• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Magaguna Jakarta Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Magaguna Jakarta Selatan"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 03

MARGAGUNA JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

RIZAL KHOERUL HAQ

1111104000044

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

v

Nama : Rizal Khoerul Haq

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 07 Oktober 1993

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Nagrak RT 04/06 No. 42 Kp. Cangkuang Kec. Cangkuang Bandung Jawa Barat

Telepon/Handphone : 085720849797

E-mail :rizalkhoer@yahoo.co.id Riwayat Pendidikan :

1. TK Al-MUDIYAH (1999-2000)

2. SDN SETRAGALIH II (2000-2006)

3. SMPN I KATAPANG (2006-2009)

4. SMAN I KATAPANG (2009-2011)

Pengalaman Seminar, Pelatihan, Workshop dan Talk Show:

1. Pelatihan Pertolongan Pertama pada Mahasiswa “Tau Trik Pasti Bisa Nolong..!!”Tahun 2011

(7)

vi Tahun 2012

4. Seminar Nasional Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept, Implementation, and Inovation for Better Quality of Nursing Service in

Indonesia” Tahun 2013

5. Workshop Keperawatan “NANDA, NIC, NOC: Concept, Implementation, and Inovation for Better Quality of Nursing Service in Indonesia” Tahun 2013

6. Seminar Nasional “Kekerasan Seks pada Anak dan Remaja, Peran Perawat & Keluarga” Tahun 2014

7. Talk Show “IMA Youth Forum: Part of Indonesia MDG Awards 2013” Tahun 2014

8. Pelatihan “SEFT Total Solution Training” Tahun 2014

9. Pelatihan “Basic Trauma Life Support dan Basic Cardiovascular Life Support” Tahun 2015

10.Seminar Nasional keperawatan “ENTERPRE-NURSE: Konsep, Peluang dan Kebijakan Praktik Mandiri Keperawatan untuk Mnghadapi Masyarakat

(8)

vii Skripsi, Juni 2015

Rizal Khoerul Haq, NIM: 1111104000044

HUBUNGAN SALAT BERJAMAAH DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 03 MARGAGUNA JAKARTA SELATAN

(xxi + 81 Halaman + 9 Tabel + 2 Gambar + 6 Lampiran) ABSTRAK

Lansia merupakan tahap akhir pertumbuhan manusia, saat seseorang memasuki tahap lansia maka mereka akan mengalami berbagai perubahan yang rentan menimbulkan depresi. Depresi pada lansia dapat menyebabkan keadaan tidak bermotivasi sosial, hilangnya perhatian pada keadaan sekitar serta bunuh diri, oleh karena itu dibutuhkan kegiatan yang dapat dijadikan usaha preventif pencegahan depresi pada lansia. Salat berjamaah merupakan ibadah yang dalam pelaksanaannya melibatkan dimensi spiritual, emosional, fisik dan interaksi yang dapat menumbuhkan kedekatan pada Allah Swt. maupun sesama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan. Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional pada 30 responden lansia yang memiliki kebiasaan rutin melaksanakan salat berjamaah di masjid. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner salat berjamaah dan kuesioner depresi. Hasil uji statistik dengan menggunakan korelasispearmandiperolehr=-0,657 dengan P-value 0,000 sehingga Ha diterima. Hasil penelitian secara umum menunjukan ada hubungan kuat antara salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan dengan arah negatif (-).

.

(9)

viii Undergraduated Thesis, June 2015

Rizal Khoerul Haq, NIM : 1111104000044

RELATIONS BETWEEN CONGREGATIONAL PRAYERS WITH

DEPRESSION ON ELDERLY AT PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 03 MARGAGUNA SOUTH JAKARTA

(xxii + 81 Pages+ 9 Tables + 2 Figures + 6 Appendixes) ABSTRACT

Elderly is the final stage of human growth, when a person enters elderly stage, they will experiencing a variety of changes that cause depression. Depression in the elderly can lead to absence of social motivation, loss attention to the situation around and suicide, therefore it’s required activities that can used as effort of depression preventive in the elderly. Congregational prayers is a worship which in practice involves a spiritual dimension, emotional, and physical interaction that able to make someone be closer to Allah Swt. as well as fellow. The purpose of this study was to determine the relationship between the congregational prayers with depression rate in the elderly at Panti SosIal Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna South Jakarta. This type of research is quantitative with cross sectional study of 30 elderly who have a habit perform congregational prayers in the mosque routinely. Data collected by using congregational prayers questionnaire and depression questionnaire. Statistical test results obtained using Spearman correlation r = -0.657 with P-value 0.000 so it means Ha accepted. Research results generally showed there is strong relationship between prayer in congregation with depression rate in the elderly at Panti SosIal Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna South Jakarta with negative direction (-).

(10)

ix Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji adalah bagi Allah Swt., kita memuji, memohon pertolongan, dan memohon ampunan kepada-Nya, serta kepada-Nya pula kita berlindung dari keburukan diri dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi hidayah oleh Allah Swt. maka tidak akan ada satupun makhluk yang mampu menyesatkannya, dan barangsiapa yang dibiarkan sesat oleh Allah Swt. maka tidak akan ada satupun makhluk yang dapat memberinya hidayah. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, Dialah Yang Maha Esa serta tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.

Atas berkat rahmat, ridha, dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia

di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Magaguna Jakarta Selatan”.

Penulis banyak menerima bantuan dan dukungan dari berbagai pihak selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih dan penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada yang terhormat:

(11)

x

3. Ibu Eni Nur’aini Agustini S.Kp.,MSc, selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih untuk beliau yang telah memberikan bimbingan dan motivasi selama 4 tahun masa akademik.

4. Ibu Ratna Pelawati, S.Kp.,M.Biomed dan Ibu Puspita Palupi, S.Kp.,M.Kep,,Ns.Sp.Kep.Mat, selaku dosen pembimbing, terimakasih sebesar-besarnya kepada beliau yang telah meluangkan waktu dan ilmu dalam membimbing penulis selama proses penulisan skripsi ini.

5. Uswatun Khasanah, MNS, Selaku penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk menyempurnakan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya yang tak ternilai, serta seluruh staf dan karyawan di lingkungan Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepala dan staf Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung, yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam melakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner.

8. Kepala dan staf Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna, yang telah mengijinkan dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian.

(12)

xi bagai orang tua.

10. Saudari perempuanku, Teh Risna dan Teh Ridha beserta keluarga yang selalu mengingatkan untuk tidak menunda-nunda dalam mengerjakan skripsi.

11. Sahabat-sahabat PSIK 2011, Ilzam, Gilang, Ikbal yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan perkuliahan, semoga kita menjadi perawat islam yang profesional, serta Desti, Anjay, Runingga, Azmi, Nika dan Maul yang telah memberikan motivasi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Teman-teman BEM PSIK periode 2011-2014 yang telah memberikan pelajaran praktik berorganisasi.

Seraya berdoa kepada Allah Swt., penulis berharap semua kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah Swt. dan semua kesalahan diampuni oleh Allah Swt. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Ciputat, Juni 2015

(13)

xii

HALAMAN JUDUL HAL

PERNYATAAN PERSETUJUAN...i

LEMBAR PENGESAHAN...ii

LEMBAR PERNYATAAN...iv

RIWAYAT HIDUP...v

ABSTRAK...vii

ABSTRACT...viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI...xiii

DAFTAR BAGAN...xvii

DAFTAR TABEL...xviii

DAFTAR LAMPIRAN...xix

DAFTAR SINGKATAN...xx

LEMBAR PERSEMBAHAN...xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...6

(14)

xiii

A. Lanjut Usia...8

1. Definisi...8

2. Perubahan pada Lansia...8

3. Tugas Perkembangan Lansia...13

4. Permasalahan Bekaitan dengan Lansia...13

5. Tipe Kepribadian Lansia...14

6. Perilaku Lansia...15

B. Depresi...16

1. Definisi...16

2. Faktor Penyebab Depresi pada Lansia...17

3. Gejala Depresi...19

4. Depresi Berdasarkan Tingkatan Beratnya...20

5. Diagnosis depresi...22

C. Salat Berjamaah...23

1. Definisi...23

2. Hukum Salat Berjamaah...23

3. Anjuran dan Peringatan untuk Mengerjakan Salat Berjamaah...24

4. Syarat Wajib Salat Berjamaah...26

5. Sunat-sunat dalam Salat Berjamaah...26

(15)

xiv

9. Khusyuk dalam Salat...30

10. Tawakal dan Ketenangan dalam Salat...32

11. Aspek Positif Salat Berjamaah...32

D. Penelitian Tekait...39

E. Kerangka Konsep...40

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep...41

B. Hipotesis...42

C. Definisi Operasional...43

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian...44

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...44

C. Populasi dan Sampel Penelitian...45

D. Besar Sampel...46

E. Teknik Pengambilan Sampel...47

F. Pengumpulan Data...47

(16)

xv

J. Pengolahan Data...55

K. Analisis Data...56

L. Etika dan Prinsip Penelitian...58

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian...63

B. Karakteristik Responden...63

C. Analisis Univariat...64

D. Analisis Bivariat...65

BAB VI PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan...67

B. Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan...72

(17)

xvi

A. Kesimpulan ...79 B. Saran...80

(18)

xvii

(19)

xviii

3.1 Definisi Operasional...,,.43 4.1 Skor Skala Likert...49 4.2 Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah...49 4.3 Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah

Sebelum Dilakukan Validity Contentoleh Ahli...51 4.4 Distribusi Pernyataan salat Berjamaah Sesudah

Dilakukan Validity Content oleh Ahli...52 4.5 Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan...58 5.1 Distribusi Jenis Kelamin, Umur dan Pendidikan Responden

Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03

Margaguna Jakarta Selatan...64 5.2 Distribusi Nilai Salat Berjamaah Lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan...64 5.3 Distribusi Tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Mulia 03 Jakarta Selatan...65 5.4 Analisis Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi

pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia

(20)

xix Lampiran 1 LembarInformed Consent Lampiran 2 Kuesioner Data Demografi Lampiran 3 kuesioner Salat Berjamaah Lampiran 4 Kuesioner Depresi

(21)

xx Swt. :Subhanahu wa ta ‘ala Saw. : Salallahu ‘alaihi wassalam Lansia : Lanjut usia

PSTW : Panti Sosial Tresna Werdha Depkes : Departemen Kesehatan Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar WHO :World Health Organization

(22)

xxi

"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman

kepada Allah dan Hari akhir, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan

tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,

maka merekalah orang-orang yang diharapkan

termasuk golongan orang-orang yang

mendapat petunjuk"

(QS. At Taubah: 18)

“Siapa saja yang salat lima waktu

dengan berjamaah, maka ia akan melewati

shirat secepat kilat. Ia bersama Sabiqun Awwalun

dan dihari kiamat ia akan datang dengan muka berseri seperti

(23)

1 A. Latar Belakang

Populasi lansia di Indonesia setelah tahun 2050 diprediksi meningkat lebih tinggi daripada populasi lansia di wilayah Asia dan global. Indonesia termasuk negara berstruktur tua, hal ini terlihat dari presentase lansia pada tahun 2008, 2009, dan 2012 yang mencapai lebih dari 7%. Laporan PBB memprediksi bahwa usia harapan hidup di Indonesia pada tahun 2045-2050 mencapai 77,6 tahun dengan presentase lansia mencapai 28,68% (Dewi, 2014). Penduduk usia lanjut di Indonesia memiliki beberapa dimensi diantaranya jumlah absolut yang besar, tingkat pendapatan yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah, dan yang tak kalah pentingnya kemungkinan tingkat kesehatan yang rendah pula (Tamher & Noorkasiani, 2011).

(24)

lakukan seringkali tampak sebagai akibat penilaian keadaan dan harapan mereka yang dipikirkan dengan baik (Pickett & Hanlon, 2009).

Depresi pada lansia sering terjadi bersamaan dengan masalah gangguan fisik menahun yang dialaminya (Santoso & Ismail, 2010). Mereka juga menjadi depresif karena mengetahui bahwa sebagian besar dari proses kehidupan tidak mereka lalui. Mereka seakan-akan merasa tertinggal dan tidak berdaya terhadap keadaan sekelilingnya, dalam hal ini sering juga ditemukan hambatan baik dalam bergerak, tindakan, maupun cara berpikir. Hal ini dapat mengarah pada keadaan tidak bermotivasi total, dan hilangnya perhatian terhadap keadaan sekelilingnya (Steven et al, 2012). Blazer (1986 dalam Carpenito, 2012) mendeskripsikan teori penyebab depresi yang menekankan interaksi kompleks antara beberapa faktor mencakup sumber ekonomi yang rendah, penurunan dukungan sosial, serta penurunan fungsi kesehatan fisik. Faktor tadi memberi pengaruh pada harga diri dan motivasi yang akan meningkatkan perasaan bersalah dan kemarahan. Emosi negatif yang muncul akan menekan afek dan meningkatkan perenungan. Hingga akhirnya akan menurunkan kontak sosial atau menghindar.

(25)

spiritualitas merupakan bantuan yang tulus bagi banyak individu dewasa yang mengalami masalah kejiwaan, berperan sebagai media koping utama dan merupakan sumber makna dan koherensi dalam hidup mereka, atau membantu menyediakan jaringan sosial. Penelitian yang dilakukan Sternthal dan Williams (2010) menyimpulkan bahwa beribadah secara personal, kepercayaan pada akhirat, dan beraktifitas dalam kegiatan keagamaan menunjukan koping positif, pemaknaan hidup dan pengampunan terhadap diri maupun sesama.

Ibadah atau doa sebagai Complementary and Alternative Modalities (CAM) merupakan bentuk metode penyembuhan CAM yang paling sering dipraktikan sebagai bentuk intervensi (Gill, 2011). Ibadah salat dalam agama Islam merupakan kunci ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim (Kurniasih, 2008). Salat sebagai ibadah memberikan aspek psikologi transpersonal dan transdental yaitu aspek rohaniyah yang akan memberikan dampak menenangkan terhadap jiwa (Sholeh, 2010). Sangkan (2014) mengatakan apabila orang beriman berdzikir pasti akan mendapatkan sambutan dari Allah dan diantara tandanya adalah berupa ketenangan.

“Orang-orang yang beriman, hati mereka tenang dengan mengingat

Allah. Ingat, hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan menjadi

tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28).

(26)

menghilangkan kemalasan, mengaktifkan gerakan anggota tubuh, menambah kekuatan, melapangkan dada, memberikan nutrisi bagi dada, memberikan nutrisi bagi ruh dan menerangkan hati. Ayyub (2008) mengatakan orang yang melakukan salat sendirian mendapat keutamaan, meskipun keutamaan yang didapatkan oleh orang yang salat berjamaah lebih besar daripada keutamaan yang diperolehnya, yaitu sebanyak 27 kali lipat. El-Ma’rufie (2009) menyebutkan bahwa dalam salat berjamaah terdapat manfaat-manfaat tambahan jika dibandingkan dengan salat sendirian yaitu pada aspek sosial meliputi interaksi, demokrasi, dan kebersamaan.

(27)

depresi pada lansia, oleh karena itu peneliti merasa penelitian ini penting dilakukan untuk memperkaya khazanah pengetahuan mengenai CAM terutama bagi PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang mengintegrasikan pengetahuan keperawatan dan keislaman, maka berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Salat Berjamaah dengan Tingkat Depresi pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Pertanyaan penelitian yang diajukan berdasarkan latar belakang di atas adalah “Adakah hubungan antara ibadah salat berjamaah dengan tingkat depresi

pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan?”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

2. Tujuan Khusus

(28)

b. Diketahuinya gambaran salat berjamaah pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Margaguna 03 Jakarta Selatan. c. Diketahuinya gambaran tingkat depresi pada lansia di Panti Sosial

Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia Margaguna 03 Jakarta Selatan. d. Diketahuinya hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapakan penelitian ini berkontribusi dalam memperluas khazanah pengetahuan berkaitan dengan Complementary and Alternative Modalities(CAM) dengan pendekatan spiritual pada lansia depresi. 2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Diharapkan penelitian ini memberikan tambahanan informasi dan referensi dalam peningkatan pengetahuan dan pedoman tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah depresi pada lansia.

3. Bagi Perawat

(29)

E. Ruang Lingkup

(30)

8 A. Lanjut Usia

1. Definisi

Penuaan (aging) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Santoso & Ismail, 2010). Lanjut usia adalah kelompok penduduk berusia 60 tahun ke atas (Tamher & Noorkasiani, 2011). World Health Oraganization (WHO) mengklasifikasikan lansia menjadi lansia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, lansia (elderly) 60-74 tahun, lansia tua (old) 75-90 tahun, dan lansia sangat tua (very old) di atas 90 tahun (Nugroho, 2009).

2. Perubahan pada Lansia

Efendi & Makhfudli (2009) mengungkapkan bahwa perubahan pada lansia terdiri dari perubahan fisik, perubahan mental dan perubahan sosial. a. Perubahan fisik

1) Sel

(31)

proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati juga ikut berkurang. Jumlah sel otak menurun, mekanisme perbaikan sel terganggu, dan otak menjadi atrofi.

2) Sistem persarafan

Rata-rata berkurangnya saraf neokortikal sebesar 1 per detik (Pakkenberg et al, 2003 dalam Ferry & Makhfudli, 2009). Hubungan persarafan cepat menurun, lambat dalam merespon baik dari gerakan maupun jarak waktu, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf panca indra, serta kurang sensitif terhadap sentuhan.

3) Sistem pendengaran

Gangguan pendengaran (presbikusis), membran timpani menjadi atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan serumen karena peningkatan keratin, pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress.

4) Sistem penglihatan

(32)

untuk membedakan antara warna biru dan hijau pada skala pemeriksaan.

5) Sistem kardiovaskular

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan oleh meningkatnya resistensi dari pembuluh darah perifer.

6) Sistem pengaturan suhu tubuh

Suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis +/- 35o, hal ini diakibatkan oleh metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil, dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot.

7) Sistem pernafasan

(33)

jumlahnya berkurang, oksigen pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, dan penurunan kekuatan otot pernafasan.

8) Sistem gastrointestinal

Kehilangan gigi, penurunan indera pengecapan, esophagus melebar, sensitivitas rasa lapar menurun, peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi, fungsi absorbsi menurun, hati semakin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya suplai aliran darah.

9) Sistem gentourinaria

(34)

10) Sistem endokrin

Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktifitas tiroid, BMR, daya pertukaran gas, produksi aldosteron, sekresi hormone kelamin seperti progesteron, estrogen, dan testosteron. 11) Sistem integumen

Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik, menurunnya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

12) Sistem muskuloskeletal

Tulang kehilangan kepadatannya dan semakin rapuh, kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga gerak seseorang menjadi lambat, otot-otot keram dan menjadi tremor.

b. Perubahan mental

(35)

c. Perubahan psikososial

Perubahan psikososial pada lansia meliputi kehilangan sumber finansial, kehilangan status jabatan, kehilangan teman atau relasi, kehilangan pekerjaan atau kegiatan, dan merasakan atau kesadaran akan kematian.

3. Tugas Perkembangan Lansia

Tamher & Noorkasiani (2011) menyebutkan tugas perkembangan lansia terdiri dari:

a. Penyesuaian terhadap penurunan kekuatan dan kesehatan fisik b. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan kesehatan c. Penyesuaian terhadap kematian pasangan atau orang terdekat d. Membangun suatu perkumpulan dengan sekelompok usia

e. Mengambil prakarsa dan beradaptasi terhadap peran sosial dengan cara yang fleksibel

f. Membuat pengaturan hidup atau kegiatan fisik yang menyenangkan. 4. Permasalahan Berkaitan dengan Lansia.

Tamher & Noorkasiani (2011) mengatakan proses menua dalam perjalanan hidup manusia merupakan hal yang wajar bagi siapa saja yang dikarunia umur panjang, proses menua tersebut membawa permasalahan meliputi:

(36)

penurunan pada peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan didalam mencukupi kebutuhan hidup.

b. Berkurangnya kesibukan sosial, hal ini mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungan yang dapat mengakibatkan dampak pada kebahagiaan seseorang.

c. Memfungsikan tenaga dan kemampuan yang dimiliki lansia dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja.

d. Masih ada lanjut usia berada dalam keadaan terlantar, selain tidak memiiki bekal hidup dan penghasilan/pekerjaan, mereka juga tidak memiliki keluarga/sebatangkara.

e. Kecenderungan tidak dihargainya lansia pada masyarakat industri sehingga mereka terisolir dalam kehidupan bermasyarakat.

f. Kewajiban generasi tua menjadi pembina jati diri budaya dan ciri khas Indonesia agar tetap terpelihara kelestariannya.

g. Lansia memerlukan tempat tinggal dan fasilitas khusus. 5. Tipe Kepribadian Lansia

a. Tipe kepribadian konstruktif (construction personality), pada tipe ini biasanya tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap.

(37)

c. Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), pada tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis, kehidupan pada masa lansia tidak bergejolak, namun jika pasangan hidup meninggal, pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana.

d. Tipe kepribadian bermusuhan (hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki masa tua lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya. Banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonomi menjadi morat-marit.

e. Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara karena perilakunya sendiri, sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya (Sutarto & Ismulcokro, 2008).

6. Perilaku Lansia

Maryam, dkk (2008) mengklasifikasikan perilaku lansia menjadi dua perilaku, yaitu:

a. Perilaku yang kurang baik 1) Kurang berserah diri

2) Pemarah, merasa tidak puas, murung dan putus asa 3) Sering menyendiri

(38)

6) Kebiasaan merokok dan minum minuman keras

7) Minum obat penenang dan obat penghilang sakit tanpa aturan 8) Melakukan kegiatan melebihi kemampuan

9) Menganggap kehidupan seks tidak diperlukan lagi 10) Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur. b. Perilaku yang baik

1) Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa

2) Menerima keadaan, sabar dan optimis serta meningkatkan rasa percaya diri dengan melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan

3) Menjalin hubungan yang baik dengan keluarga dan masyarakat 4) Melakukan olahraga ringan setiap hari

5) Makan dengan porsi sedikit tapi sering, memilih makanan yang sesuai serta banyak minum

6) Berhenti merokok dan minuman keras 7) Minum obat sesuai anjuran.

B. Depresi 1. Definisi

(39)

perubahan berat badan, tidur, energi, konsentrasi, pembuatan keputusan, harga diri, dan tujuan (Videbeck, 2013).

2. Faktor Penyebab Depresi pada Lansia

Penyebab utama depresi belum diketahui namun ada beberapa faktor yang diduga sebagai penyebab terjadinya depresi pada lansia.

a. Faktor biologis

(40)

berangsur-angsur yang menyebabkan penurunan penampilan kelaki-lakian serta munculnya ciri-ciri kewanitaan seperti intonasi suara menjadi lebih tinggi. Ketidaknyamanan fisik tersebut menyebabkan banyaknya laki-laki usia madya mengeluh karena mengalami depresi. b. Faktor psikososial

Kepribadian dasar seseorang sangat ditentukan pada masa kanak-kanak. Salah satu yang mempengaruhinya adalah lingkungan sosial hingga mempengaruhi perilaku dan kepribadian seseorang ketika ia dewasa. Kegagalan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai perubahan atau kehilangan pada saat lanjut usia akan menjadi pencetus depresi. Perubahan status ekonomi, struktur keluarga yang cepat berubah, cenderung kehilangan dukungan anak, menantu, cucu, dan juga teman-teman. Kurang berfungsinya sistem pendukung keluarga dan lingkungan teman dapat mempermudah timbulnya depresi (Santoso dan Ismail, 2009).

c. Faktor kognitif

(41)

d. Faktor ekonomi

Semakin lanjut usia seseorang, maka kemampuan fisik semakin mundur, hingga dapat mengakibatkan penurunan pada peran sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya gangguan didalam mencukupi kebutuhan hidup (Tamher & Noorkasiani, 2011). Perubahan status ekonomi ini dapat menjadi pencetus depresi apabila lansia gagal untuk menyesuaikan diri (Santoso dan Ismail, 2009).

3. Gejala Depresi

Maryam, dkk (2008) mengatakan diantara gejala depresi adalah: a. Sering mengalami gangguan tidur atau sering terbangun saat pagi yang

bukan merupakan kebiasaan sehari-harinya

b. Sering kelelahan, lemas, dan kurang dapat menikmati kehidupan sehari-hari

c. Kebersihan dan kerapihan diri sering diabaikan d. Cepat marah dan tersinggung

e. Daya konsentrasi kurang

f. Pembicaraan sering disertai topik yang berhubungan dengan rasa pesimis atau perasaan putus asa

g. Berkurang atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun dengan cepat

(42)

4. Depresi Berdasarkan Tingkatan beratnya a. Depresi ringan

Depresi ringan ditandai dengan terpenuhinya gejala minimal untuk menegakan diagnosis depresi disertai adanya sedikit gangguan fungsional (APA, 2006). Ciri depresi ringan adalah perasaan murung dan putus asa, tidak bisa berkonsentrasi, patah semangat, pesimistik terhadap masa depan, lelah dan lesu, individu merasa tidak mampu melakukan kegiatan yang biasa dilakukan, tidak dapat tidur nyenyak, selera makan tidak ada, orientasi dan ingatan belum banyak terganggu. Orang yang mengalami depresi ringan biasanya mengalami masa yang sulit jika tidak dirawat di rumah sakit. Tingkah laku mereka mungkin salah dipahami oleh anggota keluarga dan kawan-kawan mereka, mereka dituduh malas dan mendorong supaya keluar dari situasi itu, jika perasan putus asa begitu hebat maka bisa jadi ia akan berusaha bunuh diri (Semiun, 2006).

b. Depresi sedang

(43)

disuapi. Individu seringkali khawatir dengan fungsi-fungsi tubuhnya (hipokondria), kontaknya dengan kenyataan menjadi sangat lemah. Delusi dan halusinasi berhubungan dengan perasaan bersalah. Keinginan mati begitu kuat sehingga jika ada kesempatan ia mungkin akan bunuh diri (Semiun, 2006).

c. Depresi berat

(44)

5. Diagnosis depresi

a. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) DSM-IV-TR dalam edisi keempatnya merupakan taksonomi yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA) yang menjelaskan gangguan jiwa dengan kriteria diagnosa spesifik (Videbeck, 2013). DSM-IV-TR menunjukan bahwa diagnosis dari depresi memerlukan kehadiran mood atau minat yang menurun di semua atau hampir semua aktifitas, psikomotor yang tampak melambat, perubahan selera makan atau berat badan yang signifikan, perubahan waktu tidur, kelelahan atau hilangnya energi, kesulitan dalam berpikir atau berkonsentrasi, perasaan tidak berharga, perasaan bersalah yang berlebihan, atau berpikir untuk bunuh diri. Tanda-tanda ini harus berlangsung terus menerus selama dua minggu (Ivancevich et al, 2005).

(45)

c. Geriatric Depresion Scale(GDS)

GDS merupakan kuesioner yang dikembangkan secara khusus untuk mengkaji tingkat gejala depresif pada lanjut usia. Instrumen pengukuran ini berhasil membedakan antar depresi sedang dan depresi

berat. GDS berisi 30 pertanyaan dengan jawaban “ya” atau “tidak”. 10

pertanyaan memiliki kunci jawaban negatif sedangkan 20 pertanyaan memiliki kunci jawaban positif. Instrumen ini memiliki internal consistency sebesar 0,94 dan split-half reliability sebesar 0,94 (Ebert & Robert, 2011).

C. Salat Berjamaah 1. Definisi

Salat berjamaah adalah salat yang dilakukan secara bersama-sama dan sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang yakni imam dan makmum. Cara mengerjakannya, imam berdiri di depan dan makmum di belakangnya. Makmum harus mengikuti perbuatan imam dan tidak boleh mendahului (Al Mahfani, 2008). Semakin banyak jumlah orang yang berjamaah maka Allah semakin cinta terhadap hal tersebut, karena itulah masjid menjadi tempat yang paling dicintai Allah Swt. karena di masjid bisa berkumpul orang yang salat berjamaah dalam jumlah yang besar (Tharsyah, 2008).

2. Hukum Salat Berjamaah

(46)

a. Fardlu ‘ain. Ulama yang berpendapat seperti ini antara lain Imam

Syafi’I, al-Hasan al-Basry, dan al-Auza’i.

b. Fardlu ‘ain dan syarat sahnya salat. Ulama yang berpendapat seperti ini antara lain Imam Dawud bin Ali.

c. Fardlu kifayah. Ulama yang berpendapat seperti ini antara lain Hanafiyah (pengikut Imam Hanafi), Malik, dan pengikut Imam

Syafi’i.

d. Sunah. Ulama yang berpendapat sepoerti ini antara lain Imam Hanafi, Imam Malik dan lain-lain.

3. Anjuran dan Peringatan untuk Mengerjakan Salat Berjamaah a. Anjuran

Al-Bugha (2007) mengatakan bahwa jika seorang muslim senantiasa salat berjamaah, ia akan mendapatkan cahaya diatas cahaya. Jika ia melakukannya di masjid maka cahaya tersebut akan semakin sempurna. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah Saw.

Siapa saja yang salat lima waktu dengan berjamaah, maka ia

akan melewati shirat secepat kilat. Ia bersama Sabiqun

Awwalun dan dihari kiamat ia akan datang dengan muka berseri

seperti bulan purnama.” (HR. Ath-Thabrani).

(47)

Dari Ibnu Umar Ra. bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

“Salat berjamaah itu lebih utama dari salat sendirian sebanyak

duapuluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim). b. Peringatan

Tebba (2008) mengatakan Muadz bin Anas meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda:

“Kebatilan, kekufuran, dan kemunafikan terbesar adalah orang

yang mendengar sura muadzin untuk salat, tetapi dia tidak

memenuhinya.”(HR. Ahmad dan Thabrani).

Sungguh keras ancaman dan celaan dalam hadis ini sehingga perbuatan ini digolongkan sebagai perbuatan kufur dan munafik, seolah-olah hal itu tidak mungkin terjadi pada seorang muslim. Sabiq (2006) dalam fiqih sunahnya mencantumkan beberapa hadis sebagai peringatan salat berjamaah diantaranya:

Dari sahabatNabi Ibnu Mas’ud Ra. katanya:

Barangsiapa ingin bertemu dengan Allah nanti pada hari

kiamat sebagai seorang muslim, hendaklah ia menjaga salat dan

mengerjakannya waktu mendengar suara adzan. Sesungguhnya

Allah telah mensyari’atkan kepada Nabimu ketentuan-ketentuan

mengenai petunjuk, sedangkan salat jamaah itupun termasuk

ketentuan-ketentuan tersebut, seandainya kamu bersembahyang

di rumah sebagaimana halnya orang-orang yang meninggalkan

(48)

berartilah kamu telah meninggalkan sunah Nabimu. Dan

apabila kamu telah meninggalkan sunah Nabimu, maka sesatlah

kamu semua! Saya tahu bahwa yang suka meninggalkan salat

jamaah itu tidak lain melainkan orang munafik yang telah nyata

kemunafikannya. Dahulu pernah terjadi seseorang dipapah oleh

dua orang yang memasukannya dalam barisan salat.” (HR. Muslim).

4. Syarat Wajib Salat Berjamaah

a. Bermaksud atau berniat mengikuti imam b. Mengetahui apa yang sedang dikerjakan imam c. Makmum berada di belakang imam

d. Salatnya makmum harus sama dengan salat imam

e. Tidak boleh mendahului atau melambatkan imam dalam takbir atau dalam dua gerakan rukun

f. Tidak ada dinding penghalang antara imam dan makmum, kecuali bagi wanita

g. Jarak antara makmum dan imam dibaris akhir tidak lebih dari 300 hasta (Ihsan, 2009).

5. Sunat-sunat dalam Salat Berjamaah

a. Berjamaah di masjid yang terjauh letaknya dan terbanyak anggota jemaahnya

(49)

d. Melambatkan rakaat pertama

e. Wanita menjadi imam bagi sesama wanita

f. Imam beralih haluan ke kanan atau kiri setelah salam lalu pindah dari tempatnya (Sabiq, 2006).

6. Halangan yang Membolehkan Seseorang Meninggalkan Salat Berjamaah

a. Dingin dan hujan, berdasarkan hadis dari Jabir Ra., katanya:

“Kami keluar bersama Rasulullah Saw. dalam suatu perjalanan,

kemudian kehujanan, maka beliaupun bersabda: “Siapa yang

suka di antaramu, boleh salat dalam kemahnya sendiri-sendiri.”

(HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Turmudzi).

Sebab-sebab yang dianggap sama dengan dingin dan hujan ialah panas yang sangat, gelap gulita atau takut dari seorang yang aniaya.

b. Telah tersedia hidangan, berdasarkan hadis Ibnu Umar Ra.:

“Apabila seseorang diantaramu sedang makan, janganlah

tergesa-gesa hingga selesai melakukannya sekalipun salat telah

dibacakan qomatnya!.” (HR. Bukhari).

c. Desakan duamacam buang air. Dari ‘aisyah Ra., bahwa ia mendengar

Nabi Saw. bersabda:

“Tidak sempurna salat seseorang yang dimukanya telah tersedia

makanan, demikian pula di waktu ia sedang menahan dua macam

(50)

d. Adanya kegalauan hati dan pikiran yang menghalangi kekhusyukan salat.Dari Abu Darda’Ra., katanya:

“Suatu tanda pengertian seseorang dalam agama, ialah bila ia

menyelesaikan keperluannya hingga dapat menghadapkan

pikiran kepada Allah dalam salatnya sedang hatinya kosong.”

(HR. Bukhari).

e. Sakit yang memberatkan penderitanya menghadiri salat berjamaah. Tidak termasuk didalamnya sakit ringan, seperti pusing kepala, flu ringan dan sejenisnya. Firman Allah Swt.:

Dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama

suatu kesempitan.”(QS. Al-Hajj:78).

f. Baru selesai makan yang menimbulkan bau tidak sedap seperti bawang merah atau putih.

g. Telanjang tidak berbaju.

h. Hendak safar dan khawatir ditinggal rombongan. i. Sibuk mengurus jenazah (As-Sadlan, 2006). 7. Boleh Berpisah dari Imam Karena ‘Udzur

(51)

dari rombongan, terasa mengantuk atau sebab-sebab lain yang memaksa (Sabiq, 2006).

8. Tata Cara Salat Berjamaah

Nuhuyanan, dkk (2008) menjelaskan tatacara salat berjamaah yaitu: a. Salah seorang berdiri di depan menjadi imam dan lainnya menjadi

makmum berdiri di belakang imam setelah adzan dan iqamat.

b. Imam memberi komando agar jamaah meluruskan dan merapatkan barisan sebelum memulai memimpin salat, dengan mengucapkan,

“Luruskan dan rapatkan barisan kalian karena yang demikian merupakan kesempurnaan salat.”.

c. Imam memimpin salat dengan mengeraskan suara ketika mengucapkan takbir pembukaan salat dan takbir setiap perpindahan rukun sedangkan makmum mengikuti semua gerakan imam dengan tidak mendahului imam atau tertinggal oleh imam.

d. Imam mengeraskan bacaan surah al-Faatihah dan ayat atau surat lainnya sesudah bacaan al-Faatihah, pada rakaat pertama dan kedua dalam shalat magrib, isya, dan subuh, sedangkan makmum cukup mendengarkan dengan penuh perhatian tanpa ikut membacanya. e. Pada akhir bacaan surat al-Faatihah, makmum mengucapkan “aamiin”

secara serentak bersama imam dengan suara yang baik dan tertib. f. Saat salat zhuhur dan ashar, imam tidak mengeraskan suara bacaan

(52)

membaca dengan suara sir (diketahui sendiri dalam hati). Begitu pula dalam rakaat ketiga salat maghrib dan rakaat keempat dalam salat isya. g. Imam yang keliru atau lupa dalam bacaan dapat dibetulkan oleh salah

seorang makmum di belakang yang mengetahui.

h. Imam yang keliru dalam gerakan dapat diingatkan oleh makmum pria dengan cara membaca, “Subhanallah”, sedangkan makmum wanita

dengan sekali tepukan tangan.

i. Imam yang batal dalam salatnya, ia wajib mengundurkan diri dan digantikan oleh salah seorang makmum yang berada di belakang imam dengan cara maju selangkah ke depan menggantikan posisi imam. j. Setelah selesai salat berjamaah, imam maupun makmum

masing-masing membaca wirid (zikir) dan doa serta tidak mengeraskan suara. 9. Khusyuk dalam Salat

(53)

memanfaatkan potensi alam pikir bawah sadar (subconcious mind), yang merupakan sekitar 90% dari potensi otak manusia dan selama ini belum termanfaatkan. Pemanfaatan alam pikir bawah sadar akan membuat manusia mendayagunakan potensi otak intuitif, kreatif, dan inovatif selain menumbuh-kembangkan spiritualismenya. Salat yang dilaksanakan secara ikhlas dan khusyu dapat juga menyebabkan lahirnya kesatuan antara Akal-Budi. Teba (2008) mengatakan bahwa Alquran dan hadis membawa keterangan yang dapat dianggap sebagai cara untuk meraih salat khusyuk, yaitu:

a. Salat karena ingat Allah Swt., artinya niat salat bukan karena dorongan selain Allah Swt., Allah Swt. berfirman:

“Sungguh, Akulah Allah tiada Tuhan selain Aku. Maka

sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku.”(QS. Thaha:14).

b. Zakat, salat tidak berdiri sendiri ia merupakan satu kesatuan dengan ibadah yang lain, sehingga salat yang khusyuk harus dibarengi dengan ibadah dan amal shaleh, kalaupun orang yang mengerjakan salat tetapi tidak mengeluarkan zakat merasa bahwa salatnya khusyuk, itu hanya perasaan subjektif yang menyesatkan. Allah Swt. berfirman:

Maka celakalah orang yang salat, yang melalaikan salatnya

mereka yang dilihat orang, tapi enggan memberikan sedekah

(54)

c. Mengerjakan salat dengan sabar, sabar berarti menahan, maksudnya adalah menahan diri dari keluh kesah ketika menjalankan ajaran Tuhan. Allah Swt. berfirman:

Orang yang sabar, orang yang benar, orang yang taat

beribadah, orang yang memberi nafkah, dan orang yang berdoa

memohon ampun sebelum fajar menyingsing.” (QS. Ali ‘Imran

[3]:17).

10. Tawakal dan Ketenangan dalam Salat

Sholeh (2010) mengatakan tawakal berperan dalam ketenangan salat seorang hamba yang khusyu, ia kemudian mengutip perkataan Al-Ghazali yang membagi tawakal menjadi tiga tingkat yaitu:

a. Tawakal itu sendiri, yakni hati senantiasa merasa tenang dan tenteram terhadap apa yang dijanjikan Allah Swt.

b. Taslim, yakni menyerahkan urusan hamba kepada Allah Swt. karena Ia mengetahui segala sesuatu mengenai diri dan keadaannya, dan

c. Taswid, yaitu rela menerima segala ketentuan Allah Swt. bagaimanapun bentuk dan keadaannya.

11. Aspek Positif Salat Berjamaah

Salat memiliki efek positif bagi pelakunya meliputi manfaat pada berbagai aspek yaitu aspek fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual

(55)

a. Fisiologis

Aspek fisik salat, salat memiliki delapan posisi, meliputi berdiri

tegak, tangan sedekap, ruku’, i’tidal bangkit dari ruku’, sujud, duduk

(56)

keadaan terkendali. Pusat otak, atas dan bawah, menyatu membentuk kesatuan tujuan. Praktik sujud dapat membawa kedamaian, keselarasan, kesesuaian, ketenangan dan kebahagiaan pada masyarakat yang mengalami frustasi dan banyak terpapar dengan gelombang elektrostatik dalam atmosfir hingga memicu sistem syaraf pusat bermuatan terlalu penuh. Sujud dapat membuang kelebihan ini sebagaimana halnya peralatan listrik dinetralkan ke tanah sehingga penggunaan obat antidepresi, penenang, dan obat yang mempengaruhi moodlainnya dapat dikurangi.

b. Psikologis

1) Aspek relaksasi otot, yaitu kontraksi otot, pijatan dan tekanan pada bagian tubuh tertentu sehingga menjadi tenang (El-Ma’rufie,

2009). Tertekannya otot-otot disebut juga “Relaxation training

(57)

diri (El-Ma’rufie, 2009). Madjid (2007) mengatakan salat yang khusyuk adalah salat yang mampu menghadirkan kesadaran adanya komunikasi yang sungguh-sungguh antara hamba dan Allah Swt. di sini ditemukan hakikat salat sebagai medium atau sarana untuk selalu ingat kepada Allah Swt. dan inilah yang dimaksudkan dengan dimensi fungsional salat. Itulah sebabnya salat juga mampu menjadi momen yang efektif untuk mendapatkan jalan keluar, alternatif dari kebuntuan permasalahan sehari-hari. Ini dikarenakan salat yang khusyuk selalu diiringi dan diliputi oleh kesadaran akan kehadiran Allah Swt. sebagai tempat bergantung dan kembali.

3) Aspek meditasi, yakni ketika salat dijalankan dengan benar dan khusyuk sehingga menjadikan fokus dan mampu berkonsentrasi (El-Ma’rufie, 2009).Aspek meditasi jelas sekali terkandung dalam

(58)

salat, seperti wudhu yang merupakan sarana untuk membersihkan tubuh dan simbol bagi pembersihan hati. Kebersihan tempat dan pakaian, sekaligus keharusan berpakaian menutup aurat dan berpakaian yang terbaik serta anjuran untuk memakai wewangian, dan juga salat sunah sebelum dan sesudah salat wajib. Selain itu, adanya pengaturan waktu salat dilakukan secara kurang lebih sama merata dan dikaitkan dengan tonggak-tonggak perubahan waktu dan pergantian suasana, yang ditandai dengan momentum pergantian gejala alam sehari-hari (Bagir, 2008).

4) Aspek autosugesti, yaitu salat dapat membimbing melalui pengulangan suatu rangkaian ucapan secara rahasia kepada diri sendiri yang menyatakan suatu keyakinan atau perbuatan

(El-Ma’rufie, 2009). Ucapan didalam salat yang meliputi puji-pujian atas kebesaran Allah Swt. dan memohon ampunan kepada-Nya, dan meminta keselamatan dengan segala kebaikan kepada-Nya

merupakan “Auto sugesti”, yang dapat mendorong kepada orang yang mengucapkannya untuk berbuat sebagaimana yang dikatakan. Bila doa itu diucapkan dan dipanjatkan dengan sungguh-sungguh, maka pengaruhnya sangat jelas bagi perubahan jiwa dan badan (Aulia, 1970 dalam Sholeh, 2008).

(59)

emosi-emosi liar, berbagai macam perbuatan tercela dan tindakan-tindakan yang merusak, disamping itu, salat juga bertungsi membersihkan jiwa dari sifat-sifat buruk dan rona dosa yang sering kali menghiasi hati (Zahwa, 2011). Doa yang terdapat dalam salat merupakan sarana untuk mengekspresikan perasaan yang berkecamuk di dalam dada (Hasan, 2008).

c. Sosial

1. Aspek demokratis, seseorang bebas memukul beduk, mengumandangkan adzan, melantunkan iqamat, pengisian barisan, dan pemilihan imam serta rasa diperhatikan dalam memilih dan menempati shaf.

2. Aspek kebersamaan, salat dapat menghindarkan dari perasaaan rendah diri, sebab tidak adanya jarak dikarenakan setiap jamaah harus rapat dan meluruskan barisan. Salat berjamaah di masjid diharapkan akan mengalihkan perhatian seseorang dari kesibukan yang menyita energi. Salat berjamaah akan memunculkan rasa saling membutuhkan di antara pelakunya (El-Ma’rufie, 2009).

3. Aspek interaksi dan pendidikan keteraturan

As-Sadlan (2006) mengatakan salat berjamaah merupakan salah satu diantara ketinggian syariat islam bahwasannya ia mewajibkan dalam banyak ibadah terjadinya perkumpulan yang sama halnya

dengan mu’tamar islami; berkumpul didalamnya kaum muslimin

(60)

perkara mereka hingga terwujud tolong menolong dalam menyelesaikan masalah mereka dan bertukar pendapat yang didalamnya mengandung manfaat yang besar, faidah yang banyak hingga tak terhitung berupa pengajaran mereka yang bodoh, membantu yang lemah, melunakan hati dan menampakan kemulian islam, juga merupakan sarana yang ampuh untuk melebur perbedaan status sosial, rasisme, kebangsaan dan nasionalisme. Abiraja (2008) mengatakan bahwa dalam salat berjamaah tertanam pendidikan keteraturan dalam mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan bagi para makmum, kedisiplinan waktu dan frekuensi salat serta ketaatan pada imam sebagai pucuk pimpinan.

d. Spiritual

(61)

D. Penelitian terkait

a. Levin (2012). Religion and Mental Health among Israeli Jews: Finding from the Share-Israel Study Religion and Mental Health.

Kesimpulan penelitian ini adalah berpartisipasi dalam ibadah di sinagog berhubungan dengan depresi yang lebih rendah berdasarkan pada nilai CES-D (β = -.09, p < .01) dan kehidupan yang lebih baik (β = ,08, p< ,05) dan sikap optimis (β = ,10, p< ,01). Kelompok yang tidak beribadah di sinagog berhubungan dengan kejadian depresi yang lebih banyak (β= ,12, p< ,05), dan rendahnya kualitas hidup (β = -,10, p <0,1) serta sikap optimis yang rendah (β= -,08, p< ,05).

b. Syukra (2012). Hubungan antara Religiusitas dengan Kejadian Depresi pada Lansia di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang Pariaman Tahun 2012.

(62)

E. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini merupakan modifikasi teori dan faktor resiko depresi; perilaku lansia; serta salat berjamaah.

Dimodifikasi dari: Santoso & Ismail (2009); Videback (2013); Maryam et al (2008); Tamher & Noorkasiani (2009); Abiraja (2008).

Lansia

Faktor resiko depresi pada lansia:

- Biologi: ketidakseimbangan zat kimia otak, kesehatan fisik, gangguan hormonal, dan pemakain obat yang dapat mencetusan depresi. - Kognitif: pikiran negatif.

- Psikososial: lingkungan sosial pembentuk kepribadian, aktifitas, dukungan sosial dan kehilangan pada masa tua.

- Ekonomi: perubahan status ekonomi.

Perilaku lansia

Kurang Baik Baik

- Menjalin hubungan sosial yang baik

- Menerima keadaan, sabar, optimis dan percaya diri

- Olahraga teratur

- Makan sedikit tapi sering, memilih makanan yang sesuai dan banyak minum

- Berhenti merokok dan minum minuman keras

- Minum obat sesuai anjuran

- Mendekatkan diri pada Tuhan YME

- Kurang berserah diri

- Pemarah, tidak puas, murung dan putus asa

- Sering menyendiri

- Kurang aktifitas fisik/olah raga/kurang gerak

- Makan tidak teratur dan kurang minum

- Merokok dan minum minuman keras, minum obat tenang dan penghilang sakit tanpa aturan

- Melakukan kegiatan melebihi kemampuan

- Menganggap tidak butuh hubungan seks

- Tidak memeriksakan kesehatan secara teratur Salat berjamaah

Aspek Salat: Sosial, fisiologis,

(63)

41 A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 1993 dalam Wasis, 2008). Tujuan dari kerangka konsep adalah untuk mensintesa dan membimbing atau mengarahkan penelitian, serta panduan untuk analisis dan intervensi (Shi, 2008 dalam Swarjana, 2012). Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah variabel independen berupa salat berjamaah dan variable dependen berupa tingkat depresi, sehingga kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

variabel independen variabel dependen

variabel tidak diteliti

bagan 3.1. kerangka konsep

(64)

Keterangan:

: variabel yang diteliti

: variabel tidak diteliti

B. Hipotesis

Hipotesis adalah hasil yang diharapkan atau hasil yang diantisipasi dari sebuah penelitian (Thomas et al, 2010 dalam Swarjana, 2012). Hipotesis yang diajukan sehubungan dengan masalah penelitian diatas adalah:

H0= Tidak ada hubungan antara salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia di PSTW Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan.

(65)

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Skala Ukur

Independen: Salat

Berjamaah

Salat berjamaah adalah salat lima waktu yang dilakukan oleh banyak orang dan paling dicintai Allah Swt. untuk dilaksanakan di masjid (Tharsyah, 2008). Salat berjamaah memiliki beberapa dimensi diantaranya dimensi sosial yang terdiri dari aspek keteraturan, interaksi, kedisiplinan frekuensi, waktu, dan tempat (Al-Khuly, 2010).

Lembar pernyataan terdiri dari 20 pertanyaan dengan skala likert yang dibuat oleh peneliti.

Kuesioner A 1 1. Baik jika nilai≥

nilai mean

Suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri (Sadock, 2007).

Lembar kuesioner berisi 30 pertanyaandengan skala guttman sebagai alat ukur tingkat depresi yang dibuat oleh Yesavage.

(66)

44 A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain correlation study dengan pendekatancross-sectional. Desaincorrelation studyadalah penelitian yang menghubungkan vaiabel yang satu dengan yang lainnya, selanjutnya mengujinya secara statistik (uji hipotesis) atau dikenal dengan uji korelasi yang menghasilkan koefisin korelasi (Swarjana, 2012). Pendekatan cross-sectional adalah penelitian yang menekankan waktu pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2008).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

(67)

2. Waktu penelitian

Penelitian mulai dilaksanakan pada bulan Mei dan Juni 2015, dimulai dari penapisan (screening), pengambilan data sampai dengan penyusunan hasil.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah serumpun/sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian (Siregar, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya 03 Jakarta Selatan dengan jumlah 208 lansia binaan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2010). Pada penelitian keperawatan, kriteria sampel meliputi kriteria inklusi dan eklusi, kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2010). Peneliti menggunakan beberapa kriteria inklusi dan ekslusi pada populasi yang akan digunakan untuk memilih responden dalam penelitian ini.

a. Kriteria inklusi:

1) Warga binaan sosial (WBS) dimulai dari kategorimiddle age (45-59 tahun) hingga kategorivery old(diatas 90 tahun)

2) Lansia yang bersedia menjadi responden. 3) Lansia yang beragama Islam.

(68)

5) Lansia yang dapat berkomunikasi dengan baik. 6) Lansia yang menetap di PSTW Budi Mulia 03

7) Lansia yang tidak dikunjungi keluarga minimal sejak 1 bulan yang lalu.

b. Kriteria ekslusi:

1) Lansia yang tidak kooperatif.

2) Lansia yang sedang menjalani terapi depresi.

3) Lansia yang sedang mengkonsumsi obat golongan steroid. 4) Lansia yang sedang menderita penyakit kronis.

5) Lansia yang mengikuti lebih dari 4 jenis aktifitas yang diselenggarakan panti sejak 1 minggu yang lalu.

6) Lansia yang memiliki sumber pendapatan sendiri selain dari PSTW Budi Mulia 03.

D. Besar Sampel

(69)

E. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari proses yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi (Hidayat, 2010). Teknik pengambilan sampel pada penellitian ini menggunakan metode purposive sampling. Purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan strata, random ataupun daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2010). Teknik purposive sampling dalam pengambilan sampel penelitian ini disesuaikan dengan kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan oleh peneliti.

F. Pengumpulan Data

(70)

berjamaah dan kuesioner depresi, setelah data terkumpul lengkap berupa kuesioner salat berjamaah dan kuesioner depresi selanjutnya dilakukan penyusunan hasil.

G. Metode Pengumpulan Data

Metode Pengumpulan data adalah cara untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian dengan metode tertentu sesuai dengan tujuannya, antara lain dengan cara wawancara, observasi, kuesioner atau angket, dan dokumenter (Gulo, 2010). Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket yang berisi beberapa pertanyaan (Hidayat, 2010).

1. Instrumen Penelitian

Kuesioner yang digunakan berisi pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai hubungan salat berjamaah dengan tingkat depresi pada lansia.

a. Kuesioner Demografi

Kuesioner demografi bertujuan untuk screening beberapa variabel confounding serta mengetahui karakteristik lansia meliputi identitas diri ( usia, jenis kelamin, dan pendidikan lansia).

b. Kuesioner Salat Berjamaah

(71)

Tabel 4.1

Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah

Aspek Nomor Item Jumlah

Keteraturan 7, 8, 11 3

Waktu 1, 4 2

Tempat 2, 3, 5, 6 4

Interaksi 9, 10, 12, 13, 14, 15 6 Jumlah Item Soal 15

Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai tertinggi dari kuesioner salat berjamaah adalah enam puluh (60) dan nilai terendah adalah nol (0), adapun skala ukur yang digunakan pada variabel ini adalah skala ordinal.

c. Kuesioner Depresi.

(72)

menunjukan responden mengalami depresi berat (Yesavage, 1983 dalam Abou-Shaleh, 2010). Geriatric Depression Scale (GDS) Yesavage mempunyai nilai reliabilitas alpha cronbrach sebesar 0,94 dan validitas korelasi produk momen sebesar r = 0,82 (McDowell & Newell, 1996 dalam Trisnapati, 2012). Geriatric Depression Scale (GDS) versi panjang telah diuji penggunaannya pada lingkungan institusi Panti Sosial Tresna Werdha ( PSTW) dengan hasil validitas alpha cronbach sebesar 0,819. Hasil ini menyatakan bahwa penelitian dengan menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS) layak dilakukan karena cocok dan valid digunakan untuk menilai tingkat depresi pada lansia di institusi panti (Sari, 2012).

H. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Herlanti (2014) mengatakan instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat, yaitu valid dan reliabel agar kesimpulan yang ditarik sesuai dengan fakta. Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian ini hanya dilakukan terhadap kuesioner salat berjamaah yang dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung. Tempat ini dipilih karena memiliki kesamaan karakteristik dengan tempat pelaksanaan penelitian. Pengujian instrumen penelitian dilakukan terhadap 30% lansia dari jumlah total 30 responden lansia yang dibutuhkan dalam penelitian.

(73)

sampel. Sedangkan uji reliabilitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran yang sama pula. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran internal consistency salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknik alpha cronbachdimana instrumen penelitian dinyatakan reliabel apabila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6 (Siregar, 2013).

a. Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner salat berjamaah

Pengujian kuesioner salat berjamaah dilakukan dengan menghitung nilai koefisien korelasi product moment dan penghitungan nilai alpha cronbach dengan menggunakan program SPSS serta dengan meminta seorang ahli untuk melakukan validity content terhadap item pernyataan kuesioner.

Jumlah pernyataan dalam kuesioner salat berjamaah ini adalah 15 item pernyataan, berikut ini adalah distribusi item pernyataan kuesioner salat berjamaah sebelum dilakukanvalidity contentoleh ahli.

Tabel 4.3

Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah Sebelum Dilakukan Validity Contentoleh Ahli

Aspek Nomor Item Jumlah

Keteraturan 7, 8,11 3

Waktu 1, 4 2

Tempat 2, 3, 5, 6 4

Interaksi 9,10, 12,13, 14, 15 6

(74)

Item pernyataan kuesioner salat berjamaah dinilai valid apabila hasil koefisien korelasi product moment > r-tabel yaitu 0,754 dan dinyatakan reliabel apabila nilai alpha cronbach> 0,6. Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS menunjukan nilai alpha cronbach sebesar 0,778 artinya instrumen dinilai reliabel dengan jumlah item valid sebanyak 10 pernyataan. Uji validity contentkemudian dilakukan seorang ahli terhadap item pernyataan kuesioner salat berjamaah disebabkan setelah dilakukan uji validitas dinilai jumlah item pernyataan yang valid belum mewakili aspek yang ingin diukur. Berikut ini adalah distribusi item pernyataan kuesioner salat berjamaah setelah dilakukanvalidity contentoleh ahli.

Tabel 4.4

Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah Setelah Ddilakukan Validity Contentoleh Ahli

Aspek Nomor Item Jumlah

Keteraturan 1, 2, 3 3

Frekuensi 4, 5, 6, 7, 8 5

Waktu 9, 10, 11 3

Tempat 12, 13, 14, 15 4

Interaksi 16, 17, 18, 19, 20 5

Jumlah Item Soal 20

(75)

I. Tahapan Penelitian

Tahapan Penelitian atau langkah penelitian merupakan proses sistematis yang harus dilakukan peneliti dalam sebuah aktivitas penelitian, hal inilah yang menjadi penanda bahwa sebuah penelitian adalah penelitian ilmiah (Juliandi dkk, 2014), Tahapan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Proposal penelitian mendapatkan persetujuan dari pembimbing skripsi dilanjutkan dengan membuat surat permohonan ijin penelitian serta permohonan ijin uji validitas dan reliabilitas kuesioner salat berjamaah. Permohonan ijin penelitian dibuat di bagian admnistrasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah yang ditujukan pada kepala Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Margaguna Jakarta Selatan sebagai lokasi penelitian, sedangkan permohonan ijin lokasi uji validitas dan reliabilitas dibuat dibagian administrasi FKIK dan PSIK UIN Syarif Hidayatullah yang ditujukan pada kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) Provinsi DKI Jakarta dan kepala Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 01 Cipayung.

(76)

3. Peneliti kemudian menjelaskan maksud, tujuan, dan manfaat penelitian disertai dengan permintaan persetujuan kepada lansia untuk menjadi responden uji validitas dan reliabilitas kuesioner.

4. Peneliti meminta lansia calon responden untuk mengisi kuesioner salat berjamaah, sedangkan bagi lansia yang tidak dapat mengisi secara mandiri kuesioner dikarenakan memiliki keterbatasan penglihatan ataupun tuna aksara maka peneliti membantu pengisian kuesioner sesuai dengan jawaban lansia. Setelah semua kuesioner telah terisi maka kuesioner dikumpulkan dan dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS.

5. Peneliti kemudian melakukanvalidity contentkepada seorang yang ahli, hingga didapatkanlah kuesioner salat berjamaah yang siap untuk digunakan pada penelitian sesungguhnya.

6. Peneliti melakukan observasi lansia yang berpotensi untuk menjadi calon responden dan memeriksa rekam medis calon responden, hingga didapatkanlah lansia yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi untuk dijadikan sebagai responden penelitian.

7. Calon responden diminta untuk mengisi kuesioner demografi sebagai langkah untuk mengetahui demografi calon responden juga sebagai langkahscreeningresponden.

(77)

9. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang cara pengisian kuesioner dan memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya kepada peneliti apabila ada yang tidak jelas dengan kuesioner.

10. Peneliti meminta calon responden mengisi kuesioner Geritric Depression Scale(GDS) dan kuesioner salat berjamaah.

11. Peneliti membantu responden lansia dalam membacakan dan mengisi kuesioner sesuai dengan jawaban responden sendiri pada responden lansia yang tidak dapat mengisi kuesioner karena adanya keterbatasan penglihatan ataupun tuna aksara.

12. Peneliti melakukan pengumpulan kuesioner dan meneliti kembali kelengkapan pengisian kuesioner, dan melakukan pengolahan data serta analisis data kuesioner.

J. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting dalam penelitian. Merupakan suatu proses organisasi data mentah dengan sedemikian rupa agar dapat disajikan dalam bentuk tabel atau grafik hingga mudah dianalisis dan ditarik kesimpulan (Budiarto, 2004). Notoatmodjo (2010) menjelaskan proses pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu: 1. Editing

(78)

koreksi yaitu proses membenarkan atau menyelesaikan hal-hal yang salah atau kurang jelas (Budiarto, 2004).

2. Coding

Coding adalah usaha memberi kode-kode tertentu pada jawaban responden (Wasis, 2008). Peng”kode”an atau “coding” dilakukan setelah semua kuesioner telah dikoreksi, yaitu dengan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. (Lusiana dkk, 2015). 3. Memasukan Data (Data Entry) atauProcessing

Data dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan ke dalam program atau software computer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana (Lusiana dkk, 2015). 4. Pembersihan Data (Cleaning)

Pembetulan atau koreksi pembersihan data (Cleaning) adalah proses pengecekan kembali data dari setiap sumber data atau responden yang telah selesai dimasukan untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya (Lusiana dkk, 2015).

K. Analisis Data

(79)

1. Analisis Univariat

Analisis univariat mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan masing-masing variable yang diteliti untuk data numerik dengan menghitung mean, median, nilai minimal dan maksimal. Penyajian masing-masing

variabel dengan menggunakan tabel dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh. Analisa univariat pada penelitian ini mendeskripsikan karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, salat berjamaah dan tingkat depresi.

2. Analisis Bivariat

(80)

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen maka digunakan pvalueyang dibandingkan dengan tingkat kesalahan (α) 5%. P value < 0,05 menunjukan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima maka hipotesis terbukti, yang berarti ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, sedangakn apabila p value > 0,05 Ho diterima Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Siregar (2013) menjelaskan bahwa untuk kekuatan hubungan, nilai koefisien korelasi berada antara -1 sampai 1 sedangkan untuk arah dinyatakan dengan (+) dan (-). Tingkat korelasi dan kekuatan hubungan yang menunjukan hubungan assosiasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.5

Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan No. Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan 1. 0,00 - 0,199 Sangat lemah

2. 0,20–0,399 Lemah

3. 0,40–0,599 Cukup

4. 0,60–0,799 Kuat

5. 0,80–0,100 Sangat kuat

L. Etika dan Prinsip Penelitian 1. Etika dalam Penelitian

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Tabel 4.1Skor Skala Likert
Tabel 4.3
Tabel 4.4Distribusi Pernyataan Kuesioner Salat Berjamaah Setelah Ddilakukan
+5

Referensi

Dokumen terkait

‘I didn’t think it would be like this,’ said Kadiatu.. ‘I didn’t think it would be so complicated.’ She lowered her

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat KNC pelayanan kefarmasian peresepan, penyiapan,dan pemberian obat, pada resep rawat jalan di Instalasi Apotek

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek mengalami gangguan autis regresif dengan menggunakan metode dari lovaas (terapi perilaku) dapat menangani anak

Manfaat dari tesis ini adalah hasil evaluasi yang telah dilakukan melalui pengujian secara eksperimen maupun parameter model dapat memberikan informasi apakah kapal perang

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat- Nya, dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Peningkatan Self Care Pada Pasien Prolanis

Foto peneliti sedang melakukan wawancara dengan guru seni budaya yang menjadi koordinator

Sampai batas akhir pemasukan/pengunduhan dokumen penawaran pada tanggal 14 Juni 2012 pukul 10.00 WIB yang memasukan /mengunduh file dokumen penawaran sebanyak 6

Setiap saat orang selau diliputi kebutuhan dan sebagian besar kebutuhan itu tidak cukup kuat untuk mendorong seseorang berbuat sesuatu pada suatu waktu