• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Lanskap Taman Margasatwa Ragunan Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Lanskap Taman Margasatwa Ragunan Jakarta Selatan"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN LANSKAP TAMAN MARGASATWA

RAGUNAN JAKARTA SELATAN

AMELIA ANGGRAENI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengelolaan Lanskap Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

(3)

Jakarta Selatan. Dibimbing oleh AFRA DONATHA NIMIA MAKALEW

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) mempunyai fungsi sebagai tempat konservasi, edukasi, penelitian, dan rekreasi alam. Perlu adanya evaluasi terkait pengelolaan lanskap TMR untuk mengetahui pengelolaan yang berjalan sudah baik dan sesuai atau masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, diperlukan suatu studi untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi pengelolaan lanskap tersebut dengan kegiatan magang. Data yang dibutuhkan dalam kegiatan magang ini mencakup aspek fisik/biofisik, aspek pengelolaan, aspek legalitas, aspek ekonomi dan sosial dari TMR. Dengan demikian akan tercipta suatu strategi pengelolaan lanskap TMR. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis kenyamanan pengunjung, dan analisis SWOT. Hasil dari analisis SWOT tersebut yaitu terdapat delapan butir strategi untuk pengelolaan lanskap TMR. TMR memiliki beberapa kekurangan dalam pengelolaannya. TMR perlu pengelolaan yang lebih profesional dengan didukung dari berbagai pihak. TMR berada dibawah tanggung jawab Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Oleh karena itu, TMR perlu perhatian yang lebih dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Kata kunci: analisis SWOT, pengelolaan lanskap, Taman Margasatwa Ragunan

ABSTRACT

AMELIA ANGGRAENI. Landscape Management of Taman Margasatwa Ragunan South Jakarta. Supervised by AFRA DONATHA NIMIA MAKALEW

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) has been serviced as a conservation, education, research, and outdoor recreation functions. Meantime an evaluation related to the landscape management in TMR is needed to know either management is good and compatible or not. Therefore, the study to identify the aspects that affect the landscape management in TMR has been done by having internship activity. The data needed in this internship include the physical/biophysical aspects, management aspects, legal aspects, economic and social aspects of the TMR. Thus, it will produce a landscape management strategy for TMR. Analysis of data is performed by using the descriptive analysis, visitor comfort analysis, and SWOT analysis. The results of SWOT analysis found that there are nine point of strategies for landscape management of TMR. TMR has some shortcomings in its management. TMR needs more professional management with support from various parties. TMR is under the responsibility of the Dinas Kelautan dan Pertanian of DKI Jakarta, so that TMR needs more attention from the Government of DKI Jakarta.

(4)

© Hak Cipta Milik IPB, tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyususnan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PENGELOLAAN LANSKAP TAMAN MARGASATWA

RAGUNAN JAKARTA SELATAN

AMELIA ANGGRAENI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

Disetujui oleh

Dr Ir Afra D. N. Makalew, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA Ketua Departemen

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul Pengelolaan Lanskap Taman Margasatwa Ragunan Jakarta Selatan berhasil diselesaikan. Pengerjaan skripsi ini dilakukan dengan kegiatan magang di Taman Margasatwa Ragunan (TMR) yang berlangsung sejak bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr Ir Afra D. N. Makalew, MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan hingga skripsi ini selesai, dan Bapak Dr Ir Setia Hadi, MS selaku dosen pembimbing akademik. Selain itu, penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Departemen Arsitektur Lanskap, serta kepada teman-teman Departemen Arsitektur Lanksap angkatan 45 dan juga para senior dan alumni yang telah memberi masukan dan dukungan. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu lancarnya kegiatan magang penulis di TMR, khususnya untuk Ibu Mimi, Pak Caesar, Pak Nirwono Joga, Pak Suryono, Mas Priambudi, Ibu Devi, Ibu Diana, dan lain-lain. Ucapkan terima kasih juga penulis ucapkan kepada ibu, bapak, adik, seluruh keluarga, serta sahabat-sahabat yang telah memberi dukungan dan doa kepada penulis.

Semoga hasil skripsi ini bermanfaat bagi pihak TMR dan pihak lainnya yang membutuhkan.

Bogor, Maret 2013

(8)

DAFTAR GAMBAR vii

2.3 Lanskap Taman Margasatwa Ragunan 6

2.4 Pengelolaan Lanskap 7

2.5 Wisata dan Rekreasi 9

3 METODOLOGI 11

3.1 Lokasi dan Waktu 11

3.2 Metode Magang 11

3.2.1 Persiapan 11

3.2.2 Inventarisasi 11

3.2.3 Pengolahan Data dan Analisis 12

3.2.3.1 Analisis Deskriptif 12

3.2.3.2 Analisis Kenyamanan Pengunjung 12

3.2.3.3 Analisis SWOT 13

3.2.3 Sintesis 16

3.3 Alat dan Bahan 16

3.4 Proses Kegiatan Magang 16

4 INVENTARISASI 17

4.1 Aspek Fisik/Biosfisik

4.1.1 Kondisi Umum 17

4.1.1 Letak Geografis, Luas, dan Batas Kawasan 17

4.1.2 Aksesibilitas 17

4.1.3 Sejarah Taman Margasatwa Ragunan 18

4.1.4 Peran, Visi, Misi Taman Margasatwa Ragunan 19

4.1.2 Topografi dan Tanah 20

4.3.1 Struktur Organisasi 27

(9)

4.4.1 Jumlah Pengunjung 39

4.4.2 Harga Tiket Masuk, Parkir, dan Wahana 39

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 41

5.1 Analisis Karakteristik Pengunjung 41

5.2 Analisis Persepsi Pengunjung 44

5.3 Analisis Kenyamanan Pengunjung 45

5.4 Analisis SWOT 48

5.4.1 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal 48 5.4.2 Pembuatan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan

External Factor Evaluation (EFE) 51

5.4.3 Pembuatan Matriks Internal-Eksternal (IE) 52

5.4.4 Matriks SWOT 53

5.4.5 Perangkingan Alternatif Strategi 54

5.5 Rekomendasi Strategi Pengelolaan 56

6 SIMPULAN DAN SARAN 60

6.1 Simpulan 60

6.2 Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 61

LAMPIRAN 63

(10)

(IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) 14 2 Formulir matriks Internal Factor Evaluation (IFE) 14 3 Formulir matriks External Factor Evaluation (EFE) 14

4 Inventarisasi satwa 23

5 Data jumlah pegawai Taman Margasatwa Ragunan 30

6 Jumlah pengunjung TMR tahun 2005-2011 39

7 Tarif masuk, parkir, dan penggunaan fasilitas wahana TMR 40

8 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) TMR 52

9 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) TMR 52

10 Matriks SWOT 54

(11)

2 Peta lokasi kegiatan magang 11

3 Matriks Internal-Eksternal (IE) 15

4 Matriks SWOT 16

5 Peta lokasi Taman Margasatwa Ragunan 17

6 Danau ragunan 21

7 Suhu udara rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 21 8 Kelembaban udara rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 22 9 Penyinaran matahari rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 22 10 Curah hujan rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 22 11 Kecepatan angin rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011 23

12 Gerbang pintu utara dan kolam pelikan 24

13 Gerbang pintu timur dan danau ragunan 24

14 Taman elang bondol di area pintu barat 25

15 Struktur organisasi UPT. Taman Margasatwa Ragunan Dinas

Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta 28

16 Peragaan satwa 32

17 Pusat informasi 32

18 Masjid 33

19 Pendopo 33

20 Taman satwa anak 33

21 Taman pemancingan alam ragunan 34

22 Pusat Primata Schmutzer 34

23 Satwa tunggang 35

24 Taman perahu angsa 36

25 Rakit wisata 36

26 Sarana untuk mengelilingi TMR 37

27 Pentas satwa 37

28 Arena bermain anak-anak 37

29 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan jenis kelamin 41

30 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan usia 41

31 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan asal tempat tinggal 42 32 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan tingkat pendidikan 42 33 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan pekerjaan 43 34 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan tujuan 43 35 Karakteristik pengunjung TMR berdasarkan frekuensi dan lama

kunjungan 44

36 Karakteristik pengunjung TMR pendamping saat berkunjung 44 37 Persepsi pengunjung tentang objek yang disenangi 45 38 Persepsi pengunjung tentang tingkat kebersihan dan kenyamanan

area TMR 45

39 Persepsi pengunjung tentang jumlah dan kondisi fasilitas TMR 46 40 Persepsi pengunjung tentang keindahan lanskap TMR 46

41 Peta keindahan TMR 47

42 Peta kenyamanan TMR 48

(12)
(13)

2 Kuesioner pengunjung 66

3 Data vegetasi TMR 68

4 Kuesioner SWOT 73

5 Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal TMR 76

(14)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, terdapat banyak flora dan fauna dari beragam spesies. Flora dan fauna tersebut keberadaannya menyebar di beberapa wilayah di Indonesia. Beberapa wilayah memiliki fauna yang unik dan menjadi ciri khas. Menurut Fandeli (2001), kawasan tropis yang ditempati negara Indonesia memberikan atribut yang spesifik tentang keadaan sumberdaya alami yang dimiliki, baik yang berupa flora maupun fauna. Sejumlah spesies satwa bersifat endemik, yang berarti hanya terdapat di Indonesia dan tidak ditemukan di tempat lain, antara lain burung cendrawasih di Papua, burung maleo di Sulawesi, komodo di Pulau Komodo, anoa di Sulawesi, dan masih banyak lagi. Hal tersebut menyebabkan banyak orang kagum.

Salah satu upaya perlindungan flora dan fauna yaitu dengan metode konservasi ex-situ yang merupakan upaya melindungi spesies tumbuhan dan hewan di luar habitat aslinya di bawah perlindungan manusia. Salah satu bentuk konservasi ex-situ yaitu Taman margasatwa. Taman margasatwa tidak hanya berfungsi sebagai tempat konservasi, tetapi juga berfungsi sebagai tempat penelitian, edukasi, dan rekreasi, kawasan ini mempunyai konsep yang menyerupai habitat asli satwa. Beragam satwa dari banyak penjuru berada di taman margasatwa. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 taman margasatwa adalah kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.

Taman Margasatwa Ragunan (TMR) adalah salah satu taman margasatwa di Indonesia yang berada di Ibukota DKI Jakarta, tepatnya di daerah Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. TMR memiliki beragam koleksi satwa yang menjadi objek utamanya. TMR juga menjadi salah satu pusat penelitian satwa langka yang ada di Indonesia. Selain itu, TMR menyediakan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan dan secara tidak langsung turut mendukung penghijauan kota Jakarta.

Fungsi TMR yaitu sebagai tempat konservasi, edukasi, penelitian, dan rekreasi. Fungsi konservasi yaitu pelestarian alam baik flora maupun fauna, terdapat banyak flora dan fauna dengan beberapa fauna yang bersifat endemik. Fungsi edukasi yaitu dengan memberikan pendidikan konservasi agar pengunjung mempunyai kesadaran akan pentinganya menjaga kelestarian alam dan lingkungan yang mencakup flora dan fauna. Fungsi penelitian yaitu sebagai pusat penelitian satwa-satwa langka yang ada di Indonesia. Fungsi rekreasi alam yaitu TMR merupakan tempat bernuansa alami dengan fasilitas, sarana, dan prasarana yang menunjang.

(15)

teduh untuk pengunjung. Lanskap TMR perlu dikelola dengan baik dan benar agar lingkungannya tetap lestari. Pengelolaan lanskap merupakan sebuah upaya terpadu dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005). Terwujudnya pengelolaan yang baik di TMR membuat makhluk hidup yang ada dalamnya memperoleh kualitas lingkungan yang baik. Untuk pengunjung khususnya akan mendapatkan suatu kenyamanan dan pengalaman yang menyenangkan.

Perlu adanya evaluasiterkait pengelolaan lanskap TMR untuk mengetahui pengelolaan yang berjalan sudah baik dan sesuai atau masih memiliki kekurangan. Pengelolaan yang sudah berjalan dengan baik harus dipertahankan dan ditingkatkan keberlanjutannya, sedangkan kekurangan dalam pengelolaan tersebut harus dapat diperbaiki dengan strategi-strategi pengelolaan. Oleh karena itu, diperlukan suatu studi untuk mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi pengelolaan lanskap TMR dengan kegiatan magang. Dengan demikian, dapat dihasilkan suatu strategi pengelolaan lanskap TMR.

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan magang yang dilakukan yaitu:

1. menginventarisasi aspek fisik/biofisik, aspek pengelolaan, aspek legalitas, dan aspek ekonomi dan sosial yang berkaitan dengan TMR,

2. menganalisis faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan pengelolaan lanskap TMR, dan

3. menyusun strategi-strategi pengelolaan lanskap TMR.

1.3 Manfaat

Manfaat dari kegiatan magang yang dilakukan yaitu:

1. menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman kerja serta menjalin kerjasama yang baik dengan TMR,

2. memberikan rekomendasi strategi-strategi pengelolaan lanskap untuk TMR, dan

3. sebagai bahan masukan untuk pengelolaan Kebun Binatang lainnya di Indonesia.

1.4 Kerangka Pikir

(16)

persepsi pengunjung. Hasil yang diketahui dari karakteristik pengunjung dan persepsi pengunjung digunakan untuk analisis kenyamanan pengunjung. Aspek-aspek tersebut mempengaruhi kualitas lanskap TMR, sehingga diketahui kekurangan dan kelebihan dari pengelolaan TMR. Pengelolaan yang sudah berjalan dengan baik harus dipertahankan dan ditingkatkan, sedangkan kekurangan dalam pengelolaan tersebut perlu diperbaiki yaitu dengan strategi-strategi pengelolaan. Suatu analisis mengenai potensi, kendala, peluang, dan ancaman yang berkaitan dengan TMR dibutuhkan untuk menciptakan strategi-strategi tersebut. Analisis yang digunakan yaitu Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang ada pada TMR. Hasil dari analisis kenyamanan pengunjung juga digunakan sebagai acuan dalam menentukan faktor internal. Selanjutnya, akan didapat matriks SWOT yang menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi. Matriks SWOT tersebut menghasilkan strategi-strategi pengelolaan lanskap TMR yang tepat dan sesuai dengan urutan prioritas. Kerangka pikir kegiatan magang secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir kegiatan magang

(17)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konservasi Ex-situ

Konservasi ex-situ merupakan metode konservasi yang mengonservasi spesies di luar habitat alaminya. Konservasi ini merupakan proses melindungi spesies tumbuhan dan hewan (langka) dengan mengambilnya dari habitat yang tidak aman atau terancam dan menempatkannya atau bagiannya di bawah perlindungan manusia. Bentuk-bentuk konservasi ex-situ antara lain kebun binatang, kebun raya, arboretum, taman hutan raya, taman safari, kebun botani, taman burung, taman kupu-kupu, dan berbagai penangkaran satwa (Muntasib dan

Masy’ud 2003). Taman margasatwa merupakan metode konservasi ex situ

konvensional; Fasilitas ini menyediakan bukan hanya tempat terlindung dari spesimen spesies langka tetapi juga memiliki nilai pendidikan. Fasilitas ini memberikan informasi bagi masyarakat mengenai status ancaman pada spesies langka dan faktor-faktor yang menimbulkan ancaman dan membahayakan kehidupan spesies.

Konservasi ex-situ ini sangat bermanfaat untuk melindungi biodiversitas, tetapi kurang untuk menyelamatkan spesies dari kepunahan. Metode ini digunakan sebagai cara terakhir atau sebab suplemen terhadap konservasi in situ karena tidak dapat menciptakan kembali habitat secara keseluruhan, seluruh variasi genetik dari suatu spesies, pasangan simbiotiknya, atau elemen-elemennya, yang dalam jangka panjang, mungkin membantu suatu spesies beradaptasi pada lingkungan yang berubah. Konservasi ex situ melindungi spesies di bawah kondisi semi-terisolasi di mana evolusi alami dan proses adaptasi dihentikan sementara atau dirubah dengan mengintroduksi spesimen pada habitat yang tidak alami.

Menurut Muntasib dan Masy’ud (2003) konservasi ex-situ dimaksudkan untuk ikut mendorong pengembangan konservasi flora dan fauna dengan cara : 1. pada periode tertentu flora dan fauna hasil konservasi ex-situ dapat dilepaskan

kembali ke habitat alaminya untuk memelihara jumlah dan variabilitas genetik (terpeliharanya keanekaragaman genetik) di dalam populasinya di alam atau biasa disebut restocking,

2. hasil-hasil penelitian dari populasi ex-situ dapat memberikan manfaat sebagai dasar-dasar biologi untuk menentukan strategi atau upaya-upaya konservasi baru,

3. populasi ex-situ dapat digunakan untuk atraksi satwa, seperti di kebun binatang atau taman safari,

4. hasil pengembangan populasi di kawasan konservasi ex-situ dapat digunakan untuk berbagai keperluan penelitian sehingga tidak perlu mengganggu populasi di alam,

5. kawasan konservasi ex-situ juga dapat digunakan sebagai tempat atau media pendidikan dan penelitian bagi masyarakat.

Menurut Fandeli (2001) inti dari kegiatan pembangunan satwa ex-situ adalah manajemen. Manajemen yang dibicarakan bukan yang berkaitan dengan peningkatan kuailtas satwa liar itu saja. Pada dasarnya pengelolaan satwa liar ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu:

(18)

2. untuk mendapatkan keuntungan secara ekonomik.

Selanjutnya, menurut Fandeli (2001) manajemen satwa liar adalah seni membuat area kehidupan satwa liar yang lestari untuk manfaat rekreasional dan manipulasi populasi satwa liar serta habitatnya dan interaksi diantara keduanya dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu:

1. melindungi jenis satwa liar tertentu dan habitatnya 2. membuat taman satwa untuk tujuan wisata

3. membuat taman buru (game hunting). Pengelolaan satwa sangat penting, karena:

a. dapat melindungi satwa liar (dan habitatnya) dari bahaya kepunahan

b. dapat menciptakan dan mengembangkan fasilitas-fasilitas untuk menikmati satwa liar

c. berguna untuk kepentingan ilmiah, estetika dan nilai-nilai pendidikan d. memelihara ekosistem

e. mengembangkan rekreasi.

2.2 Taman Margasatwa

Kebun Binatang menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang lembaga konservasi, adalah suatu tempat atau wadah yang mempunyai fungsi utama sebagai lembaga konservasi yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan berbagai jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa dalam rangka membentuk dan mengembangkan habitat baru, sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis melalui kegiatan penyelamatan, rehabilitasi dan reintroduksi alam dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat.

Selanjutnya, kriteria Kebun Binatang meliputi :

1. koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 3 kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies of Flora Fauna (CITES);

2. memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) hektar; 3. memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup;

4. memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan, kandang sapih, kandang peragaan, naungan dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain;

5. memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung (termasuk pusat informasi);

6. tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain dokter hewan, ahli biologi atau konservasi, kurator, perawat dan tenaga keamanan.

(19)

penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Taman Margasatwa adalah lembaga konservasi yang memelihara jenis-jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa yang terdiri dari jenis/spesies dalam satu kelas tertentu.

Kriteria Taman Satwa meliputi :

1. koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 (dua) kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies of Flora Fauna (CITES);

2. memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar; 3. memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup;

4. memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan/ pembesaran dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain;

5. memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung;

6. tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain dokter hewan, ahli biologi atau konservasi, kurator, perawat dan tenaga keamanan.

Dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006 tentang Lembaga Konservasi mengenai perolehan tumbuhan dan satwa dalam Taman Margasatwa yaitu:

1. Lembaga konservasi dapat memperoleh spesimen jenis tumbuhan dan satwa untuk koleksi dari:

a. hasil sitaan atau penyerahan dari pemerintah atau penyerahan dari masyarakat

b. hibah atau pemberian atau sumbangan dari lembaga konservasi lainnya c. tukar-menukar

d. pembelian untuk jenis-jenis yang tidak dilindungi e. pengambilan atau penangkapan dari alam.

2. Pengambilan atau penangkapan dari alam dapat dilakukan apabila: a. untuk kepentingan pemurnian genetik, dan atau

b. untuk kepentingan penyelamatan jenis, dan atau

c. tidak dapat memperoleh jenis dari sumber sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, b, c, dan d.

3. bagi pemohon lembaga konservasi yang telah mempunyai koleksi satwa sebelum diterbitkan izin lembaga konservasi, harus dapat menunjukkan surat keterangan asal usul satwa secara sah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

4. tata cara perolehan jenis tumbuhan dan satwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri.

Spesimen jenis tumbuhan dan satwa koleksi lembaga konservasi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pengembangbiakan, penelitian dan pendidikan, pertukaran, pelepasliaran di alam, dan peragaan.

2.3 Lanskap Taman Margasatwa Ragunan

(20)

menyatu secara harmonis dan alami untuk memperkuat lanskap tersebut (Simonds,1983). Elemen-elemen lanskap dibagi menjadi elemen lanskap utama dan elemen lanskap penunjang. Elemen lanskap utama adalah elemen lanskap yang dominan dan tidak dapat diubah, seperti bentukan-bentukan gunung, sungai, pantai dan lain-lain. Elemen lanskap penunjang adalah elemen lanskap yang dapat diubah seperti bukit-bukit, semak-semak dan sungai kecil.

TMR merupakan lembaga konservasi ex-situ yang mempunyai peran penting dalam upaya konservasi, edukasi, penelitian dan rekreasi alam. Fungsi konservasi yaitu pelestarian alam baik flora maupun fauna, terdapat banyak flora dan fauna dengan beberapa fauna yang bersifat endemik. Fungsi edukasi yaitu dengan memberikan pendidikan konservasi agar pengunjung mempunyai kesadaran akan pentinganya menjaga kelestarian alam dan lingkungan yang mencakup flora dan fauna. Fungsi penelitian yaitu sebagai pusat penelitian satwa-satwa langka yang ada di Indonesia. Fungsi rekreasi alam yaitu TMR merupakan tempat yang bernuansa alami dengan fasilitas, sarana, dan prasarana yang menunjang

TMR memiliki lanskap yang menyerupai habitat asli satwa, terdapat koleksi satwa yang sangat beragam. Peragaan satwa yang dilakukan di dalam TMR bertujuan untuk mengusahakan suatu keadaan lingkungan yang mendekati keadaan habitat alamiahnya. Selain itu, TMR merupakan paru-paru kota dengan terdapat banyak pepohonan. TMR menyediakan berbagai fasilitas dan sarana hiburan yang mendukung kegiatan pengunjung. TMR merupakan tempat yang bernuansa alami dan memiliki daya tarik tersendiri karena disini dapat dinikmati keelokan beragam satwa yang eksotis. Selain itu, dengan rimbunnya pepohonan yang ada dapat memberikan udara yang sejuk.

2.4 Pengelolaan Lanskap

Pengelolaan adalah proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (actuating), dan pengendalian (controlling) upaya anggota organisasi dan proses penggunaan semua sumberdaya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen pada hakekatnya merupakan alat atau sarana untuk menggerakkan unsur-unsur manusia, bahan-bahan, uang, metode, sistem, dan pangsa pasar guna mencapai tujuan yang telah ditetapkann dengan penerapan fungsi-fungsi dan prinsip-prinsip manajemen secara efektif. Manajemen menyangkut pencapaian tujuan yang telah ditetetapkan organisasi yang bersangkutan (Stoner dan Freeman, 1992). Manajer adalah orang yang memiliki tanggung jawab seluruh bagian suatau perusahaan atau organisasi. manajer bertindak selaku saluran komunikasi di dalam organisasi.

Selanjutnya menurut Stoner dan Freeman (1992), terdapat empat kegiatan pokok di dalam manajerial, yaitu:

1. Perencanaan, menyiratkan bahwa manajer terlebih dahulu memikirkan dengan matang tujuan dan tindakannya. Lazimnya tindakan manajer itu didasarkan atas metode, rencana, atau logika tertentu, bukan atas suatu firasat. Rencana memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Empat langkah pokok dalam perencanaan:

(21)

Membuat keputusan sesuai dengan apa yang diinginkan atau dibutuhkan oleh sebuah organisasi atau sub unit. Tanpa suatu definisi yang jelas tentang tujuan, maka organisasi akan menyebarkan sumberdayanya terlalu luas. Prioritas dan pemaparan secara tegas tujuan-tujuannya memungkinkan organisasi memusatkan sumberdayanya secara efektif. b. Tentukan situasi sekarang

Perhatikan seberapa jauh organisasi atau subunit berada dari tujuannya dan sumberdaya apa yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut. Hanya setelah keadaan terakhir dari persoalan yang ada dianalisis, rencana dapat disusun untuk membuat peta kemajuan selanjutnya.

c. Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan

Identifikasi faktor lingkungan luar dan lingkungan dalam yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya. Mengantisipasi situasi, masalah, dan peluang di masa yang akan datang merupakan bagian penting perencanaan.

d. Kembangkan rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan

Langkah terakhir dalam proses perencanaan adalah mengembangkan berbagai alternatif tindakan, mengevaluasi alternatif-alternatif ini, dan memilih alternatif yang paling cocok.

2. Pengorganisasian, berarti bahwa manajer mengkoordinasi sumberdaya manusia serta sumberdaya bahan yang dimiliki organisasi bersangkutan. Keefektifan sebuah organisasi tergantung pada kemampuannya untuk mengarahkan sumberdaya guna mencapai tujuannya. Jelas kiranya, semakin terpadu dan terorganisasi tugas-tugas sebuah organisasi, akan semakin efektif organisasi tersebut. Menggapai koordinasi ini adalah bagian dari pekerjaan manajer.

3. Pemimpinan, memberikan bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana cara agar orang-orang lain melaksanakan tugas-tugas yang esensial. Dengan menciptakan suasana yang tepat, manajer membantu para bawahannya untuk bekerja sebaik-baiknya. Pemimpinan dikenal dengan berbagai sebutan: pemimpinan, pengarahan, pemotivasian, penggerakan, dan masih banyak lagi.

4. Pengendalian, berarti bahwa manajer berusaha untuk menjamin bahwa organisasi bergerak ke arah tujuannya. Apabila ada bagian tertentu dari organisasi itu berada pada jalan yang salah, manajer berusaha untuk menemukan penyebabnya kemudian membelokannya kembali ke arah yang benar. Pengendalian mencakup tiga unsur utama:

a. menetapkan standar prestasi

b. mengukur prestasi yang sedang berjalan dan membandingkan dengan standar yang telah ditetapkan

c. mengambil tindakan untuk memperbaiki prestasi yang tidak sesuai dengan standar.

(22)

2.5 Wisata dan Rekreasi

Menurut Undang-Undang Kepariwisataan No.9 Tahun 1990, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Wisatawan melakukan perjalanan paling tidak sejauh 80 km (50 mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. Menurut Desky (2001) tujuan seseorang melakukan perjalanan wisata adalah untuk mencari kesenangan. Secara lebih spesifik, kesenangan-kesenangan tersebut bisa berupa:

1. keinginan bersantai;

2. keinginan mencari suasana lain; 3. memenuhi rasa ingin tahu; 4. keinginan bertualang; dan 5. keinginan mencari kepuasan.

Menurut Undang-Undang Nomor 90 Tahun 1990 yang menjabarkan beberapa pengertian tentang kepariwisataan, pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata.

Menurut Darsoprajitno (2002) dimana pun obyek dan daya tarik wisata dibina, tata lingkungan alam di sekitarnya selalu menjadi tumpuannya, tetapi sangat jarang menjadi perhatian yang memadai untuk pengelolaannya. Padahal tata alam yang ada di sekitar objek dan daya tarik wisata, baik yang masih murni alami, maupun yang sudah terancu oleh budidaya manusia, keadaannya masih tetap dinamik. Daya tarik wisata banyak ragamnya, baik yang murni alami maupun hasil rekayasa manusia. Sekalipun hasil rekayasa manusia, bahan aslinya tetap berasal dari unsur alam yang diolah melalui kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai manusia. Ada kalanya hukum alam dan lainnya, dapat pula dirangsang oleh rekayasa manusia, tetapi jika tidak diperhitungkan dengan tepat, mungkin timbul dampak negatif cukup besar.

Rekreasi menurut Gold (1980) adalah kegiatan di waktu senggang yang dijalankan dengan kepuasan atau sesuatu yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman rekreasi tresebut. Rekreasi dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang. Hal ini adalah sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang disamping bekerja. Kegiatan yang umum dilakukan untuk rekreasi adalah pariwisata, olahraga, bermain, dan hobi. Kegiatan rekreasi umumnya dilakukan pada akhir pekan.

(23)

semakin baik telah memberi orang lebih banyak uang, waktu dan pergerakan yang lebih tinggi untuk melakukan rekreasi. Pada saat ini, rekreasi telah menjadi industri besar. Rekreasi umumnya berdampak pada rasa senang tingkat kesehatan fisik dan mental manusia.

Menurut Yoeti (2008), lingkungan bersih dan sehat adalah hal utama produk industri pariwisata. Hal ini dianggap penting bagi pengembangan industri. Praktik ramah lingkungan, tidak saja benar dilihat dari sudut moral, akan tetapi juga sehat dilihat dari sisi bisnis dan dapat menghemat biaya yang tidak kecil. Kepariwistaan dapat pula membahayakan lingkungan hidup, misalnya:

a. pembuangan sampah sembarangan selain menyebabkan bau tidak sedap, juga dapat membuat tanaman di sekitarnya mati;

b. pembuangan limbah yang merusak air sungai, danau, atau bahkan laut; c. kerusakan terumbu karang;

d. perambahan hutan dimana-mana, akibatnya orangutan sukar hidup di habitatnya sendiri, burung cendrawasih menjadi langka, akhirnya daya tarik wisata alam menjadi sirna;

e. perusakan sumber-sumber hayati yang tidak terkendali, merambah hutan bakau untuk dijadikan tambak udang, dan banyak contoh lainnya.

Dalam Yoeti (1996) baik prasarana maupun sarana merupakan “tourist

(24)

3 METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu

Kegiatan magang dilakukan di Taman Margasatwa Ragunan (TMR) yang secara administratif berada dalam wilayah Kelurahan Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan (Gambar 2). Kegiatan magang ini dilaksanakan dari bulan Februari 2012 sampai dengan Mei 2012 yang meliputi kegiatan mengidentifikasi dan menganalisis aspek fisik/biofisik, pengelolaan, legalitas, ekonomi dan sosial sesuai dengan kerangka pikir magang. Pengolahan data dimulai dari bulan Mei 2012 sampai dengan selesai.

Gambar 2 Peta lokasi kegiatan magang

3.2 Metode Magang

Metode yang digunakan dalam kegiatan magang ini yaitu deskriptif dan kuantitatif. Selain itu, berpartisipasi aktif dalam mempelajari teknis administrasi bidang pengelolaan lanskap yang mencakup struktur organisasi, peraturan, dan sistem kerja. Tahapan dari kegiatan magang yang dilakukan yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, dan sintesis berupa strategi-strategi pengelolaan lanskap TMR. Berikut penjelasan dari masing-masing tahap:

3.2.1 Persiapan

Pada tahap ini persiapan yang dilakukan pertama kali yaitu pencarian informasi umum tentang kondisi eksisting TMR, pembuatan proposal, perizinan dengan pihak TMR, serta mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

3.2.2 Inventarisasi

(25)

pihak yang berperan dalam kegiatan magang yang dilakukan. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka yang berasal dari buku, dokumen, brosur, internet, dan sumber pustaka lainnya. Data yang dibutuhkan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2.3 Pengolahan Data dan Analisis

Pada tahap ini dilakukan pengolahan data dari hasil inventarisasi dengan menggunakan analisis yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing data. Analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis kenyamanan pengunjung, dan analisis SWOT. Berikut penjelasan dari masing-masing analisis:

3.2.3.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengolah data inventarisasi yang dibutuhkan. Analisis ini dilakukan dengan pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Analisis deskriptif berhubungan dengan hal menguraikan atau memberikan keterangan-keterangan mengenai suatu data, keadaan, atau persoalan. Penarikan kesimpulan pada analisis deskriptif ditujukan pada kumpulan data yang ada. Data ini didapat melalui studi pustaka, wawancara dengan pengelola dan pengunjung, penyebaran kuesioner kepada pengunjung sebanyak 30 orang (Lampiran 2), dan pengamatan langsung pada tapak.

3.2.3.2 Analisis Kenyamanan Pengunjung

Analisis kenyamanan pengunjung digunakan untuk mengetahui tingkat kenyamanan dan keindahan TMR mengacu pada kuesioner yang disebarkan kepada pengunjung, meliputi persepsi tentang kenyamanan dan keindahan TMR. Menurut Yulianda (2007) dalam Khairunnisa (2011), tingkat keindahan dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan:

Ka : nilai keindahan (%)

Ers : jumlah responden yang menyatakan indah dan sangat indah Ero : jumlah semua responden

Kriteria/nilai keindahan:

Ka ≥ 75% : indah

40% ≤ Ka ≤75% : cukup indah

Ka < 40 : tidak indah

(26)

Keterangan:

Na : nilai kenyamanan (%)

Ers : responden yang menyatakan nyaman dan sangat nyaman Ero : jumlah semua responden

Kriteria/nilai kenyamanan:

Na ≥75% : nyaman

40% ≤ Na ≤75% : cukup nyaman

Na < 40 : tidak nyaman

3.2.3.3 Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (Rangkuti, 2011). Analisis ini digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap TMR. Analisis SWOT digunakan untuk membandingkan faktor internal dan faktor eksternal dengan metode analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Faktor internal yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), sedangkan faktor eksternal yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Tahapan dengan menggunakan analisis SWOT sebagai berikut:

a. Identifikasi faktor internal dan eksternal. Pada tahap ini dilakukan pengumpulam data, yaitu data faktor internal dan data faktor eksternal (Rangkuti, 2011). Faktor internal didapat dengan mendaftarkan semua kekuatan dan kelemahan yang berkaitan dengan pengelolaan lanskap dalam TMR. Faktor eksternal dapat diketahui dengan mendaftarkan semua peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan luar TMR.

b. Penilaian faktor internal dan faktor eksternal. Setiap faktor internal dan faktor eksternal diberi nilai berdasarkan tingkat kepentingannya, penilaian tersebut dilakukan oleh pihak pengelola TMR. Tingkat kepentingan setiap faktor internal dan eksternal ditentukan oleh pengaruh setiap faktor terhadap pengelolaan lanskap TMR. Dari hasil penilaian tingkat kepentingan dilakukan penentuan bobot setiap variabel faktor internal dan faktor eksternal dengan menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4, yaitu:

1: jika indikator faktor horizontal kurang penting daripada indikator faktor vertikal

2: jika indikator faktor horizontal sama penting dengan indikator faktor vertikal

3: jika indikator faktor horizontal lebih penting daripada indikator faktor vertikal

4: jika indikator faktor horizontal sangat penting daripada indikator faktor internal.

(27)

keterangan:

ai : bobot variabel ke-i xi : nilai variabel ke-i

i : 1, 2, 3, ….., n

n : jumlah variabel

c. Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) yaitu dengan mengalikan nilai dari pembobotan dengan nilai peringkat dari hasil penilaian masing-masing faktor internal dan eksternal, nilai peringkat tersebut berskala 1-4 (Tabel 1, 2 dan 3)

Tabel 1 Skala penilaian peringkat untuk Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE)

Nilai Peringkat

Matriks IFE Matriks EFE

Strengths (S) Weakness (W) Opportunities (O) Threats (T)

1 Kekuatan yang 2 Kekuatan sedang Kelemahan yang

berarti Tabel 2 Formulir matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor Kekuatan (Strenght)

Tabel 3 Formulir matriks External Factor Evaluation (EFE)

Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor

(28)

d. Pembuatan matriks Internal – Eksternal (IE). Skor yang didapat dari pembobotan rangking digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan pada kuadran tertentu yang dapat menyatakan kekuatan dan kelemahannya melalui matriks IE. Menurut David (2010), skor bobot IFE total 1.0 sampai 1.99 menunjukkan posisi internal yang lemah; skor 2.0 sampai dengan 2.99 dianggap sedang; dan skor 3.0 sampai 4.0 adalah kuat. Serupa dengannya, skor bobot EFE total 1.0 sampai 1.99 dipandang rendah; skor 2.0 sampai dengan 2.99 dianggap sedang; dan skor 3.0 sampai 4.0 adalah tinggi. Pada sumbu merupakan skor bobot IFE total dan pada sumbu merupakan skor bobot EFE total. Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda-beda. Pada kuadran I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun. Pada kuadran III, V, atau VII dapat ditangani dengan baik melalui strategi menjaga dan mempertahankan. Pada kuadran VI, VIII, atau IX adalah panen atau divestasi. Matriks IE dapat dilihat pada Gambar 3.

SKOR BOBOT TOTAL IFE

Gambar 3 Matriks Internal-Eksternal (IE)

(29)

Eksternal

Internal

Opportunities (O) Threats (T)

Strenghts (S) Strategi SO:

Ciptakan strategi yang

Weaknesses (W) Strategi WO:

Ciptakan strategi yang

f. Perangkingan alternatif strategi. Penentuan prioritas dari strategi-strategi tersebut dengan penyusunan rangking. Rangking tersebut didapat dari hasil penjumlahan semua skor di setiap faktor strategis yang terkait. Skor yang lebih tinggi mengindikasikan strategi yang lebih menjadi prioritas.

3.2.4 Sintesis

Sintesis yang diperoleh yaitu hasil dari analisis SWOT. Hasil tersebut berupa rekomendasi strategi pengelolaan lanskap TMR yang sesuai dengan urutan prioritas. Sintesis yang dibuat berisi strategi-strategi yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan meminimalisir kendala.

3.3 Alat dan bahan

Alat yang akan digunakan pada saat pengambilan dan pengolahan data yaitu perekam suara, alat gambar, kamera, dan komputer. Bahan yang diperlukan berupa gambar, catatan, sumber pustaka, dan kuesioner. Sumber pustaka yang digunakan berasal dari buku, dokumen, brosur, dan internet. Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner untuk pengunjung dan pihak pengelola TMR.

3.4 Proses Kegiatan Magang

(30)

4 INVENTARISASI

4.1 Aspek Fisik/Biofisik

4.1.1 Kondisi Umum

4.1.1.1 Letak Geografis, Luas dan Batas Kawasan

TMR secara geografis terletak pada 104o BT dan 106oLS. TMR berada pada ketinggian 50 mdpl. Secara administratif TMR terletak di Jalan Harsono RM No.1, Ragunan, Kecamatan Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Secara keseluruhan TMR memiliki luas sebesar 147 hektar. Lahan TMR saat ini adalah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Lokasi TMR pada bagian sebelah barat berbatasan langsung dengan jalan Kavling Polri dan jalan Cilandak Raya. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Kebagusan yang terletak di jalan Jati Padang. Sebelah utara berbatasan dengan dengan Kelurahan Ragunan yang terletak di Jalan Harsono R.M. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Jagakarsa yang terletak di jalan Sagu. Peta lokasi TMR dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Peta lokasi Taman Margasatwa Ragunan

4.1.1.2 Aksesibilitas

(31)

Bogor, pintu keluar Ampera Timur akan mempermudah untuk mencapai kawasan Ragunan. Pengunjung yang menggunakan jasa transportasi umum Kereta Api bisa berhenti di stasiun Pasar Minggu dan melanjutkan perjalanan menuju TMR dengan menggunakan kendaraan umum. Pengguna bus transjakarta juga bisa mencapai TMR dengan mudah, terdapat halte busway Ragunan yang berada tepat di depan pintu utara.

Pintu timur hanya dibuka pada akhir pekan dan hari libur untuk pengunjung. Pada hari kerja, yaitu Senin sampai dengan Jum’at, khusus untuk pegawai TMR pintu timur dibuka dari pukul 6.00-8.00 WIB dan dibuka kembali pada pukul 16.00 WIB. Untuk mencapai pintu timur dapat melalui jalan Jati Padang. Stasiun terdekat untuk menuju pintu timur yaitu stasiun Lenteng Agung dan perjalanan dapat dilanjutkan dengan menggunakan mikrolet M 17 dari Pasar Lenteng Agung. Pintu barat TMR dapat ditempuh melalui jalan Cilandak Raya dan jalan Kavling Polri. Setelah keluar dari tol Ampera Timur dapat diteruskan melalui jalan Cilandak Raya dan masuk ke jalan Kavling Polri dengan jalan satu arah.

4.1.1.3 Sejarah Taman Margasatwa Ragunan

Pertama kali didirikan pada tanggal 19 September 1864 di Batavia (kini

Jakarta) dengan nama “Planten en Dierentuin” yang dikelola oleh perhimpunan

penyayang Flora dan Fauna Batavia (Culture Vereniging Planten en Dierentuin at Batavia). Taman ini berdiri di atas lahan seluas 10 ha di Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat yang di hibahkan oleh Raden Saleh, pelukis ternama di Indonesia.

Setelah Indonesia Merdeka, pada tahun 1949 namanya diubah menjadi Kebun Binatang Cikini. Dengan perkembangan Jakarta, Cikini menjadi tidak cocok lagi untuk peragaan satwa. Pada tahun 1964 pada masa Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta Dr. Soemarno dibentuk Badan Persiapan Pelaksanaan Pembangunan Kebun Binatang untuk memindahkan dari Jl. Cikini Raya No.73 ke Pasar Minggu Jakarta Selatan yang diketuai oleh Drh. T.H.E.W. Umboh, Pemerintah DKI Jakarta menghibahkan lahan seluas 30 hektar di Ragunan, Pasar Minggu. Kepindahan dari Kebun Binatang Cikini ke Ragunan membawa lebih dari 450 ekor satwa yang merupakan sisa koleksi terakhir dari Kebun Binatang Cikini.

Kebun Binatang Ragunan dibuka secara resmi pada 22 Juni 1966 oleh Gubernur DCI (Daerah Chusus Ibukota) Jakarta Mayor Jenderal Ali Sadikin dengan nama Taman Margasatwa Ragunan. Semakin berkembangnya zaman, sebuah kebun binatang bukan lagi zamannya satwa liar diperlihara dalam kandang yang sempit dan berjeruji. Sebuah kebun binatang harus mengarah kepada kebun flora dan fauna modern yang menempatkan satwa sebagai museum hidup dan bertema ekologi yang mendekati perilaku jenis dan habitat aslinya serta penyajiannya dalam sangkar terbuka.

(32)

Kebun Binatang Ragunan melakukan usaha pembenahan yang mengikuti perkembangan zaman. Perbaikan dan perubahan yang dilakukan yaitu perbaikan komposisis jenis koleksi satwa, sifat dan tema penyajian koleksi, perbaikan teknis dan administrasi, perbaikan pengelolaan dana, perbaikan sumber daya manusia, dan penggantian nama Kebun Binatang Ragunan menjadi Taman Margasatwa Ragunan yang diresmikan pada tanggal 1 April 1999 sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.34 Tahun 1999 tentang Pengesahan Peraturan DKI Jakarta.

Pada tahun 2001 sampai tahun 2008 namanya berubah menjadi Kantor Taman Margasatwa Ragunan. Pada awal tahun 2009 berubah lagi menjadi Unit Pelayanan Teknis (UPT) Taman Margasatwa Ragunan dan terakhir pada awal tahun 2010 namanya menjadi Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah (UPT BLUD) Taman Margasatwa Ragunan. Taman Margasatwa Ragunan saat ini melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006.

4.1.1.4 Peran, Visi, dan Misi Taman Margasatwa Ragunan

Peran keberadaan TMR tidak hanya melakukan perlindungan dan pelestarian satwa terutama satwa langka, tetapi juga melakukan perlindungan kawasan sebagai daerah hijau terbuka yang bermanfaat sebagai paru-paru kota dan daerah resapan air untuk menyangga banjir di wilayah Ibukota. Peran TMR juga sangat mendukung sebagai tempat pendidikan dan penelitian, karena ideal sebagai laboratorium alam yang memadukan kehidupan harmonis antara flora dan fauna.

Pengunjung yang datang ke TMR disuguhkan oleh suasana dan nuansa alam yang asri sebagai tempat kumpul keluarga, melepas kepenatan rutinitas harian di Ibukota. TMR merupakan salah satu sarana berinteraksi sosial masyarakat baik melalui pertemuan keluarga maupun melalui olahraga. Selain masyarakat lokal, terdapat beberapa warga negara asing yang berkunjung ke TMR. Dilain pihak keberadaan TMR sebagai aset Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta menjadi katup pengamanan sosial ditengah himpitan dan kesulitan serta beratnya perjuangan hidup di Ibukota, masih ada tempat rekreasi yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

Peran TMR adalah sebagai lembaga konservasi yang melakukan pelestarian dan perlindungan keanekaragaman flora-fauna diluar habitatnya. Pelestarian jenis dan genetis satwa langka di luar habitatnya, ketika habitat aslinya mengalami kerusakan dan pengrusakan. TMR diharapkan dapat menjadi rumah terbaik bagi satwa yang ada didalamnya.

Sasaran TMR yaitu:

1. meningkatkan jumlah koleksi satwa dan flora berdasarkan kelangkaannya 2. meningkatkan jenis satwa popular yang disenangi pengunjung

(33)

4. meningkatnya partisipasi program in-situ

5. tertatanya kawasan melalui perencanaan tata ruang 6. tetanganinya masalah limbah

7. meningkatnya angka kunjungan wisata 8. meningkatnya kualitas SDM.

Visi dari TMR yaitu mewujudkan TMR sejajar dengan Kebun Binatang di kota-kota besar di Negara maju yang dihuni oleh satwa yang sejahtera. Misi dari TMR antara lain:

1. meningkatkan kualitas kesejahteraan satwa mendekati habitatnya

2. meningkatkan masyarakat cinta satwa dalam rangka sosialisasi konservasi ex-situ

3. meningkatkan kerjasama ilmiah dan informasi satwa baik dalam dan luar negeri

4. meningkatkan hubungan antar daerah atau Negara melalui program tukar menukar satwa antar kebun binatang dalam dan luar negeri

5. meningkatkan pelestarian dan keindahan fauna-flora sebagai suatu ekosistem yang terpadu

6. meningkatkan TMR sebagai wilayah resapan air dan pengendalian run off melalui pembuatan dan pendalaman waduk/danau.

TMR memiliki tujuan dan sasaran. Tujuan tersebut antara lain: 1. terwujudnya TMR sebagai penyelamat satwa langka

2. terwujudnya TMR sebagai paru-paru kota dan wilayah resapan air di ibu kota

3. terwujudnya TMR sebagai laboratorium alam yang lengkap 4. tenjadikan TMR sebagai laboratorium alam yang lengkap

5. menjadikan TMR sebagai tempat mengekspresikan rasa cinta satwa dan flora.

4.1.2 Topografi dan Tanah

TMR berada pada ketinggian 40-50 mdpl. Kawasan ini memiliki kemiringan lahan antara 2°-60°. Pada umumnya kawasan TMR cenderung datar dan landai, tetapi pada daerah danau dan kolam peragaan satwa memiliki kemiringan lahan yang curam. TMR memiliki jenis tanah latosol merah yang bersifat netral dan berwarna merah. Tanah jenis ini memiliki karakteristik yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah tersebut mengalami pelapukan yang akan menghasilkan top soil tebal sehingga di TMR tanaman dapat tumbuh subur. Tanah latosol merah memiliki profil tanah yang dalam, memiliki kepekaan terhadap erosi yang tergolong kecil sampai sedang, dan mudah menyerap air sehingga sehingga kawasan TMR tidak terkena banjir.

4.1.3 Hidrologi

(34)

air, memancing, dan bersantai di pinggir danau. TMR memiliki banyak lubang drainase alami yang berasal dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berada di dalam TMR, tersedianya RTH merupakan media resapan air yang baik sehingga kawasan TMR terbebas dari banjir. Selain itu, TMR memiliki saluran air yang terdapat di sepanjang jalan yang mengelilingi kawasan tersebut.

Gambar 6 Danau ragunan

4.1.4 Iklim

Data iklim TMR diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Meteorologi Kemayoran, Jakarta yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, penyinaran matahari, curah hujan, dan kecepatan angin dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Suhu udara rata-rata di kawasan TMR sebesar 28.4°C. Suhu rata-rata tertinggi bulanan terjadi pada bulan Mei yaitu sebesar 28.84°C dan terendah pada bulan Februari sebesar 26.32°C (Gambar 7).

Sumber: BMKG (2012)

Gambar 7 Suhu udara rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011

Kelembaban udara rata-rata di kawasan TMR yaitu sebesar 75%. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu sebesar 80.50% dan terendah pada bulan Agustus sebesar 70.25% (Gambar 8). Penyinaran matahari rata-rata bulanan tertinggi di kawasan TMR terjadi pada bulan Agustus

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00

Su

h

u

u

d

ar

a

(

°

(35)

sebesar 82.80% dan terendah pada bulan Desember sebesar 26.40%. Rata-rata penyinaran matahari di kawasan TMR yaitu sebesar 56.64%. Penyinaran matahari rata-rata bulanan kawasan TMR dapat dilihat pada Gambar 9.

Sumber: BMKG (2012)

Gambar 8 Kelembaban udara rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011

Sumber: BMKG (2012)

Gambar 9 Penyinaran matahari rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011

Kawasan TMR memiliki curah hujan rata-rata sebesar 226 mm/bulan, untuk curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April yaitu 494.56 mm/bulan dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 52.32 mm/bulan (Gambar 10). Angin berhembus dengan kecepatan rata-rata 5 km/jam. Kecepatan angin rata-rata bulanan tertinggi yaitu sebesar 5.4 km/jam yang terjadi pada bulan Januari, Maret, dan Desember. Kecepatan angin rata-rata bulanan terendah yaitu terjadi pada bulan Februari sebesar 4.8 km/jam (Gambar 11)

Sumber: BMKG (2012)

Gambar 10 Curah hujan rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011

(36)

Sumber: BMKG (2012)

Gambar 11 Kecepatan angin rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011

4.1.5 Vegetasi dan Satwa

TMR memiliki banyak koleksi vegetasi dan satwa, terdapat 171 jenis vegetasi dengan jumlah mencapai 15 389 pohon, vegetasi yang ada di TMR didominasi oleh pohon. Di sekitar pintu barat TMR didominasi oleh pohon pinus (pinus merkusii) dan pada daerah sekitar danau dan kolam satwa didominasi oleh bamboo (Bambussa sp). Keberadaan RTH yang ada di TMR memiliki fungsi penting, yaitu untuk meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara, dan pengatur iklim mikro. Selain itu, RTH tersebut berfungsi sebagai sebagai ruang interaksi sosial dan sarana rekreasi. Data vegetasi yang ada di TMR dapat dilihat pada Lampiran 3.

Sebagai lembaga konservasi ex-situ, TMR berperan dalam melestarikan satwa. Jumlah keseluruhan satwa yang ada di TMR yaitu 2101 ekor. Pengelompokan satwa yang ada di TMR berdasarkan kelasnya yaitu Pisces, Reptilia, Aves, dan Mammalia. Masing-masing kelas tersebut diklasifikasikan lagi, dengan jumlah 31 ordo, 76 family, 220 species, dan 71 sub species. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Inventarisasi satwa

(37)

4.1.6 Visual

TMR dikelilingi oleh pemandangan yang bernuansa alami dengan 60% kawasannya didominasi oleh RTH dan terdapat kandang satwa yang menyerupai habitat aslinya. Selain itu, pada sebagian lahan TMR terlihat area pertamanan, kantor, dan bangunan lain yaitu ruang serbaguna, area bermain anak, kantin, musholla, dan gedung informasi. Secara keseluruhan TMR memiliki pemandangan yang cukup indah. Namun terdapat juga beberapa area yang terlihat tidak indah.

Pada setiap pintu masuk TMR terdapat penanda atau ciri khas. Pada pintu masuk utama yaitu pintu utara, terdapat patung orang utan. Setelah memasuki pintu utara terdapat pemandangan yang indah yaitu taman dan kolam pelikan (Gambar 12). Pada pintu timur terdapat pemandangan yang sedikit berbeda, taman yang berada di area pintu timur tidak seindah taman yang berada di pintu utara. Dekat dengan pintu timur terdapat pemandangan dari danau ragunan yang merupakan good view pada area pintu timur (Gambar 13). Di sekitar pintu barat pemandangan yang dapat dilihat yaitu taman dengan hamparan rumput, pepohonan, dan tanaman hias, dan terdapat taman dengan patung elang bondol sebagai ciri khas kawasan pintu barat (Gambar 14).

Gambar 12 Gerbang pintu utara (a) dan kolam pelikan (b)

(38)

Gambar 14 Taman elang bondol di area pintu barat

4.2 Aspek Legalitas

Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.53/MENHUT-II/2006, Taman Margasatwa adalah Kebun Binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Taman Margasatwa adalah lembaga konservasi yang memelihara jenis-jenis satwa berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa yang terdiri dari jenis/spesies dalam satu kelas tertentu.

Kriteria Taman Margasatwa meliputi :

1. koleksi satwa yang dipelihara sekurang-kurangnya 2 (dua) kelas, baik yang dilindungi maupun yang tidak dilindungi undang-undang dan atau ketentuan Convention of International Trade on Endangered Spesies of Flora Fauna (CITES);

2. memiliki lahan seluas sekurang-kurangnya 1 (satu) hektar; 3. memiliki ketersediaan sumber air dan pakan yang cukup;

4. memiliki sarana pemeliharaan satwa, antara lain: kandang pemeliharaan, kandang perawatan, kandang karantina, kandang pengembangbiakan/ pembesaran dan prasarana pendukung pengelolaan satwa yang lain;

5. memiliki kantor pengelola dan sarana pengelolaan pengunjung;

6. tersedia tenaga kerja sesuai bidang keahliannya antara lain dokter hewan, ahli biologi atau konservasi, kurator, perawat dan tenaga keamanan.

TMR merupakan Unit Pelayanan Teknis Badan Layanan Umum Daerah (UPT BLUD). Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (PermenPAN) No. PER/18/M.PAN/11/2008. UPT adalah organisasi mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional dan/atau penunjang tertentu. Mandiri artinya diberikan kewenangan mengelola kepegawaian, keuangan dan perlengkapan dan perlengkapan sendiri dan tempat kedudukan terpisah dari organisasi induknya. Tugas teknis operasional adalah tugas untuk melaksanakan kegiatan teknis tertentu yang secara langsung berhubungan dengan pelayanan masyarakat.

(39)

Ayat 1 tentang Ketentuan Umum dijelaskan bahwa Badan Layanan Umum (BLU), adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, yang selanjutnya disebut PPK-BLU, adalah pola pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini sebagai pengecualian dan ketentuan pengelolaan keuangan negara pada umumnya. Pemerintah yang dimaksud adalah pemerintah pusat dan/atau daerah.

BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/ pemerintah daerah untuk tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan. BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan. BLU mengelola penyelenggaraan layanan umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat. BLU harus dikelola secara profesional seperti bisnis, oleh karena itu, pegawai BLU harus tenaga profesional. Tenaga profesional tersebut bisa PNS maupun Non PNS. Komposisi jumlah PNS maupun Non PNS dalam suatu BLU dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Selanjutnya, pada Bab IV tentang Standar dan Tarif Layanan bagian pertama tentang Standar Layanan, Pasal 8 dijelaskan bahwa instansi pemerintah yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) menggunakan standar pelayanan minimum, yang ditetapkan oleh menteri/ pimpinan lembaga/gubernur/bupati walikota sesuai dengan kewenangannya dengan mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Sedangkan pada bagian kedua tentang Tarif Layanan ayat 1 dijelaskan bahwa BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan, pada ayat 5 dijelaskan bahwa tarif layanan sebagaimana dimaksud harus mempertimbangkan:

a. kontinuitas dan pengembangan layanan, b. daya beli masyarakat,

c. asas keadilan dan kepatutan, dan d. kompetisi yang sehat.

(40)

Letak TMR yang berada di Ibukota DKI Jakarta, turut berperan dalam mendukung penghijauan kota Jakarta. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan, Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 persen dari luas wilayah kota yang terdiri dari ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka hijau privat. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota.

Peran TMR dalam mendukung penghijauan secara tidak langsung juga turut mengurangi pemanasan global. Pemanasan global adalah kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang dikenal sebagai gas rumah kaca yang menyelimuti bumi dan memerangkap panas. Pemanasan global merupakan salah satu masalah penting yang dialami secara universal oleh seluruh negara. Pemerintah sebagai pelaksana kegiatan bernegara mempunyai tanggung jawab memberikan hak warga negaranya mendapat perlindungan terhadap keberlangsungan hidupnya. Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pemanasan global yang semakin meningkat mengakibatkan perubahan iklim sehingga memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup karena itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.

4.3Aspek Pengelolaan

4.3.1 Struktur Organisasi

Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 135 tahun 2009. TMR berada dibawah tanggung jawab Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta. Dalam bab II pasal 2 mengenai Pembentukan, tercantum bahwa dengan Peraturan Gubernur ini dibentuk Unit Pengelola Taman Margasatwa Ragunan.

Kedudukan tugas dan fungsi TMR adalah sebagai berikut:

1. Unit Pengelola TMR merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kelautan dan Pertanian dalam pelaksanaan pengelolaan TMR.

2. Unit pengelola dipimpin oleh seorang Kepala Unit yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

(41)

Urusan yang mencakup Urusan Keuangan, Urusan Kepegawaian, Urusan Perencanaan Rumah Tangga dan Keamanan, dan Urusan Umum.

Seksi Pelayanan Pengunjung merupakan Satuan Kerja lini Unit Pengelola dalam pelaksanaan pelayanan pengunjung TMR yang membawahi Urusan Pelayanan Pengunjung, Urusan Pendapatan, Urusan Teknologi Informasi, dan Urusan Promosi dan Pameran. Seksi Kesejahteraan dan Peragaan Satwa merupakan Satuan Kerja lini Unit Pengelola dalam pelaksanaan pengembangan dan pemeliharaan kesejahteraan satwa yang mencakup Koordinator Tata Lingkungan, Koordinator Konservasi, Urusan Rancang Teknis, Urusan Pertamanan, dan Urusan Pendidikan dan Penelitian. Unit Pengelola dapat mempunyai Subkelompok Jabatan Fungsional. Struktur Organisasi TMR dapat dilihat pada Gambar 15.

Sumber: Taman Margasatwa Ragunan (2012)

Gambar 15 Struktur Organisasi UPT. Taman Margasatwa Ragunan Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta

Dalam pekerjaannya seorang Kepala Unit mempunyai tugas memimpin dan mengoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola, mengoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok Jabatan Fungsional, melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan

KEPALA UNIT

SEKSI PELAYANAN PENGUNJUNG

Urusan Pelayanan Pengunjung

 Urusan Pendapatan

 Urusan Teknologi Informasi

 Urusan Promosi dan Pameran

SUB KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SEKSI KESEJAHTERAAN DAN PERAGAAN SATWA

 Koordinator Tata Lingkungan  Koordinator Konservasi  Urusan Rancang Teknis  Urusan Pertamanan  Urusan Kebersihan  Urusan Pendidikan dan Penelitian

SUB BAGIAN TATA USAHA  Urusan Keuangan

(42)

fungsi Unit Pengelola. Selain itu, melaksanakan koordinasi dan kerja sama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan/atau instansi pemerintah/swasta, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola.

Unit Pengelola TMR mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan TMR. Untuk menyelenggarakan tugasnya, Unit Pengelola TMR mempunyai fungsi: a. penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen pelaksanaan

Anggaran (DPA) Unit Pengelola

b. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Unit Pengelola

c. pelaksanaan pengelolaan, pengembangan dan pelestarian lingkungan khusus dalam kawasan TMR

d. penyelenggaraan pengadaan dan pemeliharaan/perawatan keanekaragaman satwa dan flora Pengelolaan kegiatan rekreasi di TMR

e. pengelolaan kegiatan rekreasi di TMR

f. penyelenggaraan promosi dan pameran fauna dan habitatnya

g. pemungutan, pencatatan, pembukuan, penyetoran, pelaporan, dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi Taman Mragasatwa Ragunan h. pelaksanaan kerjasama dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (UKPD)

dan/atau instansi pemerintah/swasta dalam rangka pengembangan TMR i. penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan, dan

pemanfaatan data dan informasi mengenal satwa/fauna, flora dan habitat j. pelaksanaan publikasi kegiatan Unit Pengelola TMR

k. penelitian dan pendidikan lingkungan yang berkenaan dengan satwa/fauna, flora, habitat, dan konservasi.

l. pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan barang

m. pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan n. pelaksaan upacara dan pengaturan acara Unit Pengelola TMR

o. penyiapan bahan laporan Dinas Kelautan dan Petanian yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsi unit pengelola

p. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pengelola.

Gambar

Gambar 6  Danau ragunan
Gambar 8  Kelembaban udara rata-rata bulanan kawasan TMR 2007-2011
Tabel 4  Inventarisasi satwa
Gambar 12  Gerbang pintu utara (a) dan kolam pelikan (b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keberhasilan penyembuhan jerawat dengan memanfaatkan masker madu pada kelompok ekperimen I (X2) terlihat hasil penelitian menunjukkan skor penilaian jerawat kearah

Raya Duri Kepa, Kebon Jeruk SMK NEGERI 60 Jl.. Duri

Metode yang digunakan dalam permasalahan economic dispatch pada penelitian ini adalah metode iterasi lambda yang berdasarkan pada base point and participations

1. Taha! !erama adalah  foto-ionisasi aom. 6ek 6oolisrik ini memye)a)kan aom men#adi kehilan&amp;an elekron... Taha! kedua adalah sa)ilisasi aom

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan data kondisi existing di lapangan diperoleh jumlah armada optimum trayek Tanjung Karang - Teluk Betung yaitu sebesar 23

 bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan talan dengan perantaraan lapisan pelumas. Bantalan lunur mampu menumpu poros berputaran

a) Unit Level Activities, adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan setiap kali memproduksi satu unit produk atau aktivitas-aktivitas yang melekat dan mempengaruhi pada satu

Gambar 3.2 Diagram Human Capital Cost Factor Dari Gambar 3.2 dapat di analisis dari diagram di atas merupakan sejumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk