• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Komoditas Unggulan Dan Arahan Rencana Serta Strategi Pengembangannya Di Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Komoditas Unggulan Dan Arahan Rencana Serta Strategi Pengembangannya Di Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN

DAN ARAHAN RENCANA SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI KOTA PAGAR ALAM, PROVINSI SUMATERA SELATAN

AHMAD ZAMHARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Komoditas Unggulan dan Arahan Rencana serta Strategi Pengembangannya di Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2017

Ahmad Zamhari

(3)

RINGKASAN

AHMAD ZAMHARI. Analisis Komoditas Unggulan dan Arahan Rencana Serta Strategi Pengembangannya di Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan. Di bawah Bimbingan SANTUN R.P.SITORUS dan ANDREA EMMA PRAVITASARI.

Kota Pagar Alam merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Selatan yang mayoritas kegiatan ekonominya dari sektor pertanian. Pertanian di Kota Pagar Alam masih berada pada kegiatan budidaya (off farm) sehingga perlu ditingkatkan agar perekonomian masyarakat menjadi lebih meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis komoditas unggulan di tiap kecamatan, (2) Menganalisis lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan, (3) Menganalisis hirarki wilayah, (4) Merumuskan arahan dan strategi pengembangan pertanian. Untuk mengetahui komoditas unggulan digunakan pendekatan analisis location quotient (LQ) dan shift share analysis (SSA). Lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan dianalisis secara spasial menggunakan software geographical information system (GIS). Hirarki wilayah dianalisis dengan metode skalogram. Arahan pengembangan komoditas unggulan dengan pertimbangan hirarki wilayah, lahan yang kompak, arahan kebijakan pemerintah daerah, kelas kesesuaian dan ketersediaan lahan. Strategi pengembangan pertanian dengan metode A‘WOT yaitu kombinasi dari analisis SWOT dan AHP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komoditas unggulan utama di Kota Pagar Alam untuk tanaman perkebunan di Kecamatan Dempo Selatan, Dempo Tengah, Dempo Utara dan Pagar Alam Utara adalah kopi. Komoditas unggulan utama untuk tanaman pangan di Kecamatan Dempo Selatan, Dempo Tengah, Dempo Utara dan Pagar Alam Utara adalah padi sawah. Komoditas unggulan utama untuk komoditas hortikultura di Kecamatan Dempo Utara adalah kubis. Arahan pengembangan komoditas unggulan prioritas satu untuk komoditas kopi diarahkan di Kecamatan Dempo Selatan seluas 2,824.26 ha, padi sawah diarahkan di Kecamatan Dempo Tengah seluas 1,496.13 ha dan kubis diarahkan di Kecamatan Dempo Utara seluas 207.78 ha. Strategi pengembangan pertanian adalah strength opportunities yaitu dengan Penguatan dan pengembangan UMKM (kegiatan pembinaan, manajerial, teknologi, bantuan modal), aktif melakukan promosi, melakukan branding dan mencari peluang investasi untuk pengembangan pertanian dan meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas.

(4)

SUMMARY

AHMAD ZAMHARI. Analysis of Competitive Commodities and Its Direction of Development Plan and Strategy In Pagar Alam City Province Of South Sumatera. Under Direction SANTUN R.P.SITORUS and ANDREA EMMA PRAVITASARI.

Pagar Alam City of South Sumatera Province has dominant economic activities base on agriculture. In general, agricultural cultivation was done in moderate farming management. Therefore agricultural production was not optimal and was not support to increased regional economic activity. This study aims were (1) to analyse competitive commodities of agriculture in each district (2) to analyse land potency for competitive commodities development (3) to analyse regional hierarchy (4) to formulate direction of agricultural development plan and strategy. Location quotient and shift share analysis method were used to determine competitive commodities. Land potency for competitive commodities development was analysed using geographical information system. Regional hierarchy was analysed using scalogram method. Competitive commodities development direction considered based on regional hierarcy, compactness of land, local government policy, suitability and availability of land. Agricultural development strategies determined by SWOT and AHP. The result of study showed that main competitive commodities in Pagar Alam City for plantation commodities in district of Dempo Selatan, Dempo Tengah, Dempo Utara and Pagar Alam Utara is coffee, food crops in district of Dempo Selatan, Dempo Tengah, Dempo Utara and Pagar Alam Utara is rice crop, horticulture in district of Dempo Utara is cabbage. Competitive commodities development direction, first priority is for coffee directed to district of Dempo selatan about 2,824.26 ha. Rice crop directed to district of Dempo Tengah about 1,496.13 ha and cabbage directed to district of Dempo Utara about 207.78 ha. Agricultural development strategy is strength opportunities which is strengthening and development of UMKM (development activities, managerial technology, capital aid, active promotion, doing branding and looking for investation opportunities).

Keywords: competitive commodities, direction of development, land availability,

(5)

@ Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(6)

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN

DAN ARAHAN RENCANA SERTA STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI KOTA PAGAR ALAM PROVINSI SUMATERA SELATAN

AHMAD ZAMHARI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

Pada

Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Judul Tesis : Analisis Komoditas Unggulan dan Arahan Rencana Serta Strategi Pengembangannya di Kota Pagar Alam, Provinsi Sumatera Selatan

Nama : Ahmad Zamhari

NRP : A156150261

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus Ketua

Dr Andrea Emma Pravitasari, S.P. M.Si. Anggota

Diketahui oleh Ketua Program Studi

Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Ernan Rustiadi, M.Agr. Dr Ir Dahrul Syah, M.Sc. Agr.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah yang layak diucapkan sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian yang berjudul ―Analisis Komoditas Unggulan dan Arahan Rencana serta Strategi Pengembangannya di Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan‖ ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada program studi Ilmu Perencanaan Wilayah Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Dalam penyusunan karya ilmiah penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setingi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr Ir Santun R. P. Sitorus selaku ketua komisi pembimbing atas segala bimbingan, arahan dan kesabaran yang diberikan.

2. Dr Andrea Emma Pravitasari,S.P.,M.Si. selaku anggota komisi pembimbing atas segala bimbingan, arahan dan kesabaran yang telah diberikan.

3. Dr Ir Widiatmaka, DEA selaku penguji luar komisi atas semua masukannya untuk memperbaiki karya ilmiah ini.

4. Seluruh dosen pengajar dan staf program Ilmu Perencanaan Wilayah 5. Kepala Pusbindiklatren Bappenas dan seluruh pegawainya yang telah

memberikan kesempatan beasiswa

6. Pemerintah Kota Pagar Alam yang telah memberikan izin tugas belajar 7. Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah IPB atas

bantuan data yang diberikan

8. Rekan-rekan program studi Ilmu Perencanaan Wilayah yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini

9. Istriku yang tersayang Fikka Octora Putri, anak-anakku Zahid Tsaqib Abdurrahman dan Maryam Azizah Khoirunisa yang telah menjadi inspirasi dan motivasi serta keluarga besar atas pengorbanan selama ini. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih belum sempurna, sehingga semua masukan yang positif sangat diperlukan untuk memperbaiki karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi Kota Pagar Alam dan kita semua.

Bogor, Januari 2017 Ahmad Zamhari \

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ...iii

DAFTAR GAMBAR ... ...iv

DAFTAR LAMPIRAN ... ...iv

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... ....1

1.2 Perumusan masalah ... ....2

1.3 Tujuan penelitian ... ....3

1.4 Manfaat penelitian ... ....3

1.5 Kerangka pemikiran penelitian ... ....3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dasar wilayah ... ....5

2.2 Konsep perencanaan pengembangan wilayah ... ....5

2.3 Teori tempat pusat ... ....7

2.4 Sektor basis dan non basis ... ....7

2.5 Komoditas unggulan ... ....8

2.6 Analisis kelayakan usaha tani... ... ....10

2.7 Evaluasi kesesuaian lahan dan rencana penggunaan lahan... ....10

2.8 Analisis A‘WOT... ... ....11

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu penelitian ... ....12

3.2 Jenis data dan alat ... ....13

3.3 Metode analisis data ... ....16

3.3.1 Analisis Komoditas Unggulan ... ....19

3.3.1.1 Analisis Location Quotient (LQ) ... ....19

3.3.1.2 Shift Share Analysis ... ....20

3.3.2 Analisis usahatani ... ....21

3.3.3 Analisis ketersediaan lahan, kesesuaian lahan dan potensi pengembangan komoditas unggulan ... ....22

3.3.4 Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah ... ....24

3.3.5 Arahan Rencana Pengembangan Komoditas Unggulan ... ....24

3.3.6 Analisis A‘WOT ... ....25

IV. KEADAAN UMUM KOTA PAGAR ALAM 4.1 Letak geografis/astronomis ... ...26

4.2 Kependudukan ... ...27

4.3 Iklim ... ...28

4.4 Keadaan tanah ... ...28

4.5 Penutupan lahan ... ...28

4.6 Jaringan jalan dan transportasi ... ...30

4.7 Lapangan usaha ... ...31

4.8 Ketenagakerjaan ... ...31

4.9 Pengeluaran penduduk... ... ...32

4.10 Permodalan usaha pertanian ... ...33

4.11 Produk domestik regional bruto... ... ...34

4.12 Indeks pembangunan manusia... ... ...35

(11)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Komoditas unggulan ... ...37

5.1.1 Komoditas unggulan perkebunan ... ...37

5.1.1.1 LQ dan analisis SSA ... ...37

5.1.1.2 Komoditas unggulan utama tiap kecamatan ... ...40

5.1.2 Komoditas unggulan tanaman pangan ... ...41

5.1.2.1 LQ dan analisis SSA ... ...41

5.1.2.2 Komoditas unggulan utama tiap kecamatan ... ...43

5.1.3 Komoditas unggulan tanaman hortikultura ... ...44

5.1.3.1 LQ dan analisis SSA ... ...44

5.1.3.2 Komoditas unggulan utama tiap kecamatan ... ...47

5.2 Ketersediaan lahan dan kesesuaian lahan ... ...48

5.2.1 Komoditas unggulan perkebunan ... ...48

5.2.1.1 Ketersediaan lahan ... ...48

5.2.1.2 Evaluasi kesesuaian lahan ... ...50

5.2.1.3 Potensi penggunaan lahan ... ...52

5.2.2 Komoditas unggulan tanaman pangan ... ...53

5.2.2.1 Ketersediaan lahan ... ...53

5.2.2.2 Evaluasi kesesuaian lahan ... ...54

5.2.2.3 Potensi penggunaan lahan ... ...56

5.2.3 Komoditas unggulan tanaman hortikultura ... ...58

5.2.3.1 Ketersediaan lahan ... ...58

5.2.3.2 Evaluasi kesesuaian lahan ... ...59

5.2.3.3 Potensi penggunaan lahan ... ...60

5.3 Analisis hirarki wilayah ... ...61

5.4 Arahan rencana dan strategi pengembangan pertanian ... ...63

5.4.1 Arahan pengembangan pertanian ... ...63

5.4.1.1 Arahan ekstensifikasi kopi ... ...63

5.4.1.2 Arahan ekstensifikasi padi sawah ... ...65

5.4.1.3 Arahan ekstensifikasi kubis ... ...66

5.4.2 Strategi pengembangan pertanian ... ...67

5.4.2.1 Analisis faktor strategi internal (IFAS) ... ...75

5.4.2.2 Analisis faktor strategi eksternal ( EFAS) ... ...76

5.4.2.3 Analisis matriks internal eksternal ... ...77

5.4.2.4 Analisis matriks space ... ...78

5.4.2.5 Tahap pengambilan keputusan dengan analisis SWOT ... ...78

VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ... ...81

6.2 Saran ... ...81

DAFTAR PUSTAKA ... ...83

LAMPIRAN ... ...87

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Data untuk analisis komoditas unggulan di tiap kecamatan... ....13

2. Data untuk analisis lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan ... ....14

3. Data untuk analisis hirarki wilayah ... ....15

4. Data untuk merumuskan arahan dan strategi pengembangan pertanian ... ....16

5. Tujuan, jenis, sumber data dan cara pengumpulan data serta analisis data ... ....17

6. Analisis ketersediaan lahan komoditas perkebunan ... ....22

7. Analisis ketersediaan lahan komoditas tanaman pangan dan hortikultura...23

8. Kriteria arahan pengembangan komoditas ungulan perkebunan ... ....24

9. Luas wilayah menurut kecamatan ... ....26

10. Kependudukan Kota Pagar Alam ... ....27

11. Jumlah penduduk Kota Pagar Alam ... ....27

12. Jenis tanah di Kota Pagar Alam ... ....28

13. Luas lahan bukan sawah menurut penggunaannnya ... ....29

14. Luas lahan sawah dirinci menurut jenis pengairannya ... ....30

15. Angkatan kerja Kota Pagar Alam tahun 2012-2014 ... ....31

16. Pengeluaran penduduk Kota Pagar Alam tahun 2014 ... ....32

17. Persentase pengeluaran rata-rata perkapita ... ....32

18. Pengeluaran rata-rata perkapita kelompok non makanan ... ....33

19. Indikator indeks pembangunan manusia ... ....35

20. Indikator indeks pembangunan manusia ... ....36

21. Nilai LQ dan DS komoditas perkebunan ... ....38

22. Kriteria pemilihan komoditas unggulan utama perkebunan ... ....40

23. Komoditas unggulan perkebunan ... ....40

24. Nilai LQ dan DS komoditas tanaman pangan ... ....41

25. Kriteria pemilihan komoditas unggulan utama tanaman pangan ... ....43

26. Komoditas unggulan tanaman pangan ... ....43

27. Nilai LQ dan DS komoditas tanaman hortikultura ... ....45

28. Pemilihan komoditas unggulan utama tanaman hortikultura ... ....47

29. Komoditas unggulan hortikultura ... ....48

30. Ketersediaan lahan pengembangan kopi ... ....49

31. Kelas kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan kopi ... ....50

32. Luas eksisting perkebunan kopi Kota Pagar Alam ... ....51

33. Potensi ekstensifikasi lahan kopi ... ....52

34. Ketersediaan lahan pengembangan padi sawah ... ....53

35. Kelas kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan padi sawah ... ....55

36. Luas eksisting padi sawah Kota Pagar Alam ... ....55

37. Potensi ekstensifikasi padi sawah ... ....57

38. Kelas kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan kubis ... ....59

(13)

Tabel Halaman

40. Prioritas arahan ekstensifikasi kopi ... ....64

41. Prioritas arahan ekstensifikasi padi sawah ... ....66

42. Faktor-faktor komponen SWOT ... ....68

43. Hasil analisis matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary .... ....75

44. Hasil analisis matriks External Strategic Factor Analysis Summary ...76

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Diagram alir penelitian ... ...4

2. Peta lokasi penelitian ... ....12

3. Peta penggunaan lahan ... ....29

4. Persentase PDRB Kota Pagar Alam tahun 2014... ...34

5. IPM Kota Pagar Alam Tahun 2012-2014...36

6. Peta ketersediaan lahan komoditas unggulan perkebunan ... ....49

7. Peta kelas kesesuaian lahan dan peta eksisting kopi ... ....51

8. Peta potensi ekstensifikasi kopi ... ....52

9. Peta ketersediaan lahan komoditas tanaman pangan ... ....54

10. Peta kelas kesesuaian lahan dan peta eksisting padi sawah ... ....56

11. Peta potensi ekstensifikasi padi sawah ... ....57

12. Peta ketersediaan lahan komoditas hortikultura ... ....59

13 Peta kelas kesesuaian lahan dan peta eksisting kubis ... ....60

14. Peta potensi ekstensifikasi kubis ... ....61

15. Hirarki kecamatan kota pagar alam ... ....63

16. Peta arahan ekstensifikasi lahan kopi ... ....65

17. Peta arahan ekstensifikasi padi sawah ... ....65

18. Peta arahan ekstensifikasi kubis ... ....66

19. Peta arahan ekstensifikasi komoditas unggulan ... ....67

20. Hasil analisis matriks internal eksternal ... ....77

21. Hasil analisis matriks space ... ....78

22. Hasil analisis matriks SWOT ... ....79

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Kriteria kesesuaian lahan kopi robusta ... ....88

2. Kriteria kesesuaian lahan padi sawah irigasi ... ....89

3. Kriteria kesesuaian lahan kubis ... ....90

4. Nilai LQ dan DS komoditas perkebunan tahun 2010-2014...91

5. Nilai LQ dan DS komoditas tanaman pangan tahun 2010-2014...92

6. Nilai LQ dan DS komoditas hortikultura tahun 2010-2014...93

7. Analisis kesesuaian lahan kopi...95

8. Analisis kesesuaian lahan padi sawah irigasi...96

9. Analisis kesesuaian lahan kubis ... ...97

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Provinsi Sumatera Selatan memiliki empat Kota yaitu Kota Palembang, Kota Lubuk Linggau, Kota Prabumulih dan Kota Pagar Alam. Sektor kegiatan utama Kota Palembang, Kota Lubuk Linggau dan Kota Prabumulih adalah pada sektor non pertanian, sedangkan Kota Pagar Alam sektor utama ekonominya adalah dari sektor pertanian. Sektor pertanian utama di Kota Pagar Alam adalah dari komoditas perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura.

Sektor pertanian merupakan tumpuan kehidupan bagi mayoritas penduduk di Kota Pagar Alam. Pendapatan domestik regional bruto (PDRB) tahun 2014 menunjukkan bahwa sektor pertanian memberikan sumbangan PDRB terbesar yaitu 24% diikuti sektor perdagangan sebesar 19% dan sektor konstruksi sebesar 18%. Berdasarkan kategori lapangan usaha maka sektor pertanian menyerap lapangan kerja terbesar yaitu sebesar 37.89% (BPS Kota Pagar Alam, 2015).

Sektor pertanian di Kota Pagar Alam masih fokus pada kegiatan on farm

(budidaya). Komoditas perkebunan utama yaitu kopi, hasil produksi mentahnya langsung dipasarkan ke Provinsi Lampung, komoditas tanaman pangan utama yaitu padi sawah yang surplus setiap tahunnya dipasarkan ke Kota Palembang dan komoditas hortikultura seperti wortel, kubis dan cabe merah dipasarkan ke Kota Palembang.

Sektor utama atau sektor primer yang berbasis pertanian di Kota Pagar Alam perlu ditingkatkan nilai tambahnya agar perekonomian masyarakat meningkat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan komoditas unggulan. Komoditas unggulan merupakan komoditas yang memiliki nilai strategis berdasarkan pertimbangan fisik (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur, kondisi sosial budaya) untuk dikembangkan di suatu wilayah (Sitorus et al. 2014).

Pengembangan komoditas unggulan secara terintegrasi dalam sistem agribisnis berupa pengolahan dan pemasaran, mulai dari sektor hulu sampai hilir diharapkan dapat meningkatkan perekonomian wilayah, peningkatan pendapatan masyarakat dan peningkatan tenaga kerja. Dengan demikian perekonomian daerah akan mampu berkembang lebih cepat dan sebagian besar nilai tambah agribisnis akan tertahan di daerah dan pendapatan rakyat akan meningkat (Amalia, 2006).

Pengembangan komoditas unggulan perlu memperhatikan potensi pengembangan lahan dan evaluasi kesesuaian lahan. Sebagian besar penutupan lahan di Kota Pagar Alam adalah pertanian lahan kering yang menjadikan potensi pengembangan komoditas unggulan cukup besar. Pengembangan komoditas unggulan berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan akan menghasilkan pertumbuhan dan produksi sesuai dengan kelas kesesuaian lahannya. Arahan pengembangan komoditas unggulan perlu dilakukan agar pengembangan komoditas unggulan lebih terarah. Strategi pengembangan dirumuskan agar kebijakan pengembangan komoditas unggulan dapat ditingkatkan sesuai dengan potensi dan kondisinya saat ini serta harapan pada masa yang akan datang.

(15)

Sumatera Selatan menjadi hal yang penting untuk dilakukan, dengan alasan memiliki tujuan meningkatkan produksi lokal, nilai tambah komoditas pertanian dan meningkatkan ekonomi wilayah.

1.2 Perumusan Masalah

Kota Pagar Alam merupakan kota yang berbasis pertanian, dimana mata pencarian utama masyarakat berasal dari sektor pertanian baik itu tanaman perkebunan, tanaman pangan dan tanaman hortikultura. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Pagar Alam tahun 2014 menunjukkan bahwa sumbangan produk domestik regional bruto Kota Pagar Alam terbesar adalah dari sektor pertanian yaitu 24% disusul dengan perdagangan, hotel dan restoran sebesar 19% kemudian sektor konstruksi sebesar 18%. Berdasarkan kategori lapangan usaha maka sektor pertanian, merupakan sektor yang terbesar menyerap lapangan kerja yaitu sebesar 37.89%.

Sumbangan produk domestik regional bruto dan lapangan usaha tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian memberikan sumbangan yang besar bagi pembangunan daerah. Bila ditinjau dari sektor industri yang memberikan kontribusi PDRB di Kota Pagar Alam sebesar 1 % menunjukkan belum adanya hubungan keterkaitan antara sektor pertanian dan industri terutama industri pengolahan hasil pertanian.

Sampai saat ini di Kota Pagar Alam belum memiliki perencanan pengembangan wilayah berbasiskan komoditas unggulan. Pengembangan wilayah berbasiskan komoditas unggulan penting diterapkan agar menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat. Dalam pengembangan komoditas unggulan perlu dilakukan analisis ketersediaan lahan, evaluasi kesesuaian lahan dan potensi pengembangan komoditas unggulan agar diketahui lokasi terbaik untuk pengembangannya. Arahan dan strategi perlu dirumuskan agar perencanaan pengembangan komoditas unggulan dapat bersaing baik secara nasional dan internasional.

Dengan memperhatikan permasalahan di atas maka dapat disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apa komoditas unggulan tiap kecamatan yang dapat mendukung pengembangan pertanian di Kota Pagar Alam?

2. Berapa luas dan dimana saja lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan pada tiap kecamatan di Kota Pagar Alam?

3. Bagaimana hirarki wilayah dalam mendukung pengembangan pertanian di Kota Pagar Alam?

(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis komoditas unggulan di masing-masing kecamatan dalam mendukung pengembangan pertanian di Kota Pagar Alam

2. Menganalisis lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan di Kota Pagar Alam

3. Menganalisis hirarki wilayah dalam mendukung pengembangan pertanian di Kota Pagar Alam

4. Merumuskan arahan rencana dan strategi pengembangan komoditas unggulan di Kota Pagar Alam

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Memberikan masukan kepada Pemerintah Kota Pagar Alam dalam menyusun rencana pembangunan pertanian

2. Sebagai bahan atau rujukan bagi kegiatan penelitian selanjutnya

1.5 Kerangka Pemikiran Penelitian

Pertanian di Kota Pagar Alam yang masih bersifat on farm perlu diarahkan menjadi kegiatan off farm sehingga petani mendapatkan nilai tambah dari komoditas pertanian yang dihasilkan. Pengembangan komoditas unggulan pertanian di Kota Pagar Alam diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi di tiap kecamatan. Identifikasi komoditas unggulan dilakukan dengan menggunakan analisis location quotient (LQ) dan shift share analysis (SSA) untuk mengetahui pemusatan produksi komoditas pertanian di tiap kecamatan di Kota Pagar Alam. Analisis usahatani dilakukan untuk memilih komoditas unggulan yang paling menguntungkan bagi petani untuk dikembangkan.

Analisis ketersediaan lahan dilakukan untuk mengetahui kesesuaian lahan dan potensi lahan untuk pengembangan komoditas unggulan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan dengan menggunakan peta tanah, peta pola ruang (RTRW), peta

landuse dan peta topografi. Analisis pusat pertumbuhan dilakukan dengan

(17)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian KOTA PAGAR ALAM

SEKTOR EKONOMI UTAMA ADALAH PERTANIAN

PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN

Aspek ekonomi

Aspek sosial

Aspek wilayah

Aspek kebijakan

 Data komoditas pertanian

 Data demografi

 Data sebaran sarana prasarana, dll

Analisis data

 Komoditas unggulan (Analisis LQ dan SSA)

 Kesesuaian lahan (Analisis sistem informasi geografis)

 Identifikasi hirarki wilayah (Analisis skalogram)

Persepsi narasumber (Expert) (Analisis AHP dan SWOT)

(18)

2

. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dasar Wilayah

Menurut Nugroho dan Dahuri (2004) pengertian wilayah tidak dapat dilepaskan dengan penggunaannya dalam berbagai tujuan. Istilah wilayah dapat digunakan untuk skala sempit dalam lingkungan tetangga hingga skala luas dalam pergaulan internasional. Menurut Nugroho dan Dahuri (2004) wilayah adalah suatu area geografis yang memiliki ciri tertentu dan merupakan media bagi segala sesuatu untuk berlokasi dan berinteraksi.

Blair dalam Nugroho dan Dahuri (2004) dalam menganalisis wilayah secara umum dikenal tiga tipe. Pertama, tipe fungsional. Wilayah tipe ini dicirikan oleh adanya derajat integrasi antara komponen-komponen didalamnya yang berinteraksi kedalam wilayah alih-alih berinteraksi ke wilayah luar salah satu wujud wilayah fungsional yang paling umum adalah wilayah nodal. Wilayah nodal didasarkan pada susunan (sistem) yang berhirarki dari suatu hubungan diantara simpul-simpul perdagangan. Kedua, wilayah homogen. Wilayah homogen dicirikan oleh adanya kemiripan relatif dalam wilayah. Kemiripan ciri tersebut dapat dilihat dari aspek sumberdaya alam (misalnya iklim dan komoditas), sosial (agama, suku, kelompok ekonomi), dan ekonomi (sektor ekonomi). Ketiga, wilayah administratif. Wilayah ini dibentuk untuk kepentingan pengelolaan atau organisasi oleh pemerintah maupun pihak-pihak lain, Batas wilayahnya secara geografis sangat jelas dilandasi keputusan politik dan hukum. Wilayah administratif sering diangap lebih penting dari dua tipe lainnya karena lebih sering digunakan sebagai dasar perumusan kebijakan. Pembagian wilayah berdasarkan provinsi, kota, kabupaten, kecamatan, dan perdesaan adalah untuk maksud tersebut.

Menurut undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan atau fungsional. Batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi seringkali bersifat dinamis. Batasan wilayah dapat bersifat perencanaan, pelaksanaan, monitoring, pengendalian dan evaluasi (Rustiadi et al. 2011).

2.2 Konsep Perencanaan Pengembangan Wilayah

Menurut Sitorus (2015) rencana adalah kegiatan yang terkoordinasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu pada suatu jangka waktu tertentu dengan kendala-kendala tertentu. Perencanaan merupakan proses apa yang ingin dicapai di masa yang akan datang serta menetapkan tahapan-tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya. Pembangunan menurut Sitorus (2015) adalah upaya yang terkoordinasi dan sistematik untuk menciptakan suatu keadaan dimana terdapat lebih banyak alternatif yang sah bagi setiap warga negara untuk memenuhi aspirasinya yang paling humanistic yaitu peningkatan kesejahteraan.

(19)

(tertentu) dimana komponen-komponennya memiliki arti dalam pendeskripsian perencanaan dan pengelolaan sumberdaya pembangunan. Secara singkat bidang kajian perencanan pengembangan wilayah merupakan bidang yang mengintegrasikan berbagai cabang ilmu untuk memecahkan masalah-masalah pembangunan serta aspek-aspek proses politik, manajemen dan administrasi perencanaan pembangunan yang berdimensi ruang atau wilayah.

Proses perencanaan disusun berdasarkan berbagai segi kebutuhan yaitu (1) ruang lingkup (2) jangka waktu (3) tingkat keluwesan (4) arus informasi. Dalam konteks wilayah dikenal beberapa istilah yaitu (1) daerah belakang/hinterland (2) daerah pelayanan (3) pusat pelayanan (4) desa, kota dan sebagainya. Dalam pendekatan konsep wilayah Sitorus (2015) memandang bahwa kerangka konsep wilayah yang lebih mampu menjelaskan berbagai konsep wilayah yang dikenal selama ini adalah : (1) wilayah homogen (uniform) (2) wilayah sistem /fungsional dan (3) wilayah perencanaan /pengelolaan (planning region atau programming

region). Dalam pendekatan klasifikasi konsep wilayah ini, wilayah nodal

dipandang sebagai salah satu bentuk dari konsep wilayah sistem, sedangkan dalam konsep wilayah perencanaan, terdapat konsep wilayah administratif politis dan wilayah perencanaan fungsional.

Menurut Nugroho dan Dahuri (2004) perencanaan pembangunan wilayah adalah konsep yang utuh dan menyatu dengan pembangunan wilayah. Secara luas, perencanaan pembangunan wilayah diartikan sebagai upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori ke dalam kebijakan ekonomi dan program pembangunan yang didalamnya mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.

Perencanaan pembangunan wilayah menurut Hoover dan Giarratani dalam

Nugroho dan Dahuri (2004) memiliki tiga pilar penting. Pertama, keunggulan komparatif. Pilar ini berhubungan dengan keadaan ditemukannya sumberdaya-sumberdaya tertentu yang secara fisik relatif sulit atau memiliki hambatan untuk digerakkan antar wilayah. Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor lokal (bersifat khas atau endemik, misalnya iklim dan budaya) yang mengikat mekanisme produksi sumberdaya tersebut sehingga wilayah memiliki keunggulan komparatif. Kedua, aglomerasi. Pilar ini merupakan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pelaku ekonomi berupa meningkatnya keuntungan-keuntungan sebagai akibat pemusatan ekonomi secara spasial. Aglomerasi terjadi karena berkurangnya biaya-biaya produksi akibat penurunan jarak dalam pengangkutan bahan baku dan distribusi produk. Ketiga, biaya transportasi. Pilar ini adalah yang paling kasat mata mempengaruhi aktivitas perekonomian, implikasinya adalah biaya yang terkait dengan jarak dan lokasi tidak dapat lagi diabaikan dalam proses produksi dan pembangunan wilayah.

2.3 Teori Tempat Pusat

(20)

mempunyai berbagai jenis kegiatan jasa dengan skala besar dan makin kecil kotanya makin sedikit pula jenis dan kecil pula skalanya. Sejalan dengan hirarki jasa yang dimiliki, maka dapat pula diperoleh susunan hirarki berbagai kota pusat di suatu daerah (Djojodipuro, 1992).

Tarigan dalam Sugiyanto (2010) menjelaskan konsep teori tempat pusat dalam dua cara pendekatan yaitu konsep pusat pertumbuhan secara fungsional dan secara geografis. Secara fungsional pusat pertumbuhan dapat dijelaskan sebagai suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannnya memiliki unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun keluar (daerah belakangnya). Secara geografis pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk melakukan kegiatan ekonomi ditempat tersebut dan masyarakat senang datang untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut. Konsentrasi tempat pusat atau kegiatan ekonomi dapat dianggap sebagai pusat pertumbuhan apabila konsentrasi itu dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi baik ke dalam (diantara berbagai sektor di dalam kota) maupun keluar (ke wilayah belakangnya) (Ameriyani, 2014). Teori tempat pusat menganggap terdapat hirarki wilayah yang didukung oleh sejumlah tempat yang menyediakan sumber daya yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya (Restiatun, 2009).

Untuk mendapatkan distribusi aktivitas jasa di suatu daerah, teori tempat pusat menyederhanakan keadaan melalui berbagai asumsi. Asumsi tersebut adalah (1) daerah yang bersangkutan merupakan daerah yang sama datar dengan penyebaran sumber alam dan penduduk yang merata. (2) penduduk tersebut mempunyai mata pencaharian yang sama pula, seperti bertani (Djojodipuro, 1992).

2.4 Sektor Basis dan Non Basis

Konsep pengembangan wilayah secara strategis dicirikan dengan adanya keunggulan sektor basis perekonomian. Sektor basis berperan penting sebagai sektor utama dalam pertumbuhan ekonomi (Ishak, 2008). Suatu sektor dikatakan basis apabila sektor tersebut mampu meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiahnya (ekonomi wilayahnya). Pengertian sektor basis (sektor unggulan) pada dasarnya harus dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Dalam kaitannya dengan lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Dalam lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain di pasar nasional atau domestik (Wijaya, 1996).

(21)

Pendekatan basis ekonomi dilandasi pada pendapat bahwa yang perlu dikembangkan di sebuah wilayah adalah kemampuan berproduksi dan menjual hasil produksi tersebut secara efisien dan efektif dengan menggunakan sumber daya lokal untuk diekspor dan menghasilkan kekayaan daerah serta penciptaan peluang kerja (Ameriyani, 2014).

Apabila suatu sektor menjadi sektor basis (unggulan) sektor tersebut harus mengekspor produknya ke daerah lain, sebaliknya apabila sektor tersebut menjadi sektor non basis (bukan unggulan) sektor tersebut harus mengimpor produk sektor tersebut dari daerah lain. Suatu sektor dikatakan non basis karena hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal. Permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat, oleh karena itu kenaikannya sejalan dengan kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Sektor non basis terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah (Rustiadi et al. 2011)

2.5 Komoditas Unggulan

Komoditas unggulan merupakan komoditas yang memiliki nilai strategis berdasarkan pertimbangan fisik (kondisi tanah dan iklim) maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi, kemampuan sumberdaya manusia, infrastruktur, kondisi sosial budaya) untuk dikembangkan pada suatu wilayah (Sitorus et al. 2014). Keberadaan komoditas unggulan pada suatu daerah dapat memudahkan upaya pengembangan agribisnis.

Kriteria komoditas unggulan menurut Daryanto (2004) yang disesuaikan dengan analisis dalam penelitian ini yaitu:

1. Harus mampu menjadi penggerak utama (prime mover) pembangunan perekonomian. Dengan kata lain, komoditas unggulan tersebut dapat memberikan konstribusi yang signifikan pada peningkatan produksi, pendapatan dan pengeluaran.

2. Mampu bersaing dengan produk sejenis dari wilayah lainnya (competitiveness) di pasar nasional dan pasar internasional, baik dalam harga produk, biaya produksi dan kualitas pelayanan.

3. Pengembangannya harus mendapatkan berbagai bentuk dukungan, misalnya keamanan, sosial, budaya, informasi dan peluang pasar, kelembagaan, fasilitas intensif dan lain-lain.

Setiawati et al. (2016) menggunakan analisis LQ ( location quotient) dan SSA (shift share analysis) dalam perencanaan penggunaan lahan komoditas unggulan perkebunan di Kabupaten Tanah Datar. Raharjo et al. (2015) dalam penelitiannya mengenai kesesuaian lahan untuk komoditas ungulan menggunakan metode LQ (location quotient) dan SSA (shift share analysis) untuk memilih komoditas unggulan sayuran di Kabupaten Batang. Yustian et al. (2014) dalam penelitiannya mengenai arahan dan strategi pengembangan lahan sawah di wilayah pesisir Provinsi Kalimantan Barat juga menggunakan metode LQ dan SSA untuk menentukan keunggulan komparatif dan kompetitif.

(22)

dan SSA menggambarkan keunggulan kompetitif (Rustiadi et al. 2011). Keunggulan komparatif (comparative advantage) merupakan keunggulan suatu sektor/komoditi dalam suatu wilayah relatif terhadap sektor/komoditi pada wilayah lainnya dalam suatu wilayah lebih luas. Keunggulan kompetitif

(competitive advantage) merupakan keunggulan suatu sektor/komoditi relatif terhadap sektor/komoditi lainnya dalam suatu wilayah.

LQ adalah rasio dari peranan sektor lokal tertentu terhadap sektor yang sama di tingkat ekonomi acuan yang lebih luas. Jika nilai LQ untuk suatu sektor di perekonomian lokal lebih besar dari satu maka dianggap produksi lokal pada sektor yang bersangkutan relatif lebih tinggi daripada produksi rata-rata wilayah acuan. Oleh

Sebab itu, wilayah lokal memiliki potensi untuk mengekspor produk sektor bersangkutan. Differential shift (DS) merupakan komponen dari SSA yang menunjukkan daya saing yang dimiliki suatu sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan sektor yang sama pada wilayah acuan.

Kelemahan metode LQ mengasumsikan homogenitas suatu kegiatan dalam suatu perhitungannya sangat kuat. Perhitungannya didasarkan pada pola kegiatan basis ekonomi yang pada kenyataannya kegiatan ekonomi sering juga dipengaruhi oleh mekanisme perdagangan/pemasaran, aspek politik dan keamanan (Djakapermana, 2013).

Keunggulan SSA yaitu dapat memotret tingkat keunggulan kompetitif secara tepat dan memetakan sejauh mana pengaruh pergeseran sektor tertentu di wilayah agregat terhadap kinerja sektor tertentu di wilayah tertentu. Keterbatasan analisis ini yaitu tidak mempertimbangkan perbedaan tingkat sektor antar wilayah dan hanya mengidentifikasi keunggulan kompetitif wilayah berdasarkan kinerja sektor dalam dua titik waktu sehingga tidak mempertimbangkan keunggulan komparatif aktual wilayah (Pribadi et al. 2011). Analisis SSA dalam hal ini

differential shift digunakan untuk melengkapi analisis LQ dalam melihat

keunggulan suatu sub sektor atau komoditi.

Selain menggunakan metode LQ dan SSA untuk mengetahui komoditas unggulan, juga dapat dilakukan dengan analisis potensi ekonomi. Komoditas yang dihasilkan dari analisis ekonomi akan disesuaikan dengan syarat tumbuh komoditas untuk mendapatkan komoditas unggulan yang sesuai dengan agroklimat kawasan (Manik et al. 2013).

2.6 Analisis Kelayakan Usahatani

Analisis kelayakan usahatani dilakukan untuk menilai kelayakan usahatani komoditas unggulan terpilih. Analisis kelayakan usahatani dilakukan melalui dua metode yaitu analisis finansial dan analisis usahatani. Analisis finansial dilakukan bila petani melakukan pinjaman modal baik itu kepada bank, koperasi ataupun lembaga keuangan lainnya. Analisis usahatani dilakukan bila petani menggunakan modal sendiri dalam pembiayaan usahataninya.

(23)

daerah agropolitan dan Bardani et al. (2014) melakukan kelayakan usahatani Karet di Kecamatan Marangkayu kabupaten Kutai Kartanegara menggunakan analisis R/C ratio. Maryadi et al. (2016) melakukan analisis R/C ratio pada analisis usahatani lada di Kabupaten Bangka Tengah. R/C ratio suatu usahatani menunjukkan perbandingan antara nilai produksi (penerimaan) dengan Jumlah biaya usahatani (Soekartawi, 2005). Penghasilan petani tergantung dari dua faktor utama yaitu harga jual dan biaya usahatani.

2.7Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Rencana Penggunaan Lahan

Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan dengan membandingkan karakteristik lahan/kualitas lahan dengan kriteria kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan (Sitorus, 2004). Evaluasi kesesuaian lahan pada hakekatnya merupakan proses untuk menduga potensi sumberdaya lahan untuk berbagai penggunaannya. Adapun kerangka dasar dari evaluasi sumberdaya lahan adalah membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu penggunaan lahan tertentu dengan sifat sumberdaya yang ada pada lahan tersebut. Lahan yang berpotensi pengembangan dilakukan dengan mempertimbangkan ketersediaan lahan, kesesuaian lahan, landuse eksisting dan pola ruang untuk pengembangan komoditas pertanian unggulan.

Nowar et al. (2016) dalam penelitiannya analisis kesesuaian lahan dapat dilakukan secara cepat dan murah dengan pendekatan ilmu sistem informasi geografis (SIG) dengan melakukan overlay satuan peta tanah, erosi, suhu, curah hujan dan kelas lereng. Wirosoedarmo et al. (2011) dalam penelitiannya mengenai kesesuain lahan Jagung di Blitar menggunakan sistem informasi geografis untuk melakukan evaluasi kesesuaian lahan. Kriteria-kriteria kesesuaian lahan jagung di

overlay untuk mendapatkan kelas kesesuaian lahan sehingga didapatkan kelas kesesuaian S1 (sangat sesuai), S2 (cukup sesuai), S3 (sesuai marginal) dan N (tidak sesuai). Widiatmaka et al. (2014) dalam perancangan tata guna lahan dan tata ruang kawasan perkotaan berbasis pertanian melakukan analisis aspek kewilayahan (kesesuaian lahan komoditas,unggulan, tutupan lahan, karakteristik lahan, geologi, hierarkhi wilayah), dan mengintegrasikannya untuk perancangan tataguna lahan dan tata ruang. Identifikasi kondisi eksisting dilakukan, menggunakan data sekunder maupun survei lapangan, meliputi survei peta dan data sumberdaya fisik (geologi, tanah, sistem lahan,liputan lahan), dan survei sosial-ekonomi wilayah. Data diintegrasikan dalam sistem tataguna lahan dan tata ruang menggunakan sistem informasi geografis.

Yanis et al. (2014) dalam melakukan evaluasi kesesuaian lahan parameter yang digunakan adalah parameter fisik dan kimia. Parameter fisik yang digunakan diantaranya adalah kedalaman tanah, drainase, kemiringan lereng, tingkat bahaya erosi, bahaya banjir, batuan permukaan. Parameter kimia yang digunakan adalah ph tanah, kapasitas tukar kation tanah, kejenuhan basa, C-organik dan salinitas. Kriteria kesesuaian lahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kriteria Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian Kementerian Pertanian (BBPPSDLP, 2011).

(24)

lahan yang sesuai dan tersedia serta tidak terkendala dengan penggunaan lahan eksisting, rencana penggunaan lahan biasanya diarahkan pada lahan-lahan yang saat ini kurang produktif (Sitorus, 2016).

2.8 Analisis A’WOT

Analisis A‘WOT merupakan penggabungan antara metode AHP dan SWOT, yang lazim digunakan dalam menyusun strategi kebijakan. AHP berfungsi untuk memberikan bobot atau skor terhadap komponen-komponen SWOT. Osuna dan Aranda (2007) menggunakan kombinasi antara SWOT dan AHP untuk perencanaan strategis dalam pengembangan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan. Metode A‘WOT yang diterapkan dalam penelitian tersebut untuk menentukan pembobotan dalam analisis SWOT. Tujuannya adalah untuk mengurangi subyektifitas penilaian terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, baik menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang maupun ancaman.

Pembobotan analisis SWOT untuk faktor internal dan eksternal dilakukan secara purposive sampling oleh praktisi yang dianggap ahli. Penghitungan hasil pembobotan SWOT dilakukan dengan mengggunakan AHP yaitu metode

pairwise comparison. Hasil penghitungan inilah yang disebut dengan metode A‘WOT.

(25)

3. METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kota Pagar Alam yang merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Secara geografis Kota Pagar Alam berada pada posisi 04‘00‘‘- 04‘15 ‗‘Lintang Selatan, dan 103‘ 05‖– 103‘ 25‖ Bujur Timur. Sebagai salah satu Kota di Provinsi Sumatera Selatan, Pagar Alam terletak sekitar 298 Km dari Kota Palembang (Ibu Kota Provinsi) serta berjarak 60 km di sebelah barat daya dari Kabupaten Lahat.

Batas daerah Kota Pagar Alam adalah

 Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Lahat.

 Sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.

 Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Lahat

 Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Lahat dan Kabupaten Muara Enim

Kota Pagar Alam memiliki luas wilayah ± 633.66 km², yang terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan yaitu Kecamatan Dempo Selatan, Dempo Tengah, Dempo Utara, Pagar Alam Selatan dan Pagar Alam Utara dan 35 kelurahan. Dengan jumlah penduduk 131,574 jiwa, Kota Pagar Alam mempunyai tingkat kepadatan penduduk mencapai 207 jiwa/km². Waktu penelitian mulai dari penyusunan proposal sampai penulisan tesis dilaksanakan selama sepuluh bulan mulai bulan Maret 2016 sampai dengan Desember 2016. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

(26)

3.2 Jenis Data dan Alat

Dalam penelitian ini ada dua jenis data yang digunakan yaitu data sekunder dan data primer. Data sekunder dikumpulkan dari: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Pagar Alam, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Pagar Alam, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Pagar Alam, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Badan Pusat Statistik Kota Pagar Alam, Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian, Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W) LPPM IPB dan Direktorat Jendral Planologi Kementerian Kehutanan.

Data primer dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur dengan ketua kelompok tani untuk analisis usahatani. Analisis finansial tidak dilakukan dikarenakan petani tidak melakukan pinjaman kepada bank atau koperasi.Wawancara semi terstruktur dilakukan kepada narasumber yang dianggap ahli/ berpengalaman terkait dengan pendapat responden mengenai arahan rencana dan strategi pengembangan pertanian di Kota Pagar Alam yaitu Kepala Seksi Produksi Perkebunan Dinas kehutanan dan perkebunan Kota Pagar Alam, Kepala Sub Bagian Perencanaan Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pagar Alam, pemilik home industri kopi Dangau Besemah, Kepala Bidang Evaluasi, Pelaporan, Statistik dan Litbang BAPPEDA Kota Pagar Alam, Ketua kelompok tani kopi Semidang Alas Kecamatan Dempo Utara.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa komputer dengan

software pembantu alat analisis berupa MS-Office 2007, Global Position Sistem

dan software Arc GIS 9.3. Rincian data untuk setiap tujuan penelitian lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1,2, 3 dan 4.

Tabel 1. Data Untuk Analisis Komoditas Unggulan di Tiap Kecamatan

No Jenis Data Tahun Sumber

1. Produksi komoditas tanaman pangan dan hortikultura

2010-2015 Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Pagar Alam.

2. Produksi komoditas perkebunan 2010-2015 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Pagar Alam 3. Luas panen komoditas tanaman

pangan dan hortikultura

2010-2015 Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kota Pagar Alam

4. Luas tanam komoditas perkebunan 2010-2015 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Pagar Alam 5 Harga Jual, biaya tetap dan biaya

variabel komoditas unggulan

(27)

Tabel 1 (Lanjutan)

No Jenis Data Tahun Sumber

6. Jumlah keluarga pertanian tiap komoditas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan

2014 Sensus pertanian tahun 2013

BPS Kota Pagar Alam 7. Produk-produk olahan hasil komoditas

unggulan

2016 Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Pagar Alam

Tabel 2. Data Untuk Analisis Lahan Yang Berpotensi Untuk Pengembangan Komoditas Unggulan

No Jenis Data Tahun Sumber

1. Satuan peta tanah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian

2. Citra spot 6 2015 Direktorat Jendral Planologi Kementerian Kehutanan

3. Koordinat GPS lokasi komoditas unggulan sebanyak 110 titik untuk perkebunan, 60 titik untuk sawah dan 28 titik untuk hortikultura

2016 Survey lapangan

4. Peta curah hujan 2012 Bappeda Kota Pagar Alam 5. Peta land system 2012 Bappeda Kota Pagar Alam 6. Peta administrasi 2012 Bappeda Kota Pagar Alam 7. Peta jaringan jalan 2012 Bappeda Kota Pagar Alam 8. Peta kawasan hutan 2015 SK 866/Menhut-II/2014

9. Peta geologi 2012 Direktorar Geologi dan Sumber Daya Mineral

10 Peta penggunaan lahan 2012 Bappeda Kota Pagar Alam 11. Peta jaringan jalan 2012 Bappeda Kota Pagar Alam 12. Peta rencana kawasan strategis 2012 Bappeda Kota Pagar Alam 13. Peta rencana pola ruang 2012 Bappeda Kota Pagar Alam 14. Peta rencana struktur ruang 2012 Bappeda Kota Pagar Alam 15. Perda RTRW 2012 Bappeda Kota Pagar Alam 16. Peta kontur Badan Informasi Geospasial 17. Peta tekstur Tanah Kementerian ATR Kota Pagar alam 18. Peta kedalaman Tanah Kementerian ATR Kota Pagar alam 19. Peta erosi Kementerian ATR Kota Pagar alam 20. Peta bahaya banjir Kementerian ATR Kota Pagar alam

(28)

Tabel 3. Data Untuk Analisis Hirarki Wilayah Dalam Mendukung Pengembangan Pertanian Di Kota Pagar Alam

No Variabel Tahun Sumber/perolehan

1 Jumlah penduduk per kecamatan 2015 BPS Kota Pagar Alam 2 Fasiltas pendidikan per kecamatan 2015 BPS Kota Pagar Alam 3 Fasilitas kesehatan per kecamatan 2015 BPS Kota Pagar Alam 4 Jumlah pasar (buka setiap hari)

perkecamatan

2014 BPS Kota Pagar Alam 5 Jumlah kalangan (pasar mingguan)

perkecamatan

2014 BPS Kota Pagar Alam 6 Jumlah koperasi perkecamatan 2014 BPS Kota Pagar Alam 7 Jumlah bank perkecamatan 2015 BPS Kota Pagar Alam 8 Jumlah kios sarana produksi

pertanian perkecamatan

2016 BPS Kota Pagar Alam 9 Jumlah angkutan perdesaan

perkecamatan

2015 BPS Kota Pagar Alam 10 Jumlah penyuluh pertanian

perkecamatan

2016 Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kota Pagar Alam 11 Jumlah kelompok tani

perkecamatan

2016 Badan pelaksana penyuluh pertanian perikanan dan kehutanan Kota Pagar Alam 12 Jumlah agen (pembeli hasil bumi

secara besar) seperti kopi,beras, ubi, kacang

2016 BPS Kota Pagar Alam

13 Jumlah angkutan perdesaan 2015 BPS Kota Pagar Alam 14 Jumlah industri mikro dan kecil

perkecamatan

2014 BPS Kota Pagar Alam 15 Jumlah minimarket perkecamatan 2014 BPS Kota Pagar Alam 16 Jumlah toko/warung kelontong 2014 BPS Kota Pagar Alam 17 Rumah tangga pengolahan hasil

pertanian hortikultura

2015 BPS Kota Pagar alam 18 Rumah tangga pengolahan hasil

perkebunan

2015 BPS Kota Pagar alam 19 Rumah tangga pengolahan hasil

tanaman pangan

(29)

Tabel 4. Data Untuk Merumuskan Strategi Pengembangan Pertanian.

No Jenis Data Tahun Sumber

1. Wawancara semi terstruktur analisis SWOT komoditas unggulan

2016  Kepala Bidang Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Pagar Alam

 Kepala Sub Bagian Perencanaan Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Pagar Alam

 Pelaku Home Industri kopi Dangau Besemah

 Kepala Bidang Evaluasi, Pelaporan, Statistik dan Litbang BAPPEDA Kota Pagar Alam  Ketua kelompok tani kopi Semidang Alas

Kecamatan Dempo Utara

2. Analisis rumah tangga usaha perkebunan di sumatera selatan

2014 BPS Provinsi Sumatera Selatan

3. Wawancara terstruktur analisis A‘WOT

 Kepala Seksi Produksi Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kota Pagar Alam

 Kepala Sub Bagian Perencanaan Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian, Perikannan dan Kehutanan Kota Pagar Alam

 Pemilik Home Industri kopi Depati kopi dan ketua asoiasi UMKM Kota Pagar Alam.  Kepala Bidang Evaluasi, Pelaporan, Statistik

dan Litbang BAPPEDA Kota Pagar Alam.  Ketua kelompok tani kopi dan hortikultura

Semidang Alas Kecamatan Dempo Utara

3.3 Metode Analisis Data

(30)

Tabel 5. Tujuan, Jenis, sumber data dan cara pengumpulan data serta analisis data

No Tujuan Jenis Data Sumber Data Teknik Analisis Hasil Yang Diharapkan

1 Menganalisis

komoditas unggulan dimasing masing kecamatan

dalam mendukung pengembangan

pertanian di Kota Pagar Alam

Luas tanam, luas panen dan produksi tanaman perkebunan, tanaman hortikultura, tanaman pangan, harga komoditas dan biaya produksi komoditas, jumlah keluarga pertaniann tiap komoditas

lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas unggulan

Peta administrasi, peta topografi, satuan peta tanah, peta landuse, peta land

system, peta RTRW,citra

(31)

Tabel 5 (Lanjutan)

No Tujuan Jenis Data Sumber Data Teknik Analisis Hasil Yang Diharapkan

3 Menganalisis hirarki wilayah dalam mendukung

pengembangan

pertanian di Kota Pagar Alam.

Jumlah

penduduk,fasiltas

pendidikan, jumlah bank, fasilitas

kesehatan,kios sarana produksi pertanian, penyuluh pertanian, tempat pemrosesan komoditas unggulan, pasar, sarana transportasi, jumlah koperasi, distributor pertanian

BPS, data Podes P4W LPPM ipb, wawancara semi terstruktur

Analisis Skalogram

Tingkat perkembangan kecamatan

4 Merumuskan arahan dan strategi pengembangan Pertanian di

Kota Pagar Alam.

Data karakteristik

wilayah

Studi literatur,

Bappeda, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Pelaku Home

Industri, Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian Dan Kehutanan

Analisis

A‘WOT Arahan dan strategi

(32)

3.3.1 Analisis Komoditas Unggulan

Analisis komoditas unggulan dilakukan berdasarkan analisis location quotient

dan shift share analysis. Komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Suatu kecamatan yang hanya memiliki satu komoditas unggulan maka ditetapkan sebagai komoditas unggulan utama. Apabila suatu kecamatan memiliki lebih dari satu komoditas unggulan maka pemilihan komoditas unggulan utama ditetapkan berdasarkan jumlah keluarga pertanian paling banyak, analisis usaha tani paling menguntungkan, luas lahan paling besar dan sistem pengelolaan monokultur.

3.3.1.1 Analisis Location Quotient (LQ)

Location Quotient (LQ) menurut Blakely dan Bradshaw dalam Panuju dan Rustiadi (2013) merupakan teknik analisis untuk mengidentifikasi konsentrasi ekonomi secara relatif terhadap referensi lokasi yang lebih luas atau lebih ringkas disebut dengan analisis basis ekonomi. Secara umum metode analisis ini digunakan untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis aktivitas. LQ juga dapat menunjukkan indikasi kapasitas ekspor perekonomian suatu wilayah serta tingkat kecukupan barang/jasa dari produksi lokasl suatu wilayah. LQ dapat menunjukkan kemampuan ekspor suatu komoditas ( Pantow et al. 2015).

Location Quotient merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa sub

wilayah dalam aktivitas tertentu dengan pangsa aktivitas tersebut dalam wilayah secara agregat. Secara operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari Jumlah aktivitas pada sub wilayah ke I terhadap persentase aktivitas Jumlah wilayah. Persamaan LQ menurut Blakely (1994) dalam Panuju dan Rustiadi (2013) adalah: �� = �

/ �.

�. / �.. Dimana :

�� : Nilai LQ untuk komoditas ke-j di kecamatan ke-i di Kota Pagar Alam � : Komoditas ke-j di kecamatan ke-i di Kota Pagar Alam

. : Jumlah komoditas di kecamatan ke-i di Kota Pagar Alam �. : Komoditas ke-j di Kota Pagar Alam

�.. : Jumlah komoditas di Kota Pagar Alam

Hasil analisis Location Quotient tersebut diinterpretasikan sebagai berikut:

(33)

2. Jika nilai �� = 1, maka sub wilayah ke-i mempunyai pangsa aktivitas ke-j setara dengan pangsa sektor ke-j diseluruh wilayah. Jika diasumsikan sistem perekonomian tertutup, dimana pertukaran produk atau perdagangan hanya terjadi dalam wilayah yang dianalisis dan bisa dicukupi secara internal dalam cakupan wilayah tersebut, maka wilayah i secara relatif mampu memenuhi kebutuhan internalnya, namun tidak memiliki surplus produksi yang potensial bisa diekspor ke wilayah lain.

3. Jika nilai �� < 1,maka sub wilayah ke –i mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan pangsa aktivitas ke-j di seluruh wilayah. Atau dapat dikatakan pangsa relatif aktivitas ke-j diwilayah ke-i lebih rendah dari rataan aktivitas ke-j diseluruh wilayah.

3.3.1.2 Shift Share Analysis

Blakely dalam Panuju dan Rustiadi (2013) memberikan penjelasan bahwa

shift share analysis merupakan salah satu dari sekian banyak teknik analisis untuk memahami pergeseran struktur aktivitas di suatu wilayah dan membandingkan secara relatif dengan suatu referensi (cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik temu. Struktur aktivitas dari hasil analisis shift share analysis juga dapat menjelaskan kemampuan berkompetisi (competitiveness) aktivitas tertentu disuatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah lebih luas.

Hasil shift share analysis menjelaskan kinerja (performance) suatu aktivitas disuatu sub wilayah dan membandingkan kinerjanya dengan pertumbuhan wilayah.

Shift share analysis mampu memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya

pertumbuhan suatu aktivitas disuatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud adalah (1) sebab yang berasal dari dinamika lokal (sub wilayah) (2) sebab dari dinamika aktivitas/sektor seluruh wilayah dan (3) sebab dari wilayah agregat.

Persamaan analisis Shift Share yang digunakan adalah sebagai berikut:

SSA = �.. �1

�.. �0 −1 +

�. �1

�. �0 −

�.. �1

�.. �0 +

� �1

� �0 −

�. �1

�. �0 a b c Dimana :

a = Komponen regional share

b = komponen proportional shift

c = Komponen differential shift

�.. = Nilai jumlah aktivitas wilayah secara agregat �. = Nilai jumlah aktivitas tertentu di wilayah agregat � = Nilai wilayah ke i dan aktivitas ke j

t1 = Titik tahun akhir (tahun 2015) t0 = Titik tahun awal (tahun 2010)

(34)

data yang akan digunakan adalah luas tanam dan luas panen. Hasil shift share

analysis selanjutnya digabung dengan hasil analisis LQ untuk mendapatkan

komoditas unggulan. Kriteria yang digunakan untuk mendapatkan komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif yang dapat ditunjukkan melalui nilai LQ > 1 dan memiliki nilai differential shift> 0.

Dalam kompilasi komoditas unggulan yaitu LQ >1 dan DS + bila didapatkan dalam satu kecamatan terdapat beberapa komoditas unggulan maka pemilihan komoditas unggulan utama dilakukan dengan menggunakan kriteria jumlah keluarga pertanian paling banyak, analisis usahatani paling menguntungkan, luas lahan paling besar dan sistem pengelolaan monokultur.

3.3.2 Analisis usahatani

Analisis usahatani dilakukan untuk memilih komoditas unggulan yang memiliki keuntungan yang paling besar bagi petani. Analisis usahatani dilakukan ketika petani menggunakan modal atau biaya sendiri dalam usaha pertaniannya. Analisis usahatani dalam penelitian ini menggunakan perhitungan seperti yang dilakukan Thamrin et al. (2013) dan Hidayah (2014) dalam melakukan analisis usahatani sebagai berikut:

I=TR – TC

Keterangan :

I : Pendapatan (Rp)

TR: Jumlah penerimaan (Rp) TC: Jumlah biaya (Rp)

Data yang akan digunakan dalam analisis usahatani pada penelitian ini seperti pada Wijayanti dan Saefudin ( 2012) serta Ngamel (2012) dan digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, misalnya penyusutan alat seperti cangkul, parang, gunting. Biaya penyusutan alat-alat pertanian diperoleh dengan memperhitungkan biaya pembelian dibagi dengan umur teknis dari alat-alat tersebut (Rp/th).

b. Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya sangat tergantung pada skala produksi. Contoh biaya tidak tetap adalah biaya sarana produksi yaitu pembelian bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk upah tenaga kerja, biaya ini dihitung berdasarkan upah yang berlaku di lokasi penelitian berdasarkan hari orang kerja (HOK) yang dikonversikan setara pria dewasa (Rp/th)

c. Penerimaan adalah satuan rupiah yang dihitung berdasarkan jumlah produksi (output) yang terjual dengan harga yang berlaku ditingkat petani (Rp/th).

d. Pendapatan adalah selisih antara Jumlah penerimaan dari usahatani dikurangi biaya yang di keluarkan selama setahun (Rp/th).

e. Harga adalah harga jual di tingkat petani di lokasi penelitian (Rp/kg).

(35)

3.3.3 Analisis ketersediaan lahan, kesesuaian lahan dan potensi pengembangan komoditas unggulan

Ketersediaan lahan dilakukan dengan mempertimbangkan peta kawasan hutan, peta pola ruang dan peta kawasan strategis dalam RTRW (rencana tata ruang wilayah) Kota Pagar Alam, perizinan usaha perkebunan dan land use/land cover

eksisting.

Analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan perkebunan didapatkan dari peta satuan tanah yang dikurangi peta penutupan lahan, peta kawasan hutan lindung, peta rencana kawasan strategis dan peta pola ruang. Lebih rincinya analisis ketersediaan lahan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Analisis Ketersediaan Lahan Komoditas Perkebunan

Jenis Peta Sub Peta yang dikurangi Sub Peta yang dipertahankan

Peta Rencana Pola Ruang 1. Bandara 2. Danau

3. Industri dan pergudangan 4. Kawasan pusat pemerintahan 5. Kawasan pariwisata dan olahraga 6. Kawasan perdagangan dan jasa 7. Kawasan permukiman

8. Pola ruang pertanian 9. Sempadan sungai 10. Sungai

11. Kawasan lindung lainnya

1. Perkebunan

Rencana Kawasan Strategis 1. Kawasan pusat kota baru 2. Kawasan pusat kota lama 3. Kawasan lindung 4. Kawasan cagar budaya

1. Kawasan resapan

Perizinan 1. Hak guna usaha perkebunan teh PTPN VII - Kawasan Hutan Lindung 1. Kawasan hutan lindung -

Peta penutupan lahan 1. Pemukiman 2. Jalan

3. Tempat pemakaman umum 4. Tempat pembuangan sampah 5. Sawah dan hortikutura 6. Hutan lahan kering primer 7. Hutan lahan kering skunder 8. Perkebunan teh

9. Kolam

10. Kebun campur 11. Sawah

12. Hutan adat Tebat Benawa

1. Lahan terbuka

2. Pertanian lahan kering

(36)

Analisis ketersediaan lahan untuk pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan dan hortikultura didapatkan dari peta satuan tanah yang dikurangi peta penutupan lahan, peta kawasan hutan lindung, peta rencana kawasan strategis dan peta pola ruang. Lebih rincinya analisis ketersediaan lahan dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Analisis Ketersediaan Lahan Komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jenis Peta Sub peta yang dikurangi Sub peta yang

dipertahankan Peta Rencana Pola Ruang 1. Bandara

2. Danau

3. Industri dan pergudangan 4. Kawasan pusat pemerintahan 5. Kawasan pariwisata dan olahraga 6. Kawasan perdagangan dan jasa 7. Kawasan permukiman

Rencana Kawasan Strategis 1. Kawasan pusat kota baru 2. Kawasan pusat kota lama 3. Kawasan lindung

4. Kawasan cagar budaya

1. Kawasan resapan

Perizinan 1. Hak guna usaha perkebunan teh PTPN VII

-

Kawasan Hutan Lindung 1. Kawasan hutan lindung - Peta penutupan lahan 1. Pemukiman

2. Jalan

3. Tempat pemakaman umum 4. Tempat pembuangan sampah 5. Perkebunan

6. Hutan lahan kering primer 7. Hutan lahan kering skunder 8. Perkebunan teh

9. Kolam

10. Kebun campur

11. Hutan adat Tebat Benawa

1. Lahan terbuka 2. Sawah dan

hortikultura

(37)

dari deliniasi secara visual berdasarkan rona, warna, asosiasi dengan menggunakan citra satelit beresolusi tinggi yaitu citra Spot 6 tahun 2015 dan ground cek point lokasi di lapangan.

3.3.4 Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah

Analisis tingkat perkembangan wilayah dilakukan dengan menggunakan skalogram. Menurut Sitorus (2015) secara praktikal hirarki pusat-pusat wilayah dapat ditentukan dengan metode skalogram. Dengan menggunakan metode ini semua nama pusat wilayah, jumlah penduduk, jumlah sarana, jumlah jenis sarana pelayanan dicatat dalam bentuk matriks.

Pada penelitian ini digunakan data statistik kecamatan di Kota Pagar Alam yang menggambarkan seluruh potensi sumberdaya fisik, sosial, dan ekonomi wilayah. Pada metode skalogram ini semua jumlah penduduk, fasiltas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ekonomi, fasilitas pertanian, lembaga keuangan dicatat dalam bentuk matriks.Urutan kegiatan pada analisis data dengan metode skalogram antara lain :

1. Melakukan pemilihan (filtering) terhadap data statistik kecamatan sehingga data sesuai kebutuhan.

2. Melakukan rasionalisasi data. 3. Melakukan standarisasi data.

4. Menentukan indeks perkembangan kecamatan (IPK) dan kelas hirarkinya. 5. Memplotkan pada peta dasar.

Pada penelitian ini, IPK dikelompokkan ke dalam tiga kelas hirarki, yaitu kelas hirarki I (tinggi), kelas hirarki II (sedang) dan kelas hirarki III (rendah). Penentuannya didasarkan atas nilai standar deviasi IPK (St dev), nilai rataan IPK, dan nilai rataan IPK dijumlah dengan dua kali nilai standar deviasinya. Hirarki I memiliki nilai lebih dari jumlah antara standar deviasi dengan nilai rataan IPK. Hirarki II memiliki nilai antara nilai rataan IPK dan jumlah standar deviasi dengan nilai rataan IPK. Hirarki III memiliki nilai kurang dari nilai rataan IPK.

3.3.5 Arahan Rencana Pengembangan Komoditas Unggulan

Arahan rencana pengembangan komoditas unggulan dilakukan untuk komoditas perkebunan, tanaman pangan dan hortikultura. Kriteria yang digunakan untuk komoditas unggulan perkebunan disajikan pada Tabel 8 sedangkan rencana pengembangan komoditas unggulan tanaman pangan dan hortikultura dilakukan berdasarkan pertimbangan luas potensi lahan terbesar disetiap kecamatan.

Tabel 8. Kriteria Arahan Pengembangan komoditas Ungulan Perkebunan

Prioritas Luas Potensi Lahan (ha) Kelas Kesesuaian Hirarki Kecamatan

1 > 2000 S1/S2 1 atau 2

2 1,000-2000 S2/S3 2 atau 3

(38)

3.3.6 Analisis A’WOT

A'WOT merupakan metode analisis yang menggunakan analytical hierarchy process (AHP) dan analisis strength, weakness, opportunity, threat (SWOT) dalam proses penentuan strategi. Dalam penelitian ini, analisis A'WOT digunakan untuk menyusun strategi pengembangan pertanian di Kota Pagar Alam. Metode A‘WOT dalam penelitian ini dilakukan seperti yang dilakukan Cahyaningrum et al. (2014). Data dikumpulkan melalui 2 (dua) tahap. Tahap pertama adalah kegiatan identifikasi faktor SWOT yang meliputi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Tahap kedua bertujuan untuk memperoleh bobot dan rating dari tiap-tiap faktor internal dan eksternal. Data diperoleh dari studi literatur dan wawancara terhadap 5 (lima) orang responden pakar yaitu Bappeda (1 orang), Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian dan Kehutanan (1 orang), Dinas Kehutanan dan Perkebunan (1 orang) Ketua Kelompok Tani (1 orang) dan pelaku Home Industri serta ketua asosiasi UMKM (1 orang). Identifikasi SWOT terhadap responden dilakukan dengan wawancara semi terstruktur.

Gambar

Tabel 5. Tujuan, Jenis, sumber data dan cara pengumpulan data serta analisis data
Tabel 5 (Lanjutan)
Tabel 6. Analisis Ketersediaan Lahan Komoditas Perkebunan
Tabel 7. Analisis Ketersediaan Lahan Komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain penelitian di atas, hasil penelitian Vitak, Crouse, dan Larouse (2011) juga ditemukan bahwa karyawan dengan locus of control eksternal yang tinggi yaitu, mereka

Berdasarkan hal tersebut, kombinasi sari lemon dan yoghurt menjanjikan perawatan yang optimal pada kulit wajah, sehingga pada penelitian ini kedua bahan tersebut

Perbandingan hubungan kedalaman tanah dengan produksi umbi Gambar 9 sesuai dengan hasil survei di lapangan bahwa umbi Porang lebih baik tumbuh pada tanah padas

Beban temperatur kritis paling kecil diperoleh pada lantai paling atas disebabkan karena saat kondisi normal atau tidak terjadi kebakaran, ukuran profil kolom yang digunakan

[r]

[r]

&#34; Wawancara Penulis dengan Bapak Samsul Bahri, HaJdm Pengadilan Agama Palembang, Tangggal 13 Pebruari 2015.. Wawancara Penulis dengan Bapak Samsul Bahri, Hakim Pengadilan Agama

Bila sebuah proyek pembangunan mengalami permasalahan tentang kesalahan teknis dalam pekerjaan maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor meminta toleransi kepada pihak