• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII-3 MTs Negeri Tangerang II Pamulang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII-3 MTs Negeri Tangerang II Pamulang"

Copied!
263
0
0

Teks penuh

(1)

(Penelitian Tindakan Kelas di MTs Negeri Tangerang II Pamulang)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

FUJI HASTUTI NIM. 1111015000071

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Pamulang”. Skripsi. Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar siswa karena kurang berpartisipasi aktifnya siswa dalam pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas VIII-3 melalui metode pembelajaran Kancing Gemerincing di MTs Negeri Tangerang II Pamulang.

Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dengan dua siklus. Tahap-tahap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, evaluasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII-3 tahun ajaran 2015/2016. Instrumen yang digunakan berupa wawancara, tes tulis berupa pretest dan

posttest, lembar observasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar observasi aktivitas pembelajaran. Indikator keberhasilan penelitian ini dilihat dari ketuntasan belajar siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 75.

Dari hasil penelitian memperlihatkan bahwa penggunaan metode pembelajaran Kancing Gemerincing dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I hasil pretest mencapai rata-rata 54,84 dan hasil posttest

69,69 serta N-Gain 0,31. Pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar yaitu dapat dilihat dari rata-rata pretest 57,19 dan posttest 89,06 serta N-Gain 0,73. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode pembelajaran Kancing Gemerincing pada mata pelajaran IPS di kelas VIII-3 MTs Negeri Tangerang II Pamulang tahun 2015/2016 dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(6)

ii

Program of Social Studies. Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah

State Islamic University Jakarta, 2015.

The problem in this research is the low student learning outcomes because of lack of active participation of students in learning. This research aims to improve learning outcomes for Social Sciences (IPS), a student of class VIII-3 through talking chips learning methods at MTs Tangerang II Pamulang.

This research method using classroom action research (PTK) carried out by two cycles. Stages of the cycle consists of planning, implementation, observation, evaluation and reflection. The subjects were students of class VIII-3 of the school year 2015/2016. Instruments used in the form of an interview, a written test in the form of pretest and posttest, teacher activity observation sheet, sheet student activity observation and observation sheet learning activities. Indicators of the success of this study extend from mastery learning students who achieve a minimum completeness criteria (KKM) is 75.

From the results of the study showed that the use of learning methods clatter of studs can improve learning outcomes for Social Sciences (IPS) students from the first cycle to the second cycle. In the first cycle results pretest reached an average of 54.84 and 69.69 posttest results as well as N-Gain 0.31. In the second cycle increased learning outcomes that can be seen from the average pretest posttest 57.19 and 89.06 as well as N-Gain 0.73. Based on these results, it can be concluded that the application of learning methods clatter of studs in social studies in grade VIII-3 MTs Tangerang II Pamulang year 2015/2016 can improve student learning outcomes.

(7)

iii

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian tindakan kelas ini yang berjudul

“Penerapan Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII-3 di MTs Negeri Tangerang II Pamulang”. Shalawat beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan umatnya.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari do’a, kerja keras, semangat, saran, petunjuk,

dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Syaripulloh, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. H. Teuku Ramli Zakaria, MA., selaku penasehat akademik dan pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan saran, meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dengan sabar, tulus, ikhlas dan mengarahkan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen yang telah mengajarkan berbagai ilmu kepada penulis selama kuliah, sehingga ilmu yang diberikan kepada penulis dapat bertambah dan bermanfaat. Semoga Allah SWT., membalas segala kebaikan dan keberkahan.

(8)

iv

penulis dalam proses penelitian.

9. Kedua Orang Tua yang tercinta, Suardi (bapak) dan Mikra Sari (mama), yang tak henti-hentinya mengirimkan do’a, memberikan nasihat, motivasi, dan terus memberikan dukungan yang tiada henti-hentinya kepada penulis di setiap situasi dan kondisi apapun.

10.Untuk adikku tersayang (Risma Apriyani) dan nenek ku tercinta yang tak

henti-hentinya memberikan do’a dan memberikan motivasi kepada penulis.

11.Teman-teman Prodi Pendidikan IPS angkatan 2011, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, kebersamaan kita selama ini telah menjadikan pelajaran-pelajaran yang terindah, tak terlupakan dan semoga Allah SWT., memberikan kesuksesan kepada kalian semua.

12.Sahabat-sahabat ku grup RK (Nurin Hanifati Amalia, Nurhayani, Dewi Anzani, Dian Permatasari, Vina Viniati Dewi, Ria Liniarti, Nur Alfi Lail, Febriani Herlina, Nia Fitriyani, Fajriatul Azizah, Nur Ariyani, dan Gaun Rifani) yang selalu memberikan bantuan dalam bentuk apapun dan memberikan motivasi bagi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Terima kasih selama ini sudah menjadi sahabat yang baik. 13.Teman terdekat penulis (Ali Akbar) yang selama masa kuliah terus memberikan

motivasi, dukungan, dan arahan agar penulis menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata penulis mohon maaf segala kekurangan dan ketidaksempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis, dan pembaca pada umumnya. Semoga skripsi ini juga dapat memberikan manfaat bagi dunia pendidikan khususnya dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Wassalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh

Jakarta, 10 Oktober 2015

(9)

v

ABSTRACT ……….ii

KATA PENGANTAR ………iii

DAFTAR ISI ………v

DAFTAR TABEL ………...viii

DAFTAR BAGAN ………..ix

DAFTAR GRAFIK ………..……x

DAFTAR LAMPIRAN ………..xii

BAB I PENDAHULUAN ………..…...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Hasil Belajar IPS ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Ciri-ciri Belajar ...10

3. Pengertian Hasil Belajar ...11

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar ...14

5. Hakikat Pembelajaran IPS ...15

B. Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing ...18

1. Pengertian Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing ...18

2. Langkah-langkah Metode Kancing Gemerincing ...19

3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Kancing Gemerincing ...21

(10)

vi

1. Tempat Penelitian ...29

2. Waktu Penelitian ...29

B. Metode Penelitian ...30

1. Desain Siklus Tindakan ...30

2. Peran Peneliti dan Partisipan dalam Penelitian ...32

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...32

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...40

C. Teknik Validasi Data ...41

1. Validasi Instrumen Tes ...41

2. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ...44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...45

A. Latar Penelitian ………. 45

1. Profil Madrasah ………... 45

2. Visi dan Misi Madrasah ……….. 45

3. Struktur Organisasi Sekolah ……….……….. 46

4. Jumlah Guru dan Karyawan ………... 47

5. Sarana dan Prasarana ……….. 47

B. Hasil Penelitian ………. 48

1. Kondisi Awal Objek Penelitian ……….. 48

2. Siklus I ……… 50

a. Perencanaan ……….. 50

b. Pelaksanaan ………... 50

c. Pengamatan dan Pengumpulan Data ……… 51

d. Evaluasi dan Refleksi ………... 59

3. Siklus II ……….. 61

a. Perencanaan ……….. 61

b. Pelaksanaan ……….. 62

c. Pengamatan dan Pengumpulan Data ……… 63

d. Evaluasi dan Refleksi ………... 72

C. Pembahasan ……….. 72

(11)

vii

B. Saran ………. 78

DAFTAR PUSTAKA

(12)

viii

Tabel 2.1 Sintaks Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing ……….…..20

Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan dari Penelitian Relevan Sebelumnya ..………23

Tabel 3.1 Uraian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian ………...29

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus I ………...33

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS Siklus II ………...34

Tabel 3.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ………...….36

Tabel 3.5 Lembar Observasi Aktivitas Guru ………...37

Tabel 3.6 Lembar Observasi Aktivitas Pembelajaran ………38

Tabel 4.1 Data Siswa MTs Negeri Tangerang II Pamulang Tahun 2014-2015 ...45

Tabel 4.2 Struktur Organisasi Sekolah ...46

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana MTs Negeri Tangerang II Pamulang ...47

Tabel 4.4 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ……….….52

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I ………...53

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran Siklus I ………..55

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siklus I ………57

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ………64

Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II ……….66

Tabel 4.10 Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran Siklus II ………..67

(13)
(14)

x

(15)

xi

Lampiran 2 Profil Sekolah

Lampiran 3 Hasil Wawancara Guru

Lampiran 4 Hasil Wawancara Siswa Sebelum Penelitian Lampiran 5 Hasil Wawancara Siswa Setelah Penelitian Lampiran 6 Kisi-kisi Instrumen Siklus I

Lampiran 7 Kisi-kisi Instrumen Siklus I Lampiran 8 Soal Uji Validitas Siklus I Lampiran 9 Soal Uji Validitas Siklus II Lampiran 10 Hasil ANATES Siklus I Lampiran 11 Hasil ANATES Siklus II

Lampiran 12 Instrumen Soal Penelitian Siklus I Lampiran 13 Instrumen Soal Penelitian Siklus II Lampiran 14 RPP Pertemuan 1

Lampiran 15 RPP Pertemuan 2 Lampiran 16 RPP Pertemuan 3 Lampiran 17 RPP Pertemuan 4 Lampiran 18 RPP Pertemuan 5

(16)

xii

Lampiran 25 Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran Siklus I Lampiran 26 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Lampiran 27 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II

Lampiran 28 Hasil Observasi Aktivitas Pembelajaran Siklus II Lampiran 29 Foto-foto Kegiatan Penelitian

Lampiran 30 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 31 Lembar Uji Referensi

(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.1

Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan lainnya saling berkaitan berlangsung dengan berbarengan.2

Selanjutnya, menurut Poerbakawatja dan Harahap (1981) dalam buku Psikologi Pendidikan karangan Muhibbin Syah mengungkapkan:

Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya dengan meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya, orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.3

Seperti yang sudah diketahui pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan seseorang. Melalui pendidikan, seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki karir yang baik serta dapat bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

1

Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 tahun 2003, h. 5

(18)

Perkembangan di dunia pendidikan pun ikut berubah seiring dengan perkembangan zaman, dimana pola pikir pendidik berubah dari konservatif menjadi lebih modern. Hal ini memiliki implikasi terhadap metode pendidikan di Indonesia.

Bagi yang mengeyam pendidikan, pasti sudah mengetahui bagaimana kurikulum pendidikan di sekolah ini. Sejak saya lulus SD, SMP, SMA bahkan hingga saya kuliah sudah banyak berbagai macam kurikulum diterapkan dan berarti saya ini adalah pelaku dan produk dari semua itu. Ada yang namanya kurikulum tahun 1994, KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi), KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dan kurikulum 2013. Semua kurikulum mempunyai tujuan yang sama agar kualitas pendidikan di Indonesia meningkat, baik dari aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Seperti yang sudah di ketahui pula bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah dan yang menjadi masalah besarnya adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dalam rata-rata prestasi belajar peserta didik, khususnya Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs). Kemudian masalah lain dalam pendidikan di Indonesia ini adalah pendekatan pembelajaran yang masih didominasi oleh peran guru (teacher centered). Guru banyak menempatkan peserta didik sebagai objek, bukan sebagai subjek didik. Sehingga membuat peserta didik menjadi pasif. Dalam proses pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh peserta didik. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada peserta didik, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.

Dalam keseluruhan pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

(19)

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.4

Pembelajaran kooperatif adalah suatu pembelajaran kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan untuk saling memotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapai suatu tujuan pembelajaran.

Menurut Anita Lie bahwa model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tidak sama dengan dengan sekadar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model

cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.5

Sedangkan menurut Robert E. Slavin, “Metode pembelajaran kooperatif dilakukan dengan cara para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru.6

Ide yang melatarbelakangi bentuk pembelajaran kooperatif semacam ini adalah para siswa ingin agar timnya berhasil, mereka akan mendorong anggota timnya untuk lebih baik dan akan membantu mereka melakukannya.

Dari beberapa pengertian menurut beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan lebih efektif. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling

4

Slameto, Belajar & Faktor-faktor Mempengaruhi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 2

5

Anita Lie, Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas, (Jakarta: Grasindo, 2014), Cet. VII, h. 29

6

(20)

membelajarkan sesama siswa lainnya. Pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru.7

Dalam model pembelajaran kooperatif ini ada berbagai metode yang dapat digunakan proses pembelajaran. Salah satunya adalah dengan metode Kancing Gemerincing. Menurut Anita Lie, metode Kancing Gemerincing adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang masing-masing anggota kelompoknya mendapatkan kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan serta pemikiran anggota kelompok lain.8

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa metode Kancing Gemerincing merupakan model pembelajaran kooperatif, dimana anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam suatu diskusi, seperti mendengar pandangan dan mengemukakan pemikiran anggota kelompoknya.

Dengan demikian, metode Kancing Gemerincing ini dibuat untuk mengaktifkan siswa untuk berdiskusi. Dimana di dalam diskusi tidak hanya perwakilan kelompok saja yang aktif mengemukakan pandangannya, tetapi semua anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk mengemukakan pandangannya masing-masing.

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah memang perlu dibuat menarik terutama dari segi penyampaiannya dan media yang digunakan. Cara penyampaian yang mengundang rasa ingin tahu pada siswa akan memberi sumbangan besar pada mata pelajaran IPS agar dapat menarik, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, sebagai seorang guru sudah menjadi tugasnya untuk menerapkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ini sebagai salah satu mata pelajaran yang disukai oleh siswanya.

MTs Negeri Tangerang II Pamulang ini telah banyak menerapkan berbagai metode pembelajaran, seperti metode ceramah, metode diskusi, dan metode tanya jawab. Dari berbagai metode yang telah dilaksanakan di MTs Negeri Tangerang II

7

Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012 ), h. 203

8

(21)

Pamulang, model pembelajaran kooperatif dengan metode pembelajaran Kancing Gemerincing merupakan metode yang belum dilaksanakan oleh guru-guru MTs Negeri Tangerang II Pamulang.

Berdasarkan hasil observasi awal di MTs Negeri Tangerang II Pamulang selama Praktik Profesi Keguruan Terpadu (PPKT), proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan menggunakan metode diskusi masih terdapat siswa yang tidak aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dimana ketika proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan metode diskusi terlihat pemerataan tanggung jawab yang kurang maksimal dalam menyelesaikan tugasnya. Dalam menyelesaikan tugasnya tersebut lebih banyak diselesaikan oleh anak yang lebih dominan dalam diskusi sehingga membuat anak yang lainnya menjadi pasif. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok tidak bisa tercapai karena anak yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Itulah yang masih menjadi kendala dalam menciptakan pembelajaran yang efektif. Sehingga pembelajaran pun menjadi membosankan.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dngan menggunakan “Penerapan Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII-3

MTs Negeri Tangerang II Pamulang”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang terjadi sebagai berikut:

1. Guru masih kurang bervariasi menggunakan metode pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

2. Siswa kurang berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

(22)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dipaparkan di atas, maka peneliti memfokuskan penelitian ini yaitu penerapan metode pembelajaran Kancing Gemerincing dalam meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa di MTs Negeri Tangerang II Pamulang.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian adalah “Apakah penerapan metode pembelajaran Kancing Gemerincing dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa di MTs Negeri Tangerang II Pamulang ?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran Kancing Gemerincing dalam meningkatkan hasil belajar IPS di MTs Negeri Tangerang II Pamulang.

F. Kegunaan Penelitian

Dari keseluruhan hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Bagi siswa

Siswa menjadi lebih berani mengemukakan pendapatnya, siswa menjadi berpikir kritis, mendorong siswa untuk memiliki motivasi dalam memperhatikan dan mengikuti proses pembelajaran dengan baik sehingga mencapai hasil belajar sesuai dengan KKM yang sudah ditentukan.

2. Bagi guru

(23)

3. Bagi sekolah

Menjadi bahan masukan untuk para guru untuk mengembangkan metode pembelajaran di sekolah, sehingga proses dan kegiatan belajar mengajar menjadi optimal serta meningkatkan kualitas sekolah.

4. Bagi peneliti

(24)

8

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kata yang paling sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Belajar menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan menuntut ilmu baik di lembaga pendidikan formal maupun informal.

Menurut Muhammad Thobroni & Arif Mustofa dalam buku Belajar & Pembelajaran, belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus-menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak terdidik atau diajar oleh manusia lainnya.1

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut:

“Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya”.2

Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.

1

Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2011), h. 16

2

(25)

Adapun pengertian belajar secara kualitatif adalah (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.3

Adapun pengertian belajar menurut beberapa pakar dari Barat di dalam buku Belajar & Pembelajaran karangan Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, diantaranya:4

1) Hilgard dan Bower

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, perubahan tingkah laku tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respons pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat, misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya.

2) Gagne

Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sehingga perbuatannya berubah dari waktu ke waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

3) Morgan

Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

4) Witherington

Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.

5) Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as result of experience

(belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari

pengalaman).”

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang

(26)

dilakukan secara berulang-ulang dan menyebabkan adanya perubahan perilaku yang disadari dan cenderung bersifat tetap. Dan jika seseorang telah belajar maka akan terjadi suatu perubahan dalam salah satu atau beberapa aspek dari tingkah laku tersebut.

2. Ciri-ciri Belajar

Pada dasarnya hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku. Adapun ciri-ciri belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah sebagai berikut:5

a. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar

Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis.

c. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

d. Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara

Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Jadi, tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.

e. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah

Perubahan dalam belajar bertujuan adalah perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. f. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Jadi dapat disimpulkan ciri-ciri belajar yaitu individu yang mengalami suatu perubahan yang terjadi secara sadar merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya, mengalami perubahan

5

(27)

dalam belajar bersifat fungsional dimana perubahan tersebut akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya, mengalami perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif dimana makin banyak usaha belajar itu dilakukan makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh, terjadinya perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara dimana perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen, terjadinya perubahan dalam belajar memiliki tujuan atau terarah karena ada tujuan yang akan dicapai, dan perubahan yang mencakup seluruh aspek tingkah laku dimana ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

3. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Suprijono yang dikutip oleh Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan.6 Maksudnya, hasil belajar itu merupakan perubahan perilaku atau tingkah laku seseorang yang telah belajar, baik berupa perubahan dalam pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan seseorang.

Sedangkan menurut Nana Sudjana, pengertian hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik.7

Perubahan perilaku peserta didik akibat belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas sejumlah

6

Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran. (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2011), h. 22

7

(28)

bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Pencapaian itu didasarkan atas tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.8

Menurut Gagne yang dikutip oleh Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, hasil belajar berupa beberapa hal sebagai berikut:

1) Informasi verbal adalah kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

2) Keterampilan intelektual adalah kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif adalah kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.9

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku individu secara keseluruhan dari proses belajar yang ia alami dan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Benyamin Bloom bahwa klasifikasi hasil belajar secara garis besar membagi menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.

1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enak aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama

8

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar. (Yogyakarta: Pustakapelajar, 2013), h. 46

9

(29)

disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2) Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang berdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau rekasi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.

3) Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.10

Dari ketiga ranah tersebut ranah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah adalah ranah kognitif. Karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Menurut Oemar Hamalik, “Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu,

sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya”.11

Adapun yang menjadi indikator dari hasil belajar siswa sebagai berikut:12

1) Ketercapaian daya serap terhadap bahan pembelajaran yang diajarkan, baik secara individual maupun kelompok. Pengukuran ketercapaian daya serapini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM).

2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

10

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 22-23

11

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran BerdasarkanPendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), Cet. IV, h. 155

12

(30)

Menurut Rusman, penilaian hasil pembelajaran dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

Penilaian dilakukan secara konsisten, sistematis, dan terprogram dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis atau lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, portofolio, serta penilaian diri. Penilaian hasil pembelajaran menggunakan Standar Penilaian Pendidikan dan Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran.13

Selain tujuan penilaian hasil belajar untuk mendapatkan hasil belajar selama mengikuti pembelajaran tetapi juga untuk:14

1) Melakukan pemeringkatan prestasi belajar siswa.

2) Menyeleksi siswa apakah masuk dalam kategori tertentu atau tidak. 3) Mengetahui kompetensi yang berhasil dikuasai siswa.

4) Membantu siswa untuk menentukan program pembelajaran yang sesuai.

5) Mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami siswa di kelas. 6) Memprediksi keberhasilan siswa jika mengikuti jenjang pendidikan

yang lebih tinggi.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Menurut Yudhi Munadi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya sebagai berikut:15

1) Faktor Internal a) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis ini berupa kondisi fisiologis umum dan kondisi pancaindera.

b) Faktor psikologis

13

Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), h. 13

14

http://www.duniapelajar.com/2014/07/23/pengertian-hasil-belajar-menurut-para-ahli-2/, diakses tanggal 16/03/2015 pukul 19:20

15

(31)

Faktor psikologis ini berupa intelegensi, perhatian, minat, dan bakat, motif dan motivasi, serta kognitif dan daya nalar. 2) Faktor Eksternal

a) Faktor lingkungan

Faktor lingkungan ini berupa alam dan sosial. b) Faktor instrumental

Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana, dan fasilitas, serta guru.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kedua faktor tersebut saling mempengaruhi dalam proses seseorang yang belajar sehingga menentukan kualitas belajar seseorang tersebut. Dimana dalam meningkat dan menurunnya hasil belajar seseorang disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, baik dari internal maupun eksternal.

5. Hakikat Pembelajaran IPS

Menurut Sapriya, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau yang lebih dikenal dengan social studies di negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat memiliki pengertian yang berbeda-beda pada tiap tingkat pendidikan di Indonesia dan disesuaikan dengan karakteristik kebutuhan peserta didik khususnya antara IPS untuk Sekolah Dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk Sekolah Menengah Atas (SMA). Misalnya, pada tingkat pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) pengertian IPS paling tidak ada dua arti. Pertama, IPS dapat berarti salah satu jenis program studi (A3). Kedua, bisa berarti sejumlah mata pelajaran yang termasuk ke dalam disiplin ilmu-ilmu sosial”.16

16

(32)

Sedangkan menurut Trianto dalam buku yang berjudul Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam KTSP mengungkapkan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial.17

Menurut Kosasih di dalam buku Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, ilmu pengetahuan sosial juga membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya. Pendidikan IPS berusaha membantu mahasiswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga akan menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan sosial masyarakatnya.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP/MTs berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan pencapaian tujuan tersebut.

Dari definisi pendidikan IPS dapat diaplikasikan bahwa pendidikan IPS dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan IPS sebagai mata pelajaran dan pendidikan IPS sebagai kajian akademik. Pendidikan IPS sebagai mata pelajaran terdapat dalam kurikulum sekolah mulai tingkat sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah (SMP/MTS dan SMA/MA/SMK). Pendidikan IPS pada kurikulum sekolah (satuan pendidikan), pada hakikatnya merupakan mata

17

(33)

pelajaran wajib sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat 1.

Dalam mengajar IPS guru haruslah membantu siswa agar siswa tidak menganggap IPS adalah pelajaran yang membosankan. Guru juga harus mendorong siswa untuk berperan serta aktif dalam proses pembelajaran karena dengan seperti itu siswa dapat memahami permasalahan lingkungan yang ada di sekitarnya dan dapat mengatasi permasalahan sosial yang ada di sekitarnya sehingga dapat meningkatkan pemahaman belajar dan hasil belajar siswa.

Menurut Etin Solihatin & Raharjo dalam buku yang berjudul

Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS, pada dasarnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya, serta berbagai bekal bagi siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.18

Sedangkan menurut Trianto, tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.19

Menurut Nursid Sumaatmaja di dalam buku Pendidikan IPS: Filosofi, Konsep, dan Aplikasi, tujuan pendidikan IPS adalah

“membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki

18

Etin Solihatin & Raharjo. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.15

19

(34)

pengetahuan, dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”.

Dari keterangan diatas, dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan salah satu pelajaran yang wajib yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 ayat 1. Dan bukan hanya sebagai mata pelajaran wajib saja, tetapi dapat membekali dan mengembangkan pengetahuan sosial peserta didik yang berguna bagi kehidupannya di masyarakat dan negara.

B. METODE PEMBELAJARAN KANCING GEMERINCING

1. Pengertian Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing

Metode atau teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun 1990. Kagan mengemukakan metode atau teknik belajar Kancing Gemerincing dengan isitilah talking chips. Chips yang dimaksud oleh Kagan dapat berupa benda berwarna yang ukurannya kecil. Istilah talking chips di Indonesia kemudian dikenal sebagai model pembelajaran kooperatif tipe Kancing Gemerincing dan dikenalkan oleh Anita Lie. Metode atau teknik ini dapat diterapkan pada semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Dalam metode pembelajaran Kancing Gemerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari metode pembelajaran Kancing Gemerincing ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok, sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara.

(35)

yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Metode atau teknik belajar mengajar Kancing Gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran Kancing Gemerincing merupakan metode struktural yang dapat mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara semua anggota kelompok mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengemukakan pandangan dan pemikirannya, sehingga tidak ada anggota kelompok yang menggantungkan dirinya terhadap teman kelompoknya yang dominan.

2. Langkah-langkah Metode Kancing Gemerincing

Adapun prosedur dalam metode pembelajaran Kancing Gemerincing menurut Miftahul Huda sebagai berikut:20

a. Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing atau benda-benda kecil lainnya.

b. Sebelum memulai tugasnya, masing-masing anggota dari setiap kelompok mendapatkan 2 atau 3 buah kancing (jumlah kancing tergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).

c. Setiap kali anggota selesai berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah meja kelompok.

d. Jika kancing yang dimiliki salah seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya menghabiskan kancingnya masing-masing.

e. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya kembali.

20

(36)

Tabel 2.1

Sintaks Metode Pembelajaran Kancing Gemerincing

Fase Tingkah Laku Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran (atau indikator hasil belajar), guru memotivasi siswa, guru mengaitkan pelajaran sekarang dengan yang terdahulu.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bacaan. Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa cara membentuk kelompok belajar, guru mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar(setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang dan harus heterogen terutama jenis kelamin dan kemampuan siswa, dan setiap anggota diberi tanggung jawab untuk mempelajari atau mengerjakan tugas), guru menjelaskan tentang penggunaan media kancing sebagai salah satu tiket untuk berpendapat di dalam kelompoknya masing-masing.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugas.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta siswa mempresentasikan hasil kerjanya, kemudian dilanjutkan dengan diskusi.

Fase-6

Memberikan penghargaan

(37)

hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok.

3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Kancing Gemerincing

Adapun kelebihan dan kelemahan dari metode pembelajaran Kancing Gemerincing, yaitu:21

Kelebihan metode pembelajaran Kancing Gemerincing:

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan konsep sendiri dan memecahkan masalah.

2) Masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan konstruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain.

3) Dapat mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.

Kelemahan metode pembelajaran Kancing Gemerincing:

1) Persiapannya memerlukan lebih banyak tenaga, pikiran dan waktu.

2) Sulitnya mengontrol diskusi semua kelompok agar yang mereka diskusikan tidak melebar kemana-mana.

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Berkaitan dengan penelitian ini penulis berhasil menemukan hasil penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut:

1) Skripsi yang ditulis oleh Kurniati Puspaningtyas dengan judul

“Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Kancing

Gemerincing Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan

Keaktifan Siswa Kelas VII A SMP N 2 DEPOK”. Adapun hasil

penelitian menunjukan bahwa dalam hal keaktifan, model Cooperative Learning teknik Kancing Gemerincing telah

21Van Alexender, “

(38)

memberikan kontribusi terhadap tingginya keaktifan siswa dalam pembelajaran.22

2) Candra Mega Permatasari dengan judul jurnal “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XII IPS 6

SMAN 8 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2013/2014”.

Adapun hasil penelitian menunjukan bahwa prestasi belajar sosiologi siswa setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing pada materi globalisasi dan modernisasi mengalami peningkatan didapatkan peningkatan prestasi belajar pada saat observasi di dapat nilai rata 54,6, siklus I nilai rata-rata sebesar 68,5, siklus II niali rata-rata-rata-rata sebesar 80,45 dan siklus III nilai rata-rata sebesar 83. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif teknik kancing gemerincing meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran sosiologi siswa kelas XII IPS 6 Negeri 8 Surakarta.23

3) Agustin Kartika, dkk. dengan judul jurnal “Penerapan Teknik Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan Keterampilan Berbicara

Siswa Kelas VIII MTs Negeri Bogor”. Adapun hasil penelitian

menunjukan bahwa kebanyakan siswa aktif pada saat mengingat kembali materi pembelajaran, memperhatikan teknik yang digunakan, merasa termotivasi dalam menyampaikan pendapat dengan menggunakan teknik Kancing Gemerincing, aktif dalam membentuk diskusi, bertanya jawab, dan menyimpulkan pembelajaran.24

22

Kurniati Puspaningtyas, “Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Kancing Gemerincing Dalam Meningkatkan Keaktifan Siswa Kelas VII A SMP N 2 DEPOK”, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, 2012, h vii

23

Candra Mega Permatasari, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Sosiologi Siswa Kelas XII IPS 6 SMAN

8 SURAKARTA Tahun Pelajaran 2013/2014”, Jurnal Edukasi, 2014

24

(39)

4) Doni Andeska, dkk. dengan jurnal: “Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Tipe Kancing Gemerincing untuk Meningkatkan Partisipasi dan Prestasi Belajar PKn Siswa Kelas IX IPS 1 SMA Negeri 1 NGAMBUR tahun 2012/2013”. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe kancing gemerincing dapat meningkatkan partisipasi belajar dan prestasi belajar siswa. 25

5) Yulia Wati, dkk. dengan judul jurnal: “Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Kancing Gemerincing Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII MTsN Subang

Anak Kabupaten Tanah Datar”. Adapun hasil penelitian

menunjukkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa yang menerapkan pembelajaran kooperatif teknik Kancing Gemerincing lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang menerapkan pembelajaran konvensional di kelas VIII MTsN Subang Anak.26

Adapun penelitian relevan diatas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari tabel dibawah ini sebagai berikut:

Tabel 2.2

Persamaan dan Perbedaan dari Penelitian Relevan Sebelumnya

No. Nama Peneliti Judul Hasil

Doni Andeska, dkk. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kancing

gemerincing Untuk meningkatkan Partisipasi dan Prestasi”, Jurnal Studi Sosial, Vol. 1, 2013, No. 5

26

(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

di kelas VIII MTsN Subang Anak.

objek penelitian adalah

Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII MTsN Subang Anak Kabupaten Tanah Datar.

D. HIPOTESIS TINDAKAN

(45)

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sekolah MTs Negeri Tangerang II Pamulang, yang beralamat di Jl. Padjajaran No. 31, Tangerang Selatan. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap pada tahun ajaran 2014/2015, yaitu selama 10 bulan, mulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Desember 2015.

Tabel 3.1

Uraian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

(46)

B. Metode Penelitian

1. Desain Siklus Tindakan

Jenis penelitian yang akan penulis lakukan adalah penelitian tindakan kelas atau juga bisa disebut Classroom Action Research.

Penelitian lebih menekankan kepada action atau proses penelitian tindakan, oleh sebab itu berhasil atau tidaknya suatu penelitian dapat dilihat dari proses tindakannya. Agar proses berjalan dengan lancar penelitian harus mempersiapkan dengan matang segala sesuatu yang menjadi pendukung sebuah proses dapat dikatakan berhasil.

Penelitian ini berlangsung secara siklus, setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan

4) refleksi”.1

1) Perencanaan (Planning)

Peneliti merencanakan tindakan berdasarkan tujuan penelitian. Tahap awal penelitian yaitu menyiapkan bahan pembelajaran yaitu dengan menentukan fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Kemudian tahap persiapan yang dilakukan adalah perencanaan yang matang setelah mengetahui masalah dalam pembelajaran seperti membuat rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan instrumen penelitian terdiri dari: soal atau tes yang harus dikerjakan siswa, lembar observasi, dan lembar wawancara.

2) Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ke-2 dari penelitian ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan ataupun juga melaksanakan bahan pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu menggunakan tindakan di kelas dengan menerapkan

1

(47)

pembelajaran Cooperative Learning dengan metode Kancing Gemerincing.

3) Pengamatan (Observation)

Tahap ke-3, yaitu selama tahap pelaksanaan penelitian yaitu dilakukan kegiatan pengamatan atau observasi terhadap perencanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh peneliti.

Adapun “Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan

data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai

sasaran”. Kemudian observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi.

Begitu juga observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa, untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam mengaplikasikan pembelajaran serta menilai tindakan-tindakan yang sudah baik dan tindakan-tindakan yang masih perlu diperbaiki. Kemudian pada akhir siklus dilakukan evaluasi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa serta pendapat siswa mengenai pembelajaran yang diharapkan maka oleh guru, siswa diperintahkan untuk membuat buku harian.

4) Refleksi (Reflection)

Tahap ini merupakan kegiatan mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan, hasil yang diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti dan kolaborator. Sehingga dapat diketahui apakah kegiatan yang dilaksanakan mencapai tujuan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan. Hasil analisis tersebut juga akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan selanjutnya.

(48)

Bagan 3.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan McTaggrat2

SIKLUS I

SIKLUS II

2. Peran Peneliti dan Partisipan dalam Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pelaksana kegiatan atau praktisi, juga sebagai perancang kegiatan. Praktisi membuat perencanaan kegiatan, kemudian melakukan pengamatan, mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian. Adapun dalam penelitian ini, dibantu seorang guru, guru ini adalah guru mata pelajaran IPS kelas VIII-3 yang bertindak sebagai observer atau pengamat.

3. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik dan instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini diantaranya adalah:

a. Tes

Tes yang dilakukan pada setiap siklus yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa mengenai materi yang akan disampaikan sebelum

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 137

?

Perencanaan

Pelaksanaan Refleksi

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Perencanaan

(49)

dilakukan pembelajaran. Tes yang dilakukan sesudah pembelajaran (post test) pada akhir siklus untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Kancing Gemerincing. Pretest dan post test dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa dengan diterapkannya metode pembelajaran Kancing Gemerincing.

Tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa soal pilihan ganda tentang lingkungan hidup dan kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Siklus I dan siklus II terdiri dari 17 butir soal pilihan ganda.

Tes tertulis ini berupa tes awal (pretest) dan tes akhir (post test). Tes awal (pretest) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik, karena itu maka butir-butir soalnya dibuat yang mudah-mudah. Sedangkan tes akhir (post test) adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting yang telah diajarkan kepada peserta didik dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat

sama dengan naskah tes awal”.3

Tes tersebut dalam bentuk pilihan ganda. Tes ini diberikan kepada siswa sebelum dan sesudah aktivitas pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Kancing Gemerincing.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS

Siklus I

Standar Kompetensi: Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan penduduk.

Kompetensi Dasar Indikator No. Soal Bentuk

Soal

1.3 Mengidentifikasi permasalahan

(50)

lingkungan hidup dan

Kisi-kisi Instrumen Tes Hasil Belajar IPS

Siklus II

Standar Kompetensi: Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan penduduk.

Kompetensi Dasar Indikator No. Soal Bentuk

Soal

(51)

permasalahan

lingkungan hidup dan upaya

Lembar observasi digunakan untuk observasi selama kegiatan mengajar peneliti selama tindakan kelas dan juga untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

(52)

Tabel 3.4

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Aspek yang diobservasi Nilai Ket

SB B C K SK

1. Melaksanakan tes awal (pretest)

2. Mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan oleh guru

3. Semangat dan antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar

4. Membaca dan mempelajari kembali materi yang diajarkan 5. Komunikasi dan kerjasama

sangat baik dan sempurna pada masing-masing siswa 6. Siswa melaksanakan metode

pembelajaran Kancing Gemerincing

7. Siswa aktif berbicara atau mengemukakan pendapatnya masing-masing dalam diskusi 8. Kelompok yang melakukan

presentasi mampu mendapatkan tanggapan kritis dari kelompok lain.

(53)

kelompok

10. Melaksanakan tes akhir (posttest)

Tabel 3.5

Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Aspek yang diobservasi Nilai Ket

SB B C K SK

1. Mengkondisikan situasi pembelajaran dan kesiapan siswa dalam proses pembelajaran

2. Apersepsi

3. Membangkitkan semangat dan memotivasi siswa

4. Menyampaikan indikator pokok bahasan yang akan dipelajari siswa hari ini

5. Menggunakan media atau alat pembelajaran

6. Penjelasan metode pembelajaran Kancing Gemerincing

7. Teknik

menjelaskan/menyampaikan materi

(54)

9. Bimbingan kepada setiap kelompok

10. Pemberian kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan pendapat 11. Mengamati kesulitan dan

kemajuan belajar siswa

12. Membahas hasil kerja kelompok siswa

13. Kemampuan mengevaluasi pembelajaran yang sesuai dengan indikator yang ingin dicapai

14. Guru/siswa membuat kesimpulan

Tabel 3.6

Lembar Observasi Aktivitas Pembelajaran

No Aspek yang diobservasi Nilai Ket

SB B C K SK

1. Mengkondisikan situasi pembelajaran dan kesiapan siswa dalam proses pembelajaran

2. Apersepsi

3. Menjelaskan metode pembelajaran Kancing Gemerincing

(55)

5. Pengelolaan kegiatan belajar mengajar

6. Pembagian kelompok dengan menerapkan metode pembelajaran Kancing Gemerincing

7. Pemberian tugas kepada setiap kelompok

8. Guru membimbing setiap kelompok

9. Setiap siswa mengemukakan pendapatnya dalam diskusi kelompok melalui media kancing

10. Setelah semua siswa mendapat giliran, guru dan siswa menyimpulkan hasil kegiatan belajar mengajar

c. Wawancara

Salah satu cara untuk mengumpulkan data ialah dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada subyek penelitian. Instrumen ini digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai fakta, keyakinan, perasaan, niat, dan sebagainya. Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan pertanyaan secara lisan kepada subyek yang diteliti. Wawancara memiliki sifat yang luwes, pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subyek, sehingga segala sesuatu yang ingin diungkap dapat digali dengan baik.

(56)

Wawancara setelah tindakan dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan dari penerapan metode pembelajaran Kancing Gemerincing terhadap hasil belajar IPS siswa. Wawancara dilakukan kepada guru mata pelajaran IPS dan siswa sebelum maupun setelah penelitian.

4. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul maka dilakukan teknik analisis data, yaitu peneliti memberi uraian mengenai hasil penelitian. Menganalisis data merupakan suatu cara yang digunakan peneliti untuk menguraikan data yang diperoleh agar dapat dipahami bukan hanya orang yang meneliti, tetapi juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian. Data yang didapat berupa hasil belajar siswa, lembar observasi aktivitas siswa dan guru pada proses pembelajaran, wawancara dan respon siswa terhadap metode pembelajaran Kancing Gemerincing.

Dalam menganalisis data hasil belajar pada aspek kognitif atau penguasaan konsep menggunakan analisis konsep menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus dengan menggunakan gain skor, nilainya selisih antara nilai prestest dan post test dibagi dengan kenaikan skor maksimum, gain menunjukan peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan guru.

Untuk mengetahui peningkatan skor pre test dan post test menggunakan rumusan Normalized Gain.

N-Gain = Skor Post Test – Skor Pre Test Skor Ideal – Skor Pre Test

Untuk mengetahui apakah hasil belajar belajar siswa mengalami peningkatan atau tidak maka digunakan kriteria sebagai berikut:

(57)

C. Teknik Validasi Data

Adapun teknik validasi data diperoleh sebagai berikut: 1. Validasi Instrumen Tes

Sebelum tes tersebut dijadikan sebagai instrumen penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden, yaitu orang-orang diluar sampel (subjek) yang telah ditetapkan. Pada penelitian ini uji coba dilakukan kepada siswa kelas IX. Tes uji coba tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen tersebut dapat memenuhi syarat validitas dan realibilitasnya atau tidak.

a. Uji Validitas

“Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan sesuatu instrument. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya,

instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah”.4

Rumusnya sebagai berikut:5

Keterangan:

= koefisien korelasi point biseral

= rata-rata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari vaiditasnya

= rata-rata skor soal

St = standar deviasi dari skor total

p = proporsi subjek yang menjawab betul item tersebut q = proporsi siswa yang menjawab item (q = 1 – p )

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2013), h. 211

5

(58)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketepatan alat tersebut dalam mengukur apa yang dinilainya. Analisis reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang disusun dapat memberikan hasil yang tepat atau tidak. Hal ini berarti apabila soal dikenakan untuk sejumlah subjek yang sama dalam waktu tertentu, maka hasil akan tetap sama. Intrumen disebut reliabil mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkap data yang bisa dipercaya. Untuk mengetahui reliabilitas instrumen tes hasil belajar siswa Kuder-Richardson (K-R-20) dengan rumus sebagai berikut:6

Keterangan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item benar

q = proporsi subjek yang menjawab item salah (q = 1-p)

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

n = banyaknya item S = standar deviasi dari tes

Adapun kriteria pengujiannya adalah: r11 = 0,00-0,20 = reliabilitas kecil

r11 = 0,20-0,40 = reliabilitas rendah

r11 = 0,40-0,70 = reliabilitas sedang

r11 = 0,70-0,90 = reliabilitas tinggi

r11 = 0,90-1,00 = reliabilitas sangat tinggi

r>r tabel instrument hasil belajar reliabel r<r tabel instrument hasil belajar tidak reliabel

6

(59)

c. Pengujian Taraf Kesukaran

Untuk mengetahui taraf kesukaran soal dari suatu tes dapat digunakan rumus sebagai berikut:7

P = Keterangan:

P = tingkat kesukaran soal

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta test

Kriteria Kesukaran 0,0-0,25 : Sukar 0,26-0,75 : Sedang 0,74-1,00 : Mudah

d. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan butir soal untuk membedakan kelompok peserta didik antara kelompok peserta didik yang pandai dengan kelompok peserta didik yang kurang pandi. Cara penghitungan daya pembeda ini menggunakan rumus sebagai berikut:8

DP =

Ba = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar

Bb = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu benar

Ja = banyaknya peserta kelompok atas Jb = banyaknya peserta kelompok bawah

7

Ibid., h. 208

8

Gambar

Grafik 4.2 Hasil Belajar Siswa Siklus II ……………………………………………71
Tabel 2.1
Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan dari Penelitian Relevan Sebelumnya
Tabel 3.1 Uraian Kegiatan Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER APOTEK KIMIA FARMA 24.. JALAN

&#34;Semua pegawai negeri yang sebagai demikian dan tidak dalam tugas sebagai bendaharawaan, dengan melakukan perbuatan yang melanggar hukum atau dengan melalaikan kewajiban

Firstly, the researcher would like to express her gratitude to Allah, the almighty for grace and guidance so that she could finish this research by the title the

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara laporan arus kas dengan harga saham, hal ini dapat dibuktikan dari hasil uji - t, dimana

Model yang digunakan dalam pengambilan keputusan ini adalah menggunakan aplikasi sistem pendukung keputusan dengan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) untuk

Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki ada tidaknya perbedaan kemampuan penalaran matematis siswa yang mengikuti strategi metakoginitif pemecahan masalah dengan siswa

Berdasarkan hasil uji F dapat diketahui bahwa nilai Fhitung adalah sebesar 12,342 dengan taraf signifikan sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan Hi

Selanjutnya, kondisi interface Pantai Siung adalah sebagai berikut: (a) mempunyai hamparan pasir putih yang luas; (b) mempunyai kondisi ombak sedang; (c) mempunyai bukit karang