• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan Tahun 2010"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN GIZI, POLA MAKAN DAN STATUS GIZI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI (PTKI)

MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

AGUS MULIA NIM. 051000036

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGETAHUAN GIZI, POLA MAKAN DAN STATUS GIZI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI (PTKI)

MEDAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

AGUS MULIA NIM. 051 000 036

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

PENGETAHUAN GIZI, POLA MAKAN DAN STATUS GIZI MAHASISWA PENDIDIKAN TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI (PTKI)

MEDAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Jumirah, Apt.,M.Kes Dr.Ir.Zulhaida Lubis, M.Kes NIP. 19580315198811 2 001 NIP. 196205291989032001

Penguji II Penguji III

Ernawati Nasution, SKM.,M.Kes Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si NIP. 197002121995012001 NIP. 196706131993031004

Medan, Juli 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si NIP.19531018 198203 2 001

AGUS MULIA NIM. 051 000 036

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 30 Juni 2010

(4)

ABSTRAK

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat. Aktivitas yang padat serta kehidupan sosial pada mahasiswa sangat mempengaruhi perilaku hidup sehatnya khususnya pola makannya sehari-hari.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan gizi, pola makan, dan status gizi mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptis dengan desain penelitian cross sectional. Populasi adalah seluruh mahasiswa PTKI Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana. Data pengetahuan gizi untuk menggambarkan pengetahuan gizi mahasiswa yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Pola makan untuk menggambarkan tingkat konsumsi energi dan protein yang diperoleh dengan menggunakan metode food recall 24 jam dilakukan dua kali dan menggunakan food frequency questionnaire untuk mengetahui jenis dan frekuensi makan. Status gizi diukur dengan menggunakan metode antropometri (Indeks Massa Tubuh).

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan gizi mahasiswa dalam kategori baik, akan tetapi pola makan berdasarkan jenis makanan dan frekuensi makan masih kurang baik. Demikian juga dalam konsumsi energi sebagian besar mahasiswa dalam kategori kurang (23,1%) dan defisit (43,9%). Sedangkan konsumsi protein sebagian besar mahasiswa dalam kategori sedang (51,6%) dan baik (20,9%). Status gizi mahasiswa berdasarkan IMT, ditemukan sebesar 31,9% mahasiswa status gizinya kurus tingkat ringan dan 1,1 % mahasiswa status gizinya kurus tingkat berat.

Perlu disosialisasikan kepada mahasiswa tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) sehingga kebutuhan gizi harian mahasiswa dapat terpenuhi.

(5)

ABSTRACT

University students as part of the Indonesian society and, especially, as the next generation of the nation were expected to have healthy life behavior. The students’ tight activities and social life highly affected their healthy life behavior especially on daily food pattern.

The purpose of this research was to find out the nutritional knowledge, food pattern and nutritional status of the university students of Pendidikan Teknologi Kimia Indonesia (PTKI) Medan in 2010. This study is descriptive with cross-sectional design. The population was all PTKI Medan students. Sampling was conducted by using simple random sampling method. The food pattern that described the students’ consuming level on energy and protein was collected by using food recall method which was conducted twice within 24 hours and food frequency questionnaire which was used to identify the food type and frequency of food consumption. The students’ nutritional status was assessed by using anthropometry method (Body Mass Index).

Result of the study showed that in general the students’ nutritional knowledge was in good category. However the students’ food pattern, based on the food type and frequency of food consumption was less good and so it was with the students’ consuming level on energy; most of the students was in less category (23,1%) and deficit (42,9%) category. Then most of the students’ consuming level on protein was in moderate category (51,6%) and good (20,9%) category. Concerning on the students’ nutritional status, based on the BMI, it was found that 31,9% students had thin nutritional status at light level and 1,1% students had thin nutritional status at heavy level.

Need to be socialized to the students about the general guidelines for balanced nutritional (PUGS) so the students’ daily nutritional can be met.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Agus Mulia

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Sosa / 04 Agustus 1986 Agama : Kristen Protestan Status Perkawinan : Belum Kawin

Anak Ke : 2 (tiga) dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Abdul Hakim Kp. Susuk No. 16 Padang Bulan, Selayang I, Medan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus karena berkat kasih dan anugrahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Pengetahuan Gizi, Pola Makan dan Status Gizi Mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan Tahun 2010”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Jumirah, Apt. M.Kes selaku dosen pembimbing I dan kepada Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes, selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, masukan dan kesabaran serta motivasi selama penyusunan skripsi ini hingga penulis dapat menyelesaikannya. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. dr. Ria Masniari, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(8)

3. Dra. Jumirah Apt. M.Kes selaku Kepala Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. Ngenteng Tarigan, selaku Pembantu Kepala I Bidang Akademik PTKI Medan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Penghargaan yang setinggi-tingginya untuk Ayah dan Bundaku, A. Girsang dan M. Br. Silalahi yang telah memberikan dukungan setiap saat baik secara moril dan materil serta kasih sayangnya yang tulus kepada penulis.

7. Buat keluargaku tercinta, Bg Moreno Girsang dan adekku tersayang Fitri Magdalena Girsang dan Ruth Yohanna Girsang.

8. Buat Bg Marihot yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus surat-surat untuk keperluan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Kepada teman-teman terbaikku riva, ka lince, bg asron, desnal, erik, esron, hendra, sandro, yenthi, menti, christine, mery dan ade nofe yang telah banyak memberikan motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. 10.Buat teman-teman seperjuanganku yanthi, rilma, agustria, ka esra, ka nina,

paulina, yunus dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya.

Medan, Juni 2010 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

2.6. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan ... 22

2.7. Kerangka Konsep ... 23

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 24

(10)

3.8.1. Pengolahan Data ... 29 3.8.2. Analisa Data ... 29 BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pendidikan Teknologi Kimia Industri

(PTKI) Medan ... 30 4.2. Karakteristik Responden ... 31 4.3. Pengetahuan Gizi Responden ... 31 4.4. Pola Makan Responden Berdasarkan Jenis Makanan dan

Frekuensi Makan ... 32 4.5. Konsumsi Energi dan Protein Responden ... 35 4.6. Status Gizi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh

(IMT) ... 37 4.6.1. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan

Pengetahuan Gizi ... 38 4.6.2. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan

Konsumsi Energi dan Protein ... 38 4.6.3. Distribusi Pengetahuan Gizi Berdasarkan

Konsumsi Energi dan Protein ... 39 BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Gizi Mahasiswa ... 41 5.2. Pola Makan Mahasiswa Berdasarkan Jenis Makanan dan

Frekuensi Makan ... 42 5.3. Konsumsi Energi dan Protein Mahasiswa ... 45 5.4. Status Gizi Mahasiswa ... 46

Lampiran 1. Kuesioner Pengetahuan Gizi Seimbang Lampiran 2. Formulir Food Recall 24 Jam

Lampiran 3. Formulir Food Frequency

Lampiran 4. Data Karakteristik dan Pengetahuan Gizi Seimbang Mahasiswa Lampiran 5. Data Konsumsi Energi dan Protein Mahasiswa

Lampiran 6. Data Status Gizi Mahasiswa

Lampiran 7. Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Status Gizi Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) .. 22 Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan (Per Orang

Per Hari) ... 22 Tabel 4.1. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Tingkatan dan Jumlah

Mahasiswa PTKI Medan Tahun 2010 ... 32 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin ... 32 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi ... 33 Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Gizi Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 33 Tabel 4.5. Distribusi Persentase Responden Berdasarkan Jenis Makanan

dan Frekuensi Makan ... 34 Tabel 4.6. Distribusi Tingkat Konsumsi Energi Responden ... 36 Tabel 4.7. Distribusi Tingkat Konsumsi Protein Responden ... 36 Tabel 4.8. Distribusi Konsumsi Energi Rata-rata Responden Berdasarkan

Kelompok Umur Pada Mahasiswa PTKI Medan Tahun 2010 .. 37 Tabel 4.9. Distribusi Konsumsi Protein Rata-rata Responden Berdasarkan

Kelompok Umur Pada Mahasiswa PTKI Medan Tahun 2010 .. 38 Tabel 4.10. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. 38 Tabel 4.11. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Pengetahuan

Gizi ... 39 Tabel 4.12. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Tingkat

Konsumsi Energi ... 39 Tabel 4.13. Distribusi Status Gizi Responden Berdasarkan Konsumsi

Protein ... 40 Tabel 4.14. Distribusi Pengetahuan Gizi Responden Berdasarkan

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

ABSTRAK

Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki perilaku hidup sehat. Aktivitas yang padat serta kehidupan sosial pada mahasiswa sangat mempengaruhi perilaku hidup sehatnya khususnya pola makannya sehari-hari.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan gizi, pola makan, dan status gizi mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptis dengan desain penelitian cross sectional. Populasi adalah seluruh mahasiswa PTKI Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana. Data pengetahuan gizi untuk menggambarkan pengetahuan gizi mahasiswa yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner. Pola makan untuk menggambarkan tingkat konsumsi energi dan protein yang diperoleh dengan menggunakan metode food recall 24 jam dilakukan dua kali dan menggunakan food frequency questionnaire untuk mengetahui jenis dan frekuensi makan. Status gizi diukur dengan menggunakan metode antropometri (Indeks Massa Tubuh).

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan gizi mahasiswa dalam kategori baik, akan tetapi pola makan berdasarkan jenis makanan dan frekuensi makan masih kurang baik. Demikian juga dalam konsumsi energi sebagian besar mahasiswa dalam kategori kurang (23,1%) dan defisit (43,9%). Sedangkan konsumsi protein sebagian besar mahasiswa dalam kategori sedang (51,6%) dan baik (20,9%). Status gizi mahasiswa berdasarkan IMT, ditemukan sebesar 31,9% mahasiswa status gizinya kurus tingkat ringan dan 1,1 % mahasiswa status gizinya kurus tingkat berat.

Perlu disosialisasikan kepada mahasiswa tentang Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) sehingga kebutuhan gizi harian mahasiswa dapat terpenuhi.

(14)

ABSTRACT

University students as part of the Indonesian society and, especially, as the next generation of the nation were expected to have healthy life behavior. The students’ tight activities and social life highly affected their healthy life behavior especially on daily food pattern.

The purpose of this research was to find out the nutritional knowledge, food pattern and nutritional status of the university students of Pendidikan Teknologi Kimia Indonesia (PTKI) Medan in 2010. This study is descriptive with cross-sectional design. The population was all PTKI Medan students. Sampling was conducted by using simple random sampling method. The food pattern that described the students’ consuming level on energy and protein was collected by using food recall method which was conducted twice within 24 hours and food frequency questionnaire which was used to identify the food type and frequency of food consumption. The students’ nutritional status was assessed by using anthropometry method (Body Mass Index).

Result of the study showed that in general the students’ nutritional knowledge was in good category. However the students’ food pattern, based on the food type and frequency of food consumption was less good and so it was with the students’ consuming level on energy; most of the students was in less category (23,1%) and deficit (42,9%) category. Then most of the students’ consuming level on protein was in moderate category (51,6%) and good (20,9%) category. Concerning on the students’ nutritional status, based on the BMI, it was found that 31,9% students had thin nutritional status at light level and 1,1% students had thin nutritional status at heavy level.

Need to be socialized to the students about the general guidelines for balanced nutritional (PUGS) so the students’ daily nutritional can be met.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Era globalisasi yang dicirikan oleh pesatnya perdagangan, industri pengolahan pangan, jasa dan informasi akan mengubah gaya hidup dan pola konsumsi makan masyarakat, terutama di perkotaan. Melalui rekayasa ilmu pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi global. Dalam waktu relatif singkat telah diperkenalkan selera makanan gaya fast food maupun health food yang popular di Amerika dan Eropa. Budaya makan telah

berubah menjadi tinggi lemak jenuh dan gula, rendah serat, dan rendah zat gizi mikro. Perubahan selera makan ini cenderung menjauhi konsep makan seimbang sehingga berdampak negatif terhadap kesehatan dan gizi (Baliwati, 2004).

Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau pengetahuan untuk menerapkan informasi yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Pandangan dan kepercayaan masyarakat khususnya ibu tentang ilmu gizi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari beberapa faktor penyebab yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan mereka (Budianto, 1998).

(16)

Sebagian besar mahasiswa merupakan anak kos yang tinggal jauh dari keluarga. Kebanyakan mereka memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat, kurang istirahat karena tidur larut malam dan kurang olahraga. Bagi laki-laki menjadi semakin kompleks karena merokok, kecanduan kopi apalagi ada sebagian besar yang gemar mengonsumsi alkohol. Parahnya hal semacam ini tidak diimbangi dengan asupan gizi yang baik (Putra, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muharrom (2006) tentang hubungan pola konsumsi dengan status gizi mahasiswa yang tinggal di asrama putra kampus Universitas Airlangga, diperoleh bahwa meskipun sebagian mahasiswa telah memiliki status gizi normal, tetapi masih ada yang mengalami kekurangan energi dan terbiasa makan dua kali sehari.

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Darlina (2004), 89% mahasiswa putri dan 92% mahasiswa putra suka mengonsumsi mie instant sebagai makanan pengganti pada saat-saat tertentu seperti waktu pagi dan malam hari. Sebagian mahasiswa USU memberi alasan mengonsumsi mie instant karena harga yang relatif murah dibandingkan dengan membeli sebungkus nasi. Kebiasaan mengonsumsi mie instant tersebut dapat menimbulkan masalah gizi, mengingat mie instant termasuk makanan yang mengenyangkan dan cepat menimbulkan rasa puas sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi apabila tidak ditambahkan lauk pauk untuk melengkapi gizinya.

(17)

tersebut. Khusus mereka yang makan sendiri atau makan bayar, keteraturan pola makannya sangat tergantung kepada kedisiplinan mereka mengatur waktu dan keuangan. Tidak jarang dijumpai mahasiswa yang makan pagi dan siang disatukan karena terlambat bangun atau kondisi keuangan yang kurang baik, karena biasanya yang dialami mereka yang kos, ada waktu tertentu uang mereka banyak dan ada

waktu tertentu uang mereka sedikit atau sama sekali tidak ada (Simanjuntak, 1998).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2002), waktu makan sebagian besar mahasiswa non kesehatan (54,3%) berada pada kategori sedang, 31,4% berada pada kategori kurang dan 14,3% berada pada kategori baik. Untuk memilih menu makanan paling banyak (52,9%) berada pada kategori sedang, 34,3% berada pada kategori kurang dan 12,9% berada pada kategori baik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa non kesehatan masih kurang dalam memilih menu makanan dan menentukan waktu makan yang baik, pernyataan ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hanya 12,9% memiliki menu makanan kategori baik dan 14,3% mahasiswa non kesehatan yang memilih waktu makan kategori baik.

(18)

di warung dengan harga yang relatif terjangkau. Berdasarkan survei pendahuluan dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa PTKI mempunyai kebiasaan makan dua kali sehari (tidak sarapan pagi karena terlambat bangun pagi atau tidak selera makan) dan masih tingginnya konsumsi makanan fastfood. Hal ini dipengaruhi oleh karena terbatasnya uang saku dan padatnya aktivitas mahasiswa di kampus (kebiasaan mengisi waktu satu harian di kampus dari pukul 08.00 wib hingga pukul 17.00 wib dengan aktivitas di ruang laboratorium hingga sampai 5 jam, ruang kuliah, diskusi kelompok, dan kegiatan di senat mahasiswa).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa PTKI Medan.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa PTKI Medan.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa PTKI Medan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan gizi mahasiswa PTKI Medan.

(19)

1.4.Manfaat Penelitian

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan Gizi Mahasiswa

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2005).

Pengetahuan gizi sebaiknya telah ditanamkan sedini mungkin sehingga apabila seseorang telah memasuki usia remaja atau dewasa mampu memenuhi kebutuhan energi tubuhnya dengan perilaku makannya karena pengetahuan gizi sangat bermanfaat dalam menentukan apa yang kita konsumsi setiap harinya. Dengan adanya pengetahuan gizi pada seseorang, maka kita dapat menyesuaikan tingkat kebutuhan zat gizi yang sesuai dengan banyak kalori yang kita perlukan setiap harinya dalam melakukan aktivitas dan produktivitas kita sehari-hari sehingga dapat dicapai kesehatan yang optimal (Paul, 2001).

(21)

Faktor pendukung lain yang menyebabkan masih rendahnya tingkat pengetahuan gizi mahasiswa non kesehatan adalah kurang kreatif dalam memanfaatkan kemajuan teknologi. Pengetahuan tentang gizi dapat kita peroleh dari berbagai media seperti media massa, media cetak dan media elektronik untuk memenuhi rasa ingin tahu kita tentang gizi. Dengan kata lain, kemajuan teknologi, seperti misalnya acara konsultasi kesehatan di media televisi, majalah-majalah kesehatan, koran, internet, dan lain sebagainya berperan aktif dalam meningkatkan pengetahuan gizi mahasiswa (Ginting, 2002). Sesuai dengan pendapat Sediaoetomo (1999) yang mengatakan bahwa pengetahuan gizi seseorang didukung oleh latar belakang pendidikannya.

2.2. Pola Makan Mahasiswa

Menurut Hong yang dikutip oleh Santoso (2004) mengemukakan bahwa pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam dan jumlah makanan yang dimakan tiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Pola makan di suatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau kondisi setempat yaitu (Santoso, 2004) :

a. Faktor yang berhubungan dengan persediaan bahan makanan termasuk faktor geografi, kesuburan tanah berkaitan dengan produksi bahan makanan, daya perairan, kemajuan teknologi, transportasi, distribusi dan persediaan pangan di suatu daerah.

(22)

c. Bantuan atau subsidi terhadap bahan-bahan tertentu.

Pola makan mengandung aspek budaya, etnik, agama, sosial dan ekonomi. Karena itu unsur kenikmatan, kesantaian, nilai-nilai, tabu, dan sebagainya juga terkait dalam keseimbangan pola makan (Soekirman, 2000).

Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial dan kesibukan para mahasiswa akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi dan sama sekali tidak makan siang. Mahasiswa dengan aktivitas sosial tinggi, memperlihatkan peran teman sebaya menjadi tampak jelas. Di kota besar sering kita lihat kelompok-kelompok mahasiswa bersama-sama makan di rumah makan yang menyajikan makanan siap saji/fastfood yang beraasal dari negara-negara barat. Fastfood tersebut, pada umumnya mengandung kadar lemak maupun kalori tinggi, sehingga apabila dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan kegemukan dengan segala dampaknya (Sayogo, 2006)

(23)

2.1.1. Kebiasaan Makan Mahasiswa

Menurut Putra (2008) banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan. Pertumbuhan mahasiswa (remaja menuju dewasa) diiringi dengan meningkatnya partisipasi kehidupan sosial mereka, dan aktifitas mahasiswa yang pada akhirnya dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang di makan mahasiswa tersebut. Biasanya mahasiswa lebih suka makanan yang serba instant yang berasal dari luar rumah seperti fast food. Fast food biasanya mengandung zat gizi yang terbatas atau rendah, diantaranya adalah kalsium, riboflavin, vitamin A, magnesium, vitamin C, folat dan serat. Selain itu, kandungan lemak dan natrium cukup tinggi pada berbagai fast food.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muharrom (2006) tentang hubungan pola konsumsi dengan status gizi mahasiswa yang tinggal di asrama putra kampus Universitas Airlangga, menunjukkan bahwa meskipun sebagian mahasiswa telah memiliki status gizi normal, tetapi masih ada yang mengalami kekurangan energi dan terbiasa makan dua kali sehari.

Pada umumnya tidak makan pagi atau sarapan juga merupakan kebiasaan mahasiswa. Padahal sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat nekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, memehami pelajaran, sehingga prestasi belajar pun lebih baik (Depkes, 1995)

(24)

kualitas baik, mempunyai penampilan fisik dan mental yang baik, serta lebih produktif sepanjang pagi dan siang. Mereka juga mempunyai kecepatan reaksi dan lebih sedikit mengalami kelelahan pada otot-ototnya, dibandingkan dengan mereka yang tidak makan pagi (Anonim, 2004).

2.1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan Mahasiswa

Pola konsumsi pangan atau pola makan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga, serta faktor sosio-budaya dan religi (Baliwati, 2004). 1. Faktor ekonomi dan harga

Keadaan ekonomi keluarga relatif mudah diukur dan berpengaruh besar terhadap konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin. Hal ini disebabkan karena golongan miskin menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan makanan. Dua peubah ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga (baik harga pangan maupun harga komoditas kebutuhan dasar).

Perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli.

(25)

terhadap besarnya permintaan pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli yang berarti pendapatan riil berkurang. Keadaan ini mengakibatkan konsumsi pangan berkurang.

2. Faktor sosio-budaya dan religi

Kebudayaan suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan yang digunakan untuk dikonsumsi. Aspek sosio-budaya pangan adalah fungsi pangan masyarakat yang berkembang sesuai sengan keadaan lingkungan, agama, adat, kebiasaan, dan pendidikan masyarakat tersebut.

Budaya merupakan cara hidup manusia yang berfungsi menjamin kelestarian hidup dan kesejahteraan masyarakat dengan memberikan pengalaman yang teruji dalam upaya memenuhi kebutuhan orang-orang yang tergabung dalam masyarakat yang bersangkutan. Budaya mengajarkan orang tentang cara bertingkah laku dan berusaha dalam memenuhi kebutuhan dasar biologi. Orang dapat menentukan apa yang akan digunakan sebagai makanan, untuk siapa, dan dalam keadaan yang bagaimana makanan tersebut dimakan. Kebudayaan juga menentukan kapan seseorang boleh atau tidak boleh memakan suatu makanan (tabu). Oleh kareana itu, kebudayaan mempengaruhi seseorang dalam konsumsi pangan yang menyangkut pemilihan jenis pangan, pengolahan serta persiapan dan penyajiannya.

(26)

Sehubungan dengan pangan yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak pola pantangan, takhayul, dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang berlainan. Suatu pantangan yang berdasarkan agama (Islam) disebut haram hukumnya, dan individu yang melanggar pantangan tersebut berdosa. Hal ini disebabkan makanan dan minuman yang dipantangkan mengganggu kesehatan dan jasmani atau rohani bagi pemakannya atau peminumnya. Sementara, pantangan atau larangan yang berdasarkan kepercayaan umumnya mengandung perlambang atau nasihat-nasihat yang dianggap baik dan tidak baik yang lambat laun menjadi kebiasaan (adat), terlebih dalam suatu masyarakat yang masih sederhana. Biasanya, pangan pantangan ini ditujukan untuk anak kecil, ibu hamil dan ibu menyusui. Pangan yang menjadi pantangan anak kecil adalah ikan, terutama ikan asin karena dapat menyebabkan cacingan, sakit mata atau sakit kulit. Kacang-kacangan juga tidak diberikan pada anak-anak karena khawatir perut anak akan kembung.

2.3. Konsep Dasar Gizi Seimbang

Gizi seimbang adalah susunan hidangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk dapat hidup sehat secara optimal. Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk hidup sehat adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

(27)

bahan makanan. Hal ini berarti ada saling ketergantungan antara zat gizi (Anonim, 2004).

Keanekaragaman bahan makanan yang dikonsumsi tersebut dikelompokkan menjadi tiga golongan. Ketiga golongan tersebut digambarkan dalam bentuk kerucut dengan urut-urutan menurut banyaknya digunakan dalam hidangan sehari-hari. Dasar kerucut menggambarkan sumber energi/tenaga, yaitu golongan bahan makanan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pengatur, sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang sangat relatif paling sedikit dimakan setiap hari. Ketiga golongan bahan makanan tersebut adalah : 1. Sumber zat energi/tenaga: padi-padian (serealia) seperti beras, jagung dan

gandum; sagu; umbi-umbian seperti ubi singkong dan talas; pisang yang dibeberapa bagian di Indonesia juga dimakan sebagai makanan pokok serta hasil olahannya seperti tepung-tepungan, mie, roti, makaroni, havermont, dan bihun. 2. Sumber zat pengatur : berupa sayuran dan buah, sayuran diutamakan yang

berwarna hijau dan kuning jingga, seperti bayam, daun singkong, daun katuk, kangkung, wortel dan tomat ; serta sayur kacang-kacangan, seperti kacang panjang, buncis dan kecipir. Buah-buahan diutamakan yang berwarna kuning jingga, kaya serat, dan yang berasa asam, seperti pepaya, mangga, nenas, nangka masak, jambu biji, apel, sirsak dan jeruk.

(28)

Selain bahan makanan yang dikemukakan diatas, menu sehari-hari juga menggunakan sumber lemak murni, seperti minyak goreng, margarin, mentega, serta sumber karbohidrat murni: seperti gula pasir, gula merah, madu dan sirop. PUGS menganjurkan agar 60-75% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat (terutama karbohidrat kompleks), 10-15% dari protein, dan 10-25% dari lemak (Almatsier, 2006).

2.3.1. Energi

Kebutuhan energi seseorang, menurut FAO/WHO (1985) adalah konsumsi energi berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka-panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi. Kebutuhan energi total orang dewasa diperlukan untuk: (1) metabolisme basal; (2) aktivitas fisik, dan (3) efek makanan atau pengaruh dinamik khusus (Spesific Dynamic Action/SDA). Kebutuhan energi terbesar pada umumnya diperlukan untuk metabolisme basal. Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak/minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Selain itu, bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula. Semua makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan tersebut merupakan sumber energi.

(29)

tubuh. Sebaliknya, Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan melebihi energi yang dikeluarkan. Kelebihan energi ini akan diubah menjadi lemak tubuh, akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan bisa disebabkan oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak, maupun protein, tetapi juga karena kurang bergerak (Almatsier, 2001).

2.3.2. Protein

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Terdapat berbagai fungsi protein dalam tubuh antara lain untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh, pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, pembentukan antibodi, sumber energi (Sayogo, 2006)

Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan, dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lainnya. Padi-padian dan hasilnya relatif rendah dalam protein, tetapi karena dimakan dalam jumlah banyak, memberi sumbangan besar terhadap konsumsi protein sehari. Menurut Biro Pusat Statistik tahun 1999, rata-rata 51,4% konsumsi protein sehari berasal dari padi-padian.

(30)

Kelebihan protein biasanya memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Batas yang dianjurkan untuk konsumsi protein adalah dua kali Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk protein (Almatsier, 2001). 2.4. Tiga Belas Pesan Dasar Gizi Seimbang

Secara alami komposisi zat gizi setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu. Beberapa makanan mengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang vitamin dan mineral. Sedangkan beberapa makanan lain kaya vitamin C tetapi miskin vitamin A. Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang (Anonim, 2007)

Berdasarkan hasil penelitian Khasanah (2006) bahwa pengetahuan siswi tentang porsi makanan yang mengandung karbohidrat hanya 29 orang (35,37%) yang sesuai dengan anjuran PUGS yaitu 50-60% atau setara dengan 3-4 piring nasi sedangkan 53 orang (64,63%) menyatakan tidak sesuai dengan anjuran PUGS. Sebanyak 42 orang (51,22%) siswi yang mempunyai tindakan tentang gizi seimbang tergolong sedang. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar siswi (74,39%) lebih memilih makanan jenis bakso atau mie instant (makanan fast food) yang tidak sesuai dengan anjuran PUGS.

(31)

mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Ketiga belas pesan dasar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Makanlah Aneka Ragam Makanan

Makanan yang beraneka ragam dijamin dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan. Sebab zat gizi tertentu, yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari bahan makanan yang lain. Kesimpulannya, makan hidangan yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang.

2. Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi

Setiap orang dianjurkan makan cukup hidangan mengandung sumber zat tenaga atau energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatannya sehari-hari. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Kecukupan energi bagi seseorang ditandai oleh berat badannya yang normal.

(32)

4. Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak Sampai Seperempat dari Kecukupan Energi

Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A, D, E dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak dan minyak paling sedikit 10% dari kebutuhan energi dan tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi. Lemak dan minyak membuat mudah merasa kenyang.

5. Gunakan Garam Beryodium

Garam beryodium yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat untuk mencegah timbulnya Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). GAKI dapat menghambat perkembangan tingkat kecerdasan pada anak-anak, penyakit gondok endemik dan kretin. Garam mengandung natrium. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram atau satu sendok teh setiap harinya.

6. Makanlah Makanan Sumber Zat Besi

Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi. Anemia gizi dapat diderita oleh semua golongan umur, terutama ibu hamil, anak balita, anak sekolah, dan tenaga kerja wanita. Karena itu, mengkonsumsi makanan sumber zat besi perlu diperbanyak. Bahan makanan sumber zat besi antara lain adalah semua sayuran berwarna hijau, kacang-kacangan, hati, telur dan daging.

7. Berikan ASI Saja Kepada Bayi Sampai Berumur 6 Bulan

(33)

keluar pada hari-hari pertama, agar diberikan kepada bayi. Setelah bayi berumur 6 bulan. ASI saja tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi.

8. Biasakan Makan Pagi

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajarnya pun menjadi lebih baik.

9. Minumlah Air Bersih, Aman dan Cukup Jumlahnya

Air minum harus bersih dan bebas kuman. Oleh karena itu, air minum harus terlebih dulu dididihkan. Cairan yang dikonsumsi seseorang, terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap harinya, agar proses faal dalam tubuh berlangsung dengan lancar dan seimbang.

10. Lakukan Kegiatan Fisik dan Olah Raga Secara Teratur

Kegiatan fisik dan olah raga, yang tidak seimbang dengan energi yang dikonsumsi dapat mengakibatkan berat badan lebih atau berat badan kurang bagi yang bersangkutan. Untuk mempertahankan berat badan normal, upayakan agar kegiatan fisik dan olah raga selalu seimbang dengan masukan energi yang diperoleh dari makanan sehari-hari.

11. Hindari Minum Minuman Beralkohol

(34)

menimbulkan penyakit yang gawat, misalnya penyakit hati. Karenanya, hindari minum minuman beralkohol.

12. Makanlah Makanan Yang Aman Bagi Kesehatan

Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat.

13. Bacalah Label Pada Makanan Yang Dikemas

Keterangan mengenai tanggal kadaluwarsa pada label menunjukkan kelayakan makanan tersebut untuk bisa dimakan atau tidak. Sedangkan keterangan mengenai bahan-bahan, yang terkandung dalam makanan kemas tersebut, memberikan informasi kepada konsumennya untuk menilai halal atau tidaknya makanan tersebut (Depkes RI, 1995).

2.5. Status Gizi

Menurut Supariasa (2002), status gizi adalah suatu keadaan seseorang sebagai akibat dari keseimbangan antara zat-zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaan zat-zat tersebut oleh tubuh untuk pertambahan produksi energi dan proses tubuh. Status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.

(35)

misalnya kekurang vitamin B1 dapat menyebabkan badan cepat merasa lelah.

Kekurangan zat besi dapat menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Karena itu untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal mutlak diperlukan sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari makanan dalam jumlah sesuai dengan yang dianjurkan setiap hari. Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan zat gizi, diperlukan konsumsi makanan yang seimbang baik jumlah maupun kualitasnya. Faktor gaya hidup dan pola makan yang terlanjur salah merupakan penyebab defisiensi unsur gizi tertentu yang sering terjadi. Selain itu, polusi, stres berkepanjangan, sakit keras, baru sembuh dari sakit dan minuman keras adalah faktor lain yang memepengaruhi penyerapan zat gizi dalam tubuh (Anonim, 2004).

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi merupakan masalah penting karena selain mempunyai risiko terjadinya penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Oleh karena itu, pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan secara berkesinambungan. Salah satu caranya adalah dengan memperhatikan berat badan yang ideal atau normal. Laporan FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan berat badan normal dewasa ditentukan berdasarkan nilai Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istilah Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indeks

(36)

Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut : Berat Badan (Kg) IMT =

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)

Tabel 2.1. Status Gizi Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)

Kategori IMT

Kurus Kekuranga berat badan tingkat berat < 17,0 Kekuranga berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal > 18,5 – 25,0

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25,0 – 27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0 Sumber: Depkes, 1994

2.6. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan

Angka kecukupan gizi (AKG) yang dianjurkan adalah banyaknya masing-masing zat gizi esensial yang harus dipenuhi dari makanan mancakup hampir semua orang sehat untuk mencegah defisiensi zat gizi. AKG dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan.

Angka kecukupan gizi (energi dan protein) rata-rata yang dianjurkan untuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

(37)

2.7. Kerangka Konsep

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Dari kerangka konsep di atas menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pengetahuan gizi sangat berperan dalam menunjang pola makan seseorang yang dilihat dari jenis makanan, frekuensi makan dan jumlah konsumsi makanan (energi dan protein) sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi status gizinya.

Pola makan : - Jenis makanan - Frekuensi makan

- Jumlah konsumsi energi dan protein

Status Gizi Pengetahuan

(38)

BAB III

MATODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif dengan desain penelitian cross sectional (sekat silang) yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan gizi, pola makan dan status gizi mahasiswa Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan yang terletak di Jalan Medan Tenggara (Menteng) VII Medan. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah berdasarkan hasil survei pendahuluan diperoleh bahwa sebagian besar mahasiswa PTKI mempunyai kebiasaan makan dua kali sehari (tidak sarapan pagi karena terlambat bangun atau tidak selera makan) dan konsumsi makanan fastfood yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh karena terbatasnya uang saku dan padatnya aktivitas mahasiswa di kampus (di ruang laboratorium hingga sampai 5 jam, ruang kuliah, diskusi kelompok, dan kegiatan di senat mahasiswa).

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan November 2009 sampai Maret 2010. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

(39)

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini diambil secara Simple Random Sampling, dengan menggunakan teknik undian (lottery technique), dimana setiap mahasiswa dalam satu tingkatan mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2005):

n =

d = penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi yang ditetapkan 0,1

Berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel penelitian adalah 91 orang. 3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

(40)

meliputi jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi makanan mahasiwa diperoleh dengan menggunakan formulir food recall 24 jam dilakukan dua kali dan food frequency. Data status gizi mahasiswa diperoleh melalui penimbangan berat badan dengan menggunakan timbangan injak dan pengukuran tinggi badan dengan menggunakan microtoise.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini adalah data jumlah mahasiswa PTKI yang masih aktif yang diperoleh dari bagian administrasi PTKI Medan.

3.5. Definisi Operasional

1. Pengetahuan gizi adalah pengetahuan yang dimiliki mahasiswa tentang susunan hidangan yang disesuaikan dengan konsep dasar gizi seimbang.

2. Pola makan adalah gambaran mengenai jenis makanan dan frekuensi makan yang dikonsumsi dan berlaku berulang-ulang dan terus-menerus.

3. Jenis makanan adalah berbagai macam bahan makanan yang dikonsumsi setiap hari.

4. Frekuensi makan adalah banyaknya mengkonsumsi sejumlah makanan pokok, sayur-sayuran, buah-buahan, minuman dan jajanan dalam periode tertentu. 5. Jumlah konsumsi energi dan protein adalah jumlah rata-rata asupan energi dan

protein setiap hari.

(41)

3.6. Instrumen Penelitian

Instrumen (alat) yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah : 1. Kuesioner

2. Formulir food recall 3. Formulir food frequency

4. Alat pengukur berat badan (weight scale) yaitu timbangan injak 5. Alat pengukur tinggi badan (microtoise)

6. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 7. Daftar Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (DKGA 3.7. Aspek pengukuran

1. Pengetahuan gizi diukur melalui pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan. Jawaban yang paling benar diberi nilai 3 dan paling rendah diberi nilai 1. Pegukuran tingkat pengetahuan tentang gizi seimbang dalam penelitian ini dibedakan atas 3 kategori berdasarkan pada jawaban yang diperoleh dari responden akan dikategorikan menjadi baik, cukup, dan kurang. Kategori aspek pengukuran pengetahuan gizi berdasarkan Arikunto (2000) yaitu:

- Baik, apabila total skor yang diperoleh responden > 66 % - Cukup, apabila total skor yang diperoleh responden 33-66 % - Kurang, apabila total skor yang diperoleh responden < 33 %

(42)

3. Pengukuran frekuensi makan dibagi menjadi 5 jenis yaitu: 1-3x /hari, 4-5x /minggu, 1-3x /minggu, 1x/2 minggu atau lebih dan tidak pernah sama sekali. 4. Jumlah konsumsi energi dan protein diukur dengan menggunakan food recall

yang kemudian dibandingkan dengan DKGA.

Jumlah konsumsi energi dan protein dikategorikan menjadi: - ≥ 100 % AKG : Baik

- > 80-99 % AKG : Sedang - 70-80 % AKG : Kurang - < 70 % AKG : Defisit

5. Pengukuran status gizi dilakukan dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT) mengikut i klasifikasi Depkes tahun 2000 dengan rumus :

Berat Badan (kg) IMT =

Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Pengkategorian status gizi berdasarkan IMT adalah:

- Jika IMT <17,0 keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau kekurangan energi kronis (KEK) berat.

- Jika IMT 17,0-18,4 keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau kekurangan energi kronik (KEK) ringan. - Jika IMT 18,5-25,0 keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.

(43)

- Jika IMT >27,0 keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat.

3.8. Teknik Analisa Data 3.8.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan tahapan sebagai berikut :

1. Pengetahuan gizi, jenis makanan dan frekuensi makan diolah secara manual. Kemudian hasilnya disajikan ke dalam tabel dengan menggunakan Microsoft Excel.

2. Konsumsi energi dan protein diperoleh dengan menggunakan program nutri survei. Kemudian hasilnya disajikan ke dalam tabel dengan menggunakan Microsoft Excel.

3. Status gizi diperoleh dari hasil pengukuran BB dan TB. Kemudian dibandingkan dengan nilai ambang batas Indeks Massa Tubuh (IMT).

3.8.2. Analisa Data

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Pendidikan Teknologi Kimia Industri (PTKI) Medan PTKI Medan adalah salah satu perguruan tinggi milik pemerintah di bawah naungan Kementrian Perindustrian RI yang terletak di Jalan Medan Tenggara VII Medan. Didirikan pada tahun 1983 dengan bantuan Grant Aids dari pemerintah Jepang (JICA) dengan luas areal ± 8 Ha.

Jenjang pendidikan pada Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan adalah Diploma III (D3) dengan gelar Ahli Madya yang memiliki dua jurusan yang dikonsentrasikan pada teknologi proses dan maintenance pabrik, yaitu Jurusan Teknologi Kimia Industri (Terakreditasi B) dan Jurusan Teknologi Mekanik Industri (Terakreditasi B). Adapun batas-batas wilayah PTKI Medan adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : berbatasan dengan Perumahan Medan Tenggara Indah Sebelah Selatan : berbatasan dengan Pusat Industri Kecil Sepatu

Sebelah Timur : berbatasan dengan Jalan Medan Tenggara (Menteng) Sebelah Barat : berbatasan dengan Jalan Tol

(45)

PTKI memiliki 18 ruangan kelas dengan rata-rata daya tampung satu ruangan kelas adalah sekitar 30 orang mahasiswa. Jumlah mahasiswa PTKI Tahun Ajaran 2009/2010 adalah 992 orang yang terdiri dari 3 tingkatan seperti yang terlihat pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1. Distribusi Mahasiswa Berdasarkan Tingkatan dan Jumlah Mahasiswa PTKI Medan Tahun 2010

No Tingkatan Jumlah

1. I 350

2. II 360

3. III 282

Jumlah 992

Sumber: Bagian Pendidikan PTKI Medan 2010

4.2. Karakteristik Responden

Distribusi responden berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2. di bawah ini:

Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin No Umur

(Tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah

n % n % n %

Sumber: Bagian Pendidikan PTKI Medan 2010

(46)

4.3. Pengetahuan Gizi Responden

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan gizi responden dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini:

Tabel.4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi

No Pengetahuan Gizi Jumlah

n %

1. Baik 75 82,4

2. Cukup 16 17,6

Jumlah 91 100,0

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa 75 orang (82,4%) responden pengetahuan gizinya baik dan 16 orang (17,6%) responden pengetahuan gizinya cukup. Dalam hal ini responden lebih memahami pertanyaan kuesioner nomor 2, 3, 7, 11, 16, 17 dan 18. Distribusi pengetahuan gizi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.4. di bawah ini:

Tabel 4.4. Distribusi Pengetahuan Gizi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin No Pengetahuan

Ternyata pengetahuan gizi antara laki-laki dan perempuan tidak jauh berbeda, yaitu 56,0% laki-laki dan 44,0% perempuan pengetahuan gizinya sudah baik.

4.4. Pola Makan Responden Berdasarkan Jenis Makanan dan Frekuensi Makan Jenis makanan dan frekuensi makan responden diukur dengan menggunakan

formulir food frequency. Pengukuran frekuensi makan yaitu: 1-3x/hari, 4-5x/minggu, 1-3x/minggu, 1x/2 minggu atau lebih dan tidak pernah. Hasil penelitian dapat dilihat

(47)
(48)

Jenis Makanan

Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa jenis makanan pokok yang dikonsumsi seluruh responden adalah nasi dengan frekuensi makan 1-3x sehari. Sedangkan 33,0% responden mengonsumsi mie dengan frekuensi 4-5x seminggu. Sementara 5,5% dan 2,2% responden mengonsumsi jagung dan ubi kayu/singkong dengan frekuensi 1-3x seminggu. Sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi rsponden adalah lauk pauk jenis ikan basah/segar yaitu sebesar 53,8% dengan frekuensi 1-3x sehari. Daging ayam 48,3%, telur 33,0% dan tahu/tempe 31,9% dikonsumsi responden dengan frekuensi 1-3x seminggu. Tahu/tempe biasanya dikonsumsi responden sebagai lauk tambahan (komplementer) bukan sebagai lauk utama.

(49)

responden dengan frekuensi 1-3x sehari adalah susu dan teh/kopi masing-masing sebesar 15,5% dan 39,6%.

Makanan pelengkap/selingan yang paling sering dikonsumsi responden adalah roti/kue sebesar 33,0% dengan frekuensi 1-3x sehari. Sementara keripik/kerupuk, dan gorengan masing-masing sebesar 38,4% dan 35,2% dikonsumsi responden dengan frekuensi 4-5x seminggu, sedangkan bakso dan coklat masing-masing sebesar 26,6% dan 37,3% dikonsumsi responden dengan frekuensi 1-3x seminggu. Makanan pelengkap/selingan yang paling jarang dikonsumsi adalah pecal.

4.5. Konsumsi Energi dan Protein Responden

Gambaran konsumsi energi responden dapat dilihat pada tabel 4.6. di bawah ini:

Tabel 4.6. Distribusi Konsumsi Energi Responden

No Konsumsi Energi n %

1. Baik 1 1,1

2. Sedang 29 31,9

3. Kurang 21 23,1

4. Defisit 40 43,9

Jumlah 91 100,0

Berdasarkan hasil penelitian dari 91 responden, ternyata masih terdapat 40 orang (43,9%) responden konsumsi energinya defisit.

Gambaran konsumsi protein responden dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.7. Distribusi Konsumsi Protein Responden

No Konsumsi Protein n %

1. Baik 19 20,9

2. Sedang 47 51,6

3. Kurang 17 18,7

4. Defisit 8 8,8

(50)

Dari tabel 4.7. dapat dilihat bahwa 47 orang (51,6%) responden konsumsi proteinnya tergolong sedang, namun 8 orang (8,8%) responden masih tergolong defisit.

Distribusi responden berdasarkan konsumsi energi rata-rata berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 4.8. di bawah ini:

Tabel 4.8. Distribusi Konsumsi Energi Rata-rata Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Mahasiswa PTKI Medan Tahun 2010

Kelompok Umur

Berdasarkan tabel 4.8. dapat diketahui bahwa konsumsi energi rata-rata responden laki-laki kelompok umur < 19 tahun masih berada pada kategori kurang yaitu 70,4 % dari AKG dan kelompok umur 19-24 tahun juga masih berada pada kategori defisit yaitu 65,6 % dari AKG yang dianjurkan. Sama halnya dengan konsumsi energi rata-rata responden perempuan kelompok umur < 19 tahun yang masih berada pada kategori kurang yaitu 77,7 % dari AKG dan kelompok umur 19-24 tahun sudah cukup baik yaitu berada pada kategori sedang 85,1 % dari AKG yang dianjurkan.

(51)

cukup baik yaitu berada pada kategori sedang 84,2 % dari AKG dan kelompok umur 19-24 tahun juga berada pada kategori sedang yaitu 80,2 % dari AKG yang dianjurkan. Sedangkan konsumsi protein rata-rata responden perempuan kelompok umur < 19 tahun sudah berada pada kategori baik yaitu 100,2% dari AKG dan kelompok umur 19-24 tahun masih berada pada kategori sedang yaitu 97,2 % dari AKG yang dianjurkan.

Tabel 4.9. Distribusi Konsumsi Protein Rata-rata Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Mahasiswa PTKI Medan Tahun 2010

Kelompok Umur

4.6. Status Gizi Responden Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Distribusi status gizi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.10. di bawah ini:

(52)

perempuan. Jika dilihat dari total sampel, ditemukan 31,9% mahasiswa status gizinya kurus tingkat ringan dan 1,1% status gizinya kurus tingkat berat.

4.6.1. Distribusi Pengetahuan Gizi Berdasarkan Status Gizi Responden

Distribusi pengetahuan gizi berdasarkan status gizi responden dapat dilihat pada tabel 4.11. di bawah ini:

Tabel 4.11. Distribusi Pengetahuan Gizi Berdasarkan Status Gizi Responden Pengetahuan

Dari tabel 4.11. dapat dilihat bahwa dari seluruh responden yang pengetahuan gizinya baik, terdapat 54 orang (72,0%) responden yang status gizinya normal, namun masih ditemukan 1 orang (1,3%) responden yang status gizinya kurus berat. Dengan kata lain, pengetahuan gizi yang baik tidak menjadi jaminan seseorang memiliki satus gizi normal.

4.6.2. Distribusi Konsumsi Energi dan Protein Berdasarkan Status Gizi Responden

Distribusi konsumsi energi berdasarkan status gizi responden dapat dilihat pada tabel 4.12. di bawah ini:

Tabel 4.12. Distribusi Konsumsi Energi Berdasarkan Status Gizi Responden

(53)

Berdasarkan tabel 4.12. dapat diketahui bahwa dari seluruh responden yang konsumsi energinya baik, hanya terdapat 1 orang (100,0%) responden yang status gizinya normal, namun masih terdapat 21 orang (53,8%) responden yang konsumsi energinya tergolong defisit.

Distribusi konsumsi protein berdasarkan status gizi responden dapat dilihat pada tabel 4.13. di bawah ini:

Tabel 4.13. Distribusi Konsumsi Protein Berdasarkan Status Gizi Responden No Konsumsi Tabel 4.13. menunjukkan bahwa sebagian besar responden (59,2%) konsumsi proteinnya tergolong sedang dan status gizinya normal, namun masih terdapat 6 orang (75,0%) responden konsumsi proteinnya tergolong defisit, padahal status gizinya normal.

4.6.3. Distribusi Pengetahuan Gizi Responden Berdasarkan Konsumsi Energi dan Protein

(54)

menjadi jaminan seseorang memiliki pola makan yang baik jika tidak menerapkan pengetahuan gizi yang baik tersebut dalam hidangan makanan setiap hari.

Tabel 4.14. Distribusi Pengetahuan Gizi Responden Berdasarkan Konsumsi Energi dan Protein

Pengetahuan Gizi

Konsumsi Energi

Jumlah Baik Sedang Kurang Defisit

n % n % n % n % n %

Baik 1 1,3 21 28,0 22 29,3 31 41,3 75 100,0

Cukup 0 0 6 37,5 2 12,5 8 50 16 100,0

Konsumsi Protein

Baik 17 22,7 39 52,0 11 14,7 8 10,7 75 100,0

(55)

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pengetahuan Gizi Mahasiswa

Pengetahuan adalah penginderaan terhadap suatu objek yang terdiri dari lima bagian yaitu mengetahui, memahami, menganalisa, sintesis, dan mengevaluasi (Notoatmodjo, 2005). Berdasarkan hasil dari wawancara dapat diketahui bahwa mahasiswa PTKI Medan tidak pernah mendapat informasi tentang pengetahuan gizi seimbang di bangku perkuliahan. Informasi tersebut diperoleh melalui berbagai media (seperti media massa, media cetak, dan media elektronik) dan saat menggunakan fasilitas kesehatan (seperti rumah sakit, puskesmas, klinik dokter dan petugas kesehatan secara rawat inap maupun rawat jalan).

Pengetahuan gizi mahasiswa PTKI Medan diperoleh dengan penilaian dari jawaban 18 pertanyaan yang mengandung 13 pesan dasar gizi seimbang (kecuali pesan ketujuh yaitu berikan ASI saja kepada bayi sampai usia 6 bulan). Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa 82,4% mahasiswa (56% laki-laki dan 44% perempuan) pengetahuan gizinya baik dan 17,6% mahasiswa (56,2% laki-laki dan 43,8% perempuan) pengetahuan gizinya cukup. Namun, jika dilihat dari pola makannya, mahasiswa masih belum memahami isi ke-2 pesan PUGS yaitu makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi energi mereka yang masih rendah.

(56)

tingkat pengetahuan gizi seimbangnya baik, ternyata masih terdapat 73,1% yang tingkat kecukupan energinya defisit.

Dilihat dari 13 pesan dasar dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), responden kurang memahami pesan pertama yaitu makanlah aneka ragam makanan dan pesan kedua yaitu makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi. Kemudian, responden lebih memahami pesan ke-5 (Gunakan garam beryodium), pesan ke-12 (Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan) dan pesan ke-13 (Bacalah label pada makanan yang dikemas). Dalam hal ini responden lebih memahami pertanyaan kuesioner nomor 2, 3, 7, 11, 16, 17 dan 18. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi mahasiswa PTKI sudah cukup baik. Latar belakang pendidikan mahasiswa PTKI yang tidak mendapat pengetahuan gizi di bangku perkuliahan tidak mempengaruhi pengetahuan terhadap gizi, karena pengetahuan gizi juga dapat diperoleh dari berbagai media dan saat menggunakan fasilitas kesehatan untuk memenuhi rasa ingin tahunya tentang gizi. Dengan kata lain, kemajuan teknologi seperti acara konsultasi kesehatan di media televisi, koran, internet dan lain sebagainya telah menjadikan pengetahuan gizi mahasiswa khususnya non kesehatan menjadi meningkat.

(57)

mahasiswa mengonsumsi makanan jenis mie dengan frekuensi 4-5x seminggu. Umumnya dikonsumsi pada pagi dan malam hari.

Sumber protein hewani yang paling sering dikonsumsi adalah lauk pauk jenis ikan basah/segar sebesar 53,8% dengan frekuensi 1-3x sehari. Mahasiswa lebih memilih ikan basah/segar karena selalu ada tersedia di warung-warung nasi dan harga relatif lebih murah. Jenis lauk pauk yang dikonsumsi mahasiswa dengan frekuensi 1-3x seminggu adalah ayam 48,3% , telur 33% dan daging 31,9%. Sumber protein nabati yang paling sering dikonsumsi adalah tahu/tempe 31,9%. Sementara ikan teri 7,7% dan ikan asin 6,6% dengan frekuensi 1-3x seminggu jarang dikonsumsi mahasiswa karena jenis ikan ini tidak selalu ada tersedia di rumah makan yang ada di sekitar kampus PTKI Medan.

Bahan makanan sumber vitamin dan mineral dari sayur-sayuran belum cukup bervariasi setiap hari. Hal ini karena pihak dari rumah makan yang tidak menyediakan variasi jenis sayuran dan sebagian besar pembeli tidak menyukai jenis sayuran tertentu seperti kangkung, sawi pahit dan lain sebagainya sehingga jarang disajikan pemilik warung. Jenis sayuran yang paling sering dikonsumsi mahasiswa dengan frekuensi 1-3x sehari adalah daun singkong 31,8% dan nangka muda/gori 26,3%. Jenis sayuran seperti kol 29,6%, kacang panjang 26,4% dan sawi 13,2% dikonsumsi mahasiswa dengan frekuensi 4-5x seminggu.

(58)

pas-pasan. Jenis minuman yang sering dikonsumsi adalah teh/kopi sachetan sebesar 39,6% seperti coffeemix, caffuccino, torabika, dan lain sebagainya yang mengandung tinggi kapein, sedangkan responden yang mengkonsumsi susu hanya sebesar 15,5%. Teh/kopi lebih banyak dikonsumsi mahasiswa karena faktor keinginan menunda tidur untuk menyelesaikan laporan laboratorium dan tugas-tugas yang akan dikumpul.

Makanan pelengkap/selingan yang paling sering dikonsumsi mahasiswa adalah roti/kue 33% dengan frekuensi 1-3x sehari. Hal ini disebabkan karena adanya faktor kebiasaan mengonsumsi roti/kue sebagai pengganti sarapan pagi dan aktivitas mahasiswa yang padat khususnya di ruang laboratorium. Gorengan 35,2% dan keripik/kerupuk 38,4% dikonsumsi dengan frekuensi 4-5x seminggu. Adapun jenis keripik yang paling sering dikonsumsi adalah keripik yang terbuat dari bahan dasar singkong dan umumnya dimakan sebagai cemilan di siang hari. Coklat 37,3% dan bakso 26,6% dikonsumsi dengan frekuensi 1-3x seminggu. Pecal paling jarang dikonsumsi karena tidak ada tersedia di rumah makan dan bukan merupakan menu hidangan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat setempat.

(59)

timbul ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup dan pruduktif. Dengan kata lain, untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam makanan.

5.3. Konsumsi Energi dan Protein Mahasiswa

Dari hasil penelitian yang terdapat pada tabel 4.8. dan 4.9. diperoleh bahwa untuk pria kelompok umur 16-18 tahun konsumsi energi rata-ratanya 70,4 % (kurang) dan konsumsi protein rata-rata 84,2% (sedang). Untuk kelompok umur 19-24 tahun konsumsi energi rata-ratanya 65,6 % (defisit) dan konsumsi protein rata-rata 80,2 % (sedang). Untuk wanita kelompok umur 16-18 tahun konsumsi energi rata-ratanya 77,7 % (kurang) dan protein rata-rata sudah baik yaitu 100,2 %. Untuk kelompok umur 19-24 tahun konsumsi energi rata-ratanya 85,1 % (sedang) dan konsumsi protein rata-rata 97,2 % (sedang).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Bakara (2008) tentang pengetahuan gizi seimbang, perilaku makan dan status gizi guru SMA Negeri 8 Pandau Hulu II diperoleh bahwa 73,1 % tingkat kecukupan energinya dalam kategori defisit dan 46,2 % tingkat kecukupan proteinnya dalam kategori baik. Sementara pengetahuan gizi sebagian besar guzu sudah berada dalam kategori baik. Sama halnya dengan konsumsi energi mahasiswa PTKI yang rendah, sedangkan pengetahuan gizinya sudah baik.

(60)

pada waktu makan sehingga energi yang dikonsumsi dengan energi yang digunakan oleh tubuh mengalami ketidakseimbangan. Sementara aktivitas mahasiswa di dalam atau di luar kampus banyak membutuhkan energi dan untuk itu diperlukan suatu kebiasaan makan yang baik. Bahkan apabila keadaan ini terjadi berlangsung lama dapat mempengaruhi status gizi mereka. Selain itu, uang saku mahasiswa yang terbatas merupakan salah satu penyebab rendahnya konsumsi energi harian mahasiswa. Secara kuantitas dan kualitas rasanya sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi apabila kita hanya makan satu kali atau dua kali sehari. Pada umumnya dalam makanan sehari-hari, dianjurkan proporsi karbohidrat sebesar 50-60% dari total energi, protein 10-15%, dan lemak 20-25% (Sayogo, 2006).

5.4. Status Gizi Mahasiswa

(61)

Berdasarkan tabel 4.12. dapat diketahui bahwa dari seluruh responden yang konsumsi energinya baik, ternyata hanya 1 orang (100,0%) responden yang status gizinya normal, namun masih terdapat 21 orang (53,8%) responden yang konsumsi energinya tergolong defisit. Tabel 4.13. juga menunjukkan bahwa masih terdapat 6 orang (75,0%) responden konsumsi proteinnya tergolong defisit, padahal status gizinya normal. Hampir sama halnya dengan tabel 4.14 bahwa dari seluruh mahasiswa yang pengetahuan gizinya baik, terdapat 41,3% mahasiswa konsumsi energinya berada pada kategori defisit dan 52,0% konsumsi proteinnya berada pada kategori sedang.

(62)

masalah gizi, mengingat mie instant termasuk makanan yang mengenyangkan dan cepat menimbulkan rasa puas sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi apabila tidak ditambahkan lauk pauk untuk melengkapi gizinya. Selain itu, uang saku yang terbatas merupakan salah satu penyebab rendahnya konsumsi energi mereka.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Muharrom (2006) tentang hubungan pola konsumsi dengan status gizi mahasiswa yang tinggal di asrama putra kampus Universitas Airlangga, diperoleh bahwa meskipun sebagian mahasiswa telah memiliki status gizi normal, tetapi masih ada yang mengalami kekurangan energi dan terbiasa makan dua kali sehari.

Demikian juga halnya dengan hasil survei yang dilakukan oleh Putra (2008) bahwa sebagian besar mahasiswa merupakan anak kos yang tinggal jauh dari keluarga. Kebanyakan mereka memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan yang tidak sehat, kurang istirahat karena tidur larut malam dan kurang olahraga. Bagi laki-laki menjadi semakin kompleks karena merokok, kecanduan kopi apalagi ada sebagian besar yang gemar mengkonsumsi alkohol. Parahnya hal semacam ini tidak diimbangi dengan asupan gizi yang baik.

(63)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Sebagian besar mahasiswa PTKI Medan pengetahuan gizinya berada pada kategori baik.

2. Pola makan mahasiswa PTKI Medan dalam memilih jenis makanan dan frekuensi makan harian tergolong kurang baik karena masih banyak ditemukan menu hidangan makan pagi sama dengan menu hidangan makan siang atau menu hidangan makan siang merupakan menu hidangan makan malam. Keadaan ini tidak menggambarkan aneka ragam makanan frekuensi harian.

3. Sebagian besar mahasiswa PTKI Medan konsumsi energinya berada pada kategori kurang (23,1%) dan defisit (43,9%). Sedangkan konsumsi protein sebagian besar mahasiswa berada pada kategori sedang (51,6%) dan baik (20,9%).

4. Status gizi mahasiswa PTKI Medan berdasarkan IMT, ditemukan sebesar 31,9% mahasiswa status gizinya kurus tingkat ringan dan 1,1 % mahasiswa status gizinya kurus tingkat berat

6.2. Saran

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004. Kesehatan Remaja Paling Berisiko Diet Ekstrim.

Anonim, 2004. Biasakan Untuk Sarapan Pagi.

diakses 22 Oktober 2009.

Anonim, 2007. Mengeal 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang, diakses 22 Oktober 2009.

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. ………. 2006. Penuntun Diet, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Arikunto, S. 2000. Manajemen Penelititan. Rineka Cipta. Jakarta.

Baliwati, dkk. 2004. Pengantar Pangan Dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Bakara, S, Fitrah, 2008. Pengetahuan Gizi Seimbang, Perilaku Makan dan Status Gizi Guru SMA Negeri 8 Pandau Hulu II Kecamatan Medan Area Tahun 2008, Skripsi FKM USU, Medan.

Budianto, Joko, dkk, 1998. Widya Karya Nasional Pangan Dan Gizi, Bina Kerjasama Iptek LIPI, Jakarta.

Darlina, 2004. Faktor Pendorong Mie Instant Dan Kontribusi Energi Dan Proteinnya Pada Mahsiswa Di Asrama, Skripsi FKM USU. Medan.

Departemen Kesehatan RI, 1995. Panduan 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang, Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta.

Ginting, H, Naomi, 2002. Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Pola Makan Pada Mahasiswa Kesehatan Dan Non Kesehatan Yang Kost Di Kelurahan Padang Bulan Medan, Skripsi FKM USU. Medan.

Irianto, Djoko, Pekik, 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga Dan Olahragawan. CV. Andi Offcet, Jakarta.

Gambar

Tabel 2.1. Status Gizi Berdasarkan Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT)  Kategori IMT
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.1. Distribusi Mahasiswa PTKI Medan Tahun 2010
Tabel.4.3.  Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi No Pengetahuan Gizi Jumlah
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

pengembangan pada Kampung Pesindon. Pada tahun 2011, Kampung Pesindon ditetapkan menjadi salah satu destinasi wisata batik di Kota Pekalongan yang mengalami perubahan

 User steve sudah dibuat, dan bisa digunakan untuk konek ke samba.. Konfigurasi menggunakan

Skripsi ini membahas tentang Perbandingan model pembelajaran Class-Wide Peer Tutoring (CWPT) dan Rotation Trio Exchange disertai media komik terhadap hasil belajar

Dengan arah koefisien positif, dengan demikian diperoleh bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap

Ke tiga anggota tim DP2M-Dikti cukup terkesan dengan besaran dana yang disediakan, publikasi dosen Unand (menurut mereka cukup banyak) dan banyaknya jenis skim penelitian

Surat tugas satu (1) orang guru untuk mendampingi siswa pada kegiatan pelatihan intensif sesuai tanggal yang telah ditentukan.

Al Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Journal of Islamic Economics) is a peer-reviewed journal published by State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta