perubahan daya saing wilayah tersebut (melalui

pertumbuhan produktivitas). Sedangkan pertumbuhan output per kapita digunakan

sebagai indikator perubahan kesejahteraan ekonomi.

Ada beberapa teori mengenai pertumbuhan seperti yang diuraikan sebagai berikut:

a. Teori Pertumbuhan Solow Dengan Unsur Human Capital

Teori ini memasukkan unsur human capital sebagai unsur yang berpengaruh

terhadap pertumbuhan. Human capital berperan sama dengan kapital yang bersifat

fisik. Model awal teori ini ditulis sebagai

Y (t) = K (t)α {A(t)H(t)}1-α...(1) .

Y : output

K : persediaan modal fisik

A : kemajuan teknologi

(34)

K dan H bersama-sama mempengaruhi output dan berlaku constant return to

scale. Variabel H bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan

jumlah tenaga kerja sebagaimana dinotasikan sebagai berikut.

H(t) = L(t) G(E), dimana L adalah jumlah tenaga kerja, G adalah fungsi dari

human capital per tenaga kerja yang digambarkan dalam tingkat pendidikan

tenaga kerja (E). Variabel K dan L adalah dinamik dan dinotasikan sebagai

berikut:

K = sK Y(t) dan L = nL(t)

sK adalah bagian dari output yang disisihkan untuk akumulasi modal dengan

asumsi tidak ada depresiasi, dan n adalah faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

jumlah tenaga kerja. Sementara itu teknologi sebagai faktor yang eksogen, dan

SDM dinotasikan sebagai berikut H(t) = sH Y(t) dimana sH adalah bagian dari

sumber daya yang dicurahkan untuk akumulasi modal sumber daya manusia.

Dalam accounting growth persamaan i bisa diubah diubah dalam bentuk logaritma

natural dengan membagi masing-masing sisi dengan L sehingga menjadi sebagai

berikut.

Ln Yi/Li = αLn Ki/Li + (1-α) ln Hi/Li + (1-α) ln Ai ...(2).

Persamaan (2) menggambarkan kontribusi kapital per tenaga kerja, labor service

per worker, dan residual terhadap output per worker. Persamaan tersebut dapat

diturunkan lagi dengan mengurangi αLn (Yi/Li) dan hasilnya adalah sebagai

(35)

Ln Yi/Li = α/(1- α) Ln Ki/Yi + ln Hi/Li + ln Ai ...(3).

Persamaan diatas menggambarkan output per tenaga kerja yang dipengaruhi oleh

capital-output ratio (K/Y), labor services per worker dan residual. Persamaan (2)

dan (3) tidak jauh berbeda, tetapi persamaan (3) lebih menggambarkan perubahan

dalam jangka panjang dalam variabel labor serviceper worker (H/L) dan residual

(A) (Romer : 2006). A adalah residual yang menggambarkan faktor-faktor yang

mempengaruhi output per worker, dimana

termasuk di dalamnya adalah kemajuan teknologi.

Menurut Solow pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu atau lebih dari

tiga faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja melalui pertumbuhan

jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan, penambahan modal dan teknologi.

b. Walt Whiteman Rostow

W.W.Rostow mengungkapkan teori pertumbuhan ekonomi dalam bukunya yang

bejudul The Stages of Economic Growth menyatakan bahwa pertumbuhan

perekonomian dibagi menjadi 5 (lima) sebagai berikut:

 Masyarakat Tradisional (The Traditional Society)

1. Merupakan masyarakat yang mempunyai struktur pekembangan dalam

fungsi-fungsi produksi yang terbatas.

2. Belum ada ilmu pengetahuan dan teknologi modern

3. Terdapat suatu batas tingkat output per kapita yang dapat dicapai

(36)

1. Merupakan tingkat pertumbuhan ekonomi dimana masyarakat sedang

berada dalam proses transisi.

2. Sudah mulai penerapan ilmu pengetahuan modern ke dalam fungsi-fungsi

produksi baru, baik di bidang pertanian maupun di bidang industri.

 Periode Lepas Landas (The take off)

1. Merupakan interval waktu yang diperlukan untuk emndobrak

penghalang-penghaang pada pertumbuhan yang berkelanjutan.

2. Kekuatan-kekuatan yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi

diperluas

3. Tingkat investasi yang efektif dan tingkat produksi dapat meningkat

4. Investasi efektif serta tabungan yang bersifat produktif meningkat atau

lebih dari jumlah pendapatan nasional.

5. Industri-industri baru berkembang dengan cepat dan industri yang sudah

ada mengalami ekspansi dengan cepat.

 Gerak Menuju Kedewasaan (Maturity)

1. Merupakan perkembangan terus menerus daimana perekonoian tumbuh

secaa teratur serta lapangan usaha bertambah luas dengan penerapan

teknologi modern.

2. Investasi efektif serta tabungan meningkat dari 10 % hingga 20 % dari

pendapatan nasional dan investasi ini berlangsung secara cepat.

3. Output dapat melampaui pertamabahn jumlah penduduk

(37)

5. Tingkat perekonomian menunjukkkan kapasitas bergerak melampau

kekuatan industri pad masa take off dengan penerapan teknologi modern

 Tingkat Konsumsi Tinggi (high mass consumption)

1. Sektor-sektor industri merupakan sektor yang memimpin (leading sector)

bergerak ke arah produksi barang-barang konsumsi tahan lama dan

jasa-jasa.

2. Pendapatn riil per kapita selalu meningkat sehingga sebagian besar

masyarakat mencapai tingkat konsumsi yang melampaui kebutuhan bahan

pangan dasar, sandang, dan pangan.

3. Kesempatan kerja penuh sehingga pendapata nasional tinggi.

4. Pendapatan nasional yang tinggi dapat memenuhi tingkat konsumsi tinggi

5. Tingkat konsumsi yang tinggi memberikan pengaruh juga terhadap inflasi

Dari kedua teori diatas Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan inflasi memiliki

pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi secara tidak langsung. Berdasarkan

teori Solow pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu atau lebih dari tiga

faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja melalui pertumbuhan jumlah

penduduk dan perbaikan pendidikan, penambahan modal dan teknologi.

Sedangkan salah satu alat untuk mengukur pembangunan kualitas dan kuantitas

tenaga kerja adalah Indeks Pembangunan Manusia (Todaro, 2003:150).

Sedangkan inflasi beradasarkan teori Walt Whiteman Rostow yang membagi

pertumbuhan ekonomi menjadi lima bagian pada tingkatan pertumbuhan ekonomi

(38)

karena salah satu faktor penunjang dari inflasi adalah tinngkat konsumsi yang

tinggi di masyarakat.

3. Manfaat Pertumbuhan Ekonomi

Manfaat Pertumbuhan Ekonomi antara lain sebagai berikut:

Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil

pembangunan nasional, pendapatan perkapitanya dipergunakan untuk mengukur

tingkat kemakmuran penduduk, sebab semakin meningkat pendapatan perkapita

dengan kerja konstan semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk dan juga

produktivitasnya.

Sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk

perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional. Sebagai dasar

penentuan prioritas pemberian bantuan luar negari oleh Bank Dunia atau lembaga

internasional lainnya.

B. Inflasi dan Implikasinya

Inflasi merupakan masalah yang selalu dihadapi setiap perekonomian. Sampai

dimana buruknya masalah ini berbeda diantara satu waktu ke waktu lainnya, dan

berbeda pula dari satu negara ke negara lainnya.

Secara umum, inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang secara umum

dan berlangsung secara terus menerus. Yang berakibat pada turunnya daya beli

(39)

harga pada suatu barang namun kenaikan itu bersifat sementara maka hal tersebut

belum bisa di katatakan inflasi (Putong, 2003:254).

Inflasi, merupakan salah satu indikator penting dalam pengendalian ekonomi

makro yang berdampak luas terhadap berbagai sektor ekonomi. Sebagian ahli

ekonomi berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya dipandang

sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Jadi disini jika inflasi terjadi

secara berkepanjangan tentunya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

ekonomi karena kebanyakan orang ingin menyimpan uangnya saja di Bank tanpa

berpikir untuk ber-investasi yang dimana disini Investasi merupakan faktor yang

paling menunjang bagi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi jika inflasi hanya

berlangsung sementara dan tingkat inflasi yang masih dibatas wajar dengan syarat

dan batas-batas yang masih toleran justru inflasi akan mendorong perekonomian.

Laju inflasi yang terlalu tinggi dapat mengganggu usaha pemerintah

meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Inflation Targeting Framework (ITF) merupakan kebijakan yang digunakan

otoritas moneter, dalam hal ini adalah Bank Indonesia (BI) dalam upaya

menanggulangi inflasi. ITF merupakan sebuah kerangka kebijakan moneter yang

ditandai dengan pengumuman kepada publik mengenai target inflasi yang hendak

dicapai dalam beberapa periode kedepan. Rendah dan stabilnya tingkat inflasi

merupakan salah satu syarat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang

berkesinambungan. Oleh sebab itu inflasi menjadi fokus pencapaian tujuan

kebijakan moneter saat ini. Hal ini sejalan dengan tujuan BI yang mencapai dan

(40)

diukur dengan laju inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain

(undang No.23 tahun 1999 yang telah diamandemen menjadi

Undang-undang No.3 tahun 2004).

Tingkat inflasi, yaitu presentasi kecepatan kenaikan harga-harga dalam suatu

tahun tertentu. biasanya digunakan sebagai ukuran untuk menunjukkan sampai di

mana buruknya masalah ekonomi yang dihadapi. Dalam perekonomian yang pesat

berkembang, inflasi yang rendah tingkatnya dinamakan inflasi merayapyaitu inflasi

yang mencapai 2 sampai 4 persen, biasanya tidak dapat dielakkan. Sering sekali

inflasi yang lebih serius, yaitu yang tingkatnya mencapai 5 sampai 10 persen atau

sedikit lebih tinggi, akan berlaku. Pada waktu peperangan atau ketidakstabilan

politik, inflasi dapat mencapai tingkat yang sangat tinggi, yaitu tingkatnya dapat

mencapai beberapa ratus atau hebcrapa rihu persen. Kenaikan harga-harga seperti

ini dinamakan inflasi hiper.

1. Teori Inflasi

Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang

yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Walaupun

analisis ekonomi dan kebijakan ekonomi terhadap inflasi sejak tahun 1970-an

dapat dibedakan menjadi dua kelompok aliran, yakni Keynesian dan Monetaris

namun dalam beberapa literatur disebutkan versi yang berbeda, dimana aliran

inflasi dibagi menjadi, Klasik, Keynesian, Moneterisme, Ekspektasi, dan

(41)

a. Teori Inflasi Klasik

Teori ini berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah uang

beredar, yang dapat dijelaskan melalui hubungan antara nilai uang dengan jumlah

uang, serta nilai uang dan harga. Bila jumlah uang bertambah lebih cepat dari

pertambahan barang maka nilai uang akan merosot dan ini sama dengan kenaikan

harga. Jadi menurut Klasik, inflasi berarti terlalu banyak uang beredar atau terlalu

banyak kredit dibandingkan dengan volume transaksi maka obatnya adalah

membatasi jumlah uang beredar dan kredit. Pendapat Klasik tersebut lebih jauh

dapat dirumuskan sebagai berikut :

Inflasi = f(jumlah uang beredar, kredit)

b. Teori Inflasi Keynes

Teori ini mengasumsikan bahwa perekonomian sudah berada pada tingkat full

employment. Menurut Keynes kuantitas uang tidak berpengaruh terhadap tingkat

permintaan total, karena suatu perekonomian dapat mengalami inflasi walaupun

tingkat kuantitas uang tetap konstan. Jika uang beredar bertambah maka harga

akan naik. Kenaikan harga ini akan menyebabkan bertambahnya permintaan uang

untuk transaksi, dengan demikian akan menaikkan suku bunga. Hal ini akan

mencegah pertambahan permintaan untuk investasi dan akan melunakkan tekanan

inflasi.

Analisa Keynes mengenai inflasi permintaan dirumuskan berdasarkan konsep

inflationary gap. Menurut Keynes, inflasi permintaan yang benar-benar penting

(42)

dengan peperangan, program investasi yang besar-besaran dalam kapital sosial.

Dengan demikian pemikiran Keynes tentang inflasi dapat dirumuskan menjadi :

Inflasi = f(jumlah uang beredar, pengeluaran pemerintah, suku bunga, investasi)

c. Teori Inflasi Moneterisme

Teori ini berpendapat bahwa, inflasi disebabkan oleh kebijaksanaan moneter dan

fiskal yang ekspansif, sehingga jumlah uang beredar di masyarakat sangat

berlebihan. Kelebihan uang beredar di masyarakat akan menyebabkan terjadinya

kelebihan permintaan barang dan jasa di sektor riil. Menurut golongan moneteris,

inflasi dapat diturunkan dengan cara menahan dan menghilangkan kelebihan

permintaan melalui kebijakan moneter dan fiskal yang bersifat kontraktif, atau

melalui kontrol terhadap peningkatan upah serta penghapusan terhadap subsidi

atas nilai tukar valuta asing. Sehingga teori inflasi menurut Moneterisme dapat

dinotasikan sebagai berikut :

Inflasi = f(kebijakan moneter ekspansif, kebijakan fiskal ekspansif)

d. Teori Ekspektasi

Menurut Dornbusch, bahwa pelaku ekonomi membentuk ekspektasi laju inflasi

berdasarkan ekspektasi adaptif dan ekspektasi rasional. Ekspektasi rasional adalah

ramalan optimal mengenai masa depan dengan menggunakan semua informasi

yang ada. Pengertian rasional adalah suatu tindakan yang logik untuk mencapai

tujuan berdasarkan informasi yang ada. Artinya secara sederhana teori ekspektasi

(43)

Inflasi = f(ekspektasi adaftif,ekspektasi rasional) e. Teori Strukturalis

Adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara

Amerika Latin. Teori ini memberi tekanan pada ketegaran (rigidities) dari

struktur perekonomian yang sedang berkembang. Karena inflasi dikaitkan dengan

faktor-faktor struktural dari perekonomian (faktor-faktor ini hanya bisa berubah

secara gradual dan dalam jangka panjang) maka teori ini disebut juga teori inflasi

jangka panjang.

2. Jenis-jenis Inflasi

Menurut Putong (2003:260) Jenis inflasi menurut sifatnya adalah:

(1) Inflasi merayap/rendah (creeping inflation), yaitu inflasi yang besarnya kurang

dari 10% pertahun; (2) Inflasi menengah (galloping inflation) besarnya 10 – 30%

pertahun; (3) Inflasi berat (high inflation), yaitu inflasi yang besarnya antara 30%

- 100% pertahun; (4) Inflasi sangat tinggi (hyper inflation), yaitu inflasi yang

ditandai oleh naiknya harga secara drastis hingga 4 digit atau di atas 100%.

3. Faktor-faktor yang Menimbulkan Inflasi

Berdasarkan kepada faktor-faktor yang menimbulkannya inflasi dapat dibedakan

kepada dua jenis: inflasi tarikan permintaan dan inflasi desakan biaya.

Inflasi Tarikan Permintaan

Inflasi tarikan permintaan terjadi apabila sektor perusahaan tidak mampu

(44)

Masalah kekurangan barang akan berlaku dan ini akan mendorong kepada

kenaikan harga-harga. Inflasi tarikan permintaan biasanya berlaku pada ketika

perekonomian mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan pertumbuhan

ekonomi berjalan dengan pesat. Dalam periode seperti ini permintaan masyarakat

bertambah dengan pesat dan perusahaan-perusahaan pada umumnya akan

beroperasi pada kapasitasnya yang maksimal. Kelebihan-kelebihan permintaan

yang masih wujud akan menimbulkan kenaikan harga-harga.

Disamping dalam masa pertumbuhan yang pesat dan tingkat kegiatan ekonomi

yang tinggi, inflasi tarikan permintaan dapat pula herlaku di dalam masa perang

atau ketidakstabilan politik. Dalam periode seperti itu biasanya pemerintah

berbelanja jauh melehihi pendapatannya yang didapat dari pajak atau sumber lain.

O1eh sebab itu pemerintah harus mencetak uang dan meminjam dari bank-bank

umum dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Pengeluaran pemerintah yang

berlebihan tersebut akan meningkatkan penuintaan agregat dengan cepat. Apabila

perusahaan-perusahaan tidak dapat melayani pertambahan permintaan tersebut

inflasi tarikan permintaan akan berlaku.

Inflasi Desakan Biaya

Inflasi desakan biaya adalah masalah kenaikan harga-harga dalam

perekonomian yang diakibatkan oleh kenaikan biaya produksi. Pertambahan

biaya produksi akan mendorong perusahaan-perusahaan menaikkan harga,

walaupun mereka harus mengambil resiko akan menghadapi pengurangan dalam

(45)

Sering kali inflasi desakan biaya akan diikuti oleh kenaikan dalam permintaan

agregat. Kenaikan harga-harga yang bersumber dari kenaikan biaya produksi

biasanya akan mendorong para pekerja untuk menuntut kenaikan gaji untuk

mengimbangi kenaikan dalam biaya hidup. Kenaikarn gaji yang berlaku akan

menambah permintaan agregat.

Kerap kali inflasi desakan biaya berlaku pada ketika perekonomian hampir atau

telah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu pada ketika

perekonomian menghadapi masalah kekurangan pekerja. Kenaikan

harga-harga barang bersumber dari salah satu atau gabungan dari tiga faktor berikut:

(I) para pekerja dalam perusahaan menuntut kenaikan upah, (ii) harga bahan

mentah yang digunakan perusahaan bertambah tinggi, dan (iii) dalam

perekonomian yang sedang mengalami perkembangan pesat pengusaha berusaha

menaikkan margin keuntungannya.

4. Akibat Buruk Inflasi

Akibat buruk inflasi dapat dibedakan kepada dua aspek, yaitu:

i. akibat buruknya kepada perekonomian dan

ii. akibatnya kepada individu-individu dan masyarakat.

Akibat Buruk Kepada Perekonomian

Sebagian ahli ekonomi berpendapat bahwa inflasi yang sangat lambat berlakunya

dipandang sebagai stimulator bagi pertumbuhan ekonomi. Kenaikan harga

tersebut tidak secepatnya diikuti oleh kenaikan upah pekerja, maka keuntungan

(46)

datang dan,ini akan mewujudkan percepatan dalam pertumbuhan ekonomi.

Tetapi apabila inflasi menjadi lebih serius keadaannya, perekonomian tidak akan

berkembang seperti yang diinginkan. Pengalaman beberapa negara yang telah

pernah mengalami inflasi hiper menunjukkan bahwa inflasi yang buruk akan

menimbulkan ketidakstabilan sosial dan politik dan tidak mewujudkan

pertumbuhan ekonomi. Terlebih dahulu ekonomi harus distabilkan, dan ini

termasuk usaha menstabilkan harga-harga, sebelum pertumbuhan ekonomi yang

teguh dapat diwujudkan.

Ketiadaan pertumbuhan ekonomi sebagai akibat dari inflasi yang serius

disebabkan oleh beberapa faktor penting seperti diuraikan di bawah ini:

1. lnflasi menggalakkan penanaman modal spekulatif. Pada masa inflasi terdapat

kecenderungan di antara pemilik modal untuk menggunakan uangnya dalam

investasi yang bersifat spekulatif. Membeli rumah dan tanah dan menyimpan

barang yang berharga akan lebih menguntungkan daripada melakukan

investasi yang produktif.

2. Tingkat bunga meningkat dan akan mengurangi investasi. Untuk menghindari

kemerosotan nilai modal yang mereka pinjamkan, institusi keuangan akan

menaikan tingkat bunga ke atas pinjaman-pinjaman mereka. Makin tinggi tingkat

inflasi , makin tinggi pula tingkat bunga yang akan mereka tentukan. Tingkat

bunga yang tinggi akan mengurangi kegairahan penanam modal untuk

mengembangkan sektor-sektor yang produktif.

3. Inflasi menimbulkan ketidakpastian mengenai keadaan ekonomi di masa

(47)

Pada akhirnya inflasi akan menimbulkan ketidakpastian dan arah

perkembangan ekonomi tidak lagi dapat diramalkan dengan baik. Keadaan

ini akan mengurangi kegairahan pengusaha untuk mengembangkan

kegiatan ekonomi.

4. Menimbulkan masalah neraca pembayaran. Inflasi menyebabkan harga

barang impor lebih murah daripada barang yang dihasilkan di dalam

negeri. Maka pada umumnya inflasi akan menyebabkan impor berkembang

lebih cepat tetapi sebaliknya perkembangan ekspor akan bertambah

lambat. Disamping itu aliran modal keluar akan lebih banyak daripada

yang masuk ke dalam negeri. Berbagai kecenderungan ini akan memperburuk

keadaan neraca pembayaran, defisit neraca pembayaran yang serius mungkin

berlaku. Hal ini seterusnya akan menimbulkan kemerosotan nilai mata uang.

Akibat Buruk Ke Atas Individu dan Masyarakat

Akibat buruk ke atas individu dan masyarakat dapat dibedakan kepada tiga

aspek seperti yang diterangkan di bawah ini:

1. Memperburuk distribusi pendapatan. Dalam masa inflasi nilai harta-harta

tetap seperti tanah, rumah, bangunan pabrik dan pertokoan akan

mengalami kenaikan harga yang adakalanya lebih cepat dari kenaikan

inflasi itu sendiri. Sebaliknya, penduduk yang tidak mempunyai harta -

yang meliputi sebahagian besar dari golongan masyarakat yang

berpendapatan rendah - pendapatan riilnya merosot sebagai akibat inflasi.

Dengan demikian inflasi melebarkan ketidaksamaan distribusi pendapatan.

(48)

dari pekerja-pekerja bergaji tetap. Dalam masa inflasi biasanya kenaikan

harga-harga selalu mendahului kenaikan pendapatan. Dengan demikian

inflasi cenderung menimbulkan kemerosotan pendapatan riil sebahagian

besar tenaga kerja. Ini berarti kemakmuran masyarakat merosot.

3. Nilai nil tabungan merosot. Dalam perekonomian biasanya masyarakat

menyimpan sebahagian kekayaannya dalam bentuk deposito dan tabungan

di institusi keuangan. Nilai riil tabungan tersebut akan merosot sebagai

akibat inflasi. Juga pemegang-pemegang uang tunai akan dirugikan karena

kemerosotan nilai riilnya.

5. Hubungan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dapat berpengaruh positif ketika

inflasi masih bersifat normal dan dimungkinkan aliran antara produsen dan

konsumen dapat berjalan dengan baik. Inflasi yang masih bersifat normal juga

menjadi insentif bagi perusahaan untuk meningkatkan produksinya. Hal ini juga

sesuai dengan hukum penawaran dimana kenaikan harga akan meningkatkan

produksi total yang mengindikasikan pertumbuhan ekonomi.

Inflasi adalah proses kenaikan harga-harga barang secara umum dan berlangsung

secara terus menerus. Yang berakibat pada turunnya daya beli masyarakat karena

secara riil pendapatannya juga menurun. Jadi jika ada kenaikan harga pada suatu

barang namun kenaikan itu bersifat sementara maka hal tersebut belum bisa di

(49)

Inflasi memiliki hubungan yang erat terhadap pertumbuhan ekonomi karena jika

inflasi berlangsung secara terus menerus berdampak negatif terhadap

pertumbuhan ekonomi misalkan saja jika tingkat inflasi yang terlalu tinggi ketika

harga-harga di pasaran melambung naik maka produsen akan sangat kesulitan

untuk memasarkan produksi mereka sebab dengan harga yang tingi maka

konsumen akan mengurangi konsumsi mereka bahkan bisa mengalihkan konsumsi

kepada barang pengganti yang lebih murah hal ini akan merugikan produsen dan

alur perputaran uang dalam masyarakat akan melambat sehingga pendapatan

masyarakat akan menurun dan ini menjadi indikasi dari pertumbuhan ekonomi.

