• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Berbagai Ketebalan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Berbagai Ketebalan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain Pengacakan

Lampiran 2. Analisis rancangan percobaan pertambahan tinggi bibit tanaman Sukun.

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 1

(2)

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 7

Data tinggi bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 11

Perlakuan Ulangan

Hasil pengukuran pertambahan tinggi (cm) bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa

Perlakuan Ulangan Total

(3)

Analisis sidik ragam pertambahan tinggi bibit tanaman sukun

Tengah F.Hitung F.Tabel Perlakuan 5 1088.82267 217.764533 10.82703587 2.71 * Kelompok/ Blok 4 27.54333 6.88583333 0.34235678 2,67tn

Galad 20 402.26067 20.1130333

Total 29 1518.62667 52.3664368

Keterangan : tn : tidak nyata *: nyata

Lampiran 3. Analisis rancangan percobaan pertambahan diameter batang bibit tanaman Sukun

Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 1

Perlakuan Ulangan

Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 3

Perlakuan Ulangan

Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 5

(4)

Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 7

Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 9

Perlakuan Ulangan

Data diameter batang bibit tanaman sukun ( cm ) Minggu ke- 11

Perlakuan Ulangan

Hasil pengukuran pertambahan diameter (cm) bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa

Perlakuan

(5)

Analisis sidik ragam pertambahan diameter batang bibit tanaman sukun

Tengah F.Hitung F.Tabel

Perlakuan 5 0.23158 0.04632 5.471177 2.71*

Kelompok 4 0.02065 0.00516 0.609939 2,67tn

Galad 20 0.16931 0.00847

TOTAL 29 0.42154 0.01454

Keterangan : tn : tidak nyata ; *: nyata

lampiran 4. Analisis rancangan percobaan jumlah daun bibit tanaman sukun

Data jumlah daun bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa minggu ke-11

Ketebalan Ulangan Total Rata-rata

U1 U2 U3 U4 U5

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Analisis sidik ragam pertambahan jumlah daun bibit tanaman sukun

Sumber Keragaman Db

Jumlah Keragaman

Kuadrat

Tengah F.Hitung F.Tabel

Perlakuan 5 5,10000 1,02 3,55814 2.71*

Lampiran 5. Analisis rangcangan percobaan luas daun bibit tanaman sukun

Data luas daun bibit tanaman( cm2 ) sukun Minggu ke- 11

Perlakuan Ulangan total

(6)

Analisis sidik ragam luas daun bibit tanaman sukun Sumber

Keragama

n db Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah F.Hitung F.Tabel

Perlakuan 5 223371.2124 44674.24 2.838691 2.71*

Kelompok 4 99297.82853 24824.46 1.577396 2,61tn

Galad 20 314752.36812 15737.62

TOTAL 29 637421.4091 21980.05

Keterangan : tn : tidak nyata *: nyata

Lampiran 6. Analisis rancangan percobaan luas tajuk bibit tanaman sukun

Data luas tajuk bibit tanaman sukun ( cm2 ) Minggu ke- 11

Perlakuan Ulangan Total

Rata-rata

Analisis sidik ragam luas tajuk bibit tanaman sukun Sumber

Keragaman Db

Jumlah Kuadrat

Kuadrat

Tengah F.hitung F.Tabel Perlakuan 5 3882593.8017 776518.7603 2.94638 2.71*

Kelompok 4 4672233.899 1168058.475 4.43202 2.67*

Galad 20 5270989.8978 263549.4949

Total 29 13825817.6 476752.331

(7)

Lampiran 6. Dokumentasi selama penelitian

Kondisi bibit setelah diberi sabut kelapa kondisi bibit dan sabut kelapa setelah 90 hari pengamatan

Pada saat pengukuran diameter batang pada saat pengukuran tinggi tanaman

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Ai N. S., Lenak. 2014. Penggulungan daun pada tanaman monokotil saat kekurangan air. Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi. Manado.

http://jurnalbiologiFMIPA.com (diakses pada tanggal 3 Oktober 2016)

Alrasjid, H. 1993. Pedoman Penanaman Sukun (Arthocarpus altilisFosberg). Informasi Teknis No. 42. Pusat PenelitianPengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Badan Penelitiandan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Amnte, W.M. 2012, Pesona Danau Toba, Sumatera Utara. http://www.all-aboutindonesia.co.cc/2012/03/pesona-danau-toba-sumatera-utara.html/ [diakses pada tanggal 17 November 2015].

Anggraini N., Faridah E. , Dan Indrioko D. .2013. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap Perilaku Fisiologis Dan Pertumbuhan Bibit Black Locust (Robinia pseudoacacia) Bagian Silvikultur, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada. . file:///C:/Users/Joda/Downloads/10183-18964-1-PB.pdf. [diakses pada tanggal 17 November 2015].

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Statistik Daerah Kecamatan Silahisabungan 2015. Diakses dari http://www.dairikab.bps.go.id [17 November 2015].

Bramasto Y.U, dkk. (2015). Respon Pertumbuhan Bibitbambang Lanang (Michelia Champaca) Terhadap Cekaman. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman V ol. 12 No. 2, Agustus 2015, 81-91. Bogor .

Crafte, A.S., H.B., Currier and C.P. Stocking, 1949. Water in the Physiology of Plants. Waltham, Mass. USA. Published by The Chronoca Botanica Company. 240 p.

Damanik, B. Madjid. M, Hasibuan. Efendi. Bachtiar, Fauzi, Sarifuddin, Hanum. Hamidah. 2010. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. usupress. Medan

Daniel, T. W., J. A. Helms, dan F. S. Baker. 1987. Prinsip-prinsip Silvikultur. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Departemen Kehutanan. 2005. Tehnik Pembibitan dan Konservasi Tanah.Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. BukuI. Jakarta

(9)

Fitter, A. H., dan R.K.M. Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM Press. Yogyakarta.

Gardner, F. P., Pearce, R. B., and Mithcell, R. L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI Press. Jakarta.

Gomez, K .A dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. Diterjemahkan oleh E. Syamsuddin dan J.S. Baharsyah. UI Press. Jakarta.

Harjadi, S.S.M.M. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Khaerudin. 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kramer, PJ. 1969. plant and Soil Water Relationships. New York: Mc. Graw Hill Book Company. Inc. P 347.)

Lakitan, B. 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Lubis, K. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air Makalah Seminar. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Marcelis, LFM, Heuvelink, E & Goudriaan, J 1998,‘Modelling biomass production and yield of horticultural crops: A review, Sci Hortic., vol. 74, pp. 83-11.

Mashuri, M. 2009. Peluang Bisnis Sabut Kelapa : Cocopot untuk Reklamasi Lahan Bekas Tambang.http://produkkelapa.wordpress.com. [Diakses Desember 2015].

Ai N. S . 2012. .Evolusi Fotosintesis Pada Tumbuhan. Program Studi Biologi FMIPA,UniversitasSamRatulangi.Man

Pitojo, S. 1999. Budidaya Sukun. Kanisius. Jakarta.

PPT Bogor, 1990, Buku Keterangan Peta Satuan Lahan dan Tanah Lembar.

Subiyanto, B, Raskita. S dan Effendy, H. Jurnal Ilmu & Teknologi Kayu Tropis Vol. 1. No 1. 2003. Pemanfaatan Serbuk Sabut Kelapa Sebagai Bahan Penyerap Air Dan Oli Berupa Panel Papan Partikel.

http://jurnalmapeki.biomaterial-lipi.org. [Diakses Desember 2015].

(10)

Sunarjono, H. H. 1999. Prospek Perkebunan Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soemartono. 1990. Genetika Kuantitaif dan Biologi Molekuler. PAU-UGM. Yogyakarta.).

Song Dan Yunia Banyo .2013. Konsentrasi Klorofil Daun Sebagai Indikator Kekurangan Air Pada Tanaman. Manado. (diakses pada tanggal 3 Oktober 2016)

Taiz, L., E. Zeiger. 2002. Plant Physiology. Third Edition. Sinauer Associate Inc.Publisher Sunderland, Massachusetts. 667 p.

(11)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan

silahisabungan, Kabupaten Dairi. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan

yang dimulai dari bulan November 2015 sampai dengan Januari 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sukun

(Artocarpus communis Forst) umur 3 bulan dan anyaman dari sabut kelapa

dengan ukuran 40 cm x 40 cm dengan ketebalan 2 cm, 4 cm, 6 cm, 8 cm, 10 cm

yang bagian tengahnya di beri lubang ukuran 10 cm x 10 cm. Alat yang digunakan

dalam penelitian ini adalah alat tulis, timbangan digital, kertas label, penggaris,

kalkulator, jangka sorong, tally sheet, cutter, laptop/komputer (Microsoft exel dan

software image j).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) terdiri

atas 5 perlakuan dan 5 ulangan.

K0 = kontrol (tanpa perlakuan)

K1 = sabut kelapa ketebalan 2 cm

K2 = sabut kelapa ketebalan 4 cm

K3 = sabut kelapa ketebalan 6 cm

K4 = sabut kelapa ketebalan 8 cm

(12)

Untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan dilakukan dengan

sidik ragam berdasarkan model linier digunakan model statistika sebagai berikut :

Yij = µ + τi + βj + ∑ij

Keterangan :

Yij = Nilai hasil pengamatan pada ulangan ke-i dan kelompok ke-j

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh pemberian sabut kelapa dengan ketebalan ke-i

βj = pengaruh kelompok ke-j

∑ij = Pengaruh galat percobaan pada ulangan ke-i dan pemberian sabut kelapa ke-j

Pada pengolahan data dilakukan dengan uji F pada microsoft exel. Jika

ANOVA berpengaruh nyata terhadap uji F, maka dilanjutkan dengan uji lanjutan

berdasarkan uji jarak DMRT (Duncan Multiple Range Test)

(Gomez dan Gomez, 1995).

Prosedur Penelitian

1. Penyediaan Bibit

Bibit sukun yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bibit yang

berasal dari daerah Tanjung Morawa. Bibit sukun berumur 3 bulan sebanyak

30 bibit, yang akan ditanam di DTA Danau Toba, Desa Paropo, Kecamatan

Silahisabungan, Kabupaten Dairi.

2. Penanaman

Dilakukan penanaman bibit sukun di DTA Danau Toba, Desa Paropo

(13)

5 m x 5 m. bibit ditanam dengan melepas plastik polybag agar akar tanaman

dapat menembus tanah.

3. Persiapan Media Penahan Air

Disiapkan sabut kelapa dengan ketebalan yang telah ditentukan dan bagian

tengahnya telah diberi lubang dengan ukuran 10cm x 10 cm. Pemberian sabut

kelapa dilakukan dengan cara memasukkan bagian tajuk tanaman sukun ke

bagian lubang anyaman terlebih dahulu sehingga permukaan tanah disekitar

tanaman tertutup oleh sabut kelapa. Beri label sebagai penanda perlakuan

serta patok batas bawah sebagai titik awal pengukuran tinggi tanaman juga

menjaga konsistensi pengukuran.

4. Parameter Pengamatan

Sebelum dilakukan pengamatan parameter, dilakukan terlebih dahulu

pengambilan data. Pengamatan mulai dilakukan dua minggu setelah tanam (2

MST). Pengamatan dilakukan selama 3 bulan (Mansur dan Surahman, 2011).

Parameter yang diamati antara lain adalah :

a. Pertambahan tinggi (cm)

Pengukuran dilakukan dari awal pengamatan. Tinggi tanaman

diukur dari pangkal batang dipermukaan tanah hingga titik tumbuh bibit

menggunakan penggaris. Pengambilan data dilakukan dua minggu sekali.

b. Diameter bibit (cm)

Pengukuran dilakukan dari awal pengamatan. diameter diukur

menggunakan jangka sorong, diukur pada pangkal batang sekitar 3 cm dari

permukaan tanah yang sudah ditandai atau diberi patok batas. Pengukuran

(14)

c. Jumlah daun (helai)

Pengukuran dilakukan di akhir pengamatan. Jumlah seluruh daun

dihitung tiap dua minggu sekali selama penelitian. Daun yang dihitung

adalah daun yang sudah terbuka sempurna.

d. Luas Tajuk ( cm² )

Pengukuran luas Tajuk dilakukan pada akhir pengambilan data.

Gambar tajuk terlebih dahulu di foto dengan kamera secara vertikal,

selanjutnya di input ke komputer dan dihitung dengan menggunakan

program software komputer Image J.

e. Luas daun ( cm2 )

Pengamatan luas daun dilakukan pada akhir pengambilan data.

Luas daun terlebih dahulu di foto dengan kamera secara vertikal,

selanjutnya di input ke komputer dan dihitung dengan menggunakan

program software komputer Image J. Daun yang dihitung adalah daun ke

- 3 pada bibit.

f. Persen hidup bibit

Pengukuran persen hidup bibit dilakukan pada saat akhir

pengukuran. Persen hidup bibit sukun dihitung dengan membandingkan

jumlah bibit yang hidup dengan jumlah bibit sukun yang ditanam.

Pengukuran persen hidup dapat dihitung dengan persamaan

Keterangan:

�i =ni

N x 100%

(15)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pertambahan Tinggi Bibit Sukun

Pengukuran pertambahan tinggi bibit tanaman sukun dilakukan setiap 2

minggu dimulai dari minggu 1 sampai minggu ke-11 pengamatan dengan

menggunakan penggaris. Hasil pengukuran pertambahan tinggi bibit tanaman

sukun tersedia pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Hasil pengukuran pertambahan tinggi (cm) bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan pada Tabel 1 hasil pengukuran rata-rata pertambahan tinggi bibit

tanaman sukun menunjukkan bahwa pertambahan tinggi bibit tamanan sukun

yang paling tinggi adalah pada perlakuan K8 atau sabut kelapa dengan ketebalan

8 cm yaitu sebesar 22,98 cm. Sedangkan pertambahan tinggi bibit tanaman sukun

terendah adalah pada perlakuan K0 atau tanpa sabut kelapa yaitu sebesar 6,9 cm.

Setelah dilakukan sidik ragam di dapat hasil bahwa pemberian sabut kelapa

dengan berbagai ketebalan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit

tanaman sukun. Berdasarkan hasil Uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) di

dapat hasil bahwa perlakuan K6, K8, K10 memberikan pengaruh yang tidak

(16)

Pertambahan Diameter Bibit Sukun

Pengukuran pertambahan diameter bibit tanaman sukun dilakukan dari

awal sampai minggu ke-11 pengamatan dengan menggunakan jangka sorong.

Hasil pengukuran pertambahan diameter bibit tanaman sukun tersedia pada tabel

berikut ini :

Tabel 2. Hasil pengukuran pertambahan diameter (cm) bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa

Perlakuan

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Pertambahan diameter bibit sukun dengan berbagai perlakuan cukup

berbeda dengan tanpa perlakuan, terlihat bahwa pertambahan diameter terendah

terdapat pada perlakuan K0 atau tanpa sabut kelapa dengan rata-rata pertambahan

diameter sebesar 0,31 cm, sedangkan yang tertinggi terdapat pada perlakuan K8

atau ketebalan sabut kelapa 8 cm yaitu rata-rata sebesar 0,562 cm.berdasarkan

hasil sidik ragam didapat hasil bahwa pemberian berbagai ketebalan sabut kelapa

terhadap bibit tanaman sukun berpengaruh nyata. Setalah di lakukan Uji DMRT

(Duncan Multiple Range Test) menunjukkan bahwa perlakuan K8 menunjukkan

pengaruh yang berbeda nyata terhadap perlakuan K0, K2, K4, K6 dan K10.

Jumlah Daun Bibit Sukun

Pengukuran jumlah daun tanaman sukun dilakukan pada minggu ke-11.

(17)

pengukuran pertambahan jumlah daun bibit tanaman sukun tersedia pada tabel

berikut ini :

Tabel 3. Hasil Pengamatan jumlah daun bibit sukun dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil pengukuran jumlah daun yang tertera pada Tabel 3

diatas bahwa jumlah rata-rata jumlah daun terbanyak terdapat pada ketebalan 4

Cm dan 8 Cm yakni 6,6 helai daun selama 90 hari pengamatan, sedangkan untuk

jumlah daun rata-rata paling sedikit adalah K0 atau tanpa sabut kelapa yaitu 5,4

helai daun selama 90 hari. Setelah dilakukan sidik ragam didapat hasil bahwa

pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan pada bibit tanaman sukun

berpengaruh nyata, kemudian dilanjut dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range

Test) menunjukkan bahwa perlakuan K2, K4, K6, K8, K10 memberikan pengaruh

yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan K0.

Luas Daun Bibit Sukun

Pengambilan gambar luas daun bibit tanaman sukun dilakukan di akhir

pengamatan yaitu minggu ke-11 dengan menggunakan kamera dan pengaris. Hasil

pengukuran luas daun setelah di ukur dengan software image j tersedia pada tabel

(18)

Tabel 4. Hasil pengukuran luas daun bibit tanaman sukun ( cm2 ) dengan berbagai parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa

Perlakuan

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil pengukuran luas daun bibit tanaman sukun yang terdapat

pada Tabel 4 diatas bahwa luas daun rata-rata terluas terdapat pada sabut kelapa

dengan ketebalan 8 cm atau K8 yaitu 396,524 cm², sedangkan luas daun rata-rata

terkecil terdapat pada tanpa pemberian sabut kelapa yaitu 131,1596 cm². Pada

pengujian nilai analisis sidik ragam diperoleh hasil bahwa perlakuan pemberian

sabut kelapa berbagai ketebalan berpengaruh nyata. Setelah dilakukan uji lanjutan

yaitu uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) menunjukkan bahwa perlakuan

K4, K8 dan K10 memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata tetapi berbeda

nyata terhadap perlakuan K0, K2 dan K6.

Luas Tajuk

Pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun dilakukan di akhir pengamatan

yaitu pada minggu ke-11 dengan menggunakan kamera dan pengaris. Hasil

pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun setelah di ukur dengan software image

(19)

Tabel 5. Hasil pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun (cm²) dengan berbagai

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Berdasarkan hasil pengukuran luas tajuk bibit tanaman sukun yang

terdapat pada tabel 5 diatas bahwa rata-rata luas tajuk terluas tedapat pada sabut

kelapa dengan ketebalan 8 cm atau K8 yaitu 1666.48 cm². sedangkan rata-rata

luas tajuk terkecil terdapat pada tanpa sabut kelapa atau K0 yakni 573.92 cm² .

Setelah dilakukan uji F didapat hasil bahwa pemberian sabut kelapa dengan

berbagai ketebalan terhadap bibit tanaman sukun sangat berpengaruh nyata.

Dilanjutkan dengan pengujian uji DMRT (Duncan Multiple Range Test)

menunjukkan bahwa perlakuan K4 dan K8 memberikan pengaruh yang tidak

berbeda nyata tetapi berbeda nyata terhadap perlakuan K0, K2, K6 dan K10.

Persen Hidup Bibit

Bibit tanaman sukun yang ditanam di DTA Danau Toba menunjukkan

bahwa semua bibit tanaman sukun hidup dan tumbuh dengan kondisi fisik

tanaman yang berbeda sesuai dengan perlakuan yang diberikan pada saat

(20)

Tabel 6. Persen hidup bibit tanaman sukun

Keterangan : Tanda √ merupakan tanaman yang hidup Tanda – merupakan tanaman yang mati

Persen tumbuh bibit = 3030 × 100% = 100 %

100 % bibit tanaman sukun hidup dengan berbagai kondisi, seperti kerdil maupun

tumbuh dengan subur.

Pembahasan

Tanaman sukun dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan iklim. Hal ini

membuat tanaman sukun menjadi pilihan dalam upaya reboisasi atau penghijauan.

Kemampuan tumbuh bibit tanaman sukun pada kondisi iklim yang berbeda

membuat tanaman sukun dapat ditanam di berbagai tempat termasuk di daerah

tangkapan air danau toba desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten

Dairi. Menurut Pitojo (1999) bahwa tanaman sukun dapat ditanam di segala jenis

tanah dan tanaman sukun juga memiliki toleransi tinggi terhadap keadaan tanah,

sehingga memiliki daerah penyebaran yang luas. Tanaman sukun mampu tumbuh

dengan baik di dataran rendah dan dataran sedang. Sukun relatif kuat terhadap

keadaan iklim. Iklim mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan sukun adalah di

tempat terbuka dan banyak menerima panas sinar matahari. Hal ini dibuktikan

dengan jumlah bibit tanaman yang ditanam baik dengan pemberian sabut kelapa

berbagai ketebalan maupun tanpa pemberian sabut kelapa dapat tumbuh dan hidup

(21)

beri sabut kelapa dengan yang tidak di beri sabut kelapa. Bramasto , dkk (2015)

Persen hidup bibit tanaman sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air, bibit

akan mengalami kelayuan apabila kekurangan air demikian pula apabila dalam

kondisi tergenang. Hal ini berarti bahwa ketersediaan air mutlak diperlukan

bagi pertumbuhan anakan. Kemampuan tumbuh bibit tanaman sukun di berbagai

kondisi iklim dan tempat tidak membuat tanaman tersebut tumbuh sesuai dengan

yang di inginkan sehingga pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan

untuk membantu tanaman dalam mencukupi kebutuhan air untuk proses

metabolisme terutama proses transpirasi dan fotosintesis tanaman. Menurut

Daniel et al.(1987) bahwa Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

tanaman adalah air. Air merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan

suatu tanaman. Selain dalam proses transpirasi dan fotosintesis, air juga berperan

dalam penyerapan unsur hara yang diperlukan tanaman. Kebutuhan air oleh suatu

tanaman umumnya selalu berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air

yang diberikan dalam penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari

pertumbuhan tanaman itu sendiri. Kekurangan air akan mengganggu aktifitas

fisiologis maupun morfologis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.

Defisiensi air yang terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel

(tidak dapat balik) dan pada gilirannya tanaman akan mati.

Kemampuan tumbuh tersebut tidak berarti membuat tanaman sukun pada

saat masih usia bibit mampu tumbuh dengan baik saat ditanam di tempat yang

baru. Akar bibit yang baru ditanam ditempat yang baru akan memulai proses

adaptasi tumbuh untuk mencari sumber nutrisi dan air serta iklim di sekitarnya.

(22)

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pemberian sabut

kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh yang nyata bagi bibit

tanaman sukun. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji sidik ragam yang

menunjukkan bahwa sabut kelapa mampu memberikan dukungan dalam

mempertahankan hidup bibit. Bibit tanaman sukun yang diberi sabut kelapa

tumbuh dengan baik bila dibandingkan dengan bibit tanaman yang tidak diberi

sabut kelapa. Menurut Soemartono (1990) bahwa air sangat dibutuhkan oleh

tanaman dalam semua proses fisiologis tanaman termasuk pembelahan sel dan

proses pembentukan daun. Ketersediaan air juga akan mempengaruhi jumlah

gugurnya daun karena jumlah air di daun harus cukup sehingga daun tidak layu

atau kering. Fitter dan Hay (1981) keadaan cekaman air menyebabkan penurunan

turgor pada sel tanaman dan berakibat pada menurunnya proses fisiologi. Air

memegang peranan penting bagi tanaman. Kandungan air pada tanaman akan

dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan salah satunya ialah kandungan air itu sendiri.

Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk pembelahan

dan pembesaran sel yang terwujud dalam pertambahan tinggi tanaman, pembesaran

diameter, perbanyakan daun dan pertumbuhan akar.

Hasil Pengamatan yang dilakukan secara fisik pada tanaman yang di uji

dengan berbagai perlakuan berdasarkan parameter yang ditentukan menunjukkan

perbedaan yang cukup nyata . Semua bagian dari tumbuhan yang tumbuh

mengikuti efek dari perlakuan yang diberikan. Efek yang dimaksud adalah

ketebalan sabut kelapa yang diberikan pada bibit tanaman sukun . Air yang

tersimpan dalam sabut kelapa menyediakan kebutuhan tanaman dalam proses

pertumbuhan. Dalam penelitian ini didapat hasil uji berdasarkan uji DMRT bahwa

(23)

pengaruhnya artinya pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan

memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun

tetapi antar ketebalan sabut kelapa tidak berbeda nyata pengaruhnya. Proses

fotosintesis, tranportasi dan transpirasi pada perlakuan pemberian sabut kelapa

berjalan dengan baik ditunjukkan dengan fisik bibit tanaman mengalami

pertambahan ukuran seperti tinggi, diameter, jumlah daun, luas daun, luas tajuk

serta persen hidup bibit. Menurut pernyataan Lubis (2000) bahwa jika tanaman

kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan hasil akan menurun.

Pemberian yang di bawah kondisi optimum bagi pertumbuhan tanaman, akan

berakibat tanaman akan terhambat (tanaman menjadi kerdil) ataupun terlambat

untuk memasuki fase vegetatif selanjutnya. Harjadi (1979) juga menyatakan

bahwa ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan

perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman. Novita

Anggraini , dkk (2013) Pertumbuhan mampu dicapai melalui pembelahan,

pembesaran dan diferensiasi sel, dan melibatkan faktor genetik, fisiologi, ekologi,

morfologi serta interaksi kompleksnya. Kualitas dan kuantitas pertumbuhan

tergantung pada aktivitas yang terjadi pada tubuh tanaman yang dipengaruhi oleh

ketersediaan air tanaman.

Pada pengukuran fisik bibit tanaman sukun yang diberi sabut kelapa

menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan dengan bibit tanaman sukun yang

tidak diberi sabut kelapa. Ditunjukkan dengan data rata-rata hasil pengukuran

pada bibit tanaman sukun tanpa sabut kelapa merupakan yang terendah. Hal ini

mengindikasikan bahwa sabut kelapa dengan dugaan kemampuan menyediakan

(24)

positif pada pertumbuhan tanaman sukun. sesuai dengan pernyataan subyanto et al

(2003) bahwa sabut kelapa segar mengandung tanin 3,12%. Senyawa tanin dapat

mengikat enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba menjadi tidak

aktif. Serbuk sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket

serbuk sabut kelapa yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan

pertanian. Karakteristik sifat daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya

serap air papan partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara

3,5 sampai 5,5 kali dari beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya

berkisar antara 2,5 sampai 4 kali dari beratnya.

Salah satu adaptasi tanaman dalam menghadapi keadaan defisit air yaitu

dengan menggugurkan daun atau menggulung daun guna mengurangi proses

transpirasi berlebih oleh tanaman. Hal ini tidak terjadi pada tanaman yang diteliti

karena hasil pengamatan daun tumbuh dengan baik dan terbuka sempurna. Ai

N.S. dan Lenak A.A. ( 2014 ) Penggulungan daun merupakan salah satu bentuk

mekanisme drought avoidance pada tumbuhan dengan cara menurunkan laju

evapotranspirasi atau dengan meningkatkan absorpsi air pada tanah kering untuk

mempertahankan potensial air daun tetap tinggi. Rendahnya tingkat penggulungan

daun berkorelasi positif dengan meningkatnya potensial air daun. Sukarman dan

dkk (2006) Tanaman memiliki reaksi yang sangat kompleks menghadapi

kekeringan atau tergenang air. Bentuk morfologi, anatomi dan metabolisme

tanaman yang berbeda menyebabkan tanaman memiliki respon yang

beragam.

Luas daun dengan luas tajuk memberikan pengaruh kepada proses

(25)

daun membuat proses fotosistesis berjalan dengan lancar, namun dengan semakin

luasnya tajuk akan membuat transpirasi tanaman akan semakin besar. Menurut

Hsiao et al. dalam Gardner et al. (1991) bahwa Air seringkali membatasi

pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya. Respon tumbuhan terhadap

kekurangan air dapat dilihat pada aktivitas metabolismenya, morfologinya, tingkat

pertumbuhannya, atau produktivitasnya. Pengaruh kekurangan air selama tingkat

vegetatif adalah berkembangnya daun-daun yang ukurannya lebih kecil, yang

dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan air juga mengurangi sintesis

klorofil dan mengurangi aktivitas beberapa enzim (misalnya nitat reduktase).

Banyo Y. dan Song N.A. (2014) Penurunan kandungan klorofil pada saat tanaman

kekurangan air berkaitan dengan akitivitas perangkat fotosintesis dan menurunkan

laju fotosintesis tanaman. Nio Song Ai (2012) Fotosintesis merupakan proses

metabolisme yang sangat penting pada tumbuhan, hal-hal yang harus dipenuhi

dalam fotosintesis adalah cahaya, CO2, O2, klofil dan air. Air sangat

berpengaruh pada turgiditas sel penjaga stomata, apabila kekurangan air

maka turgiditas sel akan menurun dan akan menyebabkan stomata menutup.

Tabel 7. Korelasi Antar Perlakuan

Parameter tinggi Keterangan: 0.00-0.199 : Sangat lemah ; 0.20-0.399 : Rendah ; 0.40-0.599 : Cukup 0.60-0.799 : Kuat ; 0.80-1.000 : sangat kuat

Korelasi menunjukkan hubungan antar dua variabel parameter.

(26)

diamati saling mendukung dan saling berhubungan karena pada dasarnya semua

parameter yang diamati adalah proses pertumbuhan. Korelasi terkuat terlihat di

antara luas daun dengan luas tajuk yaitu sebesar 0,747, dalam hal ini berarti

luasnya daun dan luasnya tajuk akan semakin menambah banyaknya jumlah

energi dan sumber makanan bagi tanaman yang akan tersedia. korelasi yang

lemah ditunjukkan oleh korelasi antara luas tajuk dengan diameter batang yaitu

sebesar 0,1642. Crafte et al (1949) bahwa Air merupakan kebutuhan pokok bagi

semua tanaman juga merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma sel.

Di samping itu, air adalah komponen utama dalam proses fotosintesis,

pengangkutan assimilate hasil proses ini kebagian-bagian tanaman hanya

dimungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman. Dengan peranan tersebut

jumlah pemakaian air oleh tanaman akan berkorelasi posistif dengan produksi

biomassa tanaman, hanya sebagian kecil dari air yang diserap akan menguap

(27)

KESIMPULAN

Kesimpulan

Pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh

yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun umur 3 bulan berdasarkan

parameter petambahan tinggi,diameter,jumlah daun serta luas daun dan tajuk.

Saran

Pemanfaatan sabut kelapa sebagai media untuk menyimpan air guna

membantu bibit tanaman untuk berdaptasi terhadap lingkungan sebaiknya dapat

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)

Taksonomi tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) yaitu: Kingdom :

Plantae (Tumbuhan), Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh),

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta

(Tumbuhan berbunga), Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil), Sub

Kelas : Dilleniidae, Ordo : Urticales, Fa

Genus :

Botani Tanaman Sukun (Artocarpus communis Forst.)

Tanaman sukun merupakan tanaman multiguna, dimana: buah dapat

digunakan sebagai bahan makanan, bunga digunakan sebagai bahan ramuan

obat-obatan; daun dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan kayunya dapat

digunakan sebagai bahan perkakas rumah tangga. Sampai saat ini, pengembangan

dan pemanfaatan tanaman sukun masih terbatas, belum dibudidayakan secara

intensif, buahnya masih diolah dalam skala industri rumah tangga dan dipasarkan

untuk memenuhi permintaan lokal. Budidaya Tanaman sukun belum secara

intensif, masih sebagai tanaman pekarangan, sehingga memunculkan

permasalahan terkait pengembangan tanaman Sukun, antara lain: (1). Perusahaan

pengolah buah sukun masih dalam betuk home industri. (2). Ketersedian bahan

baku masih terbatas, karena produksi buah sukun masih tergantung pada musim.

(3). Terbatasnya akses permodalan. (4). Minat Petani untuk membudidayakan

tanaman sukun masih rendah. (5). Belum adanya kepastian pasar (Departemen

(29)

Tanaman sukun dapat ditanam di segala jenis tanah dan tanaman sukun

juga memiliki toleransi tinggi terhadap keadaan tanah, sehingga memiliki daerah

penyebaran yang luas. Tanaman sukun mampu tumbuh dengan baik di dataran

rendah dan dataran sedang. Sukun relatif kuat terhadap keadaan iklim. Iklim

mikro yang sangat ideal bagi pertumbuhan sukun adalah di tempat terbuka dan

banyak menerima panas sinar matahari. Pohon sukun bertajuk rimbun dengan

percabangan melebar kesamping dan tingginya dapat mencapai 10-20 meter, kulit

batangnya hijau kecoklatan. Pohon sukun membentuk percabangan sejak

ketinggian 1,5 meter dari tanah. Tekstur kulitnya sedang. Pohon sukun yang

dipangkas akan cepat membentuk cabang kembali (Pitojo, 1999).

Tanaman sukun merupakan tanaman hutan yang tingginya mencapai 20 m.

Kulit kayunya berserat kasar, dan semua bagian tanaman bergetah encer. Daunnya

lebar, bercagap menjari dan berbulu kasar. Bunganya keluar dari ketiak daun pada

ujung cabang dan ranting, tetapi masih dalam satu pohon (berumah satu). Bunga

jantan berbentuk tongkat panjang yang biasa disebut ontel. Bunga betina

berbentuk bulat bertangkai pendek yang biasa disebut babal seperti pada

nangka.Bunga betina ini merupakan bunga majemuk sinkarpik. Kulit buah

bertonjolan rata sehingga tidak jelas yang merupakan bekas putik dari bunga

tersebut (Sunarjono, 1999).

Tanaman sukun memiliki banyak kegunaan, antara lain buah sukun yang

merupakan hasil utama dimanfaatkan sebagai bahan makanan, diolah menjadi

berbagai macam makanan, misalnya getuk sukun, klepon sukun, stik sukun,

(30)

sebagai bahan bangunan maupun dibuat papan kayu yang kemudian dikilapkan

(Departemen kehutanan, 1998).

Tempat Tumbuh

Tanaman sukun dapat tumbuh dan dibudidayakan pada berbagai jenis

tanah. Sukun juga toleran terhadap curah hujan yang sedikit maupun curah hujan

yang tinggi dengan kelembaban 60-80%, namun lebih sesuai pada daerah-daerah

yang cukup banyak mendapat penyinaran matahari.Tanaman sukun tumbuh baik

di tempat yang lembab, panas, dengan temperatur antara 15-38°C.Tanaman sukun

ditanam di tanah yang subur, dalam dan drainase yang baik, tetapi beberapa

varietas tanpa biji dapat tumbuh baik di tanah berpasir (Tridjaja, 2003).

Iklim mikro yang baik untuk pertumbuhan tanaman sukun adalah pada

lahan terbuka dan banyak menerima sinar matahari, sebagai indikator adalah

apabila tanaman keluwih bisa tumbuh dengan baik maka sukun juga bisa tumbuh

asal daerahnya tidak berkabut. Sukun dapat tumbuh pada semua jenis tanah (tanah

podsolik merah kuning, tanah berkapur, tanah berpasir), namun akan lebih baik

bila ditanam pada tanah gembur yang bersolum dalam, berhumus dan tersedia air

tanah yang dangkal. Tanaman sukun tidak baik dikembangkan pada tanah yang

memiliki kadar garam tinggi (Alrasjid, 1993).

Media Tanam Tumbuhan

Tanah yang digunakan sebagai media pembibitan harus memiliki

kesuburan yang baik, tidak berkerikil, memiliki aerasi yang baik, tidak terlalu

mengandung liat, sumber air cukup tersedia dan berkualitas baik. Hal yang

(31)

medianya. Media yang memiliki sifat fisik baik memiliki struktur remah, daya

serap dan daya simpan air baik serta kapasitas udaranya cukup (Khaerudin, 1999)

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.

Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang

ingin ditanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis

tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini

disebabkan setiap daerah memiliki kelembaban dan kecepatan angin yang

berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah

sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur

hara. Jenis media tanam yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama

(Khaerudin, 1999).

Sabut kelapa segar mengandung tanin 3,12%. Senyawa tanin dapat

mengikat enzim yang dihasilkan oleh mikroba sehingga mikroba menjadi tidak

aktif. Serbuk sabut kelapa ini juga telah dikembangkan untuk pembuatan briket

serbuk sabut kelapa yang digunakan sebagai bahan penyimpan air pada lahan

pertanian. Karakteristik sifat daya serap airnya sangat berbeda dengan sifat daya

serap air papan partikel yang terbuat dari kayu, yaitu sifat daya serap airnya antara

3,5 sampai 5,5 kali dari beratnya, sedangkan untuk sifat daya serap air nilainya

berkisar antara 2,5 sampai 4 kali dari beratnya. Berdasarkan sifat penyerapan air

dan oli yang tinggi ini memungkinkan pemanfaatan produk papan partikel yang

terbuat dari serbuk sabut kelapa ini dapat digunakan sebagai bahan penyerap air

atau oli. Disamping itu dapat digunakan sebagai pengganti papan busa (stiroform)

sebagai bahan pembungkus anti pecah yang ramah lingkungan karena bahan ini

(32)

Pengolahan sabut kelapa menghasilkan serat sabut dan serbuk kelapa.

Pemanfaatan keduanya sangat banyak. Seperti seratnya dapat dimanfaatkan untuk

aneka kerajinan rumah tangga seperti sapu, keset, dan untuk bahan jok mobil,

untuk reklamasi seperti cocomesh, untuk membantu kesuburan tanah seperti coco

pot dan lain-lain. (Mashuri, 2009).

Kandungan Air Tanah

Kandungan air didalam tanah merupakan faktor yang paling penting dalam

menentukan keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman. Kandungan air

didalam tanah sangat dipengaruhi oleh iklim, curah hujan dan dipengaruhi oleh

sifat tanah seperti tekstur dan struktur tanah. Persentase kandungan air tanah

berbeda dengan berbedanya sifat tekstur tanah. Tanaman yang cukup air, stomata

dapat dipertahankan selalu membuka untuk menjamin kelancaran pertukaran

gas-gas di daun termasuk CO2 yang berguna dalam aktifitas fotosisntesis, aktivitas

yang tinggi menjamin pula tingginya kecepatan pertumbuhan tanaman (Bayer,

1976).

Air tersedia bagi pertumbuhan tanaman merupakan air yang terikat antara

kelembapan kapasitas lapang dan pada kelembapan titik layu permanen. Air harus

cukup tersedia di dalam tanahguna dapat melarutkan pupuk yang diberikan,

karena tanaman hanya dapat menyerap unsur hara dalam bentuk terlarut didalam

larutan tanah. Air tanah sangat berperan dalam hal mekanisme pergerakan hara ke

akar tanaman. Perkembangan akar tanaman sangat dirangsang oleh kondisi tanah

yang lembab, sehingga kesempatan dari akar untuk lebih dekat dengan unsur hara

yang berasal dari pupuk akan lebih besar. Demikian juga dengan aliran massa

(33)

akan mengangkut unsur-unsur hara ke akar dari daerah yang jauh dari jangkauan

akar (Damanik et al., 2010).

Air sangat berfungsi bagi pertumbuhan tanaman, khususnya air tanah yang

digunakan oleh tumbuhan sebagai bahan melalui proses fotosintesis. Air diserap

tanaman melalui akar bersama dengan unsur hara yang larut di dalamnya,

kemudian diangkut melalui pembuluh Xylem (Lakitan, 1993).

Sel tanaman yang telah kehilangan air dan berada pada tekanan turgor

yang lebih rendah daripada nilai maksimumnya, disebut menderita stress air. Hal

ini merupakan suatu istilah yang menyesatkan karena stress mempunyai defenisi

yang tepat dalam mekanika dan dapat dengan mudah diukur. Stress air adalah

suatu istilah yang sangat tidak tepat, yang menunjukkan bahwa kandungan air sel

telah turun dibawah nilai optimum, menyebabkan suatu tingkat gangguan

metabolisme (Fitter, 1981).

Kekeringan juga memodifikasi komponen morfologi tanaman melalui

penurunan nisbah luas daun ( leaf area ratio /LAR) dan luas daun spesifik (

specific leaf area ), yang merupakan indikator ketebalan daun dan

memungkinkan tanaman memiliki kepadatan protein daun lebih tinggi sehingga

meningkatkan kapasitas fotosintesis (Marcelis et al. 1998).

Air seringkali membatasi pertumbuhan dan perkembangan tanaman

budidaya. Respon tumbuhan terhadap kekurangan air dapat dilihat pada aktivitas

metabolismenya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya, atau produktivitasnya.

Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap

kekurangan air. Kekurangan air akan mempengaruhi turgor sel sehingga akan

(34)

kekurangan air selama tingkat vegetatif adalah berkembangnya daun-daun yang

ukurannya lebih kecil, yang dapat mengurangi penyerapan cahaya. Kekurangan

air juga mengurangi sintesis klorofil dan mengurangi aktifitas beberapa enzim.

Kekurangan air justru meningkatkan aktivitas enzim-enzim hidrolisis (Hsiao et al.

dalam Gardner et al. 1991).

Jika tanaman kekurangan air, maka proses pertumbuhan terhambat dan

hasil akan menurun. Pemberian yang di bawah kondisi optimum bagi

pertumbuhan tanaman, akan berakibat tanaman akan terhambat (tanaman

menjadi kerdil) ataupun terlambat untuk memasuki fase vegetatif selanjutnya

(Lubis. 2000).

ketersediaan air sangat mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman dan

perkembangan jaringan-jaringan meristem pada titik tumbuh tanaman.

Ketersediaan air tanah ditentukan oleh banyaknya air kapiler yaitu air yang berada

di antara kapasitas lapang dan layu permanen (Harjadi 1996).

Karakteristik Lokasi

Danau Toba merupakan danau terbesar di Indonesia, dengan luas

permukaan ±112.970 ha dengan perairan terdalam berkisar 435 m terletak pada

ketinggian 906 di atas permukaan laut. Danau Toba terletak antara 2-3 LU dan 98-

99 BT. Dasar danau kebanyakan terdiri dari batu-batuan dan pasir. Pada bagian

tertentu terdapat endapan lumpur dan daerah sekitar Danau Toba dikelilingi oleh

perbukitan. Selain itu, Danau Toba juga merupakan danau terbesar di Asia

Tenggara. Danau Toba mempunyai luas permukaan lebih kurang 1.100 km2

(35)

Danau Toba terbentuk sebagai akibat terjadinya runtuhan (depresi)

tektonik vulkanis yang dahsyat pada zaman Pleiopleistosen dengan luas 1100

km2. Ketinggian permukaan air Danau Toba yang pernah diamati dan dicatat

adalah sekitar ± 906 meter dpl (diatas permukaan laut). Kedalaman air Danau

Toba berkisar 400 – 600 meter dan terdapat di depan teluk Haranggaol (± 460

meter). Jenis tanah yang terdapat disekeliling Danau Toba mempunyai sifat

kepekaan terhadap erosi yang cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dengan

banyaknya bagian yang terkena longsor dan adanya singkapan batuan sesi (PPT

Bogor, 1990).

Secara geografis Kecamatan Silahisabungan berada di wilayah pinggir

Kabupaten Dairi dan berada di pinggiran Danau Toba yang berbatasan langsung

dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Samosir. Sebagian besar arealnya terdiri

dari Pegunungan yang bergelombang dan hanya sebagian kecil yang datar/rata.

Sebagian besar adalah hutan, maka iklim di daerah ini adalah iklim sedang. Luas

wilayah Kecamatan Silahisabungan adalah 75,62 km2. Desa Silalahi II merupakan

desa yang memiliki wilayah terluas dengan luas wilayah 1819 km2 atau sekira

24,05 persen dari luas wilayah Kecamatan Silahisabungan, sedangkan desa

dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Paropo I dengan luas wilayah 1.119

km2, atau sekitar 14,8 persen dari luas wilayah kecamatan Silahisabungan. Semua

desa di Silahisabungan berada di tepi hutan, dengan luas wilayah sebesar 75,62

km, 3,24% merupakan lahan pertanian padi sawah, masyarakat sekitar hutan juga

menggunakan sebagian lahan untuk digunakan sebagai lahan pertanian, baik padi

(36)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberadaan hutan dan lahan Daerah Tangkapan Air (DTA) Danau Toba

belakangan ini semakin menunjukkan penurunan kualitas dan kuantitas. Lahan

kritis dan lahan kosong yang dianggap beberapa penyebabnya adalah bekas

tebangan maupun bekas kebakaran banyak di jumpai sepanjang pinggiran Danau

Toba. Upaya rehabilitasi dan reboisasi telah banyak dilakukan sejak beberapa

tahun terakhir, namun peningkatan kualitas tutupan lahan dan kualitas lingkungan

hidup belum menunjukkan perubahan. Penggundulan hutan di daerah tersebut,

bukan hanya menghilangkan keindahan alam, tetapi juga mengakibatkan

permukaan air Danau Toba tidak stabil dan cenderung menurun. Salah satu hal

yang dilakukan untuk merehabilitasi lahan di sekitar Danau Toba adalah dengan

menanam tanaman sukun .

Tanaman sukun merupakan salah satu pohon yang tersebar diseluruh

nusantara. Tanaman sukun mempunyai daun yang lebar dan lebat sehingga dapat

digunakan untuk pakan ternak.Sukun juga mempuyai buah yang dapat dimakan

sebagai pengganti beras karena sumber kalori dan kandungan gizinya yang tinggi,

sehingga tanaman sukun berkontribusi terhadap upaya global dalam menjamin

ketahanan pangan. Sistem agroforestri sederhana dapat dilakukan dalam

penanaman sukun, dimana pohon/tanaman tahunan ditanam secara tumpang sari

dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim (Pitojo, 1999).

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah air. Air

merupakan faktor penting dalam menunjang pertumbuhan suatu tanaman. Selain

(37)

unsur hara yang diperlukan tanaman. Kebutuhan air oleh suatu tanaman umumnya

selalu berbeda-beda, oleh karena itu banyak sedikitnya air yang diberikan dalam

penyiraman sangat mempengaruhi kondisi dari pertumbuhan tanaman itu sendiri.

Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,

sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang

terus-menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada

gilirannya tanaman akan mati (Daniel et al., 1987).

Sabut kelapa merupakan hasil sampingan dari kelapa yang kegunaannya

telah banyak diaplikasikan dalam berbagai bidang misalnya sebagai media

tumbuh tanaman. Dengan sifat bahan yang mudah menyerap air dan merupakan

bahan organik sangat membantu tanaman dalam menyediakan, menyimpan serta

melindungi tanaman dari berbagai jenis gulma (Mashuri, 2009). .

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh berbagai

ketebalan sabut kelapa untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis

Forst) pada lahan.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah memberi informasi

mengenai ukuran ketebalan anyaman sabut kelapa sebagai penahan air yang tepat

untuk pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst).

Hipotesis Penelitian

Berbagai ketebalan Sabut kelapa berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan

(38)

ABSTRACT

RIWAN TUMANGGOR. Effect of Various Coconut Fiber thickness on Growth Seeds Breadfruit (Artocarpus communis Forst) On the DTA Lake Toba. Supervised by: AFIFFUDIN Dalimunthe SP, MP and Dr. BUDI UTOMO SP, MP.

Forest is the utilization of natural resources is now becoming vital for the fulfillment of human needs. The utilization of an impact on climate change and forest cover due to the absence of efforts to repair the consequences of such exploitation. Replanting is the right solution to restore the function and the area covered forest. In this case the water is very important to support the growth of the plants so that the required materials capable of storing water such as coconut husk. This research was conducted in the village Paropo Silahisabungan District of Dairi. The method used is to analyze the effect of coconut husk with various thicknesses based on the results of the measurement data for 90 days. Parameters measured were as height, increase stem diameter, number of leaves, leaf area, wide canopy and the survival rate of seedlings. Analysis of the data by using random sampling in non-factorial.

Based on the results of the study stated that the granting of coco with various thicknesses significant effect on the growth of seedlings of breadfruit plants for 90 days of observation. Average measurement results - the highest average parameters are as height showed K8 is 22.98 cm, the increase in diameter showed K8 is 0.562 cm, number of leaves showed K4 and K8 6.6

strands, leaf area showed K8 is 396.52 cm2, spacious K8 header indicates that

1666.48 cm2.

(39)

ABSTRAK

RIWAN TUMANGGOR. Pengaruh Sabut Kelapa Berbagai Ketebalan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus Communis Forst) Pada DTA Danau Toba. Dibimbing oleh : AFIFFUDIN DALIMUNTHE SP,MP dan Dr. BUDI UTOMO SP,MP.

Hutan merupakan sumber daya alam yang pemanfaatannya saat ini menjadi vital bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Pemanfaatan tersebut berdampak pada perubahan iklim dan luas tutupan hutan karena tidak adanya upaya untuk memperbaiki akibat dari eksploitasi yang berlebihan tersebut. Penanaman kembali merupakan solusi yang tepat guna mengembalikan fungsi dan luas tutupan hutan.dalam hal ini air sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga dibutuhkan bahan yang mampu menyimpan air seperti sabut kelapa. Penelitian ini dilakukan di desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis pengaruh pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan berdasarkan hasil data pengukuran selama 90 hari. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter batang, jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan persen hidup bibit. Analisis data dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non-Faktorial.

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun selama 90 hari pengamatan. Hasil pengukuran rata – rata parameter yang tertinggi adalah pertambahan tinggi menunjukkan K8 yaitu 22,98 cm, pertambahan diameter menunjukkan K8 yaitu 0,562 cm, jumlah daun menunjukkan K4 dan K8 yaitu 6,6 helai, luas daun menunjukkan K8 yaitu 396,52 cm2, luas tajuk menunjukkan K8 yaitu 1666,48 cm2.

(40)

PENGARUH BERBAGAI KETEBALAN SABUT KELAPA

TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN SUKUN

(Artocarpus communis Forst) DI DAERAH TANGKAPAN AIR

DANAU TOBA

OLEH:

SKRIPSI

RIWAN TUMANGGOR 121201078/BUDIDAYA HUTAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(41)

ABSTRACT

RIWAN TUMANGGOR. Effect of Various Coconut Fiber thickness on Growth Seeds Breadfruit (Artocarpus communis Forst) On the DTA Lake Toba. Supervised by: AFIFFUDIN Dalimunthe SP, MP and Dr. BUDI UTOMO SP, MP.

Forest is the utilization of natural resources is now becoming vital for the fulfillment of human needs. The utilization of an impact on climate change and forest cover due to the absence of efforts to repair the consequences of such exploitation. Replanting is the right solution to restore the function and the area covered forest. In this case the water is very important to support the growth of the plants so that the required materials capable of storing water such as coconut husk. This research was conducted in the village Paropo Silahisabungan District of Dairi. The method used is to analyze the effect of coconut husk with various thicknesses based on the results of the measurement data for 90 days. Parameters measured were as height, increase stem diameter, number of leaves, leaf area, wide canopy and the survival rate of seedlings. Analysis of the data by using random sampling in non-factorial.

Based on the results of the study stated that the granting of coco with various thicknesses significant effect on the growth of seedlings of breadfruit plants for 90 days of observation. Average measurement results - the highest average parameters are as height showed K8 is 22.98 cm, the increase in diameter showed K8 is 0.562 cm, number of leaves showed K4 and K8 6.6

strands, leaf area showed K8 is 396.52 cm2, spacious K8 header indicates that

1666.48 cm2.

(42)

ABSTRAK

RIWAN TUMANGGOR. Pengaruh Sabut Kelapa Berbagai Ketebalan Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Sukun (Artocarpus Communis Forst) Pada DTA Danau Toba. Dibimbing oleh : AFIFFUDIN DALIMUNTHE SP,MP dan Dr. BUDI UTOMO SP,MP.

Hutan merupakan sumber daya alam yang pemanfaatannya saat ini menjadi vital bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Pemanfaatan tersebut berdampak pada perubahan iklim dan luas tutupan hutan karena tidak adanya upaya untuk memperbaiki akibat dari eksploitasi yang berlebihan tersebut. Penanaman kembali merupakan solusi yang tepat guna mengembalikan fungsi dan luas tutupan hutan.dalam hal ini air sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tanaman sehingga dibutuhkan bahan yang mampu menyimpan air seperti sabut kelapa. Penelitian ini dilakukan di desa Paropo Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Metode yang digunakan adalah dengan menganalisis pengaruh pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan berdasarkan hasil data pengukuran selama 90 hari. Parameter yang diamati adalah pertambahan tinggi, pertambahan diameter batang, jumlah daun, luas daun, luas tajuk dan persen hidup bibit. Analisis data dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Non-Faktorial.

Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa pemberian sabut kelapa dengan berbagai ketebalan memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan bibit tanaman sukun selama 90 hari pengamatan. Hasil pengukuran rata – rata parameter yang tertinggi adalah pertambahan tinggi menunjukkan K8 yaitu 22,98 cm, pertambahan diameter menunjukkan K8 yaitu 0,562 cm, jumlah daun menunjukkan K4 dan K8 yaitu 6,6 helai, luas daun menunjukkan K8 yaitu 396,52 cm2, luas tajuk menunjukkan K8 yaitu 1666,48 cm2.

(43)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Riwan Tumanggor dilahirkan di Desa Parbotihan,

Kecamatan Onan Ganjang, Kabupaten Humbang Hasundutan, Provinsi Sumatera

Utara pada tanggal 31 Agustus 1993 dari Ayah R. Tumanggor dan Ibu L. Purba.

Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara.

Tahun 2012 penulis lulus dari SMA Swasta Santo Petrus Medan dan pada

tahun 2012 juga penulis lulus ujian masuk perguruan tinggi melalui Seleksi

Nasional Masuk Perguruan Tinggi ( SNMPTN ). Penulis memilih jurusan

Kehutanan, Fakultas Kehutanan.

Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan intra dan ekstra

kampus. Penulis mengikuti kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa yaitu UKM Studi

Pedesaan USU pada tahun 2013-2015. Pada tahun 2016, penulis melaksanakan

Praktik Kerja Lapang ( PKL ) di Balai Besar Taman Nasional Kerinci Seblat.

Dalam rangka menyelesaikan pendidikan dan merupakan syarat memperoleh gelar

Sarjana Kehutanan penulis melakukan penelitian dengan judl “ Pengaruh

Berbagai Ketebalan Sabut Kelapa Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman

(44)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat dan perlindungan-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Penelitian ini berjudul “Pengaruh berbagai ketebalan sabut kelapa terhadap

pertumbuhan bibit tanaman sukun (Artocarpus communis Forst) pada DTA Danau

Toba, Desa Paropo, Kecamatan Silahisabungan, Kabupaten Dairi

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua

pihak yang telah menberikan dukungan dan bantuan kepada penulis.

1. Ayahanda R. Tumanggor dan Ibu L. Purba yang telah memberikan

bantuan baik materil dan dukungan moril.

2. Afifuddin, SP,MP. dan Dr. Budi Utomo, SP, MP atas kesediaannya untuk

membimbing saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Dr. Agus Purwoko, S. Hut, M.Si dan Ridwanti Batubara, S. Hut, M.Si

selaku dosen penguji meja hijau.

4. Kepada Bapak Hehe Raya Sihaloho selaku Kepala Desa Paropo

Kecamatan Silahisabungan yang memberikan tempat untuk melakukan

penelitian.

5. Pustaka USU yang menjadi sumber refrensi dalam penulisan penelitian.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk hasil

(45)

DAFTAR ISI

Prosedur Penelitian... 12

(46)

DAFTAR TABEL

No

1. Hasil Pengukuran Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman Sukun

Dengan Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut Kelapa .. 15

2. Hasil Pengukuran Pertambahan Diameter Bibit Tanaman Sukun

Dengan Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut Kelapa ... 16

3. Hasil Pengukuran Pertambahan Jumlah Daun Bibit Tanaman Sukun Dengan Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut

Kelapa ... 17

4. Hasil Pengukuran Luas Daun Bibit Tanaman Sukun Dengan

Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut Kelapa ... 18

5. Hasil Pengukuran Luas Tajuk Bibit Tanaman Sukun Dengan

Berbagai Parameter Berdasarkan Ketebalan Sabut Kelapa ... 19

6. Persen Hidup Bibit Tanaman Sukun ... 20

(47)

DAFTAR LAMPIRAN

No

1. Desain Pengacakan... 31

2. Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman Sukun ... 31

3. Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Diameter Batang

Bibit Tanaman Sukun ... 33

4. Analisis Rancangan Percobaan Pertambahan Jumlah Daun Bibit

5. Tanaman Sukun ... 35

6. Analisis Rangcangan Percobaan Luas Daun Bibit Tanaman Sukun .... 35

7. Analisis Rancangan Percobaan Luas Tajuk Bibit Tanaman Sukun ... 36

Gambar

Tabel 1. Hasil pengukuran pertambahan tinggi (cm) bibit sukun dengan berbagai                parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa
Tabel 2. Hasil pengukuran pertambahan diameter (cm) bibit sukun dengan    berbagai parameter  berdasarkan ketebalan sabut kelapa Ulangan
Tabel 3. Hasil Pengamatan jumlah daun bibit sukun dengan berbagai parameter                berdasarkan ketebalan sabut kelapa Ulangan
Tabel 4. Hasil pengukuran luas daun bibit tanaman sukun ( cm2 ) dengan berbagai  parameter berdasarkan ketebalan sabut kelapa Ulangan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka pelaksanaan pelelangan paket pekerjaan pada Pokja Pengadaan Barang dan Jasa Deputi IGT Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2017, dengan ini kami

Jadwal Pelaksanaan, disebutkan bahwa Rekanan harus menyelesaikan pekerjaan pencetakan selama 7 hari kalender setelah dummy disetujui untuk dicetak.. Pada daftar kuantitas

[r]

[r]

Orang yang rumahnya dekat dengan rumah kita disebut … 7.. Gerakan wudu sebelum mengusap kepala, yaitu membasuh

[r]

dilakukan oleh setiap manusia yang beragama Islam karena hukumnya ….. lam yalid walam yu-

Biro Hukum mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan peraturan perundang- undangan, telaahan hukum, pengembangan hukum, pengelolaan dokumentasi hukum,