• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh komunikasi pemasaran obyek wisata terhadap perilaku wisatawan: studi kasus obyek wisata alam Gunung Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh komunikasi pemasaran obyek wisata terhadap perilaku wisatawan: studi kasus obyek wisata alam Gunung Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Propinsi Jawa Barat"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

(Kasus: Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, Desa

Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya,

Provinsi Jawa Barat)

GINA MEIDA RAMADIANA

I34061820

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

Abstract

This study focused on the influence of marketing communication on tourist behavior (Case: Object Nature Tourism Mountain Galunggung, Linggajati Village, District Sukaratu, Tasikmalaya regency). The purpose of this study is to determine: (1) the extent to affect perceptions of marketing communication messages and (2) the extent of perceptions of message affect tourist behavior. The results of this study indicate that exposure to marketing communications related to the perception of the message. The higher the exposure to marketing communications, the more positive perceptions of the message. Tourists who receives information from various forms of marketing communications - from advertising, communication at a tourist attraction, sales promotion, sponsorship marketing, publicity, and word of mouth marketing - have a positive perception of the message delivered, whether it be general information about the object and tourist attraction and which information is more specific about the message loving environment. In addition, exposure to external marketing communications is also associated with perceptions of the message. Although it showed a significant relationship, but the exposure of outside marketing communications tends to be low. The tendency of exposure which comes from friends / family / colleagues / local level low caused by the information is merely a reinforcement of the information obtained from marketing communications. Next, the perception of the message have a relationship with tourist behavior. The higher the perceptions of tourists towards the more positive messages tourist behavior. Tourists who have the perception that general information about the objects and attractions and which information is more specific about the message of environment care is clear and complete, tourism has a positive attitude. Mayotitas tourists Object Nature Tourism Mountain Galunggung already showing recreational behavior and conduct a positive environment of love. From these two dimensions, the behavior of recreation have a higher value than the behavior of caring environment. Tourists who have the perception that general information about the objects and attractions and which information is more specific about the environmental care message is clear and complete, has a positive recreational behavior. Tourist Object Nature Tourism Mount Galunggung can determine the decision to visit often (frequency of visits), select the objects and attractions available, determine the period of stay, and the next visit.

(3)

RINGKASAN

GINA MEIDA RAMADIANA. PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN

OBYEK WISATA TERHADAP PERILAKU WISATAWAN. Kasus: Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya. (Di bawah bimbingan SARWITITI S. AGUNG).

Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten yang berpotensi tinggi dalam sektor pariwisata. Trend back to nature menjadikan kecenderungan pariwisata dari wisata massal menjadi ekowisata. Salah satu obyek wisata unggulan Tasikmalaya yang mendukung kegiatan ekowisata adalah Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung. Karena Gunung Galunggung merupakan obyek wisata alam, wisatawan yang datang ke obyek wisata alam ini selain berekreasi untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata alam, dalam waktu bersamaan wisatawan juga dituntut untuk berperilaku cinta lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan komunikasi pemasaran terpadu yang tidak hanya mempengaruhi perilaku kunjungan wisatawan, namun juga sekaligus mempengaruhi perilaku cinta lingkungannya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) sejauhmana komunikasi pemasaran mempengaruhi persepsi terhadap pesan dan (2) sejauhmana persepsi terhadap pesan mempengaruhi perilaku wisata.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survai yang didukung pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara. Teknik sampling yang digunakan adalah convenience sampling dengan sampel 80 orang wisatawan nusantara. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menghubungkan variabel terpaan komunikasi pemasaran dengan persepsi terhadap pesan serta persepsi terhadap pesan dengan perilaku wisata. Uji statistik yang digunakan adalah Crosstabs-Correlations dengan analisis Pearson.

Penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar wisatawan yang mengunjungi Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung berasal dari Tasikmalaya. Mayoritas wisatawan adalah laki-laki, berada pada usia muda, memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, tingkat pendapatan yang rendah, dan memiliki frekuensi kunjungan rendah.

(4)

pesan, tetapi masih ada yang tergolong kategori rendah yaitu pada promosi penjualan, publisitas, dan pemasaran dari mulut ke mulut. Promosi penjualan tergolong rendah karena kurangnya sosialisasi mengenai harga tiket masuk. Publisitas tergolong rendah karena frekuensi tayang radio dan televisi lokal cenderung rendah, sedangkan pemasaran dari mulut ke mulut tergolong rendah karena wisatawan tidak memperoleh informasi langsung dari pihak pengelola.

Terpaan dari luar komunikasi pemasaran dengan persepsi terhadap pesan juga memiliki hubungan yang signifikan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk terpaan komunikasi pemasaran lebih besar daripada terpaan diluar komunikasi pemasaran. Kondisi ini dapat terjadi karena informasi yang berasal dari teman/keluarga (saudara)/rekan kerja/masyarakat setempat hanya bersifat sebagai penguat terhadap informasi yang didapat dari komunikasi pemasaran. Meskipun informasi dari luar komunikasi pemasaran sudah lengkap, namun cenderung kurang jelas. Sebagian besar informasi sudah didapatkan wisatawan dari komunikasi pemasaran. Setelah mendapatkan informasi dari komunikasi pemasaran, wisatawan akan memperkuat informasi tersebut dengan melengkapinya dari luar komunikasi pemasaran.

(5)

PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA

TERHADAP PERILAKU WISATAWAN

(Kasus: Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, Desa

Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya,

Provinsi Jawa Barat)

GINA MEIDA RAMADIANA

I34061820

SKRIPSI

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(6)

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Gina Meida Ramadiana

NRP : I34061820

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul : Pengaruh Komunikasi Pemasaran Obyek Wisata terhadap Perilaku Wisatawan (Kasus: Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Sarwititi S Agung, MS NIP: 19630904 199002 2 001

Mengetahui,

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP: 19550630 198103 1 003

(7)

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“PENGARUH KOMUNIKASI PEMASARAN OBYEK WISATA TERHADAP PERILAKU WISATAWAN” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, Januari 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Gina Meida Ramadiana dilahirkan pada tanggal 15 Mei 1988 di Tasikmalaya. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ir. Safari Agustin, MP dan Ibu Haryati S.Pd.

Pendidikan yang pertama kali ditempuh oleh penulis adalah Taman Kanak-kanak Dewi Sartika pada tahun 1993-1994. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri Karsanagara pada tahun 1994-2000, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tasikmalaya pada tahun 2000-2003, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Tasikmalaya pada tahun 2003-2006. Selama di bangku sekolah, penulis selalu berprestasi dalam bidang akademik dan aktif dalam beberapa kegiatan ekstrakurikuler, serta prestasi lain dalam kejuaraan-kejuaraan yang diikuti.

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, sehingga penulisan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Komunikasi Pemasaran Obyek Wisata terhadap Perilaku Wisatawan” ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir Sarwititi S. Agung, MS selaku dosen pembimbing Skripsi atas bimbingan, arahan, saran dan kritik yang membangun, serta segala bentuk dukungan dan perhatiannya selama proses penulisan studi pustaka (SP), proposal, penelitian, pengolahan data, dan Skripsi. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan maksimal.

2. Kedua Orangtua saya yang selalu memberikan do’a yang tidak pernah putus, segala dukungan yang tak terhingga, dan memberikan semangat kepada saya untuk bangkit bangkit dan bangkit !!! Hatur Nuhun Pisan.

3. Dr. Ir. Djuara P. Lubis, MS sebagai dosen penguji utama dan Ir. Murdianto, Msi sebagai dosen penguji wakil Departemen Sains KPM atas kesediaannya untuk menguji dan memberikan saran bagi skripsi ini.

4. Dosen Minor KSHE,terutama Ir. Arzyana Sungkar, MSc atas motivasi dan referensi yang bersangkutan dengan Skripsi saya.

5. Dimas Agung T dan “D 511 MZ”nya atas dukungan, kehadiran, dan kebersamaan yang melengkapi dan mewarnai hidup saya sehingga semakin memotivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini.

6. All Family dan All ”crew” Skripsi, terutama DBella dan Atha yang mewarnai hidupku; Andry yang menyempatkan menemani penelitian; Puja MP dan Dian F yang membantu melengkapi dokumentasi; Ary YF yang menemani proses pencarian literatur di perpustakaan UI; Nunu dan M. Azis yang membantu proses mengolah data; Sadiah yang menemani ortu untuk merawat saya pas saya diopname dan melalui masa-masa kritis ; serta 80 responden penelitian dan pihak pengelola Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung yang telah bekerjasama selama penelitian berlangsung.

7. Sahabat² Seperjuangan: Wiwin Nur’aeny, sobat dari TK sampai sekarang dan bahkan selamanya, yang selalu memotivasi dan berlomba dalam kebaikan... darimu kubelajar banyak hal dan aku berusaha tetap menjadi Gina yang kamu kenal !!!; Dara MS “my FF”... we must go on !!; Lisma Apriani, sahabat seperguruan yang bisa berbagi dan mengerti saya apa adanya... everythings gonna be okay !; Asmawati yang selalu menemukan tempat petualangan baru yang worth it & so sweet-lah; Terimakasih atas kebersamaan dan do’a kalian. 8. Sahabat²ku di Keluarga Besar Toophat serta di Keluarga Besar Error.

(10)

9. Teman-teman seperjuangan mayor KPM 43, terutama teman satu bimbingan (M. Azis dan Untung Prasetyo: seperjuangan di SP, Proposal dan Skripsi), Fini Hastin yang memberikan semangat, Last but not least Bageur Pren yang bageur (Dina Fatmasari, Wulandari, Rahayu), dan teman-teman minor KSHE yang tidak dapat disebutkan satu persatu, serta teman-teman yang menghadiri dan memberi masukan dalam kolokium saya, teman-teman yang menghadiri dan memberi dukungan dalam ujian skripsi saya, serta teman-teman yang pernah melakukan dosa-dosa terindah bersama di masa perkuliahan (insyaf sekarang ya). Terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama ini. 10. Teman-teman yang pernah hidup satu atap selama kuliah: Penghuni kamar

TPB A2 187 (Dewi AN, Siti, dan Riyanti); Penghuni Kosan lama Chatralaya (with u in 3 years); dan penghuni Kosan baru Mariners alias Pongah (Eenk, Dono, Wulan, Nana, Bg Jali, Alin, Ito, Udin, Achis, Franky, Aji, Gilang, Kincit,)...Thanks for All Moment 

11. Orang-orang di balik layar dept. KPM (Bu Maria, Bu Nissa, Bu Susi, dan Pak Fita) dan Bu Arsih nu sok nyuguhan saya ketika menunggu bimbingan. 12. Semua pihak yang tidak bisa disebut satu per satu yang telah memberikan

dorongan, doa, semangat, bantuan dan kerjasamanya selama ini. Serta yang telah menemani perjalanan hidup dan proses pembelajaran hingga saya sampai seperti sekarang ini. Apapun yang telah terjadi bersama saya adalah sebuah kenangan yang menjadi pelajaran hidup yang berharga bagi saya.

Semoga Skripsi ini bermanfaat untuk semua pihak dan membanggakan bagi keluarga, agama, sahabat-sahabat, teman-teman, institusi, bangsa, dan negara, serta dunia. Amien.

Bogor, Januari 2011

(11)

Halaman

1.4.Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL ... 6

2.1. Tinjauan Pustaka ... 6

2.1.1. Konsep Pariwisata, Ekowisata, dan Konservasi ... 6

2.1.1.1. Definisi Pariwisata ... 6

2.1.1.2. Definisi Ekowisata ... 6

2.1.1.3. Daerah Tujuan Wisata ... 6

2.1.1.4. Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) ... 6

2.1.1.5. Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Pegunungan ... 7

2.1.1.6. Wisatawan ... 7

2.1.1.7. Sapta Pesona ... 8

2.1.1.8. Beberapa Hal yang Merusak Lingkungan Obyek Wisata Alam ... 10

2.1.2. Konsep Komunikasi ... 13

2.1.2.1. Komunikasi ... 13

2.1.2.2. Komunikasi Massa ... 13

2.1.2.3. Komunikasi Interpersonal ... 14

2.1.2.4. Terpaan (Exposure) Media Informasi ... 15

2.1.2.5. Psikologi Komunikasi ... 16

2.1.3. Konsep Pemasaran ... 20

2.1.3.1. Pemasaran Pariwisata ... 20

2.1.3.2. Komunikasi Pemasaran ... 21

2.1.3.3.Komunikasi Pemasaran Terpadu ... 23

2.1.3.4. Bauran Pemasaran ... 25

2.1.3.5. Bauran Promosi ... 29

2.1.3.6. Keputusan Pembelian ... 30

2.1.4. Konsep Pengembangan Masyarakat ………... 31

2.2. Kerangka Pemikiran ... 34

2.3. Hipotesis ... 37

(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45

3.1. Metode Penelitian ... 45

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

3.3. Metode Penentuan Responden dan Informan ... 46

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 48

3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK WISATA ALAM GUNUNG GALUNGGUNG ... 50

4.1. Sejarah Kawasan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung ... 50

4.2. Nilai-nilai Kepercayaan di Gunung Galungung ... 51

4.3. Letak Obyek Wisata Gunung Galunggung dalam Peta Pariwisata dan Budaya Kabupaten Tasikmalaya ... 51

4.4. Produk Wisata di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung ... 53

4.4.1. Daya Tarik Wisata (Attraction) ... 53

4.4.2. Aksesibilitas (Accessibility) ... 54

4.4.3. Fasilitas (Aminities) ... 59

4.5. Karakteristik Wisatawan Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung ... 67

BAB V TERPAAN KOMUNIKASI PEMASARAN ... 70

5.1. Terpaan Komunikasi Pemasaran Oleh Pihak Pengelola ... 70

5.1.1. Terpaan Periklanan ... 71

5.1.2. Terpaan Komunikasi di Tempat Pembelian ... 73

5.1.3. Terpaan Promosi Penjualan ... 77

5.1.4. Terpaan Pemasaran Sponsorship ... 78

5.1.5. Terpaan Publisitas ... 83

5.1.6. Terpaan Pemasaran dari Mulut ke Mulut ... 85

5.2. Terpaan dari Luar Komunikasi Pemasaran oleh Pihak Pengelola ... 85

5.3. Kemudahan Mengakses Informasi ……….. 86

BAB VI PERSEPSI TERHADAP PESAN ... 88

6.1. Kejelasan Isi Pesan ... 89

6.2. Kelengkapan Isi Pesan ... 91

BAB VII PERILAKU WISATAWAN ... 93

7.1. Perilaku Rekreasi ... 94

7.2. Perilaku Cinta Lingkungan ... 96

BAB VIII ANALISIS HUBUNGAN ANTARA TERPAAN KOMUNIKASI PEMASARAN DENGAN PERSEPSI TERHADAP PESAN ... 99

8.1. Hubungan Terpaan Komunikasi Pemasaran dengan Persepsi terhadap Pesan ... 100

8.1.1. Hubungan Terpaan Periklanan dengan Persepsi terhadap Pesan ... 102

(13)

8.1.3. Hubungan Terpaan Promosi Penjualan dengan Persepsi

terhadap Pesan ... 105

8.1.4. Hubungan Terpaan Pemasaran Sponsorship dengan Persepsi terhadap Pesan ... 106

8.1.5. Hubungan Terpaan Publisitas dengan Persepsi terhadap Pesan . 107 8.1.6. Hubungan Terpaan Pemasaran dari Mulut ke Mulut dengan Persepsi terhadap Pesan ... 108

8.2. Hubungan Terpaan dari Luar Komunikasi Pemasaran dengan Persepsi terhadap Pesan ... 110

BAB IX ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PESAN DENGAN PERILAKU WISATAWAN ... 112

9.1. Hubungan Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Wisatawan ... 112

9.1.1. Hubungan Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Rekreasi .. 114

9.1.2. Hubungan Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Cinta Lingkungan ... 115

BAB X PENUTUP ... 121

10.1. Kesimpulan ... 121

10.2. Saran ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 123

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

Tabel 1. Proses Pengambilan Keputusan Berwisata ... 31 Tabel 2. Persentase Warga Menurut Mata Pencahariannya ... 64 Tabel 3. Jumlah Sarana Penunjang Masyarakat Menurut Jenis

Penunjang Perekonomian ... 65 Tabel 4. Jumlah Kesenian Daerah Menurut Jenis Kesenian dan

Lokasi Desa di Kecamatan Sukaratu ... 66 Tabel 5. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Karakteristik

Wisatawan ... 68 Tabel 6. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Komunikasi Pemasaran ... 70 Tabel 7. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Periklanan ... 71 Tabel 8. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Komunikasi di Obyek Wisata ... 73 Tabel 9. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Promosi Penjualan ………. 77 Tabel 10. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Pemasaran Sponsorship ... 78 Tabel 11. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Publisitas ... 83 Tabel 12. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Terpaan

Pemasaran dari Mulut ke Mulut ... 85 Tabel 13. Persentase Wisatawan Menurut Terpaan dari Luar

Komunikasi Pemasaran oleh Pihak Pengelola ... 86 Tabel 14. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Kemudahan

Mengakses Informasi ………. 86

Tabel 15. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Persepsi

terhadap Pesan ... 88 Tabel 16. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Kejelasan Isi

Pesan ... 89 Tabel 17. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Kelengkapan Isi

Pesan ... 91 Tabel 18. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Perilaku Wisata

di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung ... 93 Tabel 19. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Perilaku

(15)

Tabel 20. Jumlah dan Persentase Wisatawan Menurut Perilaku Cinta

Lingkungan ……… 96

Tabel 21. Persentase Terpaan Komunikasi Pemasaran dengan Persepsi

terhadap Pesan ... 100 Tabel 22. Persentase Terpaan Periklanan dengan Persepsi terhadap

Pesan ... 102 Tabel 23. Persentase Terpaan Komunikasi di Obyek Wisata dengan

Persepsi terhadap Pesan ... 103 Tabel 24. Persentase Terpaan Promosi Penjualan dengan Persepsi

terhadap Pesan ... 105 Tabel 25. Persentase Terpaan Pemasaran Sponsorship dengan Persepsi

terhadap Pesan ... 106 Tabel 26. Persentase Terpaan Publisitas dengan Persepsi terhadap

Pesan ... 107 Tabel 27. Persentase Terpaan Pemasaran dari Mulut ke Mulut dengan

Persepsi terhadap Pesan ... 109 Tabel 28. Persentase Terpaan dari Luar Komunikasi Pemasaran oleh

Pihak Pengelola dengan Persepsi terhadap Pesan ... 110 Tabel 29. Persentase Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku

Wisatawan ... 112 Tabel 30. Persentase Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku

Rekreasi ... 114 Tabel 31. Persentase Persepsi terhadap Pesan dengan Perilaku Cinta

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Komunikasi Pemasaran

Obyek Wisata terhadap Perilaku Wisatawan... 36

Gambar 2. Peta Pariwisata dan Budaya Kabupaten Tasikmalaya ... 52

Gambar 3. Persentase Wisatawan Menurut Obyek dan Daya tarik Wisata ……….. 54

Gambar 4. Peta Jalur Wisata Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung ………. 55

Gambar 5. Persentase Wisatawan Menurut Jalur Wisata ……….. 56

Gambar 6. Persentase Wisatawan Menurut Jenis Alat Transportasi ... 58

Gambar 7. Persentase Wisatawan Menurut Fasilitas Utama ... 59

Gambar 8. Persentase Wisatawan Menurut Pembelian Souvenir (Oleh-oleh) ... 60

Gambar 9. Persentase Wisatawan Menurut Penggunaan Fasilitas dan Pemenuhan Kebutuhan Makan ... 61

Gambar 10. Persentase Wisatawan Menurut Penggunaan Fasilitas dan Pemenuhan Kebutuhan Komunikasi... 62

Gambar 11. Persentase Wisatawan Menurut Kesan terhadap Sikap Warga ……….. 63

Gambar 12. Gerbang Pembelian Tiket Masuk ……… 74

Gambar 13. Papan Peringatan dan Himbauan Bagi Para Pengunjung … 75 Gambar 14. Papan Petunjuk Arah ………... 75

Gambar 15. Harga Tiket Masuk Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung ………. 77

Gambar 16. Pameran Lingkungan Hidup dalam kegiatan The Memory of Galunggung ’82……….. 79

Gambar 17. Kegiatan Seni Budaya dan Hiburan Pendukung dalam kegiatan The Memory of Galunggung ’82……… 80

Gambar 18. Pemeran Sepeda Sehat dan Sepeda Onthel dalam kegiatan The Memory of Galunggung ’82………. 81

Gambar 19. Lomba Paralayang dan Jeep Adventure dalam kegiatan The Memory of Galunggung ’82……… 82

Gambar 20. Kegiatan Kunjungan Wisata dalam kegiatan The Memory of Galunggung ’82 ……….. 82

Gambar 21. Peta Kawasan Wisata dan Papan Himbauan Cinta Lingkungan ……….. 92

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran

(18)

1.1Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor pariwisata. Pariwisata juga memiliki peranan besar dalam meningkatkan pendapatan nasional, disamping sektor migas. Pada tahun 2007, pariwisata memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 39,3 persen dan sebagai sumber devisa negara dengan nilai kontribusi sebesar 295,4 trilyun rupiah di bawah sektor migas (BPS, 2007). Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten yang berpotensi tinggi dalam sektor pariwisata. Sektor pariwisata menyumbang devisa terbesar kedua setelah sektor agroindustri.

Trend back to nature menjadikan kecenderungan pariwisata dari wisata massal menjadi ekowisata. Ekowisata adalah perjalanan wisata alam yang bertanggungjawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Selanjutnya ekowisata juga merupakan salah satu bentuk kegiatan pariwisata khusus serta merupakan salah satu bentuk pariwisata berkelanjutan. Perbedaan utama ekowisata dan wisata massal terletak dalam hal karakteristik produk dan pasar. Dengan demikian, dalam pelaksanaan ekowisata membutuhkan prinsip community development (pengembangan masyarakat) terutama prinsip sustainability (keberlanjutan), participation (partisipasi), dan

external expert (keahlian pihak luar).

(19)

mencorat-coret fasilitas, merokok, dan lain-lain. Hal tersebut karena mereka belum menyadari arti pentingnya alam itu sendiri terhadap kelangsungan pariwisata dan juga kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, diperlukan kegiatan komunikasi pemasaran terpadu yang tidak hanya mempengaruhi perilaku kunjungan wisatawan, namun juga sekaligus mempengaruhi perilaku cinta lingkungannya.

Komunikasi pemasaran (marketing communication) berkembang dari salah satu bauran pemasaran (marketing mix) yaitu promosi.Selanjutnya, menurut Shimp (2003), komunikasi pemasaran terpadu atau integrated marketing communication (IMC) adalah proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan – dalam hal ini adalah kepada wisatawan dan calon wisatawan (wisatawan potensial) - secara berkelanjutan. Tujuan IMC adalah mempengaruhi atau memberikan efek langsung kepada perilaku wisatawan. IMC menganggap seluruh sumber yang dapat menghubungkan wisatawan atau calon wisatawan dengan produk atau jasa pariwisata, adalah jalur yang potensial untuk menyampaikan informasi mengenai obyek wisata. Lebih jauh lagi, IMC menggunakan semua bentuk komunikasi yang relevan serta yang dapat diterima oleh wisatawan atau calon wisatawan.

Adapun tiga aspek penting dari produk pariwisata yang perlu mendapat perhatian dari para pengelola atau pemasar dalam bidang kepariwisataan, yaitu:

attraction (daya tarik wisata), accessibility (aksesibilitas), dan aminities (fasilitas).

(20)

karena selain dapat mempengaruhi keinginan berkunjung wisatawan tersebut dan membuatnya betah tinggal lebih lama di suatu daerah tujuan wisata juga dapat membuat wisatawan tersebut berperilaku cinta lingkungan di daerah tujuan wisata tersebut. Tentunya, semua itu sangat membutuhkan kegiatan komunikasi pemasaran terpadu yang sangat penting dalam mensosialisasikan obyek dan daya tarik wisata dan kegiatan-kegiatan yang terdapat di Obyek Wisata Alam Gunung Galunggung tersebut. Disini sangat dituntut peran pihak pengelola untuk menjalankan komunikasi pemasaran secara serius dan sinergis, meskipun tentu saja terdapat juga pengaruh dari luar selain dari komunikasi pemasaran yang dilakukan pihak pengelola. Dalam hal ini peran pihak pengelola dalam komunikasi pemasaran diharapkan mampu memberikan lebih dari pengaruh yang diluar komunikasi pemasaran oleh pihak pengelola.

Untuk itu perlu dilakukannya suatu penelitian pariwisata mengenai perilaku wisatawan yang tidak hanya berorientasi pada kegiatan wisata itu sendiri tetapi juga pada kegiatan pelestarian lingkungan. Penelitian mengenai pariwisata yang membahas keputusan berwisata, keputusan pembelian konsumen, kunjungan wisatawan sudah banyak dilakukan sebelumnya.

Salah satu penelitian mengenai pariwisata yang memfokuskan pada penggunaan sumber informasi beserta salurannya dalam mendukung keputusan berwisata tanpa melihat peranan suatu lembaga, institusi, ataupun sebuah kelompok yang bergerak dalam bidang pariwisata dilakukan oleh Furbani pada tahun 2008. Variabel bebas yang diteliti adalah karakteristik personal yang meliputi usia, jenis kelamin, hobi, pendapatan, dan asal negara. Variabel bebas lainnya adalah perilaku komunikasi yang berupa tahap pencarian informasi awal dan dan konfirmasi. Sedangkan variabel terikatnya yaitu keputusan pemilihan obyek wisata yang terdiri dari keputusan pemilihan obyek wisata alam dan budaya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa karakteristik personal wisatawan dan perilaku komunikasi berhubungan dengan keputusan memilih obyek wisata.

(21)

Berdasarkan penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa atribut wisata TSI yang paling dominan menjadi pertimbangan keputusan wisatawan dalam melakukan pembelian jasa di TSI adalah tarif/harga tiket masuk TSI. Dalam penelitian ini terlihat bahwa promosi penjualan merupakan peubah komunikasi pemasaran yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian wisatawan di TSI.

Berdasarkan uraian dari penelitian yang pernah dilakukan, maka penelitian ini memfokuskan pada komunikasi pemasaran obyek wisata beserta terpaannya dalam mempengaruhi perilaku wisatawan. Perilaku wisatawan yang ditinjau tidak hanya perilaku rekreasi, tetapi juga perilaku cinta lingkungan (konservasi). Penelitian ini mengkaji hubungan antara masing-masing bentuk terpaan komunikasi pemasaran dengan persepsi terhadap pesan. Selanjutnya, penelitian ini juga mengkaji hubungan persepsi terhadap pesan dengan perilaku wisatawan.

Penelitian ini penting karena menyangkut pergeseran dari wisata massal ke ekowisata. Karena mengalami pergeseran, perilaku wisatawan dalam kegiatan ekowisata selain diarahkan untuk berekreasi, dalam menikmati obyek wisata juga harus diarahkan ke perilaku cinta lingkungan (konservasi). Hal ini supaya keberadaan obyek wisata tersebut berlangsung secara berkelanjutan (sustainable).

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Sejauhmana komunikasi pemasaran mempengaruhi persepsi terhadap pesan? 2. Sejauhmana persepsi terhadap pesan mempengaruhi perilaku wisatawan?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka dapat disusun beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui sejauhmana komunikasi pemasaran mempengaruhi persepsi terhadap pesan.

(22)

1.4Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menerapkan berbagai konsep, khususnya yang berkaitan dengan konsep persepsi, komunikasi, pengembangan masyarakat, dan komunikasi pemasaran. Selain untuk peneliti, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan, antara lain:

1. Civitas akademika

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber data, informasi, dan literatur bagi kegiatan-kegiatan penelitian maupun penulisan ilmiah selanjutnya.

2. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat, meningkatkan kepedulian, dan menambah minat masyarakat terhadap sektor pariwisata terutama pariwisata alam yang berkelanjutan.

3. Pemerintah

(23)

BAB II

PENDEKATAN KONSEPTUAL

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Konsep Pariwisata, Ekowisata, dan Konservasi 2.1.1.1 Definisi Pariwisata

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginann yang beraneka ragam (Yoeti, 1985). Kegiatan pariwisata dilakukan oleh wisatawan karena adanya waktu luang yang mereka miliki. Waktu luang adalah sisa waktu selain kegiatan rutin sehari-hari (bekerja dan belajar, urusan rumah tangga, tidur, dan lain-lain) (Marpaung, 2002).

2.1.1.2 Definisi Ekowisata

Salah satu bentuk pariwisata yang bertanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan dan masyarakat adalah ekowisata. Ekowisata merupakan bentuk wisata yang mengadopsi prinsip-prinsip pariwisata berkelanjutan yang secara aktif menyumbang kegiatan konservasi alam dan budaya dan melibatkan masyarakat lokal dalam perencanaan, pengembangan, dan pengelolaan wisata serta memberikan sumbangan positif terhadap kesejahteraan masyarakat lokal (Damanik dan Weber, 2006).

2.1.1.3 Daerah Tujuan Wisata

Daerah tujuan wisata merupakan akhir dari perjalanan wisata, di tempat wisata pengaruh yang kuat dari kepariwisataan akan banyak dirasakan. Di tempat inilah wisatawan mengimplementasikan rencana dan tujuan utama perjalanan wisatanya (Marpaung, 2002).

2.1.1.4 Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW)

(24)

atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah/tempat tertentu. Pendekatan dasar yang digunakan dalam perencanaan pengembangan obyek dan daya tarik wisata alam adalah menggunakan environmental palnning approach. Penekanan dari pendekatan ini adalah pada konservasi lingkungan, tetapi dengan memperhatikan kebutuhan pengunjung akan fasilitas dan kebutuhan dalam melakukan aktivitasnya (Marpaung, 2002).

2.1.1.5 Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) Pegunungan

Jenis obyek dan daya tarik wisata pegunungan khususnya berhubungan dengan kegiatan menikmati pemandangan, mendaki, berkemah, dan berfoto. Jenis ODTW ini termasuk gunung berapi dan bukit-bukit dengan keunikan tertentu. Pengembangan area pegunungan juga memerlukan adanya pengelompokkan fasilitas serta pembagian zona. Pertimbangan terhadap konservasi lingkungan merupakan hal yang mutlak. (Marpaung, 2002).

2.1.1.6 Wisatawan

(25)

sebagai jantung kegiatan pariwisata tersebut. Oleh sebab itu, banyak pelaku lainnya yang saling bergantung.

Profil wisatawan merupakan karakteristik spesifik dari jenis-jenis wisatawan yang berbeda yang berhubungan erat dengan kebiasaan, permintaan, dan kebutuhan mereka dalam melakukan perjalanan. Adalah penting untuk mengerti profil wisatawan dengan tujuan untuk menyediakan kebutuhan perjalanan mereka dan untuk menyusun program promosi yang efektif. Berdasarkan karakteristiknya, beberapa profil wisatawan dikategorikan sebagai berikut: kebangsaan, umur, jenis kelamin dan status, kelompok sosio ekonomi, konvensi dan konferensi, dan kategori minat lainnya (Marpaung, 2002).

2.1.1.7 Sapta Pesona

Sapta Pesona adalah tujuh unsur daya tarik wisata yang dapat mempengaruhi keinginan berkunjung wisatawan tersebut dan membuatnya betah tinggal lebih lama di suatu daerah tujuan wisata (Muljadi, 2009). Sapta Pesona meliputi Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah-tamah, dan Kenangan. 1. Aman

Aman merupakan suatu kondisi atau keadaan yang memberikan suasana tenang dan rasa tentram bagi wisatawan. Aman juga berarti bebas dari rasa takut dan khawatir akan keselamatan jiwa, raga, dan harta miliknya (barang bawaan dan yang melekat pada tubuhnya. Juga berarti, bebas dari ancaman, gangguan, dan tindak kekerasan atau kejahatan (penodongan, perampokan, pemerasan, dan penipuan). Selain itu aman dalam arti termasuk pula penggunaan fasilitas dengan baik sehingga fasilitas, yaitu baik dari gangguan teknis maupun lainnya, karena fasilitas tersebut terpelihara dengan baik

2. Tertib

(26)

jadwal; (c) tertib dari segi mutu pelayanan dimana wisatawan akan mendapatkan mutu pelayanan yang bermutu tinggi; dan (d) tertib dari segi informasi dimana wisatawan selalu dengan mudah mendapatkan informasi yang akurat dan dalam bahasa yang dapat dimengerti.

3. Bersih

Bersih merupakan suatu kondisi atau keadaan yang yang menampilkan sifat bersih dan sehat (higienis). Keadaan bersih harus selalu tercermin pada lingkungan dan sarana pariwisata yang bersih dan rapi, penggunaan alat perlengkapan yang selalu terawat baik, bersih, dan bebas dari bakteri atau hama penyakit, makanan dan minuman yang sehat, serta penampilan petugas pelayanan yang bersih baik fisik maupun pakaiannya.

Bersih dari segi lingkungan dimana wisatawan menemukan lingkungan bersih dan bebas dari sampah, limbah, pencemaran maupun kotoran lainnya. Bersih dari segi bahan dimana wisatawan mendapatkan bahan yang bersih baik pada makanan, minuman, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyajian. 4. Sejuk

Sejuk merupakan suatu kondisi lingkungan yang memberikan suasana segar dan nyaman. Kondisi lingkungan seperti itu tercipta dengan upaya menciptakan suasana penataan lingkungan, pertamanan, dan penghijauan pada jalur wisata.

5. Indah

(27)

6. Ramah-tamah

Ramah-tamah adalah sifat dan perilaku masyarakat yang akrab dalam pergaulan, hormat dan sopan dalam berkomunikasi, suka senyum, suka menyapa, suka memberikan pelayanan, dan ringan kaki untuk membantu tanpa pamrih, baik yang diberikan oleh petugas/aparat unsur pemerintah maupun usaha pariwisata yang secara langsung melayaninya.

7. Kenangan

Dalam pengertian kenangan tercakup di dalamnya adalah:

a) Kenangan dari segi akomodasi yang nyaman, dimana wisatawan selama menginap akan mendapatkan kenyamanan baik dari segi lingkungan, pelayanan kamar, pelayanan makan minum maupun pelayanan lainnya. b) Kenangan dari segi atraksi budaya yang mempesona dimana wisatawan

akan mendapatkan suatu kenangan akan budaya yang mempesona, baik dari segi variasi, mutu, dan kontinuitas maupun waktu yang tepat.

c) Kenangan dari segi makanan khas daerah yang lezat dimana wisatawan akan mendapatkan sesuatu kenangan dari makanan khas daerah yang lezat rasanya, higienis, bervariasi, dan menarik dalam penyajiannya.

d) Kenangan dari segi cenderamata yang mungil, bermutu, menawan, dan harga yang wajar.

2.1.1.8 Beberapa Hal yang Merusak Lingkungan Obyek Wisata Alam 1) Sampah

(28)

Lebih lanjut menurut Murtadho (1988) dalam Arif (2004), secara teknis sampah dapat diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, yaitu:

a) Sampah organik mudah membusuk (garbage), yaitu sampah padat semi basah berupa bahan organik yang berasal dari pertanian, makanan, sampah sayuran dan kulit buah-buahan. Sampah ini mempunyai ciri mudah terurai oleh mikroorganisme dan mudah membusuk karena mempunyai rantai kimia yang relatif pendek seperti sayur mayur dan buah-buahan.

b) Sampah organik tidak membusuk (rubbish), yaitu sampah padat anorganik cukup kering dan sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga sulit membusuk. Hal ini disebabkan karena rantai kimia yang panjang dan kompleks, seperti: plastik, kaca, dan besi.

c) Sampah abu hasil pembakaran. Sampah ini mudah terbawa angin karena ringan tetapi tidak mudah membusuk.

d) Sampah bangkai binatang yaitu semua sampah yang berasal dari bangkai binatang, seperti: tikus, anjing, kucing, dan bangkai binatang ternak. e) Sampah hasil sapuan (steet sweeping), yaitu sampah padat hasil sapuan

jalanan yang berisi segala macam sampah yang tersebar di jalanan, seperti: daun-daunan, kertas, dan plastik.

f) Sampah industri (industrial waste), yaitu semua sampah hasil buangan industri. Sampah ini sangat tergantung dari jenis industrinya.

g) Sampah berbahaya, yaitu sampah yang karena jumlahnya atau konsentrasinya atau sifat kimiawi dan mikrobiologinya berpotensi menimbulkan bahaya sekarang maupun masa datang terhadap kesehatan dan lingkungan. Sampah jenis ini memerlukan penanganan khusus dalam pengolahan dan pembuangannya.

(29)

ada, juga upaya meminimalisasi, memanfaatkan (daur ulang), dan mengolah sampah menjadi sesuatu yang dapat berguna kembali, misalnya: menjadi kompos dan sampah yang berasal dari kertas bisa didaur ulang menjadi bubur kertas.

Dengan demikian, sampah adalah barang bekas hasil pakai, baik yang cepat terurai maupun bahan yang tidak dapat terurai yang dapat menyebabkan kontaminasi dan perusakan lingkungan. Sampah jenis rubbish ini yang merupakan sampah yang berpotensi merusak lingkungan di kawasan obyek wisata.

2) Vandalisme

Menurut Soemarwoto (2004), vandalisme ialah kegiatan manusia yang merusak. Namun tidak semua perusakan adalah vandalisme. Perusakan tanpa

alasan (“iseng”) dan tidak bertanggung jawab itulah vandalisme (Tjondronegoro, 1985 dalam Arif, 2004). Vandalisme merupakan perilaku yang merusak dan dapat terjadi karena kurangnya kesadaran seseorang untuk ikut memelihara benda-benda atau kondisi-kondisi yang ada di sekitarnya yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Bentuk vandalisme yang sangat umum ialah dalam bentuk corat-coret. Bentuk vandalisme yang lain ialah memotong pohon, dahan, memetik bunga, dan mengambil tanaman. Perbuatan itu sering dilakukan dengan tidak menyadari kerusakan yang diakibatkan olehnya (Soemarwoto, 2004).

(30)

2.1.2 Konsep Komunikasi 2.1.2.1 Komunikasi

Komunikasi adalah proses dimana individu mentransmisikan stimulus untuk mengubah perilaku individu yang lain (Hoveland, 1948 dalam Wiryanto, 2004). Selanjutnya Shannon dan Weaver (1949) dalam Wiryanto (2004) mendefinisikan komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Selain itu komunikasi bertujuan sebagai suatu usaha untuk mempengaruhi tingkah laku sasaran (tujuan) komunikasi (atau penerima pesan) yang diaplikasikan dalam situasi komunikasi massa sehingga komunikasi dapat dilihat dalam berbagai hubungan. Secara lengkap Lasswell mengemukakan bahwa komunikasi digambarkan dengan menjawab pertanyaan berikut: who (siapa), say what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa), dan with what effect (dengan efek apa)?. Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Proses komunikasi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu komunikasi massa dan komunikasi interpersonal (Lasswell, 1988 dalam Wiryanto, 2004).

2.1.2.2 Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa mengacu pada penggunaan media komunikasi secara massa. Istilah massa menurut McQuail (1987) adalah khalayak yang sangat luas maknanya dan seringkali lebih besar dari suatu kebanyakan kelompok, kerumunan, atau publik. Massa ditandai dengan adanya komposisi yang selalu berubah dan berada dalam batas wilayah yang selalu berubah pula serta terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Khalayak tidak bertindak untuk dirinya sendiri tetapi dikendalikan untuk melakukan suatu tindakan. Para anggotanya berasal dari semua lapisan sosial dan kelompok demografis.

(31)

organisasi). Hal ini terkait dengan sumber dalam komunikasi massa bukanlah satu orang melainkan suatu organisasi formal dan pengirimnya seringkali merupakan komunikator profesional (McQuail, 1987).

2.1.2.3 Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi (Rogers, 1973). Komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Komunikasi ini paling efektif mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang (Wiryanto, 2004). Dalam hubungan interpersonal yang melibatkan komunikasi antara dua orang maka salah satunya bertujuan untuk mempengaruhi dan membantu meningkatkan efektifitas komunikasi masing-masing individu (DeVito, 1997). Selanjutnya Kumar (2000) dalam Wiryanto (2004) menyatakan bahwa efektifitas komunikasi interpersonal mempunyai lima ciri, sebagai berikut:

1) Keterbukaan (openess) yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi;

2) Empati (emphaty) yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain;

3) Dukungan (supportiveness) yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif;

4) Rasa positif (positiveness) yaitu seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan komunikasi kondusif untuk interaksi yang lebih efektif;

5) Kesetaraan (equality) yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

(32)

pesan media dan respon individu. Sedangkan Middleton dan Clarke (2001) mengartikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi informal karena dilakukan secara lisan dan terdiri dari teman maupun kelompok acuan.

Dalam usahanya untuk membujuk, media diharapkan pada suatu jaringan komplek yaitu adanya hubungan interpersonal yang bisa melemahkan pesannya. Hal ini berarti masing-masing individu mempunyai gambaran yang berbeda terhadap makna pesan yang disampaikan, dilihat, ataupun didengar sehingga komunikasi interpersonal dapat dimaknai sebagai aktivitas manusia dalam menyampaikan dan menerima pesan dari orang lain. Aktivitas tersebut dapat dilihat sebagai suatu situasi yang memungkinkan suatu sumber menyebarluaskan suatu pesan kepada sesesorang penerima dengan disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima (Miller, 1974).

2.1.2.4 Terpaan (Exposure) Media Informasi

Terpaan (exposure) menurut Shimp (2003) adalah konsumen berinteraksi dengan pesan dari pemasar (mereka melihat iklan majalah, mendengar iklan radio, dan lain-lain). Terpaan merupakan tahap awal yang penting menuju tahap-tahap selanjutnya dari proses informasi. Hal tersebut dapat dilihat dalam proses dari tahapan sumber informasi yang digunakan hingga bagaimana khalayak dapat menerima informasi yang dibutuhkan. Jadi ketika individu menrima informasi dari penyampai pesan yang memiliki tujuan tertentu dari saluran media yang dikonsumsi oleh individu, maka keadaan ini disebut sebagai terpaan individu (Amini, 2004).

(33)

2.1.2.5 Psikologi Komunikasi

Dalam hal ini hanya akan dijelaskan mengenai persepsi, efek komunikasi massa dan efektifitas komunikasi interpersonal. Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi juga merupakan pemberian makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Dalam hal ini, persepsi terhadap pesan adalah upaya wisatawan dalam menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan yang berkaitan dengan Obyek Wisata Alam Gunung Galungggung.

Rakhmat (2005) menjelaskan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor personal (fungsional) dan faktor situasional (struktural). Faktor lain yang juga sangat mempengaruhi persepsi adalah perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila seseorang mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat inderanya dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain. Apa yang diperhatikan seseorang ditentukan oleh faktor-faktor situasional (struktural) dan personal (fungsional). Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinant perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Stimuli diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan. Sedangkan dalam faktor internal penaruh perhatian terdapat perhatian selektif (selective attention). Apa yang menjadi perhatian seseorang lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan seseorang melihat apa yang ingin dia lihat dan mendengar apa yang ingin dia dengar. Perbedaan ini timbul dari faktor-faktor internal dalam diri seseorang. Contoh faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang adalah faktor-faktor biologis dan sosiopsikologis.

(34)

kerangka rujukan. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang member makna pada pesan yang diterimanya.

Selain faktor-faktor fungsional, Rakhmat (2005) juga menjelaskan mengenai faktor-faktor struktural. Faktor-faktor struktural berasal dari semata-semata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Terdapat prinsip-prinsip persepsi yang bersifat struktural yang terkenal dengan teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, jika seseorang mempersepsi sesuatu, maka akan mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Seseorang mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang diterima seseorang tidak lengkap, akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang dipersepsikan.

Persepsi bukan sekedar rekaman peristiwa atau objek. Terdapat proses subjektif yang secara aktif menafsirkan stimuli yang disebut constructive process. Proses ini meliputi faktor biologis dan sosiopsikologis individu pelaku persepsi.

Untuk tidak mengaburkan istilah dan untuk menggarisbawahi manusia manusia (dan bukan benda) sebagai objek persepsi, digunakan istilah persepsi interpersonal. Persepsi pada objek selain manusia disebut persepsi objek. Ada empat perbedaan antara persepsi objek dengan persepsi interpersonal. Pertama, pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh alat indera melalui benda-benda fisik (gelombang, cahaya, gelombang suara, temperatur, dan sebagainya), sedangkan pada persepsi interpersonal, stimuli mungkin sampai kepada individu pelaku persepsi melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang disampaikan pihak ketiga yang menjadi mediasi stimulasi. Mediasi stimulasi ini melemahkan kecermatan persepsi individu pelaku persepsi.

Kedua, jika individu pelaku persepsi menanggapi objek, hanya menanggapi sifat-sifat batiniah objek itu. pelaku Sedangkan pada persepsi interpersonal, individu pelaku persepsi mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat inderanya. Individu pelaku persepsi cenderung memilih stimuli tertentu saja. Hal ini jelas membuat persepsi interpersonal lebih sulit dibandingkan persepsi objek.

(35)

kepada objek. Dalam persepsi interpersonal, faktor-faktor personal individu pelaku persepsi dan karakteristik orang yang ditanggapi serta hubungan individu pelaku persepsi dengan orang tersebut memungkinkan persepsi interpersonal sangat cenderung untuk keliru. Selain itu, sulit menemukan criteria yang dapat menentukan persepsi individu pelaku persepsi atau orang yang ditanggapi.

Keempat, objek relatif tetap, manusia berubah-ubah. Kecenderungan manusia yang berubah-ubah akan membingungkan individu pelaku persepsi. Selain itu, hal ini juga akan memberikan informasi yang salah tentang orang lain. Persepsi interpersonal menjadi mudah salah.

Meskipun sulit dalam melakukan persepsi interpersonal, individu pelaku persepsi masih berhasil memahami orang lain. Individu pelaku persepsi dapat menduga karakteristik orang lain dari petunjuk-petunjuk ekternal (external cues) yang dapat diamati. Petunjuk-petunjuk itu adalah deskripsi verbal dari pihak ketiga, petunjuk proksemik, kinesik, wajah, paralinguistik, dan artifaktual. Selain petunjuk-petunjuk ekternal (external cues), yang lain disebut sebagai petunjuk nonverbal (nonverbal cues). Semua petunjuk tersebut disebut faktor-faktor situasional.

(36)

orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah. Komunikasi interpersonal akan menjadi lebih baik jika individu pelaku persepsi mengetahui bahwa persepsinya bersifat subjektif dan cenderung keliru. Persepsi interpersonal juga akan mempengaruhi komunikate. Jika seseorang berperilaku sesuai dengan persepsi orang lain terhadap dirinya, terjadi suatu keadaan yang disebut self-fulfilling prophecy (nubuat yang dipenuhi sendiri).

Selain persepsi, bahasan mengenai psikologi selanjutnya tentang efek komunikasi massa dan efektifitas komunikasi interpersonal Efek hanyalah

“perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa” (Schramm dan

Roberts, 1977 dalam Rakhmat, 2005). Efek pesan media massa meliputi aspek kognitif, afektif, dan behavioral. Efek kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. Efek behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi: pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku (Rakhmat, 2005). Selanjutnya, Rakhmat (2005) juga mengatakan bahwa ada tiga faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal yang menentukan efektivitas dalam komunikasi interpersonal yaitu:

1) Percaya (trust) yaitu mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko (Giffin, 1967 dalam Rakhmat, 2005). Percaya dapat meningkatkan komunikasi interpersonal karena membuka saluran komunikasi, memperjelas pengiriman dan penerimaan informasi, serta memperluas peluang komunikan untuk mencapai maksudnya.

(37)

Sikap suportif ditunjukkan dengan iklim suportif yaitu: deskripsi, orientasi masalah, spontanitas, empati, persamaan, dan provisionalisme.

3) Sikap terbuka (open-mindedness) yaitu sikap yang ditandai dengan adanya dorongan untuk saling mengerti ataupun saling menghargai. Sikap terbuka ditunjukkan dengan: (a) menilai pesan secara obyektif, dengan menggunakan data dan keajegan logika; (b) membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dan lain sebagainya; (c) berorientasi pada isi; (d) mencari informasi dari berbagai sumber; (e) lebih bersifat provisional dan bersedia mengubah kepercayaannya; dan (f) mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya.

2.1.3 Konsep Pemasaran 2.1.3.1 Pemasaran Pariwisata

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai kepada pihak lain. Seperti halnya dengan pengertian pemasaran tersebut, batasan tentang tourism marketing atau pemasaran pariwisata banyak dikemukakan oleh beberapa ahli dalam kepariwisataan. Pemasaran dalam kepariwisataan merupakan hal yang sangat kompleks sekali karena produk dari industri pariwisata memiliki ciri-ciri khas dibandingkan dengan produk berupa barang.

Pemasaran pariwisata adalah seluruh kegiatan untuk mempertemukan permintaan (demand) dan penawaran (supply), sehingga pembeli mendapat kepuasan dan penjual mendapat keuntungan maksimal dengan risiko seminimal mungkin (Muljadi, 2009). Pembeli dalam kegiatan pariwisata yaitu para wisatawan, sedangkan penjual yakni pihak pengelola kawasan pariwisata tersebut. Yoeti (1985) memberikan batasan tentang pemasaran dalam kepariwisataan, yaitu suatu proses manajemen dengan mana organisasi kepariwisataan nasional atau perusahaan-perusahaan industri pariwisata untuk menentukan actual atau

(38)

daerah-daerah lokal, regional, nasional, dan internasional kemudian merumuskan serta menyesuaikan obyek-obyek pariwisata untuk mencapai kepuasan optimal para wisatawan dan tercapai tujuannya. Pemasaran pariwisata adalah upaya mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan wisatawan serta menawarkan produk wisata yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan wisatawan. Dengan adanya pemasaran pariwisata, pihak pengelola dapat mengetahui apa saja jenis produk wisata yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan wisatawan, sehingga pihak pengelola dapat merancang dan memberikan produk yang tepat kepada wisatawan. Keberhasilan kegiatan pemasaran pariwisata ditunjang dengan komunikasi pemasaran yang baik.

Menurut Yoeti (1985), dalam industri pariwisata, persoalan marketing yang sering dihadapi adalah masalah “buying decision” terhadap “product

industri pariwisata yang banyak bergantung pada:

a) Pengetahuan wisatawan tentang produk yang akan dijual

b) Kesan wisatawan terhadap produk yang di hubungkan dengan gengsi dan prestise

c) Produk yang hendak dijual apakah mudah mencapainya tanpa bersusah payah d) Salesmenship daripada salesman yang melakukan persuasi

2.1.3.2 Komunikasi Pemasaran (Marketing Communication)

Komunikasi pemasaran (marketing communication) berkembang dari salah satu bauran pemasaran (marketing mix) yaitu promosi. Bauran promosi (promotional mix) terdiri dari periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), penjualan perorangan (personal selling), pemasaran sponsorship (sponsorship marketing), publisitas (publicity), dan komunikasi di tempat pembelian (point-of-purchase communication) (Shimp, 2003):

1) Periklanan (Advertising)

Bentuk komunikasi pemasaran yang terdiri dari komunikasi massa melaui surat kabar, majalah, radio, televisi, dan media lain (billboards, internet, dan

sebagainya); atau komunikasi langsung yang didesain khusus untuk pelanggan

antar bisnis (business-to-bussines) maupun pemakai akhir. Kedua bentuk iklan

(39)

komunikasi massa (nonpersonal) karena perusahaan sponsor tersebut secara

simultan berkomunikasi dengan penerima pesan yang beranekaragam, bukan

kepada individu tertentu/personal atau kelompok kecil. Iklan langsung (direct

marketing), biasa disebut pemasaran berdasarkan data-base (database

marketing), telah mengalami pertumbuhan pesat di tahun-tahun belakangan ini

akibat efektivitas komunikasi yang terarah serta teknologi komputer yang

memungkinkan hal itu terjadi.

2) Promosi Penjualan (Sales Promotion)

Bentuk komunikasi pemasaran yang terdiri dari semua kegiatan pemasaran yang mencoba merangsang terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau terjadinya pembelian dalam waktu yang singkat. Sebagai bahan perbandingan, ada iklan yang didesain untuk mencapai tujuan lain–yaitu menciptakan kesadaran pada merek dan mempengaruhi sikap pelanggan. Promosi penjualan diarahkan baik untuk perdagangan (kepada pedagang besar dan pengecer) maupun kepada konsumen. Promosi penjualan yang berorientasi perdagangan memberikan berbagai jenis bonus untuk meningkatkan respon dari pedagang besar dan pengecer. Promosi penjualan berorientasi konsumen menggunakan kupon, contoh gratis, kontes/undian, potongan harga setelah pembelian, dan lain lain.

3) Penjualan Perorangan (Personal Selling),

Bentuk komunikasi pemasaran yang berupa komunikasi antar-individu dimana tenaga penjual/wiraniaga menginformasikan, mendidik, dan melakukan persuasi kepada calon pembeli untuk membeli produk atau jasa perusahaan.

Usaha penjualan ini disederhanakan dengan memberikan “diskon perkenalan”

kepada pengecer dan meyakinkan mereka melalui iklan, pemberian produk contoh secara cuma-cuma dan kupon yang mendongkrak penjualan.

4) Pemasaran Sponsorship (Sponsorship Marketing)

(40)

5) Publisitas (Publicity)

Bentuk komunikasi pemasaran seperti halnya iklan, publisitas menggambarkan komunikasi massa, namun juga tidak seperti iklan, perusahaan sponsor tidak mengeluarkan biaya untuk waktu dan ruang beriklan. Publisitas biasanya dilakukan dalam bentuk berita atau komentar editorial mengenai produk atau jasa dari perusahaan. Bentuk-bentuk ini dimuat dalam media cetak atau televisi secara gratis karena perwakilan media mengganggap informasi tersebut penting dan layak disampaikan kepada khalayak mereka. Dengan demikian publisitas tidak dibiayai oleh perusahaan yang mendapatkan manfaatnya. 6) Komunikasi di Tempat Pembelian (Point-of-Purchase Communication)

Bentuk komunikasi pemasaran yang melibatkan alat peraga, poster, tanda, dan berbagai materi lain yang didesain untuk mempengaruhi keputusan untuk membeli dalam tempat pembelian.

Komponen-komponen tersebut juga menjadi bagian dari konsep komunikasi pemasaran terpadu. Promosi mendapat sorotan tajam sejak aspek informasi menjadi wacana penting dalam bisnis. Promosi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan suatu program pemasaran.

Menurut Morissan (2007) yang termasuk dalam komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menciptakan kesadaran atau pengetahuan mengenai produk dengan berbagai atributnya, menginformasikan kelebihan produk, menciptakan citra produk atau citra positif, preferensi, dan keinginan membeli produk bersangkutan. Tujuan komunikasi mengacu pada apa yang ingin dicapai perusahaan atau organisasi dengan program promosi yang dilakukan. Perkembangan selanjutnya terdapat komunikasi pemasaran terpadu sebagai upaya untuk berbicara dengan orang-orang yang membeli atau tidak membeli produk berdasarkan apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan sebagainya.

2.1.3.3 Komunikasi Pemasaran Terpadu (Integrated Marketing Communication)

(41)

berbagai bentuk program komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan secara berkelanjutan. Tujuan IMC adalah memepengaruhi atau memberikan efek langsung kepada perilaku khalayak sasaran yang dimilikinya.

IMC menganggap seluruh sumber yang dapat menghubungkan pelanggan atau calon pelanggan dengan produk atau jasa dari suatu merek atau perusahaan, adalah jalur yang potensial untuk menyampaikan pesan di masa datang. Lebih jauh lagi, IMC menggunakan semua bentuk komunikasi yang relevan serta yang dapat diterima oleh pelanggan dan calon pelanggan. Dengan kata lain, proses IMC

berasal dari pelanggan atau calon pelanggan, kemudian berbalik kepada perusahaan untuk menentukan dan mendefinisikan bentuk dan metode yang perlu dikembangkan bagi program komunikasi yang persuasif. Lima ciri utama IMC

adalah: (1) Mempengaruhi perilaku; (2) Berawal dari pelanggan dan calon pelanggan (prospect); (3) Menggunakan satu atau segala cara untuk melakukan kontak; (4) Berusaha menciptakan sinergi; dan (5) Menjalin hubungan.

Komunikasi pemasaran terpadu (integrated marketing communication) yang dibahas mencakup konsep Word of Mouth Marketing, Strategic Advertising Campaign, dan Marketing Public Relation. Word of Mouth Marketing (WOM) diperlukan untuk mempertahankan interest/minat dan mendorong ke arah pembelian. Menurut Nickels (1884) dalam Suparman (1996), efektifitas komunikasi WOM dikarenakan beberapa aspek: (1) pesan-pesan WOM dapat diadaptasi untuk penerima (receiver); (2) pesan-pesan WOM relatif diterima secara reliable dan jujur; (3) sumber-sumber WOM dianggap memiliki pengalaman sehingga mengetahui informasi yang ingin diketahui receiver; dan 4)

WOM dapat diterima sebagai pesan yang tidak bias. Selain itu, WOM juga dapat melalui beberapa saluran komunikasi antara lain melalui: (1) repeaters; (2) sales people & simulated WOM sales; (3) exitement & sample; dan (4) group reference & opinion leader. Konsep strategic advertising campaign yang dianalisa dari pendekatan Don E. Schultz (1995) dalam Suparman (1996) antara lain, yaitu: (1)

advertising; (2) sales promotion; (3) direct marketing; (4) directories directory; (5) point of purchase; dan (6) advertising specialist. Marketing public relation

(42)

membeli) produk. Dua kegiatan paling umum dalam marketing public relation

adalah: product publicity dan event marketing (event sponsorship) (Suparman, 1996). Komunikasi pemasaran terpadu dalam ekowisata berupa upaya pihak pengelola dalam mengemas pesan promosi untuk disampaikan kepada para wisatawan agar wisatawan dapat melihat, mendengar, dan merasakan sendiri sehingga termotivasi untuk melakukan sendiri kegiatan ekowisata tersebut.

2.1.3.4 Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran (Kotler, 1997). McCharty dalam Kotler (2005) mengklasifikasikan alat-alat bauran pemasaran (marketing mix) yang dikenal sebagai 4P, yaitu: (1) produk (product), (2) harga (price), (3) tempat (place), dan (4) promosi (promotion).

1) Produk (Product)

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki atau digunakan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan yang meliputi keragaman produk, ciri kemasan, pelayanan, dan lain lain. Sedangkan produk wisata adalah semua produk yang diperuntukkan bagi atau dikonsumsi oleh seseorang selama melakukan kegiatan wisata (Freyer dalam

Damanik dan Weber, 2006). Selanjutnya Hartono (2008) menyatakan bahwa produk wisata adalah keseluruhan dari berbagai fasilitas dan pelayanan wisata di suatu daerah tertentu yang dimanfaatkan oleh wisatawan. Komponennya adalah sumberdaya daerah tujuan, fasilitas dan transportasi dari rumah ke tempat tujuan. Selanjutnya, produk wisata adalah suatu bentukan yang nyata dan tidak nyata, dalam suatu kesatuan rangkaian perjalanan yang hanya dapat dinikmati apabila seluruh rangkaian perjalanan tersebut dapat memberikan pengalaman yang baik bagi yang melakukan perjalanan tersebut. Selain itu, produk wisata juga merupakan berbagai jasa dimana satu dengan lainnya saling terkait dan dihasilkan oleh berbagai perusahaan pariwisata, misalnya akomodasi, angkutan wisata, biro perjalanan, daya tarik wisata, dan perusahaan lain yang terkait (Muljadi, 2009).

Sebagai salah satu produk layanan atau jasa, pariwisata mempunyai beberapa dimensi yang sangat berbeda dengan dimensi produk umum, yaitu:

(43)

berwujud seperti halnya produk barang yang dapat dilihat, diraba, atau diukur secara obyektif. Parishability artinya bahwa produk jasa tersebut mudah rusak atau tidak dapat disimpan seperti halnya menyimpan sesuatu barang. Simultanity

adalah bahwa proses produksi dan konsumsi dari jasa tersebut terjadi secara simultan dan terpisah.

Adapun tiga aspek penting dari produk pariwisata yang perlu mendapat perhatian dari para pengelola atau pemasar dalam bidang kepariwisataan adalah

attraction, accessibility, aminities (Muljadi, 2009). Attraction, yakni segala sesuatu baik itu berupa daya tarik wisata alam dan budaya yang menarik bagi wisatawan untuk datang ke suatu daerah tujuan wisata. Hal ini antara lain meliputi keindahan alam, pantai, araksi wisata budaya, kebiasaan dan cara hidup masyarakat, keunikan alam dan budaya, atraksi-atraksi seni, pertemuan ilmiah, dagang, dan sebagainya. Accessibility, artinya kemudahan untuk mencapai daerah tujuan wisata yang dimaksud melalui berbagai media transportasi udara, laut, atau darat. Hal ini sangat mempengaruhi keputusan para calon wisatawan untuk datang ke suatu daerah tujuan wisata. Aminities, maksudnya berbagai fasilitas yang dapat memberikan kenyamanan dan kepuasan bagi para wisatawan selama mereka melakukan perjalanan wisata di suatu daerah tujuan wisata.

Fasilitas kepariwisataan sering dibedakan menjadi prasarana dan sarana kepariwisataan. Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang mendukung agar sarana pariwisata dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan guna memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Sedangkan sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung dan kelangsungan hidupnya tergantung wisatawan yang datang. Prasarana dan sarana kepariwisataan harus diadakan sebelum kita mempromosikan suatu daerah tujuan wisata (Wahab, 1997).

2) Harga (Price)

Gambar

Tabel 1. Proses Pengambilan Keputusan Berwisata
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Pengaruh Komunikasi Pemasaran Obyek
Gambar 2. Peta Pariwisata dan Budaya Kabupaten Tasikmalaya
Gambar 3 menunjukkan bahwa dari 80 orang, mayoritas wisatawan
+7

Referensi

Dokumen terkait

The aim of this study was to determine the effectiveness of as a complementary therapy: foot massage to reduce of blood pressure among pregnant women with preeclampsia.. The

Apabila ditinjau dari setiap sikap ilmiah yang diamati yang meliputi sikap rasa ingin tahu, disiplin, tanggung jawab, teliti dan kerja sama dapat dilihat bahwa semua

13 Made Gayatri Dharma Aditi SMPN 1

Dalam penelitian ini ada 8 variabel yang diduga berhubungan dengan obesitas pada remaja yaitu variabel usia, jenis kelamin, frekuensi pola makan, kebiasaan sarapan

Hadhanah adalah melakukan pemeliharaan terhadap anak-anak yang masih kecil, laki-laki maupun perempuan yang belum Mumayyiz, menurut pendapat Mazhab Maliki hadhanah

[r]

Oleh karna itu, judul yang peneliti angkat dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata

Prinsip kejujuran yang harus dimiliki oleh pelaku bisnis merupakan prinsip penting. Bahkan prinsip ini merupakan model utama bagi pelaku bisnis manakala bisnisnya ingin