• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan remaja yang tidak berpacaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan remaja yang tidak berpacaran"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

DAN REMAJA YANG TIDAK BERPACARAN

Skripsi diajukan sebagai tugas akhir Strata-1 (S-1) pada :::' akultas Psikologi untuk memenuhi persyaratan gelar Sarjana Psikologi

Pembimbing I

Disusun Oleh

NURJANAH

101070023079

Dibawah bimbingan

FAKULTAS PSIKOLOGI

Pembimbing II

/

Ah

セ^コゥ@

Saloom M. Si

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF l-llDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

dan Remaja Yang Tidak berpacaran" tel ah diujikan dalam sidang

munaqasah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tanggai ':'.6 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 26 Februari 2007

Sidang Munaqasah

I

Ketua M rahgkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

/

Hartati M. Si

Anggota:

Penguji I Penguji I

BMNセMMMMM

Ora.

Pembimbing I

Pe'?

OセyO@

(3)

Semua insiden bermula dari pandangan

Kebanyakan penghuni neraka terantuk oleh

dosa yang diremehkan.

Padahal, berapa banyak tatapan yang

menelusup masuk hingga kedalam hati

penatapnya.

Persis seperti anak panah yang terletak

diantara busur dan tali busur

Jika seseorang masih terombang-ambing oleh

lirikan mata orang, maka ia terancam

bahaya.

Jik,g k,gu um6ar pandanganmu safiari saja

'Mak.st pemandangan-pemandangan yang k,au tatap ak,an

mefe{afik,gnmu

(4)

Jikg engkgu nzenyukgi seseor-ang,

makg jangan[a,/i, 6er[e6ilian.

<Begitu juga jikg engkgu mem6enci seseorang,

jangan pu[a, 6er[e6ihan.

Cintai{a,/i, orang yang kgu ciritai 6iasa saja,

se6a6 siapa tahu paaa suatu rwaRJ;u cha akgn menjacE

orang yang engkgu 6enci.

<Dan 6enci{a,/i, orang yang engk,au 6enci 6iasa saja,

se6a6 siapa tahu pu[a, suatu 'waRJ;u ia akf.in menjac[i orang

yang engkgu cintai.

Cintai[a,/i,, jikg engkgu mencintai, cinta yang 6iasa-6iasa

saja, {arena engk,au tiaak,ta/1,u kgpan engk,au

memutuskgnnya.

<Dan 6enci[a,/i,, jikg mem6enci, yang 6iasa-6iasa saja se6a6

engk,au tiaak,taliu kgpan engk,au l?gm6afi.

(5)

(C) Nurjanah .

(B) Februari 2007 (D) Perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan tidak berpacaran (E) + 81 halaman

(F) Masa remaja merupakan masa dimana mulai adanya ketertarikan terhadap lawan jenis, dan ketertarikan tersebut biasanya diekspresikan dengan melalui hubungan berpacaran. Hal ini disebabkan karena mulai berfungsinya ala! reproduksi dan meningkatnya reproduksi hormon seksual. Berpacaran merupakan sarana untuk mengenal pribadi individu,namun banyak kalangan yang menilai aktivitas bercinta anak muda akhir-akhir ini mengalami perubahan orientasi. Pada masa berpacaran, remaja kerap kali melakukan perilaku seksual, adapun bentuk perilaku seksual tersebut meliputi masturbasi, berpegangan tangan, berciuman, petting atau bercumbu hingga :sampai berhubungan intim.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan remaja yang tidak berpacaran. Penelitian ini dilakukan di sekitar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan jumlah sampel 60 orang.

Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis komparatif dengan pendekatan kuantitat1f. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan tekhnik incidental sampling. Da/am pengumpulan data, peneliti menggunakan angket dengan model skala Likert yang terdiri atas empat alternatif jawaban. lnstrumen yang digunaka adalah skala perilaku seksual yang terdiri atas 55 item. Untuk mempermudah peneliti dalam perhitungan dan analisa data, maka peneliti menggunakan bantuan sistem komputer SPSS 11.5 ..

Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan Alpha

Cronbach. Diperoleh hasil bahwa t h11ung sebesar 2,889, sedangkan t tabel

sebesar 2,021 dengan taraf signifikansi 0,05 yan9 berarti t hitung lebih

besar dari t tabel, sehingga hipotesis menyatakan Ho ditolak. Dengan

(6)
(7)

Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang dengan nama-Nya, bumi dihamparkan, yang dengan nama-Nya langit ditinggikan. Segala puji bagi Allah Sang Maha Cahaya Penguak Hiclayah, yang semua jiwa clalam genggaman-Nya, kasih sayang-Mu nan mulia tak terperi, Allah SWT Ar-rahman, Sang Maha Pengasih.

Shalawat dan salam selalu tercurah untuk junjungan Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah berjuang sepenuh hati clan jiwa untuk

menyampaikan risalah Al-qur'an bagi segenap umat manusia. Cintamu pada umat yang tiada tara, sulit terbalaskan. Perjuanganmu nan agung, wahai Nabi yang mulia.

Hanya shalawatdan sepercik goresan tinta dalam skripsi ini, mudah-mudahan dapat membantu perjuanganmu ya ... Rasulallah.

Tetapi seluruh rangkaian penyelesaian skripsi tersebut bukanlah buah tangan pribadi, melainkan banyak pihak yang turut membantu menyempurnakan penulisan skripsi ini. Untuk itu meskipun rangkaian kalimat ini tidak dapat membalas upaya dan motivasi mereka, tetapi selayaknya pada kesempatan ini penulis anugerahkan untaian kata terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada Ayahanda

(8)

2. lbu Ora. Netty Hartati, M. Si. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, lbu Ora Zahrotun Nihayah M. Si, Pembantu Oekan Akademik, untuk seluruh Dosen, Staf dan Karyawan, terima kasih atas semuanya.

3. Bapak Dr. Abdul Mujib M. Ag dan Bapak Gazi Saloom M . Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya, secara tulus dan ikhlas memberikan banyak bimbin(Jan dan dukungan pada penulis.

4. Ketiga adik-adikku yang selalu menjadi teman berkelahi abadiku. Ananda

Neneng, M. Atib, dan Syarif Hidayatullah. " Makasih ya karena kalian selalu memotivasi Kakak tuk segera menyelesaikan skripsi ini''.

5. Untuk keluarga besar Bogor. Sepupuku yang kusayang Ceu Empu, kang Adang, kang Kosim, Encop, Eet, Angga dan Windi. Malaikat kecilku yang selalu membuatku tertawa dan geregetan .. Tio. Untuk Uwaku Hj. Mursiti dan Nenek Jasinah ... Atas bantuan kalian, Nur dapat menjadi seperti ini.

6. Seluruh staf Akademik Fakultas Psikologi, terima kasih atas bantuannya selama perkuliahan. Patugas Perpustakaan Psikologi UIN, Perpustakaan Utama, UI, UPI, sumantri dan Gunadarma.

7. Untuk sahabatku tersayang Lia, Susi, Tia, Kokom, Umay, Salamah, Babeh, lka,Yanah, Alin, Atik, Oby, Mansur, Zami, dan Wahyu kalian adalah sahabat terbaik yang pernah Janah kenal. " Terima kasih atas semua nasihat, motivasi, yang kalian berikan selama ini, semoga kita

tetap bersahabat untuk selamanya ".

(9)

duka penulis sehingga pada kesempatan di pengalaman ini dari seua teman-teman yang penulis sayangdan memperhatikan penulis .•

membawa penulis untuk mengukir segala kebahagiaan didalam benak dan hati penulis.

10. Serta terima kasih untuk semua orang yang telah kenal dan mengenalku yang lak dapat kusebulkan satu persatu. Terima kasih untuk setiap kesempatan yang selalu diberikan untuk hal yang pernah kita Jakukah yang baik dan terbaik.

11. At last, terima kasih untuk semua orang yang telah rnenjadi responden dalani penelitian ini. Tanpa kalian saya tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya kepada Allahlah penulis berserah dlri, walau ーHセョオャゥウ@ ュ・ョケ。、セイャ@

skripsi ini jauh dari sempurna. Namun semoga bisa berguna dan menjatll sumbangan yang berharga khususnya bagi penulis, dan bagi siapa saja yang membacanya. Wassalam

Jakarta, 19 Februari 2007

(10)

Halaman Judul ... .

Halaman Persetujuan... ii

Halaman Pengesahan... iii

Motto ... iv

Dedikasi ... v

Abstraks... vi

Kata Pengantar... viii

Daftar lsi ... xi

Daftar Tabel, skema... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1-11 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. ldentifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah... 9

1.3. Tujuan Penelitian... ... 10

1.4. Sitematika Penulisan... 11

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 12-48 2.1.Pacaran ... 12

2.1.1. Pengertian Pacaran ... 12

2.1.2. Dinamika Pacaran Pada Remaja... 14

2.1.3. Motif Berpacaran Pada Remaja... 19

2.1.4. Faktor-faktor Penyebab Pacaran... 25

RNRセ@ Perilaku Seksual... ... 29

2.2.1. Pengertian Perilaku Seksual... 29

2.2.2. Faktor-faktor yang mendorong perilaku seksual... 33

2.2.3. Bentuk-bentuk perilaku Seksual... 36

... 2.2.4. Perilaku Seksual Pada Remaja... 39

2.3. Kerangka Berfikir ... 42

2.4. Hipotesis ... 48

BAB Ill llllETODOLOGI PENELITIAN

... ···

49-62 3.1. Jenis Penelitian ... 49

3.1.1. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian... 49

3.1.2. Definisi Variabel dan Operasional Variabeil... 50

3.2. Pengambilan Sampel... 51

3.2.1. Populasi dan Sampel... 51

3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel... 52

(11)

2. Tabel 2 Blue print skala perilaku seksual sebelum uji coba... 56

3. Tabel 3 Blue print hasil uji coba imstrumen skala perilaku seksual... 58

4. Tabel 4 Blue print perilaku seksual sesudah uji coba... 59

5. Tabel 5 Reliabilitas Guilford... 60

6. Tabel 6 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin... 64

7. Tabel 7 Gambaran umum responden berdasarkan usia ... 64

8. Tabel 8 Uji normalitas... 65

9. Tabel 9 Tingkat Perilaku seksual... 66

10. Tabel 10 Uji homogenitas ... 68

11. Tabel 11 Hasil data uji-t... 69

(12)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa remaja adalah saat dimana pertama kali tumbuhnya keinginan individu untuk memiliki hubungan dekat dengan lawan jenis karena salah satu tugas perkembangan remaja adalah membina hubungan baru yang lebih matang baik dengan teman sejenis maupun dengan lawan jenis. Ketika seseorang menginjak masa remaja, mulai ada ketertarikan pada lawan jenisnya. Hal ini disebabkan karena mulai berfungsinya alat reproduksi dan meningkatnya produksi hormon seksual. Remaja mulai mengalami jatuh cinta, perasaan tersebut biasa disebut sebagai "puppy love" atau lebih dikenal sebagai cinta monyet, dimana rasa cinta tersebut hanya berlangsung sementara.

Pacaran adalah bagian terpenting dalam perjalanan remaja untuk

(13)

dalam bentuk kencan atau berpacaran. Pacaran sebagai sarana mengenal pribadi individu Jawan jenis seks atau untuk mengekspresikan rasa sayang terhadap seseorang yang spesial. Namun, banyak kalangan yang menilai, aktivitas bercinta gaya anak muda akhir-akhir ini banyak mengalami

perubahan orientasi. Pacaran yang dulu merupakan ajang untuk penjajakan ke jenjang pernikahan, saat ini berubah menjadi ajang fantasi seksualitas.

Siapapun mengalami masa remaja, sebagai masa yan9 dinilai paling indah dalam kehidupan, ada perubahan yang cukup mencolok terlihat pada perubahan pubertal, yang membawa pengaruh pada munculnya dorongan seksual dan perasaan tertarik kepada Jawan jenis. Pada fase inilah umumnya remaja akan mengalami ketertarikan kepada lawan jenis. Biasanya hal ini akan menimbulkan perasaan bersemangat, berbunga-bunga, dan bahagia. Hasrat yang menggebu ini pun disikapi dengan berbagai cara.

Proses pacaran dianggap sebagian remaja sebagai bagian dari proses untuk mengenal lebih jauh tentang karakter dan kepribadian pasangannya. Lebih jauh lagi, proses pacaran itu dapat mengantar mereka menuju jenjang

(14)

mencari seseorang yang dinilai paling pas dan tepat untuk dijadikan pasangan.

Fenomena yang kini marak ialah proses pacaran tidak lagi menjadi orientasi utama seseorang untuk mencari pendamping hidup yang tepat, untuk

kemudian menuju jenjang pernikahan. Namun ada tujuan lain mengapa remaja berpacaran yaitu hanya sebagai having fun, agar tidak ketinggalan zaman, bahkan eksploitasi seksual merupakan sebagian tujuan mereka. Bagi sebagian remaja, pacaran bahkan dimaknai sebagai ajang adu gengsi semata, demi menjauhkan diri dari status jomblo, yang berarti negative dikalangan remaja (tak laku). Hal ini, tak ayal lagi mempengaruhi perilaku dalam berpacaran (Yuni Astuti, 2004 ).

Papalia dan Olds ( dalam Hermawan, 2004) mengungkapkan beberapa jenis cinta, salah satunya adalah infatuation. Infatuation adalah cinta yang bangkit karena ketertarikan fisik dan dorongan seksual, cinta seperti ini yang dialami oleh para remaja.penyebab tumbuhnya cinta seperti ini f)iasanya adalah ketertarikan fisik.

Menurut Sears,dkk (1994) ada dua bentuk cinta, yaitu cinta birahi dan cinta persahabatan. Cinta birahi dilukiskan sebagai keadaan emosi yang

(15)

dan perasaan lega, altruisme dan kecemburuan yang muncul bersama dalam suatu kegalauan perasaan.

Dorongan cinta birahi yang tidak terkendali dapat menjadi pembenaran yang tepat untuk melakukan perilaku yang umumnya tidak dapat diterima secara sosial, seperti menjalin hubungan seksual di luar pernikahan. Cinta

persahabatan merupakan bentuk cinta yang lebih praktis dan mengutamakan rasa saling mempercayai, saling memperhatikan dan tenggang rasa terhadap kekurangan dan keunikan pasangannya. Cinta persahabatan akan tumbuh perlahan-lahan, sehingga kedua belah pihak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang memuaskan. Pada remaja, perasaan tertarik dengan lawan jenis muncul dalam perilaku berpacaran.

Apa yang menyebabkan remaja saling tertarik satu sama lainnya,sehingga memutuskan untuk berpacaran? Pada umumnya, remaja cenderung untuk dekat dengan orang yang memiliki kesamaan seperti dalam sikap, perilaku, karakteristik, nilai-nilai dan gaya hidup. Selain itu ketertarikan fisik juga menjadi faktor yang cukup kuat. Menurut Skipper dan Nass (dalam Grinder, 1978) dan Rice (1990) ada beberapa alasan mengapa remaja

berpacaran, seperti untuk berekreasi atau bersenang-senang, mencari status, belajar bergaul atau bersosialisasi, untuk memilih pasan(Jan hidup,

(16)

Penelitian Roscoe, Diana dan Brooks menemukan bahwa remaja pada tingkat perkembangan yang berbeda (remaja awal, perlengahan dan remaja akhir) memiliki alasan yang berbeda-beda dalam berpacaran. Dalam

hubungan romantik yang terjadi pada remaja awal, sebagian besar remaja tidak termotivasi untuk menciptakan suatu attachment (kelekatan) tertentu ataupun untuk memenuhi kebutuhan seksual. Sehubungan dengan aktivitas pada saat pacaran ini, Feiring (da/am Santrock, 2001) menemukan bahwa aktivitas yang paling sering dilakukan oleh remaja dalam berpacaran adalah nonton bioskop, makan ma/am, jalan-jalan ke Mall atau kesekolah, pergi ke pesta dan sa/ing mengunjungi rumah masing-masing

Masa pacaran adalah sa/ah satu masa yang biasa dija/ani remaja, karena dalam fase perkembangan remaja memungkinkan terjaclinya ketertarikan terhadap lawan jenis dan keinginan membentuk hubungan yang lebih baik dan hubungan pertemanan atau persahabatan yang biasa disebut sebagai pacaran (dating),

(17)

Akibat-akibat negatif itulah yang menyebabkan Islam melarang seseorang untuk berdua-duaan ditempat sepi (khalwat) yang cenderung mendorong berbuat maksiat.

Dalam konteks itulah, Allah berfirman dalam surat al-israa : 32

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu suatu

perbuatan yang kejf dan )a/an yang buruk". (Q.S Al-lsra: 32)

(18)

Ciuman pada awalnya adalah untuk menunjukkan rasa hormat mereka pada pasangannya, seperti: mencium tangan pasangannya ketika akan berpisah pulang. Ciuman seperti ini biasa dilakukan setiap hari. Namun ketika

hubungan diantara mereka bertambah dekat, pasangannya menambah ciuman dibagian dahi dan pipi sebagai pelepas kangen. Ketika cinta dan komitmen mereka bertambah, tak ayal lagi ciuman di leher dan bibir menjadi alasan pengikat cinta mereka. Dan itu harus ada. Ciuman yang dulu dianggap tabu sekarang menjadi rnadu.

"Rangsangan seksual akibat seringnya rnereka melakukan kontak fisik

menjadi pemicu ciuman pada daerah erotis itu". Selain itu, ada beberapa perilaku seksual lain yang mulai banyak dilakukan rernaja. Serperti meraba

tubuh pasangan di luar pakaian, rneraba tubuh pasangan di dalam pakaian, hingga petting dengan memakai pakaian. Bahkan, fenornena yang marak

akhir-akhir ini banyak rernaja dengan motif tak jelas berani melakukan

hubungan persebadanan yang direkarn melalui kamera canggih sebuah ponsel.

(19)

bersenggama. Sedangkan Bachtiar (2004) mengartikan perilaku seksual sebagai perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan

mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Seperti berfantasi, masturbasi, cium pipi, berpegangan tangan dan sebagainya.

Perilaku seksual biasanya diawali dengan adanya indiv1du secara khusus mempelajari pasangannya untuk mengenal kepribadiannya apakah memadai sebagai pasangan suami isteri kelak. Dalam proses pacaran ini biasanya terdapat aktivitas seksual yang disebut percumbuan, yaitu suatu aktivitas yang mengadakan kontak fisik antara dua orang yang saling mencintai dan sangat dikuasai oleh erotisme.

Sementara akibat psikososial yang timbul dari perilaku seksual adalah ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah. Misalnya pada kasus hamil di luar nikah, belum lagi tekanan dari masyarakat yang menolak keadaan tersebut. Resiko yang lain adalah putus sekolah karena malu dengan teman-teman atau guru, terganggu kesehatan, resiko kalainan janin dan tingkat kematian bayi yang meningkat.

(20)

1

.2.

ldentifikasi Masalah

fdentifikasi masafah dafam penefitian ini yang akan difakukan adafah sebagai

berikut:

a. Bagaimana perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan remaja yang tidak berpacaran?

b. Hal apa saja yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pada remaja? c. Apakah ada perbedaan perilaku seksual seksual pada remaja yang

berpacaran dan remaja yang tidak berpacaran?

1.3.

Pembatasan

Masalah

Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dalam penelitian ini, maka penulis akan membatasi masalah yang akan diungkap, antara lain :

1. Pacaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu hubungan antara remaja putra dan putri yang berlangsung di luar pernikahan dan membutuhkan komitmen dari kedua be/ah pihak, serta bertujuan untuk

lebih saling mengenal dan menikmati aktivitas sosial budaya. 2. Perilaku seksual yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala

tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu clan bersenggama. 3. Remaja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah remaja yang belum

(21)

1. 4. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah " Apakah ada perbedaan perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan r·emaja yang tidak berpacaran"

1. 5. Tujuan dar;i. Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi berdasarkan fakta, data clan analisa yang

benar dan dapat dipercaya, serta mendapatkan gambaran tentang perbedaan perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan tidak berpacaran.

Dengan kata lain penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan yang

diajukan dalam penelitian.

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada

perbedaan perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan tidak berpacaran. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi dan koleksi di Perpustakaan Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta serta memberikan sumbangsih bagi perkembangan dan pertumbuhan khasanah

(22)

1. 6. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang m。セ[。ャ。ィL@ ldentifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II. Landasan Teori terdiri dari Pengertian Pacaran, Pacaran Pada Remaja, Motif Berpacaran Pada Remaja, Faktor-faktor Penyebab

Pacaran, Pengertian Perilaku Seksual, Faktor·-faktor yang

Mendorong Perilaku Seksual dan Bentuk-bentuk Perilaku Seksual.

Remaja, Pengertian Remaja dan Karakteristik Remaja.

BAB Ill. Metodologi Penelitian, Jenis Penelitian, Pendekatan dan Metode Penelitian, Definisi Variabel dan Operasional Variabel,

Pengambilan Sampel,Populasi dan Sampel, Tekhnik Pengambilan Sampel, Pengumpulan Data, Metode dan lnstrumen Penelitian,

Tekhnik Uji lnstrumen Penelitian, dan Tekhnik Analisa Data. BAB IV. Presentasi dan Analisa Data, terdiri dari Gambaran Umum Subjek

Penelitian, Presentasi dan Analisa Data.

(23)

jenis, tetapi lama kelamaan pacaran memungkinkan rasa percaya, cinta, perhatian, rasa kehangatan, spontanitas dan interaksi yang berarti diantara

remaja pria dan wanita. Jadi, melalui kelompok sebaya atau peer group remaja pria dan wanita saling berinteraksi, kemudian melalui pacaran terjadi kontak atau hubungan yang lebih serius diantara mereka. Dalam

menjelaskan arti dari pacaran, ada beberapa istilah yang digunakan untuk mendefinisikan ha! tersebut, salah satunya adalah dating. Menurut Grinder

(1978) dating adalah salah satu aktivitas sosial remaja, yang biasanya dimulai dangan berpacaran dalam waktu yang lama sebelum mereka serius

memikirkan pernikahan.

"Pada saat proses ada kemungkinan yang terjadi diantara keduanya.saat ta'aruf ada tahap saling mengenal (introducing process), saat simpati ada

proses menyapa dan bertanya kabar (greeting process), saat memasuki area curhat, seorang itu tidak cukup pada menyentuh tapi sudah ada embrassing dan intercousing setelah cinta seseorang akan sampai pada tahap

pengabdian. Manusia harus berhenti pada terminal cinta, karena pengabdian hanya milik Allah".

Abdurrahman Al-Mukkafi (1999) dalam bukunya "Pacaran da/am Kacamata

(24)

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang diawali dari perkenalan dilanjutkan dengan pertemuan, pengungkapan rasa cinta dan adanya rasa saling memiliki, sehingga akhirnya timbul perasaan bahwa semua yang mereka lakukan didasarkan atas cinta. Hubungan ini berlangsung di luar pernikahan dan membutuhkan komitmen dari kedua belah pihak, serta bertujuan untuk lebih saling mengenal dan menikmati aktivitas sosial bersama.

2.1.2. Dinamika Pacaran Pada Remaja

Pada remaja terjadi berbagai perubahan dan perkembangan yang biasanya diawali dengan perubahan dan perkembangan jasmani yang menyangkut segi seksual. Dengan adanya perkembangan seksual, rnaka muncul dorongan-dorongan seksual pada diri remaja. Dorongan seksual tersebut menimbulkan minat remaja terhadap seks, sejalan dengan adanya minat terhadap seks, remaja mulai mempelajari dan mengembangkan hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis.

Proses berpacaran pada umumnya berawal dari usia rernaja, proses ini

(25)

Care dan Lloyd (dalam Turner dan Helms, 1995) mengatakan bahwa pacaran memberikan kesempatan untuk bertemu dengan beberapa pria dan wanita berfungsi untuk rekreasi, kebersamaan dan sosialisasi. Pacaran rnemberikan kesempatan untuk belajar mengenai peran, nilai-nilai dan norma. Mc Daniel juga menjelaskan bahwa pacaran memberikan kesempatan pada remaja untuk meningkatkan hubungan interpersonal dan kemampuan sosial mereka dan untuk mencoba peran-peran dalam hubungan pHrnikahan tanpa harus berkomitmen dan bertanggung jawab untuk menikah (dalam Jersild et. al, 1978).Walaupun hubungan berpacaran ini populer dikalangan remaja, namun ia memiliki kerugian-kerugian disamping beberapa manfaat.

Menurut Rice (1990) manfaatnya antara lain adanya teman untuk melakukan berbagai aktivitas, adanya seseorang untuk dicintai dan adanya perasaan aman. Sedangkan kerugiannya antara lain dapat menimbulkan perasaan bosan, adanya beberapa remaja yang belum cukup matang secara

(26)

sering dilakukan oleh remaja dalam berpacaran adalah nonton bioskop, makan malam, jalan-jalan ke Mall atau ke Sekolah, pergi ke pesta dan saling mengunjungi rumah masing-masing (dalam Santrock, 2001 ).

Bila dilihat dari sudut pandang Islam, sesungguhnya Islam tidak mengenal istilah pacaran dalam rangka penjajakan untuk persiapan menuju jenjang pernikahan, karena proses pacaran remaja sekarang ini sudah mengarah pada hal-hal yang sesungguhnya sudah dilarang oleh agama dan banyak berbenturan dengan konsep dan nilai Islam. Pacaran seperti remaja sekarang banyak berbenturan dengan konsep dan nilai Islam. Oleh karena itu, untuk menjaga agar tidak terjadi pergaulan bebas (free sex), Islam melarang bagi pria dan wanita yang bukan muhrim berdua-duaan diternpat sepi. Dalam Islam sendiri sesungguhnya sudah jelas kegiatan yang mengandung kemaksiatan untuk tidak didekati atau bahkan dilakukan. Al-Quran sudah mengatur bagaimana tatacara pergaulan dengan lawan jenis yang bukan muhrim yaitu dalam surat Al-Nur ayat 30:

(27)

adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa

yang mereka perbuat". (Q S An- Nur: 30)

Hal ini diatur oleh Allah agar para remaja dapat mengendalikan pandangan dan memelihara faraj, karena pada keduanya ada hubungan anatomis (kematangan fungsi tubuh), fisiologis (usia baligh: mimpi basah dan haidh pertama), serta psikologis (kecenderungan pada lawan jenis) yang dapat memandang mata sebagai panca indera yang sangat peka terhadap seks (Al-Mukaffi, 2001 ).

Artinya : "Dan katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan akan

perhiasannya, kecua/i (yang biasa) nampak dari padanya ... (Q:S. An-Nur 31 ).

(28)

adalah bergaul yang tanpa batas. Hal ini dimaksudkan hanya untuk mensucikan pergaulan, supaya manusia tidak terjerumus dalam maksiat.

Meski demikian, dalam Islam sudah jelas ajaran tentang hubungan antara pria dan wanita, serta yang menyangkut dengan kebutuhan seksualnya. Sebuah hadits mengatakan :

y

セ@

3

'\}le

.ili

I

セ@

.ili

I

Jy.-i

.J

Jl.3 , Jl.3

⦅L⦅LLセ@

Lr.

ill

I

.lF

UC-. - UC-.11 - · UC-. \

.:U\..9 . '

ᄋZZN|セ@

o;.lJ\

.<:·,A •

L.:; ..

i\

·

lャlセゥ@

:.

セ@ セ@

'

\GNZNSセ@

.

r--

c---

LY' . •

セ@

013.J)

>-4-3

4.l

.:Uµ

イセセ@

セ@

c.!h·i ..

1.1

r1

U""3

•rY.U

セQS@

HfゥNsNjセQ@

Artinya : "Dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata : telah bersabda Rasula/lah SAW kepada kami : " Wahai sekalian pemuda, barang siapa diantara kalian mampu kawin, maka hendaklah dia menikah, karena pernikahan itu lebih

mampu menahan pandangan mata dan lebi/1 menjaga kemaluan. Dan barang

siapa yang tidak sanggup menikah, maka hendaklah dia berpuasa, karena

puasa itu memiliki penawar." (H.R. Bukhori dan Muslim)

(29)

Untuk itu Allah menimbulkan dihati laki-laki perasaan cinta kepada wanita dan begitu juga sebal!knya. Akan tetapi kecintaan kepada lawan jenis ini harus disertai dengan tuntunan akhlak dan pegangan agama yang kuat. Mengingat bahwa pembekalan agama dan akhlak bagi seseorang, khususnya yang sedang jatuh cinta adalah sangat penting sekali sebagai benteng diri agar tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal negatif yang dapat merusak dirinya.

2.1.3. Motif Berpacaran Pada Remaja

Sebagaimana telah dijelaskan lebih awal, bahwa salah satu tugas

perkembangan remaja adalah mencapai hubungan sosial baru yang lebih matang dengan teman sebaya baik yang sejenis maupun /awan jenis (Hurlock, 2000). Hal ini tercapai dalam bentuk persahabatan yang dijalin dengan teman sejenisnya, sedangkan hubungan dengan teman lawan jenisnya muncul dalam perilaku berpacaran.

Apa yang menyebabkan remaja saling tertarik satu sama lain, sehingga mereka memutuskan untuk berpacaran? Pada umumnya, remaja cenderung untuk dekat dengan orang yang memiliki kesamaan seperti dalam sikap, perilaku, karakteristik, kebiasaan, nilai-nilai dan gaya hidup.

(30)

dialami oleh para remaja Penyebab tumbuhnya cir1ta seperti ini biasanya

adalah ketertarikan fisik. Menurut Psikolog O'Sullivan dan O'Leary (dalam

Hermawan, 2004) cinta merupakan aspek penting dalam kehidupan dan

merupakan penyebab terjadinya bermacam-macam hubungan interpersonal,

dengan alasan cintalah banyak pria dan wanita menjalin hubungan yang

membawa mereka hingga ke jenjang pernikahan. Kahlil Gibran (dalam

Hermawan, 2004) mengatakan bahwa cinta adalah keindahan sejati yang

terletak pada keserasian spiritual.

Sears, Freedman, dan Peplau (1994) mengemukakan empat faktor penentu

yang sangat kuat dari rasa suka adalah: kualitas pribadi individu lain,

kesamaan (similarities), keakraban (familiaritas) dan kedekatan (proksimitas).

Menurut Rice (1990) beberapa hal yang menjadi alasan mengapa remaja

berpacaran adalah:

1. Rekreasi atau bersenang-senang

Salah satu alasan remaja berpacaran adalah bersenang-senang, karena

pacaran adalah bentuk dari rekreasi dan sumber dari kegembiraan.

2. Kebersamaan

Untuk mendapatkan rasa pertemanan atau persahabatan yang dekat

(31)

3. Mencari status dan prestasi

Remaja menggunakan pacaran sebagai cara untuk mendapatkan status dan prestasi (penghargaan).

4. Bersosialisasi

Melalui pacaran:, remaja belajar bekerja sama, bertanggung jawab, kecakapan sosial dan etika dan cara untuk berinteraksi serta menyesuaikan diri dengan orang lain.

5. Untuk eksperimentasi atau kepuasan seksual

Beberapa penelitian menunjukan adanya remaja-renaja melakukan hubungan seksual selama pacaran, tetapi perilaku ini tergantung dari sikap, perasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh remaja itu sendiri. 6. Penyeleksian pasangan

Jika remaja pria dan wanita memiliki persamaan dalam karakteristik kepribadian, hal ini lebih disukai untuk mengembangkan hubungan daripada tidak ada persamaan dalam karakteristik fisik, psikologi dan sosial.

7. Untuk mendapatkan keintiman

Keintiman yang dimaksud di sini adalah berkembangnya rasa saling keterbukaan, saling berbagi, saling percaya, rasa hormat atau penghargaan, afeksi atau emosi dan kesetiaan. Sehingga dalam

(32)

Samet dan Kelly (dalam Rice, 1990) mengatakan bahwa motif utama dari berpacaran adalah untuk menikmati kebersamaan dengan orang lain.

Sedangkan menurut Skipper dan Nass (dalam Grinder, 1978) ada beberapa alasan mengapa remaja berpacaran, seperti rekreasi atau

bersenang-senang, mencari status, belajar bergaul atau bersosialisasi dan untuk memilih pasangan hidup. Sedangkan menurut Yvonne Suzy Handayani (dalam

Masrurah, 2000) mengatakan beberapa motif utama mEmgapa remaja berpacaran diantaranya adalah:

a. Untuk mencurahkan hati b. Saling membagi kasih sayang c. Saling percaya dan pengertian d. Menilai karakter

e. Berpegangan tangan f. Pergi berduaan g. Berciuman

(33)

mendapatkan kesenangan, keintiman dan terutama status. Sedangkan remaja akhir, lebih mementingkan aspek hubungan timbal balik, companion ship (kebersamaan) dan sosialisasi. Pada dasarnya, remaja ini berpacaran karena mereka membutuhkannya, baik secara emosional maupun sosial.

Persepsi masyarakat terhadap pacaran kurang menggE1mbirakan bahwa tidak sedikit yang bersifat antipati bahkan mengutuk. Namun semua hanya

bergumam dikerongkongan dan mereka tidal< mampu untuk mencari jalan keluar terhadap masalah tersebut. Tidal< jarang orang tua dan masyarakat memberikan persetujuan kepada anaknya yang memiliki pacar, untuk saling mengenal lebih lanjut dan menambah taraf keintiman mereka dan senantiasa memanfaatkan waktu dan usia yang dijalani dengan mereguk cinta yang sebesar-besarnya.

Biasanya yang sedang kasmaran akan melakukan apasaja demi kekasihnya,

minimal mereka selalu siap untuk melakukan segala ウ・セ[オ。エオョケ。N@ Masa

pacaran hendaknya remaja jangan sampai terlalu jauh baik dari segi

(34)

diinginkan dikemudian hari, karena siapa yang bisa menjamin bahwa akan ada jodoh diantara mereka. Alangkah baiknya jika mernka yang sedang berpacaran ketika bertemu menggunakan waktu yang ada untuk melakukan diskusi ilmiah atau memperbincangkan suatu permasalahan. Justru jangan memperbincangkan misalnya "nanti kalau kila nikah mau punya anak berapa?" ini akan memberi peluang untuk menyerempet kearah negatif.

Ketika kebersamaan dalam pacaran berlangsung sef\ian waktu, beberapa inplikasipun muncul baik positif maupun negatif, mereka berasumsi bahwa jika terdapat kecocokan yang maksimal selama berpacaran, akan menjadi petunjuk dan jaminan untuk keberhasilan dan kebahagiaan dalam

perkawinan yang sesungguhnya. Walaupun terkadang orang yang

berpacaran lantas memiliki tanggung jawab, motivasi dan kesetiaan. Tapi dipihak lain kadang muncul pula pelukan, ciuman, atau lebih jauh lagi. Hal ini kian dianggap biasa ketika banyak muncul lagu-lagu yang bertema cinta dengan bumbu ciuman dan pelukan, sementara banyak gadis yang hamil diluar nikah karena hubungan seks dengan sang pacar.

(35)

karena bila kedua telah merasakan kelejatan dan cita rasa cinta maka akan timbul keinginan lain yang tidak diperoleh sebelumnya".

Orang yang sedang dilanda cinta dalam berpacaran memandang segala sesuatunya mudah, kecil dan bisa dilakukan selama masih ada harapan cintanya. Sedangkan pada saat putus asa dia tidak takut kepada halangan apapun yang berdiri dihadapannya demi melakukan balas dendam. Pada umumnya orang yang sedang jatuh cinta jatuh cinta lid<lk akan tenang sebelum membalas dendam untuk dirinya clan cintanya yang hilang. Jika tidak bisa membalas dendam karena suatu sebab, mereka memilih bunuh diri. lnilah bahaya-bahaya cinta yang bergelora di masa berpacaran, tidak berfaedah dan tidak murni yang berlandaskan pada clasar yang salah.

2.1.4. Faktor-Faktor Penyebab Pacaran

Tumbuhnya rasa cinta kasih adalah fitrah bagi manusia yang diciptakan oleh Allah SWT, agar kehidupan manusia tentram dan bahagia. Tanpa cinta kasih kehidupan manusia terasa hampa dan hambar. Untuk itu Allah

(36)

Artinya: Oijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada

apa-apa yang diingini, yaitu. cinta syahwat kepada i<aum wanita,harta yang

banyai< dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan

sawah ladang. /tu/ah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat

kembali yang baik (surga)". (Q S Al- lmran: 14)

Ayat di atas menjelaskan bahwa Islam tidak mengenal c:inta sebelum

perkawinan. Apalagi dengan pengumbaran nafsu syahwat diluar garis

perkawinan karena dorongan nafsu syahwat yang telah menjadi naluri

manusia sejak lahir cenderung mengajak kepada perbuatan serong yang

dimurkai Allah. Islam mengutamakan cinta sesudah perkawinan, karena cinta

yang dibangun dalam perkawinan adalah cinta yang dijamin oleh Allah, sebab

Dia-lah yang memberikan cinta sebenarnya. Nafsu syahwat terbagi dalam

dua kelompok besar yaitu "nafsu yang dirahmatr dan nafsu yang tidak

dirahmati Allah". Pacaran dikategorikan sebagai nafsu syahwat yang tidak

(37)

menyatu diluar perkawinan. Hal ini biasanya dilakukan dengan dalih sebagai suatu bentuk penjajakan guna mencari partner yang ideal dan serasi bagi masing-masing pihak. Tapi kenyataannya, masa penjajakan itu ticlak lebih dimanfaatkan sebagai pengumbaran nafsu syahwat semata-mata, bukan bertujuan untuk secepatnya melaksanakan pernikahan.

Dalam buku yang berjudul Psikologi Islam, Sayyid Mujtaba Musafi Lari (dalam Khalifah, 2002) mengatakan bahwa cinta merupakan landasan dari aman dan rasa tenang. la merupakan kebutuhan rohani yang dapat dirasakan, tumbuh berkembang bersama waktu. Tidak ada yang ternilai di dunia ini dari pada cinta.

"Pergaulan dengan lawan jenis yang tidak disertai dengan tuntunan akhlaq dan pegangan agama yang kuat, maka akan mengakibatkan pergaulan bebas''. Hal ini diungkapkan oleh Fuad Kauma (1997) yang berjudul Sensasi Remaja Di Masa Puber. Untuk menjaga agar tidak ter1adi pergaulan bebas, Islam telah melarang laki-laki berduaan di tempat sepi, sebab kondisi seperti ini akan mudah mendorong keduanya untuk melakukan yang dilarang

(38)

I

um

I

k----·-···---···-·-... ---·--.. .J

Kita sering terlena oleh kehidupan perkawinan orang-orang Baral, seperti di Amerika dan Eropa yang menggambarkan betapa perlunya pergaulan

sebelum menikah untuk menumbuhkan cinta. Mereka sebagian besar adalah golongan yahudi, Nasrani dan Musyrikin. Konsep kebebasan bergaul,

pembauran antar laki-lakin dan perempuan sebagai ukuran manusia modern dijejalkan pada pemikiran kaum muslimin. Padahal sebenarnya itu

merupakan bagian integral dari pemurtadan yang mereka lakukan. Allah dan Rasulullah menetapkan rambu-rambu dalam pergaulan laki-laki dan

perempuan yang bukan muhrimnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-lsra ayat 32:

(32 · .,.\

.

Y-",

:11.)

セ@

...

セlM .b セ|NY@

·.

セ@

;U1

·• .. 11

iGL⦅セN@

':f

3 -

u

MセNy@

Y.YJ

3

Artinya: " Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk ". ( Q.S Al- lsra : 32 )

Menurut Al-Mukaffi (1999) mendekati zina adalah segala tindakan yang menjurus kepada zina. Seperti berpandangan mata, berpegangan tangan, menggenggam tangan, berciuman, dan seterusnya.

(39)

2.2. Perilaku

Seksual

2.2.1. Pengertian Perifaku Seksual

Seks adalah suatu perbincangan yang sensitif, dan cukup kontroversial selama ini. Seksualitas menyangkut berbagai dimensi seperti sosial, psikologis, agama dan lain-lain, dari dimensi agama ya1tu erat kaitannya dengan norma dan hukum agama yang melarang umatnya untuk tidak mendekati dan melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Adapun keinginan para remaja untuk dapat melakukan hubungan seksual sebelum menikah yang dikarenakan adanya dorongan seksual yang tinggi. Dorongan seksual bisa diekspresikan dalam berbagai perilaku, namun tentu saja tidak semua perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual seseorang. Ekspresi dorongan seksual atau perilaku seksual ada yang aman dan ada yang tidak aman. Baik secara fisik, psikis, maupun sos1al. Setiap perilaku seksual memiliki konsekuensi yang berbeda.

(40)

berperilku seksual dari berciuman, berpelukan dan ada pula yang sampai

pada hubungan seksual.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001) kecenderungan diartikan

kecondongan, kesudian, keinginan, kesukaan hati akan sesuatu. Sawitri

(2001) menjelaskan bahwa perilaku seksual merupan suatu perilaku yang

dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh kenikmatan seksual terutama

orgasme.

Sarwono ( 1994) menjelaskan perilaku seksual adalal1 segala tingkah laku

yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan

sesama jenis. Sedangkan bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam,

mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan

bersenggama. Duvall clan Miller (1985) berpendapat clalam ekspresi kasih

sayang yang bersifat fisik perilaku seksual yang dilakukan mempunyai titik

tertentu mulai dari sentuhan tangan, berpegangan tangan, pelukan, ciuman,

petting sampai pada hubungan seks.

Hadisumartono (1991 ), mengatakan perilaku seksual aclcilah hubungan seks

antara seorang pria cl·3n wanita dewasa baik dorongannya, pasangannya

maupun caranya ada!ah normal dan perilaku seksual ini tidak terbatas hanya

hubungan seks saja, ietapi juga mencakup bercumbuan, berciuman,

(41)

perilaku seksual manusia mencakup kepribadian, sikap, dan seluruh

perilakunya sehari-hari. Jadi perilaku seksual manusia adalah aktivitas antara dua orang yang berlainan jenis yang mempengaruhi kegiatan seksual serta dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial. Ketiga faktor tersebut

berpengaruh secara simultan sepanjang hayat

Sedangkan Bachtiar (2004) mengartikan perilaku seksual sebagai perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan

kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku. Seperti berfantasi, masturbasi, cium pipi, berpegangan tangan, dan sebagainya.

Namun dengan banjirnya berbagai informasi tentang seks, mambuat dampak yang nyata pada remaja yang memang sedang mengalami percepatan

pertumbuhan fisik dan pemasakan alat-alat r·eproduksi. !3ekarang remaja sudah cukup banyak tahu tentang seks baik lewat media massa atau buku porno atau melalui pembicaraan dari mulut ke mulut. lnformasi itu mungkin benar mungkin pula menyesatkan, sehingga bisa merangsang dorongan-dorongan seks remaja. Dalam kenyataannya organ-organ seks mereka

(42)

norma agama dan adat melarang hubungan seksual dilakukan diluar pernikahan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dikatakan bahwa kecenderungan perilaku seksual adalah keinginan atau tendensi untuk melakukan aktivitas yang didorong oleh hasrat seksual baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain yang dapat memberikan penyaluran dorongan seksual seseorang.

Perilaku seksual biasanya diawali dengan adanya individu secara khusus mempelajari pasangannya untuk mengenal kepribadiannya apakah memadai sebagai pasangan suami isteri kelak. Dalam proses pacaran ini biasanya terdapat aktivitas seksual yang disebut percurnbuan, yaitu suatu aktivitas mengadakan kontak fisik antara dua orang yang saling rnencintai dan sangat dikuasai oleh erotisme.

(43)

2.2.2. Faktor-Faktor Yang Mendorong Perilaku Seksual

Mengapa saat ini ada beberapa remaja khususnya remaja putri yang berani melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Ada sementara orang beranggapan bahwa hubungan seksual itu terjadi hanya karena ikut-ikutan teman, mengikuti arus atau mode, namun ada pula 11ang karena tertipu atau diperkosa (kompas, 5 Oktober 1992). Tetapi pada dasarnya ada yang sering mencampur adukan antara perasaan cinta dengan seks, mereka

beranggapan bahwa seks adalah salah satu bentuk ekspresi darl perasaan cinta. Juga remaja putri beranggapan bahwa itu merupakan persiapan menuju perkawinan seperti yang dikemukakan oleh Coan (1983).

Namun kenyataan yang ada sekarang ini, di luar dijual kondom dan alat-alat kontrasepsi yang lain, sehingga anak-anak yang mempunyai uang bisa membeli. Di tempat-tempat rekreasi banyak penginapan-penginapan yang disewakan. Tentu saja hal ini mempermudah juga bagi anak-anak yang punya cukup uang, punya kesempatan, ditambah lagi dengan acara televisi dan media elektronik yang dapat menyajikan adegan yang porno, juga bacaan-bacaan pada media cetak yang kesemuanya dapat mendorong remaja melakukan tingkah laku seksual (Sarwono, 1988).

(44)

a. Adanya keinginan untuk membuktikan kematangan seksual, b. Untuk menggali hal-hal yang belum dilakukan,

c. Untuk menyalurkan dorongan-dorongan seksual, d. Adanya kenyataan bahwa mereka saling jatuh cinta,

e. Adanya kebutuhan fisik dan emosi untuk melakukan dan mendapat kepuasan seks.

Sedangkan Hurlock (1973) mengemukakan adanya perbedaan alasan yang diberikan oleh remaja putra dan putri dalam hal melakukan hubungan seksual. Pada remaja putra menekankan pada masalah penghargaan dari teman sebaya dan berhubungan dengan pemuasan secara fisik. Sedangkan pertimbangan pada remaja putri menekankan pada faktor emosi dan

keintiman

Faktor-faktor tersebut menurut Sarwono (1994) antara lain:

a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan libido seksual remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

b. Penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia nikah, maupun karena norma sosial yang makin lama makin menuntut

(45)

c. Tabu atau larangan, dimana seseorang dilarang untuk melakukan

hubungan seks sebelum menikah. Bagi remaja yano tidak dapat menahan diri akan mendapat kecenderungan untuk melanggar larangan tersebut. d. Kurangnya informasi tentang seks

Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin mencoba, akan

meniru apa yang dilihat atau didapat dari media massa, karena pada umumnya mereka belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orang tuanya.

e. Orang tua

Ketidaktahuan maupun sikap yang masih mentabukan pembicaraan tentang seks dengan anak.

f. Pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat. Di pihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan yang

makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita sejajar dengan pria.

Sedangkan Abu Ghifari (2004) berpendapat bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi penyimpangan seksualitas pada remaja disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, antara lain:

(46)

seperti perkembangan emosional yang labil, mengalami hambatan dalam pergaulan yang sehat, kurang mendalami norma agama, kurang dapat

menggunakan waktu luang, berada dalam kelompok yang tidak baik dan

sebagainya.

2. Kualitas lingkungan keluarga (faktor eksternal)

3. Kualitas lingkungan tidak sehat (faktor eksternal)

misalnya lingkungan yang tidak ada pengajian agama dan lingkungan masyarakat yang te/ah mengalami kesenjangan komunikasi antar tetangga.

4. Kurangnya informasi seks yang benar (faktor eksternal)

Remaja yang ing1n memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap seks, selalu mencari sumber infcrmasi untuk memuaskan rasa ingin tahunya itu. Oleh karena itu perlu dibenkan informasi seks yang benar dan

konprehensif terutama dari orang tuanya.

Demikianlah kira-kira beberapa faktor dan alasan mengapa saat ini telah banyak terjadi hubungan seksua/ di kalangan remaja.

2.2.3. Bentuk-bentuk Perilaku Seksual

(47)

merangkul pinggang, berciuman pipi, berpelukan, berciuman bibir, berciuman bibir sambil saling memainkan lidah (deep kissing), mencium leher,

berciuman bibir sambil berpelukan, berciuman bibir sarnbil meraba tubuh bagian tertentu, meraba payudara di luar pakaian, rneraba payudara di balik pakaian, mencium payudara, meraba alat kelamin di luar pakaian, meraba alat kelamin di balik pakaian, mencium alat kelamin, merangsang atau dirangsang alat kelamin dengan tangan, merangsang atau dirangsang alat kelamin dengan mulut (oral seks), saling menernpelkan alat kelamin di luar pakaian, saling menempelkan alat kelamin di balik pakaian dan berhubungan kelamin (senggama, coitus). Yang dapat dibagr rnenjadi bentuk perilaku seksual secara garis besar.

1. Masturbasi/ onani

(48)

2. Berpegangantangan

Yaitu aktivitas seksual pra-senggama dimana remaja saling bergandengan tangan atau meremas tangan pasangannya secar tidak normal meskipun masih perlu dipertimbangkan menurut norma agama.

3. Berciuman

Perilaku ini mulai dari hanya sekedar ciuman ringan sampai pada deep kissing yang menggunakan dan memainkan lidah dan bibir. Biasanya ciuman digunakan remaja untuk mengekspresikan rasa cinta pada pasangan.

4. Petting atau bercumbu

Yaitu aktivitas fisik secara seksual antara laki-laki dan perempuan yang lebih dari sekedar berciuman atau berpelukan yang mengarah pada pembangkitan gairah seksual, namun tidak sampai pada berhubungan kelamin. Bentuk aktivitas ini biasanya melibatkan sentuhan dan manipulasi daerah-daerah erogen pasangan, seperti menjamah payudara pasangan wanita atau alam kelamin pasangan. Petting tetap dapat menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan walaupun tanpa melepas pakaian karena sperma tetap bisa masuk ke dalam rahim, sedan;ikan sperma itu sendiri memiliki kekuatan untuk

(49)

5. Berhubungan intim

Yaitu adanya kontak atau penetrasi penis ke dalam vagina. Pada umumnya hubungan seks ini merupakan tujuan akhir dari perilaku seks lainnya, karena ini merupakan tuntutan dorongan seksual yang sebenarnya. Sebab dengan melakukan itu orang dapat mencapai orgasme yang dirasakan sebagai suatu sensasi erotik yang menyenangkan.

Sedangkan perilaku seksual berdasarkan aktivitas seksual menurut Kinsey (1953) dan Duvall dan Miller (1985) adalah bersentuhan (touching),

berciuman \kissing), bercumbu (petting), dan berhubungan kelamin (sexual intercours17).

2.2.4. Perilaku Seksual Remaja

Masa remaja, merupakan masa di mana seorang anal< terlihat adanya pen;bahan-perubahan pada bentuk tubuh yang disertai clengan perubahan struktur dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksua/ primer dan karakteristik seksual sekunder. Pematangan kelenjar pituitary

berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan ciri-cirinya sebagai perempuan dan laki-laki dewasa (Waspada online).

Karakteristik seksual primer mencakup ー・イャセ・ュ「。ョァ。ョ@ orqan-organ

(50)

dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin, misalnya pada remaja putri ditandai dengan pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pembesaran suara, tumbuh bulu di dada, kaki dan kumis (Yusuf, 2001)

Seks adalah bagian dari kehidupan manusia, sesuatu yang ada dan tidak ditolak, sesuatu yang muncul dan bisa menimbulkan berbagai masalah apabila tidak dikendalikan, diatur, diredam secara baik (suarakarya online). Remaja merupakan masa yang paling kritis sekaligus paling rentan terhadap persoalan seks. Hal ini tidak saja disebabkan'.oleh membludaknya informasi yang dapat diakses secara bebas khususnya menyangkut seksualitas atau perilaku pornografi lainnya Akan tetapi secara biologis ada pertumbuhan di dalam diri remaja yang merangsang dan rnendorongnya untuk rnenumpahkan kebutuhan seksualnya. Perturnbuhan ini pula dipengaruhi dari faktor internal juga eksternal seperti lingkungan.

(51)

Tugas perkembangan yang berhubungan dengan seks yang harus dikuasai adalah pembentukan hubungan baru dan yang lebih matang dengan lawan jenis, kondisi sekarang ini sering terjadi adalah adanya istilah berpacaran yaitu dengan menjalin hubungan cinta kasih dengan lawan jenis sebelum adanya akad nikah. Salah satu perwujudan dari kapasitas keintiman adalah menjalin cinta kasih dengan lawan jenis yang disahkan dalam suatu ikatan sakral yaitu pernikahan. Dengan terjadinya keingintahuan yang tinggi dan latar belakang keagamaan yang kurang sering terjadi adanya remaja yang melakukan hubungan suami istri sebelum menikah atau dengan kata lain perz1naan.

Saat remaja mu/ai merasakan aktifitas seksua/nya, terjadi perubahan pola berpikir yang ada sebelumnya menganggap hal tersebut dilarang, namun sekarang sudah menjadi gaya hidup remaja. Sering dengan peri/aku dan aktifitas seksualnya, sering terjadi kehamilan pada saat remaja tersebut belum terikat pada sebuah hukum perkawinan, yang mengakibatkan

(52)

2.3. Kerangka Berpikir

Masa remaja merupakan masa di mana seorang anak terlihat adanya perubahan-perubahan dalam bentuk tubuh yang disertai dengan perubahan struktur dan fungsi fisiologis (kamatangan organ-organ seksual). Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Pematangan kelenjar pituitary

berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan ciri-cirinya sebagai perempuan dan laki-laki dewasa, sehingga remaja akan mengalami mulai adanya rasa ketertarikan antar lawan jenis, yang kemudian diekspresik'ln melalui sebuah ikatan yang biasa disebut oleh remaja dengan istilah berpacaran.

Berpacaran merupakan salah satu proses untuk saling mengenal pribadi masing-masing pasangannya sebelum mereka masuk kejenjang pernikahan. Proses berpacaran dianggap sebagai suatu hal yang biasa dijalani pada masa remaja. Dengan sebuah harapan bahwa dengan berpacaran tidak akan menimbulkan kekecewaan setelah mengarungi bahtera rumah tangga.

Namun fenomena yang terjadi saat ini justru berubah. Berpacaran yang pada awalnya dilakukan untuk mengenal kepribadian pasangannya sebelum

(53)

yang ringan seperti berpegangan tangan, merangkul pin()gang, berciuman pipi, berpelukan, berciuman bibir, berciuman bibir saling memainkan lidah

(deep kissing), mencium leher, Berciuman bibir sambil berpelukan,

berciuman bibir sambil meraba tubuh bagian tertentu, meraba payudara di luar pakaian, meraba payudara dibalik pakaian, mencium payudara, meraba alat kelamin diluar pakaian, meraba alat kelamin dibalik pakaian, mencium alat kelamin, merangsang atau dirangsang alat kelamin clengan tangan, merangsang atau dirangsang alat kelamin dengan mulut (oral seks), saling menempelkan alat kelamin di balik pakaian, dan sampai dengan

berhubungan kelamin (senggama, coilusLPada sebagian orang, saat ini perilaku seksual yang telah dianggap wajar pada masa berpacaran aclalah berciuman (kissing), yang justru telan keluar dari budaya ketimuran bangsa.

(54)

cinta untuk melakukan perilaku seksual yang tanpa dosa. Cinta inilah yang disebut cinta birahi.

Namun demikian perilaku seksual yang dilakukan sebagian remaja saat ini tidak hanya dilakukan alas dasar cinta terhadap pasangannya (pacarnya) tetapi dapat juga dilakukan tanpa ada rasa cinta dan tanpa adanya status pacaran, yang biasanya perilaku seksual tersebut dilakukan hanya untuk memenuhi kebutuhan seksual semata.

Kebutuhan seksual memang merupakan naluri yang dimiliki oleh setiap

manusia. Tetapi hendaknya kebutuhan tersebut disalurkan dengan jalan yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu bahwa perilaku seksual hanya dapat

dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki sebuah ikatan yaitu ikatan pernikahan. Ajaran Islam mengajarkan bahwa setiap insan harus bisa menjaga pandangan matanya, baik perempuan ataupun laki-laki karena ketertarikan terhadap sesuatu berawal dari sebuah pandangan.

Telah berkata Jurair bin Abdullah R. A

rL

3

.yb ju

I

セ@

ju

I

J

_J-UJ _)

NNZZNNjセ@

:

JU

NQセ@

I

セ@

セ@ セセyゥ^M

L;c

.:i3\.:i

Y.\3

セS@

.JA::..\

03_))

セセ@

w.Y-""'I

Zjャセ@

セTMYji@

fa

Uc

(55)

•s1:1AHJt1)

MセMᄋMMMMMMMMMMMMMセMM

·---

...

}

Artinya : " Saya bertanya kepada Rasulallah tentang pandangan yang tiba-tiba, maka Rasulallah menyuruh saya mema!ingkan pandangan mata saya".

(H.R. Ahmad, Muslim, Abu Dawud dan Turmidzi)

Dipertegas lagi sebagai tafsirnya ucapan Rasulallah SAW kepada Ali bin Abi Thalib R. A

Rasulallah SAW bersabda :

[セセ|@

ccl.l

, .. ,,"

1\3

セQ@

ccl.l

,;y:,_J1 ;>J.11

&

'l

Aセ@

y

(r.Si-i.)J\3 .::.3\j y,13

セ]Mi@

o\3.J)

Artinya : "Hai Ali janganlah perturutkan satu pandangan kepada pandangan yang lain, karena sesungguhnya buatmu adala/J pertama dan bukan yang

terakhir ( kedua) ". ( H.R Ahmad, Abu Dawud dan Turmidzi).

Selanjutnya dalam hadits yang lain berkata Beliau berkal:a pula :

0-"

|ェセ@

|Ksケセ@

..JJI

セaャ@

r4-ui

u-Q

ヲGセ@

セ@

;y:,_J1

セ@ .. セ@ .;,.:; )b .b....i

liw\ -

i -. :. .

'W .&I owl .&I

' • i..s-

3

. ..

..

(..).:;>-

3

y

ls'

(56)

dikaruniai oleh Allah keimanan yang terasa manis didalam hatinya.

Khalasatul kalam". (H.R. Hakim).

Perilaku seksual yang dilakukan sebelum adanya ikatan pernikahan (masa berpacaran) untuk saat ini telah marak terjadi baik dilakukan oleh remaja awal, madya, ataupun remaja akhir. Mahasiswa atau mahasiswi yang

biasanya berada pada masa remaja madya dan remaja akhir. Alasan remaja melakukan perilaku seksualpun bermacam-macam ada yang karena ikut-ikutan, karena mengikuti arus mode dan ada juga yang mengatasnamakan cinta. Mereka menganggap bahwa seks adalah ekspres1 dari perasaan cinta. Salah satu faktor yang menyebabkan seorang remaja melakukan hubungan

'

seksual adalah kurangnya informasi tentang seks, dan pergaulan yang terlalu bebas antara perempuan dan laki-laki yang kemudian menghilangkan jarak antara perempuan dan laki-lakisebagai akibat dari adanya perubahan peran perempuan yang saat ini telah disejajarkan dengan laki-laki.

(57)

Na mun demikian tak dapat dipungkiri bahwa hampir sebagian besar remaja yang berpacaran cenderung melakukan perilaku seksual, baik dimulai dari perilaku seksual yang ringan seperti berpegangan tangan maupun sampai melakukan hubungn intim. Lalu bagaimana dengan remaja yang tidak

berpacaran apakah akan cenderung melakukan perilaku seksual seperti yang dilakukan remaja yang berpacaran? Hal inilah yang ingin diketahui penulis mengingat seks merupakan sesuatu yang tak dapat ditolak dan menjadi bagian dari kehidupan manusia.

Perbedaan perilaku seksual remaja yang berpacaran dan remaja yang tidak berpacaran

Perilaku Seksual

/

Remaja berpacaran Perilaku seksual : 1. Masturbasi/ onani 2. Berpegang tangan 3. Berciuman

4. Petting

Bagan 1. Perilaku seksual

(58)

2. 4.

Hipotesis

1. Hiotesis Nol (Ho) : Tidak ada perbedaan yang signifikan peri!aku seksual antara remaja yang berpacaran dan rernaja yang tidak berpacaran.

(59)

METODOLOGI PENELITllAN

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu

dimana data atau hasilnya diolah dan disajikan dengan menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran data. dan penampilan dari hasil penelitiannya.

Sedangkan metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk

menemukan atau memperoleh data yang diperlukan (Suhartono). Adapun metode penelitian yang digunakan adalah komparatif yang juga dapat dimasukkan dalam golongan penelitian causal comparative studies, yaitu

penelitian yang dilakukan untuk membandingkan dua atau tiga kejadian dan melihat penyebab- penyebabnya, penelitian ini juga mencari permasalahan dan perbedaan fenomena yang selanjutnya mencari arti atau persamaan dan

(60)

3.1.2. Definisi Variabel dan Operasional Variabel

Definisi Variabel

Untuk dapat meneliti suatu konsep secara empiris harus dioperasionalkan dengan merubahnya menjadi variabel. Variabel adalah symbol atau lambang yang dapat dilekatkan bilangan atau nilai (Kerlinger, 1993). Sedangkan menurut Suyadi Suryabrata (1989), variabel ada/ah segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian yang dianggap sebaga faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.

Dalam penelitian ini, penulis menyajikan dua variabel, yaitu variabel bebas

(independent variabel) adalah variabel yang dipandang sebagai sebab kemunculan dan variabel terikat (dependent variabel) adalah konsekuensi atau yang dipandang sebagai akibat. Adapun kedua variabe/ tersebut adalah

Variabel bebas (X1) yaitu Remaja yang berpacaran, (X2) remaja yang tidak berpacaran. Variabel terikat ( Y) yaitu Perilaku Seksual.

Definisi Operasional Variabel

(61)

a. Pacaran adalah hubungan antara pria dan wanita yang diawali dari perkenalan dilanjutkan dengan pertemuan, pengungkapan rasa cinta dan adanya rasa saling memiliki, sehingga akhirnya timbul perasaan bahwa semua yang mereka lakukan didasarkan atas cinta. Hubungan ini

berlangsung diluar pernikahan dan membutuhkan kornitmen dari kedua belah pihak serta bertujuan untuk lebih saling rnengenal dan rnenikrnati aktivitas sosial bersama.

b. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesarna jenis. Sedangkan bentuk tingkah laku ini berrnacarn-rnacam, mulai dari perasaan tertarik sarnpai tingkah laku berkencan, bercurnbu, dan bersenggama.

3. 2. Pengambilan Sampel

3.2.1. Populasi dan Sampel

Populasi

Menurut Sugiono (2002) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau Subyek yang rnernpunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kernudian ditarik

kesimpulan. Populasi dalarn penelitian ini adalah rnahasiswa-rnahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mengingat akan tidak dimilikinya garnbaran yang lengkap tentang populasi yang rnemenuhi kriteria, maka peneliti

(62)

Sampel

Guilford dan Fruchter (1978) menje/askan sampe/ yang berjumlah sedikitnya 30 orang dapat dinyatakan

sebagai ju111lal'1 yang m@ndekEiti b@ntuk

normfill

dari suatu populasi dan merupakan jumlah yang dapat cligunakan sebagai sampel dari suatu populasi dari suatu penelitian, selama penyebaran

distribusi sampel tersebut tidak menyeleweng jauh dari kurva normal. Lebih lanjut lagi, Guilford dan Fruchter juga menyatakan bal1wa penggunaan sampel dalam jumlah yang semakin besar, akan semakin mengurangi terjadinya bias yang dapat ditemui, dibanding jika menmiunakan sampel dalam jumlah yang kecil. Terlebih lagi penggunaan sampel dalam jumlah yang semakin besar, juga akan meningkatkan reliabilitas dari hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu jumlah sampel yang akan diteliti adalah 60 orang yang terdiri dari 30 mahasiswa-mahasiswi yang berpacarnn dan 30

mahasiswa-mahasiswi yang tidak berpacaran.

3.2.2. Tekhnik Pengambilan Sampel

(63)

"In non-probability sampling, there is no way estimate the probability each

.

'

element has of being include in the sample and no asurance that every element has some chance of being include "

Pernyataan Kidder dan Judd tersebut menjelaskan bahwa dengan metode ini, peneliti tidak dapat memperkirakan kemungkinan tiap kEilompok populasi terwakili dalam sampel dan tidak dapat dipastikan bahwa semua kelompok populasi memiliki kemungkinan untuk terwakili dalam sampel. Keuntungan dalam metode ini adalah memudahkan dalam pelaksanaan pengambilan responden, sehingga dapat menghemat pengeluaran biaya dan jumlah waktu. Sedangkan kekurangan dari metode ini, disebabkan karena tidak semua individu dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian, sehingga hasil yang diperoleh tidak dapat

digeneralisasikan pada populasi yang lebih luas. Yang dimaksud oleh Kidder dan Judd adalah penggunaan metode non-probabilitas pada suatu populasi yang sangat heterogen, mungkin memperoleh responden yang tidak mewakili tiap kelompok dalam populasi tersebut. Sedangkan yang dimaksud dengan

incidental sampling tehnique adalah cara pengambilan responden yang

memenuhi kriteria dan yang bersedia menjadi responden adalah sampel yang lebih bersedia atau yang paling mudah ditemui.

(64)

" In incidental sampling, one simply reaches. Out and takes cases that are at hand, continuing the process until the sample reaches a designated size ".

Pernyataan Kidder dan Judd tersebut menjelaskan bahwa dengan tekhnik ini, peneliti 'hanya' perlu ada dalam populasi dan mengarnbil sembarang

responden yang ada dalam populasi tersebut untuk berpartisipasi dalam penelitian sampai mendapatkan jumlah sampel yang diinginkan oleh peneliti. Kelebihan dari tekhnik ini adalah kesederhanaan, karena sampel dapat merupakan individu yang pertama kali ditemui atau dapat merupakan individu yang memiliki hubungan yang dekat dengan peneliti. Seperti yang digunakan oleh Guilford (1978), yaitu:

" The term incidental sampling is applied to those wich are taken because they are the most available".

Pernyataan Guilford tersebut menjelaskan bahwa tekhnik incidental sampling digunakan karena sampel yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini

(65)

3.3. Pengumpulan Data

3.3.1. Metode dan lnstrumen Penelitian

Untuk memperolah data yang dibutuhkan dalam penelitian ini penulis

menggunakan tehnik pengumpulan data yang berupa skala perilaku seksual. Pernyataan dalam perilaku seksual berdasarkan teori Wimpie dalam bentuk skala Liker!. Responden diminta untuk menyatakan kes(:itujuan atau

ketidaksetujuan terhadap isi pernyataan, yang dibagi dalam empat katagori jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju(S), Tidek Setuju (TS), dan Sangat

Tidak Setuju (STS). Penulis menetapkan penskoran dari 1-4 untuk dua katagori Favorable dan Unfavorable. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada label di bawah ini:

pGッゥセQMMセ@

I

2

) _ _ 3

-L 4

Tabel 3.1

Bobot Nilai

」MMMMMMMMMセ@

-Favorable

u

nfavorable

STS SS

TS

s

s

TS

----1

[image:65.522.30.460.53.586.2]
(66)

Tabel 3.2

be/um Uii Co b a

Perilaku Seksual lndikator rable Unfavorable Jumlah

イセ@

- - - ---- --

----Blue Print Skala Perilaku s・ォセオャ。セZセセ@

-·--- ----セᄋMM

Masturbas1 I Onarn a Tangan 44 13, 58 4

- ---·---··

b. Benda 2 9 2

ゥセMQRセ@

·1

-

··1----··-·---

---···---2 Berpegangan Tangan

.•.

3 Berciuman

--- - - · - - ·

4 Petting/ Bercumbu

c. Fantasi 1

..

---a. Menggenggam 59

··-

---b. Menggandeng

---·

---c. Meremas 4

a. Mencium Tangan ·---1---2 MMMMセ@

エセMWZセZ@

MセQQWゥウセッセ@

1

---b. Mencium Kening 47

c-:-Mendum

Pli:T·-·

____

., ____

' 56

d."Mencium bibif ____ 39,48 ··--.. ·--a. Mencumbu Leher 2,41

-b. Meraba Payudara --i-· 18

11 2

---37, 51 4

- ·

8 2

---

-22 2

25 2

10,40 4

---···---·

38, 50,60 6

- - ·

--27, 33, 52,54 8 19, 30, 36 6 23, 35 4

1-. .... , ____ -

-··---⦅ョセゥ[LUZTセ@

- ----· ---·-セMMMMMMM

c. Meraba Alat Kelami 3, 55 46, 49, 57, 6

· - - ---·--- ---·---·· ..

___

..

_

---·--l-5 Hubungan lntim Bersenggama

· · - - - · - - · ·

Total

\ _ . . . . ___ , ..

__

•.

]エセMMセS@

26,45 31, 34, 42, 53 8

ᄋMMセMMMM

-·---0 30 60

----

--3.3.2. Tekhnik Uji Coba lnstrumen

Sebe/um instrumen digunakan da/am penelitian yang sebenarnya, ter/ebih dahulu dilakukan uji coba atau try out pada tanggal 10 oktober 2006, hal ini bertujuan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Untuk tujuan tersebut,peneliti menyebarkan 60 item dalam bentuk ska/a kepada 65

responden.

3.3.3. Validitas lnstrumen

[image:66.527.32.442.44.426.2]
(67)

alat terseb

Gambar

Tabel 3.1 」Mセ@Bobot Nilai -u
Tabel 3.2 Blue Print Skala Perilaku s・ォセオャ。セZセ@be/um Uii Co b a
Tabel 3.3
Tabel 3.4 vorable Unfavorable Jumlah -
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis ortogonal polynomial, bahwa respons perlakuan bersifat linier, artinya produksi getah akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya ukuran mata

• Argumentasi secara syar’i terhadap perintah ibadah yang berkaitan dengan posisi matahari pada saat awal waktu salat dan posisi hilal di atas ufuk pada saat matahari

Bagi Peserta Lelang yang merupakan Badan Usaha dapat diwakilkan dengan ketentuan WAJIB membawa surat kuasa atau surat tugas dari pimpinan perusahaan (isi surat tugas memuat

Berdasarkan karakteristik pekerjaan sebagian besar responden (74%) memiliki pekerjaan sebagai petani. Sumber material adalah salah satu alat ukur untuk melihat

(SERATUS EMPAT PULUH LIMA MILIAR SEMBILAN RATUS TUJUH PULUH TUJUH JUTA ENAM RATUS DELAPAN PULUH ENAM RIBU RUPIAH)5. (dalam

- Responden meskipun sudah di vonis HIV positif namun pada area ini orientasi seksual dan perilakunya belum berubah komitmen di pilih tanpa pemikiran yang matang dengan

Kedua, hasil akreditasi belum menunjukkan indikator akuntabilitas satuan pendidikan secara maksimal, baik kepada pemerintah, masyarakat, orang tua siswa, maupun siswa, seperti

Apakah faktor audit client tenure berpengaruh terhadap pemberian opini. going concern pada perusahaan