• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEWENANGAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEWENANGAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KEWENANGAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Oleh : Retno Pangastuti

Desa merupakan bentuk wilayah pemerintahan yang berada dalam tingkatan paling bawah. Desa merupakan organisasi komunitas lokal yang mempunyai batas-batas wilayah, dihuni oleh sejumlah penduduk, dan mempunyai adat istiadat untuk mengelola dirinya sendiri. Pengaturan desa telah dijelaskan dalam Undang– Undang No. 6 tahun 2014.berdasarkan undang-undang tersebut, masyarakat desa berhak meminta dan mendapatkan informasi dari pemerintah desa serta mengawasi kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, hingga pemberdayaan masyarakat desa. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No.8 Tahun 2011 desa disebut dengan Kampung. Potensi yang dapat diberdayakan di kampung Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah diantaranya pertanian, perkebunan dan industri rumahan yang meliputi industri rumahan batubata, industri rumahan genteng dan industri rumahan lainnya.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimanakah kewenangan Pemerintah Kampung Poncowarno dalam Pemberdayaan Masyarakat dan apasajakah faktor penghambat pelaksanaan kewenangan Pemerintah Kampung Poncowarno dalam Pemberdayaan Masyarakat.Penelitian hukum ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dan empiris. Sumber data dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder, dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Kewenangan pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat yaitu kegiatan dalam rumah tangganya sendiri, menggerakkan partisipasi masyarakat, melaksanakan tugas dari pemerintah di atasnya, keamanan dan ketertiban masyarakat. Adapun faktor penghambat kewenangan tersebut yaitu sumber daya manusia yang ahli dibidangnya, dan keterbatasan bahan baku, dan lain-lain, selanjutnya Pemerintah Kampung diharapkan memaksimalkan kewenangannya dengan membuat suatu program, memberikan wawasan kepada masyarakat untuk lebih berkembang, serta menjalin hubungan dengan masyarakat agar masyarakat lebih mudah untuk berkembang agar kewenangan pemerintah desa dalam pemberdayaan masyarakat dapat dilaksanakan secara maksimal.

(2)

ABSTRACT The village is a local community organization that has boundaries, inhabited by a number of residents, and customs have to manage themselves. The village setting is described in the Act No. 6 years 2014.berdasarkan the law, the villagers are entitled to request and obtain information from the village government and supervise the activities of village governance, the implementation of rural development, rural community development, to empower rural communities. Based on Central Lampung District Regulation 8 In 2011 the village called the Village. The potential that can be empowered in the village Poncowarno Kalirejo District of Central Lampung regency including agriculture, plantations and cottage industry cottage industry include brick, tile cottage industries and other cottage industries.

The problem in this thesis is how the Government authorities in Village Poncowarno Community Empowerment and what are the factors inhibiting the implementation of the Government's authority in the Poncowarno Village Community Empowerment. This legal research using normative and empirical legal research. Sources of data in this study are primary data and secondary data, and analyzed decriptive qualitatively.

The authority of village government in empowering the community that activities within their own household, mobilize community participation, carry out the task of the government on it, security and public order. The factors inhibiting the authority of human resources skilled in the art, and the raw material shortages, and others, then the Government of the village is expected to maximize its authority by creating a program, provides insight to the public to be further developed, as well as a relationship with the community so that more people easy to evolve to the government's authority in the village community empowerment can be implemented optimally.

(3)

KEWENANGAN PEMERINTAH DESA DALAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(Studi di Kampung Poncowarno Kec. Kalirejo Kab. Lampung Tengah)

Oleh

Retno Pangastuti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Retno Pangastuti dilahirkan di Kalideres 21 Januari 1994, yang merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Sumaryo dan Ibu Asmiyati.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 01 Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah pada Tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Kaliwungu Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah pada Tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Sridadi Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah pada Tahun 2012.

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan

hidayah-NYA, maka dengan ketulusan dan kerendahan hati serta setiap perjuangan, doa

dan jerih payah, saya persembahkan sebuah karya ini kepada :

BAPAK DAN IBU

Bapak H. Sumaryo dan Ibu Hj. Asmiyati

Yang selalu kuhormati, kubanggakan, kusayangi, dan kucintai sebagai rasa

baktiku kepada kalian

Terimakasih untuk setiap pengorbanan, kesabaran, kasih sayang yang tulus serta

doa demi keberhasilanku selama ini

DOSEN

Ibu Eka Deviani, S.H,. M.H. Ibu Nurmayani, S.H,. M.H. Ibu Upik Hamidah, S.H,.

M.H. Ibu Ati Yuniati, S.H,. M.H.

Yang selalu memberikan bimbingan, selalu memberikan bantuan dan dukungan

(8)

SAHABAT

Neni Kurniah

Yang selalu bersamaku, terimakasih untuk kesetianmu menjadi sahabatku.

TEMAN-TEMAN

Diah Puspita Sari, Selfiana Saraswati, Nurlaelatul Khotimah, Rizky Fijariani,

Hidayatul Mufida, Yana Harianti, Diah Puspita Sari, Rosa, Dina, Sinta, dan

teman-teman kosan A3

(9)

MOTTO

“Cukuplah ilmu itu menjadi keutamaan bagi seseorang, ia bangga manakala

disebut sebagai seorang yang berilmu. Ia juga disebut bodoh manakala meninggalkan bagian dari pengetahuannya, dan jika kata bodoh itu ditunjukan

kepadanya tentu ia akan marah”

(Imam Syafi’i)

“Ikatlah ilmu dengan menuliskannya”

(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan

Yang Maha Esa, karena dengan Pertolongan-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang penulis alami dalam proses pengerjaan, namun penulis berhasil menyelesaikan dengan baik. Skripsi ini sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarja Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung dengan judul : PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT.

Penulis menyadari selesainya skripsi ini tidak terlepas dari partisipasi, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Upik Hamidah, S.H,. M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Unuversitas Lampung.

(11)

4. Ibu Nurmayani, S.H,. M.H. selaku Pembimbing Pertama yang telah banyak memberikan bimbingan selama penyelesaian skripsi.

5. Ibu Upik Hamidah, S.H,. M.H. selaku Pembahas Pertama yang telah memberikan masukan guna perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Ati Yuniati, S.H,. M.H. selaku Pembahas Kedua yang telah memberikan masukan guna perbaikan skripsi ini.

7. Ibu Dona Raisa, S.H,. M.H. selaku Pembimbing Akademik selama penulis menjadi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Para dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas bimbingannya dan pengajarannya selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung, serta para staf dan karyawan yang telah membantu penulis dalam proses akademik dan kemahasiswaan atas bantuan selam penyusunan skripsi. 9. Kedua orang tuaku yang selalu menjadi inspirasi memberikan dukungan

baik materil maupun pikiran serta selalu mendukung tingkah laku dan tindakanku.

10.Kedua orang tua baru ku Bapak Untung dan Ibu Siti Khotijah yang selalu

mengirimkan do’a terbaik untukku.

11.Teman-teman seperjuanganku : Neni Kurniah, Ika Nursanti, Putri Utami, NI Made Ayu Sumerti, yang selalu memberikan semangat dan informasi terupdate.

(12)

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang membutuhkan terutama bagi penulis. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, 2016

Penulis,

(13)

DAFTAR ISI

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1.Kewenangan Pemerintah Desa ... 8

2.1.1.Pengertian Kewenangan ... 8

2.1.2.Macam-Macam Kewenangan... 11

2.1.3.Pengertian Pemerintahan Desa ... 14

2.1.4.Kewenangan dan/atau Fungsi Pemerintah Desa ... 18

2.2.Pemberdayaan Masyarakat... 19

2.2.1.Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ... 19

2.2.2.Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ... 25

2.2.3.Bentuk-bentuk Pemberdayaan Masyarakat ... 27

2.3.Otonomi Desa ... 30

2.3.1. Pengertian Otonomi ... 30

2.3.2.Pengertian Otonomi Desa ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN ... 35

3.1.Pendekatan Masalah ... 35

3.2.Sumber Data ... 36

3.3. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data... 38

3.3.1. Metode Pengumpulan Data ... 38

3.3.2. Pengolahan Data ... 38

3.4. Analisa Data ... 39

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

4.1.Gambaran umum Kampung Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah ... 40

4.2.Kewenangan Pemerintah Kampung Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah ... 47

(14)

BAB V. PENUTUP ... 64

5.1. Kesimpulan ... 64 5.2. Saran ... 64

(15)

DAFTAR TABEL

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa merupakan organisasi komunitas lokal yang mempunyai batas-batas wilayah, dihuni oleh sejumlah penduduk, dan mempunyai adat istiadat untuk mengelola dirinya sendiri. Desa pada umumnya mempunyai pemerintahan sendiri yang dikelola secara otonom tanpa ikatan dengan struktur yang lebih tinggi.1 Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Desa dapat melaukakn perbuatan hukum, baik hukum publik maupun hukum perdata, desa memiliki sumber sumber pembiayaan berupa pendapatan asli desa yang dapat digunakan untuk pembangunan desa.2

Secara emitologis kata desa berasal dari bahasa sansekerta, yaitu “deca”, seperti dusun, desi, negara, negeri, negari, nagaro, negory (nagarom), yang berarti tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran, tanah leluhur yang merujuk pada satu

1

Rudy, Hukum Pemerintahan Daerah, (Bandar Lampung: PKKPUU FH UNILA,2013), Hlm.82

2

(17)

2

kesatuan hidup dengan satu kesatuan norma serta memiliki batas yang jelas.3 Menurut A. W. Widjaja, desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.4 Lebih lanjut berdasarkan Undang– Undang No. 6 tahun 2014, desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asa usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.5

(18)

3

Berdasarkan Pasal 126 ayat (3) PP No. 47 Tahun 2015 pemberdayaan masyarakat desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pemerintah desa, badan permusyawaratan desa, forum musyawarah desa, lembaga kemasyarakatan desa, lembaga adat desa, BUM desa, badan kerja sama antar-desa, forum kerja sama desa, dan kelompok kegiatan masyarakat lain yang dibentuk untuk mendukung kegiatan pemerintahan dan pembangunan pada umumnya.7 Kepala desa selaku pemerintah desa berdasarkan Pasal 26 ayat (1) UU No. 6 Tahun 2014 kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Kepala desa berdasarkan Pasal 26 ayat (2) poin h Undang-undang No. 6 Tahun 2014, membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa.8

Desa memiliki identitas, tradisi atau pranata sosial dan kelengkapan budaya asli serta merupakan sebuah sistem sosial yang kemudian berkembang menjadi pemerintahan yang demokratis, dan pada masanya memiliki otonomi desa dalam mengatur kehidupannya sendiri. Kebijakan–kebijakan yang ada di desa diatur dalam pemerintahan desa yang deselenggarakan oleh pemerintah desa, pemerintah desa adalah kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.9 Pemerintah desa merupakan pelaksana dari otonomi desa, dengan adanya otonomi desa pemerintah

(19)

4

desa mempunyai wewenang untuk menjalankan otonomi desa dengan penuh termasuk melakukan pendampingan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan masyarakat, dengan atau tanpa dukungan pihak luar, untuk memperbaiki kehidupannya yang berbasis pada daya mereka sendiri.10 Lebih lanjut pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.11 Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No.8 Tahun 2011 desa disebut dengan Kampung. Potensi yang dapat diberdayakan di kampung yang berada di Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah diantaranya pertanian, perkebunan dan industri rumahan yang meliputi industri rumahan batu bata, industri rumahan genteng dan industri rumahan lainnya.

Kewenangan pemerintah desa dalam pengembangan pemberdayaan masyarakat desa dilakukan dengan cara pembinaan dan pengawasan terhadap industri rumahan agar menghasilkan produk yang berkualitas, pengawasan ketersediaan pupuk untuk petani, dan mempromosikan produk – produk yang dimiliki oleh

10

Totok Mardikanto, Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: ALFABETA, 2015), Hlm. 100

11

(20)

5

desa sampai ke luar provinsi dengan cara sosialisasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Meskipun pemerintah desa telah melaksanakan perananya tetapi belum mendapatkan hasil yang maksimal, hal tersebut dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang ahli dibidangnya, kelangkaan bahan baku dan masyarakat yang bersifat pasif. Masyarakat bersifat pasif dikarenakan rasa tidak percaya diri yang menghambat berkembangan dan rasa mudah putus asa untuk hasil yang akan didapat, tingkat pendidikanpun berpengaruh terhadap masyarakat yang bersifat pasif.

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Kewenangan Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan

Masyarakat”

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dapat di identifikasikan adalah :

1. Bagaimanakah kewenangan Pemerintahan Desa di Kampung Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah dalam pemberdayaan masyarakat?

(21)

6

1.2.2 Ruang Lingkup

a. lingkup penelitian di bidang hukum

Lingkup bidang penelitian ini adalah Hukum Administrasi Negara dimana yang dilihat dan diteliti khususunya adalah kewenangan pemerintahan desa dalam pemberdayaan masyarakat berdasarkan otonomi desa yang dimaksud dalam kajian Ilmu Hukum Administrasi Negara.

b. Ruang lingkup kajian

Berdasarkan permasalahan diatas agar tidak meluas dan terarahnya pembahasan maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada kewenangan pemerintahan desa dalam pemberdayaan masyarakat berdasarkan otonomi desa.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui secara jelas kewenangan pemerintahan desa dalam pemberdayaan masyarakat di Kampung Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

(22)

7

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai pengembangan Ilmu Hukum pada umumnya, khususnya mengenai kewenangan pemerintahan desa dalam pemberdayaan masyarakat berdasarkan Otonomi Desa.

2. Sebagai bahan pustaka untuk penelitian lanjutan.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kewenangan Pemerintah Desa

2.1.1 Pengertian kewenangan

Kewenangan secara umum merupakan lingkup kekuasaan yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk memerintah, mengatur, dan menjalankan tugas di bidangnya masing-masing. Kewenangan merupakan unsur dari kekuasaan yang dimiliki seseorang. Dalam berkuasa biasanya seorang pemegang kuasa berwenangan untuk menjalankan kekuasaannya sesuai dengan wewenang yang diberikan kepadanya.

Menurut Kaplan “kewenangan adalah kekuasaan Formal yang berhak untuk

(24)

9

Pengertian kewenangan menurut Stout adalah Pengertian yang berasal dari hukum organisasi pemerintah, yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan yang berkenaan dengan perolehandan penggunaan wewenang-wewenang pemerintah oleh subjek hukum publik di dalam hubungan hukum publik. Adapun pengertian kewenangan menurut Tonaer adalah kemampuan untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu, dapat diciptakan hubungan hukum antara pemerintah dengan warga negara. Otoritas atau kewenangan sering didefinisikan sebagai kekuasaan, kekuasaan yang memerintahkan kepatuhan kekuasaan itu meletakkan kleimnya atas otoritas yang dikuasai. Yang dimaksud dengan otoria atau wewenang ialah hak yang sudah didirikan, dalam ketertiban sosial manapun, untuk menetapkan kebijaksanaan, untuk mengumumkan keputusan pertimbangan atas pokok persoalan yang relevan, dan untuk mendamaikan pertentangan-pertentangan, atau pembimbing bagi orang-orang lain.

Sedangkan menurut P. Nicholai di dalam bukunya, disebutkan bahwa kewenangan adalah kemampuan untuk melakukan tindakan hukum tertentu, yaitu tindakan-tindakan yang dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum, dan mencakup mengenai timbul dan lenyapnya akibat hukum tertentu. Hak berisi kebebasan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu atau menurut pihak lain untuk melakukan tindakan tertentu, sedangkan kewajiban memuat keharusan untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan tertentu.

(25)

10

menganggap bahwa ia memiliki wewenang pemerintah dan tidak boleh berbuat sesuatu selain yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kewenangan tidaklah sama dengan kekuasaan, karena kekuasaan hanyalah menggambarkan hak untuk berbuat dan atau tidak berbuat, sedangkan wewenangan mengandung hak dan juga kewajiban. Kewajiban dari suatu kewenangan, ada kewenangan secara horizontal dan kewenangan secara vertikal, kewenangan secara horizontal berarti kekuasaan tersebut digunakan untuk menyelenggarakan pemerintah sebagaimana mestinya, sedangkan kewenangan secara vertikal berarti kekuasaan tersebut adalah untuk menjalankan pemerintahan dalam suatu tertib ikatan pemerintahan negara secara keselurhan. 1

Kewenangan pemerintahan bersifat yang pertama terikat yang berarti kewenangan pemerintah yang bersifat terikat apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan yanag bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi dari keputusan yang harus diambil, kedua fakultatif yang berarti wewenang yang bersifat fakultatif terjadi apabila badan atau pejabat tata usah negara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya atau sedikit banyak masih ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dilakukan dalam hal atau keadaan tertentu sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya, dan yang ketiga yaitu bebas yang dimaksud dengan bebas adalah wewenang yang bersifat bebas terjadi apabila

1

(26)

11

peraturan dasarnya memberi kebebasan untuk menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkan atau peraturan dasarnya memberikan ruang lingkup kebebasan.2 Setiap kewenangan dibatasi oleh isi/materi, wilayah dan waktu. Cacat dalam aspek-aspek tersebut menimbulkan cacat kewenangan

(onbevoegdheid) yang menyangkut cacat isi, cacat wilayah dan cacat waktu.3

Berdasarkan uraian definisi diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian kewenangan adalah kekuasaan yang dilembagakan berdasarkan peraturan-peraturan yang diharapakan agar peraturan-peraturan-peraturan-peraturan tersebut dapat di patuhi. Sehingga keweangan merupakan ketentuan dalam kekuasaan yang bisa digunakan oleh seorang pemegang kuasa untuk menjalankan kepemimpinannya.

2.1.2 Macam – Macam Kewenangan

Macam-macam kewenangan yaitu4: a) Atribusi

Atribusi merupakan pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan.

b) Delegasi

Delegasi merupakan pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan yang satu ke organ pemerintahan yang lainnya.

2

Ibid, hlm. 78-79 3

Nurmayani,.. Op. Cit., Hlm. 27 4

(27)

12

c) Mandat

Mandat merupakan pelimpahan wewenang ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oeh orang lain atas namanya.

Untuk dapat memperoleh suatu kewenangan, pemerintah daerah dapat memperolehnya melalui tiga cara, yaitu melalui atribusi, delegasi, dan mandat. Setelah memperoleh kewenangan dari tiga sumber memperoleh kewenangan tersebut, barulah pemerintah dapat menjalankan kewenangannya. Kewenangan tersebut merupakan suatu tindakan hukum dari pemerintah dan hanya dapat dilakukan oleh aparatur negara dengan tanggung jawab yang diemban sendiri. Selain itu, perbuatan dari aparatur pemerintahan tersebut yang dilakukan sesuai kewenangannya akan menimbulkan suatu akibat hukum di bidang hukum administrasi demi terciptanya pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat. Hal ini sesuai dengan unsur dari tindakan hukum yang dilakukan berdasarkan kewenangan aparatur pemerintahan5, yaitu:

a. Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai penguasa maupun sebagai alat perlengakapan pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri.

b. Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan.

c. Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di bidang hukum administrasi.

d. Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat.

5

(28)

13

Tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjelaskan fungsi pemerintahannya dapat dibedakan dalam tindakan hukum publik dan tindakan hukum privat. Tindakan hukum publik berarti tindakan hukum yang dilakukan tersebut didasarkan pada hukum publik, sedangkan tindakan hukum privat adalah tindakan hukum yang didasarkan pada ketentuan hukum keperdataan. Tindakan hukum publik yang dilakukan oleh pemerintah dalam menjalankan fungsi pemerintahannya, dapat dibedakan dalam tindakan hukum publik yang bersifat sepihak dan tindakan banyak pihak. Peraturan bersama antar kebupaten atau antara kabupaten dengan provinsi adalah contoh dari tindakan yang hukum publik beberapa pihak, dan tindakan hukum publik sepihak berbentuk tindakan yang dilakukan sendiri oleh organ pemerintahan yang menimbulkan suatu akibat hukum publik, misalnya saja pemberian izin oleh pemerintah kepada subyek hukum atau badan hukum yang memerlukannya.

Untuk dapat melakukan suatu tindakan hukum, pemerintah memerlukan instrumen pemerintah yang digunakan sebagai sarana-sarana untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan yang. Instrumen dari pemerintah terdiri dari bermacam-macam bentuk, yaitu Peraturan Perundang-Undangan, Ketetapan Tata Usaha Negara, Peraturan Kebijakan, perizinan dan lainnya. Semua instrumen ini haruslah digunakan oleh pemerintah ngan sebaik-baiknya agar pemerintah dapat mengatur kegiatan yang menjadi urusan pemerintahan dan kemasyarakatan dengan baik dan tidak menyimpang dari tugas pokok dan fungsi pemerintahan yang baik.

(29)

14

2.1.3. Pengertian Pemerintahan desa

Pemerintahan diartikan sebagai keseluruhan lingkungan jabatan dalam suatu organisasi negara, pemerintahan sebagai lingkungan jabatan adalah alat-alat kelengkapan negara seperti jabatan eksekutif, jabatan legislatif, jabatan yudikatif, dan jabatan supra struktur lainnya. Pemerintahan yang berisi lingkungan pekerjaan tetap disebut juga pemerintahan dalam arti statis, dan dapat diartikan dalam arti dinamis, yang berisi gerak atau aktivitas berupa tindakan atau proses menjalankan kekuasaan pemerintahan. Untuk menjalankan wewenang atau kekuasaan yang melekat pada lingkungan jabatan, harus ada pemangku jabatan yaitu pejabat (ambstrager). Pemangku jabatan menjalankan pemerintahan, karena itu disebut pemerintah. 6

Pemerintahan desa merupakan bagian dari pemerintahan nasional yang penyelenggaraannya ditujukan pada pedesaan. Pemerintahan desa adalah suatu proses dimana usaha-usaha masyarakat desa yang bersangakutan dipadukan dengan usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.7 Lebih lanjut Pemerintahan Desa berdasarkan PP No. 47 Tahun 2015 adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.8 Pemerintahan desa terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

6

Nurmayani,.. Op. Cit., Hlm. 2-3 7

Maria Eni Surasih, Pemerintahan Desa dan Implementasinya, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 23

8

(30)

15

Pemerintah Desa atau disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.9

a.Pemerintah Desa 1. Kepala Desa

Kepala Desa menurut Talizidhuhu Ndraha merupakan pemimpin di desa, semua urusan tentang kemakmuran, kesejahteraan masyarakat pembangunan dan lain-lain merupakan kewajiban dari kepala desa sebagai pemimpin formal yang ditujuk oleh pemerintah.

Adapaun Pengertian kepala Desa Menurut Tahmit Kepala Desa adalah pemimpin dari desa di Indonesia, Kepala Desa merupakan pimpinan dari pemerintah desa, masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Kepala Desa tidak bertanggung jawab kepada Camat, namun hanya dikoordinasikan saja oleh Camat. Jabatan Kepala Desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya wali nagari, pambakal, hukum tua, perbekel, Peratin.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud Kepala Desa adalah sesorang yang bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.

9

(31)

16

2. Perangkat Desa

Perangkat Desa terdiri dari sekretariat desa, pelaksana kewilayahan, pelaksana teknis. Perangkat desa bertugas membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dengan demikian, perangkat desa bertanggungjawab kepada kepala desa. Perangkat Desa diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/Walikota. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. 10 Sekretariat Desa dipimpin oleh sekretaris desa dibantu oleh unsur staf sekretariat yang bertugas membantu kepala desa dalam bidang administrasi pemerintahan. Sekretariat Desa paling banyak terdiri atas 3 (tiga) bidang urusan, ketentuan mengenai bidang urusan diatur dengan Peraturan Menteri.

Pelaksana kewilayahan merupakan unsur pembantu kepala Desa sebagai satuan tugas kewilayahan. Jumlah pelaksana kewilayahan ditentukan secara proporsional antara pelaksana kewilayahan yang dibutuhkan dan kemampuan keuangan Desa.

Pelaksana teknis merupakan unsur pembantu kepala Desa sebagai pelaksana tugas operasional. Pelaksana teknis paling banyak terdiri atas 3 (tiga) seksi, ketentuan mengenai pelaksana teknis diatur dengan Peraturan Menteri.11

10

UU No. 6 Tahun 2014 11

(32)

17

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa perangkat desa adalah bagian dari pemerintah desa yang diangkat oleh Kepala Desa setelah dikonsultasikan dengan Camat atas nama Bupati/Walikota dan perangkat desa bertanggungjawab kepada kepala desa dalam membantu kepala desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

b. Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara demokratis.12

Anggota Badan Permusyawaratan Desa merupakan wakil dari penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah yang pengisiannya dilakukan secara demokratis. Masa keanggotaan Badan Permusyawaratan Desa selama 6 (enam) tahun terhitung sejak tanggal pengucapan sumpah/janji. Anggota Badan Permusyawaratan Desa dapat dipilih untuk masa keanggotaan paling banyak 3 (tiga) kali secara berturut-turut atau tidak secara berturut-turut.

Berdasarkan pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa struktur pemerintahan desa adalah susunan secara sistematik pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan BPD.

12

(33)

18

2.1.4. Kewenangan dan/atau Fungsi Pemerintah Desa a. Kewenangan dan/atau Fungsi Kepala Desa

Dalam melaksanakan tugas kepala desa pada Pasal 26 ayat (2), Kepala Desa berwenang:

1. Memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 2. Mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa.

3. Memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa. 4. Menetapkan Peraturan Desa.

5. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. 6. Membina kehidupan masyarakat Desa.

7. Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa.

8. Membina dan meningkatkan perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa.

9. Mengembangkan sumber pendapatan Desa.

10.Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa.

11.Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa. 12.Memanfaatkan teknologi tepat guna.

13.Mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif.

(34)

19

15.Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Kewenangan dan/atau Fungsi Perangkat Desa

Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

c. Kewenangan dan/atau Fungsi Badan Permusyawaratan Desa

1. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.

2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa. 3. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa.13

Dari penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Kewenangan dan/atau Fungsi Pemerintahan desa adalah wewenang dan tanggungjawab yang dimiliki oleh pemerintahan desa sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

2.2. Pemberdayaan Masyarakat

2.2.1 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata “Power” (kekuasaan atau keberdayaan). Ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita

13

(35)

20

inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekankan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan control. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan sesungguhnya tidak terbatas pada pengertian di atas. Kekuasaan tidak fakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antar manusia. Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal, yaitu :

1) Bahwa kekuasaan dapat berubah, jika kekuasaan tidak dapat berubah, pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.

2) Bahwa kekuasaan dapat diperluas, konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.

(36)

21

perlukan dan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.14

Beberapa ahli di bawah ini mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari tujuan, proses dan cara-cara pemberdayaan antara lain:

1. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak beruntung.

2. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagai pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekannkan bahwa orang memperoleh keteranmpilan, pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.

3. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.

4. Pemberdayaan adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.15

Menurut Ife, pemberdayaan memuat dua pengertian kunci, yakni kekuasaan dan kelompok lemah. Kekuasaan di sini diartikan bukan hanya menyangkut kekuasaan politik dalam arti sempit, melainkan kekuasaan atau penguasaan klien atas :

14

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: Penerbit PT Refika Aditama, 2014), hlm. 57-58

15

(37)

22

1. Pilihan-pilihan personal dan kesempatan-kesempatan hidup : kemampuan dalam membuat keputusan-keputusan mengenai gaya hidup, tempat tinggal, pekerjaan.

2. Mendefinisakan kebutuhan: kemampuan menentukan kebutuhan selaras dengan aspirasi dan keinginannya.

3. Ide atau gagasan: kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi secara bebas dan tanpa tekanan. 4. Lembaga-lembaga: kemampuan menjangkau, menggunakan dan

mempengaruhi pranata-pranata masyarakat, seperti lembaga kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan.

5. Sumber-sumber: kemampuan memobilisasi sumber-sumber formal, informal dan kemasyarakatan.

6. Aktivitas ekonomi: kemampuan memanfaatkan dan mengelola mekanisme produksi, distribusi, dan pertukaran barang serta jasa.

7. Reproduksi: kemampuan dalam kaitannya dengan proses kelahiran, perawatan anak, pendidikan dan sosialisasi.

Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.16 Kemiskinan memiliki beberapa ciri :

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang dan papan).

16

(38)

23

2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi).

3. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi maupun pendidikan dan keluarga).

4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun missal. 5. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia dan keterbatasan sumber alam. 6. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

7. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

8. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental. 9. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita

korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil)

Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat Desa.17

Secara khusus Kartasasmita meninjau tentang peranan pihak-pihak yang terlibat dalam pemberdayaan yaitu, sebagai upaya untuk memberikan kekuatan dan kemampuan, berarti di dalam pemberdayaan mengandung dua pihak yang perlu ditinjau dengan seksama yaitu pihak yang diberdayakan dan pihak yang memberdayakan. Agar dapat diperoleh hasil yang memuaskan diperlukan

17

(39)

24

komitmen yang tinggi dari kedua pihak. Dari pihak pemberdaya harus beranjak dari pendekatan bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai program dan proyek pembangunan, akan tetapi merupakan subyek dari upaya pembangunannya sendiri. Untuk itu, makan dalam pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan yang terarah, dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi kelompok sasaran dan menggunakan pendekatan kelompok.

Pihak pemberdaya harus mempunyai komitmen untuk membuat atau melakukan suatu program yang juga memberdayakan. Sebab pengalaman menunjukan bahwa banyak program pembangunan dalam pelaksanaannya kurang atau bahkan tidak mencerminkan aspek pemberdayaan. Hal ini tidak sesuai dengan pemberdayaan yang memberikan kekuatan dan kemampuan pada masyarakat. Komitmen yang rendah dari pihak pemberdaya dapat saja muncul dari kekhawatiran bahwa dengan upaya pemberdayaan akan mengurangi kekuatan dan kekuasaan mereka. 18

Lebih lanjut dalam pemberdayaan masyarakat terdapat beberapa prinsip, antara lain:

1) Mengerjakan, artinya, kegiatan pemberdayaan harus sebanyak mungkin melibatkan masyarakat untuk mengerjakan/ menerapkan sesuatu. Karena

melalui “mengerjakan” mereka akan mengalami proses belajar yang akan

terus diingat untuk jangka waktu yang lebih lama.

2) Akibat, artinya, kegiatan pemberdayaan harus memberikan akibat atau pengaruh yang baik atau bermanfaat, karena perasaan senang/ puas atau

18

(40)

25

tidak senang/ kecewa akan mempengaruhi semangatnya untuk mengikuti kegiatan belajar/ pemberdayaan di masa-masa mendatang.

3) Asosiasi, artinya setiap kegiatan pemberdayaan harus dikaitkan dengan kegiatan lainnya, sebab setiap orang cenderung untuk mengaitakan/ menghubungkan kegiatan dengan kegiatan/ peristiwa yang lainnya.19 Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah usaha dari pemerintah untuk pembangunan nasional dengan cara memberdayakan masyarakat dengan cara meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya sesuai dengan potensi yang ada di masing-masing desa dengan prinsip-prinsip dalam pemberdayaan terdiri dari tiga hal pokok yaitu mengerjakan, akibat dan asosiasi yang satu samalainnya tidak dapat dipisahkan.

2.2.2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pada dasarnya pemberdayaan tujuan utamanya adalah memperkuat kekuasaan masyarakat, khususnya kelompok lemah yang tidak memiliki kemampuan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun karena kondosi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil). Guna melengkapi pemahaman mengenai pemberdayaan perlu diketahui konsep mengenai kelompok lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya. Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau tidak berdaya meliputi :

19

(41)

26

1. Kelompok lemah secara structural, baik lemah secara kelas, gender, maupun etnis.

2. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja.

3. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah pribadi dan/atau keluarga.

Kelompok-kelompok tertentu yang mengalami diskriminasi dalam suatu masyarakat, seperti masyarakat kelas sosial ekonomi rendah, kelompok minoritas etnis, wanita, populasi lanjut usia, serta para penyandang cacat, adalah orang-orang yang mengalami ketidakberdayaan. Keadaan dan perilaku mereka yang

berbeda dari “keumuman” kerapkali dipandang sebagai “deviant” (penyimpang).

Mereka seringkali kurang dihargai dan bahkan dicap sebagai orang yang malas, lemah, yang disebabkan oleh dirinya sendiri. Padahal ketidakberdayaan mereka seringkali merupakan akibat dari adanya kekurangadilan dan diskriminasi dalam aspek-aspek kehidupan tertentu.20

Pemberdayaan sebagai tujuan pada dasarnya akan memunculkan keberanian pada individu ataupun kelempok. Kondisi semula yang akan cenderung hanya menerima keadaan akan lebih berani bertindak untuk merubah keadaan. Bentuk keberanian itu juga dapat berupa menghadapi kekuasaan formal guna menghapus ketergantungannya pada kekuatan itu. Dari beragam pengertian tentang pemberdayaan yang telah dikemukakan dalam bagian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan oleh masyarakat, dengan atau tanpa dukungan pihak luar, untuk memperbaiki kehidupannya yang berbasis kepada daya mereka sendiri, melalui upaya optimasi

20

(42)

27

daya serta peningkatan posisi-tawar yang dimilki, dengan perkataan lain, pemberdayaan harus menempatkan kekuatan masyarakat sebagai modal utama seerta menghindari “rekayasa” pihak luar yang seringkali melemahkan kemandirian masyarakat setempat. Dalam konteks ini, pemberdayaan masyarakat, slmaet diartikan sebagai proses penyeluruhan pembangunan yang oleh mardikanto diartikan sebagai proses perubahan sosial, ekonomi dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuan masyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadi perubahan perilaku pada diri semua stakeholders (individu, kelompok, kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnya kehidupan yang semakin berdaya, mandiri, dan partisipatif yang semakin sejahtera secara keberlanjutan.21

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kemampuan, kualitas, dan potensi-potensi yang ada pada masyarakat agar dapat berkembang.

2.2.3. Bentuk-bentuk Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk memperbaiki usaha yang dilaksanakan oleh masyarakat dan kegiatan pemberdayaan masyarakat sebagai syarat pembangunan, maka bentuk-bentuk pemberdayaan masyarakat:

a. Pemberdayaan Bedasarkan Sumber Daya Alam

Sumber daya alam merupakan salah satu potensi yang dapat diberdayakan, dengan memperhatikan keadaan sumber daya alam yang ada, diantaranya:

(a) Lokasi Geografis

21

(43)

28

Lokasi geografis akan sangat menentukan keragaman komoditi yang diusahakan yang terkait dengan: keadaan iklim, sifat hujan dan saat-saat pergantian iklin akan tiba.

(b) Topografi Wilayah

Topografi wilayah menentukan pola bertanam berkaitan dengan upaya pelestarian dan konversi tanah, serta keadaan pengairannya.

(c) Iklim

Iklim akan sangat menentukan pola pertanaman, waktu bertanam, dan jenis komoditi yang dapat diusahakan dengan memberikan produk dan harga jual yang lebih baik.

(d) Jenis Tanah

Sifat-sifat kimia dan fisikanya yang akan mempengaruhi ragam komoditi yang dapat diusahakan maupun tingkat produktifitasnya. (e) Bencana Alam Rutin

Akan mempengaruhi peluang keberhasilan komuditi yang diusahakan. (f) Status dan Luas Kepemilikan Lahan

Akan menentukan tingkat intensifikasi, produktivitas, dan pendapatannya.

(g) Lokasi Administrasi

(44)

29

b. Pemberdayaan Berdasarkan Sumber Daya Manusia

Manusia merupakan pelaksana dari adanya pemberdayaan masyarakat, maka diperlukan perhatian secara khusus terhadap sumber daya manusia yang tersedia.

c. Pemberdayaan Berdasarkan Kelembagaan

Kelembagaan adalah hal penting dalam pemberdayaan masyarakat dalam bidan pembangunan, baik dalam kelembagaan ekonomi maupun kelembagaan sosial.

d. Pemberdayaan Berdasarkan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah ketersediaan sarana produksi, sarana pengankutan, keadaan pasar, keadaan jalan, dan ketersiadaan dibidang kesehatan.

e. Pemberdayaan Berdasarkan Pembangunan

Kegiataan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan harus selalu mengacu pada memperlancar pelaksanaan serta tercapainya tujuan-tujuan pembangunan.

f. Pemberdayaan berdasarkan ekonomi

Pemberdayaan berdasarkan ekonomi dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sehingga tingkat ekonomi masyarakat dapat dikatakan sejahtera.22

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa, pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari pemberdayaan bedasarkan sumber daya alam, pemberdayaan berdasarkan sumber daya manusia, pemberdayaan berdasarkan

22

(45)

30

kelembagaan, pemberdayaan berdasarkan sarana dan prasarana, pemberdayaan berdasarkan pembangunan, pemberdayaan berdasarkan ekonomi.

2.3. Otonomi Desa

2.3.1. Pengertian Otonomi

Secara etimologi, otonomi berasal dari bahasa yunani “autos” yang artinya sendiri, dan “nomos” yang berarti hukuman atau aturan. Menurut ahli koesoemahatmadja otonomi adalah perundangan sendiri, lebih lanjut mengemukakan bahwa menurut perkembangan sejarahnya di Indonesia, otonomi selain memiliki pengertian sebagai perundangan sendiri, juga mengandung pengertian pemerintahan.23 Secara teoritik dan praktek dijumpai 5 jenis sistem otonomi atau sistem rumah tangga, yaitu:

a. Otonomi organik (rumah tangga organik)

Otonomi bentuk ini pada dasarnya menentukan bahwa urusan-urusan yang menyangkut kepentingan daerah diibaratkan sebagai organ-organ kehidupan yang merupakan suatu sistem yang menentukan mati hidupnya manusia, misalnya jantung, paru-paru, ginjal, dan sebagainya. Tanpa kewenangan untuk mengurus vital, akan berakibat tidak berdayanya atau matinya daerah.

b. Otonomi formal (rumah tangga formal)

Otonomi bentuk ini adalah apa yang menjadi urusan otonomi tidak dibatasi secara positf. Satu-satunya pembatasan adalah daerah otonom yang

23

(46)

31

bersangkutan tidak boleh mengatur apa yang telah diatur oleh perundangan yang lebih tinggi tingkatannya. Dengan demikian daerah otonom lebih bebas mengatur urusan rumah tangganya, sepanjang tidak memasuki area urusan pemerintah pusat. Otonom seperti ini merupakan hasil dari pemberian otonomi berdasarkan teori sisa, dimana pemerintah pusat lebih dulu menetapkan urusan-urusan yang dipandang lebih layak diurus pusat, sedangkan sisanya diserahkan kepada pemerintah daerah.

c. Otonomi material (rumah tangga material/substantif)

Dalam otonomi bentuk ini kewenangan daerah otonomi dibatasi secara positif yaitu dengan menyebutkan secara limitatif dan terinci atau secara tegas apa saja yang berhak diatur dan diurusnya. Dalam otonomi materiil ini ditegaskan bahwa untuk mengetahui suatu urusan menjadi rumah tangga sendiri, harus dilihat pada substansinya, artinya bahwa suatu urusan secara substansial dinilai dapat menjadi urusan pemerintah pusat, pemerintah lokal yang mengurus rumah tangga sendiri pada hakikatnya tidak akan mampu menyelenggarakan urusan tersebut, sebaliknya apabila secara substansial merupakan urusan daerah, pemerintah pusat meskipun dilakukan oleh wakil-wakilnya yang berada didaerah tidak akan mampu menyelenggarakannya.

d. Otonomi riil (rumah tangga riil)

(47)

32

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tingi tingkatannya. Otonomi riil pada prinsipnya menentukan bahwa pengalihan atau penyerahan wewenang urusan tersebut didasarkan kepada kebutuhan daerah yang menyelenggarakannya.

e. Otonomi nyata, bertanggung jawab, dan dinamis

(48)

33

semakin meningkat mutunya. Dari kelima jenis sistem otonomi itu, umumnya dipraktekkan hanya tiga jenis, yaitu sitem rumah tangga formal, sistem rumah tangga material, dan sistem rumah tangga nyata.24

berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian otonomi penyerahan wewenang untuk mengatur urusan pemerintahannya sendiri.

2.3.2. Pengertian Otonomi Desa

Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam perjalanan ketatanegaraan Republik Indonesia, Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Desa dalam susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan perlu diatur tersendiri dengan undang-undang.25

Manfaat Otonomi Desa yaitu pemerintah desa mempunyai wewenang untuk mengatur segala urusan rumahtangganya sendiri serta pemerintah desa dapat mengembangkan potensi yang ada di desanya secara utuh.

Menurut Sutoro Eko tujuan adanya Otonomi Desa yaitu: 1. mendekatkan perencanaan pembangunan ke masyarakat.

24

Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah, (Bandung: PT Alumni, 2008), Hlm. 129 25

(49)

34

2. Memperbaiki pelayanan publik dan pemerataan pembangunan, menciptakan efesiensi pembiayaan pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan lokal.

3. Meningkatkan kesejahteraan perangkat desa.

4. Memberikan kepercayaan, tanggungjawab dan tantangan bagi desa untuk membangkitkan potensi desa.

5. Sebagai tempat pembelajaran bagi pemerintah desa, BPD, dan masyarakat. 6. Meningkatkan rasa partisipasi masyarakat lokal.26

Berdasarkan pertimbangan di atas maka perlulah membentuk Undang-Undang tentang Desa dengan Desa diberikan Otonom untuk mengatur rumahtangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa otonomi desa adalah hak, wewenang, dan kewajiban desa untuk mengatur dan mengurus rumahtangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

26

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris.

(a) Pendekatan yuridis normatif yaitu pendekatan normatif atau pendekatan kepustakaan adalah metode atau cara yang digunakan dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. Norma hukum yang berlaku itu berupa norma hukum positif tertulis bentukan lembaga perundang-undangan, kodifikasi, undang-undang, peraturan pemerintah dan seterusnya dan norma hukum tertulis buatan pihak-pihak yang berkepentingan.

(51)

36

3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sukender.

(a) Data Primer

Merupakan data yang diperoleh atau yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai data asli atau data baru. Data primer merupakan data yang diperoleh dari studi lapangan yang tentunya berkaitan dengan pokok penulisan. Teknik penelitian untuk mengumpulkan data primer adalah dengan cara penelitian, wawancara, dan diskusi terfokus. Pihak yang akan diwawancarai merupakan narasumber, meliputi:

1. Badan Pemberdayaan Masyarakat Kampung/ Kelurahan Kabupaten Lampung Tengah:

1) Bpk. Fathul Arifin, Sip.,MM selaku kepala bidang pemerintahan kampung dan kelurahan

2. Pemerintah Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah:

1) Kepala Desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah : Bapak Sobirin.

3. Warga Desa yang Mengembangkan Industri Rumahan :

(52)

37

(b) Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada, dengan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, tersier.

1) Badan hukum primer yaitu data yang diambil dari sumber aslinya yang berupa undang-undang yang memiliki otoritas tinggi yang bersifat mengikat untuk penyelengaraan kehidupan masyarakat.

Bahan hukun primer antara lain meliiputi:

(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

(2) Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Unang-undang Nomor 6 Tahun 2014.

(3) Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 12 Tahun 2007 Tentang Pembentukkan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

2) Bahan Hukum Sekunder

(53)

38

langsung dari sumbernya atau dengan kata lain dikumpulkan oleh pihak lain, berupa buku jurnal hukum, dokumen-dokumen resmi, penelitian yang berwujud laporan dan buku-buku hukum.

3) Bahan Hukum Tersier

Badan hukum tersier yang merupakan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan primer dan bahan sekunder meliputu Kamus Hukum, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3.3 Metode Pengumpulan Data dan Pengelolaan Data

3.3.1 Metode Pengumpulan Data

Peneliti dalam mengumpulkan data menggunakan cara-cara sebagai berikut: (1) Studi Kepustakaan.

Dilakukan dengan cara menelaah, membaca buku, mempelajari, mencatat, dan mengutip buku-buku, peraturan perundang-undangan yang ada kaitnannya dengan hal yang dibahas.

(2) Studi Lapangan

(54)

39

3.3.2 Pengolahan Data

Setelah dat terkumpul dengan baik melalui studi kepustakaan dan studi lapangan kemudian data diolah dengan cara mengelompokkan kembali data, ssetelah itu diidentifikasi sesuai dengan pokok bahasan. Setelah mendapat data yang diperoleh, maka penulis melakukan kegiatan-kegiatan antara lain:

(a) Editing, yaitu data yang diperoleh dengan cara pemilahan data dengan cermat dan selektif sehingga diperoleh data yang relefan dengan pokok masalah.

(b) Evaluasi, yaitu penentuan nilai terhadap data-data yang telah terkumpul. (c) Klasifikasi, yaitu penyusunan dan mengelompokkan data berdasarkan

jenis data.

(d) Sistematika Data, yaitu proses penyusunan data menurut sistem yang telah ditetapkan.

(e) Penyusunan Data, yaitu melakukan penyusunan data secara sistematis sesuai dengan jenis dan pokok bahasan dengan maksud memudahkan dalam menganalisa data tersebut.

3.4 Analisis Data

(55)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

a. Kewenagan Pemerintah kampung dalam pemberdayaan masyarakat adalah kewenangan dalam kegiatan ruamah tangganya sendiri, menggerakkan partisiapasi masyarakat, melaksanakan tugas dari pemerintah dia atasnya, keamanan dan ketertiban masyarakat.

b. Faktor penghambat dalam pelaksanaan peran Pemerintah Kampung dalam pemberdayaan masyarakat Kampung Poncowarno diantaranya: kurangnya hubungan dengan masyarakat luar, kurangnya bahan baku, perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang terlambat, sikap masyarakat yang tradisional, prasangka terhadap hal-hal yang baru atau asing, ketergantungan, rasa tidak percaya diri, rasa tidak aman dan regresi, kelompok kepentingan, penolakan terhadap orang luar.

5.2 Saran

(56)

65

(1) Sebaiknya Pemerintah Kampung Poncowarno Kecamatan Kalirejo harus membuat suatu program, dimana program tersebut dapat meningkatkan antusias masyarakat untuk mengembangkan potensi yang ada.

(2) Sebaiknya Pemerintah Kampung Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah memberikan wawasan kepada masyarakat untuk lebih berkembang.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

HR, Ridwan. 2002. Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: UII Press.

Kertasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat Memadukan

Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta.

Koesoemahatmadja, Mochtar. 1979. Pengantar Ke Sistem Pemerintahan Daerah di

Indonesia. Bandung.

Muchsan. 1988. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Jakarta.

Mardikanto, Totok. 2015. Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Penerbit ALFABETA.

Nurmayani. 2009. Hukum Administrasi Daerah. Bandar Lampung: Penerbit Universitas Lampung.

Rudy. 2013. Hukum Pemerintahan Daerah. Bandar Lampung: PKKPUU FH UNILA.

Suharto, Edi. 2014. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Penerbit PT Refika Aditama.

__________. 1997. Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Aosial Spectrum

Pemikiran. Bandung: Penerbit Lembaga Studi Pembangungan STKS.

Sumodiningrat. 1997. Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Penerbit PT. Bina Rena Pariwara.

Sunarsih, Maria. 2006. Pemerintahan Desa dan Implementasinya. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sutoro, Eko. 2005. Pembaharuan Otonomi Daerah. Yogyakarta: Penerbit Pmd Press.

Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik Teori, Proses, dan Studi Kasus Edisi &

(58)

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

1. Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Tengah No. 12 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung Tengah.

2. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.

3. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

SUMBER LAIN

1. Wawancara dengan Bpk. Fathul Arifin, Spi.,MM. selaku kepala pemerintahan Badan Pemberdayaan Masyarakat Kampung/ Kelurahan Kabupaten Lampung Tengah.

2. Wawancara dengan Bpk. Sobirin selaku kepala desa desa Poncowarno Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah.

Referensi

Dokumen terkait

dalam bentuk kalimat. Bisa juga klien bersikap mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang yang tidak berbicara atau pada benda mati. Halusinasi dapat mempengaruhi

Many non-linear fracture models have been proposed by design codes and investigators to determine fracture parameters of concrete. These models can be classified as the cohesive

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Berkaitan dengan pelaksanaan prinsip checks and balances system serta hubungan kewenangan antara Presiden dengan lembaga negara lainnya, antara lain mengenai pemberian grasi,

Jika dari pengelolaan dana syirkah temporer meng- hasilkan keuntungan maka porsi jumlah bagi hasil untuk pemilik dana dan pengelola dana ditentukan berdasarkan nisbah yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rekrutmen, seleksi, dan penempatan tenaga kerja berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT Bank Papua Jayapura,

Harta benda yang bisa dibawa olehnya adalah harta yang berupa tedtedan (tentengan), jiwa dana, atau hibahan yang menjadi miliknya secara pribadi. Sedangkan, harta guna

Sehingga variabel kinerja yang diukur dalam rancangan sistem manajemen kinerja PDAM Kota Bandung tidak hanya melihat aspek keuangan saja tetapi juga meliputi