• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Pengaruh Pengembangan Pariwisata Di Kawasan Banten Lama Terhadap Kehidupan Perekonomian Masyarakat Lokal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Pengaruh Pengembangan Pariwisata Di Kawasan Banten Lama Terhadap Kehidupan Perekonomian Masyarakat Lokal"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PEREKONOMIAN MASYARAKAT LOKAL

TUGAS AKHIR

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh : HERDIANSYAH

1.06.07.008

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(3)
(4)

Kawasan Banten Lama merupakan sisa-sisa kepurbakalaan dari Kesultanan Banten yang saat ini menjadi objek wisata sejarah dan ziarah di Kota Serang dan menjadi destinasi yang banyak dikunjungi wisatawan baik yang berasal dari dalam Provinsi Banten ataupun luar Provinsi Banten. Karena potensinya tersebut maka pemerintah daerah Kota Serang dan Provinsi Banten menunjukkan bukti nyata dengan diwujudkannya program-program atau upaya pengembangan obyek dan daya tarik wisata. Adanya pengembangan pariwisata pada umumnya dapat memberikan pengaruh positif dan negatif khususnya bagi masyarakat lokal. Untuk itu perlu adanya penelitian mengenai pengaruh pengembangan pariwisata di Kawasan Wisata Banten Lama terhadap kehidupan masyarakat lokal Desa Banten, Kecamatan Kasemen Kota Serang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal dilihat dari aspek ekonomi yang meliputi perubahan mata pencarian, pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pengembangan pariwisata di Kawasan Banten Lama di Desa Banten ternyata memberikan pengaruh bagi masyarakat lokal dilihat dari perubahan mata pencarian, pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja. Dari hasil penelitian menunjukan pengaruh terhadap perubahan mata pencarian yakni adanya pergeseran pekerjaan masyarakat lokal dari nelayan ke usaha sektor wisata sebesar 32 %. Selain itu terhadap pendapatan masyarakat lokal yang terlibat juga memberikan pengaruh yakni adanya peningkatan pendapatan sebesar 132 %. Selanjutnya akibat dari adanya pengembangan memberikan pengaruh terhadap kesempatan kerja di wilayah penelitian yakni bertambahnya unit usaha yang dikelola oleh masyarakat lokal yang mana sebelum pengembangan berjumlah 73 unit usaha dan setelah pengembangan menjadi 184 jenis unit usaha. Dengan demikian maka, pengembangan pariwisata di Kawasan Banten Lama yang terletak di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang dapat menjadikan kehidupan perekonomian masyarakat lokal menjadi lebih baik.

(5)

ii Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini.. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad S.A.W.

Tugas Akhir dengan judul “Identifikasi Pengaruh Pengembangan Pariwisata Di Kawasan Banten Lama Terhadap Kehidupan Perekonomian Masyarakat Lokal ”, dengan terselesaikannya tugas akhir ini, penulis banyak sekali mendapat pengarahan, bimbingan serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada :

1. Kedua orang tua saya yang tercinta, ayahanda dan ibunda serta kakak (Febriana, Irma Fujiati) , adikku (Syahdian Salim) dan seluruh Keluarga Besar H. Bisri (Alm). Terimakasih banyak atas do’a dan dukungan baik secara moril maupun materil serta perhatian dan curahan kasih sayang yang dapat memberikan semangat kepada penulis;

2. Bapak Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia;

3. Bapak Dr. Arry Akhmad Arman, selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer.

4. Ibu Romeiza Syafriharti, Ir.,MT., selaku ketua program studi perencanaan wilayah dan kota sekaligus sebagai penguji yang banyak memberikan pemikiran, dan saran;

5. Ibu Dr. Ir. Lia Warlina, M.Si., selaku dosen wali dan dosen pembimbing tugas akhir ini yang selalu sabar dalam membimbing penulis serta banyak memberikan pemikiran, saran dan semangat pada penulis;

6. Bapak Tatang Suheri, ST.,M.T selaku dosen penguji;

(6)

9. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Besar harapan penyusun, laporan ini dapat bermanfaat baik bagi orang-orang yang membaca laporan ini. Laporan ini juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan berbagai masukan, kritik dan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran yang lebih baik di masa yang akan datang.

Wassalamua’laikum Wr. Wb.

Bandung, Agustus 2012 Penyusun

(7)

iv LEMBARAN PENGESAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 4

1.4 Ruang lingkup Studi ... 4

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 4

1.4.2 Ruang Lingkup Data ... 6

1.4.3 Ruang Lingkup Materi ... 6

1.5 Metodologi Penelitian ... 7

1.5.1 Metode Pengumpulan Data ... 7

1.5.2 Metode Analisis ... 9

1.6 Variabel Penelitian ... 10

1.7 Kerangka Berfikir ... 13

1.8 Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pariwisata ... 15

2.1.1 Industri Pariwisata ... 16

2.1.2 Pengertian Wisata Heritage ... 18

A. Heritage Tourism ... 18

B. Wisata Ziarah ... 19

(8)

2.4.1 Dampak Pariwisata ... 25

2.4.2 Dampak Pengembangan Pariwisata ... 25

2.4.3 Dampak Ekonomi Pariwisata ... 26

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 3.1 Kondisi Fisik Dasar ... 30

a. Letak Wilayah Penelitian ... 30

b. Iklim ... 32

c. Tofografi ... 32

c. Kondisi Geologi dan Tanah ... 32

3.1.1 Tata Guna Lahan ... 32

3.2 Penduduk ... 33

3.2. 1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 33

3.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 33

3.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian ... 35

3.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36

3.3 Sarana dan Prasarana ... 37

a. Pertanian dan Pengairan ... 37

b. Perikanan dan Kelautan ... 38

c. Industri ... 38

d. Fasilitas Perdagangan dan Lembaga Keuangan ... 39

e. Fasilitas Pendidikan ... 39

f. Fasilitas Keagamaan dan Kebudayaan ... 40

g. Sarana Olahraga, Kesenian dan Hiburan ... 40

3.4 Gambaran Umum Objek Wisata Banten Lama ... 41

3.4.1 Deskripsi Objek Wisata ... 41

3.4.2 Fasilitas Penunjang Kepariwisataan ... 47

3.5 Karakteristik Responden ... 49

3.5.1 Jenis Kelamin... 49

(9)

vi 3.5.5 Tingkat Pengetahuan Masyarakat dan manfaat

Keberadaan Objek Wisata ... 51

a. Tingkat Pengetahuan Terhadap Objek Wisata ... 51

b. Manfaat Adanya Objek Wisata ... 51

BAB IV ANALISIS 4.1 Pengaruh Perubahan Mata Pencarian Masyarakat ... 53

4.1.1 Perubahan Mata Pencarian Masyarakat ... 53

4.1.2 Hubungan Perubahan Mata Pencarian Dengan Karakteristik Sosial Penduduk ... 55

4.1.2.1 Jenis Kelamin ... 55

4.1.2.2 Tingkat Pendidikan ... 57

4.1.2.3 Tingkat Usia ... 59

4.2 Pendapatan Penduduk ... 61

4.3 Kesempatan Kerja ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Rekomendasi ... 65

(10)

Halaman

Tabel 1.1 : Jumlah Kunjungan Wisata ... 3

Tabel 1.2 : Variabel Penelitian ... 10

Tabel 2.1 : Klasifikasi Usaha Dalam Industri Pariwisata ... 18

Tabel 3.1 : Penggunaan Lahan ... 32

Tabel 3.2 : Jumlah Penduduk Desa Banten ... 33

Tabel 3.3 : Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur ... 34

Tabel 3.4 : Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian ... 35

Tabel 3.5 : Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 36

Tabel 3.6 : Jumlah Sarana/Prasarana Pertanian ... 37

Tabel 3.7 : Jumlah Sarana/Prasarana Perikanan dan Kelautan ... 38

Tabel 3.8 : Jumlah Sarana/Prasarana Industri ... 38

Tabel 3.9 : Jumlah Sarana Perdagangan dan Lembaga Keuangan ... 38

Tabel 3.10 : Jumlah Fasilitas Pendidikan ... 40

Tabel 3.11 : Jumlah Fasilitas Keagamaan dan Kebudayaan ... 40

Tabel 3.12 : Jumlah Sarana Olahraga, Kesenian dan Hiburan ... 41

Tabel 3.13 : Sarana Kepariwisataan ... 48

Tabel 3.14 : Usia Responden ... 50

Tabel 3.15 : Pendidikan Formal ... 50

Tabel 3.16 : Manfaat keberadaan ODTW ... 51

Tabel 4.1 : Mata Pencarian Masyarakat Sebelum dan Sesudah Pengembangan Pariwisata di Kawasan Banten Lama ... 53

Tabel 4.2 : Persentase Perpindahan Mata Pencarian Penduduk Sebelum dan sesudah Pengembangan ... 55

Tabel 4.3 : Hubungan Jenis Kelamin Dengan Perubahan Mata Pencarian ... 56

(11)

viii Golongan Umur ... 59 Tabel 4.7 : Hubungan Golongan Umur Dengan Perubahan

Mata Pencarian ... 60 Tabel 4.8 : Pendapatan Rata-rata Masyarakat Perbulan Sebelum

dan Sesudah Pengembangan ... 61 Tabel 4.9 : Peluang/Kesempatan Kerja Penduduk ssebelum dan Sesudah

(12)

Halaman

Gambar 1.1 : Peta Orientasi ... 5

Gambar 1.2 : Lingkup Data Penelitian ... 6

Gambar 3.1 : Peta Kecamatan Kasemen ... 31

Gambar 3.2 : Perentase Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 34

Gambar 3.3 : Perentase Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian ... 35

Gambar 3.4 : Perentase Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian ... 37

Gambar 3.5 : Benteng Surosowan ... 42

Gambar 3.6 : Mesjid Agung Banten Lama ... 43

Gambar 3.7 : Makam Sultan Dan Kerabat Sultan ... 43

Gambar 3.8 : Menara Mesjid Banten Lama ... 44

Gambar 3.9 : Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama ... 45

Gambar 3.10 : Meriam Ki Amuk ... 46

Gambar 3.11 : Jembatan Rante ... 47

Gambar 3.12 : Tiyamah ... 47

Gambar 3.13 : Tempat Parkir ... 48

Gambar 3.14 : Warung dan Kios ... 48

Gambar 3.15 : Toilet ... 48

Gambar 3.16 : Perpustakaan ... 48

Gambar 3.17 : Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

(13)

x Lampiran A : Koesioner

(14)

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang mempunyai potensi alam dan budaya yang besar dan dapat dikembangkan sebagai aktivitas perekonomian yang dapat menghasilkan devisa. Pembangunan pariwisata terus ditingkatkan dan dikembangkan untuk memperbesar penerimaan devisa, memperluas dan meratakan kesempatan usaha dan lapangan kerja, mendorong pengembangan daerah, meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Pembangunan kepariwisataan juga diarahkan untuk mendorong pengembangan, pengenalan dan pemasaran produk nasional.

Pada dasarnya perkembangan suatu daerah sangat ditentukan oleh potensi andalan serta unggulan yang dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD). Selain itu, pengembangan diharapkan memiliki multiplier effect yang besar bagi suatu daerah. Pembangunan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu dan taraf hidup masyarakat tidak hanya terbatas pada sektor ekonomi saja tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk didalamnnya rekreasi. Salah satu bentuk kebutuhan akan rekreasi adalah dengan berwisata atau melakukan kunjungan ke objek wisata.

Potensi-potensi wisata yang ada di daerah akan menambah keanekaragaman objek wisata yang tentunya hal ini akan memberikan lebih banyak alternatif kunjungan wisata dan juga diharapkan mampu menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung. Dalam upaya mengembangkan objek dan daya tarik, kegiatan promosi dan pemasaran baik di dalam maupun di luar negeri juga harus ditingkatkan secara terarah, terencana, terpadu dan efektif.

(15)

sektor yang berpeluang yang berpeluang menjadi sektor unggulan sehingga dapat tercipta kemandirian daerah.

Pengembangan pariwisata tentu saja akan memberikan pengaruh baik itu positif atau negatif. Pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat dapat menimbulkan pengaruh baik pengaruh yang positif maupun negatif dan yang terkena pengaruh tersebut adalah masyarakat, lingkungan, ekonomi serta sosial (Lenner dalam Mathieson & Wall, 1982). Sedangkan menurut Pitana (2005), pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai pengaruh terhadap masyarakat setempat.

Pembangunan pariwisata berkelanjutan merupakan pembangunan yang dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat (Piagam Pariwisata Berkelanjutan di Insula,1995). Maksudnya adalah pembangunan berkelanjutan merupakan upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan.

Pembangunan dan pengembangan pariwisata akan memacu pertumbuhan sosial dan ekonomi yang pada gilirannya akan mempengaruhi kehidupan masyarakat, tingkat kesejahteraan masyarakat, kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. Selain berpengaruh pada sektor sosial ekonomi, pengembangan pariwisata juga akan berpengaruh pada sektor sosial budaya. Diantaranya adalah tingkat partisipasi dan kegotongroyongan penduduk, komunikasi antar penduduk, pendidikan dan norma sosial, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk bahkan pada tingkat kriminalitas.

(16)

dengan SK Gubernur Banten No. 432-2/Kep.94/Huk/2002 yang tujuannya adalah renovasi cagar budaya serta membangun fasilitas-fasilitas guna kebutuhan kegiatan pariwisata. Banten Lama merupakan salah satu kawasan kepurbakalaan yang dijadikan sebagai salah satu objek wisata sejarah dan ziarah andalan di Kota Serang dan menjadi salah satu daerah tujuan wisata (DTW) di Provinsi Banten, yang berpotensi memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan asli daerah (PAD).

1.2 Rumusan Masalah

Pada umumnya pengembangan pariwisata tentu saja akan memberikan pengaruh baik itu positif atau negatif. Pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat dapat menimbulkan pengaruh atau pengaruh yang positif maupun negatif dan yang terkena pengaruh tersebut adalah masyarakat, lingkungan, ekonomi dan sosial.

Perkembangan sektor pariwisata di Kawasan Banten Lama tentu sangat berkaitan dengan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek tersebut diantaranya aspek ekonomi. Kawasan Banten Lama merupakan kawasan kepurbakalaan yang merupakan salah satu tempat wisata andalan di Kota Serang dan Prov Banten yang sangat banyak dikunjungi oleh wisatawan baik dalam daerah ataupun luar daerah, baik itu tujuannya untuk sejarah ataupun berziarah. Berikut tabel 1.1 terkait jumlah kunjungan wisatawan ke Objek Wisata Sejarah dan Ziarah Banten Lama.

(17)

terkait dengan kegiatan kepariwisataan sehingga sedikit demi sedikit beberapa penduduk lokal mata pencariannya bergeser dari mata pencarian nelayan dan petani ke jasa pariwisata dan penduduk mulai mengandalkan jasa pariwisata sebagai mata pencarian dalam meningkatkan pendapatan mereka.

Berangkat dari isu tersebut, maka muncul pertanyaan penelitian bagaimana pengaruh pengembangan pariwisata di Kawasan Banten Lama di Desa Banten terhadap kehidupan ekonomi masyarakat lokal yang meliputi pendapatan masyarakat, kesempatan kerja dan perubahan dalam pekerjaan.

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh Pengembangan pariwisata di Kawasan Banten Lama terhadap kehidupan masyarakat lokal dilihat dari aspek ekonomi yang meliputi perubahan mata pencarian, pendapatan masyarakat dan kesempatan kerja. Adapun sasaran penelitian untuk mencapai tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah:

1. Mendeskripsikan kondisi masyarakat Desa Banten sebelum adanya pengembangan pariwisata di Kawasan Banten Lama dilihat dari aspek ekonomi yang meliputi perubahan mata pencarian, pendapatan dan kesempatan kerja.

2. Mendeskripsikan kondisi masyarakat Desa Banten sesudah adanya pengembangan pariwisata di Kawasan Banten Lama dilihat dari aspek ekonomi yang meliputi perubahan mata pencarian, pendapatan dan kesempatan kerja.

3. Menganalisis pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal di Kawasan Banten Lama dilihat dari aspek ekonomi yang meliputi perubahan mata pencarian, pendapatan dan kesempatan kerja. 1.4 Ruang Lingkup Studi

(18)

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, dan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah objek wisata sejarah dan ziarah Banten Lama. Secara administratif, Desa Banten memiliki batas-batas wilayah berikut ini, dan dapat dilihat pada peta dalam gambar 1.1 mengenai peta wilayah penelitian.

 Sebelah Utara : Laut Jawa  Sebelah Selatan : Desa Margaluyu  Sebelah Timur : Desa Pamengkang  Sebelah Barat : Desa kasunyatan

(19)

Alasan dipilihnya tempat wisata sejarah dan ziarah di Desa Banten sebagai lokasi penelitian yaitu:

1. Objek wisata sejarah dan ziarah yang terletak di Desa Banten merupakan salah satu objek wisata unggulan di Kota serang serta destinasi yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan.

2. Dengan adanya situs-situs penting peninggalan kesultanan banten wilayah tersebut sehingga Pemerintahan daerah menjadikan prioritas utama dalam pengembangan terkait kegiatan pariwisata di lokasi tersebut padahal di Kecamatan Kasemen itu sendiri tersebar situs - situs peninggalan kesultanan yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai tempat wisata.

1.4.2 Ruang Lingkup Data

Ruang waktu penelitian ini mencakup rentang waktu studi yang akan dilakukan peneliti. Pada tahun 1985 kawasan Banten Lama mulai dikembangkan dengan bukti diresmikannya museum situs kepurbakalaan Banten Lama. Akan tetapi baru dikembangkan secara pesat tahun 2002 oleh Pemda Serang dan Provinsi Banten. maka dengan demikian, batasan waktu penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebelum tahun 2002 yaitu tahun 2000 hingga selama penelitian ini berlangsung yaitu tahun 2012.

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi pada penelitian ini adalah materi tentang kepariwisataan yang akan menganalisis pengaruh dari pengembangan kegiatan pariwisata di Kawasan Banten Lama terhadap kehidupan perekonomian masyarakat lokal, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

Dalam studi ini peneliti hanya melihat pengaruh yang terjadi dan langsung dirasakan oleh penduduk lokal saja. Pengaruh ekonomi dalam studi ini hanya

Gambar 1.2

(20)

membahas pengaruh terhadap perubahan mata pencarian, pendapatan dan kesempatan kerja.

1.5 Metodologi Penelitian

Metodologi merupakan cara atau metode yang digunakan dalam proses penelitian berdasarkan tujuan penelitian atau masalah yang akan diteliti. Menurut Sukmadinata (2008), metode penelitian (research methods) merupakan “cara-cara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, pengolah data, dan menarik kesimpulan berkenaan dengan masalah penelitian tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif (descriptive research) menurut Sukmadinata (2008) merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.

Dalam penelitian ini peneliti fokus pada pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal yang dilihat dari aspek ekonomi yang meliputi perubahan mata pencarian, pendapatan dan kesempatan kerja.

1.5.1 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data A. Teknik Pengumpulan Data dan Informasi

Pada tahap pengumpulan data ini, hal yang dilakukan adalah mencari data-data yang diperlukan dalam penelitian baik itu data-data primer dari hasil survey lapangan maupun data sekunder dari hasil survey instansional.

1. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dari hasil survey lapangan secara langsung. Teknik pengumpulan data yang dilkakukan diantaranya adalah:

a) Observasi lapangan

Pengamatan secara langsung di lokasi penelitian yaitu di Kawasan Banten Lama, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

b) Wawancara

(21)

tidak terlibat dalam kegiatan kepariwisataan, tokoh masyarakat Desa Banten, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Serang, Dinas Kepurbakalaan Kota Serang, serta pihak-pihak lain yang terkait.

c) Kuesioner

Metode kuesioner merupakan teknik pengumpulan data melalui penyebaran kuesioner atau daftar pertanyaan untuk diisi langsung oleh responden. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

d) Dokumentasi Lapangan

Dokumentasi ini digunakan untuk mempermudah melakukan pengamatan dilapangan, mempermudah dalam melakukan pengeditan dan kajian data selanjutnya serta memperoleh gambaran suasana di lapangan. Untuk mendokumentasikan kondisi Wisata sejarah dan ziarah di Kawasan Banten Lama, Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

2. Data sekunder

Data sekunder diperoleh dari hasil survey instansional. Teknik data yang dilakukan adalah :

a) Studi dokumen

Dengan menelaah data-data yang diperoleh dari desa/ kelurahan maupun instansi atau lembaga lain yang terkait.

b) Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh teori-teori yang relevan sebagai acuan dalam mendukung penelitian.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Untuk mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan dan mencadarkan populasi, maka dalam penentuan sampel penelitian ini digunakan rumus Slovin (dalam Umar, 2004) sebagai berikut:

(22)

n = Ukuran sampel N = Ukuran Populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir.

Diketahui jumlah penduduk Desa Banten pada Tahun 2011 yaitu 16.015 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 4.349 KK dan memiliki 20 Kampung. Maka dengan menggunakan asumsi nilai α adalah 10% maka didapatkan perhitungan sebagai berikut:

n =1 + 1 1 1 1 1 2 = 1 e n en

Hasil perhitungan menunjukan jumlah responden yang akan disurvei agar mendapat jawaban yang mempersentasikan penduduk Desa Banten khusunya penduduk di sekitar objek wisata sejarah dan ziarah di Banten Lama yaitu 3 kampung dari 20 kampung yang ada di Desa Banten baik yang terlibat maupun tidak terlibat terkait kegiatan pariwisata adalah 100 responden.

1.5.2 Metode Analisis

(23)

1.6 Variabel Penelitian

Berikut ini adalah variabel-variabel dalam penelitian yang disajikan pada tabel 1.2 berikut ini.

Tabel 1.2 Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Metode Keterangan

Karakteristik

Mata Pencarian - Pekerjaan

masyarakat lokal

(24)

pengembangan

Sumber: Analisis Peneliti Th 2012

Definisi Operasional

1. Masyarakat lokal adalah sekelompok warga yang tinggal di Kawasan Banten Lama, di Desa Banten yang hidup bersama dan memenuhi kebutuhan hidupnya.

2. Penduduk asli adalah penduduk yang tinggal di Desa Banten Lebih dari 20 tahun

3. Pengaruh ekonomi adalah pengaruh dari perubahan sosial ekonomi yang terjadi terhadap masyarakat sebelum ada pengembangan pembangunan dan setelah adanya pengembangan pembangunan.

4. Pengaruh pariwisata adalah perubahan-perubahan yang terjadi terhadap masyarakat sebagai komponen dalam lingkungan hidup sebelum ada kegiatan pariwisata dan setelah ada kegiatan pariwisata.

5. Pendapatan adalah tingkat pendapatan total yang diperoleh responden selama sebulan baik dari mata pencarian utama maupun diluar mata pencarian utama.

(25)

7. Kesempatan kerja adalah munculnya jenis pekerjaan/usaha baru di kawasan wisata.

8. Kondisi Sebelum Kegiatan Pariwisata adalah periode sebelum tahun 2002 ketika belum berkembangnya kegiatan pariwista di Banten Lama, Desa Banten Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

(26)

1.7 Kerangka Berfikir

Pengembangan Pariwisata di Kawasan Banten Lama

Bagaimana pengaruh pengembangan pariwisata terhadap kehidupan masyarakat lokal dilhat dari aspek ekonomi?

Kawasan Banten Lama merupakan kawasan kepurbakalaan yang menjadi salah satu objek wisata sejarah dan ziarah andalan di Kota Serang

(27)

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mendukung kelancaran penelitian dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis dalam penulisan. Sistematika penulisan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Tahap ini berisi tentang latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, sasaran penelitian, batasan dan lingkup penelitian, metodelogi penelitian, variabel penelitian, kerangka berfikir dan sistematika pembahasan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisikan tentang teori-teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengertian pariwisata, karakteristik usaha pariwisata, pariwisata berkelanjutan, pengaruh pengembangan pariwisata, pengaruh pengembangan ekonomi pariwisata.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bab ini membahas mengenai gambaran umum wilayah studi yakni Desa Banten serta gambaran deskripsi objek wisata sejarah dan ziarah Banten Lama.

BAB IV ANALISIS

Bab ini berisikan pembahasan mengenai kondisi perekonomian masyarakat lokal sebelum dan sesudah adanya pengembangan pariwisata yang meliputi mata pencarian, pendapatan dan kesempatan kerja serta analisis pengaruh pengembangan pariwisata terhadap mata pencarian, pendapatan dan kesempatan/peluang kerja terhadap masyarakat lokal

BAB V KESIMPULAN

(28)

2.1 Pengertian Pariwisata

Secara umum pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan seseorang untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan meninggalkan tempat semula dan dengan suatu perencanaan atau bukan maksud untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan atau rekreasi untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Menurut Kodhyat (1998) pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Sedangkan Gamal (2002), pariwisata didefinisikan sebagai bentuk. suatu proses kepergian sementara dari seorang, lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik karena kepentingan ekonomi, sosial, budaya, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain. Selanjutnya Burkart dan Medlik (1987) menjelaskan pariwisata sebagai suatu trasformasi orang untuk sementara dan dalam waktu jangka pendek ketujuan-tujuan di luar tempat di mana mereka biasanya hidup dan bekerja, dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.

(29)

2.1.1 Industri Pariwisata

Sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 10 Tahun 2009 bahwa industri pariwisata merupakan kumpulan usaha yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/ atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata, dan usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/ atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggara pariwisata.

Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki keterkaitan yang kuat dengan sektor lain, karena pariwisata bisa dikatakan sebagai gabungan fenomena dan hubungan timbal balik akibat adanya interaksi dengan wisatawan, supplier bisnis, pemerintah tujuan wisata serta masyarakat daerah tujuan wisata.

Menurut McIntos (1980) pariwisata adalah gabungan kegiatan, pelayanan, dan industri yang memberikan pengalaman perjalanan, seperti transportasi, akomodasi, makanan dan minuman, pertokoan, fasilitas kegiatan hiburan, dan pelayanan lainnya yang tersedia bagi individu atau kelompok yang melakukan.

(30)

Tabel 2.1

Klasifikasi Usaha Dalam Industri Pariwisata

Klasifikasi Usaha

Akomodasi

Hotel, Motel, Tourist Courts, Tourist Home Camping Ground dan travel Trailer park

Penjualan Pakaian Usaha Areal Rekreasi

Usaha Perjalanan Agen Perjalanan, biro tur dan guide Pelayanan Makanan Restoran, Bar, Klub Malam

Kebudayaan dan

Entertainment

Museum

Taman Botanical dan Zoological

Teater dan Entertainment

Taman Hiburan

Usaha Kendaraan Service Kendaraan, Penitipan Kendaraan

Lain - lain

Toko Kamera dan Photografi Toko Hadiah dan Souvenir Laundri dan Optik

Transportasi

Transportasi Udara

Antar Kota dan Transit Pedesaan Bus dan Kendaraan Carter Penyewaan Mobil

Transportasi Air

(31)

2.1.2 Wisata Heritage A. Heritage Tourism

Menurut Rusli Cahyadi (2009:2),Pariwisata Pusaka atau heritage tourism biasanya disebut juga dengan pariwisata pusaka budaya (cultural and heritage tourism atau cultural heritage tourism) atau lebih spesifik disebut dengan pariwisata pusaka budaya dan alam. Pusaka adalah segala sesuatu (baik yang bersifat materi maupun non materi) yang diwariskan dari satu generasi ke generasi.

Beberapa lembaga telah mendefinisikan heritage Tourism dengan titik berat yang berbeda-beda :

 Organisasi Wisata Dunia (World Tourism Organization) mendefinisikan

pariwisata pusaka sebagai kegiatan untuk menikmati sejarah, alam,

peninggalan budaya manusia, kesenian, filosofi dan pranata dari wilayah

lain.

 Badan Preservasi Sejarah Nasional Amerika (The National Trust for

Historic Preservation) mengartikannya sebagai perjalanan untuk menikmati

tempattempat, artefak-artefak dan aktifitas-aktifitas yang secara otentik

mewakilicerita/sejarah orang-orang terdahulu maupun saat ini.

Pada pasal 1 UU RI No. 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya mendefinisikan Benda Cagar Budaya sebagai berikut:

1. Benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya atau sisa-sisanya, yang berumur sekurang-kurangnya 50 tahun, atau mewakili masa gaya yang khas dan mewakili masa gaya sekurang-kurangnya 50 tahun, serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. 2. Benda alam yang dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.

(32)

memberikan pengetahuan dan pemahaman akan keanekaragaman budaya dan alam bagi pengunjungnya.

B. Wisata Ziarah (Religi)

Istilah Religi secara harfiah berarti kepercayaan akan adanya kekuatan akodrati di atas manusia (Gayatri, 1994). Banyak orang menyamakan religi sebagai agama, pendapat tersebut tidak dapat disalahkan walaupun pada dasarnya pembicaraan tentang religi jauh lebih luas jangkauannya dalam lingkup agama, karena religi sendiri pada dasarnya merupakan suatu fenomena pada segala aspek yang ada di luar kekuatan manusia berupa kepercayaan akan kehidupan lain dan mahluk-mahluk gaib (Gayatri, 1994). Pada awalnya konsep religi muncul berupa: 1. Dinamisme (percaya kepada kekuatan alam)

Gejala tersebut ada karena pemikiran spekulatif pada saat manusia menghadapi suatu yang membuat mereka tidak berdaya, biasanya hal ini ditimbulkan oleh gejala-gejala alam yang tidak dapat dihindari oleh manusia dan manusia akan tersugesti pada saat tindakan spekulasi tersebut mengalami kebenaran, walaupun dengan cara tidak sengaja, contohnya pemujaan terhadap matahari, angin, api, pohon besar dan lain-lain.

2. Animisme (percaya terhadap kekuatan roh nenek moyang)

gejala ini muncul karena pemujaan terhadap suatu indiyidu yang menjadi pemimpin suatu kelompok secara berlebihan, dimana setelah individu tersebut meninggal maka para pengikut (pemujanya) menganggap arwah dan kekuatan spiritualnya akan tetap ada dan wajib untuk disembah

Menurut Koentjaraningrat (2004), religi sebagai kepercayaan hidup manusia mempunyai beberapa unsur yang terdiri dari:

 Emosi Keagamaan  Kepercayaan

 Upacara Keagamaan  Kelompok Keagamaan

(33)

- Emosi keagamaan atau getaran jiwa yang menyebabkan manusia menjalankan kelakuan keagamaan.

- Sistem kepercayaan atau bayangan - bayangan manusia tentang bentuk dunia alam gaib, hidup mati dan sebagainya

- Sistem upacara keagamaan yang bertujuan mencari hubungan dengan dunia gaib berdasarkan atas sistem kepercayaan

- Sistem peralatan ritus upacara keagamaan sebagai perlengkapan kelompok keagamaan atau kesatuan-kesatuan sosial yang mengkonsepsikan serta mengaktifkan agama beserta sistem upacara-upacara keagamaannya atas dasar kelima unsur-unsur tersebut pembahasan mengenai perubahan budaya khususnya sistem religi akan difokuskan.

Definisi Wisata Ziarah

(34)

 Perjalanan ziarah penganut agama Islam untuk melakukan perjalanan kunjungan umroh dan haji ke kota Mekah dan Madinah.

 Perjalanan ziarah penganut agama Katolik dari Perancis berkunjung ke Vatican di Roma untuk mengikuti kebaktian perayaan Natal.

 Perjalanan ziarah penganut agama Hindu di Bali berkunjung ke Pure Besakih untuk mengadakan upacara keagamaan.

 Perjalanan ziarah penganut agama Budha ke Candi Mendut dan Pawon untuk mengikuti acara Waisak.

2.2 Pariwisata Berkelanjutan

National Geograpic Online dalam The Global Development Research Center (2002) mendifinisikan pariwisata berkelanjutan sebagai berikut:

1) Pariwisata yang memberikan penerangan. Wisatawan tidak hanya belajar tentang kunjungan (negara/ daerah yang dikunjungi) tetapi juga belajar bagaimana menyokong kelangsungan karakter (negara/ daerah yang dikunjungi) selama dalam perjalanan mereka. Sehingga masyarakat yang dikunjungi dapat belajar (mengetahui) bahwa kebiasaan dan sesuatu yang sudah biasa dapat menarik dan dihargai oleh wisatawan.

2) Pariwisata yang mendukung keutuhan (integritas) dari tempat tujuan. Pengunjung memahami dan mencari usaha yang dapat menegaskan karakter tempat tujuan wisata mengenai hal arsitektur, masakan, warisan, estetika dan ekologinya;

3) Pariwisata yang menguntungkan masyarakat setempat. Pengusaha pariwisata melakukan kegiatan yang terbaik untuk mempekerjakan dan melatih masyarakat lokal, membeli persediaan-persediaan lokal, dan menggunakan jasa-jasa yang dihasilkan dari masyarakat lokal.

4) Pariwisata yang melindungi sumber daya alam. Dalam pariwisata ini wisatawan menyadari dan berusaha untuk meminimalisasi polusi, konsumsi energi, penggunaan air, bahan kimia dan penerangan di malam hari.

(35)

menghadapi harapan wisatawan yang mungkin berbeda dari harapan yang mereka punya.

6) Pariwisata ini tidak menyalahgunakan produk. Stakeholder mengantisipasi tekanan pembangunan (pariwisata) dan mengaplikasikan batas-batas dan teknik-teknik manajemen untuk mencegah sindrom kehancuran (loved to death) dari lokasi wisata. Stakeholder bekerjasama untuk menjaga habitat alami dari tempat tempat warisan budaya, pemandangan yang menarik dan budaya lokal.

7) Pariwisata ini menekankan pada kualitas, bukan kuantitas (jumlah). Masyarakat menilai kesuksesan sektor pariwisata ini tidak dari jumlah kunjungan belaka tetapi dari lama tinggal, jumlah uang yang dibelanjakan, dan kualitas pengalaman yang diperoleh wisatawan.

8) Pariwisata ini merupakan perjalanan yang mengesankan. Kepuasan, kegembiraan pengunjung dibawa pulang (ke daerahnya) untuk kemudian disampaikan kepada teman-teman dan kerabatnya, sehingga mereka tertarik untuk memperoleh hal yang sama- hal ini secara terus menerus akan menyediakan kegiatan di lokasi tujuan wisata.

Sedangkan Jamieson dan Noble (2000) menuliskan beberapa prinsip penting dari pembangunan pariwisata berkelanjutan, yaitu:

1. Pariwisata tersebut mempunyai prakarsa untuk membantu masyarakat agar dapat mempertahankan kontrol/ pengawasan terhadap perkembangan pariwisata tersebut.

2. Pariwisata ini mampu menyediakan tenaga kerja yang berkualitas kepada dan dari masyarakat setempat dan terdapat pertalian yang erat (yang harus dijaga) antara usaha lokal dan pariwisata.

(36)

4. Terdapat program-program pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan serta menjaga warisan budaya dan sumber daya alam yang ada.

2.3 Pengembangan Pariwisata

Pengembangan adalah kegiatan untuk memajukan suatu tempat atau daerah yang dianggap perlu ditata sedemikian rupa baik dengan cara memelihara yang sudah berkembang atau menciptakan yang baru.

Menurut Hadinoto (1996), ada beberapa hal yang menentukan dalam pengembangan suatu obyek wisata, diantaranya adalah:

a. Atraksi Wisata

Atraksi merupakan daya tarik wisatawan untuk berlibur. Atraksi yang diidentifikasikan (sumber daya alam, sumber daya manusia, budaya, dan sebagainya) perlu dikembangkan untuk menjadi atraksi wisata. Tanpa atraksi wisata, tidak ada peristiwa, bagian utama lain tidak akan diperlukan. b. Promosi dan Pemasaran

Promosi merupakan suatu rancangan untuk memperkenalkan atraksi wisata yang ditawarkan dan cara bagaimana atraksi dapat dikunjungi. Untuk perencanaan, promosi merupakan bagian penting.

c. Pasar Wisata (Masyarakat pengirim wisata)

Pasar wisata merupakan bagian yang penting. Walaupun untuk perencanaan belum/ tidak diperlukan suatu riset lengkap dan mendalam, namun informasi mengenai trend perilaku, keinginan, kebutuhan, asal, motivasi, dan sebagainya dari wisatawan perlu dikumpulkan dari mereka yang berlibur.

d. Transportasi

Pendapat dan keinginan wisatawan adalah berbeda dengan pendapat penyuplai transportasi. Transportasi mempunyai dampak besar terhadap volume dan lokasi pengembangan pariwisata.

e. Masyarakat Penerima Wisatawan yang Menyediakan Akomodasi dan Pelayanan Jasa Pendukung Wisata (fasilitas dan pelayanan).

(37)

Daya tarik wisata yang juga disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu daerah tujuan wisata. Pada umumnya daya tarik suatu obyek wisata berdasar pada :

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

2. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. 3. Adanya spesifikasi/ ciri khusus yang bersifat langka.

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani wisatawan; 5. Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi (pegunungan, sungai,

pantai, hutan dan lain- lain).

6. Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.

b) Prasarana wisata

Prasarana wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan lain sebagainya.

c) Sarana wisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata ialah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran dan rumah makan serta sarana pendukung lainnya.

2.4 Dampak

(38)

proyek. Dampak dari suatu kegiatan pembangunan berpengaruh terhadap aspekaspek sosial, ekonomi dan budaya.

2.4.1 Dampak Pariwisata

Menurut Faizun (2009), dampak pariwisata adalah perubahan-perubahan yang terjadi terhadap masyarakat sebagai komponen dalam lingkungan hidup sebelum ada kegiatan pariwisata dan setelah ada kegiatan pariwisata.

Identifikasi Dampak diartikan sebagai suatu proses penetapan mengenai pengaruh dari perubahan sosial ekonomi yang terjadi terhadap masyarakat sebelum ada pengembangan pembangunan dan setelah adanya pengembangan pembangunan.

2.4.2 Dampak Pengembangan Pariwisata

Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga memberikan berbagai dampak terhadap masyarakat setempat. Bahkan pariwisata mampu membuat masyarakat setempat mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupannya baik secara ideology, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan. Hal tersebutlah yang mengakibatkan dampak akan sebuah pariwisata menjadi studi yang paling sering mendapatkan perhatian masyarakat karena sifat pariwisata yang dinamis dan melibatkan banyak pemangku kepentingan.

Pariwisata tentu saja akan memberikan dampak baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan yang meningkat dapat menimbulkan dampak atau pengaruh positif maupun negatif dan yang terkena dampak tersebut adalah masyarakat, lingkungan, ekonomi, serta sosial (Lenner dalam Mathieson & Wall, 1982).

(39)

Menurut Kusudianto (1996), bahwa suatu tempat wisata yang direncanakan dengan baik, tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi yang memperbaiki taraf, kualitas dan pola hidup komunitas setempat, tetapi juga peningkatan dan pemeliharaan lingkungan yang lebih baik. Bila dilakukan dengan benar dan tepat maka pariwisata dapat memaksimalkan keuntungan dan dapat meminimalkan permasalahan. Penduduk setempat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pengembangan obyek wisata, karena penduduk setempat mau tidak mau terlibat langsung dalam aktifitas-aktifitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di daerah tersebut. Akan tetapi apabila suatu obyek wisata tidak dikembangkan atau ditangani dengan baik atau tidak direncanakan dengan matang, dapat menyebabkan kerusakan baik secara lingkungan maupun dampak-dampak negatif terhadap ekonomi maupun sosial.

2.4.3 Dampak Ekonomi Pariwisata

Cohen dalam (Pitana dan Diarta, 2009), secara teoritis mengemukakan dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dikelompokan ke dalam delapan kelompok, yaitu:

1. Dampak terhadap penerimaan devisa 2. Dampak terhadap pendapatan masyarakat 3. Dampak terhadap kesempatan kerja 4. Dampak terhadap harga dan tarif

5. Dampak terhadap distribusi manfaat keuntungan 6. Dampak terhadap kepemilikan dan pengendalian 7. Dampak terhadap pembangunan

8. Dampak terhadap pendapatan pemerintah

Sedangkan menurut Ritchie (1987), pariwisata juga menimbulkan beberapa dampak sosial ekonomi masyarakat, diantaranya adalah:

(40)

Menurut Robert Cristie Mill (1990), Secara ringkas kegiatan pariwisata dapat memberikan dampak positif atau negatif di bidang ekonomi:

Dampak positif :

1) Terbuka lapangan pekerjaan baru

2) Meningkatkan taraf hidup dan pendapatan masyarakat

3) Meningkatkan nilai tukar mata uang rupiah terhadap mata uang asing

4) Membantu menanggung beban pembangunan sarana dan prasarana setempat 5) Meningkatkan kemampuan manajerial dan keterampilan masyarakat yang

memacu kegiatan ekonomi lainnya. Dampak negatif :

1) Meningkatkan biaya pembangunan sarana dan prasarana

2) Meningkatkan harga barang-barang lokal dan bahan-bahan pokok

3) Peningkatan yang sangat tinggi tetapi hanya musiman, sehingga pendapatan masyarakat naik dan turun

4) Mengalirnya uang keluar negeri karena konsumen menuntut barang-barang impor untuk bahan konsumsi tertentu.

Baik secara langsung atau tidak, kegiatan pariwisata yang terjadi di suatu daerah atau wilayah akan memberikan dampak terhadap masyarakat yang tinggal di daerah atau wilayah tersebut. Dampak yang ditimbulkan meliputi dampak fisik, ekonomi, dan sosial.

Menurut Triwahyudi (2002), terdapat beberapa manfaat utama pariwisata yaitu:

1. Pariwisata dapat menciptakan diversifikasi produk, menjadikan ekonomi lokal tidak hanya tergantung pada sektor utama.

2. Sektor pariwisata adalah sektor yang padat karya, sehingga dapat menciptakan kesempatan kerja yang besar bagi generasi muda.

3. Pertumbuhan sektor pariwisata menghasilkan penambahan dan perbaikan fasilitas yang tidak hanya digunakan oleh wisatawan, tetapi juga oleh penduduk.

4. Pariwisata menciptakan kesempatan bagi munculnya produk-produk baru, fasilitas pelayanan dan pengembangan bisnis yang sudah ada.

(41)

6. Pariwisata dapat meningkatkan pelayanan transportasi di suatu wilayah. 7. Pariwisata dapat meningkatkan kesempatan mendapatkan pendidikan yang

lebih tinggi bagi masyarakat.

8. Pariwisata menggaris bawahi kebutuhan pengaturan yang tepat melalui kebijakan dan rencana yang efektif, untuk menjamin kelestarian lingkungan agar tetap terjaga.

9. Pariwisata dapat meningkatkan interaksi sosial antara masyarakat dengan wisatawan domestik maupun internasional yang akan memperluas wawasan masyarakat setempat.

10.Pariwisata dapat meningkatkan infrastruktur.

Menurut Yoeti (2008), bahwa terdapat faktor penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara yang disebabkan akibat adanya kegiatan pariwisata, diantaranya adalah:

1. Peningkatan kegiatan perekonomian sebagai akibat dibangunya prasarana dan sarana demi pengembangan pariwisata sehingga memungkinkan orang-orang melakukan aktivitas ekonominya dari suatu tempat ke tempat lainnya, baik dalam satu wilayah negara tertentu, maupun dalam kawasan internasional pun.

2. Meningkatkan industri-industri baru yang erat kaitannya dengan pariwisata; 3. Meningkatkan hasil pertanian dan peternakan untuk kebutuhan hotel dan

restoran;

4. Meningkatkan permintaan terhadap handicraft, souvenir goods, art painting,

dan lain-lain;

5. Memperluas barang-barang lokal untuk lebih dikenal oleh dunia internasional termasuk makanan dan minuman;

6. Meningkatkan perolehan devisa negara sehinga mengurangi beban deficit neraca pembayaran;

7. Memberikan kesempatan berusaha, kesempatan kerja, peningkatan penerimaan pajak bagi pemerintah, dan peningkatan pendapatan nasional; 8. Membantu membangun daerah-daerah terpencil yang selama ini tidak

(42)

9. Mempercepat perputaran perekonomian pada negara-negara penerima kunjungan wisatawan (Tourist Receiving Countries);

(43)

30 BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1 Kondisi Fisik Dasar

Kondis fisik dasar Desa Banten ini akan dibahas dalam dalam 4 pembahasan

antara lain letak wilayah penelitian, klimatologi, tofografi dan geologi. Berikut ini adalah

pembahasan kondisi fisik dasar.

a. Letak Wilayah Penelitian

Desa Banten merupakan salah satu Desa dari 10 Desa yang berada di Kecamatan

Kasemen, Kota Serang. Secara geografis Desa Banten terletak pada 5° 50’ LS - 6° 3’ LS dan 106° 9’ BT - 106° 11’ BT, dan secara administratif memiliki batasan-batasan sebagai berikut dan dapat dilihat pada peta Kecamatan Kasemen dalam gambar 3.1.

Sebelah Utara : Berbatasan dengan laut Jawa

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Margaluyu & Desa Kasunyatan

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Pamengkang (Kabupaten Serang)

(44)
(45)

b. Iklim

Seperti halnya daerah lain di Indonesia, iklim di Kecamatan Kasemen khususnya Desa Banten termasuk ke dalam iklim tropis yang memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Berdasarkan profil Desa Banten Untuk curah hujan rata – rata setiap tahunnya mencapai 1.654 mm/tahun, sedangkan temperatur suhu di wilayah ini mencapai 21 0- 32 0 Cel.

c. Tofografi

Keadaan topografi Desa Banten merupakan daratan rendah pantai, dengan kemiringan (0–5 %) dengan ketinggian wilayah sekitar 0– 10 mdpl.

d. Kondisi Geologi dan Tanah

Kondisi geologi Desa Banten tersusun dari lempung lanauan pasiran dan lempung organik, mengandung pecahan cangkang kerang setebal antara 2 – 20 m, bersifat lunak dan berdaya dukung rendah. Air tanah bebas terdapat pada kedalaman 1,5 m, dengan produktifitas sedang, airnya terasa payau – asin.

3.1.1 Tata Guna Lahan

Sebagian besar penggunaan lahan di Desa Banten paling terbesar digunakan untuk budidaya tambak yakni sebesar 275 Ha atau 55,11 % dari luas Desa Banten dan selanjutnya dimanfaatkan untuk rumah dan pekarangan sebesar 120 Ha atau 24 % dan yang paling terkecil penggunaan lahan di Desa Banten adalah untuk persawahan yakni 2,5 Ha atau 0,50 % dari luas wilayah Desa Banten. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan di Desa Banten dapat dilihat pada tabel 3.1 tentang penggunaan lahan berikut ini:

Tabel 3.1 Penggunaan Lahan

No Penggunaan Luas (Ha)

1 Permukiman

a. Rumah & Pekarangan 120 b. Bangunan & Lapangan 18

c. Jalan Lingkungan 62,5

2 Persawahan

a. Sawah Tekhnis -

b. Sawah Setengah Tekhnis 2,5

c. Sawah Tadah Hujan -

3 Empang & Rawa

(46)

No Penggunaan Luas jumlah dan kepadatan penduduk, mata pencarian, pendidikan. Berikut ini adalah pembahasan mengenai sosial kependudukan Desa Banten.

3.2.1 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Berdasarkan Profil Desa Banten tahun 2011, jumlah penduduk Desa Banten adalah 16.015 jiwa dengan jumlah keluarga 4.349 KK. Berdasarkan perbandingan jumlah penduduk dan luas lahan seluruh Desa seluas 499 Ha, dapat diketahui bahwa tingkat kepadatan penduduk di Desa Banten mencapai 3.115 jiwa/Ha. Berikut ini tabel 3.2 tentang jumlah dan kepadatan penduduk di Desa Banten.

Tabel 3.2

Jumlah dan kepadatan Penduduk Desa Banten

Desa Luas 3.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia

Jumlah penduduk berdasarkan golongan umur biasanya mengindikasikan jumlah penduduk usia produktif di suatu wilayah. Berdasarkan profil Desa Banten usia produktif di wilayah ini adalah dengan usia 13-56 tahun. Berikut ini tabel 3.3 tentang jumlah penduduk di Desa Banten berdasarkan golongan umur.

(47)

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Golongan Umur

Golongan Umur Jumlah (%)

Persentase Jumlah Penduduk Menurut Usia

Berdasarkan tabel dan diagram diatas maka jumlah penduduk dengan golongan umur yang paling terbanyak di Desa Banten adalah pada golongan umur 13-25 Tahun yaitu 3450 jiwa atau 23 % dari jumlah total penduduk Desa Banten, sedangkan golongan umur yang paling terkecil adalah golongan umur > 60 tahun atau 6 % dari jumlah penduduk di Desa Banten.

(48)

3.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian

Mata pencarian penduduk Desa Banten yang paling terbesar adalah di bidang perdagangan yaitu 1552 orang, selanjutnya penduduk yang bermata pencarian nelayan 512 orang kemudian penduduk bermata pencarian bidang perikanan 676 orang dan penduduk yang bermata pencarian terkecil adalah sebagai petani yakni 8 orang. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut mata pencarian dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut ini.

Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencarian

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 PNS/ POLRI / TNI 37

2 Lembaga Keuangan 27

3 Petani 8

4 Buruh tani 16

5 Nelayan 512

6 Budidaya Perikanan 676

7 Industri 241

8 Usaha perdagangan 1552

9 Transportasi 299

(49)

Berdasarkan diagram diatas maka dapat diketahui persentase jumlah mata pencarian penduduk di Desa Banten yakni jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian yang paling terbesar adalah penduduk dengan mata pencarian perdagangan yakni sebesar 45 % , selanjutnya penduduk dengan mata pencarian budidaya perikanan sebesar 19 %, penduduk dengan mata pencarian nelayan sebesar 15% dan yang paling terkecil adalah penduduk dengan mata pencarian petani, buruh tani dan peternakan dibawah 1%.

Masyarakat yang berusaha pada kegiatan perdagangan meliputi usaha pertokoan, perusahaan dagang (PD), perseroan (CV, PT), warung makan, warung makanan dan minuman, kios dan pedagang keliling, selanjutnya masyarakat yang berusaha pada perikanan meliputi budidaya kerang hijau, tambak air payau dan pembenihan ikan.

3.2.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat di Desa Banten masih sangat rendah karena penduduk masih banyak yang mengenyam pendidikan samapai lulusan SD dan SLTP bahkan masih banyak penduduk yang tidak tamat SD di Desa Banten. Berikut ini adalah tabel 3.5 mengenai jumlah penduduk berdasrkan tingkat pendidikan.

Tabel 3.5

Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah

Tidak Tamat SD 1126

Tamat SD/Sederajat 3790

Tamat SLTP 1899

Tamat SLTA 1733

Sarjana Muda 114

Sarjana 223

Pasca Sarjana 6

Sumber: Profil Desa Banten Th 2011

(50)

Berdasarkan keterangan gambar 3.4 diatas maka dapat diketahui persentase jumlah penduduk di Desa Banten berdasarkan tingkat pendidikan yakni persentase penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang paling terbesar adalah penduduk dengan tamatan SD/sederajat dengan persentase 43%, kemudian selanjutnya penduduk dengan tamatan smp/sederajat dan yang paling terkecil penduduk tamatan pasca sarjana yakni dibawah 1%.

3.3 Sarana dan Prasana

Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang disediakan baik oleh pemerintah maupun swasta (kelompok/perorangan). Sarana dan prasarana merupakan salah satu penunjang yang sangat penting bagi masyarakat baik untuk kegiatan sosial maupun perekonomian masyarakat pada satu daerah atau wilayah. Adapun sarana dan prasarana yang ada di Desa Banten sebagai berikut:

a. Pertanian dan Pengairan

Untuk sarana dan prasarana pertanian di Desa Banten, dapat dilihat pada tabel 3.6 berikut ini:

(51)

No Sarana / Prasarana Volume kelautannya dapat dilihat pada tabel 3.7 mengenai jumlah sarana/ prasarana perikanan dan Kelautan berikut ini.

Tabel 3.7

Jumlah Sarana/Prasarana Perikanan dan Kelautan

No Sarana / Prasarana Volume penggilingan gabah, penggilingan tepung ikan , penggergajian kayu Pemanfaatan limbah Non Organik dan Budidaya sarang burung walet. Adapun jumlah sarana dan prasarananya disajikan pada tabel 3.8 mengenai jumlah sarana/prasarana industri yang ada di Desa Banten berikut ini.

Tabel 3.8

(52)

No Sarana / Prasarana Jumlah (Unit)

5 Pemanfaatan Limbah Non -

Organik 2

6 Gedung Sarang Walet 6

Sumber: Profil Desa Banten Th 2011

d. Fasilitas Perdagangan dan Lembaga Keuangan

Sarana perdagangan di Desa Banten diantarannya pasar, tempat

Jumlah Fasilitas Perdagangan dan Lembaga Keuangan

No Sarana / Prasarana Jumlah

12 Warung Makanan & Minuman 191

13 Lembaga Keuangan 3

Sumber: Profil Desa Banten Th 2011

e. Fasilitas Pendidikan

(53)

Tabel 3.10

f. Fasilitas Keagamaan dan Kebudayaan

Fasilitas peribadatan merupakan sarana yang paling penting bagi masyarakat yang beragama. Untuk lebih jelasnya jumlah sarana keagamaan dan kebudayaan di Desa Banten dapat dilihat pada tabel 3.11 berikut ini.

Tabel 3.11

g. Sarana Olahraga, Kesenian dan Hiburan

(54)

Tabel 3.12

Jumlah Sarana Olahraga, Kesenian dan Hiburan

No Sarana Volume 7 Perangkat Gambus/Qosidah 2

8 Lokasi Wisata 2

Sumber: Profil Desa Banten Th 2011

3.4 Gambaran Umum Objek Wisata Banten Lama 3.4.1 Deskripsi Objek Wisata

Luas objek wisata Banten Lama secara keseluruhan memiliki luas 7 Ha. Banten Lama merupakan kawasan kepurbakalaan yang menjadi objek wisata sejarah dan ziarah unggulan di Kota Serang. Kawasan wisata ini menjadi bukti keberadaan dan kejayaan kerajaan Banten. Seperti kompleks kerajaan, di dalam kawasan ini terdapat bangunan-bangunan yang mendukung kehidupan kerajaan seperti keraton-keraton tempat tinggal keluarga kerajaan, masjid beserta menaranya sampai danau buatan sebagai suplai perairan untuk kerajaan. Berikut ini situs – situs yang terdapat di kawasan wisata ini yang menjadi objek daya tarik wisata .

1. Kompleks Keraton Surosowan

(55)

Kemudian dinding sisi utara dan sisi selatan 100 meter maka luas secara keseluruhan sekitar 3 hektar. Pintu masuk merupakan pintu gerbang utama terletak di sebelah utara menghadap ke alun-alun. Wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata fotografi dan berjalan-jalan disekitar bekas keraton Surosowan.

2. MasjidAgung Banten Lama

Masjid Agung ini terletak bagian barat alun-alun kota, diatas tanah seluas 0,13 hektar, didirikan pada masa pemerintahan Maulana Hasanuddin,yang dirancang bangun tradisional. Bangunan masjid ini berdenah segi empat dengan atap bertingkat bersusun 5 atau dikenal dengan istilah atap tumpang. Tingkat tiga yang teratas sama runcingnya. Di bagian puncak terdapat hiasan atap yang biasa disebut mamolo. Masjid Agung ini memiliki kharisma yang tinggi, terlihat dari banyaknya peziarah yang mendatangi masjid. Selain berjiarah untuk memperoleh barokah dan qharomah, mereka juga ingin menyaksikan secara langsung kebesaran masjid Agung Banten ini. Seperti halnya masjid agung yang lain, sampai kini masjid ini dijadikan tempat ibadah masyarakat sekitar kawasan Banten Lama dan para wisatawan.

(56)

3. Kompleks Makam Kerajaan

Komplek ini merupakan makam para raja pada masa kerajaan Banten Lama. Kompleks makam ini terletak disebelah utara masjid agung Banten. Wisatawaan dapat melakukan kegiatan wisata ziarah di tempat ini.

4. Menara Masjid Agung Banten

Menara masjid ini terletak di depan halaman komplek masjid, sedangkan tinggi bangunannya adalah 23,155 meter. Menara masjid Agung Banten ini di bangun diatas dasar atau lapik yang berbentuk segi delapan. Badan menara berbentuk kerucut persegi, hanya bagian atasnya tidak lagsung akan tetapi ada pembatas yang berupa pelipit yang membatasi antara badan menara dengan orang menara. Pintu masuk terdapat di sisi utara, bagian atas pintu menara diberi hiasan yang berbentuk orang kala dan hiasan sayap Untuk menuju ke atas menara harus melewati 83 buah anak tangga dengan jalan yang cukup hanya satu orang. Bagian

Gambar 3.6

Mesjid Agung Banten Lama

Gambar 3.7

(57)

paling atas menara berbentuk setengah bola, dan di puncak atap terdapat mamolo. Dari atas menara akan terlihat seluruh kawasan wisata Banten Lama.

Gambar 3.8 Menara Banten Lama

5. Museum Situs Banten Lama

Museum Situs Banten Lama berdiri di atas lahan seluas 10.000 m2 dengan luas bangunan 778 m2. Museum ini diresmikan oleh Dirjen Kebudayaan Prof. Dr. Haryati Subandio pada tanggal 15 Juli 1985. Selain digunakan sebagai tempat benda-benda hasil kebudayaan kerajaan Banten, tempat ini juga di jadikan sebagai objek wisata edukasi. Koleksi Museum Situs Banten Lama dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok koleksi, diantaranya adalah :

a) Arkeologika

Kelompok arkeologika adalah arca nandi, mamolo, gerabah, atap lesung, batu dan lain sebagainya.

b) Numismatika

(58)

b) Etnografika

Etnografika adalah berupa koleksi miniatur rumah adat suku Baduy, berbagai macam senjata tradisional dan peninggalan kolonial seperti tombak, keris, golok, peluru meriam, pedang, pistol dan meriam. Koleksi pakaian adat dari masa Kesultanan Banten, kotak peti perhiasan dan alat-alat pertunjukan Kesenian Debus.

c) Keramologika

Keramologika adalah berupa temuan-temuan keramik, baik itu keramik lokal ataupun keramik asing. Keramik asing berasal dari Birma, Vietnam, Cina, Jepang, Timur Tengah dan Eropa. Masing-masing keramik memiliki ciri-ciri khas sendiri. Keramik lokal lebih dikenal sebagai gerabah yang diproduksi dan berkembang di Banten. Gerabah tersebut biasa digunakan sebagai alat rumah tangga, bahan bangunan serta wadah pelebur logam yang biasa disebut dengan istilah Qowi.

d) Seni rupa

Seni rupa yaitu berupa hasil reproduksi lukisan atau sketsa yang menggambarkan aktivitas masyarakat Banten masa itu. Ada reproduksi lukisan duta besar Kerajaan Banten untuk Kerajaan Inggris, yakni Kyai Ngabehi Naya Wirapraya dan Kyai Ngabehi Jaya Sedana yang berkunjung ke Inggris pada tahun 1682. Reproduksi kartografi Banten in European Perspective, lukisan-lukisan yang menggambarkan suasana di Tasikardi dan diorama latihan perang prajurit Banten.

Gambar 3.9

(59)

6. Meriam Ki Amuk

Meriam ini terletak di halaman museum kepurbakalaan, pada meriam ini terdapat tiga buah prasasti berbentuk lingkaran dengan huruf dan bahasa Arab. Meriam ini terbuat dari tembaga dengan panjang sekitar 2,5 meter. Meriam ini merupakan hasil rampasan dari tentara Portugis yang berhasil dikalahkan. Berikut ini gambar meriam ki amuk.

Gambar 3.10 Meriam Ki Amuk

7. Jembatan Rantai

(60)

8. Tiyamah

Tiyamah merupakan paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti Masjid Agung. Paviliun dua lantai ini berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno. Bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel. Tiyamah adalah paviliun yang difungsikan sebagai tempat rapat, dan acara-acara kajian Islami pada masa lampau.

Gambar 3.12 Tiyamah

3.4.2 Sarana Penunjang Kepariwisataan

Sarana pariwisata merupakan hal yang penting dan harus ada di suatu objek wisata karena ini juga yang menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi wisatawan. Berikut ini tabel 3.13 mengenai sarana kepariwisataan di yang ada di kawasan wisata Banten Lama.

(61)

Tabel 3.13 Sarana Kepariwisataan

Sarana Jumlah

(Unit)

Toilet 29

Tempat Parkir 3

Mesjid 1

Perpustakaan 1

Sumber: Hasil Survei, 2012

Gambar 3.13 Tempat Parkir

Gambar 3.14 Warung/Kios

Gambar 3.15 Toilet

(62)

3.5 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, untuk meneliti karakteristik masyarakat di sekitar objek wisata Banten Lama dilakukan dengan penyebaran kuesioner dan wawancara langsung dengan masyarakat yang tinggal di sekitar objek wisata. Penyebaran kuesioner ini menggunakan random sampling dengan jumlah sample 100 responden. Adapun karakteristik responden yang diteliti yakni Jenis kelamin, usia, pendidikan formal, lama tinggal di wilayah penelitian, pengetahuan responden terkait keberadaan objek wisata dan manfaat yang dirasakan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada pembahasan berikut ini.

3.5.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil dari kuesioner terhadap responden yakni masyarakat lokal yang tinggal di sekitar objek wilayah penelitian yang menjadi sampel dalam penelitian ini diperoleh jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dengan perbandingan laki-laki berjumlah 81 orang dan perempuan 19 orang. Selengkapnya mengenai persentase responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 3.17 dibawah ini.

Gambar 3.17

Pesentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

3.5.2 Usia Responden

Usia responden dalam penelitian rata-rata berumur 29 - 49 tahun, hal ini menunjukan bahwa usia tersebut merupakan usia produktif (usai Kerja) di Desa Banten sebagaimana yang tertuang dalam profil Desa Banten bahwa usia kerja adalah usia 13-56 tahun . berikut tabel 3.14 mengenai usia responden yang menjadi sample dalam penelitian.

81% 19%

Jenis Kelamin

Laki-laki

(63)

Tabel 3.14 3.5.3 Pendidikan Formal

Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 100 orang responden di wilayah penelitian tingkat pendidikan responden yang tidak sekolah 26 orang, pendidikan sekolah dasar (SD) 24 orang, SLTP/MTS 48 orang dan SLTA 2 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.15 berikut ini.

Tabel 3.15

Jika melihat pada uraian tabel 3.15 diatas pendidikan responden diwilayah penelitian termasuk kedalam tingkat pendidikan yang cukup rendah karena dominasi pendidikan responden sebagian besar tamatan SMP/sederajat, SD dan tidak tamat SD.

3.5.4 Lama Tinggal

(64)

3.5.5 Tingkat Pengetahuan dan Manfaat Keberadaan Objek Wisata a. Tingkat Pengetahuan Terhadap Objek Wisata

Berdasarkan tingkat pengetahuan responden terkait dengan keberadaan objek wisata di Banten Lama 100 % masyarakat yang menjadi responden menyatakan mengetahui lokasi tersebut menjadi salah satu objek wisata di wilayah tersebut

b. Manfaat Adanya Objek Wisata

Berdasarkan hasil kuesioner terkait manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari adanya objek wisata Banten Lama di wilayah tersebut 71 responden menyatakan merasakan manfaatnya, manfaat yang dirasakannya itu sendiri diantaranya adalah peningkatan pendapatan dan kesempatan berusaha sedangkan 29 responden lainnya menyatakan tidak ada manfaat dengan alasan mereka tidak melakukan aktifitas kususnya kegiatan ekonomi di lokasi tersebut. Berikut ini tabel 3.16 serta gambar 3.18 mengenai manfaat yang dirasakan oleh masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian.

(65)

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Usaha Dalam Industri Pariwisata
  Gambar 3.1 Peta Kecamatan Kasemen
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan proses pelaksanaan supervisi kelompok guna meningkatkan kompetensi supervisi bagi Kepala SD; dan 2) meningkatkan

Manfaat kelapa muda untuk kesehatan yaitu Air kelapa muda (tender coconut water) secara teknis merupakan cairan endosperm, kaya nutrisi dan alami. Minuman air kelapa muda dapat

OBLIGASI INI DIJAMIN DENGAN PIUTANG PERFORMING , YAITU PIUTANG YANG BELUM JATUH TEMPO, ATAU YANG PEMBAYARAN ANGSURANNYA TIDAK MENUNGGAK DALAM WAKTU LEBIH DARI 90 HARI KALENDER

Mengingat ruang lingkup permasalahan di atas, cakupannya sangat luas, sementara kemampuan, waktu dan biaya sangat terbatas, maka pengkajian selanjutnya lebih diarahkan pada

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan pelaksanaan human relations yang dilakukan oleh pemerintah Desa Kalisari, mendiskripsikan hambatan yang

Hasil menunjukkan bahwa hubungan antara utilitarian value, hedonic value , dan social value dengan perceived value memiliki nilai p-value kurang dari 0.05

Berdasarkan produk, yang sering dibeli oleh NW yaitu produk bahan pokok seperi bahan makanan keperluan dapur, produk minuman, susu, teh, kopi, sirop, pakaian tidak membeli

Upaya pengelolaan terumbu karang dalam konteks pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) merupakan bagian dari Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau