• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANGARIBUAN KABUPATEN TAPANULI UTARA

TAHUN 2012

SKRIPSI

Oleh:

NIM. 081000014 NURSIANI GULTOM

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANGARIBUAN KABUPATEN TAPANULI UTARA

TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 081000014 NURSIANI GULTOM

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan Judul:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANGARIBUAN KABUPATEN TAPANULI UTARA

TAHUN 2012

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 081000014 NURSIANI GULTOM

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 6 Juli 2012 dan

Dinyatakan telah Memenuhi Syarat untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH

NIP. 19490417 197902 1 001 NIP. 19640404 199203 1 005 Drs. Jemadi, M.Kes Penguji II Penguji III

drh. Rasmaliah, M.Kes dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS NIP. 19590818 198503 2 002 NIP. 19571117 198702 1 001

Medan, Juli 2012

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab kematian terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. Menurut data Riskesdas 2007, insidens ISPA satu bulan terakhir di Indonesia adalah 25,5% (rentang:17,5%-41,4%), dimana insidens ISPA pada bayi sebesar 35,92 %, sementara insidens ISPA pada balita sebesar 42,53%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012. Jenis penelitian dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi (0-11 bulan) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 dan sampelnya diambil secara purposive yaitu bayi dari keluarga yang tinggal di desa 1, 2, 4, dan 5 yang berjumlah 100 orang. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner, observasi, dan pengukuran. Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat.

Dari hasil penelitian didapatkan proporsi insidens ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 sebesar 58,0%. Hasil analisis bivariat menunjukkan satu variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian ISPA pada bayi yaitu umur (p = 0,0001; RP = 2,677).

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Pangaribuan untuk meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya gizi yang baik pada bayi. Bagi ibu-ibu yang memiliki bayi diharapkan membawa bayinya ke posyandu untuk mendapat imunisasi dan keluarga yang dirumahnya terdapat perokok diharapkan tidak merokok berdekatan dengan bayinya, walaupun dalam penelitian ini status gizi, status imunisasi dan keberadaan perokok tidak berhubungan dengan kejadian ISPA tetapi hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi, status imunisasi dan keberadaan perokok dengan kejadian ISPA terutama pada bayi.

(5)

ABSTRACT

Acute Respiratory Infections (ARI) is the largest cause of death in infants as well as in both the toddlers. According to the data of Riskesdas 2007, insidens ARI one last month in Indonesia is 25.5% (range: 17.5%-41.4%), where the insidens of ARI in infants of 35,92%, while insidens of ARI in toddlers of 42,53%.

The aim of this study is to determine factors related with ARI in infants at the working area Health Center of Pangaribuan North Tapanuli Regency in 2012. This type of research design with cross cross-sectional. The population was all infant (0-11 months) that is in the working area Health Center of Pangaribuan North Tapanuli Regency in 2012 and taken purposively sampled infants from families living in the village of 1, 2, 4, and 5 that add up to 100 people. Data obtained from interviews using questionnaires, observation, and measurement. Data analysis included univariate and bivariate analysis.

The result showed insidens proportion of ARI in infants on the working area Health Center of Pangaribuan North Tapanuli Regency in 2012 was 58,0%. The results of bivariate analysis showed a variables that have a significant relationship with ARI in infants is age (p = 0.0001; RP = 2,677).

It is expected that the Health Center of Pangaribuan to improve counselling of the importance of good nutrition in infants. For moms who have infants are expected to carry her infants to get immunization and posyandu for families at home are smokers are expected not to smoke near your infants, even though in the present study status of nutrition, immunization status and the presence of smokers is not related to the occurrence of ARI but previous research results indicate that there is a meaningful relationship between nutritional status and presence status, immunization with the occurrence of ARI especially smokers in infants.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : NURSIANI GULTOM

Tempat/Tanggal Lahir : Pinangsori/ 22 April 1989 Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin Anak ke : 9 dari 9 bersaudara

Alamat Rumah : Desa Batumanumpak Kec. Pangaribuan, TAPUT Riwayat Pendidikan : 1. 1996-2002 : SD Negeri No.173194 Batumanumpak

2. 2002-2005 : SMP Negeri 2 Pangaribuan 3. 2005-2008 : SMA Negeri 1 Pangaribuan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji Skripsi II yang telah banyak memberi kritik demi kesempurnaan skripsi ini. 3. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen Penasehat Akademik.

(8)

5. Bapak Drs. Jemadi, M.Kes selaku Dosen Penguji Skripsi I yang telah memberi kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberi kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Ibu Kepala Puskesmas Pangaribuan beserta staf yang telah membantu penulis selama penelitian.

8. Seluruh dosen dan staf/pegawai yang banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 9. Orangtua saya ibu R. Samosir yang telah membesarkan dan mendidik penulis

serta memberikan dukungan moril maupun materil. 10.Kakak-kakakku atas semua doa dan dukungannya.

11.Sahabat-sahabatku (Merlyn, Ririn, Fitri, Dewi, Riama Gukguk, Fera), rekan-rekan peminatan Epidemiologi FKM USU (Evi, Mery, Edy, Novika, Jojo, dan teman-teman lainnya), koordinasi UKM POMK FKM, KK Shylah, dan KK Anessa Melakah atas semua doa, bantuan dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki.

Medan, Juli 2011

(9)

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi ISPA ... 6

2.2. Etiologi ISPA ... 6

2.3. Gejala ISPA ... 7

2.4. Cara Penularan ISPA ... 7

2.5. Diagnosa dan Klasifikasi ISPA ... 8

2.6. Epidemiologi Penyakit ISPA ... 9

2.6.1. Distribusi Penyakit ISPA ... 9

2.6.2. Faktor Yang Mempengaruhi ISPA ... 11

2.7. Pencegahan Penyakit ISPA ... 18

2.7.1. Pencegahan Primer (Primary Prevention) ... 18

2.7.2. Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention) ... 19

2.7.3. Pencegahan Tersier (Tertiary Prevention) ... 20

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep ... 21

3.2. Definisi Operasional ... 22

3.3. Aspek Pengukuran ... 25

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 27

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 27

(10)

4.3. Populasi dan Sampel ... 28

4.3.1. Populasi Penelitian ... 28

4.3.2. Sampel Penelitian ... 28

4.4. Metode Pengumpulan Sampel ... 29

4.4.1. Data Primer ... 29

4.4.2. Data Sekunder ... 30

4.5. Teknik Analisis Data ... 30

4.5.1. Analisis Univariat ... 30

4.5.2. Analisis Bivariat ... 31

BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 32

5.1.1. Geografis ... 32

5.1.2. Demografi ... 32

5.1.3. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Tahun 2011 ... 35

5.2. Analisis Univariat ... 36

5.2.1. Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) ... 36

5.2.2. Deskripsi Faktor Bayi ... 37

5.2.3. Deskripsi Karakteristik Ibu Bayi ... 39

5.2.4. Deskripsi Faktor Lingkungan Rumah ... 40

5.3. Analisis Bivariat ... 41

5.3.1. Hubungan Umur dengan Kejadian ISPA Pada Bayi ... 41

5.3.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian ISPA Pada .. Bayi... 42

5.3.3. Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian ISPA Pada Bayi... 43

5.3.4. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA Pada Bayi 44 5.3.5. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA Pada Bayi 45 5.3.6. Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian ISPA Pada Bayi... 46

5.3.7. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian ISPA Pada Bayi 47 5.3.8. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian ISPA Pada Bayi 48 5.3.9. Hubungan Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA Pada Bayi... 49

5.3.10. Hubungan Kepadatan Hunian Rumah dengan Kejadian ... ISPA Pada Bayi ... 50

5.3.11. Hubungan Pemakaian Anti Nyamuk dengan Kejadian ... ISPA Pada Bayi ... 51

5.3.12. Hubungan Bahan Bakar Untuk Memasak dengan Kejadian ISPA Pada Bayi ... 52

(11)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Proporsi Insidens Kejadian Penyakit ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun

2012 ... 54 6.2. Analisis Bivariat ... 55

6.2.1. Hubungan Umur dengan Kejadian ISPA Pada Bayi ... 55 6.2.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian ISPA Pada ...

Bayi... 57 6.2.3. Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian ISPA Pada

Bayi... 58 6.2.4. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA Pada Bayi . 60 6.2.5. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA Pada Bayi 62 6.2.6. Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian ISPA Pada .

Bayi... 63 6.2.7. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian ISPA Pada Bayi 64 6.2.8. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kejadian ISPA Pada Bayi 66 6.2.9. Hubungan Ventilasi Rumah dengan Kejadian ISPA Pada

Bayi... 68 6.2.10. Hubungan Kepadatan Hunian Rumah dengan Kejadian ... ISPA Pada Bayi ... 70 6.2.11. Hubungan Pemakaian Anti Nyamuk dengan Kejadian ...

ISPA Pada Bayi ... 71 6.2.12. Hubungan Bahan Bakar Untuk Memasak dengan Kejadian

ISPA Pada Bayi ... 73 6.2.13. Hubungan Keberadaan Perokok dengan Kejadian ISPA ..

Pada Bayi ... 75 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan ... 78 7.2. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Kuesioner Penelitian 2. Master Data

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kecamatan Pangaribuan Tahun 2011 ... 33 Tabel 5.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di ...

Kecamatan Pangaribuan Tahun 2011 ... 34 Tabel 5.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di ...

Kecamatan Pangaribuan Tahun 2011 ... 34 Tabel 5.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan ...

Pangaribuan Tahun 2011 ... 35 Tabel 5.5. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Pangaribuan ...

Tahun 2011 ... 35 Tabel 5.6. Distribusi Prevalensi Bayi Berdasarkan Kejadian ISPA di ...

Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli .. Utara Tahun 2012 ... 36 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Bayi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli

Utara Tahun 2012 ... 37 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Bayi Berdasarkan Berat Bayi Lahir di ...

Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli .

Utara Tahun 2012 ... 37 Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Bayi Berdasarkan Status Gizi di Wilayah

Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli ...

Utara Tahun 2012 ... 38 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Bayi Berdasarkan Status ASI Ekslusif di .

Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli .

Utara Tahun 2012 ... 38 Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Bayi Berdasarkan Status Imunisasi di ...

Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten ...

Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 38 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Responden Menurut Karakteristik Ibu Bayi

(13)

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Responden Menurut Faktor Lingkungan .. Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 40 Tabel 5.14. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Umur Bayi di ...

Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli .. Utara Tahun 2012 ... 41 Tabel 5.15. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Jenis Kelamin di

Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli .. Utara Tahun 2012 ... 42 Tabel 5.16. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Berat Bayi ...

Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten ...

Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 43 Tabel 5.17. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Status Gizi di ...

Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli .

Utara Tahun 2012 ... 44 Tabel 5.18. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Status ASI ...

Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 45 Tabel 5.19. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Status Imunisasi

di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli

Utara Tahun 2012 ... 46 Tabel 5.20. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Pendidikan Ibu ..

di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 47 Tabel 5.21. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Pekerjaan Ibu ...

Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 48 Tabel 5.22. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Ventilasi Rumah

di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli

Utara Tahun 2012 ... 49 Tabel 5.23. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Kepadatan Hunian

(14)

Tabel 5.24. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Pemakaian Anti Nyamuk di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten

Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 51 Tabel 5.25. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Bahan Bakar ...

Untuk Memasak di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan ...

Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 52 Tabel 5.26. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Keberadaan ...

Perokok di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Pie Distribusi Insidens Kejadian Penyakit ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 54 Gambar 6.2. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Umur Bayi Dengan ...

Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 55 Gambar 6.3. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Jenis Kelamin Bayi Dengan

Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas

Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 57 Gambar 6.4. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Berat Bayi Lahir Dengan

Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 59 Gambar 6.5. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Status Gizi Bayi Dengan

Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 60 Gambar 6.6. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Status ASI Eksklusif Bayi

Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja .... Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun ...

2012 ... 62 Gambar 6.7. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Status Imunisasi Bayi ...

Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja .... Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun ...

2012 ... 63 Gambar 6.8. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Pendidikan Ibu Dengan

Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 65 Gambar 6.9. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Pekerjaan Ibu Dengan ..

Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 ... 67 Gambar 6.10. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Ventilasi Rumah Dengan

(16)

Gambar 6.11. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Kepadatan Hunian ... Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja .. Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara ...

Tahun 2012 ... 70 Gambar 6.12. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Pemakaian Anti Nyamuk

Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja .... Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun ...

2012 ... 72 Gambar 6.13. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Bahan Bakar Untuk ...

Memasak Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara ...

Tahun 2012 ... 74 Gambar 6.14. Diagram Bar Tabulasi Silang Antara Keberadaan Perokok ...

Dengan Kejadian ISPA Pada Bayi di Wilayah Kerja Kerja .... Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun ...

(17)

ABSTRAK

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab kematian terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. Menurut data Riskesdas 2007, insidens ISPA satu bulan terakhir di Indonesia adalah 25,5% (rentang:17,5%-41,4%), dimana insidens ISPA pada bayi sebesar 35,92 %, sementara insidens ISPA pada balita sebesar 42,53%.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012. Jenis penelitian dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi (0-11 bulan) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 dan sampelnya diambil secara purposive yaitu bayi dari keluarga yang tinggal di desa 1, 2, 4, dan 5 yang berjumlah 100 orang. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner, observasi, dan pengukuran. Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat.

Dari hasil penelitian didapatkan proporsi insidens ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012 sebesar 58,0%. Hasil analisis bivariat menunjukkan satu variabel yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian ISPA pada bayi yaitu umur (p = 0,0001; RP = 2,677).

Diharapkan kepada pihak Puskesmas Pangaribuan untuk meningkatkan penyuluhan tentang pentingnya gizi yang baik pada bayi. Bagi ibu-ibu yang memiliki bayi diharapkan membawa bayinya ke posyandu untuk mendapat imunisasi dan keluarga yang dirumahnya terdapat perokok diharapkan tidak merokok berdekatan dengan bayinya, walaupun dalam penelitian ini status gizi, status imunisasi dan keberadaan perokok tidak berhubungan dengan kejadian ISPA tetapi hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi, status imunisasi dan keberadaan perokok dengan kejadian ISPA terutama pada bayi.

(18)

ABSTRACT

Acute Respiratory Infections (ARI) is the largest cause of death in infants as well as in both the toddlers. According to the data of Riskesdas 2007, insidens ARI one last month in Indonesia is 25.5% (range: 17.5%-41.4%), where the insidens of ARI in infants of 35,92%, while insidens of ARI in toddlers of 42,53%.

The aim of this study is to determine factors related with ARI in infants at the working area Health Center of Pangaribuan North Tapanuli Regency in 2012. This type of research design with cross cross-sectional. The population was all infant (0-11 months) that is in the working area Health Center of Pangaribuan North Tapanuli Regency in 2012 and taken purposively sampled infants from families living in the village of 1, 2, 4, and 5 that add up to 100 people. Data obtained from interviews using questionnaires, observation, and measurement. Data analysis included univariate and bivariate analysis.

The result showed insidens proportion of ARI in infants on the working area Health Center of Pangaribuan North Tapanuli Regency in 2012 was 58,0%. The results of bivariate analysis showed a variables that have a significant relationship with ARI in infants is age (p = 0.0001; RP = 2,677).

It is expected that the Health Center of Pangaribuan to improve counselling of the importance of good nutrition in infants. For moms who have infants are expected to carry her infants to get immunization and posyandu for families at home are smokers are expected not to smoke near your infants, even though in the present study status of nutrition, immunization status and the presence of smokers is not related to the occurrence of ARI but previous research results indicate that there is a meaningful relationship between nutritional status and presence status, immunization with the occurrence of ARI especially smokers in infants.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Munculnya ancaman kesehatan dalam bentuk penyakit menular membuat langkah pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sama sekali tidak boleh diabaikan. Penyakit/patogen yang menular merupakan masalah yang terus berkembang, dan penularan patogen yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) tidak terkecuali.1

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab kematian terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita.2 ISPA sering berada dalam daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit.3 Selain itu, ISPA merupakan pola penyakit rawat jalan di puskesmas tertinggi setiap tahun. Terjadinya ISPA tertentu bervariasi menurut beberapa faktor, diantaranya: kondisi lingkungan, ketersediaan dan efektivitas pelayanan kesehatan dan langkah pencegahan infeksi untuk mencegah penyebaran, faktor pejamu, dan karakteristik patogen.1

(20)

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Indonesia pada tahun 2010, menyatakan bahwa hasil survei mortalitas subdit ISPA pada tahun 2005 di 10 provinsi, diketahui bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia, yaitu sebesar 22,30% dari seluruh kematian bayi. Survei yang sama juga menunjukkan bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada anak balita yaitu sebesar 23%. Provinsi dengan cakupan tertinggi adalah NTB (64,49%), Kalimantan Selatan (49,60%) dan Jawa Barat (48,65%).2

Menurut data Riskesdas 2007, insidens ISPA satu bulan terakhir di Indonesia adalah 25,5% (rentang:17,5%-41,4%), dimana insidens ISPA pada bayi sebesar 35,92 %, sementara insidens ISPA pada balita sebesar 42,53%. Prevalens pneumonia satu bulan terakhir di Indonesia adalah 2,1% (rentang: 0,8% - 5,6%). 6

Berdasarkan hasil penelitian Gulo, di Kelurahan Ilir Gunungsitoli Kabupaten Nias tahun 2008 dengan desain cross sectional didapatkan bahwa proporsi kejadian

ISPA pada bayi adalah 70,9%.7 Hasil penelitia

Kecamatan Koto Tangah Kota Padang tahun 2004 dengan desain cross sectional didapatkan bahwa proporsi kejadian ISPA pada bayi adalah sebesar 36,8 %.8

(21)

Berdasarkan catatan bulanan P2 ISPA Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2011 didapat bahwa proporsi penderita batuk bukan pneumonia pada bayi sebesar 178 orang bayi (62%) dari 286 orang bayi yang merupakan sasaran penemuan pneumonia bayi. Puskesmas Hutabaginda Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2011 didapat bahwa proporsi penderita batuk bukan pneumonia pada bayi sebesar sebesar 328 orang (41%) dari 800 orang bayi yang merupakan sasaran penemuan pneumonia bayi. 10,11

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara.

1.2. Rumusan Masalah

Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(22)

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik bayi (umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir, status ASI eksklusif, status imunisasi) di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012.

b. Untuk mengetahui karakteristik ibu bayi (pendidikan, pekerjaan) di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012.

c. Untuk mengetahui karakteristik lingkungan rumah (ventilasi rumah, kepadatan hunian rumah, pemakaian anti nyamuk, bahan bakar untuk memasak, keberadaan perokok) di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012.

d. Untuk mengetahui proporsi insidens ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012.

e. Untuk mengetahui hubungan faktor bayi (umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir, status ASI eksklusif, status imunisasi) dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012.

f. Untuk mengetahui hubungan faktor ibu (pendidikan, pekerjaan) dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012.

(23)

1.4. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara dalam meningkatkan kegiatan pencegahan penyakit ISPA pada bayi. b. Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi ISPA

Istilah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) mengandung 3 unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Infeksi adalah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan penyakit. Saluran pernafasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya (sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura), sedang infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, walaupun beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA dapat berlangsung lebih dari 14 hari, misalnya pertusis. Dengan demikian ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, dimana secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan dengan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.12

2.2. Etiologi ISPA

(25)

Streptococcus pyogenes, Stapilococcus aureus, Haemophilus influenzae, dan lain-lain. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Influenzae, Adenovirus, Sitomegalo virus.3

2.3. Gejala ISPA

Gejala atau gambaran klinis infeksi saluran pernapasan akut bergantung pada tempat infeksi serta mikroorganisme penyebab infeksi. Semua manifestasi klinis terjadi akibat proses peradangan dan adanya kerusakan langsung akibat mikroorganisme. Manifestasi klinis antara lain:

a. Batuk

b. Bersin dan kongestal nasal

c. Pengeluaran mukus dan rabas dari hidung serta turun ke tenggorokan d. Sakit kepala

e. Demam derajat ringan f. Malaise (tidak enak badan).13

2.4. Cara Penularan Penyakit ISPA

(26)

yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan melayang di udara); dan dust (campuran antara bibit penyakit yang melayang di udara).12

Cara penularan ISPA lainnya bisa melalui kontak. Penularan melalui kontak bisa langsung dan tidak langsung. Penularan kontak langsung melibatkan kontak langsung antar-permukaan badan dan perpindahan fisik mikro-organisme antara orang yang terinfeksi atau terkolonisasi dan pejamu yang rentan. Penularan kontak tidak langsung melibatkan kontak antara pejamu yang rentan dengan benda perantara yang terkontaminasi (misalnya, tangan yang terkontaminasi), yang membawa dan memindahkan organisme tersebut.1

2.5. Diagnosa dan Klasifikasi ISPA 3

Berdasarkan usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun, ISPA diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Bukan pneumonia

Bukan pneumonia mencangkup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam. Contohnya adalah common cold, faringitis, tonsilitis, dan otitis.

b. Pneumonia

(27)

c. Pneumonia berat

Pnumonia berat didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas disertai sesak napas atau tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam (chest indrawing) pada anak berusia dua bulan sampai < 5 tahun. Untuk anak berusia < 2 bulan, diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke arah dalam (severe chest indrawing).

2.6. Epidemiologi Penyakit ISPA 2.6.1. Distribusi Penyakit ISPA

a. Distribusi Penyakit ISPA Berdasarkan Orang

Infeksi saluran napas merupakan 40% penyebab penyakit pada anak dibawah 5 tahun dan sebagian besar disebabkan oleh virus. Virus yang sama dapat menyebabkan infeksi pada anggota keluarga lain dengan cara berbeda tetapi pada bayi cenderung lebih berat. Karena kekebalan pasif yang diturunkan dari ibu kepada bayi berkurang dalam beberapa bulan, bayi usia 6-9 bulan menjadi rentan terhadap infeksi.14

(28)

Berdasarkan hasil penelitian Valentina di Kecamatan Medan Timur tahun 2011, didapatkan bahwa proprosi ISPA pada batita yang berusia 12-24 bulan yaitu 59,3%, dan batita berusia 25-36 bulan yaitu 36,5%.15

b. Distribusi Penyakit ISPA Berdasarkan Tempat

ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah.1

Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Indonesia pada tahun 2008, kasus pneumonia yang terjadi pada balita berdasarkan laporan 26 provinsi, tiga provinsi dengan cakupan tertinggi berturut-turut adalah Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 56,50%, Jawa Barat sebesar 42,50% dan Kepulauan Bangka Belitung sebesar 21,71%. Sedangkan cakupan terendah adalah Provinsi DI Yogyakarta sebesar 1,81%, Kepulauan Riau sebesar 2,08% dan NAD sebesar 4,56%.16

c. Distribusi Penyakit ISPA Berdasarkan Waktu

Berdasarkan hasil penelitian Sirait di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2010 diperoleh insidens infeksi saluran pernapasan atas akut (ISPaA) pada balita sebesar 63,5%.17

(29)

2.6.2. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA a. Agent

ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus dan mycoplasma.3 Pneumonia pada balita paling sering disebabkan oleh virus pernapasan dan puncaknya terjadi pada umur 2-3 tahun, sedangkan pada anak umur sekolah paling sering disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumonia.18

Pada bayi dan anak-anak penyebab paling sering adalah virus syncitial pernapasan, adenovirus, virus influenza, dan virus parainfluenza. Diperkirakan 75% pneumonia pada anak balita di negara berkembang termasuk Indonesia disebabkan oleh Pneumokokus dan Hemophilus influenzae (Hib).18

b. Manusia b.1. Umur

Umur mempunyai pengaruh besar terhadap kejadian ISPA. Tingkat mortalitas sangat tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia. ISPA yang terjadi pada anak dan bayi akan memberikan gambaran klinik yang lebih jelek bila dibandingkan dengan orang dewasa dan sering kali berakhir dengan kematian.

(30)

terhadap arus udara tinggi walaupun pembengkakan dan sumbatan jalan napas tidak mencolok.1,13,16,19

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007, proporsi pneumonia pada bayi 35,27% dan balita 64,73%. Bila dilihat proporsi pneumonia pada kelompok umur balita, tampak proporsi pneumonia pada bayi dibandingkan balita sekitar 35%. Hal ini menunjukkan bahwa bayi merupakan kelompok usia yang tinggi kejadian pneumonianya. Oleh karena itu pneumonia pada balita dan terutama pada bayi, perlu mendapat perhatian dengan perbaikan gizi dan imunisasi dan meningkatkan upaya manajemen tatalaksana pneumonia.20

b.2. Jenis Kelamin

Menurut beberapa penelitian kejadian ISPA lebih sering didapatkan pada anak laki-laki dibanding anak perempuan, terutama usia muda dibawah 6 tahun.

Berdasarkan hasil penelitian Nur di Padang (2004), balita dengan jenis kelamin laki-laki proporsi menderita ISPA sebanyak 56,5% dan balita dengan jenis kelamin perempuan proporsi menderita ISPA sebanyak 38,4%. Hal ini menunjukkan bahwa balita berjenis kelamin laki-laki lebih beresiko dari pada perempuan.8

(31)

b.3. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir (Birth Weight) adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir. Bayi berat lahir cukup adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 2.500 gram. Bayi berat lahir rendah (BBLR)/Low birthweight infant adalah bayi dengan berat badan lahir 1.500 gram sampai kurang dari 2.500 gram.21 Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mempunyai risiko untuk meningkatnya ISPA, dan perawatan di rumah sakit penting untuk mencegah BBLR.22

Hasil penelitian Wihoho di Kabupaten Blora tahun 2004 dengan desain cross sectional menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara berat badan lahir dengan kejadian ISPA pada bayi (p<0,05).23

b.4. Status Gizi

Asupan gizi yang kurang merupakan risiko untuk kejadian dan kematian balita dengan infeksi saluran pernapasan. Penyakit infeksi dan pertumbuhan yang tercermin dari status gizi, seringkali dijumpai bersama-sama dan keduanya dapat saling mempengaruhi. Infeksi dapat disebabkan dan menyebabkan kekurangan gizi. Sebaliknya kekurangan gizi dapat menurunkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit infeksi. Penyakit yang sering diderita bayi dan anak dapat memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bayi adalah ISPA.

(32)

1. Gizi lebih (> 2,0 SD baku WHO NCHS) 2. Gizi baik (-2,0 SD s/d +2,0 SD)

3. Gizi kurang (<-2,0 SD) 4. Gizi buruk (<-3,0 SD).24,25

Berdasarkan hasil penelitian Sirait (2010) di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntungan dengan desain cross sectional didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi kurang dengan kejadian infeksi saluran pernapasan atas akut (ISPaA) pada anak balita (p<0,05).17

b.5. Status ASI Eksklusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan alami terbaik bagi bayi. Makanan ini telah dirancang begitu sempurna bagi bayi. ASI tidak hanya mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan bayi tetapi juga mengandung zat-zat lain yang berfungsi menyehatkan tubuh sepanjang waktu. ASI mengandung antibodi yang dapat melindungi bayi terhadap berbagai serangan penyakit dan infeksi serta mengurangi berbagai reaksi alergi.26,27,28 Salah satu contohnya adalah ASI telah terbukti melindungi bayi terhadap infeksi saluran pencernaan dan pernapasan dalam 6 bulan pertama kehidupan.29

(33)

b.6. Status Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Caranya adalah dengan memberi vaksin. Anak kebal atau resisten terhadap penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. 30

Hasil penelitian Valentina di Kelurahan Glugur Darat I Kecamatan Medan Timur tahun 2011 dengan desain cross sectional menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi dengan kejadian ISPA pada batita (p<0,05).15

c. Lingkungan c.1. Ventilasi

Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi, yaitu untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar, untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen dan untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap dalam kelembaban (humudity) yang optimum.30 Sudah terbukti bahwa ruangan yang dirancang dengan ventilasi yang baik dengan pembuangan efektif udara yang terkontaminasi, penurunan konsentrasi droplet nuklei infeksius di dalam ruangan dapat mengurangi risiko infeksi.1 Menurut Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/VII/1999, luas lubang ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% luas lantai.

(34)

c.2. Kepadatan Hunian Rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.30 Kepadatan hunian rumah yang memenuhi syarat kesehatan adalah ≥ 4 m2/penghuni.32 Kepadatan di dalam ruang tidur terutama ruang tidur balita yang tidak sesuai dengan standar akan menimbulkan ruangan penuh sesak sehingga oksigen berkurang dan CO2 meningkat dalam ruangan tersebut.

Hasil penelitian Naria, dkk. di Wilayah Kerja Puskesmas Tuntungan Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2008 dengan desain cross sectional menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian ruang tidur dengan kejadian ISPA pada balita.33

c.3. Penggunaan Anti Nyamuk Bakar

Penggunaan obat nyamuk bakar sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernapasan karena menghasilkan asap dan bau yang tidak sedap. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernapasan.

(35)

c.4. Bahan Bakar Untuk Memasak

Gangguan pernapasan pada balita yang tinggal pada rumah yang menggunakan bahan bakar minyak tanah lebih tinggi dari rumah yang menggunakan bahan bakar gas. Hal ini dimungkinkan karena ibu balita pada saat memasak di dapur menggendong anaknya, sehingga asap bahan bakar tersebut terhirup oleh balita.32

Hasil penelitian Khotimah di Desa Bangetayu Wetan Kecamatan Genuk Kota Semarang tahun 2011 dengan desain cross sectional menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara jenis bahan bakar memasak dengan kejadian ISPA pada balita (p<0,05).34

c.5. Keberadaan Perokok

Merokok diketahui mengganggu efektivitas sebagian mekanisme pertahanan respirasi. Asap rokok mengandung nikotin, tir atau keleket. Dalam tir ini terdapat berbagai oksidan, zat radioaktif, dan 1001 zat-zat kimia lain yang dapat merusak organ-organ tubuh. Bayi dan anak yang terpajan asap rokok sebelumnya atau sesudah kelahiran memperlihatkan peningkatan angka ISPA, infeksi saluran napas bawah misalnya pneumonia, dan asma pada masa kanak-kanak dibandingkan dengan bayi dan anak-anak dari orang tua bukan perokok.13,35

(36)

2.7. Pencegahan Penyakit ISPA

2.7.1. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit.36

Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pencegahan primer yaitu: a. Penyuluhan kesehatan (health promotion), dilakukan oleh tenaga kesehatan

dimana kegiatan ini diharapkan dapat mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap hal-hal yang dapat meningkatkan faktor risiko penyakit ISPA. Kegiatan penyuluhan ini dapat berupa penyuluhan penyakit ISPA, penyuluhan ASI Eksklusif, penyuluhan imunisasi, penyuluhan gizi seimbang pada ibu dan anak, penyuluhan kesehatan lingkungan rumah, penyuluhan bahaya rokok.

b. Imunisasi terhadap patogen yang bertanggung jawab terhadap pneumonia merupakan strategi pencegahan spesifik.

c. Mengusahakan agar anak mempunyai gizi yang baik. d. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

e. Menghindari bayi dan anak dari paparan asap rokok, polusi udara, dan tempat keramaian yang berpotensi penularan.

f. Menghindari bayi dan anak dari kontak dengan penderita ISPA g. Membiasakan pemberian ASI.18

(37)

2.7.2. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Pencegahan tingkat kedua merupakan diagnosa dini dan upaya manusia dalam mengobati orang yang telah sakit agar sembuh, menghambat progresifitas penyakit, menghindarkan komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.

Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pencegahan sekunder yaitu: a. Bukan pneumonia

Bukan pneumonia mencangkup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi napas dan tidak menunjukkan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam. Contohnya adalah common cold, faringitis, tonsilitis, dan otitis. Jika anak sakit, anak tidak perlu diberikan obat antibiotik tetapi cukup diberikan perawatan di rumah. Untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan.

b. Pneumonia

a. Pneumonia didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernapas. Diagnosa gejala ini berdasarkan umur. Batas frekuensi napas cepat pada anak berusia dua bulan sampai < 1 tahun adalah 50 kali per menit dan untuk anak usia 1 sampai < 5 tahun adalah 40 kali per menit. Jika anak sakit sebaiknya diberi obat antibiotik melalui mulut. Pilihan obatnya Kotrimoksasol, jika terjadi alergi/tidak cocok dapat diberikan Amoksilin, Penisilin, Ampisilin. c. Pneumonia berat

(38)

(chest indrawing) pada anak berusia dua bulan sampai < 5 tahun. Untuk anak berusia < 2 bulan, diagnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke arah dalam (severe chest indrawing). Bila tanda-tanda diatas terjadi pada anak, anak segera dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik melalui jalur infus, diberi oksigen dan sebagainya.

2.7.3. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pencegahan tersier yaitu:

a. Bukan pneumonia: Jika anak batuk berlangsung selama 30 hari, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan.

b. Pneumonia: Antibiotik diberikan selama 5 hari dan ibu dianjurkan untuk kontrol anaknya setelah 2 hari atau lebih cepat bila keadaan memburuk.

(39)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

FAKTOR BAYI

1. Umur Bayi

2. Jenis Kelamin Bayi 3. Status Gizi Bayi 4. Berat Badan Lahir 5. Status ASI Eksklusif 6. Status Imunisasi

FAKTOR IBU 1. Pendidikan Ibu 2. Pekerjaan Ibu

FAKTOR LINGKUNGAN RUMAH

1. Ventilasi Rumah

2. Kepadatan Hunian Rumah 3. Pemakaian Anti Nyamuk Bakar 4. Bahan Bakar Untuk Memasak 5. Keberadaan Perokok

Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada

(40)

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada bayi adalah penyakit infeksi saluran pernafasan dengan tanda-tanda klinis pada bayi dalam waktu dua minggu terakhir, dapat dikategorikan atas :

1. ISPA (batuk dan atau pilek, disertai demam atau tidak)

2. Tidak ISPA (apabila tidak terdapat salah satu dari tanda-tanda diatas) 3.2.2. Umur Bayi adalah usia bayi yang dihitung sejak dilahirkan sampai dengan

dilakukan penelitian ini, dikategorikan atas : 1. < 2 bulan

2. 2 - 11 bulan

3.2.3. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin bayi yang merupakan objek penelitian, dikategorikan atas :

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.4. Berat Badan Lahir adalah berat badan lahir bayi pada waktu lahir sesuai yang tercatat pada KMS, dikategorikan atas:

1. Berat bayi lahir < 2500 gram 2. Berat bayi lahir ≥ 2500gram

3.2.5. Status Gizi Bayi adalah keadaan gizi anak bayi saat dilakukan penelitian dilihat dari pengukuran antropometrik berdasarkan (BB/U) dibedakan atas :

1. Gizi lebih (Z-Score > 2,0 SD)

2. Gizi baik (Z-Score, -2,0 SD ≤ Z ≤ 2,0 SD) 3. Gizi kurang (Z-Score < -2,0 SD)

(41)

Selanjutnya untuk analisa statistik, status gizi dikategorikan menjadi : 1. Status Gizi Tidak Baik (gizi lebih, gizi kurang dan gizi buruk) 2. Status Gizi Baik (gizi baik)

3.2.6. Status ASI Eksklusif adalah ada/tidaknya bayi mendapat ASI sejak lahir sampai usia 6 bulan tanpa mendapatkan makanan tambahan dan minuman lain selain ASI.

1. Tidak ASI Ekslusif

2. ASI Eksklusif (bayi mendapat ASI saja sebagai makanan sampai usia 6 bulan)

3.2.7. Status Imunisasi adalah jenis imunisasi yang sudah didapatkan oleh bayi sesuai dengan batas waktu pemberian usia bayi dan frekuensi mendapatkannya yaitu, BCG : 0-11 bulan, DPT 3x : 2-11 bulan, Polio 4x : 0-11 bulan, Campak 1x : 9-11 bulan, Hepatits B 3x: 0-11bulan, dikategorikan atas :

1. Tidak lengkap (bila bayi tidak mendapatkan imunisasi yang seharusnya diperolehnya sesuai umur)

2. Lengkap (bila bayi sudah mendapatkan imunisasi yang harus

diperolehnya sesuai dengan batas usianya, (BCG 1x : 0-11 bulan, DPT 3x: 2-11 bulan, Polio 4x : 0-11 bulan, Campak 1x : 9-11 bulan, Hepatits B 3x: 0-11 bulan))

3.2.8. Pendidikan Ibu adalah tingkat pendidikan formil terakhir ibu bayi, dikelompokkan atas :

1. Tidak sekolah/tidak tamat SD 2. Tamat SD/sederajat

(42)

Selanjutnya untuk analisa statistik, pendidikan ibu dikategorikan menjadi : 1. Rendah (tidak sekolah, SD dan SMP atau sederajat)

2. Tinggi (SMA atau Akademik/Perguruan Tinggi)

3.2.9. Pekerjaan Ibu adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh ibu bayi baik di dalam rumah maupun diluar rumah, dikategorikan atas :

1. PNS 2. Karyawan 3. Wiraswasta 4. Petani

5. Tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (IRT)

Selanjutnya untuk analisa statistik, pekerjaan ibu dikategorikan menjadi : 1. Bekerja (PNS, karyawan, wiraswasta, petani)

2. Tidak bekerja (Ibu Rumah Tangga)

3.2.10. Ventilasi Rumah adalah keadaan luas penghawaan atau ventilasi rumah yang permanen minimal 10% dari luas lantai yang diukur pada saat observasi, dikategorikan atas :

1. Tidak Baik (luas ventilasi < 10% luas lantai) 2. Baik (luas ventilasi ≥ 10% luas lantai)

3.2.11. Kepadatan Hunian Rumah adalah kepadatan penghuni dalam rumah yang dibedakan atas :

1. Padat (kepadatan penghuni < 4 m2 /orang) 2. Tidak Padat (kepadatan penghuni ≥ 4m2 /orang)

3.2.12. Pemakaian Anti Nyamuk Bakar adalah kebiasaan menggunakan anti nyamuk bakar di dalam rumah atau ketika tidur pada malam hari, dikategorikan atas:

(43)

3.2.13. Bahan Bakar Untuk Memasak adalah bahan bakar yang digunakan saat memasak setiap hari, dikategorikan atas :

1. Kayu Bakar 2. Minyak Tanah 3. Gas/Elpiji

Selanjutnya untuk analisa statistik, bahan bakar untuk memasak dikategorikan menjadi :

1. Kayu Bakar/ Minyak Tanah 2. Gas/Elpiji

3.2.14. Keberadaan Perokok adalah keberadaan perokok dalam rumah yang dikategorikan atas :

1. Ada 2. Tidak ada

3.3. Aspek Pengukuran

Variabel yang diukur dan dianalisa dalam penelitian ini adalah : No. Variabel Cara dan Alat

Ukur

Hasil Ukur Skala

Ukur 1. Kejadian ISPA Wawancara

(kuesioner)

1. ISPA (batuk dan atau pilek, disertai demam atau tidak) 2. Tidak ISPA (apabila tidak

terdapat salah satu dari tanda-tanda diatas)

1. Status Gizi Tidak Baik (gizi lebih (Z-Score > 2,0 SD), gizi kurang (Z-Score < -2,0 SD), dan gizi buruk (Z-Score < 3,0 SD))

(44)

(kuesioner) 2. ASI Ekslusif (bayi

mempunyai riwayat mendapatkan ASI saja

sebagai makanan sampai usia 6 bulan)

1. Tidak lengkap (bayi tidak mendapatkan imunisasi yang seharusnya diperolehnya sesuai umur)

2. Lengkap (bila bayi sudah mendapatkan imunisasi yang harus diperolehnya sesuai dengan batas usianya, (BCG : 0-11 bulan, DPT 3x : 2-11 bulan, Polio 4x : 0-11 bulan, Campak 1x : 9-11 bulan, Hepatits B 3x: 0-11 bulan))

Ordinal

n luas ventilasi dengan luas

ventilasi)

1. Tidak Baik (ventilasi <10% luas lantai)

1. Padat (kepadatan penghuni < 4 m2 /orang)

2. Tidak Padat (kepadatan penghuni ≥ 4 m2 /orang) nyamuk bakar untuk menghindari gigitan nyamuk) 2. Tidak (jika tidak menggunakan

anti nyamuk bakar untuk menghindari gigitan nyamuk)

Ordinal

9. Keberadaan Perokok

Wawancara (kuesioner)

1. Ada (bila ada anggota keluarga yang merokok dalam rumah)

2. Tidak ada (bila tidak ada anggota keluarga yang merokok dalam rumah)

(45)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik, dengan menggunakan desain cross sectional.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa proporsi kunjungan penderita ISPA pada bayi tinggi dan belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya untuk menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada bayi di daerah tersebut. Berdasarkan data Bulanan P2 ISPA Puskesmas Pangaribuan tahun 2011 didapat bahwa ISPA adalah penyakit peringkat pertama dari 10 penyakit terbesar di Puskesmas Pangaribuan dan proporsi penderita batuk bukan pneumonia pada bayi sebesar 178 orang bayi (62%) dari 286 orang bayi yang merupakan sasaran penemuan pneumonia bayi.

4.2.2. Waktu Penelitian

(46)

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh bayi (0-11 bulan) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara yang terdiri dari 10 desa.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini yaitu sebagian bayi (0-11bulan) yang tinggal wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara.

a. Besar Sampel 37

Besar sampel dihitung dengan rumus penghitungan besar sampel minimal di bawah ini yaitu:

n =

Keterangan:

n = besar sampel minimum p = proporsi pada populasi (0,62)

d = besar penyimpangan (absolut) yang bisa diterima (0,1) Z1-α/2 = nilai sebaran normal baku yang besarnya tergantung α (95%)

Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel minimal adalah :

n =

(47)

Untuk mengantisipasi adanya kekurangan sampel maka besar sampel minimal ditambah 10% dari minimal sampel, sehingga besar sampel (n) = 91 + 9,1 = 100 orang.

b. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Atas pertimbangan waktu, biaya, dan tenaga peneliti, maka diambillah desa 1, 2, 4, dan 5, yaitu Desa Pakpahan, Harianja, Parsibarungan, dan Lumban Sormin. Pemilihan keempat desa ini didasarkan karena kejadian ISPA pada bayi lebih banyak di desa tersebut dan jumlah bayi di keempat desa tersebut lebih banyak dibandingkan desa lainnya, dimana jumlah bayi di desa 1 (48 bayi), desa 2 (17 bayi), desa 4 (20 bayi), dan desa 5 (15 bayi). Untuk mengambil sampel di tiap desa yang terpilih dilakukan dengan mengunjungi rumah penduduk, kemudian dilakukan wawancara observasi serta pengukuran sesuai dengan kuesioner yang telah dipersiapkan. Kemudian secara purposive pindah ke rumah berikutnya yang terdekat dan seterusnya sampai semua bayi di daerah tersebut terdata.

4.4. Metode Pengumpulan Sampel 4.4.1. Data Primer

(48)

a. Wawancara

Dilakukan dengan menanyakan secara langsung kapada ibu bayi berapa usia bayinya, jenis kelamin bayi, berat badan lahir bayi, status ASI eksklusif bayi, dan status imunisasi bayinya, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pemakaian anti nyamuk, bahan bakar untuk memasak, dan keberadaan perokok dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

b. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara melihat atau mengamati langsung luas ventilasi dengan luas lantai.

c. Pengukuran

Pengukuran dilakukan menggunakan timbangan duduk untuk mendapatkan berat badan bayi, kepadatan penghuni diukur dengan membandingkan luas lantai dengan jumlah penghuni dalam satu rumah.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang akan dikumpulkan berkaitan dengan tujuan penelitian seperti batasan wilayah penelitian, dan lain-lain diperoleh dari Profil Puskesmas Pangaribuan tahun 2011.

4.5. Teknik Analisa Data 4.5.1. Analisis Univariat

(49)

(pendidikan, pekerjaan); faktor lingkungan rumah (ventilasi rumah, kepadatan hunian ruang tidur, pemakaian anti nyamuk, bahan bakar untuk memasak, keberadaan perokok).

4.5.2. Analisis Bivariat

(50)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 5.1.1. Geografis

Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara. Puskesmas Pangaribuan mempunyai wilayah kerja dengan jumlah 10 desa. Kecamatan Pangaribuan memiliki luas wilayah 459,25 km2 dan terletak 800-1.300 m diatas permukaan laut.

Secara geografis batas-batas wilayah Kecamatan Pangaribuan adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sipahutar

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pahae Julu dan Kecamatan Pahae Jae

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Garoga 5.1.2. Demografi

Jumlah penduduk Kecamatan Pangaribuan sebanyak 26.882 jiwa, yang terdiri dari 13.286 laki-laki dan 13.596 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1.725 KK.

(51)

a. Umur

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Kecamatan Pangaribuan Tahun 2011

Sumber: Kecamatan Pangaribuan Tahun 2011

Tabel 5.1 diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk kelompok umur 0-4 tahun sebanyak 3.754 orang (13,96%), 5-9 tahun sebanyak 3.728 orang (13,8%), 10-14 tahun sebanyak 3.263 orang (12,10-14%), 15-19 tahun sebanyak 2.10-141 orang (7,96%), 20-24 sebanyak 1.138 orang (4,23%), 25-29 tahun sebanyak 1.683 orang (6,27%), 30-34 tahun sebanyak 1.765 orang (6,57%), 35-39 tahun sebanyak 1.579 orang (5,90%%), 40-44 tahun sebanyak 1.508 orang (5,61%), 45-49 tahun sebanyak 1.305 orang (4,90%), 50-54 tahun sebanyak 1.244 orang (4,63%), 55-59 tahun sebanyak 1.087 orang (4,04%), 60-64 tahun sebanyak 817 orang (3,04%), 65-69 tahun sebanyak 639 orang (2,38%), 70-74 tahun sebanyak 526 orang (1,96%), dan 75+ tahun sebanyak 705 orang (2,62%).

No. Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Frekuensi %

1. 0-4 1.913 1.841 3.754 13,96

2. 5-9 1.977 1.751 3.728 13,8

3. 10-14 1.660 1.603 3.263 12,14

4. 15-19 1.123 1.018 2.141 7,96

5. 20-24 652 486 1.138 4,23

6. 25-29 854 829 1.683 6,27

7. 30-34 921 844 1.765 6,57

8. 35-39 810 769 1.579 5,90

9. 40-44 764 744 1.508 5,61

10. 45-49 626 679 1.305 4,90

11 50-54 581 663 1.244 4,63

12. 55-59 469 618 1.087 4,04

13. 60-64 330 487 817 3,04

14. 65-69 228 411 639 2,38

15. 70-74 187 339 526 1,96

16. 75+ 191 514 705 2,62

(52)

b. Tingkat Pendidikan

Tabel 5.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pangaribuan Tahun 2011

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi %

1. Tidak/Belum Tamat SD 5.376 20,00

2. Tamat SD 6.720 25,00

3. Tamat SMP 8.065 30,00

4. Tamat SMA 6.501 24,18

5. Akademik/PT 220 0,82

Jumlah 26.882 100

Sumber: Kecamatan Pangaribuan Tahun 2011

Tabel 5.2 di atas menunjukkan tingkat pendidikan penduduk yang terdiri dari tidak/belum tamat SD 5.376 orang (20,00%), tamat SD 6.720 orang (25,00%), tamat SMP 8.065 orang (30,00%), tamat SMA 6.501 orang (24,18%), dan tamat Akademi/PT 220 orang (0,82%).

c. Mata Pencaharian Pokok

Tabel 5.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kecamatan Pangaribuan Tahun 2011

No. Mata Pencaharian Pokok Frekuensi %

1. PNS 395 22,89

2. Wiraswasta 440 25,51

3. Petani 890 51,6

Jumlah 1.725 100

Sumber: Kecamatan Pangaribuan Tahun 2011

(53)

d. Agama

Tabel 5.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan Pangaribuan Tahun 2011

No. Agama Frekuensi %

1. Kristen Protestan 24.539 91,29

2. Kristen Khatolik 1.143 4,25

3. Islam 1.200 4,46

Jumlah 26.882 100

Sumber: Kecamatan Pangaribuan Tahun 2011

Tabel 5.4 di atas menunjukkan distribusi penduduk berdasarkan agama yaitu Kristen Protestan sebanyak 24.539 orang (91,29%), Kristen Khatolik sebanyak 1.143 orang (4,25%), dan Islam sebanyak 1.200 orang (4,46%).

5.1.3. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Tahun 2011

Tabel 5.5. Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Pangaribuan Tahun 2011

No. Nama Penyakit Jumlah %

1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas Akut (ISPaA) 2.569 25,23 2. Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Akut (ISPbA) 1.646 16,17

3. Penyakit Pada Usus 1.131 11,11

4. Penyakit Pada Sistem Otot 791 7,77

5. Hipertensi 790 7,76

6. Dispepsia 747 7,33

7. Penyakit Kecacingan 721 7,08

8. Karies Gigi 707 6,94

9. Tukak Lambung 564 5,54

10. Scabies 516 5,07

Jumlah 10.182 100

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Pangaribuan Tahun 2011

(54)

(16,17%), Penyakit pada usus sebanyak 1.131 kasus (11,11%), Penyakit pada sistem otot sebanyak 791 kasus (7,77%), Hipertensi sebanyak 790 kasus (7,76%), Dispepsia sebanyak 747 kasus (7,33%), Penyakit Kecacingan sebanyak 721 kasus (7,08%), Karies Gigi sebanyak 707 kasus (6,94%), Tukak Lambung sebanyak 564 kasus (5,54%), dan Scabies sebanyak 516 kasus (5,07%).

5.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel-variabel independen yang berhubungan dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Sesuai dengan tujuan penelitian, maka variabel yang dianalisis secara univariat adalah sebagai berikut:

5.2.1. Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Tabel 5.6. Distribusi Prevalensi Bayi Berdasarkan Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

No. Status Kejadian ISPA f %

1. 2.

ISPA Tidak ISPA

58 42

58,0 42,0

Jumlah 100 100

(55)

5.2.2. Deskripsi Faktor Bayi a. Umur dan Jenis Kelamin

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Bayi Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang berumur < 2 bulan yaitu 13,0%, dan 2-11 bulan 87,0%. Proporsi bayi yang berjenis kelamin laki-laki 51,0%, sedangkan perempuan 49,0%.

b. Berat Bayi Lahir

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Bayi Berdasarkan Berat Bayi Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

(56)

b. Status Gizi

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Bayi Berdasarkan Status Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

No. Status Gizi f %

Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang berstatus gizi lebih 6,0%, status gizi baik 82,0%, status gizi kurang 11,0% sedangkan yang status gizi buruk 1,0%.

d. Status ASI Eksklusif

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Bayi Berdasarkan Status ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

No. Status ASI Ekslusif f %

1. 2.

Tidak ASI Ekslusif ASI Ekslusif

Berdasarkan tabel 5.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang tidak ASI Eksklusif 51,0%, sedangkan yang ASI Eksklusif 49,0%.

e. Status Imunisasi

(57)

Berdasarkan tabel 5.11 di atas dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang status imunisasinya tidak lengkap 59,0%, sedangkan yang imunisasinya lengkap 41,0%. 5.2.3. Deskripsi Karakteristik Ibu Bayi

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Responden Menurut Karakteristik Ibu Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

(58)

5.2.4. Deskripsi Faktor Lingkungan Rumah

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Responden Menurut Faktor Lingkungan Rumah di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

No. Faktor Lingkungan Rumah f %

1. Ventilasi Rumah Tidak Baik

2. Kepadatan Hunian Rumah Padat

3. Pemakaian Anti Nyamuk Bakar

4. Keberadaan Perokok Ada

5. Bahan Bakar Untuk Memasak Kayu Bakar

(59)

Berdasarkan tabel 5.13 dapat dilihat bahwa proporsi bayi yang di rumahnya terdapat orang yang merokok yaitu 86,0%, sedangkan yang tidak ada perokok 14,0%. Proporsi bayi yang di rumahnya menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak 62,0%, menggunakan minyak tanah 4,0% sedangkan yang menggunakan gas/elpiji 34,0%.

5.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (bebas) dengan variabel dependen (terikat). Analisis ini dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05), sehingga apabila ditemukan hasil analisis statistik p < 0,05 maka variabel tersebut dinyatakan berhubungan secara signifikan.

5.3.1. Hubungan Umur dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Tabel 5.14. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Umur Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

(60)

bulan adalah 65,5%. Proporsi tidak ISPA pada bayi yang berumur < 2 bulan adalah 92,3% sedangkan bayi berumur 2-11 bulan 34,5%.

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Chi Square diperoleh nilai p < 0,05. Hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian ISPA pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2012. Ratio Prevalence ISPA pada bayi berusia < 2 bulan dan 2-11 bulan adalah 0,117 dengan CI: 0,018-0,777.

5.3.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Tabel 5.15. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

No. Jenis

Berdasarkan tabel 5.15 pada variabel jenis kelamin dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada bayi yang berjenis kelamin laki-laki adalah 58,8%, sedangkan bayi yang berjenis kelamin perempuan 57,1%. Proporsi tidak ISPA pada bayi yang berjenis kelamin laki-laki adalah 41,2%, sedangkan bayi yang berjenis kelamin perempuan 42,9%.

(61)

Tapanuli Utara tahun 2012. Ratio Prevalence ISPA pada bayi berjenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah 1,029 dengan CI: 0,737-1,348.

5.3.3. Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Tabel 5.16. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Berat Bayi Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.16 pada variabel berat bayi lahir dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada bayi yang berat lahirnya < 2.500 gram adalah 100,0%, sedangkan bayi yang berat lahir ≥ 2.500 gram 57,6%. Proporsi tidak ISPA pada bayi yang berat lahirnya < 2.500 gram adalah 0%, sedangkan bayi yang berat lahir ≥ 2.500 gram 42,4%.

(62)

5.3.4. Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Tabel 5.17. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Status Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.17 pada variabel status gizi dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada bayi yang berstatus gizi tidak baik adalah 50,0%, sedangkan yang status gizinya baik 59,8%. Proporsi tidak ISPA pada bayi yang berstatus gizi tidak baik adalah 50,0%, sedangkan yang status gizinya baik 40,2%.

(63)

5.3.5. Hubungan ASI Eksklusif dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Tabel 5.18. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Status ASI Ekslusif di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

No. Status ASI Ekslusi

f

Kejadian ISPA

Total x2/p RP*

(95% CI)

ISPA Tidak

ISPA

f (%) f (%) f (%)

1. Tidak 31 60,8 20 39,2 51 100,0

0,331/ 0,565

1,103 (0,789-1,543) 2. Ya 27 55,1 22 44,9 49 100,0

Jumlah 58 58,0 42 42,0 100 100,0 * RP : Ratio Prevalens

Berdasarkan tabel 5.18 pada variabel status ASI eksklusif dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada bayi yang tidak ASI eksklusif adalah 60,8%, sedangakan bayi yang ASI eksklusif 55,1%. Proporsi tidak ISPA pada bayi yang tidak ASI eksklusif adalah 39,2%, sedangkan bayi yang ASI eksklusif 44,9%.

(64)

5.3.6. Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Tabel 5.19. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Status Imunisasi di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

Berdasarkan tabel 5.19 pada variabel status imunisasi dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada bayi yang status imunisasinya tidak lengkap adalah 64,4%, sedangkan bayi yang status imunisasi lengkap 48,8%. Proporsi tidak ISPA pada bayi yang status imunisasinya tidak lengkap adalah 35,6%, sedangkan bayi yang status imunisasi lengkap 51,2%.

(65)

5.3.7. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Kejadian ISPA Pada Bayi

Tabel 5.20. Tabulasi Silang Kejadian ISPA Berdasarkan Pendidikan Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pangaribuan Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2012

No.

Berdasarkan tabel 5.20 pada variabel tingkat pendidikan ibu dapat dilihat bahwa proporsi ISPA pada bayi pada tingkat pendidikan ibu rendah adalah 50,0% dan berpendidikan tinggi 59,8%. Proporsi tidak ISPA pada bayi pada tingkat pendidikan ibu rendah adalah 50,0% dan berpendidikan tinggi 40,2%.

Gambar

Tabel 5.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Kecamatan         Pangaribuan Tahun 2011
Tabel 5.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama di Kecamatan Pangaribuan       Tahun 2011
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa proporsi insidens ISPA pada bayi di wilayah
Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Bayi Berdasarkan Berat Bayi Lahir di Wilayah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum kesimpulan dalam penelitian ini adalah “ Implementasi pembelajaran tematik dengan Quantum Teaching di kelas III SDN 21 Kecamatan Sungai Raya

(iv) Saya mengesahkan hanya satu tuntutan sahaja yang saya kemukakan

mengakses sistem komputer. Saat diketikkan, komputer tidak menampilkan dilayar. Teknik ini mempunyai kelemahan yang sangat banyak dan mudah ditembus. Pemakai cenderung memilih

[r]

Dengan pertimbangan hati-hati apakah perubahan itu diperlukan untuk memindahkan organisasi dari kondisi saat ini ke keadaan yang diinginkan, apakah atau

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemilihan alat kontrasepsi pada wanita usia subur yang bersuami yang mempunyai dukungan rendah namun pemilihan alat kontrasepsinya yang

Hakim Mahkamah Agung tidak tepat menerapkan hukum dengan mengkualifikasikan gugatan wanprestasi dari kreditur yang bernama Karsono atas tidak ada itikad baik untuk

Bertolak dari hasil penelitian tersebut, peneliti bertujuan untuk mengemas kembali bahan ajar pada materi ikatan kimia dengan harapan konsep-konsep kimia tersebut dapat