BHINEKA TUNGGAL IKA MEWUJUDKAN PERSATUAN
INDONESIA
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2013
Disusun Oleh ;
Dian Novitasari
10023035
Dosen Pengampu : N. Satria Abdi, S.H.,M.H
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepualauan. Menurut catatan di indonesia terdapat 17.508 pulau. Sebanyak 11.808 pulau (67%) belum diketahui namanya, sehingga yang dikenal namanya sekitar 5700 pulau (33%). Karena Indonesia memiliki puluhan ribu pulau maka perbedaan-perbedaan sering kali kita jumpai. Semua yang ada di dunia ini penuh dengan perbedaan mulai dari perbedaan antara individu (yang paling sederhana), antar keluarga, antara kota dengan kota atau pun kota denga desa, perbedaan antara daerah, bahkan yang lebih kompleks adalah perbedaan antara pulau yang satu dengan yang lain. Dari daerah bahkan pulau perbedaan yang paling sering terjadi dan yang paling sering menjadi bahan
pembicaraan adalah perbedaan agama, bahasa dan tingkah laku. Dan apabila di dalam perbedaan-perbedaan tersebut terlalu dibesar-besarkan maka Negara ini diambang batas kehancuran. Sering kali perdebatan dalam mengagung-agungkan kebudayaan sendiri dan merendahkan kebudayaan orang lain.
Dewasa ini bangsa kita yang sudah carut marut ini diperparah dengan adanya konflik-konflik yang terus muncul dalam kehidupan masyarakat. Kemajemukan masyarakat Indonesia baik dari segi etnis maupun agama menuntut perhatian lebih dari pemerintah untuk bersikap adil dan bijaksana dalam membuat kebijakan agar tak ada kecemburuan sosial yang dapat menimbulkan konflik di masyarakat. Di
Indonesia, dalam satu wilayah bisa saja terdiri dari lebih dari satu suku, yaitu suku asli daerah tersebut san suku pendatang. Sering terjadi konflik-konflik antar suku yang cukup panas dalam satu wilayah. Dimulai dari perselisihan kecil yang
melibatkan satu-dua orang yang kemudian menyebar dan menjadi konflik antar suku ataupun antar agama. Konflik-konflik yang tak kunjung reda melahirkan kerusuhan-kerusuhan di beberapa wilayah di Indonesia yang melibatkan suku-suku yang berbeda di wilayah tersebut dan mengganggu stabilitas negara.
B. Rumusan Masalah
Perselisihan-perselisihan kecil yang terjadi di masyarakat bukan tidak mungkin dapat menimbulkan konflik-konflik besar yang berkepanjangan. Hal ini tentu saja tidak hanya merugikan kedua belah pihak yang terlibat konflik saja, pihak-pihak lain yang tak ada sangkut pautnya pun bisa saja terkena imbasnya, termasuk pemerintah pusat.Tak ada asap jika tak ada api. Mungkin peribahasa tersebut yang pas menggambarkan konflik-konflik SARA yang terjadi di Indonesia saat ini. Tak ada konflik jika tak ada faktor-faktor pemicu konflik itu sendiri. Solidaritas etnis dan kedaerahan mungkin tumbuh subur di dada sebagian masyarakat Indonesia, namun sepertinya meraka lupa, bahwa masih ada solidaritas nasional yang tentu saja harus tetap dipertahankan kekokohannya demi eksistensi bangsa ini. Permasalahan
masyarakat Indonesia yang menimbulkan jurang pemisah antara masyarakat yang berbeda suku di bumi pertiwi tercinta.
BAB II
ISI
A. Pendekatan-pendekatan1. Pendekatan Historis
Kerajaan Bali di Sunda kecil hingga kesultanan Ternate dan Tidore di Indonesia Timur, semua itu merupakan fakta historis atas legitimasi etnis di masa lampau.
Suku-suku yang ada di Indonesia hidup berdampingan sejak zaman nenek moyang dahulu. Perbedaan fisik dan budaya tidak begitu saja membuat mereka terpecah belah. Semboyan ”Bhineka Tunggal Ika” yang telah lama terpatri menjadi senjata pemungkas dalam menjembatani perbedaan-perbedaan yang ada. Lebih dari dalam pengertian harfiah Bhineka Tunggal Ika berarti berbeda tetapi tetap satu. Artinya, walaupun bangsa Indonesia mempunyai latar belakang yang berbeda baik dari suku, agama dan bahasa tetapi adalah bangsa Insonesia. Pengukuhan ini telah dideklarasikan semenjak tahun 1928 yang terkenal dengan nama “Sumpah Pemuda”.
2. Pendekatan Sosiologi
Kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang multi kultural sebenarnya menjadi salah satu nilai plus bagi bangsa ini. Di Indonesia, dalam satu pulau bukan hanya ada satu macam suku saja, banyak suku-suku pendatang yang berbaur dengan suku asli dan membangun kehidupan bersama. Di Pulau Kalimantan misalnya, suku aslinya adalah suku dayak, namun tak sedikit pula suku-suku lain yang menetap dan bermatapencaharian seperti penduduk suku asli. Begitu juga di pulau-pulau yang lain, masyarakat yang berbeda suku, ras, agama dan adat istiadat berbaur untuk membangun peradaban tinggi bagi bangsa Indonesia. Perbedaan budaya dan adat istiadat tentu saja ada, namun jika toleransi dan sikap saling menghargai dijunjung tinggi oleh tiap-tiap suku, baik suku asli maupun pendatang, tentu saja kehidupan bermasyarakat disana akan tetap damai dan kondusif.
3. Pendekatan Yuridis
Pancasila telah mencantumkan secara jelas dalam sila ketiga yaitu
dalam Undang-Undang No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dengan demikian setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai hak untuk hidup merdeka di setiap wilayah tempat tinggalnya. Untuk itu diperlukan suatu kesadaran dari tiap suku bangsa untuk menjunjung tinggi keberadaan hukum dan pemahaman terhadap norma yang ada pada masyarakat setempat.
B. Pembahasan
Bhineka tunggal Ika adalah semboyan Negara Kesatuan republik Indonesia. Bhineka Tunggal Ika ditulis diatas pita yang dicengkeram oleh burung garuda dan pemakaiannya diresmikan sebagai Lambang Negara Indonesia pertama kali pada sidang kabinet Republik Indonesia Serikat pada tanggal 11 Febuari 1950.
Bhineka Tunggal Ika berasal dari bahasa Jawa kuna dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia “Berbeda-beda tetapi tetap satu”. Kalimat tersebut merupakan kutipan dari sebuah kakawin Jawa Kuna yaitu : kakawin Sutasoma (Purudasanta), pengertian Bhineka Tunggal Ika lebih ditekankan pada perbedaan bidang kepercayaan juga keanekaragam agama dan kepercayaan di kalangan masyarakat majapahit. Bila diterjemahkan secara per kata, Bhineka Tunggal Ika adalah :
1. Bhineka artinya beraneka ragam atau berbeda-beda menjadi pembentuk kata “aneka”
2. Tunggal artinya satu 3. Ika artinya itu
Secara harfiah Bhineka Tunggal Ika diterjemahkan “Beraneka satu Itu’ yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa dan lain
sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama, bangsa Indonesia pun mengaku Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa (sebagaimana
diproklamirkan melalui Sumpah Pemuda tahun 1928), satu tujuan dan tentunya satu negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Namun, sekarang Bhineka Tunggal Ika pun ikut luntur, banyak anak muda yang tidak mengenalnya, banyak orang tua lupa akan kata-kata ini, banyak birokrat yang pura-pura lupa sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum Indonesia Merdeka memudar seperti pelita kehabisan minyak.
Sumpah pemuda hanya sebagai penghias bibir sebagian orang dan bagi sebagian orang hanya dilafaskan pada saat memperingati hari sumpah pemuda setiap 28 Oktober. Tetapi bagi sebagian yang muda hanya sebagai pelajaran sejarah yang hanya dipelajari di sekolah.
Kenyataan bahwa bangsa ini sebagai sebuah komunitas yang majemuk merupakan sebuah ‘ketetapan’ yang telah terjadi. Fakta tersebut sudah seharusnya tidak lagi dipermasalahkan sebagai penyebab utama timbulnya konflik sosial.
Di bumi pertiwi kita semakin banyak konflik-konflik yang terjadi di masyarakat yang mengusang label solidaritas kedaerahan dan etnis tertentu yang sebenarnya tidak perlu terjadi jika pemerintah jeli dalam membaca situasi dan kondisi sosial yang dialami rakyat Indonesia.
tidak puas tersebut bahkan bisa menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya gerakan separatis di negara ini.
Bhineka Tunggal Ika, semboyan kita, sebenarnya merupakan pemikiran rasional Indonesia sebagai bangsa yang majemuk, multi budaya, multi agama, multi ras dan multi bahasa. Kita harus menjaga semboyan kita sebaik mungkin, karena yang kita inginkan adalah Bhineka Tunggal Ika yang bermartabat. Untuk menjags martabat tersebut, maka berbagai hal yang mengancam Bhineka Tunggal Ika harus ditolak, seperti sentimen kedaerahan dan separatisme.
Dalam pancasila, Bhineka Tunggal Ika dituangkan dalam sila ketiga, yakni “Persatuan Indonesia” yang merupakan landasan hukum dalam hal integrasi bangsa dan negara, serta sebagai motivasi perbuatan baik di kehidupan masyarakat. Pancasila merupakan ‘nyawa’ bagi indonesia. Dalam Pancasila sebenarnya landasan dan tujuan negara sekaligus tercantum secara implisit dan eksplisit. Sila ke-1 sampai sila ke-4 merupakan nyawa bangsa yang saling menjiwai satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan negara yang tercantum pada sila ke-5. Namun, saat ini semangat Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan masyarakat semakin pupus. Sudah terlalu banyak konflik SARA yang mengguncang bumi pertiwi beberapa dekade terakhir ini (contoh : kerusuhan antara suku Dayak dan Madura di Sampit. Kerusuhan Poso, Kerusuhan Ambon, Gerakan Aceh Merdeka, Organisasi Papua Merdeka). Mungkin mereka sadar bahwa dulunya bangsa ini bisa menegakkan kepala berkat perjuangan keras tokoh-tokoh yang berbeda suku, tas maupun agama.
Kemajemukan bangsa ini seumpama pedang bermata dua. Di satu sisi,
keanekaragaman cirak bisa menjadi nilai plus tersendiri bagi Indonesia di mata dunia. Namun di sisi lain, terlalu banya perbedaan bisa saja menjadi pemicu kecemburuaan sosial dan malah menjadibumerang bagi Indonesia.
penting daripada sentimen kedaerahan. Dengan demikian, Indonesia akan menjadi negara yang kokoh dan tak mudah dijajah fisik maupun pikiran oleh negara lain.
Konflik-konflik berlabel perbedaan suku, agama, ras dan adat istiadat yang terjadi di Indonesia sebenarnya bukan hanya dipicu oleh perbedaan secara fisik dan kultural saja. Kecemburuan sosial akibat sikap pemerintah yang kurang adil dan bijaksana dalam pemerataan pembangunan ekonomi, lemahnya penegakan hukun serta ketidakpuasan masyarakat akan kenerja pemerintah yang terkesan lebih mementingkan urusan para pejabat merupakan faktor-faktor yang memiliki potensi besar menyulut perseteruan yang ujung-ujungnya berbuntut pada konflik yang terus memanas sepanjang tahun. Kolnflik-konflik tersebut mengikis semangat Bhineka Tunggal Ika yang selama ini memperkokoh persatuan bangsa Indonesia.
Indonesia merupakan negara multi etnik, multi ras dan multi agama yang memilika wilayah luas dengan rakyatnya yang beranekaragam. Walaupun di
Indonesia terdapat banya suku, agama, ras, kesenian, adat, bahas, dan lain sebagainya namun tentu saja harus tetap menjadi satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Jika tidak, tentu saja bangsa ini akan mudah diadu domba dan dijajah. Maka dari itu, semangat Bhineka Tunggal Ika yang membara dalam jiwa seluruh masyarakat Indonesia sngat diperlukan untuk membangaun rasa nasionalisme dan menetapkan integrasi bangsa Indonesia dimana seluruh rakyat memiliki andil untuk mempererat persatuan Indonesia dan saling membahu untuk mewujudkan tujuan negara, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
C. Kesimpulan
bangsanya. Seperti kata orang bijak : Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, sebuah pepatah yang mutlak kebenarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Suparlan, Parsudi.2005. Suku bangsa dan hubungan antar-suku bangsa. Jakarta : Yayasan Pengembangan Kajian Ilmu
Kosasih, Ahmad D.2008. Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa. Jakarta : Prenada Media
Sudjanto, Bedjo.2007.Pemahaman Kembali Makna Bhineka Tunggal Ika. Jakarta : Sagung Seto