Hal ini sesuai dengan teori dari Iskandar Putong yang mengatakan inflasi dapat

berakibat buruk sebab kenaikan harga yang terus menerus kemungkinan tidak

dapat terjangkau oleh masyarakat. Ketika terjadi inflasi masyarakat harus

mengeluarkan lebih banyak uang untuk mendapatkan barang yang mereka

inginkan. Sedangkan pada saat itu terjadi siklus yang dimana perusahaan juga

mengalami kelesuan sehinga berdampak langsung pada menurunnya pendapatan

perusahaan dan buruh (Putong,2003:263).

C. Indeks Pembagunan Manusia

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks ini pada 1990 dikembangkan oleh pemenang nobel India Amartya Sen dan

seorang ekonom Pakistan Mahbub ul Haq, serta dibantu oleh Gustav Ranis dari

Yale University dan Lord Meghnad Desai dari London School of Economics.

Sejak itu indeks ini dipakai oleh Program pembangunan PBB pada laporan IPM

(50)

vulgar" oleh karena batasannya. Indeks ini lebih berfokus pada hal-hal yang lebih

sensitif dan berguna daripada hanya sekedar pendapatan perkapita yang selama ini

digunakan. Indeks ini juga berguna sebagai jembatan bagi peneliti yang serius

untuk mengetahui hal-hal yang lebih terinci dalam membuat laporan

pembangunan manusianya.

IPM mengukur pencapaian rata-rata sebuah negara dalam 3 dimensi dasar

pembangunan manusia:

a. Hidup yang sehat dan panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat

kelahiran.

b. Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang

dewasa (bobotnya dua per tiga) dan kombinasi pendidikan dasar, menengah,

atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga).

c. Standard kehidupan yang layak diukur dengan logaritma natural dari produk

domestik bruto per kapita dalam paritasi daya beli. Setiap tahun Daftar

negara menurut IPM diumumkan berdasarkan penilaian diatas.

Manusia adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar

pembangunan. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan

lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati hidup sehat,

umur panjang dan menjalankan kehidupan yang produktif.

Untuk mewujudkan tercapainya ketiga unsur tersebut dilakukan upaya konkrit

dan berkesinambungan. Misalnya untuk mencapai umur panjang (Angka

Harapan Hidup) yang tinggi, harus didukung oleh tingkat kesehatan yang baik,

(51)

memiliki pengetahuan dan keterampilan, manusia harus meningkatkan kualitas

pendidikannya, pembangunan pendidikan harus diutamakan dimana angka

melek huruf ditingkatkan. Untuk itu rata-rata lama bersekolah harus diatas 12

tahun atau setingkat tamat SLTA.

Disamping itu penduduk harus mempunyai kesempatan untuk merealisasikan

pengetahuan dan keterampilannya dengan tersedianya lapangan pekerjaan,

sehingga dapat direfleksikannya dalam kegiatan produktif yang menghasilkan

pendapatan bagi manusia. Dengan pendapatan tersebut dapat memenuhi

kebutuhannya dengan cara meningkatnya daya beli. Akhirnya dengan ketiga

unsur tersebut diatas diharapkan masyarakat dapat meningkatkan kualitas

hidupnya dan mencapai standar hidup layak.

Selain itu secara umum pembangunan manusia dalam pengertian luas

mengandung konsep teori pembangunan ekonomi, yang konvensional termasuk

modal pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM),

pendekatan kesejahteraan dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.

Modal pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan pembangunan SDM

menempatkan manusia terutama sebagai input pendekatan kesejahteraan

melihat manusia sebagai pemanfaat (beneficiaries) bukan sebagai objek

perubahan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan

hidup.

Dalam Human Development Report pertama tahun 1990, UNDP mengingatkan,

tujuan utama pembangunan adalah kesejahteraan manusia (human welfare).

(52)

mencapai pembangunan manusia. Maka kebijakan-kebijakan pemerintahan

yang diambil merupakan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk

meningkatkan kesejahteraan manusia. Berhasilnya pembangunan di suatu

daerah maupun suatu negara dapat dilihat di wilayah itu. Oleh sebab itu perlu

dibuat suatu ukuran tingkat keberhasilan pembangunan manusia melalui

konkrit kenikmatan yang dicapai oleh manusia itu sendiri, upaya untuk

membuat ukuran/tingkat pencapaian pembangunan manusia pada suatu daerah

harus mampu memberikan gambaran tentang kesejahteraan penduduk dan

sekaligus besaran tingkat capaian terhadap sasaran ideal pada waktu tertentu.

Indeks Pembangunan Manusia/IPM (Human Development Index/HDI)

merupakan indikator komposit tunggal pembangunan manusia, tetapi telah

memperhatikan tiga hal yang paling penting yaitu angka harapan hidup waktu

lahir, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah sebagai ukuran pencapaian

pendidikan serta pengeluaran konsumsi yang mencerminkan kemampuan daya

beli.

2. Defenisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI)

merupakan suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan

manusia yang dianggap sangat mendasar yaitu usia hidup (longetivity),

pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent living). Secara

umum metode penghitungan IPM yang disajikan dalam penelitian ini sesuai

dengan metode yang digunakan The United Nations Development Programme

(53)

Sejak 1990 setiap tahunnya, Laporan Pembangunan Manusia (Human

Development Report) telah menerbitkan indeks pembangunan manusia (human

development index - HDI) yang mengartikan definisi kesejahteraan secara lebih

luas dari sekedar pendapatan domestik bruto (PDB). HDI memberikan suatu

ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur

dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup), terdidik (diukur

dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di

sekolah dasar, lanjutan dan tinggi) dan memiliki standar hidup yang layak

(diukur dari paritas daya beli/ PPP, penghasilan). Indeks tersebut bukanlah

suatu ukuran yang menyeluruh tentang pembangunan manusia. Sebagai contoh,

ia tidak menyertakan indikator-indikator penting seperti misalnya

ketidaksetaraan dan sulit mengukur indikator-indikator seperti penghargaan

terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan politik. Indeks ini memberikan

sudut pandang yang lebih luas untuk menilai kemajuan manusia serta meninjau

hubungan yang rumit antara penghasilan dan kesejahteraan.

Komponen-komponen Indeks Pembanguan Manusia menurut The United Nations

Development Programme (UNDP) dalam Laporan Pembangunan Manusia

(Human Development Report) setiap tahun sejak tahun 1990 telah menerbitkan

indeks pembangunan manusia (human development index - HDI) terdiri dari :

(54)

a. Usia Hidup

Usia hidup diukur dengan angka hidup waktu lahir (life expectancy at birth)

yang biasa dinotasikan dengan e0. Karena Indonesia tidak memiliki sistem vital

registrasi yang baik maka e0 dihitung dengan metode tidak langsung. Metode

ini menggunakan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan

hidup (live-births) dan rata-rata anak yang masih hidup (still living) per wanita

usia 15-49 tahun menurut kelompok umur lima tahunan. Penghitungan e0

dilakukan dengan menggunakan sofware mortpak life. Angka e0 yang diperoleh

dengan metode tidak langsung ini merujuk pada keadaan 3-4 tahun dari tahun

survei.

b. Pengetahuan

Seperti halnya UNDP komponen IPM pengetahuan diukur dengan dua

indikator yaitu angka melek huruf (literacy rate) penduduk 10 tahun keatas dan

rata-rata lama sekolah (mean-years of schooling). Sebagai catatan, UNDP

dalam publikasi tahunan HDR sejak 1995 mengganti rata-rata lama sekolah

dengan partisipasi sejak 1995 mengganti ratarata lama sekolah dengan

partisipasi sekolah dasar, menengah, dan tinggi karena alasan kesulitan

memperoleh datanya sekalipun diakui bahwa indikator yang kedua kurang

sesuai dengan indikator dampak. Angka melek huruf diolah dari variabel

kemampuan membaca dan menulis, sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung

menggunakan tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah,

tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi

(55)

c. Standar Hidup Layak

Berbeda dengan UNDP yang menggunakan indikator GDP per kapita riil yang

telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai indikator standar

hidup layak. Penulisan ini menggunakan indikator ”rata-rata pengeluaran per

kapita riil yang disesuaikan” (adjusted real per capita expenditure). Sumber

data yang digunakan adalah Susenas dan survei lain yang mendukung.

3. Tahapan Penghitungan IPM dan Penentuan Status IPM

Tahapan penghitungan IPM yaitu: Tahap pertama penghitungan IPM adalah

menghitung indeks masing-masing komponen IPM (e0, Pengetahuan dan Standard

Hidup Layak) dengan hubungan matematis sebagai berikut :

Indeks = (Xi) = (Xi - Xmin)/(Xmaks-Xmin)

Xi = Indikator Komponen IPM ke – i (i = 1,2,3)

Xmin = Nilai minimum Xi

Xmaks = Nilai Maksimum Xi

Persamaan diatas akan menghasilkan nilai 0 < Xi < 1, untuk mempermudah cara

membaca skala dinyatakan dalam 100 persen sehingga interval nilai menjadi 0 <

Xi < 100.

Tahapan kedua penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari

masing-masing indeks Xi dengan hubungan matematis

IPM = 1/3 Xi = 1/3 (X (1) + X (2) + X (3))

dimana :

(56)

X(2) = 2/3 (Indeks Melek Huruf) + 1/3 (Indeks Rata-rata lama sekolah)

X(3) = Indeks Konsumsi per Kapita yang disesuaikan

Tabel 1. Karakteristik Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

INDIKATOR NILAI

MAKSIMUM

NILAI MINIMUM

CATATAN

Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai standar

global (UNDP) Konsumsi Per Kapita 732,72 300000 (1996) UNDP

menggunakan Sumber : Manual Teknis Operasional Pengembangan dan Pemanfaatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam Perencanaan Pembangunan Manusia (BPS, Bappenas,UNDP)

Keterangan:

1. Rendahdengan nilai IPM kurang dari 50

2. Menengah Bawahdengan nilai IPM berada diantara 50 sampai kurang dari 66

3. Menengah Atasdengan nilai IPM berada antara 66 sampai kurang dari 80

4. Tinggidengan nilai IPM lebih atau sama dengan 80

Jika status pembangunan manusia masih berada pada kriteria rendah hal ini

berarti kinerja pembangunan manusia daerah tersebut masih memerlukan

perhatian khusus untuk mengejar ketinggalannya. Begitu juga jika status

pembangunan manusia masih berada pada kriteria menengah hal ini berarti

(57)

Jika daerah tersebut mempunyai status pembangunan manusia tinggi hal ini

berarti kinerja pembangunan manusia daerah tersebut sudah baik/optimal maka

perlu dipertahankan agar kualiatas sumber daya manusia tersebut lebih produktif

sehingga memiliki produktivitas yang tinggi.

Indeks Pembagunan Manusia (IPM) adalah indeks pencapaian kemampuan dasar

pembangunan manusia yang dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar

yaitu meliputi: harapan hidup (eo), Tingkat Pendidikan, dan Pendapatan.

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan Angkatan Kerja (AK) secara tradisional

dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi.

Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi

(Todaro, 2006:54).

Solow menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu

atau lebih dari tiga faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja (melalui

pertumbuhan jumlah penduduk dan perbaikan pendidikan), penambahan modal

dan teknologi. Salah satu alat untuk mengukur pembangunan kualitas dan

kuantitas tenaga kerja adalah IPM (Todaro, 2003:150).

4. Hubungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Pertumbuhan

Ekonomi.

Hubungan antara IPM dan pertumbuhan ekonomi pengaruhnya adalah positif, jika

IPM meningkat tentunya pertumbuhan ekonomi juga akan meningkat.

IPM adalah indikator yang digunakan untuk mengukur perkembangan manusia,

(58)

per-kapita. Sehingga IPM merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan

ekonomi suatu Negara ataupun Daerah.

Solow menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi selalu bersumber dari satu atau

lebih dari tiga faktor kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja. Tingginya

angka harapan hidup di Provinsi Lampung berpotensi untuk menambah tenaga

kerja untuk diperkerjakan pada sektor-sektor ekonomi di Provinsi Lampung.

D. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Aris Budi Susanto dan Lucky Rachmawati (2013) “Pengaruh

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan

Ekonomi Di Kabupaten Lamongan”tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Inflasi terhadap Pertumbuhan

Ekonomi. Hasil regresi menunjukkan secara simultan dan persial IPM dan Inflasi

berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lamongan.

Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda.

Hasil penelitian Amira Salhab (2011) “Pengaruh Inflasi, Tenaga Kerja, Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Bali”, tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi, jumlah tenaga kerja dan

pengeluaran pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi. Hasil regresi

menunjukkan secara simultan dan persial terhadap pertumbuhan ekonomi di Bali.

Penelitian ini menggunakan regresi linier berganda, hasil penelitian menunjukkan

secara parsial dan simultan tingkat inflasi, jumlah tenaga kerja, dan pengeluaran

Gambar

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung Tahun 1999-2013
Gambar 2. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi
Gambar 3. Perkembangan Inflasi Provinsi Lampung tahun 1999-2013
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
+4

Referensi

Dokumen terkait

mengenai variabel kinerja menunjukkan bahwa pegawai memiliki kinerja yang tinggi (baik), namun masih ada beberapa penilaian responden terhadap kinerja yang masih rendah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, gini rasio, pengangguran dan upah minimum terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di

Hasil estimasi ini mampu_membuktikan hipotesis yang mengatakan bahwa Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di 9

Keyakinan bahwa perubahan masyarakat dapat direncanakan telah mem- buat orang dengan sadar membuat perencanaan sosial. Tentu saja tidak mudah membuat rencana yang realistis

Keberhasilan dalam penelitian ini dapat diketahui berdasarkan rata-rata hasil posttest pada kelas biologi I (eksperimen) mencapai 54,73 dan kelas biologi II

Mata Diklat ini berisikan pengetahuan tentang hal-hal yang berkaitan dengan penilaian dan administrasi dalam jabatan fungsional OTS. Kompetensi Dasar Indikator Keberhasilan

penduduk miskin di perkotaan juga cenderung untuk terus meningkat. Pada umumnya masyarakat miskin perkotaan menjalani pengalaman ke- miskinan yang berbeda dengan

Flowchart sistem ini menggambarkan hubungan antara sistem aplikasi dan sensor curah hujan, dimana sistem akan mengambil informasi data pada curah hujan