LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kerja Praktek Program Strata I Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia
Oleh:
A BASIT FAUZI NUGRAHA 21108171
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
i
Alhamdulilah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan ridho-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, akhirnya penulis dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini dengan baik.
Penulisan Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) yang berjudul “Tinjauan Atas Pelaksanaan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerrintah Provinsi Jawa Barat”, ini disusun sebagai salah satu syarat matakuliah dan kelulusan.
Dalam penyusunan Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, kemampuan, serta pengalaman penulis. Namun penulis mengharapkan semoga Laporan Kuliah Kerja Praktek (KKP) ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pihak lain yang memerlukan.
Atas segala petunjuk dan bimbingan yang telah penulis dapatkan maka dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, Msc, Selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.
ii
Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
5. Wati Aris Astuti, SE., M. Si. Ak Selaku Dosen Pembimbing yang penuh keikhlasan berkenan memberikan bimbingan, membina dan mengarahkan penulis sehingga laporan ini dapat selesai.
6. Ony Widilestariningtyas, SE.,M.Si, Selaku Dosen Wali kelas Ak 4.
7. Hj. Rina Mutmainah, SE., M.Si Selaku Kepala Bagian Akuntansi dan Pelaporan pada SEKDA Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat 8. Dindin Mahpudin.,SE., M.Ak., Ak selaku pembimbing Bagian Akuntansi
dan Pelaporan pada SEKDA Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbng penulis selama melakukan kerja praktek.
9. Seluruh Staf dan Pegawai yang bekerja di Biro Keuangan Bagian Akuntansi dan Pelaporan.
10. Kedua Orangtua, untuk semua yang telah diberikan kepada penulis atas doa, dukungan, dan kasih sayang. Semoga ibu dan bapak selalu diberi kesehatan dan rejeki yang berlimpah serta selalu dalam lindungan Allah SWT.
iii
13. Semua pihak yang ikut membantu dan terlibat dalam penyusunan laporan KKP ini.
Dengan segala keterbatasan, penulis memohon maaf apabila tulisan kurang berkenan. Semoga apa yang telah penulis sajikan dalam Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak yang membaca.
Akhir kata, semoga kebaikan mereka yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT, Amien.
Bandung, Desember 2011 Penulis
1
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Reformasi yang dimulai terjadi beberapa tahun yang lalu di negara kita telah
merambah hampir ke seluruh aspek kehidupan khususnya ekonomi. Salah satu
aspek yang dominan adalah aspek pemerintah. Aspek yang dimaksudkan disini
adalah aspek hubungan pemerintah pusat dan daerah. Pada aspek ini mencuat isu
adanya tuntutan otonomi (hak yang mengatur sendiri) yang lebih luas dan nyata
yang harus diberikan kepada pemerintah daerah. Otonomi daerah yang sedang
bergulir saat ini sebagai bagian dari adanya reformasi atas kehidupan bangsa, dan
oleh pemerintah pusat telah ditampung dalam UU No.22/1999 tentang pemerintah
daerah.
Pemerintah pusat memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah
untuk mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat yang didasarkan pada asas desentralisasi atau lebih dikenal
dengan otonomi daerah. Otonomi daerah berdampak pada penyelenggaraan
pemerintahan secara pribadi, peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota memperkuat Pemerintah daerah
untuk melaksanakan otonomi daerah berdasarkan urusan yang menjadi
Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasari UU No. 22 tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah sejak tahun 2001, yang kemudian direvisi
dengan UU Nomor 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang luas untuk
mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan
pemerintah pusat. Selain itu, UU tersebut memberikan penegasan bahwa daerah
memiliki kewenangan untuk menentukan alokasi sumber daya ke dalam
belanja-belanja dengan menganut asas kepatutan, kebutuhan dan kemampuan daerah
(Nugroho, 2010).
Dengan ditetapkannya Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
pengelolaan keuangan daerah tentang sistem dan prosedur pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah, memastikan bahwa penyusunan
perencanaan dan pengangaran harus didasarkan pada PP Nomor 58 Tahun 2005
agar penyusunan dan pelaksanaan anggaran daerah lebih terjamin untuk
dilakukan, sejalan dengan pentinggnya peranan anggaran maka setiap dinas
menyusun serta melaksanakan anggaran belanja Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD). Anggaran ini disusun untuk menjaga agar kegiatan operasional berjalan
sesuai dengan indikator dan tolak ukur anggaran yang telah ditetapkan.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merupakan satu kesatuan yang tak
dapat dipisahkan dalam upaya penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
masyarakat. Misi utama dari UU 22/1999 dan UU 25/1999 bukan sekedar
keinginan untuk melimpahkan kewenangan dan pembiayaan dari Pemerintah
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan sumber daya keuangan daerah
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat.
Semangat desentralisasi, demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas harus
acuan dalam proses penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses
pengelolaan keuangan Pemerintah Daerah pada khususnya.
Sebagai penjabaran dari UU 25/1999 dalam bidang pengelolaan keuangan
daerah, pemerintah mengeluarkan PP 105/2000 yang antara lain menjelaskan:
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) merupakan dasar
pengelolaan keuangan Daerah dalam tahun anggaran tertentu yang berisi
sumber pendapatan dan penggunaan dana Pemda;
Struktur APBD disusun dengan pendekatan kinerja, yang memuat sasaran
yang diharapkan menurut fungsi belanja, standar pelayanan yang
diharapkan dan perkiraan biaya satuan komponen kegiatan yang
bersangkutan, bagian pendapatan APBD yang membiayai belanja
administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja modal/
pembangunan;
Kepala Daerah menyusun laporan pertanggungjawaban Keuangan Daerah
yang terdiri atas Laporan Perhitungan APBD, Nota Perhitungan APBD,
Laporan Aliran Kas, dan Neraca Daerah.
Didalam semua kegiatan diharuskan adanya sistem informasi yang baik dan
memberikan nilai tambah terhadap proses produksi, kualitas, manajemen
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah serta keunggulan kompetitif
pengendalian dalam sebuah sub sistem memiliki kaitan yang erat. Untuk
melakukan segala sesuatu tentunya pasti ada prosedurnya yang artinya suatu
urutan kegiatan yang biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen
atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam kepada
transaksi yang terjadi di sebuah perusahaan maupun instansi. (Muhammad.Sy,
2011)
Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu unsur
dari organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat yang bertugas mengelola
seluruh keuangan organisasi tersebut.
Dalam aktivitasnya Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
mempunyai tugas pokok dalam mengkoordinasikan pengelolaan keuangan daerah
yang meliputi keseluruhan kegiatan dalam rangka proses pelaksanaan administrasi
APBD, yang terdiri dari :
a) Perencanaan
b) Pelaksanaan
c) Penatausahaan
d) Pertanggungjawaban
Selain itu, biro keuangan juga memiliki fungsi dalam mengelola keuangan
daerah sebagai berikut :
a) Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan APBD, meliputi kegiatan
penatausahaan sampai dengan pengendalian Administrasi pengelolaan
b) Mengkoordinasikan perhitungan APBD dalam rangka laporan
pertanggungjawaban Gubernur dan khususnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan kebijakan di Bidang Keuangan Daerah.
c) Melaksanakan pengendalian/pengawasan preventif pelaksanaan APBD.
Untuk mengurus dan menyusun keuangan daerah tersebut diperlukan
adanya penyusunan anggaran untuk setiap periode anggarannya, APBD dalam
satu tahun anggaran mencakup semua penerimaan dan pengeluaran anggaran yang
selama tahun anggaran dimasukan atau dikeluarkan dari kas daerah juga semua
perhitungan antar bagian anggaran dan bagian urusan kas, oleh karena itu
pemerintah daerah sebelum melaksanakan penyusunan anggaran harus melihat
dan menentukan perencanaan kedepan baik bersifat jangka panjang maupun
jangka pendek, sehingga pencegahan terhadap adanya duplikasi pembiayaan yang
dapat menimbulkan pemborosan dana.
Sesuai dengan Permendagri nomor 32 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyusunan APBD, terdapat mekanisme pelaksanaan pembayaran atas beban
APBD, dijelaskan bahwa kewenangan kekuasan atas pengelolaan keuangan
Daerah dilimpahkan kepada Pengguna Anggaran / Kuasa Pengguna Anggaran.
Dalam hal mekanisme pencairan dana oleh Satuan Kerja (Satker), satuan kerja
mempunyai dokumen sumber Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). DIPA
berisi pagu dana APBD yang dapat dicairkan Satuan Kerja beserta klasififkasi
pos-pos anggaran.
Untuk dapat mencairkan dana APBD, Satker membuat Surat Perintah
berdasarkan DIPA. Saat ini Satker membuat SPM menggunakan Aplikasi SPM
yang masih stand alone dimana databasenya masih bersifat lokal. Setelah SPM
ditandatangani oleh Kepala Satker yang bersangkutan, SPM diajukan kepada
Kuasa BUD berupa dokumen fisik dan file elektronik.
Kuasa BUD menerima dan memverifikasi SPM atas kebenaran data
klasifikasi pos anggaran dan ketersediaan dana dalam DIPA Satker bersangkutan.
Apabila data dan dana untuk pos anggaran tersebut benar dan masih tersedia maka
Kuasa BUD akan memproses SPM tersebut dan menerbitkan Surat Perintah
Pencairan Dana (SP2D). SP2D dibuat menggunakan aplikasi SP2D yang juga
masih stand alone, terpisah dari aplikasi SPM yang ada di Satker.
Untuk mencairkan dana dari SP2D maka dinas yang membutuhkan harus
memenuhi prosedur terlebih dahulu mulai dari prosedur pengajuan SPP (Surat
Permintaan Pembayaran), SPM (Surat Perintah Membayar), dan sampai pada
pelaksanaannya. SP2D sendiri mempunyai berbagai cara pengujian apakah SP2D
itu benar-benar akan digunakan sebagai anggaran belanja atau tidak sama sekali,
maka di sinilah BUD di daerahnya masing – masing harus betul-betul mengorek
kebenaran dan keabsahan para pemimpin/pejabat Dinas yang mengirim/menagih
SPM ke BUD.
SP2D sendiri dapat diterbitkan jika pengeluaran yang diminta tidak melebihi
anggaran yang tersedia, dan didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai
peraturan perundangan yang berlaku. Selain itu untuk pencairan SP2D ada juga
waktu pelaksanaannya, yaitu diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPM diterima,
Dalam pelaksanaan SP2D, tidak semua SP2D yang sudah terbit bisa
dicairkan karena adanya suatu kendala atau karena juga kegiatannya dirasa tidak
perlu dan tidak terlalu penting untuk kelangsungan dinas tersebut, ataupun
misalnya untuk pembelian barang yang mengalami kenaikan harga, disini
pemerintah daerah lebih baik membatalkan semua kegiatan tersebut dari pada
harus mencairkan SP2D untuk sesuatu hal yang tidak maksimal manfaat dan
kualitasnya, hal ini sering terjadi terutama pada akhir tahun yaitu pada tanggal 31
Desember, disamping itu semua keterlambatan dalam penanganan proses
pencairan dana juga sering terjadi dan mengakibatkan kesalah pahaman di akhir
pelaporan nanti. (Dindin, staf Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat)
Berdasarkan fenomena tersebut serta melihat kondisi SP2D yang demikian
sangat berperan dalam pecairan dana APBD, maka sangat penting untuk satuan
kerja memahami dan mengetahui dalam pelaksanaan SP2D. Selain itu untuk
menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dalam
pencairan, mengingat pentingnya masalah tersebut maka dalam membuat laporan
kerja praktek ini penulis tertarik untuk mengangkat judul : “Tinjauan Atas
Pelaksanaan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Pada Bagian Akuntansi
Dan Pelaporan Provinsi Jawa Barat”.
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Adapun maksud yang ingin dicapai dalam pembuatan Laporan Kerja
pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Sedangkan tujuan dari Kerja Praktek ini adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur SP2D pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan SP2D pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
3. Untuk mengetahui hambatan dalam pelaksanaan SP2D pada Bagian Akuntansi
dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
Adapun kegunaan dari hasil kerja praktek ini diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan pengetahuan terhadap Akuntansi Sektor Publik
khususnya pelaksanaan SP2D pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan masukan tentang pelaksanaan SP2D pada Bagian Akuntansi
dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
3. Bagi Pihak Lain
Memberikan sumbangan pemikiran dan sebagai bahan referensi atau masukan
tambahan bagi yang membutuhkan dan sebagai saran untuk penelitian yang
1.4 Metode Kerja Praktek
Metode kerja praktek yang digunakan dalam pelaksanaan laporan ini adalah
metode Block Release, yaitu metode pelaksanaan kerja praktek dalam satu periode
tertentu, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai
berikut :
1. Studi Lapangan (Field Research)
Penulis mengumpulkan data dengan mengadakan peninjauan langsung untuk
memperolehh informasi tentang perumusan yang dibahas pada Bagian
Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, yaitu dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
a) Observasi (Pengamatan Langsung)
Pengumpulan data dengan pengamatan sebagaimana Moh. Nazir
menyebutkan bahwa :
“Cara pengambilan data dengan mata tanpa ada pertolongan alat
standar lain untuk keperluan tersebut”.
(2003:175)
Observasi dilakukan di Bagian Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat.
b) Wawancara
Menurut Irawan Soehartono, pengumpulan data dengan cara wawancara
adalah :
(2004:67)
Wawancara dilakukan dengan pegawai negeri sipil di Bagian Akuntansi
dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
2. Studi Kepustakaan (library Research)
Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara membaca literature dan buku-buku yang berkaitan dengan materi yang
dibahas. Menurut Moh. Nazir, studi kepustakaan adalah :
“Mengadakan studi literature yang telah ada, mencari sumber data
sekunder yang akan mendukung penelitian untuk mengetahui sampai
kemana ilmu yang berhubungan dengan penelitian yang berkembang”.
(2003:93)
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
Kerja Praktek dilakukan oleh penulis pada Bagian Akuntansi dan Pelaporan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang beralamat di Jalan Diponegoro No.22
Bandung 40115. Tlp. (022) 4232448 - 4233347 - 4230963.
Waktu pelaksanaan Kerja Praktek ini berlangsung mulai 2 Agustus sampai
Tabel 1.2
Jadwal Kegiatan dan Penulisan Laporan KP
Tabel
No Bulan Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Kegiatan / minggu ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pendahuluan
1 Memperoleh surat ijin Kerja Praktek dari kampus
2 mencari tempat untuk melaksanakan Kerja Praktek
3 Mengajukan surat permohonan Kerja Praktek ke perusahaan
4 Menentukan tempat Kerja Praktek
5 Meminta surat pengantar kepada Kantor Wilayah
Pelaksanaan
1 Melaksanakan Kerja Paktek
2 Pengambilan dan pengumpulan data dari perusahaan
3 Menyiapkan laporan Kerja Praktek
Pelaporan
1 Penyusunan laporan Kerja Praktek 2 Bimbingan di kampus
12
2.1 Sejarah Singkat Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Biro Keuangan merupakan salah satu unsur dari organisasi Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat yang bertugas mengelola seluruh keuangan organisasi
tersebut. Sejak tahun 1950 segala urusan keuangan daerah dipegang oleh Biro
Keuangan yang berkantor di Jl. Gereja No. 5 Bandung. Pada tahun 1967, Biro
Keuangan dipindahkan ke Gedung Kerta Mukti di Jl. Braga No. 137 Bandung,
Dengan tugas dan fungsi yang sama. Kemudian pada tahun 1968, Biro Keuangan
diganti menjadi administrator Bidang keuangan yang disesuaikan dengan struktur
organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai assist. III . dengan
diterbitkannya peraturan daerah Tk I Jawa Barat No. 1 Tahun 1993 tentang
susunan organisasi dan tata kerja Sekretariat Wilayah Daerah Tingkat 1 Jawa
Barat dan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat yang baru penggunaan Biro
Keuangan ini digunakan sampai sekarang dengan tugas dan fungsi yang sama.
1. Visi Biro Keuangan
Visi biro keuangan adalah Terwujudnya Good Governance dalam Pengelolaan
Keuangan Daerah yang Prima tahun 2011. Sedangkan misi dari Biro Keuangan
adalah :
a) Memberikan kontribusi yang nyata terhadap visi dan dapat
b) Memberikan pelayanan yang prima dalam hal administrasi dan informasi
keuangan secara cepat, tepat dan akurat sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
c) Melaksanakan antisipasi terhadap setiap perubahan yang akan
mempengaruhi kebijakan keuangan daerah melalui pengkajian dan analisis
sesuai tuntutan kebutuhan dan perkembangan keadaan.
2. Fungsi Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat
Biro Keuangan merupakan salah satu unsur dari organisasi Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat yang bertugas mengelola seluruh keuangan organisasi
tersebut.
Biro Keuangan mempunyai tugas pokok dalam mengkoordinasikan
pengelolaan keuangan daerah yang meliputi keseluruhan kegiatan dalam rangka
proses pelaksanaan administrasi APBD, yang terdiri dari :
a) Perencanaan
b) Pelaksanaan
c) Penatausahaan
d) Pertanggungjawaban
Selain itu, biro keuangan juga memiliki fungsi dalam mengelola keuangan
daerah sebagai berikut :
a) Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan APBD, meliputi kegiatan
penatausahaan sampai dengan pengendalian Administrasi pengelolaan
b) Mengkoordinasikan perhitungan APBD dalam rangka laporan
pertanggungjawaban Gubernur dan khususnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan kebijakan di Bidang Keuangan Daerah.
c) Melaksanakan pengendalian/pengawasan preventif pelaksanaan APBD.
2.2 Struktur Organisasi Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Organisasi adalah suatu pengaturan orang-orang secara sengaja untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Stutktur organisasi adalah kerangka kerja formal
organisasi dimana tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokan dan
dikoordinasikan. Struktur organisasi berfungsi sebagai salah satu alat
pengendalian manajemen dimana di dalam struktur tersebut terlihat dengan jelas
aliran pemberian delegasi/wewenang serta tugas dan tanggung jawab
masing-masing, sehingga dengan adanya struktur organisasi diharapkan tujuan organisasi
dari instansi tersebut dapat dicapai dengan baik sesuai dengan perencanaan yang
telah ditetapkan.
Adapun struktur organisasi Biro Keuangan sesuai dengan Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat adalah sebagai
berikut :
1. Kepala Biro Keuangan, yang membawahi :
a) Bagian Anggaran, membawahi :
1) Sub bagian Anggaran Program
3) Sub bagian Evaluasi dan Pembinaan
b) Bagian Perbandaharaan , membawahi :
1) Sub bagian Perbendaharaan Belanja Program
2) Sub bagian Perbendaharaan Belanja Non Program
3) Sub bagian Belaja Pegawai
c) Bagian Akuntansi dan Pelaporan, membawahi :
1) Sub bagian Akuntansi dan Pelaporan
2) Sub bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset
3) Sub bagian Evaluasi dan Pembinaan
d) Bagian Kas Daerah, membawahi :
1) Sub bagian Pengelolaan Kas
2) Sub bagian Penerimaan
3) Sub bagian Pengeluaran
e) Bagian Administrasi Keuangan Sekretariat Daerah, membawahi :
1) Sub bagian Penganggaran
2) Sub bagian Penatausahaan
3) Sub bagian Akuntansi dan Pelaporan
Struktur organisasi pada Biro Keuangan yang saat ini sesuai dengan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja. Dan strukturnya menggunakan suatu bentuk vertikal yang
mempunyai pimpinan yang memerintah dari atas sampai bawah,
persoalan-persoalan yang terdapat pada bagian bawah tangga organisasi harus diajukan ke
dari kebijaksanaan dan kekuasaan yang langsung dari atas ke bawah dan garis
pertanggungjawaban dari bawah ke atas. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur
organisasi Biro Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat dapat dilihat
pada lampiran.
2.3 Tugas Pokok dan Fungsi Masing-masing Seksi Pada Biro Keuangan
Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 29 tahun 2009 pada
pasal 131 menyebutkan :
1. Kepala Biro Keuangan selaku Kuasa BUD mempunyai tugas dan fungsi
diantaranya:
a. Menyusun RAPBD dan RPAPBD bersama TAPD;
b. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian pinjaman atas nama
Pemerintah Daerah;
c. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
APBD;
d. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan;
e. Menyajikan informasi keuangan daerah;
f. Menyiapkan anggaran kas;
g. Menyiapkan dan menetapkan SPD;
h. Menerbitkan SP2D;
i. Melakukan pemeriksaan atas kelengkapan SPM yang disampaikan
j. Menerbitkan dan menandatangani daftar penguji SP2D;
k. Melakukan penatausahaan dana-dana bantuan meliputi Belanja Bunga,
subsidi, hibah, Bantuan Sosial, dan Bantuan Keuangan kepada partai
politik serta bantuan keuangan kepada Kabupaten/Kota;
l. Melakukan penatausahaan belanja tidak terduga dan/atau Dana Tanggap
Darurat;
m. Melakukan pengelolaan keuangan Daerah;
n. Melakukan penatausahaan belanja investasi dan/atau penyertaan modal;
o. Melakukan pembinaan di bidang keuangan daerah.
2. Biro Keuangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perusahaan bahan
kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi anggaran,
perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, kas daerah dan administrasi
keuangan secretariat daerah.
3. Dalam menyelenggarakan tugas tersebut biro keuangan mempunyai fungsi
sebagai berikut :
a) Penyelenggaraan perumusan kebijakan umum anggaran, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan, kas daerah dan administrasi keuangan secretariat
daerah.
b) Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi anggaran, perbendaharaa,
akuntansi dan pelaporan, kas daerah dan administrasi keuangan secretariat
c) Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan, kas daerah dan administrasi keuangan secretariat
daerah.
4. Rincian tugas biro keuangan :
a) Menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja biro
keuangan
b) Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi
serta fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, kas
daerah dan administrasi keuangan sekretarist daerah
c) Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi anggaran
d) Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi perbendaharaan
e) Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi da pelaporan
f) Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi kas daerah
g) Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi administrasi keuangan
sekretariat daerah
h) Menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah
i) Menyelenggarakan fasilitasi pelaksanaan APBD
j) Menyelenggarakan pengendalian anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan
pelaporan, kas daerah dan administrasi keuangan sekretariat daerah.
k) Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan
m) Menyelenggarakan koordinasi dengan badan koordinasi pemerintahan dan
pembangunan wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota
n) Menyelenggarakan perumusan bahan rencana strategis, laporan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP), dan laporan
penyelenggaraan pemerintah daerah (LPPD) biro keuangan.
o) Menyelenggarakan pelaporan dan evaluas kegiatan biro keuangan
p) Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait
q) Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
5. Sub bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas :
a) Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum akuntansi dan
pelaporan
b) Melaksanakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan
c) Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi akuntansi
6. Sub bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset mempunyai tugas :
a) Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum akuntansi dan hasil
inventarisasi asset serta sistem informasi keuangan
b) Melaksanaan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan hasil inventarisasi
asset serta siistem informasi keuangan
c) Melaksanakan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi
asset serta sistem infomasi keuangan.
a) Melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum evaluasi dan
pembinaan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan
kebupaten/kota
b) Melaksanakan koordinasi, fasilitasi dan pembinaan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan kabupaten/kota
c) Melaksanakan pelaporan dan evaluasi dan pembinaan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan kabupaten/kota.
2.4 Aspek Kegiatan Perusahaan
Bagian akuntansi dan pelaporan merupakan salah satu bagian dari Biro
Keuangan yang terdapat di Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Dan berikut ini
merupakan aktivitas yang dilakukan oleh bagian akuntansi dan pelaporan :
1. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bagian Akuntansi dan Pelaporan
2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum akuntans keuangan
daerah
3. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pelaporan keuangan
daerah.
4. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan
5. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan inventarisasi
6. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi evaluasi dan pembinaan
7. Menyelenggarakan pengkajian bahan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
9. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan evaluasi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kabupaten/kota
10. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pembinaan
pengelolaan keuangan daerah akuntansi dan pelaporan.
11. Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
12. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
keputusan
13. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/kota
14. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bagian Akuntansi dan
Pelaporan
15. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait
35
M. Nafarin. 2007. Penganggaran Perusahaan. Salemba Empat : Jakarta. Moh. Nazir. 2003. Metlit, Jakarta. Ghalia Indonesia.
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. PER-62/PB/2010.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Permendagri No. 32 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan APBD.
Soehartono, Irawan. (2003). Analisis Jalur (path Analysis) dengan SPSS. Bandung : Penerbit Lemlit Unpas Press.
34 4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada Bagian
Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengenai pelaksanaan
SP2D, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari prosedur SP2D terletak pada prosesnya yang sudah baik, dan jelas. Hal
ini mempersulit tindak kecurangan dalam pengajuan SP2D dikarenankan
ketatnya proses verifikasi dari masa pengajuan sampai SP2D bisa dicairkan.
Tetapi masih ada beberapa kendala yaitu memakan waktu yang cukup lama
dari mulai awal mempersiapkan dokumen sampai proses pencairan dana,
selain itu juga masih adanya kesalahan pada setiap pencatatan.
2. Pelaksanaan SP2D yaitu pertama dengan melakukan pengisian formulir yang
benar dari pertama kali pengajuan SPP, setelah itu dilanjutkan ke SPM dan
apabila dinyatakan lengkap oleh BUD baru diterbikan SP2D kemudian baru
akan dicairkan dan yang terakhir adalah pembuatan SPJ oleh BUD sebagai
bukti pertanggungjawaban si pengguna Anggaran unutk dijadikan bukti dan
diarsipkan.
3. Hambatan yang sering terjadi pada saat pelaksanaan SP2D adalah tidak semua
SP2D dapat dicairkan mengingat kegiatan yang akan dilaksanakan tidak
terlalu perlu dan tidak terlalu penting dalam kelangsungan dinas tersebut,
4. mengakibatkan terjadinya kesalah pahaman di akhir pelaporan nanti, serta
adanya kesalahan dalam pencatatan.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis pada Bagian
Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Proinsi Jawa Barat, penulis akan
memberikan saran yang diharapkan dapat berguna sebagai pertimbangan dan
masukan bagi Bagian Akuntansi dan Pelaporan pada masa yang akan datang,
yaitu :
1. Dalam hal prosedur SP2D agar mempertahankan proses yang sudah
berjalan dengan baik, tetapi alangkah baiknya jika prosesnya lebih
dipermudah agar lebih menghemat waktu dalam pencairan dana.
2. Dalam pelaksanaan SP2D diharapkan agar pemerintah khususnya
Pemerintah Provinsi Jawa Barat membuat suatu sistem yang lebih
memudahkan para pengguna atau pelaksana SP2D sehingga
memudahkan para pengguna anggaran tersebut dapat mencairkan dana
secepatnya tetapi tetap dalam awasan pihak-pihak terkait agar tidak
terjadinya kecurangan atau penyelewengan.
3. Sebaiknya pemerintah memberikan sanksi atau teguran secara langsung
kepada pegawai yang melakukan salah dalam pencatatan agar pegawai
tersebut termotivasi untuk lebih teliti, serta memperbaharui proses
pelaksanaan SP2D agar lebih cepat dan terpantau hingga tidak terjadi
51
Nama : A Basit Fauzi Nugraha
NIM : 21108171
Tempat/Tanggal Lahir : Garut, 9 Oktober 1989
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Jln. Peundeuy No. 156 RT 01/03
Garur
DATA PENDIDIKAN
1. SDN Peundeuy 1 1996 - 2002
2. Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah 2002 - 2005
3. Ma’had Darul Arqam Muhammadiyah 2005 - 2008