• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Keberhasilan Tanaman Hasil Revegetasi di Lahan Pasca Tambang Batubara Site Lati PT Berau Coal Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Keberhasilan Tanaman Hasil Revegetasi di Lahan Pasca Tambang Batubara Site Lati PT Berau Coal Kalimantan Timur"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

iii

ABSTRACT

ALVI NADIA PUTRI. Evaluation of the Success Result Plants Revegetation in coal post-mining land Lati Site PT Berau Coal East Kalimantan. Under supervision of ISTOMO and YADI SETIADI.

Mining activities in the forest areas is done through the lend use of forest areas. The activities of mining must always be followed by reclamation and revegetation to restore the condition of damaged forest area as a result of mining efforts and forest areas can serve again in line with aimed.

Revegetation is an effort to repair and restore the damaged vegetation by planting and maintenance activities on the grounds of forest areas former use. Evaluation needs to be done to find out the status of successful revegetation has been done by mining company.

Purposes of this research are to assess the successful status of revegetation on post-mining land based on survival rate and plants performance of Acacia mangium on Block Q3 East Elevation 60 Lati Site of PT Berau Coal East Kalimantan. Observation also held to find out the causes of ineffective growth by result of soil analysis on post-mining land, and also to give recommendations of revegetation improvements.

The result showed that the success of revegetation status on Block Q3 East Elevation 60 Lati Site is not successful based on survival rate and performance of planted plants. It is caused by the average values of growth and health plant percentage which lower than 80%. The average value of growth percentage is 79,31% and health plant percentage is 71,62%. The main factor of this condition is failure characteristics of soil revegetation which unsupport properly for the growth of plants. The level of soil acidity which appertain very acid soil can cause some important problems and it can be harmful to plants. Soil amendment and replanting vegetation should be done to improve revegetation on Block Q3 East Elevation 60 Lati Site PT Berau Coal East Kalimantan.

(2)

iv

RINGKASAN

Pertambangan merupakan salah satu kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia dan termasuk ke dalam penyumbang terbesar untuk devisa negara. Kegiatan usaha pertambangan dalam kawasan hutan yang digunakan untuk menunjang pembangunan, telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan harus segera dilakukan reklamasi lahan bekas tambang. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan kondisi kawasan hutan yang rusak sebagai akibat usaha pertambangan sehingga kawasan hutan dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukannya.

Kegiatan evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui status keberhasilan pelaksanaan reklamasi yang telah dilakukan oleh pengelola pertambangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan oleh PT Berau Coal. Kegiatan ini menitikberatkan pada daya tumbuh dan performa pertumbuhan tanaman hasil revegetasi pada tahun tanam 2009–2010 dengan studi kasus di Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati dengan jenis tanaman revegetasi yaitu A. mangium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status keberhasilan revegetasi pada Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal, mengevaluasi penyebab dari ketidakberhasilan revegetasi kaitannya dengan karakteristik lahan revegetasi pasca penambangan dan memberikan rekomendasi perbaikan tanaman yang mengalami ketidaknormalan pertumbuhan.

Penelitian yang dilakukan di areal revegetasi lahan pasca tambang Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal Kalimantan Timur ini berlangsung selama dua bulan dari bulan April sampai dengan Juni 2012. Banyaknya plot contoh yang diamati pada penelitian ini yaitu sebanyak lima plot contoh dengan ukuran 20 m x 20 m. Lokasi plot contoh yang diamati disesuaikan dengan kondisi lahan pada blok yang digunakan dan keberadaan dominan tanaman yang mengalami stagnasi pertumbuhan.

Data yang diambil pada penelitian ini antara lain diameter, tinggi, kesehatan tanaman A. mangium dan sampel tanah. Daya tumbuh tanaman ditunjukkan dengan besarnya nilai persentase tumbuh tanaman, sedangkan performa tanaman ditunjukkan dengan nilai persentase kesehatan tanaman. berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 60 Tahun 2009, status keberhasilan revegetasi dikatakan berhasil apabila nilai persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman lebih dari 80%. Hasil perhitungan rata-rata persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman dari pengamatan yang telah dilakukan masing-masing sebesar 79,31% dan 71,62%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa status keberhasilan revegetasi dari Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati dengan tanaman A. mangium tergolong belum berhasil. Nilai rata-rata diameter dan tinggi dari tanaman sehat dan tidak sehat memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan selisih nilai rata-rata hingga 50%.

(3)

v aerasi dan kematian tanaman akibat akar yang membusuk. Selain mengakibatkan terjadinya genangan, kondisi tanah yang kompak juga menyebabkan terhambatnya perkembangan akar. Akar menjadi sulit menembus ke dalam tanah dan menjadi sulit mengambil air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Selain kondisi tekstur tanah, nilai pH tanah di lokasi penelitian juga tergolong sangat masam dengan kisaran nilai 2,4 hingga 3,6. Ada beberapa permasalahan penting terkait dengan ketersediaan unsur hara di dalam tanah akibat tingginya tingkat kemasaman pada tanah, di antaranya adalah keracunan aluminium (Al), kekahatan nitrogen (N) dan fosfor (P), serta kekahatan kation basa seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).

Hasil analisis tanah menunjukkan telah terjadi keracunan Al pada tanah yang ditunjukkan dengan nilai kejenuhan Al di atas 60%. Tingginya nilai kejenuhan Al menimbulkan keracunan pada tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil dengan akar yang keriting (root curling). Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya fiksasi P sehingga jumlah P yang tersedia untuk tanaman di dalam tanah menjadi sedikit dan tanaman menjadi kekurangan P. Kandungan N pada tanah juga mengalami kekahatan dengan nilai kandungan N yang tergolong rendah–sangat rendah. Selain mengalami kekahatan P dan N, hasil analisis tanah pada lokasi penelitian juga menunjukkan terjadinya kekahatan unsur Ca. Permasalahan lain yang timbul yaitu terjadinya ketidakseimbangan nilai Ca dan Mg dimana pada kondisi normal seharusnya kandungan Ca lebih besar daripada Mg. Namun hasil analisis tanah menunjukkan sebaliknya. Nilai kandungan pirit pada tanah juga tergolong tinggi yaitu di atas 1,4%. Selain kondisi fisik dan kimia tanah, hal lain yang menjadi penyebab terganggunya kesehatan tanaman yaitu keberadaan gulma yang melilit batang utama tanaman.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertambangan merupakan salah satu kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia dan termasuk ke dalam penyumbang terbesar untuk devisa negara. Kegiatan pertambangan pada kawasan hutan dilakukan melalui pemberian ijin pinjam pakai kawasan hutan dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan.

Kegiatan usaha pertambangan dalam kawasan hutan yang digunakan untuk menunjang pembangunan, telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan harus segera dilakukan reklamasi lahan bekas tambang. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan kondisi kawasan hutan yang rusak sebagai akibat usaha pertambangan sehingga kawasan hutan dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukannya.

Kegiatan evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui status keberhasilan pelaksanaan reklamasi yang telah dilakukan oleh pengelola pertambangan. Kriteria keberhasilan reklamasi hutan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 60 Tahun 2009, antara lain penataan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi serta revegetasi atau penanaman pohon. Revegetasi merupakan usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan (Kemenhut 2009).

(5)

Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT Berau Coal pada kenyataannya mengakibatkan terjadinya kerusakan hutan dan lahan. PT Berau Coal sebagai salah satu perusahaan tambang batubara lima besar di Indonesia, sangat berkomitmen dalam menjalankan kegiatan reklamasi lahan pasca penambangan. Berbagai rangkaian kegiatan reklamasi telah dilakukan pada daerah-daerah yang terkena dampak penambangan. Akan tetapi, kegiatan ini tidak sepenuhnya dapat berjalan dengan baik melihat kondisi lahan yang telah rusak akibat kegiatan penambangan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan oleh PT Berau Coal. Kegiatan ini menitikberatkan pada daya tumbuh dan performa pertumbuhan tanaman hasil revegetasi pada tahun tanam 2009–2010 dengan studi kasus di Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati dengan jenis tanaman revegetasi, yaitu A. mangium.

1.2Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui status keberhasilan revegetasi yang berhubungan dengan daya tumbuh dan performa tanaman A. mangium di Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal

2. Mengevaluasi penyebab dari ketidakberhasilan revegetasi kaitannya dengan karakteristik lahan revegetasi pasca penambangan

3. Memberikan rekomendasi perbaikan tanaman yang mengalami ketidaknormalan pertumbuhan

1.3Manfaat Penelitian

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pertambangan

Permenhut Nomor 4 Tahun 2011 menjelaskan bahwa pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksploitasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang (Kemenhut 2011). Metode penambangan batubara sangat tergantung pada keadaan geologi daerah (lapisan batuan penutup, batuan dasar batubara dan struktur geologi), keadaan lapisan batubara dan bentuk deposit.

Metode penambangan batubara terdiri dari dua tipe, yaitu metode tambang bawah tanah dan metode tambang terbuka. Metode tambang bawah tanah dilakukan dengan jalan membuat lubang menuju ke lapisan batubara yang akan ditambang dan membuat lubang bukaan pada lapisan batubara. Metode tambang terbuka dilakukan dengan mengupas material penutup batubara (Sukandarrumidi 2010 dalam Permana 2010).

Maryani (2007), menjelaskan bahwa dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan dapat dilihat pada kerusakan lingkungan yang terjadi. Dampak kerusakan tersebut yaitu penurunan kualitas lahan yang ditunjukkan dengan adanya penurunan kualitas fisik, kimia dan biologi tanah.

2.2Reklamasi

(7)

Reklamasi bekas tambang adalah usaha memperbaiki atau memulihkan kembali lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan dan energi agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya. Program reklamasi hutan meliputi penyiapan kawasan hutan, pengaturan bentuk lahan/penataan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi, pengelolaan lapisan tanah pucuk, revegetasi, dan pengamanan. Permenhut Nomor 4 Tahun 2011 menyebutkan bahwa rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam menjaga sistem penyangga kehidupan tetap terjaga (Kemenhut 2011).

Prinsip dasar kegiatan reklamasi, antara lain: 1) merupakan satu kesatuan yang utuh (holistic) dengan kegiatan penambangan; dan 2) dilakukan sedini mungkin tanpa menunggu proses penambangan secara keseluruhan selesai dilakukan. Reklamasi tidak berarti akan mengembalikan seratus persen sama dengan kondisi rona awal. Kawasan atau sumberdaya alam yang dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan harus dikembalikan ke kondisi yang aman dan produktif melalui rehabilitasi. Kondisi akhir rehabilitasi dapat diarahkan untuk mencapai kondisi seperti sebelum ditambang atau kondisi lain yang telah disepakati.

Kegiatan rehabilitasi merupakan kegiatan yang terus menerus dan berlanjut sepanjang umur pertambangan sampai dengan pasca tambang. Tujuan jangka pendek rehabilitasi adalah membentuk bentang alam (landscape) yang stabil terhadap erosi. Rehabilitasi juga bertujuan untuk mengembalikan lokasi tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaikan dengan tataguna lahan pasca tambang. Penentuan tataguna lahan pasca tambang sangat tergantung pada berbagai faktor, antara lain potensi ekologis lokasi tambang dan keinginan masyarakat serta pemerintah. Bekas lokasi tambang yang telah direhabilitasi harus dipertahankan agar tetap terintegrasi dengan ekosistem bentang alam sekitarnya.

2.3Revegetasi

(8)

lahan pasca tambang merupakan hal-hal yang secara umum harus diperhatikan dan dilakukan dalam mereklamasi lahan bekas tambang. Menurut Permenhut Nomor 60 Tahun 2009, revegetasi adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan (Kemenhut 2009). Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model, yaitu restorasi (memiliki aksentuasi pada fungsi proteksi dan konservasi serta bertujuan untuk kembali ke kondisi awal), reforestrasi, dan agroforestri.

Revegetasi sebagai salah satu teknik vegetatif yang dapat diterapkan dalam upaya merehabilitasi lahan pasca tambang bertujuan tidak hanya untuk memperbaiki lahan-lahan labil dan mengurangi erosi permukaan. Tujuan jangka panjang dari kegiatan ini yaitu agar dapat memperbaiki kondisi iklim mikro, biodivertitas, habitat satwa dan meningkatkan kondisi lahan kearah yang lebih protektif, konservatif, dan produktif sesuai dengan peruntukannya (Setiadi 2011).

Kendala utama dalam pelaksanaan revegetasi di lahan pasca tambang adalah kondisi lahan yang marginal atau tidak mendukung bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini secara langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanaman tumbuh lambat, kerdil dan seringkali mengalami kematian. Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan revegetasi untuk mengatasi masalah tersebut, antara lain pemilihan jenis pohon dan penyiapan lahan yang tepat sebelum penanaman dilakukan. Pemilihan jenis-jenis tanaman yang tepat baik berupa pohon, semak ataupun tumbuhan penutup tanah seperti rumput dan

legume cover crops, sebagai bahan tanaman untuk kegiatan revegetasi, merupakan kunci utama dalam menunjang keberhasilan revegetasi di lahan pasca tambang (Setiadi 2011).

(9)

2.4Evaluasi Keberhasilan Revegetasi

Penilaian adalah pengamatan yang dilakukan secara periodik terhadap kegiatan reklamasi hutan untuk menjamin bahwa rencana kegiatan yang diusulkan, jadwal kegiatan, hasil yang diinginkan dan kegiatan lain yang diperlukan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan dijadikan dasar perpanjangan, pengembalian izin penggunaan kawasan hutan dan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan reklamasi hutan. Kriteria keberhasilan reklamasi hutan yang ditetapkan dalam Permenhut Nomor 60 Tahun 2009, yaitu penataan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi, serta revegetasi atau penanaman pohon. Penilaian aspek revegetasi atau penanaman pohon terdiri dari luas areal penanaman, persentase tumbuh tanaman, jumlah tanaman per hektar, komposisi jenis tanaman dan pertumbuhan atau kesehatan tanaman (Kemenhut 2009).

Setiadi (2006) menyebutkan beberapa faktor sebagai bahan evaluasi revegetasi, antara lain performa pertumbuhan dan kesesuaian jenis, kesinambungan dan tingkat pemenuhan kebutuhan diri oleh tanaman, peningkatan lingkungan mikro-habitat, pengurangan dampak terhadap lingkungan serta keuntungan bagi masyarakat sekitar. Evaluasi keberhasilan revegetasi adalah sebuah upaya untuk menjamin bahwa revegetasi tengah berjalan menuju arah yang diharapkan, yaitu kondisi asli sebelum terjadinya gangguan. Hal ini juga merupakan sebuah mekanisme untuk menentukan keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan, berdasarkan parameter silvikultur dan ekologis juga sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengikat bagi pelaksana kegiatan revegetasi, dalam hal ini perusahaan pertambangan. Status revegetasi dikatakan berhasil apabila status daya hidup (survival rate) dan kesehatan tumbuh (growth performance), masing-masing dapat mencapai lebih dari 80%.

(10)

kemampuan adaptasi tanaman juga semakin tinggi. Persentase kesehatan tanaman dipengaruhi oleh jumlah tanaman yang tumbuh dengan sehat dari seluruh tanaman yang hidup dalam suatu blok tanam. Kesehatan tanaman dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan maupun tanah sebagai tempat tumbuh tanaman. Kondisi fisik tanaman dapat dilihat dari data kuantitatif berupa nilai rata-rata diameter dan tinggi tanaman.

Tanaman sehat adalah tanaman yang tumbuh segar dengan batang relatif lurus, bertajuk lebat dengan tinggi minimal sesuai standar dan bebas dari hama dan penyakit atau gulma, sedangkan tanaman yang tidak sehat adalah tanaman yang tumbuhnya tidak normal atau terserang hama dan penyakit sehingga jika terus dipelihara akan memiliki kemungkinan yang kecil untuk tumbuh dengan baik. Tanaman yang tidak sehat juga ditunjukkan dengan adanya stagnasi pertumbuhan. Tanaman yang mengalami stagnasi memiliki penampakan fisik dengan rata-rata diameter dan tinggi yang lebih kecil dari tanaman sejenis yang seumur. Tanaman ini umumnya juga memiliki warna daun yang kekuningan (Kemenhut 2009).

2.5Akasia (Acacia mangium Willd)

Tanaman A. mangium, yang juga dikenal dengan nama mangium, merupakan salah satu jenis pohon cepat tumbuh yang paling umum digunakan dalam program pembangunan hutan tanaman di Asia dan Pasifik. Keunggulan dari jenis ini adalah pertumbuhan pohonnya yang cepat, kualitas kayunya yang baik, dan kemampuan toleransinya terhadap berbagai jenis tanah dan lingkungan. Jenis

A. mangium tumbuh secara alami di hutan tropis lembab di Australia bagian timur laut, Papua Nugini dan Kepulauan Maluku kawasan Timur Indonesia (National Research Council 1983). Di Indonesia, jenis ini pertama kali diintroduksikan ke daerah lain selain Kepulauan Maluku pada akhir tahun 1970-an sebagai jenis pohon untuk program reboisasi (Pinyopusarerk dkk 1993 dalam Krisnawati et al. 2011).

(11)

Tanaman A. mangium akan tumbuh kerdil dan kurus di bawah naungan (National Research Council 1983).

(12)

BAB III

METODOLOGI

3.1Tempat dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan di areal revegetasi lahan pasca tambang Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal Kalimantan Timur. Kegiatan ini dilakukan selama dua bulan dari bulan April sampai dengan Juni 2012.

3.2Bahan dan Alat

Bahan penelitian ini adalah tegakan hasil revegetasi A. mangium Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal dengan tahun tanam 2009–2010 dan data penanaman dari blok yang diamati. Alat yang dipakai dalam pengambilan data, antara lain pita ukur, kompas, tali rapia, patok, bor tanah, plastik sampel, kaliper manual, meteran, walking stick, alat tulis dan kamera.

3.3Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Pembuatan plot contoh

Pemilihan lokasi penelitian didasarkan kepada lokasi dimana terdapat tanaman yang mengalami stagnasi pertumbuhan. Setelah dilakukan observasi pada lokasi penelitian maka dipersiapkan plot untuk melakukan analisis vegetasi.

Analisis vegetasi dilakukan dengan menggunakan plot berbentuk persegi dengan ukuran 20 m x 20 m. Intensitas sampling penelitian yaitu sebesar 5% dan luas total blok tanam sebesar 4,148 hektar. Jumlah plot contoh yang dibuat yaitu sebanyak 5 buah plot. Metode sampling yang digunakan yaitu metode purposive sampling yang disesuaikan dengan kondisi lahan pada blok yang digunakan dan keberadaan dominan tanaman yang mengalami stagnasi.

3.3.2 Pengambilan sampel analisis tanah

(13)

beragam. Lahan bekas tambang yang dijadikan lokasi pengamatan dibagi berdasarkan keragamannya, baik perbedaan secara visual dari warna tanah maupun perbedaan kondisi vegetasi yang ada. Apabila lokasi pengamatan dianggap seragam, maka lokasi tersebut dibagi menjadi dua kuadran karena pada dasarnya pengambilan sampel tanah dengan metode kuadran tidak dilakukan hanya pada satu titik saja agar sifat tanah yang dianalisis dapat terwakili. Jika terdapat dua perbedaan penampakan tanah, maka lokasi pengamatan dibagi menjadi 4 kuadran, dan seterusnya. Tahapan pengambilan sampel tanah yang dilakukan pada lokasi penelitian antara lain sebagai berikut (Setiadi 2012):

a. Pembagian titik pengambilan sampel tanah dilakukan dengan sistem kuadran (2, 4, 8, 16, dan seterusnya). Pengambilan sampel tidak dilakukan pada setiap plot contoh karena lokasi penelitian dianggap seragam berdasarkan kondisi tanaman (dominan tanaman stagnan). Oleh karena itu lokasi penelitian dibagi menjadi dua kuadran (Q3A dan Q3B) seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 Pembagian lokasi penelitian menjadi dua kuadran

b. Pengambilan sampel tanah dilakukan menggunakan bor tanah pada setiap kuadran di kedalaman (0-30) cm dan (30-60) cm dengan metode komposit sehingga didapatkan 4 sampel tanah, antara lain sampel A (Q3A kedalaman (0-30) cm), sampel B (Q3A kedalaman (30-60) cm), sampel C (Q3B kedalaman (0-30) cm) dan sampel D (Q3B kedalaman (30-60) cm)

c. Sampel tanah dari masing-masing kedalaman dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah diberi label (tempat, tanggal dan nomor sampel).

d. Sampel tanah dikirim ke Laboratorium Tanah Universitas Mulawarman Kalimantan Timur.

Q3A Q3B

Plot 5

Plot 3 Plot

2 Plot

1 Plot

(14)

3.3.3 Pengambilan data tanaman

Pengambilan data dilakukan pada setiap plot contoh. Data yang diambil di antaranya yaitu diameter, tinggi dan kesehatan tanaman dari tanaman A. mangium. Pengukuran diameter tanaman dilakukan pada titik 15 cm dari pangkal batang menggunakan kaliper manual, sedangkan pengukuran tinggi dilakukan pada masing-masing tanaman dengan menggunakan meteran dan walking stick. Pengamatan terhadap kondisi fisik tanaman juga dilakukan untuk mengetahui status kesehatan tanaman A. mangium.

Kondisi fisik tanaman yang diamati terbagi menjadi 2 (dua) kriteria, yaitu tanaman sehat dan tanaman tidak sehat. Tanaman sehat adalah tanaman yang memiliki bagian tanaman secara lengkap (daun, cabang, dan ranting), warna daun hijau segar, batang relatif lurus, bertajuk lebat dengan tinggi minimal sesuai standar dan bebas dari hama dan penyakit atau gulma. Tanaman tidak sehat adalah tanaman yang tumbuhnya tidak normal (pertumbuhan tidak sesuai dengan kondisi alaminya) atau terserang hama dan penyakit termasuk tanaman yang mengalami stagnasi pertumbuhan. Tanaman yang mengalami stagnasi pertumbuhan mempunyai ciri, yaitu memiliki diameter dan tinggi yang lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman sejenis yang seumur di sekitarnya dan mempunyai warna daun yang kekuningan.

3.4Metode Analisis Data

Pengolahan data dilakukan untuk mendapatkan nilai persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman yang menunjukkan daya tumbuh dan performa tanaman. Data diameter dan tinggi tanaman juga dilakukan pengolahan untuk mendapatkan nilai rata-rata diameter dan tinggi tanaman A. mangium dengan kondisi sehat dan tidak sehat. Berikut uraian dari pengolahan data yang dilakukan:

3.4.1 Persentase tumbuh tanaman

Persentase tumbuh tanaman merupakan hasil perbandingan antara jumlah tanaman yang hidup dengan jumlah tanaman yang ditanam pada plot contoh yang diamati. Nilai persentase tumbuh tanaman dihitung dengan persamaan:

T = hi

(15)

dimana:

T = persen tumbuh tanaman (%)

hi = jumlah tanaman yang hidup pada plot ke-i Ni = jumlah tanaman yang ditanam pada plot ke-i

Sedangkan rata-rata persentase tumbuh tanaman dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

R = Ti

n

i=1 n

dimana:

R = rata-rata persentase tumbuh tanaman (%)

Ti = jumlah persentase tumbuh tanaman pada plot ke-i n = jumlah seluruh plot

3.4.2 Persentase kesehatan tanaman

Persentase kesehatan tanaman merupakan hasil perbandingan antara jumlah tanaman sehat dengan jumlah tanaman yang hidup pada plot yang diamati. Nilai persentase kesehatan tanaman dihitung dengan persamaan:

K = ri

hi× 100%

dimana:

K = persentase kesehatan tanaman (%) ri = jumlah tanaman sehat pada plot ke-i

Rata-rata persentase kesehatan tanaman dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

P = Ki

n

i=1 n

dimana:

P = rata-rata persentase kesehatan tanaman (%)

(16)

3.4.3 Diameter dan tinggi tanaman

Pada masing-masing plot contoh dilakukan perhitungan rata-rata diameter dan rata-rata tinggi tanaman untuk tanaman sehat dan tidak sehat. Persamaan untuk menghitung rata-rata tinggi dan diameter tanaman yaitu sebagai berikut:

d

=

ni=1

d

i

n

t

=

ni=1

t

i

n

dimana:

d = rata-rata diameter (m) t = rata-rata tinggi (m)

(17)

BAB IV

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1Luas dan Letak

PT Berau Coal merupakan perusahaan tambang batubara yang secara administratif wilayah kerjanya terletak di Kecamatan Gunung Tabur dan Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Wilayah kontrak kerja PT Berau Coal secara geografis berada pada posisi 01º52’26,67” LU–02º02’39,78” LU dan 117º07’44,52” BT–117º38’26,46” BT. Berau Coal memiliki perjanjian kontrak karya generasi II dengan pemerintah Indonesia, dalam hal ini adalah Departemen Pertambangan dan Energi sebagai pemilik tunggal konsesi tambang batubara di Indonesia. Daerah konsesi tambang batubara PT Berau Coal yang tercantum dalam perjanjian kontrak karya tersebut, yaitu seluas 118.400 ha, meliputi hampir seluruh wilayah Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Terdapat tiga lokasi penambangan dan produksi PT Berau Coal, yaitu Site Lati, Binungan dan Sambarata.

Daerah PKP2B (Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara) PT Berau Coal Site Lati telah berproduksi sejak tahun 1993 yang secara geografis terletak pada koordinat 2º12’42”–2º25’5” LU dan 117º32’30”–117º38’18” BT. Daerah Lati secara administratif terletak di Sambakungan, Kecamatan Gunung Tabur, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur. Site Lati memiliki luas areal konsesi sebesar ±24.191 ha dengan luas formasi pembawa lapisan batubara ±14.355 ha.

4.2Iklim

(18)

Keadaan suhu atau temperatur udara selama periode tahun 1997–2007, menunjukkan bahwa rata-rata suhu bulanannya adalah berkisar antara 26,19– 28,24ºC. Rata-rata suhu bulanan tertinggi terjadi pada bulan Oktober dan suhu rata-rata bulanan terendah terjadi pada bulan Februari. Data yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Tanjung Redeb dengan periode selama 10 tahun (1997–2007) menunjukkan bahwa besar kelembaban udara rata-rata bulanan berkisar antara 77,85–88,76%.

4.3Topografi dan Tanah

Kabupaten Berau merupakan daerah yang memiliki bentuk morfologi perbukitan bergelombang lemah dengan elevasi ketinggian antara 5–100 m di atas permukaan laut. Sekitar Tanjung Redeb merupakan area dataran dengan elevasi ketinggian antara 5–10 m. Perbukitan terjal terdapat di sebelah selatan yang merupakan perbukitan batu kapur.

Areal Site Lati PT Berau Coal didominasi oleh ordo tanah Ultisol yang dikenal juga sebagai kompleks tanah podsolik merah-kuning. Tanah pada areal Site Lati memiliki pH tanah yang termasuk dalam kriteria sangat masam, baik pada lahan yang belum ditambang maupun lahan reklamasi (pH 4,5–6,2). Besarnya nilai KTK tanah pada areal Site Lati termasuk dalam kategori sedang hingga rendah (KTK kurang dari 16 meq/100 g tanah).

Kandungan nitrogen dan fosfor pada tanah di areal Lati termasuk dalam kategori rendah hingga sangat rendah (nitrogen 0,01–0,06% dan fosfor 2,01–11,65 ppm). Sedangkan kandungan kalium termasuk kategori rendah (kalium 15,50– 19,27 ppm). Kejenuhan Al merupakan indikator dalam menentukan banyak tidaknya kelarutan Al dalam koloid tanah atau komplek pertukaran. Pada tanah-tanah masam (pH kurang dari 4) biasanya kation Al3+ yang larut juga tinggi dan bersifat racun bagi tanaman (Al3+ lebih dari 3 meq/100 g tanah). Kondisi tanah pada Site Lati memperlihatkan bahwa kejenuhan Al tanahnya dalam kategori tinggi hingga sangat tinggi dengan kisaran nilai kejenuhan Al antara 70% sampai dengan 86%.

(19)

4.4Kondisi Biologis (Vegetasi)

Identifikasi jenis tanaman lokal dilakukan pada beberapa lokasi di Site Lati. Beberapa jenis yang dominan pada lokasi tersebut, antara lain Macaranga triloba, Macaranga gigantea, Shorea parvifolia, Shorea pinanga, Shorea ovalis,

Shorea johoriensis, Mallotus miquelianus, Eusideroxylon zwageri, dan Diospyros borneensis.

4.5Sejarah PT Berau Coal

PT Berau Coal menandatangani Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) pada tahun 1983 dengan Nomor J2/Ji.DU/12/83 dengan PT Perusahaan Umum Tambang Batubara (PUTB), perusahaan milik negara yang memiliki kewenangan untuk memberikan konsesi pertambangan batubara. Sesuai PKP2B tersebut Berau Coal memperoleh izin untuk melakukan kegiatan penambangan di wilayah konsesinya yang meliputi 487.217 ha di Kalimantan Timur, Indonesia. PT Berau Coal melepaskan dengan sukarela sebagian wilayah konsesinya pada 7 April 2005, sehingga hanya memiliki 118.400 ha sisa wilayah konsesi.

(20)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil

Pengolahan dari data yang telah didapatkan di lapangan menghasilkan nilai persen tumbuh dan persen kesehatan tanaman seperti yang tersaji pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1 Nilai daya tumbuh tanaman

Data Plot ke- Rata-rata

I II III IV V

Persen tumbuh (%) 94,44 69,23 74,07 70,83 88,00 79,31

Persen kesehatan

tanaman (%) 64,71 77,77 75,00 58,82 81,82 71,62

Hasil perhitungan persen tumbuh dan persen kesehatan tanaman yang disajikan pada Tabel 1 menunjukkan bahwa plot I memiliki persen tumbuh tertinggi dari kelima plot yang diukur dengan besar persen tumbuh 94,44% dan plot II memiliki nilai persen tumbuh tanaman terendah, yaitu sebesar 69,23%. Nilai persen tumbuh tanaman didapatkan dengan membandingkan antara jumlah tanaman yang hidup dengan jumlah tanaman yang ditanam pada plot contoh sedangkan nilai persen kesehatan tanaman didapatkan dengan membandingkan antara jumlah tanaman yang tumbuh sehat dengan jumlah tanaman yang tumbuh pada plot contoh. Plot V merupakan plot dengan nilai persen kesehatan tanaman tertinggi dan plot IV merupakan plot dengan persen kesehatan terendah dengan nilai masing-masing sebesar 81,82% dan 58,82%.

(21)

Gambar 2 Nilai persentase tumbuh tanaman pada setiap plot contoh

Gambar 3 Nilai persentase kesehatan tanaman pada setiap plot contoh Pengambilan data selain menghitung jumlah tanaman, juga melakukan pengukuran diameter dan tinggi dari masing-masing tanaman pada setiap plot contoh. Hasil pengukuran rata-rata diameter dan tinggi tanaman menunjukkan bahwa plot V memiliki rata-rata diameter tanaman sehat tertinggi, yaitu sebesar 4,25 cm dan plot I memiliki rata-rata diameter tanaman sehat terendah, yaitu 2,75 cm. Rata-rata tinggi tanaman sehat tertinggi dan terendah masing-masing terdapat pada plot IV dan plot I dengan nilai sebesar 4,16 cm dan 2,35 cm. Hasil rata-rata diameter dan tinggi tanaman disajikan pada Tabel 2 di bawah ini.

94.44

69.23 74.07 70.83

88 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

1 2 3 4 5

P er sen tu m b u h ( %)

Nomor plot

ke-64.71 77.77 75 58.82 81.82 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

1 2 3 4 5

P er sen k eseh atan tan am an ( %)

(22)

ke-Tabel 2 Data performa rata-rata diameter dan tinggi tanaman

Data Plot ke- Rata-rata

I II III IV V

Rata-rata diameter (cm)

Tanaman

sehat 2,75 3,82 3,51 3,22 4,25 3,60

Tanaman

tidak sehat 1,29 1,31 1,26 1,32 2,00 1,40

Rata-rata tinggi (m)

Tanaman

sehat 2,35 2,74 2,91 4,16 3,05 3,00

Tanaman

tidak sehat 1,22 1,28 1,14 1,20 1,78 1,29

Nilai rata-rata diameter dan tinggi tanaman antara tanaman A. mangium

yang tumbuh sehat dan tidak sehat memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Diagram batang pada Gambar 4 dan 5 di bawah ini menunjukkan perbedaan antara rata-rata diameter dan tinggi tanaman A. mangium yang tumbuh sehat dan tidak sehat. Rata-rata diameter dan tinggi tanaman yang tumbuh sehat dan tidak sehat memiliki selisih nilai hingga 50%.

Gambar 4 Nilai rata-rata diameter tanaman A. mangium pada setiap plot contoh

2.75

3.82

3.51

3.22

4.25

1.29 1.31 1.26 1.32

2.00 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0

1 2 3 4 5

R ata -r ata d iam eter ( cm )

Nomor plot

ke-Tanaman sehat

(23)

Gambar 5 Nilai rata-rata tinggi tanaman A. mangium pada setiap plot contoh Selain keempat parameter di atas, juga dilakukan analisis sampel tanah pada areal Blok Q3 East elevasi 60. Hasil analisis pH tanah menunjukkan bahwa pH tanah di Blok Q3 East elevasi 60 tergolong sangat masam. Kriteria tanah yang digolongkan sangat masam berdasarkan kriteria sifat kimia tanah yaitu tanah dengan nilai pH di bawah 4,5. Nilai pH tanah pada titik Q3A di kedalaman 0–30 cm dan 30–60 cm yaitu 2,4 dan 3,5, sedangkan pada titik Q3B yaitu 3,6 untuk kedalaman 0–30 cm dan 2,7 untuk kedalaman 30–60 cm.

Tekstur tanah ditunjukkan oleh kandungan pasir, debu, dan liat pada tanah. Hasil analisis tektur tanah menunjukkan tanah pada lokasi penelitian bertekstur lempung berliat. Berikut hasil analisis tekstur tanah yang disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3 Hasil analisis tekstur tanah

Sifat tanah Hasil analisis

A B C D

Clay (%) 37 35 38 32

Silt (%) 40 35 34 36

Sand (%) 23 30 28 32

Tekstur Lempung

berliat Lempung berliat Lempung berliat Lempung berliat

A: kedalaman 0-30 cm di titik Q3A, B: kedalaman 30-60 cm di titik Q3A, C: kedalaman 0-30 cm di titik Q3B,

D: kedalaman 30-60 cm di titik Q3B

Karakteristik sifat tanah yang dilakukan analisis selain nilai pH dan tekstur tanah, juga dilakukan analisis terhadap sifat kimia tanah lainnya seperti KTK,

2.35

2.74 2.91

4.16

3.05

1.22 1.28 1.14 1.20

1.78 0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0

1 2 3 4 5

R ata -r ata tin g g i (m )

Nomor plot

ke-Tanaman sehat

(24)

kejenuhan Al, dan kandungan beberapa unsur hara pada tanah. Hasil analisis sifat kimia tanah lainnya disajikan pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4 Hasil analisis sifat kimia tanah

Sifat tanah Hasil analisis

A B C D

KTK (meq/100 g) 14 (rendah) 13 (rendah) 13 (rendah) 12 (rendah) Kejenuhan Al (%) 74 (sangat tinggi) 48 (tinggi) 15 (rendah) 58 (tinggi) Nitrogen (N) (%) 0,14 (rendah) 0,11 (rendah) 0,06 (sangat rendah) 0,09 (sangat rendah) Fosfor (P) (ppm) 9 (sangat rendah) 8 (sangat rendah) 24 (sedang) 20 (sedang) Kalsium (Ca) (meq/100 g) 1,48 (sangat rendah) 2,90 (rendah) 3,49 (rendah) 2,48 (rendah) Magnesium (Mg) (meq/100 g) 3,30 (tinggi) 5,22 (tinggi) 6,13 (tinggi) 3,46 (tinggi)

A: kedalaman 0-30 cm di titik Q3A, B: kedalaman 30-60 cm di titik Q3A, C: kedalaman 0-30 cm di titik Q3B,

D: kedalaman 30-60 cm di titik Q3B

Tabel 4 menunjukkan hasil analisis sampel tanah Blok Q3 East elevasi 60 terhadap nilai KTK tanah, kejenuhan Al, dan kandungan fosfor (P), nitrogen (N), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) pada tanah. Nilai KTK tanah yang terdapat pada Tabel 4 tergolong rendah bila dibandingkan dengan kriteria sifat kimia tanah dengan kisaran nilai antara 5-16 meq/100 g di kedua titik pengambilan sampel tanah. Kejenuhan Al menunjukkan nilai rendah–sangat tinggi dengan nilai hingga di atas 60%. Tingginya kejenuhan Al pada tanah menunjukkan bahwa tanah telah terkontaminasi Al.

Kandungan N pada tanah juga tergolong rendah–sangat rendah dengan kisaran nilai hingga di bawah 0,1%. Fosfor yang tersedia dalam tanah tergolong sedang–sangat rendah dengan kisaran nilai kurang dari 10 ppm. Dua kondisi tersebut sangat menunjukkan bahwa telah terjadi kekahatan N dan P pada tanaman.

(25)

unsur Ca terhadap tanaman. Kandungan Ca pada tanah yang normal seharusnya lebih besar bila dibandingkan dengan Mg (Setiadi 2012). Hasil analisis menunjukkan bahwa telah terjadi ketidakseimbangan jumlah Ca dan Mg pada tanah.

5.2Pembahasan

5.2.1 Persentase tumbuh tanaman

Nilai persentase tumbuh tanaman sangat dipengaruhi oleh jumlah tanaman yang hidup di setiap plot contoh yang diukur. Rata-rata persen tumbuh tanaman pada Blok Q3 East yang didapatkan mendekati 80%, yaitu sebesar 79,31%. Sesuai dengan Permenhut Nomor 60 Tahun 2009, kegiatan revegetasi pada lokasi pengamatan dinilai belum berhasil. Nilai persen tumbuh tanaman menunjukkan kemampuan adaptasi tanaman terhadap lokasi tempat tumbuh. Dapat dikatakan bahwa kemampuan adaptasi tanaman A. mangium terhadap lokasi tumbuh belum berjalan dengan baik dilihat dari nilai rata-rata persen tumbuh di lokasi penelitian.

Plot contoh dengan nilai persen tumbuh terendah yaitu plot II dengan nilai persen tumbuh sebesar 69,23%. Hal ini dapat terjadi karena pada plot II terdapat banyak tanaman yang mengalami kematian. Pengamatan yang dilakukan di lapangan memperlihatkan banyaknya sisa ajir tanaman dan batang tanaman A. mangium yang telah mati.

Gambar 6 Sisa ajir tanaman A. mangium yang mengalami kematian (a) dan sisa batang tanaman mati (b)

Salah satu faktor penyebab dari kematian tanaman A. mangium yang tampak di lapangan yaitu karena adanya bentukan aliran dan bekas genangan air

(26)

di luar saluran drainase yang telah dibuat. Aliran atau genangan air dapat terbentuk pada tanah yang mengalami pemadatan. Perkembangan akar menjadi terganggu akibat buruknya sistem tata air (water infiltration and percolation) dan peredaran udara (aerasi) yang disebabkan oleh kondisi tanah yang kompak. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara akan terganggu, akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal bahkan mengalami kematian. Meskipun tanaman A. mangium merupakan tanaman yang dapat tubuh pada tanah yang miskin hara dan memiliki pH yang rendah, namun tanaman ini tidak toleran terhadap genangan air.

Gambar 7 Aliran air yang terdapat pada lokasi tumbuh tanaman di luar saluran drainase yang telah dibuat

Nilai rata-rata persen tumbuh tanaman pada lokasi penelitian yaitu sebesar 79,31%. Nilai ini menunjukkan bahwa jika dilihat dari daya tumbuh tanaman, maka status keberhasilan revegetasi di lokasi penelitian tergolong belum berhasil sebagaimana yang tercantum dalam Permenhut Nomor 60 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa status keberhasilan revegetasi akan dikatakan berhasil apabila nilai persen tumbuh tanaman lebih dari 80%. Salah satu kegiatan perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan persen tumbuh tanaman adalah dengan cara menyulam tanaman yang mengalami kematian.

5.2.2 Persen kesehatan tanaman

(27)

status keberhasilan revegetasi dilihat dari rata-rata persen kesehatan tanaman juga harus di atas 80% untuk dikatakan berhasil. Nilai rata-rata persen kesehatan tanaman di Blok Q3 East juga hampir mendekati standar keberhasilan revegetasi, yaitu sebesar 71,62%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa status keberhasilan revegetasi Blok Q3 East dilihat dari performa tanamannya masih dikatakan belum berhasil.

Tanaman yang mampu hidup pada lokasi tanam belum tentu memiliki kondisi kesehatan yang baik. Kondisi ini banyak dialami oleh tanaman pada semua plot pengamatan terutama pada plot I dan IV. Plot I memiliki nilai persentase tumbuh yang paling besar dari kelima plot contoh, namun dari seluruh tanaman yang hidup dalam plot tersebut sebagian besar tanaman tergolong tidak sehat atau mengalami stagnasi pertumbuhan. Hal ini didukung oleh nilai persentase kesehatan tanaman plot I sebesar 64,71%. Begitu pula yang terjadi pada tanaman di plot IV yang merupakan plot contoh dengan nilai persentase kesehatan terendah dari kelima plot contoh yang diamati. Nilai persentase kesehatan tanaman pada plot IV yaitu sebesar 58,82%. Kondisi yang tampak di lapangan menunjukkan pada plot IV terjadi retakan pada tanah atau erosi yang dapat menyebabkan perkembangan akar tanaman menjadi terganggu.

Keberadaan tanaman stagnan pada setiap plot contoh juga dapat diakibatkan oleh karakteristik tanah yang kurang cocok bagi pertumbuhan tanaman A. mangium. Tanaman A. mangium tidak memiliki persyaratan tumbuh yang tinggi, dapat tumbuh pada lahan miskin hara dan tidak subur serta dapat tumbuh pada tanah yang memiliki pH rendah sampai dengan 4,2. Jika dilihat dari hasil analisis tanah Blok Q3 East pada Tabel 3, nilai pH tanah pada blok tersebut tergolong sangat masam dengan nilai pH 2,4–3,6.

5.2.3 Performa tanaman kaitannya dengan sifat fisik dan kimia tanah

(28)

tanah padat dapat terjadi karena kandungan liat dan debu lebih dari 60%. Hal ini seringkali menyebabkan genangan air, buruknya aerasi, dan kematian tanaman, karena akar membusuk.

Hasil analisis tanah di Blok Q3 East menunjukkan kandungan debu dan liat yang lebih dari 60%. Keadaan ini selain mengakibatkan terjadinya genangan saat hujan juga menghambat perkembangan akar. Akar menjadi sulit menembus ke dalam tanah pada tanah yang kompak dan menjadi sulit mengambil air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Sifat kemasaman tanah (pH tanah) juga menjadi penyebab munculnya tanaman stagnan selain faktor pemadatan tanah. Nilai pH tanah pada Blok Q3 East tergolong sangat masam dengan nilai pH 2,4–3,6. Ada beberapa permasalahan penting terkait dengan ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah yang muncul akibat tingginya tingkat kemasaman pada tanah, di antaranya adalah keracunan Al, kekahatan fosfor (P) dan nitrogen (N) serta kekahatan kation basa seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).

Kondisi pH tanah yang sangat masam pada Blok Q3 East menyebabkan terjadinya kejenuhan Al di atas 60%. Tingginya nilai kejenuhan Al tersebut menimbulkan keracunan pada tanaman. Kennedy (1992) dalam Munawar A (2011) menyatakan bahwa keracunan Al merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman pada tanah-tanah masam. Gejala keracunan tanaman oleh Al antara lain ujung akar membengkak, akar kerdil dan keropos, jumlah akar rambut sedikit, serta serapan hara dan air terhambat. Setiadi (2012) menyatakan bahwa kandungan Al tanah di atas 3 meq/100 g atau kejenuhan Al di atas 60% dapat menyebabkan akar yang keriting (root curling).

(29)

partikel tanah, sehingga menjadi bentuk yang kurang larut dan tidak mudah tersedia bagi tanaman (Munawar 2011).

Fosfor paling banyak tersedia pada rentang pH antara 5,5 dan 6,5 (Prasad dan Power 1997 dalam Munawar 2011). Fiksasi P terjadi pada tanah-tanah masam dimana fosfat akan bereaksi dengan Al membentuk senyawa Al-fosfat yang relatif kurang larut, sehingga tidak dapat diserap oleh tanaman. Tingginya kandungan Al pada tanah di Blok Q3 East sangat memungkinkan terjadinya fiksasi P sehingga tanaman menjadi kekurangan unsur P.

Fosfor merupakan unsur hara primer yang dibutuhkan oleh tanaman. Fungsi yang paling penting adalah keterlibatannya dalam penyimpanan dan transfer energi di dalam tanaman (Harvin et al. 2005 dalam Munawar 2011). Kekahatan P akan mengahambat proses-proses seperti pembelahan sel, pengembangan sel, respirasi dan fotosintesis. Tanaman yang kekurangan P akan menunjukkan gejala seperti pertumbuhan terhambat (kerdil) dan daun-daun menjadi ungu atau coklat dimulai dari ujung daun. Gejala kekurangan P akan tampak jelas pada tanaman yang masih muda.

(30)
[image:30.595.201.418.90.231.2]

Gambar 8 Gejala tanaman yang mengalami kekahatan fosfor (P) dan nitrogen (N) Hasil analisis tanah pada Tabel 4 juga menunjukkan terjadinya kekahatan kalsium (Ca) pada tanah. Nilai Ca pada tanah tergolong rendah–sangat rendah hingga mencapai nilai di bawah 2 meq/100 g. Kalsium merupakan salah satu unsur hara sekunder yang berfungsi sebagai penyusun dinding sel tanaman, berperan dalam pembelahan sel dan untuk tumbuh. Tanaman yang kekurangan Ca akan menunjukkan gejala seperti tunas dan akar yang tidak dapat tumbuh dengan baik (tidak berkembang) karena pembelahan sel terhambat.

(31)

Gambar 9 Gejala tanaman stagnan akibat kekurangan unsur Ca (a) dan penampakan apikal tanaman yang tidak berkembang (b)

Kandungan pirit pada tanah di Blok Q3 East di atas ambang batas terjadinya keracunan pirit yaitu di atas 1,4%. Nilai kandungan pirit di lokasi penelitian berkisar antara 1,80% sampai 2,13%. Mineral pirit memang banyak dijumpai pada tambang batubara. Apabila bahan berpirit terbuka ke udara dan air, mineral pirit ini akan teroksidasi menghasilkan asam sulfat, sehingga menyebabkan kemasaman yang sangat tinggi pada air drainase dan tanah pasca tambang. Keadaan inilah yang dikenal dengan air asam tambang. Tingginya tingkat kemasaman pada tanah akan meningkatkan kelarutan logam-logam yang nantinya akan berpotensi sebagai racun bagi tanaman. Keberadaan pirit yang tinggi pada tanah dapat menyebabkan tanaman tumbuh kerdil. Hal ini yang diduga menjadi penyebab banyaknya tanaman kerdil di Blok Q3 East dengan rata-rata tinggi yang jauh berbeda dengan tanaman disekitarnya yang sehat.

[image:31.595.120.491.92.275.2]

Faktor lain yang menjadi penyebab munculnya tanaman stagnan selain sifat fisik dan kimia tanah, yaitu keberadaan gulma yang melilit batang utama tanaman. Kondisi ini terjadi pada beberapa tanaman di Blok Q3 East seperti pada gambar di bawah ini.

[image:31.595.111.506.94.667.2]
(32)

Gambar 10 Tanaman A. mangium yang mengalami gangguan pertumbuhan akibat gulma

Lilitan gulma pada batang utama tanaman A. mangium menghambat pertumbuhan tanaman inang. Tipe interaksi yang terjadi antara tanaman A. mangium dengan gulma termasuk ke dalam tipe parasitisme. Tanaman A. mangium menjadi dirugikan karena terjadinya pengambilan makanan oleh gulma. Organisme yang disebut parasit pada asosisasi parasitisme sesungguhnya tidak bermaksud membunuh inangnya. Meskipun demikian, lambat laun inang akan mati karena organisme parasit selalu memanfaatkan sumber pakan yang berasal dari tubuh inangnya (Indriyanto 2008).

5.2.4 Rekomendasi Perbaikan Lahan dan Tanaman

Pembahasan di atas menunjukkan bahwa penyebab utama ketidakberhasilan revegetasi di Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal, yaitu sifat tanah yang tidak mendukung bagi pertumbuhan tanaman A. mangium. Tanaman A. mangium meskipun termasuk ke dalam jenis tanaman yang dapat tumbuh pada areal yang miskin hara atau bersifat masam, namun pada kondisi yang ekstrim, tanaman A. mangium tidak dapat tumbuh dengan optimal.

(33)

pembenahan tanah, namun kegiatan perombakan tersebut akan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan pembenahan tanah yang diikuti dengan penyulaman tanaman stagnan dan tanaman yang mengalami kematian. Penyulaman dilakukan dengan menggunakan tanaman yang tahan terhadap kondisi tanah yang masam dan memiliki kandungan Al yang tinggi, misalnya tembesu (Fragraea fragrans) dan harendong (Melastoma malabathricum) (Setiadi 2012).

(34)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

a. Status keberhasilan revegetasi tanaman Acacia mangium pada Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal dikatakan belum berhasil dilihat dari rata-rata persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman yang memiliki nilai di bawah 80%. Nilai rata-rata persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman di Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal masing-masing sebesar 79,31% dan 71,62%.

b. Penyebab utama dari ketidakberhasilan revegetasi di Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal, yaitu sifat fisik dan kimia tanah yang tidak mendukung bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi tekstur tanah di lokasi penelitian mengalami kekompakan sehingga mengganggu pertumbuhan akar tanaman. Sifat kimia tanah yang menjadi penyebab ketidakberhasilan revegetasi di lokasi penelitian, antara lain nilai pH tanah yang tergolong sangat masam, rendahnya nilai KTK tanah, tingginya kejenuhan Al tanah, dan kekahatan beberapa unsur tanah yang dibutuhkan tanaman. Gangguan gulma juga dapat menjadi penyebab ketidaknormalan pertumbuhan Acacia mangium

di lokasi penelitian.

c. Kerusakan tanah yang terjadi pada lokasi penelitian dapat diperbaiki dengan pembenahan tanah. Tanaman yang mengalami stagnasi pertumbuhan dapat diatasi dengan cara penyulaman menggunakan tanaman yang tahan terhadap tanah masam dan kandungan Al yang tinggi.

6.2Saran

Rekomendasi yang dapat diberikan terkait hasil penelitian yang telah dilakukan, antara lain sebagai berikut :

(35)

melakukan penataan lahan juga perlu dilakukan agar areal revegetasi telah sesuai dengan syarat tempat tumbuh tanaman.

2. Melakukan analisis tanah terhadap lahan revegetasi sebelum penanaman agar dapat diketahui pembenah tanah (soil amendment) yang dibutuhkan sehingga kondisi tanah pada saat penanaman sudah mendukung bagi pertumbuhan tanaman.

3. Tanaman yang sudah terlanjur ditanam dan mengalami stagnasi atau kematian dapat diperbaiki dengan cara penyulaman menggunakan jenis yang tahan terhadap tanah masam dan kandungan Al yang tinggi, misalnya tembesu (Fragraea fragrans) dan harendong (Melastoma malabathricum) dengan diikuti pembenahan tanah.

(36)

EVALUASI KEBERHASILAN TANAMAN

HASIL REVEGETASI DI LAHAN PASCA TAMBANG

BATUBARA SITE LATI PT BERAU COAL

KALIMANTAN TIMUR

ALVI NADIA PUTRI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(37)

DAFTAR PUSTAKA

[Kemenhut] Departemen Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.60/Menhut-II/2009 tentang Pedoman Penilaian Keberhasilan Reklamasi Hutan. Jakarta: Kemenhut.

[Kemenhut] Departemen Kehutanan. 2011. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.04/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Reklamasi Hutan. Jakarta: Kemenhut.

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Ed ke-7. Jakarta: Akademika Pressindo. Indriyanto. 2008. Ekologi Hutan. Ed ke-2. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Krisnawati H, Kallio M, Kanninen M. 2011. Acacia mangium Willd. Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor: CIFOR.

Maryani IS. 2007. Dampak penambangan pasir pada lahan hutan alam terhadap sifat fisik, kimia, dan biologi tanah (studi kasus di Pulau Sebaik Kabupaten Karimun Kepulauan Riau) [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Munawar A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Bogor: PT. Penerbit

IPB Press.

National Research Council. 1983. Innovations in tropical reforestration. Mangium and other fast growing Acacias for the humid tropics. Washington DC: National Academy Press.

Nusantara A, Enny W, Iwan S, Arief D, Untung S. 2004. Strategi Restorasi Lahan Terdegradasi [makalah]. Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Tidak Diterbitkan. Permana RB. 2010. Analisis sifat fisik, kimia, dan biologi tanah pada lahan

reklamasi bekas tambang batubara PT Berau Coal Site Binungan, Kabupaten Berau, Provinsi Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Setiadi Y. 2006. Bahan Kuliah Ekologi Restorasi. Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Tidak Diterbitkan. Setiadi Y. 2011. Revegetasi Lahan Pasca Tambang. Diktat Kuliah Pengantar

Parktek Kerja Lapang. Bogor: Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

(38)

EVALUASI KEBERHASILAN TANAMAN

HASIL REVEGETASI DI LAHAN PASCA TAMBANG

BATUBARA SITE LATI PT BERAU COAL

KALIMANTAN TIMUR

ALVI NADIA PUTRI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(39)

ii

EVALUASI KEBERHASILAN TANAMAN

HASIL REVEGETASI DI LAHAN PASCA TAMBANG

BATUBARA SITE LATI PT BERAU COAL

KALIMANTAN TIMUR

ALVI NADIA PUTRI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada

Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(40)

iii

ABSTRACT

ALVI NADIA PUTRI. Evaluation of the Success Result Plants Revegetation in coal post-mining land Lati Site PT Berau Coal East Kalimantan. Under supervision of ISTOMO and YADI SETIADI.

Mining activities in the forest areas is done through the lend use of forest areas. The activities of mining must always be followed by reclamation and revegetation to restore the condition of damaged forest area as a result of mining efforts and forest areas can serve again in line with aimed.

Revegetation is an effort to repair and restore the damaged vegetation by planting and maintenance activities on the grounds of forest areas former use. Evaluation needs to be done to find out the status of successful revegetation has been done by mining company.

Purposes of this research are to assess the successful status of revegetation on post-mining land based on survival rate and plants performance of Acacia mangium on Block Q3 East Elevation 60 Lati Site of PT Berau Coal East Kalimantan. Observation also held to find out the causes of ineffective growth by result of soil analysis on post-mining land, and also to give recommendations of revegetation improvements.

The result showed that the success of revegetation status on Block Q3 East Elevation 60 Lati Site is not successful based on survival rate and performance of planted plants. It is caused by the average values of growth and health plant percentage which lower than 80%. The average value of growth percentage is 79,31% and health plant percentage is 71,62%. The main factor of this condition is failure characteristics of soil revegetation which unsupport properly for the growth of plants. The level of soil acidity which appertain very acid soil can cause some important problems and it can be harmful to plants. Soil amendment and replanting vegetation should be done to improve revegetation on Block Q3 East Elevation 60 Lati Site PT Berau Coal East Kalimantan.

(41)

iv

RINGKASAN

Pertambangan merupakan salah satu kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia dan termasuk ke dalam penyumbang terbesar untuk devisa negara. Kegiatan usaha pertambangan dalam kawasan hutan yang digunakan untuk menunjang pembangunan, telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan harus segera dilakukan reklamasi lahan bekas tambang. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan kondisi kawasan hutan yang rusak sebagai akibat usaha pertambangan sehingga kawasan hutan dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukannya.

Kegiatan evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui status keberhasilan pelaksanaan reklamasi yang telah dilakukan oleh pengelola pertambangan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan oleh PT Berau Coal. Kegiatan ini menitikberatkan pada daya tumbuh dan performa pertumbuhan tanaman hasil revegetasi pada tahun tanam 2009–2010 dengan studi kasus di Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati dengan jenis tanaman revegetasi yaitu A. mangium. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status keberhasilan revegetasi pada Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal, mengevaluasi penyebab dari ketidakberhasilan revegetasi kaitannya dengan karakteristik lahan revegetasi pasca penambangan dan memberikan rekomendasi perbaikan tanaman yang mengalami ketidaknormalan pertumbuhan.

Penelitian yang dilakukan di areal revegetasi lahan pasca tambang Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati PT Berau Coal Kalimantan Timur ini berlangsung selama dua bulan dari bulan April sampai dengan Juni 2012. Banyaknya plot contoh yang diamati pada penelitian ini yaitu sebanyak lima plot contoh dengan ukuran 20 m x 20 m. Lokasi plot contoh yang diamati disesuaikan dengan kondisi lahan pada blok yang digunakan dan keberadaan dominan tanaman yang mengalami stagnasi pertumbuhan.

Data yang diambil pada penelitian ini antara lain diameter, tinggi, kesehatan tanaman A. mangium dan sampel tanah. Daya tumbuh tanaman ditunjukkan dengan besarnya nilai persentase tumbuh tanaman, sedangkan performa tanaman ditunjukkan dengan nilai persentase kesehatan tanaman. berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 60 Tahun 2009, status keberhasilan revegetasi dikatakan berhasil apabila nilai persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman lebih dari 80%. Hasil perhitungan rata-rata persentase tumbuh dan persentase kesehatan tanaman dari pengamatan yang telah dilakukan masing-masing sebesar 79,31% dan 71,62%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa status keberhasilan revegetasi dari Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati dengan tanaman A. mangium tergolong belum berhasil. Nilai rata-rata diameter dan tinggi dari tanaman sehat dan tidak sehat memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan selisih nilai rata-rata hingga 50%.

(42)

v aerasi dan kematian tanaman akibat akar yang membusuk. Selain mengakibatkan terjadinya genangan, kondisi tanah yang kompak juga menyebabkan terhambatnya perkembangan akar. Akar menjadi sulit menembus ke dalam tanah dan menjadi sulit mengambil air dan unsur hara yang dibutuhkan tanaman.

Selain kondisi tekstur tanah, nilai pH tanah di lokasi penelitian juga tergolong sangat masam dengan kisaran nilai 2,4 hingga 3,6. Ada beberapa permasalahan penting terkait dengan ketersediaan unsur hara di dalam tanah akibat tingginya tingkat kemasaman pada tanah, di antaranya adalah keracunan aluminium (Al), kekahatan nitrogen (N) dan fosfor (P), serta kekahatan kation basa seperti kalsium (Ca) dan magnesium (Mg).

Hasil analisis tanah menunjukkan telah terjadi keracunan Al pada tanah yang ditunjukkan dengan nilai kejenuhan Al di atas 60%. Tingginya nilai kejenuhan Al menimbulkan keracunan pada tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil dengan akar yang keriting (root curling). Kondisi ini dapat mengakibatkan terjadinya fiksasi P sehingga jumlah P yang tersedia untuk tanaman di dalam tanah menjadi sedikit dan tanaman menjadi kekurangan P. Kandungan N pada tanah juga mengalami kekahatan dengan nilai kandungan N yang tergolong rendah–sangat rendah. Selain mengalami kekahatan P dan N, hasil analisis tanah pada lokasi penelitian juga menunjukkan terjadinya kekahatan unsur Ca. Permasalahan lain yang timbul yaitu terjadinya ketidakseimbangan nilai Ca dan Mg dimana pada kondisi normal seharusnya kandungan Ca lebih besar daripada Mg. Namun hasil analisis tanah menunjukkan sebaliknya. Nilai kandungan pirit pada tanah juga tergolong tinggi yaitu di atas 1,4%. Selain kondisi fisik dan kimia tanah, hal lain yang menjadi penyebab terganggunya kesehatan tanaman yaitu keberadaan gulma yang melilit batang utama tanaman.

(43)

vi

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Keberhasilan Tanaman Hasil Revegetasi di Lahan Pasca Tambang Batubara Site Lati PT Berau Coal Kalimantan Timur adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2012

(44)

vii Ketua,

Dr. Ir. Istomo, MSi NIP 19620706 198903 1 003

Anggota,

Dr. Ir. Yadi Setiadi, MSc NIP 19551205 198003 1 004

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Skripsi : Evaluasi Keberhasilan Tanaman Hasil Revegetasi di Lahan Pasca Tambang Batubara Site Lati PT Berau Coal Kalimantan Timur Nama : Alvi Nadia Putri

NIM : E44080027

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Menyetujui:

Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP 19601024 198403 1 009

(45)

viii

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Tema dari penelitian yang penulis lakukan pada bulan April hingga Juni 2012 adalah evaluasi keberhasilan revegetasi, dengan judul Evaluasi Keberhasilan Tanaman Hasil Revegetasi di Lahan Pasca Tambang Batubara Site Lati PT Berau Coal Kalimantan Timur.

Penelitian berlangsung di areal bekas tambang PT Berau Coal Kalimantan Timur dari bulan April sampai dengan Juni 2012. Penulis melakukan penilaian hasil revegetasi tanaman Acacia mangium pada Blok Q3 East elevasi 60 Site Lati. Kegiatan penilaian ini dilakukan berkaitan dengan daya tumbuh dan performa tanaman.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2012

(46)

ix

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 Agustus 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Bambang Harry Rustaman dan Ibu Yunilma Chaniago. Penulis menyelesaikan sekolah menengah di SMA Negeri 8 Tangerang pada tahun 2008 dan lolos dalam seleksi jalur USMI di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama.

Penulis mulai mengikuti salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa di bidang seni, yaitu PSM Agriaswara pada tahun pertama di IPB. Dimulai pada tahun kedua, penulis mulai aktif pada berbagai organisasi mahasiswa dan kegiatan yang dilangsungkan di fakultas maupun departemen. Berbekal ilmu organisasi selama di bangku SMA, penulis bergabung dalam Himpunan Profesi Departemen Silvikultur, Tree Grower Community masa kepengurusan 2010-2011 sebagai Wakil Bendahara Umum dan pada masa kepengurusan 2011-2012 penulis tergabung dalam organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB sebagai anggota Kementrian Kemahasiswaan pada bidang Minat dan Bakat.

Selain beberapa organisasi di atas, penulis juga cukup aktif dalam kegiatan kepanitiaan di tingkat departemen maupun fakultas, diantaranya sebagai anggota divisi medis kegiatan Bina Corps Rimbawan 2010, anggota divisi acara kegiatan Forester Cup 2010, ketua divisi acara kegiatan eksibisi Fakultas Kehutanan “Forestry Exhibition 2012” dan kepanitiaan di berbagai acara lainnya.

(47)

x

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga penulis dapat menghadirkan sebuah tulisan ilmiah yang semoga dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih banyak dan memohon doa kepada Allah SWT agar diberi balasan pahala berlipat ganda kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Istomo, MSi dan Bapak Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc selaku pembimbing I dan pembimbing II atas segala bimbingan dan bantuan kepada penulis.

2. Ayah Bambang, Mama Yunilma dan Gaek Budjang atas segala doa dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis. Adik-adik tersayang Dista Mutia Putri dan Tiara Maharani. Yudha Nugraha dan keluarga atas segala dukungan dan kasih sayang.

3. Bapak Saridi, Bapak Ryan Isman, Bapak Masyhuri, Kak Kalingga, dan seluruh karyawan PT Berau Coal atas kesempatan, bantuan dan ilmu yang telah diberikan.

4. Para dosen, karyawan, dan staf Departemen Silvikultur serta Laboratorium Ekologi Hutan IPB.

5. Haridha Anindita, Weda Gelar Pananjung, Erni Siti Wahyuni atas segala dukungan.

6. Umar, Sabti, Intan, Pace, Shanti, Uan, Edo, Erekso, teman-teman dan senior Laboratorium Ekologi (Adinda, Ageng, Yolandari, Putri, Berto, bang Rizky, bang Nichi, kak Rhomi, bang Adit dkk), kak Arif SVK 43, Silvikultur 43, Silvikultur 44, Silvikultur 45 atas dukungan, bantuan, kritik dan saran yang membangun.

7. Sahabat Niecheers (Nia, Anis, Fiki, Ida, Dini, Dhila, Fidri dan Hani) dan seluruh teman-teman Fahutan 43, 44 dan 45.

8. Adik-adik Silvikultur (Umegia, Nidya, Tintin, dkk) serta keluarga besar Fakultas Kehutanan IPB.

(48)

xi

DAFTAR ISI

(49)
(50)

xiii

DAFTAR TABEL

(51)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Pembagian lokasi penelitian menjadi dua kuadran ... 10 2 Nilai persentase tumbuh tanaman pada setiap plot contoh ... 18 3 Nilai persentase kesehatan tanaman pada setiap plot contoh ... 18 4 Nilai rata-rata diameter tanaman A. mangium pada setiap

plot contoh ... 19 5 Nilai rata-rata tinggi tanaman A. mangium pada setiap plot

contoh ... 20 6 Sisa ajir tanaman A. mangium yang mengalami kematian dan

sisa batang tanaman mati ... 22 7 Aliran air yang terdapat pada lokasi tumbuh tanaman di luar

saluran drainase yang telah dibuat ... 23 8 Gejala tanaman yang mengalami kekahatan fosfor (P) dan

nitrogen (N) ... 27 9 Gejala tanaman stagnan akibat kekurangan unsur Ca dan

penampakan pucuk tanaman yang tidak berkembang ... 28 10 Tanaman A. mangium mengalami gangguan pertumbuhan akibat

(52)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

(53)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pertambangan merupakan salah satu kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam sebagai upaya pemenuhan kebutuhan manusia dan termasuk ke dalam penyumbang terbesar untuk devisa negara. Kegiatan pertambangan pada kawasan hutan dilakukan melalui pemberian ijin pinjam pakai kawasan hutan dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan.

Kegiatan usaha pertambangan dalam kawasan hutan yang digunakan untuk menunjang pembangunan, telah mengakibatkan kerusakan lingkungan dan harus segera dilakukan reklamasi lahan bekas tambang. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memulihkan kondisi kawasan hutan yang rusak sebagai akibat usaha pertambangan sehingga kawasan hutan dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukannya.

Kegiatan evaluasi perlu dilakukan untuk mengetahui status keberhasilan pelaksanaan reklamasi yang telah dilakukan oleh pengelola pertambangan. Kriteria keberhasilan reklamasi hutan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 60 Tahun 2009, antara lain penataan lahan, pengendalian erosi dan sedimentasi serta revegetasi atau penanaman pohon. Revegetasi merupakan usaha untuk memperbaiki dan memulihkan vegetasi yang rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas penggunaan kawasan hutan (Kemenhut 2009).

(54)

Kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT Berau Coal pada kenyataannya mengakibatkan terjadinya kerusakan hutan dan lahan. PT Berau Coal sebagai salah satu perusahaan tambang batubara lima besar di Indonesia, sangat berkomitmen dalam menjalankan kegiatan reklamasi lahan pasca penambangan. Berbagai rangkaian kegiatan reklamasi telah dilakukan pada daerah-daerah yang terkena dampak penambangan. Akan tetapi, kegiatan ini tidak sepenuhnya dapat berjalan dengan baik melihat kondisi lahan yang telah rusak akibat kegiatan penambangan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui status keberhasilan revegetasi yang telah dilakukan oleh PT Berau Coal. Kegiatan ini menitikberatkan pada daya tumbuh dan per

Gambar

Gambar 1  Pembagian lokasi penelitian menjadi dua kuadran
Gambar 2  Nilai persentase tumbuh tanaman pada setiap plot contoh
Gambar 4  Nilai rata-rata diameter tanaman A. mangium pada setiap plot contoh
Gambar 5  Nilai rata-rata tinggi tanaman A. mangium pada setiap plot contoh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman merambat yang baik memiliki pertumbuhan yang cepat, berumur panjang ( long term ), mampu hidup pada kondisi tanah masam dan rendah bahan organik, tidak mengambil hara

Dinamika pertumbuhan jumlah daun tanaman karet yang ditanam pada lahan pasca tambang di Kabupaten Kutai Kartanegara yang tidak diberi tanah asli untuk parameter

Kemampuan tumbuh dan berkembang tanaman pokok dengan variasi yang rendah ditunjukkan oleh tanaman P.falcataria Komposisi jenis vegetasi yang terdapat di di areal

Hasil penelitian menunjukan areal revegetasi yang belum ditumbuhi covercrop mempunyai laju erosi sangat tinggi dan kesuburan tanah yang rendah, sedangkan pada areal yang

Rekomendasi yang dapat diberikan dalam hasil penelitian yaitu perlu adanya klasifikasi mengenai karateristik lahan terlebih dahulu agar mengetahui permasalahannya

Unsur hara yang tersedia dalam jumlah rendah yang terdapat pada plot pengamatan yang menyebabkan gangguan kesehatan pada tanaman yaitu klorosis atau menguningnya

Demikian juga pada umur 16 bulan perlakuan pupuk kandang 2 kg dan bokashi 2 kg tidak berbeda nyata terhadap persentase tumbuh tanaman, tetapi kedua perlakuan tersebut berbeda

Persentase tumbuh tertinggi dari kelima petak penelitian berdasarkan tahun tanam terdapat pada tahun 2014 sebesar 100%, 2016 sebesar 90,32% dan 2017 sebesar 100%, bisa dikatakan baik