• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbedaan Fungsi Dan Makna Verba “Tsukau” Dan “Mochiiru’’ Dalam Majalah “Nipponia” Nipponia No Zasshi Ni Okeru Tsukau To Mochiiru No Doushi No Imi To Kinou No Soui No Bunseki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Perbedaan Fungsi Dan Makna Verba “Tsukau” Dan “Mochiiru’’ Dalam Majalah “Nipponia” Nipponia No Zasshi Ni Okeru Tsukau To Mochiiru No Doushi No Imi To Kinou No Soui No Bunseki"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Akimoto, Minahara. 2004.Yokuwakaru Goi. Tokyo : Toshoinsatsuseikaisha. Amrizani, Fina Agustina. 2009. Analisis Penggunaan Verba Tsukau Dan Verba

Mochiiru Yang Berarti Menggunakan Dalam Kalimat Bahasa Jepang. (Skripsi) : Bandung : Sastra Jepang (S1) Fakultas Sastra, UNIKOM.

Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Chaer, Abdul. 1998. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta

___________ 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta

___________ 2007. Kajian Bahasa : Struktur internal, pemakaian, pemelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2009. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Hutasuhut, Maulida Hanum. 2012. Analisis Fungsi dan Makna Partikel “To”

dalam Novel Berjudul “Boku no Ojisan” karya

Kita Morio. (Skripsi) : Medan : Sastra Jepang (S1 Ekstensi) Fakultas Ilmu Budaya, USU.

Hayashi, Shirou,dll. 1993. Reikai ShinKokugo Jiten, cetakan keempat. Tokyo : Sanseido.

(2)

Koizumi, Tamotsu et.al.1989. Nihongo Kihon Dōshi Yohou Jiten. Tokyo : `Piitaa Pan To Wendi`. (Skripsi) : Medan : Sastra Jepang (S1) Fakultas Ilmu Budaya, USU.

Nawawi, Hadari. 1991. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM. Press.

Nipponia No. 7 (majalah). 1999. Tokyo : Nihon Hakken ________ No. 8 (majalah). 1999. Tokyo : Nihon Hakken ________ No. 20 (majalah). 2002. Tokyo : Nihon Hakken ________No. 21 (majalah). 2002. Tokyo : Nihon Hakken ________ No. 31 (majalah). 2004. Tokyo : Nihon Hakken ________ No. 33 (majalah). 2005. Tokyo : Nihon Hakken ________ No. 47 (majalah). 2008. Tokyo : Nihon Hakken

Ooga, Tetsuo. : 1988. Nihongo Daijiten : GENSEN. Tokyo : Shougakukan.

Pulungan, Nikmagna Rusanty. 2012. Analisis Makna Verba Hattensuru, Hattatsusuru Dan Shinposuru Dalam Kalimat Bahasa Jepang. (Skripsi) : Medan : Sastra Jepang (S1) Fakultas Ilmu Budaya, USU.

(3)

__________ 2011. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Edisi Revisi (cetakan IV) Bandung : Humaniora.

Tooru, Aoyama. 1988. Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar. Kokuritsu Nihongo Kenkyusho.

Umesao, Tadao, et all.1990. Nihongo Daijiten (Color Edition). Tokyo : Kodansha. Zhongkui Tien, Shouji Izuhara dan Jin Xiangshun. 1998 : 58 – 60. Ruigigo Tsukaiwake Jiten. Tokyo : Kenkyusha.

http://prairie.lang.nagoya- u.ac.jp/chakoshipub.html http://www.renshuu.org

(4)

BAB III

ANALISIS PERBEDAAN FUNGSI DAN MAKNA VERBA “TSUKAU DAN “MOCHIIRU” DALAM MAJALAH “NIPPONIA

Dalam majalah “Nipponia” ada terdapat 51 buah kalimat yang menggunakan verba “tsukau”. Sedangkan kalimat yang menggunakan verba “mochiiru” dalam majalah “Nipponia”, ada terdapat 12 buah. Namun, dalam skripsi ini penulis hanya mengambil beberapa kalimat yang menggunakan verba “tsukau” dan verba “mochiiru” dalam majalah “Nipponia” secara acak. Adapun

kalimat-kalimat yang menggunakan verba “tsukau” yang dipilih secara acak memiliki 3 buah fungsi dan makna kalimat–kalimat yang menggunakan verba “mochiiru” yang dipilih secara acak memiliki 2 fungsi dan makna, berikut ini adalah beberapa cuplikan kalimat yang menggunakan verba “tsukau” dan verba “mochiiru” yang bermakna „menggunakan‟ dalam majalah “Nipponia”.

3.1 Fungsi Verba /Tsukau/ Yang Menyatakan Penggunaan Benda Mati Sebagai Sarana/Alat Dan Bermakna „Menggunakan‟ (Mengkonsumsi,

Menghabiskan, Dan Memanfaatkan Sesuatu Menjadi Berguna) Cuplikan 1 :

さ 物 作っ 使っ そ う再利用 考え

い時期 来 い いうこ あ (Nipponia no. 7, 8:1999)

(5)

Kalau kita mau menggunakan suatu barang, kita harus pula kembali memikirkan bagaimana untuk bisa menggunakan kembali barang tersebut.

Analisis :

Fungsi verba /tsukau/ pada cuplikan kalimat tsukuttari, tsukattarisureba adalah menerangkan penggunaan benda mati yang tidak dipakai sekali dan pemakaiannya sudah tepat, bermakna „menggunakan‟ dalam arti mengkonsumsi suatu barang

(6)

Cuplikan 2 :

く 人形 古く 芝居や祭 使わ 庶民 (し ) 親

し 日本 ロボット 原点 あ (Nipponia No.31, 10:2004)

Karakuri ningyou wa, furuku kara shibai ya matsuri nado ni tsukawarete shoumin ni shitashimaretekita nihon no robotto no genten de aru.

Boneka “karakuri” bertitik tolak pada robot Jepang yang muncul berbaur dengan rakyat biasa yang digunakan di perayaan maupun di sandiwara kuno.

Analisis :

Fungsi verba tsukau pada cuplikan kalimat tsukawarete adalah menerangkan penggunaan benda mati sebagai alat atau sarana hiburan dan pemakaiannya sudah tepat, bermakna „digunakan‟ dalam arti memanfaatkan menjadi berguna. Pada

kalimat tersebut dijelaskan bahwa boneka “karakuri” bertitik tolak pada robot Jepang yang muncul berbaur dengan rakyat biasa yang digunakan di perayaan maupun di sandiwara kuno. Dalam hal ini yang dimaksud dengan penggunaan benda mati sebagai alat atau sarana untuk hiburan adalah boneka “karakuri” yang

(7)

Cuplikan 3 :

京都市 年前 市内約 0台 収集車 E- OIL

使わ い (Nipponia no. 20, 18:2002)

Kyoutoshi dewa go nenmae kara, shinaiyaku nihyakunijuu dai no gomi shuushuusha subete ni E- OIL ga tsukawareteiru.

Di Kota Kyouto sejak 5 tahun yang lalu, 220 unit kendaraan pengangkut sampah lokal semuanya menggunakan E-OIL.

Analisis :

Fungsi verba tsukau pada cuplikan kalimat tsukawareteiru adalah menerangkan penggunaan benda mati atau bahan yang telah dipakai bisa didaur ulang menjadi benda atau bahan yang berguna dan pemakaiannya sudah tepat, bermakna „menggunakan‟ dalam arti memanfaatkan atau menjadi berguna. Pada kalimat

(8)

3.2 Fungsi Verba /Tsukau/ Yang Menyatakan Kemampuan Seseorang Dalam Penggunaan Pengetahuan Dan Bermakna „Menggunakan‟ (Menguasai Dan

Berbicara) Cuplikan 1 :

日本語 音や声 表 擬声語 自然や物 状態 行動 様子 表

擬態語 頻繁 使わ (Nipponia no.7, 25:1999)

Nihongo dewa oto ya koe wo arawasu (giseigo), shizen ya mono no joutai, koudou no yousu wo arawasu (gitaigo) ga hinpan ni tsukawareru.

Di dalam bahasa Jepang “giseigo” kata yang menunjukkan suara atau bunyi keadaan benda maupun alam dan “gitaigo” kata yang menunjukkan keadaan dengan tindakan sering dipakai.

Analisis :

Fungsi verba tsukau pada cuplikan kalimat tsukawareru adalah menerangkan kemampuan atau keahlian seseorang terhadap suatu bidang pengetahuan dan pemakaiannya sudah tepat, bermakna „dipakai‟ dalam arti menggunakan bahasa

(9)

Cuplikan 2 :

ップ ウ さ 歳 ン ューター 使う”似顔絵師”

(Nipponia no. 8, 21:1999)

Piripu. urufu san (36 sai) wa konpyu-ta-wo tsukau”nigaoeshi”.

Pak Philip Wolf (36 tahun) menggunakan komputer untuk “menguasai bidang photografi”.

Analisis :

Fungsi verba tsukau pada cuplikan kalimat adalah menerangkan kemampuan atau keahlian seseorang terhadap suatu bidang pengetahuan dan pemakaiannya sudah tepat, bermakna „menggunakan‟ dalam arti menguasai keterampilan dalam suatu

(10)

3.3 Fungsi Verba /Tsukau/ Yang Menyatakan Penggunaan Metode Dalam Melakukan Sesuatu Dan Bermakna „Menggunakan‟ (Memanfaatkan Sesuatu Sebagai Sumber)

Cuplikan :

現代 家庭 保存用 乾燥や冷凍 加工 施し そ 使うこ

多い (Nipponia No.21, 30:2002)

Gendai no katei dewa, hozonyou ni kansou ya reitou nado no kakou wo hodokoshita soba wo tsukau koto ga ooi.

Keluarga pada masa kini banyak yang menggunakan metode pengolahan pembekuan maupun pengeringan sebagai cara penyimpanan.

Analisis :

Fungsi verba tsukau pada cuplikan kalimat tsukau adalah menerangkan penggunaan metode dalam melakukan sesuatu dan pemakaiannya sudah tepat, bermakna „menggunakan‟ dalam arti memanfaatkan sebagai sumber atau cara.

(11)

3.4 Fungsi Verba /mochiiru/ Yang Menyatakan Penggunaan Benda Mati Sebagai Alat/Sarana Dan Bermakna „Menggunakan‟ (Memanfaatkan Benda

Untuk Suatu Hal) Cuplikan :

豪華 実的 い そ 後 靴 儀礼用 履 物 し 宮 や寺院

神社 用い (Nipponia No.21, 24:2002)

Gouka de jitsuteki dewanai ga, sono go, kutsu wa gireiyou no hakimono toshite, kyuutei ya jiin, jinja de mochiirareta.

Dalam hal kemewahan bukanlah merupakan suatu kebenaran tetapi cerita tentang sepatu yang dipakai sebagai alas kaki di kuil Shinto, kuil Budha maupun di istana. Analisis :

(12)

3.5 Fungsi Verba /Mochiiru/ Yang Menyatakan Penggunaan Metode Atau Cara Untuk Melakukan Sesuatu Dan Bermakna „Menggunakan‟ (Memanfaatkan Sesuatu Untuk Suatu Hal Sebagai Teknik)

Cuplikan 1 :

部材 結合 釘 ほ 用い 木 掘 穴 木 突起 さしこ

(Nipponia No.33, 22:2005)

Buzai no ketsugou ni kugi wo hotondomochiizu,ki ni horareta ana ni ki no tokki ga sashikomareta dakedakara da.

Pada kombinasi bagian bangunan hampir tanpa menggunakan paku, oleh karena itu pasaknya hanya ditancapkan pada lubang yang digali di tiang.

Analisis :

Fungsi verba mochiiru pada cuplikan kalimat mochiizuadalah menerangkan penggunaan metode atau cara untuk suatu hal dan pemakaiannya sudah tepat, bermakna „tanpa menggunakan‟ dalam arti melakukan suatu kegiatan tanpa

(13)

Cuplikan 2 :

そ 塩や酢 し 煮 蒸 いっ 加工 施し し種 用い

し あ (Nipponia No.47, 6:2008)

Sore wa, shio ya sude shimeru, niru, musu to itta kakou wo hodokoshita sushi tane wo mochiiru sushi de aru.

Itu adalah, memasak, mengukus dengan menambahkan garam dan cuka, pada pengolahan jenis sushi yang digunakan.

Analisis :

(14)

Cuplikan 3 :

し し先 知恵 偉大 質 鮮度 い魚 生

し種 伝統的加工技術 用い ほう 握 し

完成度 高くさ くさ あ (Nipponia no. 47, 7:2008)

Shikashi sendatsu no chie wa idai de, donna ni shitsu, sendo no yoi gyokai demo, shou no mama sushi tane to suru yori mo, dentouteki kakou gijutsu wo mochiitahou ga haruka ni nigiri zushi no kanseido wo takaku saseru mono ga takusan aru.

Tetapi pengetahuan orang terdahulu secara benar dalam hal makanan laut yang segar ada banyak yang menggunakan pengolahan secara tradisional.

Analisis :

Fungsi verba mochiiru pada cuplikan kalimatmochiita hou ga adalah menerangkan penggunaan metode (ilmu pengetahuan) untuk melakukan sesuatu dan pemakaiannya sudah tepat, bermakna „menggunakan‟ dalam arti

(15)

3.6 Perbedaan Fungsi dan Makna Doushi /Tsukau/ dan /Mochiiru/

Tabel 1. Perbedaan Fungsi Dan Makna Doushi/Tsukau/ Dalam Majalah Nipponia

NO. Cuplikan Tsukau Mochiiru

(16)

NO. Cuplikan Tsukau Mochiiru

6.

く 人形 古く 芝居や祭 使わ

庶民 親し 日本 ロボット 原点

(Nipponia No.31, 10:2004)

O

X

Berdasarkan Tabel (1) di atas, dapat diketahui bahwa tidak semua kalimat yang menggunakan verba tsukau dapat diganti dengan verba lain yang bermakna sama, seperti verba mochiiru. Pada cuplikan kalimat (1), verba tsukau dapat diganti dengan verba mochiiru. Hal ini dikarenakan pada kalimat (1) terdapat unsur pemanfaatan barang atau benda di dalamnya, yang sesuai dengan fungsi dan makna dari verba mochiiru. Begitu juga dengan cuplikan kalimat (2), (3), (4) dan (5) dapat diganti dengan verbamochiiru. Hal ini dikarenakan cuplikan kalimat (2), (3), (4) dan (5) menjelaskan tentang penggunaan benda/barang, bahasa, alat, bahan dan metode, yang sesuai dengan fungsi dan makna dari verba mochiiru.

(17)

Tabel 2. Perbedaan Fungsi Dan Makna Doushi /Mochiiru/ Dalam Majalah Nipponia

No. Cuplikan Mochiiru Tsukau

(18)
(19)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat penulis tarik dari Analisis Perbedaan Fungsi dan Makna Verba “Tsukau” dan “Mochiiru” Dalam Majalah “Nipponia” adalah sebagai berikut:

1. Berdasarkan data yang diperoleh dari majalah Nipponia, doushi tsukau adalah doushi yang lebih sering dipakai dan ditemukan daripada doushi mochiiru, karena doushitsukau mewakili makna menggunakan secara umum yaitu mempekerjakan, mengkonsumsi, menguasai keterampilan dan lain-lainnya, dan bisa dipakai untuk hal-hal yang bersifat positif dan negatif. Sedangkan doushi mochiiru hanya bisa dipakai untuk hal-hal yang cenderung baik atau positif.

2. Berdasarkan data yang diperoleh dari majalah Nipponia, fungsi doushi tsukau adalah sebagai berikut :

a. Menerangkan penggunaan benda mati untuk suatu hal.

b. Menerangkan penggunaan kemampuan atau keahlian seseorang terhadap suatu bidang pengetahuan.

c. Menerangkan penggunaan metode atau cara untuk melakukan sesuatu.

3. Berdasarkan data yang diperoleh dari majalah Nipponia, fungsi doushi mochiiru adalah sebagai berikut :

(20)

c. Menerangkan suatu kegiatan yang dilakukan dengan menerima atau mengangkat pendapat atau pikiran dari seseorang.

4. Verba tsukau dan verba mochiiru keduanya termasuk dalam kata yang bersinonim karena memiliki makna yang sama yaitu menggunakan. Akan tetapi walaupun maknanya sama, pemakaian dari kedua verba tersebut dalam kalimat berbeda, tergantung pada konteks kalimat dan nuansa maknanya. Sehingga verba tsukau dan verba mochiiru belum tentu dapat saling menggantikan posisi dalam sebuah kalimat. Maksudnya adalah ada yang bisa dan ada yang tidak bisa digantikan.

5. Verba tsukau memiliki makna menggunakan dalam arti menghabiskan, mengkonsumsi, menangani dan lain-lainnya, dapat digunakan untuk hal-hal yang bersifat positif maupun negatif, dan cenderung digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan uang, usaha, bahan, bahan mentah, hewan, boneka, benda, waktu, makan dan lain-lainnya.

6. Verba mochiiru memiliki makna menggunakan dalam arti memanfaatkan sesuatu dengan sengaja dan secara efisen atau dengan tepat, dan cenderung digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan potensi benda, saran atau pendapat, metode, kemampuan, budi pekerti dan lain-lainnya.

4.2 Saran

Melalui skripsi ini, penulis menyarankan kepada para pembelajar bahasa Jepang agar dapat lebih memahami mengenai perbedaan fungsi dan makna verba “tsukau” dan “mochiiru”, serta lebih teliti atau lebih hati-hati dalam menggunakan kedua kata

(21)
(22)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG SEMANTIK DAN SINONIM

2.1. Semantik

2.1.1 Pengertian Semantik

Menurut Dedi Sutedi (2011:127) kata semantik (imiron) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku) yang mengkaji tentang makna. Abdul Chaer (2002:2) mengemukakan bahwa semantik adalah istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antar tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya atau dengan kata lain, bidang studi dalam linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Semantik memiliki peranan yang penting, karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tidak lain hanya untuk menyampaikan suatu makna.

2.1.2 Jenis-Jenis Makna Dalam Semantik

Menurut Sutedi (2008:115) mengemukakan beberapa jenis makna dalam bahasa Jepang, diantaranya:

1. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal

Makna leksikal dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah jishoteki-imi (辞書的意

味) atau goiteki-imi (語 彙 的 意 味). Makna leksikal adalah makna kata yang

sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata.

(23)

詞) <partikel> dan jodoushi (助動詞) <kopula> tidak memililki makna leksikal,

tetapi memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat.

2. Makna Denotatif dan Makna Konotatif

Makna Denotatif dalam bahasa Jepang disebut juga meijiteki-imi (明示的意味) atau gaien (外 ), yaitu makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna.

Makna Konotatif disebut juga anjiteki-imi (暗示的意味) atau naihou (内包) yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan lawan bicaranya.

3. Makna Dasar dan Makna Perluasan

Makna dasar disebut dengan kihon-gi (基本儀) merupakan makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud, yaitu makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini.

Makna perluasan disebut dengan ten-gi (転 義) merupakan makna yang mucul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, di antaranya akibat penggunaan secara kiasan atau majas (hiyu).

2.1.3 Manfaat Mempelajari Semantik

(24)

mengenai semantik. Pengetahuan semantik akan memudahkannya dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat umum.

Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitian bahasa seperti mereka yang belajar di Fakultas Sastra, pengetahuan semantik akan memberi bekal teoritis kepadanya untuk dapat menganalisis bahasa atau bahasa-bahasa yang sedang dipelajarinya, menjelaskan perbedaan dan persamaan semantis antara dua buah bentuk kata, serta bagaimana menggunakan kedua bentuk kata yang mirip itu dengan benar (Abdul Chaer, 2009:12).

2.2. Sinonim (Ruigigo)

2.2.1 Pengertian Sinonim (Ruigigo)

Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu ujaran dengan satuan ujaran yang lainnya (Chaer, 2007:267). Walaupun ada kesamaan makna, namun nuansa maknanya tidak sepenuhnya sama, atau tidak sama persis. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, diantaranya penggunaannya dalam kalimat. Misalnya pada kata /tsukau/ dan /mochiiru/, kedua kata tersebut merupakan verba yang apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia memiliki makna yang sama yaitu „menggunakan‟. Akan tetapi, meskipun kedua kata tersebut bersinonim, namun hanya

pada konteks tertentu saja, karena tidak ada sinonim yang semuanya sama persis, dalam konteks atau situasi tertentu pasti akan ditemukan suatu perbedaannya meskipun kecil.

(25)

yang mempunyai salah satu imitokuchou (suatu fitur semantik yang terdapat dalam suatu makna kata) yang sama (Dedi Sutedi, 2008:124).

2.2.3 Sinonim Verba Tsukau dan mochiiru Menurut Pakar

Menurut Zhongkui Tien, Shouji Izuhara dan Jin Xiangshun (Ruigigo Tsukaiwake Jiten, 1998:58-60) verba /tsukau/ bermakna „menggunakan‟/ „menghabiskan‟ /„mempekerjakan‟, berfungsi untuk :

1. Menerangkan penggunaan benda mati dan benda hidup. Untuk fungsi menerangkan benda mati bermakna „menggunakan‟ dan untuk fungsi menerangkan benda hidup bermakna „mempekerjakan‟.

Contoh:

- 日本 勉強 行く くさ 金 使い し

Nihon e benkyou ni iku tame ni takusan okane wo tsukaimashita. Untuk pergi belajar ke Jepang banyak menggunakan uang.

- 日本 工場 外国人 使っ い

Nihon no koujou de gaikoku jin wo tsukatteimasu. Pabrik di Jepang pada mempekerjakan orang asing.

2. Menerangkan kemampuan seseorang dalam penggunaan pengetahuan. Contoh:

- 工場 英語 使っ い

Koujou de eigo wo tsukatteimasu.

(26)

1. Menerangkan penggunaan benda mati. Untuk fungsi menerangkan benda mati yang bermakna „menggunakan‟ secara efisien atau dengan tepat.

Contoh:

- 募金 集 金 用い 被災地 送 物 買そ え .

Bokin de atsumeta okane wo mochiite, hisaichi e okuru mono wo kaisoroeru. Menggunakan uang yang dikumpulkan dengan penggalangan dana, kemudian membeli barang dan mengirimkan ke korban bencana.

2. Menerangkan penggunaan benda hidup. Untuk fungsi benda hidup yang bermakna „mempekerjakan‟ seseorang yang memiliki bakat dan bakatnya pun telah diakui oleh

orang lain. Contoh:

- 日本 会社 日本語 翻訳者 用い い

Nihon no kaisha de nihongo no honyakusha wo mochiiteimasu. Di Perusahaan Jepang mempekerjakan penterjemah bahasa Jepang.

Verba /tsukau/ adalah verba yang termasuk ke dalam verba kelompok I disebut dengan godan doushi. Sedangkan verba /mochiiru/ adalah verba yang termasuk ke dalam verba kelompok II disebut dengan ichidan doushi.

Menurut Hayashi shirou dan kawan–kawan dalam Reikai Shinkokugo Jiten

(1993:654) menjelaskan bahwa makna verba /tsukau/ adalah sebagai berikut :

(27)

2. Mempekerjakan orang. Contoh frasa:Mempekerjakan pembantu (tasuke-te)/asisten (joushu). Contoh kalimat: Berhentilah menyuruh orang melulu dan kerjakan sendiri! Contoh bahasa:koki tsukau (memeras (para buruh)).

3. Mengkonsumsi, membelanjakan uang. Mengeluarkan uang. Contoh frasa:okane wo tsukau.

4. Banyak memperhatikan dan membuat hati bekerja. Contoh frasa:menggunakan perasaan (ki wo tsukau. Shinkei wo tsukau).

5. Membicarakan kata-kata. Contoh frasa:berbahasa perancis. Memuji-muji/ menyanjung-nyanjung.

6. Menguasai keterampilan/teknik/seni khusus. Melakukan supaya berpikir. Contoh frasa: ahli sulap/tipu muslihat (tejina). Mengendalikan boneka. Ahli sihir.

Sedangkan menurut Hayashi Shirou dan kawan–kawan dalam Reikai Shinkokugo Jiten (1993:984), menjelaskan bahwa makna /mochiiru/ adalah sebagai berikut :

1. Mempekerjakan, menggunakan. Contoh ungkapan/frasa: 具 用い Dougu womochiiru (menggunakan alat). 方 法 用 い Houhou womochiiru (menggunakan metode). 消毒 ー 用い Shoudoku ni aruko–ru wo mochiiru (menggunakan alkohol dalam desinfeksi/pembasmian kuman). Kelas:Menggunakan (tsukau).

(28)

3. Memberi tugas kepada seseorang/menugasi orang. Mempekerjakan/menggunakan untuk suatu pekerjaan. Contoh: 新 人 用 い Shinjin womochiiru (mempekerjakan orang baru). Kelas:mengangkat.

4. (Bentuk “kokoro womochiiru/menggunakan hati” “I wo mochiiru/menggunakan hati”, keseluruhannya) mengarahkan pada sasaran dan membuat hati bekerja secara

aktif. Contoh kalimat : く 栄養 バ ンス 意 用い い Toku

ni eiyou no baransu ni i wo mochiite imasu (khususnya dalam keseimbangan gizi, menggunakan pikiran).

Verba /tsukau/ dan verba /mochiiru/ dalam bahasa Jepang jika dipadankan ke dalam bahasa Indonesia sama-sama memiliki makna yaitu „menggunakan‟, kedua verba

tersebut dapat digunakan untuk menyatakan penggunaan benda mati dalam arti mengkonsumsi (uang dan lain-lainnya), kedua verba tersebut dapat juga digunakan untuk menyatakan penggunaan benda hidup dalam arti mempekerjakan (orang dan hewan) dan kedua verba tersebut dapat juga digunakan untuk menyatakan kemampuan/keahlian seseorang (bahasa, metode, cara dan lain-lainnya).

2.3 Penggunaan Verba Tsukau dan Mochiiru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Penggunaan verba /tsukau/ menurut Zhongkui Tien, Shouji Izuhara dan Jin Xiangshun (Ruigigo Tsukaiwake Jiten, 1998:58-60) adalah sebagai berikut:

(29)

Contoh:

- 金 使う 雑誌 買い

Okane wo tsukau, zasshi wo kaimasu. Membeli majalah menggunakan uang.

2. Verba /tsukau/ digunakan untuk menyatakan penggunaan kemampuan atau keahlian seseorang.

Contoh:

- 彼女 英語 使うこ

Kanojo wa eigo de tsukau koto ga dekiru.

Dia (perempuan) dapat menggunakan bahasa Inggris.

Penggunaan verba /mochiiru/ menurut Zhongkui Tien, Shouji Izuhara dan Jin Xiangshun (Ruigigo Tsukaiwake Jiten, 1998:58-60) adalah sebagai berikut:

1. Verba /mochiiru/ digunakan untuk menyatakan penggunaan benda atau sesuatu secara efisien/dengan tepat dan dengan sengaja.

Contoh:

- こ 料理 砂糖 蜂蜜 用い いしさ いっそう引 立

Kono ryouri ni wa satou yori hachimitsu wo mochiiruto, oishisagaissou hiki tachimasu.

(30)

2. Verba /mochiiru/ digunakan untuk menyatakan penggunaan kemampuan atau keahlian seseorang yaitu dengan menerima pengakuan (menghormati/menghargai) bakat yang dimiliki orang tersebut.

Contoh:

- 日本 会社 日本語 翻訳者 用い い

(31)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Kridalaksana (2008:24), Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional yang digunakan kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri.

Sutedi (2003:2) menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Jadi, Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer dan konvensional yang digunakan dalam kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri. Sehingga, Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari untuk mengkomunikasikan pikiran, hasrat, keinginan dan maksud kepada lawan bicaranya baik secara lisan maupun secara tulisan guna mencapai tujuan yang diharapkan.

(32)

linguistik internal yang terakhir adalah semantik (imiron). Semantik merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Semantik memiliki peranan yang penting, karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tidak lain hanya untuk menyampaikan suatu makna. Ada pendapat yang menyatakan bahwa setiap jenis penelitian yang berhubungan dengan bahasa, apakah itu struktur kalimat, kosakata, ataupun bunyi-bunyi bahasa, pada hakikatnya tidak akan terlepas dari makna.

Makna suatu kata biasanya akan berkembang, karena dipengaruhi oleh konteks atau situasi dalam kalimatnya. Makna yang sama namun nuansa yang berbeda dalam kalimat berkaitan dengan relasi makna. Relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lainnya (Chaer, 2007:297). Salah satu jenis relasi makna ini adalah menyangkut kesamaan makna (sinonim).

(33)

Sinonim dalam bahasa Jepang disebut Ruigigo (類 義 語) dan kadang disebut juga dengan istilah Dougi Kankei (同義関係) adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai salah satu imitokuchou (suatu fitur semantik yang terdapat dalam suatu makna kata) yang sama (Dedi Sutedi, 2008:124). Sebagai contoh, pemakaian verba /tsukau/ dan /mochiiru/ adalah pada kalimat berikut :

1. A:こ クス 使っ いい

Kono fakusu, tsukattemo ii desuka. Bolehkah menggunakan faksimil ini?

B:そ 故障し い あ 使っ く さい

Sore wa koshoushite imasukara, achira nowo tsukatte kudasai. Karena faksimil ini sedang rusak, silahkan menggunakan yang itu. (minna no nihonggo II, bab 29 2006:26)

2. 多く 電気製品 ン技術 用い い

Ima dewa ookuno denki seihin ni, maikon gijutsu ga mochiirareteiru.

Saat ini banyak alat-alat listrik yang menggunakan teknologi mikrokomputer.

(Hirose Masayoshi, 2005:437-438)

Melihat kedua contoh kalimat tersebut, kata /tsukau/ dan /mochiiru/ itu

(34)

verba /tsukau/ dan /mochiiru/ adalah sinonim. Sinonim kata dalam bahasa Jepang merupakan salah satu penyebab yang membuat pembelajar asing selalu melakukan kesalahan, karena sulit menentukan kata mana yang cocok digunakan pada kalimat bahasa Jepang. Oleh karena itu masih perlu dilakukan penelitian untuk mendeskripsikan makna kata satu persatu, termasuk didalamnya kata-kata yang bersinonim sehingga pada akhirnya dapat diketahui makna setiap kata, persamaan dan perbedaannya.

Berdasarkan latar belakang inilah maka penulis merasa tertarik untuk menganalisis tentang sinonim kata /tsukau/ dan /mochiiru/ yang memiliki makna yang sama yaitu menggunakan”. Penulis akan meneliti sinonim kata verba

Tsukau dan Mochiiru” dalam majalah “Nipponia”. Adapun judul penelitian

“Analisis Perbedaan Fungsi Dan Makna Verba “Tsukau Dan Mochiiru” Dalam Majalah “Nipponia”.

1.2 Perumusan Masalah

(35)

yang bersinonim hanya akan muncul bila doushi yang bersinonim tersebut dipakai dalam sebuah kalimat yang disebut makna gramatikal. Hal ini dikarenakan tidak mempunyai makna leksikal dan tidak bisa berdiri sendiri.

Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penelitian ini hanya akan dibatasi dalam beberapa hal saja. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Perbedaan Fungsi dan Makna Doushi /Tsukau/ dan /Mochiiru/ dalam kalimat yang terdapat dalam majalah “Nipponia” (no.7 & no.8 tahun 1999, no.20 & no.21 tahun 2002, no.29 & no.31 tahun 2004, no.33 tahun 2005 & no.47 tahun 2008).

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, maka penulis membuat ruang lingkup permasalahan. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan masalah tidak terlalu melebar sehingga menyulitkan pembaca untuk memahami pokok permasalahan yang dibahas.

Penelitian ini difokuskan kepada pembahasan atau masalah yang berhubungan dengan fungsi dan makna dari doushi /tsukau/ dan /mochiiru/ yang diambil dari cuplikan kalimat bahasa Jepang yang terdapat pada majalah

Nipponia” (no.7 & no.8 tahun 1999, no.20 & no.21 tahun 2002, no.29 & no.31

tahun 2004, no.33 tahun 2005 & no.47 tahun 2008).

(36)

difokuskan pada perbedaan fungsi dan makna doushi /tsukau/ dan /mochiiru/ sebagai doushi yang bersinonim.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Menurut Ferdinand de Saussure dalam Abdul Chaer (2009:29) makna adalah pengertian suatu konsep yang dimiliki atau terdapat pada tanda linguistik , tanda linguistik bisa berupa kata atau leksem maupun morfem. Sutedi (2003:14) berpendapat bahwa dalam bahasa Jepang ada dua istilah tentang makna, yaitu kata imi (意味) yaitu makna asli dari suatu kata yang terdapat dalam kamus dan igi (意

義) yaitu makna dari suatu kata yang mengalami perubahan akibat proses

gramatikalnya. Kata imi digunakan untuk menyatakan makna hatsuwa (tuturan) yang merupakan wujud satuan dari parole , menurut Robins (1989:45) parole adalah “apa yang sebenarnya diucapkan” oleh penutur bahasa dalam (waki14.blogspot.com/2012/.../pengertian-langage-langue-dan-parole.html), sedangkan igi digunakan untuk menyatakan makna dari bun (kalimat) sebagai wujud satuan dari langue, menurut Robins (1989:45) langue adalah hasil kolektif masyarakat bahasa dan digambarkan sebagai kesatuan di luar individu (waki14.blogspot.com/2012/.../pengertian-langage-langue-dan-parole.html).

Dalam Kamus Linguistik (Kridalaksana, 2008:132), pengertian makna dijabarkan menjadi :

(37)

2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia.

3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa atauantara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya.

4. Cara manggunakan lambang-lambang bahasa.

Makna terbagi atas makna leksikal dan makna gramatikal, Sutedi (2008:115) mengemukakan bahwa makna leksikal dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah jishoteki-imi yang berarti makna kata sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata, sedangkan makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpoteki-imi yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Makna ini berkaitan dengan relasi makna, relasi makna menyangkut kesinoniman.

Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu ujaran dengan satuan ujaran yang lainnya (Chaer, 2007:267). Walaupun ada kesamaan makna, namun nuansa maknanya tidak sepenuhnya sama, atau tidak sama persis. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, diantaranya penggunaannya dalam kalimat. Misalnya pada kata /tsukau/ dan /mochiiru/, kedua kata tersebut merupakan verba yang apabila diterjemahkan kedalam bahasa

Indonesia memiliki makna yang sama yaitu „menggunakan‟. Akan tetapi,

(38)

sebagai akibat hubungan antara ujaran dengan situasi. Makna kontekstual disebut juga makna struktural karena proses dan satuan gramatikal itu selalu berkenaan dengan struktur ketatabahasaan. (http://tinnietea.blogspot.com/p/makalah-semantik_2.html).

Sinonim dalam bahasa Jepang disebut Ruigigo (類 義 語) dan kadang disebut juga dengan istilah Dougi Kankei (同義関係) adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai salah satu imitokuchou (suatu fitur semantik yang terdapat dalam suatu makna kata) yang sama (Dedi Sutedi, 2008:124).

Verba /tsukau/ dan /mochiiru/ memiliki makna „menggunakan‟. Menurut Fina (2009:52) verba /tsukau/ dalam kalimat bahasa Jepang menjelaskan bahwa verba /tsukau/ adalah verba yang lebih sering digunakan dalam percakapan sehari-hari/bahasa lisan, verba /tsukau/ menggunakan benda konkret (nyata) dalam arti menghabiskan atau tanpa tersisa dan verba /tsukau/ menggunakan tenaga orang lain dalam arti menyuruh orang lain membantu pekerjaan kita atau mempekerjakan tanpa melihat bakat/potensi yang dimiliki oleh orang tersebut.

(39)

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009:203), Fungsi adalah (1) jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, (2) faal (kerja suatu bagian tubuh), (3) besaran yang berhubungan, jika besaran satu bertambah besaran yang lain berubah, (4) kegunaan suatu hal, (5) peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih luas. Makna adalah (1) arti, (2) maksud pembicara atau penulis, (3) pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2009:864).

Dalam bahasa Jepang sinonim menurut Akimoto dalam Debya (2012:6) terbagi atas 3 Jenis yaitu:

1. Housetstu Kankei (Suatu arti kata termasuk kedalam arti lain). 2. Shisateki Tokucho (Sepadan dalam arti namun memiliki perbedaan). 3. Dougigo (Arti dan makna yang sama atau sepadan).

Sinonim adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu ujaran dengan satuan ujaran yang lainnya (Chaer, 2007:267). Walaupun ada kesamaan makna, namun nuansa maknanya tidak sepenuhnya sama, atau tidak sama persis. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, diantaranya penggunaannya dalam kalimat. Misalnya pada kata /tsukau/ dan /mochiiru/, kedua kata tersebut merupakan verba yang apabila diterjemahkan kedalam bahasa

Indonesia memiliki makna yang sama yaitu „menggunakan‟. Akan tetapi,

(40)

pertama, makna penggunaan sebuah kata (atau gabungan kata) dalam konteks kalimat tertentu; kedua, makna keseluruhan kalimat (ujaran) dalam konteks situasi tertentu (Abdul Chaer, 2007:81).

Dalam meneliti suatu verba yang bersinonim bukan hanya makna kontekstual saja yang perlu diperhatikan pada pembahasannya tetapi harus diperhatikan juga teori kontrastif atau teori tentang perbedaan pada verba tersebut. Kontrastif dapat diartikan dua hal yang memperlihatkan perbedaan (Prof. Dr. Sri Hastuti, P.H., 2003:45). Perbedaan yang menarik untuk diteliti dan dipahami (Prof. Dr. Sri Hastuti, P.H., 2003:45). Mula-mula istilah kontrastik lebih dikenal dalam ranah (domain) ilmu kebahasaan (linguistik); juga dalam ranah–ranah yang lain seperti dalam ranah kebudayaan (Prof. Dr. Sri Hastuti, P.H., 2003:45). Linguistik kontrastif adalah cabang ilmu bahasa yang membandingkan dua bahasa dari segala komponennya secara sinkronik sehingga ditemukan perbedaan-bedaan dan kemiripan-kemiripan yang ada. Sedangkan menurut Dedi Sutedi (2011:221), linguistik kontrastif yang dalam bahasa Jepang dikenal dengan sebutan taishou gengokaku, atau disebut juga linguistik bandingan merupakan kajian linguistik yang bertujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedaan dua bahasa yang berbeda.

