• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN SOSIOLOGIS TENTANG KOMUNITAS ANAK NAKAL (Studi Di Desa Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN SOSIOLOGIS TENTANG KOMUNITAS ANAK NAKAL (Studi Di Desa Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

( Studies in Rural Sub Terbanggi Terbanggi Great Great Central Lampung Regency )

By

LURI REVI FATIASANI

In the era of modernization and globalization as in this time where science and technology is growing rapidly, many found the changes that occur are radically. The changes that greatly affect the changes in thinking and behavior patterns of the people especially the older children in the social life, the impact of these changes can be positive and negative depending on the public response to any changes that occur around him. Just as teenagers today are more obsessed and have a curiosity greater the changes that occur. Even sometimes a lot of teenage kids who fall into the things that deviate because their obsession.

Rampant irregularities committed by children or adolescents at the moment which is often referred to as " juvenile delinquency " is not just happening in big cities but also in rural areas . Crimes committed there that they are personal and group / community . But at this point a lot of teenagers who form a community deviance in unlawful conduct. In general, teenagers are very aggressive nature, likes to do physical violence to anyone without an apparent reason, with a purpose to gauge the power of their own community and making a scene in the middle of the environment, this is one of them because of the influence of changes happening around them.

The purpose of this study is to examine and analyze about community brat in the community. Benefits of this research are as material information to the public regarding the delinquency and crimes committed by juvenile delinquents community. Research is a descriptive study using qualitative methods to 8 informants. Data were collected by using in-depth interviews, observation and documentation. The data analysis technique used is the data reduction, data display and conclusion.

The results of this study it can be concluded that the community is a naughty child naughty children who commit this crime are generally aged 15-20 years, This is in line with the opinions kartini & Kartono, (1998 : 8 ). That the highest rate of crime there at the age of 15-19 years, crime, memalak, rob, rob, rape, 70 % were adolescents aged 13-21 years.

(2)

norms in force and make the teenage children deal with the law.

(3)

(Studi Di Desa Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh

LURI REVI FATIASANI

Di zaman modernisasi dan globalisasi seperti pada saat ini dimana IPTEK berkembang dengan pesat, banyak ditemukan perubahan-perubahan yang terjadi secara radikal. Perubahan-perubahan itu sangat berpengaruh terhadap perubahan pola fikir dan pola prilaku masyarakat khususnya para anak remaja didalam kehidupan sosial, dampak dari perubahan tersebut dapat bersifat positif dan negatif tergantung masyarakat menanggapi setiap perubahan yang terjadi disekitarnya. Seperti halnya anak-anak remaja pada saat ini yang lebih terobsesi dan memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar terhadap perubahan yang terjadi. Bahkan tidak jarang banyak anak-anak remaja yang terjerumus dalam hal-hal yang menyimpang karena obsesi mereka tersebut.

Maraknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh anak remaja pada saat ini atau yang sering disebut dengan “kenakalanremaja” tidak hanya terjadi di kota-kota besar melainkan juga dipedesaan. Kejahatan yang dilakukan mereka ada yg bersifat personal dan kelompok/ komunitas. Namun pada saat ini banyak anak-anak remaja yang membentuk suatu komunitas dalam melakukan penyimpangan yang melanggar hukum. Pada umumnya anak-anak remaja ini sangat agresif sifatnya, suka melakukan kekerasan fisik dengan siapa pun juga tanpa suatu sebab yang jelas, dengan tujuan sekedar untuk mengukur kekuatan komunitas mereka sendiri serta membuat onar ditengah lingkungan, hal ini disebabkan salah satunya karena pengaruh dari perubahan yang terjadi disekitar mereka.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisis tentang komunitas anak nakal yang ada di masyarakat. Manfaat penelitian ini adalah sebagai bahan informasi kepada masyarakat mengenai kenakalan dan kejahatan yang dilakukan oleh komunitas anak nakal. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kualitatif dengan 8 orang informan. Data yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa komunitas anak nakal adalah Anak-anak nakal yang melakukan tindak kriminalitas ini pada umumnya berusia 15-20 tahun. Hal ini sejalan dengan pendapat kartini & kartono, (1998 : 8). Bahwa angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15-19 tahun, tindakan kriminal, memalak, merampok, membegal membunuh, memperkosa, 70 % dilakukan anak-anak remaja berusia 13-21 tahun.

(4)

menilai secara berlebihan terhadap status sosial tinggi dan harta kekayaaan, namun dalam kenyataannya, pencapaian status sosial yang tinggi merupakan hal yang sangat sulit dilakukan dengan jalan yang wajar. Sehingga besar ambisi mereka untuk memenuhi kebutuhan materi, dan kecilnya kesempatan untuk meraih sukses, memudahkan komunitas para anak nakal tersebut melakukan penyimpangan dari norma-norma yang berlaku dan menjadikan anak-anak remaja itu berhadapan dengan hukum.

(5)

(Studi Di Desa Terbanggi Besar Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh

LURI REVI FATIASANI NPM : 0916011041

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA SOSIOLOGI

Pada Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)
(7)
(8)
(9)

Penulis dilahirkan di Terbanggi Besar, Lampung Tengah pada tanggal 24 Mei 1992, putri pertama dari pasangan Lukman Hakim Soebing dan Rosmiyati. Adapun riwayat pendidikan penulis adalah sebagai berikut:

TK Aisyah Bustanul Athfal : 1996-1997 SD N 1 Yukum Jaya : 1997-2003 SMP N 2 Terbanggi Besar : 2003-2006 SMA N 1 Terusan Nunyai : 2006 – 2009

FISIP Sosiologi UNILA : Agustus 2009 – Mei 2013

(10)

Ikutilah Diriku Bila Aku Maju, Doronglah Diriku Bila Aku Berhenti, Dan Berilah Aku Inspirasi Bila Aku Jatuh

(Robert cushing)

Maknai Ada Sebelum Tiada Jika Tiba Masa Tiada Segala Sesal Tiada Berguna

(Caesar)

Selagi Kita Bisa Melakukan Perubahan Dengan Butuh Perjuangan Itu Lebih membawa Berkah,

Kenapa Kita harus Melakukan Perubahan Yang Instan Dengan Cara yang Salah

(Lury Revi Soebing)

Pohon yang Kokoh tidak Tumbu Seketika, Tetapi Batang Pohon Itu Menguat Seiring Dengan

(11)

Alhamdulillahirobbil alamin hanya KepadaMu-lah Ya Allah

Kupanjatkan puji syukur…

Tiada kata selain ucapan syukur yang ingin aku ucapkan ketika aku telah

menyelasaikan penulisan skripsi ini, dan dengan segala kerendahan hati serta

syukur yang tiada terkira ku persembahkan juga karya sederhana ini

sebagai wujud baktiku untuk :

PAPAHKU (Lukman Hakim Soebing) dan MAMAHKU (Rosmiyati)

tercinta yang setiap nafas, untaian doa, setiap tetes keringat, selalu dengan

sabar dan ikhlas membesarkan, membimbing, mendidik serta selalu

mendoakan keberhasilanku dan yang terbaik untukku.

Akhirnya aku dapat mempersembahkan karya ini untuk mendatangkan air

mata bahagia untuk kedua orang tuaku, Kakakku (Lutfi Rendi Sagesta) dan

Adik-adikku (Lovin Muhammad Sagesta) dan (Legita Nur melania) makasih

buat semua canda tawa kalian yang selalu memberikan warna dalam

hidupku,serta sesorang yang telah Dikirimkan oleh Allah SWT

untuk ku (Angga Saputra) yang selalu berdoa dan memberikan dukungan

untuk keberhasilanku . Deretan kata-kata ini tidak akan pernah cukup untuk

mengucapakan syukur dan rasa terima kasihku kepada Allah SWT dan

Rasul-Nya, serta kepada sahabat-sahabatku, dosen-dosenku, dan

(12)

SANWACANA

Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya saya selaku penulis dapat menyelesaikan skripsi yang telah lama dinanti. Skripsi dengan judul “Kajian Sosiologis Tentang Komunitas

Anak Nakal” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Penulis merasa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan yang dimiliki penulis. Tapi penulis berharap skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi pembaca.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta, terima kasih untuk Mamah dan Papah yang selalu memberikan semangat dan doanya untukku. Terima kasih untuk semua kasih sayang yang telah kalian berikan padaku.

2. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

(13)

petunjuk, saran dam motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Suwarno, M.H selaku pembahas dosen yang telah memberikan saran dan kritik dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Untuk saudara-saudaraku, kakakku kakang Rendi, dan Adik-adikku Ovin dan Melan,yang telah tak sabar menanti kelulusanku dan memberikan banyak Motivasi kepadaku sayang kalian semua.

7. Terima kasih juga untuk kamu Angga Saputra yang telah dengan sabar membantu dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini, meskipun harus ekstra kuat menghadapi keras kepalanya Revi makasih buat dukungannya. 8. Untuk sahabat-sahabat ku, terima kasih untuk Ade Citra Fadila S.Sos, Rezza

Evana Rossi Utami S.Sos, Alfani Nurul Azizah S.Sos, Yashinta Ali S.Sos sahabat tercinta ku dari awal perkuliahan hingga kini yang selalu menghibur dan menemani mengisi kekosongan.

9. Ibu Dra. Anita Damayanti, M.H sebagai sekretaris jurusan sosiologi yang selalu memberikan senyuman hangat dan semangat serta banyak membantu saya dikampus “ ibu aii lopp yuuuuu muaaaachhhh :* “.

10.Buat temen-temen yang pernah bareng Nurul,susan,fitri,vina,sakinah.nona,dan semua temen-temen yang tidak bisa disebutkan stau persatu makasih buat kebersamaan kita.

(14)

13.Terima kasih juga untuk teman-teman satu angkatan Sosiologi 09 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah melewati masa susah senang bersama-sama selama masa perkuliahan

14.Terima kasih untuk para informan yang telah membantu memberikan semua informasi untuk skripsi ini.

15.Untuk semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Semoga Allah dapat membalasnya, Amiin.

Bandar Lampung, Januari 2014 Penulis,

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian.. ... 11

D. Kegunaan Penelitian... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak Dan Anak Nakal ... 12

A.1. Pengertian Anak ... 12

A.2. Pengertian Anak Nakal... 14

B. Profil Komunitas Anak Nakal ... 16

C. Definisi kenakalan Anak ... 17

D. Faktor-faktor Penyebab Anak Menjadi Nakal ... 20

D.1. Faktor Eksternal ... 20

D.2. Faktor Internal ... 21

E. Upaya Atau Treatment Yang Dilakukan Untuk Mencegah Kenakalan Anak ... 22

E.1. Upaya Orang Tua Dalam Mencegah Kenakalan Anak Remaja ... 22

E.2. Upaya Masyarakat Dan Pemerintah Setempat Dalam Mencegah Kenakalan Remaja ... 23

F. Bentuk Kenakalan Dan Kejahatan Anak... 24

G. Sanksi Sosial Dan Sanksi Hukum Yang Diterima oleh Komunitas Anak Nakal ... 29

1. Sanksi Sosial ... 29

2. Sanksi Hukum ... 30

H. Tinjauan Tentang Komunitas ... 31

1. Bentuk Komunitas Anak Nakal ... 32

2. Faktor Pembentuk Komunitas Anak Nakal... 33

I. Kerangka Pikir ... 34

III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 38

B. Fokus Penelitian ... 39

C. Lokasi Penelitian ... 41

D. Jenis Dan Sumber Data ... 42

E. Penentuan Informan ... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

1. Observasi (Pengamatan)... 44

2. Wawancara Mendalam ... 45

3. Dokumentasi ... 45

G. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Seleksi Data ... 46

(16)

2. Penyajian Data (Display) ... 47

3. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi Data ) ... 48

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kelurahan Terbanggi Besar ... 49

B. Pemerintahan ... 49

C. Kependudukan ... 50

1. Jumlah Penduduk ... 50

2. Agama ... 51

3. Pendidikan ... 51

4. Kesukubangsaan ... 52

5. Mata Pencaharian ... 53

6. Sumber Dan Kesejahteraan Sosial ... 53

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Informan ... 56

B. Hasil Penelitian ... 59

C. Pembahasan ... 89

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA

[image:16.595.108.515.81.489.2]
(17)

A. Latar Belakang

Di zaman modernisasi dan globalisasi seperti pada saat ini dimana IPTEK berkembang dengan pesat, banyak ditemukan perubahan-perubahan yang terjadi secara radikal. Perubahan-perubahan itu sangat berpengaruh terhadap perubahan pola fikir dan pola prilaku masyarakat khususnya para anak remaja didalam kehidupan sosial, dampak dari perubahan tersebut dapat bersifat positif dan negatif tergantung masyarakat menanggapi setiap perubahan yang terjadi disekitarnya. Seperti halnya anak-anak remaja pada saat ini yang lebih terobsesi dan memiliki rasa ingin tahu yang lebih besar terhadap perubahan yang terjadi. Bahkan tidak jarang banyak anak-anak remaja yang terjerumus dalam hal-hal yang menyimpang karena obsesi mereka tersebut.

Maraknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh anak remaja pada saat ini atau yang sering disebut dengan “kenakalan remaja” tidak hanya terjadi di

(18)

sendiri serta membuat onar ditengah lingkungan, hal ini disebabkan salah satunya karena pengaruh dari perubahan yang terjadi disekitar mereka.

Menurut Kartini Kartono (1998 : 7), pengaruh sosial kultural memainkan peranan yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingkah laku kriminal anak-anak remaja. Perilaku anak-anak-anak-anak remaja ini menunjukan tanda-tanda kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial.

Kenakalan anak-anak remaja tersebut terkadang mereka anggap wajar, dan tak jarang menyebabkan anak-anak tersebut melakukan tindak kejahatan yang melanggar hukum diusia yang masih muda. Kebanyakan anak-anak remaja yang melakukan penyimpangan, terpidana dan dihukum itu disebabkan oleh nafsu serakah untuk memiliki, sehingga mereka banyak melakukan perbuatan menyimpang yang melanggar hukum. Kejahatan yang dilakukan anak-anak muda remaja pada intinya merupakan produk dari kondisi masyarakatnya dengan pergolakan sosial yang ada didalamnya. Kejahatan dan kenakalan anak remaja ini disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial.

(19)

Anak-anak nakal yang melakukan tindak kriminalitas ini pada umumnya berusia 15-20 tahun, Hal ini sejalan dengan pendapat kartini & kartono, (1998 : 8). Bahwa angka tertinggi tindak kejahatan ada pada usia 15-19 tahun, tindakan kriminal ,memalak, merampok, membegal membunuh, memperkosa, 70 % dilakukan anak-anak remaja berusia 13-21 tahun.

Munculnya komunitas anak nakal dengan bentuk kejahatan yang dilakukannya didalam kehidupan sosial merupakan reaksi terhadap permasalahan suatu stratifikasi penduduk dengan status sosial rendah yang ada disuatu wilayah yang menilai secara berlebihan terhadap status sosial tinggi dan harta kekayaaan, namun dalam kenyataannya, pencapaian status sosial yang tinggi merupakan hal yang sangat sulit dilakukan dengan jalan yang wajar. Sehingga besar ambisi mereka untuk memenuhi kebutuhan materi, dan kecilnya kesempatan untuk meraih sukses, memudahkan komunitas para anak nakal tersebut melakukan penyimpangan dari norma-norma yang berlaku dan menjadikan anak-anak remaja itu berhadapan dengan hukum.

Pada dasarnya komunitas anak nakal ini adalah anak-anak normal namun karena keadaan yang dianggap mereka tidak berpihak atas diri mereka, menjadikan anak-anak muda ini menjadi jahat. Sehingga mereka mencari jalan keluar dalam mendapatkan sesuatu yang memuaskan dengan cara yang instan, yang tidak mereka dapat kan dari orang tua mereka, keluaraga dan lingkungan sekitar mereka.

(20)

menggairahkan, melakukan suatu yang merangsang jiwa mereka. Dari suatu kelompok bermain yang natural dan menyenangkan lama kelamaan tingkah laku mereka akan menjadi liar dan diluar kendali, dan tidak dapat terkontrol, dan tidak menutup kemungkinan aksi-aksi mereka menjadi tindak kekerasan dan kejahatan remaja yang melanggar hukum. Terkadang komunitas ini mencari, menentukan, memilih dan menjadikan suatu wilayah tempat mereka melancarkan aksi kejahatan yang terkadang dilakukan secara terang-terangan seperti halnya komunitas.

Penyimpangan dan kejahatan yang dilakukan oleh komunitas anak nakal dikarenakan mereka kurang mendapat perhatian dan pengawasan yang lebih dari orang tua, keluarga, dan lingkungannya, serta mereka kurang memiliki disiplin diri dan kontrol diri, sebab mereka tidak pernah dididik dan dibiasakan untuk melakukan hal tersebut. Tanpa pengawasan, kontrol dari orang tua, keluarga, lingkungan dan pembatasan diri merekalah yang menjadikan mereka liar, ganas, brutal, dan tidak bisa dikendalikan. Muncullah kebiasaan jahat yang mendarah-daging, yang menimbulkan kontroversi dalam masyarakat.

(21)

anak nakal dan mereka terjerumus kedalam dunia Kriminalitas karena mereka merasa tidak memiliki peranan sosial yang berarti.

Terabaikannya hak-hak anak tersebut sehingga menjadi nakal dan membentuk komunitas anak nakal disebabkan perilaku dan keegoisan orang dewasa yang merasa diri mereka selalu benar dan tidak ingin disalahkan seharusnya orang dewasa yang bertanggung jawab atas kesejahteraan anak. Hal tersebut sering mendapatkan pembenaran sebagai upaya menjadikan anak lebih disiplin dan menjadi lebih baik, anak remaja merupakan sosok yang paling membutuhkan perhatian lebih disaat mereka mengalami pubertas dan rasa ingin tahu akn banyak hal yang orang dewasa lebih dahulu mengetahuinya. Kondisi dan keadaan tertentu pada anak anak remaja, terutama kerentanan dan tidak dimilikinya kekuasaan seperti yang dimiliki orang dewasa semakin tidak menutup kemungkinan semakin terabaikan nya hak anak dan menjadikan mereka berhadapan dengan Hukum.

Ada pun bentuk kenakalan dan kejahatan anak-anak remaja nakal atau komunitas anak nakal yang melanggar hukum tersebut adalah ( Kartini & kartono, 1998: 21): 1. Melakukan pencurian, perampokan, pembegalan, pencopetan, mengancam,

menjambret, menganiaya, dan yang kerap terjadi adalah melakukan pemerasan dan pemalakan dengan menggunakan kekerasan dan melukai korban.

2. Aksi kebut-kebutan dijalan raya yang menimbulkan kebisingan, mengganggu lalu lintas, dan dapat membahaakan diri sendiri dan diri orang lain.

(22)

4. Perkelahian antargang, antarkomunitas, antarkelompok, antarsekolah atau yang dikenal dengan “Tawuran” sehingga sering meimbulkan korban jiwa.

5. Bersenang-senang, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas. 6. Kecanduan dan ketagihan obat-obatan terlarang (Narkoba) yang menyebabkan

sakau dan erat dengan tindak kejahatan.

7. Pemerkosaan, dengan alasan depresi, balas dendam dan rasa kecewa terhadap wanita.

8. Perjudian dan bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga mengakibatkan tindak kriminalitas.

9. Aborsi yang dilakukan oleh gadis-gadis remaja nakal, dan pembunuhan bayi oleh gadis yang diluar nikah akibat seks bebas.

10.Tindakan ekstrim dan dluar dugaan dengan cara kekerasan seperti penculikan dan pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.

(23)

Kenakalan yang dilakukkan oleh komunitas anak nakal ini sangat sulit untuk diminimalisir dan ditekan, karena semakin banyaknya kritikan dan cibiran yang mereka terima menjadikan mereka semakin liar dan brutal sehingga bukannya perubahan yang baik yang timbul melainkan penyimpangan yang lebih serta dapat menimbulkan kerugian materiil dan kesengsaraan batin baik pada para pelaku sendiri maupun pada para korban.

Kenakalan remaja yang disebakan oleh berbagai faktor tersebut dapat dikenakan sanksi sosial dan sanksi hukum. Tindakan hukuman bagi anak-anak nakal baik yang bersifat personal maupun yang bersifat komunitas yaitu menghukum mereka sesuai dengan perbuatan yang dilakukan, sehingga dianggap adil, dan bisa merubah hati nurani mereka sendiri agar dapat hidup normal dan mandiri. Namun terkadang sanksi-sanksi yang diterima tidak memberikan efek jera bagi mereka, walaupun mereka sering menerima sanksi baik itu sanksi sosial maupun sanksi hukum tetap saja mereka melakukan kesalahan yang sama seakan pintu hati anak-anak muda itu tertutup untuk suatu hal yang positif.

(24)

yang tepat terhadap kenakalan remaja baik yang personal maupuun yang bersifat Komunitas.

Dari pemaparan yang telah dijelaskan keberadaan komunitas anak nakal memang ada dan dapat kita temui dikehidupan sosial. Seperti hal nya komunitas anak nakal yang ada di Desa Terbanggi Besar Lampung Tengah, dimana komunitas anak nakal tersebut sering melakukan tindak kejahatan yang melanggar hukum diusia yang masih terbilang muda. Salah satu faktor yang menyebabkan anak-anak itu dekat dengan tindak kejahatan adalah keadaan ekonomi orang tua yang rendah, sehingga memaksa mereka unutuk berbuat hal yang melanggar hukum untuk memenuhi hasrat memiliki. Bahkan tidak jarang aksi mereka meresahkan warga sekitar dan merugikan diri mereka sendiri bahkan pelakunya.

Masalah komunitas anak nakal ini sudah banyak mendapat respon dari berbagai elemen masyarakat, akan tetapi tindak lanjut dari pihak yng berwajib masih dirasakan sangat minim bahkan terlalu lamban dalam meminimalisir angka kriminalitas yang dilakukan oleh komunitas anak nakal tersebut.

Menurut keterangan yang didapat dari kepala desa setempat jumlah anak nakal yang tergabung dalam komunitas anak nakal didesa terbanggi besar berjumlah kurang lebih 28 orang dalam satu kelompok. Komunitas anak nakal tersebut sering kali melakukan tindak kriminalitas yang melanggar hukum. Adapun tindak kriminalitas yang sering dilakukan komunitas anak nakal didesa terbanggi besar yang yaitu;

(25)

melakukakan pemalakan terhadap orang-orang jauh yang melintas dikawasan tersebut dengan mengambil barang-barang ataupun uang milik korban, bahkan tidak jarang mereka melukai korbannya; penggunaan serta pengedaran narkoba yang dilakukan secara tersembunyi, perjudian dan bentuk-bentuk permainan yang dengan taruhan, mabuk-mabukkan, aksi kebut-kebutan, mencegat mobil-mobil bermuatan dengan memintai uang bahkan tidak jarang jika tidak dituruti kemauannya mereka tidak segan-segan melukai sopir atau keneknya dan melakukan perusakan terhadap mobil tersebut, dan sering terjadi pada akhir-akhir ini adalah melakukan tindak kriminalitas dengan istilah “Jual Body” tindak

kriminalitas bentuk ini adala kejahatan yang dilakukan dengan sengaja menabrakan kendaraan yang pelaku kendarai dengan kendaraan lain,sehingga modus yang mereka lakukan terkesan sebuah kesalahan yang dilakukan korban pengemudi tersebut, sehingga dengan mudahnya para pelaku meminta uang ganti rugi dengan alasan kerusakan pada kendaraan mereka atau untuk biaya pengobatan. Dari hasil kejahatan tersebut tidak jarang anak-anak nakal tersebut mendapat uang sampai jutaan rupiah, tindak kriminalitas ini merupakan tindak kriminalitas dalam bentuk penipuan.

(26)

maupun cara yang digunakan) biasanya akan mencari jalan alternatif yang negative serta bertindak melanggar nilai-nilai social yang berlaku dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan uraian diatas, yaitu mengenai kenakalan dan kejahatan yang dilakukan oleh komunitas anak nakal dalam usia remaja banyak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan pada masyrakat mulai dari kenakalan dan kejahatan yang berdampak kecil sampai kejahatan yang menimbulkan kontroversial, hal itulah yang menjadi alasa mengapa penelitian ini dianggap penting dan menarik perhatian peneliti untuk mengkaji secara lebih dalam kasus kenakalan remaja dan tindak kriminalitas yang dilakukan anak remaja yang tergabung dalam komunitas anak nakal yang terdapat di desa terbanggi besar. Hal lain yang juga peneliti ingin ketahui adalah mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi nakal, serta sanksi-sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima komunitas anak nakal tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah profil komunitas anak nakal?

2. Bagaimanakah bentuk mengenai komunitas anak nakal?

3. Upaya atau treatment apa yg telah dilakukan orang tua atau lingkungan sekitar dalam mencegah kenakalan pada anak-anak nakal?

(27)

5. Bagaimanakah sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima oleh komunitas anak nakal?

C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Profil komunitas anak nakal.

2. Bentuk komunitas anak nakal.

3. Upaya atau teratment yang dilakukan orang tua dan masyarakat setempat dalam mencegah kenakalan anak.

4. Faktor-faktor yang menyebabkan anak menjadi nakal dan membentuk komunitas.

5. Sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima oleh komunitas anak nakal.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi tercapainya pengembangan wawasan ilmu sosiologi sebagai ilmu sosial melalui penelitian ini minimal akan diperoleh suatu pemahaman yang lebih mendalam bagaimana sosoilogi secara akademis dikembangkan. Baik dari sudut kerangka pemikiran, metodologi, maupun obyek penelitian.

(28)

A. Pengertian Anak dan Anak Nakal

A.1 Pengertian Anak

Menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang.

Pengertian Anak menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang berbunyi :

Anak adalah seorang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yaitu :

Anak adalah seseorang orang yang belum mencapai 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah nikah.

(29)

Pasal ini mempunyai makna khusus terhadap pengertian dan status anak dalam bidang politik. Karena yang menjadi esensi dasar kedudukan anak yaitu anak sebagai subyek hukum dari system hukum nasional yang harus dilindungi, dipelihara, dibina, untuk mencapai kesejahteraan bagi anak.

Kedudukan anak dalam aspek sosoiologi memposisikan anak sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari masyarakat tempat lingkungan nya berinteraksi. Pengertian anak dalam makna sosial ini lebih mengarahkan pada perlindungan kodrati karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh si anak sebagai wujud untuk berekspresi sebagaimana orang dewasa (Fadilah, 2002: 35).

Kedudukan anak dalam aspek ekonomi dikelompokkan pada golongan yang non produktif. Kedudukaan anak dalam bidang ekonomi merupakan elemen yang mendasar untuk menciptakan kesejahteraan anak dalam suatu konsep yang normatif, agar anak tidak menjadi korban (victima) dari ketidakmampuan ekonomi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara (Fadilah, 2002: 36).

Dapat disimpulkan bahwa anak adalah sesorang yang lahir dan berusia paling maksimal 18 tahun dan belum pernah menikah, dan dianggap sebagai orang yang harus dilindungi dan diberikan hak-haknya.

A.2 Pengertian Anak Nakal

(30)

sibuk sehingga tidak memperhatikan kebutuhan si anak, tidak ada kasih saying yang dirasakan anak. Ketidak kondusifan tersebut memicu anak mencari kehidupan diluar rumah, apa yang tidak mereka temukan dalam keluarga. Mereka hidup di jalan-jalan dan melakukan aktivitas yang dipadanng negatif oleh masyarakat.

Rata-rata mereka membentuk komunitas dan kelompok sosial tersendiri di luar kelompok masyarakat. Komunitas dan kelompok sosial tersendiri itu biasanya berbentuk Geng. Geng tersebut berfungsi sebagai keluarga bayangan bagi anak-anak yang bermasalah. Mereka merasa mnedapatkan apa yang tidak didapat dalam keluarga. Kelompok sosial tersebut juga melahirkan sebuah strata sendiri. Anak nakal dari golongan elite biasanya melakukan aktivitas kebut-kebutan dengan mobil dan corat-coret di dinding. Kemudian dari golongan lapisan menengah biasanya melakukan aktivitas kebut-kebutan dengan sepeda motor dan juga corat-coret di dinding. Dan produk lapisan bawah biasanya sering melakukan aktivitas nongkrong di jalan-jalan dan tidak jarang mengganggu orang yang sedang lewat.

Fenomena anak nakal bukan hanya merupakan monopoli negara-negara berkembang, tetapi di negara-negara maju juga banyak bermunculan fenomena tersebut. Dalam istilah sosiologi, gejala tersebut sering dinamakan dengan deviant behavior atau perilaku yang menyimpang dari tataran masyarakat. (Nugroho, 2000:77).

Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (selanjutnya disingkat dengan KUH Pidana) yaitu:

(31)

memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya, walinya, atau pemeliharanya, dengan tidak dikenakan suatu hukuman; atau memerintahkan supaya si tersalah diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman.

Secara garis besar hak-hak anak menurut Konveksi Hak Anak (KHA) yang terdiri dari 45 pasal dapat dibagi dalam 4 fokus kajian, yaitu:

1. Hak atas kelangsungan hidup

Hak ini mencakup hak-hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan stndar tinggi, imunisasi terhadap beberapa penyakit yang menimbulkan kematian.

2. Hak atas perlindungan (protection)

Yang termasuk kedalam hak ini adalah perlindungan terhadap adanya diskriminasi, kekerasan, pengabaian, dan eksploitasi. Selainitu perlindungan terhadap anak tanpa keluarga.

3. Hak untuk berkembang (development)

Hak ini mencakup semua segi kehidupannya baik segi fisik, mental, dan social budaya yang harus disesuaikan dengan perkembangan usianya.

4. Hak untuk Berpartisipasi dalam Kehidupan Masyarakat (participation)

Anak memilih sudut andang sendiri dalam melihat suatu masalah,namun sering kali hal tersebut tidak diakui orang dewasa. KHA menjamin apabila anak itu mampu, maka ia dapt mengungkapkan suatu hal, dan ia dapat menyebarluaskan pandangan nya itu (Suryanto,2001:8).

(32)

Pada umumnya komunitas anak nakal ini merupakan kelompok bermain yang bertujuan untuk saling mengisi kekosongan waktu dalam keseharian mereka. Dengan berkumpul bersama, berbagi cerita, bertukar pikiran, menjadikan mereka memiliki kedekatan emosional yang kuat, bahkan tidak jarang mereka yang memiliki kesamaan hobi sering melakukannya bersama-sama demi kepusaan batin mereka dan terkadang hobi atau kegiatan yang mereka lakukan merupakan sesuatu yang meyimpang dari nilai dan norma. Hal ini sejalan dengan pendapat Kartini kartono (1998, 107) pada umumnya gang kriminal pada masa awalnya merupakan kelompok bermain yang dinamis. Permainan yang mula-mula bersifat netral, baik dan menyenangkan, kemudian dtrasformasikan dalam aksi eksperimental bersama yang berbahaya yang sering menggangu atau merugikan orang lain. Pada akhirnya kegiatan ditingkatkan menjadi perbuatan kriminal.

(33)

masyarakat. Upaya yang dilakukan oleh pihak yang berwajib dalam mengatasi kenakalan yang dilakukan oleh komunitas anak nakal ini sedikit membuahkan hasil karena aksi yang dilakukan komunitas anak nakal ini terbilang sembunyi-sembunyi.

Dari penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kebaradaan komunitas anak nakal ini membutuhkan perhatian dan tindak lanjut dari semua pihak khususnya keluarga dan masyarakat untuk dapat bekerja sama dengan pihak yang berwajib untuk meminimalisir kenakalan yang dilakukan oleh komunitas anak nakal yang merupakan generasi muda bangsa agar mereka tidak terlalu jauh dalam melakukan perbuatan yang menyimpang.

C. Definisi Kenakalan Anak

Kartono (1989) mendefinisikan kenakalan remaja adalah anak-anak muda (biasanya di bawah usia 18 tahun) yang selalu melakukan kejahatan dan melanggar hukum, yang dimotivir oleh keinginan mendapatkan perhatian, status sosial, dan penghargaan dari lingkungannya.

(34)

Anak-anak muda yang delinkuen atau jahat itu disebut pula sebagai anak cacat secara sosial. mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat.

Karateristik pada masa muda, sifat-sifat khas pada periode remaja.

Delinquent berasal dari bahasa Latin “delinquere” yang berarti: terabaikan, mengabaikan; kemudian diperluas menjadi jahat, a-sosial, criminal, pelanggar aturan, pembusat ribut, pengacau, penteror, tidak dapat diperbaiki lagi, durjan, dursila, dan lain-lain.

Juvenile Delinquensi itu selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan,dan keganasan yang dilakukan oleh anak-anak muda dibawah usia 22 tahun.

Paul Moedikno, memberikan perumusan, mengenai pengertian Juvenile Delequency, yaitu sebagai berikut:

1. Semua perbuatan yang dari orang-orang dewasa merupakan suatu kejahatan, bagi anak-anak merupakan delequency. Jadi semua tindakan yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya, membunuh dan sebagainya. 2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu yang

menimbulakan keonaran dalam masyarakat, misalnya memakai celana jangki tidak sopan, mode you can see dan sebagainya.

3. Semua perbuatan yang menunjukan kebutuhan perlindungan bagi social, termasuk gelandangan, pengemis dan lain-lain.

(35)

Tingkah laku individu yang bertentangan dengan syarat-syarat dan pendapat umum yang dianggap sebagai akseptabel dan baik, oleh suatu lingkungan masyarakat atau hukum yang berlaku disuatu masyarakat yang berkebudayaan tertentu. Apabila individu itu masih anak-anak, maka sering tingkah laku serupa itu disebut deengan istilah tingkah laku yang sukar atau nakal. Jika ia berusah adolescent atau preadolescent, maka tingkah laku itu sering disebut delinkuen; dan jika ia dewasa maka tingkah laku ia seringkali disebut psikopatik dan jika terang-terangan melawan hukum disebut kriminal.

Menurut Gold dan Petronio (Sarwono, 1994) kenakalan remaja merupakan tindakan oleh seseorang yang belum dewasa, yang sengaja melanggar hukum dan diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum, ia bisa dikenai hukuman.

Walgito ( Sudarsono, 2004) mendefinisikan kenakalan remaja sebagain besarnya kemungkinan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum dan peraturan yang berlaku, dan jika dilakukan oleh orang dewasa maka perbuatan itu merupakan kejahatan.

Sedangkan menurut pasal 1 butir 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadialan Anak bahwa yang dimaksud dengan juvenile delequency adalah: 1. Anak yang melakukan tindak pidana

2. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan dilarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

(36)

D. Faktor-faktot Penyebab Anak Menjadi Nakal

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi nakal dan melakukan tindak kriminalitas, seperi yang dijelaskan (Kartini & Kartono, 1998: 59) :

1. Anak kurang mendapatkan perhatian, pengawasan, kasih sayang, dan tuntunan pendidikan orang tua, terutama bimbingan aya, karena ayah dan ibunya masing-masing sibuk mengurusi permasalahan serta konflik batin sendiri. 2. Kebutuhan fisik maupun psikis anak-anak remaja menjadi tidak terpenuhi.

Keinginan dan harapan anak-anak tidak bisa tersalur dengan memuaskan, atau tidak mendapatkan kompensasinya.

3. Anak-anak tidak pernah mendapatkan latihan fisik dan mental yang sangat diperlukan untuk hidup susila. Mereka tidak dibiasakan dengan disiplin dan kontrol diri yang baik.

4. Ketidakmampuan para remaja menemukan pengalam hidup eksistensial yang memberikan bobot dan arti bagi kehidupannya.

5. Keluarga yang berantakan atau broken home.

Adapun beberapa faktor lain yang menyebabkan anak menjadi nakal yaitu:

D.1 Faktor Eksternal:

1. Lingkungan keluarga yang kurang harmonis atau pecah, kurang perhatian,kurang kasih sayang sesama anggota keluarga, egoisme, karena masing-masing sibuk dengan urusanya masing-masing.

(37)

mencegah kenakalan bagi anak-anak (termasuk lingkungan yang kurang rekreatif.

3. Lingkungan masyarakat yang kurang menentu bagi prospek kehidupan yang akan datang, seperti masyarakat yang penuh spekulasi, korupsi, manipulasi, gossip, isu-isu negative, perbedaan yang trelalu mencolok antara sikaya dan simiskin, perbedaan kultur, ras dan adat. Bisa juga karena memang mereka hidup di atas binaan orang-orang jahat (lingkungan preman, Bandar narkoba, perampok dan lain-lain).

4. Salah pergaulan, jika para remaja salah dalam pergaulan (bergaul dengan orang-orang yang tidak bertanggung jawab) maka mereka akan meniru orang tersebut, dan inilah salah satu akibat dari pergaulan bebas. Tetapi tidak berarti anak remaja tidak di perbolehkan bergaul dengan orang lain. Dalam pengertian ini hanya sebatas menjaga jarak dalam pergaulan.

D.2 Faktor Internal:

1. Kurang memiliki disiplin dan kontrol diri, yang ependapat dengan Kartini kartono (1998, 58) pada umumnya adalah dari kegagalan sistem pengontrol diri, yaitu gagal mengawasi dan mengatur perbuatan instinktif mereka.

2. Merasa diabaikan dan dianggap lemah oleh yang lebih tua.

3. Kurangnya rasa percaya diri pada anak, sehingga menjadikan mereka malu untuk terbuka dan melaukan hal yang menyimpang untuk melakukan apanya yang menjadi keinginan mereka yang terpendam.

4. Hasrat untuk mendapatkan sesuatu dengan cara yang instan yang selama ini mereka dapat kan dengan bersusah payah.

(38)

Dari berbagai faktor penyebeb kenakalan remaja yang telah dipaparkan dapat kita ketahui bahwa kenakalan dan kejahatan remaja baik yang dilakukan secara personal maupun komunitas/kelompok merupakan masalah serius yang harus diminimalisir tingkat kriminalliats nya. Dampak dari kenakalan para remaja ini tidak hanya merugikan masa depan meraka tetapi juga menjadikan bobrok nya moral anak bangsa yang merupakan generasi muda yang akan meneruskan perjuanagan dan perjalanan bangsa ini.

Hukum yang memiliki fungsi sebagai sosial kontrol didalam masyarakat, dan fungsi hukum sebagai alat untuk mengubah masyarakat, diharapkan dapat menjalan fungsiya dengan baik dalam menangani dan menindak kenakalan remaja yang marak terjadi dalam berbagai tindak kriminalitas.

E. Upaya Atau Treatmen yang Dilakukan Untuk Mencegah Kenakalan Anak

E.1 Upaya Orang Tua dalam Mencegah Kenakalan Anak Remaja

1. Memberikan pendidikan formal dengan menyekolahkan anak disekolah yang baik dalam proses pembentukan karakter anak diluar dari pendidikan yang didapat dari keluarga.

2. Memberikan pendidikan spiritual atau keagamaan serta pendidikan mengenai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

3. Meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan memberikan kebutuhan yang cukup bagi anak-anak.

(39)

5. Mengajarkan bagaimana cara bersosialisasi dengan baik terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar.

6. Mengenalkan pada anak tentang kegiatan-kegiatan yang positif yang dapat memberikan manfaat untuk hidup mereka.

E.2 Upaya Masyarakat dan Pemerintah Setempat dalam Mencegah Kenakalan Anak Remaja

1. Mendirikan suatu organisasi atau wadah sebagai tempat menampung aspirasi anak-anak remaja tersebut serta dapat membantu mereka bagaimana bermasyarakat dikehidupan social.

2. Mengadakan kegiatan yang dapat memberikan manfaat positif bagi anan-anak remaja dengan memberi mereka peranan yang sesuai dengan kemampuan dan karakter mereka.

3. Pemberian peranan sosial terhadap anak-anak remaja tersebut dikehidupan bermasyarakat juga dapat membantu agar anak-anak remaja tersebut tidak merasa dikecilkan dan termarjinalisasikan oleh orang dewasa.

4. Mengadakan pertemuan rutin dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai perilaku menyimpang dan bagaimana cara mengantisipasi agar tidak terjerumus didalamnya.

5. Mengajak anak-anak remaja tersebut untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti menggalang dana yang legal serta memberikan barang-barang yang tidak terpakai untuk disumbangkan kepanti-panti sosial atau orang yang tidak mampu.

(40)

yang sesuai dengan keahloan mereka tersebut, dan tentunya harus mendapat dukungan dan bantuan dari masyarakat dan pemerintah setempat.

7. Mendirikan panti rehabilitasi bagi anak-anak remaja yang pernah berkonflik dengan hukum atau yang pernah melakukan tindak kriminalitas dengan membantu mereka agar tidak melakukan hal yang serupa dikemudian hari dan dapat menjadi seorang anak remaja yang tumbuh dengan normal.

F. Bentuk Kenakalan dan Kejahatan Anak

Kartini Kartono (1998 : 49), Pembagian lain Juvenile delinquensi atau kejahatan remaja berdasarkan ciri kepribadian yang defek, yang mendorong mereka menjadi delinkuen (nakal/jahat). Anak-anak muda ini umumnya bersift pendek fikir, sangat emosional, agresif, tidak mampu mengenal nilai-nilai etis, dan cenderung suka menceburkan diri dalam perbuatan yang berbahaya. Hati nurani mereka hampir tidak bisa digugah, beku. Tipe kenakalan remaja menurut struktur kepribadian yaitu :

1. Kejahatan/kenakalan Terisolir (Reiss, 1951, Hweit & Jenkins, 1949),

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari para remaja delinkuen; merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan kejahatan mereka disebabkan atau didorong oleh faktor berikut :

(41)

- Mereka banyak berasal dari daerah-daerah transisional sifatnya memiliki subkultur kriminal.

- Pada umumnya anak-anak nakal ini berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, tidak konsekuen dan mengalami banyak frustasi.

- Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit

mendapatkan supervise dan latihan disiplin. Sebagai akibatnya, anak tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Bahkan banyak dari mereka menjadi kebal terhadap nilai kesusilaan, sebaliknya mereka menjadi lebih peka terhadap pengaruh jahat.

2. Kejahatan/kenakalan Neurotik

Pada umumnya anak-anak nakal tipe ini menderita Gangguan Kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa terancam, tersudut,terpojok, merasa bersalah,atau berdosa dan lain-lain. Cirri tingkah laku mereka antara lain :

- Tingkah laku kejahatan nya bersumber pada sebab-sebab psikologis yang sangat dalam.

- Tingkah laku mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan. Karena itu tindakan mereka merupakan alat pelepas bagi ras ketakutan, kecemasandan kebingungan batinnya yang jelas tidak terpikulkan oleh egonya.

- Biasanya, anak nakal tipe ini melakukan kejahatan seorang diri, dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu; misalnya suka memperkosa lalu memunuh korbanya.

(42)

Kejahatan psikopatik ini sedikit jumlahnya; akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka ialah :

- Hampir seluruh anak nakal psikopatik ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan yang ekstrim, rutal, diliputi bnyak pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun tidak konsisten,dan selalu menyia-nyiakan anak. - Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa atau melakukan

pelanggaran. Karena itu sering meledak tidak terkendali.

- Bentuk kejahatannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau tidak dapat diduga-duga. Mereka pada umumnya agresif dan implusif. Biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.

- Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma social ang umum berlaku.

4. Kejahatan/kenakalan Defek Moral

Defek (defect, defectus) artiya: rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, kurang. Delinkuensi/kejahatan Defek Moral mempunyai ciri: sealu melakukan tindak a-sosial atau anti-sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan dan gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya. Kelemahan dan kegagala para remaja nakal tipe ini ialah: mereka tidak mampu mengenal dam memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengatur dan mengendalikanya.

(43)

a. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, dan pembunuhan.

b. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: Pengerusakan, pencurian, pencopetan, dan pemerasan

c. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak lain: pelacuran, penyalahgunaan obat, dan hubungan seks sebelum nikah

d. Kenakalan melawan status: membolos sekolah, minggat dari rumah atau melawan perintah orangtua.

Berdasarkan jenis pelanggarannya Mulyono (1984) membagi perilaku delinkuen itu menjadi dua yaitu:

a. Perilaku delinkuen bersifat moral dan anti sosial, yeng tidak diatur dalam undang-undang sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum seperti berbohong

b. Perilaku delinkuen yang bersifat melanggar hukum dan mengarah pada tindakan Kriminal seperti berjudi, menjambebret, merampok, oembunuhan, dan lain-lain

Menurut Hawari (1996) remaja dalam kehidupannya sehari-hari hidup dalam tiga kutub yaitu kutub keluarga, sekolah dan masyarakat. Ketiga kutub ini akan menghasilakan dampak positif maupun negatif. Dampak negatifnya adalah perilaku menyimpang yang ditandai atau kriteria gejala-gejala berikut: a. Sering membolos

(44)

d. Sering lari dari rumah e. Selalu berbohong

f. Sering melakukan hubungan seks

g. Sering mabuk atau menggunakan obat terlarang h. Sering mencuri

i. Sering merusak barang orang lain

j. Prestasi disekolah yang jauh dibawah taraf kemampuan kecerdasan k. Sering melawan otoritas yang lebih tinggi

l. Seringkali memulai perkelahian.

Hurlock (1973) membagi perilaku delinkuen menjadi empat macam yaitu: a. Perilaku yang bersifat menyakiti diri sendiri

b. Perlaku yang membahayakan milik orang lain c. Perilaku yang tidak terkendali.

d. Perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain

Adapun bentuk dari perbuatan kenakalan anak nakal yang sering kita jumpai disekitar kita selama ini beberapa diantaranya yaitu:

a) Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan dengan kecepatan yang melampaui kecepatan maksimum yang di tetapkan, sehingga dapat mngganggu bahkan membahayakan pemakai jalan yang lain.

(45)

penyalahgunaan barang-barang elektronik (missal internet dan handphone) dan sebagainya.

c) Anak-anak yang suka pengrusakan-pengrusakan terhadap barang-barang atau milik orang lain seperti mencuri, membuat corat-coret yang mengganggu keindahan lingkungan, mengadakan sabotase dan sebagainya.

d) Membentuk kelompok atau gang dengan ciri-ciri dan tindakan yang menyeramkan, seperti kelompok bertato, kelompok berpakaian acak-acakan, blackmetal. Yang di ikuti oleh tindakan yang tercela yang mengarah pada perbuatan anarkis.

e) Berpakaian dengan mode yang tidak sesuai dengan keadaan lingkungan, missal: memakai rok mini, youcansee, mamakai pakaian yang serba ketat sehingga terlihat lekuk tubuhnya, sehingga di pandang kurang sopan di mata lingkunganya.

f) Mengganggu/mengejek orang-orang yang melintas di depanya, jika menoleh atau marah sedikit saja di anggapnya membuat gara-gara untuk dikerjain.

G. Sanksi Sosial dan Sanksi Hukum Yang Diterima oleh Komunitas Anak Nakal

1. Sanksi Sosial Yang Diterima

(46)

Adapun sanksi sosial yang mereka terima dari masyarakat setempat yaitu: 1. Dikucilkan dan diabaikan oleh masyarakat di lingkungan sekitar mereka. 2. Penilaian dan pandangan negatif masyarakat terahadap anak-anak nakal

tersebut membuat masyarakat setempat membatasi bahkan tidak mengizinkan anak-anak mereka bergaul atau berteman dengan anak-anak nakal tersebut dengan alasan agar tidak terpengaruh.

3. Pemblacklist-an atau penolakan dari struktur adat dan mengharuskan mereka untuk memperbaiki keberadaannya di adat tersebut dengan hukuman atau denda yang telah ditetapkan, jika mereka telah memiliki keanggotaan di dalam adat. 4. Tidak diberikan peranan dalam struktur organisasi yang ada di desa tersebut

seperti karang taruna, organisasi islam masjid dal lain-lain, dengan alasan tidak dapat memberikan contoh dan pembelajaran yang baik terhadap rekannya.

5. Tidak di ikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan yang ada di desa mereka karena imets anak nakal membuat masyarakat ragu memberikan tanggung jawab kepada mereka.

2. Sanksi Hukum Yang Diterima

Menurut UU Tentang Pengadilan Anak 1997 BAB III Pidana Dan Tindakan : Anak-anak remaja yang tergabung dalam komunitas anak nakal yang melakukan tindak kriminalitas dapat dikenakan,

(47)

Pasal 23, ayat 1, pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah pidana pokok dan pidana tambahan, ayat 2, pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah: a.pidana penjara; b. pidana kurungan; c. pidana denda; atau d. pidana pengawasan. Ayat 3, selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terhadap anak nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan, berupa perampasan barang-barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi. Ayat 4, ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

Namun terkadang sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima tidak member efek jera bagi mereka anak-anak remaja yang melakukan tindak kriminalitas, bahkan mereka yang sering keluar masuk penjara dengan kasus kejahatan, ketika mereka sudah bebas mereka tetap melakukan tindak kejahatan yang sama mungkin bagi mereka itu adalah sebuah hobi.

H. Tinjauan Tentang Komunitas

Abdul Syani (2006 : 5), Komunitas adalah sekelompok orang yang hidup bersama dengan pola hubungan yang relatif sentimental kekeluargaan dan tinggal pada suatu daerah tertentu. Komunitas menunjuk pada kehidupan masyarakat sebagai warga daerah setempat, dimana mereka dapat memenuhi kebutuhan pokok hidupnya.

Soerdjono Soekanto (1982 : 6), komunitas adalah adanya sociall relationship

(48)

Soedjono Dirdjosisworo (1985: 6), menyebut community sebagai masyarakat setempat, artinya kelompok sosial yang memenuhi kriterianya, yang terjalin hubungan timbal balik antara pergaulan hidup dimana mereka mengadakan interaksi, interelasi, dan komunikasi sosial.

Soenarno (2002), definisi komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional.

Kertajaya Hermawan (2008), komunitas adalah sekelompok orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang seharusnya, dimana didalam sebuah komunitas terjadi relasi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena adanya kesamaan interes dan values.

Dapat disimpulkan bahwa komunitas adalah integrasi antara individu satu dengan individu lainnya nya yang membentuk satu kelompok dalam suatu wilayah tertentu dengan tujuan yang sama dalam melakukan interaksi.

1. Bentuk Komunitas Anak Nakal

Menurut beberapa keterangan yang didapat ada beberapa bentuk komunias anak nakal yang pernah melakukan peyimpangan yang melanggar hukum, diantaranya: a) Komunitas Geng Motor

b) Komunitas Anak Punk

c) Komunitas Anak Jalanan (gepeng) d) Komunitas Geng Nero (neko-neko royok)

(49)

melangar hukum, bahkan samai memakan korban jiwa dan kerusakan materiil. Pada saat ini keberadaan komunitas tersebut masih sering kita jumpai diberbagai tempa meskipun upaya dalam mengatasi kenakal anak-anak tersebut telah dilakukan.

2. Faktor Pembentuk Komunitas Anak Nakal

Bergabung dengan sebuah kelompok merupakan sesuatu yang murni dari diri sendiri atau juga secara kebetulan. Misalnya, seseorang terlahir dalam keluarga tertentu. Namun, ada juga yang merupakan sebuah pilihan. Dua faktor utama yang tampaknya mengarahkan pilihan tersebut adalah kedekatan dan kesamaan.

a. Kedekatan

Pengaruh tingkat kedekatan, atau kedekatan geografis, terhadap keterlibatan seseorang dalam sebuah kelompok tidak bisa diukur. Kita membentuk kelompok bermain dengan orang-orang di sekitar kita. Kita bergabung dengan kelompok kegiatan sosial lokal. Kelompok tersusun atas individu-individu yang saling berinteraksi. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang, semakin mungkin mereka saling melihat, berbicara, dan bersosialisasi. Singkatnya, kedekatan fisik meningkatkan peluang interaksi dan bentuk kegiatan bersama yang memungkinkan terbentuknya kelompok sosial. Jadi, kedekatan menumbuhkan interaksi, yang memainkan peranan penting terhadap terbentuknya kelompok pertemanan.

(50)

Pembentukan kelompok sosial tidak hanya tergantung pada kedekatan fisik, tetapi juga kesamaan di antara anggota-anggotanya. Sudah menjadi kebiasaan, orang lebih suka berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya. Kesamaan yang dimaksud adalah kesamaan minat, kepercayaan, nilai, usia, tingkat intelejensi, atau karakter-karakter personal lain. Kesamaan juga merupakan faktor utama dalam memilih calon pasangan untuk membentuk kelompok sosial yang disebut keluarga.

Dari kedua faktor tersebut diatas menjelaskan bahwa terbentuknya suat komunitas dikarenakan setiap anggota kelompoknya memiliki kesamaan dan kedekatan, baik itu kesamaan dalam karakter, kesamaan problem, tujuan dan lain-lain. Sehingga dengan kesamaan yang mereka miliki mereka dapat bertukar pikiran dan berusaha melakukan suatu hal yang mereka anggap bermanfaat dan menguntungkan bagi mereka, sama halnya dengan komunitas anak nakal yang memiliki konflik batin yang sama, status sosial yang sama, serta sama-sama merasa terabaikan dengan keaadan yang menjadikan mereka dekat dengan prilaku menyimpang.

I. Kerangka Pikir

(51)

baru yang dilakukan oleh remaja membuat pemerintah, masyarakat ,pihak yang berwajib, dan juga stakeholder lainnya merasa kewalahan dengan masalah tersebut dengan belum teratasinya kasus-kasus lama anak remaja yang masuk dalam tindak kriminalitas, Sehingga terdapat kesulitan dalam menangani kasus-kasus kenakalan remaja yang terjadi.

Selain itu perubahan-perubahan sosial yang terjadi seiring majunya zaman dan berkembang IPTEK sangat mempengaruhi pada proses pembentukan karakter anak remaja, dimana dalam proses itu mereka dituntut untuk menyaring kebudayaan-kebudayaan baru yang masuk serta perubahan yang terjadi dikehidupan social. jika individu yang dengan mudah menerima suatu yang baru tetapi tidak dapat menyaring dengan positif dan mencerna dengan baik bisa menyebabkan mereka berfikir negatif dan tidak menutup kemungkinan mereka mengambil langkah dalam melakukan sesuatu dengan cara yang menyimpang yang menyeab kan mereka terbisasa dengan kejahatan dan tindak kriminalitas akibat salah langkah dalm menerima suatu kebudayaan baru dan tidak mampu menerima perubahan yang terjadi.

Kenakalan remaja dalam bentuk komunitas sering kita temukan di kota-kota besar dan pedesaan. Komunitas anak nakal ini sering melakukan tindak kejahatan dalam bentuk pencurian, perusakan milik orang lain,menteror lingkungan sekitar dan khususnya kasus pemalakan dengan kekerasan tanpa pandang bulu.

(52)

yang bersifat personal maupun yang bersifat komunitas yaitu menghukum mereka sesuai dengan perbuatan yang dilakukan, sehingga dianggap adil, dan bisa merubah hati nurani mereka sendiri agar dapat hidup normal dan mandiri.

(53)
[image:53.595.143.513.147.532.2]

Gambar 1: Skema Kerangka Pikir

Sanksi hukum yang diterima Sanksi sosial yang

diterima

Komunitas Anak Nakal

(54)

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dimana prosedur penelitiannya bersifat menjelaskan, mengelola, menggambarkan dan menafsirkan hasil penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan yang diteliti. Jadi pada penelitian ini tidak terbatas pada pengumpulan data saja, akan tetapi meliputi juga analisis dan menginterpretasikan tentang arti tersebut.

Lexi J. Moleong (1997 :7) menambahkan, penelitian kualitatif menyusun desain secara terus menerus disesuaikan kenyataan dilapanngan, sehingga tidak menggunakan desain yang disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif, Bogdan dan Taylor, seperti dikutip Lexi J. Moleong mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang mennghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Selain itu, menurut S. Nasution (1988 : 20), penelitian kualitatif dapat disebut juga penelitian naturalistik karena penelitian kualitatif dilakukan dalam natural setting atau situasi wajar (alami) tanpa manipulasi, diatur dengan eksperimen atau test.

(55)

menggambarkan, menjelaskan dan menjawab permasalahan dilapangan dengan teori-teori, konsep-konsep dan data penelitian di lapangan.

Jadi, seperti yang dikemukakan oleh Moh. Nasir (1999 : 63), penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Dengan demikian penelitian ini dimaksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah yang diteliti.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dipandang penting karena dengan adanya fokus penelitian akan membatasi studi yang diteliti. Membahas studi yang dilakukan memiliki peranan penting dalam memandu dan mengarahkan jalannya penelitian. Milles dan Huberman (1992 : 60) mengemukakan bahwa:

“Memfokuskan dan membatasi pengumpulan data dapat dipandang kemanfaatanya sebagai reduksi data yang sudah diantisipasi. Ini merupakan bentuk pra analisis yang mengesampingkan variabel-variabel dan yang memperhatikan lainnya. Dengan adanya pemfokusan akan mnghindari pengumpulan data yang serampangan dan hadirnya data yang melimpah ruah.”

(56)

Fokus utama dari penelitian ini adalah faktor-faktor penyebab anak menjadi nakal serta sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima . Alasan yang mendasari penelitian ini disebabkan tingginya tingkat kenakalan remaja yang terjadi di desa Terbanggi besar, Kenakalan dan kejahatan remaja ini bersifat mengelompok yaitu Komunitas Anak Nakal. Hal ini dapat dilihat pada fakta-fakta yang terjadi didaerah tersebut dimana komunitas anak nakal itu melakukan tindak kriminal dengan memalak disertai dengan kekerasan terhadap korbannya.

Adapun yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimanakah profil komunitas anak nakal.

a. Usia anak remaja yang berusia 15-20 tahun yang tergabung dalam komunitas anak nakal.

b. Latar belakang pendidikan anak remaja rendah.

c. Keterlibatan anak remaja tersebut dalam aksi kejahatan yang dipengaruhi oleh pergaulan yang salah, lingkungan yang tidak baik, serta lemahnya pengawasan dari orang tua.

2) Bagaimanakah bentuk komunitas anak nakal.

a. Kumpulan anak remaja yang melakukan aksi kejahatan.

b. Dan merupakan anak-anak remaja yang menjadi target pencarian pihak yang berwajib atas kasus yang mereka lakukan.

3) Bagaimanakah upaya atau treatment yang dilakukan oleh orang tua dan masyarakat setempat dalam mencegah kenakalan anak.

(57)

b. Upaya untuk tetap mempertahankan anak agar tetap bersekolah dan mengeyam pendidikan.

4) Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan anak menjadi nakal dan membentuk komunitas anak nakal.

a. Penyalahgunaan narkoba.

b. Faktor ekonomi keluarga yang rendah.

c. Kurangnya kontrol dan pengawasan dari orang tua. d. Rendah pendidikan pada anak.

e. Pengaruh dari teman sepermainan dan lingkungan yang tidak baik.

5) Bagaimanakah sanksi sosial dan sanksi hukum yang diterima komunitas anak nakal usia remaja.

Adapun kejahatan yang terjadi akibat kenakalan remaja yang pada intinya merupakan komunitas anak nakal, merupakan masalah serius yang harus dikaji dan dianalisis lebih mendalam. Selanjutnya penulis juga melihat respon masyarakat sekitar terhadap kenakalan remaja dalam komunitas anak nakal, dan juga dari penelitian ini penulis dapar menjelaskan hasil dari apa yang menjadi fokus penelitian.

C. Lokasi Penelitian

(58)

Tengah. Adapun alasan peneliti memilih lokasi ini adalah karena maraknya kejahatan serta tindak kriminalitas khususnya tindak kriminalitas dalam bentuk “Pemalakan” yang dilakukan komunitas anak nakal di desa terbanggi besar

tersebut.

D. Jenis dan Sumber Data

1. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan cara menggali dari sumber sumber informasi (informan) dan dari catatan dari lapanagan yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti.

2. Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukungng dan mencari fakta yang sebenarnya dari hasil wawancara mendalam yang telah dilakukan maupun mengecek kembali data yang sudah ada sebelumnya. Data tersebt bersumber dari dokumentasi dan arsip-arsip.

E. Penentuan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk mrmberikan informasi tentanng situasi dan kondisi latar penelitian, jadi ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian dan harus suka rela menjadi informan atau anggota Tim penelitan walaupun hanya bersifat informal (Moloeng, 1989 : 132)

(59)

Agar memperoleh informasi yang lebih terbukti, terdapap beberapa criteria yang perlu dipertimbangkan, yaitu:

1. Informan yang lama dan intensif dengan suatu kegiatan atau medan aktifitas yang menjadi sasaran penelitian.

2. Informasi yang masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi sasaran penelitian.

3. Mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu dan kesempatan untuk dimintai keterangan.

4. Informan yang berada pada sasaran penelitian.

Penentuan informan pada penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. dengan berdasarkan pada subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data, dan bersedia membkan data. Maka dalam penelitian ini informan nya adalah : - Tokoh masyarakat Desa Terbanggi Besar.

- Tokoh adat Desa Terbanggi Besar - Tokoh Pemuda Desa Terbanggi Besar

- Pihak kepolisian (Reskrim Polsek Terbanggi besar)

- Orang Tua dari anak nakal yang tergabung dalm komunitas anak nakal - Anak remaja yang tergabung dalam Komunitas anak nakal

Alasan mengapa mengambil informan tersebut diatas agar penulis mendapat informasi yang tepat, benar, dan selengkap-lengkapnya. Dan yang menjadi bahan perbandingan dalam penelitian/wawancara ini adalah kajian sosiologis tentang komunitas anak nakal.

(60)

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan pengamatan langsung dalam terhadap obyek penelitian untuk mendapatkan data atau gambaran yang jelas sehubungan dengan masalah ang diteliti.

Data hasil observasi menjadi data penting karena :

- Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dimana suatu hal yang diteliti ada atau terjadi.

- Observasi memungkinkan peneliti untuk bersifat terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

- Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh partisipan atau subyek penelitian sendiri kurang disadari.

- Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karene berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.

- Observasi memungkinkan peneliti bergerak lebih jauh dari persepsiselektif yang ditampilkan subjek penelitian atau pihak-pihak lain

- Observasi memungkinkan peneliti merefleksi dan bersikap intospektif terhadap penelitian yang dilakukannya.

(61)

berorientasi pada penemuan daripada pembuktian dan mempertahan kan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

2. Wawancara Mendalam

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam (indepthinterview) dan dokumentasi.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara Tanya jawab/percakapan secara langsung yang dipandu dengan pedoman daftar/pedoman wawncara kepada sumber data untuk memperoleh kejelasan dan keterangan lebih rinci mengenai faktor-faktor penyebab ahal menjadi nakal dan sanksi sosial serta sanksi hukum yang diterima.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berdasarkan kepada catatan-catatan yang terdokumentasi (otentik) dan dinilai berkaitan dengan penelitian ini.

Alasan-alasan penggunaan metode dokumentasi didalam penelitian ini adalah : a. Sesuai dengan penelitian kualitatif

b. Dapat digunakan sebagai bukti pengajuan c. Merupakan sumber yang stabil

G. Teknik Pengolahan Data

(62)

1. Seleksi Data

Tahapan pengolahan data dilakukan dengan cara meneliti ulang data yang diperoleh, yaitu kelengkapan jawban, kejelasan tulisan, serta kesesuain antara jawaban satu dengan yang lain, serta apakah ada kekurangan data/tidak sesuai dengan pokok permasalahan.

2. Klasifikasi Data

Yaitu menempatkan data atau mengelompokkan dat sesuai dengan pokok bahasan atau pokok permasalhan yang telah disusun.

3. Penyusunan Data

Yaitu kegiatan menyusun data secara sistematis menurut tata urutan yang telah diterapkan sehingga mudah dianalisis.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat dengan mudah dipahami sertta dapat diinformasikan kepada orang lain.

(63)

Analisa data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Analisa data kualitatif menurut Milles Huberman (1992 : 16-19) meliputi tiga komponen analisa yaitu :

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilih

Gambar

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambar 1: Skema Kerangka Pikir
Table 1. Komposisi Jumlah Penduduk Terbanggi Besar Berdasarkan Dusun
Table 2. Data Komposisi Pendidikan Penduduk Desa Terbanggi Besar

Referensi

Dokumen terkait

Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan

Sekitar 74% warga Jakarta puas atau sangat puas dengan kinerja Ahok sebagai gubernur, meningkat dari 69% pada temuan sebelumnya.  Kebijakan-kebijakan pemerintah

Kedua tingkatan sumberdaya BKM menyebabkan terjadinya perbedaan pengembangan kapasitas yaitu (1) memiliki dana bergulir dan anggota aktif melakukan pinjaman

PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Suluttenggo dengan cara menganalisis pengendalian intern aktiva tetap yang diterapkan seperti mulainya penyusutan, metode penyusutan,

Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Raut dapat dipandang sebagai perwujudan yang dikelilingi oleh kontur, baik untuk menyatakan sesuatu yang pipih dan datar, seperti pada bidang, maupun yang padat

fungi dari ekstrak buah mengkudu (M orinda citrifolia Linn ) terhadap jamur. Candida albicans ATCC

[r]