• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

KAJIAN HUKUM TENTANG KEPEMILIKAN SILANG SAHAM

MENURUT UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

NOMOR 40 TAHUN 2007

TESIS

Oleh

JULIANA CITRA

077011036/M.Kn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

KAJIAN HUKUM TENTANG KEPEMILIKAN SILANG SAHAM

MENURUT UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

NOMOR 40 TAHUN 2007

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan

Dalam Program Studi Kenotariatan Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

JULIANA CITRA

077011036/M.Kn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Judul Tesis : KAJIAN HUKUM TENTANG KEPEMILIKAN SILANG SAHAM MENURUT UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS NOMOR 40 TAHUN 2007

Nama Mahasiswa : Juliana Citra Nomor Pokok : 077011036 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

(Prof.Dr.Ningrum Natasya Sirait, SH.MLI)

(Prof.Dr.Budiman Ginting,SH.M.Hum) (

Anggota Anggota

Dr.T.Keizerina DeviA.,SH.CN.M.Hum)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH.MS.CN) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B.,MSc

)

(4)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Telah diuji pada

Tanggal : 01 Agustus 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH., MLI Anggota : 1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum

2. Dr. T. Keizerina Devi Azwar, SH.,CN., M.Hum

3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN

(5)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

ABSTRAK

Kepemilikan silang kerap terjadi dalam kegiatan usaha, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di Indonesia sendiri kepemilikan silang dilakukan oleh beberapa pihak seperti Kelompok UsahaTemasek, Telkom dan Indosat serta Lippo Group. Dengan adanya kepemilikan silang ini, secara umum maka perseroan yang satu dapat memiliki dan mengendalikan perseroan yang lain melalui kepemilikan saham (baik saham mayoritas ataupun saham pengendali). Alasan pelaku usaha melakukan kepemilikan silang adalah, dengan adanya pengendalian terhadap perseroan lain adalah dapat meningkatkan efektivitas dan produktivitas perusahaan demi keuntungan. Adapun permasalahan yang dibahas dalam tesis ini adalah bagaimana pengaturan tentang kepemilikan silang saham dalam perseroan terbatas menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007? Bagaimana proses terjadinya kepemilikan silang saham? Bagaimana dampak kepemilikan silang dalam perseroan terbatas terhadap kegiatan usaha?

Dalam metode penelitian ini, jenis penelitiannya adalah penelitian hukum normatif, dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Sumber data berasal dari data sekunder yaitu dengan mempelajari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder. Selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.

(6)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Perbedaan terletak pada skala dampak kepemilikan silang (besar atau kecil), disamping kepemilikan silang lebih mudah dilihat dalam perseroan terbuka.

(7)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

ABSTRACT

Cross holding always occurs in either a domestic or international business activity. In Indonesia itself, cross holding is applied by several business groups such as Temasek, Telkom and Indosat as well as Lippo Group. With this cross holding, in general, one company can own and control the others through share holding (either major or leading shares). The reason why a business practitioner practices the cross holding is that by controlling the other companies the leading business can improve its effectiveness and productivity and get profit. The problems discussed in this thesis are how is the regulation of cross holding in limited company according to Act Number 40 of the year 2007? The process of how share cross holding exist? How is the impact of share cross holding in limited company on business activity?

This study method, research are base on normative law research by using normative juridical approach. Source of data were the secondary data in forms of primary, secondary and tertiary legal materials obtained through library research. The data obtained were then qualitatively analyzed.

The result of this study shows that the law on limited liability company (UUPT) has not clearly regulated cross holding, and so far, the regulation on cross holding is only found in the article explanation. According to the explanation of article 36 of law on limited liability company, cross holding is a condition in shares have been directly or indirectly owned by the leading company. In relation to giving out of shares is an attempt of capital raising, therefore, the requirement to deposit for the shares must be born to the other parties. It means that a company must not give out its shares to be self-owned. Generally, cross holding can occur through the process of shares transfer (agreement, laws, judge’s decision). The process that results in transfer of ownership such as merging, intergrating, taking over and saparating done either by close company, open company, grouped company (close or open) is also regulated in limited liability company. The impacts of cross holding on business activities in either close or open limited liability company and on two or more integrating companies to be under one ownership and the same management are that horizontal integration causes the decrease and the loss of competition, vertical integration causes the ability of company to determine the price, and conglomerate integration will bring an impact to the macro economy because of the fall of small-scale business. The difference lies on the scale of the impact of cross holding (big or small) and cross holding can be easily seen in the open limited liability company.

(8)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

atas kehadirat-Nya telah memberikan kesehatan, kekuatan, ketabahan, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar

Magister Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul tesis penulis adalah “Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang

Saham Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007”.

Dalam menyelesaikan Tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan baik

berupa pengajaran, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini

penulis tidak lupa menyampaikan penghargaan serta terima kasih yang tulus kepada

semua pihak yang telah turut memberikan bantuan kepada penulis baik secara

langsung maupun tidak langsung sejak awal penulis menjalani perkuliahan hingga

penyusunan tesis ini dan penyelesaiannya.

Dalam kesempatan ini izinkan penulis dengan penuh sukacita menyampaikan

ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., SpA(K) atas kesempatan dan

fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., MSc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

(9)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN., selaku Ketua Program Studi

Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan, yang telah begitu

terbuka memberikan bantuan, masukan, arahan dan dorongan kepada penulis

sehingga penulis begitu selalu terdorong untuk menjadi lebih baik lagi. Penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

4. Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH., MLI., selaku Pembimbing Utama

penulis, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta dorongan kepada

penulis agar senantiasa mempergunakan waktu untuk menulis dengan

sebaik-baiknya. Kepadanya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

5. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II

yang telah begitu sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

sehingga penulis dapat menulis dengan lebih baik lagi, terima kasih.

6. Ibu Dr. T. Keizerina Devi., A., SH., CN., M.Hum, selaku Sekretaris Program

Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan dan sekaligus

sebagai Dosen Pembimbing III penulis, yang telah banyak memberikan masukan

dalam penulisan tesis guna penyempurnaan tesis penulis, penulis ucapkan terima

kasih.

7. Ibu Dr. Sunarmi, SH., M.Hum., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan

masukan kepada penulis.

8. Bapak Notaris Syahril Sofian, SH., M.Kn., yang begitu inspiratif, terima kasih.

9. Seluruh Staf Pengajar Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas

(10)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

10.Seluruh Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan

Universitas Sumater Utara.

11.Seluruh Staf Perpustakaan, Perpustakaan Umum, Perpustakaan Fakultas Hukum

dan Perpustakaan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang telah membantu

dalam menyediakan buku-buku dan bahan bacaan.

12.Kedua orang tua dan saudara-saudara yang telah banyak memberikan dukungan

secara moril dan materil.

13.Artha, Juni, Lenny, Afni, Novi, Lisbeth, Kak Mirna Cute, Jagjit, Raymond, Bel,

Kak Sri, Kak Ismi, Intan, Delina, Kak Neva, Kak Dewi, Syari, Bang Muaz, Reza,

Hakim, Kak Rahma, Dina, Eva, Sherly, Imelda, Bang Edi, Pak Sukri dan Bang

Agam, Cory, Bangun, serta teman-teman lainnya, terima kasih.

Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan Rahmat-Nya kepada

kita semua. Sabbe Satta Sabba Dukkha Pamuccantu, Sabbe Satta Bhavantu

Sukhitatta, sadhu.. sadhu.. sadhu..

Medan, Juli 2009 Penulis,

Juliana Citra

(11)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

I. Identitas Pribadi

Nama : Juliana Citra

Tempat/Tanggal lahir : Pantai Labu / 04 Desember 1984

Agama : Buddha

Alamat rumah : Jl. Aksara No.110d

Telepon : 061-76476060

II. Orang Tua

Nama Ayah : Suwandi Citra

Nama Ibu : Suryani

III. Riwayat Pendidikan :

1. SD Methodist di Pantai Labu, lulus tahun 1996.

2. SMP Methodist di Pantai Labu, lulus tahun 1999.

3. SMA Sutomo di Medan, lulus tahun 2002.

4. Sarjana Hukum Universitas Darma Agung di Medan, lulus tahun 2006.

(12)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Halaman

ABSTRAK ……… i

ABSTRACT ………... iii

KATA PENGANTAR ……… ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I : PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Keaslian Penelitian ... 11

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 12

G. Metode Penelitian ... 28

BAB II : KAJIAN HUKUM TENTANG KEPEMILIKAN SILANG TERHADAP SAHAM MENURUT UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS NOMOR 40 TAHUN 2007 .. 31

A. Pengertian, Jenis-jenis dan Klasifikasi Saham ... 31

B. Pengaturan Mengenai Saham dan Arti Kepemilikan Saham oleh Pemegang Saham ... 42

(13)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

BAB III : PROSES TERJADINYA KEPEMILIKAN SILANG

SAHAM ... 73

A. Proses Terjadinya Kepemilikan Silang Saham Dalam Perseroan Terbatas ... 73

B. Perusahaan Kelompok ( Holding Company/ Concern Group) ………... 88

C. Kepemilikan Induk Perusahaan Terhadap Saham Anak Perusahaan dan Terhadap Saham Perusahaan Lain ... 100

BAB IV : DAMPAK KEPEMILIKAN SILANG SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS TERHADAP KEGIATAN USAHA ... 105

A. Dampak kepemilikan Silang Dalam Perseroan Terbatas Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 ... 105

B. Dampak kepemilikan Silang Dalam Perseroan Terbatas Menurut Undang-undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ... 108

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 126

A. Kesimpulan ... 126

B. Saran ... 128

(14)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

1. Contoh Skema Kepemilikan Holding Company………56

2. Contoh Skema Kepemilikan Piramid………...……….58

3. Contoh Skema Kepemilikan Sendiri oleh Perseroan Akibat Merger ...61

4. Contoh Skema Kepemilikan oleh Anak Perusahaan Akibat Merger...65

5. Contoh Skema Kepemilikan Silang Dalam Konteks Persaingan Usaha...70

(15)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dasawarsa 90-an ditandai dengan liberalisasi perekonomian dan perdagangan

bebas. Liberalisasi perdagangan sebenarnya merupakan dilema bagi banyak negara

termasuk Indonesia sendiri yang belum memiliki kesiapan dalam menghadapi

persaingan bisnis berbasis Internasional. Namun liberalisasi tidak mungkin dapat

ditolak karena dapat menghambat tumbuh dan berkembang prakarsa dan kreatifitas

masyarakat yang merupakan modal penting pertumbuhan ekonomi.

Indonesia adalah negara hukum yang menggunakan hukum selaku pengarah

dan pengayom kehidupan berbangsa dan bernegara. Adapun sasaran pembangunan

bidang hukum itu sendiri adalah terbentuk dan berfungsinya hukum nasional yang

mantap dengan memperhatikan kemajemukan tatanan hukum yang berlaku, yang

mampu menjamin kepastian, ketertiban, penegakan dan perlindungan hukum yang

berintikan keadilan dan kebenaran.

Sehubungan dengan perkembangan ekonomi nasional dan global, hukum

berfungsi sebagai landasan kegiatan ekonomi. Bila kepastian hukum tidak dimiliki

maka ekonomi negara Indonesia akan tertinggal dari negara lain dalam menarik

investasi.1

1

Normin S.Pakpahan,”Kepastian Hukum, Sebuah Daya Tarik Era Perdagangan Bebas”, Harian Kompas, 5 Januari 1997.

(16)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

harus mampu membangun kerangka kerja pengaturan hukum yang melandasi

kegiatan ekonomi pada dunia usaha. Pengaturan hukum ekonomi berkaitan erat

dengan upaya pembinaan landasan hukum atas kegiatan ekonomi oleh para pelaku

ekonomi sehingga kinerja para pelaku ekonomi menjadi lebih efisien.

Peranan hukum dalam menghadapi perdagangan bebas tampak dari lahirnya

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT)2

Didalam penjelasan umum disebutkan bahwa lahirnya UUPT adalah dalam rangka lebih meningkatkan pembangunan ekonomi nasional dan sekaligus memberikan landasan yang kokoh bagi dunia usaha dalam menghadapi perkembangan perekonomian dunia dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam era globalisasi pada masa mendatang, sehingga perlu didukung oleh undang-undang yang mengatur tentang perseroan terbatas yang dapat menjamin terselenggaranya iklim usaha yang kondusif.

yang

merupakan usaha pemerintah meningkatkan pembangunan ekonomi nasional dalam

dunia usaha dengan memperbaharui secara terus menerus hukum yang mengatur

pendirian suatu badan usaha berbentuk perseroan terbatas.

3

Didalam era globalisasi yang serba cepat, UUPT kemudian mengefisienkan

tatacara mendirikan perseroan terbatas dan mempersingkat waktu pendiriannya. Hal

ini dimaksudkan untuk memudahkan masuknya perusahaan baru dalam

2

Sebelum keluarnya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang digantikan oleh Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007, ketentuan Undang-undang perseroan terbatas diatur dalam Buku I Bab III Bagian III Pasal 36 sampai dengan Pasal 56 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel, Staatsblad 1847:23), sebagaimana telah dirubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1971; (per tanggal 7 Maret 1996) dan dalam Ordonansi Maskapai Andil Indonesia (Ordonantie op de Indonesische Maatschaappij op Aandelen (Stb. 1939-569 ji.717)) (per tanggal 7 Maret 1999).

3

(17)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

perekonomian serta memudahkan kesempatan bagi perusahaan yang ingin

memperluas usahanya.

Sekarang ini perekonomian yang sedemikian maju telah membawa dampak

pada meningkatnya kegiatan antar pelaku usaha dengan kewarganegaraan yang

berbeda yang telah menyingkirkan keberadaan batas-batas negara. Hal ini

ditunjukkan oleh keberadaan perusahaan multinasional (multinational companies)

yang melakukan investasi diberbagai negara, memiliki anak perusahaan yang tersebar

di negara-negara lain seperti bisnis waralaba yang telah merambah ke berbagai

pelosok negara untuk mengekspoitasi pasar dunia.

Berbicara dalam konteks melampaui batas negara yang disebabkan

sedemikian tingginya mobilitas bisnis maka karakteristik norma hukum dari

perusahaan-perusahaan yang saling berinteraksi tersebut sedikit banyak akan saling

memperlihatkan diri karena diantara perusahaan-perusahaan yang berbisnis sedikit

banyak membawa aturan-aturan yang berlaku di negara masing-masing. Dalam hal

ini perusahaan-perusahaan tersebut adalah perusahaan-perusahaan dengan bentuk

perseroan terbatas atau yang biasa dikenal dengan istilah limited company by shares.

Perkembangan globalisasi ekonomi telah menimbulkan akibat yang besar

pada bidang hukum. Globalisasi ekonomi juga menyebabkan terjadinya globalisasi

hukum.4

4

Pendapat Erman Rajagukguk, seperti di kutip dalam buku Bismar Nasution, Keterbukaan Dalam Pasar Modal, (Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Hukum Program Pascasarjana, 2001), h.2.

Globalisasi hukum dalam bidang ekonomi ditunjukkan oleh berbagai

(18)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

mengakibatkan terjadinya peleburan prinsip-prinsip hukum pada suatu negara kepada

negara lainnya.5 UUPT sendiri dalam perkembangan dan pembaharuannya selain

mempersingkat waktu pendirian juga kemudian mengadopsi prinsip-prinsip negara

lainnya seperti Prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social

Responsibility/CSR)6, Pembelian Kembali Saham oleh Perusahaan (Buy Back)7,

Pemisahan Perusahaan Tidak Murni (Spin Off)8

Didalam penelitian tesis berjudul “Kajian Hukum Tentang Kepemilikan

Silang Saham Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007” berfokus utama seputar masalah kepemilikan silang menurut UUPT.

Kepemilikan silang yang lebih dikenal dengan istilah cross holding dalam UUPT

adalah suatu keadaan dimana perseroan terbatas memiliki saham yang dikeluarkan . Disamping itu juga terdapat

Larangan Kepemilikan Silang (Cross Holding).

5

Richard C. Breeden, The Globalization of Law and Business in the 1990’s, Wake Forest Law Review. Vol . 28 Bi.3 (1993), h.511-517.

6

Corporate Social Responsibility/CSR yang biasa disebut Business Social Responsibility atau Corporate Citizenship pada prinsipnya merupakan bentuk kerjasama antara perusahaan, tidak hanya yang berbentuk perseroan terbatas, dengan segala sesuatu atau segala hal (stake holders) yang secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan perusahaan tersebut untuk tetap menjamin keberadaan dan kelangsungan usaha perusahaan tersebut. Pengertian ini memiliki konsep yang sama dengan definisi mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yang didefinisikan sebagai komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya. CSR ini diatur dalam Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

7

Buy Back atau pembelian kembali saham oleh perusahaan adalah suatu bentuk pemindahan saham berupa pembelian kembali sahamnya sendiri oleh perseroan yang bersangkutan, pembelian tersebut dibenarnya sampai jumlah tertentu dan tidak menyebabkan kekayaan bersih perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah dengan dana cadangan wajib. Diatur dalam Pasal 37 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

8

(19)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

oleh perseroan terbatas lain yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah

dimiliki oleh perseroan. Kepemilikan secara langsung adalah apabila perseroan A

memiliki saham pada perseroan B secara langsung tanpa melalui pemilikan pada

suatu perseroan antara dan sebaliknya perseroan B memiliki saham pada perseroan A.

Sedangkan kepemilikan silang secara tidak langsung adalah kepemilikan saham

perseroan A pada perseroan B melalui satu atau lebih perseroan antara dan sebaliknya

perseroan B memiliki saham pada perseroan A. 9

Didalam UUPT yang lahir sebelum lahirnya Undang-undang Nomor 40

Tahun 2007 yakni Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tidak ada pengaturan

mengenai larangan kepemilikan silang. Larangan yang terdapat dalam Pasal 29

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 adalah larangan kepada perseroan terbatas

untuk mengeluarkan saham dengan tujuan untuk dimiliki sendiri. Dan larangan

kepemilikan saham tersebut juga berlaku bagi anak perusahaan terhadap saham yang

dikeluarkan oleh induk perusahaan. Alasan larangan tersebut berpegang pada prinsip

bahwa pengeluaran saham bertujuan untuk mengumpulkan modal, karenanya

kewajiban penyetoran saham seharusnya dibebankan kepada pihak lain.10

9

Penjelasan Pasal 36 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

10

Penjelasan Pasal 29 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas.

Dan alasan

mengapa anak perusahaan dilarang memiliki saham yang dikeluarkan oleh induk

perusahaan adalah karena anak dan induk perusahaan dianggap merupakan satu

(20)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

induk perusahaan maupun anak perusahaan.11

Menurut Johannes Ibrahim perusahaan adalah semacam organisasi didalam dunia bisnis, dan karena bergerak dalam lingkup dunia bisnis yang harus diperhatikan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan adalah bagaimana langkah-langkah suatu perusahaan dalam berintegrasi, baik vertikal atau horizontal. Tujuannya adalah bagaimana memberi manfaat bagi perusahaan-perusahaan untuk menata bisnisnya, struktur organisasinya, visi dan misi perusahaan dalam dalam menciptakan efisiensi dan berkompetisi dengan para pesaingnya.

Kepemilikan silang cukup populer di Asia. Alasan kepopulerannya dapat

dipahami jika dilihat dari sisi dunia bisnis yang bertujuan meraup keuntungan

sehingga para pelaku usaha mengupayakan hal-hal yang kadang dilarang oleh

undang-undang untuk memperoleh keuntungan.

12

Karenanya kepemilikan silang dilakukan sebagai salah satu bentuk dari upaya

perusahaan dalam berintegrasi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas

perusahaan sendiri dan untuk meningkatkan daya saing terhadap perusahaan lainnya.

Didalam kepemilikan silang 2 (dua) atau lebih perusahaan yang berintegrasi akan

berada dibawah satu kepemilikan yang sama. Karenanya walaupun terdapat beberapa

perusahaan, namun kebijakan yang dijalankan sebenarnya adalah kebijakan satu

perusahaan saja. Dan struktur seperti ini menyebabkan perubahan daya saing

perusahaan dimana perusahaan yang melakukan kepemilikan silang akan menjadi

lebih kuat, karena berkurangnya perusahaan pesaing dalam pasar.

11

“Anak perusahaan” adalah perseroan yang mempunyai hubungan khusus dengan perseroan lain yang terjadi karena :

a.Lebih dari 50% (lima puluh persen) sahamnya dimiliki oleh induk perusahaannya;

b.Lebih dari 50% (lima puluh persen) suara dalam RUPS dikuasai oleh induk perusahaannya; dan atau c.Kontrol atas jalannya perseroan, pengangkatan, dan pemberhentian direksi dan komisaris sangat dipengaruhi oleh induk perusahaannya.

12

(21)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Contoh perusahaan yang melakukan kepemilikan silang adalah : kelompok

usaha Temasek yang melakukan kepemilikan silang pada Telkomsel (35%) dan

Indosat (41,9%). Charoen Pokphand Group (CP) yang ada di Thailand, CP memiliki

secara langsung 33% saham CP Feedmill (agribisnis dan real estate, perusahaan ritel,

pabrik, dan telekomunikasi), 2% saham CP Northeastern (agribisnis), dan 9% saham

Bangkok Agro-Industrial (agribisnis). Selanjutnya CP Feedmill memiliki 57% saham

Northeastern. CP Feedmill juga memiliki 60% saham Bangkok Agro-Industrial, dan

CP Northeastern memiliki 3% saham Bangkok Industrial. Bangkok

Agro-Industrial memiliki 5% saham CP Feedmill. Saham-saham CP Feedmill, CP

Northeastern, dan Bangkok Agro-Industrial tercatat di Bangkok Stock Exchange.

Contoh lainnya adalah Lippo Group. Lippo mengendalikan konglomerasi di bidang

keuangan yang terdiri dari tiga perusahaan utama yang saling berhubungan dengan

struktur kepemilikan silang, yaitu: Bank Lippo, Lippo Life, dan Lippo Securities.

Meskipun keluarga Mochtar Riady telah mendivestasikan hampir seluruh sahamnya

di Bank Lippo dan Lippo Life pada tahun 1996, mereka tetap terus mengendalikan

perusahaan-perusahaan tersebut melalui saham minoritas di Lippo Securities, yang

memegang 27% saham Lippo Life. Lippo Life selanjutnya memegang 40% saham

Lippo Bank. Selanjutnya, TELKOM dan INDOSAT dalam menyelenggarakan jasa

telekomunikasi memiliki kepemilikan silang saham dibeberapa perusahaan, yaitu :

1. PT. Telekomunikasi Selular (Telkomsel), sahamnya dimiliki oleh TELKOM

(42,72%), INDOSAT (35%), KPN (17,28%) dan Setdco (5%).

(22)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

(22,50%), INDOSAT (7.5%), DeTe Asia (25%) dan Bimagraha (45%).

3. PT. Aplikasi Nusantara (Lintasarta), sahamnya dimiliki oleh TELKOM (37,66%),

INDOSAT (32,64%) dan Lain-lain (29,70%).13

Dengan adanya kepemilikan silang (cross holding) itu sendiri dilihat dari segi

permodalan, khusus dalam konteks pengeluaran saham baru, maka jelas tidak ada

setoran modal secara riil yang masuk kedalam perseroan dan dari sisi manajemen,

kepemilikan silang cenderung menyebabkan terjadinya percampuran antara pemilikan

dan pengurusan perseroan yang satu dengan yang lain, sehingga dalam hal ini

manajemen menjadi tidak lagi independen satu terhadap lainnya.14

Dalam perkembangan usaha yang begitu pesat, pemerintah memiliki peranan

yang besar dalam membuat regulasi yang bertujuan mengatur pihak masyarakat Disamping itu

kepemilikan silang adalah bentuk persaingan usaha yang tidak sehat dan cenderung

merugikan banyak pihak, baik pelaku usaha pesaing, konsumen dan negara sendiri.

Oleh karena itu UUPT sebagai salah satu elemen utama dari regulasi di

bidang ekonomi di amandemen untuk mengadopsi berbagai perkembangan yang

muncul di dalam dunia bisnis internasional yang juga merupakan salah satu alasan

utama diundangkannya Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas yang menggantikan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang

Perseroan Terbatas.

13

Ibid., Admin, 2008, Kepemilikan Silang ( Cross Ownership / Cross Holding ) , (online),

14

(23)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

dalam melakukan kegiatan usahanya dalam skala nasional maupun internasional.

Menurut Leonard J.Theberge dalam tulisannya “Law and Economic Development”,

bahwa faktor utama untuk dapat berperannya hukum dalam pembangunan ekonomi

adalah apakah hukum mampu menciptakan “Stability”, “Predictability”, dan

“Fairnes”.15

Yang merupakan fungsi stabilitas (stability) adalah potensi hukum untuk menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Kebutuhan fungsi hukum untuk meramalkan (predictability) akibat dari suatu langkah-langkah yang diambil khususnya bagi negeri yang sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial tradisional. Aspek keadilan (fairness), seperti perlakuan yang sama dan standar pola tingkah laku pemerintah adalah perlu untuk menjaga mekanisme pasar dan mencegah birokrasi yang berlebihan.

16

Berkaitan dengan apa yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa

peranan hukum dalam pembangunan ekonomi itu adalah untuk melindungi, mengatur

dan merencanakan kehidupan ekonomi, sehingga dinamika kegiatan ekonomi itu

dapat diarahkan kepada kemajuan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.17

1. Bagaimana pengaturan tentang kepemilikan silang saham dalam perseroan

terbatas menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007?

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dalam latar belakang permasalahan tersebut diatas

maka timbul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

15

Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h.5.

16 Ibid. 17

(24)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

2. Bagaimana proses terjadinya kepemilikan silang saham?

3. Bagaimana dampak kepemilikan silang dalam perseroan terbatas terhadap

kegiatan usaha?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas maka tujuan yang

hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan tentang kepemilikan silang saham

dalam perseroan terbatas menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses terjadinya kepemilikan silang saham.

3. Untuk mengetahui dampak kepemilikan silang dalam perseroan terbatas

terhadap kegiatan usaha.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang didapat dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Secara teoritis hasil penelitian ini merupakan sumbangan bagi

perkembangan ilmu pengetahuan hukum bidang keperdataan khususnya

bidang hukum perusahaan serta menambah khasanah kepustakaan.

2. Secara praktis bahwa penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran

bagi ilmu pengetahuan hukum mengenai kepemilikan silang (cross

(25)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik

terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah ada maupun yang sedang dilakukan

khususnya pada Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara belum ada

penelitian dengan judul “Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham

Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007”.

Akan tetapi terdapat satu penelitian tesis yang dilakukan oleh Anton Deven

Varma, mahasiswa program Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara pada tahun 2006 dengan judul penelitian “ Transaksi

Cross Ownership antara PT. Indonesia Sattelite Corporation, Tbk dengan PT.

Telekomunikasi Indonesia, Tbk.” Dalam penelitian tersebut permasalahan yang

diajukan adalah :

1. Apakah yang menjadi latar belakang Transaksi Kepemilikan Silang (cross

ownership) yang dilakukan antara TELKOM dan INDOSAT?

2. Bagaimanakah cara penyelesaian Transaksi Kepemilikan Silang (cross

ownership) antara TELKOM dan INDOSAT?

3. Bagaimanakah pelaksanaan penyelesaian Transaksi Kepemilikan Silang (cross

ownership) antara TELKOM dan INDOSAT?

Dilihat dari titik permasalahan dari masing-masing penelitian diatas

terdapat perbedaan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Dengan

demikian penelitian ini adalah asli baik dari segi substansi maupun dari segi

(26)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis,

oleh karena adanya hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan

pengumpulan, pengolahan, analisa dan konstruksi data.18 Fungsi teori dalam

penelitian tesis ini adalah untuk memberikan arahan/petunjuk dan meramalkan serta

menjelaskan gejala yang diamati.19

a. The Rule of Law

Karena penelitian ini merupakan penelitian

hukum normatif, kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum. Maksudnya,

penelitian ini berusaha memahami aspek-aspek hukum dari kepemilikan silang saham

dalam perseroan terbatas secara yuridis. Maka teori yang dipergunakan sebagai pisau

analisis dalam penelitian ini adalah :

Hukum lahir dari kekuasaan pemerintah. Karena itu politik merupakan

conditio sine qua non dari lahirnya hukum. Hukum berasal dari negara. Pemerintah

mengatur kehidupan masyarakat melalui politiknya. Karena itu pemerintah melalui

politiknya menjadi sumber hukum. Dalam menyelenggarakan politik hukum,

pemerintah negara tidak bertolak dari norma-norma keadilan yang abstrak melainkan

dari kepentingan-kepentingan yang ada hubungannya dengan situasi konkret

masyarakat yang bersangkutan.

18

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta:UI-Press, 1986), h.122. 19

(27)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Max Weber mengatakan bahwa pertumbuhan sistem hukum modern tidak

dapat dilepaskan dari kemunculan industrilisasi dan kapitalis.20

Huku m modern adalah hukum yang sengaja dibuat oleh manusia untuk

kepentingan-kepentingan tertentu (purposeful). Konstruksi tersebut meliputi juga

pengadaan doktrin, asas dan sebagainya. Konstruksi hukum yang dipakai dalam

konsep Rule of Law dalam tesis ini adalah konstruksi hukum menurut aliran mixed

economy yang menekankan pada studi norma preskriptif mengenai hubungan antara

hukum dan ekonomi dengan tujuan akhir Welfare Economy yang menekankan usaha

lebih luas untuk mencapai/meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara

maksimum.

Sistem hukum

modern yang kita lihat sekarang ini adalah tuntutan industrialisasi yang kapitalis.

Artinya, hukum itu mengabdi dan melayani masyarakat industri-kapitalis dan sistem

hukum harus dapat memberikan alasan rasional dan prediktabilitas dalam kehidupan

ekonomi.

21

Karenanya diperlukan regulasi dua sasaran. Pertama : perumusan kaidah

hukum demi tercapainya kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan menjamin

kinerja individu dalam perekonomian secara seimbang. Kedua : desentralisasi otoritas

(administrative agencies) dan instansi pengatur (regulatory agencies).

22

20

Bandingkan David Trubek dalam O.C Kaligis, Ontologi Tulisan Ilmu Hukum, Jilid 2, (Bandung: Alumni, 2007), h.22.

21

Nindiyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), h.6.

22

(28)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Institusi tersebut diberi wewenang terbatas dan peraturan perundang-undangan untuk melakukan intervensi seperlunya terhadap praktik bisnis terutama yang merugikan masyarakat secara keseluruhan. Wewenang tersebut antara lain dengan diberikan hak kepada pemerintah untuk melakukan investigasi, memberikan petunjuk pelaksanaan, membuat pengaturan pelaksana yang sesuai dengan kebutuhan dunia bisnis dan bila perlu mengambil tindakan resesif dengan menjatuhkan sanksi dalam batas-batas tertentu. 23

Dengan demikian UUPT adalah hukum yang lahir dari politik pemerintah,

sebagaimana setiap produk hukum merupakan produk keputusan politik24, yang jika

dikaitkan dengan masa modern sekarang ini maka hukum yang diciptakan merupakan

tuntutan dari industrialisasi dan kapitaslis yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan

ekonomi yang berujung pada kesejahteraan sosial masyarakat. Karenanya segala

peraturan dan produk hukum yang dinilai tidak dapat mewujudkan stabilitas politik,

pertumbuhan ekonomi diubah dan dihapuskan.25

Sehubungan dengan hukum yang diciptakan tersebut terdapat pula otoritas

pihak tertentu yang diberi wewenang sebagai pengawasnya oleh peraturan

perundang-undangan. Karenanya terhadap UUPT yang diciptakan oleh pemerintah

tersebut dalam hal pelaksanaannya UUPT harus memperhatikan rambu-rambu hukum

lain dan mematuhinya. Peraturan yang menjadi rambu-rambu tersebut adalah

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat yang dalam hal ini instansi yang merupakan

perpanjangan otoritas pemerintah adalah Komisi Pengawas Persaingan Usaha

23 Ibid. 24

Moh. Mahfud MD., Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006), h.65.

25

(29)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

(KPPU). Dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal apabila

perseroan terbatas menjadi perseroan terbuka dan dalam melaksanakan kegiatannya

dibidang pasar modal tersebut selanjutnya diawasi oleh Bapepam-LK.

b. Dokrin Piercing The Corporate Veil 26

Perusahaan adalah kesatuan hukum (legal entity) yang berbeda dan terpisah dari

pemegang saham perseroan. Sebagai suatu kesatuan hukum (legal entity) yang

terpisah dari pemegang sahamnya, perseroan dalam melakukan fungsi hukumnya

bukan bertindak sebagai kuasa dari pemegang saham tetapi bertindak untuk dan atas

nama dirinya sendiri. Ciri utama suatu badan hukum adalah adanya pemisahan antara

harta kekayaan badan hukum dan pribadi pemegang sahamnya. Dengan demikian,

para pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang

dibuat atas nama badan hukum dan juga tidak bertanggung jawab atas kerugian badan

hukum melebihi nilai saham yang telah dimasukkannya.

Akan tetapi dalam hal-hal tertentu tidak tertutup kemungkinan hapusnya

tanggung jawab terbatas tersebut apabila terbukti terjadi hal-hal sebagai berikut:

1. Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi; 2. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung

dengan itikat buruk memanfaatkan perseroan semata-mata untuk kepentingan pribadi;

3. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan; atau

4. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun tidak langsung

secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan yang

26

(30)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang perseroan. 27

Prinsip penerapan terbatas tanggung jawab dari pemegang saham dikenal

dengan prinsip piercing the corporate veil. Prinsip ini dalam bahasa Indonesia

diartikan “menyikap tabir atau cadar perseroan” 28

Menyingkap tabir perseroan. Proses hukum yang dilaksanakan pengadilan biasanya dengan mengabaikan kekebalan umum pejabat perusahaan atau pihak tertentu perusahaan dari tanggung jawab aktivitas perusahaan, misalnya ketika dalam perusahaan dengan sengaja melakukan kejahatan. Doktrin yang ada berpendapat bahwa struktur perusahaan dengan adanya tanggung jawab terbatas pemegang saham dapat mengabaikan tanggung jawab pemegang saham, pejabat perusahaan dan direktur perusahaan. Pengadilan dalam masalah tersebut akan memandang perusahaan hanya dari sisi kegagalan pembelaan atas tindak kejahatan atau kesalahan atau pemberian sanksi hukuman.

. Tabir atau cadar yang disingkap

yang dimaksud adalah diterobosnya pertanggungjawaban terbatas dari pemegang

saham seperti yang telah ditetapkan dalam Pasal 3 ayat (1) UUPT.

Dalam Black’s Law Dictionary, doktrin piercing the corporate veil dijelaskan

sebagai berikut :

Piercing corporate veil. Judicial process whereby court will disregard usual immunity of corporate officers from liability for corporate liabilities; e.g. when incorporation was for sole purpose of perpetrating fraud. The doctrine which holds that the corporate structure with its attended limited liability of stockholders, officers and directors in the case of fraud. The court, however, may look beyond the corporate from only for the defeat of fraud or wrong or the remedying of injustice.

29

27

Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 28

Ningrum N. Sirait, Modul Hukum Perusahaan, (Medan: Program Studi Magister Ilmu Hukum USU, 2006) h.68.

29

Henry Campbell Black, “Black’s Law Dictionary”, Sixth Edition, St Paul, Minn West Publising Co., (1990), h.1033., lihat juga Ningrum N. Sirait, Ibid., lihat juga Chatamarrasjid Ais, Penerobosan Cadar Perseroan dan Soal-soal Aktual Hukum Perusahaan, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 2004), h. 8., lihat juga Tri Widiyono, Direksi Perseroan Terbatas (Bank dan Perseroan) Keberadaan, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab, Berdasarkan Doktrin Hukum dan UUPT, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), h.31.

(31)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Secara harfiah istilah piercing the corporate veil diartikan “mengoyak/

menyingkapi tirai/kerudung perusahaan”.30 Sedangkan dalam ilmu hukum perusahaan,

istilah piercing the corporate veil merupakan suatu doktrin atau teori yang diartikan

sebagai suatu proses untuk membebani tanggung jawab ke pundak orang atau

perusahaan lain, atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh suatu perusahaan pelaku

(badan hukum), tanpa melihat kepada fakta bahwa perbuatan tersebut sebenarnya

dilakukan oleh perusahaan pelaku tersebut. 31

Dengan keberadaan dokrin ini penegak hukum akan mengabaikan status badan

hukum dari perusahaan, dan membebankan tanggung jawab kepada pihak

“organizers” dan “managers” dari perseroan dengan mengabaikan prinsip tanggung

jawab terbatas dari perseroan sebagai badan hukum yang kerap dinikmati oleh mereka.

Dalam melakukan hal tersebut biasanya dikatakan bahwa pengadilan telah

mengoyak/menyingkapi tirai/kerudung perusahaan (to pierce the corporate veil).

“Biasanya teori piercing the corporate veil ini muncul dan diterapkan ketika ada

kerugian atau tuntutan hukum dari pihak ketiga terhadap perseroan tersebut”.32

Doktrin piercing the corporate veil ini bertujuan untuk menghindari hal-hal

yang tidak adil terutama bagi pihak luar perseroan dari tindakan sewenang-wenang

atau tidak layak yang dilakukan atas nama perseroan, baik yang terbit dari suatu

transaksi dengan pihak ketiga maupun yang timbul dari perbuatan menyesatkan atau

perbuatan melawan hukum.

30

Munir Fuady, II, Op.Cit., h.8. 31

Ibid. 32

(32)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Beberapa contoh fakta yang secara universal teori piercing the corporate veil

ini dapat diterapkan antara lain sebagai berikut:

1. Permodalan yang tidak layak (terlalu kecil); 2. Penggunaan dana perusahaan secara pribadi; 3. Ketidakadaan formalitas eksistensi perseroan;

4. Terdapatnya elemen-elemen penipuan dengan cara menyalahgunakan badan hukum perseroan;

5. Terjadi transfer modal/aset kepada pemegang saham;

6. Keputusan diambil tanpa memenuhi formalitas tertentu. Misalnya, tidak dilakukannya RUPS untuk kegiatan yang memerlukan RUPS;

7. Sangat dominannya pemegang saham dalam kegiatan perseroan;

8. Tidak diikutinya ketentuan perundang-undangan mengenai kelayakan permodalan dan asuransi;

9. Tidak dipenuhinya formalitas tentang pembukuan dan record keeping. Misalnya terjadi pencampuradukan antara dana milik perseroan dengan dana milik pribadi pemegang saham;

10.Pemilahan badan hukum. Misalnya, untuk menghindari tanggung jawab yang lebih besar karena kemungkinan gugatan dari pihak korban kebakaran, pengusaha taxi membuat perusahaan sendiri-sendiri yang terpisah-pisah untuk setiap taxi yang dimilikinya;

11.Misrepresentasi. Misalnya, dibuat kesan kepada kreditor bahwa seolah-olah perusahaan memiliki permodalan yang besar dengan aset yang banyak, mengingat pemegang sahamnya memang memiliki aset yang besar;

12.Perusahaan holding dalam kelompok usaha lebih besar, kecenderungannya untuk dimintakan tanggung jawab hukum atas kegiatan anak perusahaannya ketimbang pemegang saham individu dari perusahaan tunggal;

13.Perseroan tersebut hanya sebagai alter ego (kadang-kadang disebut sebagai instrumentally, dummy atau agent) dari pemegang saham yang bersangkutan.

14.Piercing the corporate veil diterapkan untuk alasan ketertiban umum

(openbare orde). Misalnya menggunakan perusahaan untuk melaksanakan hal-hal yang tidak pantas (improper conduct);

15.Piercing the corporate veil diterapkan dalam kasus-kasus kuasi kriminal

(quasi criminal). Misalnya jika perusahaan dipergunakan sebagai sarana untuk menjual minuman keras atau untuk perjudian/lotre.33

Kriteria dasar dan universal agar suatu piercing the corporate veil secara

hukum dapat dijatuhkan adalah sebagai berikut:

33

(33)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

1. Terjadinya penipuan;

2. Didapatkan suatu ketidakadilan;

3. Terjadinya suatu penindasan (oppression); 4. Tidak memenuhi unsur hukum (illegality); 5. Dominasi pemegang saham yang berlebihan;

6. Perusahaan merupakan alter ego dari pemegang saham mayoritasnya.34

Di negara-negara Common Law, terutama di Inggris dan Amerika Serikat,

banyak pengadilan yang menerapkan teori Piercing the Corporate Veil untuk

perusahaan dalam kelompok usaha dengan memberlakukan prinsip hubungan

“agency” di antara perusahaan-perusahaan dalam 1 (satu) kelompok usaha. Demikian

juga sering kali (tetapi tidak selamanya) suatu perusahaan dianggap sebagai “agen”

perusahaan holding-nya.35

a. Apakah keuntungan diberlakukan sebagai keuntungan dari perusahaan holding; Kasus Smith, Stone & Knight v. Birmingham yang diputuskan dalam tahun

1939 di Inggris, memberikan beberapa kriteria yuridis agar secara hukum dapat

dianggap bahwa anak perusahaan merupakan agen dari perusahaan holding, sehingga

teori piercing the corporate veil dapat diterapkan kepada perusahaan holding.

Kriteria-kriteria tersebut adalah :

b. Apakah proses pelaksanaan dikendalikan oleh perusahaan holding;

c. Apakah perusahaan holding merupakan ”kepala dan otak” (head and brain) dari bisnis anak perusahaan;

d. Apakah perusahaan holding mengatur ”the adventure”;

e. Apakah keuntungan dibuat dengan keahlian dan pengarahan dari perusahaan holding;

(34)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

c. Perusahaan Kelompok

Perusahaan kelompok dikenal dengan berbagai macam istilah, ada yang

menyebutnya holding company/ parent company/ controlling company atau dikenal

pula dengan istilah concern/group company.

Perusahaan kelompok adalah perusahaan yang bertujuan untuk memiliki

saham saham satu atau lebih perusahaan lain dan/atau mengatur satu atau lebih

perusahaan lain tersebut.37 Yang lain menyebutnya sebagai satuan ekonomi dimana

badan-badan hukum / perseroan secara organisasi terikat sedemikian rupa sehingga

mereka berada dibawah satu pimpinan.38

Sebagai suatu perusahaan, perusahaan kelompok dapat merupakan perusahaan

dengan berbagai macam bentuk persekutuan perdata, firma, persekutuan komanditer

sampai dengan perseroan terbatas. Bentuk-bentuk tersebut bukanlah suatu keharusan,

namun dalam praktek bisnis sehari-hari ditemukan bahwa perusahaan kelompok Didalam kedua pengertian tersebut diatas

pada prinsipnya memiliki poin yang sama dalam aspek ekonomi, dimana adanya

perusahaan sentral yang memimpin anak-anak perusahaan. Perusahaan sentral

tersebut disebut juga dengan induk perusahaan (parent company/controlling

company) yang kegiatan utamanya adalah melaksanakan investasi pada anak-anak

perusahaan dan selanjutnya mengontrol dan mengawasi kegiatan manajemen anak

perusahaan (daughter company) dan juga mengawasi kegiatan antar anak perusahaan

(sister company).

37

Munir Fuady, II, Op.Cit., h.83-84. 38

(35)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

selalu dibentuk dalam suatu perseroan terbatas. Dengan status hukum perseroan

terbatas maka perusahaan kelompok di Indonesia tunduk kepada UUPT.

Istilah perusahaan kelompok biasanya terdengar dalam kegiatan restrukturisasi

perusahaan, baik itu melalui penggabungan (merger), peleburan (konsolidasi),

pengambilalihan (akuisisi) dan pemisahan (spin off). Walaupun demikian tidak

tertutup kemungkinan perusahaan kelompok terbentuk karena adanya perjanjian

seperti joint venture.39

Didalam perusahaan kelompok, hubungan antara induk dan anak perusahaan terjadi karena berbagai sebab antara lain karena penguasaan saham, karena perjanjian dan dapat juga terjadi karena fakta unipersonal/personnya dimana anggota direksi perusahaan anak adalah juga anggota direksi pada perusahaan induk, sehingga kebijakan dalam menjalankan perseroan ada pada perusahaan induk.40

1. Ketentuan mengenai batas-batas kewenangan dan tanggung jawab direksi, komisaris dan pemegang saham;

Beberapa ketentuan UUPT yang seharusnya diperhatikan baik oleh induk dan

anak perusahaan :

2. Ketentuan mengenai merger, konsolidasi, akuisisi dan [spin off]; 3. Ketentuan mengenai kepemilikan saham;

4. Ketentuan mengenai treasury stock;41

5. Ketentuan pengenai penjaminan saham dan jual beli saham.42

39

Perusahaan Joint Venture terbentuk ketika dua pihak atau lebih, baik secara pribadi maupun perusahaan bermaksud menjadi patner satu sama lainnya untuk suatu kegiatan dan mengatur secara bersama suatu perusahaan baru yang saham-sahamnya dimiliki secara bersama pula. Lihat Erman Rajagukguk, Hukum Tentang Investasi Swasta dan Pembangunan, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992), h.357.

40

Ningrum N. Sirait, Op.Cit., h.32. 41

Treasury stock adalah saham-saham yang dibeli kembali oleh perusahaan. Mengenai pengaturan dan tata cara pelaksanaannya di Indonesia tunduk pada ketentuan yang diatur dalam Pasal 37 sampai dengan Pasal 40 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007.

42

(36)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

d. Prinsip Good Corporate Governance

Konsep Good Corporate Governance (GCG) mulai banyak di perbincangkan

di Indonesia pada pertengahan tahun 1997, saat krisis ekonomi melanda Asia

Tenggara termasuk Indonesia. Dampak dari krisis tersebut, banyak perusahaan

berjatuhan karena tidak mampu bertahan, salah satu penyebabnya adalah karena

pertumbuhan yang dicapai selama ini tidak dibangun di atas landasan yang kokoh

sesuai prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.

Akibat dari kondisi yang demikian, pemerintah melalui Kementerian Negara

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mulai memperkenalkan konsep GCG di

lingkungan BUMN, sebagai salah satu upaya untuk memperbaiki kinerja BUMN

yang memiliki nilai aset yang demikian besar untuk mendukung pencapaian

penerimaan/pendapatan negara, sekaligus menghapuskan berbagai bentuk praktek

inefisiensi, korupsi, kolusi, nepotisme dan penyimpangan lainnya untuk memperkuat

daya saing BUMN menghadapi pasar global.43

Dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-117/M-Mbu/2002 tentang

Penerapan Praktek GCG pada BUMN dijelaskan bahwa corporate governance adalah

suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan

keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang

saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders

43

(37)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.44

Penerapan GCG itu sendiri dalam perseroan terbatas telah diperkuat dengan

kepastian hukum, dengan lahirnya Keputusan Menteri Negara/Kepala Badan

Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara

No.Kep-23/PMPBUMN/2000 tanggal 31 Mei 2000 tentang Pengembangan Praktek Good

Corporate Governance (GCG) dalam Perusahaan Perseroan.

Jadi GCG dapat diartikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan

untuk meningkatkan keberhasilan usaha, dan akuntabilitas perusahaan yang bertujuan

untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang dengan memperhatikan

kepentingan stakeholders serta berlandaskan peraturan perundang-undangan, moral

dan nilai etika.

45

Corporate governance terdiri atas sekumpulan mekanisme yang saling berkaitan yang terdiri atas pemegang saham institusional, dewan direksi dan komisaris, para manajer yang dibayar berdasarkan kinerjanya, pasar sebagai pengendali perseroan, struktur kepemilikan, struktur keuangan, investor terkait, persaingan produk.

Pengertian GCG menurut beberapa ahli antara lain :

Menurut Ernst and Young :

46

Corporate governance adalah sistem yang mengatur, mengelola, dan mengawasi proses pengendalian usaha menaikan nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor, dan masyarakat Menurut Hessel Nogi S. Tangkilisan :

(38)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

sekitar. Good Corporate Governance berusaha menjaga keseimbangan di antara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan masyarakat.47

1. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing organ-organ perusahaan yang diangkat setelah melalui fit and proper test, sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien;

Berdasarkan pengertian diatas, corporate governance berarti seperangkat

aturan yang dijadikan acuan manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan

secara baik, benar, dan penuh integritas, serta membina hubungan dengan para

stakeholders, guna mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan yang telah

ditetapkan, baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam GCG

merupakan esensi yang mendasar. Melalui pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip

dasar tersebut diharapkan GCG dapat tercapai, baik oleh pemerintah selaku pembuat

kebijakan maupun oleh para pelaku usaha sebagai pihak yang melaksanakan

kebijakan tersebut.

Secara umum, prinsip-prinsip dasar dalam GCG adalah :

2. Kemandirian (independency), yaitu suatu keadaan, perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun, terutama pemegang saham mayoritas, yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat;

3. Transparansi (transparancy), yaitu keterbukaan terhadap proses pengambilan keputusan, dan penyampaian informasi mengenai segala aspek perusahaan terutama yang berkaitan dengan kepentingan stakeholders dan publik secara benar dan tepat waktu;

4. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu perwujudan kewajiban organ perusahaan untuk melaporkan kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan keberhasilan maupun

47

(39)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

kegagalannya dalam pencapaian visi, misi, tujuan dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan; dan

5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.48

Prinsip-prinsip dasar tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk konkrit antara

lain dengan melakukan pemisahan tanggung jawab dan kewenangan yang disertai

dengan mekanisme kerjasama antara organ-organ perusahaan, melakukan

pengawasan ketika organ-organ tersebut melaksanakan tugasnya untuk menghindari

adanya benturan kepentingan atau tekanan, melakukan sistem pengendalian internal

dan eksternal yang kuat dan pengungkapan informasi material mengenai perusahaan

melalui media yang dapat diakses dengan mudah oleh pihak-pihak yang

berkepentingan, serta menetapkan visi, misi, tujuan dan strategi secara jelas sehingga

kinerja perusahaan maupun kontribusi masing-masing individu dapat dinilai secara

objektif.

Penerapan prinsip-prinsip GCG diharapkan dapat mencapai 4 (empat) situasi

ideal, yakni : 49

a. Existence of fair business : efficient market, efficient regulation and efficeient contract;

b. Information regrading the (fair) price and specification of goods and services being exchange is available to all parties;

c. Each party is able is wiling to comply to the rules and regulations, and term and condition in contract;

d. Judicial processes exist and are able to emplement the rules and to execute punishment to the non compliant of the contract.

48

Johannes Ibrahim, Op.Cit., h. 72. 49

(40)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Diterjemahkan secara bebas sebagai berikut :

a. Keberadaan bisnis yang dikelola secara fair, mencakup efisiensi pasar, efisiensi regulasi dan efisiensi kontrak;

b. Adanya informasi tentang harga dan spesifikasi dari barang dan jasa yang menjadi objek pertukaran para pihak;

c. Kemauan dan kemampuan para pihak untuk mengikuti aturan dan regulasi, syarat-syarat dan kondisi dalam kontrak; dan

d. Adanya proses peradilan, kepastian hukum dan pelaksanaan hukum bagi pihak yang tidak melaksanakan kontrak.

2. Konsepsi

Penelitian ini berjudu l “ Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang

Saham Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007”.

Pengertian dari judul penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Saham adalah bukti penyertaan pemegang saham dalam perseroan terbatas yang

disertai hak-hak yang melekat pada saham dan juga merupakan bukti kepemilikan

harta bersama melalui penyetoran penuh modal yang diambil bagaian oleh para

pemegang saham perseroan terbatas yang keberadaannya telah melalui

mekanisme pendaftaran di Menteri Hukum dan HAM.50

b. Kepemilikan Silang didalam perseroan terbatas yang dikenal dengan istilah cross

holding adalah suatu keadaan dimana perseroan terbatas memiliki saham yang

dikeluarkan oleh perseroan terbatas lain yang sahamnya secara langsung atau

tidak langsung telah dimiliki oleh perseroan, demikian pula sebaliknya.

Kepemilikan secara langsung adalah apabila perseroan A memiliki saham pada

50

(41)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

perseroan B secara langsung tanpa melalui pemilikan pada suatu perseroan antara

dan sebaliknya perseroan B memiliki saham pada perseroan A. Sedangkan

kepemilikan silang secara tidak langsung adalah kepemilikan saham perseroan A

pada perseroan B melalui satu atau lebih perseroan antara dan sebaliknya

perseroan B memiliki saham pada perseroan A. 51

c. Kepemilikan Silang yang dikenal dengan istilah cross ownership adalah

kepemilikan saham mayoritas pada beberapa perusahaan sejenis yang melakukan

kegiatan usaha dalam bidang yang sama pada pasar bersangkutan yang sama, atau

mendirikan beberapa perusahaan yang memiliki kegiatan usaha yang sama pada

pasar bersangkutan yang sama, apabila kepemilikan tersebut mengakibatkan :

1. Satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari

50% (lima puluh persen) pangsa pasar satu barang atau jasa tertentu.

2. Dua atau tiga pelaku usaha atau kelompok pelaku usaha menguasai lebih

dari 75% (tujuh puluh lima persen) pangsa pasar satu jenis barang atau jasa

tertentu.52

d. Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar

yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

51

Lihat Penjelasan Pasal 36 ayat (1) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

52

(42)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

e. Perusahaan Kelompok adalah perusahaan-perusahaan berbadan hukum yang

secara organisasi terikat dalam satu pimpinan sentral yang kegiatan utamanya

adalah melakukan investasi pada anak-anak perusahaan dan selanjutnya

melakukan pengawasan atas kegiatan manajemen anak perusahaan.

G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian normatif, yaitu penelitian

yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam

hukum positif dengan sifat penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini adalah

penelitian normatif dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach) yang

melakukan pengkajian peraturan perundang-undangan dengan tema sentral penelitan.

Dalam judul tesis “Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham

Menurut Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007”, penelitian

hukum dipergunakan untuk mengkaji pengaturan tentang kepemilikan silang saham

dalam perseroan terbatas dan mengkaji bagaimana proses terjadinya kepemilikan

silang saham serta dampak dari kepemilikan silang tersebut.

2. Bahan Penelitian

Lazimnya didalam penelitian, dibedakan antara data yang diperoleh langsung

dari masyarakat (data primer) dan dari bahan pustaka (data sekunder).53

53

Soerjono Soekanto, Op.Cit., h.12.

(43)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

Sehubungan dengan penelitian ini, maka data-data yang dipergunakan adalah

berupa data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder

dan bahan hukum tesier.

a. Bahan hukum primer yaitu peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

penelitian ini.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, buku-buku, hasil-hasil penelitian, karya ilmiah,

ulasan hukum, dan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan.

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk atau penjelasan

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu kamus (hukum),

majalah, jurnal ilmiah, surat kabar.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan

(library research) yaitu menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan

kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder dan bahan hukum tersier.

4. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpulan data akan dilakukan melalui studi

dokumen dengan mengumpulkan data sekunder guna dipelajari kaitannya dengan

permasalahan yang diajukan. Data ini diperoleh dengan mempelajari buku-buku, hasil

penelitian, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan objek telaahan

(44)

Juliana Citra : Kajian Hukum Tentang Kepemilikan Silang Saham Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, 2009.

5. Analisis Data

Analisis data terhadap data sekunder yang diperoleh dilakukan setelah

diadakan terlebih dahulu pemeriksaan, pengelompokan, pengolahan dan dievaluasi,

lalu dianalisis secara kualitatif dan kemudian diolah dengan menggunakan metode

deduktif dan terakhir dilakukan pembahasan untuk menjawab permasalahan yang

Gambar

Gambar-1 Contoh Skema Kepemilikan Holding Company
Gambar-2 Contoh Skema Kepemilikan Piramid
Gambar-3 Contoh Skema Kepemilikan Sendiri oleh Perseroan Akibat Merger
Gambar-4 Contoh Skema Kepemilikan oleh Anak Perusahaan Akibat Merger
+2

Referensi

Dokumen terkait

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul : Perlindungan Hukum Terhadap Perseroan Terbatas Atas Pembelian Kembali Saham Di Pasar Modal Berdasarkan

Pengambilalihan, atau Pemisahan, pengajuan permohonan agar Perseroan dinyatakan pailit, perpanjangan jangka waktu berdirinya, dan pembubaran Perseroan dapat dilangsungkan jika

Dalam pasal 135 angka 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas juga dijelaskan bahwa pemisahan tidak murni berdampak pada sebagian aktiva

Kurniawan, “Tanggung Jawab Direksi dalam Kepailitan Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang- Undang Perseroan Terbatas”, Jurnal Mimbar huku m, Vol. Tanggung Jawab dan

Perseroan terbatas yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang sumber daya alam adalah perseroan terbatas yang kegiatan usahanya mengelola dan memanfaatkan sumber

Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak terpenuhi; Hal ini terjadi apabila Perseroan gagal memenuhi syarat dan prosedur yang menyebabkan perseroan

pertanggungjawaban atas terjadinya kepailitan perseroan. Hal ini dapat kita dapati pengaturannya di dalam Pasal 97 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Bahwa ternyata syarat perseroan terbatas harus didirikan oleh dua orang atau lebih tersebut tidak berlaku bagi perseroan yang merupakan Badan Usaha Milik Negara