DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Desain Pengacakan
Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi bibit tanaman Sukun.
Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 1
Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 7
Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 11
Perlakuan Ulangan
Hasil pengukuran pertambahan tinggi (cm) bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Perlakuan Ulangan Total
Analisis sidik ragam pertambahan tinggi bibit tanaman sukun
Tengah F.Hitung F.Tabel Perlakuan 5 1088.82267 217.764533 10.82703587 2.71 * Kelompok/ Blok 4 27.54333 6.88583333 0.34235678 2,67tn
Galad 20 402.26067 20.1130333
Total 29 1518.62667 52.3664368
Keterangan : tn : tidak nyata *: nyata
Lampiran 3. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter batang bibit tanaman Sukun
Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 1
Perlakuan Ulangan
Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 3
Perlakuan Ulangan
Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 5
Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 7
Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 9
Perlakuan Ulangan
Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 11
Perlakuan Ulangan
Hasil pengukuran pertambahan diameter (cm) bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Perlakuan
Analisis sidik ragam pertambahan diameter batang bibit tanaman sukun
Tengah F.Hitung F.Tabel
Perlakuan 5 0.23158 0.04632 5.471177 2.71*
Kelompok 4 0.02065 0.00516 0.609939 2,67tn
Galad 20 0.16931 0.00847
TOTAL 29 0.42154 0.01454
Keterangan : tn : tidak nyata ; *: nyata
lampiran 4. Analisis rancangan percobaan jumlah daun bibit tanaman sukun
Data jumlah daun bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa minggu ke-11
Ketebalan Ulangan Total Rata-rata
U1 U2 U3 U4 U5
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit tanaman sukun
Sumber Keragaman Db
Jumlah Keragaman
Kuadrat
Tengah F.Hitung F.Tabel
Perlakuan 5 5,10000 1,02 3,55814 2.71*
Lampiran 5. Analisis rangcangan percobaan luas daun bibit tanaman sukun
Data luas daun bibit tanaman( cm2 ) sukun Minggu ke- 11
Perlakuan Ulangan total
Analisis sidik ragam luas daun bibit tanaman sukun Sumber
Keragama
n db Jumlah Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.Hitung F.Tabel
Perlakuan 5 223371.2124 44674.24 2.838691 2.71*
Kelompok 4 99297.82853 24824.46 1.577396 2,61tn
Galad 20 314752.36812 15737.62
TOTAL 29 637421.4091 21980.05
Keterangan : tn : tidak nyata *: nyata
Lampiran 6. Analisis rancangan percobaan luas tajuk bibit tanaman sukun
Data luas tajuk bibit tanaman sukun ( cm2 ) Minggu ke- 11
Perlakuan Ulangan Total
Rata-rata
Analisis sidik ragam luas tajuk bibit tanaman sukun Sumber
Keragaman Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat
Tengah F.hitung F.Tabel Perlakuan 5 3882593.8017 776518.7603 2.94638 2.71*
Kelompok 4 4672233.899 1168058.475 4.43202 2.67*
Galad 20 5270989.8978 263549.4949
Total 29 13825817.6 476752.331
Lampiran 6. Dokumentasi selama penelitian
Kondisi bibit setelah diberi sabut kelapa kondisi bibit dan sabut kelapa setelah 90 hari pengamatan
Pada saat pengukuran diameter batang pada saat pengukuran tinggi tanaman
DAFTAR PUSTAKA
Ai N. S., Lenak. 2014. Penggulungan daun pada tanaman monokotil saat kekurangan air. Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi. Manado.
http://jurnalbiologiFMIPA.com (diakses pada tanggal 3 Oktober 2016)
Alrasjid, H. 1993. Pedoman Penanaman Sukun (Arthocarpus altilisFosberg). Informasi Teknis No. 42. Pusat PenelitianPengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Penelitiandan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Amnte, W.M. 2012, Pesona Danau Toba, Sumatera Utara. http://www.all-aboutindonesia.co.cc/2012/03/pesona-danau-toba-sumatera-utara.html/ [diakses pada tanggal 17 November 2015].
Anggraini N., Faridah E. , Dan Indrioko D. .2013. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Perilaku Fisiologis Dan Pertumbuhan Bibit Black Locust (Robinia pseudoacacia) Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada. . file:///C:/Users/Joda/Downloads/10183-18964-1-PB.pdf. [diakses pada tanggal 17 November 2015].
Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Statistik Daerah Kecamatan Silahisabungan 2015. Diakses dari http://www.dairikab.bps.go.id [17 November 2015].
Bramasto Y.U, dkk. (2015). Respon Pertumbuhan Bibitbambang Lanang (Michelia Champaca) Terhadap Cekaman. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman V ol. 12 No. 2, Agustus 2015, 81-91. Bogor .
Crafte, A.S., H.B., Currier and C.P. Stocking, 1949. Water in the Physiology of Plants. Waltham, Mass. USA. Published by The Chronoca Botanica Company. 240 p.
Damanik, B. Madjid. M, Hasibuan. Efendi. Bachtiar, Fauzi, Sarifuddin, Hanum. Hamidah. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. usupress. Medan
Daniel, T. W., J. A. Helms, dan F. S. Baker. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Departemen Kehutanan. 2005. Tehnik Pembibitan dan Konservasi Tanah.Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. BukuI. Jakarta
Fitter, A. H., dan R.K.M. Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.
Gardner, F. P., Pearce, R. B., and Mithcell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI Press. Jakarta.
Gomez, K .A dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Diterjemahkan oleh E. Syamsuddin dan J.S. Baharsyah. UI Press. Jakarta.
Harjadi, S.S.M.M. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Khaerudin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kramer, PJ. 1969. plant and Soil Water Relationships. New York: Mc. Graw Hill Book Company. Inc. P 347.)
Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. RajaGrafindo Persada. Jakarta.
Lubis, K. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air Makalah Seminar. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Marcelis, LFM, Heuvelink, E & Goudriaan, J 1998,‘Modelling biomass production and yield of horticultural crops: A review, Sci Hortic., vol. 74, pp. 83-11.
Mashuri, M. 2009. Peluang Bisnis Sabut Kelapa : Cocopot untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang.http://produkkelapa.wordpress.com. [Diakses Desember 2015].
Ai N. S . 2012. .Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Program Studi Biologi FMIPA,UniversitasSamRatulangi.Man
Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius. Jakarta.
PPT Bogor, 1990, Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar.
Subiyanto, B, Raskita. S dan Effendy, H. Jurnal Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol. 1. No 1. 2003. Pemanfaatan Serbuk Sabut Kelapa Sebagai Bahan Penyerap Air Dan Oli Berupa Panel Papan Partikel.
http://jurnalmapeki.biomaterial-lipi.org. [Diakses Desember 2015].
Sunarjono, H. H. 1999. Prospek Perkebunan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soemartono. 1990. Genetika Kuantitaif dan Biologi Molekuler. PAU-UGM. Yogyakarta.).
Song Dan Yunia Banyo .2013. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. Manado. (diakses pada tanggal 3 Oktober 2016)
Taiz, L., E. Zeiger. 2002. Plant Physiology. Third Edition. Sinauer Associate Inc.Publisher Sunderland, Massachusetts. 667 p.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan
silahisabungan, Kabupaten Dairi. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan
yang dimulai dari bulan November 2015 sampai dengan Januari 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sukun
(Artocarpus communis Forst) umur 3 bulan dan anyaman dari sabut kelapa
dengan ukuran 40 cm x 40 cm dengan ketebalan 2 cm, 4 cm, 6 cm, 8 cm, 10 cm
yang bagian tengahnya di beri lubang ukuran 10 cm x 10 cm. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah alat tulis, timbangan digital, kertas label, penggaris,
kalkulator, jangka sorong, tally sheet, cutter, laptop/komputer (Microsoft exel dan
software image j).
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri
atas 5 perlakuan dan 5 ulangan.
K0 = kontrol (tanpa perlakuan)
K1 = sabut kelapa ketebalan 2 cm
K2 = sabut kelapa ketebalan 4 cm
K3 = sabut kelapa ketebalan 6 cm
K4 = sabut kelapa ketebalan 8 cm
Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan dilakukan dengan
sidik ragam berdasarkan model linier digunakan model statistika sebagai berikut :
Yij = µ + τi + βj + ∑ij
Keterangan :
Yij = Nilai hasil pengamatan pada ulangan ke-i dan kelompok ke-j
µ = Rataan umum
τi = Pengaruh pemberian sabut kelapa dengan ketebalan ke-i
βj = pengaruh kelompok ke-j
∑ij = Pengaruh galat percobaan pada ulangan ke-i dan pemberian sabut kelapa ke-j
Pada pengolahan data dilakukan dengan uji F pada microsoft exel. Jika
ANOVA berpengaruh nyata terhadap uji F, maka dilanjutkan dengan uji lanjutan
berdasarkan uji jarak DMRT (Duncan Multiple Range Test)
(Gomez dan Gomez, 1995).
Prosedur Penelitian
1. Penyediaan Bibit
Bibit sukun yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bibit yang
berasal dari daerah Tanjung Morawa. Bibit sukun berumur 3 bulan sebanyak
30 bibit, yang akan ditanam di DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan
Silahisabungan, Kabupaten Dairi.
2. Penanaman
Dilakukan penanaman bibit sukun di DTA Danau Toba, Desa Paropo
5 m x 5 m. bibit ditanam dengan melepas plastik polybag agar akar tanaman
dapat menembus tanah.
3. Persiapan Media Penahan Air
Disiapkan sabut kelapa dengan ketebalan yang telah ditentukan dan bagian
tengahnya telah diberi lubang dengan ukuran 10cm x 10 cm. Pemberian sabut
kelapa dilakukan dengan cara memasukkan bagian tajuk tanaman sukun ke
bagian lubang anyaman terlebih dahulu sehingga permukaan tanah disekitar
tanaman tertutup oleh sabut kelapa. Beri label sebagai penanda perlakuan
serta patok batas bawah sebagai titik awal pengukuran tinggi tanaman juga
menjaga konsistensi pengukuran.
4. Parameter Pengamatan
Sebelum dilakukan pengamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu
pengambilan data. Pengamatan mulai dilakukan dua minggu setelah tanam (2
MST). Pengamatan dilakukan selama 3 bulan (Mansur dan Surahman, 2011).
Parameter yang diamati antara lain adalah :
a. Pertambahan tinggi (cm)
Pengukuran dilakukan dari awal pengamatan. Tinggi tanaman
diukur dari pangkal batang dipermukaan tanah hingga titik tumbuh bibit
menggunakan penggaris. Pengambilan data dilakukan dua minggu sekali.
b. Diameter bibit (cm)
Pengukuran dilakukan dari awal pengamatan. diameter diukur
menggunakan jangka sorong, diukur pada pangkal batang sekitar 3 cm dari
permukaan tanah yang sudah ditandai atau diberi patok batas. Pengukuran
c. Jumlah daun (helai)
Pengukuran dilakukan di akhir pengamatan. Jumlah seluruh daun
dihitung tiap dua minggu sekali selama penelitian. Daun yang dihitung
adalah daun yang sudah terbuka sempurna.
d. Luas Tajuk ( cm² )
Pengukuran luas Tajuk dilakukan pada akhir pengambilan data.
Gambar tajuk terlebih dahulu di foto dengan kamera secara vertikal,
selanjutnya di input ke komputer dan dihitung dengan menggunakan
program software komputer Image J.
e. Luas daun ( cm2 )
Pengamatan luas daun dilakukan pada akhir pengambilan data.
Luas daun terlebih dahulu di foto dengan kamera secara vertikal,
selanjutnya di input ke komputer dan dihitung dengan menggunakan
program software komputer Image J. Daun yang dihitung adalah daun ke
- 3 pada bibit.
f. Persen hidup bibit
Pengukuran persen hidup bibit dilakukan pada saat akhir
pengukuran. Persen hidup bibit sukun dihitung dengan membandingkan
jumlah bibit yang hidup dengan jumlah bibit sukun yang ditanam.
Pengukuran persen hidup dapat dihitung dengan persamaan
Keterangan:
�i =ni
N x 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pertambahan Tinggi Bibit Sukun
Pengukuran pertambahan tinggi bibit tanaman sukun dilakukan setiap 2
minggu dimulai dari minggu 1 sampai minggu ke-11 pengamatan dengan
menggunakan penggaris. Hasil pengukuran pertambahan tinggi bibit tanaman
sukun tersedia pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Hasil pengukuran pertambahan tinggi (cm) bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan pada Tabel 1 hasil pengukuran rata-rata pertambahan tinggi bibit
tanaman sukun menunjukkan bahwa pertambahan tinggi bibit tamanan sukun
yang paling tinggi adalah pada perlakuan K8 atau sabut kelapa dengan ketebalan
8 cm yaitu sebesar 22,98 cm. Sedangkan pertambahan tinggi bibit tanaman sukun
terendah adalah pada perlakuan K0 atau tanpa sabut kelapa yaitu sebesar 6,9 cm.
Setelah dilakukan sidik ragam di dapat hasil bahwa pemberian sabut kelapa
dengan berbagai ketebalan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit
tanaman sukun. Berdasarkan hasil Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) di
dapat hasil bahwa perlakuan K6, K8, K10 memberikan pengaruh yang tidak
Pertambahan Diameter Bibit Sukun
Pengukuran pertambahan diameter bibit tanaman sukun dilakukan dari
awal sampai minggu ke-11 pengamatan dengan menggunakan jangka sorong.
Hasil pengukuran pertambahan diameter bibit tanaman sukun tersedia pada tabel
berikut ini :
Tabel 2. Hasil pengukuran pertambahan diameter (cm) bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Perlakuan
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Pertambahan diameter bibit sukun dengan berbagai perlakuan cukup
berbeda dengan tanpa perlakuan, terlihat bahwa pertambahan diameter terendah
terdapat pada perlakuan K0 atau tanpa sabut kelapa dengan rata-rata pertambahan
diameter sebesar 0,31 cm, sedangkan yang tertinggi terdapat pada perlakuan K8
atau ketebalan sabut kelapa 8 cm yaitu rata-rata sebesar 0,562 cm.berdasarkan
hasil sidik ragam didapat hasil bahwa pemberian berbagai ketebalan sabut kelapa
terhadap bibit tanaman sukun berpengaruh nyata. Setalah di lakukan Uji DMRT
(Duncan Multiple Range Test) menunjukkan bahwa perlakuan K8 menunjukkan
pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan K0, K2, K4, K6 dan K10.
Jumlah Daun Bibit Sukun
Pengukuran jumlah daun tanaman sukun dilakukan pada minggu ke-11.
pengukuran pertambahan jumlah daun bibit tanaman sukun tersedia pada tabel
berikut ini :
Tabel 3. Hasil Pengamatan jumlah daun bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil pengukuran jumlah daun yang tertera pada Tabel 3
diatas bahwa jumlah rata-rata jumlah daun terbanyak terdapat pada ketebalan 4
Cm dan 8 Cm yakni 6,6 helai daun selama 90 hari pengamatan, sedangkan untuk
jumlah daun rata-rata paling sedikit adalah K0 atau tanpa sabut kelapa yaitu 5,4
helai daun selama 90 hari. Setelah dilakukan sidik ragam didapat hasil bahwa
pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan pada bibit tanaman sukun
berpengaruh nyata, kemudian dilanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range
Test) menunjukkan bahwa perlakuan K2, K4, K6, K8, K10 memberikan pengaruh
yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan K0.
Luas Daun Bibit Sukun
Pengambilan gambar luas daun bibit tanaman sukun dilakukan di akhir
pengamatan yaitu minggu ke-11 dengan menggunakan kamera dan pengaris. Hasil
pengukuran luas daun setelah di ukur dengan software image j tersedia pada tabel
Tabel 4. Hasil pengukuran luas daun bibit tanaman sukun ( cm2 ) dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Perlakuan
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil pengukuran luas daun bibit tanaman sukun yang terdapat
pada Tabel 4 diatas bahwa luas daun rata-rata terluas terdapat pada sabut kelapa
dengan ketebalan 8 cm atau K8 yaitu 396,524 cm², sedangkan luas daun rata-rata
terkecil terdapat pada tanpa pemberian sabut kelapa yaitu 131,1596 cm². Pada
pengujian nilai analisis sidik ragam diperoleh hasil bahwa perlakuan pemberian
sabut kelapa berbagai ketebalan berpengaruh nyata. Setelah dilakukan uji lanjutan
yaitu uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan bahwa perlakuan
K4, K8 dan K10 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda
nyata terhadap perlakuan K0, K2 dan K6.
Luas Tajuk
Pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun dilakukan di akhir pengamatan
yaitu pada minggu ke-11 dengan menggunakan kamera dan pengaris. Hasil
pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun setelah di ukur dengan software image
Tabel 5. Hasil pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun (cm²) dengan berbagai
Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.
Berdasarkan hasil pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun yang
terdapat pada tabel 5 diatas bahwa rata-rata luas tajuk terluas tedapat pada sabut
kelapa dengan ketebalan 8 cm atau K8 yaitu 1666.48 cm². sedangkan rata-rata
luas tajuk terkecil terdapat pada tanpa sabut kelapa atau K0 yakni 573.92 cm² .
Setelah dilakukan uji F didapat hasil bahwa pemberian sabut kelapa dengan
berbagai ketebalan terhadap bibit tanaman sukun sangat berpengaruh nyata.
Dilanjutkan dengan pengujian uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)
menunjukkan bahwa perlakuan K4 dan K8 memberikan pengaruh yang tidak
berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan K0, K2, K6 dan K10.
Persen Hidup Bibit
Bibit tanaman sukun yang ditanam di DTA Danau Toba menunjukkan
bahwa semua bibit tanaman sukun hidup dan tumbuh dengan kondisi fisik
tanaman yang berbeda sesuai dengan perlakuan yang diberikan pada saat
Tabel 6. Persen hidup bibit tanaman sukun
Keterangan : Tanda √ merupakan tanaman yang hidup Tanda – merupakan tanaman yang mati
Persen tumbuh bibit = 3030 × 100% = 100 %
100 % bibit tanaman sukun hidup dengan berbagai kondisi, seperti kerdil maupun
tumbuh dengan subur.
Pembahasan
Tanaman sukun dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan iklim. Hal ini
membuat tanaman sukun menjadi pilihan dalam upaya reboisasi atau penghijauan.
Kemampuan tumbuh bibit tanaman sukun pada kondisi iklim yang berbeda
membuat tanaman sukun dapat ditanam di berbagai tempat termasuk di daerah
tangkapan air danau toba desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten
Dairi. Menurut Pitojo (1999) bahwa tanaman sukun dapat ditanam di segala jenis
tanah dan tanaman sukun juga memiliki toleransi tinggi terhadap keadaan tanah,
sehingga memiliki daerah penyebaran yang luas. Tanaman sukun mampu tumbuh
dengan baik di dataran rendah dan dataran sedang. Sukun relatif kuat terhadap
keadaan iklim. Iklim mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan sukun adalah di
tempat terbuka dan banyak menerima panas sinar matahari. Hal ini dibuktikan
dengan jumlah bibit tanaman yang ditanam baik dengan pemberian sabut kelapa
berbagai ketebalan maupun tanpa pemberian sabut kelapa dapat tumbuh dan hidup
beri sabut kelapa dengan yang tidak di beri sabut kelapa. Bramasto , dkk (2015)
Persen hidup bibit tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, bibit
akan mengalami kelayuan apabila kekurangan air demikian pula apabila dalam
kondisi tergenang. Hal ini berarti bahwa ketersediaan air mutlak diperlukan
bagi pertumbuhan anakan. Kemampuan tumbuh bibit tanaman sukun di berbagai
kondisi iklim dan tempat tidak membuat tanaman tersebut tumbuh sesuai dengan
yang di inginkan sehingga pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan
untuk membantu tanaman dalam mencukupi kebutuhan air untuk proses
metabolisme terutama proses transpirasi dan fotosintesis tanaman. Menurut
Daniel et al.(1987) bahwa Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman adalah air. Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan
suatu tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan
dalam penyerapan unsur hara yang diperlukan tanaman. Kebutuhan air oleh suatu
tanaman umumnya selalu berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air
yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari
pertumbuhan tanaman itu sendiri. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas
fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.
Defisiensi air yang terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel
(tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.
Kemampuan tumbuh tersebut tidak berarti membuat tanaman sukun pada
saat masih usia bibit mampu tumbuh dengan baik saat ditanam di tempat yang
baru. Akar bibit yang baru ditanam ditempat yang baru akan memulai proses
adaptasi tumbuh untuk mencari sumber nutrisi dan air serta iklim di sekitarnya.
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian sabut
kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh yang nyata bagi bibit
tanaman sukun. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji sidik ragam yang
menunjukkan bahwa sabut kelapa mampu memberikan dukungan dalam
mempertahankan hidup bibit. Bibit tanaman sukun yang diberi sabut kelapa
tumbuh dengan baik bila dibandingkan dengan bibit tanaman yang tidak diberi
sabut kelapa. Menurut Soemartono (1990) bahwa air sangat dibutuhkan oleh
tanaman dalam semua proses fisiologis tanaman termasuk pembelahan sel dan
proses pembentukan daun. Ketersediaan air juga akan mempengaruhi jumlah
gugurnya daun karena jumlah air di daun harus cukup sehingga daun tidak layu
atau kering. Fitter dan Hay (1981) keadaan cekaman air menyebabkan penurunan
turgor pada sel tanaman dan berakibat pada menurunnya proses fisiologi. Air
memegang peranan penting bagi tanaman. Kandungan air pada tanaman akan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan salah satunya ialah kandungan air itu sendiri.
Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk pembelahan
dan pembesaran sel yang terwujud dalam pertambahan tinggi tanaman, pembesaran
diameter, perbanyakan daun dan pertumbuhan akar.
Hasil Pengamatan yang dilakukan secara fisik pada tanaman yang di uji
dengan berbagai perlakuan berdasarkan parameter yang ditentukan menunjukkan
perbedaan yang cukup nyata . Semua bagian dari tumbuhan yang tumbuh
mengikuti efek dari perlakuan yang diberikan. Efek yang dimaksud adalah
ketebalan sabut kelapa yang diberikan pada bibit tanaman sukun . Air yang
tersimpan dalam sabut kelapa menyediakan kebutuhan tanaman dalam proses
pertumbuhan. Dalam penelitian ini didapat hasil uji berdasarkan uji DMRT bahwa
pengaruhnya artinya pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun
tetapi antar ketebalan sabut kelapa tidak berbeda nyata pengaruhnya. Proses
fotosintesis, tranportasi dan transpirasi pada perlakuan pemberian sabut kelapa
berjalan dengan baik ditunjukkan dengan fisik bibit tanaman mengalami
pertambahan ukuran seperti tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, luas tajuk
serta persen hidup bibit. Menurut pernyataan Lubis (2000) bahwa jika tanaman
kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan hasil akan menurun.
Pemberian yang di bawah kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman, akan
berakibat tanaman akan terhambat (tanaman menjadi kerdil) ataupun terlambat
untuk memasuki fase vegetatif selanjutnya. Harjadi (1979) juga menyatakan
bahwa ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan
perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman. Novita
Anggraini , dkk (2013) Pertumbuhan mampu dicapai melalui pembelahan,
pembesaran dan diferensiasi sel, dan melibatkan faktor genetik, fisiologi, ekologi,
morfologi serta interaksi kompleksnya. Kualitas dan kuantitas pertumbuhan
tergantung pada aktivitas yang terjadi pada tubuh tanaman yang dipengaruhi oleh
ketersediaan air tanaman.
Pada pengukuran fisik bibit tanaman sukun yang diberi sabut kelapa
menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan bibit tanaman sukun yang
tidak diberi sabut kelapa. Ditunjukkan dengan data rata-rata hasil pengukuran
pada bibit tanaman sukun tanpa sabut kelapa merupakan yang terendah. Hal ini
mengindikasikan bahwa sabut kelapa dengan dugaan kemampuan menyediakan
positif pada pertumbuhan tanaman sukun. sesuai dengan pernyataan subyanto et al
(2003) bahwa sabut kelapa segar mengandung tanin 3,12%. Senyawa tanin dapat
mengikat enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba menjadi tidak
aktif. Serbuk sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket
serbuk sabut kelapa yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan
pertanian. Karakteristik sifat daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya
serap air papan partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara
3,5 sampai 5,5 kali dari beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya
berkisar antara 2,5 sampai 4 kali dari beratnya.
Salah satu adaptasi tanaman dalam menghadapi keadaan defisit air yaitu
dengan menggugurkan daun atau menggulung daun guna mengurangi proses
transpirasi berlebih oleh tanaman. Hal ini tidak terjadi pada tanaman yang diteliti
karena hasil pengamatan daun tumbuh dengan baik dan terbuka sempurna. Ai
N.S. dan Lenak A.A. ( 2014 ) Penggulungan daun merupakan salah satu bentuk
mekanisme drought avoidance pada tumbuhan dengan cara menurunkan laju
evapotranspirasi atau dengan meningkatkan absorpsi air pada tanah kering untuk
mempertahankan potensial air daun tetap tinggi. Rendahnya tingkat penggulungan
daun berkorelasi positif dengan meningkatnya potensial air daun. Sukarman dan
dkk (2006) Tanaman memiliki reaksi yang sangat kompleks menghadapi
kekeringan atau tergenang air. Bentuk morfologi, anatomi dan metabolisme
tanaman yang berbeda menyebabkan tanaman memiliki respon yang
beragam.
Luas daun dengan luas tajuk memberikan pengaruh kepada proses
daun membuat proses fotosistesis berjalan dengan lancar, namun dengan semakin
luasnya tajuk akan membuat transpirasi tanaman akan semakin besar. Menurut
Hsiao et al. dalam Gardner et al. (1991) bahwa Air seringkali membatasi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Respon tumbuhan terhadap
kekurangan air dapat dilihat pada aktivitas metabolismenya, morfologinya, tingkat
pertumbuhannya, atau produktivitasnya. Pengaruh kekurangan air selama tingkat
vegetatif adalah berkembangnya daun-daun yang ukurannya lebih kecil, yang
dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan air juga mengurangi sintesis
klorofil dan mengurangi aktivitas beberapa enzim (misalnya nitat reduktase).
Banyo Y. dan Song N.A. (2014) Penurunan kandungan klorofil pada saat tanaman
kekurangan air berkaitan dengan akitivitas perangkat fotosintesis dan menurunkan
laju fotosintesis tanaman. Nio Song Ai (2012) Fotosintesis merupakan proses
metabolisme yang sangat penting pada tumbuhan, hal-hal yang harus dipenuhi
dalam fotosintesis adalah cahaya, CO2, O2, klofil dan air. Air sangat
berpengaruh pada turgiditas sel penjaga stomata, apabila kekurangan air
maka turgiditas sel akan menurun dan akan menyebabkan stomata menutup.
Tabel 7. Korelasi Antar Perlakuan
Parameter tinggi Keterangan: 0.00-0.199 : Sangat lemah ; 0.20-0.399 : Rendah ; 0.40-0.599 : Cukup 0.60-0.799 : Kuat ; 0.80-1.000 : sangat kuat
Korelasi menunjukkan hubungan antar dua variabel parameter.
diamati saling mendukung dan saling berhubungan karena pada dasarnya semua
parameter yang diamati adalah proses pertumbuhan. Korelasi terkuat terlihat di
antara luas daun dengan luas tajuk yaitu sebesar 0,747, dalam hal ini berarti
luasnya daun dan luasnya tajuk akan semakin menambah banyaknya jumlah
energi dan sumber makanan bagi tanaman yang akan tersedia. korelasi yang
lemah ditunjukkan oleh korelasi antara luas tajuk dengan diameter batang yaitu
sebesar 0,1642. Crafte et al (1949) bahwa Air merupakan kebutuhan pokok bagi
semua tanaman juga merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma sel.
Di samping itu, air adalah komponen utama dalam proses fotosintesis,
pengangkutan assimilate hasil proses ini kebagian-bagian tanaman hanya
dimungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman. Dengan peranan tersebut
jumlah pemakaian air oleh tanaman akan berkorelasi posistif dengan produksi
biomassa tanaman, hanya sebagian kecil dari air yang diserap akan menguap
KESIMPULAN
Kesimpulan
Pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh
yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun umur 3 bulan berdasarkan
parameter petambahan tinggi,diameter,jumlah daun serta luas daun dan tajuk.
Saran
Pemanfaatan sabut kelapa sebagai media untuk menyimpan air guna
membantu bibit tanaman untuk berdaptasi terhadap lingkungan sebaiknya dapat
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)
Taksonomi tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) yaitu: Kingdom :
Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh),
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta
(Tumbuhan berbunga), Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub
Kelas : Dilleniidae, Ordo : Urticales, Fa
Genus :
Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)
Tanaman sukun merupakan tanaman multiguna, dimana: buah dapat
digunakan sebagai bahan makanan, bunga digunakan sebagai bahan ramuan
obat-obatan; daun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kayunya dapat
digunakan sebagai bahan perkakas rumah tangga. Sampai saat ini, pengembangan
dan pemanfaatan tanaman sukun masih terbatas, belum dibudidayakan secara
intensif, buahnya masih diolah dalam skala industri rumah tangga dan dipasarkan
untuk memenuhi permintaan lokal. Budidaya Tanaman sukun belum secara
intensif, masih sebagai tanaman pekarangan, sehingga memunculkan
permasalahan terkait pengembangan tanaman Sukun, antara lain: (1). Perusahaan
pengolah buah sukun masih dalam betuk home industri. (2). Ketersedian bahan
baku masih terbatas, karena produksi buah sukun masih tergantung pada musim.
(3). Terbatasnya akses permodalan. (4). Minat Petani untuk membudidayakan
tanaman sukun masih rendah. (5). Belum adanya kepastian pasar (Departemen
Tanaman sukun dapat ditanam di segala jenis tanah dan tanaman sukun
juga memiliki toleransi tinggi terhadap keadaan tanah, sehingga memiliki daerah
penyebaran yang luas. Tanaman sukun mampu tumbuh dengan baik di dataran
rendah dan dataran sedang. Sukun relatif kuat terhadap keadaan iklim. Iklim
mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan sukun adalah di tempat terbuka dan
banyak menerima panas sinar matahari. Pohon sukun bertajuk rimbun dengan
percabangan melebar kesamping dan tingginya dapat mencapai 10-20 meter, kulit
batangnya hijau kecoklatan. Pohon sukun membentuk percabangan sejak
ketinggian 1,5 meter dari tanah. Tekstur kulitnya sedang. Pohon sukun yang
dipangkas akan cepat membentuk cabang kembali (Pitojo, 1999).
Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m.
Kulit kayunya berserat kasar, dan semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya
lebar, bercagap menjari dan berbulu kasar. Bunganya keluar dari ketiak daun pada
ujung cabang dan ranting, tetapi masih dalam satu pohon (berumah satu). Bunga
jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa disebut ontel. Bunga betina
berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut babal seperti pada
nangka.Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik. Kulit buah
bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga
tersebut (Sunarjono, 1999).
Tanaman sukun memiliki banyak kegunaan, antara lain buah sukun yang
merupakan hasil utama dimanfaatkan sebagai bahan makanan, diolah menjadi
berbagai macam makanan, misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun,
sebagai bahan bangunan maupun dibuat papan kayu yang kemudian dikilapkan
(Departemen kehutanan, 1998).
Tempat Tumbuh
Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis
tanah. Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan
yang tinggi dengan kelembaban 60-80%, namun lebih sesuai pada daerah-daerah
yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari.Tanaman sukun tumbuh baik
di tempat yang lembab, panas, dengan temperatur antara 15-38°C.Tanaman sukun
ditanam di tanah yang subur, dalam dan drainase yang baik, tetapi beberapa
varietas tanpa biji dapat tumbuh baik di tanah berpasir (Tridjaja, 2003).
Iklim mikro yang baik untuk pertumbuhan tanaman sukun adalah pada
lahan terbuka dan banyak menerima sinar matahari, sebagai indikator adalah
apabila tanaman keluwih bisa tumbuh dengan baik maka sukun juga bisa tumbuh
asal daerahnya tidak berkabut. Sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah (tanah
podsolik merah kuning, tanah berkapur, tanah berpasir), namun akan lebih baik
bila ditanam pada tanah gembur yang bersolum dalam, berhumus dan tersedia air
tanah yang dangkal. Tanaman sukun tidak baik dikembangkan pada tanah yang
memiliki kadar garam tinggi (Alrasjid, 1993).
Media Tanam Tumbuhan
Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki
kesuburan yang baik, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik, tidak terlalu
mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang
medianya. Media yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya
serap dan daya simpan air baik serta kapasitas udaranya cukup (Khaerudin, 1999)
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.
Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang
ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis
tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini
disebabkan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang
berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah
sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur
hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama
(Khaerudin, 1999).
Sabut kelapa segar mengandung tanin 3,12%. Senyawa tanin dapat
mengikat enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba menjadi tidak
aktif. Serbuk sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket
serbuk sabut kelapa yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan
pertanian. Karakteristik sifat daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya
serap air papan partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara
3,5 sampai 5,5 kali dari beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya
berkisar antara 2,5 sampai 4 kali dari beratnya. Berdasarkan sifat penyerapan air
dan oli yang tinggi ini memungkinkan pemanfaatan produk papan partikel yang
terbuat dari serbuk sabut kelapa ini dapat digunakan sebagai bahan penyerap air
atau oli. Disamping itu dapat digunakan sebagai pengganti papan busa (stiroform)
sebagai bahan pembungkus anti pecah yang ramah lingkungan karena bahan ini
Pengolahan sabut kelapa menghasilkan serat sabut dan serbuk kelapa.
Pemanfaatan keduanya sangat banyak. Seperti seratnya dapat dimanfaatkan untuk
aneka kerajinan rumah tangga seperti sapu, keset, dan untuk bahan jok mobil,
untuk reklamasi seperti cocomesh, untuk membantu kesuburan tanah seperti coco
pot dan lain-lain. (Mashuri, 2009).
Kandungan Air Tanah
Kandungan air didalam tanah merupakan faktor yang paling penting dalam
menentukan keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman. Kandungan air
didalam tanah sangat dipengaruhi oleh iklim, curah hujan dan dipengaruhi oleh
sifat tanah seperti tekstur dan struktur tanah. Persentase kandungan air tanah
berbeda dengan berbedanya sifat tekstur tanah. Tanaman yang cukup air, stomata
dapat dipertahankan selalu membuka untuk menjamin kelancaran pertukaran
gas-gas di daun termasuk CO2 yang berguna dalam aktifitas fotosisntesis, aktivitas
yang tinggi menjamin pula tingginya kecepatan pertumbuhan tanaman (Bayer,
1976).
Air tersedia bagi pertumbuhan tanaman merupakan air yang terikat antara
kelembapan kapasitas lapang dan pada kelembapan titik layu permanen. Air harus
cukup tersedia di dalam tanahguna dapat melarutkan pupuk yang diberikan,
karena tanaman hanya dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terlarut didalam
larutan tanah. Air tanah sangat berperan dalam hal mekanisme pergerakan hara ke
akar tanaman. Perkembangan akar tanaman sangat dirangsang oleh kondisi tanah
yang lembab, sehingga kesempatan dari akar untuk lebih dekat dengan unsur hara
yang berasal dari pupuk akan lebih besar. Demikian juga dengan aliran massa
akan mengangkut unsur-unsur hara ke akar dari daerah yang jauh dari jangkauan
akar (Damanik et al., 2010).
Air sangat berfungsi bagi pertumbuhan tanaman, khususnya air tanah yang
digunakan oleh tumbuhan sebagai bahan melalui proses fotosintesis. Air diserap
tanaman melalui akar bersama dengan unsur hara yang larut di dalamnya,
kemudian diangkut melalui pembuluh Xylem (Lakitan, 1993).
Sel tanaman yang telah kehilangan air dan berada pada tekanan turgor
yang lebih rendah daripada nilai maksimumnya, disebut menderita stress air. Hal
ini merupakan suatu istilah yang menyesatkan karena stress mempunyai defenisi
yang tepat dalam mekanika dan dapat dengan mudah diukur. Stress air adalah
suatu istilah yang sangat tidak tepat, yang menunjukkan bahwa kandungan air sel
telah turun dibawah nilai optimum, menyebabkan suatu tingkat gangguan
metabolisme (Fitter, 1981).
Kekeringan juga memodifikasi komponen morfologi tanaman melalui
penurunan nisbah luas daun ( leaf area ratio /LAR) dan luas daun spesifik (
specific leaf area ), yang merupakan indikator ketebalan daun dan
memungkinkan tanaman memiliki kepadatan protein daun lebih tinggi sehingga
meningkatkan kapasitas fotosintesis (Marcelis et al. 1998).
Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktivitas
metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya.
Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap
kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan
kekurangan air selama tingkat vegetatif adalah berkembangnya daun-daun yang
ukurannya lebih kecil, yang dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan
air juga mengurangi sintesis klorofil dan mengurangi aktifitas beberapa enzim.
Kekurangan air justru meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis (Hsiao et al.
dalam Gardner et al. 1991).
Jika tanaman kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan
hasil akan menurun. Pemberian yang di bawah kondisi optimum bagi
pertumbuhan tanaman, akan berakibat tanaman akan terhambat (tanaman
menjadi kerdil) ataupun terlambat untuk memasuki fase vegetatif selanjutnya
(Lubis. 2000).
ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan
perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman.
Ketersediaan air tanah ditentukan oleh banyaknya air kapiler yaitu air yang berada
di antara kapasitas lapang dan layu permanen (Harjadi 1996).
Karakteristik Lokasi
Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia, dengan luas
permukaan ±112.970 ha dengan perairan terdalam berkisar 435 m terletak pada
ketinggian 906 di atas permukaan laut. Danau Toba terletak antara 2-3 LU dan 98-
99 BT. Dasar danau kebanyakan terdiri dari batu-batuan dan pasir. Pada bagian
tertentu terdapat endapan lumpur dan daerah sekitar Danau Toba dikelilingi oleh
perbukitan. Selain itu, Danau Toba juga merupakan danau terbesar di Asia
Tenggara. Danau Toba mempunyai luas permukaan lebih kurang 1.100 km2
Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi)
tektonik vulkanis yang dahsyat pada zaman Pleiopleistosen dengan luas 1100
km2. Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat
adalah sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut). Kedalaman air Danau
Toba berkisar 400 – 600 meter dan terdapat di depan teluk Haranggaol (± 460
meter). Jenis tanah yang terdapat disekeliling Danau Toba mempunyai sifat
kepekaan terhadap erosi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan
banyaknya bagian yang terkena longsor dan adanya singkapan batuan sesi (PPT
Bogor, 1990).
Secara geografis Kecamatan Silahisabungan berada di wilayah pinggir
Kabupaten Dairi dan berada di pinggiran Danau Toba yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Samosir. Sebagian besar arealnya terdiri
dari Pegunungan yang bergelombang dan hanya sebagian kecil yang datar/rata.
Sebagian besar adalah hutan, maka iklim di daerah ini adalah iklim sedang. Luas
wilayah Kecamatan Silahisabungan adalah 75,62 km2. Desa Silalahi II merupakan
desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 1819 km2 atau sekira
24,05 persen dari luas wilayah Kecamatan Silahisabungan, sedangkan desa
dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Paropo I dengan luas wilayah 1.119
km2, atau sekitar 14,8 persen dari luas wilayah kecamatan Silahisabungan. Semua
desa di Silahisabungan berada di tepi hutan, dengan luas wilayah sebesar 75,62
km, 3,24% merupakan lahan pertanian padi sawah, masyarakat sekitar hutan juga
menggunakan sebagian lahan untuk digunakan sebagai lahan pertanian, baik padi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan hutan dan lahan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba
belakangan ini semakin menunjukkan penurunan kualitas dan kuantitas. Lahan
kritis dan lahan kosong yang dianggap beberapa penyebabnya adalah bekas
tebangan maupun bekas kebakaran banyak di jumpai sepanjang pinggiran Danau
Toba. Upaya rehabilitasi dan reboisasi telah banyak dilakukan sejak beberapa
tahun terakhir, namun peningkatan kualitas tutupan lahan dan kualitas lingkungan
hidup belum menunjukkan perubahan. Penggundulan hutan di daerah tersebut,
bukan hanya menghilangkan keindahan alam, tetapi juga mengakibatkan
permukaan air Danau Toba tidak stabil dan cenderung menurun. Salah satu hal
yang dilakukan untuk merehabilitasi lahan di sekitar Danau Toba adalah dengan
menanam tanaman sukun .
Tanaman sukun merupakan salah satu pohon yang tersebar diseluruh
nusantara. Tanaman sukun mempunyai daun yang lebar dan lebat sehingga dapat
digunakan untuk pakan ternak.Sukun juga mempuyai buah yang dapat dimakan
sebagai pengganti beras karena sumber kalori dan kandungan gizinya yang tinggi,
sehingga tanaman sukun berkontribusi terhadap upaya global dalam menjamin
ketahanan pangan. Sistem agroforestri sederhana dapat dilakukan dalam
penanaman sukun, dimana pohon/tanaman tahunan ditanam secara tumpang sari
dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim (Pitojo, 1999).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air. Air
merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Selain
unsur hara yang diperlukan tanaman. Kebutuhan air oleh suatu tanaman umumnya
selalu berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air yang diberikan dalam
penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari pertumbuhan tanaman itu sendiri.
Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,
sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang
terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada
gilirannya tanaman akan mati (Daniel et al., 1987).
Sabut kelapa merupakan hasil sampingan dari kelapa yang kegunaannya
telah banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang misalnya sebagai media
tumbuh tanaman. Dengan sifat bahan yang mudah menyerap air dan merupakan
bahan organik sangat membantu tanaman dalam menyediakan, menyimpan serta
melindungi tanaman dari berbagai jenis gulma (Mashuri, 2009). .
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai
ketebalan sabut kelapa untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis
Forst) pada lahan.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memberi informasi
mengenai ukuran ketebalan anyaman sabut kelapa sebagai penahan air yang tepat
untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst).
Hipotesis Penelitian
Berbagai ketebalan Sabut kelapa berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
ABSTRACT
RIWAN TUMANGGOR. Effect of Various Coconut Fiber thickness on Growth Seeds Breadfruit (Artocarpus communis Forst) On the DTA Lake Toba. Supervised by: AFIFFUDIN Dalimunthe SP, MP and Dr. BUDI UTOMO SP, MP.
Forest is the utilization of natural resources is now becoming vital for the fulfillment of human needs. The utilization of an impact on climate change and forest cover due to the absence of efforts to repair the consequences of such exploitation. Replanting is the right solution to restore the function and the area covered forest. In this case the water is very important to support the growth of the plants so that the required materials capable of storing water such as coconut husk. This research was conducted in the village Paropo Silahisabungan District of Dairi. The method used is to analyze the effect of coconut husk with various thicknesses based on the results of the measurement data for 90 days. Parameters measured were as height, increase stem diameter, number of leaves, leaf area, wide canopy and the survival rate of seedlings. Analysis of the data by using random sampling in non-factorial.
Based on the results of the study stated that the granting of coco with various thicknesses significant effect on the growth of seedlings of breadfruit plants for 90 days of observation. Average measurement results - the highest average parameters are as height showed K8 is 22.98 cm, the increase in diameter showed K8 is 0.562 cm, number of leaves showed K4 and K8 6.6
strands, leaf area showed K8 is 396.52 cm2, spacious K8 header indicates that
1666.48 cm2.
ABSTRAK
RIWAN TUMANGGOR. Pengaruh Sabut Kelapa Berbagai Ketebalan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus Communis Forst) Pada DTA Danau Toba. Dibimbing oleh : AFIFFUDIN DALIMUNTHE SP,MP dan Dr. BUDI UTOMO SP,MP.
Hutan merupakan sumber daya alam yang pemanfaatannya saat ini menjadi vital bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Pemanfaatan tersebut berdampak pada perubahan iklim dan luas tutupan hutan karena tidak adanya upaya untuk memperbaiki akibat dari eksploitasi yang berlebihan tersebut. Penanaman kembali merupakan solusi yang tepat guna mengembalikan fungsi dan luas tutupan hutan.dalam hal ini air sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga dibutuhkan bahan yang mampu menyimpan air seperti sabut kelapa. Penelitian ini dilakukan di desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis pengaruh pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan berdasarkan hasil data pengukuran selama 90 hari. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter batang, jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan persen hidup bibit. Analisis data dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non-Faktorial.
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun selama 90 hari pengamatan. Hasil pengukuran rata – rata parameter yang tertinggi adalah pertambahan tinggi menunjukkan K8 yaitu 22,98 cm, pertambahan diameter menunjukkan K8 yaitu 0,562 cm, jumlah daun menunjukkan K4 dan K8 yaitu 6,6 helai, luas daun menunjukkan K8 yaitu 396,52 cm2, luas tajuk menunjukkan K8 yaitu 1666,48 cm2.
PENGARUH BERBAGAI KETEBALAN SABUT KELAPA
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN SUKUN
(Artocarpus communis Forst) DI DAERAH TANGKAPAN AIR
DANAU TOBA
OLEH:
SKRIPSI
RIWAN TUMANGGOR 121201078/BUDIDAYA HUTAN
PROGRAM STUDI KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT
RIWAN TUMANGGOR. Effect of Various Coconut Fiber thickness on Growth Seeds Breadfruit (Artocarpus communis Forst) On the DTA Lake Toba. Supervised by: AFIFFUDIN Dalimunthe SP, MP and Dr. BUDI UTOMO SP, MP.
Forest is the utilization of natural resources is now becoming vital for the fulfillment of human needs. The utilization of an impact on climate change and forest cover due to the absence of efforts to repair the consequences of such exploitation. Replanting is the right solution to restore the function and the area covered forest. In this case the water is very important to support the growth of the plants so that the required materials capable of storing water such as coconut husk. This research was conducted in the village Paropo Silahisabungan District of Dairi. The method used is to analyze the effect of coconut husk with various thicknesses based on the results of the measurement data for 90 days. Parameters measured were as height, increase stem diameter, number of leaves, leaf area, wide canopy and the survival rate of seedlings. Analysis of the data by using random sampling in non-factorial.
Based on the results of the study stated that the granting of coco with various thicknesses significant effect on the growth of seedlings of breadfruit plants for 90 days of observation. Average measurement results - the highest average parameters are as height showed K8 is 22.98 cm, the increase in diameter showed K8 is 0.562 cm, number of leaves showed K4 and K8 6.6
strands, leaf area showed K8 is 396.52 cm2, spacious K8 header indicates that
1666.48 cm2.
ABSTRAK
RIWAN TUMANGGOR. Pengaruh Sabut Kelapa Berbagai Ketebalan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus Communis Forst) Pada DTA Danau Toba. Dibimbing oleh : AFIFFUDIN DALIMUNTHE SP,MP dan Dr. BUDI UTOMO SP,MP.
Hutan merupakan sumber daya alam yang pemanfaatannya saat ini menjadi vital bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Pemanfaatan tersebut berdampak pada perubahan iklim dan luas tutupan hutan karena tidak adanya upaya untuk memperbaiki akibat dari eksploitasi yang berlebihan tersebut. Penanaman kembali merupakan solusi yang tepat guna mengembalikan fungsi dan luas tutupan hutan.dalam hal ini air sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga dibutuhkan bahan yang mampu menyimpan air seperti sabut kelapa. Penelitian ini dilakukan di desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis pengaruh pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan berdasarkan hasil data pengukuran selama 90 hari. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter batang, jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan persen hidup bibit. Analisis data dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non-Faktorial.
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun selama 90 hari pengamatan. Hasil pengukuran rata – rata parameter yang tertinggi adalah pertambahan tinggi menunjukkan K8 yaitu 22,98 cm, pertambahan diameter menunjukkan K8 yaitu 0,562 cm, jumlah daun menunjukkan K4 dan K8 yaitu 6,6 helai, luas daun menunjukkan K8 yaitu 396,52 cm2, luas tajuk menunjukkan K8 yaitu 1666,48 cm2.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Riwan Tumanggor dilahirkan di Desa Parbotihan,
Kecamatan Onan Ganjang, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera
Utara pada tanggal 31 Agustus 1993 dari Ayah R. Tumanggor dan Ibu L. Purba.
Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara.
Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Swasta Santo Petrus Medan dan pada
tahun 2012 juga penulis lulus ujian masuk perguruan tinggi melalui Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi ( SNMPTN ). Penulis memilih jurusan
Kehutanan, Fakultas Kehutanan.
Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan intra dan ekstra
kampus. Penulis mengikuti kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa yaitu UKM Studi
Pedesaan USU pada tahun 2013-2015. Pada tahun 2016, penulis melaksanakan
Praktik Kerja Lapang ( PKL ) di Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat.
Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan merupakan syarat memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan penulis melakukan penelitian dengan judl “ Pengaruh
Berbagai Ketebalan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.
Penelitian ini berjudul “Pengaruh berbagai ketebalan sabut kelapa terhadap
pertumbuhan bibit tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau
Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah menberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.
1. Ayahanda R. Tumanggor dan Ibu L. Purba yang telah memberikan
bantuan baik materil dan dukungan moril.
2. Afifuddin, SP,MP. dan Dr. Budi Utomo, SP, MP atas kesediaannya untuk
membimbing saya dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. Dr. Agus Purwoko, S. Hut, M.Si dan Ridwanti Batubara, S. Hut, M.Si
selaku dosen penguji meja hijau.
4. Kepada Bapak Hehe Raya Sihaloho selaku Kepala Desa Paropo
Kecamatan Silahisabungan yang memberikan tempat untuk melakukan
penelitian.
5. Pustaka USU yang menjadi sumber refrensi dalam penulisan penelitian.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk hasil
DAFTAR ISI
Prosedur Penelitian... 12
DAFTAR TABEL
No
1. Hasil Pengukuran Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman Sukun
Dengan Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut Kelapa .. 15
2. Hasil Pengukuran Pertambahan Diameter Bibit Tanaman Sukun
Dengan Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut Kelapa ... 16
3. Hasil Pengukuran Pertambahan Jumlah Daun Bibit Tanaman Sukun Dengan Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut
Kelapa ... 17
4. Hasil Pengukuran Luas Daun Bibit Tanaman Sukun Dengan
Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut Kelapa ... 18
5. Hasil Pengukuran Luas Tajuk Bibit Tanaman Sukun Dengan
Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut Kelapa ... 19
6. Persen Hidup Bibit Tanaman Sukun ... 20
DAFTAR LAMPIRAN
No
1. Desain Pengacakan... 31
2. Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman Sukun ... 31
3. Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Diameter Batang
Bibit Tanaman Sukun ... 33
4. Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Jumlah Daun Bibit
5. Tanaman Sukun ... 35
6. Analisis Rangcangan Percobaan Luas Daun Bibit Tanaman Sukun .... 35
7. Analisis Rancangan Percobaan Luas Tajuk Bibit Tanaman Sukun ... 36