• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Optimisasi Biaya Produksi Dan Persediaan Bahan Baku Pada PT. Federal Karyatama.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Optimisasi Biaya Produksi Dan Persediaan Bahan Baku Pada PT. Federal Karyatama."

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PT. FEDERAL KARYATAMA

Oleh

LONY DUTA PRATAMA

H24087038

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

KAJIAN OPTIMISASI BIAYA PRODUKSI DAN PERSEDIAAN

BAHAN BAKU PADA

PT. FEDERAL KARYATAMA

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

LONY DUTA PRATAMA

H24087038

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Judul skripsi : Kajian Optimisasi Biaya Produksi Dan Persediaan Bahan Baku Pada PT. Federal Karyatama.

Nama : Lony Duta Pratama. NIM : H 24087038

Menyetujui Pembimbing,

(Ir. Pramono D Fewidarto, M.Sc.) NIP 195802021984031003

Mengetahui : Ketua Departemen,

(Dr.Ir Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP 19610123986011002

(4)

RINGKASAN

LONY DUTA PRATAMA. H24087038. Kajian optimisasi biaya produksi dan persediaan bahan baku pada PT. FEDERAL KARYATAMA. Di bawah bimbingan PRAMONO D FEWIDARTO

Pertambahan jumlah kendaraan roda dua sangatlah pesat, menuut data Kepolisian Daerah Metro Jaya tahun 2002-2007 menunjukkan, pertumbuhan jumlah sepeda motor di Jakarta rata-rata 327.540 unit per tahun atau 897 unit per hari. Persaingan diantara para produsen oli mendorong setiap perusahaan untuk mengendalikan produksinya pada setiap lini agar tercapai efisiensi untuk mengurangi biaya produksi. Optimisasi produksi sangat penting mengingat bahwa perusahaan memiliki sumberdaya yang terbatas dan kombinasi produksi yang tepat dapat menekan biaya produksi perusahaan, dan sebaliknya produksi yang tidak optimal akan dapat membuat perusahaan menderita kerugian.

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mempelajari pola produksi PT. FKT, dan mengidentifikasi parameter-parameter yang dibutuhkan untuk perumusan formulasi penetapan kombinasi produk dan tingkat persediaan optimal 2) Menghitung dan menganalisis kombinasi produk yang optimal dan menetapkan tingkat persediaan optimal.

Peramalan permintaan menggunakan data historis, yaitu data time series

total produksi produk dari tahun 2008 sampai dengan 2010, dilakukan dengan menggunakan menggunakan metode weighted moving average. Metode ini dipilih karena pada kasus rencana produksi PT. FKT, metode weighted moving average

memiliki tingkat kesalahan paling kecil.

Jumlah botol yang diproduksi dengan peramalan metode weighted moving average hanya terpaut sedikit dengan rencana produksi PT.FKT tetapi dengan kombinasi jumlah setiap produk yang berbeda. Total rencana produk PT FKT adalah 49.135.200 botol, sedangkan pada penelitian ini total rencana produksi adalah 49.135.075 botol. Biaya produksi dengan menggunakan rencana produksi PT. FKT adalah sebesar Rp 682.999.878.207. sedangkan dalam penelitian ini didapatkan perkiraan total biaya produksi adalah sebesar Rp 682.682.142.425.

Manajemen persediaan bahan baku pada PT. FKT menggunakan sistem

continuous review pada keseluruhan bahan untuk memproduksi produk Z1 hingga Z8 berikut botol kemasannya. Total biaya minimum dapat dilakukan dengan menemukan kombinasi produksi yang dapat meminimumkan biaya produksi. Biaya yang digunakan adalah biaya produksi dari bahan dibeli hingga proses

blending dan oli dikemas pada botol. Terdapat selisih sebesar Rp, 619.047.446 antara rencana produksi yang telah disusun oleh pihak PT. FKT dengan hasil optimisasi.

Total cost yang terjadi selama periode produksi 2011 diperkirakan sebesar Rp 5.959.940.670. Bahan A adalah bahan baku yang memiliki biaya inventory

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sidoarjo pada tanggal 21 Maret 1987, Dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari ayahanda Djoko Pribadi dan ibunda Yuda Ningsih.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen Alih Jenis, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini berjudul Kajian optimisasi biaya produksi dan persediaan bahan baku pada PT FEDERAL KARYATAMA. Penulis selalu berusaha agar skripsi ini disusun dengan sebaik mungkin. Namun demikian, saran dan kritik untuk perbaikan yang bersifat membangun dalam penulisan ini sangat diharapkan. Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, serta membalas kebaikan semua pihak yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungannya kepada penulis. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor, September 2011

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Penyusunan skripsi telah banyak dibantu oleh berbagai pihak baik secara moril maupun materiil. Oleh karena itu, penulis banyak berterimakasih kepada :

1. Ir, Pramono D Fewidarto, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi, dan pengarahan pada penulis dan Seluruh staf pendidikan dan staf kependidikan Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang telah membantu penulis selama menjalankan kegiatan perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini.

2. Ibunda Yuda Ningsih dan Ayahhanda Djoko Pribadi terimakasih yang begitu luar biasa atas perhatian , dukungan dan doanya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prio Adipurwanto, Bapak Aditya Ridwan serta setluruh staf manajemen PT Federal Karyatama yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh teman-teman dari Program Sarjana Alih Jenis Manajemen yang selalu bersama-sama membuat kenangan indah selama kuliah.

(8)

DAFTAR ISI

1.5. Ruang Lingkup Penelitian 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1. Industri Manufaktur 6

2.2. Optimisasi Produksi 6

2.2.1 Konsep Dasar Linear Programming 7

2.3. Persediaan 9

2.3.1 Pengertian Persediaan 9

2.3.2 Peran dan Fungsi Persediaan 10

2.4. Teori Peramalan 13

2.5. Jenis-Jenis Peramalan 14

2.6. Tahapan Peramalan 15

2.7. Metode Peramalan 16

2.8. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku 17

2.8.1 Model Probabilistik 17

2.8.2 Peramalan Penjualan 17

2.8.3 Optimisasi Pembelian Bahan Baku 18

2.8.4 Safety Stock 18

2.8.5 Lead Time 19

2.8.6 Reorder Point 20

(9)

III. METODE PENELITIAN 22

3.1. Kerangka Pemikiran 22

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian 23

3.3. Pengumpulan Data 23

3.4. Pengolahan Data 23

3.4.1 Analisa Pola Permintaan Produk 23

3.4.2 Pola Produksi Optimum 24

3.4.3 Manajemen Persediaan Bahan Baku 24

3.5. Tahapan Penelitian 25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 26

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 26

4.2. Produk-produk FKT 26

4.3. Proses Pengolahan Oli 27

4.4. Bahan Baku 29

4.5. Peramalan Permintaan Oli 29

4.6. Perumusan Model Pemrograman Linear 31

4.6.1 Perumusan Persamaan Tujuan 31

4.6.2 Perumusan Persamaan Kendala 32

4.6.3 Hasil Optimisasi Fungsi Tujuan 37

4.7 Analisa Pola Permintaan Produk dan Rencana Produksi 37

4.8. Manajemen Persediaan Bahan Baku 39

4.9. Total Inventory Cost 42

4.10. Implikasi Manajerial 43

KESIMPULAN DAN SARAN 44

1. Kesimpulan 44

2. Saran 45

DAFTAR PUSTAKA 46

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Grafik jumlah penduduk dan populasi sepeda motor tahun

1981-2009………... 1

2 Rasio perbandingan jumlah motor dengan jumlah penduduk tahun

1981-2009 ……… 2

3 Manufaktur sebagai proses input output (Biegel dalam Kusuma,

2004)……… 6

(11)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Rencana Produksi PT.FKT 2011 ……….. 30

2. Ramalan Permintaan Produk 2011 ……….. 31

3. Total Rencana Pembelian Bahan Baku Berdasarkan Ramalan Permintaan………. 32

4. Tabel Jumlah Produksi Setelah Optimisasi ……….. 38

5. Safety Stock Setiap Bahan ……… 41

6. Reorder point Setiap Jenis Bahan ……… 41

7. Jumlah Pemesanan Bahan pada tahun 2011..……… 42

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1 Diagram Alir Penelitian………. 49

2 Tabel Pengumpulan Data dan Analisis………. 50

3 Diagram Tahapan Penelitian………. 51

4 Struktur Organisasi... 52

5 Alur proses pengolahan oli………... 53

6 Data Historis penjualan Tahun 2008 - 2010 ……… 54

7 Metode Peramalan ……….... 55

8 Komposisi dan Biaya Produksi Produk……… 57

9 Optimisasi Produksi (POM)……….. 58

10 Grafik Pola Permintaan Setiap Produk ……… 60

11 Perkiraan Permintaan Produk Perbulan……… 61

12 Proses Perhitungan ( Microsoft Excel) ……… 62

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Transportasi adalah salah satu sarana yang paling vital dalam menunjang setiap aktifitas sehari-hari. Jenis kendaraan pribadi yang paling banyak digunakan saat ini adalah sepeda, sepeda motor karena dinilai paling ekonomis. Kemacetan yang sering terjadi di kota-kota besar pun dapat dilalui dengan mudah dengan sepeda motor .

Pertambahan jumlah kendaraan bermotor roda dua sangatlah pesat, menurut data Kepolisian Daerah Metro Jaya tahun 2002-2007 menunjukkan, pertumbuhan jumlah sepeda motor di Jakarta rata-rata 327.540 unit per tahun atau 897 unit per hari. Menurut Dinas Perhubungan DKI Jakarta, di daerah Jakarta saja pertumbuhan per harinya antara 700 hingga 900 sepeda motor per harinya. Jumlah sepeda motor pada tahun 2007 mencapai 3,5 juta kendaraan bermotor, dan hingga tahun 2009 jumlah sepeda motor yang beredar di Indonesia mencapai 50 juta unit.

Gambar 1. Grafik populasi sepeda motor dan jumlah penduduk tahun 1981-2009. a)

Hampir setiap satu orang di DKI Jakarta memiliki satu buah sepeda motor, dan rasio antara jumlah sepeda motor dan jumlah penduduk dari tahun ke tahun terus meningkat.

(14)

Gambar 2. Rasio perbandingan jumlah sepeda motor dengan jumlah penduduk tahun 1981-2009.b)

Setiap pemilik kendaraan bermotor pasti membutuhkan pelumas mesin untuk menjaga agar kendaraan bermotor-nya tetap berada pada kondisi prima. Kondisi yang demikian menyebabkan produsen pelumas berlomba-lomba untuk mengajak pengguna kendaraan bermotor agar menggunakan produk mereka.

Persaingan yang semakin ketat antar perusahaan produsen oli mesin mendorong setiap perusahaan untuk mengendalikan produksinya pada setiap lini agar tercapai efisiensi untuk mengurangi biaya produksi. Perusahaan produsen oli di Indonesia berjumlah 15 diantaranya adalah Agip, Castrol, Evalube, Indomobil, Mobil 1, Motul, Penzoil, Petronas, Shell, STP, Top 1, Total, Valvoline, Pertamina dan Federal Oil. Setiap perusahaan tersebut pasti menginginkan biaya produksi yang minimum untuk dapat memenangkan persaingan.

Masalah produksi merupakan permasalahan yang amat penting untuk bersaing dengan perusahaan lain, karena apabila produksi dapat berlangsung sesuai dengan yang direncanakan maka tujuan perusahaan dapat tercapai. Sedangkan apabila proses produksi tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan, maka akan mengakibatkan kerugian pada pihak perusahaan. Kelancaran dalam proses produksi dipengaruhi oleh perencanaan jumlah produksi dengan memperhatikan keterbatasan jumlah sumberdaya yang dimiliki perusahaan.

(15)

Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang bertujuan untuk meraih laba dengan cara memproduksi suatu barang (bukan jasa), oleh sebab itu perhatian perusahaan manufaktur akan terfokus pada proses produksi dan operasi. Efisiensi proses produksi dan operasi yang salah satunya adalah mengoptimasi biaya produksi dan manajemen persediaan bahan baku.

Optimisasi produksi sangat penting mengingat bahwa perusahaan memiliki sumberdaya yang terbatas dan kombinasi produksi yang tepat dapat meningkatkan keuntungan perusahaan atau menekan biaya produksi. Sebaliknya produksi yang tidak optimal akan dapat membuat perusahaan menderita kerugian karena biaya produksi lebih besar dari yang seharusnya.

Menentukan tingkat persediaan bahan baku adalah kegiatan dalam manajemen persediaan, dan merupakan bagian vital dalam manajemen produksi dan operasi karena memegang peranan kunci dalam rantai produksi dalam industri manufaktur. Tanpa bahan baku maka proses produksi tidak mungkin dilaksanakan, selain itu persediaan bahan baku menyerap biaya yang tidak kecil, oleh karena itu persediaan bahan baku memerlukan pengelolaan persediaan bahan baku yang efektif dan efisien.

Persediaan bahan baku untuk proses produksi seharusnya dapat memenuhi standar kualitas yang memadai dan kuantitas yang ditargetkan sehingga perusahaan dapat terhindar dari biaya-biaya yang tidak perlu seperti, biaya pengerjaan kembali, biaya penyimpanan yang terlalu besar, bahkan kerugian akibat proses produksi yang macet karena ketiadaan bahan baku.

Kelebihan persediaan bahan baku akan mengakibatkan peningkatan biaya penyimpanan, dan menimbulkan resiko bahan baku rusak karena menunggu penggunaan yang terlalu lama. Sebaliknya apabila persediaan bahan baku kurang atau tidak mencukupi. maka akibatnya lebih fatal, yaitu kegiatan produksi akan berhenti dan permintaan konsumen akan produk tidak akan terpenuhi. Menghindari kerugian-kerugian diatas maka perusahaan harus menerapkan manajemen persediaan bahan baku yang tepat.

(16)

Pulo Gadung Jakarta Timur. PT. FKT adalah perusahaan yang memproduksi minyak pelumas dengan merek FEDERAL OIL, yang pertama sekali dipasarkan pada tahun 1988 sebagai pelumas sepeda motor di Indonesia.

Saat ini terdapat banyak produsen minyak pelumas dengan berbagai merek beredar di pasaran, kondisi persaingan seperti ini menuntut perusahaan untuk dapat bersaing dengan berbagai strategi. Salah satu cara perusahaan untuk dapat bersaing adalah dengan mengefisienkan biaya produksi. Perusahaan juga harus mampu meramalkan permintaan pasar, sehingga dapat merencanakan jumlah barang yang akan diproduksi, kemudian mengatur persediaan bahan baku pada tingkat yang optimal.

Peramalan permintaan dibutuhkan oleh Bagian Perencanaan Produksi PT. FKT untuk melihat permintaan konsumen pada masa mendatang terhadap permintaan yang telah dijanjikan (kontrak kerja) maupun untuk dijual di pasar bebas. Disamping itu dari peramalan juga tergambar prospek terhadap peningkatan penjualan perusahaan, sehingga dapat menentukan atau merumuskan tingkat produksi efektif dengan menggunakan sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Peramalan permintaan biasanya dilakukan dengan mempelajari data historis perusahaan yang berkaitan dengan penjualan produk.

Keterbatasan sumberdaya yang dimiliki perusahaan mengakibatkan perusahaan perlu melakukan optimisasi dengan mengefisiensikan sumberdaya perusahaan untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang paling tepat sehingga efisien dari segi total biaya produksi bagi perusahaan. Optimisasi yang dilakukan oleh perusahaan manufaktur biasanya dilakukan Divisi Produksi dan Operasi pada sektor tenaga kerja, jam kerja, biaya produksi. 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, agar PT. FKT dapat bersaing dengan produsen pelumas lain di pasaran, maka dapat dirumuskan masalah penelitian adalah sebagai berikut :

(17)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mempelajari pola produksi di PT. FKT.

2. Menghitung dan menganalisis kombinasi produk yang optimal dan tingkat persediaan optimal.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama penulis kuliah.

2. Panelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan sumber pemikiran baru pada Divisi Produksi PT.FKT.

3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian membatasi masalah pada faktor-faktor yang meliputi:

1. Faktor optimisasi produksi pada penelitian ini juga dibatasi pada proses produksi dari saat perusahaan memesan bahan baku hingga produk dikemas pada botol kemasan.

2. Data yang digunakan adalah data produksi dan data permintaan produk perusahaan yang tersedia atau dapat digunakan dalam perencanaan produksi PT. FKT pada tahun 2011.

(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Industri Manufaktur

Manufaktur berasal dari kata manufacture yang berarti membuat dari tangan (manual) atau dengan mesin, sehingga menghasilkan suatu barang (Prawirosento, 2007). Secara umum manufaktur menurut adalah suatu kegiatan memproses suatu barang atau beberapa bahan menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah yang lebih besar atau kegiatan memproses pengolahaan input menjadi output. Contoh industri manufaktur adalah industri oli mesin, indusri obat, industri makanan kaleng, industri automotif dan lain-lain.

Proses manufaktur dapat digambarkan dalam diagram alir pada Gambar 3, dimana masukan (input) dikonversi, dengan bantuan peralatan, keahlian, uang, dan sumberdaya yang lainnya, menjadi luaran (output) yang disebut sebagai produk akhir.

Gambar 3. Manufaktur sebagai proses input-output (Biegel dalam Kusuma, 2004)

2.2. Optimisasi Produksi

Persoalan produksi adalah membuat nilai suatu fungsi beberapa peubah menjadi maksimum atau minimum atau dengan memperhatikan batasan-batasan. Biasanya pembatasan-pembatas tersebut berupa tenaga kerja (men),

(19)

sumberdaya untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya (Mulyono, 1991).

Optimisasi adalah penggunaan faktor-faktor produksi seefisien mungkin, Soekartawi (1992). Faktor-faktor produksi tersebut adalah modal, mesin, bahan baku, bahan pembantu, dan tenaga kerja. Optimisasi yang dilakukan dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu :

1. Maksimisasi, yaitu menggunakan atau mengalokasikan input yang ditentukan untuk mendapatkan keuntungan maksimal. Maksimisasi keuntungan ini dapat dilihat baik dari segi laba sistem kerja yang efektif (rancangan penugasan), maksimisasi pangsa pasar dan lokasi perusahaan. 2. Minimisasi yaitu untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan menggunakan input atau biaya yang paling minimal. Minimisasi dapat berupa minimisasi penggunaan sumberdaya, biaya distribusi biaya persediaan biaya pengendalian mutu, jumlah tenaga kerja, waktu proses pelayanan dan fasilitas perusahaan.

2.2.1 Konsep Dasar Linear Programming.

Pemrograman linier adalah suatu metode matematik dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya, (Mulyono, 1991). Persoalan dalam linear programming adalah berusaha untuk mencari pemecahan optimal di dalam batasan sumber daya perusahaan. Agar pemrograman linier dapat diterapkan maka asumsi-asumsi dasar yang dapat digunakan adalah :

a) Linearity, kata linear secara tidak langsung dapat diartikan sebagai hubungan proporsional yang berarti bahwa tingkat perubahan atau tingkat hubungan antar veriabel adalah konstan oleh karena itu perubahan nilai peubah mengakibatkan perubahan relatif nilai fungsi dalam jumlah yang sama.

(20)

langsung dari kontribusi individual dari setiap peubah dari sumber daya yang bersesuaian.

c) Divisibility. Suatu asumsi yang menyatakan bahwa nilai solusi yang diperoleh tidak harus merupakan bilangan bulat. Solusi dari perhitungan dapat terjadi pada pada nilai pecahan manapun. Dalam hal ini peubah keputusan merupakan peubah kontinu, sebagai kebalikan dari peubah diskrit atau bilangan bulat.

d) Deterministic. Dalam linear programming semua parameter

model diketahui konstan, maka secara tak langsung mengasumsikan bahwa suatu masalah keputusan dalam satu kerangka statis, dimana semua parameter diketahui dengan kepastian.

Pemrograman linier memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan, yaitu sebagai alat kuantitatif untuk melakukan program linear mudah untuk diterapkan, terutama jika menggunakan alat bantu komputer dan dapat menggunakan banyak peubah, sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya optimum yang dapat dicapai. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia. Kekurangan dari program linear adalah jika komputer tidak tersedia maka pengolahan dengan menggunakan banyak peubah akan menyulitkan dalam penarikan analisisnya.

Taylor III (2001), menjelaskan teknik di dalam linear programming menggambarkan bahwa fungsi linear dalam model matematik adalah linier dan teknik pemecahan masalah terdiri dari langkah-langkah matematik yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, tiga tahapan dalam penggunaan dalam penggunaan pemrograman linier yaitu :

a) Masalah harus dapat diidentifikasikan sebaai sesuatu yang dapat diselesaikan dengan pemrograman linier.

(21)

c) Model harus diselesaikan dengan teknik matematik yang telah dibuat.

Model adalah sebuah tiruan terhadap realita. langkah untuk membuat peralihan dari realita ke model kuantitatif dinamakan perumusan model yang merupakan salah satu teknik dasar didalam penentuan teknik optimisasi produksi. Siswanto (2007), model pemrograman linier mempunyai tiga unsur utama yaitu:

a) Peubah keputusan. Adalah peubah persoaalan yang akan mempengaruhi nilai tujuan yang hendak dicapai. Di dalam proses pemodelan, penemuan peubah keputusan tersebut harus dilakukan terlebih dahulu sebelum merumuskan fungsi tujuan dan kendala-kendalanya.

b) Fungsi Tujuan. Dalam model pemrograman linier, tujuan yang hendak dicapai harus diwujudkan ke dalam sebuah fungsi matematik linier dan selanjutnya dimaksimumkan atau diminimumkan terhadap kendala-kendala yang ada.

c) Fungsi Kendala. Kendala dapat diidentifikasikan sebagai suatu pembatas terhadap kumpulan keputusan yang mungkin dibuat dan harus dituangkan ke dalam fungsi matematik linier.

2.3. Persediaan

2.3.1 Pengertian Persediaan

(22)

1. Persediaan bahan baku di tangan (stock on hand). 2. Daftar persediaan secara fisik.

3. Jumlah item di tangan. 4. Nilai persediaan barang.

Persediaan merupakan material yang ditempatkan di sepanjang jaringan proses produksi dan jalur distribusi (Heizer dan Render, 2006). Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.

Persediaan pada perusahaan berupa bahan-bahan mentah (bahan baku) yang disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat di dalam perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu (Rangkuti, 2004). Persediaan merupakan salah satu unsur paling aktif dalam proses produksi dan operasi suatu perusahan yang secara terus-menerus diperoleh, diubah, ditambah yang kemudian dijual kembali.

Menurut Riggs dalam Baroto (2002) persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses (work in process) barang jadi, barang pembantu, bahan pelengkap, komponen yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Persediaan merupakan kumpulan beberapa jenis barang atau sumber daya yang digunakan dalam suatu organisasi.

2.3.2 Peranan dan Fungsi Persediaan

Menurut Rangkuti (2004), persediaan yang diadakan mulai dari bahan baku sampai barang jadi berguna untuk:

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang. 2. Menghilangkan resiko barang yang rusak.

(23)

4. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 5. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya. Fungsi-fungsi persediaan diantaranya adalah:

1. Fungsi Decoupling; Adalah fungsi persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada pemasok. (Rangkuti, 2004). Atau memisahkan beragam bagian produksi (Heizer dan Render, 2006). Sebagai contoh jika pasokan sebuah perusahaan berfluktuasi, maka mungkin diperlukan persedaian tambahan untuk mendecouple (memisahkan) proses produksi dari para pemasok. Disamping itu persediaan dalam hal ini juga untuk memisahkan ikatan perusahaan dari fluktuasi permintaan, juga persedian barang-barang akan memberikan pilihan bagi pelanggan. Persediaan semacam ini umumnya terjadi pada pedagang eceran.

2. Fungsi Economic Lot Sizing; Persediaan Lot Size ini perlu untuk penghematan atau potongan pembelian dan juga pengangkutan per-unit jadi lebih murah. Hal ini disebabkan karena perusahaan melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi, risiko dan sebagainya). Fungsi persediaan untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas, sebab pembelian dalam jumlah lebih besar dapat mengurangi biaya produksi atau pengiriman barang.

3. Fungsi Antisipasi; disediakan guna menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu perusahaan, yaitu permintaan musiman (Rangkuti, 2004).

(24)

menghadapi fluktuasi permintaan yang sudah diperkirakan sebelumnya atau sering disebut Stabilisation Stock.

Fungsi persediaan juga dapat dikategorikan sebagai persediaan pengaman (Sefety Stock) yaitu persediaan yang dilakukan untuk mengantisipasi unsur ketidakpastian permintaan dan penyediaan.

4. Fungsi Transit Stock; Transit Stock adalah persediaan yang masih dalam pengiriman atau transit yang sering pula disebut work in proses.

Terdapat dua jenis persediaan dalam pengiriman: A: External Transit Stock

Persediaan yang masih berada dalam truk, kapal, kreta api ataupun alat transportasi yang lain.

B: Internal Transit Stock

Persediaan yang masih menunggu untuk diproses atau menunggu sebelum di pindahkan.

Alasan mengadakan persediaan (Schroeder,1997),diantaranya adalah : 1. Mengurangi ketidakpastian

2. Memungkinkan produksi dan pembelian ekonomis

3. Mengatasi perubahan yang diantisipasi dalam permintaan dan penawaran.

4. Menyediakan untuk transit

5. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang. 6. Menghilangkan resiko barang yang rusak.

7. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan. 8. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 9. Memberi pelayanan yang sebaik-baiknya.

Berdasarkan posisi barang, jenis persediaan dibagi lima yaitu: 1. Persediaan bahan baku.

(25)

4. Persediaan barang-barang setengah jadi atau barang dalam proses 5. Persediaan barang jadi.

2.4. Teori Peramalan

Menurut Mulyono (1991) menerangkan bahwa peramalan adalah salah satu proses memperkirakan proses secara sistematik tentang apa yang mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan sekarang yang dimiliki agar kesalahan-nya dapat diperkecil.

Menurut Handoko (1994) peramalan adalah suatu penafsiran terhadap permintaan akan produk dan jasa di masa mendatang. dan bagian-bagiannya sangat penting di dalam perencanaan dan pengawasan produksi. Peramalan yang baik adalah penting untuk effisiensi industri manufacturing dan jasa, hasil-hasil peramalan digunakan dalam pembuatan keputusan-keputusan yang menyakut pemilihan proses, perencanaan kapasitas dan tataletak fasilitas serta berbagai keputusan yang bersifat terus menerus dan berkenaan dengan perencanaan penjadwalan dan persediaan.

Menurut Heizer dan Render ( 2006 ), peramalan adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan yang dilakukan dengan melibatkan pengambilan data masa lalu dan menempatkannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model matematik. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan karena adanya perbedaan waktu antara dibutuhkannya kebijakan baru dengan waktu pelaksanaan kebijakan tersebut dan untuk mendapatkan peluang serta kesempatan yang ada dan ancaman yang mungkin terjadi di masa mendatang.

Terkait dengan penelitian ini aktivitas peramalan dimaksudkan agar perusahaan PT. FKT sebagai pembuat keputusan dalam proses produksi dapat menyiasati pola kemungkinan permintaan oli mesin di masa mendatang, maka perlu dilakukan maksimalisasi produktivitas perusahaan dan untuk meningkatkan keuntungan.

Beberapa faktor penting dalam peramalan yang harus dipertimbangkan mencakup:

(26)

3. Tingkat akurasi yang diperlukan. 4. Mutu data tersedia untuk dianalisis.

5. Sifat hubungan yang tercakup dalam masalah peramalan.

6. Biaya dan keuntungan dalam peramalan untuk menentukan keputusan. 2.5. Jenis-Jenis Peramalan

Menurut Assauri (2004) pada umumnya peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi tergantung dari cara melihatnya. Apabila dilihat dari sisi penyusunannya maka peramalan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

1. Peramalan subyektif, yaitu peramalan yang berdasarkan pada perasaan atau intuisi dari orang yang menyusunnya. Dalam hal ini pandangan atau judgement dari orang yang menyusunnya sangat menentukan baik atau buruknya hasil ramalan tersebut.

2. Peramalan obyektif, yaitu peramalan yang berdasarkan pada data relevan pada masa lalu, dengan menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam menganalisa data tersebut.

Menurut Heizer dan Render (2006), peramalan berdasarkan horizon waktu dapat dibedakan atas beberapa kategori, yaitu:

1. Peramalan jangka pendek, yaitu peramalan yang mencakup jangka waktu hingga 1 tahun tetapi umumnya tidak lebih dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merancanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan kerja dan tingkat produksi.

2. Peramalan jangka menengah, yaitu peramalan yang mencakup hitungan hingga batas 3 (tiga) tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan anggaran produksi, anggaran kas dan menganalisis bermacam-macam rencana produksi dan operasi.

(27)

Baik tidaknya metode yang digunakan dalam peramalan tergambarkan pada penyimpangan oleh hasil ramalan dengan kenyataan yang terjadi. Metode yang baik adalah metode yang memberikan nilai-nilai perbedaan atau penyimpangan yang mungkin. Peramalan kuantitatif hanya digunakan apabila terdapat tiga kondisi sebagai berikut:

a. Adanya informasi tentang keadaan yang lain.

b. Informasi tersebut dapat dikuantifikasi dalam bentuk data.

c. Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa mendatang.

2.6. Tahapan Peramalan

Peramalan adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa medatang melalui pengujian keadaan di masa lalu. Esensi peramalan adalah perkiraan peristiwa-peristiwa di waktu mendatang atas dasar pola-pola di waktu yang lalu. Peramalan memerlukan kebijakan, sedangkan proyeksi-proyeksi adalah fungsi mekanikal. Menurut Handoko (1994), proses peramalan terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

1. Penentuan Tujuan; langkah pertama terdiri atas penentuan estimasi yang diinginkan. Sebaliknya, tujuan tergantung kepada kebutuhan para manajer. Analis membicarakan dengan para pembuat keputusan untuk mengetahui apa kebutuhan-kebutuhan dan mengetahui:

a. Peubah-peubah apa yang akan di estimasi. b. Siapa yang akan menggunakan hasil peramalan. c. Untuk tujuan-tujuan apa hasil peramalan digunakan.

d. Estimasi jangka panjang atau jangka pendek yang diinginkan. e. Derajat kepentingan estimasi yang diinginkan.

f. Kapan estimasi dibutuhkan.

g. Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk kelompok pembeli, kelompok produk atau daerah geografis.

(28)

penjualan di masa mendatang. Pemilihan suatu model yang tepat adalah penting, karena setiap model memiliki asumsi-asumsi yang harus dipenuhi sebagai persyaratan penggunaannya. Validitas dan reabilitas estimasi sangat tergantung pada model yang dipakai.

3. Pengujian Model; Sebelum diterapkan, model biasanya diuji untuk menentukan tingkat akurasi validitas dan realibilitas yang diharapkan. Penerapannya mencakup pada data historik dan penyiapan estimasi untuk tahun-tahun sekarang dengan data nyata yang tersedia. Nilai suatu model ditentukan oleh derajat ketetapan hasil peramalan dengan kenyataan. Dengan kata lain, pengujian model bermaksud untuk mengetahui validitas atau kemampuan prediksi secara logika suatu model.

4. Penetapan Model; Setelah pengujian, analis menetapkan model dan dalam tahap ini data historis dimasukkan ke dalam model untuk menghasilkan suatu ramalan.

5. Revisi dan Evaluasi; Ramalan-ramalan yang dibuat harus senantiasa diperbaiki dan ditinjau kembali. Perbaikan mungkin perlu dilakukan, karena adanya perubahan- perubahan yang dilakukan oleh perusahaan atau lingkungannya seperti tingkat harga produk perusahaan, karakteristik produk, biaya-biaya periklanan, kebijaksanaan moneter dan kemajuan teknologi. Evaluasi merupakan perbandingan hasil ramalan dengan hasil nyata untuk menilai ketetapan penggunaan suatu metodologi atau teknik peramalan. Langkah ini diperlukan untuk menjaga mutu estimasi-estimasi di waktu mendatang.

2.7. Metode Peramalan

(29)

2.8. Kebijakan Pengawasan Persediaan Bahan Baku

Unsur-unsur kebijakan dalam pengawasan persediaan bahan baku terdiri dari model probabilistik, peramalan penjualan, safety stock, lead time, dan reorder point.

2.8.1 Model Probabilistik

Model probabilistik (model persediaan stokastik) merupakan metode yang valid dalam penentuan EOQ (Economic Order Quantity) atau simulasi. Model probabilistik akan menghasilkan kemungkinan-kemungkinan walaupun variabel yang membentuknya diketahui dengan pasti.

Model simulasi probabilistik (stokastik) merupakan komponen yang bersifat random (acak) dan akibat random tersebut maka hasil dari model simulasi stokastik hanya merupakan estimasi dari karakteristik sesungguhnya. Model simulasi stokastik mengandung unsur acak atau distribusi peluang sehingga tidak hanya membuat penaksiran keluaran yang definitif tapi juga disertai dengan deviasi (variance).

2.8.2 Peramalan Penjualan

Pengertian peramalan penjualan menurut Indrajit dan Pranoto (2003) merupakan kegiatan yang berhubungan dengan meramalkan atau memproyeksikan hal-hal yang terjadi di masa lampau ke masa depan. Peramalan penjualan adalah istilah yang sangat populer di dunia dan menyangkut peramalan permintaan yang akan datang berdasarkan permintaan yang lalu atau berdasarkan perhitungan tertentu.

Pada metode ini ada tiga tahapan iteratif dalam melakukan pemodelan deret waktu (Montgomery et al.,1990), yakni:

1. Spesifikasi model berdasarkan data historis. 2. Pendugaan parameter

(30)

Menurut Baroto (2002) , karakteristik peramalan permintaan adalah sebagai berikut :

1. Faktor penyebab yang berlaku di masa lalu diasumsikan akan berlaku juga di masa yang akan datang.

2. Peramalan tidak pernah sempurna, permintaan aktual selalu berbeda dengan permintaan yang diramalkan.

3. Tingkat ketepatan ramalan akan berkurang dalam rentang waktu yang semakin panjang. Implikasinya peramalan untuk rentang yang pendek akan lebih akurat dibanding peramalan untuk rentang yang waktu yang panjang.

2.8.3 Optimisasi Pembelian Bahan Baku

Jumlah pemesanan ekonomis merupakan besarnya pesanan agar menghasilkan biaya-biaya persediaan yang minimal, Assauri (2004). Untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis harus diupayakan agar biaya-biaya pemesanan dan penyimpanan diperkecil. Usaha untuk memperkecil biaya pemesanan dan penyimpanan ini menyebabkan sistem persediaan dihadapkan pada dua sifat biaya yang bertentangan. Sifat pertama menekankan agar jumlah pemesanan sangat kecil sehingga biaya pemesanan menjadi sangat besar selama satu tahun. Berdasarkan kedua sifat tersebut, maka dapat dilihat bahwa jumlah pemesanan ekonomis terletak antara biaya penyimpanan dan biaya pemesanan.

Optimisasi pembelian bahan baku dan waktu pembelian kembali dapat diperoleh dengan meggunakan metode simulasi. Serangkaian simulasi mencoba beragam jumlah pemesanan untuk mendapatkan total biaya persediaan yang minimal.

2.8.4 Safety Stock

(31)

1. Mengurangi biaya yang timbul karena kehabisan persediaan. Makin besar persediaan pengaman makin kecil kemungkinan kehabisan persediaan, sehingga semakin kecil pula biaya karena kehabisan persediaan.

2. Tetapi adanya persediaan pengaman akan menambah biaya penyediaan barang. Makin besar persediaan pengaman, makin besar pula biaya penyediaan barang.

Tujuan Safety Stock adalah untuk menentukan berapa besar

stock yang dibutuhkan selama masa tanggang untuk memenuhi besarnya permintaan (Rangkuti, 2004). persediaan pengaman yaitu persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kehabisan bahan atau barang. Safety Stock

diperlukan untuk menjaga terhadap ketidakpastian dan perubahan dalam lead time, penjadwalan, kualitas dan permintaan.

Safety stock dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan baku yang lebih besar dari pada perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan Assauri (2004). Penentuan besarnya persediaan pengaman ini mempergunakan analisa statistik. Standar penyimpangan dari bahan baku dapat diketahui dengan cara melihat dan memperhitungkan penyimpangan-penyimpangan yang sudah terjadi antara perkiraan kebutuhan bahan baku dengan pemakaian sesunguhnya dalam analisa statistik. Selanjutnya manajemen perusahaan akan menentukan seberapa jauh penyimpangan-penyimpangan yang terjadi tersebut dapat ditolerir.

2.8.5 Lead Time

(32)

cepat, beberapa jam atau bahkan lambat, yaitu beberapa bulan. Oleh karena itu perusahaan harus dapat menentukan waktu yang paling optimal untuk melakukan pemesan kembali, menurut Ahyari (1999), penentuan waktu tunggu ini mempunyai dua macam biaya, yaitu:

1. Biaya penyimpanan tambahan (BPT), atau sering disebut dengan

extra carrying cost adalah biaya penyimpanan yang harus dibayar oleh perusahaan oleh karena adanya surplus bahan baku. Keadaan ini disebabkan karena datangnya bahan yang dipesan lebih awal dari waktu yang telah direncanakan.

2. Biaya kekurangan bahan (BKB), atau sering disebut dengan stock out cost adalah merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan kekurangan bahan baku untuk keperluan proses produksinya. Biaya-biaya untuk mendapatkan bahan baku pengganti, termasuk selisihnya merupakan contoh biaya kekurangan bahan ini. Hal ini disebabkan apabila perusahaan tidak mendapatkan pengganti, maka proses produksi akan terhenti. Keadaaan kekurangan bahan ini disebabkan oleh karena bahan baku yang dipesan datangnya lebih lama dari waktu yang sudah ditentukan.

2.8.6 Reorder Point

(33)

2.9. Penelitian Terdahulu

Mukti (1997) melakukan penelitian mengenai strategi perencanaan produksi agregat industri kayu lapis. Metode perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan terhadap permintaan kayu dengan menggunakan metode peramalan ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average Model) dan hasil penelitian mengenai optimisasi dilakukan dengan menggunakan pemrograman linier dengan bantuan program komputer Linear Interactive of Discrete Optimize (LINDO). Total biaya minimum yang dihasilkan dari optimisasi Rp 335.405.790.000,- Faktor-faktor yang menjadi kendala dalam perumusan model pemrograman linier adalah jam tenaga kerja reguler, jam tenaga kerja lembur, kapasitas gudang, permintaan produk, dan persediaan produk jadi.

(34)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Perusahaan atau badan usaha pasti memiliki tujuan yang sama yaitu mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia serta menekan biaya se-optimal mungkin agar dapat berkompetisi di tengah persaingan yang semakin ketat.

Tujuan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dicapai dengan cara merancang dan mengimplementasikan strategi manajemen yang tepat. Pada industri manufacturing salah satu elemen terpenting adalah bagaimana perusahaan dapat menyusun sebuah perencanaan produksi yang optimum, kemudian melakukan pengadaan bahan baku yang sesuai dengan rencana produksi yang telah ditetapkan tersebut.

Perencanaan produksi yang baik sangat penting mengingat perusahaan pasti memiliki batasan sumberdaya yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi permintaan pasar. Implementasi dari perencanaan produksi akan berjalan dengan baik apabila ditunjang oleh perencanaan persediaan bahan baku yang baik pula, sehingga proses produksi dapat berlangsung tanpa hambatan dari segi bahan baku.

Kerangka pemikiran yang disusun adalah mengenai usaha untuk mengurangi atau mengefisienkan biaya produksi dengan melakukan peramalan hingga mendapatkan pola produksi yang paling mendekati perkiraan permintaan kemudian dilakukan proses optimisasi produksi dan persediaan bahan baku, setelah pola produksi yang optimal didapatkan maka rencana persediaan bahan baku disesuaikan dengan pola produksi yang baru diagram alir penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

(35)

PT. FKT untuk saat ini melakukan produksi untuk memenuhi permintaan dari perusahaan perakitan kendaraan bermotor yang berupa bulk

dan permintaan untuk dealer yang berupa oli kemasan botol untuk selanjutnya disebar ke pedagang kecil. Penelitian ini difokuskan kepada produk oli dalam kemasan botol karena permintaan bulk bersifat statis dan cenderung tetap.

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian dilakukan di pabrik PT. FKT di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta Timur, dari Oktober 2010 sampai dengan Maret 2011.

3.3. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder yang didapatkan langsung dari PT. FKT. Data primer yang digunakan dan diolah didapatkan dengan metode wawancara, diantaranya adalah:

a. Data mengenai proses produksi secara umum.

b. Data mengenai biaya-biaya produksi, kapasitas produksi, permintaan produk.

c. Pola pengiriman bahan baku dan pengiriman barang ke pasar.

Metode pengumpulan data yang lain adalah dengan melakukan observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung objek yang diteliti. Tabel pengumpulan data dan analisis dapat di lihat pada Lampiran 2.

3.4 Pengolahan Data

3.4.1 Analisa Pola Permintaan Produk

(36)

1. Mengumpulkan data permintaan produk 2008-2010.

2. Mengolah data-data tersebut, mengelompokkan berdasarkan tipe produk, lalu mencari rata-rata, nilai tengah, permintaan tertinggi, permintaan terrendah, masing-masing produk.

3. Menyajikan hasil olahan data tersebut dalam bentuk kurva, bagan-bagan dan mendeskripsikannya.

3.4.2 Pola Produksi Optimum

Setelah mendapatkan ramalan pola permintaan produk, data tersebut akan dipergunakan untuk menyusun pola produksi optimum bagi perusahaan dengan mempertimbangkan kapasitas produksi, dan hambatan sumberdaya yang dialami oleh perusahaan sebagai elemen pembatas dengan menggunakan linear programming dan dengan bantuan software.

3.4.3 Manajemen Persediaan Bahan Baku

Setelah mendapatkan pola produksi optimum, kemudian sistim persedian bahan baku yang telah telah diterapkan oleh PT.FKT disesuaikan dengan pola produksi yang telah optimum. Dalam menyesuaikan persediaan bahan baku terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

a. Safety Stock.

Safety stock yaitu persediaan tambahan yang disiapkan untuk melindungi perusahaan dari kemungkinan terjadinya kehabisan barang, dalam hal ini bahan baku. Safety Stock

diperlukan untuk menjaga terhadap ketidakpastian atau perubahan

Lead Time. Safety stock dihitung dengan rumus:

safety stock = √ (1) Dimana : Z = service level.

(37)

b. Lead Time.

Lead time adalah jeda waktu antara dilakukannya pemesanan hingga barang pesanan sampai dan siap untuk digunakan dalam proses produksi.

c. Reorder Point (R).

Reorder point adalah titik dimana perusahaan harus kembali melakukan pemesanan setelah dihitung dengan mempertimbangkan lead time dan safety stock sebagaimana hingga ketika barang yang dipesan tersebut tiba kondisi safety stock sama dengan nol (0). Reorder point dihitung dengan rumus:

Reorder point = đL + Z.σd

.

√ (2)

Dimana : đ = rata-rata penggunaan per satuan waktu.

Z = service level. L = lead time.

Z.σd √ = safety stock.

3.5. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan di PT.FKT diawali dengan mempelajari kondisi perusahaan secara umum melalui studi literatur dan wawancara dengan plant manager PT. FKT tentang kondisi perusahaan secara umum, sepeti tingkat penjualan, produk yang dihasilkan dan lain-lain.

Mendefinisikan faktor-faktor biaya produksi yang dilakukan dengan metode pengamatan, diskusi, studi literatur dan wawancara yang di lakukan di kedua plant produksi di PT. FKT, lalu dilanjutkan dengan pemetaan pola permintaan produksi dari bahan baku didatangkan hingga produk jadi keluar dari mesin dan siap di kemas dalam box.

(38)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

PT. FEDERAL KARYATAMA (PT. FKT) adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi oli pelumas, dan memulai usaha pada tahun 1989. PT. FKT pada saat ini memproduksi oli pelumas untuk kendaraan bermotor roda 2 yang didistribusikan dari Sabang hingga Merauke melalui agen-agen yang ditunjuk oleh PT. FKT . Sejak 1 Januari 1997, PT. FKT menempati kantor utama dan pabrik di Kawasan Industri Pulogadung, yang kemudian pada tahun 2009 PT. FKT mendirikan pabrik yang kedua juga di Kawasan Industri Pulogadung. Penelitian dilakukan pada kedua pabrik tersebut, yang memiliki kapasitas produksi total mencapai 176.000 botol oli mesin baik kemasan 1 liter maupun 0,8 liter per hari, dan dengan mempekerjakan 218 karyawan.

Presiden direktur pada struktur organisasi PT. FKT merupakan pimpinan tertinggi yang bertanggungjawab atas kelancaran dan kemajuan perusahaan. Meskipun demikian kekuasaan tertinggi perusahaan tetap berada dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Struktur organisasi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.2. Produk-produk PT. FKT

Produk yang dihasilkan PT. FKT adalah oli pelumas mesin kendaraan bermotor roda dua kopling basah atau yang biasa disebut kendaraan bermotor roda dua manual dan juga kendaraan bermotor roda dua dengan kopling kering, atau biasa disebut dengan sebutan kendaraan bermotor roda dua matic. PT. FKT memproduksi oli dengan merek dagang sebagai berikut:  EVOTEC, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W-30, dengan

(39)

 REXTRON-R, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W-30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MA Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling basah (manual), hasil pengembangan bersama R&D Honda dan salah satu perusahaan aditif internasional.

 SUPREME FLICK, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W-30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MB. Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling kering (matic) hasil pengembangan PT. FKT sendiri.  PRIME 1 BLUE, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W-30,

berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MB. Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling kering (matic) pengembangan bersama R&D Honda dan salah satu perusahaan aditif internasional.

 SUPREME ULTRATEC, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 20W-50, berspesifikasi standar kualitas API - SG JASO MA. Oli ini sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua 4-Tak dengan sistem kopling basah (manual) untuk mesin standar.

 SUPREME XX, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 20W-50, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MA. Oli sintetik yang sesuai untuk melumasi mesin kendaraan bermotor roda dua bermesin 4-Tak dengan sistem kopling basah (manual) untuk mesin generasi baru.

 RACING OIL, oli mesin dengan kekentalan multigrade SAE 10W30, berspesifikasi standar kualitas API - SJ JASO MA. Oli sintetik yang sesuai dengan mesin racing kandungan bahan sintetis untuk perlindungan maksimal pada kondisi ekstrim.

(40)

Angka SAE 10W-30 berarti 10W (Winter) menunjukkan pada suhu dingin oli bekerja pada kekentalan 10 dan pada suhu terpanas akan bekerja pada kekentalan 30. Kualitas oli disimbolkan oleh API (American Petroleum Institute), Semakin mengarah ke huruf Z semakin baik kualitas oli. Sebagai contoh oli dengan spesifikasi API-SH lebih baik daripada oli dengan spesifikasi API-SG begitu pula oli dengan spesifikasi API-SL lebih baik daripada oli dengan spesifikasi API-SL.

Merk-merk tersebut pada pembahasan selanjutnya akan diganti dengan simbol Z1 hingga Z8, untuk menyederhanakan dalam proses formulasi

matematika dan penyajian dalam tabel. 4.3. Proses Pengolahan Oli

Oli pelumas mesin berkualitas yang dihasilkan oleh PT. FKT dengan melakukan pengolahan dari oli dasar (base oil) menjadi produk jadi. Produk jadi ini diproses melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Pengecekan base oil.

Setelah base oil tiba, diambil sampel dari base oil tersebut untuk diteliti apakah memenuhi syarat mutu atau tidak, indikator kualitas base oil yang telah memenuhi syarat mutu diantaranya adalah visikositas dan standart API (American Petroleum Institute) yang digunakan.

2. Proses blending.

Pada proses ini oli dicampur dengan aditif sesuai dengan formulasi agar didapatkan karakteristik yang diinginkan menggunakan motor pengaduk.

3. Proses flushing.

Pada proses ini oli yang telah dicampur kemudian dipindah ke tangki homogenisasi, untuk membilas (flushing) tangki yang tadi digunakan dalam proses blending digunakan base oil (agar tidak ada aditif yang terbuang percuma).

4. Homogenisasi.

(41)

5. Pengepakan.

Setelah oli tercampur dengan merata maka oli siap dikemas pada botol kemasan, diagram proses pengolahan oli dapat dilihat pada lembar Lampiran 5

4.4. Bahan Baku

Bahan yang digunakan oleh PT. FKT untuk memproduksi 8 jenis oli mesin untuk kendaraan bermotor roda dua terdiri dari 14 jenis bahan yang dapat dikelompokkan menjadi base oil, aditif dan kemasan. Bahan didapatkan sebagian dari dalam negeri dan sebagian lain diimpor dari Singapura. Sistem pemesanan bahan dan jarak menyebabkan lead time untuk bahan lokal yaitu satu minggu dan bahan baku impor adalah satu bulan.

4.5. Peramalan Permintaan Oli

Rencana produksi yang digunakan oleh PT. FKT didapatkan dengan menganalisa potensi pasar yang berkembang untuk mendapatkan rencana produksi yang kemudian disesuaikan dengan rencana peningkatan market share.

Jumlah produk yang akan diproduksi oleh PT.FKT pada tabel Rencana Produksi PT.FKT 2011 (Tabel 1) dibanding dengan ramalan permintaan pada penelitian ini yang dapat di lihat pada tabel Ramalan Permintaan Produk 2011 (Tabel 2) terdapat perbedaan diantara keduanya. Berikut ini (Tabel 2) adalah rencana produksi yang disusun oleh PT.FKT berdasarkan pada perkiraan kenaikan potensi pasar dan rencana PT.FKT untuk meningkatkan market share pada tahun 2011.

(42)

metoda untuk mencari yang paling sesuai digunakan untuk peramalan dapat dilihat pada Lampiran 7.

Seluruh produk baik naik maupun turun. Produk Z8 pada Tabel 3

merupakan produk dengan jumlah produksi tertinggi dan produk Z6

merupakan produk dengan tingkat produksi terendah. Tabel 1. Rencana produksi PT.FKT 2011.

No. Jenis produk Jumlah produksi (botol)

1 Produk Z11 3.600

Sumber : PT. Federal Karyatama (2010).

Perbedaan jumlah pada masing-masing produk antara rencana produksi yang dilakukan oleh PT. FKT dan rencana produksi yang disusun pada penelitian ini, bisa disebabkan karena PT. FKT melakukan perencanaan dengan metode yang berbeda, sedangkan peramalan pada penelitian ini dilakukan dengan memfokuskan pada efisiensi biaya produksi.

(43)

Tabel 2. Ramalan permintaan produk 2011.

No. Jenis produk jumlah produksi (botol).

1 Produk Z11 480

Fungsi tujuan dalam linear programming menggambarkan tujuan dalam penelitian ini, yaitu menemukan kombinasi produksi yang dapat meminimumkan biaya produksi. Biaya yang digunakan adalah biaya produksi mulai dari pembelian bahan, hingga proses

blending dan pengemasan.

Bahan-bahan untuk membuat oli hingga menjadi produk jadi terdiri dari 10 jenis bahan baku, 2 produk jadi (dibeli dari pihak ke-3 yang kemudian langsung dikemas pada kemasan botol) dan 2 ukuran botol kemasan, komposisi bahan dari produk Z1 hingga Z8 dan total

biaya produksi dapat dilihat pada Lampiran 8.

Formulasi matematika pemrograman linier dengan tujuan meminimisasikan biaya produksi adalah sebagai berikut.

Z Min = 17.381 X11 + 17.181 X12 + 16.014 X20 + 15.884 X30 +

13.824 X40 + 20.356 X50 + 21.232 X60 + 16.240 X71 +

(44)

Keterangan: dibatasi oleh adanya kendala terkait dengan berbagai keterbatasan yang ada.

Tabel 3. Total rencana pembelian bahan baku berdasarkan ramalan permintaan (weighted moving average).

Nama bahan baku. Rencana Pembelian. (Liter)

A 32.651.825

Botol 1 Liter (buah) 9.636.456

Botol 0,8 Liter (buah) 40.676.150

Catatan:

(45)

Kendala yang terkait dengan proses produksi di PT.FKT dan formulasi matematikanya adalah sebagai berikut:

1. Kendala bahan baku

Bahan baku oli yang diproduksi oleh PT.FKT terdiri dari 12 jenis. Jumlah total dari aditif pada Tabel 4 ditentukan berdasarkan peramalan permintaan yang diurai berdasarkan formula pada komposisi dan biaya produksi produk Z1 hingga Z8 pada Lampiran

8.

126.347 ( constraint substrat F)

(46)

Jumlah masing-masing constraint didapatkan dengan menjumlahkan kebutuhan masing-masing jenis produk setiap liternya dikalikan dengan jumlah total rencana produksi pada produk tersebut

2. Kendala jumlah minimum dan maksimum produk

Produk oli mesin adalah suatu produk yang dapat dikategorikan substitusi sempurna, dalam artian pelanggan dapat beralih ke lain produk sejenis dengan mudahnya. Kendala jumlah minimum produk adalah minimum jumlah produksi suatu jenis produk dalam setahun, ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekosongan suatu produk di pasaran yang dapat memancing pelanggan untuk berpindah ke produk lain.

(47)

k) X60 ≥ 14.400 (constraint permintaan minimum produk Z6

o) X72 ≤ 12.895.887 (constraint permintaan maksimum produk Z7

kemasan 0,8 liter)

p) X81 ≥ 5.439.571 (constraint permintaan minimum produk Z8

kemasan 1 liter)

q) X81 ≤ 14.831.926 (constraint permintaan maksimum produk Z8

kemasan 0,8 liter)

r) X82 ≥ 30.824.236 (constraint permintaan minimum produk Z8

kemasan 1 liter)

s) X82 ≤ 84.047.585 (constraint permintaan maksimum produk Z8

kemasan 0,8 liter)

Constraint permintaan maksimum dan minimum didapatkan dengan melihat kecenderungan maksimum dan minimum penjualan yang dapat diketahui pada data time series penjualan tahun 2008-2010.

3. Kendala kapasitas produksi

Kendala kapasitas produksi adalah jumlah maksimum yang dapat diproduksi oleh PT. FKT. Kendala kapasitas produksi terjadi karena adanya keterbatasan pada kecepatan produksi setiap lini produksi.

(48)

lini produksi pertama menggunakan sistim robotic dengan kecepatan 7.200 botol per jam yang dapat memproduksi oli dengan kemasan hanya 0,8 liter. Lini produksi yang kedua menggunakan sistim in-line dengan kapasitas produksi 3.800 botol per jam yang dapat memproduksi botol dengan ukuran 1 liter dan 0,8 liter.

30.400.000 (constraint kapasitas produksi pabrik I)

b) X81 + X82≤ 44.000.000 (constraint kapasitas produksi pabrik

II)

Kapasitas produksi pada masing-masing produk didapatkan dengan menghitung kapasitas maksimum setiap lini produksi dalam satu tahun.

4. Kendala jumlah total produk dalam botol

Kendala jumlah total produk dalam botol, dimaksudkan agar hasil perhitungan optimisasi memenuhi target jumlah liter produk yang diproduksi oleh PT. FKT. Kuantitas produksi perlu diperhatikan karena apabila produksi berlebih, maka maka biaya penyimpanan akan bertambah, sedangkan apabila kuantitas produksi tidak memenuhi permintaan pasar maka perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh laba.

(49)

Persamaan kendala jumlah total produk dalam botol:

a) X11 + X50 + X60 + X71 + X81 ≥ 7.070.499 (constraint jumlah

total produk 1 ℓ).

b) X12 + X20 + X30 + X40 + X72 + X82≥ 42.040.570 (constraint

jumlah total produk 0,8 ℓ).

Constraint jumlah total produk setiap kemasan dihitung dengan menambahkan total perkiraan kebutuhan masing-masing produk pada kemasan 0,8 ℓ dan kemasan 1ℓ.

4.6.3 Hasil Optimisasi Fungsi Tujuan

Setlah formulasi matematik pemrograman linier kemudian dicari solusi optimalnya menggunakan program komputer POM agar diperoleh hasil kombinasi produk yang dapat meminimisasi biaya. Input proses optimisasi pada program komputer POM dapat di lihat pada Lampiran 9.

Perbedaan jumlah total produksi pada masing-masing jenis produk terjadi karena dalam perhitungan rencana produksi PT. FKT berbeda dengan yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu fokus pada optimisasi biaya produksi. Biaya produksi dengan rencana produksi yang telah disusun oleh PT. FKT adalah Rp 682.999.878.207, biaya produksi dalam hasil penelitian adalah Rp 682.682.142.425. Selisih antara keduanya adalah Rp 317.735.781.

4.7. Analisa Pola Permintaan Produk dan Rencana Produksi

Setelah jumlah optimal diketahui, maka total rencana produksi pada Sub-bab 4.7 dibagi ke dalam jumlah produksi tiap bulan selama satu tahun untuk memenuhi permintaan produk setiap bulan yang besarnya telah diperkirakan sebelumnya oleh PT. FKT.

Produk Z8 pada Lampiran 11 dan biaya produksi produk Z1 hingga Z8

terlihat merupakan produk dengan jumlah kontribusi biaya produksi tertinggi dan produk Z60 merupakan produk dengan tingkat kontribusi biaya produksi

(50)

Tabel 4. Jumlah produksi tahunan setelah optimisasi.

No. Jenis produk Jumlah produksi (botol)

1 Produk Z11 480

2 Produk Z12 337.745

3 Produk Z20 726.580

4 Produk Z30 237.718

5 Produk Z40 1.815.650

6 Produk Z50 28.800

7 Produk Z60 14.400

8 Produk Z71 1.455.206

9 Produk Z72 5.053.615

10 Produk Z81 5.449.571

11 Produk Z82 34.015.310

Total 49.135.075

Gambar 4 di atas terlihat bahwa rencana penjualan produk Z82 atau

produk Z8 dalam kemasan ukuran 0,8 liter adalah produk yang akan

diproduksi paling banyak, yakni mencapai 34.015.310 unit pada bulan juli 2011, disusul dengan produk Z81 atau produk Z8 dalam kemasan ukuran 1

liter, yang mencapai 25.000 unit pada bulan juli 2011.

(51)

Gambar 5. Grafik penjualan produk tahun 2008 hingga 2010, diolah.

Grafik penjualan produk tahun 2008 hingga 2010 pada Gambar 5 menunjukkan bahwa produk Z8, baik kemasan 0,8 liter dan 1 liter merupakan

produk dengan penjualan paling tinggi yakni mencapai 111.734 unit pada bulan 13, (Januari 2009), disusul dengan penjualan bulan ke 35, (November 2010) sebesar 110.157 unit.

Perkiraan jumlah penjualan produk paling tinggi pada Gambar 6 terjadi pada bulan juli, hal yang berbeda terlihat pada Gambar 7. Jumlah penjualan produk pada tahun pertama paling tinggi terjadi pada tahun 2008 adalah pada bulan Desember, sedangkan pada tahun 2009 penjualan tertinggi pada bulan Januari, dan pada tahun 2010 penjualan tertinggi ada pada bulan September.

4.8. Manajemen Persediaan Bahan Baku

Manajemen persediaan bahan baku pada PT. FKT menggunakan sistem continuous review pada keseluruhan bahan yang digunakan untuk memproduksi produk Z1 hingga Z8 berikut botol kemasannya.

Hal ini untuk menjaga agar sediaan bahan baku produksi selalu tersedia setiap saat. Bahan A, B, C, D, E, dan botol dibeli menggunakan sistem kontrak, dan bahan tersebut harus dipesan seminggu sebelum dapat diterima, sedangkan botol dipesan sebulan sebelumnya. Sedangkan bahan F, G, H, I, J, K harus dipesan sebulan sebelum tersedia di gudang dapat digunakan.

(52)

Bahan F, G, I, J, K diimpor dari supplier di Singapura dalam kemasan drum 200 liter. Bahan F, G, I, J, K dikirim dalam volume masing-masing 193, 200, 193, 170, dan 196 liter setiap kali pengiriman.

Manajemen persediaan bahan baku pada model probalilistik pada sistem continuous review berfokus pada reorder point yang dihitung dengan menggunakan rumus:

Safety stock dihitung dengan menggunakan rumus:

Z . σd

.

Dimana : Z = Service Level.

= Rata-Rata Kebutuhan L = Lead Time.

Simbol Z pada Safety stock adalah besar service level yang ditetapkan oleh perusahaan, yaitu 95 persen, service level sebesar 95 persen berarti perusahaan mensyaratkan bahwa tingkat persediaan pengaman mengizinkan kemungkinan terjadi kekurangan stock bahan tidak lebih dari 5 persen, besar nilai Z apabila menggunakan service level sebesar 95 persen adalah 1,65.

Contoh perhitungan Safety stock bahan A:

SS √

Simbol σd menerangkan standar deviasi penggunaan bahan per satuan

(53)

Reorder point dapat dihitung setelah mengetahui jumlah safety stock

dari masing masing bahan. Reorder point untuk masing-masing bahan disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5. Safety Stock untuk setiap bahan.

Jenis bahan Safety stock (liter).

A 2.244.813

Botol 1 Liter (buah) 972.194

Botol 0,8 Liter (buah) 5.780.579

Safety stock pada tabel di atas terlihat bahwa jumlah persediaan botol kemasan 0,8 liter adalah bahan yang paling banyak disimpan karena setiap produk pasti memerlukan botol kemasan, sedangkan produk kemasan 0,8 liter diproduksi lebih banyak daripada produk kemasan 1 liter.

Tabel 6. Reorder point untuk setiap jenis bahan.

Jenis bahan Reorder Point (liter).

A 2.532.217

Botol 1 Liter (buah) 1.561.402

(54)

Jumlah pemesanan bahan didapatkan dengan membagi total kebutuhan bahan pada tahun 2011 dengan jumlah bahan pada setiap pembelian pembelian.

Tabel 7. Jumlah pemesanan bahan pada tahun 2011.

Jenis bahan Jumlah pemesanan bahan (kali).

A 13

Total inventory cost adalah total jumlah biaya pemesanan ditambah biaya penyimpanan setiap bahan.

Tabel 8. Total inventory cost.

Jenis bahan Total Inventory Cost (Rupiah).

(55)

Total inventory cost yang terjadi selama periode produksi 2011 adalah Rp 5.959.940.670. Diantara bahan bahan diatas biaya persediaan yang paling besar adalah pada bahan A, sedangkan yang paling kecil adalah bahan L.

4.10. Implikasi Manajerial

Dengan perlunya perusahaan menggunakan metoda peramalan dalam membuat rencana produksi, pertimbangannya adalah Untuk mengetahui perkiraan jumlah permintaan produk, agar perusahaan dapat mengetahui periraan jumlah permintaan produk berikut pola permintaan, kapan diperkirakan mengalami puncak tertinggi, dan kapan diperkirakan akan mengalami penuruna permintaan terendah sehingga perusahaan dapat menyiapkan strategi yang tepat.

Metoda peramalan yang tepat juga dibutuhkan agar perusahaan dapat memperkirakan kebutuhan bahan baku, sehingga perusahaan dapat melakukan persiapan seperti melakukan tender permintaan bahan baku lebih tinggi untuk mempersiapkan perkiraan lonjakan permintaan produk. Perusahaan juga dapat menghitung perkiraan kebutuhan biaya, sehingga tidak terjadi kekurangan biaya untuk operasional selama periode produksi tersebut

Didalam menyusun rencana produksi akhir perusahaan perlu mempertimbangkan untuk menetapkan kombinasi produk yang dapat menekan biaya produksi ketingkat yang minimal. Keuntungan yang optimal dan berlanjut lebih kuat apabila di dukung oleh biaya produksi yang minimal.

Gambar

Gambar 1. Grafik populasi sepeda motor dan jumlah penduduk tahun 1981-
Gambar 2. Rasio perbandingan jumlah sepeda motor dengan jumlah penduduk tahun 1981-2009.b)
Gambar 3, dimana masukan (input) dikonversi, dengan bantuan peralatan,
Tabel 1.  Rencana produksi PT.FKT 2011.
+7

Referensi

Dokumen terkait

pemegang saham, termasuk hak-hak pemegang saham minoritas dan para.. pemegang saham asing, serta menjamin terlaksanannya komitmen dengan para investor. 2) Transparency

a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dll. b)

Selama tahap pertumbuhan dan pembentukan tulang serta guna mencapai PBM, pria membutuhkan lebih banyak kalsium daripada wanita selama 20 tahun pertama kehidupan mereka

Identifikasi Sistem MIMO Menggunakan Deret Laguerre Sistem yang akan diidentifikasi adalah MIMO yang mana secara prinsip metode yang digunakan untuk identifikasi sama dengan

The protective effect of the E3 / 2 genotype on the development of carotid atherosclerosis could be medi- ated by differences in the lipid metabolism because the association of E3 /

Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti (core) dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat penting dalam

• Mampu menerima gaya dengan arah sembarang.. GARIS ELASTIS

Jika disimak dengan seksama, saat membaca nama huruf-huruf tersebut tidak ada huruf mati di belakangnya. Nama-nama huruf itu ketika dibaca adalah : ha, ya, ta, ha, ra. Untuk