Anand. R.P, International Law and The Developing Countries; Boston:
Martinus Nijhoff Publishers Tahun 1987
Black Campbel Henry, M.A., Law Dictionary, Fifth edition, St.Paul Minn,
West Publishing Co.1979
Brownlie Ian, Principle of Public International Law, Oxford University Press,
edisi ke-3, 1979
Cheng B., The Law of International Air Transport. London: Institute of World
Affair., 1982
Encyclopedia International Law
Green Maryan N.A.., International Law Peace, 1978
Greig, D.W., International Law, London: Butterworths, edisi ke 2, 1976.
Hamilton J.C. Practical Aviation Law., Third Edition. Iowa State Press 1996
Harris D.J.., Cases and Materials on International Law ,London: Sweet and
Maxwell., Edisi ke 3, 1983.
Kantaatmadja. M.K.; Berbagai Masalah Hukum Udara; Bandung: Remadja
Karya C.V Tahun 1992.
Kusumaatmadja Mochtar & Etty Agoes R., Pengantar Hukum Internasional,
Bandung: Alumni, 2003
Kusumaatmadja Mochtar, Hukum Laut Internasional, Jakarta: Badan
Lauterpacht, Recognition in International Law (1947)
Mahulikar, S.P., Sonawane, H.R., & Rao, G.A.:"Infrared signature studies of
aerospace vehicles", Progress in Aerospace Sciences, v. 43(7-8)
tahun (2007)
Martono.H.K, Kamus Hukum dan Regulasi Penerbangan ,Edisi Pertama.,
Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada., Tahun 2007
Martono.H.K, Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional, Bagian
Pertama, Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada 2007
May Rudy.T, Hukum Internasional 2, Cetakan Pertama., Bandung: Penerbit
Refika., 2002
O’Connell D.P., International Law.,edisi ke-2, vol.I, London: Stevens and
Sons, 1970
Oppenheim-Lauterpacht, International Law, Vol. I: Peace, Longmans: Edisi
ke 8, 1967
Rachmadi.F., Informasi dan Komunikasi dalam Pengaturan Internasional,
Bandung: Penerbit Alumni Tahun 1988
Raemer, Harold R.. Radar Systems Principles .Florida:CRC Press LLC Tahun
1997
Rao G.A & Mahulikar S.P. "Integrated review of stealth technology and its
role in airpower". Aeronautical Journal 106 (1066) Tahun (2002)
Saefullah E. Wiradipaja & Omar Mieke, Hukum Angkasa
Samidjo, Ilmu Negara, Bandung, Penerbit Armico:1986
Starke J.G., Introduction to International Law, London: Butterworths, edisi ke
9, 1984,
Starke. J.G, Pengantar Hukum Internasional, Edisi kesepuluh, Jakarta: Sinar
Grafika, 1988
Suharso & Retnonigsih Ana, Kamus Besar Bahasa Indonesia., Edisi Lux,
Semarang: Penerbit CV.Widya Karya, Tahun 2005
Suherman, Wilayah Udara dan Wilayah Dirgantara, Bandung: Alumni, 1983
Svarlien Oscar, An Introduction to the Law of Nations. McGraw-Hill, 1955,
Verschoor, I.H, An Introduction To Air Law, The Netherlands, Kluwer Law
Bahan Artikel dan Jurnal Hukum:
Dickinson, Introductory Comment to the Harvard Research Draft Convention
on jurisdiction with respect to crime 1935 (courtesy of Westlaw
Journal USU) ; 29 A.J.I.L., Supp 44 (1935)
The Commentary to the Harvard Research Draft Convention, 29 A.J.I.L
Supp.52 tahun 1935 (Courtesy of Westlaw Journal USU);
In memoriam of Paul Fauchille : 11 February 1858 – 9 February 1926 dikutip
dari situs :
http:www.jstor.org/discover/10.2307/2188922?uid=2129&uid=70
&uid=4&sid=21101170201421 diakses pada 10 Agustus 2012
pukul 22:40 wib
“Stealth Aircraft Ensiklopedi” dikutip dari:
http://en.wikipedia.org/wiki/Stealth_aircraft diakses pada 23
Artikel Stealth ternyata Ciptaan Rusia, Majalah Angkasa edisi Oktober 1994.
Method of Edge Waves In The Physical Theory of Difraction dikutip dari
situs:
http://www.dtic.mil/cgi-bin/GetTRDoc?Location=U2&doc=GetTRDoc.pdf&AD=AD0733
203 diakses 10 Agustus 2012 pukul 22:00 Wib
Artikel/ Kolom Konsultasi Majalah Angkasa edisi Juni 1992.
LOCKHEED F-117A NIGHTHAWK dikutip dari situs:
http://www.nationalmuseum.af.mil/factsheets/factsheet.asp?id=410
diakses 10 Agustus 2012 Pukul : 21:00 Wib
“NORTHROP B-2A” dikutip dari situs:
http://www.nationalmuseum.af.mil/factsheets/factsheet.asp?id=275
7 diakses pada tanggal 25 Agustus 2012 Pukul 20:00
“Chronology of the F-22 Program” dikutip dari situs:
http://www.f22-raptor.com/about/chronology.html diakses pada 26 Agustus 2012
pada pukul 20:17 Wib
“LOCKHEED-BOEING-GENERAL DYNAMICS YF-22” dikutip dari situs :
http://www.nationalmuseum.af.mil/factsheets/factsheet.asp?id=238
2 diakses pada 26 Agustus pada pukul 21:25 Wib
“JUST HOW GOOD IS THE F-22 RAPTOR?” - Carlo Kopp interviews F-22
Chief Test Pilot, Paul Metz dikutip dari situs:
http://www.ausairpower.net/API-Metz-Interview.html diakses pada
“Saudi King Condemns U.S. Occupation of Iraq” dikutip dari:
http://www.nytimes.com/2007/03/28/world/middleeast/29saudicnd.
html?_r=1&ex=1332820800&en=da8a156f30f093ea&ei=5124&pa
rtner=digg&exprod=digg diakses pada 2 September 2012 pada
pukul 19:17 Wib
“Rescue Operations in the Second Gulf War” dikutip dari situs:
http://www.airpower.maxwell.af.mil/airchronicles/apj/apj05/spr05/
whitcomb.html diakses pada 03 Agustus 2012 pada pukul 19:15
Wib.
“The 3rd Persian Gulf War” dikutip dari situs:
http://www.historyguy.com/GulfWar2.html diakses pada 03
Agustus 2012 pada pukul 19:15 Wib.
“Undeclared Civil War In Iraq” dikutip dari situs:
http://www.cbsnews.com/stories/2005/09/26/eveningnews/main88
6305.shtml diakses pada 2 Sepetember 2012 pada pukul 20:12
“Casualties in Iraq” dikutip dari situs: http://www.antiwar.com/casualties/ di
akses pada 2 September 2012 pada pukul 22:15 Wib.
“Iraqi Death Toll Estimates Go As High As 150.000” dikutip dari situs:
http://www.taipeitimes.com/News/front/archives/2006/11/11/2003
335773 diakses pada pukul 22:18 Wib.
“President Discusses Beginning of Operation Iraqi Freedom” dikutip dari:
http://georgewbush-whitehouse.archives.gov/news/releases/2003/03/20030322.html
diakses pada 3 September 2012 pada pukul 20:15 Wib.
“Perang Irak Berakhir Hari ini” dikutip dari:
http://internasional.kompas.com/read/2011/12/15/15251793/Perang
.Irak.Berakhir.Hari.Ini di akses pada 3 September 2012 pada pukul
20:12 Wib
“Sectarian Division Changes Baghdad’s Image: Violence-Plagued Iraq Capital
No Longer Seen as City of Religious Coexistence” dikutip dari:
http://www.msnbc.msn.com/id/13684759/ diakses pada tanggal 3
September 2012 pada pukul 20:21 Wib.
“Council says it's Libya's sole representative” dikutip dari:
http://www.thenational.ae/news/world/council-says-its-libyas-sole-representative diakses pada tanggal 3 September 2012 pada pukul
22:11
“The Libyan Interim National Council” dikutip dari:
http://www.ntclibya.org/english/ diakses pada tanggal 2 September
2012 pada pukul 22:01.
“Libyan rebels vow fight, even without no-fly zone” dikutip dari:
http://www.reuters.com/article/2011/03/10/us-libya-east-council-idUSTRE7293W120110310 diakses pada tanggal 2 September
“Member States of the United Nations” dikutip dari :
http://www.un.org/en/members/ diakses pada tanggal 2 September
2012 pada pukul 22:17
“Great Socialist People’s Libyan Arab Jamahiriya: Libya” dikutip dari :
http://geographic.org/geographic_names/name.php?uni=9093369&
fid=3769&c=libya &
http://geographic.org/geographic_names/name.php?uni=6485614&
fid=3784&c=libya diakses pada 3 September 2012 pada pukul
20:16-17
“After Much Wrangling, General Assembly Seats National Transitional
Council of Libya as Country’s Representative For Sixty-Sixth
Session” dikutip dari :
http://www.un.org/News/Press/docs/2011/ga11137.doc.htm diakses pada 3
Agustus 2012 pada pukul 15:45 Wib
“B-2 Spirit, Pesawat Siluman Pembom Libya” dikutip dari:
http://dunia.news.viva.co.id/news/read/210993-peran-pesawat-siluman-b2-spirit-di-libya diakses pada: tanggal 3 September 2012
pada pukul 20:12
“Iran Tangkap Pesawat Siluman Amerika Serikat” dikutip dari:
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/12/111208_irandrone.
shtml diakses pada 5 September 2012 pada pukul 19:10
“AS Akhirnya Mengaku, Pesawat Siluman Mereka Sudah Dikuasai Iran”
http://id.berita.yahoo.com/akhirnya-mengaku-pesawat-siluman-mereka-sudah-dikuasai-iran-032423415.html
diakses pada 5 September 2012 pada pukul 19:11
“Pesawat Siluman Langgar Kedaulatan, Iran Minta Obama Minta Maaf”
dikutip dari:
http://news.detik.com/read/2011/12/13/181053/1790345/1148/pesawat-
siluman-langgar-kedaulatan-iran-minta-obama-minta-maaf?nd992203605 diakses pada 5 September 2012 pada pukul
19:20 Wib
“Iran tuntut PBB mengutuk kehadiran pesawat siluman AS” dikutip dari:
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2011/12/111210_iranunplan
INTERNASIONAL
A. Sejarah Pengembangan Teknologi Pesawat Siluman (Stealth Fighter)
Secara etimologi Pesawat Siluman adalah kendaraan udara yang di
rancang untuk dapat menghilangkan diri dari pandangan, namun dalam bahasa
kompleksnya Pesawat siluman adalah pesawat yang menggunakan teknologi
siluman untuk menghindari deteksi radar, inframerah, suara dan apapun jenis
spektrum gelombang yang mampu mendeteksi keberadaan pesawat siluman
tersebut.54
Pesawat siluman didesain untuk menghindari deteksi dari radar,
secara umum ada 3 jenis teknologi siluman, yaitu melalui material penyerap
gelombang radio, rekayasa bentuk (shape manipulation) dan rekayasa
teknologi lainnya seperti kamuflase spektrum cahaya; plasma stealth; dan
teknologi laser.
Sekilas tentang radar (Radio Detection and Ranging), radar adalah
tumpuan semua negara untuk melakukan pengawasan terhadap lalu lintas
udara dan pengecekan cuaca dan pendeteksi kondisi kelayakan alam untuk
dilintasi lewat udara. Radar bekerja dengan mengandalkan Panjang gelombang
yang dipancarkan radar sepanjang beberapa milimeter hingga satu meter.
Gelombang radio/sinyal yang dipancarkan dan dipantulkan dari suatu benda
tertentu akan ditangkap oleh radar. Dengan menganalisa sinyal yang
dipantulkan tersebut, pemantul sinyal dapat ditentukan lokasinya dan
kadang-kadang dapat juga ditentukan jenisnya. Meskipun sinyal yang diterima relatif
lemah/kecil, namun radio sinyal tersebut dapat dengan mudah dideteksi dan
diperkuat oleh radar. Radar dalam militer mempunyai fungsi sebagai berikut:
Airborne Early Warning55 (AEW) berfungsi untuk mendeteksi posisi dan
keberadaan pesawat terbang lain. Sistem radar ini biasanya dimanfaatkan
untuk pertahanan dan penyerangan udara dalam dunia militer; pemandu peluru
kendali, biasa digunakan oleh sejumlah pesawat tempur untuk mencapai
sasaran/target penembakan. Salah satu pesawat yang menggunakan jenis radar
ini adalah pesawat tempur Amerika Serikat F-14. Dengan memasang radar ini
pada peluru kendali udara (AIM-54 Phoenix), maka peluru kendali yang
ditembakkan ke udara itu (air-to-air missile) diharapkan dapat mencapai
sasarannya dengan tepat. Bisa dikatakan bahwa Radar adalah mata yang
digunakan untuk pengawasan wilayah udara oleh pihak-pihak militer yang di
miliki oleh setiap negara di dunia ini.
Menurut Aeronautical Journal yang dimaksud dengan teknologi
siluman atau sering disebut sebagai stealth technology atau LO (low observe)
Technology adalah56 :
“a sub-discipline of military tactics and passive electronic countermeasures, which cover a range of techniques used with
55 Raemer,Harold R..Radar Systems Principles.Florida:CRC Press LLC Tahun
1997
personnel, aircraft, ships, submarines, and missiles, to make them less visible (ideally invisible) to radar, infrared, sonar and other detection methods” (bagian dari sub-disiplin taktik militer dan perhitungan elektronik yang diperbandingkan dan terdiri atas penjangkauan teknologi yang digunakan personil, pesawat udara, kapal laut, kapal selam dan peluru kendali untuk membuatnya lebih sulit terlihat atau idealnya tidak terlihat sama sekali pada radar, sensor infra merah, sonar dan metode pendeteksian yang lain)
Secara visual, pesawat lebih sulit untuk terlihat bila mempunyai
warna yang sama dengan warna latar belakangnya (kamuflase). Secara audio,
tentunya berusaha untuk membuat pesawat semakin tenang. Secara sensor
panas, pesawat biasanya dideteksi dari panas yang timbul dari badannya atau
dari temperatur udara di sekelilingnya. Bagian paling panas dari pesawat
adalah saluran buangan udara mesin atau exhaust dan leading edge (bagian
pesawat yang pertama membelah udara).
Panas dari exhaust bisa dikurangi dengan cara mencampur
semburan mesin dengan udara dingin dari luar badan pesawat sebelum
dihembuskan keluar pesawat dan memperpanjang pipa exhaust (seperti A-4
Skyhawk yang mempunyai exhaust lebih panjang dibanding versi standarnya). Bagian exhaust ini biasanya dikejar oleh rudal anti-pesawat dengan sensor
inframerah. Akan tetapi rudal pencari panas modern kini juga memiliki
kemampuan untuk mendeteksi dan mengejar panas yang dihasilkan akibat
gelombang radio adalah dengan cara mencegah gelombang radio dari radar
tidak terpantul dari badan pesawat dan kembali ke radar.
Gelombang radio tersebut bisa diserap jika badan pesawat dilapisi
RAM (Radar Absorbent Material), dipantulkan ke arah lain, atau sedemikian
sehingga gelombang tersebut menjadi hilang atau saling meniadakan (hal
inilah yang mendasari bentuk pesawat siluman yang mempunyai bentuk yang
lain dari pesawat biasa atau agak aneh).
Pesawat siluman biasanya tidak 100% tidak terdeteksi radar. Tetapi
karena memiliki RCS (Radar Cross Section) yang kecil maka di layar radar
hanya tampak sebesar gerombolan burung, bukan pesawat.
Pesawat 'Siluman' awalnya dikembangkan oleh seorang ilmuwan
Rusia, pada tahun 1966 oleh Dr. Pyotr Ufimtsev57 melalui sebuah kertas kerja
yang berjudul method of edge waves in the physical theory diffraction58
(Metode Gelombang Tepian dalam Teori Fisik Difraksi) yang merupakan
kertas kerja yang cukup panjang namun tidak bertele-tele yang diterbitkan
oleh salah satu media di Moskow pada tahun 1966. Namun kertas kerja ini
tidak memperoleh sambutan yang hangat oleh para ahli di sana, karena banyak
isinya yang tidak bisa dicerna oleh akal sehat. Padahal Ufimtsev adalah ahli
yang berpengalaman dalam Institut Rekayasa Radio Moskow.
57 Artikel Stealth ternyata Ciptaan Rusia, Majalah Angkasa edisi Oktober 1994. 58 Mahulikar, S.P., Sonawane, H.R., & Rao, G.A.:"Infrared signature studies of
aerospace vehicles", Progress in Aerospace Sciences, v. 43(7-8) tahun (2007)., Hal 218-245; “Method of Edge Waves In The Physical Theory of Difraction” dikutip dari situs:
Ide murni Ufimtsev berupa formulasi pelumpuhan radar dan
jaringan kerjanya diambil dari kesimpulan mentah ahli Inggris James Clerk
Maxwell pada abad ke-19 di mana setelah diramu berkali-kali ditambah
dengan penalaran terpadu, Ufimtsev mengkalkulasikan cara-cara baru, yakni
membentuk ruang bentuk geometris khusus yang mencerminkan radiasi
elektromagnetis. Dengan menciptakan kalkulasi silang sebuah radar yang
mudah dilumpuhkan. Ia menetapkan rumus konfigurasi bersisi dua dimensi,
berupa tata cara mengutak-atik komponen dalam sebuah radar. Hasilnya, radar
bisa terganggu bila dikacaukan dengan sinar dua dimensi tadi. Sinar itu
sebenarnya masih belum cukup tetapi jika dikalkulasikan secara cermat dari
situ bisa diciptakan pesawat tiga dimensi yang sulit dilacak radar.
Secara teoritis, banyak sekali kekuatan untuk melumpuhkan
stealth, namun diperlukan sangat banyak jaringan komputer yang bekerja sangat cepat. Persisnya seperti mengamati bola dengan menggunakan
teropong di mana bisa dilokalisasi namun jangan harap bisa menjejaknya
sehingga ibarat bola yang dimainkan, para pemain sudah menggiring bola
entah ke mana dan tidak mungkin menembak bola yang terbang entah ke
mana arahnya dengan senapan angin.
Pada tahun 1976, salinan tersebut akhirnya bocor dan jatuh ke
tangan Amerika Serikat, lantas dialihbahasakan oleh divisi teknologi
Angkatan Udara Amerika. Secara rutin, para ahli di Angkatan Udara
menjabarkan, menganalisis dan mengembangkan teknologi steath tersebut. Di
Pada prinsipnya, supaya pesawat tersebut menjadi stealth (siluman)
adalah cara memperkecil Radar Cross Section (RCS) yang tampak pada
Radar. Langkah yang dilakukan adalah membuat desain bentuk pesawat
tersebut sedemikian rupa sehingga permukaan-permukaan pesawat sekecil
mungkin memantulkan energi yang dipancarkan radar untuk ditangkap
kembali oleh antena radar. Bahkan bila perlu bentuk pesawat tersebut sama
sekali tidak memantulkan energi radar. Kalaupun dipantulkan, diusahakan
agar pantulan energi radar tersebut diarahkan ke arah lain sehingga jika ada
yang tertangkap kembali, paling tidak hanya sebagian kecil saja. Untuk itu,
maka bentuk pesawat dibuat aneh tidak seperti biasanya. Seperti contoh,
bentuk pesawat B-2 yang memiliki rentang yang sama panjangnya dengan
rentang pesawat DC-10 namun bentuknya dibuat pipih dan melengkung di
bagian tengah badannya. Dengan bentuk demikian, disamping cepat rambat
pancaran radar diperlambat juga memberikan efek pantulan ke segala arah.
Bentuk sayap pesawat juga memengaruhi pantulan pancaran energi
radar. Bentuk sayap pesawat lama yang lurus ke samping misalnya
memberikan pantulan yang sempurna sehingga pesawat ini mudah terdeteksi.
pada layar monitor, titik RCS pesawat-pesawat itu tampak besar.
Melihat kenyataan demikian, kemudian orang membuat sayap
sayung kebelakang, memang memperkecil pantulan namun tidak memuaskan
karena RCS makin besar, maka dibuatlah delta yang membuat sebagian besar
pancaran radar yang mengenai sayap itu, sebagian besar dibuang ke arah lain.
pesawat-pesawat generasi berikutnya. Dengan membuat lengkungan pada bagian
sayap, leading edge, maka pantulan ke arah lain semakin sempurna.
Desain lain adalah membentuk pesawat bersegi-segi kubustik
seperti bentuk mata faset, seperti pada mata capung. Bentuk tersebut juga
ditemui pada helikopter pada generasi 1980-1990-an seperti pada AH-1
Cobra, dan AH-64 Apache sehingga pantulan radar tidak kembali ke antena radar.
Kemudian umumnya desain pesawat stealth tidak mengijinkan
adanya pylon atau penggantung rudal maupun roket yang digantungkan pada
badan dan sayap pesawat seperti yang dijumpai pada pesawat umumnya.
Sehingga rudal ditempatkan pada rak-bom (bomb bay) khusus.59
Cara lain yakni dengan menggunakan material khusus yang dikenal
sebagai RAM (Radar Anti material) yang merupakan bahan penyerap energi
pancaran radar. Bahan-bahan tersebut antara lain komposit berupa graphyte
epoxy dari karbon. Karena bahan itulah, maka energi radar tidak terpantulkan. Dari generasi pertamanya pesawat siluman yang paling terkenal
adalah F-117A Nighthawk. F-117A Nighthawk adalah pesawat serang darat
yang hanya dimiliki oleh angkatan udara Amerika Serikat (United States Air
Force – USAF). Pesawat ini adalah hasil dari program pesawat siluman Lockheed Have Blue60, dan merupakan pesawat pertama yang dirancang khusus untuk menggunakan teknologi siluman. F-117A banyak mendapatkan
59 Artikel/ Kolom Konsultasi Majalah Angkasa edisi Juni 1992. 60 “LOCKHEED F-117A NIGHTHAWK” dikutip dari situs:
publikasi pada masa Perang Teluk. Kini Angkatan Udara Amerika Serikat
berencana untuk mempensiunkan F-117, dikarenakan akan mulai dipakainya
F-22 Raptor yang lebih efektif. F-117 akan mulai dipensiunkan secara
bertahap dari Oktober 2006 sampai 2008, dan sudah tidak ada lagi pilot baru
yang dilatih untuk menggunakan pesawat ini. Selain F117 ada juga pesawat
pembom siluman B-2 Spirit sebagai pionir generasi pertama pesawat siluman.
B-2 Spirit merupakan pesawat pembom jenis siluman pertama
yang di produksi oleh Northrop-Grumman dan sama halnya dengan F117, B-2
Spirit ini hanya dimiliki oleh angkatan udara Amerika Serikat. Dalam sejarahnya, Seperti dikutip dari laman Daily Mail, B-2 Spirit bertugas
menghantam pertahanan Libya. Salah satu keistimewaan pesawat ini adalah
mampu mengangkut hingga 8 bom GBU-37, bom yang mampu
menghancurkan bunker, atau perlindungan bawah tanah.
Setelah serangan 110 rudal Tomahawk ke Libya, B2 Spirit
disiapkan untuk variasi serangan udara pasukan Sekutu terhadap Libya.
Pesawat tempur termahal ini bertugas menghancurkan 45 misil yang
dikendalikan satelit milik pasukan Khadafi.
Wajar jika pesawat siluman ini menjadi pesawat termahal dalam
sejarah penerbangan militer. B2 Spirit merupakan pembom strategis jarak jauh
yang memiliki kemampuan lolos dari pantauan radar. Presisi pemboman B2
Spirit pun dikenal tepat.
Pesawat ini memiliki kapasitas angkut 2 orang. Panjang pesawat
ton dalam keadaan kosong, pesawat ini mampu mencapai kecepatan hingga
760 kilometer per jam.61 Amerika Serikat mengembangkan pesawat ini sejak
1978 melalui program Advance Technology Bomber. Pesawat ini baru
diumumkan kepada publik pada 1988. AS hanya memiliki 20 unit pesawat ini.
Pesawat siluman yang paling dikenal dalam beberapa tahun
terakhir ini adalah F-22 Raptor. F-22 Raptor adalah pesawat tempur siluman
buatan Amerika Serikat. Pesawat ini awalnya direncanakan untuk dijadikan
pesawat tempur superioritas udara untuk digunakan menghadapi pesawat
tempur Uni Soviet, tetapi pesawat ini juga dilengkapi peralatan untuk serangan
darat, peperangan elektronik, dan sinyal intelijen. Pesawat ini melalui masa
pengembangan yang panjang, versi prototipnya diberi nama YF-22, tiga tahun
sebelum secara resmi dipakai diberi nama F/A-22, dan akhirnya diberi nama
F-22A ketika resmi mulai dipakai pada Desember 2005.
Lockheed Martin Aeronautics adalah kontraktor utama yang bertanggungjawab memproduksi sebagian besar badan pesawat, persenjataan,
dan perakitan F-22. Kemudian mitranya, Boeing Integrated Defense Systems
memproduksi sayap, peralatan avionik, dan pelatihan pilot dan perawatan.
Sejarah kelahiran F-22 sendiri ditandai dengan lahirnya Advanced Tactical
Fighter (ATF) yang merupakan kontrak untuk demonstrasi dan program validasi yang dilakukan Angkatan Udara Amerika Serikat untuk
mengembangkan sebuah generasi baru pesawat tempur superioritas udara
untuk menghadapi ancaman dari luar Amerika Serikat, termasuk
61 “NORTHROP B-2A” dikutip dari situs:
dikembangkannya pesawat kelas Su-27 era Soviet (pesawat siluman versi Uni
Soviet).
Pada tahun 1981, Angkatan Udara Amerika Serikat memetakan
syarat-syarat yang harus dipenuhi sebuah pesawat tempur baru yang
direncanakan untuk menggantikan F-15 Eagle. ATF direncanakan untuk
memadukan teknologi modern seperti logam canggih dan material komposit,
sistem kontrol mutakhir, sistem penggerak bertenaga tinggi, dan teknologi
pesawat siluman.
Proposal untuk kontrak ini diajukan pada tahun 1986, oleh dua tim
kontraktor, yaitu Lockheed-Boeing-General Dynamics dan
Northrop-McDonnell Douglas, yang terpilih pada Oktober 1986 untuk melalui fase demonstrasi dan validasi selama 50 bulan, yang akhirnya menghasilkan dua
prototip, yaitu YF-22 dan YF-23.62
Pesawat ini direncanakan untuk menjadi pesawat Amerika Serikat
paling canggih pada awal abad ke-21, karena itu, pesawat ini merupakan
pesawat tempur paling mahal, dengan harga US$120 juta per unit, atau
US$361 juta per unit bila ditambahkan dengan biaya pengembangan. Pada
April 2005, total biaya pengembangan program ini adalah US$70 miliar,
menyebabkan jumlah pesawat yang direncanakan akan dibuat turun menjadi
438, lalu 381, dan sekarang 180, dari rencana awal 750 pesawat.
Salah satu faktor penyebab pengurangan ini adalah karena F-35
Lightning II akan memiliki teknologi yang sama dengan F-22, tapi dengan
http://www.f22-harga satuan yang lebih murah. YF-22 merupakan pesawat pengembangan
yang menjadi dasar untuk pembuatan F-22 versi produksi. 63 Namun, ada
beberapa perbedaan signifikan antara keduanya, yaitu perubahan posisi kokpit,
perubahan struktur, dan banyak perubahan kecil lainnya. Kedua pesawat ini
sering tertukar pada foto-foto, umumnya pada sudut pandang yang sulit untuk
melihat fitur-fitur tertentu. YF-22 diberikan julukan Lightning II oleh
Lockheed, nama ini bertahan sampai pertengahan 1990-an. Untuk beberapa
waktu, pesawat ini juga sempat diberi julukan SuperStar and Rapier. Namun
F-35 kemudian secara resmi mendapat nama Lightning II pada 7 Juli 2006.
YF-22 mendapatkan kontrak ATF setelah memenangkan kompetisi
terbang mengalahkan YF-23 buatan Northrop-McDonnell Douglas. Pada
April 2002, pada saat pengetesan, prototip pertama YF-22 jatuh ketika
mendarat di Pangkalan Udara Edwards di California. Sang tes pilot, Tom
Morgenfeld, tidak terluka. Penyebab jatuh ini adalah kesalahan pada perangkat
lunak. F-22 versi produksi pertama kali dikirim ke Pangkalan Udara Nellis,
Nevada, pada tanggal 14 Januari 2003. Pengetesan dan evaluasi terakhir
dilakukan pada 27 Oktober 2004.
Pada akhir 2004, sudah ada 51 Raptor yang terkirim, dengan 22
lagi dipesan pada anggaran fiskal 2004. Kehancuran versi produksi pertama
kali terjadi pada 20 Desember 2004 pada saat lepas landas, sang pilot selamat
setelah eject beberapa saat sebelum jatuh. Investigasi kejatuhan ini
63 “LOCKHEED-BOEING-GENERAL DYNAMICS YF-22” dikutip dari situs:
menyimpulkan bahwa interupsi tenaga saat mematikan mesin sebelum lepas
landas menyebabkan kerusakan pada sistem kontrol.
Versi produksi pesawat ini diberi nama F-22 Raptor ketika pertama
kali dimunculkan pada tanggal 9 April 1997 di Lockheed-Georgia Co.,
Marietta, Georgia.
Pada September 2002, petinggi Angkatan Udara Amerika Serikat
mengubah nama Raptor menjadi F/A-22. Penamaan ini, yang mirip dengan
penamaan F/A-18 Hornet Angkatan Laut Amerika Serikat, bertujuan untuk
mendorong citra Raptor sebagai pesawat tempur sekaligus pesawat serang
darat, dikarenakan oleh perdebatan yang terjadi di pemerintahan AS tentang
pentingnya pesawat tempur superioritas udara yang sangat mahal. Nama ini
kemudian dikembalikan lagi menjadi F-22 saja pada 12 Desember 2005, dan
kemudian pada 15 Desember 2005 F-22A secara resmi mulai dipakai.
Awalnya Angkatan Udara Amerika Serikat berencana memesan 750 ATF,
dengan produksi dimulai pada tahun 1994. Pada tahun 1990 Major Aircraft
Review mengubah rencana menjadi 648 pesawat udara yang dimulai pada tahun 1996.
Tujuan akhirnya berubah lagi pada tahun 1994, menjadi 442
pesawat memasuki masa pakai pada tahun 2003-2004. Laporan Kementerian
Pertahanan pada tahun 1997 mengubah pembelian menjadi 339. Pada tahun
2003, Angkatan Udara mengatakan bahwa pembatasan pembiayaan
kongresional yang ada sekarang membatasi pembelian menjadi 277. Pada
menghemat $15 miliar tapi akan menaikkan pembiayaan per pesawat.
Rencana ini telah mendapat persetujuan de facto dari Kongres dalam bentuk
rencana pembelian beberapa tahun, yang masih membuka peluang untuk
pemesanan baru melewati titik tersebut. Lockheed Martin telah mengatakan
bahwa pada FY(Fiscal Year/Tahun Fiskal) 2009 mereka sudah harus tahu
apakah lebih banyak pesawat akan dibeli, untuk pemesanan barang-barang
long-lead.
Pada April 2006, biaya F-22A ditaksir oleh Government
Accountability Office menjadi $361 juta per pesawat. Biaya ini mencerminkan total biaya program F-22A total program cost, dibagi jumlah jet yang akan
dibeli oleh Angkatan Udara. Sejauh ini, Angkatan Udara telah
menginvestasikan sebanyak $28 miliar dalam riset, pengembangan, dan
percobaan Raptor. Uang itu, yang disebut sebagai "sunk cost," telah
dibelanjakan dan terpisah dari uang yang digunakan untuk pengambilan
keputusan di masa depan, termasuk pembelian kopi dari jet tersebut.
Saat semua 183 jet telah dibeli, $34 miliar akan dibelanjakan untuk
pembelian pesawat udara ini sebenarnya. Ini akan menghasilkan biaya sekitar
$339 juta per pesawat udara berdasarkan biaya total program. Kenaikan biaya
dari satu tambahan F-22 adalah sekitar $120 juta. Jika Angkatan Udara akan
membeli 100 buah tambahan F-22 hari ini, tiap pesawat akan berharga lebih
rendah dari $117 juta dan akan terus jatuh dengan tambahan pembelian
F-22 bukan pesawat paling mahal yang pernah ada; kekhasan itu
sepertinya berpulang pada B-2 Spirit yang secara kasar bernilai $2.2 miliar per
unit; walaupun kenaikan biaya di bawah 1 miliar US Dollar. Untuk lebih
adilnya, pemesanan B-2 berubah dari ratusan menjadi beberapa lusin ketika
Perang Dingin berakhir sehingga harga per unitnya melangit. F-22
menggunakan lebih sedikit bahan penyerap radar daripada B-2 atau F-117
Nighthawk, dengan harapan biaya perawatan yang akan menjadi lebih rendah. Kemampuan F-22 sendiri ditopang oleh Mesin turbofan ganda Pratt &
Whitney F119-PW-100 F-22 memiliki kemampuan pengarah daya dorong. Pengarah ini bisa mengatur perputaran axis pitch sampai sekitar 20°. Daya
dorong maksimum mesin ini masih dirahasiakan, namun diperkirakan sekitar
35.000 lbf (156 kN) per turbofan. Kecepatan maksimum pesawat ini
diperkirakan sekitar Mach 1,2 ketika dalam supercruise tanpa senjata
eksternal. Dengan afterburner, menurut Lockheed Martin, kecepatannya
"lebih dari Mach 2,0" (2.120 km/jam).
F-22 juga bisa bermanuver dengan sangat baik pada kecepatan
supersonik maupun subsonik. Penggunaan pengarah daya dorong membuatnya
bisa berbelok secara tajam, dan melakukan manuver ekstrem seperti Manuver
Herbst, Kobra Pugachev, dan Kulbit. F-22 juga bisa mempertahankan sudut menyerang konstan yang lebih besar dari 60°. Ketinggian terbang juga
memengaruhi serangan. Dalam latihan militer di Alaska pada Juni 2006, para
pilot F-22 menyebut bahwa kemampuan terbang pada ketinggian yang lebih
mutlak F-22 pada latihan tersebut. F-22 menggunakan radar AN/APG-77
AESA yang dirancang untuk operasi superioritas udara dan serangan darat,
yang sulit dideteksi pesawat lawan, menggunakan apertur aktif, dan dapat
melacak beberapa target sekaligus dalam cuaca apapun. AN/APG-77
mengganti frekuensinya 1.000 kali setiap detik, membuatnya juga sangat sulit
dilacak. Radar ini juga dapat memfokuskan emisi terhadap sensor lawan,
membuat pesawat lawan mengalami gangguan.64
Informasi pada radar ini diproses oleh dua prosesor Raytheon, yang
masing-masing dapat melakukan 10,5 miliar operasi per detik, dan memiliki
memori 300 megabyte. Perangkat lunak pada F-22 terdiri dari 1,7 juta baris
koding, yang sebagian besar memproses data yang ditangkap radar. Radar ini
memiliki jarak jangkau sekitar 125-150 mil, dan direncanakan untuk
dimutakhirkan dengan jarak maksimum sekitar 250 mil. F-22 juga memiliki
beberapa fungsi yang unik untuk pesawat seukurannya. Antara lain, pesawat
ini memiliki kemampuan deteksi dan identifikasi musuh yang hampir setara
dengan RC-135 Rivet Joint. Kemampuan mini-AWACS ini membuat F-22
sangat berguna di garis depan. Pesawat ini bisa menandakan target untuk
pesawat F-15 dan F-16, dan bahkan dapat mengetahui pesawat apa yang
pesawat kawan sedang targetkan, jadi bisa membuat agar pesawat kawan tidak
mengejar target yang sama65.
64 “JUST HOW GOOD IS THE F-22 RAPTOR?” - Carlo Kopp interviews F-22
Bus data yang digunakan pesawat ini diberi nama
MIL-STD-1394B, yang dirancang khusus untuk F-22. Sistem bus ini dikembangkan dari
sistem komersial FireWire (IEEE-1394), yang diciptakan oleh Apple dan
sering ditemukan pada komputer Apple Macintosh. Sistem bus data ini juga
akan digunakan pada pesawat tempur F-35 Lightning II. F-22 dirancang untuk
membawa peluru kendali udara ke udara yang tersimpan secara internal di
dalam badan pesawat agar tidak mengganggu kemampuan
silumannya.Peluncuran rudal ini didahului oleh membukanya katup
persenjataan lalu rudal didorong kebawah oleh sistem hidraulik.
Pesawat ini juga bisa membawa bom, misalnya Joint Direct Attack
Munition (JDAM) dan Small-Diameter Bomb (SDB) yang lebih baru, bahkan sering dijadikan sebagai pesawat penguji untuk menggunakan senjata nuklir
lewat bantuan rudal penjelajah. Selain penyimpanan internal, pesawat ini juga
dapat membawa persenjataan pada empat titik eksternal, tetapi apabila ini
dipakai akan sangat mengurangi kemampuan siluman, kecepatan, dan
kelincahannya.
Untuk senjata cadangan, F-22 membawa meriam otomatis M61A2
Vulcan 20 mm yang tersimpan di bagian kanan pesawat, meriam ini membawa 480 butir peluru, dan akan habis bila ditembakkan secara terus-menerus
selama sekitar lima detik. Meskipun begitu, F-22 dapat menggunakan meriam
ini ketika bertarung tanpa terdeteksi, yang akan dibutuhkan ketika rudal sudah
habis. Kemampuan siluman F-22 sendiri sudah menjadi standard bagi Pesawat
mereka lebih sulit dideteksi di radar dari pesawat sebelumnya, seperti
pemakaian material penyerap radar66.
Pada F-22, selain pemakaian material penyerap radar, bentuk dan
rupa F-22 juga dirancang khusus, dan detail lain seperti cantelan pada pesawat
dan helm pilot juga sudah dibuat agar lebih tersembunyi. F-22 juga dirancang
untuk mengeluarkan emisi infra-merah yang lebih sulit untuk dilacak oleh
peluru kendali "pencari panas".
Namun, F-22 tidak tergantung pada material penyerap radar seperti
F-117 Nighthawk. Penggunaan material ini sempat memunculkan masalah
karena tidak tahan cuaca buruk. Dan tidak seperti pesawat pengebom siluman
B-2 Spirit yang membutuhkan hangar khusus, F-22 dapat diberikan perawatan
pada hangar biasa. Selain itu, F-22 juga memiliki sistem yang bernama
"Signature Assessment System", yang akan menandakan kapan jejak radar pesawat sudah tinggi, sampai akhirnya membutuhkan pembetulan dan
perawatan.
B. PENGATURAN TENTANG PESAWAT SILUMAN (STEALTH
FIGHTER) MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
Secara umum pesawat siluman (stealth fighter) merupakan bagian
dari perlengkapan militer bagi negara yang memilikinya. Maka sehubungan
dengan hal itu dalam kajian hukum internasional pengaturan tentang pesawat
siluman ini dimasukkan pada bagian tentang pengaturan pesawat negara.
Karena pesawat militer itu sendiri merupakan bagian dari pesawat
negara (selain itu kajian khusus tentang Pesawat Siluman belum ada di buat
dalam perjanjian internasional). Dalam Konvensi Paris 1919 terdapat sebuah
bab khusus yang diberi judul State Aircraft (Bab VII) dimana dalam pasal 30
yang bunyinya67:
“The Following shall be deemed to be State Aircraft: Military Aircraft, Aircraft exclusively employed in State service, such as Posts, Custom, Police. All State aircraft other than military, custom and police aircraft shall be treated as private aircraft and as such shall be subject to all the provisions of the present Convention” (berikut yang dimasukkan sebagai pesawat negara adalah pesawat militer yang dikhususkan untuk tugas negara seperti pos, bea cukai dan polisi. Semua pesawat negara selain dari pesawat militer, petugas bea dan polisi akan dianggap sebagai sebagai pesawat pribadi yang pengaturannya diatur menurut ketentuan negara peserta konvensi yang memiliki hak kedaulatan tersebut)
Dari isi pasal di atas jelas kita lihat posisi pesawat militer itu
dikategorikan sebagai pesawat negara (state aircraft). Maka bisa kita tarik
suatu garis lurus bahwa pesawat siluman itu adalah pesawat negara. Dalam
pasal 31 lebih jelas lagi dideskripsikan tentang pesawat militer, seperti tertera
bunyinya sebagai berikut:68
“Every aircraft commanded by a person in military service detailed for the purpose shall be deemed to be a military aircraft.”(setiap pesawat udara
yang dipimpin oleh seorang personil militer untuk tujuan tertentu dinyatakan sebagai pesawat militer)
Maka menurut pasal di atas setiap pesawat yang di pimpin oleh seseorang
yang berwenang dari militer untuk tujuan tertentu dianggap sebagai pesawat
militer.
Tentu kita sendiri mengetahui dalam sebuah pesawat militer
minimal harus ada seseorang perwira militer, atau jika itu adalah pesawat
tempur maka harus dipiloti oleh seorang pilot yang merupakan seorang
personel militer. Sehubungan dengan hal itu dalam pasal 32 terdapat sebuah
aturan mutlak yang isinya mengkaji tentang pesawat negara tersebut, isi
pasalnya adalah sebagai berikut:69
“No military aircraft of a contracting State shall fly over the territory of another contracting State nor land thereon without special authorisation. In case of such authorisation the military aircraft shall enjoy, in principle, in the absence of special stipulation, the privileges which are customarily accorded to foreign ships of war. A military aircraft which is forced to land or which is requested or summoned to land shall by reason thereof acquire no right to the privileges referred to in the above paragraph.”(tidak ada pesawat militer dari negara peserta konvensi yang diperbolehkan terbang diatas wilayah negara lain peserta konvensi tanpa adanya otorisasi khusus. Jika otorisasi diberikan maka pesawat militer akan diberikan wewenang khusus sebagai kapal perang asing. Namun
wewenang ini tidak akan diberikan pada pesawat militer yang terpaksa mendarat atau diminta untuk mendarat karena terbang tanpa izin)
Dari isi pasal di atas jelas kita melihat bahwa tanpa adanya
otorisasi khusus dari negara yang bersangkutan maka pesawat militer asing
tidak akan bisa melintasi atau mendarat di wilayah udara negara tersebut. Dan
jika otorisasi diberikan maka pesawat militer akan diberikan kewenangan
khusus yang sesuai posisinya sebagai kapal perang asing70. Dimana pesawat
yang terpaksa mendarat atau diminta untuk mendarat dengan alasan karena
tidak memiliki izin untuk melintasi wilayah udara negara tersebut, tidak
memiliki hak-haknya sebagai kapal perang seperti yang diatur diatas.
Isi dari ketiga Pasal diatas juga sangat berkorelasi pada isi dari
pasal 3 Konvensi Chicago 1944 tentang pesawat negara (states aircraft). Jika
kita analisa isi dari pasal 32 diatas tentu hal yang pertama terpikirkan oleh kita
adalah bagaimana isi pasal ini bisa berlaku pada pesawat siluman jika tujuan
utama dibuatnya pesawat siluman adalah untuk memasuki suatu wilayah udara
tanpa diketahui (unnoticed penetration). Namun pasal ini dengan tegas
menyatakan bahwa setiap pesawat militer harus memberitahukan dan meminta
otorisasi dari negara kolong untuk melintasi wilayah udara tersebut. Ini
menjadi suatu dilema karena pesawat siluman ini dibuat untuk melanggar
aturan di atas.
Memang jika sampai pesawat siluman tersebut ketahuan
melakukan penyusupan tanpa izin ke suatu wilayah udara, maka dalam 30
menit setelah di ketahui memasuki wilayah udara tanpa izin akan diberlakukan
status alertfa atau peringatan awal oleh pusat pengontrol lalu lintas udara di
negara tersebut, jika 30 menit kemudian tetap tidak ada kontak radio atau
komunikasi apapun maka statusnya naik menjadi incerfa yaitu tindakan
pengusiran dengan pengiriman 1 skuadron pesawat tempur tetapi belum diberi
izin untuk melakukan serangan (dogfight) dan jika 30 menit kemudian tetap
tidak ada perubahan maka statusnya akan menjadi destressfa yaitu perintah
untuk menembak jatuh pesawat penyusup. Namun tahapan-tahapan ini bisa di
persingkat dari alertfa menjadi destressfa jika pesawat penyusup tersebut
langsung melakukan manuver menyerang dan melakukan baku tembak secara
langsung.71
KASUS PELANGGARAN KEDAULATAN WILAYAH UDARA
SUATU NEGARA OLEH PESAWAT SILUMAN (STEALTH FIGHTER)
A. Penggunaan Pesawat Siluman (Stealth Fighter) Dalam Operasi Militer.
Sama seperti pertempuran yang dilaksanakan oleh prajurit darat,
pertempuran udara pun memiliki taktik-taktik tertentu untuk mendapatkan
keunggulan. Taktik yang digunakan merupakan hasil perpaduan keunggulan
teknologi, kemahiran penerbang, dan seni perang. Tidak hanya saling kejar
dan adu cepat. Taktik tersebut merupakan sebuah konsep yang telah tertata
dengan baik, sebagai gabungan pengalaman dan pengkajian. Sebuah pepatah
tentang pertempuran udara sering terdengar yang bunyinya: “Semua teori
tentang taktik pertempuran udara yang sekarang tersusun dalam buku, yang
kalian pelajari dan latihkan, telah ditulis dengan tinta darah. Ikuti dan jangan
sekalipun melanggarnya.” Ini tidak terlalu berlebihan mengingat besarnya
resiko dan korban yang telah berjatuhan dalam praktek pertempuran udara
walaupun dalam bentuk latihan.
Taktik pertempuran udara sendiri sudah berkembang dengan
demikian pesatnya hingga saat ini.
Pesawat dan persenjataan yang baru, paling tidak akan
mempengaruhi taktik yang digunakan. Namun, dasar-dasar pertempuran yang
Tanggal 5 Oktober 1914 merupakan sebuah hari penting dalam
sejarah pertempuran udara. Pada hari itu, sebuah pesawat Voisin 3 Perancis,
yang diterbangkan oleh Sersan Joseph Frantz dan Louis Quenault sedang
melaksanakan patroli di dekat perbatasan Jerman. Mereka melihat sebuah
pesawat Jerman tengah berleha-leha di sepanjang wilayah udara perbatasan
kedua negara. Dan Voisin pun segera mendekat dan mengambil posisi yang
baik untuk menembak.
Tidak bisa dipastikan, apa yang ada dalam benak
penerbang-penerbang Jerman saat itu. Juga tidak diketahui, apakah ia melihat atau tidak
terhadap kedatangan pesawat Perancis didekatnya. Karena sampai saat itu,
belum ada pesawat yang saling tembak di udara. Pesawat hanyalah sebuah alat
pengintai, bukan senjata mematikan.
Bila pesawat-pesawat dari dua pihak yang bermusuhan bertemu,
mereka hanya saling menghindar dan pulang ke pangkalan. Sehingga, saat
senapan Quenault memuntahkan amunisinya dan menewaskan penerbang
Jerman, maka dunia penerbangan mengukir sejarah besar dengan dimulainya
pertempuran udara untuk pertama kali.
Sejak saat itu, negara-negara Eropa yang terlibat PD I (Inggris,
Perancis, Jerman) segera mempersenjatai pesawatnya. Metode-metode
pertempuran udara mulai dipelajari. Taktik pertempuran yang pertama kali
digunakan adalah pertempuran jarak dekat 1 lawan 1 dengan pemanfaatan
ketinggian. Para penerbang yakin, dengan posisi pesawat yang lebih tinggi,
Selain jarak pandang ke bawah yang luas, juga serangan dengan
daya kejut dan kecepatan yang besar akan dengan mudah dilaksanakan dari
atas.
Pada tahun 1915, perubahan yang menonjol adalah mulai
dikenalkannya pesawat tempur kursi tunggal. Bila sebelumnya seorang juru
tembak duduk di cockpit belakang, maka selanjutnya penerbang harus bisa
terbang sambil menembak. Hal ini cukup sulit dilakukan pada awalnya
karena belum ada sistem HOTAS (Hands On Throttle And Stick) dimana
semua tombol untuk menembak ditempatkan di tongkat kemudi. Sehingga
penerbang harus terbang dengan satu tangan, sedangkan tangan lainnya untuk
mengarahkan tembakan.
Namun, pertempuran demi pertempuran telah membuat para
penerbang mahir menggunakan sistem senjata udara tradisional tersebut.
Dalam tahun yang sama, para penerbang mulai mengenal istilah ace yang
berarti penerbang yang mampu menjatuhkan 5 pesawat musuh. Sedangkan
penerbang Jerman menyebutnya dengan kanone yang berarti mesin
pembunuh. Istilah ace lahir dari Perancis, saat Rolland Garros mampu
menjatuhkan 5 musuh dalam awal bulan April 1915. Sedangkan penerbang
yang bisa menjatuhkan korban lebih banyak lagi, disebut dengan ace of aces.
Sampai tahun 1916, pesawat tempur mulai melakukan terbang
patroli formasi. Namun demikian, pertempuran masih dilaksanakan dalam
taktik satu lawan satu. Penerbang yang mulai menekuni kegiatan perumusan
Boelcke adalah orang pertama yang mampu menggambarkan detail-detail pertempuran yang telah dilakukannya. Dari pengalamannya, ia kemudian
berhasil merumuskan prinsip-prinsip dasar pertempuran udara. Sehingga
Boelcke nantinya dinobatkan menjadi bapak pertempuran udara dunia. Walaupun terbang formasi akhirnya dilaksanakan, pertempuran udara satu
lawan satu masih menjadi taktik andalan sampai akhir PD I. Memang
pertempuran udara besar (dog fight) sudah sering terjadi.
Namun rumusan yang baik tentang pertempuran udara yang
dilakukan lebih dari 2 pesawat belum pernah terwujud. “He who has height
controls the battle” Ini adalah kalimat suci bagi semua penerbang tempur. Memanfaatkan ketinggian adalah taktik pertama yang ditemukan untuk
pertempuran udara dan kekal sampai sampai saat ini. Memiliki keuntungan
ketinggian berarti keunggulan kecepatan dalam sebuah serangan dan saat
melarikan diri, penerbang memiliki pandangan yang lebih luas, dan daya kejut
yang lebih baik. Perkembangan kemampuan pesawat juga ikut mempengaruhi
perkembangan taktik pertempuran yang dilaksanakan.
Pada awal terjadinya pertempuran udara, taktik yang dugunakan
oleh penerbang hanya saling berputar-putar horizontal untuk menempatkan
diri pada posisi tembak yang baik. Mengapa demikian? Karena saat itu tak ada
satupun pesawat yang mampu digunakan untuk terbang vertikal. Gerakan
pesawat amat sangat terbatas. Tenaga dorong yang kecil dan cockpit pesawat
yang masih terbuka tidak memungkinkan penerbang untuk berjumpalitan di
pertempuran udara? Bukan dari Amerika, Perancis, ataupun Inggris. Dia
adalah seekor elang dari Jerman, bernama Max Immelmann. Dengan didukung
pesawat berdaya dorong besar buah karya si jenius dari Belanda Anthony
Fokker, Max Immelmann menjadi mesin pembunuh nomor satu Jerman bersama Oswald Boelcke. Immelmann menciptakan taktik vertikal yang pada
saat sebelumnya tidak mungkin dilaksanakan. Taktik yang diciptakan
Immelmann masih memanfaatkan ketinggian sebagai dasar pelaksanaannya. Dari posisi di atas, Immelman akan menukik ke bawah menuju belakang
pesawat lawan.
Dalam posisi tembak yang baik dan kecepatan yang tinggi,
Immelmann akan melepaskan rentetan tembakan. Sambil terus menembak,
Immelman akan membiarkan pesawatnya terus mendekat pada jarak minimum
terhadap pesawat lawan. Saat berada di jarak minimum itulah dia akan
membetot pesawatnya naik ke atas sampai mendekati kecepatan stall,
berputar, inverted, mencari lawan yang lain dan dihunjamkan lagi ke bawah.
Immelmann siap memakan korban lainnya. Gerakan ini dikenal dengan
sebutan Immelmann Turn. Sebuah gerakan yang sangat terkenal hingga saat
ini dan diajarkan secara luas di semua sekolah penerbang tempur.
Tak satupun penerbang mengetahui mengapa manuver vertikal
jauh lebih unggul daripada manuver horizontal. Dalam setiap belokan yang
dimulai pada saat yang bersamaan, maka penerbang yang menggunakan
vertikal manuver akan mampu bergerak lebih cepat. Bahkan Immelman sendiri
PD II, barulah diketahui rahasia keunggulan manuver vertikal yang
disebabkan adanya Radial G, sebagai pengaruh dari gaya gravitasi bumi.
Perkembangan teknologi yang berpengaruh besar pada perubahan taktik
pertempuran udara adalah ditemukannya komunikasi radio.
Teknologi ini ditemukan pada masa jeda pasca PD I. Dengan
teknologi ini, para penerbang akan dengan leluasa melakukan pertempuran
lebih dari 2 pesawat, karena para penerbang bisa menyampaikan instruksi
dengan baik. Mulai dari pertempuran 1 lawan 1 berkembang menjadi 2 lawan
2, 3 lawan 3, dan selanjutnya. Perkembangan menakjubkan yang sangat
mempengaruhi taktik pertempuran udara adalah penemuan teknologi radar.
Bila sebelumnya para penerbang harus menggunakan mata telanjang untuk
mencari musuh, maka setelah era radar, penerbang hanya melihat layar radar
di cockpit dan informasi dari radar permukaan ataupun radar AWACS
(Airborne Warning and Air Control System).
Bagi radar modern, radar bahkan sudah bisa menangkap target di
segala arah pesawat dengan teknologi Radar Warning Receiver (RWR).
Jerman pernah menjadi negara paling maju dalam pengembangan pesawat jet.
Namun karena manajemen politik yang salah, apa yang diperjuangkan para
ahli jenius Jerman itu hancur berantakan pada akhir PD II. Setelah itu Amerika
dan Rusia memimpin penguasaan teknologi pesawat tempur hingga saat ini.
Dengan daya dorong mesin yang lebih besar, sistem avionik dan senjata yang
Manuver-manuver vertikal maupun horizontal telah bisa dieksploitasi
sedemikian hingga menjadi seni gerakan yang mematikan.
Melihat perkembangan yang ada di kancah pertempuran udara
modern, pada saat ini tidak ada lagi pesawat yang terbang sendiri dan
bertempur sendiri. Pertempuran udara telah biasa dilakukan dalam jumlah
yang besar. Hal ini tentunya tergantung dari kekuatan tiap-tiap negara untuk
menyediakan jumlah pesawat yang diinginkan untuk taktik pertempuran udara
yang akan digunakan. Namun demikian, taktik pertempuran udara 1 lawan 1
adalah taktik dasar yang harus dikuasai oleh setiap penerbang tempur.
Sehingga, taktik ini sudah pasti akan diajarkan di seluruh sekolah penerbang
tempur. Dari taktik dasar ini, mereka akan mempelajari taktik pertempuran
dalam jumlah yang lebih besar.
“Pertempuran udara lahir dari teknologi” Inilah kalimat yang tepat
menyimak kemajuan yang terjadi dalam sejarah pertempuran udara. Semua
taktik baru yang dikembangkan dalam pertempuran udara adalah hasil
kemajuan teknologi. Dari mata telanjang, penerbang kini telah memiliki mata
yang lain di pesawat berupa radar dan RWR. Selain itu, penerbang akan
dibantu oleh operator-operator radar, yang akan mengarahkannya menuju
target yang dikehendaki, lalu menembakkan rudal dengan hanya
mengandalkan mata elektronik yang ada di pesawat.
Hasil dari kemajuan teknologi lainnya juga telah menghasilkan
performance pesawat yang sempurna. Mulai dari PD II, tidak hanya
mulai dipertimbangkan. Para desainer pesawat mulai memperhitungkan
kecepatan belok (rate turn) ataupun jari-jari belokan (radius turn) dari
pesawat untuk meningkatkan kelincahan tempur. Mereka juga mulai
memperhatikan sedetail-detailnya tentang akselerasi kecepatan, efesiensi
bahan bakar, jarak jangkau, dan lain-lainnya. Untuk menambah keamanan
tempur, mereka menciptakan kursi lontar, kokpit tertutup, ataupun pesawat
bermesin ganda.
Dalam pertempuran udara, faktor paling dominan yang
kelihatannya akan mengakhiri taktik pertempuran udara jarak dekat adalah
kemajuan teknologi rudal. Dengan jarak jangkau yang semakin jauh dan
akurasi perkenaan yang hampir 100 %, akan sangat sulit bagi pesawat musuh
untuk lolos dari sergapan. Dan bagi para penerbang sendiri, hal ini tentunya
sangat menguntungkan. Mereka tidak perlu melakukan dog fight dengan
berjumpalitan di angkasa. Mereka hanya melihat di layar, sedikit bergerak
untuk mengambil posisi menembak yang baik, melepaskan rudalnya, dan
pulang ke rumah. Dalam era seperti sekarang, pertempuran udara jarak dekat
seperti pada era PD I dan PD II juga sudah jarang terjadi.
Dengan perkembangan sistem radar dan rudal, pertempuran
dilaksanakan dalam Beyond Visual Range (BVR), dimana penerbang dari
pihak yang bermusuhan bahkan tidak saling melihat. Rudal jarak dekat
dengan sistem infra red seeker dengan jarak tembak efektif 2 mil dan harus
dilepaskan dari belakang pesawat lawan, memang sempat merajai di perang
Namun rudal jenis ini sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian
negara pengguna. Untuk negara maju sendiri sudah bertumpu pada rudal
dengan jangkauan yang lebih jauh dan mampu dilepaskan dari berbagai
macam sudut serangan.
Sebagian besar kemenangan yang didapatkan dalam perang udara
dalam 4 dekade terakhir telah melibatkan pertempuran jarak dekat antar
pesawat tempur yang menggunakan rudal AIM-9 Amerika, Atoll Rusia,
Shafrir Israel, dan rudal jarak dekat lainnya. Rudal jarak sedang dan senapan mesin telah mulai menggantikan peran rudal-rudal jarak pendek tersebut sejak
dimulainya perang Vietnam.
Sejalan dengan kemajuan teknologi, faktor politik, dan usaha
keunggulan dalam perang, sebagian besar kemenangan yang didapatkan dalam
perang teluk dan konflik Kosovo, telah menggunakan rudal jarak sedang.
Sejak perang teluk 1990-1991, 60% (24 kemenangan) dari kemenangan
armada pesawat NATO terhadap Irak didapatkan dengan rudal udara ke udara
jarak sedang generasi ketiga dengan sistem radar homing, AIM-7 Sparrow.
Banyak dari rudal tersebut diluncurkan dari jarak yang cukup jauh. Pesawat
Irak lainnya jatuh dengan rudal jarak pendek AIM-9 Sidewinder (12
kemenangan), senapan mesin (2 kemenangan), 1 pesawat rusak dengan bom
907 kg dan 2 pesawat lagi jatuh pada saat bermanuver.
Pada saat ini, USAF telah mulai menggusur rudal lamanya dengan
AIM-120 AMRAAM. Rudal jarak sedang generasi keempat seperti AIM-120
pertempuran jarak dekat yang seharusnya menggunakan rudal jarak dekat
seperti ASRAAM dan AIM-9. Rudal jarak sedang seperti AIM-120 Amerika
dan R-77 juga telah ditingkatkan kemampuannya, sehingga mampu
menembak sasaran jarak jauh yang seharusnya menggunakan rudal jarak jauh
AIM-54 Phoenix. Rudal-rudal tersebut adalah jenis rudal jarak sedang yang
bisa diluncurkan dari jarak jauh tanpa melihat target dengan mata telanjang,
cukup dengan visualisasi pada layar radar. R-27 adalah rudal radar homing
semi aktif yang mempunyai kemampuan hampir sama dengan AIM-7 Sparrow
model terbaru. R-27 juga dibuat dalam jenis infra red missile. Rudal R-27 bisa
dipasang pada pesawat Mig-29 and Su-27. Sedangkan versi R-27RE memiliki
motor rocket lebih besar sehingga kecepatan dan jarak jangkau yang dimiliki menjadi lebih tinggi dibandingkan AIM-7 Sparrow milik NATO.
Rudal R-77 adalah rudal Rusia yang memiliki sistem dengan
kemampuan “fire and forget” setara dengan AIM-120 A/B. Namun jarak
jangkau dan kecepatannya lebih tinggi dibandingkan rudal Amerika tersebut.
Sehingga Amerika berusaha dengan keras untuk meningkatkan kemampuan
rudal-rudal jenis AIM-120 untuk mengimbangi musuhnya.
Rudal udara ke udara milik Perancis, MICA, memiliki jarak
jangkau lebih pendek dibanding AIM-120 dan R-27/77, yaitu 30 mil. Rudal ini
mempunyai versi radar aktif ataupun infrared. Rudal ini dipasang pada
pesawat Mirage 2000-5, rencananya akan dipasang untuk pesawat Rafale.
Amerika, Eropa, dan Rusia sebagai negara desainer senjata paling
kemampuan terbaik untuk jenis medium range, yang rencananya akan
digunakan untuk abad ke-21. Rusia sudah menyiapkan beberapa jenis desain
rudal seperti Zvezhda Kh-37 dan Novator Ks-172, yang memiliki kecepatan
tinggi, jarak jangkau 62 mil, dan sistem penjejak radar homing. Para petinggi
departemen pertahanan dan keamanan Inggris pun telah memesan sebuah
rudal baru jenis Beyond Visual Range Air To Air Missile (BVRAAM), yang
akan dipasang pada Eurofighter dengan jarak jangkau lebih besar dan
memiliki ketahanan manuver untuk membuat “no escape zone” bagi pesawat
musuh yang memiliki manuver tangguh. Perlombaan yang tak akan pernah
usai.
Mayor Nebojsa Nilkolic, salah satu dari penerbang AU Yugoslavia yang tertembak pertama kali pada pembukaan serangan udara NATO di
Kosovo. Malang tidak bisa ditolak, penerbang Yugoslavia ini baru saja
mengudara dari landasan, namun puluhan rudal baik air to air ataupun ground
to air missile sudah berhamburan mengejarnya. Pesawatnya jatuh sebelum mampu berbuat sesuatu dengan persenjataan yang dibawanya.
Hal inipun terjadi pada penerbang-penerbang Yugoslavia lainnya.
Jangankan bermanuver, justru pesawat-pesawat itu sudah jatuh lebih dulu di
sekitar landasan. Ini adalah paradigma baru dalam pertempuran udara bahwa
daerah pertahanan belakang pun sudah tidak bisa menghindar dari serbuan
senjata lawan. Tidak ada dog fight, baik 1 lawan 1 ataupun dalam jumlah yang
lebih besar, baik dalam jarak dekat ataupun BVR. Bagi Amerika sendiri,
dengan mencapai kemenangan dengan kerugian seminimum mungkin pada
korban prajurit.
Mereka mengembangkan pertempuran jarak jauh dan smart war.
Tidak ada jumpalitan, tidak ada hiruk pikuk ataupun teriakan prajurit.
Tinggal lihat di layar dan tekan tombol.
Strategi pertempuran sebenarnya hanya 3 macam, yaitu kekuatan,
kecepatan bergerak, dan kerahasiaan. Sehingga, rasio yang diambil dari ketiga
taktik itu adalah bila kalah kuat maka harus bergerak, jika masih kalah maka
bersembunyi.
Jika masih kalah juga, maka kita harus bergerak sambil sembunyi.
Hal ini pun berlaku bagi taktik pertempuran udara. Sehingga, mulai
dikembangkan teknologi stealth.
Ini adalah salah satu cara untuk menghindari pertempuran bentuk
lain yang sangat beresiko. “Bila dari jauh sudah bisa dibunuh kenapa harus
mendekat.” Integrasi teknologi rudal, radar dan satelit telah membuat Amerika mampu berbuat segalanya. Pengalaman tragis dari pangkalan MiG-29
Yugoslavia adalah sebuah contoh nyata. Jangankan pesawat yang ada di
udara, pesawat baru ditarik keluar hanggar pun sudah bisa dilihat dari
Amerika dengan teknologi satelitnya. Sehingga masalah eksploitasi luar
angkasa telah menjadi ancaman tersendiri bagi angkatan udara yang masih
bertahan pada cara bertempur yang lama.
Dengan gabungan teknologi radar, satelit, dan rudal yang canggih
Karena segala macam penghancuran akan bisa dilaksanakan dari pusat
komando di bawah dan deteksi pusat ancaman yang sempurna dari satelit.
Sehingga sempat terpikirkan oleh ahli-ahli senjata Amerika untuk
mengkonsep sistem senjata yang bertumpu pada satelit di luar angkasa. Hal ini
dilakukan dengan semakin sempurnanya sistem deteksi satelit. Dengan sistem
ini maka peran pesawat tempur akan jauh menurun dalam pertempuran.
Namun, sebagai manusia normal, siapa yang mau begitu saja
menggantungkan nasib hidup seluruh rakyat kepada peralatan yang terletak
jauh ribuan kilometer di luar angkasa, padahal ancaman kadang-kadang sudah
nampak di depan mata. Sehingga, pesawat tempur masih akan tetap menjadi
senjata pemusnah nomor satu dalam pertempuran. Namun, pertempuran tidak
lagi dalam jarak dekat, dan tidak pula bertumpu pada manuver akrobatik
sebuah pesawat. Pertempuran akan lebih tergantung pada kemampuan sistem
deteksi radar, akurasi dan jangkauan senjata, juga satelit di luar angkasa, yang
hanya dikendalikan dari sebuah remote control di laboratorium pertahanan
udara.
Ada beberapa perkembangan baru yang membuat prinsip-prinsip
penggunaan aset militer itu menjadi lebih kompleks. Saat ini muncul apa yang
disebut sebagai Revolutionary in Military Affairs (RMA) yang ditandai dengan
penggabungan tiga aspek yaitu sistem informasi (information system); sistem
persenjataan (weaponry system) dan ruang angkasa (space).
Sistem informasi telah menjadi suatu bagian yang sangat penting
militernya. Perang teluk 1991 dan aksi militer NATO terhadap Yugoslavia
menunjukkan hal ini. Sistem persenjataan dengan mengintegrasikan sistem
informasi melalui satelit dan komputerisasi telah merubah sifat suatu operasi
militer menjadi cepat, akurat dan efisien. Ukuran senjata juga menjadi lebih
kecil namun dengan kekuatan yang lebih besar. Karena ketergantungan pada
sistem informasi tersebut, operasi militer juga akan menjadikan jaringan
komunikasi dan infrastruktur yang sangat vital bagi musuh sebagai target
serangan militer baik penghancuran secara fisik, maupun melalui perang
komputer dan elektronik. Integrasi antara sistem persenjataan dan informasi
memerlukan ruangan/space. Ruangan yang dimaksud di sini adalah
penguasaan kendali atas ruang udara di daerah operasi militer.
Untuk mewujudkan hal tersebut peran Pesawat siluman dalam
suatu operasi militer memiliki fungsi yang sangat vital sebagai pesawat
mata-mata (pengintai) di daerah musuh dan sebagai serangan kejutan karena
kehadirannya yang sangat sulit untuk di deteksi oleh Radar lawan. Pada
umumnya pesawat siluman dalam operasi militer terbagi atas: pesawat tempur
(fungsi pengintaian dan serangan kilat) dan pesawat pengebom.
Dalam tugas pengintaian pesawat yang digunakan sering kali
adalah drone stealth atau pesawat siluman robot tanpa awak pesawat
seringkali disebut juga sebagai UAV (Unmanned Aerial Vehicle). UAV ini
sendiri digunakan untu melakukan tugas yang terlalu berbahaya untuk
dilakukan seorang diri oleh seorang pilot pesawat tempur. Kemampuan jelajah
menghimpun informasi-informasi penting yang ada di lapangan perang yang
berhubungan dengan musuh. Jelas kita ketahui bahwa sering kali keunggulan
dalam informasi intelejensi sangat mendukung hasil operasi militer secara
signifikan. Dari jenis pesawatnya, UAV yang sering digunakan adalah MQ
Reaper Predator yang memiliki kemampuan juga untuk melakukan serangan kilat karena dipersenjatai oleh rudal hellfire yang mampu membumihanguskan
suatu area dalam radius 1 hektar lebih. Namun dalam serangan kilat yang
efektif biasanya yang digunakan adalah pesawat siluman yang berawak seperti
pesawat tempur seri sukhoi buatan Rusia atau pesawat F-22 Raptor yang
terkenal dengan kegesitannya dalam melakukan penyusupan ke wilayah udara
tertentu dan superioritasnya saat melakukan dogfight (duel udara dengan
sesama pesawat tempur lainnya).
Pesawat siluman pengebom sendiri digunakan untuk
membombardir suatu area tertentu yang sudah ditentukan. Jenis pesawat
siluman untuk tipe pengebom ini sendiri adalah B-2 Spirit yang sering disebut
sebagai Stealth Bomber. Namun pada saat ini baik F-22 Raptor maupun B-2
spirit masing-masing sudah dilengkapi kapasitas untuk melakukan peluncuran
rudal dengan inti nuklir (Nuclear Warhead Missiles). Secara umum ini
menjadi solusi atas kesulitan peluncuran nuklir yang sebelumnya harus
diluncurkan dengan menggunakan rudal penjelajah yang di luncurkan melalui
sebuah silo (pangkalan instalasi peluncuran rudal), dimana jika peluncuran ini
dilakukan melalui silo akan ada batas jangkauan jarak yang dapat ditempuh
Hal ini memang sempat terpecahkan dengan munculnya nuclear
submarine atau kapal selam nuklir. Namun dengan lahirnya teknologi siluman, maka peluncuran nuklir dirasa akan lebih efektif jika menggunakan pesawat
siluman. Sehingga dapat disimpulkan penguasaan kendali atas ruang udara
yang dapat dilakukan oleh pesawat siluman tersebut sangat perlu untuk
menopang proses RMA tersebut.
Kemampuan pesawat siluman di dalam pertempuran itu menjadi
nilai tawar yang sangat tinggi bagi perkembangan pertempuran udara yang
terjadi. Radar yang menjadi mata elektronik pada saat pertempuran udara
sudah bisa dilumpuhkan melalui teknologi stealth tersebut, seorang pilot yang
berhadapan dengan pesawat siluman hanya tinggal mengandalkan naluri dan
mata telanjangnya saja untuk menentukan lokasi sebuah pesawat siluman, dan
tentu hal ini sangat merugikan karena visibilitas di atas pesawat tempur tanpa
adanya radar sangatlah terbatas. Selain itu kesulitan lainnya adalah pada saat
akan melakukan serangan berupa tembakan rudal, untuk membidik rudal
secara tepat di perlukan fungsi radar untuk mengunci target rudal yang di
kombinasikan dengan sensor inframerah untuk mendeteksi panas dari pesawat
yang akan ditembak jatuh. Hal ini sendiri sudah dimentahkan oleh pesawat
siluman dengan kemampuan menghilang dari radar, kemampuan manipulasi
bahan bakar yang dikomposisikan dengan model saluran pembuangan (thrust)
yang biasanya memancarkan panas yang di bentuk memanjang supaya
pesawat siluman telah menandai besarnya kekuatan militer negara yang
memiliki teknologi tersebut.
B. Kasus Pelanggaran Kedaulatan Wilayah Udara Suatu Negara Oleh
Penggunaan Teknologi Pesawat Siluman (Stealth Fighter).
Pada dasarnya penulis sendiri mengalami kesulitan yang sangat
luar biasa untuk mencari contoh kasus pelanggaran kedaulatan yang
disebabkan oleh penggunaan teknologi pesawat siluman. Hal ini disebabkan
oleh jarangnya pemberitaan mengenai penggunaan pesawat siluman tersebut
secara terang-terangan. Secara umum dari segi politis dan ekonomisnya,
pelanggaran kedaulatan oleh pesawat siluman telah terjadi pada saat perang
Irak dan pada saat Revolusi di Libya. Dimana semua insiden tersebut yang
mengakibatkan terjadinya pelanggaran kedaulatan wilayah udara suatu negara
dengan adanya alasan-alasan politis dan ekonomis yang di gabungkan dengan
justifikasi hukum internasional yang berlaku. Namun yang benar-benar murni
merupakan sebuah pelanggaran kedaulatan secara utuh baru terjadi pada 4
Desember 2011, dimana Angkatan Udara Iran mengklaim telah menembak
jatuh sebuah drone stealth (UAV) dengan jenis RQ – 170 Sentinel. Satu
persatu kasus tersebut akan dipaparkan dan dikaji menurut peraturan
internasional yang berlaku sebagai berikut:
Perang Irak (tahun 2003–2011), yang dikenal juga dengan istilah
Pendudukan Iraq72, Perang Teluk II73, Perang Teluk III74, atau, oleh
Amerika Serikat, Operasi Pembebasan Irak75, dimulai dengan
invasi Irak pada tahun 2003.
Okupasi yang kemudian dilakukan oleh pasukan koalisi
pimpinan Amerika Serikat dan Britania Raya mengakibatkan
berlanjutnya peperangan antara para pemberontak dengan pasukan
koalisi. Tentara Baru Irak lalu dibentuk untuk menggantikan
tentara lama Irak setelah dibubarkan oleh koalisi, dan diharapkan
tentara baru ini akan mengambil alih tugas-tugas koalisi setelah
mereka pergi dari Irak.
Sebelum invansi dilaksanakan, pemerintah Amerika Serikat
dan Britania Raya menuduh Irak sedang berusaha membuat senjata
pemusnah masal yang mengancam kemanan nasional mereka,
koalisi, dan sekutu regional. Pada tahun 2002, Dewan Keamanan
PBB mengeluarkan Resolusi 1441 yang mewajibkan Irak untuk
bekerjasama sepenuhnya dengan inspektur senjata PBB guna
membuktikan bahwa Irak tidak berada dalam suatu usaha membuat
72“Saudi King Condemns U.S. Occupation of Iraq” dikutip dari:
http://www.nytimes.com/2007/03/28/world/middleeast/29saudicnd.html?_r=1&ex=13328 20800&en=da8a156f30f093ea&ei=5124&partner=digg&exprod=digg diakses pada 2 September 2012 pada pukul 19:17 Wib
73“Rescue Operations in the Second Gulf War” dikutip dari situs:
http://www.airpower.maxwell.af.mil/airchronicles/apj/apj05/spr05/whitcomb.html diakses pada 03 Agustus 2012 pada pukul 19:15 Wib.
74“The 3rd Persian Gulf War” dikutip dari situs:
senjata pemusnah masal. Hans Blix, pemimpin dari tim inspeksi
senjata yang dikirim, mengatakan bahwa tidak ditemukan senjata
pemusnah masal dan Irak telah bekerja sama dengan aktif, akan
tetapi, dibawah ketentuan-ketentuan tertentu dan
penundaan-penundaan.
Di antara peperangan yang terjadi antara para pemberontak,
koalisi, dan tentara baru Irak, perang saudara antar kelompok
mayoritas Syi'ah dan minoritas Sunni masih berlanjut sampai
sekarang76. Sebab dan akibat terjadinya perang ini sampai kini
masih kontroversial.77
Dalam perang ini jenis pesawat siluman yang digunakan
adalah F-22 Raptor. Dima