• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu)"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

DISKRESI KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM

TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

(Studi Kasus Poldasu)

S k r i p s i

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dan Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

O l e h :

EKA NOVIA SARI 0 4 0 2 0 0 0 9 1

DEPARTEMEN HUKUM PIDANA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

DISKRESI KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA DALAM

TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

(Studi Kasus Poldasu)

S k r i p s i

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dan Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum

O l e h :

EKA NOVIA SARI 0 4 0 2 0 0 0 9 1

Disetujui oleh :

Ketua Departemen Hukum Pidana

H. Abul Khair, S.H., M.Hum. NIP : 131 842 854

Pembimbing I Pembimbing II

Abul Khair, S.H., M.Hum.

2008

Rafiqoh Lubis, S.H., M.Hum. NIP : 131 842 854 NIP : 132 300 076

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

ABSTRAK

Seiring perkembangan teknologi dan komunikasi, penyebaran dan penyalahgunaan narkoba (narkotika dan psikotropika) telah menjangkau seluruh kalangan masyarakat termasuk anak-anak sehingga menyebabkan ketergantungan. Terhadap maraknya penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh anak-anak, Kapolri membuat diskresi terhadap pengguna narkoba yang masih di bawah umur, yang mana anak-anak pengguna narkoba harus diperlakukan sebagai korban yang harus dilindungi dengan cara menempatkannya di lembaga rehabilitasi. Yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh anak, peraturan-peraturan apakah yang berkaitan dengan perlindungan anak pelaku penyalahgunaan narkotika dan psikotropika, faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diskresi kepolisian dalam tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang dilakukan oleh anak, bagaimana prospek diskresi kepolisian dalam tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang dilakukan oleh anak.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum normative yang menggunakan data sekunder dan didukung dengan data primer. Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan. Data primer guna mendukung penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan beberapa narasumber. Data sekunder dan data primer dianalisis secara kualitatif untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini.

Faktor-faktor apa yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh anak adalah faktor internal dan eksternal. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan perlindungan anak penyalahguna narkotika dan psikotropika adalah UU No.5 Tahun 1997 tentang Narkotika, UU No.22 Tahun 1997 tentang Psikotropika, UU No.39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diskresi kepolisian dalam tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang dilakukan oleh anak adalah diskresi terhadap anak penyalahguna narkoba merupakan bentuk perlindungan terhadap anak, perwujudan dari pengakuan hak asasi anak, dapat mengurangi dampak negatif penyalahgunaan narkoba. Prospek pelaksanaan diskresi perlu dilakukan pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaannya untuk menghindarkan penyimpangan-penyimpangan.

(4)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullah Wabbarakatu

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-NYA maka sripsi penulis yang berjudul “ Diskresi Kepolisian Dalam tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika” (studi di Kepolisian Kota Besar Medan dan Kepolisian Sektor Kota Medan sunggal) ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Skripsi bagi mahasiswa merupakan suatu karya ilmiah yang disusun sebagai suatu tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana yang bertujuan untuk melatih mahasiswa tersebut berpikir secara kritis dan mampu menuangkan berbagai ide dan pemikirannya secara terstruktur dan terperinci. Oleh sebab itu penulisan skripsi mutlak diperlukan sebagai salah satu pembelajaran bagi mahasiswa.

Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Chairuddin P.Lubis Sp.Ak. DTMH selaku Rektor Universitas Sumatera Utara tempat penulis menimba ilmu selama kuliah;

2. Bapak Prof DR. Runtung Sitepu SH, MHum selaku Dekan Fakultas Hukum USU;

3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH. MH, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum USU;

4. Bapak Syafrudin Hasibuan, SH, MH DFM, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum USU;

5. Bapak Husni, SH MH, selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum USU; 6. Bapak H.Abul Khair SH, MHum selaku ketua Departemen Hukum Pidana

Fakultas Hukum USU;

(5)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

8. Ibu Rafiqoh lubis SH, MHum selaku dosen pembimbing II Penulis yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi dan solusi serta perpustakaan pribadi kepada penulis dalam menyelesaikan skipsi ini; 9. Ibu Idha Aprilyana SH, MHum selaku dosen wali penulis yang telah

banyak memberikan bimbingan dan konseling kepada penulis dalam kegiatan akademik penulis selama ini;

10. Ibu Nurmalawaty, SH, M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Pidana.

11. Bapak/Ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan yang telah menanamkan ilmu kepada penulis selama perkuliahan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis juga mengucapkan terimah kasih yang tak terhingga kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Japaruddin dan Ibunda Salfiah yang selalu mencurahkan kasih sayang, doa, perhatian, nasehat serta dukungan baik moril maupun materil

2. Adik-adik penulis Ilham Saputra dan adinda Rahimatunnisa yang selalu memberikan dukungan moril dan kasih sayang yang tulus kepada penulis 3. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan doa, nasehat serta kasih

sayang kepada penulis

4. Kakanda Ahmad Rizky Sadli R yang dengan keikhlasan memberikan bantuan, motivasi, nasehat serta kasih sayang yang tulus kepada penulis 5. Sahabat-sahabat penulis di fakultas hukum USU , yang telah berbaik hati

memberikan dukungan, informasi maupun materi terhadap penyusunan skripsi ini.

6. Rekan-rekan stambuk 2004 dan sahabat-sahabat di BTM Aladinsyah, SH fakultas hukum USU yang juga telah banyak mendukung penulis.

(6)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

dalam mengumpulkan data dan menjadi narasumber selama penulis melaksanakan riset.

8. Ibu Azmiati Zuliah, SH, selaku pengurus Pusat Kajian Perlindungan anak (PKPA) Medan, yang juga telah menjadi narasumber selama penulis melaksanakan riset.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, hal ini disebabkan keterbatasan yang ada dalam diri penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua pihak dan kelak dapat memberi sumbangan ilmu pengetahuan bagi kita semua

Atas perhatiannya penulis ucapkan Terima Kasih Assalamualaikum Wr.Wb

Medan, September 2008

Penulis,

(7)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Permasalahan ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Keaslian Penulisan ... 9

E. Tinjauan Kepustakaan ... 9

E.1. Pengertian Diskresi ... 9

E.2. Pengertian Kepolisian ... 12

E.3. Pengertian Anak ... 15

E.4. Batas Usia Anak ... 29

E.5. Pengertian Tindak Pidana ... 33

E.6. Penggolongan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika ... 36

E.7. Anak Pengguna Narkotika dan Psikotropika Sebagai Korban ... 47

F. Metode Penelitian ... 48

(8)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TINDAK

PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOBA YANG

DILAKUKAN OLEH ANAK... 52 ...

A. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Timbulnya Kejahatan .... 52 ... B. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Penyalahgunaan

Narkotika dan Psikotropika yang Dilakukan Oleh Anak ... 64

BAB III PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PERUNDANGAN TERHADAP ANAK PELAKU PENYALAHGUNAAN

NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA (NARKOBA) ... 78 A. Pengaturan Penyalahgunaan Psikotropika dalam UU No. 5

Tahun 1997 tentang Psikotropika ... 78 A.1. Ketentuan Pidana terhadap Penyalahgunaan

Psikotropika ... 78 A.2. Ketentuan Perlindungan Anak Korban

Penyalahgunaan Psikotropika ... 78 B. Pengaturan Penyalahgunaan Narkotika dalam UU Nomor 22

(9)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

B.2. Ketentuan Perlindungan anak Korban

Penyalahgunaan Narkotika ... 81 C. Pengaturan Perlindungan Anak sebagai korban

penyalahgunaan Narkoba dalam Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ... 83

D. Pengaturan Perlindungan Anak Korban Penyalahgunaan Narkoba Dalam Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ... 84

BAB IV DISKRESI KEPOLISIAN RI DALAM TINDAK PIDANA

PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK ... 86

A. Faktor-Faktor yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diskresi Kepolisian Terhadap anak pelaku penyalahgunaan Narkotika dan Psikotropika ... 86 B. Prospek pengembangan diskresi kepolisian RI dalam tindak

pidana penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh anak .... 101

(10)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

B. Saran ... 111

(11)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang adil, makmur, sejahtera, dan damai berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera tersebut perlu peningkatan secara terus menerus usaha-usaha di bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan termasuk kesediaan narkoba sebagai obat, di samping usaha pengembangan ilmu pengetahuan meliputi penelitian, pengembangan, pendidikan, dan pengajaran sehingga ketersediaannya perlu dijamin melalui kegiatan produksi dan impor.1

Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba di luar indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter, dan pemakaiannya bersifat patologik

Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi semakin lama semakin bertambah pesat. Hal ini akan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan tingkat kriminalitas, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. Perkembangan kriminalitas dari bentuk perorangan menuju ke arah kriminalitas menuju ke arah kejahatan terorganisir yang memiliki teknik dan taktik yang canggih.

1

(12)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

(menimbulkan kelainan) dan menimbulkan hambatan dalam segala aktivitas serta menimbulkan ketergantungan.2

Penyalahgunaan narkoba telah lama menjadi masalah nasional maupun internasional yang tak pernah henti-hentinya untuk dibicarakan. Hampir setiap hari terdapat berita mengenai masalah penyalahgunaan narkoba. Penyalahgunaan narkoba ini bisa menimbulkan kerusakan fisik, mental, emosi maupun sikap hidup di masyarakat. Dan yang lebih memprihatinkan lagi korban penyalahgunaan narkoba pada umumnya adalah para remaja/pelajar dan dewasa muda, justru

Meskipun narkotika dan psikotropika sangat diperlukan untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan, namun bila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar pengobatan, terlebih jika disertai dengan peredaran narkoba secar gelap akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan perorangan ataupun masyarakat, khususnya generasi muda. Bahkan dapat menimbulkan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan melemahkan ketahanan nasional.

Seiring perkembangan teknologi dan komunikasi, penyebaran narkoba (narkotika dan psikotropika) telah menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia. Dan penyalahgunaannya juga telah menjangkau seluruh kalangan masyarakat termasuk anak-anak sehingga menyebabkan ketergantungan. Permasalahan penyalahgunaan narkoba harus segera ditanggulangi mengingat dampak negatif yang akan ditimbulkan bukan hanya bagi penggunanya melainkan juga berdampak negatif bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

2

(13)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

mereka yang sedang dalam usia produktif yang merupakan aset bangsa di kemudian hari.

Yang lebih memprihatinkan masyarakat justru yang menjadi korban narkoba adalah anak-anak yang masih tergolong anak usia sekolah. Kepala Pusat

Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN), Muji Waluyo mengungkapkan,

saat ini ribuan anak sekolah telah mengkonsumsi narkoba. Dari 15.800 siswa yang

mengkonsumsi narkoba, 11 ribu diantaranya berada dijenjang Sekolah Menengah

Atas. "Sisanya, empat ribu di Sekolah Menengah Pertama, dan 800 siswa di

Sekolah Dasar. Dalam peredarannya siswa sering dibujuk dengan 'snack narkoba'

seperti permen dan makanan kecil yang sudah mengandung narkotika dan

obat-obatan terlarang. Awalnya, mereka akan membayar dengan uang jajannya ketika

uang jajan sudah tidak memadai, mereka akan menggunakan uang SPP atau

mencuri3.Ironisnya peredaran narkoba telah juga menjangkau anak Taman

Kanak-Kanak lima Siswa TK Sekar Bangsa keracunan coklat yang mengandung

psikotropika bernama Happy Five4

Penyalahgunaan narkotika dan psikotropika merupakan bahaya yang sangat merugikan bagi suatu negara. Hal ini disebabkan tindak pidana narkotika dan psikotropika oleh generasi muda akan memberikan dampak buruk baik jasmani maupun rohani dari generasi muda, sehingga memberikan kerugian yang sangat besar bagi negara dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu setiap usaha yang mengarah pada dilakukannya tindak pidana narkotika haruslah dapat diatasi. Hal

.

3

http://www.tempointeraktif.com/

4

(14)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

ini berarti harus semakin ditingkatkan usaha-usaha penanggulangan terhadap setiap jenis tindak pidana narkotika sebagai pelaksana penegakan hukum di Indonesia.

Sasaran akhir dari upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh institusi penegak hukum, yakni kepolisian, kejaksaan dan pengadilan adalah terwujudnya keadilan dan ketertiban masyarakat. Polisi di sini adalah intitusi terdepan dalam upaya penegakan hukum tersebut, sehingga banyak mandat yang harus dilakukan, antara lain serangkaian penyelidikan, penggeledahan, penangkapan, pemeriksaan dan melimpahkan perkara ke kejaksaan untuk dapat disidangkan di pengadilan.

Dengan rangkaian urutan kegiatan tersebut nampak bahwa polisi adalah institusi yang memegang fungsi utama penegakan hukum. Di luar tugas tersebut polisi juga mendapat mandat untuk menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat, sehingga polisi melakukan kegiatannya melalui teknik dan strategi yang dikembangkannya sendiri (Pasal 13 UU Kepolisian Nomor 28 Tahun 1997).

Dalam melaksanakan tugasnya di lapangan, polisi memiliki aturan-aturan khusus untuk melakukan tindakan hukum. Ketentuan ini tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, di samping itu polisi juga memiliki aturan moral yang menjadi pedoman dan harus ditaati. Pedoman-pedoman kerja polisi tersebut tidaklah kaku, yakni kewenangan atau otoritas yang dimiliki polisi untuk melakukan tindakan yang menyimpang sesuai dengan situasi dan pertimbangan hati nuraninya. Hal ini disebut juga dengan diskresi.

(15)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

instansi atau petugas itu sendiri. Dalam pelaksanaan tugas di lapangan, polisi lebih mengutamakan pertimbangan moral daripada hukum, seperti halnya yang dikatakan Thomas J.Aaron,“Discretion is a power or authority conferred by law

to act on basis of judgement or conscience, and its use more an idea of morals

than law”.

Dengan kewenangan diskresi yang dimiliki tersebut, maka dapatlah dimengerti jika satu persoalan hukum tidak harus diselesaikan melalui jalur pengadilan, melainkan dapat diserahkan penyelesaiannya pada keputusan anggota polisi. Sehubungan dengan diskresi tersebut, menanggapi masalah penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang sangat memprihatinkan khususnya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang dilakukan oleh anak-anak. Kepala Kepolisian Republik Indonesia Sutanto menginstruksikan kepada seluruh jajaran kepolisian di Indonesia agar anak-anak yang menjadi penyalahguna narkotika dan psikotropika tidak diperlakukan sebagai pelaku melainkan diperlakukan sebagai korban sehingga harus diberikan perawatan di panti rehabilitasi. Dengan demikian, anak-anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika dan psikotropika tidak diproses secara hukum malainkan diserahkan ke panti rehabilitasi untuk menjalani perawatan sehingga terbebas dari ketergantungan.

(16)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

Tujuannya untuk mencegah efek negatif yang bisa muncul jika para pengguna digabungkan dengan pengedar atau bandar narkoba. Hal inilah yang menarik untuk dibahas dan melatarbelakangi Penulis untuk membahas mengenai diskresi

kepolisian RI dalam penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh anak.

B. Permasalahan

Dari uraian latar belakang masalah yang telah penulis paparkan, maka dapatlah dirumuskan apa yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Faktor-faktor apa yang menyebabkan timbulnya penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh anak?

b. Peraturan-peraturan apakah yang berkaitan dengan perlindungan anak pelaku penyalahgunaan narkotika dan psikotropika?

c. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan diskresi Kepolisian dalam tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang dilakukan oleh anak?

d. Bagaimana prospek diskresi kepolisian dalam tindak pidana penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang dilakukan oleh anak?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

(17)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

a. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang menyebabkan timbulnya penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang dilakukan oleh anak. b. Untuk mengetahui peraturan-peraturan apa saja yang berkaitan dengan

perlindungan terhadap anak pelaku penyalahgunaan narkotika dan psikotropika .

c. Untuk mengetahui bagaimana prospek pelaksanaan diskresi kepolisian Republik Indonesia dalam penyalahgunaan narkotika dan psikotropika yang dilakukan oleh anak.

Manfaat penulisan skripsi ini adalah :

1. Secara teoritis hasil penulisan skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan kajian lebih lanjut untuk melahirkan konsep ilmiah yang diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan hukum pidana Indonesia, dengan kata lain diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, menambah dan melengkapi perbendaharaan koleksi karya ilmiah serta memberikan kontribusi pemikiran yang menyoroti dan membahas mengenai penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh anak serta bagaimana prospek pelaksanaan diskresi kepolisian Republik Indonesia bagi anak sebagai korban penyalahgunan narkoba, pencegahan dan penanggulangan terhadap penyalahgunaan narkoba.

(18)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

Republik Indonesia bagi penyalahgunaan narkoba oleh anak. Begitu juga bagi ketiga pilar demokrasi di negeri ini bagi Eksekutif, Legislatif, dan Yudikatif serta masyarakat luas.

a. Bagi pihak Eksekutif/Pemerintah supaya lebih peka dan tanggap ikut bersama-sama dalam melawan dan memerangi aksi-aksi penyalahgunaan narkoba dengan berbagai cara demi mewujudkan suatu bangsa yang terbebas dari penyalahgunaan narkoba.

b. Begitu juga bagi pihak Legislatif/Parlemen, untuk dapat memikirkan dan merealisasikan suatu peraturan perundang-undangan yang benar-benar merealisasikan suatu peraturan yang memberikan kepastian hukum mengenai penegakan hukum terhadap penyalahgunaan narkoba terutama penyalahgunaan narkoba oleh anak.

c. Juga bagi pihak Yudikatif, supaya dapat lebih independen lagi tanpa harus diintervensi oleh berbagai kepentingan yang ikut bermain dalam upaya mengancam bahkan mengancam keadilan bagi anak korban penyalahgunaan narkoba. Begitu juga dalam pelaksanaan diskresi, kepolisian harus benar-benar melaksanakan tanggungjawab dengan hati nurani serta tidak terkontaminasi oleh berbagai nilai kehidupan yang buruk.

(19)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

korban penyalahgunaan narkoba agar kelak tidak terjerumus lagi sehinga tingkat penyalahgunan narkoba tidak bertambah lagi.

D. Keaslian Penulisan

Topik permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya sengaja dipilih dan ditulis oleh penulis, oleh karena sepengetahuan penulis, topik permasalahan tersebut sedang mencuat ke permukaan yaitu ditandai semakin maraknya penyalahgunaan narkoba oleh anak dan dengan adanya pemberian diskresi kepolisian Republik Indonesia bagi anak korban penyalahgunaan narkotika dan psikotropika.

Penulisan skripsi ini adalah berdasarkan hasil pemikiran penulis sendiri. Skripsi ini belum ada yang membuatnya. Di dalam skripsi ini penulis mencoba mengarahkan pembahasan ke arah pelaksanaan diskresi kepolisian Republik Indonesia kepada anak pengguna narkoba yang sebenarnya lebih tepat disebut sebagai korban penyalahgunaan narkoba yang patut diberikan perlindungan di panti rehabilitasi.

(20)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

E. Tinjauan Pustaka E. 1. Pengertian Diskresi

Diskresi berasal dari kata-kata bahasa Inggris discretion yang artinya Kebijakan, Keleluasaan atau Kemampuan untuk memilih rencana kebijaksanaan atau mempertimbangkan bagi diri sendiri.5

1. Menurut Kamus Y.C.T Simorangkir Dkk, diskresi diartikan sebagai kebebasan mengambil kepantasan dalam setiap situasi yang dihadapi. Menurut pendapatnya sendiri.

Adapun pengertian diskresi diantaranya :

6

2. Thomas J.Aaron dalam bukunya The Control Of Police Discretion, mencoba mendefinisikan diskresi kepolisian sebagai berikut :“Discretion

is a power or authority conferred by law to act on basis of judgement or

conscience, and its use more an idea of morals than law”

Dalam hal ini diskresi diartikan sebagai suatu kekuasaan atau kewenangan yang diberikan oleh undang-undang atau atas kuasa undang-undang untuk bertindak berdasarkan pertimbangan atau keyakinan sendiri, tindakan mana lebih bersifat moral daripada bersifat hukum.

3. Di negara-negara Anglo Saxon dicretion diartikan :

5

H.Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian Indonesia, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005, hal. 106.

6

(21)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

A ccautious and correct judgement, suatu penilaian yang berhati-hati

(cermat) dan tepat, terdapat dalam arti kata pokoknya discrete, yang berarti disconnected from others, tidak terlepas dari yang lainnya. Jadi penilaian untuk mengambil tindakan, apa, harus lepas dari pengaruh penilaian orang lain

4. Menurut Hadi Sapoetro, diskresi adalah kebijaksanaan bertindak atas dasar pertimbangan individual dalam menghadapi situasi-situasi yang nyata. Dari pengertian-pengertian tentang istilah discretion di tersebut tidak diperoleh sinonim katanya dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu istilah

discretion hanya akan diterjemahkan menjadi diskresi saja, sedangkan untuk

istilah “Police Discretion” akan diterjemahkan menjadi “Diskresi Kepolisian” untuk membedakannya dengan diskresi yang diterapkan oleh pejabat-pejabat lain selain instansi kepolisian.

Penggunaan kata diskresi selalu berhubungan dengan kepolisian dalam lingkup pelaksanaan tugas kepolisian atau diskresi yang diterapkan oleh anggota kepolisian. Jadi diskresi selalu dikaitkan dengan pengambilan keputusan, kekuasaan atau kewenangan yang dilakukan oleh seorang terhadap persoalan yang dihadapi7

7

Djoko Prakoso, Polri Sebagai Penyidik Dalam Penegakan Hukum, Jakarta: PT.Bina Aksara, 1987, hal. 180-182.

(22)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

(power) untuk melakukan suatu tindakan atas dasar pertimbangan dan keyakinan

dirinya.8

E. 2. Pengertian Kepolisian

Dari beberapa definisi tersebut dapatlah dikatakan pertama bahwa diskresi merupakan hak polisi berkaitan dengan asas kewajiban. Artinya kewajiban polisi dalam menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Kedua, diskresi berada diantara batasan hukum dan moral. Ketiga, diskresi memungkinkan petugas untuk memilih sasaran tugasnya seperti pemeliharaan perdamaian, menjaga ketertiban publik, atau menerapkan hukum.

Istilah Polisi sepanjang sejarah ternyata mempunyai arti yang berbeda-beda. Pengertian polisi yang sekarang misalnya adalah berbeda dengan pengertian polisi pada awal ditemukannya istilah itu sendiri. Adapun pengertian polisi diantaranya :9

a. Pertama kali ditemukannya Polisi dari perkataan Yunani “Politea” yang berarti seluruh pemerintahan Negara kota. Pada masa itu yaitu abad sebelum Masehi. Negara Yunani terdiri dari kota-kota tidak saja menyangkut pemerintahan Negara kota saja, tapi juga termasuk urusan-urusan keagamaan. Baru setelah timbul agama Nasrani, maka pengertian polisi sebagai pemerintahan Negara kota dikurangi urusan agama.

8

M. Faal, Penyaringan Perkara Pidana oleh Kepolisian (Diskresi Kepolisian), Jakarta: PT Pradaya Paramita, 1991, hal. 15.

9

(23)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

b. Di negara Belanda pada jaman dahulu istilah polisi dikenal melalui konsep Catur Praja dan van Vollenhoven yang membagi pemerintahan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu bestuur, politie, rechtspraack dan regeling.

c. Charles Reith dalam bukunya The Blind Eye of History mengemukakan pengertian polisi dalam bahasa Inggris : “Police Indonesia the English

Language came mean of planning for improving ordering communal

existence”, yaitu sebagai tiap-tiap usaha untuk memperbaiki atau

menertibkan susunan kehidupan masyarakat. Pengertian ini berpangkal dari pemikiran bahwa manusia adalah makhluk yang hidup berkelompok, membuat aturan-aturan yang disepakati bersama. Ternyata diantara kelompok itu terdapat anggota yang tidak mau mematuhi aturan bersama sehingga timbul masalah siapa yang berkewajiban untuk memperbaiki dan menertiban kembali anggota kelompok yang telah melanggar. Dari pemikiran ini kemudian diperlukan polisi baik organnya maupun tugasnya untuk memperbaiki dan menertibkan tata susunan kehidupan masyarakat tersebut.

(24)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

berhubungan dengan pemeliharaan ketertiban umum dan perlindungan orang-orang serta harta bendanya dari tindakan-tindakan yang melanggar hukum.

e. Dalam kamus Bahasa Indonesia W.J S. Poerwodarmita dikemukakan bahwa istilah polisi menduduki pengertian:

- Badan pemerintah sekelompok pegawai negeri yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum

- Pegawai negeri yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban umum dalam pengertian ini istilah polisi mengandung 2 (dua) pengertian makna polisi tugas dan sebagai orangnya.

f. Analog dalam penerbitan di atas untuk jelasnya dapat disimak pengertian yang tertuang dalam undang-undang Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia No.13 tahun 1961 pada pasal (1) yang dinyatakan, bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebut kepolisian negara, ialah alat negara penegak hukum yang terutama tugasnya memelihara keamanan di dalam negeri. Kemudian dalam pasal 1 maka kepolisian negara mempunyai tugas :

1. a. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

b. Mencegah dan memberantas menjalarnya penyakit masyarakat c. Memelihara keselamatan negara terhadap gangguan dari dalam d. Memelihara keselamatan orang, benda, dan masyarakat termasuk

(25)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

e. Mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat terhadap pengaturan-pengaturan negara.

2. Dalam bidang peradilan mengadakan penyelidikan atas kesejahteraan dan pelanggaran menurut ketentuan-ketentuan dalam hukum acara pidana dan lain-lain pengaturan negara.

3. Mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan negara.

4. Melaksanakan tugas-tugas khusus yang diberikan kepada oleh suatu pengaturan negara

Dari pengertian–pengertian polisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa istilah polisi mengandung 4 (empat) pengertian, yaitu :

1. Sebagai tugas 2. Sebagai organ 3. Sebagai petugas

4. Sebagai ilmu pengetahuan kepolisian

Polisi sebagai tugas diartikan sebagai pemelihraan keamanan dan ketertinban masyarakat. Sebagai organ berbadan atau wadah bertugas dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban. Sebagai petugas dalam arti orang yang dibebani tugas pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat itu, sedangkan sebagai limu pengetahuan kepolisian dalam arti ilmu yang mempelajari segala hal ikhwal kepolisian.

(26)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

Anak merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Anak dalam pemaknaan yang umum mendapat perhatian baik dalam bidang ilmu pengetahuan, agama, hukum, dan sosiologi yang menjadikan pengertian anak semakin aktual dalam lingkungan sosial.

Kedudukan anak dalam lingkungan hukum sebagai subjek hukum, ditentukan dari bentuk sistem hukum terhadap anak sebagai kelompok masyarakat yang berada di dalam status hukum dan tergolong tidak mampu atau di bawah umur. Maksud tidak mampu karena kedudukan akal dan pertumbuhan fisik yang sedang berkembang dalam diri anak yang bersangkutan. Meletakkan anak sebagai subjek hukum yang lahir dari proses sosialisasi berbagai nilai ke dalam peristiwa hukum secara substansial meliputi peristiwa hukum pidana maupun hubungan kotrak yang berada dalam lingkup hukum perdata menjadi mata rantai yang tidak dapat dipisahkan.10

1) Unsur internal pada diri anak

Untuk meletakkan seorang anak ke dalam pengertian subjek hukum yang normal atau layaknya seorang yang disebut sebagai subjek hukum, maka faktor-faktor yang perlu dan dipandang mendasar adalah unsur-unsur yang berada secara internal maupun eksternal di dalam ruang lingkup untuk menggolongkan status anak tersebut. Unsur-unsur internal dan eksternal sebagai berikut :

10

(27)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

a. Subjek hukum, sebagai seorang anak juga digolongkan sebagai human

right yang terkait dalam ketentuan-ketentuan peraturan

perundang-undangan. Ketentuan dimaksud diletakkan pada anak dengan golongan orang belum dewasa, seorang yang berada dalam perwalian, orang yang tidak mampu melakukan perbuatan hukum.

b. Persamaan hak dan kewajiban anak, seorang anak akan juga mempunyai hak dak kewajiban yang sama dengan orang dewasa yang diberikan oleh ketentuan perundang-undangan dalam melakukan perbuatan hukun. Hukum meletakkan anak dalam reposisi sebagai perantara hukum untuk dapat memperoleh hak dan atau melakukan kewajiban-kewajiban dan atau dapat disejajarkan dengan kedudukan orang dewasa atau untuk disebut sebagai subjek hukum yang normal. 2) Unsur eksternal pada diri anak

a. Ketentuan hukum atau persamaan kedudukan dalam hukum (equality

before the law), dapat memberikan legalitas formal terhadap anak

(28)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

b. Hak-hak privalage yang diberikan negara atau pemerintah yang timbul dari UUD 1945 dan perundang-undangan.11

Pengelompokan pengertian anak, memiliki aspek yang sangat luas. Berbagai makna terhadap anak dapat diterjemahkan untuk mendekati anak secara benar menurut sistem kepentingan agama, hukum, sosial dari masing-masing bidang. Pengertian anak dari berbagai cabang ilmu akan berbeda secara substansial, fungsi, makna, dan tujuan.

Di lingkungan masyarakat, kedudukan anak pada hakekatnya memiliki makna dari sub-sub sistem hukum yang ada dalam lingkungan perundang-undangan dan subsistem sosial kemasyarakatan yang universal, pengertian sosial kemasyarakatan terdapat kemungkinan untuk dapat dibentuk pengertian anak dari beberapa aspek kehidupan.

Untuk meletakkan kedudukan anak dalam arti khusus dibentuk dari ketentuan-ketentuan nilai-nilai yang tumbuh dalam lingkungan agama, sosial, dan ekonomi, dari suatu bangsa secara universal. Pengertian kedudukan anak tersebut terdapat pada hal-hal berikut :

a. Pengertian anak dari aspek religius atau agama

Pandangan anak dalam pengertian religius akan dibangun sesuai dengan pandangan Islam yang mempermudah untuk melakukan kajian sesuai dengan konsep-konsep Al-Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Islam memandang pengertian anak sebagai suatu yang mulia kedudukannya. Seorang anak dalam pengertian Islam harus diperlakukan secara manusiawi dan diberi pendidikan,

11

(29)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

pengajaran, ketrampilan dan akhlakul karimah agar anak tersebut kelak akan bertanggungjawab dalam monsosialisasikan diri untuk memenuhi kebutuhan hidup masa depan kondusif.

Kedudukan anak dalam pengertian Islam, yaitu anak adalah titipan Allah SWT kepada orang tua, masyarakat, bangsa dan negara sebagai pewaris dari ajaran Islam kelak yang memakmurkan dunia sebagai rahmatan lila’lamian. Pengertian ini memberikan hak atau melahirkan hak anak yang harus diakui, diyakini, dan diamankan sebagai implementasi amalan yang diterima oleh anak dari orang tua, masyarakat, bangsa dan negara.

b. Pengertian anak dari aspek sosiologi

Kedudukan anak dalam pengertian ini memposisikan anak sebagai kelompok sosial yang berstatus lebih rendah dari masyarakat di lingkungan tempat berinteraksi, status sosial yang dimaksud ditujukan kepada kemampuan untuk menerjemahkan ilmu dan teknologi sebagai ukuran interaksi yang dibentuk dari esensi kemampuan sosial yang berada dalam skala yang paling rendah.

(30)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

Sosialisasi hubungan hukum anak dalam pengertian lingkungan sosial dimaksud untuk menjaga ketentuan dalam hal manakah dapat dicabut hak-hak tertentu dari penguasaan orang tua, masyarakat, pemerintah, bangsa dan negara terhadap anak.

c. Pengertian anak dari aspek ekonomi

Dalam pengertian ekonomi status anak sering dikelompokkan pada golongan yang non produktif. Jika terdapat kemampuan ekonomi yang persuasif dalam kelompok anak, kemampuan tersebut dikarenakan anak mengalami transformasi finansial yang disebabkan dari terjadinya interaksi dalam lingkungan/keluarga yang berdasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan. Kenyataan-kenyataan dalam masyarakat anak-anak melakukan kegiatan ekonomi atau kegiatan produktivitas yang dapat menghasilkan nilai-nilai ekonomi.

Kedudukan pengertian anak dalam bidang ekonomi adalah elemen yang mendasar untuk menciptakan kesejahteraan anak ke dalam suatu konsep normatif agar status anak tidak menjadi korban dan ketidakmampuan ekonomi keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.

(31)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

melakukan kegiatan berproduktivitas yang wajar, sehat dan tidak bertentanngan dengan hak asasi anak.12

1. Pengertian anak dalam Undang-Undang Dasar 1945;

Sistem hukum yang berlaku di Indonesia menetapkan pengertian anak ke dalam pengertian status atau eksistensi anak yang menjadi permasalahan hukum. Hal ini disebabkan negara Indonesia yang memiliki sistem hukum yang berasal dari sendi-sendi hukum adat berbagai suku dam ras, kedudukan anak menjadi bagian utama dalam sendi-sendi pertumbuhan mental spiritual yang berstatus dan berkedudukan sebagai anak dan sekaligus sebagai subjek hukum.

Status anak atau pengertian anak dalam karakteristik umum akan mengelompokkan status yang berbeda dari keadaan hukum dari orang yang dewasa, artinya anak diletakkan ke dalam subjek hukum yang digolongkan sebagai bentuk kejahatan dan atau pelanggaran secara umum dan dapat dikenakan ketentuan pidanan atau hukum acara pidana itu sendiri.

Pengertian anak dalam kedudukan hukum meliputi pengertian kedudukan anak dari pandangan sistem hukum atau disebut kedudukan dalam arti khusus sebagai subjek hukum. Kedudukan anak dalam yang dimaksud meliputi pengelompokkan ke dalam subsistem dari pengertian sebagai berikut :

2. Pengertian anak dalam hukum perdata

3. Pengertian anak dalam hukum pidana, meliputi : a. Kitab Undang-Undang Huku m Pidana;

12

(32)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

b. Undang-Undang No.3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak; c. Undang-Undang No.12 Tahun 1995 tentang Kemasyarakatan d. Undang Undang Perlindungan Anak No. 23 tahun 2002 4. Pengertian anak dalam hukum perburuhan;

5. Pengertian anak dalam Undang-Undang No. 39 tentang Hak Asasi Manusia

6. Pengertian anak menurut Konvensi Hak Anak (Convention on The Right of

The Child).

1. Pengertian anak menurut Undang-Undang Dasar 1945

(33)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

bertanggungjawab terhadap masalah sosial yuridis dan politik yang ada pada seorang anak.

Pengertian anak menurut UUD 1945, oleh Irma Soemitro, S.H. dijabarkan sebagai berikut :

“Ketentuan Undang-Undang dasar 1945, ditegaskan pengaturan dengan dikeluarkan Undang-Undang Nomor 4 1979 tentang kesejahteraan Anak, yang berarti makna (pengertian tentang anak) yaitu seorang harus memperoleh hak-hak yang kemudian hak-hak tersebut dapat dijamin pertumbuhan dan perkembangan wajar baik secara rohaniah, jasmaniah, maupun sosial. Atau anak juga berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial”.13

2. Pengertian anak menurut hukum perdata

Anak juga berhak atas pemeliharaan dan perlindungan baik sewaktu dalam kandungan maupun setelah melahirkan. Anak juga berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dengan wajar.

Anak menurut hukum perdata, dibangun dari beberapa aspek keperdataan yang ada pada anak sebagai subjek hukum yang tidak mampu. Aspek-aspek tersebut sebagai berikut :

a. status belum dewasa (batas usia) sebagai subjek hukum b. hak-hak anak di dalam hukum perdata

Pengertian anak di sini disebutkan dengan istilah belum dewasa dan makna yang berada dalam pengasuhan orang tua dan perwalian. Pengertian yang dimaksud sama halnya dengan pengaturan yang terdapat dalam Undang-Undang

13

(34)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, yurisprudensi, hukum adat, dan hukum Islam. Pengertian tentang anak diletakkan sama maknanya dengan mereka yang belum dewasa, dan seorang yang belum mencapai usia legitimasi hukum sebagai subjek hukum atau layaknya subjek hukum normal yang ditentukan oleh perundang-undangan perdata.

Kedudukan seorang anak akibat dari belum dewasa, menimbulkan hak-hak anak anak yang perlu direalisasikan dengan ketentuan hukum khusus yang menyangkut urusan hak-hak keperdataan anak tersebut. Hak-hak anak dijelaskan dalam Pasal 2 KUHPerdata yang menyebutkan sebagai berikut : “Anak yang ada dalam kandungan seorang perempuan, dianggap telah dilahirkan, bilamana kepentingan si anak menghendaki”.

Kedudukan anak dalam hukum perdata, kedudukannya sangat luas dan majemuk karena tergantung pada peristiwa hukum yang meletakkan hak-hak anak dalam hubungan lingkungan hukum, sosial, agama, dan adapt istiadat. Kedudukan anak dalam pengertian hukum perdata menunjukkan pada hak-hak anak dan kewajiban-kewajiban anak yang memiliki kekuatan hukum baik secara formal maupun secara material.

(35)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

3. Pengertian anak menurut hukum pidana

Pengertian anak dalam hukum pidana diletakkan dalam pengertian anak yang bermakna penafsiran hukum secara negatif. Dalam arti seorang anak yang berstatus sebagai subjek hukum yang seharusnya bertangggungjawab terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh anak itu sendiri, ternyata karena kedudukan seorang sebagai anak yang berada pada usia yang belum dewasa diletakkan sebagai seorang yang mempunyai hak-hak khusus dan perlu mendapat perlindungan khusus menurut ketentuan hukum yang berlaku.

Dalam kedudukan status anak sebagai seorang yang kehilangan hak-hak kemerdekaan akibat dari hukum pidana, berhak untuk mendapatkan perlakuan istimewa yang ditetapkan oleh ketentuan hukum pidana itu sendiri sebagai kelompok subjek hukum yang dipandang belum dewasa.

Anak dalam pengertian pidana, lebih mengutamakan pemahaman terhadap hak-hak anak yang harus dilindungi, karena secara kodrat memiliki substansi yang lemah dan dalam sistem hukum di pandang sebagai subjek hukum yang dicangkokkan dari bentuk pertanggungjawaban, sebagaimana layaknya seorang subjek hukum normal.

(36)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

a. Ketidakmampuan untuk bertanggung jawab terhadap tindak pidana;

b. Pengembalian hak-hak anak dengan jalan mensubstitusikan hak-hak anak yang timbul dari lapangan hukum keperdataan, tata begara dengan maksud untuk mensejahterahkan anak;

c. Rehabilitasi, yaitu anak berhak untuk mendapat proses perbaikan mental spiritual akibat dari tindakan hukum pidana yang dilakukan anak itu sendiri;

d. Hak-hak untuk menerima pelayanan dan asuhan; e. Hak-hak anak dalam proses hukum acara pidana.

Dengan demikian di dalam ketentuan hukum pidana telah memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak yang kehilangan kemerdekaan, karena anak dipandang sebagai subjek hukum ang berada pada usia yang belum dewasa sehinga harus tetap dilindungi segala kepentingan dan perlu mendapatkan hak-hak yang khusus yang dberikan oleh negara dan pemerintah.

4. Pengertian anak menurut hukum perburuhan.

Hukum perburuhan memberikan perhatian terhadap kedudukan anak. Anak di dalam hukum perburuhan dilarang untuk bekerja di setiap perusahaan, karena anak tidak boleh dieksploitasikan dalam bidang perekonomian. Di mana hak-hak anak dalam hukum perburuhan ini harus diakui dan dilindungi tidakboleh terjadi pelanggaran terhadap hak anak tersebut.

(37)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

1. Di dalam tambang, lubang di bawah permukaan tanah atau tempat mengambil logam dan bahan-bahan lain dari dalam tanah

2. Pada tempat-tempat kerja tertentu yang dapat membahayakan kesusilaan 3. Pada waktu tertentu malam hari.14

Dengan demikian hukum perburuhan jelas mengatur mengenai hak-hak anak yang perlu dilindungi, akan tetapi pada kenyataannya masih juga dijumpai anak-anak yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang hak-hak anak tersebut kurang dilindungi dan bahkan tidak ada perlindungan sama sekali terhadap anak.

5. Pengertian anak menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

Pengertian anak dalam HAM memiliki makna yang tidak jauh berbeda dengan makna yang ditetapkan dalam UUD 1945, yaitu anak berhak untuk mendapat status atas perlindungan dari kewajiban-kewajiban hukum baik untuk dipelihara atau rehabilitasi dari perbuatan tindak pidana atau perbuatan melanggar hukum lainnya.

6. Pengertian anak menurut Konvensi Hak Anak (Convention on The Right of

The Child)

Konvensi Hak Anak (KHA/CRC) merupakan perjanjian yang mengikat yuridis dan politis antara berbagai negara yang mengatur hal-hal yang berhubungan dengan anak. Konvensi Hak Anak sebagai instrumen internasional di bidang hak asasi manusia mencakup hak yang paling komprenensif, baik hak-hak sipil, politik maupun hak-hak-hak-hak ekonomi, sosial dan budaya sekaligus.

14

(38)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

Di dalam Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi dengan Keppres No. 36 Tahun 1990 telah memberikan perlindungan dan perhatian yang sangat besar terhadap hak-hak anak di segala bidang, di mana hak-hak anak itu dapat diperinci sebagai berikut15

1. Hak memperoleh perlindungan dari segala bentuk diskriminasi dan hukuman;

:

2. Hak memperoleh perlindungan dan perawatan atas kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan;

3. Hak atas jaminan negara atas penghormatan tanggung jawab, hak dan kewajiban orang tua dan keluarga;

4. Negara mengakui hak hidup anak, serta kewajiban negara menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup anak;

5. Hak memperoleh kebangsaan (nationality), nama dan hubungan keluarga; 6. Hak untuk memelihara identitas diri termasuk kebangsaan, nama dan

hubungan keluarga;

7. Hak untuk tinggal bersama-sama orang tua;

8. Hak untuk kebebasan menyatakan pendapat dan pandangan; 9. Hak untuk kebebasan berfikir, berkeyakinan dan agama; 10. Hak untuk kebebasan berhimpun, berjumpul dan berserikat;

11. Hak memperoleh informasi dan segala sumber informasi yang diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, jiwa, moral, kesehatan fisik dan mental;

12. Hak memperoleh perlindungan khusus dan bantuan akibat kekerasan fisik, mental, penelantaran, dan perlakuan salah serta penyalahgunaan seksual; 13. Hak memperoleh perlindungan hukum terhadap gangguan kehidupan

pribadi, keluarga, surat menyurat atas serangan yang tidak sah; 14. Hak atas perlindungan bagi anak yang tidak mempunyai orang tua; 15. Hak atas perlindungan anak yang berstatus pengungsi (pengungsi anak); 16. Hak memperoleh perawatan khusus bagi anak cacat;

17. Hak memperoleh pelayanan kesehatan; 18. Hak memperoleh manfaat atas jaminan sosial;

19. Hak memperoleh taraf hidup layak bagi perkembangan fisik, mental dan sosial;

20. Hak memperoleh pendidikan;

21. Hak untuk beristirahat dan bersenang-senang untuk terlibat dalam kegiatan bermain, berkreasi dan seni budaya;

22. Hak atas perlindungan dari eksploitasi ekonomi; 23. Hak atas perlindunan dari penggunaan obat terlarang;

15

(39)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

24. Hak atas perlindungan dari segala bentuk eksploitasi seksual;

25. Hak atas perlindungan atas penculikan, penjualan dan perdagangan anak; 26. Hak atas perlindungan terhadap segala bentuk eksploitasi kesejahteraan

anak;

27. Hak atas jaminan pelarangan penyiksaan anak dan hukuman yang tidak manusiawi;

28. Hak atas hukum acara peradilan anak;

29. Hak memperoleh bantuan hukum baik di dalam pengadilan maupun dil luar pengadilan, dan

30. Hak dan jaminan tanggung jawab orang tua membesarkan dan membina anak dan negara berkewajiban mengambil langkah untuk membantu orang tua yang bekerja agar dapat mendapat perawatan fasilitas.

Konvensi Internasional ini merupakan dasar bagi suatu negara untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak, agar tidak terjadi pelanggaran terhadap anak, termasuk perlindungan terhadap penyalahgunaan narkotika dan psikotropika. Dengan demikian di dalam konvensi internasional ini jelas bagi kita bahwa negara telah secara benar menempatkan anak sebagai subjek, yaitu sebagai warga negara yang harus dilindungi kepentingannya, mempunyai hak dan kewajiban dalam bidang sosial, budaya, kesehatan, pendidikan dan kesejahteraannya.

E. 4. Batas Usia Anak

Batas usia anak memberikan pengelompokkan terhadap seseorang untuk dapat disebut sebagai anak. Yang dimaksud dengan batas usia anak adalah pengelompokkan usia maksimum sebagai wujud kemampuan anak dalam status hukum.

(40)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

menentukan batas umur antara 8-18 tahun, sementara 6 negara bagian lain menentukan batas umur anatara 8-17 tahun, ada pula negara bagian lain yang menentukan batas umur antara 8-16 tahun. Di Inggris ditentukan batas umur antara 12-16 tahun. Kebanyakan negara bagian di Australia menentukan batas umur antara 8-16 tahun. Negara Belanda menentukan batas umur antara 12-18 tahun. Negara-negara asia, antara lain Sri Langka menentukan batas umur antara 14-18 tahun, Kamboja menentukan batas umur antara 6-18 tahun, Jepang dan Korea menentukan batas umur 14-20 tahun, Taiwan menentukan batas umur antara 14-18 tahun, Negara-Negara ASEAN, Filipina menentukan batas umur antara 7-16 tahun, Malaysia menentukan batas umur antara 7-18 tahun, Singapura menentukan batas umur antara 1-16 tahun16

1. Batas usia seseorang menurut ketentuan hukum perdata

Untuk menetapkan ketentuan hukum yang lebih berprospek dalam meletakkan batas usia maksimum dari seorang anak, terdapat pendapat yang sangat beragam kedudukan hukum yang diberikan pada status kedewasaan seorang anak. Batas usia anak yang layak dalam pengetian hukum nasional dan hukum internasional (Konvensi Hak Anak/CRC), telah dirumuskan ke dalam bangunan-bangunan pengertian yang diletakkan oleh spesifikasi hukum, seperti berikut :

Hukum perdata meletakkan batas usia anak berdasarkan Pasal 330 ayat (1) KUHPerdata sebagai berikut :

16

(41)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

a. Batas antara usia belum dewasa dngan telah dewasa, yaitu usia 21 tahun; b. Seorang anak yang berada dalam usia di bawah 21 tahun yang telah

menikah dianggap telah dewasa.

c. Batas usia anak menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 tahun 1974, Pasal 7 ayat (1), Pasal 47 ayat (1) dan Pasal 50 ayat (1), sebagai berikut : 1. Dalam Pasal 7 ayat (1) menyebutkan batas usia minimum untuk dapat

kawin bagi sseorang pria, yaitu usia 19 tahun dan bagi seorang wanita, yaitu 16 tahun.

2. Dalam Pasal 47 ayat (1) menyebutkan batas usia minimum 18 tahun berada dalam kekuasaan orang tua selama kekuasaan itu tidak dicabut. 3. Dalam Pasal 50 ayat (1) menyebutkan batas usia anak yang belum

mencapai usia 18 tahun atau belum pernah kawin berada pada status perwalian.

2. Batas usia seorang menurut ketentuan hukum pidana

Sebagaimana diatur dalam ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana mengatur tentang pengertian anak yang sangat bervariatif tergantung kepada jenis tindak pidana yang dilakukan. Ketentuan Pasal 45,46,47 KUHPidana ini telah dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi batas usia anak dalam pengertian hukum pidana dirumuskan dengan jelas dalam ketentuan hukum yang terdapat pada Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.3 Tahun 1997 tentang Peradilan anak, sebagai berikut : “Anak adalah orang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin”

Menurut Pasal 1 butir 8 Undang-Undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, mengklasifikasikan anak ke dalam pengertian sebagai berikut :

a. anak pidana adalah anak berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di LAPAS anak yang paling lama berumur 18 tahun

b. Anak negara adalah anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada pengadilan untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS anak paling lama sampai berumur 18 tahun

(42)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undnag Perlindungan anak No.23 tahun 2002, pengertian anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

3. Batas usia anak menurut Konvensi Hak Anak (Convention on the Right of

The Child)

Pada Pasal I bagian 1 Konvensi Hak Anak menyebutkan sebagai berikut : “Seorang anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun kecuali berdasarkan undang-undang berlaku bagi anak-anak kedewasan dicapai lebih cepat”.

Pengertian batas usia anak pada hakekatnya mempunyai keanekaragaman bentuk dan spesifikasi tertentu. Maksudnya pengelompokkan batas usia maksimum anak sangat tergantung dari kepentingan hukum anak yang bersangkutan. Pengelompokkan ini dimaksudkan untuk mengenal secara pasti faktor-faktor yang menjadi sebab-sebab terjadinya tanggung jawab terhadap anak dalam hal-hal berikut ini :

a. Kewenangan bertanggungjawab terhadap anak b. Kemampuan untuk melakukan peristiwa hukum

c. Pelayanan hukum terhadap anak yang melakukan tindak pidana d. Pengelompokkan proses pemeliharaan

(43)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

Yang terpenting seseorang tergolong dalam usia anak dalam batas bawah usia, yaitu nol (0) tahun dan sampai dengan batas atas 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin17

1. seseorang yang belum mencapai usia 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin

.

Dengan demikian batasan mengenai usia anak di dalam berbagai ketentuan hukum tersebut di atas telah sangat jelas diatur kapan seseorang itu dikategorikan sebagai anak, dari batasan usia yang sangat bervariatif tersebut penulis berkesimpulan bahwa yang dikategorikan sebagai anak apabila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

2. masih berada di bawah kekuasaan orang tua atau walinya

3. belum cakap dan belum bertanggungjawab di dalam masyarakat

E. 5. Pengertian Tindak Pidana

Istilah delik atau het straafbaarfeit dalam ilmu hukum memilikii banyak pengertian maupun terjemahan-terjemahan yang bermakna serupa. Terjemahan atau tafsiran tersebut diantaranya ada yang menyebutkan delik sebagai perbuatan yang dapat atau boleh dihukum, peristiwa pidana, perbuatan pidana dan tindak pidana.18

17

Maulana Hasan Wadong, Op. Cit., hal. 9-14.

18

SR Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Storia Grafika, 2002, hal. 204.

(44)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

bahasa yang ada serta untuk menunjukkan tindakan hukum apa saja yang terkandung didalamnya.19

Tindak pidana atau delik menurut wujud dan sifatnya adalah perbuatan yang melawan hukum. Perbuatan-perbuatan ini merugikan masyarakat, dalam arti bertentangan dengan atau menghambat terlaksananya tata pergaulan dalam masyarakat yang dianggap baik dan adil. Perbuatan yang anti sosial dapat juga dikatakan sebagai suatu tindak pidana. Beberapa pendapat lainnya yang dikemukakan oleh para sarjana mengenai istilah straafbaar feit antara lain

20

Moeljatno yang memakai istilah “perbuatan pidana” untuk menggambarkan isi pengertian straafbaar feit dan beliau mendefenisikannya sebagai suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Moeljatno21

a. Perbuatan

menjabarkan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut :

b. Yang dilarang (oleh aturan hukum) c. Ancaman pidana (bagi yang melanggar)

Menurut R.Tresna, straafbaarfeit atau perbuatan pidana atau juga peristiwa pidana tersebut adalah suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia, yang bertentangan dengan undang-undang atau peraturan perundang-undangan lainnya, terhadap perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman.

19

Ruslan Saleh, Perbuatan dan Pertanggungjawaban Pidana, Jakarta: Aksara Baru, 1983, hal. 20.

20

Satochid Kartanegara, Hukum Pidana (Kumpulan Kuliah) Bagian I. Jakarta: Balai Lektur Mahasiswa, 1995, hal. 74.

21

(45)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

Beliau kemudian memberikan defenisi bahwa untuk memenuhi syarat telah terjadinya suatu perbuatan atau peristiwa pidana tersebut adalah22

a. Harus ada suatu perbuatan manusia

:

b. Perbuatan tersebut harus sesuai dengan apa yang dilukiskan didalam ketentuan hukum

c. Harus terbukti adanya dosa pada orang yang berbuat yaitu bahwa orang tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan

d. Perbuatan tersebut harus berlawanan dengan hukum

e. Terhadap perbuatan tersebut harus tersedia adanya ancaman hukumannya didalam undang-undang

Tindak pidana atau straafbaarfeit pada dasarnya adalah suatu pelanggaran kaidah dan terganggunya ketertiban umum, terhadap para pelakunya mempunyai kesalahan dimana pemidanaan yang diberikan adalah wajar untuk menyelenggarakan ketertiban hukum dan menjamin kesejahteraan umum23

Utrecht memberikan defenisi yang menganjurkan pemakaian istilah peristiwa pidana untuk menterjemahkan istilah straafbaarfeit tersebut

.

24

Perumusan makna berbagai bentuk perbuatan pidana tersebut, secara mutlak harus termakub dalam unsur formil, yaitu mencocoki rumusan perundang-undangan dan unsur materil yaitu bertentangan dengan cita-cita yang ingin dicapai dalam kehidupan bermasyarakat.

, menurut beliau, pemakaian istilah peristiwa pidana sudah tepat karena meliputi suatu perbuatan (handelen) ataupun suatu kelalaian (zerzuim).

25

22

Adami Chazawi , Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta: Rajawali Press, 2002, hal. 73.

(46)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

Berdasarkan defenisi tindak pidana atau perbuatan pidana tersebut diatas dapatlah secara ringkas dikatakan bahwa perbuatan pidana tersebut memiliki unsur-unsur sebagai berikut26

a. Subjek atau Petindak (pelaku tindak pidana) dalam unsur barang siapa atau setiap orang dalam rumusan suatu perundang-undangan.

:

b. Kesalahan yaitu kondisi kejiwaan yang berhubungan dengan sikap batin si pelaku. Apakah perbuatan tersebut dilakukannya sebagai bentuk kesengajaan ataukah kealpaan/kelalaian.

c. Bersifat melawan Hukum ( dari tindakan tersebut ).

d. Suatu tindakan baik aktif maupun pasif yang dilarang oleh undang-undang dan para pelanggarnya diancam oleh pidana, dalam arti disini harus ada legalitas dari undang-undang.

e. Waktu, tempat dan keadaan.

Tindak pidana / perbuatan pidana itu sendiri dapat diklasifikasikan atas dasar-dasar tertentu yaitu sebagai berikut27

a. Menurut sistem KUHP, tindak pidana/perbuatan pidana dibedakan antara kejahatan (misdrijven) dimuat dalam buku II dan tindak pidana pelanggaran (overtredingen) dimuat dalam buku III.

:

b. Menurut cara merumuskannya, dibedakan antara tindak pidana formil

(formil delicten) dan tindak pidana materil (materiele delicten).

c. Berdasarkan bentuk kesalahannya dibedakan antara tindak/perbuatan pidana kesengajaan (dolus) dan tindak pidana kelalaian (culpa).

d. Berdasarkan macam perbuatannya, dapat dibedakan antara tindak pidana aktif/positif atau tindak pidana komisi (delicta commissionis) dan tindak pidana pasif/negatif disebut juga tindak pidana omisi (delicta

ommissionis).

e. Berdasarkan saat dan jangka waktu terjadinya, maka dapat dibedakan antara tindak pidana terjadi seketika dan tindak pidana terjadi dalam waktu lama atau berlangsung terus.

f. Berdasarkan sumbernya, maka dapat dibedakan antara tindak pidana umum dan tindak pidana khusus.

(47)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

h. Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam hal penuntutan, maka dapat dibedakan atas tindak pidana biasa (gewone delicten) dan tindak pidana pengaduan (klacht delicten).

i. Berdasarkan berat ringannya pidana yang diancamkan maka dapat dibedakan antara tindak pidana dalam bentuk pokok, tindak pidana yang diperberat dan tindak pidana yang diperingan.

j. Berdasarkan kepentingan hukum yang dilindungi, maka dapat dibedakan atas tindak pidana/perbuatan pidana terhadap nyawa, harta benda, tindak pidana kesusilaan dan sebagainya.

k. Dari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan dibedakan atas tindak pidana tunggal dan tindak pidana berangkai.

E. 6. Penggolongan Tindak Pidana di Bidang Psikotropika dan Narkotika

E. 6. 1. Penggolongan Tindak Pidana di bidang Psikotropika

Sesuai dengan pengertian pasal 1 butir I Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang Psikotropika yang dimaksud dengan Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku

(48)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

Dari seluruh tindak pidana yang diatur di dalam Undang-Undang psikotropika No.5 tahun 1997, dilihat dari segi bentuk perbuatannya dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, sebagai berikut :28

1. Kejahatan yang menyangkut produksi psikotropika 2. Kejahatan yang menyangkut peredaran psikotropika

3. Kejahatan yang menyangkut ekspor dan impor psikotropika 4. Kejahatan yang menyangkut penguasaan psikotropika 5. Kejahatan yang menyangkut penggunaan psikotropika

6. Kejahatan yang menyangkut pengobatan dan rehabilitasi psikotropika 7. Kejahatan yang menyangkut label dan iklan psikotropika

8. Kejahatan yang menyangkut transito psikotropika

9. Kejahatan yang menyangkut pelaporan kejahatan di bidang psikotropika 10. Kejahatan yang menyangkut saksi dalam perkara psikotropika

11. Kejahatan yang menyangkut pemusnahan psikotropika

Mengenai bagaimana bentuk masing-masing kejahatan di atas, akan dibicarakan sebagai berikut:

1. Kejahatan yang menyangkut produksi psikotropika

Kejahatan yang menyangkut produksi psikotropika diatur pada Pasal 59 ayat (1) huruf b, Pasal 59 ayat (2) dan ayat (3), dan pasal 60 ayat (1) Undang-Undang Psikotropika.

Pengertian produksi psikotropika dalm Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No.5 tahun 1997 tidak hanya kegiatan membuat psikotropika, akan tetapi lebih luas lagi dari itu, yaitu berupa kegiatan atau proses menyiapkan, mengolah, membuat, menghasilkan, mengemas,dan/atau mengubah bentuk psikotropika.

2. Kejahatan yang menyangkut peredaran psikotropika

28

(49)

Eka Novia Sari : Diskresi Kepolisian Republik Indonesia Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba Yang Dilakukan Oleh Anak (Studi Kasus Poldasu), 2008.

USU Repository © 2009

Untuk Kejahatan yang menyangkut peredaran psikotropika terdapat pada Pasal 59 ayat (1) huruf c dan Pasal 60 ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) Undang-Undang Psikotropika No.5 tahun 1997.

Yang termasuk dalam kegiatan peredaran psikotropika yaitu setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran atau penyerahan psikotropika, baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan maupun pemindahtanganan.

3. Kejahatan yang menyangkut ekspor dan impor psikotropika

Kejahatan yang termasuk kegiatan ekspor dan impor psikotropika diatur pada Pasal 59 ayat (1) huruf d, Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2), dan Pasal 63 ayat (1) Undang- Undang Psikotropika No.5 tahun 1997.

4. Kejahatan yang menyangkut penguasaan psikotropika

Kata penguasaan di sini diartikan dengan memiliki, menyimpan atau membawa. Sehubungan dengan itu, kejahatan yang menyangkut penguasaan psikotropika diatur dalam Pasal 59 ayat (1) huruf e, Pasal 62 ayat (1) huruf a Undang-Undang Psikotropika.

5. Kejahatan yang menyangkut penggunaan psikotropika

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pendahuluan penulis telah menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama

Berdasarkan hasil pengujian, Aplikasi SOM dapat digunakan untuk mendesain Model Data SOM dan mentransformasikan model data tersebut ke dalam basis data Oracle.. Kata Kunci:

Hal ini menunjukkan bahwa perubahan laba akuntansi berpengaruh secara signifikan terhadap abnormal return di BEJ pada lima hari sebelum sampai dengan lima hari setelah

Oleh karena itulah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menge- tahui perbedaan hasil kualitas hidup antara berbagai metode manajemen nyeri pada pasien nyeri

perkembangan alur utama, dan tidak sampai melakukan tafsir terhadap

Berdasarkan pandangan tersebut, maka tidak heran jika tato dianggap sebagai perbuatan yang menyimpang dari masyarakat luas yang dapat membahayakan atau bahkan

Berdasarkan permasalahan ini Berapa nilai Overall Equipment Effectiveness mesin coiling serta Apa usulan perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai

Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan