• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) DALAM PELAYANAN PERTANAHAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) DALAM PELAYANAN PERTANAHAN"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) DALAM

PELAYANAN PERTANAHAN Oleh

Sonya Putri Oktavia Sarno

Kementerian Agraria dan Tata Ruang berdasarkan Surat Edaran Menteri Agraria Dan Tata Ruang Nomor 12/SE/XI/2014 tentang Pelayanan Pertanahan Nasional Hari Sabtu Dan Minggu Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang, mengeluarkan kebijakan yaitu Weekend Service atau Layanan Akhir Pekan. Weekend Service merupakan inovasi dibidang layanan pertanahan, dimana kantor pertanahan membuka pelayanan di luar hari kerja yang dimaksudkan untuk membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan waktu pada hari kerja dan mendorong peningkatan pelayanan pertanahan secara cepat, murah ,mudah, dan anti KKN. Namun faktanya, dalam setahun terakhir layanan Weekend Service ini belum ada perubahan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, 1. Bagaimana kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam pelayanan pertanahan, 2. Apa yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam pelayanan pertanahan. Metode yang digunakan yaitu normatif empiris, dengan data primer berupa hasil wawancara dan observasi pada Kepala Seksi hak tanah dan pendaftaran tanah Kantor pertanahan kota Bandar Lampung serta masyarakat yang menggunakan layanan Weekend Service dan data sekunder dengan menganalisis buku-buku, dokumen-dokumen dan peraturan perundang-undangan.

(2)

pelaksanaan Weekend Service diantaranya adalah: kurangnya sosialisasi terhadap kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang ini serta Petugas Pemberi Layanan yang kurang disiplin, dan faktor pendukung pelaksanaan weekend service diantaranya adalah menghilangkan campur tangan pihak ketiga serta sarana dan prasarana yang memadai.

(3)

ABSTRACT

MINISTRY OF AGRARIAN POLICY AND SPATIAL / NATIONAL LAND AGENCY (BPN) IN LAND SERVICES

By

Sonya Putri Oktavia Sarno

The Ministry of Agricultural and Spatial by Circular of the Minister of Agrarian And Spatial No. 12 / SE / XI / 2014 on National Land Services Saturday and Sunday in Environmental And Spatial Agricultural Ministry, which issued a policy or Service Weekend Service Weekend. Weekend Service is an innovative service in the field of land, where the land office opened the service outside working day that is intended to help people who have limited time on weekdays and boost land services in a fast, cheap, easy, and anti-corruption. But in fact, in the last year of service Weekend Service there has been no change.

The problem of this research is, 1. How does the Ministry of Agrarian Policy and Spatial Planning / National Land Agency in land services, 2. What is the limiting factor and a factor supporting the Ministry of Agrarian Policy and Spatial Planning / National Land Agency in land services.

The method used is normative empirical, with primary data in the form of interviews and observations at the Head of Section land rights and land registration office land Bandar Lampung city and the people who use the service Weekend Service and secondary data to analyze the books, documents and regulations -invitation.

The study concluded that 1. The Ministry of Agricultural and Spatial Planning / National Land Agency issued a policy of land services, Weekend Service, based azaz expediency, azaz public interest and principle such good service. However, in practice the Office of Bandar Lampung, the policy has not run optimally. There are still very few people who use the services of this land. There are only two to three files are included in a single day. So there has been no increase in land services that occur significantly. 2. inhibiting factors Weekend implementation of the Service are: lack of socialization to the Ministry of Agrarian Policy and Spatial Planning as well as concierge service giver who lack discipline, and the factors supporting the implementation of which is to eliminate weekend service third-party intervention and facilities are adequate.

(4)

KEBIJAKAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) DALAM

PELAYANAN PERTANAHAN

Oleh

SONYA PUTRI OKTAVIA SARNO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap Penulis adalah Sonya Putri Oktavia Sarno, Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 21 Oktober 1993. Penulis merupakan anak ke lima dari lima bersaudara, dari pasangan Bapak M. Sarno Resosukarto dan Ibu Ismawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal pada Sekolah Dasar Negeri 1 Rawalaut Bandar Lampung yang terselesaikan pada Tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2008, Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada Tahun 2011.

Penulis terdaftar sebagai Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN pada tahun 2012. Selama kuliah penulis mengikuti dan aktif dalam Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara Unila, selain itu penulis juga mengikuti Kuliah Kerja Nyata di Desa Sendang Asih Kecamatan Sendang Agung Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung.

(8)

PERSEMBAHAN

Teriring Do’a dan Rasa Syukur Kehadirat Allah SWT Atas Rahmat dan

Hidayah-Nya Serta Junjungan Tinggi Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

Kedua Orang Tuaku, Papa Muhammad Sarno dan Mama Ismawati Sebagai orang tua penulis tercinta yang telah mendidik, membesarkan dan membimbing penulis menjadi sedemikian rupa yang selalu memberikan kasih sayang

yang tulus dan memberikan doa

yang selalu memberikan semangat dan harapan Kakak-kakakku

Mas Tomy, Mami Irma, Bunda Cila, dan Eci, yang selalu memberi kasih sayang dan semangat dalam hidup

Keluarga besarku

Papa Menik, Ayah Dimas, Ka Toni, Keke, Adib dan Radit yang selalu memberi semangat dan dukungannya untuk keberhasilanku

Sahabat Sahabat

Semua sahabat yang telah memberikan dukungan motivasi, menemani suka duka, dan pendengar keluh kesah selama proses penyeselesaian skripsi ini

Almamater Universitas Lampung

(9)

MOTTO

Kebijakan dan kebajikan adalah perisai terbaik untuk hidup

-

A. Hubardi

-

Ikatlah ilmu dengan menuliskannya

-Ali bin Abi Thalib-

Belajar adalah sikap berani menantang segala ketidakmungkinan bahwa

ilmu yang tak dikuasai akan menjelma di dalam diri manusia menjadi

sebuah ketakutan, belajar dengan keras hanya bisa dilakukan oleh

sesorang yang bukan penakut.

(10)

SAN WACANA

Penulis memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayat serta karunia-nya yang terlah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Terselesaikanya skripsi yang berjudul “ Kebijakan Kementerian Agraria dan Tata

Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam Pelayanan Pertanahan penulis sadari masih banyak kekurangan baik dari segi substansi maupun penulisan. Oleh karna itu berbagai saran, koreksi dan kritik membangun dari berbagai pihak tentulah akan menjadi kontribusi besar untuk perbaikan skripsi ini.

Penulis sadari juga bahwa skripsi ini bukanlah hasil jerih payah sendiri, akan tetapi juga berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik moral maupun materil. Oleh karna itu rasanya penulis dengan rendah hati dan ini mengucapkan banyak terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan saya kehidupan dan ilmu yang bermanfaat di kehidupan saya.

(11)

3. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara dan Pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membaca, mengoreksi,

mengarahkan, dan mendukung penulis selama penulisan skripsi

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Ati Yuniati, S.H., M.H. selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktu dan pikiran untuk membaca, mengoreksi,

mengarahkan dan mendukung penulis selama penulisan skripsi sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Sri Sulastuti, S.H., M.H. selaku dosen pembahas I atas waktu, saran, masukan dan kritik yang bermanfaat terhadap skripsi ini.

6. Bapak Satria Prayoga, S.H., M.H. selaku dosen pembahas II atas waktu, saran, masukan dan kritik yang bermanfaat terhadap skripsi ini.

7. Bapak Badarudin Umar,S.H sebagai Kepala Seksi Hak Atas Tanah dan Pendaftaran Tanah Kantor pertanahan kota Bandar Lampung beserta staff atas informasi yang berguna dalam penulisan skripsi ini. 8. Ibu Dr. Yusnani Hasyim Zum, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Akademik yang dengan ikhlas memberikan bimbingan dan bantuannya selama penulis menempuh masa studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(12)

10.Seluruh staff karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung baik di bidang kemahasiswaan maupun akademik yang telah banyak membantu penulis demi kelancaran skripsi ini.

11.Kedua orang tua Saya Muhammad Sarno Resosukarto dan Ismawati Taufiq yang telah mendidik, membesarkan dan membimbing penulis secara moral maupun materil dan yang selalu memberikan kasih sayang yang tulus serta memberikan doa selama saya berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

12.Kakak-Kakak Saya Mas Tomi, Mami Irma, Bunda Cila, dan Eci yang telah membimbing penulis secara moral maupun materil dan yang selalu memberikan kasih sayang yang tulus serta memberikan doa selama saya berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

13.Kakak-Kakak Ipar, Papa Menik, Ayah Dimas, dan Ka Toni, Terimakasih atas semangat, kasih sayang, dan dukungan yang telah diberikan.

14.Keponakan Tersayang, Keke, Adib, (Alm) Ira, dan Radit yang telah memberikan semangat untuk mengerjakan Skripsi ini.

15.Keluarga Besar Resosukarto dan Keluarga Besar M. Taufiq Ahmad, terima kasih atas semangat dan dukungan yang telah diberikan

16.Sahabat-Sahabatku Riski Aulia, Yoya Nalamba, Siti Dwi Karuniati, dan Tira Cakra Indira, terimakasih atas motivasi, menemani suka duka, dan mendengarkan keluh kesah Penulis selama proses penyeselesaian skripsi ini

(13)

18.Teman-Teman Geng NPM akhir, Teki, Alam, Udin, Rito, Ryo, Wailim, Samuel, Yudha, Terimakasih atas persahabatan, dukungan, dan bantuan selama ini

19.Teman-Teman Fakultas Hukum Angkatan 2012, Tata, Ika, Hestika, Yose, Dwitya, Zaki, Jelang, Wahyu, Erwin, Dedi, Isal, Farid, Een, Muhammad Reza (Topeng), Robby Yendra, Tebe, Dll Terimakasih atas persahabatan, dukungan dan bantuan selama ini

20.Seluruh Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Administrasi Negara yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah banyak mengajarkan tentang hukum dan berorganisasi.

21.Sahabat-Sahabat Penulis, Khalisa, Savira, Nadya, Nilam, Hesti, Kristina, Elsa, Dea Sella, Nadia, Tina, Muli, Silvia, dan Tami Terimakasih atas persahabatan, dukungan, dan bantuan selama ini.

22.Teman-teman KKN desa Sendang Asih Lampung Tengah, Dina, Fany, Ican, Ardi, Eko, Rexi, May, dan Nurul Terimakasih atas persahabatan, dukungan, dan bantuan selama ini.

23.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan memberikan dukungan baik itu berupa moril maupun materil kepada penulis selama menempuh studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(14)

balasan yang lebih besar dari ALLAH SWT. Akhir kata penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, Januari 2016 Penulis

(15)
(16)

3.2. Sumber Data ... 29 4.1. Gambaran Umum Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung ... 33

4.1.1 Sejarah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN) ... 33

4.1.2 Tugas dan Fungsi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN) ... 37

4.1.3 Kantor pertanahan kota Bandar Lampung ... 38

4.2. Kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam Pelayanan Pertanahan ... 43

4.2.1 Dasar Pertimbangan Kebijakan ... 45

4.2.2 Bentuk Kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional dan Pelaksanaannya ... 49

4.2.3 Dampak Kebijakan Terhadap Masyarakat dan Peningkatan Pelayanan ... 60

4.3. Faktor Penghambat Dan Faktor Pendukung Kebijakan Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dalam Pelayanan Pertanahan ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman yang semakin pesat mengakibatkan tuntutan pemenuhan berbagai kebutuhan masyarakat menjadi semakin meningkat, terutama kepada pemerintah. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat tersebut merupakan tanggung jawab bagi pemerintah untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik serta untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Pelayanan merupakan kewajiban bagi pemerintah dalam menyelengggarakan administrasi pemerintahan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan, kebijakan pemerintahan, dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik. Didalam pasal 34 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, disebutkan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Untuk itu, pemerintah perlu menerapkan strategi peningkatan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang menghendaki kualitas pelayanan.

(18)

2

tugas pemerintah di bidang pertanahan secara nasional, regional dan sektoral. Kewenangan ini mencakup kegiatan yang berkaitan dengan kebijakan serta kegiatan pelayanan publik, baik pelayanan kepada masyarakat, badan hukum swasta, sosial ataupun keagamaan serta institusi pemerintah.

Pelayanan pertanahan merupakan bagian dari kebijakan Negara sebagai sistem sarana pengarah dalam merelisasikan kebijakan negara di bidang pertanahan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara. Dengan ini pelayanan terhadap masyarakat benar-benar menjadi prioritas utama. Aparat birokrasi sebagai pelayan masyarakat akan lebih mampu melayani, mengayomi, dan menumbuhkan partisipasi masyarakat, sehingga birokrasi yang baik dan sesuai dengan harapan serta aspirasi masyarakat dapat tercipta.

Dalam rangka meningkatkan pelayanan di bidang pertanahan dicantumkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Pasal 12 Ayat (2) huruf D yang menyatakan bahwa pelayanan pertanahan merupakan urusan Pemerintahan yang dibagi antara pemerintah Pusat dan Daerah provinsi serta Daerah kabupaten/kota yang menjadi tugas dan wewenang Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional melalui instansi vertikalnya di daerah yang disebut Kantor Pertanahan.

(19)

3

memakan biaya yang mahal, serta perilaku sejumlah oknum yang mengambil keuntungan. Selain itu, minimnya informasi dan sulitnya masyarakat mendapatkan akses layanan menjadi kendala yang sering dihadapi masyarakat di lapangan.

Mempertimbangkan kendala-kendala yang ada, diperlukan pengaturan kembali tata kehidupan berbangsa dan bernegara dengan adanya pengaturan kebijakan. Segala kebijakan para penyelenggara negara di bidang ekonomi dan pertanahan termasuk segala cabang produksi dan pengelolaan bumi, air dan seluruh kekayaan alam yang terkandung di dalamnya tidak boleh menyimpang dari ketentuan-ketentuan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Segala kebijakan-kebijakan tersebut harus sesuai kebutuhan dan keinginan seluruh rakyat Indonesia oleh para penyelenggara negara agar dapat mencapai tujuan negara yaitu masyarakat yang sejahtera. Demikian pentingnya kegunaan tanah bagi hidup dan kehidupan manusia, maka campur tangan Negara melalui aparatnya dalam tatanan hukum pertanahan merupakan hal yang mutlak.1

Hal ini ditindaklanjuti dengan pemberian landasan kewenangan hukum untuk bertindak dalam mengatur segala sesuatu yang terkait dengan tanah, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan acuan dasar dalam pengaturan kehidupan berbangsa dan bernegara.2 Pada Pasal 33 Ayat (3)

UUD 1945 yaitu : “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh Negara, dan dipergunakan untuk sebesar-besar

1

Hambali Thalib,Sanksi Pemidanaan Dalam Konflik Pertanahan; Kebijakan Alternatif

Penyelesaian Konflik Pertanahan Di Luar Kodifikasi Hukum Pidana, (Jakarta: Kencana, 2009), Hlm 1.

2

Adrian Sutedi, Implementasi Prinsip Kepentingan Umum Di Dalam Pengadaan Tanah Untuk

(20)

4

kemakmuran rakyat. Berdasarkan pada ketentuan Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, maka pada tanggal 24 September 1960 telah dikeluarkan ketentuan hukum yang mengatur tentang pertanahan, yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Dasar Pokok-Pokok Agraria, selanjutnya disebut UUPA, yang sampai saat ini masih digunakan sebagai landasan hukum dalam proses pertanahan di Indonesia.

Kebijakan hukum pertanahan mencakup aspek yang mendasar yaitu prinsip pemenuhan hak-hak konstitusional rakyat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menghargai prinsip kesederajatan manusia. Salah satu tujuan pembentukan negara Republik Indonesia sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar tahun 1945 adalah mewujudkan kesejahteraan umum.

Tugas pokok pemerintah adalah menciptakan sistem manajemen pemerintahan yang dapat mengelola dengan baik sumber daya nasional demi tercapainya kemakmuran dan kesejahteraan serta keadilan sosial. Pemerintah mewujudkan reformasi hukum pertanahan khususnya pelayanan di bidang pertanahan pada birokrasi pemerintahan.3 Jenis layanan pertanahan ini dibagi menjadi 5 kelompok, diantaranya adalah pendaftaran tanah pertama kali, pemeliharaan data pendaftaran tanah, pencatatan dan informasi pertanahan, pengukuran bidang tanah, serta pengaturan dan penataan pertanahan.4

Sebagai institusi pelayanan publik, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pelayanan di

3

Widhi Handoko, Kebijakan Hukum Pertanahan, (Yogyakarta:Thafa Media,2014), Hlm 3

4

(21)

5

bidang pertanahan, salah satunya dengan melaksanakan inovasi-inovasi layanan pertanahan agar mampu dan dapat memaksimalkan pelayanannya terhadap masyarakat. Inovasi baru dalam pelayanan tentu sangat dibutuhkan dalam pencapaian pelayanan yang betul-betul efektif dan efisien seiring dengan semakin banyaknya tuntutan masyarakat yang semakin beragam serta didukung dengan peradaban serta pola hidup masyarakat yang lambat semakin modern sehingga menuntut pemerintah untuk mampu mengimbangi kebutuhan masyarakat tersebut yang memaksa pemerintah agar mampu memberikan pelayanan yang terbaik. Inovasi layanan pertanahan tersebut diantaranya adalah Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA), Layanan Cepat (Quick Service), Layanan Satu Hari Selesai (One Day Service), Layanan Tujuh Menit (LANTUM), Sistem Pembayaran Non Tunai, SMS Informasi Pertanahan, dan Layanan Akhir Pekan (Weekend Service).

(22)

6

Weekend Service merupakan salah satu inovasi dibidang layanan pertanahan, dimana kantor pertanahan membuka pelayanan di luar hari kerja. Weekend Service dimaksudkan untuk percepatan layanan pertanahan tertentu serta

membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan waktu pada hari kerja. Dengan upaya ini diharapkan mampu memangkas peran para calo atau perantara yang sering menyebabkan biaya tinggi dalam pengurusan layanan pertanahan. Layanan pertanahan yang diberikan Weekend Service dibatasi pada jenis layanan tertentu yang kewenangannya ada pada Kantor Pertanahan yang bersangkutan.

Pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung, sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12/SE/XI/2014 Tentang Pelayanan Pertanahan Nasional Hari Sabtu Dan Minggu Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional, Weekend Service dilaksanakan sejak tanggal 15 November 2014 Layanan ini dimulai dari pukul 09.00 hingga pukul 13.00. Weekend Service ini hanya melayani pemohon tanpa surat kuasa atau tanpa perantara yang artinya pemohon langsung yang datang ke Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung. 5

Namun faktanya, dalam setahun terakhir layanan Weekend Service belum ada perubahan yang signifikan, dengan ini maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh mengenai kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam pelayanan pertanahan pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung dengan judul ”Kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional dalam Pelayanan Pertanahan”.

5

(23)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam pelayanan pertanahan?

2. Apa yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam pelayanan pertanahan?

1.3 Ruang Lingkup Penelitian

Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam meningkatkan kualitas pelayanan di bidang pertanahan, melaksanakan inovasi-inovasi layanan pertanahan agar mampu dan dapat memaksimalkan pelayanannya terhadap masyarakat. Inovasi layanan pertanahan tersebut diantaranya adalah Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA), Layanan Cepat (Quick Service), Layanan Satu Hari Selesai (One Day Service), Layanan Tujuh Menit (LANTUM), Sistem Pembayaran Non Tunai, SMS Informasi Pertanahan, dan Layanan Akhir Pekan (Weekend Service).

(24)

8

melakukan pengurusan administrasi pertanahan secara langsung tanpa perantara dan masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang lebih cepat dan lebih baik.

1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam pelayanan pertanahan

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung terhadap pelaksanaan kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam pelayanan pertanahan

1.4.2 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperluas juga memperdalam ilmu hukum administrasi Negara dan memberikan kontribusi mengenai peningkatan pelayanan publik dalam hal administrasi pertanahan khusunya pengetahuan mengenai pelayanan pertanahan khususnya layanan Weekend Service.

2. Kegunaan Praktis

(25)

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan

2.1.1 Pengertian Kebijakan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.

Menurut E.Hugh Heclo, kebijakan adalah cara bertindak yang sengaja untuk menyelesaikan beberapa permasalahan. Menurut Charles O. Jones kebijakan terdiri dari beberapa komponen, yaitu tujuan yang diinginkan, perencanaan untuk mencapai tujuan, program berupa upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan, dan keputusan berupa tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan membuat rencana; melaksanakan dan mengevaluasi program; serta komponen efek berupa akibat-akibat dari program.1

Menurut Carl Friedrich, kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran

1

(26)

10

yang diinginkan. Anderson merumuskan kebijakan sebagai langkah tindakan secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi.

Philipus M. Hadjon mengatakan bahwa kebijakan merupakan produk dari

perbuatan tata usaha negara yang bertujuan “naar buiten gebracht schricftelijk

beleid”, yaitu menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis. Kebijakan berfungsi

sebagai bagian dari operasional penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, karenanya tidak dapat mengubah atau menyimpangi peraturan perundang-undangan.2

Menurut P.J.P Tak, kebijakan merupakan peraturan umum yang dikeluarkan oleh instansi pemerintahan berkenaan dengan pelaksanaan wewenang pemerintahan terhadap warga negara atau terhadap instansi pemerintah lainnya dan pembuatan peraturan tersebut tidak memiliki dasar yang tegas dalam UUD dan undang-undang formal baik langsung maupun tidak langsung. Artinya kebijakan tidak didasarkan kewenangan pembuatan undang-undang dan oleh karena itu tidak termasuk peraturan perundang-undangan yang mengikat umum tetapi diletakan pada wewenang pemerintahan suatu organ administrasi negara dan terikat dengan pelaksanaan kewenangannya.3

Menurut Ealau dan Prewitt, kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yang mentaatinya. Titmuss mendefinisikan kebijakan sebagai

2

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara,(Jakarta:RajaGrafindo Persada,2014),Hlm 174-175

3

Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat,Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan

(27)

11

prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Kebijakan, menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah dan berorientasi kepada tindakan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara-cara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu. 4

Commissie Wetgevingsvraagstukken merumuskan kebijakan sebagai suatu

peraturan umum tentang pelaksanaan wewenang pemerintahan terhadap warga negara ( warga negara, juga organ pemerintahan lainnya) ditetapkan berdasarkan kekuasaan sendiri oleh instansi pemerintahan yang berwenang atau instansi pemerintahan yang secara hierarki lebih tinggi. Kebijakan secara esensial berkenaan dengan organ pemerintahan dalam hal ini semata-mata menggunakan kewenangan untuk menjalankan tindakan-tindakan pemerintahan, kewenangan pemerintahan itu tidak terikat secara tegas, dan ketentuan umum digunakan pada pelaksanaan kewenangan.5

Versi formal yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih luas dan cukup rinci ketimbang pandangan diatas, dimana lembaga dunia ini memberikan makna kebijakan sebagai pedoman untuk bertindak. Pedoman ini bisa saja amat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya seperti ini mungkin berupa suatu deklarasi mengenai

4

Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik, (Bandung:Alfabeta,2006) Hlm 7

5

(28)

12

suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu, atau suatu rencana.6

2.1.2 Ciri-ciri Kebijakan

J.H.van Kreveld menyebutkan ciri dari kebijakan sebagai berikut,

1. Kebijakan itu langsung atau tidak langsung, tidak didasarkan pada ketentuan undang-undang formal atau UUD yang memberikan kewenangan mengatur, dengan kata lain kebijakan itu tidak ditemukan dasarnya dalam undang-undang

2. Kebijakan tidak tertulis dan muncul melalui serangkaian keputusan-keputusan instansi pemerintah yang bebas terhadap warga negara atau ditetapkan secara tertulis oleh instansi pemerintahan tersebut

3. Kebijakan memberikan petunjuk secara umum, dengan kata lain tanpa pernyataan dari individu warga negara mengenai bagaimana instansi pemerintahan melaksanakan kewenangan pemerintahannya yang bebas terhadap setiap individu warga negara yang berada dalam situasi yang dirumuskan dalam kebijakan itu.

Bagir Manan menyebutkan ciri-ciri kebijakan sebagai berikut, 1. Kebijakan bukan merupakan peraturan perundang-undangan.

2. Azas-azas pembatasan dan pengujian terhadap peraturan perundang-undangan tidak dapat diberlakukan pada kebijakan.

6

(29)

13

3. Kebijakan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena tidak ada dasar peraturan perundang-undangan untuk membuat keputusan kebijakan tersebut.

4. Kebijakan dibuat berdasarkan Freies Ermessen dan ketiadaan wewenang administrasi bersangkutan membuat peraturan perundang-undangan. 5. Pengujian terhadap kebijakan lebih diserahkan kepada doelmatigheid

sehingga batu ujinya adalah azas-azas umum pemerintahan yang baik 6. Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan,

yakmi keputusan, instruksi, surat edaran, pengumuman, dan lain-lain, bahkan dapat dijumpai dalam bentuk peraturan.7

Selain itu, kebijakan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut,

1. Kebijakan tidak boleh bertentangan dengan peraturan dasar yang mengandung wewenang diskresioner yang dijabarkan itu;

2. Kebijakan tidak boleh nyata-nyata bertentangan dengan nalar yang sehat; 3. Kebijakan harus dipersiapkan dengan cermat; semua kepentingan,

keadaan-keadaan serta alternatif-alternatif yang ada perlu dipertimbangkan;

4. Isi dari kebijakan harus memberikan kejelasan yang cukup mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban dari warga yang terkena kebijakan tersebut; 5. Tujuan-tujuan dan dasar-dasar pertimbangan mengenai kebijakan yang aka

diempuh harus jelas;

7

Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat,Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan

(30)

14

6. Kebijakan harus memenuhi syarat kepastian hukum materiil, artinya hak-hak yang telah diperoleh dari warga masyarakat yang terkena harus dihormati, kemudian juga harapan-harapan warga yang pantas telah ditimbulkan jangan sampai diingkari.8

2.2 Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB)

Setiap bentuk campur tangan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai perwujudan dari asas legalitas. Akan tetapi, karena ada keterbatasan dari asas ini atau karena adanya kelemahan dan kekurangan yang terdapat pada peraturan perundang-undangan, pemerintah diberi kebebasan bertindak atas inisiatif sendiri dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial. Akan tetapi, pemerintah harus dapat mempertanggung jawabkan setiap tindakan tersebut dengan konsepsi negara hukum yang mengindikasikan ekuilibrium antara hak dan kewajiban. Salah satu tolak ukur untuk menilai apakah

kebijakan pemerintah itu sejalan dengan negara hukum atau tidak adalah dengan menggunakan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik.9

Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, yang selanjutnya disingkat AAUPB, diartikan sebagai asas-asas umum yang dijadikan sebagai dasar dan tata cara dalam penyelenggaran pemerintahan yang baik, yang dengan cara demikian penyelenggaraan pemerintahan itu menjadi baik, sopan, adil, dan terhormat, bebas dari kezaliman, pelanggaran peraturan, tindakan penyalahgunaan wewenang dan tindakan sewenang-wenang.10 AAUPB dijadikan sebagai dasar penilaian dalam

8

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Op. Cit., Hlm 183-184

9

Ibid, Hlm 229-230

10

(31)

15

peradilan dan upaya administrasi, disamping sebagai norma hukum tidak tertulis bagi tindakan pemerintahan.11

Seiring dengan perjalanan waktu dan perubahan politik di Indonesia, asas-asas ini kemudian muncul dan dimuat dalam suatu undang-undang, yaitu Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 disebutkan beberapa asas umum penyelenggara negara, yaitu sebagai berikut.

Koentjoro Purbopranoto dan SF.Marbun merumuskan macam-macam AAUPB sebagai berikut.

1. Asas kepastian hukum; 2. Asas keseimbangan;

3. Asas kesamaan dalam mengambil keputusan; 4. Asas bertindak cermat;

5. Asas motivasi untuk setiap keputusan;

11

Ibid, Hlm 239

12

(32)

16

6. Asas tidak mencampuradukan kewenangan; 7. Asas permainan yang layak;

8. Asas keadilan dan kewajaran;

9. Asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar; 10.Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang batal;

11.Asas perlindungan atas pandangan atau cara hidup pribadi; 12.Asas kebijaksanaan ;

13.Asas penyelenggaraan kepentingan umum.13

Disamping itu, dalam Pasal 1 Angka (17) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik adalah prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan wewenang bagi Pejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan Keputusan dan/atau Tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pada Pasal 10 Ayat (1) AAUPB yang dimaksud dalam Undang-Undang ini meliputi asas:

1. Asas kepastian hukum; 2. Asas kemanfaatan; 3. Asas ketidakberpihakan; 4. Asas kecermatan;

5. Asas tidak menyalahgunakan kewenangan; 6. Asas keterbukaan;

7. Asas kepentingan umum; dan 8. Asas pelayanan yang baik.

13

(33)

17

2.3 Pengertian Tanah

Tanah merupakan sumber kehidupan manusia yang telah dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai tumpuan masa depan kesejahteraan manusia itu sendiri.14 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pengertian mengenai tanah, yaitu permukaan bumi atau lapisan bumi yang di atas sekali. Pengertian tanah diatur dalam Pasal 4 UUPA dinyatakan sebagai berikut,

Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum.

Dengan demikian, yang dimaksud istilah tanah dalam Pasal di atas ialah permukaan bumi.15 Merujuk pada UUPA pasal 1 Ayat (4), pengertian tanah yaitu dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air.

Vink, seorang ahli tanah dan geografis, menyatakan bahwa tanah merupakan permukaan bumi degan kedalaman tertentu di bawah dan ketinggian tertentu di atas, merupakan luasan berkaitan dengan ruang. Dengan demikian, tanah adalah satu kesatuan wilayah yang spesifik dari permukaan bumi. Selanjutanya, menurut Petter Butt, tanah secara umum didefinisikan sebagai luasan fisik dari permukaan bumi yang ada luasan tertentu dalam sebuah area tertentu, di mana pemilikan atas

tanah dibuktikan dengan sebuah dokumen “title deed”.

Pengertian tanah menurut konsep hukum Anglo Saxon (Common Law) bersumber pada peribahasa hukum Romawi: Cuius est solum eius est usque ad coelum et ad

14

G.Kartasapoetra,Hukum Tanah: Jaminan UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah,

(Bandung:Rineka Cipta,1984), Hlm 3 15

(34)

18

inferos ( Barangsiapa memiliki tanah (permukaan bumi), dia juga memiliki segala

apa yang ada diatasnya sampai surga dan segala apa yang ada di bawahnya sampai ke pusat bumi).16 Ini berarti tanah dilihat sebagai obyek pemilikan.

2.4 Pelayanan Pertanahan

2.4.1 Pengertian Pelayanan Pertanahan

Pelayanan Pertanahan adalah bagian dari kebijakan Negara sebagai sistem norma kebijakan hukum pertanahan yang merupakan sarana pengarah dalam merealisasikan kebijaksanaan negara dalam bidang pertanahan. Pelayanan pertanahan dilaksanakan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Kantor Wilayah Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional, dan Kantor Pertanahan.

2.4.2 Kelompok Pelayanan Pertanahan

Menurut Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Dan Pengaturan Pertanahan, kelompok pelayanan pertanahan ini terdiri dari :

1. Pendaftaran Tanah Pertama Kali

1.1 Konversi, Pengakuan, dan Penegasan hak

Pada dasarnya proses ini adalah pendaftaran tanah secara sporadik yaitu pendaftaran yang dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan. Pendaftaran jenis ini pada dasarnya bertujuan untuk melakukan permohonan pendaftaran tanah untuk permohonan pendaftaran

16

(35)

19

hak lama yang salah satunya adalah Girik. Hasil dari Konversi / Pengakuan dan Penegasan adalah sertipikat Hak Milik.

1.2 Pemberian hak

Tujuan diadakannya pemberian hak atas tanah adalah agar lebih mengarah kepada catur tertib dibidang pertanahan, yaitu tertib hukum pertanahan, tertib administrasi pertanahan, tertib pemeliharaan pertanahan dan tertib penggunaan pertanahan. Terdiri dari :

a. Hak Milik : Perorangan dan Badan Hukum

b. Hak Guna Bangunan : Perorangan dan Badan Hukum

c. Hak Pakai : WNI, WNA, Badan Hukum Indonesia, Badan Hukum Asing, Instansi Pemerintah, Pemerintah Asing

d. Hak Pengelolaan Instansi Pemerintah/ Pemerintah Daerah/ BUMN/ BUMD

e. Pemberian Hak Guna Usaha : Perorangan dan Badan Hukum

1.3 Wakaf

Wakaf dari Tanah Belum Bersertipikat (Konversi, Pengakuan dan Penegasan Hak) dan Wakaf dari Tanah Negara (Pemberian Hak Tanah Wakaf)

1.4 P3MB/Prk.5 (Tanah Obyek Panitia Pelaksanaan Penguasaan Milik Belanda dan Presidium Kabinet Dwikora Tahun 1965)

1.5 Pendaftaran Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun 1.6 Pelayanan PRONA

(36)

20

kali. yang dilaksanakan secara terpadu dan ditujukan bagi segenap lapisan masyarakat terutama bagi golongan ekonomi lemah dan menyeselaikan secara tuntas terhadap sengketa-sengketa tanah yang bersifat strategis. Tujuan PRONA adalah memberikan pelayanan pendaftaran pertama kali dengan proses yang sederhana, mudah, cepat dan murah dalam rangka percepatan pendaftaran tanah diseluruh Indonesia dengan mengutamakan desa miskin/tertinggal, daerah pertanian subur atau berkembang, daerah penyangga kota, pinggiran kota atau daerah miskin kota, daerah pengembangan ekonomi rakyat. PRONA merupakan salah satu wujud upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat golongan ekonomi lemah sampai dengan menengah.

2. Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah

2.1 Peralihan Hak Atas Tanah dan Satuan Pemeliharaan Data Rumah Susun 2.2 Ganti Nama Sertipikat Hak Atas Tanah dan Hak Milik Atas Rumah Susun 2.3 Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Usaha

2.4 Perpanjangan Jangka Waktu Hak Guna Bangunan/Hak Pakai 2.5 Perpanjangan Hak Milik Atas SatuanRumah Susun

2.6 Pembaruan Hak Guna Bangunan/Hak Pakai dan Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai di atas Hak Pengelolaan

2.7 Pembaruan Hak Guna Usaha

2.8 Wakaf dari Tanah Yang Sudah Bersertipikat 2.9 Perubahan Hak Atas Tanah

(37)

21

2.11 Sertipikat Pengganti Hak Atas Tanah, Hak Milik Atas Rumah Susun, dan Hak Tanggungan, karena blanko lama, hilang, dan rusak

2.12 Hak Tanggungan : Pendaftaran Hak Tanggungan, Penghapusan Hak Tanggungan (Roya), Peralihan Hak Tanggungan (Cessie), dan Subrogasi (Perubahan Kreditur)

3. Pencatatan dan Informasi Pertanahan

3.1 Pencatatan : Blokir, Sita, Pengangkatan Sita 3.2 Informasi Pertanahan :

a. Pengecekan Sertipikat

b. Surat Keterangan Pendaftaran Tanah c. Informasi Titik Dasar Teknik

d. Informasi Peta

4. Pengukuran Bidang Tanah

4.1 Pengukuran bidang untuk keperluan pengembalian batas

4.2 Pengukuran dalam rangka kegiatan inventarisasi/pengadaan tanah 4.3 Pengukuran atas permintaan instansi dan/atau masyarakat untuk

mengetahui luas tanah

4.4 Pengukuran dalam rangka pembuatan peta situasi lengkap (Topografi)

5. Pengaturan dan Penataan Pertanahan

5.1 Konsolidasi Tanah Swadaya

(38)

22

kepentingan pembangunan dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan dan pemeliharaan sumberdaya alam dengan melibatkan partisipasi aktif masyarakat.

5.2 Pertimbangan Teknis

a. Pertimbangan teknis pertanahan

b. Pertimbangan teknis penatagunaan tanah

6. Pengelolaan Pengaduan

Terhadap suatu kasus pertanahan yang disampaikan atau diadukan dan ditangani oleh Badan Pertanahan Nasional, solusi penyelesaiannya dapat dilaksanakan dengan pelayanan pengaduan dan informasi kasus. Pengaduan disampaikan melalui loket pengaduan kemudian dilakukan register terhadap pengaduan yang diterima, dan dilaksanakan penyampaian informasi tersebut kepada pihak terkait.

2.5 Inovasi Layanan Pertanahan

(39)

23

1. Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP)

Komputerisasi Kantor Pertanahan adalah pelayanan berbasis komputerisasi, dengan tujuan untuk menciptakan tertib administrasi pertanahan, meningkatkan dan mempercepat pelayanan dibidang pertanahan, meningkatkan kualitas informasi pertanahan , untuk mempermudah pemeliharaan data pertanahan dan lain-lain. Dengan dilaksanakannya KKP maka terjadi transformasi layanan publik bidang pertanahan di Kantor Pertanahan, tidak ada lagi pelayanan permohonan sertipikat hak atas tanah secara manual, proses permohonan sertipikat hak atas tanah dapat dimonitoring melalui komputer, terbentuknya database pertanahan yang selalu up to date, dan dapat digunakan dalam kegiatan pelayanan informasi pertanahan.

2. Layanan Rakyat Untuk Sertifikasi Tanah (LARASITA)

LARASITA merupakan layanan pertanahan bergerak (mobile land service) yang bersifat pro aktif dengan hadirnya petugas BPN RI ke

tengah-tengah masyarakat. Dengan LARASITA, Kantor Pertanahan menjadi mampu menyelenggarakan tugas-tugas Pertanahan dimanapun target kegiatan berada. Pergerakan tersebut akan memberikan ruang interaksi antara aparat dengan masyarakat sampai pada tingkat kecamatan, kelurahan/desa, dan tingkat komunitas masyarakat, diseluruh wilayah kerjanya terutama pada daerah terpencil yang jauh dari kantor pertanahan.

3. Layanan Cepat (Quick Service)

(40)

24

1-5 hari kerja dapat diselesaikan dalam waktu 2-8 jam sehingga dapat ditunggu oleh pemohon layanan. Tujuan dilaksanakannya Quick Service adalah untuk percepatan layanan pertanahan tertentu serta

membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan waktu untuk datang sendiri ke Kantor Pertanahan, sehingga diharapkan mampu memangkas peran para calo yang menyebabkan biaya tinggi dalam pengurusan layanan pertanahan. Jenis layanan dari Inovasi ini diantaranya hapusnya hak tanggungan (roya), perubahan hak guna bangunan menjadi hak milik, dan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT)

4. Layanan Satu Hari Selesai (One Day Service)

Satu lagi bentuk inovasi layanan pertanahan, yaitu One Day Service. Ini merupakan layanan satu hari selesai dibidang pertanahan yang dilaksanakan pada Loket Pelayanan Kantor Pertanahan maupun mobil LARASITA. Layanan ini dilaksanakan untuk jenis pelayanan yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu 1 hari (1-8 jam) yang dilaksanakan pada hari kerja. Tujuan dilaksanakannya One Day Service adalah untuk mempermudah pelayanan di bidang pertanahan, mempersingkat alur birokrasi pelayanan di bidang pertanahan, mewujudkan harapan masyarakat pengguna layanan dibidang pertanahan serta mewujudkan komitmen BPN RI memberikan pelayanan yang cepat dan cermat.

5. Layanan Akhir Pekan (Weekend Service)

(41)

25

Dengan biaya yang sama dengan pelayanan di hari biasa serta selesai dalam hari yang sama (bisa ditunggu), layanan ini dimaksudkan agar masyarakat mendapat waktu lebih banyak untuk mendapatkan pelayanan. Selanjutnya masyarakat terdorong untuk melakukan pengurusan administrasi pertanahan secara langsung tanpa perantara.

Pada awal kegiatan ini dilaksanakan pelayanan untuk 6 Jenis Layanan meliputi,

1) pengecekan sertipikat;

2) perubahan hak dari hak guna bangunan ke hak milik; 3) pemblokiran sertipikat;

4) Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT); 5) Hapusnya hak tanggungan (Roya);

6).Konsultasi dan informasi pertanahan,

dengan sasaran masyarakat pemilik tanah langsung/tanpa perantara. Namun, berdasarkan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor: 12/SE/XI/2014 tanggal 06 November 2014,pelayanan akhir pekan dikembangkan menjadi hari Sabtu dan Minggu. Menyikapi Surat Edaran tersebut, maka Kantor Pertanahan menambah waktu pelayanan dengan hari minggu, serta menambah jenis layanan menjadi 9 jenis layanan, dengan layanan tambahan meliputi,

(42)

26

3). Informasi nilai tanah.17

6. Layanan Tujuh Menit (Lantum)

Lantum atau Layanan Tujuh Menit merupakan satu bentuk inovasi layanan pertanahan yang dilaksanakan Kantor Pertanahan. Dengan Lantum layanan pertanahan dapat diselesaikan lebih cepat dari standar waktu yang telah ditentukan, layanan diselesaikan dalam waktu 7 menit sehingga dapat ditunggu oleh pemohon layanan. Tujuan dilaksanakannya Lantum adalah untuk percepatan layanan pertanahan tertentu serta membantu masyarakat yang memiliki keterbatasan waktu (kesibukan yang tinggi) untuk datang sendiri ke Kantor Pertanahan, sehingga diharapkan mampu memangkas

peran para calo yang menyebabkan “biaya tinggi” dalam pengurusan

layanan pertanahan.

7. Sistem Pembayaran Non Tunai

Sebagai salah satu upaya peningkatan transparansi dan pencegahan korupsi dalam pelayanan publik, Badan Pertanahan Nasional RI mengembangkan Layanan Non-tunai. Layanan Non-tunai merupakan cara pembayaran biaya layanan pertanahan, tidak dalam bentuk uang tunai yang diserahkan kepada petugas loket pembayaran, tetapi pembayaran dilakukan pada Bank Persepsi atau menggunakan kartu kredit/kartu debit.

8. SMS Informasi Pertanahan

Layanan Informasi Mobile dalam bentuk Layanan SMS Informasi Pertanahan dengan kode akses "2409" memudahkan masyarakat yang sedang berurusan dengan Kantor Pertanahan untuk mengetahui

17

(43)

27

perkembangan urusannya tanpa harus datang ke Kantor Pertanahan, begitu pula masyarakat dapat dengan mudahnya memperoleh informasi biaya layanan serta menyampaikan pengaduan tentang layanan pertanahan. Layanan ini dapat diakses dari manapun dan tersedia selama 24 jam. Layanan ini disajikan dengan biaya yang relatif murah, hanya Rp. 350 untuk setiap SMS, yang dibebankan langsung ke pulsa pengirim SMS dan berlaku sama untuk semua jenis penyedia layanan telekomunikasi. Untuk memperoleh informasi melalui SMS "2409", cukup mengirimkan SMS ke nomor khusus 2409 dengan mengetikkan kata kunci sesuai dengan format maka informasi yang diinginkan akan segera diperoleh dengan mudah, cepat, dan murah.18

18

(44)

1

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Masalah

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan masalah dengan cara normatif empiris. Suatu penelitian hukum normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum utama, menelaah hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi hukum, pandangan dan doktrin-doktrin hukum, peraturan dan sistem hukum. 1

Penelitian hukum empiris dilakukan dengan meneliti secara langsung ke lokasi penelitian pada Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung untuk melihat secara langsung penerapan peraturan perundang-undangan atau antara hukum yang berkaitan dengan penegakan hukum, serta melakukan wawacara dengan beberapa responden yang dianggap dapat memberikan informasi mengenai pelaksanaan penegakan hukum tersebut.

Penggunaan kedua macam pendekatan masalah tersebut dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan pemahaman yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian guna penulisan skripsi ini

1

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung:Citra Aditya Bakti, 2004, hlm.

(45)

29

3.2. Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari data lapangan dan data kepustakaan. Sedangkan jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder.

3.2.1 Data Primer

Merupakan data yang diperoleh dari hasil studi dan penelitian di lapangan. Data primer ini akan diambil dari hasil wawancara dan observasi pada Kepala Seksi hak tanah dan pendaftaran tanah Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung serta masyarakat yang menggunakan layanan Weekend Service.

3.2.2 Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada, dengan mempelajari buku-buku, dokumen-dokumen dan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. 2 1. Bahan hukum primer yang ada antara lain meliputi:

a) Undang-Undang Dasar 1945

b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA)

c) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah d) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi

Pemerintahan

e) Peraturan Kepala BPN RI Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan

2

(46)

30

f) Surat Edaran Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12/se/xi/2014 Tentang Pelayanan Pertanahan Nasional Hari Sabtu Dan Minggu Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional 2. Bahan Hukum Sekunder

Bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku hukum, makalah-makalah dan lain-lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

3. Bahan Hukum Tersier

Bahan Hukum Tersier yaitu Bahan Hukum yang bersumber dari : a. Kamus Besar Bahasa Indonesia

b. Media Massa, pendapat sarjana dan ahli hukum, surat kabar, dan website

3.3. Prosedur Pengumpulan Data

Untuk membantu dalam proses penelitian, maka peneliti menggunakan dua macam teknik pengumpulan data, yaitu :

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah data sekunder yang diperoleh dengan cara membaca, mengutip literature-literatur, mengkaji peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

b. Wawancara

(47)

31

yang terkait dengan pembahasan masalah penelitian dan dilakukan secara mendalam (in-deth Interview) untuk mendapatkan informasi. Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yang telah disiapkan peneliti, namun tidak menutup kemungkinan peneliti mengajukan pertanyaan diluar pedoman wawancara. Hal ini guna menggali informasi lebih dalam mengenai pembahasan penelitian.

3.4. Prosedur Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah data terkumpul baik melalui studi kepustakaan dan studi lapangan kemudian data diolah dengan cara mengelompokkan kembali data, setelah itu di identifikasi sesuai dengan pokok bahasan. Setelah data yang dicari telah diperoleh, maka peneliti melakukan kegiatan-kegiatan antara lain :

a. Pemeriksaan data yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran data yang telah diterima serta relevansinya dalam penelitian. b. Klasifikasi data yaitu pengelompokan data menurut pokok bahasan agar

memudahkan dalam mendeskripsikannya.

c. Penyusunan data yaitu data disusun menurut aturan yang sistematis sebagai hasil penelitian yang telah disesuaikan dengan jawaban permasalahan yang diajukan dengan maksud memudahkan dalam menganalisa data tersebut.

3.5. Analisis Data

(48)

32

(49)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah di sajikan pada bab-bab sebelumnya di kemukakan beberapa kesimpulan dari hasil pembahasan mengenai kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam pelayanan pertanahan adalah sebagai berikut:

(50)

67

layanan pertanahan ini. Sehingga, belum ada peningkatan pelayanan pertanahan yang terjadi secara signifikan.

2. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Faktor penghambat dan faktor pendukung dari pelaksanaan weekend service diantaranya adalah:

a. faktor penghambat

1. Kurangnya sosialisasi terhadap kebijakan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

2. Petugas Pemberi Layanan yang kurang kompeten b. faktor pendukung

1. Menghilangkan campur tangan pihak ketiga 2. Sarana dan Prasarana yang memadai

5.2.Saran

Berdasarkan penulisan skripsi yang telah disampaikan, ada beberapa yang ingin di sampaikan penulis setelah melihat pembahasan dan kesimpulan yaitu sebagai berikut:

(51)

68

menjalankan pelayanan pertanahan sesuai dengan jadwal piket dan aturan yang ada. Serta diperlukan pengawasan yang maximal oleh pihak Kantor Pertanahan Kota Bandar Lampung agar petugas melayani masyarakat dengan baik.

(52)

70

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

HR, Ridwan.2014. Hukum Administrasi Negara,Jakarta:RajaGrafindo Persada Handoko, Widhi.2014.Kebijakan Hukum Pertanahan,Yogyakarta:Thafa Media Kartasapoetra, G..1984.Hukum Tanah: Jaminan UUPA bagi Keberhasilan

Pendayagunaan Tanah.Bandung:Rineka Cipta

Limbong, Bernhard.2014. Politik Pertanahan.Jakarta:Margaretha Pustaka

Lukman, Sampara .2000.Manajemen Kualitas Pelayanan.Jakarta: STIA LAN Press

Muhammad,Abdulkadir.2004.Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung:Citra Aditya Bakti

Parlindungan, A.P. 1978. Pedoman Pelaksanaan UUPA dan Tata Cara Pejabat Pembuat Akte Tanah.Bandung : Alumni

Rahardjo, Satjipto.1996.Ilmu Hukum.Bandung:Alumni

Ridwan,Juniarso dan Achmad Sodik Sudrajat.2014.Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik.Bandung:Nuansa Cendikia

Silalahi,Oberlin.1989.Beberapa Aspek Kebijaksanaan Negara.Yogyakarta:Liberty Suandra, I Wayan.1991.Hukum Pertanahan Indonesia.Jakarta : Rineka Cipta Suharto,Edi.2006.Analisis Kebijakan Publik, Bandung:Alfabeta

Supriadi.2009. Hukum Agraria.Jakarta: Sinar Grafika

(53)

70

Thalib, Hambali.2009.Sanksi Pemidanaan Dalam Konflik Pertanahan; Kebijakan Alternatif Penyelesaian Konflik Pertanahan Di Luar Kodifikasi Hukum Pidana.Jakarta: Kencanam

Wahab, Solichin Abdul.2014.Analisis Kebijakan,Jakarta:Bumi Aksara

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan dan

Pengaturan Pertanahan

Surat Edaran Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12/se/xi/2014 Tentang Pelayanan Pertanahan Nasional Hari Sabtu Dan Minggu Di Lingkungan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional

WEBSITE:

https://id.wikipedia.org/wiki/Kementerian_Agraria_dan_Tata_Ruang_Republik_ Indonesia Diakses pada Tanggal 20 Agustus 2015 Pukul 23:06 WIB

http://kot-tangerang.bpn.go.id/Publikasi/Berita-Kantor-Pertanahan/pelayanan-sabtu-minggu-weekend-service-57005 Diakses pada tanggal 19 Agustus 2015 pukul 19.10 WIB

http://www.bpn.go.id/Publikasi/Inovasi Diakses pada tanggal 19 September 2015 pada pukul 20.00 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Perjalanan Dinas Jabatan yang dilaksanakan lebih dari 8 (delapan) jam. 1) Perjalanan dinas untuk kegiatan dalam kabupaten/kota yang memerlukan waktu tempuh melebihi 8 (delapan)

Namun faktanya, dalam setahun terakhir layanan Weekend Service belum ada perubahan yang signifikan, dengan ini maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh

Pada cover album bagian dalam ini pada sisi kirinya menggunakan ilustrasi gambar butho ijo yang sedang memakan korbannya membuat tampilan sisi dalam cover terlihat kuat,

Berdasarkan sejumlah definisi yang dikemukakan oleh para ahli dan pakar komunikasi di atas dapat disimpulkan bahwa jurnalistik (pers) Islam adalah suatu proses meliput, mengolah,

Para dosen dan rekan-rekan penulis di Program Studi Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muria Kudus yang telah banyak memberikan bantuan

Metabisulfit (mg/kg) Keterangan 2 5 6 7 10 12 13 0 0 0 0 0 0 0 Memenuhi standar Memenuhi standar Memenuhi standar Memenuhi standar Memenuhi standar Memenuhi standar Memenuhi

Pada masa revolusi, pemugaran bukan hanya terhenti, akan tetapi yang lebih parah adalah dokumen dan arsip-arsip penting lainnya sebagian musnah akibat perang.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara dukungan sosial orangtua dengan adversity intelligence pada mahasiswa yang menjalani mata kuliah