• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

KUESIONER

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KETEPATAN PEMBERIAN MP-ASI PADA BAYI DIKELURAHAN TIGA BALATA KECAMATAN JORLANG HATARAN KABUPATEN SIMALUNGUN kurang mengerti langsung tanyakan pada peneliti yang bersangkutan.

NO PERNYATAAN YA TIDAK 1. Pemberian makanan pendamping ASI pada

bayi usia 0-6 bulan

2. pemberian ASI sampai bayi usia 6 bulan 3. Pemberian makanan tambahan pada bayi saat

(2)

7. Pemberian makanan tambahan 3-4 kali sehari pada bayi usia > 9 bulan

8. Pemberian makanan orang dewasa pada umumnya pada bayi usia >12 bulan 9. Pemberian makanan tambahan (bubur

tim,sayuran,pisang,dll) pada bayi usia 7 bulan 10. Pemberian makanan tambahan (daging/ikan)

pada bayi usia 9 bulan atau lebih

III. PENGETAHUAN

Petunjuk: Berilah tanda silang ( X ) dalam kotak pada setiap pertanyaan yang tersedia jika pilihan tersebut menjadi jawaban anda, bila ada yang kurang mengerti langsung tanyakan pada peneliti yang bersangkutan. 1. Apakah Ibu mengetahui tentang makanan pendamping ASI?

a. Tahu b. Tidak tahu

2. Menurut Ibu, apakah pengertian makanan pendamping ASI itu? a. Makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga b. Makanan pengganti ASI

c. Makanan yang diberikan pada bayi usia < 6 bulan d. Tidak tahu

(3)

5. Menurut ibu manakah yang merupakan makanan pendamping ASI

7. Menurut Ibu, mengapa bayi perlu diberi makanan tambahan? a. Agar anak tidak rewel dan canggung

b. Agar anak terhindar dari penyakit

c.Agar kebutuhan bayi akan zat gizi bertambah sesuai dengan pertambahan umurnya

d. Tidak tahu

8. Menurut ibu, apa pengaruhnya terhadap pemberian makan bayi sebelum usia 6 bulan terhadap kesehatan bayi?

a. Tidak ada pengaruhnya

b. Anak jadi sering mencret karena pencernaannya terganggu c. Anak jadi sering nangis

d. Tidak tahu

9. Menurut ibu bayi umur lebih dari 6 bulan sampai 1 tahun dapat diberikan nasi tim?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

10. Pemberian makanan tambahan (biscuit,buah-buahan dll) sebaiknya pada usia? a. < 6 bulan

(4)

11. Menurut ibu, apakah dengan menunda makanan tambahan dapat mengurangi

12. Menurut ibu pada usia berapakah sebaiknya bayi disapih? a. < 24 bulan kurang mengerti langsung tanyakan pada peneliti yang bersangkutan. Keterangan:

2. Pada bayi berusia > 6 bulan baru boleh diberikan makanan tambahan

3. Supaya bayi berusia 0-6 bulan lebih gemuk, makanannya harus ditambah dengan susu formula 4. Pemberian makanan pada bayi sebelum bayi berusia

(5)

5. Pemberian makanan selain ASI kepada bayi sebelum bayi berusia 6 bulan

6. Menunda pemberian makanan padat dapat mengurangi resiko alergi makanan pada bayi 7. Pemberian makanan pada bayi sebelum usia 6 bulan

dapat membantu bayi mengatasi rasa lapar dan tidak akan menangis

8. Memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan pertama pada bayi berusia > 6 bulan 9. Pada bayi berusia 7-9 bulan diberikan lebih dari 6

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)

Frequency Karakteristik

nama responden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

(11)
(12)

pekerjaan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid IRT 12 21.1 21.1 21.1

Wiraswasta 8 14.0 14.0 35.1

petani/buruh 33 57.9 57.9 93.0

PNS 4 7.0 7.0 100.0

Total 57 100.0 100.0

suku responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid batak 48 84.2 84.2 84.2

jawa 6 10.5 10.5 94.7

melayu 3 5.3 5.3 100.0

(13)

Frequency Pengetahuan

jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi usia >6 bulan

(14)

makanan tambahan itu diberikan dalam sehari kepada bayi yang berusia

6-pemberian makan bayi sebelum usia 6 bulan terhadap kesehatan bayi

Frequency Percent Valid Percent

umur lebih dari 6 bulan sampai 1 tahun dapat diberikan nasi tim

(15)
(16)

Frequency Sikap

bayi 0-6 bulan lebih gemuk, makanannya harus ditambah dengan susu formula

Frequency Percent Valid Percent

(17)

pemberian makanan selain ASI kepada bayi sebelum bayi berusia 6 bulan

menunda pemberian makanan padat dapat mengurangi resiko alergi makanan pada bayi

pemberian makanan pada usia 6 bulan dapat membantu bayi mengatasi rasa lapar dan tidak akan menangis

(18)
(19)

Frequency Ketepatan

pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 0-6 bulan

Frequency Percent Valid Percent

pemberian ASI saja sampai bayi usia 6 bulan

Frequency Percent Valid Percent

pemberian makanan tambahan pada bayi saat berumur 4 bulan

Frequency Percent Valid Percent

pemberian makan bayi berusia <6 bulan jika bayi rewel atau menangis

Frequency Percent Valid Percent

pemberian susu formula pada anak usia <6 bulan

(20)

pemberian makanan lumat seperti bubur sebagai makanan pertama bayi

pemberian makanan tambahan 3-4 kali sehari pada bayi usia >9 bulan

Frequency Percent Valid Percent

pemberian makanan orang dewasa pada umumnya pada bayi usia >12 bulan

pemberian makanan tambahan (bubur tim, sayuran, pisang, dll) pada bayi usia 7 bulan

pemberian makanan tambahan (daging/ikan) pada usia 9 bulan atau lebih

(21)

total ketepatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 5 10 17.5 17.5 17.5

6 10 17.5 17.5 35.1

7 2 3.5 3.5 38.6

8 3 5.3 5.3 43.9

9 2 3.5 3.5 47.4

10 30 52.6 52.6 100.0

Total 57 100.0 100.0

kategori ketepatan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tepat 26 45.6 45.6 45.6

tidak tepat 31 54.4 54.4 100.0

(22)
(23)

Chi-Square Tests

(24)

Chi-Square Tests Value Df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 4.765a 1 .029

Continuity Correctionb

3.662 1 .056

Likelihood Ratio 4.815 1 .028

Fisher's Exact Test .035 .028

Linear-by-Linear Association

4.681 1 .030

N of Valid Cases 57

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,95.

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)

47

_______, 2006. Perlakuan Salah Satu Pemberian Makanan Pendamping. Diakses tanggal 09 april 2015 http://www.Bayi sehat.web.id

Anwar, Asrul., 2003. Peningkatan Gizi Balita melalui Mutu MP ASI. Diakses tanggal 12 April 2015 http://www.Gizinet.com

Ariani. 2008. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

http.//www.parentingislami.wordpresss.com, diakses tanggal 12 April 2015

Arisman., 2009. Keracunan Makanan, Jakarta: EGC.

Depkes RI., 2000. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI), Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI., 2002. Manajemen Laktasi, Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI., 2004. Pedoman Pelaksanaan Pendistribusian dan Pengelolaan makanan Pendamping Air Susu Ibu, Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI., 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI) Lokal, Jakarta. diakses tanggal 10 April 2015 http://www.depkes/makanan pendamping ASI.com

Depkes RI., 2007. Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak, Jakarta: Depkes RI.

Dheny., 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI Bayi di Posyandu Karya Mulya Jetis Jaten, Surakarta. Evi, NA., 1992. Sudahkan bayi Anda diberi MP ASI ?. Jakarta: Warta Demografi. Ina, Hernawati., 2008. Gambaran Karakteristik Ibu yang Memberikan Makanan Pendamping ASI pada Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan di Posyandu Cirumpak Tengah Kec. Kronjo. www.inahernawati.com . Diakses pada tanggal15 mei 2015

(30)

Kalnins, Daina., 2003. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI, Jakarta: Puspa Swara.

Kodrat, L.,2010. Dahsyatnya ASI dan Laktasi. Yogyakarta: Media Baca.

Krisnatuti dan Yenrina., 2000. Menyiapkan Makanan Pendamping ASI, Jakarta: Puspa Swara.

Notoatmodjo, Soekidjo., 2005. Metodologi Peneltian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

___________________., 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta.

___________________,. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta.

Riwidikdo, H., 2008. Statistik Kesehatan, Jogjakarta : Mitra Cendikia

____________,2010. Statistik untuk Penelitian Kesehatan dengan Aplikasi Progam R dan SPSS. Jogjakarta : 2010.

RSCM dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia., 1994. Penuturan Gizi Anak, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sariningsih, Y. 2005. Perilaku Orang Tua Dalam Memenuhi Kebutuhan Gizi Balita ( Studi Kasus Terhadap Orang Tua Balita dari Keluarga Miskin di Kelurahan Babakan Surabaya Kecamatan Kiaracondong Kota Bandung).Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia : Jakarta. Sari, Irvani., 2005. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Terhadap Perilaku

Pemberian MP-ASI Pada Bayi 6-12 Bulan di Puskesmas Cimahi Selatan Kota Cimahi. Skripsi. Depok: FKM UI.

(31)

Simanjuntak, Dahlia., 2001. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian MP-ASI DINI pada Bayi di Kecamatan Pasar Rebo Kotamadya Jakarta Timur. Tesis. Depok: FKM UI.

Soetjiningsih., 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Jakarta: Sagung Seto.

Suhardjo., 2003. Perencanaan Pangan dan Gizi, Jakarta: Bumi Aksara. _______., 2007. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Cetakan ke-10.

Yogyakarta: Penerbit Kanisus.

Sunartyo, Nano., 2006. Panduan Merawat bayi dan Balita, Dika Press, Jogjakarta. WHO., 2001. Pemberian Makanan Tambahan, Jakarta: EGC.

(32)

19 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini memakai metode survei yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu pengambilan data yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015 dengan cara pendekatan, wawancara dan pengumpulan data menggunakan kuesioner.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi

Lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015.

3.2.2 Waktu

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Mei – Oktober 2015. 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

(33)

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh populasi di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun yaitu sebanyak 57 orang.

Sampel yang menjadi subyek penelitian harus memenuhi Kriteria Inklusi, yaitu kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010).

1). Ibu yang mempunyai bayi umur 24 bulan

2). Bayi yang diberi dan bayi yang tidak diberi MP-ASI 3). Ibu yang bersedia menjadi responden.

3.4 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan menurut Riwidikdo (2009), merupakan kegiatan penelitian untuk mengumpulkan data. Data yang diperoleh terdiri dari :

3.4.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini berupa kuesioner yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya. Kuesioner tersebut berisi daftar pertanyaan yang berhubungan dengan masalah penelitian yang langsung diisi oleh responden. 3.4.2 Data Sekunder

(34)

3.5 Defenisi Operasional

(35)

3.6 Aspek Pengukuran

3.6.1 Aspek Pengukuran Variabel Dependen

Pengukuran variabel dependen yaitu pemberian MP-ASI pada bayi usia 0-24 bulan terdiri dari 10 pernyataan diukur dengan menggunakan skala nominal dengan kategori yaitu:

1. Tepat : Jika responden menjawab dengan benar semua pernyataan 2. Tidak Tepat : Jika responden tidak dapat menjawab dengan benar semua

pernyataan

3.6.2 Aspek Pengukuran Variabel Independen 1. Pengetahuan

Untuk pertanyaan Pengetahuan Ibu tentang pemberian MP-ASI pada bayi sebanyak 12 pertanyaan dengan menggunakan sistem scoring. Setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0. Total skor adalah 12 dan total skor minimal adalah 0.

Menurut Arikunto 2007, pengetahuan dikategorikan menjadi 3 kategori , yaitu:

1. Baik : Jika jawaban benar dengan nilai ≥ 75% dengan total score (10-12). 2. Cukup : Jika jawaban benar dengan nilai 40%-75% dengan total score

(5-9).

3. Kurang : Jika jawaban benar dengan nilai < 40% dengan total score (0-4). 2. Sikap

(36)

terdapat pada nomor 1,3,5, 7dan 9. Pengukuran dengan alternatif jawaban sebagai berikut:

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan Negatif Nilai

Sangat setuju 4 Sangat setuju 1

Setuju 3 Setuju 2

Tidak setuju 2 Tidak setuju 3

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 4

Dengan Kategori:

1. Baik : Jika responden dapat menjawab ≥ 50% dengan total score (23-36).

2. Tidak Baik : jika responden dapat menjawab < 50% dengan total score (9-22).

3.7 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul maka langkah yang dilakukan selanjutnya adalah pengolahan data terdiri dari 3 tahap :

a. Editing (Penyuntingan Data)

(37)

b. Coding Sheet (Lembaran Kode)

Lembaran atau kartu kode adalah instrument berupa kolom-kolom untuk merekam data secara manual. Lembar atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor pertanyaan.

c. Data Entry (Memasukkan Data)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

3.8 Analisis Data

Hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan presentasi. Adapun tahap dari analisa data adalah :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dimaksudkan untuk menggambarkan masing-masing variabel independen dan dependen dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dimaksudkan untuk melihat hubungan kedua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji Chi

Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) antara lain:

(38)
(39)

26 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Data Geografi

Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran memiliki luas lahan 865 Ha. Jarak kantor kelurahan ke kantor camat sekitar 0,5km. Kelurahan Tiga Balata berbatasan dengan:

- Sebelah Utara : Kecamatan Siantar

- Sebelah Selatan : Dusun Pinangratus

- Sebelah Timur : Desa Dolok Marlawan

- Sebelah Barat : Pematang Siantar

4.1.2 Gambaran Demografi

Jumlah penduduk tahun 2015 adalah 3.512 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga 896 KK yang terdiri dari Jumlah penduduk laki-laki 1738 jiwa dan perempuan sebanyak 1774 jiwa.

(40)

4.2. Analisis Univariat

4.2.1. Karakteristik Responden

Karakteristik meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, suku dan usia bayi. Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Di Kelurahan Tiga Balata

Kec. Jorlang Hataran Kab. Simalungun

(41)

Diketahui juga sebagian besar responden bersuku batak sebanyak 48 orang (84,2%), dan yang terendah bersuku melayu sebanyak 3 orang (5,3%).

4.2.2. Pengetahuan Responden

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI diKelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun

No Pertanyaan Salah Benar

10 Pemberian makanan tambahan sebaiknya pada usia

(42)

pengukuran pengetahuan seperti umur sebaiknya diberikan makanan tambahan (57,9%), jenis makanan yang pertama kali diberikan kepada bayi usia >6 bulan (50,9%), yang merupakan makanan pendamping ASI (63,2%), makanan tambahan itu diberikan dalam sehari kepada bayi yang berusia 6-8 bulan (63,2%), bayi pada diberi makanan tambahan (56,1%), pemberian makan bayi sebelum usia 6 bulan terhadap kesehatan bayi (61,4%), umur lebih dari 6 bulan sampai 1 tahun dapat diberikan nasi tim (54,4%), pemberian makanan tambahan sebaiknya pada usia (57,9%), makanan tambahan dapat mengurangi resiko alergi makanan (59,6%), dan pada usia berapakah sebaiknya bayi disapih (54,4%).

Berdasarkan hasil tersebut maka pengetahuan seputar MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun dikategorikan pada Tabel 4.3 sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun

No Pengetahuan Jumlah

n %

1 Baik 7 12,3

2 Cukup 12 21,0

3 Kurang 38 66,7

Jumlah 57 100,0

(43)

baik dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi yaitu sebanyak 7 orang (12,3%).

4.2.3. Sikap Responden

Tabel 4.4 Distribusi Sikap Responden tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun

No Pernyataan Jumlah

n %

1 Bayi 4 bulan memerlukan makanan khusus

Sangat Setuju 5 8,8

(44)

Setuju 23 40,4 sebagai makanan pertama pada usia >6 bulan

Sangat Tidak Setuju 11 19,3

Tidak Setuju 19 33,3

Setuju 23 40,4

Sangat Tidak Setuju 4 7,0

9 Pada bayi berusia 7-9 bulan diberikan lebih dari 6 kali makanan tambahan setiap hari

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sikap responden dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi sebagian besar setuju dengan pernyataan “bayi 4 bulan memerlukan makanan khusus” sebanyak 23 orang (40,4%), untuk

(45)

orang (36,8%), pernyataan tentang menunda pemberian makanan padat dapat mengurangi resiko alergi makanan pada bayi sebagian responden menjawab tidak setuju yaitu sebanyak 24 orang (42,1%), pernyataan tentang pemberian makanan pada usia 6 bulan dapat membantu bagi mengatasi rasa lapar dan tidak akan menangis sebagian responden menjawab setuju yaitu sebanyak 28 orang (49,1%), pernyataan tentang memberi makanan lumat seperti bubur susu sebagai makanan pertama pada usia >6 bulan sebagian responden menjawab setuju yaitu sebanyak 23 orang (40,4%), pernyataan tentang pada bayi berusia 7-9 bulan diberikan lebih dari 6 kali makanan tambahan setiap hari sebagian responden menjawab setuju yaitu sebanyak 22 orang (38,6%).

Berdasarkan hasil tersebut maka sikap ibu seputar MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun dikategorikan pada Tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun

No Sikap Jumlah

n %

1 Baik 24 42,1

2 Tidak Baik 33 57,9

Jumlah 57 100,0

(46)

4.2.4. Ketepatan Pemberian MP-ASI

Tabel 4.6 Distribusi Ketepatan Pemberian MP-ASI di kelurahan Tiga Balata kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun

No Pertanyaan Jumlah

n %

1 Pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia

0-6 bulan

Ya 9 15,8

Tidak 48 84,2

2 Pemberian ASI saja sampai bayi usia 6 bulan

Ya 46 80,7

5 Pemberian susu formula pada anak usia <6 bulan

Ya 9 15,8

Tidak 48 84,2

6 Pemberian makanan lumat seperti bubur sebagai

makanan pertama bayi berusia diatas 6 bulan

Ya 47 82,5

9 Pemberian makanan tambahan (bubur

tim,sayuran,pisang,dll) pada bayi usia 7 bulan

Ya 49 86,0

Tidak 8 14,0

10 Pemberian makanan tambahan (daging/ikan) pada bayi usia 9 bulan atau lebih

Ya 45 78,9

Tidak 12 21,1

(47)

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari pertanyaan pemberian makanan pendamping ASI pada usia 0-6 bulan dengan ketepatan pemberian MP-ASI yang menjawab paling banyak yaitu Tidak sebanyak 48 orang (84,2%), pemberian ASI saja sampai bayi usia 6 bulan yang menjawab paling banyak yaitu Ya sebanyak 46 orang (80,7%), pemberian makanan tambahan pada bayi saat berumur 4 bulan yang menjawab paling banyak yaitu Tidak sebanyak 48 orang (84,2%), pemberian makan bayi berusia <6 bulan jika bayi rewel atau menangis jawaban responden tertinggi yaitu Tidak sebanyak 42 orang (73,7%), pemberian susu formula pada anak usia <6 bulan jawaban responden tertinggi yaitu Tidak sebanyak 48 orang (84,2%), pemberian makanan lumat seperti bubur sebagai makanan pertama bayi berusia diatas 6 bulan jawaban responden tertinggi yaitu Ya sebanyak 47 orang (82,5%), pemberian makanan tambahan 3-4 kali sehari pada bayi usia >9 bulan jawaban responden tertinggi yaitu Ya sebanyak 46 orang (80,7%), pemberian makanan orang dewasa pada umumnya pada bayi usia >12 bulan jawaban responden tertinggi yaitu Ya sebanyak 47 orang (82,5%), Pemberian makanan tambahan (bubur tim,sayuran,pisang,dll) pada bayi usia 7 bulan jawaban responden tertinggi yaitu Ya sebanyak 49 orang (86,0%), dan Pemberian makanan tambahan (daging/ikan) pada bayi usia 9 bulan atau lebih jawaban responden tertinggi yaitu Ya sebanyak 45 orang (78,9%).

(48)

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun

No Ketepatan Pemberian MP-ASI Jumlah %

1 Tepat 26 45,6

2 Tidak Tepat 31 54,4

Jumlah 57 100,0

Dari tabel 4.7 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki ketidaktepatan pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 31 orang (54,4%), dan terendah memiliki ketepatan pemberian MP-ASI kategori tepat dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi yaitu sebanyak 26 orang (45,6%).Dapat dijelaskan ketidaktepatan responden dalam pemberian MP-ASI sebagai berikut:

Tabel 4.8 Jadwal Pemberian MP-ASI, Menurut Umur, MP-ASI, Frekuensi Pemberian per Hari, dan Jumlah Responden Yang Tidak Tepat

(49)

Lanjutan Tabel 4.8 Jadwal Pemberian MP-ASI, Menurut Umur, MP-ASI,

Maka dapat disimpulkan bahwa responden yang paling banyak tidak tepat dalam pemberian MP-ASI pada usia 7 bulan dan 9 bulan sebanyak 12 orang.

4.3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan variabel independen (pengetahuan,sikap) dengan variabel dependen yaitu ketepatan pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun.

4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun

Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun

No Pengetahuan Ketepatan Pemberian MP-ASI Jumlah Nilai p

(50)

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh 7 responden yang berpengetahuan baik, yang pengetahuannya baik dengan tepat pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 7 orang (100%). 12 responden yang berpengetahuan cukup, yang pengetahuannya cukup dengan ketepatan pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 7 orang (58,3%) dan yang pengetahuannya cukup tidak tepat pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 5 orang (41,7%). Sedangkan 38 responden yang berpengetahuan kurang, yang pengetahuannya kurang dengan ketepatan pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 12 orang (31,6%) dan yang pengetahuannya kurang dengan ketidaktepatan pemberian MP-ASI yaitu sebanyak 26 orang (68,4%).

Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p value = 0,002 (p<0,05), Maka dapat disimpulkan ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan responden dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi.

4.3.2. Hubungan Sikap Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI

Tabel 4.10 Hubungan Sikap Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun

No Sikap Ketepatan Pemberian MP-ASI Jumlah Nilai p

Tepat Tidak Tepat

n % n % n %

1 Baik 15 62,5 9 37,5 24 100

2 Tidak baik 11 33,3 22 66,7 33 100 0,029

(51)
(52)

39 5.1. Ketepatan Pemberian MP-ASI

Hasil analisis univariat dari 57 responden yang tinggal di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak tepat dalam pemberian MP-ASI pada bayi yaitu sebanyak 31 orang (54,4%), dan sebanyak 26 orang (45,6%) yang tepat dalam pemberian MP-ASI pada bayi. Rata-rata ibu yang tinggal di Kelurahan tidak tepat dalam pemberian makanan pendamping ASI dikarenakan pada saat bayi menangis yang membuat ibu merasa bayinya kelaparan sehingga ibu memberikan susu formula dan makanan tambahan lainnya. Padahal jika makanan pendamping ASI diberikan terlalu dini dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan justru dapat menggangu sistem pencernaan pada bayi, dan apabila terlambat memberikan juga akan membuat bayi kekurangan gizi serta gangguan tumbuh kembang bayi.

(53)

daya tahan tubuh lebih kuat, serta mengurangi risiko terkena alergi akibat makanan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Atik Setyaningsih (2007) menunjukkan bahwa sebanyak 17 responden (56,7%) yang memberikan MP-ASI sejak dini, sedangkan yang tidak memberikan MP-ASI sejak dini sebanyak 13 (43,3%). Hal ini dikarenakan di Desa Glonggong, Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali masih belum mengetahui tentang pemberian MP-ASI yang benar dan tepat. Sehingga dibutuhkan peran serta tenaga kesehatan dalam memberikan informasi tentang pemberian MP-ASI.

5.2. Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI pada bayi

Pengetahuan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah Pengetahuan tentang Makanan tambahan yang diberikan pada bayi berusia 6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. (Yenrina, 2008 )

(54)

namun dalam penelitian yang dilakukan tentang pola pemberian ASI dan MP-ASI baik pada anak 24 bulan masih tidak tepat.

Dari hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p value = 0,002 (p<0,05), artinya ada hubungan secara signifikan antara pengetahuan responden dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Irvani (2005) di Cimahi, bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan variabel ketepatan pemberian MP-ASI. Responden yang memiliki pengetahuan yang kurang lebih cenderung tidak tepat dalam pemberian MP-ASI dibanding responden yang memiliki pengetahuan yang baik.

(55)

menangis ataupun sedang tidur bayi harus dibangunkan untuk diberi makan, karena untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Peneliti menemukan bahwa pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor baik formal seperti pendidikan yang didapat di sekolah-sekolah maupun non formal yang diantaranya dapat diperoleh bila ibu aktif dalam kegiatan posyandu, PKK maupun kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat.

Hasil penelitian Bahri (2011) dimana sebagian besar ibu kurang mengetahui tentang makanan pendamping ASI yaitu sebesar 86,8%. Rendahnya pengetahuan responden di duga disebabkan antara lain kurangnya informasi, kurang jelasnya informasi dan kurangnya kemampuan responden untuk memahami informasi yang diterima.

5.3. Hubungan Antara Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p value = 0,029 (p<0,05), artinya ada hubungan secara signifikan antara sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi. Sikap merupakan reaksi tertutup dan belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

(56)

ditambah dengan susu formula. Padahal di usia tersebut pencernaan bayi belum dapat menerima makanan selain ASI yang dapat menyebabkan bayi alergi, diare maupun konstipasi. Makanan pendamping ASI adalah makanan tamabahan yang diberikan pada bayi usia 6-24 bulan. Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk menggantikan ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI. Kemudian masih ada ibu yang setuju pada bayi berusia 7-9 bulan diberikan lebih dari 6 kali makanan tambahan setiap hari, padahal bayi di usia tersebut kebutuhan akan asupan zat gizi sebaiknya diberi makanan tambahan pendamping air susu ibu 2-4 kali sehari.

Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Lianda (2010) mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian MP-ASI yaitu ada hubungan sikap dengan pemberian MP-ASI. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Atika (2009) di Dusun Tlangu Kecamatan Wonosari Klaten Sebagian responden memiliki sikap positif tentang MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan sebanyak 45 responden (80%). Hal tersebut dapat dipengaruhi banyak faktor diantaranya informasi,pengaruh orang lain yang dianggap penting, kebudayaan, media massa, dan lembaga pendidikan.

(57)
(58)

45 6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat diambil kesimpulan yaitu :

1 Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi di Kelurahan Tiga Balata Kec. Jorlang Hataran Kab. Simalungun. Dimana kurangnya pengetahuan yang dimiliki maka kurang perilaku yang dilakukan dalam pemberian MP-ASI yang tepat dengan nilai p = 0,002. 2 Adanya hubungan antara sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI

pada bayi di Kelurahan Tiga Balata Kec. Jorlang Hataran Kab. Simalungun. Dimana dengan sikap yang tidak baik maka responden dalam pemberian MP-ASI juga tidak tepat dengan nilai p = 0,029.

6.2 Saran

(59)

2 Diharapakan kepada Puskesmas mengarahkan Bidan desa untuk lebih rutin memberikan informasi mengenai makanan pendamping ASI yang tepat kepada ibu-ibu.

(60)

9

2.1 MP-ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu) 2.1.1 Pengertian MP-ASI

MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan kepada bayi setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai 24 bulan. MP-ASI merupakan makanan tambahan bagi bayi. Makanan ini harus menjadi pelengkap yang dapat memenuhi kebutuhan bayi. Hal ini menunjukkan bahwa MP-ASI berguna untuk menutupi kekurangan zat-zat giji yang terkandung dalam ASI(Krisnatuti & Yenrina,2000).

MP-ASI dapat juga disebut makanan pelengkap atau makanan padat, adalah makanan tambahan yang secara berangsusr-angsur diberikan kepada bayi untuk memenuhi kebutuhan gizi, sebelum bayi diberikan makanan anak. Sesudah anak disapih, makanan tambahan lama kelamaan akan menjadi makanan pokok. Sari buah atau buah-buahan segar, makanan lumat dan makanan lembek secara berturut-turut dapat diberikan sebagai makanan tambahan (RSCM & Persatuan Ahli Gizi Indonesia,1994).

2.1.2 Tujuan MP-ASI

(61)

untuk mengunyah dan menelan, mencoba baradaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi(Suhardjo, 2003).

Bayi perlu mendapatkan tambahan energi dan zat-zat gizi yang diperlukan, karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus(Krisnatuti, 2000).

2.1.3 Syarat-syarat MP-ASI

Agar pemberian MP-ASI dapat terpenuhi dengan sempurna maka perlu diperhatikan sifat-sifat bahan makanan yang akan digunakan. Makanan tambahan untuk bayi harus mempunyai sifat fisik yang baik, yaitu rupa dan aroma yang layak. Selain itu dilihat dari segi kepraktisannya, makanan tambahan bayi sebaiknya sudah disiapkan dengan waktu pengolahan waktu yang singkat. Makanan pendamping ASI harus memenuhi persyaratan khusus tentang jumlah zat-zat gizi yang diperlukan bayi, seperti protein, energi, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat tambahan lainnya. MP-ASI hendaknya mengandung protein bermutu tinggi dengan jumlah yang mencukupi (Roger, 1999).

1. Makanan yang dianjurkan:

1) Bubur tepung beras atau beras merah yang dimasak dengan menggunakan cairan atau kaldu daging dan sayuran, susu formula (ASI) atau air.

2) Buah-buahan yang dihaluskan atau menggunakan blender seperti pepaya, pisang, apel, melon dan alpukat.

3) Sayur-sayuran dan kacang-kacangan yang direbus kemudian dihaluskan menggunakan blender.

(62)

5) Ikan yang diblender sebaiknya ikan yang digunakan adalah ikan yang tidak berduri.

2. Makanan yang tidak dianjurkan

1) Makanan yang mengandung protein gluten yaitu tepung terigu barley, biji gandum dan kue yang terbuat dari tepung terigu. Makanan tersebut dapat membuat perut bayi kembung, mual dan diare pada bayi.

2) Hindari pemberian garam, gula, bumbu masak atau penyedap rasa. 3) Makanan terlalu berlemak.

4) Buah-buahan yang terlalu asam seperti jeruk dan sirsak. 5) Makanan terlalu pedas atau bumbu terlalu tajam.

6) Buah-buahan yang mengandung gas seperti durian, cempedak. Sayuran yang mengandung gas seperti kol, kembang kol, lobak. Kedua makanan tersebut dapat membuat perut bayi kembung.

7) Kacang tanah pada bayi dapat menyebabkan alergi atau pembengkakan pada tenggorokan sehingga bayi sulit bernapas.

8) Kadangkala telur dapat memacu alergi, berikan secara bertahap dan dengan porsi kecil. Jika bayi alergi segera hentikan.

9) Madu dapat mengandung spora yang sangat membahayakan bayi (Lituhayu R, 2008).

2.1.4 Mutu MP-ASI

(63)

fisik, meliputi anatara lain aroma, konsistensi kelenturan, penampilan dan rasa; b) mutu kimiawi yaitu berupa komposisi zat gizi dan jumlah masing-masing zat gizi yang terkandung dalam status tertentu; c) kepadatan energi atau energi density (ED) yaitu jumlah energi yang dihasilkan dalam satu gram produk siap makan menghasilkan 120-140 kalori; dan d) mutu biologi, meliputi mutu protein seperti nilai Protein Efficiency Ratio (PER) atau protein skor atau komposisi asam amino, dan ketersediaan hayati, vitamin dan mineral (Depkes, 2002).

Mempersiapakan MP-ASI yang bermutu baik tidak dapat didasari hanya kepada insting seorang ibu. Pengetahuan dan praktek diperlukan secara khusus dalam teknologi rumah tangga, agar dapat memenuhi kebutuhan bayi yang relatif lebih tinggi untuk setiap kilogram berat badan dibandingkan dengan kebutuhan orang dewasa. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola makanan disesuaiakan dengan faal bayi serta memperhatikan kebersihan lingkungan dan perorangan (Suhardjo,2003).

2.1.5 Waktu Pemberian MP-ASI

Menurut Lituhayu R (2008) MP-ASI sebaiknya diberikan setelah anak berusia 6 bulan. Hal ini dikarenakan :

(64)

2) Sistem pencernaan bayi berumur 6 bulan sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI.

3) Mengurangi resiko terkena alergi akibat makanan. Saat bayi berumur kurang dari 6 bulan, sel-sel di sekitar usus belum siap mengolah kandungan dari makanan.

4) Menunda pemberian MP-ASI hingga 6 bulan melindungi bayi dari obesitas di kemudian hari.

2.1.6 Jadwal Pemberian MP-ASI

(65)

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian MP-ASI, Menurut Umur Bayi, Jenis, Makanan dan Frekuensi Pemberian

(66)

2.1.7 Resiko Pemberian Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini

Menurut Krisnatuti Yenrina (2008), bayi belum siap menerima makanan semi padat sebelum berusia 6 bulan, selain itu makanan tersebut belum diperlukan sepanjang bayi tetap mendapatkan ASI, kecuali pada keadaan tertentu.

Banyak resiko yang ditemukan pada jangka pendek maupun panjang jika bayi diberikan makanan pendamping terlalu dini antara lain :

a. Resiko Jangka Pendek

Salah satu resiko jangka pendek dari pemberian MP-ASI terlalu dini adalah penyakit diare, defisiensi besi dan anemia.

Harus diperhatikan bahwa apabila makanan pendamping ASI sudah diberikan kepada bayi sejak dini (dibawah usia 6 bulan) maka asupan gizi yang diperoleh bayi tidak sesuai dengan kebutuhan. Selain itu system pencernaan bayi akan mengalami gangguan seperti sakit perut, sembelit (susah buang air besar) dan alergi. (Arisman,2009)

b. Resiko Jangka Panjang

Obesitas (kegemukan) & Penyakit Kronis

Kelebihan dalam memberikan makanan adalah salah satu faktor resiko utama dari pemberian susu formula dan MP-ASI yang terlalu dini pada bayi. Sama seperti orang dewasa kelebihan berat badan anak terjadi akibat ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar.

(67)

2.2 Hal yang Berhubungan Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI 2.2.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu subjek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2007).

Pengetahuan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah Pengetahuan tentang Makanan tambahan yang diberikan pada bayi berusia 4-6 bulan sampai bayi berusia 24 bulan. (Yenrina, 2008 ). Peranan MP-ASI sama sekali bukan untuk menggantikam ASI, melainkan hanya untuk melengkapi ASI (Krisnatuti, 2000).

Pengetahuan yang rendah juga berdampak terhadap praktek pemberian makanan tambahan. Secara umum makanan dan minuman yang diberikan kepada bayi umur 0 – 6 bulan adalah susu formula, air putih, dan madu. Pemberian ASI yang tidak sampai umur 6 bulan karena ASInya sedikit disebabkan karena ibu bekerja dan kurangnya keyakinan terhadap kemampuan memproduksi ASI untuk memuaskan bayinya sehingga mendorong ibu untuk memberikan susu formula. Pemberian makanan tambahan seperti susu formula menjadi salah satu penyebab ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Nana, 2013).

(68)

dari responden atau 92% (52 orang) berpengetahuan baik dan 8% (4 orang) berpengetahuan cukup.

Hasil penelitian Dheny di posyandu karyamulya jetis jaten tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI menunjukkan bahwa dari responden tingkat pengetahuan baik, memberikan MP-ASI dengan sebanyak 66,7%, sedangkan yang memberikan MPMP-ASI dengan tingkatan cukup sebanyak 16,7%, kelompok ibu yang tingkat pengetahuannya kurang memberikan MP-ASI sebanyak 3,3%.

2.2.2 Sikap (Attitude)

Sikap adalah reaksi respon seorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap adalah tanggapan atau persepsi seorang terhadap apa yang diketahuinya. Jadi sikap tidak dapat langsung dilihat secara nyata, tetapi hanya dapat ditafsirkan sebagai perilaku yang tertutup bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoadmojo, 2010).

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yakni : a) Menerima (Receiving)

Diartikan orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (Objek).

b) Merespon (Responding)

(69)

c) Menghargai (Valuting)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.

d) Bertanggungjawab (Responsible)

Bertanggungjawab terhadap sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

2.3Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk melihat Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015. Berdasarkan tinjauan teroritis maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependent

Gambar 2.1

Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan

Sikap

(70)

1

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan dan minuman yang paling sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret Lowson, 2003). Sejak awal kelahirannya sampai bayi berusia 6 bulan, ASI merupakan sumber nutrisi utama bayi. Komposisi ASI sempurna sesuai kebutuhan bayi sehingga walaupun hanya mendapatkan ASI dibeberapa bulan kehidupannya, bayi bisa tumbuh optimal. ASI sangat bermanfaat untuk kekebalan tubuh bayi karena didalamnya terdapat zat yang sangat penting yang sudah terbukti melawan berbagai macam infeksi, seperti ISPA, peradangan telinga, infeksi dalam darah dan sebagainya.

Pencapaian tumbuh kembang optimal pada bayi, dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding. WHO/UNICEF merekomendasikan empat

(71)

Pemberian ASI eksklusif pada bayi di bawah usia dua bulan berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2006-2007 hanya mencakup 67% dari total bayi yang ada. Persentase tersebut menurun seiring dengan bertambahnya usia bayi, yakni, 54% pada bayi usia 2-3 bulan dan 19% pada bayi usia 7-9 bulan. Yang lebih memprihatinkan, 13% bayi di bawah dua bulan telah diberi susu formula dan satu dari tiga bayi usia 2-3 bulan telah diberi makanan tambahan (Sentra Laktasi Indonesia, 2010).

Semakin meningkatnya umur bayi, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan Air Susu Ibu (ASI) yang dihasilkan ibunya kurang memenuhi kebutuhan gizi. Oleh sebab itu mulai usia 6 bulan selain ASI, bayi mulai diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) agar kebutuhan gizinya terpenuhi (Depkes RI, 2006). Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan ini dapat berupa makanan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga yang dimodifikasi (Lilian Juwono, 2003).

(72)

adalah rendahnya mutu MP-ASI dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan (Depkes RI, 2007).

Masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia dibawah 2 tahun (balita) merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius. Usia dibawah 2 tahun merupakan masa yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang bayi dan anak usia 12-24 bulan harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya. Hasil survei menunjukkan bahwa salah satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi, dan anak usia 12-24 bulan di Indonesia adalah rendahnya mutu MP-ASI, dan tidak sesuainya pola asuh yang diberikan sehingga beberapa zat gizi tidak dapat mencukupi kebutuhannya khususnya energi dan zat gizi mikro terutama zat besi (Fe) dan Seng (Zn). (Depkes RI, 2004).

Dalam menanggulangi dan mencegah kurang gizi pada balita, maka ibu harus mengetahui dengan benar tentang MP-ASI dan bagaimana cara pemberian yang tepat pada anak. Menteri pemberdayaan perempuan mengatakan sekitar 6,7 juta balita atau 27,3% dari seluruh balita di Indonesia menderita kurang gizi. Hal ini akibat pemberian ASI dan MP-ASI yang salah (Depkes RI, 2006).

(73)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian MP ASI meliputi kapan MP-ASI harus diberikan, jenis bentuk dan jumlahnya (Krisnatuti, 2000). Pada saat bayi tumbuh dan menjadi lebih aktif, akan mencapai usia tertentu ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan demikian, makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI . Pada usia enam bulan pencernaan bayi mulai kuat, sehingga pemberian makanan pendamping ASI harus setelah usia enam bulan. (Sentra Laktasi Indonesia, 2010).

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2005, menyebutkan bahwa kurang lebih 40% bayi usia kurang dari dua bulan sudah diberi makanan pendamping ASI. Disebutkan juga bahwa bayi usia nol sampai dua bulan diberi makanan pendamping cair (21-25%), makanan lunak/lembek (20,1%), dan makanan padat (13,7%). Pada bayi usia tiga sampai lima bulan yang mulai diberikan makanan pendamping cair (60,2%), lumat/lembek (66,25%) dan padat (45,5%).

Dari beberapa penelitian diketahui bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan makanan pendamping ASI yang tidak tepat dan ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian makanan pendamping ASI yang benar sehingga berpengaruh terhatap pemberian makanan pendamping ASI (Depkes RI, 2006).

(74)

diperkenalkan MP-ASI berupa buah-buahan, tepung-tepungan, sayur-sayuran, daging ikan dan telur secara dini.

Menurut Soetjiningsih (2002), pengalaman telah menunjukkan bahwa terbentuknya cara pemberian makanan bayi yang tepat serta lestarinya pemakaian ASI sangat tergantung kepada informasi yang diterima oleh ibu-ibu. Informasi yang diperoleh terkadang sangat minim, karena pengetahuan yang tidak dimilikinya sehingga sikap pun akan mengikuti. Penelitian yang dilakukannya mengenai hubungan pengetahuan dan sikap ibu memberikan MP-ASI pada bayi berumur kurang dari 6 bulan di kelurahan Beji Depok menunjukkan hasil hubungan pengetahuan tinggi yang memberikan MP-ASI 7,7 % dan pengetahuan rendah 75%, ibu yang bersikap baik tidak memberikan MP-ASI 37,8 % dan ibu yang tidak bersikap baik yang memberikan MP-ASI 46,2%.

(75)

bertambah dan lebih cepat besar. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian MP-ASI yang benar dan kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat sehingga berpengaruh terhadap sikap ibu dalam pemberian MP-ASI. Menurut petugas kesehatan di kelurahan Tiga Balata apabila diadakan penyuluhan, kebanyakan para ibu memilih tidak hadir dengan berbagai alasan diantaranya jarak yang jauh, anak yang rewel dan pekerjaan rumah yang menumpuk.

Info yang diperoleh dari ibu-ibu kader dan petugas kesehatan di kelurahan Tiga Balata masih banyak ibu-ibu yang memberikan MP-ASI yang tidak tepat baik dari segi umur bayi, jenis makanan dan frekuensi pemberiannya . Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus pada bayi yang mengalami gangguan sistem pencernaan.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian makanan pendamping ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun.

1.2 Perumusan Masalah

(76)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui adanya Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi di Kelurahan Tiga Balata kecamatan Jorlang Hataran kabupaten Simalungun tahun 2015.

2. Untuk mengetahui adanya hubungan sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi di Kelurahan Tiga Balata kecamatan Jorlang Hataran kabupaten Simalungun tahun 2015.

1.4 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi.

2. Ada hubungan sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi. 3. Ada hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian

MP-ASI pada bayi. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti

(77)

1.5.2 Bagi Ibu

Sebagai bahan informasi tentang manfaat dan ketepatan pemberian MP-ASI sehingga dapat memberikan pemahaman kepada ibu untuk berperilaku mengubah sikap dan menambah pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI. 1.5.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan informasi data sehingga diharapkan dapat wacana keilmuan terutama dalam bidang keperawatan anak.

1.5.4 Bagi Institusi Kesehatan

(78)

ii

ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai 24 bulan. Penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi adalah karena pemberian MP-ASI oleh ibu yang belum sesuai dengan ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi dikelurahan Tigabalata Kec Jorlang Hataran Kab Simalungun Tahun 2015.

Jenis Penelitian adalah survei yang bersifat analitik dengan menggunakan cross sectional, populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 24 bulan yaitu sebanyak 57 bayi dan dijadikan sebagai total sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji chi-square.

Dari hasil uji chi-square (α<0,05), menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi diperoleh nilai p = 0,002. Dan ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi diperoleh nilai p = 0,029.

Diharapkan kepada petugas kesehatan yang bekerja di Puskesmas Tigabalata lebih rutin melakukan penyuluhan tentang MP-ASI yang tepat kepada ibu-ibu secara personal. Juga kepada ibu yang mempunyai bayi untuk lebih sering mengikuti kegiatan posyandu dan penyuluhan yang diadakan didesa tersebut serta lebih meningkatkan pengetahuan dan mencari informasi kesehatan terutama pemberian MP-ASI.

(79)

iii

breastfeeding supplementary food, breast milk should still be given to the baby, at least until 24 months. The cause of the baby's growth disorders is due to the provision of complementary feeding by mothers who do not conform with the precision timing, frequency, type, number of foodstuffs, and the weave. The objective of the research was to investigate the relation between knowledge and mother attitude with the breastfeeding supplementary food in giving to the babies at the Tiga Balata village in 2015.

This type of research is a survey of analytical by using cross sectional design,the population in the study were all women who had a baby 24 months as many as 57 infants and serve as the total sample. Data was obtained through interviews using a questionnaire and analyzed by chi-square test.

From the results of the chi-square test (α <0.05), indicating there is a significant relationship between the knowledge with accuracy of the breastfeeding supplementary food obtained p = 0.002. And there is a significant relationship between the attitude of a mother with the breastfeeding supplementary food to the babies obtained p = 0.029.

Expected to health workers who work at the health center Tiga Balata more routine counseling on appropriate complementary feeding to mothers personally. Also to mothers who have babies to more frequent follow Posyandu activities and counseling are held in villages as well as increased knowledge and search for health information, especially the provision of complementary feeding.

(80)

SIMALUNGUN TAHUN 2015

SKRIPSI

OLEH:

DEVI CHRISTIN DAMAYANI SIMBOLON

NIM : 121021084

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(81)

SIMALUNGUN TAHUN 2015

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:

DEVI CHRISTIN DAMAYANI SIMBOLON

NIM : 121021084

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(82)
(83)

ii

ASI, ASI harus tetap diberikan kepada bayi, paling tidak sampai 24 bulan. Penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang bayi adalah karena pemberian MP-ASI oleh ibu yang belum sesuai dengan ketepatan waktu pemberian, frekuensi, jenis, jumlah bahan makanan, dan cara pembuatannya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi dikelurahan Tigabalata Kec Jorlang Hataran Kab Simalungun Tahun 2015.

Jenis Penelitian adalah survei yang bersifat analitik dengan menggunakan cross sectional, populasi dalam penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi 24 bulan yaitu sebanyak 57 bayi dan dijadikan sebagai total sampel. Data diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan uji chi-square.

Dari hasil uji chi-square (α<0,05), menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi diperoleh nilai p = 0,002. Dan ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi diperoleh nilai p = 0,029.

Diharapkan kepada petugas kesehatan yang bekerja di Puskesmas Tigabalata lebih rutin melakukan penyuluhan tentang MP-ASI yang tepat kepada ibu-ibu secara personal. Juga kepada ibu yang mempunyai bayi untuk lebih sering mengikuti kegiatan posyandu dan penyuluhan yang diadakan didesa tersebut serta lebih meningkatkan pengetahuan dan mencari informasi kesehatan terutama pemberian MP-ASI.

(84)

iii

breastfeeding supplementary food, breast milk should still be given to the baby, at least until 24 months. The cause of the baby's growth disorders is due to the provision of complementary feeding by mothers who do not conform with the precision timing, frequency, type, number of foodstuffs, and the weave. The objective of the research was to investigate the relation between knowledge and mother attitude with the breastfeeding supplementary food in giving to the babies at the Tiga Balata village in 2015.

This type of research is a survey of analytical by using cross sectional design,the population in the study were all women who had a baby 24 months as many as 57 infants and serve as the total sample. Data was obtained through interviews using a questionnaire and analyzed by chi-square test.

From the results of the chi-square test (α <0.05), indicating there is a significant relationship between the knowledge with accuracy of the breastfeeding supplementary food obtained p = 0.002. And there is a significant relationship between the attitude of a mother with the breastfeeding supplementary food to the babies obtained p = 0.029.

Expected to health workers who work at the health center Tiga Balata more routine counseling on appropriate complementary feeding to mothers personally. Also to mothers who have babies to more frequent follow Posyandu activities and counseling are held in villages as well as increased knowledge and search for health information, especially the provision of complementary feeding.

(85)

iv

Tempat/Tanggal Lahir : Tigabalata / 03 Desember 1989

Agama : Kristen Protestan

Status Pernikahan : Menikah

Anak ke : 3 Dari 4 Bersaudara

Nama Ayah : M.Simbolon (Alm.) Nama Ibu : T.Silalahi (Alm.)

Alamat Rumah : Jl. Gunung Kuncir no.11 Parluasan Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1995-2001 : SD Negeri No. 091494 Tiga Balata 2. 2001-2004 : SMP Negeri 1 Tiga Balata

3. 2004-2007 : SMA RK Budi Mulia Pematang Siantar

(86)

v

segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi Di Kelurahan Tigabalata Kecamatan Jorlang

Hataran Kabupaten Simalungun Tahun 2015”, guna memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku ketua Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Dosen Pembimbing I skripsi yang

juga telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dukungan, serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

(87)

vi

telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama kuliah di FKM USU.

8. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen Kependudukan dan Biostatistik yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Kepala Kelurahan Ibu Sarmida Lona Gultom, ST yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Berbagai pihak di wilayah kerja Puskesmas di Kelurahan Tiga Balata yang telah memberikan perhatian dan bantuan selama melakukan penelitian.

11. Teristimewa untuk Alm orang tuaku tercinta, Ayahanda Maruli Simbolon, SE dan Ibunda Tinorma Silalahi. Ayahanda dan Ibunda adalah inspirasi terbesar dalam pencapaian tujuan hidupku. Abang ipar, keponakan dan kakakku tersayang Lisda Simbolon, SE beserta abang dan adikku Darwin Simbolon, SH, Aditya Simbolon SS, dan seluruh keluarga besar yang turut memberikan doa, dukungan dan semangatnya kepada penulis.

12. Kepada Suami terkasih dan tercinta Brig. Indra S Manik, SH yang telah banyak memberikan doa, dukungan dan semangatnya kepada penulis.

(88)

vii

serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tdak terlepas dari keterbatasan, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.

Medan, Oktober 2015 Penulis

(89)

viii

(90)

ix

4.3.1 Hubungan Pengetahuan dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun ... 36

4.3.2 Hubungan Sikap Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI ... 37

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Ketepatan Pemberian MP-ASI ... 39

5.2 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI Pada Bayi ... 40

(91)

x

Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran

Kab Simalungun ... 28 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang

MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran

Kab Simalungun ... 29 Tabel 4.4 Distribusi Sikap Responden Tentang MP-ASI di

Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran

Kab Simalungun ... 30 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sikap Responden Tentang MP-ASI di

Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran

Kab Simalungun ... 32 Tabel 4.6 Distribusi Ketepatan Pemberian MP-ASI di Kelurahan Tiga

Balata Kec Jorlang Hataran Kab Simalungun ... 33 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Ketepatan Pemberian MP-ASI di

Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran

Kab Simalungun ... 35 Tabel 4.8 Jadwal Pemberian MP-ASI, Menurut Umur, Frekuensi

Pemberian Per Hari, dan Jumlah Responden

Yang Tidak Tepat ... 35 Tabel 4.9 Hubungan Pengetahuan Dengan Ketepatan Pemberian

MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran

Kab Simalungun ... 36 Tabel 4.10 Hubungan Sikap Dengan Ketepatan Pemberian MP-ASI

di Kelurahan Tiga Balata Kec Jorlang Hataran

(92)
(93)

xii Lampiran 2 : Master Data

Lampiran 3 : Hasil Output Univariat dan Bivariat Lampiran 4 : Surat Izin Penelitian

Gambar

Tabel 4.1  Distribusi Karakteristik Responden Di Kelurahan Tiga Balata Kec. Jorlang Hataran Kab
Tabel 4.2 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI diKelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran
Tabel 4.4  Distribusi Sikap Responden tentang MP-ASI di Kelurahan Tiga Balata Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten Simalungun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perilaku ketepatan ibu tentang pemberian MP-ASI terhadap perkembangan motorik halus pada bayi

Judul Penelitian : Hubungan antara Ketepatan Perilaku Ibu tentang Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) dengan Perkembangan Motorik Halus pada Balita Usia 6-24

Mengetahui hubungan antara ketepatan perilaku ibu tentang pemberian MP-ASI dengan perkembangan motorik halus pada balita usia 6-24 bulan di Kelurahan Bulakan

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN ORANG TUA, PENGETAHUAN GIZI IBU DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN.. PRAKTEK PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BADUTA USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN KESTALAN KECAMATAN BANJARSARI KOTA

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apa kah ada hubungan pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan ketepatan waktu pemberian MP- ASI dan status gizi balita usia

Beberapa faktor yang mempengaruhi ibu dalam pemberian MP-ASI diantaranya adalah pengetahuan ibu, sosial budaya, promosi susu formula, umur,

hal penting yang harus dilakukan yaitu pertama memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja