1(Magister Ekonomi Pertanian/Agribisnis Fakultas Pertanian) 2(Dosen Ekonomi Pertanian/Agribisnis Fakultas Pertanian)
PENENTUAN KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UNGGULAN BERDASARKAN DAYA SAING
DI KABUPATEN TULANG BAWANG
Oleh
Agusta1, Wan Abbas Zakaria2, Fembriarti E. Prasmatiwi2
Tujuan utama dalam mengisi pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang adalah pembangunan pertanian, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk membantu petani maka dilakukan penelitian mengenai komoditas pertanian tanaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan komoditas pertanian tanaman pangan unggulan berdasarkan daya saing.
Komoditas tanaman pangan yang diteliti adalah padi, jagung , kedelai dan ketela pohon. Lokasi penelitian di tiga kecamatan di wilayah Kabupaten Tulang Bawang, Propinsi Lampung. Sampel data sebanyak 35 orang petani untuk masing-masing komoditas dilaksanakan pada bulan Maret–April tahun 2012.
Menjawab tujuan penelitian ini, digunakan metode Policy Analisi Matrik (PAM) digunakan untuk mengetahui analisis keuangan dan daya saing. Keunggulan komparatif dan kompetitif dilihat menggunakan indikator daya saing dari Matriks PAM berupa nilai PCR dan nilai DRC.
Hasil penelitian diperoleh nilai PCR dan DRC dari empat komoditas yaitu pada urutan pertama ketela pohon 0,43 dan 0,12, kedua padi dengan nilai 0,54 dan 0,25, ketiga kedelai 0,63 dan 0,82, urutan ke empat jagung 0,64 dan 0,53. Hal ini berarti bahwa komoditas yang dapat dijadikan tanaman pangan unggulan di Kabupaten Tulang Bawang adalah ketela pohon, diikuti dengan padi, jagung, dan kedelai. Dari keempat komoditas memiliki nilai PCR dan DRC < 1, disimpulkan empat komoditas yang di teliti memiliki daya saing.
1(M
✁✂ ✄☎er of Agricultural Economy/Agribusiness of Agriculturure Faculty)
2(Lecturer of Agricultural Economy/Agribusiness of Agriculturure Faculty)
DETERMINATION OF LEADING FOOD CROP AGRICULTURAL COMMODITIES BASED ON COMPETITIVENESS
IN KABUPATEN TULANG BAWANG
By
Agusta1, Wan Abbas Zakaria2, Fembriarti E. Prasmatiwi3
The main purpose for the development program in Tulang Bawang district is agricultural development, in line with government policy to help farmers then conducted research on agricultural commodity crops. The purpose of this study was to determine the agricultural commodity crop seed based competitiveness.
The Commodity that studied in this research are rice, maize, soybean and cassava. Research site were in three Kecamatan in the Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Data samples were 35 farmers for each commodity and carried out in March-April 2012.
Answering these research objectives, analysis methods that used is Policy Analysis Matrix (PAM) which is used to determine the financial analysis and competitiveness. Comparative and competitive advantages seen using competitiveness indicators of the PAM matrix form PCR value and the value of the DRC.
Penulis lahir di Kota Tanjung Karang, Provinsi Lampung, 17 Agustus 1968 dari
suku Lampung Menggala, Ayahanda Badroldin Umar seorang Tentara Nasional
Indonesia (TNI) dan Ibunda Hj. Rojayah Majid. Oleh kedua orang tua diberi
nama yangbaik “Agusta” merupakananak ke Tujuh dari Sembilan bersaudara.
Penulis dibesarkan di tanah kelahiran bersama keluarga, pada usia sekolah dasar
tamat pada tahun 1983 dari SDN II Sido Harjo Kedaton Bandar Lampung,
melanjutkan sekolah lanjutan tingkat pertama pada SMPN VI Bandar Lampung
tamat pada tahun 1986. Selesai menamatkan SLTP penulis hijrah ke kota
Pematang Siantar Sumatra Utara, melanjutkan pendidikan pada perguruan taman
siswa, taman madia (SMA) naik ke kelas 2 penulis kembali hijrah ke kota
Kembang Bandung Jawa Barat dan menamatkan SLTA pada SMA Taman Siswa
Bandung tahun 1989.
Pada tahun 1990 penulis hijrah ke Lampung dan meneruskan pendidikan di
Institut Agama Islam Negri (IAIN) Raden Intan Lampung pada Fakultas Usuludin
namun hanya sampai semester 4, karena penulis pada tahun 1992 hijrah ke kota
Bekasi Jawa Barat dan berkuliah pada Universitas Islam ’45 Bekasi Fakultas
Segala Puji dan Syukur bagi Allah SWT penulis panjatkan, karena berkat
limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul ”Penentuan Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Unggulan
Berdasarkan Daya Saing Di Kabupaten Tulang Bawang”.
Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Pembimbing Pertama dan
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas bimbingan, arahan, dan
nasehatnya kepada penulis, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
2. Dr. Ir. F. Erry Prasmatiwi, M.S., sebagai Pembimbing Kedua, atas bimbingan,
arahan, dan nasehatnya kepada penulis hingga akhir penulisan tesis.
3. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., sebagai Dosen Penguji Utama atas masukan,
arahan, dan nasehatnya hingga penulisan tesis ini selesai.
4. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., selaku Ketua Program Studi Pascasarjana
Magister Agribisnis, dan seluruh Staf Pengajar Program Studi Pascasarjana
Magister Agribisnis.
5. Karyawan-karyawan di Program Studi Pascasarjana Magister Agribisnis, Ibu
adi, aang).
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah
diberikan. Semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat
memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis
meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.
Bandar Lampung, Juni 2014
Penulis,
DAFTAR ISI
2. Penentuan Komoditas Unggulan ... 19
3. Konsep Daya Saing ... ... 21
4. Keunggulan Kompetitif Dan Keunggulan Komparatif. ... 22
5. Harga Bayangan (Social Opportunity Cost) ... 23
6. Policy Analisys Matrix (PAM) ... 24
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 27
C.Kerangka Pemikiran ... 29
III. METODE PENELITIAN ... 32
A.Konsep Dasar Dan Batasan Oprasional ... 32
B. Lokasi Penelitian Dan Pengumpulan Data ... ... 34
C.Metode Analisis Data ... 37
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 54
A.Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang ... 54
B. Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang ... 56
V. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 59
A. Keadaan Umum Responden . ... 59
1. Umur Petani Responden ... 59
6. Tanggungan Keluarga ... 63
B. Analisis Tingkat Keuntungan Usahatani ... 64
1. Penggunaan Faktor Produksi dan Biaya Usahatani ... 64
2. Produksi dan Penerimaan Usahatani ... 68
3. Tingkat Keuntungan Usahatani ... 68
4. Simulasi Perubahan Keuntungan Jika Terjadi Perubahan Penerimaan dan Biaya ... 72
C. Penentuan Peringkat Daya Saing Komoditas Tanaman Pangan dengan Analisis PAM (Policy Analisys Matrix) ... 75
1. Penetapan Harga Bayangan ... 75
2. Analisis Keuntungan Privat Dan Keuntungan sosial ... 81
3. Penentuan Peringkat Daya Saing Tanaman Pangan dengan Menggunakan PCR dan DRC ... 86
D. Pengaruh Perubahan Harga Input dan Output Terhadap Daya Saing dengan Menggunakan Analisis Sensitivitas ... 91
1. Analisis Sensitivitas Koefesien PCR ... 91
2. Analisis Sensitivitas Koefesien DRC ... 94
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 97
A. Kesimpulan ... 97
B. Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA... ... 99
Tabel Halaman
1. Luas dan jumlah produksi empat jenis tanaman pangan dalam (hektar/ton) Tahun 2008-2012 di Kabupaten Tulang Bawang ... 4
2. Nilai Produk Domestik Regional Bruto atas harga berlaku dari Sektor pertanian tahun 2007-2011 di Kabupaten Tulang Bawang ... 4
3. Distribusi (PDRB) atas dasar harga konstan sektor pertanian (dalam persen) tahun 2007-2011 di Kabupaten Tulang Bawang ... 5
4. Policy Analisys Matrix(PAM) ... 28
5. Luas dan jumlah produksi empat jenis tanaman pangan dalam (hektar/ton) Per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang ... 37
6. Jumlah petani padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon di Kecamatan tahun 2012... 36
7. Policy Analisys Matrix(PAM) ... 38
8. Penentuan harga paritas impor output padi, jagung, dan kedelai di Tulang Bawang ... 47
9. Penentuan harga paritas ekspor output ketela pohon di Tulang Bawang ... 47
10. Penentuan harga peritas ekspor pupuk urea di tingkat usahatani di Tulang Bawang ... 48
11. Penentuan harga paritas impor pupuk TSP dan KCl di tingkat usahatani di Tulang Bawang ... 49
12. Luas dan jumlah produksi empat jenis tanaman pangan dalam (hektar/ton) di Kabupaten Tulang Bawang ... 57
13. Sebaran petani padi. jagung, kedelai, ketela pohon berdasarkan kelompok umur ... 59
16. Sebaran petani padi, jagung, kedelai, ketela pohon berdasarkanluas lahan garapan ... 62
17. Sebaran petani padi, jagung, kedelai dan ketela Pohon berdasarkan status lahan ... 62
18. Sebaran tanggungan keluarga petani padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon 63
19. Sebaran dan persentasi petani padi, jagung, kedelai, ketela pohon dalam pemakaian bibit ... 64
20. Sebaran penggunaan pupuk petani padi, jagung, kedelaidan ketela pohon per hektar ... 65
21. Sebaran umur ekonomis dan nilai penyusutan peralatan petani padi, jagung, kedelai dan ketela pohon ... 66
22. Sebaran penggunaan tenaga kerja usahatani padi, jagung, kedelai, ketela pohon per hektar per musim ... 67
23. Penerimaan, biaya dan nilai pendapatan petani per hektar ... 71
24. Simulasi pennurunan output, harga output dan kenaikan biaya usahatani padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon per hektar ... 73
25. Penentuan harga paritas impor output ... 76
26. Penentuan harga paritas ekspor output Ketela Pohon ... 78
27. Harga paritas ekspor pupuk urea ditingkat usahatani di Kabupaten Tulang Bawang ... 79
28. Harga paritas impor pupuk TSP dan KCl ditingkat usahatani di Kabupaten Tulang Bawang ... 80
29. Matrik usahatani di Kabupaten Tulang Bawang ... 83
30. Nilai PCR dan DRC untuk masing-masing komoditas ... 88
31. Analisis sensitivitas PCR dengan perubahan harga output dan input sebesar 1 % untuk Usahatani di Kabupaten Tulang Bawang ... 92
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka piker penelitian penentuan komoditas tanaman pangan unggulan
berdasarkan daya saing di Kabupaten Tulang Bawang ... 31
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional. Menurut Arifin (2003), pembangunan pertanian bertujuan untuk
meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian, menaikan pendapatan petani
dan memperluas kesempatan kerja serta menjaga stabilitas ketahanan pangan
nasional, menyediakan pasokan bahan baku agroindustri dan pembangunan
pertanian dilaksanakan dengan dua pendekatan yakni pendekatan sub sektor
dan pendekatan wilayah. Oleh karena itu kebijakan pembangunan pertanian
harus dirancang dalam perspektif ekonomi nasional dan wilayah. Hal ini
berarti bahwa pemerintah daerah harus mampu memanfaatkan secara
maksimal pengelolaan yang bersifat spesifik lokasi menurut jenis komoditas
unggulannya.
Menurut Rachman (2003), yang dimaksud dengan komoditas pertanian
unggulan adalah komoditas yang layak diusahakan karena memberikan
keuntungan kepada petani baik secara biofisik, sosial, dan ekonomi.
Komoditas pertanian tertentu dikatakan layak secara biofisik jika komoditas
tersebut diusahakan sesuai dengan zona agroekologi, layak secara sosial jika
oleh masyarakat setempat sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja.
Sedangkan layak secara ekonomi artinya komoditas pertanian tersebut
menguntungkan.
Sistem agribisnis sangat berkaitan dengan kemampuan daya saing. Setiap
subsistem harus berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan
tersentralisasi sehingga terwujud secara nyata pada skala ekonomi di
lapangan. Berkaitan dengan hal tersebut maka sistem pertanian harus
disempurnakan sehingga menjadi sebuah sistem agribisnis yang terintegrasi
antara industri hulu dan ilir pada usaha tani.
Menurut Bachrein (2006), berdayasaing memiliki ciri berorientasi pasar,
sehingga memperluas pangsa pasar (internasional), mengandalkan
produktivitas dan nilai tambah yang didukung dengan pemanfaatan modal,
teknologi dan kreativitas sumberdaya manusia, sehingga tidak mengandalkan
sumberdaya yang melimpah dan tenaga kerja tidak terdidik. Berkerakyatan
adalah mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki sehingga nilai tambah
yang dihasilkan bisa dinikmati oleh orang banyak yang menjadi pelaku utama
dalam kegiatan agribisnis. Berkelanjutan dicirikan dengan kemampuan
merespon perubahan pasar dengan cepat dan efisien, memperhatikan
kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup sehingga berorientasi
jangka panjang. Terdesentralisasi yaitu memiliki basis pendaya gunaan
keragaman sumberdaya lokal, sehingga kreativitas pelaku ekonomi daerah
menjadi terpacu untuk meningkatkan kesejahteraan yang didukung oleh
Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan
kompetitif dan keunggulan komparatif. Keunggulan kompetitif adalah
keunggulan suatu komoditas yang di hasilkan dalam kegiatan produksi yang
efisien, sehingga memiliki daya saing di pasar lokal maupun di pasar
internasional. Keunggulan komparatif adalah keunggulan suatu wilayah
dalam memproduksi suatu komoditas dengan biaya alternatif yang dikeluarkan
lebih rendah dari biaya untuk komoditas yang sama di daerah lain dan di ukur
berdasarkan harga ekonomi. Oleh karena itu pemanfaatan dan pengembangan
seluruh potensi ekonomi menjadi prioritas utama yang harus digali dan
dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi pertanian daerah
secara berkelanjutan (Gray et al,1995).
Sektor pertanian menjadi penggerak utama pembangunan di Kabupaten
Tulang Bawang. Sektor ini merupakan sektor terpenting yang harus di
tingkatkan guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Perkembangan luas
dan produksi beberapa komoditas tanaman pangan di Kabupaten Tulang
Bawang tertera pada Tabel 1. berikut :
Tabel 1. Luas panen dan produksi empat jenis tanaman pangan tahun 2008-2012 di Kabupaten Tulang Bawang
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tulang Bawang 2012
Tahun
Padi Jagung Kedelai Ketela Pohon
Tabel 1 menunjukan bahwa luas panen dan produksi tanaman pangan di
Kabupaten Tulang Bawang pada setiap tahunnya cenderung menurun.
Penurunana luas lahan terjadi karena beberapa faktor penyebab seperti
pergeseran lahan pertanian menjadi lahan industri, kurangnya pengetahuan
petani dalam upaya meningkatkan hasil produksi sedangkan biaya produksi
lebih besar dibandingkan dari hasil produksi. Terjadinya perubahan iklim
sehingga pada musim hujan dibeberapa wilayah pertanian digenangi air. Hal
ini dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto tahun 2007 sampai dengan
tahun 2011 pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Produk Domestik Regional Bruto atas harga berlaku dari sektor pertanian tahun 2007-2011 di Kabupaten Tulang Bawang (dalam jutaan rupiah)
Sumber : BPS Tulang Bawang 2012
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui nilai produk tanaman pangan dari
tahun 2007 hingga tahun 2010 cenderung turun. Hal ini disebabkan oleh
faktor pergeseran lahan pertanian dan faktor alam yaitu pada musim hujan
lahan tergenang oleh air, namun kontribusi yang diberikan tanaman pangan
pada perolehan PDRB, masih dapat di perhitungkan, sebagaimana disajikan
Tabel 3. Distribusi(PDRB) atas dasar harga konstan sektor pertanian (dalam persen) tahun 2007-2011
Tahun Tanaman
Jumlah 79,18 65,45 20,80 2,07 84,82
Sumber : BPS Kabupaten Tulang Bawang 2012b
Tabel 3 menunjukan bahwa distribusi PDRB tanaman pangan setiap tahun
cenderung turun persentasenya, sehingga petani mengambil alternatif pada
usaha perikanan dan tanaman perkebunan, hal ini menyebabkan persentase
distribusi PDRB pada sektor perikanan lebih tinggi dibandingkan pada sektor
tanaman pangan yang ada pada urutan kedua.
Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan diharapkan mampu
meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten
Tulang bawang menentukan tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, ketela
pohon) menjadi tanaman pangan strategis dengan harapan dapat
meningkatkan hasil pertanian. Pentingnya menentukan tanaman pangan
tersebut menjadi unggul dan berdaya saing agar masing-masing komoditas
tersebut menguntungkan untuk di produksi, sehingga mampu bersaing dengan
komoditas yang sama dengan wilayah lain dan hasil produksi nya dapat
permasalahan yang harus dijawab agar pembangunan pertanian terus berjalan
dan berkelanjutan di Kabupaten Tulang Bawang.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, perlu diteliti komoditas tanaman
pangan (padi, jagung, kedelai dan ketela pohon), untuk menentukan
masing-masing komoditas tersebut menjadi unggulan berdasarkan daya saing, salah
satu metode dapat digunakan adalah PAM (Policy Analysis Matrix). Alat
analisis ini digunakan untuk menganalisis secara menyeluruh dan konsisten
terhadap kebijakan mengenai penerimaan, biaya usahatani, sistem pertanian,
investasi pertanian dan efisiensi ekonomi.
B. Perumusan Masalah
Tujuan utama pembangunan pertanian Kabupaten Tulang Bawang adalah
menjadikan tanaman pangan ( padi, jagung , kedelai dan ketela pohon)
sebagai tanam pangan unggulan berdasarkan daya saing, bertujuan
meningkatan produksi pertanian dan meminumkan biaya produksi, sehingga
komoditas tersebut mempunyai daya saing, ditingkat regional maupun tingkat
nasional.
Kebijakan pemerintah untuk membantu petani diantaranya dengan
memperbaiki harga jual komoditi tanaman pangan (padi, jagung, kedelai,
ketela pohon) dengan cara terus mengupayakan komoditas tersebut memiliki
daya saing, sehingga dapat direkomodasikan sebagai tanaman pangan
unggulan, yaitu komoditas yang diandalkan karena memiliki posisi strategis
Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan
produksi komoditas tanaman pangan, peningkatan dari sisi hasil produksinya,
dan berorientasi pada daya saing, sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi
di pasar nasional maupun pasar internasional.
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan penelitian dirumuskan sebagai
berikut : (1) bagaimanakah tingkat keuntungan usahatani masing-masing
komoditas tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon) di
Kabupaten Tulang Bawang; (2) bagaimanakah daya saing masing-masing
komoditas tanaman pangan di Kabupaten Tulang Bawang; (3) bagaimanakah
pengaruh perubahan harga terhadap daya saing komoditas tanaman pangan
tersebut.
C. Tujuan Penelitian
Penelitin ini bertujuan untuk :
(1) Menganalisis tingkat keuntungan usahatani empat komoditas tanaman
pangan (padi, jagung, kedelai, dan ubi kayu) di Kabupaten Tulang
Bawang.
(2) Menentukan peringkat daya saing masing-masing komoditas tanaman
pangan di Kabupaten Tulang bawang.
(3) Mengetahui pengaruh perubahan harga output dan input terhadap daya
D. Manfaat Penelitian
1) Bagi pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, sebagai masukan dalam
pengambilam kebijakan pengembangan daya saing empat komoditas
tanaman pangan unggulan.
2) Bagi petani sebagai masukan tentang kondisi daya saing masing-masing
komoditas tanaman pangan tersebut.
3) Bagi penelitian lainnya sebagai bahan referensi untuk melakukan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Usahatani Tanaman Pangan
MenurutGlobal Conpetitiveness(2010-2011), kondisi daya saing
produk-produk pertanian di Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan
negara-negara lain seperti Malaysia, Jepang, Singapura dan Cina. Indonesia masih
mengekspor produk pertanian dalam bentuk segar sehingga harga jualnya
rendah dan tidak bisa bersaing dengan produk olahan yang memiliki nilai jual
lebih tinggi.
Analisis daya saing komoditas tanaman pangan sangat penting dalam
menghadapi globalisasi dimana negara-negara bersaing satu sama lain.
Apabila suatu negara tidak bisa meningkatkan daya saing, maka
produk-produk impor menjadi semakin banyak dan akan mempengaruhi
perekonomian nasional (Global Competitiveness, 2011).
Karakteristik budidaya tanaman panagan dijelaskan sebagai berikut :
a. Tanaman Padi
Tanaman padi(Orizae sativa)termasuk familiGraminae, subfamili
tersebar di daerah tropik dan subtropik. Tanaman padi dapat hidup
dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung
uap air. Tanaman padi dapat juga tumbuh di daerah yang mempunyai
ketinggian sampai 1.300 meter di atas permukaan laut.(Purwono dan
Purnamawati, 2007).
Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), budidaya tanaman padi
dapat dilakukan melalui beberapa tahap berikut :
1) Penanaman Padi Sawah
Ciri khusus budidaya padi sawah adalah penggenangan selama
pertumbuhan tanaman. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah
yang berstruktur lumpur. Oleh sebab itu, tanah yang ideal untuk
sawah harus memiliki kandungan liat minimal 20 persen.
(a) Penyiapan lahan
Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu
sebelum penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan,
garu, dan perataan. Sebelum diolah, lahan digenangi air
terlebih dahulu sekitar 7 hari. Pada tanah ringan, pengolahan
tanah cukup dengan 1 kali bajak dan 2 kali garu, lalu dilakukan
perataan. Pada tanah berat, pengolahan tanah terdiri dari dua
kali bajak, dua kali garu, kemudian diratakan. Kedalam lapisan
oleh berkisar 15-20 cm.
(b) Pemilihan benih
Benih yang baik disarankan bersertifikat/berlabel biru. Pada
digunakan dengan memperhatikan ketahanan terhadap
serangan wereng dan tungro. Kebutuhan benih berkisar 20–25
kg/hektar. Sebelum disemai, benih direndam terlebih dahulu
dengan larutan air garam (200 gram per liter air).
(c) Penyemaian
Lahan penyemaian dibuat bersamaan dengan penyiapan lahan
untuk penanaman. Untuk luas tanam satu hektar, dibutuhkan
lahan penyemaian seluas 500 m2. Pada lahan penyemaian
tersebut dibuat bedengan dengan lebar 1–25 m.
(d) Cara tanam
Pupuk yang digunakan sebaiknya kombinasi antara pupuk
organik dan buatan. Pupuk organik yang diberikan dapat
berupa pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 2-5
ton/ha. Pupuk organik diberikan saat pembajakan pertama.
Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg urea /ha, 75-100
kg SP-36/ha dan 75-100 kg KCl/ha. Urea diberikan 2-3 kali,
yaitu 14 hari setelah tanam, 30 hari setelah tanam, dan saat
menjelang primordia bunga. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan
2) Panen dan Pascapanen
(a) Waktu dan cara panen
Penentuan saat panen padi sekitar 30-40 hari setelah berbunga
merata. Jika terlambat memanen padi, akan mengakibatkan
banyak biji yang tercecer atau busuk sehinga mengurangi
produksi. Panen dilakukan jika kadar air gabah sekitar 23-25
persen dengan mengunakan sabit.
(b) Perontokan
Padi yang telah dikumpulkan kemudian dirontokan. Perontokan
merupakan proses pemisahan bagian yang dimanfaatkan dari
bagian yang tidak digunakan.
(c) Pembersihan
Pembersihan dilakukan dengan cara membuang benda-benda
asing yang tidak diinginkan seperti daun, batang, krikil, tanah
dan lain-lain.
(d) Pengeringan
Gabah segera dikeringkan setelah dirontokan hinga kadar air
nya 14 persen. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara
dijemur atau mesin pengering.
(e) Pengangkutan
Pengangkutan adalah segala bentuk pemindahan bahan sejak
(f) Penyimpanan
Penyimpanan adalah tempat bahan ditahan untuk sementara
waktu dengan berbagai tujuan. Gabah yang aman simpan
selama 6 bulan adalah gabah yang berkadar air maksimum 14
persen dan kadar kotorannya maksimum 3 persen.
b. Tanaman Jagung
Penanaman jagung ditanam pada lahan keringan atau lahan sawah
setelah padi musim hujan. Tanaman jagung sangat tidak tahan terhadap
genangan air sehinga dalam penyiapan lahan harus diperhatikan
saluran drainasenya.
1) Pemilihan benih
Pengunaan fungisida untuk melindungi benih dari serangan
penyakit bulai saat awal pertumbuhannya. Jika benihnya varietas
hibrida, sebaiknya setiap kali tanam mengunakan benih yang
baruh. Jangan mengunakan benih yang berasal dari pertamanan
yang sebelumnya.
2) Penyiapan lahan
Jagung membutuhkan media tumbuh yang gembur dan berraerasi
baik untuk pertumbuhan yang oktimal. Pada tanah masam,
sebaiknya 1 bulan sebelum tanam, tanah diberi kapur dan bahan
3) Waktu dan cara tanam
Jagung ditanam awal musim hujan atau menjelang musim
kemarau. Populasi tanaman merupakan faktor yang mempengaruhi
hasil. Umumnya jagung ditanam dengan populasi 60.000-70.000
tanaman per/ha.
4) Pemupukan
Kebutuhan terhadap sumber nitrogen (urea) dapat mencapai
250-300 kg /ha. Pupuk urea ini diberikan 1/3 dosis saat tanam dan saat
tanam umur 4 minggu setelah tanam. pupuk SP/36 dengan dosis
200 kg /ha dan KCl sebesar 75-100 kg /ha diberikan pada saat
tanam.
5) Pemeliharaan
Tanaman jagung harus bebas dari gulma. Jagung juga perlu juga
dibumbun 4 MTS bersamaan dengan pemupukan ke dua.
6) Panen dan pascapanen
Penanganan panen dan pascapanen jagung tergantung tujuan
mafaatnya. Jagung untuk konsumsi muda dapat dipanen sekitar
umur 68-70 hari, panen pipilan kering dilakukan pada umur 80-100
hari setelah tanam. Kadar air jagung siap panen berkisar 30-40
persen.
c. Tanaman Kedelai
Kedelai adalah tanaman menyerbuk sendiri sehinga perbanyakan
dilakukan dengan biji benih. Petani masih dapat mengunakan hasil
1) Penanaman
Dalam penanaman kedelai perlu diperhatikan pemilihan benih,
penyiapan lahan, cara tanam, dan pemiliharaannya.
2) Pemilihan benih
Sebaiknya benih yang digunakan merupakan varitas unggul
bersertifikat. Kebutuhan benih berkisar 20-30 kg /ha.
3) Penyiapan lahan
Kedelai menyukai lahan yang gembur. Lahan yang akan dilakukan
minimal dibajak dan di garu 1 kali. Setelah diolah, lahan dibiarkan
2 minggu untuk menumbuhkan biji gulma.
4) Cara tanam
Varitas unggul kedelai yang dikembangkan di indonesia bercabang
sedikit sehingga dapat ditanam dengan jarak tanam rapat, yaitu 40
cm x 10 cm atau 30 cm x 10 cm. Kebutuhan benih kedelai per
hektar sekitar 30 kg /ha, sedangkan kebutuhan benih berukuran
besar sekitar 40-50 kg/ha.
5) Pemeliharaan
Kedelai mampu bersimbiosis dengan bakteri pengikat nitrogen
namun simbiosis ini langsung efektif setelah 4 MST. Sebaiknya
kedelai kedelai diberi pupuk urea dengan dosis 50 kg/ha pada saat
tanam bersama dengan 100 kg SP 36 ha, dan 75-100 kg KCL/ha.
6) Panen dan pascapanen
Kedelai dipanen jika 70% daun telah menguning dan rontok serta
adalah batang utama tanaman dipotong tepat diatas permukaan
tanah. Pembijian segera dilakukan setelah brangkasan cukup kering
atau banyak polong pecah/terbuka atau kadar airnya sampai 14-16
%. Setelah dibersihkan biji dikeringkan kembali, kadar air
maksimum 14% sudah cukup, apabila untuk disimpan selama 2-3
bulan dan untuk keperluan bernih kadar air biji sebaiknya 9%.
d. Tanaman Ketela Pohon
Tanaman ketela pohon adalah tanaman yang memiliki adaptasi sangat
luas sehinga sering disebut tanaman pioner. Penanaman ketela pohon
dilakukan pada awal musim kemarau sehinga dapat dipanen pada awal
musim hujan.
1) Pemilihan bibit
Bibit tanaman berupa setek batang berukuran 20-30cm. Setek yang
terbaik berasal dari bagian tengah batang tanaman yang telah
berumur lebih dari 8 bulan ujung setek bagian bawah dipotong
miring 450. Pemotongan ini dimaksud untuk memperluas daerah
perakaran dan sebagai tanda bagian yang ditanam. Kebutuhan bibit
perhektar sekitar 10.000 setek.
2) Penyiapan lahan
Pada daerah dengan kondisi curah hujan yang banyak, ubi kayu
ditanam diatas guludan. Bertanam diatas guludan memudahkan
panen. Jika curah hujan tidak terlalu tinggi, pengolahan tanah
3) Cara tanam
Penanaman setek dilakukan dengan cara vertikal berjarak 100cm
antar setek. Namun jika dimaksutkan untuk diambil daunnya, setek
dapat ditanam rapat secara mendatar agar tunas baru muncul dari
setiap buku.
4) Pemeliharaan
Agar tanaman tidak terlalu rimbun dan pertumbuhan ketela pohon
optimal, sebaiknya dilakukan pengurangan tunas. Pengurangan
tunas dilakukan dengan meningalkan dua tunas yang sehat pada
umur 1-1,5 bulan.
5) Panen dan pascapanen
Ketela pohon dipanen pada umur 9-10 bulan jika digunakan untuk
konsumsi. Jika dilakukan untuk pembuatan tepung tambioka,
sebaiknya dipanen pada umur lebih dari 12 bulan.
Analisis usahatani ( padi, jagung, kedelai dan ketela pohon ) dapat dilakukan
dengan metode yang sama yaitu dengan menjumlahkan biaya-biaya produksi
yang terdiri dari biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja, biaya
angkut, biaya sewa lahan, biaya bajak, dan biaya penyusutan, maka akan
terdapat total biaya tunai dan total biaya. Untuk mengetahui keuntungan atas
biaya tunai penerimaan dikurangi dengan biaya tunai dan untuk mengetahui
ratio R/C atas biaya tunai, maka pendapatan produksi dibagi dengan
akan menghasilkan keuntungan atas biaya total dan ratio R/C atas biaya total
diperoleh dari penerimaan produksi dibagi dengan total biaya.
Menurut Suratiyah (2009), analisis kelayakan usahatani berdasarkan
beberapa katagori. Suatu usahatani dikatakan layak jika memenuhi
persyaratan sebagai berikut : (1) R/C > 1 ; (2) Produktivitas tenaga kerja
(Rp/HKO) lebih besar dari tingkat upah yang berlaku; (3) Pendapatan (RP) >
sewa lahan (RP) per satuan waktu atau musim tanam; (4) Produksi (kg) >
BEP produksi (kg); (5) Penerimaan (Rp) > BEP penerimaan (Rp); (6) Harga
(Rp/kg) > BEP harga (Rp/kg); (7) Jika terjadi penurunan harga produksi
maupun peningkatan harga faktor produksi sampai batas tertentu tidak
menyebabkan kerugian.
2. Penentuan Komoditas Unggulan
Menurut Rachman (2003), yang dimaksud komoditas unggulan adalah
komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan
disuatu wilayah. Posisi strategis ini didasarkan pada pertimbangan teknis
(kondisi tanah dan iklim), sosial ekonomi dan kelembagaan bahwa
ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan manusia),
untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat
diproduksi disuatu wilayah secara simultan relative terbatas. Di sisi lain
pada era pasar bebas saat ini baik ditingkat pasar lokal, nasional maupun
global, hanya komoditas yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi
kompetitif yang akan mampu bersaing secara berkelanjutan dengan
komoditas yang sama dari wilayah lain.
Menurut Zuhal (2009), konsep keunggulan komperatif merupakan ukuran
daya saing (keunggulan) potensi dalam arti daya saing akan tercapai
apabila perekonomian tidak mengalami distori sama sekali, komoditas
yang memiliki keunggulan komparatif (efisiensi secara ekonomi).
Menggambarkan efisiensi penggunaan sumberdaya untuk memproduksi
suatu produk tertentu yang diukur pada kondisi pada perdagangan
internasional. Asumsi perekonomian yang tidak mengalami hambatan atau
distori sama sekali sulit ditemukan pada dunianyata sehingga keunggulan
komperatif sulit digunakan sebagai indikator untuk mengukur keuntungan
dalam usahatani. Konsep yang lebih cocok untuk mengukur kelayakan
usahatani ( komoditas unggulan) secara finansial adalah keuntungan
kompetitif yaitu alat untuk mengukur kelayakan suatu aktivitas
(keuntungan privat) yang dihitung berdasarkan harga pasar dan nilai tukar
resmi yang berlaku (secara finansial).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan dalam penentuan komoditas tanaman
pangan unggulan adalah, komoditas yang layak diusahakan karena
memberikan keuntungan pada petani baik secara biofisik, sosial dan
ekonomi. Komoditas tertentu dikatakan layak secara biofisik jika
komoditas tersebut diusahakan sesuai dengan zona agroekologi, layak
secara sosial jika komoditas tersebut memberi peluang berusaha, bisa
pada penyerapan tenaga kerja. Sedangkan layak secara ekonomi artinya
komoditas tersebut menguntungkan, karena memiliki daya saing.
3. Konsep Daya Saing
Konsep daya saing diekspresikan oleh beberapa orang dan lembaga
dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut tidak terlepas dari
pandangan atau konteks yang mereka telaah. Menurut Porter (1990) bahwa
konsep dayasaing yang dapat diterapkan pada level nasional tak lain
adalah produktifitas yang didefinisikan sebagai nilai output yang
dihasilkan oleh seorang tenaga kerja.
Daya saing merupakan suatu konsep yang menyatakan suatu kemampuan
produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan mutu yang cukup
baik dengan biaya produksi yang rendah sehingga pada harga-harga yang
terjadi dipasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan oleh
produsen dengan memperoleh laba yang mencukupi sehingga dapat
mempertahankan kelanjutan biaya produksi nya (Zuhal 2009).
Dari definisi konsep daya saing, secara sederhana yang dimaksud dengan
daya saing komoditas pertanian (tanaman Pangan) terbentuk dan tercermin
dari output, tenaga kerja dan nilai harga jual yang bersaing serta terdapat
biaya produksi yang rendah dan mempunyai mutu yang baik.
4. Keunggulan kompetitif dan Keunggulan Komparatif
Keunggulan kompetitif muncul didasarkan kenyataan perekonomian yang
menyebabkan keunggulan koporatif tidak dapat digunakan untuk
mengukur daya saing suatu kegiatan ekonomi pada kondisi perekonomian
aktual. Keunggulan kompotitif bukan merupakan konsep yang sifatnya
menggantikan konsep keunggulan komparatif, tetapi merupakan konsep
yang bersifat melengkapi (Heatati, 2001)
Keunggulan kompotitif dalam matrik PAM diterangkan melalu PCR atau
Privat Cost Ratioyang merupakan rasio antara biaya input domestik
dengan nilai tambah output atau selisih antara penerimaan financial dan
input asing financial. Keunggulan komparatif adalah kondisi pasar
persaingan sempurna baik untuk pasar input maupun pasar output.
Keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing potensial yang
akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorasi sama sekali.
Keunggulan komparatif dapat digunakan membandingkan beragam
kegiatan ekonomi (produksi) di dalam negara terhadap perdagangan dunia
(Gray et al, 1995)
Konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing yang akan
dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali.
Konsep keunggulam komparatif dianggap mempunyai dua aplikasi yang
berbeda yaitu, (1) sebagai dasar untuk menjelaskan pola spesialisasi
internasional dalam produksi dan perdagangan, (2) sebagai petunjuk
pemerintah dalam menentukan kebijaksanaan yang berhubungan dengan
Dalam matrik PAM keunggulan komparatif diterangkan melaluiDomestic
Resources Cost(DRC) yaitu rasio antara biaya input domestik dengan nilai
tambah output atau selisih antara penerimaan ekonomi dengan input asing
ekonomi.
5. Harga Bayangan (Social Opportunity Cost)
Harga bayangan adalah harga yang akan menghasilkan alokasi
sumberdaya terbaik sehingga akan memberikan pendapatan nasional
tertinggi(Pearsonet al. 2005). Kondisi biaya imbangan sama dengan harga
pasar akan sangat sulit ditemukan maka untuk memperoleh nilai yang
mendekati biaya imbangan atau harga sosial, perlu dilakukan penyesuaian
terhadap harga pasar yang berlaku (Gittinger 1986). Alasan penggunaan
harga bayangan adalah sebagai berikut:
1) Harga bayangan tidak mencerminkan korbanan yang dikeluarkan jika
sumber daya tersebut dipakai untuk kegiatan lainnya.
2) Harga yang berlaku di pasar tidak menunjukkan apa yang sebenarnya
diperolah masyarakat melalui suatu produksi dari aktivitas tersebut.
Penentuan harga dasar yang terjadi belum tentu dapat dipakai
langsung dalam analisis ekonomi karena tidak mencerminkan biaya
imbangan sosial (opportunity cost). Suatu komoditas akan mempunyai
biaya imbangan sama dengan biaya pasar jika berada pada pasar
persaingan sempurna. Oleh karena itu, untuk memperoleh suatu nilai
6. Policy Analisys Matrix (PAM)
Policy Analisys Matriks(PAM) adalah suatu alat analisis yang digunakan
untuk menganalisis pengaruh intervensi pemerintah dan dampaknya pada
sistem komoditas. Empat aktivitas yang terdapat dalam sistem komoditas
yang dapat dipengaruhi terdiri dari tingkat usahatani, penyampaian dari
usahatani kepengolah, pengolahan dan pemasaran (Monke dan
Pearson,1989).
Metode PAM merupakan metode yang dikemukakan oleh Monke dan
Pearson pada tahun 1989. Analisis ini dapat digunakan pada sistem
komoditas dengan berbagai daerah, tipe usahatani dan teknologi.
Keunggulan dari alat analisis ini adalah perhitungan dapat dilakukan
secara keseluruhan, sistematis dan dengan output yang sangat beragam.
Namun kekurangannya adalah tidak membahas masing-masing analisis
secara mendalam dan outputnya pun hanya berlaku pada saat aktual saja.
Matriks PAM dapat mengidentifikasi tiga analisis. Ketiga analisis tersebut
adalah analisis keuntungan (privat dan sosial), analisis daya saing
(keunggulan kompetitif dan komparatif) dan analisis dampak kebijakan
yang mempengaruhi sistem komoditas. Selain itu, Pearsonet al.(2004),
menjelaskan bahwa di dalam metode PAM pun dapat membantu
pengambilan keputusan baik di pusat maupun di daerah untuk menelaah
tiga isu sentral kebijakan pertanian.
Isu pertama adalah berkaitan dengan daya saing suatu sistem usahatani
perbedaan harga privat sebelum dan sesudah kebijakan diterapkan. Isu
kedua adalah dampak investasi publik, dalam bentuk pembangunan
infrastruktur yang berpengaruh pada tingkat efisiensi suatu sistem
usahatani. Efisiensi sistem usahatani tersebut dapat diukur melalui
keuntungan sosial. Isu yang terakhir adalah dampak investasi baru dalam
bentuk riset dan teknologi terhadap efisiensi suatu sistem usahatani.
Dalam membangun matriks PAM ini Monke dan Pearson (1989)
menggunakan beberapa asumsi, asumsi-asumsi tersebut adalah:
a. Perhitungan berdasarkan Harga Privat (Private Cost) yaitu harga yang
benar-benar terjadi dan diterima oleh produsen dan konsumen atau
harga yang benar-benar terjadi setelah adanya kebijakan.
b. Perhitungan berdasarkan Harga Sosial (Social Cost) atau Harga
Bayangan (Shadow Price) yaitu harga pada kondisi pasar persaingan
sempurna atau harga yang terjadi apabila tidak ada kebijakan. Pada
komoditas yang dapat diperdagangkan (Tradable) harga bayangan
adalah harga yang terjadi di pasar internasional.
c. Output bersifattradabledan input dapat dipisahkan kedalam
komponen asing (Tradable) dan domestik (Non Tradable).
d. Eksternalitas positif dan negatif dianggap saling meniadakan. PAM
terdiri dari matriks yang disusun berdasarkan hasil analisis finansial
(privat) dan analisis ekonomi (sosial). Penerimaan dan biaya produksi
pada harga finansial dan harga sosial dibagi menjadi komponen
menjelaskan terdapat lima perbedaan antara analisis finansial dan
analisis ekonomi, yaitu:
a. Harga
Dalam analisis finansial harga yang digunakan adalah harga aktual
yang terjadi di pasar baik untuk input maupun output. Sedangkan
dalam analisis ekonomi harga yang digunakan adalah harga
bayangan (shadow prices). Harga bayangan adalah harga yang
sebenarnya akan terjadi dalam suatu perekonomian jika pasar
dalam keadaan persaingan sempurna dan dalam kondisi
keseimbangan (Gittinger, 1986). Alasan digunakannya harga
bayangan dalam analisis ekonomi adalah:
1) Harga privat tidak selalu mencerminkan apa yang sebenarnya
diperoleh masyarakat melalui produksi yang dihasilkan dari
aktivitas tersebut.
2) Harga privat tidak selalu mencerminkan apa yang sebenarnya
dikorbankan seandainya sejumlah sumber daya yang dipilih
digunakan dalam aktivitas lain yang masih memungkinkan di
masyarakat.
b. Pajak
Dalam analisis finansial unsur pajak dihitung sebagai biaya yang
dibayarkan kepada pemerintah. Sedangkan dalam analsis ekomomi
pajak merupakan transfer dari produsen kepada pemerintah,
c. Subsidi
Subsidi adalah transfer yang perhitungannya merupakan kebalikan
dari pajak. Dalam analisa finansial, penerimaan subsidi berarti
pengurangan biaya produksi atau dengan kata lain subsidi
mengurangi biaya. Dalam analisis ekonomi subsidi dianggap
sebagai sumber-sumber yang dialihkan dari masyarakat untuk
digunakan dalam proses produksi. Oleh sebab itu subsidi yang
diterima produsen adalah beban masyarakat, jadi dari segi
perhitungan sosial (ekonomi) tidak mengurangi biaya.
Perhitungan model PAM dilakukan melalui analisis Matriks, dimana baris
pertama adalah perhitungan berdasarakan harga privat atau harga setelah
kebijakan. Baris kedua adalah perhitungan berdasarkan harga sosial dan
baris ketiga merupakan selisih antara harga privat atau harga sosial yang
menunjukan adanya kebijakan terhadap input dan output, yang dapat
dilihat pada tabel 4.
Tabel 4.Policy Analisys Matrix(PAM)
Penerimaan
Sumber : Monke dan Pearson, 1995
Keterangan :
Keuntungan Privat (D) = A-(B+C)
Keuntungan Sosial (H) = E-(F+G)
Transfer Input Tradable/input (IT) (J) = B-F
Transfer Input non Tradable (FT) (K) = C-G
Transfer Bersih (NT) (L) = D-H
Rasio Biaya Privat (PCR) = C/(A-B)
Rasio BSD (DRC) = G/(E-F)
Koefisien Proteksi Output Nominal (NCPO) = A/E
Koefiesien Proteksi Input Nominal (NPCI) = B/F
Koefiesien Proteksi Efektif (EPC) = (A-B)/(E-F)
Koefisien Keuntungan (PC) = D/H
Rasio Subsidi Bagi Produsen = L/E
B. Tinjauan Penelitian terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini
mengenai daya saing ataupun yang menggunakan metode PAM (Policy
Analysis Matrix). Beberapa penelitian terdahulu tersebut antara lain sebagai
berikut:
Ariani, Asikin, dan Hestina, (2004) dengan menggunakan Metode PAM,
meneliti tentang daya saing Usahatani tebu, di Provinsi jawa Timur. Hasil
penelitian : (1) Rata-rata produktivitas tebu di lahan sawah mencapai lebih
dari 100 ton per hektar, lebih tinggi dari pada lahan tegalan. (2) proporsi biaya
tenaga kerja dan sewa lahan usatani tebu dilahan sawah dan tegalan di jawa
Timur mencapai sekitar 70 persen terhadap total biaya usahatani tebu. (3)
usahatani tebu di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Kediri tidak mempunyai
keunggulan komparatif, sedangkan usahatani tebu di kabupaten Malang dan
Jember menunjukan kebalikanya (DCR<1). Usahatani di Kabupaten Madiun,
Kediri dan Malang (lahan sawah) akan mempunyai keunggulan komparatif,
apabila produktivitas (rendemen) tebu meningkat sekitar 20 persen atau harga
Rohman (2008) meneliti daya saing beras pandan wangi dan varitas unggul
baru. Penelitian tersebut menyimpulkan pengusahaan beras Pandan Wangi
dan beras Varietas Unggul Baru didesa Bunikasih Kecamatan Warung
Kondang Kabupaten Cianjur memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif.
Ini digambarkan dari nilai indikator efisiensi pengusahaan kedua varietas yaitu
nilai PCR kurang dari satu (PCR < 1) dan DRC kurang dari satu (DRC < 1)
Hoeridah (2011) meneliti Daya saing Ubi Jalar Cilembu di Kabupaten Jawa
Barat. Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan analisis matrik
kebijakan (PAM), menyimpulkan bahwa dampak kebijakan pemerintah
terhadap input domestik belum efektif karena produsen harus membayar lebih
mahal dari yang seharusnya, sedangkan untuk inputtradableefektif
dikarenakan ada subsidi. Secara keseluruhan kebijakan pemerintah masih
bersifat disinsentif terhadap petani untuk meningkatkan produksinya (NT yang
negatif dan EPC <1) serta harus mengeluarkan biaya lebih besar dari biaya
sosialnya (SRP negatif).
Abidin (2008) meneliti Daya saing Usahatani Ubi Kayu untuk Biofuel di
Lahan Kering Kabupaten Lampung Tengah. Hasil penelitian menunjukan
bahwa usahatani ubi kayu sangat menguntungkan dan memiliki keunggulan
kompetitif. Usahatani ubi kayu memperoleh keuntungan bersih privat dan
sosial sebesar Rp6.880.000,00 per hektar. Bahkan apabila subsidi urea
dihapuskan, maka petani masih memperoleh keuntungan besar. Usahatani ubi
kayu juga efisien dalam menggunakan sumberdaya domestic yang
dan 0,44 tanpa menggunakan subsidi, yang menunjukan bahwa usaha tani ini
hanya memerlukan biaya sebesar 43 hingga 44 sen untukan penerimaan
sebesar US$1.
Matau, Bahtiar dan Aryanto (2010) dalam penelitiannya yang berjudul
Analisis Dayasaing usahatani jagung di Kabupaten Bolaang Mogondow
Provinsi Sulawesi Utara, hasil penelitian dengan menggunakan metode PAM
menunjukkan profitabilitas privat dan social usahatani jagung berturut-turut
Rp218 926 dan Rp3 045 938. Private Cost Ratio Usahatani jagung sebesar
0.97. Domestic Resources Cost Ratio Usahatani jagung sebesar 0.65.
Zulkarnain (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Keunggulan Komparatif
Dan Kompetitif Produksi Padi Di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi
Lampung menunjukan usahatani padi di Kabupaten Lampung Tengah
memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dengan nilai PCR 0,4635 dan
DCR 0,4368 sehingga layak dan menguntungkan untuk dikembangkan.
C. Kerangka Pemikiran
Pembangunan Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan
penting dalam pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang. Dalam upaya
pengembangan komoditas pertanian unggulan, perlu diketahui jenis tanaman
pangan yang dapat dikembangkan dan apakah komoditas tersebut
mempunyai daya saing, sehingga diketahui perkembangan ketahap
Dengan menggunakan metodePolicy Analisys Matrix(PAM) diharapkan
dapat diketahui komoditas yang unggul dan mempunyai daya saing baik di
tingkat regional maupun nasional. Hasil penelitian dengan menggunakan
PAM dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi pemerintah Kabupaten
Tulang Bawang sebagai informasi bagi pihak terkait tentang pengembangan
pertanian, kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Potensi wilayah yang ada di Kabupaten Tulang Bawang terdapat komoditas
pertanian tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon.
Untuk menentukan peringkat daya saing masing-masing komoditas digunakan
analisis PAM (Policy Analisis Matrix). Hasil analisis PAM dapat
menententukan komoditas pertanian tanaman pangan ungggulan, selanjutnya
dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah Kabupaten Tulang Bawang
dan sebagai informasi bagi pihak terkait tentang pengembangan pembangunan
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian penentuan komoditas tanaman pangan unggulan berdasarkan daya saing di Kabupaten Tulang Bawang.
PAM
Tidak Unggul Unggul
Komoditas Pertanian Tanaman Pangan (padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon)
Usaha tani Output
Input
Pengembangan komoditas tanaman pangan strategis
Harga Input
Total Biaya
Harga Output
Penerimaan Total
Daya Saing
A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda pada penelitian ini, maka
peneliti menggunakan konsep dasar dan batasan oprasional sebagai berikut:
Policy Analysis Matrix(PAM) adalah alat analisis secara menyeluruh dan
konsisten terhadap kebijakan mengenai penerimaan, biaya usahatani, tingkat
perbedaan pasar, sistem pertanian dan efisiensi ekonomi.
Konsep daya saing usahatani adalah kemampuan usaha tani untuk
memproduksi suatu komoditas dengan memiliki keunggulan komparatif dan
keunggulan kompetitif.
Keunggulan komparatif adalah keunggulan suatu wilayah dalam memproduksi
suatu komoditas pertanian dengan biaya alternatif yang dikeluarkan lebih
rendah dari biaya untuk komoditas yang sama di daerah lain diukur
berdasarkan harga ekonomi.
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan suatu komoditas yang dihasilkan
dalam kegiatan produksi yang efisien sehingga memiliki daya saing dipasar
Penerimaan usahatani adalah penerimaan total usahatani yang diperoleh petani
sebagai hasilproduksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp)
Input tradableadalah sejumlah input yang diperdagangkan di pasar
internasional.
Input non tradableadalah sejumlah input yang tidak diperdagangkan di pasar
internasional sehingga tidak memiliki harga pasar internasional seperti lahan
dan tenaga kerja.
Biaya domestik adalah biaya nontradabledalam usahatani, diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya, diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
Keuntungan ekonomi adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya
total usahatani yang diperhitungkan dengan menggunakan harga bayangan,
diukur dalam satuan rupiah (Rp)
Keuntungan finansial adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya
total usahatani yang diperhitungkan menggunakan harga pasar, diukur dalam
satuan rupiah (Rp).
Efek divergensi adalah selisih antara harga privat dan harga sosial usahatani
Harga privat adalah harga yang benar-benar dihadapi petani dalam penjualan
hasil produksinya maupun pembelianinput, diukur dalam satuan rupiah (Rp)
Harga sosial adalah harga internasional yang sesuai ( harga CIF untuk
komoditas yang diimpor dan harga FOB untuk komoditas yang diekspor) yang
mewakili biaya imbangan sosial, diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Harga bayangan adalah harga yang menghasilkan alokasi sumberdaya terbaik,
sehingga akan memberikan pendapatan nasional tertinggi.
Analisis sensitivitas adalah analisis kepekaan yang bertujuan untuk melihat
suatu perubahan atau kesalahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan
manfaat.
B. Lokasi Penelitian dan Pengumpulan Data
Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di
Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung, dengan pertimbangan daerah
ini mempunyai potensi yang besar dalam sektor pertanian, baik dalam sektor
pemanfaatannya maupun pengembangannya, sehingga memberikan kontribusi
yang tinggi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Luas dan hasil
produksi empat komoditas tanaman pangan pada masing masing kecamatan
Tabel 5. Luas dan jumlah produksi empat jenis tanaman pangan dalam (hektar/ton) Per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang
No Kecamatan Padi Jagung Kedelai Ketela Pohon
Luas Produksi Luas Prodduksi Luas Produksi Luas Produksi
1 Bannjar Agung 17 83 23 124 0 0 1.744 51.599
2 Banjar Margo 237 1.161 101 1.545 0 0 593 17.511
3 Gedung Aji 1.037 5.081 0 0 0 0 1.075 31.745
4 Penawar Aji 830 4.067 10 54 0 0 58 1.713
5 Meraksa Aji 222 1.088 0 0 0 0 105 3.101
6 Menggala 234 1.147 124 670 0 0 2.613 77.165
7 Penawar Tama 413 2.024 15 81 0 0 110 3.24
8 Rjtu selatan 10.822 53.028 120 648 30 23 129 3.809
9 Gdg meneng 5.513 27.014 182 983 7 9 6.237 184.179*
10 Rjtu Timur 0 0 0 0 0 0 10 00
11 Rawa Pitu 11.119 54.483* 0 0 0 0 264 7.796
12 Gdg Aji baru 3.796 18.600 11 59 0 0 578 17.068
13 Dente teladas 6.500 31.850 1.195 6.453* 652 509* 5.065 149.569
14 Mgl Timur 1.742 8.536 122 659 14 11 1.854 54.749
15 Banjar Baru 356 1.744 20 108 0 0 752 22.207
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tulang Bawang 2012b
Kecamatan Rawa Pitu dipilih sebagai lokasi penelitian untuk usahatani padi
karena merupakan salah satu sentra produksi padi di Kabupaten Tulang
Bawang. Produksi padi di Kecamatan ini tertinggi yaitu 54.483 ton dengan
luas areal tanam 11.119 ha. Lokasi penelitian untuk usahatani jagung adalah
di Kecamatan Dente Teladas di lokasi ini terdapat produksi Jagung tertinggi
bila dibandingkan dengan Kecamtan lainya yaitu 6.453 ton, dengan luas areal
tanam 1.195 ha, dan produktivitas Kedelai tertinggi yaitu 509 ton, dengan luas
areal tanam 652 ha. Kecamatan Gedung Meneng di pilih sebagai daerah
penelitian untuk komoditas ketela pohon karena memiliki produksi tertinggi
yaitu 184.179 ton, dengan luas areal tanam 6.237 hektar.
Responden dalam penelitian ini adalah petani (padi, jagung, kedelai dan ketela
pohon). Berdasarkan data di Kecamatan tempat penelitian jumlah
Tabel 6. Jumlah petani padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon di Kecamatan tahun 2012
Kecamatan Petani
Padi Jagung Kedelai Ketela Pohon Jumlah
Rawa Pitu 376 376
Dente Teladas 375 374 749
Gedung Meneng 378 378
Total 1503
Pengambilan jumlah sampel masing-masing usahatani dapat diperoleh
berdasarkan perhitungan dengan metode acak sederhana (simple random
sampling) dengan rumus sebagai berikut : (Sugiarto dkk, 2003)
n = ² ² Nd²+ Z². S²
keterangan :
n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi
S² = Variasi sampel (5%=0,05)
Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96) d = Derajat penyimpangan (5% = 0,05)
Berdasarkan rumus di atas maka dari total populasi sejumlah 1.503 di dapatkan
73 sampel, dari jumlah sampel di tentukan alokasi proporsi sampel untuk setiap
responden dari masing-masing petani (padi, jagung, kedelai dan ketela pohon)
dengan rumus :
Na = Na x nab Nab
keterangan :
n = jumlah sampel per usahatani nab= jumlah sampel keseluruhan
Na= jumlah petani per Kecamatan
Berdasarkan rumus diatas maka didapatkan jumlah sampel dari
masing-masing usahatani (padi, jagung, kedelai dan ketela pohon) adalah sebanyak 35
petani.
C. Metode Analisis Data
1. Metode Data Tujuan l
Untuk menjawab tujuan satu dalam penelitian ini adalah analisis
keuntungan usaha tani, (padi, jagung,kedelai dan ketela pohon) yaitu
menghitung hasil bersih yang di peroleh petani dari hasil produksi setelah
dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan selama satu kali musim tanam.
Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh petani, maka dapat
menggunakan persamaan matematis sebagai berikut:
Y = jumlah produksi (kg) Py = harga jual (Rp/kg) Xi = faktor produksiPxi = harga per satuan faktor produksi (Rp/unit) BTT = biaya tetap total (Rp)
Untuk mengetahui dampak tingkat keuntungan yang diperoleh oleh petani,
maka digunakan Return Cost Ratio (R/C). Return Cost Ratio dikenal
sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara matematis, hal
ini dapat dituliskan sebagai berikut:
R/C = TR TC
R/C = rasio antara penerimaan dan biaya TR = total penerimaan
TC = total biaya
Terdapat tiga kemungkinan hasil yang akan diperoleh dengan perhitungan
tersebut:
a) Jika R/C < 1, maka permintaan benih jagung hibrida tidak
menguntungkan petani.
b) Jika R/C = 1, maka permintaan benih jagung hibrida berada pada titik
impas atauBreak Even Point (BEP).
c) Jika R/C > 1, maka permintaan benih jagung hibrida menguntungkan
petani.
2 Metode Data Tujuan 2
Tujuan kedua dalam penelitian ini menentukan peringkat daya saing,
metode yang di gunakan adalah PAM (Policy Analisis Matrix) analisis ini
digunakan untuk mengetahui analisis keuangan, daya saing (keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif serta analisis dampak kebijakan
pemerintah terhadap output dan input.
Tabel 7.Policy Analisys Matrix(PAM)
Penerimaan
Keterangan :
Keuntungan Privat (D) = A-(B+C)
Keuntungan Sosial (H) = E-(F+G)
Transfer Output (OT) (I) = A-E
Transfer Input Tradable/input (IT) (J) = B-F
Transfer Input non Tradable (FT) K) = C-G
Transfer Bersih (NT) (L) = D-H
Rasio Biaya Privat (PCR) = C/(A-B)
Rasio BSD (DRC) = G/(E-F)
Koefisien Proteksi Output Nominal (NCPO) = A/E
Koefiesien Proteksi Input Nominal (NPCI) = B/F
Koefiesien Proteksi Efektif (EPC) = (A-B)/(E-F)
Koefisien Keuntungan (PC) = D/H
Rasio Subsidi Bagi Produsen = L/E
a. Analisis Keuntungan Finansial dan Keuntungan Ekonomi
1) Keuntungan Finansial/Finance Profitability(FP) D=A-(B+C)
Keuntungan finansial merupakan indikator daya saing dari sistem
komoditas berdasarkan teknologi, nilai output, biaya input dan
trasfer kebijakan yang ada. Jika D > 0, maka secara finansial
kegiatan Usahatani tersebut layak untuk diteruskan.
2) Keuntungan ekonomi/Economic Profitability (EP), H=E-(F+G)
Keuntungan ekonomi merupakan indikator keunggulan komparatif
atau efisiensi dari sistem komoditas pada kondisi tidak ada
penyimpanan dan penerapan kebijakan efisiensi. Jika H > 0, maka
sistem komoditi makin efisien dan mempunyai keunggulan
komparatif yang tinggi. Jika H < 0, maka sistem komoditi tidak
b. Analisis Keunggulan Kompetitif (PCR) dan Keunggulan Komperatif
(DCR)
1) Private Cost Ratio(PCR), PCR = C/(A-B)
PCR menunjukan kemampuan sistem komoditi membiayai faktor
domestik pada harga privat. Jika PCR < 1, maka sistem komoditas
tersebut mampu membiayai faktor domestiknya pada harga privat
dan mempunyai keunggulan komparatif.
2) Domestic Resourse Cost Ratio(DCR), DCR = G/(E-F)
Nilai DRC merupakan indikator kemampuan sistem komoditi
membiayai faktor domestik pada harga sosial. Jika DCR > 1, maka
sistem komoditi tersebut tidak mampu hidup tanpa bantuan atau
intervensi pemerintah. Jika DCR < 1, maka sistem komoditi makin
efisien, mempunyai daya saing yang tinggi, mampu hidup tanpa
bantuan dan intervensi pemerintah, dan mempunyai peluang ekspor
yang besar, sehingga dapat dikatakan mempunyai keunggulan
kompetitif.
c. Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah
1) Output Transfer(OT), OT = A E
Tranfer output merupakan selisih antara penerimaan yang dihitung
atas harga privat dengan penerimaan yang dihitung berdasarkan
harga sosial. Jika OT positif, maka besarnya transfer (insentif) dari
membeli dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang
seharusnya.
2) Nominal protektion Coefficient on Tradeable Otput(NPCO)
NPCO = A / E
Koefisien proteksi output nominal merupakan rosio penerimaan
yang dihitung berdasarkan harga privat dengan penerimaan yang
dihitung dengan harga sosial. Jika NPCO > 1, maka terdapat
kebijakan pemerintah yang menyebabkan harga pasar lebih besar
dari pada harga sosial. Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat
kebijakan pemerintah yang membatasi impor output atau berupa
tarif impor.
3) Transfer Input(IT), IT = B F
Transfer input adalah selisih antara biaya input yang dapat
diperdagangkan pada harga privat dengan biaya input yang dapat
diperdagangkan pada harga sosial. Nilai IT bertanda positif
menunjukan bahwa besarnya transfer (insentif) dari produsen
kepada pemerintah melalui kebijakan tarif imfpr.
4) Normal Protection Coefficient on Tradeable Input(NPCI)
NPCI = B / F
Koefisien input proteksi nominal merupakan rasio antara biaya
input tradable yang dihitung berdasarkan harga finansial dengan
biaya input tradable yang dihitung berdasarkan harga bayangan jika
NPCI > 1, maka adanya proteksi terhadap produsen input sehingga
menggunakan input tersebut. Jika NPCI < 1, maka adanya
hambatan ekspor input sehingga proses produksi dilakukan
dengan menggunakan input dalam negri atau adanya insentif
pemerintah terhadap produsen.
5) Transfer Factor(FT), FT = C G
Transfer Faktor merupakan nilai yang menunjukan perbedaan
harga finansial dengan harga ekonomi yang diterima produsen
untuk pembayaran faktor produksi domestik. Nilai FT menunjukan
bahwa adanya pengaruh kebijakan pemerintah terhadap produsen
dan konsumen yang diterapkan pada input domestik. Kebijakan
pemerintah pada input domestik dilakukan dalam bentuk kebijakan
subsidi.
6) Effetive Protection Coefficient(EPC), EFC = (A-B)/(E-F)
Koefisien proteksi efektif merupakan analisis gabungan antara
koefisien output nominal dengan koefisien input normal. Nilai EPC
menggambarkan dampak kebijakan pemerintah apakah bersifat
melindungi atau menghambat produksi domestik. Jika EPC > 1,
maka menunjukan bahwa keuntungan finansial lebih besar
daripada tanpa kebijakan yang berarti kebijakan yang ada
memberikan insentif untuk berproduksi.
7) Net Transfer(NT), NT = D H
Transfer bersih merupakan selisih antara keuntungan bersih yang
benar-benar diterima produsen dengan keuntungan bersih
disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input
dan output, sebaliknya jika NT < 0.
8) Profitability Coefficent(PC), PC = D / H
Koefisien keuntungan adalah perbandingan antara keuntungan
bersih finansial petani dengan keuntungan bersih ekonomi. Jika PC
> 1, maka kebijakan pemerintah memberikan insentif kepada
produsen. Jika PC < 1, maka kebijakan pemerintah membuat
keuntungan yang diterima produsen lebih kecil dibandingkan tanpa
adanya kebijakan, sehingga produsen harus mengeluarkan
sejumlah dana kepada konsumen.
9) Subsidy Ratio to Producen(SRP), SRP = L / E
Rasio subsidi produsen menunjukan persentase subsidi atau
intensif bersih atas penerima yang di hitung dengan harga
bayangan. Jika SRP > 1, maka kebijakan pemerintah berupa
subsidi selama ini menyebabkan produsen mengeluarkan biaya
produksi lebih kecil dari biaya imbangan untuk produksi.
d. Indentifikasi Input dan Output
Usahatani padi, jagung, kedelai dan ketela pohon menggunakan input
seperti lahan (ha), bibit (kg), pupuk (kg), alat pertanian (unit), tenaga
kerja (HKO) berdasarkan atas upah berlaku dan input pendukung
lainya. Output dalam penelitian ini adalah gabah kering panen (GKP),
jagung pipilan kering, biji kedelai kering dan ketela pohon dalam
bentuk tepung tapioka. Dalam penelitian ini output tidak membedakan,
benih yang tidak jauh berbeda. Output yang bersipattradeableadalah
padi, jagung, kedelai dan ketela pohon, harga bayangan diperoleh dari
harga batas (border price) / FOB karena merupakan komoditas ekspor.
e. Penentuan Alokasi Biaya
Untuk menentukan komponen biaya domistic dan asing dilakukan dua
pendekatan menurut Pearson (1976) dalam Haryono (1991),
pendekatan tersebut adalah :
1) Pendekatan Langsung (direct Opproach)
Pendekatan langsung diasumsikan bahwa seluruh biaya input
tradable. Baik inpor maupun produksi domestik dinilai sebagai
komponen biaya asing. Pendekatan ini digunakan apabila
kebutuhan permintaaninput tradablebaik barang inpor maupun
produksi domestik dapat dipenuhi dari perdagangan antara negara
atau penawaran dipasar internasional.
2) Pendekatan Total (total opproach).
Pada pendekatan ini setiap input tradableproduksi domestik
dibagi ke dalam komponen biaya domestik dan biaya asing.
Pendekatan lebih tepat apabila produsen lokal dilindungi, sehingga
tambahan penawaraninput tradabledatang dari produsen lokal.
f. Penetapan Harga Bayangan
Harga bayangan menurut Gittinger (1982), adalah harga yang terjadi
dalam suatu perekonomian apabila pasar dalam kondisi keseimbangan.
adalah bahwa harga yang berlaku dipasar tidak mencerminkan apa
yang sebenarnya diperoleh masyarakat melalui produksi yang
dihasilkan dari aktivitas tersebut dan harga pasar juga tidak
mencerminkan apa yang sebenarnya dikorbankan seandainya jumlah
sumberdaya yang dipilih dan digunakan dalam akitivitas tertentu.
Tetapi tidak digunakan dalam aktivitas lain yang masih tersedia di
dalam masyarakat. (Gray et al,1995).
Dalam penelitian ini harga yang digunkan merupakan harga bayangan
(shadow price). Untuk membawa nilai finansial ke dalam nilai
ekonomi menggunakanShadow Exchange Rate(SER) danStandar
Conversion Factor(SCF) (Gittinger, 1986). Dengan metode SER unit
hitungan (numeraire) adalah harga domestik (domestic price) sehingga
semuatraded itemsdinilai ke dalam bentuk domestik. Pada SCF unit
hitungan (numeraire) adalah harga batas (border price) sehingga
semuanontraded itemsdinilai ke dalam harga batas menggunakan
SCF. Dalam penelitian ini penetapan harga bayangan dilakukan
menggunakan SCF. Dalam penelitian ini penentapan harga bayangan
di lakukan menggunakanShadow Exchange Rate(SER). Penentapan
harga bayangan adalah sebagai berikut.
a) Nilai tukar mata uang
Harga bayangan nilai tukar rupiah terhadap dolar diperoleh sebagai
berikut:
Keterangan:
SER = nilai tukar uang bayangan (shadow exchange rate)
OER = nilai tukar uang resmi (official exchange rate)
SCF = faktor konversi bahan baku (shadow convertion
factor)
Dimana SCF diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
SCF = +
( + ) + ( )
Keterangan:
SCF = faktor konversi bahan baku (shadow convertion factor)
M = nilai impor (Rp)
Tm = pajak impor (Rp)
X = nilai ekspor (Rp)
Tx = pajak ekspor (Rp)
b) Output
Output dalam penelitian ini adalah gabah panen kering (GPK), jagung
pipilan kering, biji kedelai kering, dan ketela pohon dalam bentuk
tepung tapioka. Harga bayangan gabah panen kering (GPK), jagung
pipilan kering, dan biji kedelai kering diperoleh dari harga batas
(border price) CIF karena merupakan komoditas impor.Harga bayangan
ketela pohon diperoleh dari harga batas (border price) FOB karena
merupakan komoditas ekspor. Harga bayangan dari empat komoditas
ditingkat Usahatani di Tulang Bawang tahun 2012 dapat dilihat pada
Tabel 8. Penentuan harga paritas impor output padi, jagung, dan kedelai
a) Bongkar muat (Rp/kg) ii,iii E
b) Pengangkutan (Rp/kg)
i. pelabuhan-gudang ii F
ii. gudang-dist.provinsi ii G
iii. dist.provinsi-kabupaten/kecamatan iii H
iv. kecamatan-usahatani iv I
5 Harga bayangan di tingkat petani D+E+F+G+H+I
Sumber :
i. BPS Jakarta, Indonesia (2012)
ii. Pedagang besar tingkat Provinsi Lampung iii. Pedagang tingkat Kabupaten Tulang Bawang iv. Petani dan pedagang pengumpul tingkat Kecamatan
Tabel 9. Penentuan harga paritas ekspor output ketela pohon di Tulang Bawang
a) Bongkar muat (Rp/kg) ii,iii D
b) Pengangkutan (Rp/kg)
i. pelabuhan-gudang ii E
ii. gudang-dist.Provinsi ii F
iii. dist.Provinsi-kabupaten/kecamatan iii G
iv. kecamatan-usahatani iv H
5 Harga bayangan di tingkat petani C-D-E-F-G-H
Sumber :
i. BPS Jakarta, Indonesia (2012)