• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UNGGULAN BERDASARKAN DAYA SAING DI KABUPATEN TULANG BAWANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENENTUAN KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UNGGULAN BERDASARKAN DAYA SAING DI KABUPATEN TULANG BAWANG"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

1(Magister Ekonomi Pertanian/Agribisnis Fakultas Pertanian) 2(Dosen Ekonomi Pertanian/Agribisnis Fakultas Pertanian)

PENENTUAN KOMODITAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN UNGGULAN BERDASARKAN DAYA SAING

DI KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

Agusta1, Wan Abbas Zakaria2, Fembriarti E. Prasmatiwi2

Tujuan utama dalam mengisi pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang adalah pembangunan pertanian, sejalan dengan kebijakan pemerintah untuk membantu petani maka dilakukan penelitian mengenai komoditas pertanian tanaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah menentukan komoditas pertanian tanaman pangan unggulan berdasarkan daya saing.

Komoditas tanaman pangan yang diteliti adalah padi, jagung , kedelai dan ketela pohon. Lokasi penelitian di tiga kecamatan di wilayah Kabupaten Tulang Bawang, Propinsi Lampung. Sampel data sebanyak 35 orang petani untuk masing-masing komoditas dilaksanakan pada bulan Maret–April tahun 2012.

Menjawab tujuan penelitian ini, digunakan metode Policy Analisi Matrik (PAM) digunakan untuk mengetahui analisis keuangan dan daya saing. Keunggulan komparatif dan kompetitif dilihat menggunakan indikator daya saing dari Matriks PAM berupa nilai PCR dan nilai DRC.

Hasil penelitian diperoleh nilai PCR dan DRC dari empat komoditas yaitu pada urutan pertama ketela pohon 0,43 dan 0,12, kedua padi dengan nilai 0,54 dan 0,25, ketiga kedelai 0,63 dan 0,82, urutan ke empat jagung 0,64 dan 0,53. Hal ini berarti bahwa komoditas yang dapat dijadikan tanaman pangan unggulan di Kabupaten Tulang Bawang adalah ketela pohon, diikuti dengan padi, jagung, dan kedelai. Dari keempat komoditas memiliki nilai PCR dan DRC < 1, disimpulkan empat komoditas yang di teliti memiliki daya saing.

(2)

1(M

✁✂ ✄☎er of Agricultural Economy/Agribusiness of Agriculturure Faculty)

2(Lecturer of Agricultural Economy/Agribusiness of Agriculturure Faculty)

DETERMINATION OF LEADING FOOD CROP AGRICULTURAL COMMODITIES BASED ON COMPETITIVENESS

IN KABUPATEN TULANG BAWANG

By

Agusta1, Wan Abbas Zakaria2, Fembriarti E. Prasmatiwi3

The main purpose for the development program in Tulang Bawang district is agricultural development, in line with government policy to help farmers then conducted research on agricultural commodity crops. The purpose of this study was to determine the agricultural commodity crop seed based competitiveness.

The Commodity that studied in this research are rice, maize, soybean and cassava. Research site were in three Kecamatan in the Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung. Data samples were 35 farmers for each commodity and carried out in March-April 2012.

Answering these research objectives, analysis methods that used is Policy Analysis Matrix (PAM) which is used to determine the financial analysis and competitiveness. Comparative and competitive advantages seen using competitiveness indicators of the PAM matrix form PCR value and the value of the DRC.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Penulis lahir di Kota Tanjung Karang, Provinsi Lampung, 17 Agustus 1968 dari

suku Lampung Menggala, Ayahanda Badroldin Umar seorang Tentara Nasional

Indonesia (TNI) dan Ibunda Hj. Rojayah Majid. Oleh kedua orang tua diberi

nama yangbaik “Agusta” merupakananak ke Tujuh dari Sembilan bersaudara.

Penulis dibesarkan di tanah kelahiran bersama keluarga, pada usia sekolah dasar

tamat pada tahun 1983 dari SDN II Sido Harjo Kedaton Bandar Lampung,

melanjutkan sekolah lanjutan tingkat pertama pada SMPN VI Bandar Lampung

tamat pada tahun 1986. Selesai menamatkan SLTP penulis hijrah ke kota

Pematang Siantar Sumatra Utara, melanjutkan pendidikan pada perguruan taman

siswa, taman madia (SMA) naik ke kelas 2 penulis kembali hijrah ke kota

Kembang Bandung Jawa Barat dan menamatkan SLTA pada SMA Taman Siswa

Bandung tahun 1989.

Pada tahun 1990 penulis hijrah ke Lampung dan meneruskan pendidikan di

Institut Agama Islam Negri (IAIN) Raden Intan Lampung pada Fakultas Usuludin

namun hanya sampai semester 4, karena penulis pada tahun 1992 hijrah ke kota

Bekasi Jawa Barat dan berkuliah pada Universitas Islam ’45 Bekasi Fakultas

(8)

Segala Puji dan Syukur bagi Allah SWT penulis panjatkan, karena berkat

limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

yang berjudul ”Penentuan Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Unggulan

Berdasarkan Daya Saing Di Kabupaten Tulang Bawang”.

Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Pembimbing Pertama dan

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas bimbingan, arahan, dan

nasehatnya kepada penulis, sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

2. Dr. Ir. F. Erry Prasmatiwi, M.S., sebagai Pembimbing Kedua, atas bimbingan,

arahan, dan nasehatnya kepada penulis hingga akhir penulisan tesis.

3. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., sebagai Dosen Penguji Utama atas masukan,

arahan, dan nasehatnya hingga penulisan tesis ini selesai.

4. Dr. Ir. Ali Ibrahim Hasyim, M.S., selaku Ketua Program Studi Pascasarjana

Magister Agribisnis, dan seluruh Staf Pengajar Program Studi Pascasarjana

Magister Agribisnis.

5. Karyawan-karyawan di Program Studi Pascasarjana Magister Agribisnis, Ibu

(9)

adi, aang).

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah

diberikan. Semoga karya kecil yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat

memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Akhirnya, penulis

meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, Juni 2014

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

2. Penentuan Komoditas Unggulan ... 19

3. Konsep Daya Saing ... ... 21

4. Keunggulan Kompetitif Dan Keunggulan Komparatif. ... 22

5. Harga Bayangan (Social Opportunity Cost) ... 23

6. Policy Analisys Matrix (PAM) ... 24

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 27

C.Kerangka Pemikiran ... 29

III. METODE PENELITIAN ... 32

A.Konsep Dasar Dan Batasan Oprasional ... 32

B. Lokasi Penelitian Dan Pengumpulan Data ... ... 34

C.Metode Analisis Data ... 37

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 54

A.Gambaran Umum Kabupaten Tulang Bawang ... 54

B. Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang ... 56

V. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 59

A. Keadaan Umum Responden . ... 59

1. Umur Petani Responden ... 59

(11)

6. Tanggungan Keluarga ... 63

B. Analisis Tingkat Keuntungan Usahatani ... 64

1. Penggunaan Faktor Produksi dan Biaya Usahatani ... 64

2. Produksi dan Penerimaan Usahatani ... 68

3. Tingkat Keuntungan Usahatani ... 68

4. Simulasi Perubahan Keuntungan Jika Terjadi Perubahan Penerimaan dan Biaya ... 72

C. Penentuan Peringkat Daya Saing Komoditas Tanaman Pangan dengan Analisis PAM (Policy Analisys Matrix) ... 75

1. Penetapan Harga Bayangan ... 75

2. Analisis Keuntungan Privat Dan Keuntungan sosial ... 81

3. Penentuan Peringkat Daya Saing Tanaman Pangan dengan Menggunakan PCR dan DRC ... 86

D. Pengaruh Perubahan Harga Input dan Output Terhadap Daya Saing dengan Menggunakan Analisis Sensitivitas ... 91

1. Analisis Sensitivitas Koefesien PCR ... 91

2. Analisis Sensitivitas Koefesien DRC ... 94

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA... ... 99

(12)

Tabel Halaman

1. Luas dan jumlah produksi empat jenis tanaman pangan dalam (hektar/ton) Tahun 2008-2012 di Kabupaten Tulang Bawang ... 4

2. Nilai Produk Domestik Regional Bruto atas harga berlaku dari Sektor pertanian tahun 2007-2011 di Kabupaten Tulang Bawang ... 4

3. Distribusi (PDRB) atas dasar harga konstan sektor pertanian (dalam persen) tahun 2007-2011 di Kabupaten Tulang Bawang ... 5

4. Policy Analisys Matrix(PAM) ... 28

5. Luas dan jumlah produksi empat jenis tanaman pangan dalam (hektar/ton) Per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang ... 37

6. Jumlah petani padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon di Kecamatan tahun 2012... 36

7. Policy Analisys Matrix(PAM) ... 38

8. Penentuan harga paritas impor output padi, jagung, dan kedelai di Tulang Bawang ... 47

9. Penentuan harga paritas ekspor output ketela pohon di Tulang Bawang ... 47

10. Penentuan harga peritas ekspor pupuk urea di tingkat usahatani di Tulang Bawang ... 48

11. Penentuan harga paritas impor pupuk TSP dan KCl di tingkat usahatani di Tulang Bawang ... 49

12. Luas dan jumlah produksi empat jenis tanaman pangan dalam (hektar/ton) di Kabupaten Tulang Bawang ... 57

13. Sebaran petani padi. jagung, kedelai, ketela pohon berdasarkan kelompok umur ... 59

(13)

16. Sebaran petani padi, jagung, kedelai, ketela pohon berdasarkanluas lahan garapan ... 62

17. Sebaran petani padi, jagung, kedelai dan ketela Pohon berdasarkan status lahan ... 62

18. Sebaran tanggungan keluarga petani padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon 63

19. Sebaran dan persentasi petani padi, jagung, kedelai, ketela pohon dalam pemakaian bibit ... 64

20. Sebaran penggunaan pupuk petani padi, jagung, kedelaidan ketela pohon per hektar ... 65

21. Sebaran umur ekonomis dan nilai penyusutan peralatan petani padi, jagung, kedelai dan ketela pohon ... 66

22. Sebaran penggunaan tenaga kerja usahatani padi, jagung, kedelai, ketela pohon per hektar per musim ... 67

23. Penerimaan, biaya dan nilai pendapatan petani per hektar ... 71

24. Simulasi pennurunan output, harga output dan kenaikan biaya usahatani padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon per hektar ... 73

25. Penentuan harga paritas impor output ... 76

26. Penentuan harga paritas ekspor output Ketela Pohon ... 78

27. Harga paritas ekspor pupuk urea ditingkat usahatani di Kabupaten Tulang Bawang ... 79

28. Harga paritas impor pupuk TSP dan KCl ditingkat usahatani di Kabupaten Tulang Bawang ... 80

29. Matrik usahatani di Kabupaten Tulang Bawang ... 83

30. Nilai PCR dan DRC untuk masing-masing komoditas ... 88

31. Analisis sensitivitas PCR dengan perubahan harga output dan input sebesar 1 % untuk Usahatani di Kabupaten Tulang Bawang ... 92

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka piker penelitian penentuan komoditas tanaman pangan unggulan

berdasarkan daya saing di Kabupaten Tulang Bawang ... 31

(15)

A. Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional. Menurut Arifin (2003), pembangunan pertanian bertujuan untuk

meningkatkan pertumbuhan sektor pertanian, menaikan pendapatan petani

dan memperluas kesempatan kerja serta menjaga stabilitas ketahanan pangan

nasional, menyediakan pasokan bahan baku agroindustri dan pembangunan

pertanian dilaksanakan dengan dua pendekatan yakni pendekatan sub sektor

dan pendekatan wilayah. Oleh karena itu kebijakan pembangunan pertanian

harus dirancang dalam perspektif ekonomi nasional dan wilayah. Hal ini

berarti bahwa pemerintah daerah harus mampu memanfaatkan secara

maksimal pengelolaan yang bersifat spesifik lokasi menurut jenis komoditas

unggulannya.

Menurut Rachman (2003), yang dimaksud dengan komoditas pertanian

unggulan adalah komoditas yang layak diusahakan karena memberikan

keuntungan kepada petani baik secara biofisik, sosial, dan ekonomi.

Komoditas pertanian tertentu dikatakan layak secara biofisik jika komoditas

tersebut diusahakan sesuai dengan zona agroekologi, layak secara sosial jika

(16)

oleh masyarakat setempat sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja.

Sedangkan layak secara ekonomi artinya komoditas pertanian tersebut

menguntungkan.

Sistem agribisnis sangat berkaitan dengan kemampuan daya saing. Setiap

subsistem harus berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan

tersentralisasi sehingga terwujud secara nyata pada skala ekonomi di

lapangan. Berkaitan dengan hal tersebut maka sistem pertanian harus

disempurnakan sehingga menjadi sebuah sistem agribisnis yang terintegrasi

antara industri hulu dan ilir pada usaha tani.

Menurut Bachrein (2006), berdayasaing memiliki ciri berorientasi pasar,

sehingga memperluas pangsa pasar (internasional), mengandalkan

produktivitas dan nilai tambah yang didukung dengan pemanfaatan modal,

teknologi dan kreativitas sumberdaya manusia, sehingga tidak mengandalkan

sumberdaya yang melimpah dan tenaga kerja tidak terdidik. Berkerakyatan

adalah mendayagunakan sumberdaya yang dimiliki sehingga nilai tambah

yang dihasilkan bisa dinikmati oleh orang banyak yang menjadi pelaku utama

dalam kegiatan agribisnis. Berkelanjutan dicirikan dengan kemampuan

merespon perubahan pasar dengan cepat dan efisien, memperhatikan

kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup sehingga berorientasi

jangka panjang. Terdesentralisasi yaitu memiliki basis pendaya gunaan

keragaman sumberdaya lokal, sehingga kreativitas pelaku ekonomi daerah

menjadi terpacu untuk meningkatkan kesejahteraan yang didukung oleh

(17)

Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan

kompetitif dan keunggulan komparatif. Keunggulan kompetitif adalah

keunggulan suatu komoditas yang di hasilkan dalam kegiatan produksi yang

efisien, sehingga memiliki daya saing di pasar lokal maupun di pasar

internasional. Keunggulan komparatif adalah keunggulan suatu wilayah

dalam memproduksi suatu komoditas dengan biaya alternatif yang dikeluarkan

lebih rendah dari biaya untuk komoditas yang sama di daerah lain dan di ukur

berdasarkan harga ekonomi. Oleh karena itu pemanfaatan dan pengembangan

seluruh potensi ekonomi menjadi prioritas utama yang harus digali dan

dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi pertanian daerah

secara berkelanjutan (Gray et al,1995).

Sektor pertanian menjadi penggerak utama pembangunan di Kabupaten

Tulang Bawang. Sektor ini merupakan sektor terpenting yang harus di

tingkatkan guna meningkatkan pendapatan masyarakat. Perkembangan luas

dan produksi beberapa komoditas tanaman pangan di Kabupaten Tulang

Bawang tertera pada Tabel 1. berikut :

Tabel 1. Luas panen dan produksi empat jenis tanaman pangan tahun 2008-2012 di Kabupaten Tulang Bawang

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tulang Bawang 2012

Tahun

Padi Jagung Kedelai Ketela Pohon

(18)

Tabel 1 menunjukan bahwa luas panen dan produksi tanaman pangan di

Kabupaten Tulang Bawang pada setiap tahunnya cenderung menurun.

Penurunana luas lahan terjadi karena beberapa faktor penyebab seperti

pergeseran lahan pertanian menjadi lahan industri, kurangnya pengetahuan

petani dalam upaya meningkatkan hasil produksi sedangkan biaya produksi

lebih besar dibandingkan dari hasil produksi. Terjadinya perubahan iklim

sehingga pada musim hujan dibeberapa wilayah pertanian digenangi air. Hal

ini dapat dilihat dari nilai Produk Domestik Bruto tahun 2007 sampai dengan

tahun 2011 pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Produk Domestik Regional Bruto atas harga berlaku dari sektor pertanian tahun 2007-2011 di Kabupaten Tulang Bawang (dalam jutaan rupiah)

Sumber : BPS Tulang Bawang 2012

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui nilai produk tanaman pangan dari

tahun 2007 hingga tahun 2010 cenderung turun. Hal ini disebabkan oleh

faktor pergeseran lahan pertanian dan faktor alam yaitu pada musim hujan

lahan tergenang oleh air, namun kontribusi yang diberikan tanaman pangan

pada perolehan PDRB, masih dapat di perhitungkan, sebagaimana disajikan

(19)

Tabel 3. Distribusi(PDRB) atas dasar harga konstan sektor pertanian (dalam persen) tahun 2007-2011

Tahun Tanaman

Jumlah 79,18 65,45 20,80 2,07 84,82

Sumber : BPS Kabupaten Tulang Bawang 2012b

Tabel 3 menunjukan bahwa distribusi PDRB tanaman pangan setiap tahun

cenderung turun persentasenya, sehingga petani mengambil alternatif pada

usaha perikanan dan tanaman perkebunan, hal ini menyebabkan persentase

distribusi PDRB pada sektor perikanan lebih tinggi dibandingkan pada sektor

tanaman pangan yang ada pada urutan kedua.

Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan diharapkan mampu

meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten

Tulang bawang menentukan tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, ketela

pohon) menjadi tanaman pangan strategis dengan harapan dapat

meningkatkan hasil pertanian. Pentingnya menentukan tanaman pangan

tersebut menjadi unggul dan berdaya saing agar masing-masing komoditas

tersebut menguntungkan untuk di produksi, sehingga mampu bersaing dengan

komoditas yang sama dengan wilayah lain dan hasil produksi nya dapat

(20)

permasalahan yang harus dijawab agar pembangunan pertanian terus berjalan

dan berkelanjutan di Kabupaten Tulang Bawang.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, perlu diteliti komoditas tanaman

pangan (padi, jagung, kedelai dan ketela pohon), untuk menentukan

masing-masing komoditas tersebut menjadi unggulan berdasarkan daya saing, salah

satu metode dapat digunakan adalah PAM (Policy Analysis Matrix). Alat

analisis ini digunakan untuk menganalisis secara menyeluruh dan konsisten

terhadap kebijakan mengenai penerimaan, biaya usahatani, sistem pertanian,

investasi pertanian dan efisiensi ekonomi.

B. Perumusan Masalah

Tujuan utama pembangunan pertanian Kabupaten Tulang Bawang adalah

menjadikan tanaman pangan ( padi, jagung , kedelai dan ketela pohon)

sebagai tanam pangan unggulan berdasarkan daya saing, bertujuan

meningkatan produksi pertanian dan meminumkan biaya produksi, sehingga

komoditas tersebut mempunyai daya saing, ditingkat regional maupun tingkat

nasional.

Kebijakan pemerintah untuk membantu petani diantaranya dengan

memperbaiki harga jual komoditi tanaman pangan (padi, jagung, kedelai,

ketela pohon) dengan cara terus mengupayakan komoditas tersebut memiliki

daya saing, sehingga dapat direkomodasikan sebagai tanaman pangan

unggulan, yaitu komoditas yang diandalkan karena memiliki posisi strategis

(21)

Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan

produksi komoditas tanaman pangan, peningkatan dari sisi hasil produksinya,

dan berorientasi pada daya saing, sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi

di pasar nasional maupun pasar internasional.

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan penelitian dirumuskan sebagai

berikut : (1) bagaimanakah tingkat keuntungan usahatani masing-masing

komoditas tanaman pangan (padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon) di

Kabupaten Tulang Bawang; (2) bagaimanakah daya saing masing-masing

komoditas tanaman pangan di Kabupaten Tulang Bawang; (3) bagaimanakah

pengaruh perubahan harga terhadap daya saing komoditas tanaman pangan

tersebut.

C. Tujuan Penelitian

Penelitin ini bertujuan untuk :

(1) Menganalisis tingkat keuntungan usahatani empat komoditas tanaman

pangan (padi, jagung, kedelai, dan ubi kayu) di Kabupaten Tulang

Bawang.

(2) Menentukan peringkat daya saing masing-masing komoditas tanaman

pangan di Kabupaten Tulang bawang.

(3) Mengetahui pengaruh perubahan harga output dan input terhadap daya

(22)

D. Manfaat Penelitian

1) Bagi pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, sebagai masukan dalam

pengambilam kebijakan pengembangan daya saing empat komoditas

tanaman pangan unggulan.

2) Bagi petani sebagai masukan tentang kondisi daya saing masing-masing

komoditas tanaman pangan tersebut.

3) Bagi penelitian lainnya sebagai bahan referensi untuk melakukan

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Usahatani Tanaman Pangan

MenurutGlobal Conpetitiveness(2010-2011), kondisi daya saing

produk-produk pertanian di Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan

negara-negara lain seperti Malaysia, Jepang, Singapura dan Cina. Indonesia masih

mengekspor produk pertanian dalam bentuk segar sehingga harga jualnya

rendah dan tidak bisa bersaing dengan produk olahan yang memiliki nilai jual

lebih tinggi.

Analisis daya saing komoditas tanaman pangan sangat penting dalam

menghadapi globalisasi dimana negara-negara bersaing satu sama lain.

Apabila suatu negara tidak bisa meningkatkan daya saing, maka

produk-produk impor menjadi semakin banyak dan akan mempengaruhi

perekonomian nasional (Global Competitiveness, 2011).

Karakteristik budidaya tanaman panagan dijelaskan sebagai berikut :

a. Tanaman Padi

Tanaman padi(Orizae sativa)termasuk familiGraminae, subfamili

(24)

tersebar di daerah tropik dan subtropik. Tanaman padi dapat hidup

dengan baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung

uap air. Tanaman padi dapat juga tumbuh di daerah yang mempunyai

ketinggian sampai 1.300 meter di atas permukaan laut.(Purwono dan

Purnamawati, 2007).

Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), budidaya tanaman padi

dapat dilakukan melalui beberapa tahap berikut :

1) Penanaman Padi Sawah

Ciri khusus budidaya padi sawah adalah penggenangan selama

pertumbuhan tanaman. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah

yang berstruktur lumpur. Oleh sebab itu, tanah yang ideal untuk

sawah harus memiliki kandungan liat minimal 20 persen.

(a) Penyiapan lahan

Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu

sebelum penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan,

garu, dan perataan. Sebelum diolah, lahan digenangi air

terlebih dahulu sekitar 7 hari. Pada tanah ringan, pengolahan

tanah cukup dengan 1 kali bajak dan 2 kali garu, lalu dilakukan

perataan. Pada tanah berat, pengolahan tanah terdiri dari dua

kali bajak, dua kali garu, kemudian diratakan. Kedalam lapisan

oleh berkisar 15-20 cm.

(b) Pemilihan benih

Benih yang baik disarankan bersertifikat/berlabel biru. Pada

(25)

digunakan dengan memperhatikan ketahanan terhadap

serangan wereng dan tungro. Kebutuhan benih berkisar 20–25

kg/hektar. Sebelum disemai, benih direndam terlebih dahulu

dengan larutan air garam (200 gram per liter air).

(c) Penyemaian

Lahan penyemaian dibuat bersamaan dengan penyiapan lahan

untuk penanaman. Untuk luas tanam satu hektar, dibutuhkan

lahan penyemaian seluas 500 m2. Pada lahan penyemaian

tersebut dibuat bedengan dengan lebar 1–25 m.

(d) Cara tanam

Pupuk yang digunakan sebaiknya kombinasi antara pupuk

organik dan buatan. Pupuk organik yang diberikan dapat

berupa pupuk kandang atau pupuk hijau dengan dosis 2-5

ton/ha. Pupuk organik diberikan saat pembajakan pertama.

Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg urea /ha, 75-100

kg SP-36/ha dan 75-100 kg KCl/ha. Urea diberikan 2-3 kali,

yaitu 14 hari setelah tanam, 30 hari setelah tanam, dan saat

menjelang primordia bunga. Pupuk SP-36 dan KCl diberikan

(26)

2) Panen dan Pascapanen

(a) Waktu dan cara panen

Penentuan saat panen padi sekitar 30-40 hari setelah berbunga

merata. Jika terlambat memanen padi, akan mengakibatkan

banyak biji yang tercecer atau busuk sehinga mengurangi

produksi. Panen dilakukan jika kadar air gabah sekitar 23-25

persen dengan mengunakan sabit.

(b) Perontokan

Padi yang telah dikumpulkan kemudian dirontokan. Perontokan

merupakan proses pemisahan bagian yang dimanfaatkan dari

bagian yang tidak digunakan.

(c) Pembersihan

Pembersihan dilakukan dengan cara membuang benda-benda

asing yang tidak diinginkan seperti daun, batang, krikil, tanah

dan lain-lain.

(d) Pengeringan

Gabah segera dikeringkan setelah dirontokan hinga kadar air

nya 14 persen. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara

dijemur atau mesin pengering.

(e) Pengangkutan

Pengangkutan adalah segala bentuk pemindahan bahan sejak

(27)

(f) Penyimpanan

Penyimpanan adalah tempat bahan ditahan untuk sementara

waktu dengan berbagai tujuan. Gabah yang aman simpan

selama 6 bulan adalah gabah yang berkadar air maksimum 14

persen dan kadar kotorannya maksimum 3 persen.

b. Tanaman Jagung

Penanaman jagung ditanam pada lahan keringan atau lahan sawah

setelah padi musim hujan. Tanaman jagung sangat tidak tahan terhadap

genangan air sehinga dalam penyiapan lahan harus diperhatikan

saluran drainasenya.

1) Pemilihan benih

Pengunaan fungisida untuk melindungi benih dari serangan

penyakit bulai saat awal pertumbuhannya. Jika benihnya varietas

hibrida, sebaiknya setiap kali tanam mengunakan benih yang

baruh. Jangan mengunakan benih yang berasal dari pertamanan

yang sebelumnya.

2) Penyiapan lahan

Jagung membutuhkan media tumbuh yang gembur dan berraerasi

baik untuk pertumbuhan yang oktimal. Pada tanah masam,

sebaiknya 1 bulan sebelum tanam, tanah diberi kapur dan bahan

(28)

3) Waktu dan cara tanam

Jagung ditanam awal musim hujan atau menjelang musim

kemarau. Populasi tanaman merupakan faktor yang mempengaruhi

hasil. Umumnya jagung ditanam dengan populasi 60.000-70.000

tanaman per/ha.

4) Pemupukan

Kebutuhan terhadap sumber nitrogen (urea) dapat mencapai

250-300 kg /ha. Pupuk urea ini diberikan 1/3 dosis saat tanam dan saat

tanam umur 4 minggu setelah tanam. pupuk SP/36 dengan dosis

200 kg /ha dan KCl sebesar 75-100 kg /ha diberikan pada saat

tanam.

5) Pemeliharaan

Tanaman jagung harus bebas dari gulma. Jagung juga perlu juga

dibumbun 4 MTS bersamaan dengan pemupukan ke dua.

6) Panen dan pascapanen

Penanganan panen dan pascapanen jagung tergantung tujuan

mafaatnya. Jagung untuk konsumsi muda dapat dipanen sekitar

umur 68-70 hari, panen pipilan kering dilakukan pada umur 80-100

hari setelah tanam. Kadar air jagung siap panen berkisar 30-40

persen.

c. Tanaman Kedelai

Kedelai adalah tanaman menyerbuk sendiri sehinga perbanyakan

dilakukan dengan biji benih. Petani masih dapat mengunakan hasil

(29)

1) Penanaman

Dalam penanaman kedelai perlu diperhatikan pemilihan benih,

penyiapan lahan, cara tanam, dan pemiliharaannya.

2) Pemilihan benih

Sebaiknya benih yang digunakan merupakan varitas unggul

bersertifikat. Kebutuhan benih berkisar 20-30 kg /ha.

3) Penyiapan lahan

Kedelai menyukai lahan yang gembur. Lahan yang akan dilakukan

minimal dibajak dan di garu 1 kali. Setelah diolah, lahan dibiarkan

2 minggu untuk menumbuhkan biji gulma.

4) Cara tanam

Varitas unggul kedelai yang dikembangkan di indonesia bercabang

sedikit sehingga dapat ditanam dengan jarak tanam rapat, yaitu 40

cm x 10 cm atau 30 cm x 10 cm. Kebutuhan benih kedelai per

hektar sekitar 30 kg /ha, sedangkan kebutuhan benih berukuran

besar sekitar 40-50 kg/ha.

5) Pemeliharaan

Kedelai mampu bersimbiosis dengan bakteri pengikat nitrogen

namun simbiosis ini langsung efektif setelah 4 MST. Sebaiknya

kedelai kedelai diberi pupuk urea dengan dosis 50 kg/ha pada saat

tanam bersama dengan 100 kg SP 36 ha, dan 75-100 kg KCL/ha.

6) Panen dan pascapanen

Kedelai dipanen jika 70% daun telah menguning dan rontok serta

(30)

adalah batang utama tanaman dipotong tepat diatas permukaan

tanah. Pembijian segera dilakukan setelah brangkasan cukup kering

atau banyak polong pecah/terbuka atau kadar airnya sampai 14-16

%. Setelah dibersihkan biji dikeringkan kembali, kadar air

maksimum 14% sudah cukup, apabila untuk disimpan selama 2-3

bulan dan untuk keperluan bernih kadar air biji sebaiknya 9%.

d. Tanaman Ketela Pohon

Tanaman ketela pohon adalah tanaman yang memiliki adaptasi sangat

luas sehinga sering disebut tanaman pioner. Penanaman ketela pohon

dilakukan pada awal musim kemarau sehinga dapat dipanen pada awal

musim hujan.

1) Pemilihan bibit

Bibit tanaman berupa setek batang berukuran 20-30cm. Setek yang

terbaik berasal dari bagian tengah batang tanaman yang telah

berumur lebih dari 8 bulan ujung setek bagian bawah dipotong

miring 450. Pemotongan ini dimaksud untuk memperluas daerah

perakaran dan sebagai tanda bagian yang ditanam. Kebutuhan bibit

perhektar sekitar 10.000 setek.

2) Penyiapan lahan

Pada daerah dengan kondisi curah hujan yang banyak, ubi kayu

ditanam diatas guludan. Bertanam diatas guludan memudahkan

panen. Jika curah hujan tidak terlalu tinggi, pengolahan tanah

(31)

3) Cara tanam

Penanaman setek dilakukan dengan cara vertikal berjarak 100cm

antar setek. Namun jika dimaksutkan untuk diambil daunnya, setek

dapat ditanam rapat secara mendatar agar tunas baru muncul dari

setiap buku.

4) Pemeliharaan

Agar tanaman tidak terlalu rimbun dan pertumbuhan ketela pohon

optimal, sebaiknya dilakukan pengurangan tunas. Pengurangan

tunas dilakukan dengan meningalkan dua tunas yang sehat pada

umur 1-1,5 bulan.

5) Panen dan pascapanen

Ketela pohon dipanen pada umur 9-10 bulan jika digunakan untuk

konsumsi. Jika dilakukan untuk pembuatan tepung tambioka,

sebaiknya dipanen pada umur lebih dari 12 bulan.

Analisis usahatani ( padi, jagung, kedelai dan ketela pohon ) dapat dilakukan

dengan metode yang sama yaitu dengan menjumlahkan biaya-biaya produksi

yang terdiri dari biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja, biaya

angkut, biaya sewa lahan, biaya bajak, dan biaya penyusutan, maka akan

terdapat total biaya tunai dan total biaya. Untuk mengetahui keuntungan atas

biaya tunai penerimaan dikurangi dengan biaya tunai dan untuk mengetahui

ratio R/C atas biaya tunai, maka pendapatan produksi dibagi dengan

(32)

akan menghasilkan keuntungan atas biaya total dan ratio R/C atas biaya total

diperoleh dari penerimaan produksi dibagi dengan total biaya.

Menurut Suratiyah (2009), analisis kelayakan usahatani berdasarkan

beberapa katagori. Suatu usahatani dikatakan layak jika memenuhi

persyaratan sebagai berikut : (1) R/C > 1 ; (2) Produktivitas tenaga kerja

(Rp/HKO) lebih besar dari tingkat upah yang berlaku; (3) Pendapatan (RP) >

sewa lahan (RP) per satuan waktu atau musim tanam; (4) Produksi (kg) >

BEP produksi (kg); (5) Penerimaan (Rp) > BEP penerimaan (Rp); (6) Harga

(Rp/kg) > BEP harga (Rp/kg); (7) Jika terjadi penurunan harga produksi

maupun peningkatan harga faktor produksi sampai batas tertentu tidak

menyebabkan kerugian.

2. Penentuan Komoditas Unggulan

Menurut Rachman (2003), yang dimaksud komoditas unggulan adalah

komoditas andalan yang memiliki posisi strategis untuk dikembangkan

disuatu wilayah. Posisi strategis ini didasarkan pada pertimbangan teknis

(kondisi tanah dan iklim), sosial ekonomi dan kelembagaan bahwa

ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan manusia),

untuk menghasilkan dan memasarkan semua komoditas yang dapat

diproduksi disuatu wilayah secara simultan relative terbatas. Di sisi lain

pada era pasar bebas saat ini baik ditingkat pasar lokal, nasional maupun

global, hanya komoditas yang diusahakan secara efisien dari sisi teknologi

(33)

kompetitif yang akan mampu bersaing secara berkelanjutan dengan

komoditas yang sama dari wilayah lain.

Menurut Zuhal (2009), konsep keunggulan komperatif merupakan ukuran

daya saing (keunggulan) potensi dalam arti daya saing akan tercapai

apabila perekonomian tidak mengalami distori sama sekali, komoditas

yang memiliki keunggulan komparatif (efisiensi secara ekonomi).

Menggambarkan efisiensi penggunaan sumberdaya untuk memproduksi

suatu produk tertentu yang diukur pada kondisi pada perdagangan

internasional. Asumsi perekonomian yang tidak mengalami hambatan atau

distori sama sekali sulit ditemukan pada dunianyata sehingga keunggulan

komperatif sulit digunakan sebagai indikator untuk mengukur keuntungan

dalam usahatani. Konsep yang lebih cocok untuk mengukur kelayakan

usahatani ( komoditas unggulan) secara finansial adalah keuntungan

kompetitif yaitu alat untuk mengukur kelayakan suatu aktivitas

(keuntungan privat) yang dihitung berdasarkan harga pasar dan nilai tukar

resmi yang berlaku (secara finansial).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan dalam penentuan komoditas tanaman

pangan unggulan adalah, komoditas yang layak diusahakan karena

memberikan keuntungan pada petani baik secara biofisik, sosial dan

ekonomi. Komoditas tertentu dikatakan layak secara biofisik jika

komoditas tersebut diusahakan sesuai dengan zona agroekologi, layak

secara sosial jika komoditas tersebut memberi peluang berusaha, bisa

(34)

pada penyerapan tenaga kerja. Sedangkan layak secara ekonomi artinya

komoditas tersebut menguntungkan, karena memiliki daya saing.

3. Konsep Daya Saing

Konsep daya saing diekspresikan oleh beberapa orang dan lembaga

dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut tidak terlepas dari

pandangan atau konteks yang mereka telaah. Menurut Porter (1990) bahwa

konsep dayasaing yang dapat diterapkan pada level nasional tak lain

adalah produktifitas yang didefinisikan sebagai nilai output yang

dihasilkan oleh seorang tenaga kerja.

Daya saing merupakan suatu konsep yang menyatakan suatu kemampuan

produsen untuk memproduksi suatu komoditas dengan mutu yang cukup

baik dengan biaya produksi yang rendah sehingga pada harga-harga yang

terjadi dipasar internasional dapat diproduksi dan dipasarkan oleh

produsen dengan memperoleh laba yang mencukupi sehingga dapat

mempertahankan kelanjutan biaya produksi nya (Zuhal 2009).

Dari definisi konsep daya saing, secara sederhana yang dimaksud dengan

daya saing komoditas pertanian (tanaman Pangan) terbentuk dan tercermin

dari output, tenaga kerja dan nilai harga jual yang bersaing serta terdapat

biaya produksi yang rendah dan mempunyai mutu yang baik.

4. Keunggulan kompetitif dan Keunggulan Komparatif

Keunggulan kompetitif muncul didasarkan kenyataan perekonomian yang

(35)

menyebabkan keunggulan koporatif tidak dapat digunakan untuk

mengukur daya saing suatu kegiatan ekonomi pada kondisi perekonomian

aktual. Keunggulan kompotitif bukan merupakan konsep yang sifatnya

menggantikan konsep keunggulan komparatif, tetapi merupakan konsep

yang bersifat melengkapi (Heatati, 2001)

Keunggulan kompotitif dalam matrik PAM diterangkan melalu PCR atau

Privat Cost Ratioyang merupakan rasio antara biaya input domestik

dengan nilai tambah output atau selisih antara penerimaan financial dan

input asing financial. Keunggulan komparatif adalah kondisi pasar

persaingan sempurna baik untuk pasar input maupun pasar output.

Keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing potensial yang

akan dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorasi sama sekali.

Keunggulan komparatif dapat digunakan membandingkan beragam

kegiatan ekonomi (produksi) di dalam negara terhadap perdagangan dunia

(Gray et al, 1995)

Konsep keunggulan komparatif merupakan ukuran daya saing yang akan

dicapai apabila perekonomian tidak mengalami distorsi sama sekali.

Konsep keunggulam komparatif dianggap mempunyai dua aplikasi yang

berbeda yaitu, (1) sebagai dasar untuk menjelaskan pola spesialisasi

internasional dalam produksi dan perdagangan, (2) sebagai petunjuk

pemerintah dalam menentukan kebijaksanaan yang berhubungan dengan

(36)

Dalam matrik PAM keunggulan komparatif diterangkan melaluiDomestic

Resources Cost(DRC) yaitu rasio antara biaya input domestik dengan nilai

tambah output atau selisih antara penerimaan ekonomi dengan input asing

ekonomi.

5. Harga Bayangan (Social Opportunity Cost)

Harga bayangan adalah harga yang akan menghasilkan alokasi

sumberdaya terbaik sehingga akan memberikan pendapatan nasional

tertinggi(Pearsonet al. 2005). Kondisi biaya imbangan sama dengan harga

pasar akan sangat sulit ditemukan maka untuk memperoleh nilai yang

mendekati biaya imbangan atau harga sosial, perlu dilakukan penyesuaian

terhadap harga pasar yang berlaku (Gittinger 1986). Alasan penggunaan

harga bayangan adalah sebagai berikut:

1) Harga bayangan tidak mencerminkan korbanan yang dikeluarkan jika

sumber daya tersebut dipakai untuk kegiatan lainnya.

2) Harga yang berlaku di pasar tidak menunjukkan apa yang sebenarnya

diperolah masyarakat melalui suatu produksi dari aktivitas tersebut.

Penentuan harga dasar yang terjadi belum tentu dapat dipakai

langsung dalam analisis ekonomi karena tidak mencerminkan biaya

imbangan sosial (opportunity cost). Suatu komoditas akan mempunyai

biaya imbangan sama dengan biaya pasar jika berada pada pasar

persaingan sempurna. Oleh karena itu, untuk memperoleh suatu nilai

(37)

6. Policy Analisys Matrix (PAM)

Policy Analisys Matriks(PAM) adalah suatu alat analisis yang digunakan

untuk menganalisis pengaruh intervensi pemerintah dan dampaknya pada

sistem komoditas. Empat aktivitas yang terdapat dalam sistem komoditas

yang dapat dipengaruhi terdiri dari tingkat usahatani, penyampaian dari

usahatani kepengolah, pengolahan dan pemasaran (Monke dan

Pearson,1989).

Metode PAM merupakan metode yang dikemukakan oleh Monke dan

Pearson pada tahun 1989. Analisis ini dapat digunakan pada sistem

komoditas dengan berbagai daerah, tipe usahatani dan teknologi.

Keunggulan dari alat analisis ini adalah perhitungan dapat dilakukan

secara keseluruhan, sistematis dan dengan output yang sangat beragam.

Namun kekurangannya adalah tidak membahas masing-masing analisis

secara mendalam dan outputnya pun hanya berlaku pada saat aktual saja.

Matriks PAM dapat mengidentifikasi tiga analisis. Ketiga analisis tersebut

adalah analisis keuntungan (privat dan sosial), analisis daya saing

(keunggulan kompetitif dan komparatif) dan analisis dampak kebijakan

yang mempengaruhi sistem komoditas. Selain itu, Pearsonet al.(2004),

menjelaskan bahwa di dalam metode PAM pun dapat membantu

pengambilan keputusan baik di pusat maupun di daerah untuk menelaah

tiga isu sentral kebijakan pertanian.

Isu pertama adalah berkaitan dengan daya saing suatu sistem usahatani

(38)

perbedaan harga privat sebelum dan sesudah kebijakan diterapkan. Isu

kedua adalah dampak investasi publik, dalam bentuk pembangunan

infrastruktur yang berpengaruh pada tingkat efisiensi suatu sistem

usahatani. Efisiensi sistem usahatani tersebut dapat diukur melalui

keuntungan sosial. Isu yang terakhir adalah dampak investasi baru dalam

bentuk riset dan teknologi terhadap efisiensi suatu sistem usahatani.

Dalam membangun matriks PAM ini Monke dan Pearson (1989)

menggunakan beberapa asumsi, asumsi-asumsi tersebut adalah:

a. Perhitungan berdasarkan Harga Privat (Private Cost) yaitu harga yang

benar-benar terjadi dan diterima oleh produsen dan konsumen atau

harga yang benar-benar terjadi setelah adanya kebijakan.

b. Perhitungan berdasarkan Harga Sosial (Social Cost) atau Harga

Bayangan (Shadow Price) yaitu harga pada kondisi pasar persaingan

sempurna atau harga yang terjadi apabila tidak ada kebijakan. Pada

komoditas yang dapat diperdagangkan (Tradable) harga bayangan

adalah harga yang terjadi di pasar internasional.

c. Output bersifattradabledan input dapat dipisahkan kedalam

komponen asing (Tradable) dan domestik (Non Tradable).

d. Eksternalitas positif dan negatif dianggap saling meniadakan. PAM

terdiri dari matriks yang disusun berdasarkan hasil analisis finansial

(privat) dan analisis ekonomi (sosial). Penerimaan dan biaya produksi

pada harga finansial dan harga sosial dibagi menjadi komponen

(39)

menjelaskan terdapat lima perbedaan antara analisis finansial dan

analisis ekonomi, yaitu:

a. Harga

Dalam analisis finansial harga yang digunakan adalah harga aktual

yang terjadi di pasar baik untuk input maupun output. Sedangkan

dalam analisis ekonomi harga yang digunakan adalah harga

bayangan (shadow prices). Harga bayangan adalah harga yang

sebenarnya akan terjadi dalam suatu perekonomian jika pasar

dalam keadaan persaingan sempurna dan dalam kondisi

keseimbangan (Gittinger, 1986). Alasan digunakannya harga

bayangan dalam analisis ekonomi adalah:

1) Harga privat tidak selalu mencerminkan apa yang sebenarnya

diperoleh masyarakat melalui produksi yang dihasilkan dari

aktivitas tersebut.

2) Harga privat tidak selalu mencerminkan apa yang sebenarnya

dikorbankan seandainya sejumlah sumber daya yang dipilih

digunakan dalam aktivitas lain yang masih memungkinkan di

masyarakat.

b. Pajak

Dalam analisis finansial unsur pajak dihitung sebagai biaya yang

dibayarkan kepada pemerintah. Sedangkan dalam analsis ekomomi

pajak merupakan transfer dari produsen kepada pemerintah,

(40)

c. Subsidi

Subsidi adalah transfer yang perhitungannya merupakan kebalikan

dari pajak. Dalam analisa finansial, penerimaan subsidi berarti

pengurangan biaya produksi atau dengan kata lain subsidi

mengurangi biaya. Dalam analisis ekonomi subsidi dianggap

sebagai sumber-sumber yang dialihkan dari masyarakat untuk

digunakan dalam proses produksi. Oleh sebab itu subsidi yang

diterima produsen adalah beban masyarakat, jadi dari segi

perhitungan sosial (ekonomi) tidak mengurangi biaya.

Perhitungan model PAM dilakukan melalui analisis Matriks, dimana baris

pertama adalah perhitungan berdasarakan harga privat atau harga setelah

kebijakan. Baris kedua adalah perhitungan berdasarkan harga sosial dan

baris ketiga merupakan selisih antara harga privat atau harga sosial yang

menunjukan adanya kebijakan terhadap input dan output, yang dapat

dilihat pada tabel 4.

Tabel 4.Policy Analisys Matrix(PAM)

Penerimaan

Sumber : Monke dan Pearson, 1995

Keterangan :

Keuntungan Privat (D) = A-(B+C)

Keuntungan Sosial (H) = E-(F+G)

(41)

Transfer Input Tradable/input (IT) (J) = B-F

Transfer Input non Tradable (FT) (K) = C-G

Transfer Bersih (NT) (L) = D-H

Rasio Biaya Privat (PCR) = C/(A-B)

Rasio BSD (DRC) = G/(E-F)

Koefisien Proteksi Output Nominal (NCPO) = A/E

Koefiesien Proteksi Input Nominal (NPCI) = B/F

Koefiesien Proteksi Efektif (EPC) = (A-B)/(E-F)

Koefisien Keuntungan (PC) = D/H

Rasio Subsidi Bagi Produsen = L/E

B. Tinjauan Penelitian terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini

mengenai daya saing ataupun yang menggunakan metode PAM (Policy

Analysis Matrix). Beberapa penelitian terdahulu tersebut antara lain sebagai

berikut:

Ariani, Asikin, dan Hestina, (2004) dengan menggunakan Metode PAM,

meneliti tentang daya saing Usahatani tebu, di Provinsi jawa Timur. Hasil

penelitian : (1) Rata-rata produktivitas tebu di lahan sawah mencapai lebih

dari 100 ton per hektar, lebih tinggi dari pada lahan tegalan. (2) proporsi biaya

tenaga kerja dan sewa lahan usatani tebu dilahan sawah dan tegalan di jawa

Timur mencapai sekitar 70 persen terhadap total biaya usahatani tebu. (3)

usahatani tebu di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Kediri tidak mempunyai

keunggulan komparatif, sedangkan usahatani tebu di kabupaten Malang dan

Jember menunjukan kebalikanya (DCR<1). Usahatani di Kabupaten Madiun,

Kediri dan Malang (lahan sawah) akan mempunyai keunggulan komparatif,

apabila produktivitas (rendemen) tebu meningkat sekitar 20 persen atau harga

(42)

Rohman (2008) meneliti daya saing beras pandan wangi dan varitas unggul

baru. Penelitian tersebut menyimpulkan pengusahaan beras Pandan Wangi

dan beras Varietas Unggul Baru didesa Bunikasih Kecamatan Warung

Kondang Kabupaten Cianjur memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif.

Ini digambarkan dari nilai indikator efisiensi pengusahaan kedua varietas yaitu

nilai PCR kurang dari satu (PCR < 1) dan DRC kurang dari satu (DRC < 1)

Hoeridah (2011) meneliti Daya saing Ubi Jalar Cilembu di Kabupaten Jawa

Barat. Berdasarkan hasil penelitian yang menggunakan analisis matrik

kebijakan (PAM), menyimpulkan bahwa dampak kebijakan pemerintah

terhadap input domestik belum efektif karena produsen harus membayar lebih

mahal dari yang seharusnya, sedangkan untuk inputtradableefektif

dikarenakan ada subsidi. Secara keseluruhan kebijakan pemerintah masih

bersifat disinsentif terhadap petani untuk meningkatkan produksinya (NT yang

negatif dan EPC <1) serta harus mengeluarkan biaya lebih besar dari biaya

sosialnya (SRP negatif).

Abidin (2008) meneliti Daya saing Usahatani Ubi Kayu untuk Biofuel di

Lahan Kering Kabupaten Lampung Tengah. Hasil penelitian menunjukan

bahwa usahatani ubi kayu sangat menguntungkan dan memiliki keunggulan

kompetitif. Usahatani ubi kayu memperoleh keuntungan bersih privat dan

sosial sebesar Rp6.880.000,00 per hektar. Bahkan apabila subsidi urea

dihapuskan, maka petani masih memperoleh keuntungan besar. Usahatani ubi

kayu juga efisien dalam menggunakan sumberdaya domestic yang

(43)

dan 0,44 tanpa menggunakan subsidi, yang menunjukan bahwa usaha tani ini

hanya memerlukan biaya sebesar 43 hingga 44 sen untukan penerimaan

sebesar US$1.

Matau, Bahtiar dan Aryanto (2010) dalam penelitiannya yang berjudul

Analisis Dayasaing usahatani jagung di Kabupaten Bolaang Mogondow

Provinsi Sulawesi Utara, hasil penelitian dengan menggunakan metode PAM

menunjukkan profitabilitas privat dan social usahatani jagung berturut-turut

Rp218 926 dan Rp3 045 938. Private Cost Ratio Usahatani jagung sebesar

0.97. Domestic Resources Cost Ratio Usahatani jagung sebesar 0.65.

Zulkarnain (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Keunggulan Komparatif

Dan Kompetitif Produksi Padi Di Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi

Lampung menunjukan usahatani padi di Kabupaten Lampung Tengah

memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dengan nilai PCR 0,4635 dan

DCR 0,4368 sehingga layak dan menguntungkan untuk dikembangkan.

C. Kerangka Pemikiran

Pembangunan Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan

penting dalam pembangunan di Kabupaten Tulang Bawang. Dalam upaya

pengembangan komoditas pertanian unggulan, perlu diketahui jenis tanaman

pangan yang dapat dikembangkan dan apakah komoditas tersebut

mempunyai daya saing, sehingga diketahui perkembangan ketahap

(44)

Dengan menggunakan metodePolicy Analisys Matrix(PAM) diharapkan

dapat diketahui komoditas yang unggul dan mempunyai daya saing baik di

tingkat regional maupun nasional. Hasil penelitian dengan menggunakan

PAM dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi pemerintah Kabupaten

Tulang Bawang sebagai informasi bagi pihak terkait tentang pengembangan

pertanian, kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Potensi wilayah yang ada di Kabupaten Tulang Bawang terdapat komoditas

pertanian tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon.

Untuk menentukan peringkat daya saing masing-masing komoditas digunakan

analisis PAM (Policy Analisis Matrix). Hasil analisis PAM dapat

menententukan komoditas pertanian tanaman pangan ungggulan, selanjutnya

dapat digunakan sebagai dasar bagi pemerintah Kabupaten Tulang Bawang

dan sebagai informasi bagi pihak terkait tentang pengembangan pembangunan

(45)

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian penentuan komoditas tanaman pangan unggulan berdasarkan daya saing di Kabupaten Tulang Bawang.

PAM

Tidak Unggul Unggul

Komoditas Pertanian Tanaman Pangan (padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon)

Usaha tani Output

Input

Pengembangan komoditas tanaman pangan strategis

Harga Input

Total Biaya

Harga Output

Penerimaan Total

Daya Saing

(46)

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional

Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda pada penelitian ini, maka

peneliti menggunakan konsep dasar dan batasan oprasional sebagai berikut:

Policy Analysis Matrix(PAM) adalah alat analisis secara menyeluruh dan

konsisten terhadap kebijakan mengenai penerimaan, biaya usahatani, tingkat

perbedaan pasar, sistem pertanian dan efisiensi ekonomi.

Konsep daya saing usahatani adalah kemampuan usaha tani untuk

memproduksi suatu komoditas dengan memiliki keunggulan komparatif dan

keunggulan kompetitif.

Keunggulan komparatif adalah keunggulan suatu wilayah dalam memproduksi

suatu komoditas pertanian dengan biaya alternatif yang dikeluarkan lebih

rendah dari biaya untuk komoditas yang sama di daerah lain diukur

berdasarkan harga ekonomi.

Keunggulan kompetitif adalah keunggulan suatu komoditas yang dihasilkan

dalam kegiatan produksi yang efisien sehingga memiliki daya saing dipasar

(47)

Penerimaan usahatani adalah penerimaan total usahatani yang diperoleh petani

sebagai hasilproduksi, diukur dalam satuan rupiah (Rp)

Input tradableadalah sejumlah input yang diperdagangkan di pasar

internasional.

Input non tradableadalah sejumlah input yang tidak diperdagangkan di pasar

internasional sehingga tidak memiliki harga pasar internasional seperti lahan

dan tenaga kerja.

Biaya domestik adalah biaya nontradabledalam usahatani, diukur dalam

satuan rupiah (Rp).

Keuntungan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya, diukur dalam

satuan rupiah (Rp).

Keuntungan ekonomi adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya

total usahatani yang diperhitungkan dengan menggunakan harga bayangan,

diukur dalam satuan rupiah (Rp)

Keuntungan finansial adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya

total usahatani yang diperhitungkan menggunakan harga pasar, diukur dalam

satuan rupiah (Rp).

Efek divergensi adalah selisih antara harga privat dan harga sosial usahatani

(48)

Harga privat adalah harga yang benar-benar dihadapi petani dalam penjualan

hasil produksinya maupun pembelianinput, diukur dalam satuan rupiah (Rp)

Harga sosial adalah harga internasional yang sesuai ( harga CIF untuk

komoditas yang diimpor dan harga FOB untuk komoditas yang diekspor) yang

mewakili biaya imbangan sosial, diukur dalam satuan rupiah (Rp).

Harga bayangan adalah harga yang menghasilkan alokasi sumberdaya terbaik,

sehingga akan memberikan pendapatan nasional tertinggi.

Analisis sensitivitas adalah analisis kepekaan yang bertujuan untuk melihat

suatu perubahan atau kesalahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya dan

manfaat.

B. Lokasi Penelitian dan Pengumpulan Data

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) di

Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung, dengan pertimbangan daerah

ini mempunyai potensi yang besar dalam sektor pertanian, baik dalam sektor

pemanfaatannya maupun pengembangannya, sehingga memberikan kontribusi

yang tinggi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Luas dan hasil

produksi empat komoditas tanaman pangan pada masing masing kecamatan

(49)

Tabel 5. Luas dan jumlah produksi empat jenis tanaman pangan dalam (hektar/ton) Per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang

No Kecamatan Padi Jagung Kedelai Ketela Pohon

Luas Produksi Luas Prodduksi Luas Produksi Luas Produksi

1 Bannjar Agung 17 83 23 124 0 0 1.744 51.599

2 Banjar Margo 237 1.161 101 1.545 0 0 593 17.511

3 Gedung Aji 1.037 5.081 0 0 0 0 1.075 31.745

4 Penawar Aji 830 4.067 10 54 0 0 58 1.713

5 Meraksa Aji 222 1.088 0 0 0 0 105 3.101

6 Menggala 234 1.147 124 670 0 0 2.613 77.165

7 Penawar Tama 413 2.024 15 81 0 0 110 3.24

8 Rjtu selatan 10.822 53.028 120 648 30 23 129 3.809

9 Gdg meneng 5.513 27.014 182 983 7 9 6.237 184.179*

10 Rjtu Timur 0 0 0 0 0 0 10 00

11 Rawa Pitu 11.119 54.483* 0 0 0 0 264 7.796

12 Gdg Aji baru 3.796 18.600 11 59 0 0 578 17.068

13 Dente teladas 6.500 31.850 1.195 6.453* 652 509* 5.065 149.569

14 Mgl Timur 1.742 8.536 122 659 14 11 1.854 54.749

15 Banjar Baru 356 1.744 20 108 0 0 752 22.207

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Tulang Bawang 2012b

Kecamatan Rawa Pitu dipilih sebagai lokasi penelitian untuk usahatani padi

karena merupakan salah satu sentra produksi padi di Kabupaten Tulang

Bawang. Produksi padi di Kecamatan ini tertinggi yaitu 54.483 ton dengan

luas areal tanam 11.119 ha. Lokasi penelitian untuk usahatani jagung adalah

di Kecamatan Dente Teladas di lokasi ini terdapat produksi Jagung tertinggi

bila dibandingkan dengan Kecamtan lainya yaitu 6.453 ton, dengan luas areal

tanam 1.195 ha, dan produktivitas Kedelai tertinggi yaitu 509 ton, dengan luas

areal tanam 652 ha. Kecamatan Gedung Meneng di pilih sebagai daerah

penelitian untuk komoditas ketela pohon karena memiliki produksi tertinggi

yaitu 184.179 ton, dengan luas areal tanam 6.237 hektar.

Responden dalam penelitian ini adalah petani (padi, jagung, kedelai dan ketela

pohon). Berdasarkan data di Kecamatan tempat penelitian jumlah

(50)

Tabel 6. Jumlah petani padi, jagung, kedelai, dan ketela pohon di Kecamatan tahun 2012

Kecamatan Petani

Padi Jagung Kedelai Ketela Pohon Jumlah

Rawa Pitu 376 376

Dente Teladas 375 374 749

Gedung Meneng 378 378

Total 1503

Pengambilan jumlah sampel masing-masing usahatani dapat diperoleh

berdasarkan perhitungan dengan metode acak sederhana (simple random

sampling) dengan rumus sebagai berikut : (Sugiarto dkk, 2003)

n = ² ² Nd²+ Z². S²

keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

S² = Variasi sampel (5%=0,05)

Z = Tingkat kepercayaan (95% = 1,96) d = Derajat penyimpangan (5% = 0,05)

Berdasarkan rumus di atas maka dari total populasi sejumlah 1.503 di dapatkan

73 sampel, dari jumlah sampel di tentukan alokasi proporsi sampel untuk setiap

responden dari masing-masing petani (padi, jagung, kedelai dan ketela pohon)

dengan rumus :

Na = Na x nab Nab

keterangan :

n = jumlah sampel per usahatani nab= jumlah sampel keseluruhan

Na= jumlah petani per Kecamatan

(51)

Berdasarkan rumus diatas maka didapatkan jumlah sampel dari

masing-masing usahatani (padi, jagung, kedelai dan ketela pohon) adalah sebanyak 35

petani.

C. Metode Analisis Data

1. Metode Data Tujuan l

Untuk menjawab tujuan satu dalam penelitian ini adalah analisis

keuntungan usaha tani, (padi, jagung,kedelai dan ketela pohon) yaitu

menghitung hasil bersih yang di peroleh petani dari hasil produksi setelah

dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan selama satu kali musim tanam.

Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh petani, maka dapat

menggunakan persamaan matematis sebagai berikut:

Y = jumlah produksi (kg) Py = harga jual (Rp/kg) Xi = faktor produksi

Pxi = harga per satuan faktor produksi (Rp/unit) BTT = biaya tetap total (Rp)

Untuk mengetahui dampak tingkat keuntungan yang diperoleh oleh petani,

maka digunakan Return Cost Ratio (R/C). Return Cost Ratio dikenal

sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara matematis, hal

ini dapat dituliskan sebagai berikut:

R/C = TR TC

(52)

R/C = rasio antara penerimaan dan biaya TR = total penerimaan

TC = total biaya

Terdapat tiga kemungkinan hasil yang akan diperoleh dengan perhitungan

tersebut:

a) Jika R/C < 1, maka permintaan benih jagung hibrida tidak

menguntungkan petani.

b) Jika R/C = 1, maka permintaan benih jagung hibrida berada pada titik

impas atauBreak Even Point (BEP).

c) Jika R/C > 1, maka permintaan benih jagung hibrida menguntungkan

petani.

2 Metode Data Tujuan 2

Tujuan kedua dalam penelitian ini menentukan peringkat daya saing,

metode yang di gunakan adalah PAM (Policy Analisis Matrix) analisis ini

digunakan untuk mengetahui analisis keuangan, daya saing (keunggulan

komparatif dan keunggulan kompetitif serta analisis dampak kebijakan

pemerintah terhadap output dan input.

Tabel 7.Policy Analisys Matrix(PAM)

Penerimaan

(53)

Keterangan :

Keuntungan Privat (D) = A-(B+C)

Keuntungan Sosial (H) = E-(F+G)

Transfer Output (OT) (I) = A-E

Transfer Input Tradable/input (IT) (J) = B-F

Transfer Input non Tradable (FT) K) = C-G

Transfer Bersih (NT) (L) = D-H

Rasio Biaya Privat (PCR) = C/(A-B)

Rasio BSD (DRC) = G/(E-F)

Koefisien Proteksi Output Nominal (NCPO) = A/E

Koefiesien Proteksi Input Nominal (NPCI) = B/F

Koefiesien Proteksi Efektif (EPC) = (A-B)/(E-F)

Koefisien Keuntungan (PC) = D/H

Rasio Subsidi Bagi Produsen = L/E

a. Analisis Keuntungan Finansial dan Keuntungan Ekonomi

1) Keuntungan Finansial/Finance Profitability(FP) D=A-(B+C)

Keuntungan finansial merupakan indikator daya saing dari sistem

komoditas berdasarkan teknologi, nilai output, biaya input dan

trasfer kebijakan yang ada. Jika D > 0, maka secara finansial

kegiatan Usahatani tersebut layak untuk diteruskan.

2) Keuntungan ekonomi/Economic Profitability (EP), H=E-(F+G)

Keuntungan ekonomi merupakan indikator keunggulan komparatif

atau efisiensi dari sistem komoditas pada kondisi tidak ada

penyimpanan dan penerapan kebijakan efisiensi. Jika H > 0, maka

sistem komoditi makin efisien dan mempunyai keunggulan

komparatif yang tinggi. Jika H < 0, maka sistem komoditi tidak

(54)

b. Analisis Keunggulan Kompetitif (PCR) dan Keunggulan Komperatif

(DCR)

1) Private Cost Ratio(PCR), PCR = C/(A-B)

PCR menunjukan kemampuan sistem komoditi membiayai faktor

domestik pada harga privat. Jika PCR < 1, maka sistem komoditas

tersebut mampu membiayai faktor domestiknya pada harga privat

dan mempunyai keunggulan komparatif.

2) Domestic Resourse Cost Ratio(DCR), DCR = G/(E-F)

Nilai DRC merupakan indikator kemampuan sistem komoditi

membiayai faktor domestik pada harga sosial. Jika DCR > 1, maka

sistem komoditi tersebut tidak mampu hidup tanpa bantuan atau

intervensi pemerintah. Jika DCR < 1, maka sistem komoditi makin

efisien, mempunyai daya saing yang tinggi, mampu hidup tanpa

bantuan dan intervensi pemerintah, dan mempunyai peluang ekspor

yang besar, sehingga dapat dikatakan mempunyai keunggulan

kompetitif.

c. Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah

1) Output Transfer(OT), OT = A E

Tranfer output merupakan selisih antara penerimaan yang dihitung

atas harga privat dengan penerimaan yang dihitung berdasarkan

harga sosial. Jika OT positif, maka besarnya transfer (insentif) dari

(55)

membeli dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang

seharusnya.

2) Nominal protektion Coefficient on Tradeable Otput(NPCO)

NPCO = A / E

Koefisien proteksi output nominal merupakan rosio penerimaan

yang dihitung berdasarkan harga privat dengan penerimaan yang

dihitung dengan harga sosial. Jika NPCO > 1, maka terdapat

kebijakan pemerintah yang menyebabkan harga pasar lebih besar

dari pada harga sosial. Hal tersebut menunjukan bahwa terdapat

kebijakan pemerintah yang membatasi impor output atau berupa

tarif impor.

3) Transfer Input(IT), IT = B F

Transfer input adalah selisih antara biaya input yang dapat

diperdagangkan pada harga privat dengan biaya input yang dapat

diperdagangkan pada harga sosial. Nilai IT bertanda positif

menunjukan bahwa besarnya transfer (insentif) dari produsen

kepada pemerintah melalui kebijakan tarif imfpr.

4) Normal Protection Coefficient on Tradeable Input(NPCI)

NPCI = B / F

Koefisien input proteksi nominal merupakan rasio antara biaya

input tradable yang dihitung berdasarkan harga finansial dengan

biaya input tradable yang dihitung berdasarkan harga bayangan jika

NPCI > 1, maka adanya proteksi terhadap produsen input sehingga

(56)

menggunakan input tersebut. Jika NPCI < 1, maka adanya

hambatan ekspor input sehingga proses produksi dilakukan

dengan menggunakan input dalam negri atau adanya insentif

pemerintah terhadap produsen.

5) Transfer Factor(FT), FT = C G

Transfer Faktor merupakan nilai yang menunjukan perbedaan

harga finansial dengan harga ekonomi yang diterima produsen

untuk pembayaran faktor produksi domestik. Nilai FT menunjukan

bahwa adanya pengaruh kebijakan pemerintah terhadap produsen

dan konsumen yang diterapkan pada input domestik. Kebijakan

pemerintah pada input domestik dilakukan dalam bentuk kebijakan

subsidi.

6) Effetive Protection Coefficient(EPC), EFC = (A-B)/(E-F)

Koefisien proteksi efektif merupakan analisis gabungan antara

koefisien output nominal dengan koefisien input normal. Nilai EPC

menggambarkan dampak kebijakan pemerintah apakah bersifat

melindungi atau menghambat produksi domestik. Jika EPC > 1,

maka menunjukan bahwa keuntungan finansial lebih besar

daripada tanpa kebijakan yang berarti kebijakan yang ada

memberikan insentif untuk berproduksi.

7) Net Transfer(NT), NT = D H

Transfer bersih merupakan selisih antara keuntungan bersih yang

benar-benar diterima produsen dengan keuntungan bersih

(57)

disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang diterapkan pada input

dan output, sebaliknya jika NT < 0.

8) Profitability Coefficent(PC), PC = D / H

Koefisien keuntungan adalah perbandingan antara keuntungan

bersih finansial petani dengan keuntungan bersih ekonomi. Jika PC

> 1, maka kebijakan pemerintah memberikan insentif kepada

produsen. Jika PC < 1, maka kebijakan pemerintah membuat

keuntungan yang diterima produsen lebih kecil dibandingkan tanpa

adanya kebijakan, sehingga produsen harus mengeluarkan

sejumlah dana kepada konsumen.

9) Subsidy Ratio to Producen(SRP), SRP = L / E

Rasio subsidi produsen menunjukan persentase subsidi atau

intensif bersih atas penerima yang di hitung dengan harga

bayangan. Jika SRP > 1, maka kebijakan pemerintah berupa

subsidi selama ini menyebabkan produsen mengeluarkan biaya

produksi lebih kecil dari biaya imbangan untuk produksi.

d. Indentifikasi Input dan Output

Usahatani padi, jagung, kedelai dan ketela pohon menggunakan input

seperti lahan (ha), bibit (kg), pupuk (kg), alat pertanian (unit), tenaga

kerja (HKO) berdasarkan atas upah berlaku dan input pendukung

lainya. Output dalam penelitian ini adalah gabah kering panen (GKP),

jagung pipilan kering, biji kedelai kering dan ketela pohon dalam

bentuk tepung tapioka. Dalam penelitian ini output tidak membedakan,

(58)

benih yang tidak jauh berbeda. Output yang bersipattradeableadalah

padi, jagung, kedelai dan ketela pohon, harga bayangan diperoleh dari

harga batas (border price) / FOB karena merupakan komoditas ekspor.

e. Penentuan Alokasi Biaya

Untuk menentukan komponen biaya domistic dan asing dilakukan dua

pendekatan menurut Pearson (1976) dalam Haryono (1991),

pendekatan tersebut adalah :

1) Pendekatan Langsung (direct Opproach)

Pendekatan langsung diasumsikan bahwa seluruh biaya input

tradable. Baik inpor maupun produksi domestik dinilai sebagai

komponen biaya asing. Pendekatan ini digunakan apabila

kebutuhan permintaaninput tradablebaik barang inpor maupun

produksi domestik dapat dipenuhi dari perdagangan antara negara

atau penawaran dipasar internasional.

2) Pendekatan Total (total opproach).

Pada pendekatan ini setiap input tradableproduksi domestik

dibagi ke dalam komponen biaya domestik dan biaya asing.

Pendekatan lebih tepat apabila produsen lokal dilindungi, sehingga

tambahan penawaraninput tradabledatang dari produsen lokal.

f. Penetapan Harga Bayangan

Harga bayangan menurut Gittinger (1982), adalah harga yang terjadi

dalam suatu perekonomian apabila pasar dalam kondisi keseimbangan.

(59)

adalah bahwa harga yang berlaku dipasar tidak mencerminkan apa

yang sebenarnya diperoleh masyarakat melalui produksi yang

dihasilkan dari aktivitas tersebut dan harga pasar juga tidak

mencerminkan apa yang sebenarnya dikorbankan seandainya jumlah

sumberdaya yang dipilih dan digunakan dalam akitivitas tertentu.

Tetapi tidak digunakan dalam aktivitas lain yang masih tersedia di

dalam masyarakat. (Gray et al,1995).

Dalam penelitian ini harga yang digunkan merupakan harga bayangan

(shadow price). Untuk membawa nilai finansial ke dalam nilai

ekonomi menggunakanShadow Exchange Rate(SER) danStandar

Conversion Factor(SCF) (Gittinger, 1986). Dengan metode SER unit

hitungan (numeraire) adalah harga domestik (domestic price) sehingga

semuatraded itemsdinilai ke dalam bentuk domestik. Pada SCF unit

hitungan (numeraire) adalah harga batas (border price) sehingga

semuanontraded itemsdinilai ke dalam harga batas menggunakan

SCF. Dalam penelitian ini penetapan harga bayangan dilakukan

menggunakan SCF. Dalam penelitian ini penentapan harga bayangan

di lakukan menggunakanShadow Exchange Rate(SER). Penentapan

harga bayangan adalah sebagai berikut.

a) Nilai tukar mata uang

Harga bayangan nilai tukar rupiah terhadap dolar diperoleh sebagai

berikut:

(60)

Keterangan:

SER = nilai tukar uang bayangan (shadow exchange rate)

OER = nilai tukar uang resmi (official exchange rate)

SCF = faktor konversi bahan baku (shadow convertion

factor)

Dimana SCF diperoleh dengan rumus sebagai berikut:

SCF = +

( + ) + ( )

Keterangan:

SCF = faktor konversi bahan baku (shadow convertion factor)

M = nilai impor (Rp)

Tm = pajak impor (Rp)

X = nilai ekspor (Rp)

Tx = pajak ekspor (Rp)

b) Output

Output dalam penelitian ini adalah gabah panen kering (GPK), jagung

pipilan kering, biji kedelai kering, dan ketela pohon dalam bentuk

tepung tapioka. Harga bayangan gabah panen kering (GPK), jagung

pipilan kering, dan biji kedelai kering diperoleh dari harga batas

(border price) CIF karena merupakan komoditas impor.Harga bayangan

ketela pohon diperoleh dari harga batas (border price) FOB karena

merupakan komoditas ekspor. Harga bayangan dari empat komoditas

ditingkat Usahatani di Tulang Bawang tahun 2012 dapat dilihat pada

(61)

Tabel 8. Penentuan harga paritas impor output padi, jagung, dan kedelai

a) Bongkar muat (Rp/kg) ii,iii E

b) Pengangkutan (Rp/kg)

i. pelabuhan-gudang ii F

ii. gudang-dist.provinsi ii G

iii. dist.provinsi-kabupaten/kecamatan iii H

iv. kecamatan-usahatani iv I

5 Harga bayangan di tingkat petani D+E+F+G+H+I

Sumber :

i. BPS Jakarta, Indonesia (2012)

ii. Pedagang besar tingkat Provinsi Lampung iii. Pedagang tingkat Kabupaten Tulang Bawang iv. Petani dan pedagang pengumpul tingkat Kecamatan

Tabel 9. Penentuan harga paritas ekspor output ketela pohon di Tulang Bawang

a) Bongkar muat (Rp/kg) ii,iii D

b) Pengangkutan (Rp/kg)

i. pelabuhan-gudang ii E

ii. gudang-dist.Provinsi ii F

iii. dist.Provinsi-kabupaten/kecamatan iii G

iv. kecamatan-usahatani iv H

5 Harga bayangan di tingkat petani C-D-E-F-G-H

Sumber :

i. BPS Jakarta, Indonesia (2012)

Gambar

Tabel 1.  Luas panen dan produksi empat jenis tanaman pangan tahun 2008-2012 di Kabupaten Tulang Bawang
Tabel 2. Nilai Produk Domestik Regional Bruto atas harga berlaku darisektor pertanian tahun 2007-2011 di Kabupaten Tulang Bawang(dalam jutaan rupiah)
Tabel 3. Distribusi(PDRB) atas dasar harga konstan sektor pertanian
Tabel 4. Policy Analisys Matrix (PAM)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, dilakukan dengan memadukan antara peta pola ruang Rencana Tata Ruang Wilayah

Sedangkan komoditas unggulan sektor pertanian yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan daya saing ekonomi di Kabupaten Bondowoso adalah komoditas yang berpotensi

Tabel 8.. kacang hijau; Kecamatan Kokap adalah padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat dan kacang tanah; Kecamatan Girimulyo adalah padi, ketela pohon, ketela rambat dan

Sedangkan prioritas wilayah yang diarahkan untuk pengembangan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan mengikuti kriteria seperti yang telah dikemukakan pada

Tabel 8.. kacang hijau; Kecamatan Kokap adalah padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat dan kacang tanah; Kecamatan Girimulyo adalah padi, ketela pohon, ketela rambat dan

Berdasarkan evaluasi kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan sagu, pinang, kopi, jagung, ketela rambat, ketela pohon, sawo, pepaya, pisang, nenas, jambu biji, sukun,

Lahan yang sesuai dan tersedia untuk pengembangan komoditas tanaman padi seluas 95.068 ha (20,7 % dari luas kabupaten), untuk komoditas kedelai dan jagung yang berada

Untuk subsektor tanaman pangan Padi dan Kacang Hijau adalah komoditas unggulan yang mencukupi kebutuhan pangan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah karena memiliki nilai Location Quetient