TESIS
Oleh
ELYSA PRATIWI
097018011/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
SE K O L A H
P A
S C
ANALISIS DETERMINAN EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO)
INDONESIA KE UNI EROPA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ELYSA PRATIWI
097018011/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS DETERMINAN EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA KE UNI EROPA
Nama Mahasiswa : Elysa Pratiwi Nomor Pokok : 097018011
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui: Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, S.E.,M.Ec) (Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) Ketua Anggota
Ketua Program Studi Direktur,
Telah diuji pada
Tanggal : 16 Agustus 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, S.E.,M.Ec
Anggota : 1. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul :
“Analisis Determinan Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa”
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapa pun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara
benar dan jelas.
Medan, 16 Agustus 2011
Yang membuat pernyataan
ANALISIS DETERMINAN EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA KE UNI EROPA
ABSTRAK
Uni Eropa merupakan salah satu pasar alternatif yang strategis bagi produk Indonesia terutama dari hasil hutan dan Crude Palm Oil (CPO). Produk Indonesia akan bisa merambah pasar Eropa asalkan memiliki standar produk. Uni Eropa salah satu pasar alternatif yang strategis dibandingkan dengan pasar-pasar yang lain. Dengan demikian akses pasar akan lebih luas ke negara lain.
Berdasarkan data Oil World Annual & MBOP, ekspor CPO Indonesia ke beberapa Negara tujuan tahun 2002 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa pasar ekspor utama Indonesia adalah Uni Eropa, India dan China. Pada tahun 2002 sampai dengan 2007 Uni Eropa adalah pasar terbesar kedua bagi Indonesia, namun mulai pada tahun 2008 pasar Uni Eropa sudah menjadi pasar utama bagi Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa masih cerahnya pasar Uni Eropa bagi Indonesia, walaupun Uni Eropa menerapkan beberapa kebijakan mengenai impor CPO.
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengnalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Kemudian tujuan khususnya yaitu untuk menganalisis variabel-variabel seperti nilai tukar rupiah, produksi CPO domestic dan harga CPO dunia mempengaruhi harga ekspor CPO. Kemudian harga ekspor CPO, pendapatan perkapita Uni Eropa, produksi minyak makan Uni Eropa dan harga minyak mentah dunia mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Oil World Annual
& MPOB, Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), World Bank, EBB Uni Eropa dan dari berbagai sumber lainnya yang mendukung tahun 2000 s/d 2009. Penelitian ini menggunakan persamaan struktural yaitu Path Analyis yang dibantu dengan program aplikasi AMOS atau Analysis of Moment Structure.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan, produksi CPO domestik mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan dan harga CPO dunia mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga ekspor CPO. Harga ekspor CPO mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan, nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan, produksi CPO domestik mempunyai pengaruh positif dan signifikan, harga CPO dunia mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan, pendapatan perkapita mempunyai pengaruh negatif dan signifikan, produksi minyak makan mempunyai pengaruh positif dan signifikan, dan harga minyak mentah dunia mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia.
ANALYZE DETERMINATION CRUDE PALM OIL CPO EXPORTS OF INDONESIA FOR EUROPEAN UNION
ABSTRACT
European Union (UE) is one of strategic alternative markets for Indonesia products especially for forest products and Crude Palm Oil (CPO). Indonesia Products will be able to enter/compete in Europe market in condition that products can meet the standard. European Union is one of strategic alternative markers compared with other existing markets. Thus, the market can be expanded to other countries widely.
Based on data of Oil World Annual & MBOP, the export of Indonesia on CPO (Crude Palm Oil) to some destination countries from 2002 until 2009 indicates that Indonesia's main exporting markets are namely European Union, India and China. In 2002 and 2007 the European Union is the second largest market for Indonesia, but starting from 2008, the EU (European Union) market has become a major market of Indonesia though Europe Union applies restricted policies on CPO (Crude Palm Oil) importing.
The general objectives if this thesis is to analyze factors that influence CPO exports of Indonesia for European Union (UE). In addition, special objective is to analyze the variables such as exchange rate of rupiah, production of domestic CPO and World CPO prices that influence export price of CPO. Moreover, the export price of CPO, per capita income of European Union (EU), and both edible oil of European Union (EU) and Crude Palm Oil prices that influence CPO exports of Indonesia to European Union (EU).
The used data is secondary data which is obtained form Oil World Annual & MPOB, Statistical Centre, Bank of Indonesia (BI), World Bank, EBB of European Union (EU) and supporting data sources in 2000 until 2009. This research applies similarity structure known as Path Analysis which is equipped by AMOS Application or Analysis of Moment Structure.
The result of this research indicates that exchange rate impacts possitively but not significantlly, domestic production of CPO impacts negativelly and insignificantly and world CPO prices impact possitvelly and significantlly towards export price of CPO. The export price of CPO impacts positively but insignificantly, exchange rate impacts positively and significantly, domestic production of CPO impacts positively and significantly, world price of CPO impacts negatively and insignificantly, per capita income impacts negatively and significantly, production of edible oil impacts positively and significantly, and World Crude Oil prices impacts negatively and significantly towards CPO exports of Indonesia.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: “Analisis Ekspor Crude Palm
Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa” ini.
Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian tesis ini, penulis senantiasa mendapat bantuan dari berbagai
pihak terutama dari kedua orang tuaku H. Sunarki dan Hj. Puspa Iriani, serta adik-adikku.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H, M.S selaku Wakil
Direktur I dan II Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin S, S.E, M.Ec, selaku Ketua Program Studi
Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin S, S.E, M.Ec, selaku Ketua Pembimbing dan
Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Anggota Pembimbing yang telah
banyak memberikan saran, bimbingan dan petunjuk bagi penulis.
6. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, Bapak Dr. Ir. Rahmanta
Ginting, MSi dan Bapak Dr. H.B. Tarmizi, SU, MSi selaku Pembanding atas
7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
8. Seluruh rekan-rekan kerja KJPP MBPRU Cabang Medan.
9. Teman seperjuangan: Pak Zuhri, Bang Nanang, Bang Juara, Bang Darwin, Wahyu,
Bang Hotlan, Kiky, Nanda, Nina, Endang dan Fitri.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan, oleh
karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna menyempurnakan penulisan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis ini dapat
berguna bagi kita semua.
Medan, 16 Agustus 2011
RIWAYAT HIDUP
Nama : ELYSA PRATIWI
Agama : Islam
Tempat/Tanggal Lahir : P. Siantar / 4 Oktober 1983
Jenis Kelamin : Perempuan
Warga Negara : Indonesia
Pekerjaan : Konsultan Appraisal di KJPP MBPRU
Cabang Medan
Alamat : Jalan Pembangunan, Komplek Pondok Surya
Indah Blok 4 No. 137, Medan
Nama Orang Tua Laki-laki : H. Sunarki
Nama Orang Tua Perempuan : Hj. Puspa Iriani
Riwayat Pendidikan Formal
Sekolah Dasar : Negeri 16 Meulaboh, Aceh Barat
Sekolah Menengah Pertama : Negeri 1 Banda Aceh
Diploma IV : Teknik Manajemen Pabrik, USU
DAFTAR ISI
2.1.2. Perdagangan Internasional ... 15
2.1.3. Permintaan dan Penawaran Ekspor ... 23
2.1.4. Faktor Nilai Tukar ... 25
2.1.5. Faktor Produksi ... 26
2.1.6. Faktor Harga ... 26
2.1.7. Faktor Pendapatan Perkapita ... 27
2.2. Peneliti Terdahulu ... 27
2.3. Kerangka Konseptual ... 29
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 33
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 33
3.3. Metode Analisis Data ... 34
3.3.1. Model Analisis ... 34
3.3.2.Variabel Penelitian ... 35
3.4. Metode Path Analysis ... 35
3.4.1. Uji Asumsi ... 37
3.4.2. Uji Statistik ... 40
3.4.3. Uji Hipotesis dan Uji Hubungan ... 42
3.5. Definisi Operasional ... 43
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN... 44
4.1. Gambaran Umum Kinerja Ekspor CPO Indonesia ... 44
4.1.1. Industri Kelapa Sawit ... 44
4.1.2. Perkebunan Kelapa Sawit ... 48
4.1.3. Produksi dan Pangsa Pasar Minyak Sawit (CPO) Indonesia ... 48
4.2. Perkembangan Produk Turunan CPO Uni Eropa ... 50
4.2.1. Perkembangan Minyak Makan Uni Eropa ... 50
4.2.2. Perkembangan Biodiesel Uni Eropa ... 51
4.3. Perkembangan Harga CPO Dunia ... 54
4.4. Pendapatan Perkapita Uni Eropa ... 55
4.5. Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia ... 57
4.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD ... 60
4.7. Analisis Pembahasan Ekspor CPO Indonesia Ke Uni Eropa ... 62
4.7.1. Uji Asumsi ... 62
4.7.2. Analisis Model ... 63
4.7.3. Uji Kesesuaian dan Uji Hubungan Kausal ... 63
4.7.6. Pembahasan ... 74
4.7.7. Kelemahan Studi ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 88
5.1. Kesimpulan ... 88
5.2. Saran ... 91
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan ('000 Ton) ... 4
3.1. Indeks Pengujian Kelayakan Model ... 42
4.1. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Impor Minyak Kelapa Sawit Indonesia 49 4.2. Perkembangan Harga CPO ... 54
4.3. Hasil Komputerisasi Criteria Goodness of Fit Indices Model ... 63
4.4. Regression Weight Measurement Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 65
4.5. Koefisien Jalur Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 69
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1.1. Produksi CPO Indonesia ... 3
2.1. Kerangka Konseptual Analisis Determinan Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 30
2.2. Hipotesis Penelitian Analisis Determinan Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 32
4.1. Pohon Industri Kelapa Sawit & Produk Turunannya ... 45
4.2. Perkembangan Ekspor Indonesia, Ekspor Dunia & Pertumbuhan Ekspor Indonesia (2002-2008) ... 49
4.3. Produksi Minyak Makan Uni Eropa (‘000 Ton) ... 50
4.4. Perkembangan Kapasitas Biodiesel Uni Eropa (‘000 Ton/Tahun) ... 52
4.5. Perkembangan Produksi Biodiesel Uni Eropa (‘000 Ton/Tahun) ... 53
4.6. Pendapatan Perkapita Uni Eropa (USD) ... 56
4.7. Harga Minyak Mentah Dunia (Brent) (USD/Barrel) ... 60
4.8. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD ... 61
4.9. Hasil Perhitungan Regression Weight Measurement Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 64
4.10. Hasil Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 71
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Peta Tujuan Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 95
2. Data Nilai Tukar Rupiah terhadap USD ... 96
3. Data Produksi CPO Domestik ... 97
4. Data Harga CPO Dunia ... 98
5. Data Harga Ekspor CPO Domestik ... 99
6. Data Pendapatan Perkapita Uni Eropa ... 100
7. Data Produksi Minyak Makan Uni Eropa ... 101
8. Data Harga Minyak Mentah Dunia ... 102
9. Data Ekspor CPO Indonesia ... 103
DAFTAR SINGKATAN
BKPM Badan Koordinasi Penanaman Modal
BI Bank Indonesia
BPS Badan Pusat Statistik
CIF Cost, Insurance and Freight
CPO Crude Palm Oil
EBB European Biodiesel Board
ECHA European Chemicals Agency
EU European Union
FFA Free Fatty Acids
GDP Gross Domestic Product
MPOB Malaysian Palm Oil Board
PBS Perkebunan Besar Swasta
PKO Palm Kernel Oil
PKS Pabrik Kelapa Sawit
PR Perkebunan Rakyat
PTPN PT. Perkebunan Nusantara
RBD Refined Bleached Deodorized
REACH Registration, Authorisation and Restriction of Chemicals
ANALISIS DETERMINAN EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA KE UNI EROPA
ABSTRAK
Uni Eropa merupakan salah satu pasar alternatif yang strategis bagi produk Indonesia terutama dari hasil hutan dan Crude Palm Oil (CPO). Produk Indonesia akan bisa merambah pasar Eropa asalkan memiliki standar produk. Uni Eropa salah satu pasar alternatif yang strategis dibandingkan dengan pasar-pasar yang lain. Dengan demikian akses pasar akan lebih luas ke negara lain.
Berdasarkan data Oil World Annual & MBOP, ekspor CPO Indonesia ke beberapa Negara tujuan tahun 2002 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa pasar ekspor utama Indonesia adalah Uni Eropa, India dan China. Pada tahun 2002 sampai dengan 2007 Uni Eropa adalah pasar terbesar kedua bagi Indonesia, namun mulai pada tahun 2008 pasar Uni Eropa sudah menjadi pasar utama bagi Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa masih cerahnya pasar Uni Eropa bagi Indonesia, walaupun Uni Eropa menerapkan beberapa kebijakan mengenai impor CPO.
Tujuan umum penelitian adalah untuk mengnalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Kemudian tujuan khususnya yaitu untuk menganalisis variabel-variabel seperti nilai tukar rupiah, produksi CPO domestic dan harga CPO dunia mempengaruhi harga ekspor CPO. Kemudian harga ekspor CPO, pendapatan perkapita Uni Eropa, produksi minyak makan Uni Eropa dan harga minyak mentah dunia mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Oil World Annual
& MPOB, Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), World Bank, EBB Uni Eropa dan dari berbagai sumber lainnya yang mendukung tahun 2000 s/d 2009. Penelitian ini menggunakan persamaan struktural yaitu Path Analyis yang dibantu dengan program aplikasi AMOS atau Analysis of Moment Structure.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan, produksi CPO domestik mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan dan harga CPO dunia mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga ekspor CPO. Harga ekspor CPO mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan, nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan, produksi CPO domestik mempunyai pengaruh positif dan signifikan, harga CPO dunia mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan, pendapatan perkapita mempunyai pengaruh negatif dan signifikan, produksi minyak makan mempunyai pengaruh positif dan signifikan, dan harga minyak mentah dunia mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia.
ANALYZE DETERMINATION CRUDE PALM OIL CPO EXPORTS OF INDONESIA FOR EUROPEAN UNION
ABSTRACT
European Union (UE) is one of strategic alternative markets for Indonesia products especially for forest products and Crude Palm Oil (CPO). Indonesia Products will be able to enter/compete in Europe market in condition that products can meet the standard. European Union is one of strategic alternative markers compared with other existing markets. Thus, the market can be expanded to other countries widely.
Based on data of Oil World Annual & MBOP, the export of Indonesia on CPO (Crude Palm Oil) to some destination countries from 2002 until 2009 indicates that Indonesia's main exporting markets are namely European Union, India and China. In 2002 and 2007 the European Union is the second largest market for Indonesia, but starting from 2008, the EU (European Union) market has become a major market of Indonesia though Europe Union applies restricted policies on CPO (Crude Palm Oil) importing.
The general objectives if this thesis is to analyze factors that influence CPO exports of Indonesia for European Union (UE). In addition, special objective is to analyze the variables such as exchange rate of rupiah, production of domestic CPO and World CPO prices that influence export price of CPO. Moreover, the export price of CPO, per capita income of European Union (EU), and both edible oil of European Union (EU) and Crude Palm Oil prices that influence CPO exports of Indonesia to European Union (EU).
The used data is secondary data which is obtained form Oil World Annual & MPOB, Statistical Centre, Bank of Indonesia (BI), World Bank, EBB of European Union (EU) and supporting data sources in 2000 until 2009. This research applies similarity structure known as Path Analysis which is equipped by AMOS Application or Analysis of Moment Structure.
The result of this research indicates that exchange rate impacts possitively but not significantlly, domestic production of CPO impacts negativelly and insignificantly and world CPO prices impact possitvelly and significantlly towards export price of CPO. The export price of CPO impacts positively but insignificantly, exchange rate impacts positively and significantly, domestic production of CPO impacts positively and significantly, world price of CPO impacts negatively and insignificantly, per capita income impacts negatively and significantly, production of edible oil impacts positively and significantly, and World Crude Oil prices impacts negatively and significantly towards CPO exports of Indonesia.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk
perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung
berkembang dan memiliki prospek baik ke depan adalah Perkebunan Kelapa Sawit.
Dilihat dari proses awalnya, tanaman kelapa sawit sebagai tanaman keras akan
menghasilkan minyak sawit dan inti sawit yang telah dikenal di Indonesia sejak jaman
Belanda. Sedangkan hilirnya, minyak sawit dan inti sawit tersebut dapat diolah lebih
lanjut dan akan menghasilkan minyak goreng (olein), mentega dan bahan baku sabun
(stearin). Lebih ke hilir lagi, komoditi ini dapat menghasilkan ratusan produk turunan
lainnya yang secara umum dikonsumsi masyarakat dunia saat ini. Dan saat ini salah satu
perkembangan produk turunan kelapa sawit adalah bahan bakar minyak, dimana dengan
ditemukannya teknologi ini otomatis kebutuhan CPO sebagai produk turunan pertama
kelapa sawit meningkat tajam yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga CPO di
pasar internasional (Pahan Iyung. 2006).
Sampai saat ini produksi minyak kelapa sawit masih belum mampu mencukupi
kebutuhan dunia di masa mendatang. Siklus badai El Nino yang diprediksi akan
menyerang Indonesia dan Malaysia selaku negara produsen sawit utama dunia. Imbasnya
Padahal saat itu konsumsi CPO dunia terus meningkat. Indonesia pada tahun depan
seharusnya bisa meningkatkan ekspornya hingga 50% dari total kebutuhan dunia. Sebagai
catatan, saat ini Indonesia masih menguasai 44% persen market share perdagangan CPO
dunia. Selain faktor cuaca, sebagian besar pohon kelapa sawit juga membutuhkan
peremajaan, sementara standar hidup yang makin tinggi di berbagai negara juga
menambah kebutuhan akan minyak nabati.
Selain kebutuhan pangan, kelapa sawit juga sangat diperlukan di industri farmasi,
kosmetik, baja, bahkan juga biodiesel. Seperti diketahui minyak kelapa sawit menjadi
salah satu sumber energi alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan dan dan dapat
diperbarui. Bahkan sesungguhnya Indonesia dapat menjadi penentu harga sawit dunia,
mengingat posisinya sebagai produsen nomor satu di dunia. Sayangnya fakta saat ini
adalah penentuan harga ada di tangan pembeli bukan penjual.
Produk CPO merupakan komoditas strategis di pasar global, sehingga kondisi dan
harga CPO di pasar domestik sangat dipengaruhi oleh pasar global. Produk CPO
merupakan komoditas ekspor potensial dan memberikan kontribusi cukup besar bagi
perolehan devisa.
Berdasarkan informasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia dan pada tahun 2010. Dan dunia
berharap Indonesia memberikan kontribusi besar terhadap kebutuhan CPO dunia. Hal ini
lahan pengembangan yang baru, hanya bertumpu pada peningkatan produktivitas sebesar
3% per tahun.
Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia dengan volume 20,5 juta ton
tahun 2009. Indonesia memasok 47% kebutuhan CPO dunia. Indonesia dan Malaysia
menguasai 85% pasar CPO dunia. Yang diantaranya diekspor ke Uni Eropa. Beberapa
negara tujuan ekspor lain adalah India, China, dan Singapura. Saat ini pasar Eropa
merupakan tujuan ekspor terbesar untuk CPO Indonesia.
Indonesia merupakan produsen minyak sawit kedua terbesar di dunia setelah
Malaysia pada periode 2001-2005. Sejak tahun 2006, jumlah produksi minyak sawit
Indonesia telah melebihi Malaysia. Pada tahun 2002 total produksi minyak sawit baru
mencapai 9,37 juta ton dan pada tahun 2005 total produksi minyak sawit telah mencapai
14,10 juta ton atau meningkat hampir dua kali lipat dalam kurun waktu 4 tahun.
Sedangkan pada tahun 2009, produksi minyak sawit Indonesia mencapai 20,5 juta ton.
Dibandingkan produksi tahun 2008 sebesar 19,3 juta ton maka terjadi peningkatan sebesar
5,7% dari produksi tahun 2008. Produksi CPO Indonesia berdasarkan adalah seperti pada
Gambar 1.1 berikut.
Berdasarkan uraian diatas, permintaan dunia terhadap produk CPO asal Indonesia
terus meningkat, permintaan negara-negara Uni Eropa terhadap CPO dan produk
turunannya asal Indonesia ternyata terus mengalami peningkatan signifikan. Bahkan,
permintaan CPO jauh lebih dominan ketimbang produk turunan CPO.
Tabel 1.1. Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan ('000 Ton)
Tahun Negara Tujuan
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Uni Eropa 1.496 1.682 1.885 2.183 2.614 2.782 3.207 3.632 India 1.767 1.916 2.035 2.335 2.789 3.010 3.053 3.096 China 789 980 1.269 1.589 1.930 2.071 2.492 2.913
Jumlah 6.490 7.370 8.996 10.436 12.539 12.650 14.470 16.290
Source: Oil World Annual & MBOP, 2010
Sumber Data: Dirjend Bina Produksi Perkebunan, Deptan RI, 2010
Pada tahun 2009, ekspor CPO Indonesia ke negara-negara Uni Eropa sebesar 3,6
juta ton. Dilihat dari komposisi tujuan ekspor, pangsa pasar ekspor CPO dan produk
turunannya yang masuk ke negara-negara Uni Eropa sebesar 16,97% pada tahun 2004,
Berdasarkan data diatas, ekspor CPO Indonesia ke beberapa Negara tujuan tahun
2002 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa pasar ekspor utama Indonesia adalah Uni
Eropa, India dan China. Pada tahun 2002 sampai dengan 2007 Uni Eropa adalah pasar
terbesar kedua bagi Indonesia, namun mulai pada tahun 2008 pasar Uni Eropa sudah
menjadi pasar utama bagi Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa masih cerahnya pasar
Uni Eropa bagi Indonesia, walaupun Uni Eropa menerapkan beberapa kebijakan mengenai
impor CPO.
Menurut Kementrian BUMN (25 Juni 2009), Uni Eropa menjanjikan insentif
tambahan dan akan menolong eksportir CPO asal Indonesia, terutama yang proses
produksinya bersahabat dengan lingkungan (ecofriendly). Insentif tambahan itu diberikan
hanya kepada pengekspor yang memproduksi dan memproses secara ramah lingkungan,
karena maksud dari kebijakan ini adalah kepedulian terhadap lingkungan.
Dasar pemikiran ini adalah Uni Eropa berupaya meningkatkan pemanfaatan
biofuel di kawasan mereka, dan salah satunya adalah CPO. Insentif tambahan ini tidak
akan merugikan pengekspor crude palm oil (CPO) yang tidak memproduksi secara ramah
lingkungan. Semua pengekspor CPO asal Indonesia akan menikmati tarif yang sama
seperti yang diperoleh selama ini, terlepas dari bagaimana CPO itu diproduksi dan
diproses. Maka Uni Eropa tidak pernah akan membatasi ekspor minyak kelapa sawit asal
Indonesia, kenyataannya ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa memperlihatkan kenaikan.
Tentu, jika ada yang menyatakan Uni Eropa membatasi CPO dari Indonesia, ekspor dari
Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa akan terus tumbuh karena Uni Eropa
menerapkan beberapa kebijakan bukan untuk menghentikannya tapi untuk melindungi
lingkungan yang saat ini sudah mulai rusak akibat adanya perkebunan. Dan ekspor CPO
Indonesia tetap menikmati akses penuh dan tanpa hambatan tarif ke pasar Uni Eropa.
Produsen CPO dari Indonesia tidak akan dikenakan tarif yang lebih tinggi terlepas dari
bagaimana minyak kelapa sawit tersebut diproduksi dan diproses.
Uni Eropa merupakan salah satu pasar alternatif yang strategis bagi produk
Indonesia terutama dari hasil hutan dan Crude Palm Oil (CPO). Produk Indonesia akan
bisa merambah pasar Eropa asalkan memiliki standar produk. UE salah satu pasar
alternatif yang strategis dibandingkan dengan pasar-pasar yang lain. Dengan demikian
akses pasar akan lebih luas ke negara lain.
Peningkatan kerja sama antara Negara Asean - Uni Eropa khususnya Uni Eropa
dan Indonesia. Indonesia membutuhkan line kerja sama tradding (perdagangan) dan
platform mengenai investasi. Kemudian capacity building karena sebenarnya ekonomi
Indonesia dengan ekonomi Uni Eropa itu lebih banyak komplementernya dibandingkan
kompetisinya. Maka banyak produk yang Indonesia unggul dan Uni Eropa
membutuhkannya. Dan juga Uni Eropa memiliki teknologi maupun keuangan yang kuat
dan juga membantu Uni Eropa yang begitu besar.
Kedua kekuatan ekonomi ini bisa meningkatkan kerja sama yang lebih sinergis
dibandingkan dengan kerja sama di bidang yang lain. Melalui kerja sama Negara Asean -
pembangunan di Indonesia. Sekaligus meminta Uni Eropa membuka pasar untuk
produk-produk dari Indonesia.
Produk turunan utama dari CPO yang di produksi oleh Uni Eropa yaitu minyak
makan. berdasarkan data Oil World, produksi minyak makan (edible oil) Uni Eropa
menurun dari 17,08 juta ton di tahun 2000 menjadi menjadi 16,8 juta ton pada tahun 2003.
Kemudian mulai tahun 2004 produksi minyak makan (edible oil) Uni Eropa meningkat
dari 16,9 juta ton pada tahun 2004 hingga mencapai 18,9 juta ton pada tahun 2009.
Peningkatan ini seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Uni Eropa yang secara
langsung dapat meningkatkan kebutuhan akan minyak makan Uni Eropa.
Produk turunan lainnya yang sedang dikembangkan oleh Uni Eropa adalah
Biodiesel. Uni Eropa merupakan produsen dan pasar biodiesel terbesar di dunia dengan
target pasar sebesar 5,75% dari total konsumsi minyak diesel untuk transportasi pada
tahun 2010.
Data European Biodiesel Board (EBB) juga menunjukkan bahwa produksi
biodiesel Uni Eropa meningkat 64,7% dari 1,93 juta ton di tahun 2004 menjadi 3,18 juta
ton di tahun 2005. Lebih tinggi dari periode tahun 2002 – 2004 dimana produksi biodiesel
di Uni Eropa tumbuh 30% - 35% pertahun. Pesatnya pertumbuhan produksi biodiesel
tahun 2005 terutama disebabkan tingginya pertumbuhan produksi di sejumlah Negara
produsen terbesar yaitu Jerman, Perancis dan Italia. Selain itu Negara produsen biodiesel
di Uni Eropa meningkat dari 11 negara di tahun 2004 menjadi 21 negara di tahun 2006.
dengan peningkatan kapasitas produksi Uni Eropa. Oil World memprediksikan produksi
biodiesel Uni Eropa meningkat dari 3 juta ton di tahun 2005 menjadi lebih dari 9 juta ton
di tahun 2010.
Selain pengembangan produk turunan CPO, penduduk Uni Eropa saat ini sudah
mencapai 500 juta jiwa dengan keanggotaan dari 27 negara. Dengan bertambahnya
penduduk Uni Eropa dan adanya kemungkinan bertambahnya keanggotaan Uni Eropa,
maka diperkirakan akan semakin besar kebutuhan akan CPO termasuk CPO dari
Indonesia.
Untuk ekspor Indonesia dengan tujuan negara - negara Uni Eropa, terdapat suatu
aturan/kesepakatan antara negara terkait, yang dikenal dengan REACH (Registration,
Authorisation and Restriction of Chemicals). Aturan yang diterapkan Uni Eropa terkait
penggunaan bahan kimia yang aman ini, dianggap dapat mengurangi daya saing ekspor
CPO dan turunannya. Setiap impor yang masuk ke Uni Eropa diwajibkan melakukan
registrasi/pendaftaran kepada European Chemicals Agency (ECHA) mengenai kandungan
bahan kimia. Pendaftaran produk dapat dilakukan oleh negara eksportir non Uni Eropa
dengan menujuk sebuah perusahaan yang didirikan Uni Eropa yang bertindak sebagai
perwakilan satu-satunya. Pada akhirnya, aturan tersebut kemudian mengharuskan negara
eksportir (seperti Indonesia) menambah biaya.
Tantangan lain yang juga dihadapi Indonesia selaku negara pengimpor CPO adalah
adanya tarif bea masuk, Indonesia dikenakan tarif bea masuk sebesar 3,8%. Hal ini
Ditengah derasnya ancaman boikot produk CPO Indonesia di pasar Negara maju,
ternyata negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa tetap saja terus mengimpor dari
Indonesia, bahkan volumenya semakin meningkat hingga pada 2009.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melihat adanya fenomena terhadap aturan
yang diterapkan oleh Uni Eropa, sehingga Indonesia sebagai salah satu Negara
pengekspor CPO ke Uni Eropa dikenakan peraturan dan biaya seperti tariff bea masuk.
Peraturan dan biaya yang dikenakan untuk Indonesia dirasakan termasuk sulit untuk
masuk ke pasar ekspor Uni Eropa. Disamping peraturan tersebut, produk kelapa sawit
Indonesia termasuk crude palm oil (CPO) selama ini sulit masuk ke pasar Uni Eropa
dengan alasan standar kualitas, masalah lingkungan dan lain-lain.
Selain peraturan yang diterapkan Uni Eropa dan permintaan CPO Indonesia ke Uni
Eropa, saat ini kontiniutas Uni Eropa mengimpor CPO dari Indonesia adalah untuk
mengembangkan produk turunan dari CPO. Produk turunan utama adalah minyak makan,
selain minyak makan produk lainnya yaitu margarine dan bahan bakar biodiesel, dan
untuk memenuhi kebutuhan Uni Eropa akan produk CPO dari Indonesia guna
memproduksi produk turunan CPO, maka permintaan CPO tersebut akan selalu
meningkat.
Kondisi yang terlihat justru semakin meningkatnya ekspor CPO Indonesia ke Uni
Eropa. Sehingga peneliti beranggapan perlu untuk meneliti sejauhmana pengaruh ekspor
diajukan penulis dalam penelitian ini adalah “Analisis Determinan Ekspor Crude Palm Oil
(CPO) Indonesia ke Uni Eropa”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi yang telah dituangkan diatas, maka pembahasan penelitian
ini akan dibatasi pada beberapa pokok perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga ekspor CPO?
2. Apakah produksi CPO domestik berpengaruh terhadap harga ekspor CPO?
3. Apakah harga CPO dunia berpengaruh terhadap harga ekspor CPO?
4. Apakah harga ekspor CPO berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni
Eropa?
5. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa?
6. Apakah produksi CPO domestik berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni
Eropa?
7. Apakah harga CPO dunia berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa?
8. Apakah pendapatan perkapita berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni
Eropa?
9. Apakah produksi minyak makan berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni
Eropa?
10. Apakah harga minyak mentah dunia berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah terhadap harga
ekspor CPO.
2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produksi CPO domestik terhadap
harga ekspor CPO.
3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga CPO dunia terhadap harga
ekspor CPO.
4. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga ekspor CPO terhadap ekpor
CPO Indonesia ke Uni Eropa.
5. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah terhadap ekpor
CPO Indonesia ke Uni Eropa.
6. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produksi CPO domestik terhadap
ekpor CPO Indonesia ke Uni Eropa.
7. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga CPO dunia terhadap ekpor
CPO Indonesia ke Uni Eropa.
8. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh pendapatan perkapita terhadap ekpor
CPO Indonesia ke Uni Eropa.
9. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produksi minyak makan terhadap
10. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga minyak mentah dunia terhadap
ekpor CPO Indonesia ke Uni Eropa.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Dapat menambah wawasan mahasiswa serta dapat menganalisa perkembangan
salah satu komoditi hasil perkebunan Indonesia yaitu kelapa sawit.
2. Dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor
CPO Indonesia ke Uni Eropa, sehingga dapat bermanfaat pada pengembangan
ekspor CPO Indonesia.
3. Sebagai bahan referensi bagi pihak pihak lain yang berniat untuk melakukan
penelitian lebih lanjut tentang masalah ekspor komoditi pertanian Indonesia secara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Kajian Ekspor
Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh
akibat transaksi perdagangan luar negeri. Perdagangan dapat juga memperbesar kapasitas
konsumsi suatu negara serta membantu berbagai usaha untuk melakukan pembangunan
dan meningkatkan peranan sektor yang mempunyai keunggulan komparatif karena
efisiensi dalam faktor-faktor produksi. Nopirin menyatakan bahwa Ekspor berasal dari
produksi dalam negeri dijual/dipakai oleh penduduk luar negeri, maka ekspor merupakan
injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti halnya investasi. Sedangkan impor merupakan
kebocoran dari pendapatan, karena menimbulkan aliran modal ke luar negeri. Ekspor
bersih yakni ekspor dikurangi impor (X-M) adalah jembatan yang menghubungkan antara
pendapatan nasional dengan transaksi internasional (Syaikhu N, 2010:14).
Sehubungan dengan ekspor suatu komoditas, Kindleberger dan Lindert (Nurdin,
2008:40), menyatakan bahwa secara teoritis volume ekspor dari suatu negara merupakan
selisih antara penawaran dan permintaan domestic (excess demand) bagi negara
konsumen.
Selanjutnya menurut Soekartawi (Nurdin, 2008:38), ekspor merupakan bagian dari
a. Adanya kelebihan produksi dalam negeri sehingga kelebihan tersebut dijual keluar
negeri melalui kebijaksanaan ekspor.
b. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk walaupun produk tersebut karena
adanya kekurangan produk dalam negeri.
c. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan keluar negeri daripada penjualan
di dalam negeri. Karena harga di pasar dunia yang lebih menguntungkan.
d. Adanya kebijaksanaan ekspor yang bersifat politik.
e. Adanya barter antar produk tertentu dengan produk lain yang diperlukan dan tak
dapat diproduk di dalam negeri.
Lebih lanjut menurut Soekartawi alasan mendesak mengapa suatu negara perlu
menggalakan ekspor adalah untuk meningkatkan kekayaan Negara yang berarti pula
meningkatkan peningkatan pendapatan perkapita. Alasan lain perlunya peningkatan
ekspor bagi negara kita karena negara kita terus mengadakan impor, sehingga negara
memerlukan devisa untuk membayar impor yang dilakukannya.
Berdasarkan teori tersebut, maka ekspor suatu komoditas ke pasaran international
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor domestik, harga luar negeri dan faktor
permintaan dan penawaran domestik antarnegara. Selain itu secara implisit ekspor juga
dipengaruhi oleh faktor nilai tukar (exchange rate) mata uang suatu negara dengan negara
lain.
Sedangkan menurut Paul A.Samuelson dan William D.Nordhaus 1994:182-183)
negara tergantung pada pendapatan dan output luar negeri, nilai tukar uang (kurs) serta
harga relatif antara barang dalam negeri dan luar negeri.
Apabila output luar negeri meningkat, atau nilai tukar terhadap mata uang negara
lain menurun, maka volume dan nilai ekspor suatu negara akan cenderung meningkat,
demikian juga sebaliknya. Selain itu, pilihan antara barang dalam negeri dan barang luar
negeri berkaitan dengan harga relatif kedua barang tersebut. Bila harga suatu barang
buatan dalam negeri meningkat secara relatif terhadap harga barang luar negeri, maka
penduduk tersebut akan cenderung membeli lebih banyak barang luar negeri. Sehingga
jumlah dan nilai ekspor akan dipengaruhi oleh harga relatif antara barang-barang dalam
negeri dan luar negeri, yang pada gilirannya akan tergantung dari harga dalam negeri,
harga internasional dan nilai tukar uang terhadap dollar.
2.1.2. Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk
yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu
dengan dengan pemerintah negara
lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk
meningkatkan . Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan
tahun, dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan
, , dan kehadira
Perdagangan internasional merupakan hal yang vital karena perdagangan luar
negeri akan meningkatkan kemungkinan konsumsi suatu negara. Perdagangan luar negeri
memungkinkan suatu negara mengkonsumsi lebih banyak barang dibandingkan yang
tersedia menurut garis perbatasan kemungkinan produksi pada keadaan swasembada tanpa
perdagangan luar negri (Lindert, 1993).
Kunci perdagangan internasional adalah teori keunggulan komparatif. Prinsip teori
ini bahwa suatu negara dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatan riilnya
melalui spesialisai produksi komoditi yang memiliki produktivitas tinggi. Negara-negara
akan mengutamakan untuk memproduksi komoditi yang paling produktif. Prinsip
keunggulan komparatif menunjukkan bahwa spesialisasi akan menguntungkaan semua
negara meskipun ada negara yang secara mutlak lebih efisien dalam memproduksi semua
barang dibandingkan Negara lainnya. Jika negara-negara itu mau melakukan spesialisasi
produk di mana mereka mendapat keunggulaan komparatif (atau efisiensi relatif lebih
tinggi), maka perdagangan antar negara akan menguntungkaan bagi semuanya. Karena itu
mengingat kondisi produktif di tiap negara sangat berbeda, negara-negara tersebut sangat
menyadari bahwa akan lebih menguntungkan jika melakukan spesialisasi dalam produksi
suatu jenis barang tertentu (Lindert, 1993).
Dalam teori modern mengenai perdagangan internasional dikenal teori Hecsher
faktor. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa perdagangan internasional misalnya, antara
Indonesia dan Amerika Serikat terjadi karena opportunity cost yang berbeda antara kedua
negara tersebut. Perbedaan ongkos alternatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan
dalam jumlah faktor produksi (misalnya tenaga kerja, modal, tanah dan bahan baku yang
dimiliki kedua negara tersebut. Indonesia memiliki tanah yang lebih luas dan bahan-bahan
baku serta tenaga kerja (khususnya dari golongan berpendidikan rendah) yang jauh lebih
banyak dibandingkan Amerika Serikat. Sebaliknya Amerika Serikat memiliki tenaga kerja
dengan pendidikan tinggi dalam jumlah yang lebih banyak dari pada Indonesia.
Jadi karena factor endowment-nya berbeda, maka sesuai hukum pasar, harga dari
faktor-faktor produksi tersebut juga berbeda antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Mialnya hanya ada dua faktor produksi yakni tenaga kerja (L) dan modal (K) dengan
harga masing-masing w (gaji) dan r (suku bunga). Dengan demikian tingkat gaji di
Indonesia lebih murah dari pada di Amerika Serikat dan tingkat suku bunga di Indonesia
lebih mahal dibandingkan di Amerika Serikat. Akan tetapi dengan perbedaan harga faktor
tersebut dengan sendirinya belum tentu dapat dikatakan bahwa Indonesia unggul dari
Amerika Serikat dalam membuat suatu barang. Hal ini tergantung pada tingkat intensitas
pemakaian tenaga kerja dan modal dalam memproduksi barang tersebut.
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan
1. Vent For Suplus
Teori Vent for Suplus pada intinya lebih menekankan pada sisi penawaran dengan
dasar pemikiran yang sama dengan pemikiran yang melandasi teori penawaran. Teori
ini menyatakan bahwa suatu Negara akan mengekspor produk-produk yang dibuat
apabila terjadi kelebihan supply dipasar dalam negeri. Kelebihan stok dapat terjadi
karena beberapa hal, misalnya konsumsi dalam negeri berkurang karena berbagai hal,
sementara volume produksi tetap tidak berubah. Teori tersebut mengatakan bahwa
suatu Negara akan mengekspor produk yang dibuatnya apabila terjadi exces supply
(kelebihan stok) di dalam negeri. Kelebihan stok bisa terjadi karena berbagai hal
misalnya, konsumsi dalam negeri berkurang, pendapatan masyarakat, atau karena
produk tersebut sudah tidak diminati di dalam negeri, atau kelebihan stok akibat
kondisi panen raya.
2. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
3. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatka
4. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan
mengolah sumber daya
5. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu
produk tersebut.
6. Adanya perbedaan keadaan seperti
dan jumla
7. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
8. Keinginan membuka
9. Terjadinya era
sendiri.
Seringkali terdapat banyak hambatan dalam melakukan perdagangan internasional.
Hambatan itu ada yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Kebijakan perdaganan luar
negeri memiliki dua tujuan utama, yakni meningkatkan ekspor dan mengurangi
ketergantungan pada impor. Untuk meningkatkan ekspor, kebijakan perdagangan luar
negeri mempunyai sejumlah instrumen, diantaranya pemberian subsidi ekspor bagi
eksportir yang sudah memiliki sertifikat ekspor, pemberian fasilitas kredit perbankan
dengan suku bunga murah, dan pembebasan. Sedangkan kebijakan perdaganggan luar
negeri yang bertujuan mengurangi impor juga memiliki sejumlah instrument diantaranya
adalah pengenaan bea masuk terhadap impor dengan tarif hal ini lajim disebut proteksi.
Menurut D.Salvatore (1997: 270) hambatan perdagangan internasional terdiri dari
hambatan tarif dan nontarif sebagai berikut:
i. Hambatan Tarif
Tarif merupakan salah satu instrumen kebijakan perdagangan luar negeri yang
membatasi arus perdagangan internasional, tarif adalah suatu pembebanan atas barang
yang melintasi daerah pabean (daerah geografis). Tarif adalah pajak atau cukai yang
merupakan kebijakan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai
sumber penerimaan pemerintah.
Pengenaan tarif dimaksudkan untuk memproteksi produk dalam negeri. Dengan
adanya tarif harga barang impor dalam mata uang nasional meningkat sehingga
permintaan di pasar dalam negeri menurun dan hal tersebut mendorong produksi
dalam negeri karena adanya kenaikan permintaan domestik atas barang hasil dalam
negeri. Ada tiga macam jenis tarif yang biasa digunakan dalam perdagangan
internasional yaitu:
1. Bea Ekspor (export duties) adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang
diangkut atau diekspor menuju negara lain.
2. Bea Transito (transit duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang melalui wilayah suatu negara dengan ketentuan bahwa barang
tersebut sebagai tujuan akhirnya adalah negara lain.
3. Bea Impor (impor duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap
barang-barang yang masuk kedalam suatu negara dengan ketentuan bahwa negara
tersebut sebagai tujuan akhir.
ii. Hambatan Non-Tarif
Instrumen kebijakan perdaganan internasional selain tarif adalah berupa kebijakan
non tarif, yang terdiri dari:
Kuota merupakan pembatasan secara kuantitatif tidak hanya terhadap impor, tetapi
juga diterapkan oleh banyak negara terhadap ekspor, karena tujuan utama
pengenaan kuota adalah untuk kepentingan konsumen di dalam negeri, yakni
menjaga ketersediaan stok domestik.
2. Embargo
Adalah pelarangan impor dan ekspor jenis produk tertentu atau pelarangan secara
total dalam perdagangan dengan negara tertentu sebagai suatu tambahan dalam
kebijakan politik yang dilakukan pemerintah.
3. Kartel-kartel Internasional
Merupakan sebuah organisasi produsen komoditi tertentu dari berbagai negara
yang sepakat untuk membatasi outputnya dan juga mengendalikan ekspor
komoditi tersebut dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan.
4. Dumping
Adalah kebijakan ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh dibawah pasaran
atau penjualan komoditi di luar negeri dengan harga yang jauh lebih murah
dibanding dengan harga penjualan domestik.
5. Subsidi Ekspor
Adalah pembayaran langsung atau pemberian keringanan pajak dan bantuan
subsidi kepada para eksportir atau calon eksportir nasional, atau pemberian
pinjaman kepada pengimpor asing dengan bunga rendah dalam rangka memacu
Terdapat beberapa perbedaan antara perdagangan dalam negeri dan perdagangan
internasional. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Jangkauan wilayah
Perdagangan dalam negeri mencakup satu wilayah negara, sedangkan perdagangan
antar negara menjangkau beberapa negara.
b. Cara pembayaran
Cara pembayaran pada perdagangan dalam negeri menggunakan satu macam mata
uang, sedangkan perdagangan luar negeri menggunakan macam-macam mata uang
(valuta asing).
c. Sistem distribusi
Perdagangan dalam negeri lebih banyak dilakukan dengan menggunakan sistem
distribusi langsung. Sedangkan perdagangan luar negeri menggunakan sistem
distribusi tidak langsung.
d. Peraturan yang berlaku
Peraturan yang harus diikuti dalam perdagangan antarnegara lebih rumit
dibandingkan dengan perdagangan dalam negeri. Dalam perdagangan internasional
melibatkan sekurang-kurangnya dua negara. Oleh karena itu, peraturan-peraturan
yang harus ditaati oleh pedagang internasional sekurang-kurangnya berlaku pada dua
negara tersebut.
Karena penjual dan pembeli suatu barang berasal dari berbagai negara maka tingkat
persaingan perdagangan antarnegara lebih ketat dibandingkan dengan perdagangan
dalam negeri.
f. Satuan ukuran dalam berat, panjang, dan isi
Dalam perdagangan dalam negeri biasanya digunakan ukuran berat, panjang, dan
volume yang berlaku di dalam negeri. Namun untuk perdagangan internasional,
ukuran-ukuran tersebut harus menggunakan ukuran yang berlaku secara internasional.
g. Biaya angkutan
Dalam perdagangan internasional diperlukan biaya angkutan yang lebih tinggi
daripada perdagangan dalam negeri. Ini terjadi karena perbedaan jarak dan sistem
administrasi perdagangan.
h. Tatap muka langsung penjual dan pembeli
Dalam perdagangan dalam negeri, antara penjual dan pembeli dapat bertatap secara
langsung. Akan tetapi, dalam perdagangan internasional bagi penjual dan pembeli
untuk bertatap muka secara langsung tidak mudah.
2.1.3. Permintaan dan Penawaran Ekspor
Permintan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu
dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.
Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang.
Makin banyak penduduk suatu negara makin besar permintaan masyarakat akan sesuatu
pikirkan lebih jauh dalam dunia nyata, barang di pasar mempunyai harga. Dengan kata
lain permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh tenaga beli pemintaan barang.
Permintaan yang didukung oleh kekuatan daya beli disebut permintaan efektif, sedangkan
permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan
potensial. Daya beli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu pendapatan yang
dapat dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki.
Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995), menyatakan bahwa permintaan adalah
sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen selama periode tertentu berdasarkan
situasi dan kondisi tertentu. Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995), terdapat dua (2)
model dasar dalam permintaan, yang pertama adalah permintaan langsung yang dikenal
sebagai teori konsumen, dan yang kedua adalah permintaan turunan yaitu permintaan atas
bahan baku sebagai input di dalam pembuatan suatu barang atau jasa yang diminta untuk
didistribusikan menjadi produk lainnya.
Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply)dan
permintaan (demand). Dalam teori perdagangan internasional disebutkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran
(Krugman dan Obstfeld, 2000; Salvatore, 1996). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi
oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan
dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil,
kapasitas produksi yang bisa diproksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan
Ekspor merupakan bentuk paling sederhana dalam sistem perdagangan
internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi ke luar negeri.
Faktor-faktor seperti pendapatan negara yang dituju dan populasi penduduk merupakan
dasar pertimbangan dalam pengembangan ekspor (Kotler dan Amstrong (1996),
diterjemahkan oleh Sindoro (1997).
Menurut Nicholson (1998) ketika pendapatan total meningkat, dengan asumsi
faktor lain tidak berubah (ceteris paribus), maka kuantitas barang yang dibeli untuk setiap
orang juga akan berubah, namun peningkatan tersebut tergantung dari jenis barangnya,
apabila barang dimaksud adalah barang normal maka peningkatannya akan cenderung
lambat.
Produk-produk yang betul-betul kompetitif, penawaran dan permintaan domestik
akan tergantung pada harga barang, sedangkan permintaan dan penawaran asing (ekspor)
akan bergantung pada harga dalam mata uang asing (Krugman dan Obstfeld (2000) yang
diterjemahkan oleh Basri (2004), dijelaskan pula bahwa perdagangan akan terjadi di suatu
pasar apabila terdapat perbedaan harga pada waktu sebelum perdagangan, jika kedua
negara menghasilkan produk yang sama. Selain berbagai faktor tersebut diatas, hubungan
perdagangan antar negara yang mempengaruhi aktivitas ekspor impor adalah nilai tukar
mata uang masing-masing negara.
2.1.4. Faktor Nilai Tukar
Penurunan nilai tukar akan berakibat pada naiknya kemampuan untuk membeli
kemampuaan akan menurun untuk memperoleh barang tersebut. Kurs valuta asing
merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara
lain “lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang yang diproduksi di dalam
negeri.
2.1.5. Faktor Produksi
Lincolin Arsyad (2000) mengatakan bahwa, sifat fungsi produksi merupakan
faktor penentu factor penentu struktur pasar yang paling fundamental. Industri-industri
yang fungsi produksinya menunjukkan keadaan increasing return to scale yang outputnya
relative besar dibandingkan dibandingkan dengan permintaan totalnya jumlah
produsennya yang lebih sedikit sehingga tingkat persaingannya lebih ringan daripada di
dalam industri-industri yang fungsi produksinya bersifat konstan atau decreasing return to
scale yang masuk ke pasar dengan tingkat output yang relative kecil dibandingkan dengan
permintaan total.
2.1.6. Faktor Harga
Harga barang merupakan aspek pokok dalam pembahasan teori ekonomi dan
pembentukan harga dari suatu barang terjadi di pasar melalui suatu mekanisme. Apabila
pada suatu tingkat tertinggi kuantitas barang yang diminta melebihi kuantitas barang yang
ditawarkan maka harga akan niak, sebaliknya bila kuantitas barang yang ditawarkan pada
harga tersebut lebih banyak daripada kuantitas permintaan, maka harga cenderung turun.
harga tertinggi konsumen cenderung menggantikan barang tersebut dengan barang lain
yang mempunyai hubungan dekat dan relative lebih murah (Budiono, 2001).
2.1.7. Faktor Pendapatan Perkapita
Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu
negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian
negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan
dan tingkat pembangunan sebuah
semakin makmur negara tersebut.
2.2. Peneliti Terdahulu
Munadi (2007) meneliti tentang permintaan ekspor minyak kelapa sawit indonesia
ke India dengan menggunakan model ECM dimana variabel terdiri dari harga CPO dunia,
harga minyak kedelai dan nilai tukar (Rp/USD). Hasil analisis regresi terhadap persamaan
permintaan ekspor dengan menggunakan pendekatan ECM mengindikasikan permintaan
ekspor minyak kelapa sawit dari Indonesia ke India tidak terdapat hubungan dalam jangka
panjang yang diindikasikan dengan pengaruh yang tidak nyata dari Faktor error
correction model (ECM). Dalam jangka pendek permintaan ekspor kelapa sawit oleh India
sangat dipengaruhi oleh rasio antara harga minyak kedelai dan harga minyak kelapa sawit
dunia dengan elastis sebesar 2,74, Indeks produksi dengan elastisitas sebesar 2,69 dan
sebesar 0,89. Penurunan pajak ekspor akan diikuti oleh meningkatnya jumlah minyak
sawit yang diekspor. Penurunan pajak ekspor sebesar 10% akan meningkatkan harga
minyak sawit dalam negeri sebesar 14.83%.
Zainal (2008) meneliti tentang analisis eksport crude palm oil (CPO) Indonesia.
Variabel yang digunakan adalah harga CPO dunia, harga CPO domestik, harga minyak
kelapa dan nilai tukar rupiah. Metode analisis yang digunakan adalah metode 2SLS (Two
Stage Least Square). Berdasarkan hasil analisis membuktikan bahwa harga CPO
domestik, harga CPO dunia, nilai tukar dan harga minyak kelapa secara simultan
berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia, sedangkan nilai tukar
rupiah secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit (CPO)
Indonesia.
M. Idris (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
minyak goreng curah di kota Medan. Variabel yang digunakan harga minyak goreng
curah, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga. Data yang digunakan
adalah data primer yaitu dengan penyebaran kuisiooner. Metode analisis yang digunakan
Multiple Regression dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil
analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi permintaan
minyak goreng curah di kota Medan yaitu jumlah anggota rumah tangga dan pendapatan
rumah tangga, sedangkan harga minyak goreng curah tidak signifikan terhadap permintaan
Anis Wulantoro (2009) meneliti tentang kebijakan dan pertumbuhan ekspor
minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda. Variabel yang digunakan adalah nilai
tukar rupiah terhadap USD, harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga pesaing
Malaysia, produksi minyak sawit. Metode analisis yang digunakan adalah pengujian
koefisien regresi yaitu autokorelasi dan multikolinearitas. Hasil analisis menunjukkan
bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD tidak signifikan terhadap ekspor minyak kelapa
sawit Indonesia ke Negara Belanda. Dan harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga
pesaing Malaysia, produksi minyak sawit signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit
Indonesia ke Negara Belanda.
Gayus (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
minyak kelapa sawit serta tingkat keunggulan komparatif di Indonesia. Meneliti dianalisis
dengan menggunakan analisis regresi untuk memperkirakan faktor-faktor yang
berpengaruh, analisis RCA dan A R untuk mengetahui keunggulan komparatif serta
analisis ISP untuk mengetahui posisi minyak kelapa sawit di pasar internasional. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rata-rata volume ekspor tertinggi adalah ke negara
Belanda. Permintaan ekspor minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh jumlah penduduk
negara pengimpor, volume produksi minyak kelapa sawit Indonesia, harga minyak kelapa
sawit dunia dan harga minyak kelapa sawit domestik. Sedangkan variabel GDP dan nilai
tukar mata uang asing (US$) tidak mempengaruhi permintaan ekspor minyak kelapa sawit
Indonesia. Analisis terhadap keunggulan komparatif produk, diketahui bahwa pangsa
pasar internasional, serta percepatan pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding pengekspor
dari negara lain.
2.3. Kerangka Konseptual
Pada Gambar 2.1 berikut menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah, produksi CPO
domestic dan harga CPO dunia berpengaruh terhadap harga ekspor CPO. Kemudian nilai
tukar rupiah, produksi CPO domestic, harga CPO dunia, harga ekspor CPO, pendapatan
perkapita Uni Eropa, produksi minyak makan Uni Eropa dan harga minyak mentah dunia
berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia.
Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan berbagai penelitian
sebelumnya, maka dapat dibentuk suatu kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:
NT
PCD
HD
Y
PMM
HE
PP
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Analisis Determinan Ekspor CPO Indonesia ke PMM = Produksi Minyak Makan UE (Ton/Tahun) HMD = Harga Minyak Mentah Dunia (USD/Barrel)
2.4. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah:
1. Nilai tukar rupiah berpengaruh positif terhadap harga ekspor CPO, cateris paribus.
2. Produksi CPO domestik berpengaruh negatif terhadap harga ekspor CPO, cateris
paribus.
3. Harga CPO dunia berpengaruh positif terhadap harga ekspor CPO, cateris paribus.
4. Harga ekspor CPO berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa,
cateris paribus.
5. Nilai tukar rupiah berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa,
cateris paribus.
6. Produksi CPO domestik berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni
Eropa, cateris paribus.
7. Harga CPO dunia berpengaruh negatif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa,
8. Pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni
Eropa, cateris paribus.
9. Produksi minyak makan berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni
Eropa, cateris paribus.
10.Harga minyak mentah berpengaruh negatif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni
Eropa, cateris paribus.
NT
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan ekspor CPO Indonesia ke
Uni Eropa tahun 2000 s/d 2009. Secara khusus penelitian ini mengidentifikasi apakah nilai
tukar rupiah, produksi CPO domestik dan harga CPO dunia secara signifikan
mempengaruhi terhadap harga ekspor CPO. Kemudian harga ekspor CPO, pendapatan
perkapita Uni Eropa, produksi minyak makan Uni Eropa dan harga minyak mentah dunia
secara signifikan mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara sistematis yang berbentuk data
runtut waktu (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data triwulanan tahun
2000 s/d 2009 yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain Oil World Annual &
MPOB, EBB Uni Eropa, Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), World Bank
dan dari berbagai sumber lainnya yang mendukung.
Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel
tidak bebas, penelitian ini menggunakan persamaan struktural yaitu Path Analyis yang
dibantu dengan program aplikasi AMOS atau Analysis of Moment Structure.
3.3.1. Model Analisis
Secara matematis model analisis dapat dituliskan melalui fungsi sebagai berikut:
Y = f (NT, PCD, HD, HE, PP, PMM, HMD) ….………... (1)
Dari fungsi tersebut dibuat persamaan pengaruh langsung, tidak langsung dan
pengaruh total yang dituliskan sebagai berikut:
1. Pengaruh langsung
HE = β1NT + β2PCD + β3HD + e1 …...……….…….….……….. (2)
Y = β4HE + β5PP + β6PMM + β7HMD + e2 …...……….……. (3)
2. Pengaruh tidak langsung
Y = β1NT + β2PCD + β3HD + β4HE + e3 …...……….………….……. (4)
3. Pengaruh Total
Y = β1NT + β2PCD + β3HD + β4HE + β5PP + β6PMM + β7HMD + e4 … (5)
Keterangan:
Y = Ekspor CPO Indonesia ke UE (Ton)
NT = Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD)
PCD = Produksi CPO Domestik (Ton/Tahun)
HD = Harga CPO Dunia (USD/Kg)
PP = Pendapatan Perkapita UE (USD/Tahun)
PMM = Produksi Minyak Makan UE (Ton/Tahun)
HMD = Harga Minyak Mentah Dunia (USD/Barrel)
1 - 7 = Koefisien Regresi
e1, e4 = Term of error
3.3.2. Variabel Penelitian
Berdasarkan kerangka konseptual pada Gambar 2.1 maka variabel dikelompokkan
kedalam tiga kelompok, yaitu:
a. Variabel terikat (dependent variabel) yaitu:
1. Ekspor CPO
b. Variabel antara (intervening variabel) yaitu:
1. Harga Ekspor CPO
c. Variabel bebasnya (independent variabel) yaitu:
1. Nilai Tukar Rupiah
2. Produksi CPO Domestik
3. Harga CPO Dunia
4. Pendapatan Perkapita
5. Produksi Minyak Makan
6. Harga Minyak Mentah Dunia
Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Path Analysis. Perangkat
lunak yang digunakan untuk analisis struktural adalah AMOS 16.
Telaah statistika menyatakan bahwa untuk tujuan peramalan/pendugaan nilai Y
atas dasar nilai-nilai X1, X2, …., Xi, pola hubungan yang sesuai adalah pola hubungan
yang mengikuti Model Regresi, sedangkan untuk menganalisis pola hubungan kausal antar
variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung, secara
serempak atau mandiri beberapa variabel penyebab terhadap sebuah variabel akibat, maka
pola yang tepat adalah Model Analisis Jalur.
Analisis jalur (Path Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright (1934). Path
analysis digunakan apabila secara teori kita yakin berhadapan dengan masalah yang
berhubungan sebab akibat. Tujuannya adalah menerangkan akibat langsung dan tidak
langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang
merupakan variabel akibat.
Beberapa istilah dan definisi dalam Path Analysis: (1) Dalam Path Analysis, kita
hanya menggunakan sebuah lambang variabel, yaitu X. Untuk membedakan X yang satu
dengan X yang lainya, kita menggunakan subscript (indeks). Contoh: X1, X2, X3 …. Xk.
(2) Kita membedakan dua jenis variabel, yaitu variabel yang menjadi pengaruh
(exogenous variable), dan variabel yang dipengaruhi (endogenous variable). (3) Lambang
hubungan langsung dari eksogen ke endogen adalah panah bermata satu, yang bersifat
diagram atau gambar yang mensyaratkan hubugan terstruktur antar variabel (Harun Al
Rasyid, 2005).
Secara matematik analisis jalur mengikuti pola Model Struktural yang ditentukan
dengan seperangkat persamaan:
Y1 = F1 (Xa, …, Xq ; A11, … , A1k)
Y2 = F2 (Xa, …, Xq ; A21, … , A2k)
Yp = Fp (Xa, …, Xq ; Ap1, … , Apk)
Yang mengisyaratkan hubungan kausal dari X1, X2, …., Xq ke Y1, Y2, …., Yp.
Apabila setiap variabel Y secara unique keadaanya ditentukan (disebabkan) oleh
seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan
modelnya disebut model struktural.
3.4.1. Uji Asumsi
Sejalan dengan metode yang akan digunakan yaitu Path Analysis mensyaratkan
beberapa uji asumsi. Pada langkah ini akan dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian model,
tmelalui telaah terhadap berbagai criteria goodness of fit. Langkah pertama yang dilakukan
adalah mengevaluasikan data yang digunakan apakah memenuhi asumsi Path Analysis,
bila asumsi ini telah terpenuhi maka langkah berikutnya adalah model diuji melalui
berbagai uji yang akan dilakukan dalam penelitian ini.
1. Asumsi Path Analysis
Asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang