• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Penderita Karies Gigi Permanen Yang Berobat Di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Penderita Karies Gigi Permanen Yang Berobat Di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KARAKTERISTIK PENDERITA KARIES GIGI PERMANEN YANG BEROBAT DI RSUD. Dr. HADRIANUS SINAGA

PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2008

Oleh:

FARIA M.G. SIHOTANG NIM. 051000037

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA KARIES GIGI PERMANEN YANG BEROBAT DI RSUD. Dr. HADRIANUS SINAGA

PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2008

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

FARIA M.G. SIHOTANG NIM. 051000037

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA KARIES GIGI PERMANEN YANG BEROBAT DI RSUD. Dr. HADRIANUS SINAGA

PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2008

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

FARIA M.G. SIHOTANG NIM. 051000037

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripisi Pada Tanggal 14 Juni 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

drh. Rasmaliah, M.Kes Drs. Jemadi, M.Kes NIP. 195908181985032002 NIP. 196404041992031005 Penguji II Penguji III

dr. Achsan Harahap, MPH drh. Hiswani, M.Kes NIP. 130318031 NIP. 196501121994022001

Medan, Juni 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

Dekan,

(4)

ABSTRAK

Gigi yang sehat tidak cukup hanya rapi dan putih saja tetapi harus didukung oleh gusi, akar, dan tulang pendukung yang sehat. Gigi akan berfungsi dengan baik apabila gigi tersebut dalam keadaan sehat, sebaliknya gigi dan mulut yang tidak sehat akan menimbulkan masalah. Selanjutnya pada SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2004) prevalensi karies gigi di Indonesia mencapai 90,05%, yang berarti hampir seluruh penduduk Indonesia menderita karies gigi.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series, populasi adalah seluruh penderita karies gigi permanen di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir tahun 2008 sebanyak 158 orang dengan sampel adalah total sampling.

Ditemukan ditribusi proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan sosiodemografi terbanyak: kelompok umur 20-28 tahun (24,6%), jenis kelamin perempuan (18,3%), daerah asal Kota Pangururan (68,4%), >1 jenis stadium karies (42,4%), >1 tingkat keparahan karies (57,6%), penatalaksanaan medis dengan pencabutan (50,0%), dan sumber biaya dengan Askes (53,8%). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna distribusi proporsi umur berdasarkan stadium karies (p=0,552), tidak terdapat perbedaan yang bermakna distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan stadium karies (p=0,796), tidak terdapat perbedaan yang bermakna distribusi proporsi umur berdasarkan tingkat keparahan karies (p=0,552), tidak terdapat perbedaan yang bermakna distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat keparahan karies (p=1,000).

Disarankan untuk memberikan penyuluhan mengenai karies gigi kepada penderita karies gigi oleh dokter gigi yang ada di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir dan pemeriksaan gigi sejak dini melalui UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di Sekolah-sekolah Dasar kabupaten Samosir.

(5)

ABSTRACT

Dental health not enough only neat and white but have to be carried by gum, root, and periodontal membrane healthy. The tooth will function well if its condition is health, on the contrary the tooth and mouth in the condition are bad will create problem. SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2004) report that dental caries prevalence reach 90,05% mean that almost all of communities have dental caries.

This is a descriptive study with case series design. The population were all dental caries of permanent patient in Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan General Hospital Samosir at year 2008 counted as 158 person and sample were total sampling.

Based on sociodemography, the distribution proportion of dental caries of permanent patients highest proportion were: age group 20-28 years (24,6%), female (18,3%), Pangururan City (68,4%), >1 type of stadium (42,4%), >1 degree of severity (57,6%), extraction treatment ( 50,0%), and cost source with Askes (53,8%). Chi-square analysis result were there is no significant difference between age and caries stadium (p=0,552). Chi-square analysis result were there is no significant difference between sex and caries stadium (p=0,796). Chi-square analysis result were there is no significant difference between age and caries severity (p=0,552). Chi-square analysis result were there is no significant difference between sex and caries stadium (p=1,000).

To give information about dental caries disease for both of, patients who come to get dental medication by dentist in Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan General Hospital Samosir from childhood with UKGS (The School Dental Health Organization in Primary Schools there are Samosir.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Faria M.G. Sihotang

Tempat/Tanggal Lahir : Pangururan, 12 Agustus 1986

Agama : Katholik

Jumlah Anggota Keluarga : 7 (Tujuh) Orang Bersaudara Status Perkawinan : Belum Kawin

Alama : Jl. Aman No. 68 Pasar V

Kampung Lalang-Medan

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1993-1999 : SD N Pardomuan 1 Pekan Inpres-Pangururan 2. Tahun 1999-2002 : SMP Sw. Budi Mulia Pangururan

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kasih dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Penderita Karies Gigi Permanen Yang Berobat Di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008”.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Dosen Pembimbing I Ibu drh. Rasmaliah, M.Kes. dan Dosen Pembimbing II Bapak Drs. Jemadi, M.Kes. serta Dosen Pembanding I Bapak dr. Achsan Harahap, MPH dan Dosen Pembanding II Ibu drh. Hiswani, M.Kes. yang dengan sabar telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam membimbing, memberikan saran, dukungan, nasihat serta arahan kepada penulis disepanjang penyelesaian skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi sejak awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Bapak Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Kepala Departemen Epidemiologi. 3. Bapak Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

(8)

5. Seluruh Dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan

6. Teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda J.L. Sihotang dan Ibunda H. Simbolon yang dengan tulus dan sabar memberikan doa dan dukungannya kepada penulis selama ini, serta kakak, abang, dan adik-adikku terkasih Denni, Afriel, Eva, Citra, Boin, dan Stefani yang setia mendukung dan memotivasi penulis selama ini.

7. Sahabat-sahabatku (Si Abang “Mitt”, Beldina, Renova, Netti, Yosefina).

8. Teman-teman di Departemen Epidemiologi (Irma, Nenciati, Ester, Vida, Duma, Yenti, dan yang lainnya yang tak dapat penulis sebutkan satu per satu) terima kasih untuk dukungan dan kebersamaannya selama ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Medan, Juni 2010 Penulis,

(9)
(10)
(11)

6.6.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Stadium Karies ... 70

6.6.3. Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies ... 72

6.6.4. Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies ... 73

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

7.1. Kesimpulan ... 76

7.2. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

1. Master Data 2. Output SPSS

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Sosiodemografi Penderita Karies Gigi di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...42 Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan

Umur dan Jenis Kelamin di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...43 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Daerah

Asal di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...44 Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Stadium Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Tingkat

Keparahan Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten

Samosir Tahun 2008...46 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan

Kombinasi Tingkat Keparahan Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan ...46 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan

Penatalaksanaan Medis di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan

Kabupaten Samosir Tahun 2008...47

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Stadium Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...48 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Karies Gigi

(13)

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...50 Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Umur Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan

Stadium Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...51 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Karies Gigi Permanen

Berdasarkan Stadium Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan...52 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Umur Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan

Tingkat Keparahan Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...53 Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Karies Gigi Permanen

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Anatomi Gigi ... 9

Gambar 2.2. Bentuk-bentuk Gigi ... 10

Gambar 2.3. Anatomi Gigi Sehat dan Gigi Karies ... 13

Gambar 2.4. Karies Superfisialis ... 13

Gambar 2.5. Karies Media... 14

Gambar 2.6. Karies Profunda ... 14

Gambar 2.7. Model Empat Lingkaran Penyebab Karies ... 17

Gambar 6.1. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...55

Gambar 6.2. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Daerah Asal di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...57

Gambar 6.3. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Stadium Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...58

Gambar 6.4. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan >1 Jenis Stadium Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...60

Gambar 6.5. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...61

Gambar 6.6. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan >1 Tingkat Keparahan Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...62

(15)

Gambar 6.8. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Stadium Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...64 Gambar 6.9. Diagram Bar Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008...66 Gambar 6.10. Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen

(16)

ABSTRAK

Gigi yang sehat tidak cukup hanya rapi dan putih saja tetapi harus didukung oleh gusi, akar, dan tulang pendukung yang sehat. Gigi akan berfungsi dengan baik apabila gigi tersebut dalam keadaan sehat, sebaliknya gigi dan mulut yang tidak sehat akan menimbulkan masalah. Selanjutnya pada SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2004) prevalensi karies gigi di Indonesia mencapai 90,05%, yang berarti hampir seluruh penduduk Indonesia menderita karies gigi.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan desain case series, populasi adalah seluruh penderita karies gigi permanen di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir tahun 2008 sebanyak 158 orang dengan sampel adalah total sampling.

Ditemukan ditribusi proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan sosiodemografi terbanyak: kelompok umur 20-28 tahun (24,6%), jenis kelamin perempuan (18,3%), daerah asal Kota Pangururan (68,4%), >1 jenis stadium karies (42,4%), >1 tingkat keparahan karies (57,6%), penatalaksanaan medis dengan pencabutan (50,0%), dan sumber biaya dengan Askes (53,8%). Tidak terdapat perbedaan yang bermakna distribusi proporsi umur berdasarkan stadium karies (p=0,552), tidak terdapat perbedaan yang bermakna distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan stadium karies (p=0,796), tidak terdapat perbedaan yang bermakna distribusi proporsi umur berdasarkan tingkat keparahan karies (p=0,552), tidak terdapat perbedaan yang bermakna distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat keparahan karies (p=1,000).

Disarankan untuk memberikan penyuluhan mengenai karies gigi kepada penderita karies gigi oleh dokter gigi yang ada di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir dan pemeriksaan gigi sejak dini melalui UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di Sekolah-sekolah Dasar kabupaten Samosir.

(17)

ABSTRACT

Dental health not enough only neat and white but have to be carried by gum, root, and periodontal membrane healthy. The tooth will function well if its condition is health, on the contrary the tooth and mouth in the condition are bad will create problem. SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2004) report that dental caries prevalence reach 90,05% mean that almost all of communities have dental caries.

This is a descriptive study with case series design. The population were all dental caries of permanent patient in Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan General Hospital Samosir at year 2008 counted as 158 person and sample were total sampling.

Based on sociodemography, the distribution proportion of dental caries of permanent patients highest proportion were: age group 20-28 years (24,6%), female (18,3%), Pangururan City (68,4%), >1 type of stadium (42,4%), >1 degree of severity (57,6%), extraction treatment ( 50,0%), and cost source with Askes (53,8%). Chi-square analysis result were there is no significant difference between age and caries stadium (p=0,552). Chi-square analysis result were there is no significant difference between sex and caries stadium (p=0,796). Chi-square analysis result were there is no significant difference between age and caries severity (p=0,552). Chi-square analysis result were there is no significant difference between sex and caries stadium (p=1,000).

To give information about dental caries disease for both of, patients who come to get dental medication by dentist in Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan General Hospital Samosir from childhood with UKGS (The School Dental Health Organization in Primary Schools there are Samosir.

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Sehingga terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil.1

Tujuan khusus dari upaya kesehatan adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan penyakit tidak menular, meningkatkan dan memantapkan mutu pelayanan kesehatan dasar.2 Kesehatan menjadi sangat berharga ketika ada gangguan. Gejala awal suatu penyakit seringkali tidak diperhatikan atau dianggap tidak terlalu penting. Kecenderungan ini juga terjadi pada penyakit gigi.3

Gigi yang sehat tidak cukup hanya rapi dan putih saja tetapi harus didukung oleh gusi, akar dan tulang pendukung yang sehat. Gigi akan berfungsi dengan baik apabila gigi tersebut dalam keadaan sehat, sebaliknya gigi dan mulut yang tidak sehat akan menimbulkan masalah.4

(19)

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000, analisis data prevalensi karies berdasarkan indeks DMF-T (D=decayed=gigi yang karies, M=missed=gigi yang hilang, F=filled=gigi yang ditambal, T=teeth=gigi permanen) di beberapa negara adalah sebagai berikut, negara Amerika 2,05%, negara Afrika 1,54%, negara Asia Tenggara 1,53%, negara Eropa 1,46% dan negara bagian Barat Pasifik 1,23%.4,6

Berdasarkan data WHO (2000) yang diperoleh dari enam wilayah WHO (AFRO, AMRO, EMRO, EURO, SEARO, WPRO) menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman karies (DMF-T) pada anak usia 12 tahun adalah 2,4 artinya setiap anak memiliki gigi dengan tumpatan/tambalan, tapi ada karies (Jika DMF-T = 0,artinya permukaan gigi sehat/keras. Hal ini diperoleh dari kode pemeriksaan karies dengan indeks WHO). Indonesia sebagai salah satu negara anggota SEARO (South East Asia Regional Offices) memiliki indeks DMF-T rata-rata 2,2 untuk kelompok usia yang sama.4,6 Hal ini masih jauh dari target WHO di mana indeks DMF-T pada tahun 2010 adalah 1,0.7

Di Indonesia, Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, dengan jumlah sampel 65.664 rumah tangga di perkotaan dan pedesaan menunjukkan bahwa persentase penduduk selama satu bulan, sakit gigi paling tinggi di perkotaan adalah Provinsi Kalimantan Tengah 7,46% yang paling rendah di Provinsi Sulawesi Utara 1,98% dan di pedesaan paling tinggi di Kalimantan Timur 7,57% yang paling rendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat 1,60%. Kesadaran dan perilaku masyarakat dalam mencari pengobatan masih rendah, dapat diukur dengan ratio tindakan penambalan berbanding pencabutan di puskesmas adalah 1:4.8

(20)

Hasil studi SKRT 2001 diperoleh prevalensi karies pada penduduk usia 10 tahun ke atas sebesar 70% yakni pada usia 12 tahun sebesar 43,9%, usia 15 tahun mencapai 37,4%, usia 18 tahun 51,1%, usia 35-44 tahun 80,1% dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96,7%. Susenas (Survei Kesehatan Nasional, 2001) melaporkan sebesar 1,2% penduduk Indonesia menyatakan pernah sakit gigi satu bulan yang lalu dan meningkat pada golongan umur yang lebih tinggi, di mana keluhan tertinggi adalah pada golongan umur 35-39 tahun sebesar 1,8% dan rata-rata lama terganggunya sekolah, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari akibat sakit gigi adalah 4 hari.10

Hal yang memperihatinkan dalam SKRT 2001 adalah motivasi untuk menambal gigi masih sangat rendah yaitu 4-5%, sementara besarnya kerusakan gigi yang belum ditangani di mana memerlukan penambalan atau pencabutan mencapai 82,5%, dan diketahui pula bahwa rata-rata 16 gigi sudah dicabut pada umur 65 tahun ke atas.10

Selanjutnya pada SKRT 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies telah mencapai 90,05% yang berarti hampir seluruh penduduk Indonesia menderita karies gigi.4

(21)

Menurut penelitian Putri Syarah di Klinik Konservasi Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara (USU) tahun 2008 didapatkan penderita karies gigi permanen sebanyak 275 orang.12

Jumlah penderita karies gigi yang diperoleh saat pengumpulan data di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir pada tahun 2008 sebanyak 158 orang.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita karies gigi permanen yang berobat di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008.

1.2.Perumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita karies gigi permanen yang berobat di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita karies gigi permanen yang berobat di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan daerah asal).

(22)

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan tingkat keparahan/kecepatan berkembangnya karies gigi.

d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan penatalaksanaan medis.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan sumber biaya.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan stadium karies gigi.

g. Untuk mengetahui distribusi proporsi penatalaksanaan medis berdasarkan tingkat keparahan karies gigi.

h. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan stadium karies gigi.

i. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan stadium karies gigi. j. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur berdasarkan tingkat keparahan karies gigi. k. Untuk mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan tingkat keparahan karies

gigi.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan masukan dan memberikan informasi bagi pihak RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir terutama dalam peningkatan pelayanan kesehatan gigi.

(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Karies Gigi

Karies berasal dari bahasa Latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah

suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutnya mineral email sebagai akibat terganggunya

keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial

dari substrat sehingga timbul destruksi komponen-komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas.

Dengan perkataan lain, dimana prosesnya terjadi terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi

sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses

penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang disebabkan oleh adanya interaksi kuman,

karbohidrat yang sesuai pada permukaan gigi dan waktu.4,13

Perkembangan karies dapat berbeda antara satu dan lain orang dari antara populasi satu dan populasi lain. Apabila perkembangannya lambat, mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya sehingga karies menjadi kavitas besar. Akan tetapi proses yang sama hanya membutuhkan waktu beberapa bulan saja, kalau perkembangannya cepat.14

Tanda-tanda karies gigi merupakan suatu keretakan pada email atau kavitas pada gigi, dentin di dalam kavitas lebih lunak dari pada dentin di sekelilingnya, dan merupakan suatu daerah pada email yang mempunyai warna yang berbeda dengan email sekelilingnya.14

Karies yang berkembang cepat biasanya berwarna agak terang, sedangkan karies yang berkembang lambat biasanya berwarna agak gelap. Akan tetapi pit (lekukan pada email gigi) dan fisur (bentuk lekukan email gigi pada gigi molar dan pre molar) kadang-kadang berwarna tua, bukan karena karies gigi, tetapi karena noda akibat beberapa makanan.14

(24)

Gigi dan fisur yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies gigi.15

2.2. Anatomi Gigi 2.2.1. Bagian Gigi14,16

Gigi mempunyai beberapa bagian, yaitu:

a. Bagian akar gigi, adalah bagian dari gigi yang tertanam di dalam tulang rahang dikelilingi (dilindungi) oleh jaringan periodontal.

b. Mahkota gigi adalah bagian dari gigi yang dapat dilihat.

c. Cusp adalah tonjolan runcing atau tumpul yang terdapat pada mahkota.

(25)

2.2.2. Bentuk-bentuk Gigi Permanen14,16

Orang dewasa biasanya mempunyai 32 gigi permanen, 16 di tiap rahang. Di tiap rahang terdapat:

a. Empat gigi depan (gigi insisivus). Bentuknya seperti sekop dengan tepi yang lebar untuk menggigit, hanya mempunyai satu akar. Gigi insisivus atas lebih besar daripada gigi yang bawah.

b. Dua gigi kaninus yang serupa di rahang atas dan rahang bawah. Gigi ini kuat dan menonjol di “sudut mulut”. Hanya mempunyai satu akar.

c. Empat gigi pre-molar/gigi molar kecil. Mahkotanya bulat hampir seperti bentuk kaleng tipis, mempunyai dua tonjolan, satu di sebelah pipi dan satu di sebelah lidah. Kebanyakan gigi pre-molar mempunyai satu akar, bebrapa mempunyai dua akar.

(26)

Gambar 2.2. Bentuk-bentuk Gigi17

2.2.3. Permukaan-permukaan Gigi 14,16

Nama-nama yang dipakai untuk menunjukkan permukaan gigi adalah:

a. Permukaan oklusal: permukaan pengunyahan gigi molar dan gigi pre-molar. b. Permukaan mesial: permukaan paling dekat garis tengah tubuh.

c. Permukaan lingual: permukaan paling dekat lidah di rahang bawah, di rahang atas disebut permukaan palatal.

d. Permukaan distal: permukaan paling jauh dari garis tengah. e. Permukaan bukal: permukaan paling dekat bibir dan pipi.

(27)

g. Permukaan proksimal: permukaan-permukaan yang berdekatan letaknya, misalnya: permukaan mesial gigi tertentu dapat menyentuh permukaan distal gigi sampingnya. Kedua permukaan itu disebut permukaan proksimal.

2.2.4. Jaringan Gigi

Gigi terdiri dari beberapa jaringan, yaitu: a. Enamel

Enamel merupakan bahan yang tidak ada selnya dan juga merupakan satu-satunya komponen dalam tubuh manusia yang tidak mempunyai kekuatan reparatif karena itu regenerasi enamel tidak mungkin terjadi.

Struktur enamel gigi merupakan susunan kimia kompleks, sebagian besar terdiri dari 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat, dan fluor), air 1% dan bahan organik 2%, yang terletak dalam suatu pola kristalin.

Karena susunan enamel yang demikian maka ion-ion dalam cairan rongga mulut dapat masuk ke enamel bagian dalam dan hal ini memungkinkan terjadinya transport ion-ion melalui permukaan dalam enamel ke permukaan luar sehingga akan terjadi perubahan enamel.18

b. Dentin

(28)

berbagai macam rangsangan, misal: panas dan dingin serta kerusakan fisik termasuk kerusakan yang disebabkan oleh bor gigi.19

c. Cementum

Cementum adalah penutup luar tipis pada akar yang mirip strukturnya dengan tulang.19

d. Pulpa

Pulpa terdapat dalam gigi dan terbentuk dari jaringan ikat yang berisikan urat-urat syaraf dan pembuluh-pembuluh darah yang mensuplai dentin. Urat-urat syaraf ini mengirimkan rangsangan, seperti panas dan dingin dari gigi ke otak, di mana hal ini dialami sebagai rasa sakit.20

(29)

2.3. Klasifikasi Karies Gigi

Gambar 2.3. Anatomi Gigi Sehat dan Gigi Karies17 2.3.1. Berdasarkan Stadium Karies (dalamnya karies)21

a. Karies Superfisialis

di mana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena.

Gambar 2.4. Karies Superfisialis21

(30)

b. Karies Media

di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

Gambar 2.5. Karies Media21 c. Karies Profunda

di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

(31)

2.3.2. Berdasarkan Keparahan atau Kecepatan Berkembangnya18,19 a. Karies Ringan

Kasusnya disebut ringan jika serangan karies hanya pada gigi yang paling rentan seperti pit (depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan oklusal dari gigi molar) dan fisure (suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi) sedangkan kedalaman kariesnya hanya mengenai lapisan email (iritasi pulpa).

b. Karies Sedang

Kasusnya dikatakan sedang jika serangan karies meliputi permukaan oklusal dan aproksimal gigi posterior. Kedalaman karies sudah mengenai lapisan dentin (hiperemi pulpa).

c. Karies Berat/Parah

Kasusnya dikatakan berat jika serangan juga meliputi gigi anterior yang biasanya bebas karies. Kedalaman karies sudah mengenai pulpa, baik pulpa tertutup maupun pulpa terbuka (pulpitis dan gangren pulpa). Karies pada gigi anterior dan posterior sudah meluas ke bagian pulpa.

Menurut Parkin dalam G.V. Black bahwa klasifikasi karies gigi dapat dibagi atas 5, yaitu22: a. Kelas I adalah karies yang mengenai permukaan oklusal gigi posterior.

b. Kelas II adalah karies gigi yang sudah mengenai permukaan oklusal dan bagian aproksimal gigi posterior.

c. Kelas III adalah karies yang mengenai bagian aproksimal gigi anterior.

(32)

e. Kelas V adalah karies yang mengenai bagian servikal gigi anterior dan posterior. 2.4. Etiologi Karies Gigi4

Ada yang membedakan faktor etiologi atau penyebab karies atas faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm.

Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu.

Karies merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada 4 (empat) faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu, yang digambarkan sebagai empat lingkaran yang bertumpang tindih.

Gambar 2.7. Model Empat Lingkaran Penyebab Karies20

(33)

2.4.1. Faktor Host (Tuan Rumah)

Ada beberapa hal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel (email), faktor kimia dan kristalografis, saliva.4,18

Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies adalah pit dan fisure pada permukaan oklusal dan premolar. Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.18

Kepadatan kristal enamel sangat menentukan kelarutan enamel. Semakin banyak enamel mengandung mineral maka kristal enamel semakin padat dan enamel akan semakin resisten. Gigi susu lebih mudah terserang karies dari pada gigi tetap, hal ini dikarenakan gigi susu lebih banyak mengandung bahan organik dan air dari pada mineral, dan secara kristalografis mineral dari gigi tetap lebih padat bila dibandingkan dengan gigi susu. Alasan mengapa susunan kristal dan mineralisasi gigi susu kurang adalah pembentukan maupun mineralisasi gigi susu terjadi dalam kurun waktu 1 tahun sedangkan pembentukan dan mineralisasi gigi tetap 7-8 tahun.20

Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH.4

2.4.2. Faktor Agent (Mikroorganisme)

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.20

(34)

Streptococcus sanguis, Streptococcus mitis, Streptococcus salivarus, serta beberapa strain

lainnya, selain itu dijumpai juga Lactobacillus dan beberapa beberapa spesies Actinomyces.4,22 Plak bakteri ini dapat setebal beratus-ratus bakteri sehingga tampak sebagai lapisan putih. Secara histometris plak terdiri dari 70% sel-sel bakteri dan 30% materi interseluler yang pada pokoknya berasal dari bakteri.22

2.4.3. Pengaruh Substrat atau Diet

Faktor subtrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyababkan timbulnya karies.4

(35)

Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email. Plak akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu. Untuk kembali ke pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap menahan pH plak di bawah normal dan menyebabkan demineralisasiemail.18

2.4.4. Faktor Waktu18

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.4 Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas perusakan dan perbaikan yang silih berganti.

Adanya saliva di dalam lingkungan gigi mengakibatkan karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini.

2.5. Kebiasaan Makan

(36)

a. Faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar manusia) seperti lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan budaya serta lingkungan ekonomi.

b. Faktor intrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia), seperti: asosiasi emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang sakit serta penilaian yang lebih terhadap mutu makanan juga merupakan faktor intrinsik.24

Penelitian Nizel (1981) pada anak umur 6 tahun di Inggris yang dikutip oleh Kosasih (2007) menguraikan bahwa makanan yang berbentuk lunak dan lengket dapat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit karies gigi. Beliau juga menguraikan tentang adanya hubungan antara zat gizi seperti vitamin dan mineral, protein hewani dan nabati, serta karbohidrat yang terkandung dalam makanan sehari-hari dapat mempengaruhi terjadinya penyakit karies gigi. Hal ini yang perlu mendapat perhatian tidak hanya nutrisi saja, tetapi cara mengonsumsi jenis makanan dan waktu pemberian, karena semua ini akan mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.

Sukrosa adalah salah satu jenis karbohidrat yang terkandung dalam makanan lainnya yang

merupakan substrat untuk pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan meningkatkan proses terjadinya karies gigi.25

2.6. Epidemiologi Karies Gigi 2.6.1. Distribusi Frekuensi

Masalah karies gigi masih mendapat perhatian karena sampai sekarang penyakit tersebut masih menduduki urutan tertinggi dalam masalah penyakit gigi dan mulut, yaitu penyakit tertinggi keenam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia dan menempati urutan keempat penyakit termahal dalam pengobatan. 26

(37)

maupun pasien yang dirujuk ke rumah sakit karena menderita penyakit gigi dan mulut akibat karies gigi menduduki jumlah terbesar yaitu 53,05%.27 Karies merupakan penyakit yang paling sering dijumpai di rongga mulut, di Indonesia lebih dari 90% penduduknya menderita karies.28

Karies gigi merupakan penyakit kronis, mengalami proses kerusakan jaringan yang bila dibiarkan berlanjut akan menyebabkan kehilangan gigi yang terkena karies tersebut.29

Status karies gigi menurut karakteristik penduduk Indonesia (Profil Kesehatan Gigi dan Mulut Tahun 1999):

a. Prevalensi karies berdasarkan jenis kelamin : Laki-laki (90,05%) dan Perempuan (91,67%)

b. Prevalensi karies berdasarkan daerah : Urban (91,06%) dan Rural (90,84%)

c. Prevalensi karies berdasarkan pulau : Jawa dan Bali (86,59%), Sumatera (94,41%), Kalimantan (94,85%), Sulawesi (99,28%)

d.

Prevalensi karies berdasarkan umur : 12 tahun (76,62%), 15 tahun (89,38%), 18 tahun (83,50%), 35-44 tahun (94,56%), dan 65 tahun ke atas (98,57%).30

Karies gigi menyerang semua tingkatan usia dan semua ras dari seluruh tempat di dunia. Sehingga karies gigi telah menjadi masalah umum masyarakat, universal dan perlu mendapat perhatian yang serius karena prevalensinya yang cepat meningkat di banyak negara. Penelitian Greene dan Suomi (1997) menunjukkan bahwa di kebanyakan negara berkembang, lebih dari 95% penduduknya terkena karies.29

(38)

Hasil penelitian Nurmala Situmorang (2004) di 2 Kecamatan Kota Medan menyatakan bahwa status kesehatan gigi dan mulut penduduk masih buruk. Hal ini dapat dilihat dari tingginya prevalensi karies gigi dengan DMF-T; 80,83% responden mempunyai gigi dengan lesi karies; 50,83% responden gigi dicabut dan hanya 21,11% gigi ditambal.31

Berdasarkan penelitian Al-Malik (2006) di Saudi Arabia, dari 300 sampel anak-anak dengan usia 6-7 tahun terdapat 288 anak (96%) terkena karies gigi, dan hanya 12 orang (4%) yang tidak terkena karies gigi. Dari 288 sampel yang terkena karies tersebut terdapat 146 (50,7%) laki-laki dan 142 (49,3%) perempuan.32

Penyakit gigi dan mulut di mana karies gigi termasuk di dalamnya menempati peringkat ke empat penyakit termahal dalam hal pengobatan.6

2.6.2. Determinan (Faktor-faktor yang Mempengaruhi)

Selain faktor langsung (etiologi), juga terdapat faktor-faktor tidak langsung yang disebut sebagai faktor resiko luar, yang merupakan faktor predisposisis dan faktor penghambat terjadinya karies yaitu umur, jenis kelamin, sosial ekonomi, penggunaan fluor, jumlah bakteri, dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi. Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan mulut khususnya karies tidak terlepas dari kebiasaan merokok/penggunaan tembakau, konsumsi alkohol, kebersihan rongga mulut yang tidak baikdan diet makanan.30,33

a. Umur34

(39)

1. Umur 1-2 tahun

Studi oleh Kohler et all (1978,1982), bahwa pada ibu-ibu dengan saliva yang mengandung banyak Streptococcus mutans sering menularkannya kepada bayi mereka segera setelah gigi susunya tumbuh, hal ini menyebabkan tingginya kerentanan terhadap karies.

2. Umur 5-7 tahun

Studi oleh Carvalho et all (1989) menunjukkan bahwa pada masa ini permukaan oklusal (kunyah) gigi molar pertama sedang berkembang, pada masa ini gigi rentan karies sampai maturasi kedua (pematangan jaringan gigi) selesai selama 2 tahun.

3. Umur 11-14 tahun

Merupakan usia pertama kali dengan gigi permanen keseluruhan. Pada masa ini gigi molar kedua rentan terhadap karies sampai maturasi kedua selesai.

4. Umur 19-22 tahun

Adalah kelompok umur berisiko pada usia remaja. Pada masa ini gigi molar ke tiga rentan karies sampai maturasi keduanya selesai. Di usia ini pula biasanya orang-orang meninggalkan rumah untuk belajar atau bekerja di tempat lain, yang selanjutnya dapat menyebabkan perubahan tidak hanya gaya hidup tapi juga pada kebiasaan makan dan menjaga kebersihan mulut.

b. Jenis Kelamin

Dari pengamatan yang dilakukan Milhann-Turkeheim pada gigi M1, didapat hasil bahwa persentase karies gigi pada wanita adalah lebih tinggi dibanding pria.15

(40)

c. Sosial Ekonomi

Karies dijumpai lebih rendah pada kelompok sosial ekonomi rendah dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Menurut Tirthankar (2002), ada dua faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan dan pendidikan. Pendidikan adalah faktor kedua terbesar yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Dalam penelitiannya, Paulander, Axelsson dan Lindhe (2003) melaporkan jumlah gigi yang tinggal di rongga mulut pada usia 35 tahun sebesar 26,6% pada pendidikan tinggi sedangkan pada pendidikan rendah sebesar 25,8%. Hasil penelitian Sondang Pintauli dkk, dijumpai DMF-T rata-rata sebesar 7,63 dengan DMF-T rata-rata lebih rendah pada ibu-ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan tinggi bila dibandingkan dengan tingkat pendidikan menengah dan tingkat pendidikan rendah.4

d. Penggunaan Fluor

Menurut Rugg-Gunn (2000) di Inggris menyatakan bahwa penggunaan fluor sangat efektif untuk menurunkan prevalensi karies, walaupun penggunaan fluor tidaklah merupakan satu-satunya cara mencegah gigi berlubang.4

(41)

e. Pola Makan

Setiap kali seseorang mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga pH saliva menurun dan terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan. Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi. Namun, apabila makanan berkarbonat terlalu sering dikonsumsi, maka email gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terjadi karies.4

Misalnya, derajat penderita karies gigi di Palembang relatif tinggi. Salah satu penyebabnya adalah makanan yang berpotensi menimbulkan kerusakan gigi, yaitu empek-empek. Empek-empek terbuat dari sagu, sehingga mengandung karbohidrat dan zat gula. Karbohidrat yang tinggi akan membuat karang gigi menjadi tebal. Kandungan cuka dalam cairan yang ditambahkan pada empek-empek juga tidak bagus untuk gigi, khususnya juga untuk anak di bawah usia delapan tahun. Kandungan fluor dalam gigi anak usia di bawah delapan tahun belum kuat menahan cuka.35

f. Kebersihan Mulut (Oral Higiene)

(42)

g. Merokok

Nicotine yang dihasilkan oleh tembakau dalam rokok dapat menekan aliran saliva, yang menyebabkan aktivitas karies meningkat. Dalam hal ini karies ditemukan lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.36

2.7. Pencegahan

2.7.1. Pencegahan Primordial15

Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur enamel dan dentin atau gigi pada umumnya. Seperti kita ketahui yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan gigi kecuali protein untuk pembentukan matriks gigi, vitamin (vitamin A, vitamin C, vitamin D) dan mineral (Calcium, Phosfor, Fluor, dan Magnesium) juga dibutuhkan.

Pada ibu-ibu yang sedang mengandung sebaiknya diberikan kalsium yang diberikan dalam bentuk tablet, dan air minum yang mengandung fluor karena hal ini akan berpengaruh terhadap pembentukan enamel dan dentin bayi yang akan dilahirkan.

2.7.2. Pencegahan Primer4,19 Hal ini ditandai dengan:

a. Upaya meningkatkan kesehatan (health promotion)

Upaya promosi kesehatan meliputi pengajaran tentang cara menyingkirkan plak yang efektif atau cara menyikat gigi dengan pasta gigi yang mengandung fluor dan menggunakan benang gigi (dental floss).

(43)

Upaya perlindungan khusus yaitu untuk melindungi host dari serangan penyakit dengan membangun penghalang untuk melawan mikroorganisme. Aplikasi pit dan fisur silen merupakan upaya perlindungan khusus untuk mencegah karies.

2.7.3. Pencegahan Sekunder

Yaitu untuk menghambat atau mencegah penyakit agar tidak berkembang atau kambuh lagi. Kegiatannya ditujukan pada diagnosa dini dan pengobatan yang tepat. Sebagai contoh melakukan penambalan pada gigi dengan lesi karies yang kecil dapat mencegah kehilangan struktur gigi yang luas.37

a. Diagnosa Dini

Penegakan diagnosis lesi karies secara dini makin menjadi hal yang sangat penting sejak disadari bahwa karies bukan hanya suatu proses demineralisasi saja melainkan proses destruksi dan reparasi yang silih berganti.4

Penegakan diagnosis karies gigi memerlukan pencahayaan yang baik dan obyek (gigi) yang kering dan bersih. Jika terdapat banyak kalkulus atau plak, maka semuanya harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum mencoba menegakkan diagnosis dengan tepat. Setelah gigi sudah kering maka tiap kuadran gigi diisolasi dengan gulungan kapas agar pembasahan oleh saliva dapat dicegah. Gigi harus betul-betul kering dan pengeringannya biasanya dengan udara yang disemprotkan perlahan-lahan.19

(44)

b. Tindakan b.1. Penambalan

Harus diketahui bahwa gigi yang sakit atau berlubang tidak dapat disembuhkan dengan sendirinya, dengan pemberian obat-obatan. Gigi tersebut hanya dapat diobati dan dikembalikan ke fungsi pengunyahan semula dengan melakukan pemboran, yang pada akhirnya gigi tersebut akan ditambal.37

Dalam proses penambalan, hal yang pertama sekali dilakukan adalah pembersihan gigi yang karies yaitu dengan membuang jaringan gigi yang rusak dan jaringan gigi yang sehat di sekelilingnya, karena biasanya bakteri-bakteri penyebab karies telah masuk ke bagian-bagian gigi yang lebih dalam. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meniadakan kemungkinan terjadinya infeksi ulang.37

Tambalan terbuat dari berbagai bahan yang dimasukkan ke dalam gigi atau di sekeliling gigi. Umumnya bahan-bahan tambalan yang digunakan adalah perak amalgam, resin komposit, semen ionomer kaca, emas tuang, porselen.17

Perak amalgam merupakan tambalan yang paling banyak digunakan untuk gigi belakang, karena sangat kuat dan warnanya tidak terlihat dari luar. Perak amalgam relatif tidak mahal dan bertahan sampai 14 tahun. Tambalan emas lebih mahal tetapi lebih kuat dan bisa digunakan pada karies yang sangat besar.17

(45)

cenderung mengalami pembusukan pada garis gusi. Kaca ionomer juga digunakan untuk menggantikan daerah yang rusak karena penggosokan gigi yang berlebihan.17

b.2. Pencabutan37

Keadaan gigi yang sudah sedemikian rusak sehingga untuk penambalan sudah sukar dilakukan, maka tidak ada cara lain selain mencabut gigi yang telah rusak tersebut. Dalam proses pencabutan maka pasien akan dibius, di mana biasanya pembiusan dilakukan lokal yaitu hanya pada gigi yang dibius saja yang mati rasa dan pembiusan pada setengah rahang. Pembiusan ini membuat pasien tidak merasakan sakit pada saat pencabutan dilakukan.

2.7.4. Pencegahan Tersier4,37

Adalah pelayanan yang ditujukan terhadap akhir dari patogenesis penyakit yang dilakukanuntuk mencegah kehilangan fungsi, yang meliputi:

a. Pembatasan Cacat (Disability Limitation), merupakan tindakan pengobatan yang parah, misalnya pulp capping, pengobatan urat syaraf (perawatan saluran akar), pencabutan gigi dan sebagainya.

b.Rehabilitasi (Rehabilitation), merupakan upaya pemulihan atau pengembalian fungsi dan bentuk sesuai dengan aslinya, misalnya pembuatan gigi tiruan (protesa).

2.8. Pengalaman Karies Gigi

(46)

DMF-T merupakan ukuran indeks untuk mengetahui jumlah gigi yang pernah mengalami karies, yang dijabarkan sebagai Decayed (gigi berlubang), Missed (gigi dicabut karena karies), Filled (gigi ditambal), Teeth (gigi permanen). DMF-T dihitung dengan menjumlahkan semua komponen D, M, F dibagi dengan seluruh populasi.

Bila angka DMF-T tinggi, diasumsikan bahwa di masyarakat tersebut mempunyai angka karies yang tinggi pula.4 Klasifikasi angka kejadian karies gigi (indeks DMF-T) menurut WHO, adalah sebagai berikut:6,34 (WHO, 2003 dan P,Axelsson)

1. Sangat Rendah : 0,8 – 1,1 2. Rendah : 1,2 – 2,6 3. Sedang : 2,7 – 4,4 4. Tinggi : 4,5 – 6,5

(47)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

KARAKTERISTIK PENDERITA KARIES GIGI PERMANEN

1. Sosiodemografi Umur

Jenis Kelamin Daerah Asal 2. Stadium Karies Gigi

3. Tingkat Keparahan Karies Gigi 4. Penatalaksanaan Medis

5. Sumber Biaya

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Penderita Karies Gigi Permanen

adalah penderita dengan keseluruhan gigi permanen yang datang berobat gigi di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan dan berdasarkan diagnosa dokter gigi dinyatakan menderita karies gigi seperti yang tertulis dalam kartu status.

3.2.2. Umur

Umur adalah usia penderita karies gigi permanen seperti yang tercatat pada kartu status: 1. 11 – 19 tahun

(48)

Untuk keperluan uji statistik, maka variabel umur dikategorikan menjadi: 1. < 35 tahun

2. ≥ 35 tahun

3.2.3. Jenis Kelamin

Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita karies gigi permanen seperti yang tercatat pada kartu status:

1. Laki-laki 2. Perempuan

3.2.4. Daerah Asal

Daerah Asal adalah tempat di mana penderita karies gigi permanen tinggal menetap, seperti yang tercatat pada kartu status:

1. Kota Pangururan 2. Luar Kota Pangururan

3.2.5. Stadium Karies Gigi

Adalah stadium karies yang tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas: 1. Superfisialis

di mana karies, baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena. 2. Media

di mana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin. 3. Profunda

di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.

4. Kombinasi, terdiri atas: a. Superfisialis+Media b. Superfisialis+Profunda c. Media+Profunda

d. Superfisialis+Media+Profunda

Untuk keperluan uji statistik, maka variabel stadium karies gigi dikategorikan menjadi: 1. 1 (satu) jenis stadium karies (Superfisialis, Media, Profunda).

(49)

3.2.6. Tingkat Keparahan Karies Gigi

Adalah tingkat keparahan atau kecepatan berkembangnya karies gigi permanen yang tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas:

1. Ringan

Jika yang terkena karies adalah daerah yang memang sangat rentan terhadap karies misalnya permukaan oklusal gigi molar permanen (gigi geraham).

2. Sedang

Jika karies meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior (gigi-gigi geraham kecil).

3. Berat

Jika karies telah menyerang gigi anterior (gigi insisivus dan kaninus), suatu daerah yang biasanya bebas karies.

4. Kombinasi, yang terdiri dari: a. Ringan+Sedang

b. Ringan+Berat c. Sedang+Berat

d. Ringan+Sedang+Berat

Untuk keperluan uji statistik, maka variabel tingkat keparahan karies gigi dikategorikan menjadi: 1. 1 (satu) tingkat keparahan karies (Ringan, Sedang, Berat).

2. Kombinasi tingkat keparahan karies (Ringan+Sedang, Ringan+Berat, Sedang+Berat, Ringan+Sedang+Berat).

3.2.7. Penatalaksanaan Medis

Adalah segala usaha/tindakan-tindakan medis yang dilakukan terhadap penderita karies gigi permanen, seperti yang tercatat pada kartu status:

1. Penambalan 2. Pencabutan 3.2.8. Sumber Biaya

Adalah sumber dana/biaya yang digunakan untuk berobat, seperti yang tercatat pada kartu status:

1. Askes

2. Biaya Sendiri (Pasien Umum)

(50)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan desain case

series.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir. Alasan pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan bahwa RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir adalah salah satu rumah sakit di Kota Pangururan yang memiliki fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan dalam mengelola penderita karies gigi dan belum pernah dilakukan penelitian di rumah sakit tersebut serta tersedianya data tentang penderita karies gigi. 4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2009 sampai dengan Juni 2010.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

(51)

4.3.2. Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini yang diperlukan adalah sama dengan jumlah populasi (total sampling).

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari bagian poliklinik gigi di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir pada tahun 2008. Selanjutnya dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang dibutuhkan.

4.5. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan komputer program SPSS (Statistical

Product Social Service). Data univariat dianalisa secara deskriptif dan data bivariat dianalisis

(52)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian40

Kabupaten Samosir sebagai Kabupaten yang baru dimekarkan pada tanggal 18 Desember 2003 melalui Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2003, bertanggungjawab sepenuhnya terhadap penyelenggaraan pembangunan di bidang kesehatan dalam rangka menuju derajat kesehatan yang optimal didaerahnya dengan tetap mempedomani standart yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan sebagai satu-satunya Rumah Sakit pemerintah di Kabupaten Samosir merupakan unit pelayanan kesehatan yang strategi dan berperan penting dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Samosir.

RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan terletak di Pangururan Kabupaten Samosir, tepatnya di Jl. Dr. Hadrianus Sinaga Nomor 86, Kelurahan Pintusona. Pemanfaatan lahan RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan seluas 37.500 m2 dengan luas bangunan 12.500 m2.

Adapun batas-batas wilayah kerja sebagai berikut:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Jl. Dr. Hadrianus Sinaga/rumah penduduk. Sebelah Timur : Berbatasan dengan rumah penduduk.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Danau Toba

(53)

Sejarah Singkat

RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan, didirikan tahun 1956 di areal seluas 37.500 m2 , atas dasar swadaya masyarakat Pulau Samosir dan bantuan Pemerintah Pusat, pada waktu Dr. Hadrianus Sinaga menjabat Menteri Kesehatan RI. Untuk menghargai jasa beliau, melalui SK No. 893 Tahun 1988, Bupati KDH Dati II Kabupaten Tapanuli Utara menetapkan nama Rumah Sakit Umum Pangururan menjadi RSUD Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan.

Fasilitas pelayanan yang dimiliki RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan, yaitu: a. Fasilitas Medis dan Perawatan

1. Poliklinik/Rawat Jalan

Instalasi Rawat Jalan dilayani oleh 8 poliklinik antara lain : a. PoliklinikUmum

b. Poliklinik Gigi

c. Poliklinik Kebidanan dan Kandungan d. Poliklinik Penyakit Dalam

e. Poliklinik Anak f. Poliklinik Psikiatri g. Poliklinik Neurologi h. Poliklinik Bedah 2. Instalasi Gawat Darurat

Pelayanan oleh Dokter dan Perawat selama 1 x 24 Jam. 3. Instalasi Rawat Inap

Instalasi rawat inap selama 24 jam.

(54)

5. Instalasi Kamar Bedah/Ruang Opersi (24 Jam) 6. Unit Administrasi dan Catatan Medik

Merekam dan menyimpan berkas jati diri/identitas pasien, riwayat penyakit, hasil pemeriksaan dan Pengobatan Pasien.

b. Fasilitas Penunjang Medis 1. Laboratorium

2. Radiologi 3. Farmasi

4. Instalasi Gizi dan Loundry c. Fasilitas Penunjang Non Medis

1. Unit Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (UPSRS) 2. Unit Sanitasi Rumah Sakit (USRS)

d. Ketenagaan Rumah Sakit Umum Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan

1. Kelompok Profesional yang bertugas mengupayakan penyembuhan pasien yang dirawat yakni terdiri dari dokter, perawat, bidan, apoteker, asisten apoteker, ahli gizi, psikolog, ahli laboratorium dan radiographer.

2. Kelompok Managerial bertugas membantu memperlancar jalannya pelayanan kesehatan rumah sakit yang terdiri dari para pejabat struktural, akuntan dan ahli teknik.

(55)

5.2. Sosiodemografi Penderita Karies Gigi Permanen

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Sosiodemografi Penderita Karies Gigi di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

No. Karakteristik Jumlah

(56)

5.2.1. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 5.2.: Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Umur dan

Jenis Kelamin di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

(57)

5.2.2. Daerah Asal

Proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan daerah asal di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel 5.3. :

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Daerah Asal di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Daerah Asal f %

Berdasarkan daerah asal, penderita karies gigi permanen lebih besar berasal dari Kota Pangururan yaitu 68,4% (108 orang), sedangkan dari Luar Kota Pangururan 31,6% (50 orang).

5.3. Stadium Karies

Proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan stadium karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel 5.4. : Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Stadium

Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir

(58)

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Kombinasi permanen dengan kombinasi jenis stadium yang terbesar adalah karies superfisialis+media+profunda 12,7% (20 orang), diikuti media+profunda 12,0% (19 orang), superfisialis+profunda 9,5% (15 orang), dan yang terkecil adalah karies superfisialis+media 8,2% (13 orang).

5.4. Tingkat Keparahan Karies

Proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan tingkat keparahan karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel 5.6. : Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Tingkat

Keparahan Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

(59)

distribusi proporsi penderita karies dengan kombinasi tingkat keparahan yang dapat dilihat pada tabel 5.7. di bawah ini:

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Kombinasi Tingkat Keparahan Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan permanen dengan kombinasi tingkat keparahan yang terbesar adalah keparahan ringan+sedang+berat 22,1% (35 orang), diikuti keparahan ringan+sedang 18,4% (29 orang), keparahan ringan+berat 13,3% (21 orang), dan yang terkecil adalah keparahan sedang+berat 3,8% (6 orang).

5.5. Penatalaksanaan Medis

Proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan penatalaksanaan medis di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel 5.8. di bawah ini:

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Penatalaksanaan Medis di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Penatalaksanaan Medis f %

(60)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa penatalaksanaan medis yang terbesar adalah pencabutan 50,0% (79 orang), kemudian penambalan 25,3% (40 orang), PSA 17,7% (28 orang), dan penderita yang tidak dilakukan perawatan 7,0% (11 orang).

5.5.1. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Stadium Karies

Proporsi penatalaksanaan medis penderita karies gigi permanen berdasarkan stadium karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel 5.9. berikut ini:

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Stadium Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Stadium Karies Penatalaksanaan Medis Total

Penambalan Pencabutan PSA Tidak Ada

(61)

pencabutan 43,3% (29 orang), diikuti penambalan 32,8% (22 orang), PSA 17,9% (12 orang), dan yang terkecil adalah penderita yang tidak dilakukan perawatan 6,0% (4 orang).

5.5.2. Penatalaksanaan Medis Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies

Proporsi penatalaksanaan medis penderita karies gigi permanen berdasarkan tingkat keparahan karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel 5.10. berikut ini:

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Penatalaksanaan Medis Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Tingkat Keparahan

Karies

Penatalaksanaan Medis Total

Penambalan Pencabutan PSA Tidak Ada

f % f % f % f % f %

(62)

5.6. Sumber Biaya

Proporsi penderita karies gigi permanen berdasarkan sumber biaya di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel 5.11. berikut ini:

Tabel 5.11. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Sumber Biaya f %

Askes Umum Jamkesmas

85 65 8

53,8 41,1 5,1

Total 158 100

Berdasarkan tabel 5.11. dapat diketahui bahwa sumber biaya penderita yang terbesar adalah Askes 53,8% (85 orang), diikuti Umum 41,1% (65 orang), dan yang terkecil sumber biaya dengan Jamkesmas 5,1% (8 orang).

5.7. Analisa Statistik

Analisa tabulasi silang dengan chi-square digunakan untuk menganalisa perbedaan antara masing-masing variabel bebas dan terikat.

5.7.1. Umur Berdasarkan Stadium Karies Gigi

(63)

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Umur Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Stadium Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Stadium Karies Umur Total

< 35 ≥ 35

f % f % f %

1 Jenis Stadium (Superfisialis, Media, dan Profunda)

Berdasarkan tabel 5.12. dapat diketahui penderita karies gigi permanen dengan 1 jenis stadium karies (Superfisialis, Media, dan Profunda) terbesar pada kelompok umur <35 tahun 53,8% (49 orang) dan terkecil pada umur ≥35 tahun sebesar 46,2% (42 orang). Pada penderita dengan kombinasi jenis stadium karies terbesar pada kelompok umur ≥35 tahun yakni 52,2% (35 orang), dan terkecil pada umur <35 tahun sebesar 47,8% (32 orang).

Analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh p=0,552 (p>0,05) artinya tidak ada perbedaan yang bermakna distribusi proporsi umur berdasarkan stadium karies.

5.7.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Stadium Karies Gigi

Proporsi jenis kelamin penderita karies gigi permanen berdasarkan stadium karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Stadium Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Stadium Karies Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

f % f % f %

1 Jenis Stadium (Superfisialis, Media, dan Prounda)

(64)

perempuan 61,5% (56 orang), sedangkan laki-laki 38,5% (35 orang). Penderita dengan kombinasi jenis stadium karies lebih besar perempuan 58,2% (39 orang), sedangkan laki-laki 41,8% (28 orang).

Analisa statistik dengan menggunakan uji Chi-square diperoleh p=0,796 (p>0,05) artinya tidak ada perbedaan yang bermakna distribusi proporsi jenis kelamin berdasarkan stadium karies. 5.7.3. Umur Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies

Proporsi umur penderita karies gigi permanen berdasarkan tingkat keparahan karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Umur Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Tingkat Keparahan Karies Umur Total

< 35 ≥ 35

Berdasarkan tabel 5.14. menunjukkan bahwa penderita dengan 1 tingkat keparahan (Ringan, Sedang, dan Berat) terbesar pada kelompok umur ≥35 tahun 52,2% (35 orang) dan terkecil kelompok umur <35 tahun 47,8% (32 orang). Penderita dengan kombinasi tingkat keparahan terbesar pada umur <35 tahun 53,8% (49 orang), dan terkecil umur ≥35 tahun 46,2% (42 orang).

(65)

5.7.4. Jenis Kelamin Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies

Proporsi jenis kelamin penderita karies gigi permanen berdasarkan tingkat keparahan karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Tingkat Keparahan Karies di RSUD. Dr. Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir Tahun 2008

Tingkat Keparahan Karies Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

Berdasarkan tabel 5.15. dapat diketahui penderita dengan 1 tingkat keparahan (Ringan, Sedang, dan Berat) lebih besar pada penderita dengan jenis kelamin perempuan 59,7% (40 orang), sedangkan laki-laki 40,3% (27 orang). Penderita dengan kombinasi tingkat keparahan karies lebih besar perempuan 60,4% (55 orang), sedangkan laki-laki 39,6% (36 orang).

Gambar

Gambar 2.2. Bentuk-bentuk Gigi17
Gambar 2.3. Anatomi Gigi Sehat dan Gigi Karies17
Gambar 2.6. Karies Profunda21
Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Karies Gigi Permanen Berdasarkan Sosiodemografi Penderita Karies Gigi di RSUD
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ditemukan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan transmisi penularan (p=0,372), jenis kelamin berdasarkan keadaan terakhir (p=0,297),

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara umur berdasarkan tipe OMSK(p=1,000), jenis kelamin berdasarkan tipe OMSK(p= 0,518), ada

p&gt;0,05 artinya tidak ada perbedaan yang bermakna pada distribusi proporsi jenis diagnosa malaria berdasarkan Kecamatan di kota Dumai. Distribusi Proporsi Umur Penderita

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Hasil Pemeriksaan Dahak Mikroskopis Penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 dengan Komplikasi TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan

Ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan jenis komplikasi (p = 0,006), tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin

Ada perbedaan yang bermakna antara proporsi umur berdasarkan jenis komplikasi (p = 0,006), tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi jenis kelamin

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita Diabetes Melitus (DM) Tipe 2 dengan Komplikasi TB Paru yang Dirawat Inap Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata di Rumah Sakit Umum Daerah

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan,