• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPOSISI TANAMAN AGROFORESTRI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KOMPOSISI TANAMAN AGROFORESTRI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSISI TANAMAN AGROFORESTRI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA

DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG

Oleh Marlica Tri Asmi

ABSTRAK

(2)

AGROFORETRY COMPOSITION AND ITS CONTRIBUTION HOUSEHOLD INCOME

IN PESAWARAN INDAH VILLAGE SUB DISTRICT PADANG CERMIN DISTRICT PESAWARAN LAMPUNG

By

Marlica Tri Asmi ABSTRACT

Agroforestry is a land use management system by combining agriculture and forestry and or husbandry to achieved yield optimalization (Indriyanto, 2006). Agroforestry systems with mixed garden pattern consist various types of plants that perform a different composition of plants so there are varied incomes from one place to another. This study aims to: (1) Identifying the composition of agroforestry based on INP and its effect on income, (2) analyze the composition of the contribution of agroforestry products to total farm household income. Methods of data collection for species composition using purposive sampling while for the respondent farmers using stratified random sampling. Data analysis using quantitative descriptive analysis method. The results showed that the largest contributes of the composition of plant obtained on the composition IX namely cocoa, banana, coconut, teak and durian of Rp 23,127,404, -/ha/yr with highest INP of cocoa is 94.86% . The magnitude of the average farmer's total income from each source of income from agroforestry to Rp 36.992.171/ha/yr and non-agroforestry amounting to Rp 9.312.500/yr. The magnitude of the contribution of agroforestry systems to farmers' incomes Pesawaran Indah Villages of 91.44%, meaning that agroforestry provides a major contribution to the household income of farmers.

(3)

KOMPOSISI TANAMAN AGROFORESTRI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA

DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG

Oleh

MARLICA TRI ASMI Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

i C. Pendapatan Usahatani Agroforestri………...

III. METODE PENELITIAN... A. Lokasi dan Waktu Penelitian... B. Objek dan Alat Penelitian... C. Batasan Penelitian... D. Metode Pengumpulan Data... a. Jenis Data yang Dikumpulkan... b. Metode Pengumpulan Data... c. Metode Pengambilan Sampel... E. Metode Pengolahan dan Analisis Data...

(5)

ii

a. Komposisi Tanaman I Pada Fisiografi Atas………. b. Komposisi Tanaman II Pada Fisiografi Atas……… c. Komposisi Tanaman III Pada Fisiografi Atas……… d. Komposisi Tanaman IV Pada Fisiografi Atas……….. e. Komposisi Tanaman V Pada Fisiografi Tengah……... f. Komposisi Tanaman VI Pada Fisiografi Tengah……... g. Komposisi Tanaman VII Pada Fisiografi Tengah…………. h. Komposisi Tanaman VIII Pada Fisiografi Bawah……... i. Komposisi Tanaman IX Pada Fisiografi Bawah. ……... j. Komposisi Tanaman X Pada Fisiografi Bawah. ………... B. Pendapatan dan Kontribusi Agroforestri………...

VI. KESIMPULAN DAN SARAN………...

(6)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

(7)

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran Penelitian……….. 2. Komposisi vegetasi dan pendapatannya……… 3. Jumlah jenis tanaman yang ada pada masing-masing topografi

di Desa Pesawaran Indah……….,,……… 4. Kontribusi dari agroforestri dan non agroforestri terhadap

Pendapatan……… 7 52

54

(8)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Identitas petani responden Desa Pesawaran Indah………...………. 2. Pendapatan/jenis per tahun……… 3. Biaya produksi/jenis/th……….……….. 4. Pendapatan petani dari kebun dan sawah /ha/th………. 5. Pendapatan petani dari peternakan/th………. 6. Pendapatan petani dari pekerjaan sampingan/th……… 7. Pendapatan total petani/th ……….……… 8. Data komposisi pohon………. 9. Indeks Nilai Penting per komposisi………... 10.Gambar-gambar penelitian………. 11.Peta Desa Pesawaran Indah……….

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sistem pemanfaatan lahan yang optimal dalam menghasilkan produk dan menjadi suatu sistem yang menguntungkan adalah sistem agroforestri. Agroforestri menurut Hairiah dkk (2003) adalah sistem penggunaan lahan terpadu, yang memiliki aspek sosial dan ekologi, dilaksanakan melalui pengkombinasian pepohonan dengan tanaman pertanian dan atau ternak (hewan), baik secara bersama-sama maupun bergiliran, sehingga dari satu unit lahan tercapai hasil total nabati atau hewani yang optimal dalam arti berkesinambungan (Nair, 1987).

(10)

Dilihat dari komponen penyusunnya agroforestri merupakan suatu sistem pemanfaatan lahan yang banyak dilakukan oleh para petani karena memberikan manfaat yang sangat menguntungkan bagi petani. Petani merasakan manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka karena terdiri dari tanaman semusim dan tahunan yang hasilnya lebih produktif sehingga terjadi peningkatan pendapatan. Selain untuk pendapatan agroforestri juga menghasilkan kayu bakar serta kayu bangunan tanpa harus mengambil di kawasan hutan.

Masyarakat Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran telah mempraktekan sistem agroforestri dengan pola kebun campuran sejak tahun 1980 dengan luasan perkebunan rakyat Desa Pesawaran Indah sebesar 868 ha (Kecamatan Padang Cermin dalam Angka, 2010), status lahan yang telah bersertifikat dengan kata lain milik sendiri dan tidak mengelola didalam kawasan hutan walaupun Desa Pesawaran Indah berbatasan langsung dengan hutan lindung register 19 Gunung Betung. Dari kebun campuran tersebut petani di Desa Pesawaran Indah mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

(11)

dibandingkan pola tanam kakao+pisang berdasarkan struktur pendapatan petani di Desa Sungai Langka, Kecamatan Gedong Tataan, kabupaten Pesawaran.

Para petani umumnya lebih memusatkan pada pendapatan atau faktor ekonominya dikarenakan pendapatan merupakan penentu bagi kelangsungan hidup petani. Proporsi kontribusi income dari sistem agroforestri terhadap total income masyarakat sangat bervariasi dari tempat yang satu ke tempat yang lain

(Simatupang, 2011) termasuk di Desa Pesawaran Indah yang mempraktekan sistem agroforestri dengan komposisi tanaman yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian mengenai kontribusi dari komposisi tanaman agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga petani agroforestri di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran agar petani bisa mengelola lahan agroforestri lebih baik dengan mengetahui komposisi tanaman yang tepat untuk di budidayakan dan untuk meningkatkan pendapatan petani.

B. Perumusan Masalah

Agroforestri memberikan hasil yang melimpah bagi petani karena tidak terdiri dari satu jenis tanaman saja melainkan berbagai jenis tanaman musiman maupun tanaman tahunan. Namun, petani masih belum mengetahui sejauh mana kontribusi dari produk agroforestri yang telah dipraktekan dilahan miliknya dengan komposisi yang beragam. Oleh karena itu, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu :

(12)

2. Berapa besar pendapatan rumah tangga petani dari pengelolaan sistem agrofoestri?

3. Berapa besar kontribusi dari komposisi tanaman agroforestri?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengidentifikasi komposisi tanaman agroforestri berdasarkan INP dan pengaruhnya terhadap pendapatan.

2. Menganalisis kontribusi agroforestri terhadap pendapatan total rumah tangga petani di Desa Pesawaran Indah.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai komposisi tanaman agroforestri, pendapatan petani dan besarnya kontribusi produk agroforestri agar petani mengetahui berapa besar manfaat yang diterima sehingga dapat membangun kesadaran petani untuk mengelola agroforestri dengan lebih baik.

2. Memberikan informasi dan masukan bagi pemerintah selaku pembuat kebijakan dalam pengembangan agroforestri agar dapat memberikan manfaat sosial, ekonomi dan ekologi yang berkelanjutan bagi petani. 3. Sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya mengenai komposisi dan

(13)

E. Kerangka Penelitian

Agroforestri merupakan sistem pemanfaatan lahan dengan mengkombinasikan tanaman berkayu atau tahunan dengan tanaman pertanian atau semusim dan biasanya juga dikombinasikan dengan hewan atau ternak. Sistem ini cocok dipraktekan oleh petani-petani sekitar hutan yang lebih memperhatikan kelestarian hasil produksi dan agar fungsi ekologisnya terjaga.

Produk yang dihasilkan sistem agroforestri ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni (a) yang langsung menambah penghasilan petani, misalnya makanan, pakan ternak, bahan bakar, serat, aneka produk industri, dan (b) yang tidak langsung memberikan jasa lingkungan bagi masyarakat luas, misalnya kelestarian sumber daya alam (SDA), mengurangi laju aliran permukaan, dan erosi, konservasi tanah dan air, memelihara kesuburan tanah, pemeliharaan iklim mikro, dsb. Peningkatan produktivitas sistem agroforestri diharapkan bisa berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat petani (Acehpedia, 2011).

Produk langsung dari agroforestri tercermin dari komposisi tanaman agroforestri itu sendiri yang berupa pengkombinasian tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian dan perkebunan, dimana tanaman kehutanan yang terdiri dari pohon baik kayu-kayuan maupun tanaman Multi Purpose Trees Species (MPTS), serta pertanian dan perkebunan seperti cabai, kacangan,

(14)

indeks nilai penting (INP) dengan mengidenifikasi secara langsung mengenai jenis tanaman yang ada di kebun campuran milik petani menggunakan petak contoh yang terbagi atas fisiografi bawah, tengah, dan atas sehingga diketahui jenis tanaman apa yang lebih dominan dari tanaman lainnya. Selain itu, peternakan juga menjadi salah satu produk langsung agroforestri seperti sapi, kerbau dan kambing. Petani dalam mengelola lahan cenderung untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk konsumsi sendiri.

(15)

INP

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Agroforestri

Sistem agroforestri memiliki karakter yang berbeda dan unik dibandingkan sistem pertanian monokultur. Adanya beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan atau ternak) membuat sistem ini memiliki karakteristik yang unik, dalam hal jenis produk, waktu untuk memperoleh produk dan orientasi penggunaan produk. Jenis produk yang dihasilkan sistem agroforestri sangat beragam, yang bisa dibagi menjadi dua kelompok yaitu produk untuk komersial (misalnya bahan pangan, buah-buahan, hijauan makanan ternak, kayu bangunan, kayu bakar, daun, kulit, getah) dan pelayanan jasa lingkungan (Widianto, dkk. 2003).

(17)

sesuai dengan kondisi ekologi, ekonomi, sosial dan budaya setempat (Hairiah dkk, 2003).

Ciri penting agroforestri yang dikemukakan oleh Lundgren dan Raintree (1982) dalam Hairiah dkk (2003) adalah:

1. Agroforestri biasanya tersusun dari dua jenis tanaman atau lebih (tanaman dan/atau hewan). Paling tidak satu di antaranya tumbuhan berkayu.

2. Siklus sistem agroforestri selalu lebih dari satu tahun.

3. Ada interaksi (ekonomi dan ekologi) antara tanaman berkayu dengan tanaman tidak berkayu.

4. Selalu memiliki dua macam produk atau lebih (multi product), misalnya pakan ternak, kayu bakar, buah-buahan, obat-obatan. 5. Minimal mempunyai satu fungsi pelayanan jasa (service function),

misalnya pelindung angin, penaung, penyubur tanah, peneduh sehingga dijadikan pusat berkumpulnya keluarga/masyarakat. 6. Untuk sistem pertanian masukan rendah di daerah tropis,

(18)

Klasifikasi agroforestri antara lain:

a) Agrisilvikultur yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan (pepohonan, perdu, palem, bambu) dengan komponen pertanian.

b) Silvopastura yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan peternakan.

c) Agrosilvopastura yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan.

d) Silvofishery yaitu kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan perikanan.

e) Apiculture yaitu budidaya lebah atau serangga yang dilakukan dalam kegiatan atau komponen kehutanan (Hairiah dkk, 2003).

Keunggulan agroforestri dibandingkan sistem penggunaan lahan lainnya, yaitu dalam hal:

1. Produktivitas (Productivity): Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa produk total sistem campuran dalam agroforestri jauh lebih tinggi dibandingkan pada monokultur. Hal tersebut disebabkan bukan saja keluaran (output) dari satu bidang lahan yang beragam, akan tetapi juga dapat merata sepanjang tahun. Adanya tanaman campuran memberikan keuntungan, karena kegagalan satu komponen/jenis tanaman akan dapat ditutup oleh keberhasilan komponen/jenis tanaman lainnya.

(19)

Sedangkan dari segi ekologi dapat menghindarkan kegagalan fatal pemanen sebagaimana dapat terjadi pada budidaya tunggal (monokultur).

3. Kemandirian (Self-regulation): Diversifikasi yang tinggi dalam agroforestri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil dan sekaligus melepaskannya dari ketergantungan terhadap produkproduk luar. Kemandirian sistem untuk berfungsi akan lebih baik dalam arti tidak memerlukan banyak input dari luar ( pupuk, pestisida), dengan diversitas yang lebih tinggi daripada sistem monokultur.

4. Stabilitas (Stability): Praktek agroforestri yang memiliki diversitas dan produktivitas yang optimal mampu memberikan hasil yang seimbang sepanjang pengusahaan lahan, sehingga dapat menjamin stabilitas (dan kesinambungan) pendapatan petani (Hairiah dkk, 2003).

Pada penelitian Sabarnurdin (2000) menyatakan bahwa berbeda dengan pola tanam pertanian murni, pola tanam agroforestri menawarkan kombinasi hasil produksi yang lebih stabil. Adanya komponen pohon yang bisa diatur pemungutan hasilnya hanya bila diperlukan (bisa dibiarkan hidup dengan tidak takut busuk bahkan bertambah nilainya), merupakan tabungan masa depan. Kestabilan itu akan lebih baik lagi apabila komponen ternak dimasukan.

Menurut Widianto dkk (2003), ada beberapa peran dan fungsi agroforestri terhadap aspek ekonomi, antara lain:

1. Aspek Ekonomi Agroforestri Pada Tingkat Kawasan

(20)

berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan/atau ternak) membuat sistem ini memiliki karakteristik yang unik dalam hal jenis produk, waktu untuk memperoleh produk dan orientasi penggunaan produk. Jenis produk yang dihasilkan sistem agroforestri sangat beragam, yang bisa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

a. Produk untuk komersial misalnya bahan pangan, buah-buahan, hijauan makanan ternak, kayu bangunan, kayu bakar, daun, kulit, getah, dan lain-lain.

(21)

2. Agroforestri dan Penyediaan Lapangan Kerja

Sistem agroforestri membutuhkan tenaga kerja yang tersebar merata sepanjang tahun selama bertahun-tahun. Hal ini mungkin terjadi karena kegiatan berkaitan dengan berbagai komponen dalam sistem agroforestri yang memerlukan tenaga kerja terjadi pada waktu yang berbeda-beda dalam satu tahun. Kebutuhan tenaga kerja dalam sistem pertanian monokultur bersifat musiman: ada periode di mana kebutuhan tenaga sangat besar (misalnya musim hujan) dan periode di mana tidak ada kegiatan (musim kemarau). Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan kebutuhan tenaga kerja pada sistem agroforestri justru lebih rendah dibandingkan sistem pertanian monokultur, baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Dalam perkembangan praktek agroforestri terdapat dua periode yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Periode pengembangan, mulai saat persiapan sampai dengan mulai memberikan keuntungan.

b. Periode operasi, mulai memberikan keuntungan (cash flow positif).

Model Agroforestri pola tanam yang diterapkan secara garis besar adalah sebagai berikut :

a.

Tanaman Pokok ; berupa tanaman kehutanan yang merupakan prioritas

utama tanaman yang ditujukan sebagai produksi kayu dengan penentuan daur tebang selama 5 tahun. Jenis tanaman yang dipilih yaitu jenis sengon (Faraserianthes falcataria).

b.

Tanaman Semusim (Tahap I); merupakan tanaman pertanian yang berotasi

(22)

batang tanaman pokok. Waktu penanaman dilaksanakan pada tahun pertama atau sebelum tanaman pokok berusia satu tahun, jenis tanaman yang dipilih kacang tanah.

c.

Tanaman semusim (Tahap II) ; dipilih tanaman pertanian berotasi pendek

yang dapat tumbuh dengan/tanpa naungan, ditanam setelah panen tanaman semusim tahap pertama (kacang tanah) sampai batas waktu tanaman pokok berumur dua tahun. Jenis tanaman yang dipilih adalah jahe gajah.

d.

Tanaman Keras ; merupakan tanaman pertanian yang berotasi panjang

/tanaman perkebunan yang dapat hidup dibawah naungan dan bukan sebagai pesaing bagi tanaman pokok dalam memperoleh cahaya . Ditanaman setelah tanaman pokok berurmur 2 tahun, menempati lahan diantara tanaman pokok, tujuan penanaman untuk untuk memperoleh hasil buah (non kayu). Jenis yang terpilih adalah tanaman kopi (Anonym, 2001).

Komposisi jenis adalah susunan dan jumlah jenis yang terdapat dalam komunitas tumbuhan. Jadi ada 2 kata kunci yang perlu diingat yaitu susunan dan jumlah. Untuk mengetahui komposisi jenis suatu tegakan maka identifikasi jenis, jumlah dan susunan menjadi hal wajib yang tak boleh terlupakan (Edris dan Suseno, 1987 dalam Panjaitan 2011).

(23)

kehutanan (pohon), tanaman pangan (pertanian), tanaman penghasil buah, tanaman penghasil obat dan jenis hewan ternak untuk mengisi lahan agroforestry. Manfaat yang bisa diambil dari pengetahuan jenis adalah agar kita bisa meramunya menjadi komposisi yang ideal bagi lahan agroforestry sehingga fungsi pekarangan yang kita inginkan bisa tercapai (Mahendra, 2009 dalam Panjaitan 2011).

B. Rumah tangga Petani

Rumah tangga (household) didefinisikan sebagai semua orang yang bertempat tinggal dibawah satu atap dan yang membuat keputusan keuangan bersama atau yang menyebabkan pihak lain mengambil keputusan keuangan mereka. Anggota keluarga seringkali disebut konsumen karena mereka membeli dan mengkonsumsi sebagian besar barang konsumsi dan jasa (Lipsey dkk, 1995).

Susendra (2002) menyatakan bahwa ciri-ciri umum rumah tangga petani di daerah pedesaan sebagai berikut:

a) Rumah tangga memiliki dua fungsi rangkap yaitu unit produksi, konsumsi, reproduksi (dalam arti luas) dan unit interaksi sosial, ekonomi dan politik.

b) Tujuan rumah tangga adalah untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan para anggotanya.

c) Implikasi penting bagi penggunaan waktu, antara lain:

(24)

2) Mereka seringkali terpaksa harus menambah kegiatan bertani dengan pekerjaan-pekerjaan lain walaupun hasilnya lebih kecil dibandingkan hasil bertani.

3) Rumah tangga petani menunjukkan ciri-ciri self exploitation.

C. Pendapatan Usahatani Agroforestri

Pendapatan atau income adalah uang yang diterima oleh seseorang dan perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga, dan laba. Dalam analisis ekonomi mikro, istilah pendapatan menunjuk pada lairan penghasilan dari peyediaan faktor produksi untuk periode waktu tertentu (Suratno dkk, 2007).

Selisih antara penerimaan tunai usahatani dan pengeluaran tunai usahatani disebut pendapatan tunai usahatani (farm net cash flow) dan merupakan ukuran kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai. Penerimaan tunai dan pengeluaran tunai usahatani tidak mencakup yang berbentuk benda. Jadi, nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani, dan nilai kerja yang dibayarkan dengan benda tidak dihitung sebagai pengeluaran tunai usahatani.

Menurut Hernanto (1996) faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani adalah:

(25)

pendapatan rumah tangga dan kelas areal tanah pertanian yang dimiliki, semakin luas areal yang dimiliki maka makin besar pendapatan yang diperoleh rumah tangga.

b) Tingkat produksi, ukuran-ukuran tingkat produktifitas per hektar dan indeks pertanaman.

c) Pilihan dan kombinasi cabang usaha. d) Intensitas pengusahaan pertanaman. e) Efisiensi tenaga kerja.

Dilihat dari aspek ekonomi, penerapan sistem agroforestry memiliki masa depan yang cerah. Sebagai sebuah sistem yang memadukan berbagai jenis tanaman dalam suatu lahan, maka akan memungkinkan naiknya produktifitas hasil panen. Logikanya setiap nilai tanaman memiliki nilai jual masing-masing, ketika dalam sistem agroforestry dikombinasikan tanaman-tanaman komersial maka total pendapatan pasca panen akan melimpah. Sebut saja dalam sistem agroforestry kita tanam, kopi, coklat, rambutan, durian, jati, jahe dan vanili. Maka jika jumlahnya cukup melimpah uang yang didapat pun sangat banyak. Pertimbangan untung rugi ikut ambil bagian dalam keputusan kita. Begitu juga ketika lahan pertanian luas, pertimbangan ekonomi ikut mendominasi keputusan kita menggaji pesanggem (orang upahan) (Mahendra, 2009 dalam Panjaitan 2011).

(26)
(27)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Lokasi ini dipilih secara sengaja dikarenakan Desa Pesawaran Indah ini merupakan salah satu desa yang semua penduduknya menggantungkan hidupnya dari lahan agroforestri. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2012.

B. Objek dan Alat Penelitian

Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah rumah tangga petani yang mengelola lahan dengan sistem agroforestri. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, alat hitung, alat tulis, tally sheet, tali rafia, christen hypsometer, pita ukur, dan komputer.

C. Batasan Penelitian

(28)

2. Komposisi tanaman agroforestri adalah susunan penggabungan 2 atau lebih jenis tanaman yang berupa tanaman kehutanan, perkebunan dan pertanian.

3. Tanaman kehutanan adalah tanaman tahunan berkayu, yang mempunyai batang utama tunggal, dan mencapai tinggi 6 meter atau lebih, dan diameter lebih dari 10 cm pada fase dewasa seperti sonokeling, medang, cempaka, dan lain-lain (Saifudin, 2007).

4. Tanaman pertanian adalah tanaman penyusun strata bawah baik berbentuk rumpun maupun tidak yang tinggi pada fase dewasa rata-rata kurang dari 6 meter dah menghasilkan komoditas pertanian seperti kakao, kopi, pisang, palawija, dan lain-lain (Saifudin, 2007).

5. Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. 6. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani secara tunai dari

kegiatan usahatani sampai penjualan produk usahatani.

7. Pendapatan total rumah tangga adalah jumlah keseluruhan pendapatan tunai yang diterima dari usaha agroforestri dan usaha lain non agroforestri di Desa Pesawaran Indah.

8. Kontribusi agroforestri adalah suatu sumbangan berupa manfaat dan biaya yang diberikan dari sistem agroforestri kepada masyarakat sekitar hutan Desa Pesawaran Indah.

(29)

D. Metode Pengumpulan Data

a. Jenis Data yang Dikumpulkan

Data yang perlu diambil dari penelitian ini terdiri dari :

1. Data primer

Data yang diperoleh langsung dari lapangan seperti karakteristik masyarakat Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran yang memanfaatkan hasil dari sistem agroforestri tersebut. Data primer meliputi:

a) Identitas respoden meliputi umur, mata pencaharian baik pokok maupun sampingan, pendidikan, jumlah anggota keluarga, jenis kelamin.

b) Pendapatan agroforestri yang meliputi frekwensi pemanenan, hasil yang diperoleh setiap kali panen, harga jual komoditi dan pemasaran produk.

c) Data potensial ekonomi rumah tangga, yang terdiri dari jumlah

hewan ternak yang dimiliki, pekerjaan sampingan, luas pemilikan sawah, ladang, dan perkarangan.

d) Komposisi tanaman agroforestri yang terdiri dari jenis tanaman

kehutanan yang berupa tanaman tahunan dan jenis tanaman pertanian yang berupa tanaman semusim.

e) Pengeluaran untuk produksi yang meliputi biaya pupuk, tenaga

(30)

2. Data sekunder

Data yang diperoleh dari kondisi yang ada di lokasi penelitian seperti kondisi sosial ekonomi lokasi penelitian yang berupa monografi desa,

data statistik jumlah penduduk di Desa Pesawaran Indah, serta

rujukan mengenai pendapatan dari agroforestri yang didapat dari jurnal atau penelitian sejenis.

b. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ada 2, yaitu metode

pengumpulan data primer dan metode pengumpulan data sekunder. Metode

pengumpumpulan data untuk data primer pada penelitian ini adalah:

1. Observasi yaitu melakukan pengamatan di lokasi penelitian di Desa

Pesawaran Indah, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.

Observasi dilakukan dengan cara melihat atau mengamati komposisi

yang ada di lahan milik petani dan keterkaitan antara komponen agroforestri.

2. Metode wawancara dengan teknik indept interview utuk pengisian kuesioner yaitu wawancara dengan lebih mendalam berkomunikasi untuk menggali informasi mengenai data umum rumah tangga, potensi ekonomi rumah tangga, penerimaan, pendapatan rumah tangga dari agroforestri dan non agroforestri, biaya produksi dari pengelolaan agroforestri dan komposisi jenis tanaman di lahan agroforestri yang mereka garap.

(31)

tanaman yang ditanam di lahan garapan agroforestri dengan membuat petak pengamatan di kebun milik petani.

Pengumpulan data sekunder yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan study pustaka/literatur yaitu dengan cara membaca dan mengutip teori-teori yang berasal dari buku, jurnal dan tulisan-tulisan lain yang relevan dengan penelitian ini.

c. Metode Pengambilan Sampel

Responden yang dipilih dalam penelitian ini adalah petani yang memiliki lahan dengan sistem agroforestri di Desa Pesawaran Indah. Jumlah kepala keluarga di Desa Pesawaran indah sebanyak 900 KK yang terdiri dari delapan dusun dengan jumlah KK dari masing- masing dusun yaitu : Dusun Wonorejo I 94 KK, Dusun wonorejo II 145 KK, Dusun Wonorejo III 97 KK, Dusun Sumberejo 151 KK, Dusun Margorejo 122 KK, Dusun Margosari 60 KK, Dusun Kaliguha 159 KK, dan Dusun Sidoharjo 72 KK (Data Profil Desa, 2010).

(32)

mdpl), perbukitan (300-800mdpl) dan pegunungan (800-1500 mdpl) sehingga Desa Pesawaran Indah terbagi atas fisiografi bawah, fisiografi tengah, dan fisiografi atas. Penetapan lokasi ditentukan berdasarkan peta administratif Desa Pesawaran Indah tahun 2007 dan dengan informasi dari warga Desa Pesawaran Indah mengenai kebun campuran yang ada di Desa tersebut. Penentuan plot dilakukan dengan pengamatan lapangan terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengetahui dan menentukan kebun campuran yang akan ditentukan sebagai plot penelitian.

Metode penetapan petak contoh dan analisis vegetasi yang digunakan adalah petak contoh berbentuk bujur sangkar dengan jumlah masing-masing satu plot diketiga lokasi pengamatan yaitu dataran rendah, menengah, dan tinggi. Menurut Hairiah, dkk (2011) Buatlah plot lebih dari satu bila kondisi lahan tidak seragam (misalnya kondisi vegetasi dan tanahnya beragam), satu plot mewakili satu kondisi. Kondisi vegetasi pada kebun campuran di Desa Pesawaran Indah beragam oleh karena itu dilakukan 3 kali pengulangan dengan pertimbangan vegetasi yang ada di lokasi penelitian, sehingga jumlah total plot yang akan dibuat yaitu 9 plot contoh. Design penempatan plot dapat dilihat pada gambar 2.

(33)

Gambar 2. Design peletakkan plot contoh

Bentuk plot pengamatan seluas 20 m x 20 m (pohon), 10 m x 10 m (tiang), 5 m x 5 m (pancang) dan 2 m x 2 m (semai). Dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 2. Desain Petak Contoh di Lapangan

Keterangan : Petak A : Petak berukuran 20 m x 20 m untuk fase pohon Petak B : Petak berukuran 10 m x 10 m untuk fase tiang Petak C : Petak berukuran 5 m x 5 m untuk fase pancang Petak D : Petak berukuran 2 m x 2 m untuk fase semai

A

B

(34)

Pemilihan responden untuk pendapatan agroforestri menggunakan metode stratified random sampling yaitu pengambilan sampel responden dengan

cara acak dari masing-masing dusun yang ada di Desa Pesawaran Indah. Alasan menggunakan metode stratified random sampling dikarenakan seluruh masyarakat Desa Pesawaran Indah mengelola lahannya dengan sistem agroforestri dan terdiri atas 8 dusun sehingga dari masing-masing dusun diperlukan pengambilan sampel yang mewakili masing-masing populasi. Penentuan individu yang akan dijadikan responden dilakukan dengan menyusun atau mengurutkan nama-nama kepala keluarga yang telah terdata yang kemudian ditunjuk secara acak dengan mata tertutup. Teknik pengambilan sampel dapat menggunakan rumus berikut (Rakhmat, 2001):

n =

n= jumlah sampel responden yang diambil dalam penelitian ini N= jumlah populasi di wilayah peneletian

d= presisi yang ditetapkan 15%

Penentuan besarnya sample dengan jumlah populasi 900 KK untuk penelitian ini adalah:

n =

(35)

Jumlah responden tiap dusun yaitu dihitung dengan rumus (Sugiyono, 2009):

n = jumlah sampel yang akan diambil pada setiap dusun N = jumlah total populasi dari 8 dusun

Ni= jumlah populasi pada dusun ke (i) ni= jumlah responden pada 8 dusun

Dilihat dari rumus diatas dapat ditentukan responden dari masing-masing dusun yaitu pada tabel 1 :

Tabel 1. Jumlah sampel pada setiap dusun

Nama Dusun Jumlah Populasi Jumlah Sampel

Dusun Sidoharjo 72 KK 3 KK

E. Metode Pengolahan dan Analisis Data

(36)

Untuk penyusunan data komposisi tanaman agroforestri dapat dimasukkan kedalam bentuk tabel agar lebih mudah dalam menganalisis data.

Untuk data komposisi dari agroforestri yang telah diperoleh dari hasil identifikasi di lapangan akan diolah dengan menggunakan indeks nilai penting (INP) yang merupakan parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi/tingkat penguasaan spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Persamaan-persamaan yang digunakan sebagai berikut (Indriyanto, 2006) :

a. Kerapatan

Jumlah individu per unit area (luas) atau per unit volume.

K-i =

-KR-I = -

x

100%

b. Frekuensi

Jumlah petak contoh diketemukannya suati spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat.

F-i =

(37)

c. Luas Penutupan

Proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh suatu spesies tubuhan dengan total habitat.

D-i =

-DR-i = - X 100%

d. INP

Menyatakan tingkat penguasaan spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan.

Untuk fase pohon dan perdu : INP = KR + FR + DR INP-i = KR-i + FR-i + DR-i Untuk fase sapihan dan semai: INP = KR + FR

INP-i = KR-i + FR-i

(38)

Tabel 2. Analisis komposisi tanaman

No Spesies KR FR DR INP

Dalam pengolahan data pendapatan rumah tangga setelah dilakukan penyusunan data dilakukan perhitungan secara manual dengan menggunakan komputer. Data yang telah disusun dan hitung akan di masukan ke dalam tabel atau tabulasi data.

Persamaan-persamaan yang digunakan dalam pengolahan data pendapatan yang telah diperoleh adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan total rumah tangga dapat dihitung dengan rumus : Prt = Paf + Pnaf

Keterangan : Prt = Pendapatan rumah tangga

Paf = Pendapatan dari pengelolaan agroforestri Pnaf = Pendapatan dari non agroforestri

2. Pendapatan dari masing-masing komposisi tanaman agroforestri :

Keterangan : Pkt = Pendapatan dari -masing komposisi tanaman agroforestri (Rp/th)

= jumlah penerimaan tunai dari pengusahaan komposisi tanaman agroforestri ke-i

(39)

3. Pendapatan yang diperoleh dari pengelolaaan sistem agroforestri dapat dihitung dengan rumus :

Paf = (Pkta + Pktb + Pktc +Pkt...) – biaya produksi

Keterangan : Paf = pendapatan dari pengelolaan agroforestri (Rp/th)

Pkta, Pktb, Pktc = pendapatan dari masing-masing komposisi tanaman agroforestri (Rp/th)

(Hernanto,1988 dalam Saifudin, 2007)

Data pendapatan total rumah tangga dari sistem pengelolaan agroforestri dan non agroforestri akan dianalisis menggunakan analisis kuantitatif yang dikaji dalam bentuk angka. Dalam analisis kuantitatif ini diperoleh data yang memberikan informasi mengenai pendapatan rumah tangga petani dari berbagai usaha seperti pengelolaan lahan agroforestri, persawahan, pekerjaan sampingan, peternakan, kontibusi dari komposisi tanaman agroforestri dan kontribusi pengelolaan lahan agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga. Data tersebut akan dianalisis lagi dengan menggunakan deskriptif kualitatif yang memaparkan dan menjelaskan angka-angka yang didapat dari analisis sebelumnya.

Sedangkan untuk pengolahan data kontribusi komposisi produk agroforestri dapat digunakan persamaan :

1. Kontribusi pendapatan dari masing-masing komposisi produk agroforestri :

%Pkt = (Pkt / Paf) x 100 %

(40)

Pkt = pendapatan dari masing-masing komposisi produk agroforestri/ th

Paf = Pendapatan dari pengelolaan lahan agroforestri/th

2. Kontribusi pendapatan dari pengelolaan lahan agroforestri : %Paf = (Paf / Prt ) x 100%

Keterangan = %Paf = persentase pendapatan dari pengelolaan agroforestri

Paf = pendapatan dari pengelolaan agroforestri per tahun

(41)

Judul Skripsi : KOMPOSISI TANAMAN AGROFORESTRI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI DESA

PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG Nama Mahasiswa : Marlica Tri Asmi

No. Pokok Mahasiswa : 0814081051 Jurusan : Kehutanan Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Rommy Qurniati, S.P., M.Si. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. NIP 19760912 200212 2001 NIP 19611225 198703 1005

2. Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian

(42)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Rommy Qurniati, S.P., M.Si. ...

Sekretaris : Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1001

(43)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 15 Maret 1991 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari Bapak Asmawi Masuhir dan Ibu Masnin Zain. Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Al-Azhar Bandar Lampung. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2005 di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung dan penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2008 di SMA Negeri 5 Bandar Lampung. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Tahun 2008.

(44)

SANWANCANA

Segala puji syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, karunia, dan inayahnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Komposisi Tanaman Agroforestri Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan

Rumah Tangga Petani Di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin

Kabupaten Pesawaran Lampung”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut) di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Selama mengerjakan hingga menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan motivasi berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, penulis menghaturkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Ibu Rommy Qurniati, S.P., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan kasih sayangnya selama penulisan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan kasih sayangnya selama penulisan skripsi ini.

(45)

4. Bapak Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak Muhartoyo selaku lurah Desa Pesawaran Indah yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian di desa tersebut.

7. Kasubbag Tata Usaha dan para staf pegawai Fakultas Pertanian yang sudah banyak membantu dalam mengurus surat-surat selama penyelesaian skripsi. 8. Bapak, mama dan semua keluarga, terima kasih untuk kasih sayang,

semangat, doa dan dukungannya.

9. Pices, Dessy, Pine, Putri, Yudi, Ferdy, dan Rizki Hidayad yang telah membantu dalam turun lapang di penelitian ini.

10.Semua pihak terkait yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan serta ketulusan hati mereka mendapat imbalan dari Allah SWT. Akhir kata penulis berharap agar laporan praktik umum ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis

(46)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Komposisi Jenis Tanaman Agroforestri

Komposisi tanaman yang menjadi penyusun kebun campuran ini terdiri dari tanaman pertanian (padi, kakao, kopi, cengkeh), tanaman kayu, dan tanaman buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman ditentukan dari analisis vegetasi menggunakan 10 petak contoh yaitu 3 petak pada fisiografi bawah dan tengah dan 4 petak untuk fisiografi atas. INP menunjukkan penguasaan suatu spesies dalam susunan komposisi tanaman (Indriyanto, 2006).

a. Komposisi Tanaman I Pada Fisiografi Atas

Komposisi I terdiri dari tanaman komersil yaitu pala, waru, medang, kakao, kopi,dan cengkeh dengan INP masing-masing dapat dilihat pada tabel 10.

(47)

tanaman kopi akan sangat bermanfaat untuk mengurangi derajat pukulan air hujan terhadap permukaan tanah yang pada akhirnya dapat mengurangi terjadinya erosi.

Tabel 10. Komposisi tanaman I

Jenis Nama Ilmiah KR

Keterangan : Kerapan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), dan Dominansi Relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP)

(48)

b. Komposisi Tanaman II Pada Fisiografi Atas

Komposisi II terdiri dari kopi, kakao, waru, dadap, kayu manis, dan kelapa. INP tertinggi kakao yaitu 80,29% kemudian waru sebesar 56,09% dan kelapa sebesar 55,22%. Komposisi II dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Komposisi tanaman II

Jenis Nama Ilmiah KR(%) FR(%) DR(%) INP(%)

Keterangan :Kerapan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), dan Dominansi Relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP)

(49)

Menurut Buana,dkk, 2005 tanaman kopi memiliki perakaran yang rendah, maka semakin dangkal sebaran akar pohon, semakin kecil perannya dalam konservasi tanah dan air. Oleh karena itu pada fisiografi atas ditanam pepohonan untuk meminimalisir terjadinya longsor.

Fisiografi atas memiliki tanaman kopi yang tidak semua fisiografi menanam kopi karena kopi hanya tumbuh pada ketinggian 800-1500 mdpl sehingga petani dahulu memilih untuk menanam kopi sebagai penghasil utama selain kakao. Namun, semakin lama produktifitas kopi menurun dikarenakan kondisi iklim yang tidak stabil lagi sehingga tersebar penyakit.

c. Komposisi Tanaman III Pada Fisiografi Atas

Komposisi III terdiri dari tanaman kakao, pisang, tangkil, medang, dan petai dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Komposisi tanaman III

Jenis Nama Ilmiah KR (%) FR(%) DR(%) INP(%) Kakao Theobroma cacao 27,78 47,62 9,53 84,93 Pisang Musa paradisiaca 33,33 28,57 17,30 79,20 Tangkil Genetum genemon 5,556 9,52 6,75 21,83 Medang Litsea Spp 22,22 9,52 46,81 78,56 Petai Parkia speciosa 11,11 4,76 19,61 35,48

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00

Keterangan : Kerapan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), dan Dominansi Relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP)

(50)

yang kecil dibanding kakao karena pemasaran pisang yang sulit dan jauh dari pasar sehingga banyak yang dikonsumsi sendiri oleh petani. Medang menjadi salah satu tanaman yang banyak ditanam petani di fisiografi atas karena medang memberikan manfaat selain sebagai pohon penaung juga digunakan sebagai kayu pertukangan sehingga petani banyak yg menanam pohon medang untuk dijual di masa yang akan datang dan digunakan untuk kebutuhan subsisten seperti membangun rumah dan untuk kandang ternak.

d. Komposisi Tanaman IV Pada Fisiografi Atas

Komposisi IV terdapat tanaman kakao, julang-jaling dan kedondong (tabel 13).

Tabel 13. Komposisi tanaman IV

Jenis Nama Ilmiah KR(%) FR(%) DR(%) INP(%) Dominansi Relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP)

(51)

dijual dan menambah pendapatan petani. Masyarakat fisiografi atas lebih diutamakan banyak menanam pepohonan karena berbatasan dengan hutan lindung register 19 sehingga petani lebih memiliki tanggung jawab terhadap hutan dan untuk memelihara daerah sekitar sungai sebagai sumber mata air. Komposisi IV memiliki jenis yang lebih sedikit dibanding komposisi lainnya. Pada komposisi IV lebih memfokuskan pada tanaman yaitu kakao tanpa ada tanaman pertanian lainnya dan tanaman seling yang digunakan yaitu pohon yang berfungsi sebagai penaung tanaman kakao.

e. Komposisi Tanaman V Pada Fisiografi Tengah

Komposisi V terdiri dari tanaman jati dan tanaman komersil yaitu durian, pala, kakao, dan pisang (Tabel 14).

Tabel 14. Komposisi tanaman V

Jenis Nama Ilmiah KR(%) FR(%) DR(%) INP(%) Kakao Theobroma cacao 31,58 41,67 8,70 81,95 Pisang Musa paradisiaca 10,53 25,00 0,82 36,35 Jati Tectona grandis 26,32 12,50 22,49 61,3 Durian Durio zibethinus 10,53 8,33 60,03 78,9 Pala Myristica fragrans 21,05 12,50 7,95 41,51

Jumlah 100,00 100,00 100 300

Keterangan : Kerapan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), dan Dominansi Relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP)

(52)

sebagai tanaman naungan maupun pagar karena lebih memiliki manfaat dibanding kayuan sehingga penutupan tajuk yang dominan didapat dari tanaman durian dan tanaman berkayu jati.

f. Komposisi Tanaman VI Pada Fisiografi Tengah

Komposisi VI tersusun atas tanaman kakao, pisang, kelapa, waru, dan mindi (Tabel 15).

Tabel 15. Komposisi tanaman VI

Jenis Nama Ilmiah KR(%) FR(%) DR(%) INP(%) Kakao Theobroma cacao 26,32 41,67 5,46 73,44 Pisang Musa paradisiaca 36,84 25,00 22,67 84,51 Waru Hibiscus tiliaceus 21,05 12,50 31,59 65,14 Kelapa Cocos nucifera 10,53 16,67 35,38 62,57 Mindi Melia azedarach 5,26 4,17 4,90 14,33

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00

Keterangan : Kerapan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), dan Dominansi Relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP)

(53)

g. Komposisi Tanaman VII Pada Fisiografi Tengah

Komposisi VII terdiri dari tanaman kakao, alpukat, tangkil, dan kemiri dengan INP terbesar dimulai dari kakao 128,3%, alpukat 86,71% kemudian tangkil 56,51%. Dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16. Komposisi Tanaman VII

Jenis Nama Ilmiah KR(%) FR(%) DR(%) INP(%) Dominansi Relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP)

Komposisi VII memperoleh pendapatan sebesar Rp 13.255.961,-/ha/th yang diperoleh dari tanaman komersil yaitu kakao dan alpukat. Komposisi VII memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibanding komposisi VI dikarenakan pada komposisi ini terdapat tanaman alpukat yang buahnya dapat dijual apabila telah panen. Pada fisiografi tengah sistem pemasaran buah-buahan lebih mudah dibandingkan dengan fisiografi atas. Adanya tengkulak buah seperti tengkulak kelapa dan pisang akan membantu petani dalam menjual hasil kebun.

h. Komposisi Tanaman VIII Pada Fisiografi Bawah

(54)

tanaman kakao sebesar 74,73%, kemudian bayur 70,53% dan pala 62,24% (tabel 16).

Tabel 17. Komposisi tanaman VIII

Jenis Nama Ilmiah KR(%) FR(%) DR(%) INP(%) Kakao Theobroma cacao 25,00 38,46 10,97 74,43 Pala Myristica fragrans 31,25 11,54 19,45 62,24 Pisang Musa paradisiaca 6,25 23,08 1,18 30,51 Kelapa Cocos nucifera 6,25 15,38 22,15 43,79 Bayur Pterospermum

javanicum

18,75 7,69 44,09 70,53

Cempaka Michelia alba 12,50 3,85 2,15 18,50

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00

Keterangan : Kerapan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), dan Dominansi Relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP)

Pendapatan yang diperoleh sebesar Rp16.064.254,-/ha/th. Berbeda dengan fisiografi atas dan tengah tanaman pala pada fisiografi bawah memiliki kisaran umur 15 th sehingga pala sudah dapat diproduksi rata-rata 10-50 kg namun belum mencapai maksimal.

i. Komposisi Tanaman IX Pada Fisiografi Bawah

(55)

Tabel 18. Komposisi tanaman IX

Jenis Nama Ilmiah KR(%) FR(%) DR(%) INP(%) Pisang Musa paradisiaca 10,53 24,00 0,84 35,37 Kakao Theobroma cacao 42,11 40,00 12,76 94,86 Kelapa Cocos nucifera 10,53 16,00 24,76 51,29 Jati Tectona grandis 10,53 12,00 8,80 31,32 Durian Durio zibethinus 26,32 8,00 52,84 87,16

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00

Keterangan : Kerapan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), dan Dominansi Relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP)

Pendapatan yang diperoleh sebesar Rp 23.127.404,-/ha/th dan merupakan pendapatan tertinggi dibanding komposisi yang lainnya. Hal ini dikarenakan pada komposisi IX semua jenis merupakan tanaman komersil yang menghasilkan nilai rupiah. Khusus untuk tanaman jati yang merupakan pepohonan yang digunakan sebagai pembatas antar kebun, pada 1 tahun terakhir telah dilakukan pemanenan sehingga memberikan pendapatan lebih kepada petani. Petani pada komposisi IX lebih memperhatikan pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan yang dilakukakan yaitu seperti pemangkasan, penyiangan, penyiraman, penyemprotan pestisida dan pemupukan.

j. Komposisi Tanaman X Pada Fisiografi Bawah

(56)

menaman jati sebagai tabungan untuk masa depan. Jati juga digunakan sebagai penguat tanggul disawah-sawah petani karena memiliki akar yang kuat untuk menahan terjadinya longsor. Pendapatan yang diterima yaitu sebesar Rp 18.145.753,-/ha/th. Pada komposisi ini jati belum memberikan kontribusi pada pendapatan petani dikarenakan jati digunakan sebagai tabungan untuk masa depan sehingga memberikan kontribusi yang besar pada masa yang akan datang, dan untuk sekarang petani memanfaatkan jati sebagai penaung dan pembatas antar kebun petani.

Tabel 19. Komposisi tanaman X

Jenis Nama Ilmiah KR(%) FR(%) DR(%) INP(%) Jati Tectona grandis 40,91 14,29 49,45 104,65 Bayur Pterospermum

javanicum

4,55 9,52 25,47 39,54

Kakao Theobroma cacao 40,91 47,62 21,04 109,57 Pisang Musa paradisiaca 13,64 28,57 4,03 46,24

Jumlah 100,00 100,00 100,00 300,00

Keterangan : Kerapan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR), dan Dominansi Relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP)

(57)

Gambar 2. Komposisi vegetasi dan pendapatannya

Dari Gambar 4 menunjukkan bahwa komposisi IX memiliki pendapatan yang lebih tinggi dibanding komposisi yang lain dan yang paling terendah adalah pada komposisi I. Komposisi IX yang terdiri dari pisang, kakao, jati, durian, dan kelapa dengan pendapatan Rp 23.127.404,-/ha/th.

Pada komposisi I terdiri dari pala, waru, medang, kakao, kopi, cengkeh dengan jumlah pendapatan Rp6.838.684,-/ha/th dapat dilihat bahwa pendapatan yang dihasilkan sangat berbeda. Hal ini dikarenakan pada komposisi 1 terletak di fisiografi atas sehingga dalam pemasaran hasil kebun sangat jauh dari pasar dan kurangnya pemeliharaan dibanding dengan komposisi IX yang dekat dengan akses pasar dan dalam pembudidayaanya lebih intensif.

Dapat disimpulkan dari sepuluh komposisi yang ada, INP tertinggi diperoleh tanaman pertanian yaitu kakao dan pendapatan per jenis tertinggi juga dari tanaman kakao sebesar 68%. Indeks Nilai Penting tertinggi kedua dari keseluruhan komposisi adalah tanaman kehutanan seperti pepohonan dan

0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000

I II III IV V VI VII VIII IX X

(58)

MPTS. Dari hasil penelitian ditemukan, jika INP suatu jenis tanaman adalah tinggi, maka pendapatan yang diperoleh juga tinggi. Hal ini dikarenakan pengaruh jumlah tanaman yang tinggi sehingga memperbesar nilai INP.

Berdasarkan dari hasil penelitian-penelitian sebelumnya, Meirisa (2003) dari hasil inventarisasi kebun terdapat 52 jenis tanaman yang terdiri dari 40 jenis pohon dan 12 jenis bukan pohon; Retnoningsih (2007) pada kebun campuran tradisional ditemukan sebanyak 29 jenis tanaman buah-buahan, 24 jenis tanaman pertanian dan tidak kurang dari 24 jenis tanaman kehutanan; Nugroho (2003) menyatakan bahwa dari hasil inventarisasi sistem agroforestri ditemukan 22 jenis tanaman pohon dan 16 jenis tanaman bukan pohon.

(59)

Gambar 3. Jumlah jenis tanaman yang ada pada masing-masing topografi di Desa Pesawaran Indah.

Jenis vegetasi terbanyak diperoleh pada daerah atas yaitu sebesar 15 jenis vegetasi dengan masing-masing jenis dari pohon, bukan pohon, dan MPTS adalah 3, 5, dan 7 jenis. Diikuti dengan daerah tengah sebesar 13 jenis vegetasi dan daerah bawah dengan 10 jenis vegetasi.

Vegetasi terbanyak didapat pada fisiografi atas dikarenakan pada fisiografi atas petani lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga pada satu luasan lahan petani menanam tanaman apa saja yang bisa ditanam dan sebagai pemenuhan kebutuhan hidup. Fisiografi bawah memperoleh jenis yang paling rendah dikarenakan pada fisiografi bawah petani tidak hanya menjual hasil untuk kebutuhan sehari-hari melainkan untuk lebih dimanfaatkan secara komersil dikarenakan biaya hidup untuk petani fisiografi bawah lebih tinggi dibandingkan fisiografi atas seperti bayar listrik, gas, dan kebutuhan pendukung lainnya.

0 2 4 6 8 10 12 14 16

(60)

B. Pendapatan dan Kontribusi Agroforestri

Pendapatan total petani dihitung dalam jangka waktu satu tahun terakhir sesuai dengan yang diperoleh petani dari masing-masing pekerjaan baik dari agroforestri maupun dari luar agroforestri. Pendapatan agroforestri meliputi pendapatan yang diperoleh dari penjualan hasil sawah dan hasil kebun seperti kayu, kakao, pisang, kelapa, dan lainnya. Pendapatan dari luar agroforestri meliputi penerimaan dari hasil berdagang, buruh, jasa, wiraswasta, dan lainnya. Pendapatan total petani disajikan per setiap dusun yang ada di Desa Pesawaran Indah pada tabel 20.

Tabel 20. Pendapatan petani agroforestri di Desa Pesawaran Indah tahun 2012

Sumber

(61)

pendapatan yaitu sebesar 60,82% dikarenakan tanaman tersebut termasuk tanaman yang pemanenannya tidak memerlukan waktu lama serta memiliki nilai ekonomi sehingga petani mendapatkan pemasukan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari kemudian diikuti dengan jenis tanaman buah-buahan sebesar 14,16%.

Jenis buah-buahan yang mendominasi di Desa Pesawaran Indah antara lain pisang, kelapa,dan durian. Sebagian besar petani menanam tanaman pisang sebagai pendapatan sampingan selain kakao sebagai tanaman utamanya. Selain pisang yang menjadi tanaman untuk sampingan petani adalah kelapa, tidak hanya dimanfaatkan sebagai penaung tanaman kakao tetapi hasil buahnya dapat dijual untuk menambahkan pemasukan petani.

Pendapatan yang diperoleh dari ternak sebesar 8,86%. Menurut hasil wawancara petani agroforestri juga mengusahakan ternak sebagai tabungan untuk masa depan. Sapi dan kambing merupakan hewan ternak yang paling banyak diusahakan oleh petani. Dalam pemanfaatan kotorannya selain menjadi pupuk untuk tanaman juga dijadikan sebagai bahan bakar biogas.

(62)

petani untuk pemenuhan sehari-hari dan untuk mengisi waktu luang pada saat tidak ada pekerjaan di kebun sehingga petani mendapatkan keuntungan walaupun sedang tidak mengalami panen.

Sistem pengelolaan kebun campuran di Desa Pesawaran Indah dilakukan secara tradisional. Petani mengusahakan mencampurkan segala jenis tanaman pada suatu luasan lahan baik tanaman semusim, tanaman tahunan, dan tanaman palawija. Petani lebih memilih jenis tanaman yang cepat dalam mendatangkan keuntungan oleh karena itu petani Desa Pesawaran Indah cenderung bersifat subsisten yaitu lebih mengutamakan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

(63)

Tenaga kerja merupakan salah satu indikator dalam biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani. Tenaga kerja biasanya dipakai pada saat musim panen kakao dan menggemburkan lahan sawah. Harga untuk tenaga kerja laki-laki atau perempuan berkisar antara Rp 25.000 – Rp 30.000 /hari. Tenaga kerja perempuan biasanya digunakan pada saat pemecahan buah kakao dan pemisahan daging buah dari biji, sedangkan tenaga kerja laki-laki digunakan dalam pemanenan buah kakao dan kelapa.

Rincian harga yang dijual petani pada 1 tahun terakhir untuk kakao dan kopi adalah berkisar antara Rp 10.000 – Rp 15.000 per kg, harga cengkeh Rp 50.000/kg, harga kelapa Rp 2000/gandeng, harga pala dengan kisaran Rp 40.000 - Rp 50.000 per kg, harga pisang Rp 500 – Rp 1000, untuk kisaran harga durian yaitu Rp 1000 – Rp 5000, sedangkan untuk kayuan mengikuti harga dari masing-masing jeis kayu.

(64)

Kontribusi agroforestri dan non agroforestri dapat dilihat pada Tabel 20 yaitu menunjukkan bahwa kontribusi agroforestri keseluruhan Rp 795.331.672,- dengan besar 91,44 %, dan kontribusi non agroforestri sebesar Rp 74.500.000,- atau sebesar 8,56% dari total pendapatan per tahun.

Gambar 4. Kontribusi dari agroforestri dan non agroforestri terhadap Pendapatan

Berdasarkan data tersebut bahwa agroforestri memiliki kontribusi yang paling berpengaruh besar terhadap pendapatan total petani sedangkan dari pendapatan non agroforestri tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan total. Seperti pada penelitian lainnya yaitu menurut Rachman (2011) dalam penelitiannya di Desa Bangunjaya Kabupaten Bogor dari sistem agroforestri yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan responden sebesar 79,5% sedangkan kontribusi non agroforestri terhadap pendapatan responden sebesar 20,5%.

Simatupang (2011) di Nagori Simpang Raya Dasma Kabupaten Simalungun, kontribusi produk agroforestri terhadap pendapatan masyarakat adalah 70%

Agroforestri

(65)
(66)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

(67)

2. Besarnya rata-rata pendapatan total petani dari tiap sumber pendapatan di Desa Pesawaran Indah adalah untuk sistem agroforestri Rp 36.992.171,-/ha /th dan untuk non agroforestri sebesar Rp 9.312.500,-36.992.171,-/ha/th. Besarnya kontribusi dari sistem agroforestri terhadap pendapatan petani Desa Pesawaran Indah sebesar 91,44%, sedangkan untuk kontribusi dari non agroforestri sebesar 8,56% dari total pendapatan.

B. Saran

1. Agar petani lebih memusatkan pada komposisi tanaman yang lebih menguntungkan dan memberikan kontribusi terhadap pendapatan maupun lingkungan seperti pada komposisi IX terdiri dari tanaman kakao, pisang, kelapa, cempaka, bayur, dan MPTS sehingga dapat meningkatkan pendapatan. Selain itu petani lebih baik menanam tanaman MPTS dibanding dengan tanaman jenis kayuan karena lebih memberikan manfaat ekonomi dan ekologi.

2. Agar pemerintah memberikan perhatian lebih kepada petani agroforestri dengan melakukan upaya penyuluhan dan bantuan bibit kepada petani agar petani bisa mengembangkan sistem agroforestri dengan lebih baik.

(68)

DAFTAR PUSTAKA

Acehpedia, 2011. Arah Pengembangan Agroforestri. Diakses tanggal 7 Januari 2011. Dalam http://www.acehpedia.org/Arah_Pengembangan_Agroforestri. Anonim. 2001. Pengembangan Agroforestri. Diakses tanggal 9 januari 2012.

Dalam http://www.lablink.or.id/Agro/Agroforestri/agf-def.htm.

Arifin, Mustofa, Leti, Tony, Gustaf dan Widianto. 2003. Agroforestri di Indonesia. Bahan Latihan. ICRAF. Bogor.

Badan Pertanahan Nasional, 2007. Peta Penggunaan Lahan Desa Pesawaran Indah. Kalianda.

Badan Pusat Statistik, 2010. Kecamatan Padang Cermin dalam Angka. Lampung. Beydha, I. 2001. Analisis Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus Pada Desa

Kineppen Di Kecamatan Muthe). Universitas Sumatra Utara, Medan.

Buana, Y, Suyanto, Hairiah. 2005. Kebun Lindung: Kajian Ekologi Dan Sosio-Ekonomi Di Lampung Barat. Agrivita Vol 27 No 3. Universitas Brawijaya. Malang.

Data Profil Desa, 2007-2010. Profil Desa Pesawaran Indah. Padang Cermin. Febriyano, Suharjito, Soedomo. 2009. Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis

Tanaman dan Pola Tanaman Di Lahan Hutan Negara Dan Lahan Milik Studi Kasus Di Desa Dungai Langka, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Forum Pasca Sarjana. Vol. 32 No. 2. 129-141.

Hairiah, K., Mustofa, dan Sambas. 2003. Pengantar Agroforestri. Bahan Ajaran Agroforestri 1. ICRAF. Bogor.

Hairiah, K., Aini, Himawan, Dwi. 2011. Modul Praktikum Ekologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

(69)

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Iriyanto, R. 2012. Pembangunan kebun Rakyat Pola Agroforestri Meningkatkan Pendapatan Petani dan Berwawasan Lingkungan Di Kabupaten Kepahiang. Diakses pada tanggal 20 maret 2012 / 21:37 wib. Dalam drdbengkulu.files.wordpress.com/2012/02/ris-iriyanto.doc.

Kusumedi,P., Jariyah, N.A., 2010. Analisis Finansial Pengelolaan Agroforestri Dengan Pola Sengon Kapulaga Di Desa Tirip, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 7 (2). 93-100.

Lipsey, R. G, Courant, P. N., Purvis, D. D., Steiner, P. O. 1995. Pengantar Mikroekonomi Jilid 1. Dialih bahasakan oleh Wasana, A. J. dan Kibrandoko. Binapura Aksara. Jakarta.

Panjaitan, S. 2011. Pengelolaan Agroforestry dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Petani di Kawasan Penyangga Taman Wisata Alam Sibolangit. USU. Medan.

Rahmat, J. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Saefudin, 2007. Kajian Komposisi Tanaman HKM Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Sumber Agung, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

Sabarnurdin, Moch S. 2000. Agroforestri Untuk Agribisnis. Buletin Kehutanan, 42, 41-52.

Sardjono, Tony, Hadi, dan Nurheni. 2003. Klasifikasi dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestri. Bahan Ajaran Agroforestri 2. ICRAF. Bogor.

Susendra, I. 2002. Analisis Pendapatan Rumah Tangga Pesanggem (Study Kasus di Situraja BKPH Darmaraja KPH Sumedang PT. Perhutani Unit III Jawa Barat). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Tjakrawiralaksana, A dan C. Soeriaatmadja. 1983. Usahatani. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Triastuti, D, P. 1996. Kajian Agroforestri Tradisional dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa-Desa Sekitar Gunung Walat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

(70)

Gambar

Tabel
gambar penelitian…………………………………………….112
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Gambar 2. Design peletakkan plot contoh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan untuk perancangan software yang digunakan adalah program Arduino Due Advance yang akan di-download-kan ke mikrokontroler arduino yang digunakan untuk mengatur

Humanitarianisme muncul pada abad ke18 dan menjadi lebih dikenal pada akhir abad ke-20, humanitarianisme muncul karena adanya kemiskinan dan konflik dalam

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa lama permainan sepak bola untuk siswa SMA selama 2 x 20 menit, dapat meningkatkan kebugaran jasmani

Nybakken (1992) menambahkan bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa

Sehingga didapat kesimpulan dan rekomendasi upaya perbaikan peningkatan kualitas pelayanan dari kriteria-kriteria yang diprioritaskan untuk ditingkatkan

Penelitian ini menggunakan metode Regresi Linier Berganda untuk membantu masalah faktor-faktor yang mempengaruhi laba rugi bagi perusahaan dan kinerja perusahaan terutama di

Jumlah dan jenis jamur yang diperoleh hasil isolasi rizosfer tanaman kentang sehat dari lahan pertanian kentang organik di Dusun Sembungan Desa Gondangsari Kecamatan

Aspek internal yaitu sifat SDM dari ketiga unit yang bertanggung jawab dalam pelayanan dan adanya kekurang disiplinan petugas pelayanan, sementara itu dari aspek