Lampiran 1. Karakteristik Nelayan
Jumlah Pengalaman
Nomor Umur Tanggungan Pendidikan Melaut Jabatan
Sampel (Tahun) (Jiwa) (Tahun)
1 51 4 SD 35 Toke
2 45 3 SD 20 Tekong
3 40 2 SD 15 Anggota
4 36 3 SD 10 Anggota
5 38 7 SD 23 Toke
6 53 9 SMP 40 Tekong
7 26 0 SD 5 Anggota
8 33 3 SD 10 Anggota
9 45 4 SMP 25 Toke
10 47 5 SMP 20 Tekong
11 35 4 SD 5 Anggota
12 37 2 SD 10 Anggota
13 42 3 SD 15 Anggota
14 49 6 SD 35 Tekong
15 30 2 SD 3 Anggota
16 52 3 SD 36 Tekong
17 29 0 SMP 5 Anggota
18 51 5 SMP 10 Toke
19 55 2 SD 35 Tekong
20 32 4 SMP 10 Anggota
21 52 2 SD 4 Anggota
22 37 3 SMP 5 Anggota
23 50 3 SD 20 Toke
24 30 5 Tdk Sekolah 15 Tekong
25 34 3 SMP 20 Anggota
26 55 5 SD 38 Anggota
27 35 3 SMP 15 Anggota
28 50 4 SD 25 Tekong
29 20 0 SD 0 Anggota
Lampiran 2. Biaya Melaut dan Produksi Nelayan Per Sampan
No TC Produksi Harga Penerimaan Pendapatan
Sampel BBM Es Retribusi Penyusutan Perbekalan Perawatan (Rp) (kg) (Rp) (Rp) (Rp) 1 212,500 60,000 0 6,380 200,000 2,300 481,180 65 15,000 975,000 493,820 2
3 4
5 280,000 60,000 0 5,300 200,000 1,200 546,500 50 16,000 800,000 253,500 6
7 8
9 212,500 60,000 2,000 5,400 150,000 1,000 430,900 70 14,000 980,000 549,100 10
11
12 200,000 30,000 0 0 120,000 0 350,000 50 15,000 750,000 400,000 13
14 200,000 60,000 0 0 100,000 0 360,000 50 15,000 750,000 390,000 15
16 170,000 30,000 0 0 100,000 0 300,000 50 14,000 700,000 400,000 17
18 212,500 60,000 2,000 6,300 150,000 2,000 432,800 55 15,000 770,000 337,200 19
20
21 212,500 60,000 0 0 100,000 0 372,500 55 15,000 825,000 452,500 22
23 212,500 60,000 2,000 5,700 150,000 3,300 433,500 65 14,000 910,000 476,500 24
25
26 212,500 30,000 0 0 100,000 0 342,500 50 15,000 750,000 407,500 27
28 212,500 30,000 0 0 50,000 0 292,500 50 15,000 750,000 457,500 29 200,000 30,000 0 0 120,000 0 350,000 40 16,000 640,000 290,000 30
Jumlah 2,537,500 570,000 6,000 29,080 1,540,000 9,800 4,692,380 650 179,000 9,600,000 4,907,620 Rata-rata 211,458 47,500 500 2,423 128,333 817 391,032 54 14,917 800,000 408,968
Lampiran 3. Biaya Melaut, Penerimaan dan Pendapatan Nelayan
Biaya
Produksi Penerimaan Pendapatan Persentase Pendapatan Frekuensi Pendapatan
Nomor Per Sampan Per Sampan Per Sampan Pembagian 1x melaut Melaut 1 Bulan
TOTAL 4.692.380 9.600.000 4.907.620
Lampiran 4. Gini Ratio Nelayan
Penerima Total % Nelayan % Kumulatif % Pendapatan % Kumulatif %Kum %Kum Income Pendapatan (%Xi) Nelayan Nelayan Pendapatan Yi+ Yi-1 (Yi+ Yi-1) x %Xi
Lampiran 5. Kurva Lorenz Nelayan
-20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Gini Ratio Nelayan Sampel di Desa Pekan
Tanjung Beringin Tahun 2015
% Kumulatif Penduduk (Nelayan) Kurva Lorenz
Garis Kemerataan
% K
u
mu
la
ti
f
P
e
n
d
a
p
a
ta
Lampiran 6. Rincian Biaya Penyusutan Per Nelayan Toke
No
Sampel Penyusutan Nilai awal
Nilai
Akhir UE Unit Peny/th
1 Kapal 22,000,000 5.000.00 10 1 1.700.000
Jaring 1,000,000 0 2 1 500.000
box 200000 30.000 5 2 68.000
lampu 30000 0 1 1 30.000
5 kapal 25,000,000 5.000.000 15 1 1.333.000
jaring 1,000,000 0 2 1 500.000
box 200,000 20.000 5 2 72.000
9 kapal 17,000,000 3.000.000 10 1 1.400.000
jaring 1,000,000 0 2 1 50.0000
box 200,000 30.000 5 2 68.000
18 kapal 20.000.000 5.000.000 15 1 1.000.000
jaring 1.200.000 0 1 1 1.200.000
box 200.000 30.000 5 2 68000
23 kapal 17000000 2000000 10 1 1500000
jaring 1000000 0 2 1 500000
box 200000 30000 5 2 68000
Biaya Penyusutan
No thn bln hari
Sampel (Rp (Rp) (Rp)
1 2.298.000 191.500 6.380
5 1905000 158700 5300
9 1968000 164000 5400
18 2268000 189000 6300
Lampiran 7. Rincian Biaya Perawatan Per Nelayan Toke
No Sampel Biaya Oli Frekuensi per bln per hari
1 35000 2x 70000 2300
5 35000 1x 35000 1200
9 30000 1x 30000 1000
18 30000 2x 60000 2000
23 50000 2x 100000 3300
Biaya Perawatan
No Thn Bln Hari
Sampel (Rp) (Rp) (Rp)
1 840000 70000 2300
5 420000 35000 1200
9 360000 30000 1000
18 720000 60000 2000
Lampiran 9. Jumlah Pemakaian dan Biaya Bibit Per Petani Selama 1 Musim
No Luas Jumlah Pemakaian Bibit Harga Total
Lampiran 10. Jumlah Penggunaan Pupuk Per Petani Selama 1 Musim
No Luas Pupuk Total
Sampel Lahan Kompos Urea ZA SP36 NPK
(Ha) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
1 0,32 0 100 0 50 100 250
2 0,2 0 50 50 0 50 150
3 0,4 0 100 100 100 100 400
4 0,2 200 200 150 50 100 700
5 0,6 150 100 200 200 50 700
6 0,2 150 50 50 50 50 350
7 0,8 100 100 250 1000 100 1550
8 0,56 0 50 100 100 50 300
9 0,6 0 100 100 100 100 400
10 0,72 0 200 200 200 200 800
11 0,4 0 100 100 100 100 400
12 0,28 0 100 0 50 50 200
13 0,6 0 50 50 50 100 250
14 0,8 0 100 100 200 150 550
15 0,6 0 50 100 100 100 350
16 0,48 0 100 0 100 100 300
17 0,48 0 100 100 100 50 350
18 0,2 0 50 50 0 50 150
19 0,16 0 50 50 100 50 250
20 0,12 0 100 50 50 50 250
21 0,2 0 100 100 100 50 350
22 0,8 300 100 250 250 100 1000
23 0,6 200 150 250 250 150 1000
24 0,6 300 150 150 150 150 900
25 0,56 200 100 250 100 200 850
26 0,4 300 250 200 200 150 1100
27 0,48 300 100 200 50 100 750
28 0,72 200 150 250 250 150 1000
29 0,24 150 100 100 100 200 650
Lampiran 11. Biaya Pupuk Per Petani Selama 1 Musim
No Luas Harga Total
Sampel Lahan Kompos Urea ZA SP36 NPK Biaya
(Ha) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Pupuk
1 0,32 300000 300000 150000 750000
2 0,2 300000 300000 300000 900000
3 0,4 1200000 400000 300000 270000 2170000
4 0,2 200000 1200000 300000 300000 270000 2070000
5 0,6 150000 270000 400000 480000 135000 1435000
6 0,2 150000 300000 300000 140000 250000 1140000
7 0,8 100000 600000 500000 1350000 270000 282000
8 0,56 105000 200000 400000 110000 815000
9 0,6 220000 210000 230000 260000 920000
10 0,72 420000 440000 400000 480000 1740000
11 0,4 200000 220000 315000 300000 1035000
12 0,28 220000 105000 300000 625000
13 0,6 135000 120000 110000 300000 665000
14 0,8 210000 300000 420000 345000 1275000
15 0,6 105000 200000 220000 230000 755000
16 0,48 300000 280000 600000 1280000
17 0,48 230000 200000 220000 300000 950000
18 0,2 300000 300000 300000 900000
19 0,16 300000 300000 230000 150000 980000
20 0,12 200000 110000 220000 300000 830000
21 0,2 240000 220000 250000 300000 1010000
22 0,8 300000 600000 500000 675000 300000 2375000
23 0,6 200000 900000 500000 550000 900000 3050000
24 0,6 300000 315000 330000 345000 345000 1635000
25 0,56 300000 600000 500000 300000 400000 2100000
26 0,4 300000 690000 400000 540000 300000 2230000
27 0,48 300000 600000 400000 140000 260000 1700000
28 0,72 200000 900000 500000 550000 900000 3150000
29 0,24 150000 300000 200000 300000 480000 1430000
Lampiran 12. Penggunaan Pestisida Per Petani Selama 1 Musim
No Luas
Lampiran 13. Biaya Pestisida Per Petani Selama 1 Musim
No Luas Total
Sampel Lahan ESTRATIN FILIA SPONTAN VIRTAKO BIOSTOK SIMPONI DECIS PRAVATON POLIDOR Biaya (Ha) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Pestisida
1 0,32 120000 125000 245000
2 0,2 40000 125000 40000 205000
3 0,4 80000 40000 150000 60000 330000 4 0,2 80000 125000 120000 125000 450000
5 0,6 339000
6 0,2 60000 125000 75000 260000
7 0,8 125000 125000 225000 475000
8 0,56 90000 50000 150000 40000 80000 115000 525000 9 0,6 80000 60000 180000 25000 285000 630000 10 0,72 100000 20000 200000 47000 50000 417000 11 0,4 20000 150000 60000 125000 355000
12 0,28 120000 125000 245000
13 0,6 70000 20000 40000 130000
14 0,8 70000 90000 40000 200000 70000 470000 15 0,6 70000 40000 20000 200000 330000
16 0,48 20000 120000 125000 265000
17 0,48 20000 200000 60000 50000 330000
18 0,2 20000 125000 40000 185000
19 0,16 200000 20000 50000 40000 310000 20 0,12 80000 20000 125000 40000 265000 21 0,2 70000 200000 125000 40000 435000 22 0,8 100000 40000 200000 120000 140000 40000 170000 810000 23 0,6 70000 90000 60000 60000 125000 250000 655000 24 0,6 100000 40000 200000 60000 40000 440000 25 0,56 70000 90000 200000 48000 140000 40000 588000 26 0,4 80000 40000 200000 60000 100000 480000 27 0,48 60000 60000 125000 40000 285000
28 0,72 20000 125000 40000 185000
29 0,24 90000 40000 60000 125000 315000 30 0,68 90000 40000 200000 125000 120000 170000 745000
Lampiran 14. Biaya Penyusutan Per Petani Selama 1 Musim
No Luas Per Per
Sampel Lahan cangkul sabit parang sprayer biasa tong sp.pompa parang babat cakar Tahun Musim
(Ha) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 0,32 12.000 5.000 12.500 36.000 12.000 77.500 38.750
2 0,2 30.000 11.000 8.000 63.000 5.000 117.000 58.500
3 0,4 10.000 5.000 15.000 35.000 10.000 75.000 37.500
4 0,2 180.000 60.000 75.000 72.000 190.000 607.000 303.500
5 0,6 11.500 12.500 17.500 18.000 8.000 67.500 33.750
6 0,2 10.000 5.000 15.000 35.000 10.000 75.000 37.500
7 0,8 30.000 8.000 12.000 60.000 24.000 134.000 67.000
8 0,56 12.000 7.000 6.000 50.000 7.500 3.000 9.000 94.500 47.250
9 0,6 5.000 7.000 5.000 40.000 5.000 62.000 31.000
10 0,72 18.000 14.400 21.000 60.000 3.600 117.000 58.500
11 0,4 9.000 5.000 6.000 30.000 50.000 25.000
12 0,28 23.000 10.000 18.000 40.000 17.500 108.500 54.250
13 0,6 18.000 7.000 5.000 40.000 8.000 10.000 88.000 44.000
14 0,8 16.000 11.000 11.000 66.000 25.000 129.000 64.500
15 0,6 9.000 7.000 5.000 50.000 7.000 11.000 89.000 44.500
16 0,48 14.000 6.000 15.000 40.000 15.000 90.000 45.000
17 0,48 18.000 5.000 9.000 50.000 7.000 89.000 44.500
18 0,2 18.000 7.000 5.000 34.000 4.000 68.000 34.000
19 0,16 30.000 10.000 10.000 50.000 7.500 107.500 53.750
20 0,12 15.000 8.000 8.000 44.000 7.500 82.500 41.250
21 0,2 18.000 7.000 7.000 40.000 6.000 78.000 39.000
22 0,8 29.000 5.000 5.000 50.000 18.000 107.000 53.500
23 0,6 14.000 4.000 7.000 50.000 7.000 70.000 8.000 160.000 80.000
24 0,6 15.000 8.000 11.000 90.000 5.000 129.000 64.500
25 0,56 14.000 4.000 10.000 30.000 15.000 92.000 165.000 82.500
26 0,4 12.000 5.000 14.000 40.000 7.500 78.500 39.250
27 0,48 12.000 11.000 18.000 22.000 10.000 73.000 36.500
28 0,72 13.000 5.000 9.000 30.000 18.000 75.000 37.500
29 0,24 22.500 17.500 17.500 40.000 17.500 115.000 57.500
30 0,68 26.000 8.750 12.250 15.000 22.000 84.000 42.000
Lampiran 15. Penggunaan Tenaga Kerja Per Petani Selama 1 Musim
No Luas Menyiapkan Menanam Mencabut Memupuk Menyemprot Panen Total
Sampel Lahan Lahan Bibit Rumput
(Ha) (org) (org) (org) (org) (org) (org)
1 0,32 2 5 2 30 39
2 0,2 2 30 32
3 0,4 3 5 2 30 40
4 0,2 5 5 30 40
5 0,6 4 5 2 1 30 42
6 0,2 3 2 2 20 27
7 0,8 5 10 3 5 50 73
8 0,56 2 5 5 1 20 33
9 0,6 2 5 5 30 42
10 0,72 2 5 5 30 42
11 0,4 2 3 2 20 27
12 0,28 2 5 2 30 39
13 0,6 3 10 2 30 45
14 0,8 2 8 2 30 42
15 0,6 2 10 5 30 47
16 0,48 2 5 2 20 29
17 0,48 3 10 2 30 45
18 0,2 1 2 30 33
19 0,16 1 2 5 30 38
20 0,12 1 1 20 22
21 0,2 2 3 15 20
22 0,8 2 10 2 30 44
23 0,6 2 10 2 2 30 46
24 0,6 2 10 10 20 42
25 0,56 2 10 3 20 35
26 0,4 2 5 2 20 29
27 0,48 2 4 1 20 27
28 0,72 2 3 4 0 1 20 30
29 0,24 2 2 2 20 26
Lampiran 16. Biaya Tenaga Kerja Per Petani Selama 1 Musim
No Luas Menyiapkan Menanam Mencabut Memupuk Menyemprot Panen Total
Sampel Lahan Lahan Bibit Rumput
(Ha) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1 0,32 60.000 150.000 100.000 1.500.000 1.810.000
2 0,2 60.000 1.500.000 1.560.000
3 0,4 90.000 200.000 60.000 1.500.000 1.850.000
4 0,2 150.000 150.000 1.500.000 1.800.000
5 0,6 200.000 300.000 100.000 45.000 900.000 1.545.000
6 0,2 150.000 100.000 100.000 600.000 950.000
7 0,8 250.000 500.000 150.000 250.000 2.500.000 3.650.000
8 0,56 100.000 250.000 250.000 50.000 1.000.000 1.650.000
9 0,6 90.000 150.000 250.000 1.500.000 1.990.000
10 0,72 100.000 225.000 225.000 1.500.000 2.050.000
11 0,4 100.000 180.000 300.000 1.000.000 1.350.000
12 0,28 100.000 150.000 100.000 1.500.000 1.850.000
13 0,6 150.000 300.000 100.000 1.500.000 2.050.000
14 0,8 100.000 240.000 100.000 3.000.000 3.940.000
15 0,6 100.000 500.000 250.000 1.500.000 2.350.000
16 0,48 100.000 150.000 100.000 1.000.000 1.350.000
17 0,48 150.000 300.000 100.000 1.500.000 2.050.000
18 0,2 50.000 60.000 1.500.000 1.610.000
19 0,16 50.000 60.000 250.000 1.500.000 1.860.000
20 0,12 50.000 30.000 2.000.000 2.080.000
21 0,2 100.000 90.000 750.000 940.000
22 0,8 90.000 300.000 100.000 1.500.000 1.990.000
23 0,6 100.000 500.000 100.000 100.000 1.200.000 2.000.000
24 0,6 90.000 300.000 500.000 750.000 1.640.000
25 0,56 90.000 30.000 150.000 1.000.000 1.270.000
26 0,4 100.000 150.000 100.000 1.000.000 1.850.000
27 0,48 100.000 200.000 50.000 1.000.000 1.350.000
28 0,72 100.000 150.000 200.000 50.000 1.000.000 1.500.000
29 0,24 100.000 100.000 100.000 600.000 900.000
Lampiran 18. Biaya Produksi, Penerimaan, Pendapatan Petani
Nomor Luas Lahan Biaya Produksi Penerimaan Pendapatan per Panen Pendapatan per Bulan
Lampiran 19. Gini Ratio Petani
Penerima Total % Petani % Kumulatif % Pendapatan % Kumulatif %Kum %Kum Income Pendapatan (%Xi) Petani Petani Pendapatan Yi+ Yi-1 (Yi+ Yi-1) x %Xi
Lampiran 20. Kurva Lorenz Petani
-20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00
Gini Ratio Petani Sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin
Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2015
Kurva Lorenz
%
K
u
m
u
lat
if
P
E
n
d
a
p
a
ta
n
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. 2006. Analisis Komparasi Usahatani Pepaya dan Pisang Barangan Di Kabupaten Deli Serdang (Studi Kasus: Desa Negara Kec. STM Hilir Kab. Deli Serdang). Fakultas Pertanian USU. Medan.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2010. (http:// bappenas.go.id/ diakses 3 Oktober 2015)
Badan Pusat Statistik, 2012. Perhitungan dan Analisis Kemiskinan Makro Indonesia Tahun 2012. Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik, 2014. Kabupaten Serdang Bedagai dalam Angka 2014. Sumatera Utara
Badan Pusat Statistik, 2014. Kecamatan Tanjung Beringin dalam Angka, 2014. Sumatera Utara
Badan Pusat Statistik, 2015. Sensus Pertanian 2013. Medan, Sumatera Utara
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2015. Memotret Wajah Petani. (pphp.pertanian.go.id/diakses 18 September 2015).
Friedmann. J. 1992. Empowerment : The Politics Alternative Development. Cambridge. Blackwell.
Halim, A. 2012. Distribusi Pendapatan dan Tingkat Kemiskinan Petani Kopidi Desa Tanjung Beringin Kecamata Sumbul Kabupaten Dairi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan
Harmadi, S. 2014. Nelayan Kita. Harian Kompas. 19 November 2014. Jakarta.
Kartasasmita, G. 1996. Pembangunan Untuk Rakyat. Balai Pustaka. Jakarta.
Kusnadi, 1996. Kamus Istilah Pertanian. Yogyakarta.
Kusnadi, 2002. Konflik Sosial Nelayan : Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Perikanan. PT LKIS Pelangi Aksara. Jakarta
Kusnadi, 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. PT LKIS Pelangi Aksara. Jakarta
Martadiningrat, 2008. 90% Nelayan Masih di Bawah Garis Kemiskinan. Harian Antara. Perum LKBN Antara.
Mulyadi, S. 2005. Ekonomi Kelautan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Musawwir, 2009. Analisis Masalah Kemiskinan Nelayan Tradisional Di Desa Padang Panjang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sekolah Pasca Sarjana.Universitas Sumatera Utara. Medan.
Nurmanaf, A.R., S. Wahyuni, H. Mayrowani, V. Darwis, C. Muslim dan Sugiarto. 2002. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Dalam Perspektif Pembangunan Partisipatif di Wilayah Agroekosistem Marjinal. Laporan Hasil Penelitian. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Nurmanaf, A. R., 2003. Karakteristik rumahtangga Petani Berlahan Sempit : Struktur dan Stabilitas Pendapatan di Wilayah Berbasis Lahan Sawah Tadah Hujan (Kasus di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur). Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.
Qoid dan Setiawan, dkk. 1993. Peranan KUD/TPI dan Pedagang Ikan Dalam Usaha Penangkapan Ikan : Studi Kasus Dengan Pendekatan “Ketergantungan dan Inovasi” di Pacitan Jawa Timur. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang.
Pasaribu, 1975. Pengantar Statistik. Ghalia Indonesia. Bogor.
Rahardja dan Mandala, 2006. Teori Ekonomi Mikro Suatu Pengantar. Lembaga Penerbit FE UI. Jakarta.
Situmorang, C. 2008. Penanganan Masalah Kemiskinan di Sumatera Utara. Jurnal Pembangunan. Universitas Sumatera Utara Medan.
Supriatna, T. 2000. Strategi Pembangunan Dan Kemiskinan. PT Asdi Mahasatya. Jakarta
Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta
Suntoro, 1989. “Kerangka Hubungan Kerja dan Penguasaan Tanah pada Pasca Adopsi Teknologi (Studi Kasus di Sulawesi Selatan” Efendi Pasandaran et
al. Evaluasi Kelembagaan Pedesaan di Tengah Perkembangan Teknologi
Pertanian. Pusat Penelitian Agro Ekonomi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Syamsuddin, 2011. Perhitungan Indeks Gini Ratio Dan Analisis Kesenjangan Distribusi Pendapatan Kabupaten Tanjung Jabuang Barat Tahun 2006-2010. Diakses dari
Tarigan, R. 2007. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. PT. Bumi Aksara. Jakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel
Penelitian dilakukan secara purposive di Desa Pekan Tanjung Beringin,
Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai. Desa Pekan Tanjung
Beringin dipilih karena merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Tanjung Beringin yang didalamnya terdapat petani dan nelayan dalam satu
wilayah desa.
Tabel 4. Jumlah Nelayan dan Petani di Desa Pekan Tanjung Beringin Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013
No Dusun Jumlah Nelayan Jumlah Petani
1 Amaliun 345 261
2 Kelapa Sawit 113 54
3 Rimba Sekampung 10 505
4 Buantan 57 220
5 Jl. Mesjid 5 982
6 Jl. Kapten W Rahmad 20 673
7 Jl. Pahlawan Pemuda 3 107
8 Jl. Merdeka 11 57
9 Jl. Ksatria Nelayan 4 539
10 Gang Damai 8 39
11 Jl. Sena 7 76
12 Jl. Pejuang Pahlawan 10 96
13 Gang rukun 76 348
14 Gang Remaja 1,2 285 99
15 Gang Remaja 3 368 90
(Sumber : Kantor Kepala Desa Pekan Tanjung Beringin)
Selain itu, penduduk di Desa Pekan Tanjung Beringin paling banyak
Tabel 5. Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga di Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2013 No Desa Rumah Penduduk Rata-rata
Tangga Anggota Rumah Tangga
1 Pematang Terang 830 3239 4
2 Pematang Cermai 1031 4445 4
3 Tebing Tinggi 1244 4936 4
4 Bagan Kuala 357 1498 4
5 Pekan Tj. Beringin 2494 11358 5
6 Mangga Dua 1076 4520 4
7 Nagur 1307 5644 4
8 Sukajadi 427 1882 4
Sumber : Tanjung Beringin dalam Angka 2014
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang memiliki luas lahan ≤ 1
hektare dan seluruh nelayan tradisional dengan kapan berukuran ≤ 5 GT yang
melakukan usaha penangkapan ikan di Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan
Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai. Metode penentuan sampel yang
digunakan adalah accidental sampling.
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 nelayan tradisional dan 30 petani
berlahan sempit, adapun dasar penentuan sampel adalah sesuai dengan pendapat
Gay dan Diehl (1996):
1.Jika penelitiannya bersifat deskriptif, maka sampel minimumnya adalah 10% dari populasi.
2. Jika penelitinnya korelasional, sampel minimumnya adalah 30 subjek.
3.Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak 30 subjek per group.
Tabel. 6 Penentuan Populasi dan Sampel
No Pekerjaan Populasi (KK) Sampel (KK)
1 Petani 261 30
2 Nelayan 345 30
Jumlah 606 60
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini, data yang dikumpulkan adalah data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan dari hasil wawancara
langsung dengan responden dengan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu. Data sekunder didapatkan dari lembaga dan instansi yang terkait
yaitu Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Serdang Bedagai, Kantor Kepala
Desa Pekan Tanjung Beringin, dan instansi lainnya.
Tabel 7. Spesifikasi Pengumpulan Data
No Jenis Data Sumber Data Metode Yang Alat yang Digunakan Digunakan 1 Jumlah Nelayan BPS Peninjauan Pustaka Publikasi BPS
dan Petani
2 Profil Desa Kantor Kades Wawancara Publikasi Desa
3 Identitas Responden Wawancara Kuisioner
3.4 Metode Analisis Data
Untuk hipotesis 1 dan 2 yaitu menghitung tingkat pendapatan petani dan nelayan
dianalisis dengan menggunakan perhitungan pendapatan menurut Suratiyah
(2009) sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis besarnya penerimaan dari usaha tani petani dan
penerimaan nelayan dihitung dengan rumus :
2. Untuk menghitung besarnya biaya produksi dari usaha tani petani dan
nelayan dihitung dengan rumus :
TC = TFC + TVC
3. Untuk menghitung besarnya pendapatan bersih dari usaha tani petani dan
nelayan dihitung dengan rumus :
Π = TR – TC
Keterangan :
TR = Penerimaan/Total Revenue (Rp)
P = Harga Jual/Price (Rp)
Y = Jumlah produksi (kg)
TC = Total biaya /Total Cost (Rp)
TFC = Total biaya tetap/Total Fixed Cost (Rp)
TVC = Total biaya variabel/Total Variable Cost (Rp) Π = Pendapatan bersih (Rp)
Apabila TR>TC maka petani/nelayan mendapatkan keuntungan, apabila TR=TC
maka petani/nelayan tidak untung dan tidak rugi (impas), dan apabila TR<TC
maka petani/nelayan mengalami kerugian.
Untuk menganalisis hipotesis 4 yaitu menghitung perbandingan pendapatan petani
dan nelayan dapat diuji dengan menggunakan metode analisis uji beda rata-rata
(Independent Sample T-test) yaitu untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
rata-rata antara dua kelompok sampel yakni petani dan nelayan. Pengolahan data
dilakukan dengan SPSS. Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi α = 5%.
Artinya kesalahan yang dapat ditolerir untuk menolak hipotesis yang benar paling
Pada hasil SPSS jika signifikansi < α maka ada perbedaan yang signifikan antara
pendapatan petani dan nelayan. Sebaliknya, jika signifikansi > α maka tidak ada
perbedaan signifikan antara pendapatan petani dan nelayan.
Kriteria uji:
ttabel < thit atau thit > ttabel Ho ditolak, H1 diterima
ttabel > thit atau thit < ttabel Ho diterima, H1 ditolak
Hipotesis :
Ho : Tidak ada perbedaan pendapatan petani dengan nelayan di daerah penelitian.
H1 : Ada perbedaan pendapatan petani dengan nelayan di daerah penelitian.
Dengan formulasi Ho dan H1
Ho : µ1 = µ2
H1 : µ1 ≠ µ2
Keterangan :
µ1 = rata-rata variabel 1
µ2 = rata-rata variabel 2
Untuk menganalisis hipotesis 1 dan 2 mengenai distribusi pendapatan dan
hipotesis 4 mengenai ketimpangan pendapatan antara petani dan nelayan
digunakan rumus gini ratio menurut Todaro (1994) sebagai berikut :
GR= 1- ∑��=� fi (Yi – 1 + Yi)
Keterangan:
GR = Angka Koefisien Gini (Gini Ratio)
fi = Proporsi jumlah Rumah Tangga
Yi = Proporsi jumlah pendapatan RT kumulatif
Nilai koefisien gini ratio berkisar antara 0-1 dengan kriteria ketimpangan sebagai
berikut:
• < 0,35 Ketimpangan Rendah
• 0,35 - 0,5 Ketimpangan Sedang
• > 0,5 Ketimpangan Tinggi
3.5 Definisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Definisi
1. Petani sampel dalam penelitian ini adalah petani berlahan sempit yang
melakukan usaha tani padi sawah dengan luas lahan < 1 hektare.
2. Nelayan dalam penelitian ini adalah nelayan tradisional yang melakukan
usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap jaring dan kapal dengan
mesin berukuran ≤ 5 GT.
3. Usaha tani padi sawah adalah usaha tani padi dengan luas lahan kurag dari
1 hektare yang dilakukan oleh petani sampel.
4. Usaha penangkapan ikan adalah penangkapan ikan di laut yang secara
tradisional oleh nelayan sampel.
5. Produk yang dihasilkan petani adalah padi. (kg)
6. Produk yang dihasilkan nelayan adalah ikan. (kg)
7. Penerimaan petani adalah total produk (beras) yang dihasilkan petani
dikali harga jual. (Rp)
8. Penerimaan nelayan adalah total produk hasil tangkapan nelayan (ikan)
9. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan yang dikeluarkan petani
dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. (Rp)
10.Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan yang dikeluarkan
nelayan dikurangi dengan total biaya produksi yang dikeluarkan. (Rp)
11.Tingkat ketimpangan adalah nilai yang menunjukkan hasil perbandingan
pendapatan antara petani dan nelayan.
12.Ketimpangan pendapatan petani dan nelayan dihitung dengan
menggunakan rumus Gini Ratio.
13.Analisis perbandingan atau komparasi merupakan suatu analisis statistik
untuk menguji perbedaan antara dua kelompok atau lebih.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Penelitian dilaksanakan di Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan
Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Waktu penelitian adalah tahun 2015.
3. Sampel merupakan petani yang melakukan usaha tani padi dengan luas
lahan kurang dari 1 hektare dan nelayan yang melakukan usaha
32
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1. Letak Geografis, Batas, dan Luas Wilayah
Desa Pekan Tanjung Beringin merupakan salah satu dari delapan desa yang
terdapat di Kecamatan Tanjung Beringin. Jarak dari desa Pekan Tanjung Beringin
menuju ke Ibu Kota Propinsi Sumatera Utara (Medan) kurang lebih 75 km, ke Ibu
Kota Serdang Bedagai kurang lebih 8 km dan ke Ibu Kota Kecamatan kurang
lebih 300 km.
Luas wilayah desa Pekan Tanjung Beringin adalah 330 ha atau 600 km2 yang
terbagi dalam lima belas dusun. Berikut ini adalah batasan geografis desa Pekan
Tanjung Beringin :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Bedagai
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pematang Cermai
- Sebelah Timur Berbatasan denga Desa Tebing Tinggi
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sei Rampah
Wilayah desa Pekan Tanjung Beringin beriklim tropis dan suhu minimum 30º C,
curah hujan rata – rata 1,5 mm/tahun, musim kemarau berkisar antara Januari
sampai dengan Agustus dan musim penghujan bulan September sampai dengan
Desember.
4.1.2 Kependudukan
Jumlah penduduk di desa Pekan Tanjung Beringin pada tahun 2015 adalah 13080
jiwa, yang terdiri dari 6624 jiwa laki laki dan 6456 jiwa perempuan. Jumlah
Komposisi jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 8. Komposisi Penduduk di Desa Pekan Tanjung Beringin Menurut Mata Pencaharian Tahun 2015
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (orang) (%)
1 Nelayan 4227 58,18
2 Petani 1325 18,24
3 Pedagang 1237 17,03
4 PNS 125 1,72
5 TNI 6 0,08
6 Pegawai 345 4,75
Jumlah 7265 100%
Sumber : Profil Desa Pekan Tanjung Beringin, 2015
Dari tabel dapat diketahui bahwa mata pencaharian yang paling dominan ditekuni
oleh masyarakat Desa Pekan Tanjung Beringin adalah nelayan dengan persentase
58,18% dan petani sebanyak 18,24%.
Komposisi jumlah penduduk menurut pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 9. Komposisi Penduduk di Desa Pekan Tanjung Beringin Menurut Pendidikan Tahun 2015
No Pendidikan Jumlah Persentase
(jiwa) (%)
1 Belum Sekolah 4598 37,17%
2 SD 2934 23,71%
3 SMP 2163 17,48%
4 SMA 2305 18,63%
5 Perguruan Tinggi 370 3%
Jumlah 12370 100%
Sumber : Profil Desa Pekan Tanjung Beringin, 2015
Dari tabel diatas diketahui bahwa tingkat pendidikan di Desa Pekan Tanjung
34
termasuk penduduk yang tidak/tidak tamaat bersekolah. Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat pendidikan di Desa Pekan Tanjung Beringin masih rendah.
Komposisi jumlah penduduk menurut agama dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 10. Komposisi Penduduk di Desa Pekan Tanjung Beringin Menurut Agama Tahun 2015
No Agama Jumlah Persentase (jiwa) (%)
1 Islam 12395 94,76%
2 Kristen Protestan 501 3,84% 3 Kristen Katolik 90 0,68% 5 Buddha 94 0,72% Jumlah 13080 100%
Sumber : Profil Desa Pekan Tanjung Beringin, 2015
Dari tabel dapat diketahui bahwa agama islam merupakan agama yang paling
dominan dianut oleh penduduk di desa Pekan Tanjung Beringin dengan persentase
sebesar 94,76 %.
Tabel 11. Komposisi Penduduk di Desa Pekan Tanjung Beringin Menurut Suku Tahun 2015
No Suku Jumlah Persentase (jiwa) (%)
1 Melayu 8558 65,42%
2 Jawa 1716 13,12%
3 Batak 2333 17,85%
4 Minangkabau 88 0,67% 5 Banjar 131 1% 6 Nias 12 0,09%
7 DLL 242 1,85%
Jumlah 13080 100%
Sumber : Profil Desa Pekan Tanjung Beringin, 2015
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa suku yang paling dominan ada di Desa
4.2. Karakteristik Sampel Penelitian
Responden dalam penelitian ini terbagi dalam 2 kelompok, yaitu nelayan dan
petani. Karakteristik responden meliputi umur, jumlah tanggungan, pendidikan,
luas lahan, dan lama usaha. Berikut adalah karateristik petani sampel :
1. Umur Petani
Tabel 12. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
No Kelompok Umur Jumlah Persentase
(Tahun) (orang) (%)
1 28 – 30 5 16,67
2 31 – 40 11 36,66
3 41 – 50 8 26,67
4 51 – 60 5 16,67
5 > 60 1 3,33
Sumber : Diolah dari Lampiran VI
Jumlah petani sampel yang terbesar berada pada kelompok umur 31- 40 dengan
persentase sebesar 36,66%.
2. Jumlah Tanggungan
Tabel 13. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan
No Jumlah Tanggungan Jumlah Persentase
(orang) (orang) (%)
1 0 3 10%
2 2-4 24 80%
3 5-8 3 10%
Sumber : Diolah dari Lampiran VI
Jumlah tanggungan petani sampel yang paling banyak berada pada kisaran 2-4
36 3. Pendidikan Petani
Tabel 14. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
(orang) (%)
1 Tidak Sekolah 7 23,3%
2 SD 17 56,7%
3 SMP 6 20%
Jumlah 30 100%
Sumber : Diolah dari Lampiran VI
Jumlah petani sampel yang paling banyak berada pada tingkat pendidikan SD
dengan persentase sebesar 56,7%.
4. Luas Lahan
Tabel 15. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan
No Tingkat Luas Lahan Jumlah Persentase
(Ha) (orang) (%)
1 0,1 – 0,3 Ha 9 30%
2 0,4 – 0,6 Ha 12 40%
3 0,6 – 1 Ha 9 30%
Jumlah 30 100%
Sumber : Diolah dari Lampiran VI
Jumlah petani sampel yang paling banyak berada pada luas lahan 0,4-0,6 Ha
dengan persentase sebesar 40%.
5. Lama Usaha Tani
Tabel 16. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Lama Usahatani
No Lama Usahatani Jumlah Persentase
(tahun) (orang) (%) 1 4 – 10 13 43,3% 2 11 – 20 7 23,3%
3 21 - 45 10 33,3%
Jumlah 30 100%
Sumber : Diolah dari Lampiran VI
Jumlah petani sampel yang paling banyak berada kelompok dengan lama usaha
Kelompok sampel kedua yaitu nelayan. Karakteristik responden meliputi umur,
jumlah tanggungan, pendidika, dan pengalaman melaut dan jabatan. Berikut
adalah karateristik nelayan sampel :
1. Umur Nelayan
Tabel 17. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Kelompok Umur
No Kelompok Umur Jumlah Persentase
(Tahun) (orang) (%)
1 20 – 30 5 16,67
2 31 – 40 11 36,66
3 41 – 50 7 23,33
4 51 – 55 7 23,33
Sumber : Diolah dari Lampiran I
Jumlah nelayan sampel yang terbesar berada pada kelompok umur 31- 40 dengan
persentase sebesar 36,66%.
2. Jumlah Tanggungan
Tabel 18. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan
No Jumlah Tanggungan Jumlah Persentase
(orang) (orang) (%)
1 0 3 10%
2 2-4 20 66.67%
3 5-9 7 23,33%
Sumber : Diolah dari Lampiran I
Jumlah tanggungan nelayan sampel yang paling banyak berada pada kisaran 2-4
38 3. Pendidikan Nelayan
Tabel 19. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase
(orang) (%)
1 Tidak Sekolah 1 3,3%
2 SD 20 66,7%
3 SMP 9 30%
Jumlah 30 100%
Sumber : Diolah dari Lampiran I
Jumlah nelayan sampel yang paling banyak berada pada tingkat pendidikan SD
dengan persentase sebesar 66,7%.
4. Jabatan
Tabel 20. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Jabatan
No Jabatan Jumlah Persentase
(orang) (%)
1 Nelayan Toke 5 16,66%
2 Nelayan Tekong 8 26,67%
3 Nelayan Anggota 17 56,67%
Jumlah 30 100%
Sumber : Diolah dari Lampiran I
Jumlah nelayan sampel yang paling banyak berada pada jabatan anggota dengan
persentase sebesar 56,67%.
5. Pengalaman Melaut
Tabel 21. Distribusi Nelayan Sampel Berdasarkan Pengalaman Melaut No Pengalaman Jumlah Persentase
(tahun) (orang) (%)
1 0 - 10 13 43,33
3 11 – 20 8 26,67
4 21 - 40 9 30
Jumlah 30 100%
Sumber : Diolah dari Lampiran I
Jumlah nelayan sampel yang paling banyak berada kelompok dengan pengalaman
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tingkat Pendapatan, Distribusi Pendapatan, dan Kemiskinan Nelayan Nelayan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 30 nelayan sampel
yang melakukan usaha penangkapan ikan secara tradisional dengan menggunakan
alat tangkap sederhana yaitu jaring dan sampan dengan motor kecil (mesin
dongfeng). Nelayan terbagi menjadi nelayan pemilik (toke), nakhoda (tekong),
dan anggota.
5.1.1 Produksi dan Biaya Produksi Nelayan
Produk yang dihasilkan oleh nelayan adalah hasil tangkapan berupa ikan. Ikan
yang dijual adalah ikan gembung dan di jual ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Hasil tangkapan nelayan tidak dapat ditentukan jumlahnya karena bersifat tidak
pasti. Ketidakpastian itu juga disebabkan karena frekuensi nelayan melaut yang
tidak dapat ditentukan. Apabila cuaca, angin, dan keadaan sampan mendukung
maka nelayan berangkat melaut dan demikian juga sebaliknya. Apabila angin
kencang, cuaca tidak bagus, dan sampan sedang rusak maka nelayan tidak melaut.
Nelayan berangkat melaut sepanjang tahun dengan rata-rata frekuensi 12,7 kali
per bulan dengan rentang 10 sampai 18 kali per bulannya. Jumlah nelayan
berdasarkan frekuensi melaut dalam satu bulan dapat dilihat di tabel berikut.
Tabel 22. Jumlah dan Persentase Nelayan Berdasarkan Frekuensi Melaut dalam Satu Bulan
No Frekuensi Melaut Jumlah Nelayan Persentase
(kali) (KK) (%)
1 < 15 kali 17 56,7
2 > 15 kali 13 43,3
Jumlah 30 100
Dari tabel 22 diatas dapat diketahui bahwa terdapat 17 orang (56,7%) nelayan
yang frekuensi melautnya < 15 kali dalam sebulan dan 13 orang (43,3%) nelayan
yang frekuensi melautnya > 15 kali dalam sebulan.
Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan bergantung pada musim ikan, serta
kondisi cuaca dan angin. Nelayan juga tidak selalu mendapatkan ikan ketika
berangkat melaut. Apabila nelayan tidak bisa mendapat ikan sama sekali maka
nelayan mengalami kerugian. Hal tersebut karena nelayan harus tetap
mengeluakan uang untuk perbekalan dan BBM. Apabila sedang musim ikan dan
cuaca mendukung maka hasil tangkapan bisa sampai 200 kilogram per sekali
melaut. Namun hasil yang diperoleh nelayan tidak pasti. Rata-rata hasil
tangkapan yang diperoleh nelayan berkisar antara 40 sampai 70 kilogram per
sekali melaut. Hasil tangkapan di jual ke TPI dengan harga Rp 14.000 - Rp 16.000
per kilogram. Rata-rata hasil tangkapan nelayan disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 23. Hasil Tangkapan Rata-Rata Nelayan dalam Satu Kali Melaut No Hasil Tangkapan Jumlah Nelayan Rata-rata Persentase
(kilogram) (KK) (kg) (%)
1 40 - 50 kg 19 47,36 63,33
2 65 - 70 kg 11 69,5 36,67
Jumlah 30 100
Sumber : Diolah dari lampiran 2
Dari tabel diatas dapat diketahui hasil tangkapan rata-rata nelayan tiap melaut.
Terdapat 19 orang (63,33%) nelayan yang mendapatkan hasil tangkapan dengan
rata-rata 47,36 kilogram per sekali melaut dengan rentang 40 sampai 50 kilogram
dan terdapat 11 orang (36,67%) nelayan yang mendapatkan hasil tangkapan
dengan rata-rata 69,5 kilogram per sekali melaut dengan rentang 65 sampai 70
Biaya yang dikeluarkan nelayan setiap melaut terdiri dari biaya untuk bahan bakar
minyak (BBM) berupa solar, es batangan sebagai pengawet ikan, dan perbekalan
nelayan selama melaut. Perbekalan nelayan selama melaut terdiri dari perbekalan
makan dan minuman serta rokok. Biaya paling besar yang dikeluarkan nelayan
adalah biaya untuk bahan bakar. Nelayan membeli BBM (solar) dengan harga Rp
8500 per liter, hal ini dikarenakan nelayan membeli BBM tidak langsung ke
SPBN, melainkan dengan cara berhutang kepada pedagang eceran dengan
memberi surat kapal sebagai jaminan. Hutang akan dibayar setelah melaut dan
mendapatkan hasil. Biaya rata-rata nelayan per sampan setiap melaut dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 24. Biaya Melaut Rata-Rata Nelayan dan Persentase dalam Satu Kali Melaut (Per Sampan)
No Uraian Jumlah Persentase
(Rp) (%)
1 BBM 211.458 54,07
2 Es 47.500 12,14
3 Perbekalan 128.333 32,8
4 Penyusutan Kapal 2423 0,61
5 Retribusi 500 0,12
6 Perawatan Kapal 817 0,26
Jumlah 391.032 100
Sumber : Diolah dari lampiran 2
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa biaya untuk BBM merupakan biaya yang
paling besar dikeluarkan oleh nelayan dalam setiap kali melaut. Rata-rata biaya
BBM yang dikeluarkan yaityu sebesar Rp 211.167 atau 54,07%. Biaya es rata-rata
Rp 47.500 atau 12,14%, biaya perbekalan sebesar Rp 128.333 atau 32,8%. Biaya
penyusutan kapal sebesar Rp 2423 atau 0,61%, biaya retribusi Rp 500 atau 0,12%
5.1.2 Penerimaan Nelayan
Penerimaan nelayan adalah hasil tangkapan nelayan dikali dengan harga jual.
Penerimaan nelayan tergantung dari hasil tangkapan nelayan Apabila tangkapan
nelayan banyak maka penerimaan nelayan pun banyak. Apabila tidak mendapat
hasil maka nelayan merugi dan bahkan harus berhutang. Tidak jarang nelayan
mendapatkan hasil yang nihil ketika melaut. Total penerimaan nelayan per
sampan di Desa Pekan Tanjung Beringin Adalah Rp 9.600.000. Rata-rata dari
total penerimaan per sampan yang diperoleh nelayan dari sekali melaut yaitu
Rp800.000.
5.1.3 Pendapatan Nelayan
Pendapatan nelayan per melaut adalah selisih dari penerimaan per melaut dan
biaya per melaut. Pendapatan nelayan berbeda-beda pada nelayan pemilik,
nelayan nakhoda, dan nelayan anggota, tergantung dari pembagian hasil setiap
melaut. Pembagian hasil pada nelayan yaitu 45% untuk nelayan pemilik, 35%
untuk nakhoda, dan 20% untuk nelayan anggota. Jika dilihat dari persentase
pembagian hasil, diketahui bahwa pembagian tersebut cukup timpang. Nelayan
anggota menerima persenan yang terendah, sehingga pendapatan nelayan anggota
paling sedikit diantara nelayan toke dan tekong. Apabila pendapatan per melaut
dikali dengan frekuensi melaut akan diperoleh pendapatan nelayan per bulan.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pembagian hasil nelayan dapat dilihat dari
Tabel 25. Pembagian Hasil Nelayan
No Persentase Jumlah Persentase
Pembagian Nelayan (%)
1 Toke (45%) 5 16,7
2 Tekong (35%) 8 26,6
3 Anggota (20%) 17 56,7
Jumlah 30 100
Sumber : Diolah dari lampiran 2
Dari tabel diatas menunjukkan persentase pembagian hasil yang diterima oleh
nelayan. Untuk mengetahui pendapatan yang diterima nelayan dapat diketahui
dari perhitungan pendapatan nelayan dalam satu bulan berikut ini.
Tabel 26. Pendapatan Bersih Nelayan dalam Satu Bulan
No Uraian Rata-rata Range
1 Biaya Produksi Rp 322.329 Rp 250.000-Rp 546.500 2 Penerimaan Rp 827.500 Rp 640.000-Rp 980.000 3 Pendapatan /Melaut Rp 421.506 Rp 253.500-Rp 549.100 4 Pendapatan /Bulan Rp1.191.106 Rp 456.300-Rp 2.470.950
Sumber : Diolah dari lampiran 2
Berdasarkan tabel diatas, diketahui jumlah pendapatan yang diterima nelayan
sampel di daerah penelitian. Biaya produksi adalah total biaya yang dikeluarkan
nelayan untuk sekali melaut dikali dengan frekuensi nelayan melaut. Penerimaan
adalah hasil perkalian jumlah tangkapan yang dijual dengan harga jual.
Pendapatan per melaut adalah hasil selisih yang diperoleh dari penerimaan
dikurangi dengan biaya produksi sekali melaut. Pendapatan per bulan adalah
pendapatan per melaut dikali dengan frekuensi nelayan melaut.
Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan nelayan sekali melaut yaitu
Rp322.329, sedangkan rata-rata penerimaan yang diperoleh dari sekali melaut
yaitu Rp857.500. Pendapatan rata-rata yang didapatkan nelayan per sekali melaut
Berdasarkan angka tersebut maka diketahui bahwa pendapatan nelayan di daerah
penelitian masih rendah. Rata-rata pendapatan nelayan sebesar Rp1.191.106
dengan rentang Rp 456.300-Rp 2.470.950. Dengan demikian hipotesis 1 yang
menyatakan bahwa pendapatan nelayan rendah dapat diterima.
5.1.4 Distribusi Pendapatan Nelayan
Gini Ratio merupakan suatu alat untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan
antar penduduk suatu wilayah. Koefisien Gini bernilai antara 0-1. Semakin tinggi
nilai indeks Gini menunjukkan ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi.
Jika nilai indeks gini adalah 0 maka artinya terdapat kemerataan sempurna pada
distribusi pendapatan, sedangkan jika bernilai 1 berarti terjadi ketidakmerataan
pendapatan yang sempurna (ketimpangan). Kategori tingkat pendapatan
berdasarkan nilai dari indeks Gini (Gini Ratio) dibagi kedalam tiga kriteria yang
tertera pada tabel 2 halaman 17.
Berdasarkan hasil penelitian maka dihitung gini ratio untuk mengetahui distribusi
pendapatan dan ketimpangan dari nelayan sampel di Desa Pekan Tanjung
Beringin Kecamatan Tanjung Beringin. Diketahui bahwa gini ratio nelayan
sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin pada tahun 2015 sebesar 0,32. Apabila
dibandingkan dengan kriteria tingkat ketimpangan pada halaman 17 maka
ketimpangan pendapatan nelayan berada dalam kategori rendah ( < 0,35) atau
dengan kata lain, distribusi pendapatan pada nelayan relatif merata.
Hal ini juga dapat dilihat dari kurva Lorenz yang digambarkan oleh grafik
Gambar 3. Gini Ratio Nelayan
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sumbu horizontal menyatakan %
(persentase) kumulatif penduduk dalam hal ini nelayan dan sumbu vertikal
menyatakan % (persentase) kumulatif pendapatan nelayan. Dalam grafik terlihat
garis diagonal yaang disebut garis kemerataan sempurna yang ditunjukkan dengan
warna biru. Sedangkan kurva yang cekung dinamakan kurva Lorenz dan ditandai
dengan warna merah. Semakin jauh jarak antara garis kurva Lorenz dengan garis
kemerataan maka semakin tinggi pula tingkat ketimpangannya. Pada gambar
diatas terlihat bahwa garis kurva Lorenz berada tidak jauh (dekat) dari garis
kemerataan. Hal ini menujukkan bahwa tingkat ketimpangan nelayan rendah dan
distribusi pendapatan relatif merata.
Selain penggunaan koefisien Gini (Gini Ratio) yang dilengkapi dengan kurva
Lorenz, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan juga dapat diukur dengan
menggunakan kriteria yang ditentukan Bank Dunia (World Bank). Ketimpangan
distribusi pendapatan yang diukur dengan kriteria Bank Dunia (World Bank) ini
diperoleh dengen menghitung persentase jumlah pendapatan dari 40% kelompok
penduduk berpendapatan rendah dibandingkan dengan total pendapatan seluruh
penduduk. Bank Dunia (World Bank) mengklasifikasikan tingkat ketimpangan
berdasarkan tiga kategori seperti pada tabel 3 halaman 18.
Perhitungan ketimpangan nelayan sampel menurut bank dunia dihitung dengan
cara berikut. 40% kelompok penduduk berpendapatan rendah dari 30 sampel
adalah 12 orang. Maka, total pendapatan dari 40% penduduk berpendapatan
rendah adalah Rp 6.142.740. Sesuai dengan kategori tingkat ketimpangan maka
perlu dihitung 12 % dan 17% dari total pendapatan dari seluruh penduduk. 12%
dari total pendapatan adalah Rp 4.251.954 dan 17% dari total pendapatan adalah
Rp 6.023.602. Mengacu pada indikator, didapat bahwa 40% penduduk
berpendapatan rendah menerima > 17% dari total pendapatan. Artinya,
ketimpangan nelayan di Desa Pekan Tanjung Beringin menurut standar Bank
Dunia dikategorikan rendah.
Berdasarkan perhitungan gini ratio untuk mengetahui distribusi pendapatan dan
ketimpangan pada nelayan sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin diketahui
bahwa nilai indeks gini di daerah penelitian sebesar 0,32. Nilai tersebut lebih kecil
dari 0,35 yang artinya distribusi pendapatan merata dan ketimpangan rendah.
pendapatan tidak merata dengan ketimpangan sedang. Hipotesis tidak dapat
diterima karena pada kondisi real dan hasil perhitungan diketahui bahwa
pendapatan nelayan rendah dan distribusi pendapatan nelayan merata dengan
ketimpangan rendah.
5.1.5 Tingkat Kemiskinan Nelayan
Berdasarkan angka Garis Kemiskinan BPS tahun 2014, yang dikategorikan miskin
adalah apabila pendapatan perbulan sebesar atau kurang dari Rp 312.300 atau
setara $25 USD. Angka ini menunjukkan standar yang cukup rendah. Untuk
mengetahui tingkat kemiskinan nelayan menurut garis kemiskinan BPS dapat
dilihat dari tabel berikut
Tabel 27. Penggolongan Tingkat Kemiskinan Nelayan Sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin Menurut Kriteria BPS (2014)
No. Kategori Batasan Pendapatan Jumlah Nelayan Persentase
Tingkat (Rp) (KK) (%)
Kemiskinan
1. Miskin ≤ Rp 312.300 0 0 2. Tidak Miskin > Rp 312.300 30 100%
TOTAL 30 100%
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa tidak ada nelayan yang
berpendapatan ≤ Rp 312.300 per bulan. Dengan demikian maka tidak ada
nelayan miskin di daearah penelitian menuru garis kemiskinan BPS.
Berdasarkan Upah Minimum Kabupaten Serdang Bedagai, indikator pendapatan
minimum yang diterima oleh penduduk adalah Rp 1.635.000/bulan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa penduduk yang dikatakan miskin apabila
sebaliknya. Tabel dibawah ini menunjukkan penggolongan tingkat kemiskinan
berdasarkan Upah Minimum Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2014.
Tabel 28. Penggolongan Tingkat Kemiskinan Nelayan Sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin Menurut Upah Minimum Kabupaten (2014)
No. Kategori Batasan Pendapatan Jumlah Nelayan Persentase
Tingkat (Rp) (KK) (%)
Kemiskinan
1. Miskin ≤ Rp 1.635.000 20 66,67% 2. Tidak Miskin > Rp 1.635.000 10 33,33%
TOTAL 30 100%
Dari hasil perhitungan dapat diketahui terdapat 20 nelayan yang berpendapatan ≤
Rp 1.635.000 per bulan, atau dengan kata lain 66,67% nelayan digolongkan
miskin dan 10 nelayan yang berpendapatan > Rp 1.635.000 per bulan, atau
dengan kata lain 33,33% nelayan digolongkan tidak miskin.
Apabila dilihat dari hasil penelitian terdahulu oleh Musawwir (2007) dalam tesis
yang berjudul Analisis Masalah Kemiskinan Nelayan Tradisional di Desa Padang Panjang Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya menyatakan bahwa Di Desa Padang Panjang terdapat 62 jiwa penduduknya bekerja sebagai
nelayan, terdapat 51 orang kepala keluarga (82,25%) bekerja sebagai nelayan
tradisional yang tergolong ke dalam kelompok masyarakat miskin. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemiskinan nelayan di Desa Padang Panjang
disebabkan oleh tiga faktor yaitu faktor kualitas sumber daya manusia, faktor
ekonomi, dan faktor kelembagaan.
Jika dibandingkan dengan penelitian terdahulu, hasil perhitungan tingkat
tinggi. Terdapat 24 orang (80%) dari 30 orang nelayan sampel yang hidup
dibawah garis Upah Minimum Kabupaten.
Menurut teori dari Qoid dan Setiawan (1993), kemiskinan masyarakat pesisir
bersifat multi dimensi dan disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar
masyarakat tersebut. Di samping itu, kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya
akses terhadap informasi, teknologi dan permodalan, budaya, dan gaya hidup.
Adanya keterbatasan modal yang dimiliki nelayan skala kecil menyebabkan
terjadi kecenderungan nelayan terikat pinjaman dengan pelepas uang (pedagang),
bahkan hubungan antara pedagang ikan dan nelayan cenderung bersifat
eksploitatif.
Hal tersebut juga terjadi pada kelompok nelayan sampel. Nelayan memiliki modal
yang kecil dan mengandalkan sampan dan alat tangkap berupa jaring sederhana
untuk menangkap ikan. Selain itu nelayan juga kesulitan untuk membeli BBM
berupa solar karena harus membeli dengan harga yang mahal, sehingga nelayan
seringkali terikat pinjaman dengan pedagang. Sampai saat ini nelayan juga belum
menerima bantuan baik berupa materi maupun penyuluhan dari lembaga terkait.
Kehidupan nelayan penuh dengan ketidakpastian. Keberangkatan dan jumlah hasil
tangkapan tidak dapat dipastikan. Hal itu pula lah yang menyebabkan pendapatan
nelayan tidak menentu jumlahnya. Pendapatan nelayan rata-rata masih dibawah
Upah Minimum Kabupaten, yaitu sebesar Rp 1.181.000 per bulan, dengan
berbagai kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan anak tentu jumlah tersebut akan
5.2 Tingkat Pendapatan, Distribusi Pendapatan, dan Kemiskinan Petani Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 30 petani sampel yang
melakukan usaha tani di lahan sempit dengan luas lahan kurang dari 1 Hektar.
Tanaman yang diusahakan petani adalah padi dengan jenis yang berbeda-beda,
yaitu padi serang, IR, sunggal, dan makongga.
5.2.1 Produksi dan Biaya Produksi Petani
Produk yang dihasilkan oleh petani adalah padi basah. Padi dijual oleh petani ke
agen atau kilang. Hasil produksi padi berkisar antara 200 sampai 250 kilogram per
rante dan 1000 sampai 4000 kilogram per musim. Padi ditanam dua kali setahun
dengan lama satu musim sepanjang 6 bulan.
Hasil produksi tanaman padi tidak selalu baik dan optimal, hal itu dikarenakan
banyak faktor seperti lahan yang tergenang, cuaca tidak menentu, irigasi yang
tidak tersedia, juga harga pupuk dan pestisida yang mahal. Berikut adalah rata-rata
produksi padi nelayan sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin.
Tabel 29. Hasil Produksi Rata-Rata Petani dalam Satu Musim Panen No Hasil Produksi Jumlah Petani Rata-rata Persentase
(kilogram) (KK) (kg) (%) 1 1000 - 2500 kg 12 1917 40 2 3000 - 4000 kg 18 3293 60
Jumlah 30 100
Sumber : Diolah dari lampiran 7
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa terdapat 12 orang (40 %) petani dengan
rata-rata produksi 1917 kilogram per musim dengan rentang 1000 sampai 2500
kilogram dan terdapat 18 orang (60%) petani dengan rata-rata produksi 3293
kilogram dengan rentang 3000 sampai 4000 kilogram.
Lahan yang diusahakan petani sampel adalah lahan pasang surut dan sawah tadah
apabila air laut pasang maka akan menggenangi lahan sawah dan akan surut
apabila air laut surut. Pada sawah tadah hujan, apabila hujan terlalu deras maka
akan membuat sawah tergenang air, tidak adanya saluran air menyebabkan air
tertahan didalam sawah sehingga membuat batang padi menjadi busuk. Pada
musim kemarau petani juga kesulitan untuk mendapatkan air karena tidak adanya
irigasi. Keadaan tersebut bisa membuat produksi tidak optimal bahkan bisa
membuat gagal panen.
Selain itu, harga pupuk dan pestisida juga cukup mahal sehingga petani kesulitan
untuk membelinya. Pupuk bersubsidi juga tidak didapat oleh petani sehingga
petani harus membeli pupuk dengan harga yang mahal.
Dalam melakukan usaha tani, petani mengeluarkan biaya yaitu biaya tetap dan
biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan, biaya sewa, dan biaya
PBB. Biaya variabel yang dikeluarkan petani adalah biaya tenaga kerja, bibit,
pupuk, dan pestisida. Biaya tetap dan biaya variabel yang dijumlahkan akan
menghasilkan total biaya. Biaya yang paling besar dikeluarkan oleh petani adalah
biaya untuk pupuk dan biaya tenaga kerja. Pupuk yang biasa digunakan oleh
petani adalah pupuk NPK, ZA, SP36, dan Urea. Pestisida yang digunakan petani
sangat beragam harga dan jenisnya mulai dari pestisida untuk membasmi hama,
gulma, serangga, jamur, dan lain lain. Namun dalam penggunaannya, petani
mengaplikasikan pestisida dengan cara yang belum tepat karena tidak sesuai
dosis. Untuk membeli pupuk dan pestisida biasanya petani berhutang kepada
pedagang dan akan dibayar setelah panen dan mendapatkan hasil. Untuk
mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan petani dapat dilihat dari tabel
Tabel 30. Biaya Produksi Rata-Rata Petani dan Persentase dalam Satu Musim
No Uraian Jumlah Persentase
(Rp) (%)
1 Biaya Tenaga Kerja 1.821.167 38,26
2 Biaya Penyusutan 56.542 1,22
3 Biaya Sewa 682.267 14,82
4 Biaya Air 82.267 1,78
5 Biaya Bibit 221.167 4,8
6 Biaya Pupuk 1.409.567 30,62
7. Biaya Pestisida 389.967 8,47
Jumlah 4.662.942 100
Sumber : Diolah dari lampiran 7
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase biaya terbesar diduduki oleh biaya
tenaga kerja dengan rata-rata sebesar Rp 1.821.167 (38,26%).
5.1.2 Penerimaan Petani
Penerimaan petani adalah hasil panen dikali dengan harga jual. Penerimaan petani
tergantung dari hasil panennya. Apabila hasil panen banyak maka penerimaan
petani pun banyak. Apabila tidak mendapat hasil atau gagal panen maka petani
merugi dan bahkan tidak bisa membayar berhutang. Rata-rata penerimaan yang
diperoleh petani di Desa Pekan Tanjung Beringin selama satu musim adalah Rp
12.087.000
5.1.3 Pendapatan Petani
Pendapatan petani per panen adalah selisih dari penerimaan per panen dan total
biaya permusim tanam. Apabila pendapatan per panen diperoleh maka dapat
diketahui pendapatan per bulan dengan membagikan pendapatan perpanen dibagi
6 bulan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai biaya produksi, penerimaan, dan
Tabel 31. Pendapatan Bersih Petani dalam Satu Bulan
No Uraian Rata-rata Range
1 Biaya Produksi Rp 4.662.942 Rp 2.487.500-Rp 7.265.500 2 Penerimaan Rp 12.087.000 Rp 6.750.000-Rp 17.600.000 3 Pendapatan Panen Rp 7.315.000 Rp 3.443.750-Rp 12.011.500 4 Pendapatan /Bulan Rp 1.237.343 Rp 572.292-Rp2.001.917
Sumber : Diolah dari lampiran 8
Berdasarkan tabel diatas, diketahui jumlah pendapatan yang diterima petani
sampel di daerah penelitian. Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan petani
yaitu Rp 4.662.942, sedangkan rata-rata penerimaan yang diperoleh dari sekali
panen yaitu Rp 12.087.000. Pendapatan rata-rata yang didapatkan petani per
sekali panen Rp 7.315.000. Rata-rata pendapatan petani per bulan yang diperoleh
sebesar Rp 1.237.343
Rendahnya pendapatan petani juga dikarenakan produksi yang belum optimal.
Produksi yang belum optimal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor
cuaca menentukan keberhasilan usahatani. Lahan yang diusahakan petani adalah
lahan pasang surut. Untuk menanam bibit, petani harus menunggu lahan surut dan
tidak tergenang. Apabila lahan tergenang maka bibit bisa layu dan membusuk.
Selain itu, hama dan penyakit juga mempengaruhi. Hama dan penyakit yang tidak
dapat dikendalikan dapat menyebabkan gagal panen dan kerugian besar pada
petani. Oleh karena itu, hama dan penyakit harus dikendalikan secara tepat.
Pemberian pupuk juga berpengaruh terhadap produksi. Untuk mendapatkan
tanaman yang sehat maka tanaman harus dipupuk secara rutin. Namun, karena
kesulitan dalam memperoleh pupuk maka petani hanya memupuk tanaman
sesekali. Pemupukan harus diperhatikan agar bisa mendapatkan tanaman padi
5.1.4 Distribusi Pendapatan Petani
Gini Ratio merupakan suatu alat untuk mengukur tingkat ketimpangan pendapatan
antar penduduk suatu wilayah. Koefisien Gini bernilai antara 0-1. Semakin tinggi
nilai indeks Gini menunjukkan ketidakmerataan pendapatan yang semakin tinggi.
Jika nilai indeks gini adalah 0 maka artinya terdapat kemerataan sempurna pada
distribusi pendapatan, sedangkan jika bernilai 1 berarti terjadi ketidakmerataan
pendapatan yang sempurna (ketimpangan). Kategori tingkat pendapatan
berdasarkan nilai dari indeks Gini (Gini Ratio) dibagi kedalam tiga kriteria yang
tertera pada tabel 2 halaman 17.
Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui bahwa gini ratio petani sampel di
Desa Pekan Tanjung Beringin pada tahun 2015 sebesar 0,17. Apabila
dibandingkan dengan kriteria tingkat ketimpangan pada halaman 17 maka
ketimpangan pendapatan nelayan berada dalam kategori rendah ( < 0,35) atau
dengan kata lain, distribusi pendapatan pada petani relatif merata.
Hal ini juga dapat dilihat dari kurva Lorenz yang digambarkan oleh grafik
Gambar 4. Gini Ratio Petani
Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa sumbu horizontal menyatakan %
(persentase) kumulatif penduduk dalam hal ini petani dan sumbu vertikal
menyatakan % (persentase) kumulatif pendapatan petani. Dalam grafik terlihat
garis diagonal yang disebut garis kemerataan sempurna yang ditunjukkan dengan
warna biru. Sedangkan kurva yang cekung dinamakan kurva Lorenz dan ditandai
dengan warna merah. Semakin jauh jarak antara garis kurva Lorenz dengan garis
kemerataan maka semakin tinggi pula tingkat ketimpangannya. Pada gambar
diatas terlihat bahwa garis kurva Lorenz berada tidak jauh (dekat) dari garis
kemerataan. Hal ini menujukkan bahwa tingkat ketimpangan petani rendah dan
distribusi pendapatan merata.
Selain penggunaan koefisien Gini (Gini Ratio) yang dilengkapi dengan kurva
Lorenz, tingkat ketimpangan distribusi pendapatan juga dapat diukur dengan
menggunakan kriteria yang ditentukan Bank Dunia (World Bank). Ketimpangan
distribusi pendapatan yang diukur dengan kriteria Bank Dunia (World Bank) ini
diperoleh dengen menghitung persentase jumlah pendapatan dari 40% kelompok
penduduk berpendapatan rendah dibandingkan dengan total pendapatan seluruh
penduduk. Bank Dunia (World Bank) mengklasifikasikan tingkat ketimpangan
berdasarkan tiga kategori seperti pada tabel 3 halaman 18.
Perhitungan ketimpangan petani sampel menurut bank dunia dihitung dengan cara
berikut. 40% kelompok penduduk berpendapatan rendah dari 30 sampel adalah 12
orang. Maka, total pendapatan dari 40% penduduk berpendapatan rendah adalah
Rp 10.505.916. Sesuai dengan kategori tingkat ketimpangan maka perlu dihitung
12 % dan 17% dari total pendapatan dari seluruh penduduk. 12% dari total
pendapatan adalah Rp 4.482.035 dan 17% dari total pendapatan adalah Rp
6.349.539. Mengacu pada indikator, didapat bahwa 40% penduduk berpendapatan
rendah menerima > 17% dari total pendapatan. Artinya, ketimpangan petani di
Desa Pekan Tanjung Beringin menurut standar Bank Dunia dikategorikan rendah.
Berdasarkan hasil perhitungan distribusi pendapatan dan ketimpangan menurut
gini ratio dan world bank, maka dapat dikatakan bahwa distribusi pendapatan
petani sampel merata dengan ketimpangan yang rendah.
Hipotesis 2 menyatakan bahwa tingkat pendapatan petani rendah dan distribusi
pendapatan tidak merata dengan ketimpangan sedang. Namun hipotesis tidak
dapat diterima karena pada kondisi real dan hasil perhitungan diketahui bahwa
pendapatan petani rendah dan distribusi pendapatan nelayan merata dengan
5.1.5 Tingkat Kemiskinan Petani
Berdasarkan angka Garis Kemiskinan BPS tahun 2014, yang dikategorikan miskin
adalah apabila pendapatan perbulan sebesar atau kurang dari Rp 312.300 atau
setara $25 USD. Angka ini menunjukkan standar yang cukup rendah. Untuk
mengetahui tingkat kemiskinan petani menurut garis kemiskinan BPS dapat
dilihat dari tabel berikut
Tabel 32. Penggolongan Tingkat Kemiskinan Petani Sampel di Desa Pekan Tanjung Beringin Menurut Kriteria BPS (2014)
No. Kategori Batasan Pendapatan Jumlah Nelayan Persentase
Tingkat (Rp) (KK) (%)
Kemiskinan
1. Miskin ≤ Rp 312.300 0 0 2. Tidak Miskin > Rp 312.300 30 100%
TOTAL 30 100%
Dari hasil perhitungan dapat diketahui bahwa tidak ada petani yang berpendapatan
≤ Rp 312.300 per bulan. Dengan demikian maka tidak ada petani miskin di
daearah penelitian menurut garis kemiskinan BPS.
Berdasarkan Upah Minimum Kabupaten Serdang Bedagai, indikator pendapatan
minimum yang diterima oleh penduduk adalah Rp 1.635.000/bulan. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa penduduk yang dikatakan miskin apabila
menerima pendapatan perbulan kurang dari Rp 1.635.000 per bulan, dan
sebaliknya. Tabel dibawah ini menunjukkan penggolongan tingkat kemiskinan