1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas di masa yang akan datang. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan telah mendorong berbagai upaya dan
perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap perkembangan dunia
pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk mencapai salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pen-didikan Nasional Pasal 1 ayat 1, menyebutkan sebagai berikut.
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.
Melalui pendidikan, seorang siswa bisa mengembangkan potensi dirinya baik
secara individu maupun dalam kehidupan sosialnya, sehingga keterampilan yang ia miliki dapat berguna dalam kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
kepada siswa. Selain menguasai materi, seorang guru juga dituntut untuk
menguasai strategi-strategi dalam penyampaian materi tersebut. Cara guru menciptakan suasana kelas dan mendekatkan materi kepada siswa akan
berpengaruh terhadap respon siswa dalam kegiatan pembelajaran. Apabila guru berhasil menciptakan suasana yang menyebabkan siswa termotivasi aktif dalam belajar kemudian siswa juga memberikan respon yang positif terhadap
pembelajaran, akan memungkinkan terjadi peningkatan penguasaan konsep materi pelajaran, yang pada akhirnya mengakibatkan hasil belajar menjadi lebih optimal.
Kompetensi guru juga berpengaruh terhadap keberhasilan suatu kegiatan
pembelajaran. Guru yang berkompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya, menciptakan suasana belajar yang efektif, dan menyenangkan sehingga kegiatan
pembelajaran akan berlangsung secara optimal. Oleh karena itu, kemampuan guru untuk mendesain kegiatan pembelajaran dan mendekatkan materi kepada siswa sangat dibutuhkan agar siswa tidak sekedar menerima materi yang akan dibahas
oleh guru tetapi benar-benar terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran sehingga pada akhirnya mampu menerapkan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Matematika adalah ilmu dasar yang berkembang pesat baik materi maupun
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Matematika adalah suatu alat untuk mengembangkan kemampuan berpikir, karena itu matematika sangat diperlukan
hakekatnya memiliki objek kajian yang abstrak dan sepenuhnya menggunaka pola
pikir deduktif. Mata pelajaran matematika berfungsi mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan menggunakan
ketajaman penalaran untuk menyelesaikan persoalan sehari-hari. Sasaran dari pembelajaran matematika adalah siswa diharapkan lebih memahami keterkaitan antara topik dalam matematika serta manfaat bagi bidang lain.
Dalam Kurikilum tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam ujian nasional yang sangat menentukan kelulusan siswa. Oleh karena itu, banyak siswa yang secara sadar
mengakui pentingnya matematika, bahkan para orang tua sering memaksa anak mereka untuk mengikuti pelajaran tambahan. Ini membuat anak merasa terpaksa
mempelajari matematika, sehingga membenci matematika. Akibatnya ia akan kesulitan memahami dan menguasai matematika. Disinilah peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan, guru berhubungan langsung
dengan para siswa. Guru harus bisa merencanakan suatu pembelajaran matematika yang menarik, efektif, dan bermakna. Ketika merencanakan pembelajaran, penting untuk merancang bagaimana siswa akan berpartisipasi
dalam belajar. Dalam kenyataan di lapangan banyak siswa yang masih takut untuk mengekspresikan diri mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII SMP Surya
pembelajaran konvensional. Metode pembelajaran konvensional yang dimaksud
adalah pembelajaran klasikal dengan menggunakan metode mengajar yang merupakan gabungan dari metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode
pemberian tugas. Dengan metode ini kegiatan pembelajaran di kelas selalu di dominasi oleh guru dan dilakukan karena hanya untuk mengejar pencapaian target materi yang harus diajarkan pada kurikulum, sehingga terlihat komunikasi yang
terjadi berpusat pada guru, sehingga guru lebih aktif daripada siswa.
Aktivitas belajar di kelas VIII juga masih rendah, siswa sulit dalam memahami materi pelajaran yang berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh siswa ketika
proses pembelajaran berlangsung, masih banyak siswa yang kurang memperhatikan gurunya, hanya mencatat materi, malas bertanya, mengobrol
dengan temannya, dan hanya menerima soal latihan dari guru kemudian mengerjakannya. Padahal dalam proses belajar matematika, pengetahuan matematika tidak dapat diberikan bagitu saja, sebaliknya siswa akan memahami
konsep matematika jika mereka ikut serta dan aktif dalam pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika yang dilaksanakan dengan adanya interaksi dan komunikasi bahasa antar teman sebayanya akan lebih mudah dipahami dan diingat
oleh siswa, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna dan siswa lebih mudah mengaplikasikan materi pelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari.
Dari analisis tersebut, nampak masalah yang ada pada kelas adalah guru masih
pembelajaran matematika. Dengan demikian, perlu adanya penerapan penggunaan
metode pembelajaran yang tepat yang bisa lebih efektif pada proses pembelajaran matematika agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk
diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu, dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama
atau sejajar.
Model pembelajaran kooperatif mempunyai banyak variasi. Salah satu diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Model
Pembelajaran kooperatif tipe NHT membantu siswa mengintepretasikan ide mereka bersama dan memperbaiki pemahaman. Model pembelajaran kooperatif
tipe NHT dapat digunakan di SMP karena kondisi siswa SMP yang masih dalam masa remaja membuat mereka menyukai hal baru bagi mereka dan lebih terbuka dengan teman sebaya dalam memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Hal
ini didukung juga oleh kenyataan bahwa siswa kelas VIII SMP Surya Dharma 2 Bandar Lampung yang sering berdiskusi sendiri dengan teman kelompoknya saat
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan
menerapkan model pembelajaran NHT dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VIII semester ganjil SMP Surya Dharma 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 untuk mengetahui tingkat keefektifan pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional apabila diterapkan pada siswa kelas VIII semester ganjil SMP Surya Dharma 2 Bandar Lampung ?”.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas model
pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Smatematika siswa bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada
siswa kelas VIII semester ganjil SMP Surya Dharma 2 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
danpengaruhnya pada sikap aktifitas siswa dan hasil belajar siswa terhadap
peajaran matematika. Dengan mengetahui kadar kekuatan pengaruh tersebut diharapkan dapat menunjukkan seberapa besar variabel tersebut mempengaruhi
aktifitas dan hasil belajar siswa terhadap pembeajaran matematika.
2. Manfaat Praktis 1. Bagi Siswa
a) Siswa dapat berperan aktif dan berpartisipasi dalam proses belajar sehingga dapat mengekspresikan ide mereka.
b) Siswa dapat meningkatkan hasil belajar sehingga dapat belajar tuntas. 2. Bagi Guru
Guru dapat memperoleh suatu variasi strategi pembelajaran yang lebih efektif
dalam pembelajaran matematika. 3. Bagi Sekolah
Sekolah secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta
memperoleh masukan untuk proses pembelajaran berikutnya. 4. Bagi Peneliti
Dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah pengalaman, dan pengetahuan peneliti terkait dengan penelitian menggunakan model
E. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini antara lain:
a) Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah pembelajaran kooperatif yang memiliki empat struktur langkah kegiatan utama yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama dan pemberian jawaban. Setiap siswa dalam
tiap kelompok memiliki nomor yang berbeda, kemampuan akademik yang heterogen dan memiliki tanggung jawab yang sama.
b) Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan metode pembelajaran untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Efektivitas pembelajaran ditinjau dari dua aspek yaitu:
a. Aspek proses pembelajaran dilihat dari aktivitas yang dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung.
c) Aspek hasil pembelajaran dilihat dari tes akhir pokok bahasan pembelajaran
d) Aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran meliputi aspek yang relevan dengan kegiatan pembelajaran. Aktivitas siswa didiskripsikan
dengan melihat keterlibatan siswa dalam mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS), berkerjasama dengan teman sekelompok, keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab atau diskusi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif
merupakan suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pembelajaran dikatakan efektif
apabila tujuan dari pembelajaran tersebut tercapai.
Tujuan dalam pembelajaran matematika mencakup tujuan kognitif dan afektif. Tujuan kognitif berupa kemampuan siswa dalam menguasai konsep matematika
yang dapat dilihat dari nilai hasil tes yang diberikan, sedangkan aspek afektif dilihat dari sikap dan aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung.
Lebih lanjut, Hamalik (2004: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif
bagi siswa untuk mendapatkan pengetahuan baru pula. Penyediaan kesempatan
belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajari.
Veithzal (1999: 31) mengemukakan bahwa ”Efektivitas tidak hanya dilihat dari
sisi produktivitas, tetapi juga dilihat dari sisi persepsi seseorang”. Demikian juga dalam pembelajaran, efektivitas bukan semata-mata dilihat dari tingkat
keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran matematika yang ditunjukkan dengan nilai hasil belajar tetapi juga dilihat dari respon siswa terhadap pembelajaran yang telah diikuti.
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah
ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung, respon siswa terhadap pembelajaran dan hasil belajar siswa.
2. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan siswa pada kelompok-kelompok kecil dalam belajar dan bekerja sama dalam
menyelesaikan tugas yang harus mereka kerjakan untuk mencapai tujuan belajar. Tujuan pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Bulelogo (2008: 3), yaitu
Pembelajaran kooperatif dapat melatih keterampilan siswa dalam bekerja sama
serta keterampilan tanya jawab dan berbagi ide.
Lie (2008: 59) menyatakan:
“Teknik pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.”
Menurut Eggen dan Khauchak (1996: 279) model pembelajaran kooperatif
memiliki tiga komponen mendasar yaitu: a. Tujuan kelompok (group goal)
Siswa saling menghargai anggota kelompok dari kemampuan yang berbeda untuk bekerjasama dan membantu satu sama lain.
b. Tanggung jawab individual (individual accountability)
Setiap anggota kelompok diharapkan menguasai materi, belajar, melakukan aktivitas bersama serta menunjukkan bahwa mereka mengerti apa yang telah
mereka diskusikan.
b. Kesempatan yang sama untuk berhasil (a goal opportunities for succes) Mempunyai pengertian bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kesempatan yang sama untuk menguasai matrei pelajaran dan mendapatkan penghargaan atas keberhasilan yang di capai.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menuntut siswa belajar
Lie (2004 : 12) menyatakan:
“Pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dengan guru bertindak sebagai fasilisator”.
Selanjutnya Slavin (dalam Yasa, 2008: 13) menyatakan sebagai berikut.
“Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dalam kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara kelompok”.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas maka dapat diartikan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan dimana siswa didistribusikan dalam
kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas pembelajaran dan saling membantu siswa lain dalam memahami materi. Dalam pem- belajaran kooperatif siswa juga tidak harus belajar langsung dari guru apabila mereka tidak berani
bertanya. Siswa dapat bertanya pada teman-nya yang lebih memahami materi. Pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) bisa jadi lebih efektif daripada
pengajaran oleh guru. Keberhasilan kelompok dalam pembelajaran kooperatif ditentukan oleh usaha tiap anggota kelompok untuk menguasai bahan belajar untuk saling membantu, menghargai pendapat tiap anggota kelompok,
3. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan siswa yang berbeda
kemampuannya, jenis kelamin bahkan latar belakangnya untuk membantu belajar satu sama lainnya sebagai sebuah tim. Semua anggota kelompok saling membantu anggota yang lain dalam kelompok yang sama dan bergantung satu
sama lain untuk mencapai keberhasilan kelompok dalam belajar. Tujuan pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh Bulelogo (2008: 3), menurutnya
pembelajaran kooperatif dirancang untuk meningkatkan partisipasi aktif siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan, membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berinteraksi dan belajar bersama. Pembelajaran kooperatif dapat melatih keterampilan siswa dalam bekerja sama serta keterampilan tanya jawab dan berbagi ide.
Salah satu tipe pambelajaran kooperatif adalah Numbered Heads Together (NHT). Lie (2008: 59), mengungkapkan teknik belajar mengajar NHT
dikembangkan oleh Spencer Kagan. Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
Tahapan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT diungkapkan oleh
Nurhadi (2004:121) dalam empat langkah sebagai berikut. “ a. Penomoran(Numbering)
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda.
b. Pengajuan Pertanyaan(Questioning)
Guru mengajukan pertanyaan kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
c. Berpikir Bersama(Head Together)
Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
c. Pemberian Jawaban(Answering)
Guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas”.
Dari uraian di atas, model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah strategi pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Ciri khas pada model pembelajaran ini adalah penomoran siswa pada masing-masing kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif
terhadap motivasi belajar siswa. Siswa akan berusaha memahami konsep-konsep ataupun memecahkan permasalahan yang disajikan oleh guru.
4. Aktivitas Belajar
Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, kegi-atan
belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sardiman (2004: 95) berpendapat bahwa belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah
Senada dengan hal di atas, Gie (1985: 6) mengatakan sebagai berikut:
“Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang di-lakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya ter-gantung pada sedikit banyaknya perubahan.”
Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (2004: 99) berikut.
“Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan se-gala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.”
Dalam pembelajaran perlu diperhatikan bagaimana keterlibatan siswa dalam
pengorganisasian pengetahuan, apakah mereka aktif atau pasif. Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa selama mengikuti pembelajaran. Berkenaan dengan hal tersebut, Paul B. Dierich (dalam Sardiman, 2004: 101)
menggolongkan aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:
”a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. a. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan
memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
b. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, per-cakapan, diskusi, musik, pidato.
c. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
d. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram. e. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: me-lakukan
percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.
f. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menganggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan. g. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,
Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah rangkaian
kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan.
5. Hasil Belajar
Hasil adalah kemampuan yang diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan
atau pekerjaan. Hasil belajar akan diperoleh pada akhir pembel-ajaran. Dari hasil belajar dapat diketahui kemampuan siswa dalam menye-rap atau memahami materi yang telah diajarkan.
Ahmadi (2005: 35) menyatakan hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha, dalam usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dilihat pada setiap mengikuti tes.
Salah satu kriteria yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran adalah hasil belajar siswa. Siswa yang mampu mencapai standar minimal yang ditetapkan dikatakan telah tuntas belajar.
Sudjana (2005: 4) menyatakan Keberhasilan siswa diukur dari seberapa jauh bahan pelajaran atau mata pelajaran dikuasai oleh siswa, yang disimbolkan oleh
angka-angka hasil ujian setiap mata pelajaran.
dari hasil belajar siswa. Melalui hasil belajar juga dapat diketahui tingkat
keberhasilan proses pembelajaran.
Sedangkan Hamalik (2004: 29) menyatakan belajar bukan suatu tujuan tetapi
merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.
Lebih lanjut Hamalik (2004: 30) juga bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Dengan demikian, belajar merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan. Dari suatu proses belajar, seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku.
Perubahan tersebut merupakan hasil dari proses belajar atau disebut hasil belajar. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam
proses pembelajaran dengan kata lain perubahan-perubahan yang terjadi setelah proses belajar. Dengan demikian suatu hasil belajar akan diperoleh pada akhir pembelajaran. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil tes akhir(post test)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran sebagai akibat dari perubahan tingkah laku setelah mengikuti pembelajaran sesuai tujuan
B. Kerangka Pikir
Matematika adalah mata pelajaran yang terstruktur, terorganisasi, dan sifatnya berjenjang, artinya antara materi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan.
Untuk menguasai materi pelajaran matematika pada tingkat kesukaran yang lebih tinggi, diperlukan penguasaan materi tertentu sebagai pengetahuan prasyarat.
Model pembelajaran kooperatif NHT merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang
mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total
semua siswa dan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Dengan adanya keterlibatan total semua siswa tentunya akan berdampak positif terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran kooperatif NHT terdiri dari empat tahap yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama, dan pemberian jawaban.
Pada tahap penomoran siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang beranggotakan empat sampai lima orang dengan kemampuan heterogen yang merupakan campuran menurut tingkat kemampuannya. Hal ini bertujuan agar
aktivitas dalam diskusi kelompok dapat terjadi secara optimal. Setiap siswa dalam kelompok juga diberi nomor yang berbeda. Guru mengajukan pertanyaan
dalam bentuk LKS, kemudian siswa bekerja dalam kelompok sehingga setiap siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Salah satu tujuan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah untuk mengembangkan
tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok, dan lain sebagainya. Lalu secara acak guru memanggil nomor siswa untuk mempresentasikan jawabannya. Di sini
ketergan-tungan positif juga dikembangkan. Siswa yang kemampuan akademiknya lemah diharapkan sangat antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena merasa merekalah yang akan ditunjuk oleh guru. Interaksi yang positif ini
lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar.
Pada pembelajaran kovensional guru memainkan peran yang sangat penting.
Proses pembelajaran diawali dengan menyampaikan materi pelajaran dan contoh soal yang diberikan oleh guru. Pada tahap ini siswa wajib mendengarkan dan mencatat penjelasan-penjelasan guru. Tahap selanjutnya adalah mengerjakan
latihan soal dengan cara berdiskusi kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Karena pembagian kelompok diskusi tidak diatur berdasarkan kemampuan siswa, akibatnya kegiatan ini menjadi kurang efektif terutama pada siswa yang
sama-sama memiliki kemampuan rendah.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT memungkinkan siswa terlibat secara penuh
dalam aktivitas belajar dalam kelas. Siswa tidak lagi hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Kegiatan diskusi juga lebih optimal karena pembagian kelompok disusun oleh guru dengan kemampuan yang beragam.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Aktivitas siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik
dari pada aktivitas siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Surya Dharma 2 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari 3 kelas yaitu VIII-A, VIII-B, VIII-C,. Sedangkan sampel dalam penelitian ini
terpilih kelas VIII-A dan VIII-B dengan menggunakan teknik proporsive random sampling yaitu dua kelas dengan kemampuan awal yang sama.
Dimana kelas VIII-A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII-B sebagai kelas eksperimen.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan desainEx Post Factoyang digambarkan dalam bagan sebagai berikut.
Keterangan:
X : menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Y : menggunakan pembelajaran konvensional T : Tes
Kelas Perlakuan Test
Kelas Eksperimen X T
Adapun langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan diberikan kepada siswa pada saat diskusi kelompok
c. Mengambil nilai mid semester sebagai acuan pembentukan kelompok.
2. Tahap Pelaksanaan
Sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, langkah-langkah yang
dila-kukan adalah sebagai berikut.
a. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok berpasangan.
b. Menjelaskan kepada siswa tentang pembelajaran kooperatif yang akan
dilaksanakan, mengenai tugas, dan kewajiban setiap anggota kelompok dan tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya.
c. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.
C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Data aktivitas belajar matematika siswa yang diperoleh dari hasil
obser-vasi terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran kooperatif tipe NHT berlangsung pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Data hasil penelitian ini diperoleh melalui observasi dan tes.
1. Observasi
Observasi ini bertujuan untuk memperoleh data aktivitas belajar siswa.
Observasi dilakukan oleh observer untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran dengan metode kooperatif tipe NHT berlangsung
menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dengan ketentuan : a. Siswa mendapat tandacheck list(skor 1) jika melakukan aktivitas
yang relevan terhadap pembelajaran.
b. Siswa tidak mendapat tandacheck list(skor 0) jika tidak melakukan aktivitas yang relevan terhadap pembelajaran.
Data yang diperoleh berupa data kualitatif yang diolah secara deskriptif
2. Metode Tes
Metode tes digunakan untuk memperoleh data hasil belajar siswa baik dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS maupun dengan
pembelajaran konvensional. Tes diberikan kepada kedua kelas sampel deng-an tes yang sama. Hasil pengolahan data ini gunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian.
E. Instrumen Penelitian
digunakan adalah validitas isi yaitu validitas yang ditilik dari segi isi tes
itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar, yaitu: sejauh mana tes hasil belajar sebagai alat pengukur hasil belajar peserta didik, isinya telah dapat
mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan. Validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung
dalam tes hasil belajar dengan tujuan instruksional khusus yang telah ditentukan untuk masing-masing pelajaran, apakah hal-hal yang tercantum
dalam tujuan intruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes hasil belajar tersebut atau belum. Oleh karena itu, dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian
dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIII. Jika penilaian dosen dan guru menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan
valid.
Kemudian tes tersebut diuji cobakan diluar sampel tetapi masih dalam populasi. Ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat reliabilitas tes.
Perhitungan reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Anas Sudijono (2001:207) yang
dimana:
11
r = Koefisien reliabilitas tes
n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
2Si = Jumlah varians skor dari tiap butir item Si2 = Varian total
Reliabilitas dari tes hasil belajar dikatakan tinggi apabila r11 sama dengan atau lebih dari 0,70. Dari data uji tes yang dilakukan, diperoleh
hasil perhitungan r11 = 0,71. Ini menunjukkan bahwa soal tes telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga soal tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar matematika siswa.
F. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Analisis Data Awal
Sebelum diberi perlakuan, maka data sampel perlu dianalisis terlebih dahulu melalui uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua
rata-rata. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel berasal dari kondisi awal yang sama. Data yang digunakan adalah data
nilai mid semester ganjil.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data keadaan awal
Hipotesis :
Ho : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
Keterangan:
X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi harapan k = banyaknya kelas interval
Kriteria pengujian, jika X2hitung X2tabel dengan dk = k – 1, maka data
berdistribusi normal.
Setelah dilakukan perhitungan, untuk kelas eksperimen diperoleh = 53
sedangkan kelas control didapat = 49. Dengan α = 5% dan dk = 3 dari daftar distribusi chi kuadrat diperoleh x² tabel = 7,81. Dari hasil perhitungan, didapat
kelas eksperimen x2hitung = 3,91. sedangkan pada kelas kontrol diperoleh x2hitung = 5,33. Jelas bahwa x2hitung berada dalam daerah penerimaan Ho jika
tabel hitung X
X2 2 maka data kelas eksperimen dan kelas kontrol yang artinya
kelas eksperimen dan kelas control berdistribusi normal, karena populasi
berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji homogenitas varians.
b) Uji Homogenitas Varians Populasi
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel mempunyai
sama maka kedua kelompok tersebut dikatakan homogen (Arikunto, 2005: 318).
Untuk menguji kesamaan varians dari k buah kelas (k≥2) populasi, digunakan uji Bartlet (Sudjana, 2005: 261).
Hipotesis :
H0: σ12 σ22 H1: σ12 σ22
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut.
1) Menghitung S2dari masing-masing kelas.
2) Menghitung semua varians gabungan dari semua kelas dengan rumus:
3) Menghitung Harga Satuan B dengan rumus:
3) Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh varians gabungan (s2) yaitu
126,95 dan nilai B = 143,05 sehingga didapat x2hitung = 0,623. Dengan α = 5% dan dk = 1 diperoleh x² tabel yaitu 6,31. Karena x2hitung< x² tabel maka tidak ada perbedaan varians antara kelas dengan pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan kelas dengan pembelajaran konvensional.
a) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Untuk mengetahui kesamaan rata-rata kemampuan awal dua kelompok sempel sebelum perlakuan maka perlu di uji menggunakan uji kesamaan
dua rata-rata
Analisis data dengan menggunakan uji t dengan hipotesis sebagai berikut
(Sudjana, 2005:239) :
µ = rata-rata kemampuan awal data kelas dengan pembelajaran
kooperatif tipe NHT
2
µ = rata-rata kemampuan awal data kelas dengan pembelajaran
konvensional
Untuk menguji hipotesis menggunakan rumus :
dengan :
i
x = nilai mid semester kelompok eksperimen (NHT)
2
x = nilai mid semester Kelompok kontrol
n1 = banyaknya subyek kelas dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT
Dengan kriteria pengujian: terima Ho jika – t tabel< t hitung< ttabel dengan
derajat kebebasan dk = (n1+ n2–2 ).
Dari hasil perhitungan dengan uji t, diperoleh thitung = 1,05 dan dengan α= 5%, dk = 70 dari daftar distribusi t didapat ttabel= 1,99. Karena
– t tabel < t hitung< ttabel, maka kedua kelas memiliki kemampuan awal rata-rata yang sama.
2. Analisis Data Penelitian Tahap akhir
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dianalisis untuk mengetahui besarnya peningkatan
kemampuan belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.
Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas varians. Adapun langkah-langkah dan
rumus yang digunakan sama dengan uji normalitas dan uji homogenitas varians pada analisis data tahap awal.
Untuk pengujian hipotesis2 digunakan uji t kesamaan dua rata-rata yaitu
uji t, dengan hipotesis t.
1) Ho: μ1 = μ 2, artinya rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti
H1: μ1 ≠ μ 2, artinya rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak sama
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan mengenai pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat disimpulkan bahwa :
1. Aktivitas siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari pada aktivitas siswa yang mengikuti pembelajaran kovensional.
2. Hasil belajar siswa yang mengikuti penbelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran kovensional.
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT efektif
diterapkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut.
1. Kepada guru matematika agar dapat menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT secara optimal sebagai alternatif pembelajaran di kelas guna meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa.
2. Kepada rekan-rekan yang ingin melakukan penelitian agar dapat mencoba kembali model pembelajaran kooperati tipe NHT ini dengan variabel yang lebih luas, sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Prasetya, Joko Tri. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung.
Arikunto, Suharsimi. 2005.Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta
Bulelogo, Marlin2008.Pembelajaran Kooperatif.Tersedia http//marlinlogoportofolio.blogspot.com (20 februari 2011)
Eggen dan Kauchak. 1996.Strategy For Teacher. Allyn And BaconPublisher. Boston.
Gie, The Liang. 1985. Cara Belajar yang Efisien. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Guza, Afnil. 2008.Undang-undang SISDIKNAS UU RI Nomor 20 Tahun 2003 dan Undang-undang Guru dan dosen UU RI Nomor 14 Tahun 2005. Asa Mandiri. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta Hobri. Teknik Analisis Data Penelitian Pengembangan.
http://hobri.files.analisis_data.com/. Diakses tanggal 28 Desember 2010.
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. PT. Gramedia Widiasarana. Jakarta . 2008.Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang-Ruang Kelas. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.
Lyman, Frank.Think Pair Share: An Expanding Teaching Technique.Science Education Resource Center.
http://serc.carleton.edu/introgeo/interactive/think,pair,share.html. Diakses tanggal 25 Desember 2010
Muslimin, I. dkk. 2000.Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Sardiman, AM. 2004.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekanto, Soerjono. 1995.Kamus Sosiologi. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sudijono, Anas. 2001.Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP. Mataram
Tim Penyusun. 1990.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Veithzl, Rivai. 1999.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Belajar
Mahasiswa. Depdiknas. Jakarta.
Yasa, Doantara. 2008.Metode pembelajaran kooperatif.