(41)

Verba /tsukau/ menurut Zhongkui Tien, Shouji Izuhara dan Jin Xiangshun (Ruigigo Tsukaiwake Jiten, 1998:58-60) bermakna „menggunakan‟ dalam arti

„menghabiskan‟ (menggunakan uang untuk berpesta)/„mempekerjakan‟

(menggunakan tenaga atau jasa orang lain) dan verba /mochiiru/ menurut Zhongkui Tien, Shouji Izuhara dan Jin Xiangshun (Ruigigo Tsukaiwake Jiten, 1998:58-60) bermakna „menggunakan‟ dalam arti „memanfaatkan‟ (menggunakan

uang untuk menyumbangkan dana bantuan bencana alam)/„mempekerjakan‟

(menggunakan tenaga atau jasa orang lain dengan menghargai keahlian yang dimiliki orang tersebut).

1.5 Tujuan dan Manfaat 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan fungsi dan makna doushi /tsukau/ dan /mochiiru/ dalam majalah “Nipponia

1.5.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui bagaimanakah penggunaan doushi /tsukau/ dan /mochiiru/ dalam kalimat bahasa Jepang.

2. Dapat mengetahui perbedaan fungsi dan makna doushi /tsukau/ dan /mochiiru/ yang terdapat dalam majalah “Nipponia”.

(42)

1.6 Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Azwar (2010:7) menyatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Sedangkan Nawawi (1991:63) adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

Data-data diperoleh melalui metode penelitian pustaka (library research), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku ataupun artikel-artikel yang ada kaitannya dengan pembahasan penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah majalah “Nipponia‟‟. Sedangkan teknik penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan teknik deskriptif, yaitu dengan memberikan penjabaran-penjabaran dan uraian yang menggunakan kata-kata.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Membaca majalah “Nipponia”.

2. Mencari doushi /tsukau/ dan /mochiiru/ yang terdapat dalam majalah

Nipponia”.

3. Setelah itu menganalisis doushi /tsukau/ dan /mochiiru/ berdasarkan perbedaan fungsi dan makna.

(43)

ABSTRAK

Bahasa merupakan peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari untuk mengkomunikasikan pikiran, hasrat, keinginan dan maksud kepada lawan bicaranya baik secara lisan maupun secara tulisan guna mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu bidang kajian bahasa yang perlu dipelajari adalah semantik. Demikian halnya dengan bahasa Jepang, bahasa Jepang merupakan salah satu bahasa yang banyak memiliki kata yang memiliki arti yang sama (sinonim). Namun, dalam bahasa Indonesia padanan katanya yang sesuai sulit untuk dicari. Dalam bahasa Jepang seringkali ditemukan kata-kata yang memiliki arti yang sama, seperti kata tsukau dan mochiiru.

Adapun judul skripsi yang dibahas oleh penulis adalah “Analisis

Perbedaan Fungsi dan Makna Verba “Tsukau” dan “Mochiiru” Dalam Majalah “Nipponia”. Verba tsukau dan mochiiru adalah verba yang bersinonim karena

(44)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif (descriptive research) yang berupa penjelasan atau pemaparan. Penulis juga menggunakan metode kepustakaan (library research). Dalam hal ini penulis mengumpulkan buku-buku yang relevan dengan topik permasalahan yang akan diangkat, khususnya buku-buku yang berhubungan dengan kesinoniman (ruigigo). Kemudian mencari kalimat-kalimat berbahasa Jepang yang menggunakan verba tsukau dan mochiiru.

Kemudian mencari kalimat-kalimat berbahasa Jepang yang menggunakan verba tsukau dan mochiiru. Verba tsukau dan mochiiru yang bermakna sama yaitu

“menggunakan”. Di dalam bahasa Jepang verba tsukau dikelompokkan ke dalam

verba golongan I, yaitu godan doushi, Sedangkan verba mochiiru dikelompokkan ke dalam verba golongan II, yaitu ichidan doushi.

(45)

tersebut dalam kalimat berbeda, tergantung pada nuansa makna dan konteks kalimatnya. Sehingga verba tsukau dan mochiiru belum tentu dapat saling menggantikan kedudukannya dalam sebuah kalimat. Artinya ada yang bisa dan ada juga yang tidak bisa saling menggantikan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari majalah Nipponia, verba tsukau adalah verba yang paling sering dipakai dan ditemukan daripada verba mochiiru, karena makna verba tsukau mewakili makna menggunakan secara umum yaitu mempekerjakan, mengkonsumsi, menguasai keterampilan dan lain-lainnya. Fungsi verba tsukau yaitu Menerangkan penggunaan benda mati untuk suatu hal, menerangkan penggunaan kemampuan atau keahlian seseorang terhadap suatu bidang pengetahuan dan menerangkan penggunaan metode atau cara untuk melakukan sesuatu. Sedangkan fungsi verba mochiiru yaitu menerangkan penggunaan benda mati secara efisien atau dengan tepat, menerangkan suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengandalkan perasaan dan menerangkan suatu kegiatan yang dilakukan dengan menerima atau mengangkat pendapat atau pikiran dari seseorang. Setelah dilakukan analisis diketahui bahwa tidak semua kalimat yang menggunakan verba tsukau dapat diganti dengan verba mochiiru yang bermakna sama yaitu “menggunakan”. Bisa atau tidaknya kedua kata ini saling

(46)

ANALISIS PERBEDAAN FUNGSI DAN MAKNA VERBA “TSUKAU DAN “MOCHIIRU‟‟ DALAM MAJALAH “NIPPONIA

NIPPONIA NO ZASSHI NI OKERU TSUKAU TO MOCHIIRU NO DOUSHI NO IMI TO KINOU NO SOUI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Ditunjukkan kepada Panitia Ujian Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk

Melengkapi Salah Satu Syarat Mengikuti Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh :

RR. SITI SEPTIANINGSIH HAPSARI 070708044

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(47)

ANALISIS PERBEDAAN FUNGSI DAN MAKNA VERBA “TSUKAU DAN “MOCHIIRU‟‟ DALAM MAJALAH “NIPPONIA

NIPPONIA NO ZASSHI NI OKERU TSUKAU TO MOCHIIRU NO DOUSHI NO IMI TO KINOU NO SOUI NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini ditunjukan kepada Panitia Ujian Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk

melengkapi Salah Satu Syarat mengikuti ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Telah Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum Drs. Nandi S. NIP. 19620727 1987 03 2 005 NIP. 1960822 1988 03 1 002

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(48)

Disetujui Oleh:

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

Medan, 15 Januari 2014 Departemen Sastra Jepang

Ketua,

(49)

PENGESAHAN Diterima oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Pada : Pukul 10.00 WIB Tanggal : 15 Januari 2014 Hari : Rabu

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Dekan,

Dr, Syahron Lubis, M.A NIP: 195110131976 03 1 001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum (………)

2. Adriana Hasibuan, SS, M.Hum (………)

(50)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberdikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ANALISIS PERBEDAAN FUNGSI DAN MAKNA VERBA “TSUKAU DAN “MOCHIIRU” DALAM MAJALAH “NIPPONIA”.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dari tata bahasa maupun uraiannya. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Adriana Hasibuan, S.S.,M.Hum, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan masukan hingga penulis dapat memahami bagaimana mengerjakan skripsi ini dengan benar.

(51)

5. Bapak dan Ibu dosen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya USU, terima kasih atas ilmu dan bimbingannya selama ini.

6. Untuk kedua orang tua dan eyang, Indra Hermansyah, Dra. RR. Isharyuni Ekowati dan RA. Harlinah SPW, S.K.M., M.S.c yang telah mendoakan penulis agar selalu sehat,memberikan dukungan moral dan material, perhatian, semangat, bantuan yang tak terhingga, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta kepada adik kandung, adik ipar dan adik angkat penulis, R. Endrajati Hermawan, Dina Ramayantika Lubis dan Yunita Syafitri yang selalu mendukung, menemani dan menjaga saya selama ini.

7. Kepada kak Sri yang selalu diganggu waktunya untuk membuka Perpustakaan, terima kasih atas bantuan dan dukungannya selama ini. Untuk Bang Joko dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

8. Kepada teman-teman seperjuanganku di stambuk 2007, Ratna, Memey, Melani, Giovanni, Erma, Rahma, Risa, Dini, Naya, Rea, Dwi, Veny, Nova, Nobe, Eka, Wika, Fitri, Wahyu, Adjie, Ade, Samuel, Zuhri, David, Gea dan teman-temanku 07 yang lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk dukungan kalian semua. Untuk kak Wilma 06, Sari Julia 06 dan adik-adik stambuk 2008 sampai stambuk 2011 yang selama ini telah banyak memberikan pelajaran berharga tentang banyak hal dan yang selalu memberikan masukan dalam banyak hal.

(52)

disebutkan namanya satu persatu, mohon maaf jika penulis ada kekurangan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Medan, 15 Januari 2014

RR. Siti Septia Ningsih Hapsari

(53)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 5

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6

1.4.1 Tinjauan Pustaka ... 6

1.4.2 Kerangka Teori... 9

1.5 Tujuan dan Manfaat ... 11

1.5.1 Tujuan Penelitian ... 11

1.5.2 Manfaat Penelitian ... 11

1.6 Metode Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SEMANTIK DAN SINONIM ... 13

2.1. Semantik ... 13

2.1.1 Pengertian Semantik... 13

2.1.2 Jenis-Jenis Makna Dalam Semantik ... 13

(54)

2.2. Sinonim (Ruigigo) ... 15 2.2.1 Pengertian Sinonim (Ruigigo) ... 15 2.2.2 Sinonim Verba Tsukau dan mochiiru Menurut

Pakar ... 16 2.3 Penggunaan Verba Tsukau dan Mochiiru Dalam Kalimat

Bahasa Jepang ... 19

BAB III ANALISIS PERBEDAAN FUNGSI DAN MAKNA VERBA TSUKAU” DAN “MOCHIIRU” DALAM MAJALAH

NIPPONIA”. ... 22 3.1 Fungsi Verba /Tsukau/ Yang Menyatakan Penggunaan Benda

Mati Sebagai Sarana/Alat Dan Bermakna „Menggunakan‟

(Mengkonsumsi, Menghabiskan, Dan Memanfaatkan Sesuatu

Menjadi Berguna)... 22 3.2 Fungsi Verba /Tsukau/ Yang Menyatakan Kemampuan

Seseorang Dalam Penggunaan Pengetahuan Dan Bermakna

„Menggunakan‟ (Menguasai Dan Berbicara) ... 26

3.3 Fungsi Verba /Tsukau/ Yang Menyatakan Penggunaan Metode Dalam Melakukan Sesuatu Dan Bermakna

„Menggunakan‟ (Memanfaatkan Sesuatu Sebagai Sumber) ... 28 3.4 Fungsi Verba /mochiiru/ Yang Menyatakan Penggunaan

Benda Mati Sebagai Alat/Sarana Dan Bermakna

(55)

3.5 Fungsi Verba /Mochiiru/ Yang Menyatakan Penggunaan Metode Atau Cara Untuk Melakukan Sesuatu Dan Bermakna

„Menggunakan‟ (Memanfaatkan Sesuatu Untuk Suatu Hal

Sebagai Teknik) ... 30

3.6 Perbedaan Fungsi dan Makna Doushi /Tsukau/ dan /Mochiiru/ ... 33

Tabel 1. Perbedaan Fungsi Dan Makna Doushi/Tsukau/ Dalam Majalah “Nipponia” ... 33

Tabel 2. Perbedaan Fungsi Dan Makna Doushi /Mochiiru/ Dalam Majalah “Nipponia” ... 35

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

4.1 Kesimpulan ... 37

4.2 Saran ... 39

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Fungsi Dan Makna Doushi/Tsukau/ Dalam Majalah
Tabel 2. Perbedaan Fungsi Dan Makna Doushi /Mochiiru/ Dalam Majalah

Referensi

Dokumen terkait

1. Kata mon merupakan bentuk non formal dari kata mono yang dilihat dari arti leksikalnya mempunyai makna barang, benda, bahan, atau objek. Dalam kelas meishi, kata mon

Fungsi kakujoshi ”の” dalam pembahasan kalimat A dan B tidak hanya membahas penggabungan nomina namun dapat digunakan untuk menominakan verba dan adjektiva.Verba atau

Penggunaan verba tetsudau dan tasukeru juga mengacu pada maksud yang sama, memiliki makna dan nuansa yang dapat berbeda jika digunakan dalam komunikasi bahasa

Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki hubungan atau relasi

Skripsi Program Studi Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia Bandung, Fakultas Sastra : Tidak Dipublikasikan.. Kushartanti, Untung

Apabila suatu kata memiliki makna yang hampir sama (mirip) dengan satu atau lebih kata yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kata-kata tersebut memiliki hubungan atau relasi

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai sinonim kata Utsu dan Tataku yang memiliki pengertian yang sama sebagai verba,

Berdasarkan contoh kalimat diatas, secara umum verba shikaru dan okoru tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan arti “marah”, tetapi dalam