• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VARIASI VOLTASE PROSES ANODISASI PADA PADUAN ALUMINIUM ADC12 TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN KANDUNGAN FASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH VARIASI VOLTASE PROSES ANODISASI PADA PADUAN ALUMINIUM ADC12 TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DAN KANDUNGAN FASA"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH VARIASI VOLTASE PROSES ANODISASI PADA

PADUAN ALUMINIUM ADC12 TERHADAP KEKASARAN

PERMUKAAN DAN KANDUNGAN FASA

Oleh :

GANJAR WIDYATMOKO

Dalam pembuatan berbagai bentuk komponen mesin saat ini sudah bukan merupakan suatu hal yang sulit, namun untuk menyempurnakan performa dari suatu material terutama ketahanan terhadap korosi dan memperindah tampilan tanpa mengesampingkan performa dari suatu material diperlukan proses yang sesuai sehingga diperoleh komponen yang tahan lama. Dalam perbaikan performa material, khususnya aluminium dan paduannya, anodisasi adalah salah satu proses yang banyak digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.. Anodisasi itu sendiri adalah proses pembentukan lapisan oksida pada logam dengan cara mereaksikan logam terutama aluminium dengan oksigen (O2) dari larutan elektolit.

Penelitian ini menggunakan paduan aluminium ADC12 sebagai logam induk yang akan dilapisi dan asam phospat (H3PO4) sebagai elektrolitnya. Pada logam induk dilakukan anodisasi dengan menggunakan variasi tegangan yaitu 9 volt, 12 volt dan 15 volt dengan kuat arus listrik sebesar 0,2 ampere dan waktu proses anodisasi dilakukan selama 25 menit. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian kekasaran dan kandungan fasa lapisan.

(2)

pada permukaan paduan aluminium ADC12. Persentase kandungan fasa yang dihasilkan dalam proses anodisasi paduan aluminium yang menggunakan tegangan masing-masing 9 volt, 12 volt dan 15 volt yang dianodisasi selama 25 menit yaitu Al (76,868 %, 71,223 % dan 88,03 %), AlP (19,678 %, 22,9746 % dan 11,551 %) dan AlN (3,454 %, 5,802 % dan 0,419 %).

(3)

ABSTRACT

THE INFLUENCES OF VARYING VOLTAGES

AT ANODIZING PROCESS AT ALUMINUM ALLOY ADC12 TO SURFACE ROUGHNESS AND PHASE CONTENT

By:

GANJAR WIDYATMOKO

It is not a difficult thing to make all machinery components today. However but to perfect performance from a particular material, especially corrosion proof, and to beautify appearance without sacrificing its performance, a particular proper process is required to produce durable components. In improving performance, especially aluminum and its alloy, anodizing is a process to obtain the aforementioned objectives. Anodizing is a process to form oxide coating at metal by making reaction of the metal, especially the aluminum, with oxygen (O2) with electrolyte solution.

This research used aluminum alloy ADC12 as the main metal to coat and phosphate acid (H3PO4) as its electrolyte. Anodizing was applied to the main metal by using varying voltages of 9 volt, 12 volt, and 25 volt with 0.2 Ampere currency strength and 25 minutes duration of anodizing procces. Anodized metal were tested with surface roughness test and phase content coating test.

The research results showed that average higher value for surface roughness test obtained at 12 volt was 0.6756 µm and average lowest value obtained at 15 volt was 0.4044 µm. Anodizing caused phase changes at surface of aluminum alloy ADC12. Percentage of phase content produced in anodizing process at aluminum alloy by using 9 volt, 12 volt, and 15 volt during 25 minute were respectively A1 (76.868%, 71.223% and 88.03%), AlP (19.678%, 22.9746% and 11.551%) and AlN (3.454%, 5.802% and 0.419%).

(4)

PENGARUH VARIASI VOLTASE PROSES ANODISASI PADA

PADUAN ALUMINIUM ADC12 TERHADAP KEKASARAN

PERMUKAAN DAN KANDUNGAN FASA

Oleh :

GANJAR WIDYATMOKO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Mesin

Fakultas Teknik Universitas Lampung

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 5

September 1989, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara, dari

pasangan Sutikno dan Sumiyah.

Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 7 Sumberejo Kemiling,

Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama Negeri

14 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004, Sekolah Menengah Kejuruan

Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa

Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi

Penerimaan Mahasisa Baru (SPMB).

Selama kuliah penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin (Himatem)

Universitas Lampung di bidang Penelitian dan Pengembangan. Selain itu, penulis juga

pernah aktif menjadi anggota Forum Silaturahmi dan Study Islam Fakultas Teknik

(FOSSI-FT).

Penulis melakukan Kerja Praktik di PT. Great Giant Pineapple, Lampung Tengah

(9)

Bearing Pada Mesin

Scroll PT. Great Giant Pineapple Terbanggi Besar Lampung

Tengah.

Penulis mengambil konsentrasi mata kuliah pilihan pada bidang material dengan judul

skripsi “Pengaruh Variasi Voltase Proses Anodisasi Pada Paduan Aluminium ADC12

Terhadap Kekasaran Permukaan dan Kandungan Fasa ” dibawah bimbingan

(10)

Dengan Kerendahan hati

Dan

Segala usaha untuk mencapai impian

Ku persembahankan karya kecilku ini untuk

Ayahanda dan Ibunda

Ayahanda dan Ibunda

Ayahanda dan Ibunda

Ayahanda dan Ibunda

Atas segala doa, cinta dan kasih sayang yang tak

kan terbalaskan

Kakakku dan adik

Kakakku dan adik

Kakakku dan adik

Kakakku dan adik----adikku

adikku

adikku

adikku

Pemberi semangat dan nasehat

Keluarga Besar Penulis

Keluarga Besar Penulis

Keluarga Besar Penulis

Keluarga Besar Penulis

Teman

Teman

Teman

(11)
(12)

Motto

Motto

Motto

Motto ::::

Do n’t

Do

Do

Do

n’t

n’t

n’t be

be

be afraid

be

afraid

afraid to

afraid

to

to

to move,

move, because

move,

move,

because

because

because the

the

the

the distance

distance

distance

distance of

of

of

of 1000

1000

1000

1000

miles

miles

miles

(13)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin,

puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Shalawat serta salam juga disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang akan

kita tunggu

syafa’at

nya di

yaumil akhir

nanti.

Skripsi dengan judul ”

Pengaruh Variasi Voltase Proses Anodisasi Pada Paduan

Aluminium ADC12 Terhadap Kekasaran dan Kandungan Fasa

” adalah sebagai salah

satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Mesin

Universitas Lampung.

Sebagai rasa syukur, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Suharno, M.Sc., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas

Lampung;

2. Ibu Dr. Eng Shirley Savetlana, S.T., M.Met., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin

Universitas Lampung.

3. Harnowo Supriadi, S.T.,M.T., selaku pembimbing utama yang telah memberikan

bimbingan, pengetahuan, dan saran, serta nasehat selama proses penyelesaian

skripsi ini;

4. Bapak Gusri Akhyar, S.T,.M.T.,Ph.D., selaku pembimbing pendamping atas

kesediaanya untuk memberikan bimbingan, masukan, dan saran dalam proses

penyelesaian skripsi ini;

5. Bapak Zulhanif, S.T., M.T. selaku dosen Pembahas yang telah banyak sekali

(14)

6. Jorfri Boike Sinaga, S.T.,M.T.., selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan banyak masukan dan motivasi dalam kegiatan akademik;

7. Novri Tanti, S.T, M.T., selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah membantu

kelancaran skripsi ini;

8. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin atas ilmu yang telah diberikan selama

penulis melaksanakan studi, baik materi akademik maupun teladan dan motivasi

untuk masa yang akan datang;

9. Orang tua penulis (Bapak dan Ibu), yang telah memberikan banyak pengorbanan,

doa, kasih sayang, motivasi, semangat, harapan, materil dan spiritual, sehingga

penulis dapat merasa aman dan nyaman selama menjalani pendidikan dan

penyelesaian skripsi di Universitas Lampung;

10. Kakak dan adikku tersayang, Mba Iya, Mba Eli, Galuh dan Putra atas doa, kasih

sayang, motivasi dan dukungan selama penulis menjalani pendidikan di

Universitas Lampung;

11. Keluarga besar dan saudara-saudara penulis yang senantiasa memberikan doa,

motivasi dan dukungan;

12. Tanjung, Imem, Arif, Geni, Ponco, Sigit, Anto dan Sofie yang telah memberikan

doa, motivasi, dan dukungan selama penulis menyelesaikan pendidikan;

13. Mas Marta dan Mas Nanang yang telah membantu baik dalam proses seminar;

14. Bapak Tito Prastyo R, M. Si., yang telah membantu dalam pengambilan data di

Nanotech Indonesia.

15. Rekan–rekan Teknik Mesin angkatan 2007 yang telah memberikan semangat,

motivasi dan pandangan dalam penyelesaian skripsi ini, semoga kebersamaan ini

tetap terjaga hingga akhir hayat, salam

Solidarity Forever

;

16. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Teknik Mesin Universitas Lampung;

17. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu persatu, yang

(15)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh

sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari

semua pihak. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua yang

membaca dan bagi penulis sendiri. Amiin.

Bandar Lampung, 22 Desember 2014

Penulis,

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

SANWANCANA ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Hipotesa ... 3

E. Sistematika Penulisan ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Aluminium dan Paduannya ... 5

B. Elektrolit ... 10

C. Kerapatan Arus Listrik (Current Density) ... 10

D. Anodisasi ... 11

E. Pembentukan Lapisan Oksida Aluminium ... 16

F. Uji Kekasaran Permukaan... 19

G. Pengujian Fasa ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Metoda Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian ... 23

a. Variabel Bebas... 23

(17)

vii

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 24

D. Peralatan yang digunakan ... 24

a. Jangka Sorong ... 25

b. Amplas ... 25

c. Gelas Ukur ... 25

d. Stopwatch ... 26

e. Gergaji Besi ... 26

f. Ragum ... 26

g. Alat Pemanas ... 27

h. Instalasi Anodisasi ... 27

i. Masker Hidung ... 28

j. Sarung Tangan ... 28

k. Tang Jepit ... 28

l. Thermometer ... 29

m. SurfaceTtester... 29

n. Kamera Digital ... 29

E. Bahan yang digunakan ... 30

F. Prosedur Penelitian ... 30

a. Studi Literatur... 30

b. Persiapan Bahan dan Alat ... 30

c. Melakukan proses pre-treatment spesimen ... 33

d. Pemberian Kode Spesimen ... 34

e. Proses Anodisasi ... 35

f. Melakukan proses last treatment spesimen ... 35

g. Pengujian Fasa ... 35

h. Pengujian Kekasaran ... 35

i. Analisis Data dan Pembahasan ... 36

j. Pengambilan Kesimpulan ... 36

G. Diagram Alir Penelitian... 36

(18)

viii

B. Pembahasan... 40

a. Pengujian Kekasaran Permukaan ... 40

b. Pengujian Fasa ... 43

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan... 51

B. Saran ... 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN A

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar seri paduan aluminium tempa ... 7

2. Daftar seri paduan aluminium tuang... 8

3. Komposisi kimia aluminium ADC12-JIS ... 9

4. Tipe anodisasi berdasarkan larutan elektrolitnya ... 12

5. kekasaran permukaan paduan aluminium ADC12 9 volt ... 39

6. kekasaran permukaan paduan aluminium ADC12 12 volt ... 39

7. kekasaran permukaan paduan aluminium ADC12 15 volt ... 39

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN A ... 54

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema yang terjadi pada permukaan aluminium... 12

2. Skema pelaksanaan pelapisan anodisasi ... 15

3. Reaksi pembentukan lapisan oksida ... 17

4. Grafik perubahan ketebalan lapisan terhadap current density... 17

5. Mekanisme pembentukan lapisan oksida... 18

6. Alat uji Fasa... 22

7. Jangka Sorong untuk mengukur spesimen uji ... 25

8. Amplas... 25

9. Gelas ukur ... 25

10. Stopwatch ... 26

11. Gergaji besi... 26

12. Ragum ... 26

13. Alat pemanas ... 27

14. Instalasi anodisasi ... 27

15. Masker hidung ... 28

16. Sarung tangan ... 28

17. Tang jepit ... 28

18. Thermometer ... 29

19. Surface tester ... 29

20. Kamera digital ... 29

21. Spesimen paduan aluminium ADC12 ... 30

22. Instalasi alat anodisasi ... 30

23. Asam Phospat (H3PO4) ... 32

24. Dimensi Spesimen ... 34

(22)

xi

(23)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aluminium dan paduannya

Aluminium merupakan logam non-ferrous yang paling banyak digunakan di

dunia, dengan pemakaian tahunan sekitar 24 juta ton. Aluminium dengan

densitas 2.7 g/cm3sekitar sepertiga dari densitas baja (8.83 g/cm3), tembaga (8.93

g/cm3), atau kuningan (8.53 g/cm3), mempunyai sifat yang unik, yaitu: ringan,

kuat, dan tahan terhadap korosi pada lingkungan luas termasuk udara, air

(termasuk air garam), petrokimia, dan beberapa sistem kimia.

Pemakaian aluminium dalam dunia industri yang semakin tinggi,

menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus menerus

ditingkatkan. Aluminium dalam bentuk murni memiliki kekuatan yang rendah

dan tidak cukup baik digunakan untuk aplikasi yang membutuhkan

ketahanan deformasi dan patahan, maka dari itu perlu ditambahkan unsur

lain untuk meningkatkan kekuatannya. Aluminium dalam bentuk paduan

yang sering dikenal dengan istilah aluminium alloy merupakan jenis

aluminium yang digunakan cukup besar saat ini.

(24)

7

menjadi dua kelompok utama yaitu paduan tempa (wrought) dan paduan tuang

(casting). Jenis paduan aluminium saat ini sangat banyak dan tidak menutup

kemungkinan ditemukannya lagi jenis paduan aluminium baru, oleh

karena itu dibuatlah sistem penamaan sesuai dengan komposisi dan

karakteristik paduan aluminium tersebut untuk memudahkan

pengklasifikasiannya. Salah satu penamaan paduan aluminium adalah

dengan standar AA, seperti pada Tabel 1.

Pada aluminium tempa, seri 1xxx digunakan untuk aluminium murni.

Digit kedua dari seri tersebut menunjukkan komposisi aluminium dengan limit

pengotor alamiahnya, sedangkan dua digit terakhir menunjukkan persentase

minimum dari aluminium tsb. Digit pertama pada seri 2xxx sampai 7xxx

menunjukkan kelompok paduannya berdasarkan unsur yang memiliki

persentase komposisi terbesar dalam paduan.

Tabel 1. Daftar seri paduan aluminium tempa

No. Seri Komposisi Paduan

1xxx Aluminium murni

2xxx Paduan aluminium – tembaga 3xxx Paduan aluminium – mangan 4xxx Paduan aluminium – silicon 5xxx Paduan aluminium – magnesium

6xxx Paduan aluminium - magnesium – silicon 7xxx Paduan aluminium – seng

8xxx Paduan aluminium - timah – litium

9xxx Disiapkan untuk penggunaan di masa depan

(Rahmawati, 2010)

Digit kedua menunjukkan modifikasi dari unsur paduannya, jika digit kedua

(25)

8

Jika nilainya 1 - 9, maka paduan tersebut memiliki modifikasi dengan unsur

lainnya. Dua angka terakhir untuk seri 2xxx - 8xxx tidak memiliki arti khusus,

hanya untuk membedakan paduan aluminium tersebut dalam kelompoknya.

Paduan aluminium tuang penamaannya memakai sistem tiga digit diikuti dengan

satu bilangan desimal. Tabel 2 menunjukkan seri paduan aluminium tuang

berdasarkan unsur paduannya.

Tabel 2. Daftar seri paduan aluminium tuang

No. Seri Komposisi Paduan

1xx.x Aluminium murni

2xx.x Paduan aluminium - tembaga

3xx.x Paduan aluminium - silikon – tembaga 4xx.x Paduan aluminium - silicon

5xx.x Paduan aluminium - magnesium 6xx.x Tidak digunakan

7xx.x Paduan aluminium - seng 8xx.x Paduan aluminium - timah 9xx.x Belum digunakan

( Rahmawati, 2010)

Dalam standar AA, angka pertama menunjukkan kelompok paduan. Jadi, untuk

paduan Al-Si-Cu dinyatakan dengan angka 3xx.x, angka kedua dan ketiga

menunjukkan kemurnian minimum untuk aluminium tanpa paduan dan sebagai

nomor identifikasi untuk paduan tersebut, angka keempat menandakan bentuk

produk (.0 = spesifikasi coran, .1 = spesifikasi ingot, .2 = spesifikasi ingot yang

lebih spesifik). ADC12 merupakan paduan aluminium tuang yang

mengikuti tata nama JIS (Japan Industrial Standart). Paduan

(26)

9

aluminium 384.0-F, paduan aluminium ini digunakan sebagai bahan untuk

pembuatan piston pada kendaraan bermotor. (ASM Handbook vol.15,1992).

Pada Tabel 3 diperlihatkan komposisi kimia aluminium ADC12-JIS.

Dilihat dari komposisi kimianya, aluminium ADC 12 yang

digunakan pada penelitian ini termasuk paduan aluminium

hipoeutektik.

Tabel 3. Komposisi kimia aluminium ADC12-JIS

Si Cu Mg

Max. Zn Max. Mn Max. Fe Max. Ni Max. Sn Max.

9,6 - 12,0 1,5 - 3,5 0,3 1,0 0,5 0,9 0,5 0,2

(ASM Handbook vol.2, 1992).

Pelapisan aluminium merupakan suatu proses metalurgi yang banyak

melibatkan proses kimia. Pada umumnya korosi yang terjadi pada aluminium

diakibatkan oleh reaksi yang terjadi antara logam dengan oksigen. Jadi prinsip

dari pelapisan ini adalah mencegah oksigen bereaksi dengan logam.

Macam-macam cara pelapisan aluminium dapat dikelompokkan menjadi:

a). Pelapisan aluminium dengan logam lain secara listrik;

b). Pelapisan aluminium dengan logam lain tanpa listrik;

c). Pelapisan aluminium dengan bahan oksida secara listrik;

d). Pelapisan aluminium dengan bahan oksida tanpa listrik

(27)

10

B. Elektrolit

Elektrolit adalah komposisi kimia yang akan terpisah menjadi ion-ion apabila

dilarutkan dalam pelarut, hasil dari pemisahan ini berupa ion-ion yang menjadi

penghantar listrik. Fungsi dari larutan elektrolit disini adalah sebagai

penghantar arus dan penambah ion logam pelapis. Daya hantar listrik larutan

elektrolit bergantung pada jenis dan konsentrasinya. Macam-macam larutan

elektrolit diantaranya adalah larutan asam, basa dan garam. Dalam penelitian

ini elektrolit yang digunakan berupa larutan asam phospat (H3PO4).

Elektrolit asam adalah elektrolit yang bila dilarutkan dalam air akan melepas

ion (H+). Elektrolit-elektrolit asam tersebut bila dilarutkan dalam pelarut

(biasanya adalah air) maka akan terurai menjadi ion H+, contoh elektrolit asam

diantaranya adalah asam sulfat (H2SO4). Asam phospat (H3PO4) merupakan

asam triprotik, yaitu asam yang memiliki tiga ion H+ di dalam elektrolit

(Habib, 2012).

C. Kerapatan Arus Listrik (Current Density)

Arus listrik adalah pergerakan muatan-muatan listrik.. Tegangan listrik adalah

beda potensial antara kutub positif (+) dan negatif (-). Jika antara dua titik,

diberi tegangan atau dibuat beda potensial maka akan mengalir arus listrik dari

yang memiliki potensial lebih positif ke arah yang lebih negatif. Jadi intinya

(28)

11

Ada dua jenis arus dan tegangan listrik secara garis besar yaitu arus/tegangan

DC (Direct Current atau arus searah) dan arus/tegangan AC (Alternating

Currentatau arus bolak-balik). Arus DC mengalir dari positif ke negatif secara

kontinu (tetap). Sedangkan arus AC mengalir secara bolak-balik dari positif ke

negatif dan sebaliknya dengan frekuensi tertentu, maka pada tegangan AC

tidak ada kutub positif dan negatif karena polaritasnya terus berubah dalam

frekuensi tertentu. Daya dalam fisika adalah laju energi yang dihantarkan atau

kerja yang dilakukan per satuan waktu. Satuan arus listrik adalah Ampere.

Current densityatau kerapatan arus adalah arus yang mengalir per satuan luas

permukaan. Satuan current densityadalah A/dm2. Dengan rumus berikut :

CD = A i

(2.1)

keterangan : CD = current density(A/dm2)

i = arus yang mengalir (A)

A= luas permukaan spesimen (dm2) (Habib, 2012).

D. Anodisasi

Proses anodisasi adalah proses pembentukan lapisan oksida pada logam

dengan cara bereaksikan atau mengkorosikan suatu logam terutama

aluminium dengan oksigen (O2) yang diambil dari larutan elektrolit yang

digunakan sebagai media, sehingga terbentuk lapisan oksida. Proses ini juga

disebut sebagai anodic oxidation yang prinsipnya hampir sama dengan proses

pelapisan dengan cara listrik (elektroplating), tetapi bedanya logam yang akan

(29)

12

larutan elektrolit yang digunakan bersifat asam dengan penyearah arus bertipe

(DC) dan ampere tinggi. Proses utama, dalam oksidasi anoda alumunium

memerlukan larutan elektrolit.

Tebal lapisan yang teroksidasi

a. Permukaan alumunium sebelum proses oksidasi anoda

t tebal lapisan

b. Permukaan anodisasi alumunium yang menunjukkan lapisan oksida

t Oksida 2 kali

Gambar 1. Skema yang terjadi pada permukaan aluminium

(Newman, Ron, 2008)

Selama proses oksidasi anoda permukaan alumunium dirubah menjadi oksida

alumunium. Dimana reaksi kimia yang terjadi adalah:

4Al + 3O2 2Al2O3 (2.2)

Tipe anodisasi berdasarkan jenis larutan elektrolit yang digunakan

diperlihatkan pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Tipe anodisasi berdasarkan larutan elektrolitnya

Electrolyte composition Curre nt densit y (A/d

m2)

Volta ge (V DC) Temp e rature

(0C)

Treat ment time (min) Film thick ness ( m) Application Bengough

Stuart (Chromic 0,1 - 0 – 40 40 – 2 –

(30)

13

acid) Process CrO3: 2,5-3,0%

0,5 40 60 15 organic coating

Phosphoric acid Process H3PO4: 10 - 12%

0,3 -1,8 10 – 20 15 – 30 15 – 30

2 – 5

Pre-treatment prior to adhesive bond, Accelarated Chromic acid Process

CrO3: 5 - 10 %

0,15 -0,3

0 – 40

35 20 – 30

2 – 3

For protection

Sulphuric acid Process

H2SO4: 10-20% 1,0 -2,0 10 – 20 20 – 30 10 – 30 5 – 35 For protection, Good base for dyes.

Oxalic acid Process (COOH)2: 3-10% 1,0 – 3,0 40 – 65 20 – 35 30 – 60 10 – 65 Protective and decorative Boric acid Process H3BO3: 9 -15% 1,0 – 3,0 50– 500 0 – 95 20 – 60 0,25 -7,5 Thin dielectric film for electrolytic condensers Hard Anodize Mixed electrolyte H2SO4: 10 -20% (COOH)2: 0,5-1%

3,0 – 4,0

20 – 90

-5 – 5 20 – 80

40 – 80

Hard and thick abrasion resistant coating

E-matal Process (COOH)2+ Ti or Zr or Ti salt

0,2 – 0,3

120 50 – 70 20 – 60 10 – 20 Protective and decorative for non metallic appearance Micro-Arc Oxidation (alkali- silicate electrolyte) 0,2 – 0,3 A/sq. cm 1000 – 1100 AC 30 – 35 25 – 30 45 – 50

Wear & corrosion resistance, Insulation

(Juhl, 2005).

Salah satu proses anodisasi pada paduan aluminium yang cukup dikenal adalah

Phosphoric Acid Anodizing (PAA) atau anodisasi asam phospat. Pada

umumnya, yang perlu dikontrol saat proses anodisasi berlangsung adalah :

a). Tingkat konsentrasi dari larutan asam phospat yaitu 10 -12%.

(31)

14

c). Lamanya pencelupan material pada proses PAA yaitu 15 - 30 menit.

Anodisasi asam phospat atau PAA adalah suatu proses yang cairan

elektrolitnya menggunakan larutan asam phospat (H3PO4). Sebagai katoda

(kutub negatif) digunakan tembaga atau aluminium murni. Sedangkan anoda

(kutub positif) yaitu spesimen itu sendiri. Tahapan reaksi kimia yang terjadi

pada saat proses anodisasi adalah :

H3PO4+ 3H2O 3H3O++ PO43- (2.3)

Pada katoda terjadi : 2e + 2H3O+ 2H2O + H2 (g) (2.4)

Pada anoda terjadi : Al + 6H2O 4H3O++ O2+ Al3++ 7e (2.5)

Dari Reaksi (2.4) dan (2.5) setelah diselesaikan, maka didapatkan :

2Al + 6H3O+ 2Al3++ 6H2O3 + 3H2 (2.6)

Seterusnya,

Al3++ PO43- Al PO4(Kristal alumina) (2.7)

Dan

4Al + 3PO2 2 Al2PO3 (lapisan oksida alumina) (2.8)

Peralatan utama pada proses anodisasi sama seperti yang digunakan pada

proses lapis secara listrik yaitu penyearah arus (rectifier), elektroda non katoda

dan anoda, rak serta bak. Pada proses anodisasi tidak menggunakan sistem

barrel dan alat pemanas, tetapi menggunakan alat pendingin (thermostat).

Fungsi dari alat-alat tersebut hampir sama yang digunakan pada proses lapis

(32)

15

Keterangan :

(1) Anoda (bahan kerja)

(2) Katoda (penghantar)

(3) Elektrolit

[image:32.612.171.471.87.250.2]

(4) Sumber arus searah

Gambar 2. Skema pelaksanaan pelapisan anodisasi.

(BPPT, 1998).

Pemakaian arus searah akan menghasilkan lapisan yang lebih keras dan tahan

korosi, tetapi lebih bersifat rapuh (brittle). Sifat ketahanan korosi tergantung

pula pada proses pengerjaan akhir terutama pada proses sealing. Proses

pengerjaan akhir lainnya adalah proses pewarnaan. Proses pengerjaan

pewarnaan ini meliputi pewarnaan langsung (integral coloring) dan

pewarnaan dengan bahan pewarnaan organik atau anorganik.

Pewarnaan langsung adalah proses pewarnaan yang langsung terjadi pada saat

proses anodisasi tanpa menambah/mengggunakan bahan pewarna. Hampir

semua alumunium dan paduannya dapat dioksidasi anoda dan diwarnai

sesuai dengan yang diinginkan. Jenis anodik porous dapat diwarnai dengan

obat organik, pigmen anorganik tertentu dan secara lapis listrik pula.

(33)

16

E. Pembentukan Lapisan Oksida Aluminium

Jika arus searah mulai dijalankan pada sel anodisasi seperti pada gambar 2.5.1

dengan larutan elektrolit asam phospat maka katoda akan bermuatan negatif

dan anoda akan bermuatan positif. Asam phospat akan terurai menjadi kation

H+ dan ion PO42-. Kation – kation H+akan bergerak menuju katoda dan di sisi

lain akan dinetralkan oleh elektron – elektron katoda sehingga akan terbentuk

gas H2.

6H+ + 6e ־ → 3H2(g) (2.9)

Al pada anoda akan terurai menjadi ion Al3+dan bergerak ke katoda.

2Al → 2Al3++ 6e- (2.10)

Karena ion positif Al3+tidak tereduksi pada katoda, maka reaksi yang terjadi :

3H2O + 3e-→ 3OH-+ 3/2H2 (g) (2.11)

Demikian juga pada ion PO42-tidak teroksidasi pada anoda, reaksi diganti oleh :

3H2O → 6H++ 3O2- (2.12)

Pada permukaan anoda (antara logam dan lapisan barier) gambar 3, terjadi

reaksi antara ion Al3+ dengan oksida atau hidroksida untuk menghasilkan

aluminium oksida (ion hidrogen akan terlepas menuju larutan dan membentuk

gas H2).

2 Al3++ 3O2 ־→ Al2O3 (2.13)

2 Al3++ 3OH ־→ Al2O3+ 3H+ (2.14)

Sehingga didapatkan reaksi keseluruhan:

(34)

Ketebalan lapisan oksida

oleh berbagai faktor, antara

proses anodisasi dan lain

current density (rapat

secara teori peningkatan

kenyataannya peningkatan

dipengaruhi oleh adanya

[image:34.612.203.450.301.442.2]

pemakaiancurrent density

Gambar 3. Reaksi

Gambar 4. Grafik p

lapisan oksida yang dihasilkan dari proses anodisasi, dipengaruhi

faktor, antara lain jenis larutan elektrolit, current density

dan lain – lain. Pada gambar 4 dijelaskan tentang

(rapat arus) terhadap pertumbuhan lapisan oksida

peningkatan ketebalan akan terjadi secara konstan sedangkan

peningkatan ketebalan akan semakin berkurang,

oleh adanya peluruhan local Joule’s heating yang disebabkan

current densityyang terlalu besar.

Reaksi pembentukan lapisan oksida (Juhl, 2005).

perubahan ketebalan lapisan terhadap current density

17

, dipengaruhi

density, durasi

tentang pengaruh

oksida dimana

sedangkan pada

berkurang, hal ini

yang disebabkan

[image:34.612.207.437.529.673.2]
(35)
[image:35.612.160.490.103.238.2]

Gambar 5. Mekani

Lapisan oksida yang terbentuk

asam phospat akan menghasilkan

Pada mulanya arus yang

melewati logam aluminium.

non porous layer yang

pada permukaan aluminium

daripada aluminium sendiri (pe

lebih tebal oleh karena

arus terus menurun (periode

berdasar pada lapisan

Aliran arus akan lebih

menyebabkan temperatur

daerah ini. Peluruhan

semakin tipis, ini menyebabkan

menyebabkan arus akan

. Mekanisme pembentukan lapisan oksida (Juhl, 2005

yang terbentuk pada hasil anodisasi dengan larutan

akan menghasilkan lapisan yang berpori seperti pada gambar

arus yang melewati elektroda aluminium tinggi karena

m aluminium. Kemudian arus mulai menurun karena barrier

yang rapat dan tipis terbentuk. Lapisan oksida yang terbentuk

permukaan aluminium ini mempunyai hambatan yang lebih

luminium sendiri (periode a). Lapisan oksida yang terbentuk

karena itu hambatan menjadi lebih tinggi yang menyebabkan

menurun (periode b). Kecenderungan kurva keatas pada periode

lapisan oksida yang terbentuk akan kasar pada barier

akan lebih terkonsentrasi pada permukaan yang lebih tipis,

temperatur elektrolit meningkat sehingga terjadi peluruhan

Peluruhan akan terus terjadi yang menyebabkan lapisan

ini menyebabkan resistansi didaerah ini lebih kecil

arus akan meningkat (periode c). Pada tahap ini pembentukan 18

Juhl, 2005).

larutan elektrolit

pada gambar 5.

tinggi karena hanya

barrieratau

oksida yang terbentuk

yang lebih tinggi

rbentuk menjadi

yang menyebabkan

pada periode b

barier layer.

lebih tipis, yang

peluruhan pada

menyebabkan lapisan yang

lebih kecil yang

(36)

19

lapisan porousoksida mulai terbentuk dan arus akan stabil, dimana kecepatan

pembentukan dan peluruhan tetap atau stabil (periode d).

Proses peluruhan terjadi karena pemberian energi yang terlalu besar melebihi

energi ikatan Al-O pada Al2O3. Reaksi peluruhan yang terjadi adalah sebagai

berikut:

Al2O3+ 6H+→ 2 Al3+(aq)+ 3H2O (2.16)

Peluruhan yang terjadi ada dua, yaitu peluruhan secara kimia (chemical

dissolution) dan peluruhan karena medan listrik yang terlalu besar dan

terkonsentrasi (field-assisted dissolution). Peluruhan secara kimia karena

tingkat keasaman dari elektrolit. Peluruhan karena medan listrik yang

terkonsentrasi pada barrier layer menyebabkan kenaikan temperatur pada

ketebalan lapisan yang lebih tipis sehingga memicu proses peluruhan, ini

disebut local Joule’s heating. Peluruhan karena medan listrik sangat besar,

yaitu sekitar 300 nm lapisan oksida yang luruh setiap satu menit dan peluruhan

secara kimia lebih lambat, yaitu sekitar 0,1 nm lapisan oksida yang luruh setiap

satu menit.

F. Uji kekasaran Permukaan

Kekasaran Permukaan (Surface Roughness) secara umum dapat dijelaskan

dengan 2 metode: Arithmetic mean value(R฀), biasanya dilambangkan dengan

AA (Arithmetic Average) atau CLA (Center-Line Average) Root mean square

average (Rq), biasanya disingkat dengan RMS. Satuan yang biasanya

(37)

20

atau µin (microinch) dimana 1 µm = 40 µin dan 1 µin = 0.025 µm. Parameter

yang digunakan pada pengukuran kekasaran adalah,

a). Ra (roughness average of the R-curve) : nilai rata-rata aritmatika dari

pengukuran kekasaran permukaan untuk panjang tertentu.

b). Rz (ten points high of irregularities) : pengukuran berdasarkan nilai

rata-rata lima puncak tertinggi dah lima lembah terendah.

c). Rmax (maksimum height of the profile) : jarak antara puncak tertinggi

dengan lembah terendah.

d). Rq : nilai akhir rata-rata kuadrat dari pengukuran kekasaran permukaan

untuk panjang tertentu.

Untuk harga kekasaran Ra di atas 5.0 µm, misalnya permukaan yang

dikerjakan dengan sekrap, perlu diperiksa dengan peralatan yang lebih cocok

karena keterbatasan dari penggunaan peralatan stylus. Salah satu peralatan ukur

yang dikembangkan untuk maksud di atas adalah alat ukur kedalaman kekasaran

(Dial Dept Gauge). Keuntungan dari alat ini adalah dapat dilakukan pengukuran

secara cepat tanpa harus membuat grafik kekasaran permukaan terlebih dulu.

Bentuk pengukur kedalaman kekasaran ini hampir sama dengan

jam ukur, namun perabanya diganti dengan sebuah silinder dari baja atau

diamond yang berfungsi sebagai stylus. Pada bagian stylus ini dilengkapi

dengan dua atau tiga penyentuh data (datum attachment) yang bisa diatur

untuk permukaan yang rata atau bulat.

(38)

21

stylus menyentuh alur kekasaran. Kemudian kaki dari datum attachment

ditekankan ke permukaan. Dari sini baru dibaca skala ukurnya. Cara ini

diulang-ulang tiga sampai lima kali, kemudian harga pemeriksaannya di

rata-ratakan. Harga rata-rata ini adalah sama dengan Rz. Harga pembacaan tertinggi

adalah harga Rt.

Bagian dari alat pengukur kekasaran (surface tester) adalah : dial indicator ,

meja datar, skala tekanan, batang gerak, serta display yang terintegrasi yang

dihubungkan dengan printer. Alat ini berfungsi untuk mengukur dan mencatat

kekasaran permukaan suatu benda dengan tingkat ketelitian 0.02 µm. alat ini

sering menggunakan sebuah stylus berbentuk diamond untuk bergerak

sepanjang garis lurus pada permukaan sebagai dial indicator pengukur

kekasaran permukaan benda uji.

(Andriansyah. 2013)

G. Pengujian Fasa

Pengujian Fasa dilakukan untuk mengetahui unsur atau campuran yang

terbentuk pada suatu material dmana pada pengujian kali ini dilakukan pada

material paduan aluminium ADC12.

Jika material dikenai sinar-x, maka intensitas sinar yang ditransmisikan lebih

rendah dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh

material dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut.

Metode XRD berdasarkan sifar difraksi sinar, yakni hamburan cahaya dengan

(39)
[image:39.612.221.461.80.241.2]

22

Gambar 6. Alat uji Fasa (Mahayatra, 2012)

Data yang diperoleh dari metode karakterisasi XRD adalah sudut hamburan

(sudut Bragg) dan intensitas. Berdasarkan teori difraksi, sudut difraksi

bergantung kepada lebar celah kisi sehingga mempengaruhi pola difraksi,

sedangkan intensitas cahaya difraksi bergantung dari berapa banyak kisi Kristal

yang memeliliki orientasi yang sama. Dengan menggunakan metode ini dapat

ditentukan sistem kristal, parameter kisi, derajat kristalinitas dan fase yang

tedapat dalam suatu sampel.

(40)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metoda Penelitian

Metoda penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda

penelitian eksperimental nyata (true experimental research). Dalam hal ini

penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi tegangan listrik

terhadap kekasaran permukaan dan kandungan fasa pada paduan aluminium

ADC12 hasil anodisasi.

Data dan informasi pendukung diperoleh dari kajian buku, artikel dan jurnal

yang diperoleh dari perpustakaan dan internet untuk menambah informasi yang

diperlukan.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

a). Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang besarnya ditentukan oleh peneliti dan

ditetapkan sebelum melakukan penelitian. Besarnya variabel ini dapat

(41)

24

variabel terikatnya. Dalam penelitian ini, variabel bebas yang digunakan

adalah tegangan listrik pada proses anodisasi paduan aluminium ADC12.

Untuk variabel bebas, tegangan listrik yang digunakan adalah : 9 volt, 12

volt, dan 15 volt.

b). Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang besarnya tergantung pada variabel

bebas dan diketahui setelah penelitian itu dilakukan. Besar variabel terikat

dapat berubah-ubah sesuai dengan variabel bebas jika terdapat hubungan

antara keduanya. Dalam penelitian ini, variabel terikatnya adalah

kekasaran permukaan dan kandungan fasa.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dalam rentang waktu bulan Oktober - Desember 2013 di

Laboratorium Produksi Teknik Mesin Universitas Lampung untuk melakukan

proses anodisasi serta pengujian kekasaran lapisan aluminium dan di Nanotech

Indonesia untuk melakukan pengujian fasa .

D. Peralatan yang Digunakan

(42)

25

[image:42.612.265.445.103.224.2]

a). Jangka sorong

Gambar 7. Jangka Sorong untuk mengukur spesimen uji

[image:42.612.264.396.287.428.2]

b). Amplas

Gambar 8. Amplas untuk menghaluskan dan menghilangkan lapisan oksida

pada permukaan paduan aluminium ADC12.

c). Gelas ukur

[image:42.612.268.392.544.679.2]
(43)

26

[image:43.612.246.416.103.234.2]

d.) Stopwatch

Gambar 10. Stopwatch untuk menghitung waktu pencelupan pada proses

anodisasi.

[image:43.612.234.426.324.467.2]

e). Gergaji besi

Gambar 11. Gergaji besi untuk memotong benda kerja.

f). Ragum

[image:43.612.257.402.531.670.2]
(44)

27

[image:44.612.240.421.105.243.2]

g). Alat pemanas

Gambar 13. Alat pemanas untuk memanaskan benda kerja setelah dilakukan

anodisasi.

h). Instalasi anodisasi

Gambar 14. Instalasi anodisasi untuk melakukan proses anodisasi pada

[image:44.612.213.448.333.510.2]
(45)

28

[image:45.612.219.440.106.227.2]

i). Masker hidung

Gambar 15. Masker hidung digunakan untuk mencegah zat kimia masuk

kedalam sistem pernapasan.

[image:45.612.233.428.318.464.2]

j). Sarung tangan

Gambar 16. Sarung tangan untuk melindungi kulit tangan dari reaksi zat kimia.

k). Tang jepit

[image:45.612.230.428.527.678.2]
(46)

29

[image:46.612.201.460.104.233.2]

l). Thermometer

Gambar 18. Thermometer untuk mengukur suhu pada proses pre-treatment

dan last-treatment.

[image:46.612.233.427.323.465.2]

m). Surface Tester

Gambar 19. Surface testeruntuk menguji kekasaran permukaan specimen yang

telah dianodisasi.

n). Kamera digital

\

[image:46.612.218.424.557.680.2]
(47)

30

E. Bahan yang Digunakan

[image:47.612.222.436.156.315.2]

Spesimen yang digunakan adalah paduan aluminium ADC12.

Gambar 21. Spesimen paduan aluminium ADC12.

F. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa langkah-langkah yang dilakukan untuk

mendapatkan data-data yang diperlukan, yaitu:

a). Studi literatur

b). Persiapan bahan dan alat

1. Persiapan alat anodisasi

[image:47.612.221.420.509.660.2]
(48)

31

Mengingat bahwa yang akan dianodisasi adalah spesimen berukuran

kecil, maka peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

bersifat miniatur. Alat untuk proses anodisasi asam phospat (PAA)

berskala mini menggunakan Power supplay yang sesuai dengan

spesimen uji yang digunakan, dengan katodanya menggunakan

aluminium murni. Untuk mendapatkan kuat arus power supplay yang

sesuai dengan spesimen uji dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan 2.1 yaitu :

CD =

A i

Pada penelitian ini, elektrolit yang digunakan yaitu asam phospat

(H3PO4), maka nilai Current Density(CD) yang sesuai adalah 1,8 A/dm2

(lihat pada tabel 2.4.1). Dan untuk luas permukaan spesimen yang

dianodisasi yaitu 0,1 dm2(lihat pada gambar 3.6.1).

Maka, arus yang sesuai untuk digunakan pada penelitian ini yaitu :

i= A . CD

i = 0,1 dm2. 1,8 A/dm2 = 0,18 Ampere

Untuk mendapatkan power supplaydengan kuat arus 0,18 Ampere cukup

sulit, maka dalam penelitian ini kuat arus power supplayyang digunakan

yaitu 0,2 Ampere, hal ini diharapkan tidak akan mengurangi makna dan

(49)

32

Alat ini dikhususkan untuk proses anodisasi asam phospat pada spesimen

dari bahan paduan aluminium ADC12 bentuk sheet. Maka bentuk dan

ukuran dari bak elektrolisis digunakan ukuran yang kecil. Hal ini

semata-mata hanya untuk menghemat cairan dari larutan H3PO4dan lebih

praktis.

[image:49.612.265.374.236.374.2]

2. Persiapan elektrolit

Gambar 23. Asam Phospat (H3PO4)

Sebagai cairan elektrolit untuk proses anodasi dalam penelitian ini adalah

larutan asam phospat (H3PO4) yang berkonsentrasi (berkepekatan) 10 %

-12 %. Larutan H3PO4 yang dibeli memiliki konsentrasi yang tinggi yaitu

85 %, dengan menggunakan tabel phosphoric acid diketahui berat

jenisnya yaitu 1,690 gr/ml, yang artinya H3PO4 (85%) =

(85/100).(1,690)(1000) = 1436 gr/liter.

Dari tabel phosphoric acid untuk konsentrasi 10 % harus mempunyai

berat jenis 1,0532 gr/ml, artinya H3PO4 (10%) = (10/100).(1,0532)(1000) =

105,3 gr/liter.

(50)

33

1 liter H3PO4 (85%) = (1436/105,3) liter H3PO4 (10%)

= 13,6372 liter H3PO4 (10%)

Jika dikehendaki membuat 1 liter H3PO4 (10%)maka diperlukan :

(1/13,6372) liter H3PO4 (85%)= 0,073329 liter H3PO4 (85%)

= 73,329 ml H3PO4 (85%)

Dengan demikian, tahapan pelaksanaan persiapan elektrolit untuk

keperluan penelitian ini adalah menakar H3PO4 (85%)menggunakan gelas

ukur sebanyak 73,329 ml kemudian ditambah aquades hingga 1 liter

sambil diaduk hingga cairan merata homogen.

c). Melakukan proses pre-treatment spesimen

Langkah-langkah proses pre-treatmentspesimen anodisasi pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Degreasing

Degreasing dilakukan untuk menghilangkan oli atau lemak yang

terdapat pada permukaan aluminium sebelum proses anodisasi.

Pembersihan dilakukan dengan cara direndam kedalam larutan asam

sulfat dengan temperatur antara 400C sampai dengan 700C selama 5 - 15

menit.

(51)

34

Etching dilakukan untuk memperhalus permukaan dan menghilangkan

lapisan film oksida aluminium yang terbentuk secara alami pada

permukaan aluminium yang akan dianodisasi. Etchingdilakukan dengan

cara merendam aluminium kedalam larutan soda api dengan temperatur

600C – 750C selama 15 menit.

3. Desmutting

Desmutting adalah proses pembersihan bercak hitam akibat dari proses

etching. Dilakukan dengan cara merendam benda kerja pada larutan

asam nitrat dengan temperatur 250C – 350C selama 10 menit.

Adapun bentuk atau dimensi spesimen yang dibutuhkan dalam penelitian

ini dapat dilihat pada gambar 24 berikut:

Lubang tempat pengait

Ketika proses anodisasi dilakukan

25 mm

3 mm

[image:51.612.202.490.450.598.2]

40 mm

Gambar 24. Dimensi spesimen

(52)

35

e). Proses anodisasi

Langkah-langkah proses anodisasi pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Persiapan instrumen anodisasi

2. Persiapan larutan elektrolit.

3. Penuangan larutan elektrolit ke dalam bak anodisasi.

4. Melakukan proses anodisasi selama 25 menit.

5. Setelah 25 menit, aluminium diangkat dan dibilas dengan air, untuk

membersihkan sisa-sisa elektrolit.

f). Melakukan proses last treatment spesimen.

Sealing adalah proses yang diperlukan agar pori yang terbentuk di

permukaan menutup. Dilakukan dengan cara merendam benda kerja yang

telah dianodisasi kedalam air mendidih dengan suhu > 90 0 C selama 10

menit.

g). Pengujian fasa permukaan paduan aluminium ADC12 hasil anodisasi

1. Persiapan peralatan pengujian mikroskop metalurgi

2. Melakukan uji fasa

3. Melakukan pengambilan data pada mikroskop metalurgi

4. Pengolahan data hasil penelitian, dimana nantinya data - data hasil

penelitian tersebut akan dimasukkan kedalam tabel untuk selanjutnya

dianalisa.

h). Pengujian kekasaran permukaan paduan aluminium ADC12 hasil anodisasi

1. Persiapan peralatan pengujian kekasaran permukaan

(53)

36

3. Pengolahan data hasil penelitian, dimana nantinya data - data hasil

penelitian tersebut akan dimasukkan kedalam tabel untuk selanjutnya

dianalisa.

i). Analisis data dan pembahasan.

j). Pengambilan kesimpulan.

G. Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian pada gambar 25 untuk variasi tegangan listrik 9 volt,

(54)
[image:54.612.207.485.84.642.2]

37

Gambar 25. Diagram alir penelitian.

Mulai

Pre-treatment

Proses anodisasi selama 25 menit dengan variasi tegangan listrik 9 volt, 12 volt dan 15 volt Pemberian kode spesimen

Studi Literatur

Persiapan Alat dan Bahan

Last treatment

Tidak Benda Hasil

Anodisasi Baik

Pengujian kekasaran

permukaan dan kandungan

Pengolahan data

Analisa dan pembahasan

Kesimpulan

(55)

51

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian dan pembahasan data hasil penelitian yang telah dilakukan,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

a). Nilai kekasaran rata-rata yang dihasilkan dalam proses anodisasi paduan

aluminium yang menggunakan tegangan masing-masing 9 volt, 12 volt

dan 15 volt yang dianodisasi selama 25 menit yaitu 0.6038 µm, 0.6756 µm

dan 0.4044 µm. Variasi tegangan yang digunakan pada proses anodisasi

mempengaruhi kecepatan peluruhan dan pembentukan lapisan pada

permukaan paduan aluminium ADC12 yang menyebabkan terjadinya

perbedaan nilai kekasaran pada permukaan paduan aluminium ADC12.

b). Anodisasi menyebabkan terjadinya perubahan fasa pada permukaan

paduan aluminium ADC12. Persentase kandungan fasa yang dihasilkan

dalam proses anodisasi paduan aluminium yang menggunakan tegangan

masing-masing 9 volt, 12 volt dan 15 volt yang dianodisasi selama 25

menit yaitu Al (76,868 %, 71,223 % dan 88,03 %), AlP (19,678 %,

22,9746 % dan 11,551 %) dan AlN (3,454 %, 5,802 % dan 0,419 %).

(56)

52

terjadi pada permukaan paduan aluminium ADC12 terhadap asam phospat

selama proses anodisasi berlangsung.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a). Pada penelitian selanjutnya diharapkan lebih dicermati metode yang

digunakan, pencampuran zat kimia dan pengamplasan spesimen untuk

mencegah terjadinya perubahan struktur pada lapisan aluminium.

b). Perlu dilakukan penelitian yang lebih bervariasi terhadap sifat mekanik

lainnya seperti uji kekerasan dan uji korosi.

c). Pada penelitian selanjutnya perlu ditinjau mengenai pengaruh kuat arus dan

waktu proses yang digunakan dalam proses anodisasi.

d). Diperlukan jumlah spesimen yang lebih banyak dalam proses penelitian

untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

e). Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh zat kimia pada proses

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Anominus. Anodizing. www. blog.ub.ac.id/habib2010/files/2012/05/Anodising.doc Diakses

tanggal 1 September 2013

BPPT. 1998.Teknologi Pelapisan Logam Secara Listrik. Program Penerapan IPTEK di

Daerah: Jakarta.

Hartono, J. Anton dan Tomijiro Kaneko. 1992. Mengenal Pelapisan Logam (Elektroplating).

Andi Offset: Yogyakarta.

Juhl, J . 2005. Pulse Anodizing in an Existing Anodizing Line.Http://www.aluconsult.dk/

artikler /pulse_anodizing_in_an_existing_anodizing_line.Pdf. Diakses tanggal 5 September 2013

Kirk-Othmer. Encyclopedia Of Chemical Technology Vol.19 http://stronyinternetowe.home.

pl/autoinstalator/wordpress4/wp-content/uploads/2013/06/book_8592.zip. Diakses

tanggal 10 September 2013

Newman, Ron. Anodizing Aluminum. http://www.focuser.com/atm/anodize/anodize.html.

Gambar

Gambar
Tabel 1. Daftar seri paduan aluminium tempa
Tabel 2. Daftar seri paduan aluminium tuang
Tabel 3. Komposisi kimia aluminium ADC12-JIS
+7

Referensi

Dokumen terkait

eniviroment and appear to function as a next step following a rousal that alerts WKH SHUVRQ WR WKH RFFXUUHQFH RI RQ HYHQW (PRWLRQDO HQHUJL]HWKH LQGLYLGXDO¶V attempts to

e (extraxted) : gigi dengan lesi karies yang tidak dapat lagi dirawat atau gigi yang sudah dicabut karena kariesa. Keterlibatan pulpa (p) : kamar pulpa telah terbuka dan

Karyawan akan merasa puas bekerja jika memiliki persepsi selisih antara kondisi yang diinginkan dan kekurangan dapat dipenuhi sesuai kondisi aktual (kenyataan), karyawan akan

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Berdasarkan beberapa hal yang telah diuraikan, maka

Hal yang harus dihindari adalah menyimpan buah kopi di dalam karung plastik atau sak selama lebih dari 12 jam, karena akan menyebabkan pra-fermentasi sehingga aroma dan citarasa

Solok Selatan, UU No. Solok Selatan, UU No.. Diateh Menjadi wil Kab. Solok Selatan, UU No. Solok Selatan, UU No.. Sangir Batang Hari Menjadi wil Kab. Solok Selatan, UU

a) Jumlah kuadrat total (JKT).. Nilai Rata 31 33 36 - 33.33 Melalui analisis ragam dua arah dengan taraf nyata 5% ujilah bahwa : - Ketiga mahasiswa tersebut memiliki

Sedangkan bagi para pembeli tanah, dampak yang ditimbulkan antara lain pembeli tidak dapat membangun apabila tanah kapling tersebut tidak sesuai dengan peruntukan