• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Determinan Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Determinan Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Oleh

ELYSA PRATIWI

097018011/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L A H

P A

S C

(2)

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO)

INDONESIA KE UNI EROPA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELYSA PRATIWI

097018011/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS DETERMINAN EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA KE UNI EROPA

Nama Mahasiswa : Elysa Pratiwi Nomor Pokok : 097018011

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui: Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, S.E.,M.Ec) (Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur,

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 16 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, S.E.,M.Ec

Anggota : 1. Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec

2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul :

“Analisis Determinan Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapa pun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara

benar dan jelas.

Medan, 16 Agustus 2011

Yang membuat pernyataan

(6)

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA KE UNI EROPA

ABSTRAK

Uni Eropa merupakan salah satu pasar alternatif yang strategis bagi produk Indonesia terutama dari hasil hutan dan Crude Palm Oil (CPO). Produk Indonesia akan bisa merambah pasar Eropa asalkan memiliki standar produk. Uni Eropa salah satu pasar alternatif yang strategis dibandingkan dengan pasar-pasar yang lain. Dengan demikian akses pasar akan lebih luas ke negara lain.

Berdasarkan data Oil World Annual & MBOP, ekspor CPO Indonesia ke beberapa Negara tujuan tahun 2002 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa pasar ekspor utama Indonesia adalah Uni Eropa, India dan China. Pada tahun 2002 sampai dengan 2007 Uni Eropa adalah pasar terbesar kedua bagi Indonesia, namun mulai pada tahun 2008 pasar Uni Eropa sudah menjadi pasar utama bagi Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa masih cerahnya pasar Uni Eropa bagi Indonesia, walaupun Uni Eropa menerapkan beberapa kebijakan mengenai impor CPO.

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengnalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Kemudian tujuan khususnya yaitu untuk menganalisis variabel-variabel seperti nilai tukar rupiah, produksi CPO domestic dan harga CPO dunia mempengaruhi harga ekspor CPO. Kemudian harga ekspor CPO, pendapatan perkapita Uni Eropa, produksi minyak makan Uni Eropa dan harga minyak mentah dunia mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Oil World Annual

& MPOB, Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), World Bank, EBB Uni Eropa dan dari berbagai sumber lainnya yang mendukung tahun 2000 s/d 2009. Penelitian ini menggunakan persamaan struktural yaitu Path Analyis yang dibantu dengan program aplikasi AMOS atau Analysis of Moment Structure.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan, produksi CPO domestik mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan dan harga CPO dunia mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga ekspor CPO. Harga ekspor CPO mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan, nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan, produksi CPO domestik mempunyai pengaruh positif dan signifikan, harga CPO dunia mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan, pendapatan perkapita mempunyai pengaruh negatif dan signifikan, produksi minyak makan mempunyai pengaruh positif dan signifikan, dan harga minyak mentah dunia mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia.

(7)
(8)

ANALYZE DETERMINATION CRUDE PALM OIL CPO EXPORTS OF INDONESIA FOR EUROPEAN UNION

ABSTRACT

European Union (UE) is one of strategic alternative markets for Indonesia products especially for forest products and Crude Palm Oil (CPO). Indonesia Products will be able to enter/compete in Europe market in condition that products can meet the standard. European Union is one of strategic alternative markers compared with other existing markets. Thus, the market can be expanded to other countries widely.

Based on data of Oil World Annual & MBOP, the export of Indonesia on CPO (Crude Palm Oil) to some destination countries from 2002 until 2009 indicates that Indonesia's main exporting markets are namely European Union, India and China. In 2002 and 2007 the European Union is the second largest market for Indonesia, but starting from 2008, the EU (European Union) market has become a major market of Indonesia though Europe Union applies restricted policies on CPO (Crude Palm Oil) importing.

The general objectives if this thesis is to analyze factors that influence CPO exports of Indonesia for European Union (UE). In addition, special objective is to analyze the variables such as exchange rate of rupiah, production of domestic CPO and World CPO prices that influence export price of CPO. Moreover, the export price of CPO, per capita income of European Union (EU), and both edible oil of European Union (EU) and Crude Palm Oil prices that influence CPO exports of Indonesia to European Union (EU).

The used data is secondary data which is obtained form Oil World Annual & MPOB, Statistical Centre, Bank of Indonesia (BI), World Bank, EBB of European Union (EU) and supporting data sources in 2000 until 2009. This research applies similarity structure known as Path Analysis which is equipped by AMOS Application or Analysis of Moment Structure.

The result of this research indicates that exchange rate impacts possitively but not significantlly, domestic production of CPO impacts negativelly and insignificantly and world CPO prices impact possitvelly and significantlly towards export price of CPO. The export price of CPO impacts positively but insignificantly, exchange rate impacts positively and significantly, domestic production of CPO impacts positively and significantly, world price of CPO impacts negatively and insignificantly, per capita income impacts negatively and significantly, production of edible oil impacts positively and significantly, and World Crude Oil prices impacts negatively and significantly towards CPO exports of Indonesia.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: “Analisis Ekspor Crude Palm

Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa” ini.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tesis ini, penulis senantiasa mendapat bantuan dari berbagai

pihak terutama dari kedua orang tuaku H. Sunarki dan Hj. Puspa Iriani, serta adik-adikku.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H, M.S selaku Wakil

Direktur I dan II Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin S, S.E, M.Ec, selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin S, S.E, M.Ec, selaku Ketua Pembimbing dan

Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Anggota Pembimbing yang telah

banyak memberikan saran, bimbingan dan petunjuk bagi penulis.

6. Ibu Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA, Bapak Dr. Ir. Rahmanta

Ginting, MSi dan Bapak Dr. H.B. Tarmizi, SU, MSi selaku Pembanding atas

(10)

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh rekan-rekan kerja KJPP MBPRU Cabang Medan.

9. Teman seperjuangan: Pak Zuhri, Bang Nanang, Bang Juara, Bang Darwin, Wahyu,

Bang Hotlan, Kiky, Nanda, Nina, Endang dan Fitri.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih banyak kekurangan, oleh

karenanya kritik dan saran sangat penulis harapkan guna menyempurnakan penulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih dan semoga tesis ini dapat

berguna bagi kita semua.

Medan, 16 Agustus 2011

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : ELYSA PRATIWI

Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : P. Siantar / 4 Oktober 1983

Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Konsultan Appraisal di KJPP MBPRU

Cabang Medan

Alamat : Jalan Pembangunan, Komplek Pondok Surya

Indah Blok 4 No. 137, Medan

Nama Orang Tua Laki-laki : H. Sunarki

Nama Orang Tua Perempuan : Hj. Puspa Iriani

Riwayat Pendidikan Formal

Sekolah Dasar : Negeri 16 Meulaboh, Aceh Barat

Sekolah Menengah Pertama : Negeri 1 Banda Aceh

(12)

Diploma IV : Teknik Manajemen Pabrik, USU

(13)

DAFTAR ISI

2.1.2. Perdagangan Internasional ... 15

2.1.3. Permintaan dan Penawaran Ekspor ... 23

2.1.4. Faktor Nilai Tukar ... 25

2.1.5. Faktor Produksi ... 26

2.1.6. Faktor Harga ... 26

2.1.7. Faktor Pendapatan Perkapita ... 27

2.2. Peneliti Terdahulu ... 27

2.3. Kerangka Konseptual ... 29

(14)

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 33

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 33

3.3. Metode Analisis Data ... 34

3.3.1. Model Analisis ... 34

3.3.2.Variabel Penelitian ... 35

3.4. Metode Path Analysis ... 35

3.4.1. Uji Asumsi ... 37

3.4.2. Uji Statistik ... 40

3.4.3. Uji Hipotesis dan Uji Hubungan ... 42

3.5. Definisi Operasional ... 43

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN... 44

4.1. Gambaran Umum Kinerja Ekspor CPO Indonesia ... 44

4.1.1. Industri Kelapa Sawit ... 44

4.1.2. Perkebunan Kelapa Sawit ... 48

4.1.3. Produksi dan Pangsa Pasar Minyak Sawit (CPO) Indonesia ... 48

4.2. Perkembangan Produk Turunan CPO Uni Eropa ... 50

4.2.1. Perkembangan Minyak Makan Uni Eropa ... 50

4.2.2. Perkembangan Biodiesel Uni Eropa ... 51

4.3. Perkembangan Harga CPO Dunia ... 54

4.4. Pendapatan Perkapita Uni Eropa ... 55

4.5. Perkembangan Harga Minyak Mentah Dunia ... 57

4.6. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD ... 60

4.7. Analisis Pembahasan Ekspor CPO Indonesia Ke Uni Eropa ... 62

4.7.1. Uji Asumsi ... 62

4.7.2. Analisis Model ... 63

4.7.3. Uji Kesesuaian dan Uji Hubungan Kausal ... 63

(15)

4.7.6. Pembahasan ... 74

4.7.7. Kelemahan Studi ... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 88

5.1. Kesimpulan ... 88

5.2. Saran ... 91

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan ('000 Ton) ... 4

3.1. Indeks Pengujian Kelayakan Model ... 42

4.1. Perkembangan Produksi, Ekspor dan Impor Minyak Kelapa Sawit Indonesia 49 4.2. Perkembangan Harga CPO ... 54

4.3. Hasil Komputerisasi Criteria Goodness of Fit Indices Model ... 63

4.4. Regression Weight Measurement Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 65

4.5. Koefisien Jalur Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 69

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Produksi CPO Indonesia ... 3

2.1. Kerangka Konseptual Analisis Determinan Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 30

2.2. Hipotesis Penelitian Analisis Determinan Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 32

4.1. Pohon Industri Kelapa Sawit & Produk Turunannya ... 45

4.2. Perkembangan Ekspor Indonesia, Ekspor Dunia & Pertumbuhan Ekspor Indonesia (2002-2008) ... 49

4.3. Produksi Minyak Makan Uni Eropa (‘000 Ton) ... 50

4.4. Perkembangan Kapasitas Biodiesel Uni Eropa (‘000 Ton/Tahun) ... 52

4.5. Perkembangan Produksi Biodiesel Uni Eropa (‘000 Ton/Tahun) ... 53

4.6. Pendapatan Perkapita Uni Eropa (USD) ... 56

4.7. Harga Minyak Mentah Dunia (Brent) (USD/Barrel) ... 60

4.8. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah terhadap USD ... 61

4.9. Hasil Perhitungan Regression Weight Measurement Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 64

4.10. Hasil Perhitungan Pengaruh Langsung dan Tidak Langsung Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 71

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Peta Tujuan Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa ... 95

2. Data Nilai Tukar Rupiah terhadap USD ... 96

3. Data Produksi CPO Domestik ... 97

4. Data Harga CPO Dunia ... 98

5. Data Harga Ekspor CPO Domestik ... 99

6. Data Pendapatan Perkapita Uni Eropa ... 100

7. Data Produksi Minyak Makan Uni Eropa ... 101

8. Data Harga Minyak Mentah Dunia ... 102

9. Data Ekspor CPO Indonesia ... 103

(19)

DAFTAR SINGKATAN

BKPM Badan Koordinasi Penanaman Modal

BI Bank Indonesia

BPS Badan Pusat Statistik

CIF Cost, Insurance and Freight

CPO Crude Palm Oil

EBB European Biodiesel Board

ECHA European Chemicals Agency

EU European Union

FFA Free Fatty Acids

GDP Gross Domestic Product

MPOB Malaysian Palm Oil Board

PBS Perkebunan Besar Swasta

PKO Palm Kernel Oil

PKS Pabrik Kelapa Sawit

PR Perkebunan Rakyat

PTPN PT. Perkebunan Nusantara

RBD Refined Bleached Deodorized

REACH Registration, Authorisation and Restriction of Chemicals

(20)

ANALISIS DETERMINAN EKSPOR CRUDE PALM OIL (CPO) INDONESIA KE UNI EROPA

ABSTRAK

Uni Eropa merupakan salah satu pasar alternatif yang strategis bagi produk Indonesia terutama dari hasil hutan dan Crude Palm Oil (CPO). Produk Indonesia akan bisa merambah pasar Eropa asalkan memiliki standar produk. Uni Eropa salah satu pasar alternatif yang strategis dibandingkan dengan pasar-pasar yang lain. Dengan demikian akses pasar akan lebih luas ke negara lain.

Berdasarkan data Oil World Annual & MBOP, ekspor CPO Indonesia ke beberapa Negara tujuan tahun 2002 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa pasar ekspor utama Indonesia adalah Uni Eropa, India dan China. Pada tahun 2002 sampai dengan 2007 Uni Eropa adalah pasar terbesar kedua bagi Indonesia, namun mulai pada tahun 2008 pasar Uni Eropa sudah menjadi pasar utama bagi Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa masih cerahnya pasar Uni Eropa bagi Indonesia, walaupun Uni Eropa menerapkan beberapa kebijakan mengenai impor CPO.

Tujuan umum penelitian adalah untuk mengnalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Kemudian tujuan khususnya yaitu untuk menganalisis variabel-variabel seperti nilai tukar rupiah, produksi CPO domestic dan harga CPO dunia mempengaruhi harga ekspor CPO. Kemudian harga ekspor CPO, pendapatan perkapita Uni Eropa, produksi minyak makan Uni Eropa dan harga minyak mentah dunia mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari Oil World Annual

& MPOB, Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), World Bank, EBB Uni Eropa dan dari berbagai sumber lainnya yang mendukung tahun 2000 s/d 2009. Penelitian ini menggunakan persamaan struktural yaitu Path Analyis yang dibantu dengan program aplikasi AMOS atau Analysis of Moment Structure.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan, produksi CPO domestik mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan dan harga CPO dunia mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap harga ekspor CPO. Harga ekspor CPO mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan, nilai tukar mempunyai pengaruh positif dan signifikan, produksi CPO domestik mempunyai pengaruh positif dan signifikan, harga CPO dunia mempunyai pengaruh negatif dan tidak signifikan, pendapatan perkapita mempunyai pengaruh negatif dan signifikan, produksi minyak makan mempunyai pengaruh positif dan signifikan, dan harga minyak mentah dunia mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap ekspor CPO Indonesia.

(21)
(22)

ANALYZE DETERMINATION CRUDE PALM OIL CPO EXPORTS OF INDONESIA FOR EUROPEAN UNION

ABSTRACT

European Union (UE) is one of strategic alternative markets for Indonesia products especially for forest products and Crude Palm Oil (CPO). Indonesia Products will be able to enter/compete in Europe market in condition that products can meet the standard. European Union is one of strategic alternative markers compared with other existing markets. Thus, the market can be expanded to other countries widely.

Based on data of Oil World Annual & MBOP, the export of Indonesia on CPO (Crude Palm Oil) to some destination countries from 2002 until 2009 indicates that Indonesia's main exporting markets are namely European Union, India and China. In 2002 and 2007 the European Union is the second largest market for Indonesia, but starting from 2008, the EU (European Union) market has become a major market of Indonesia though Europe Union applies restricted policies on CPO (Crude Palm Oil) importing.

The general objectives if this thesis is to analyze factors that influence CPO exports of Indonesia for European Union (UE). In addition, special objective is to analyze the variables such as exchange rate of rupiah, production of domestic CPO and World CPO prices that influence export price of CPO. Moreover, the export price of CPO, per capita income of European Union (EU), and both edible oil of European Union (EU) and Crude Palm Oil prices that influence CPO exports of Indonesia to European Union (EU).

The used data is secondary data which is obtained form Oil World Annual & MPOB, Statistical Centre, Bank of Indonesia (BI), World Bank, EBB of European Union (EU) and supporting data sources in 2000 until 2009. This research applies similarity structure known as Path Analysis which is equipped by AMOS Application or Analysis of Moment Structure.

The result of this research indicates that exchange rate impacts possitively but not significantlly, domestic production of CPO impacts negativelly and insignificantly and world CPO prices impact possitvelly and significantlly towards export price of CPO. The export price of CPO impacts positively but insignificantly, exchange rate impacts positively and significantly, domestic production of CPO impacts positively and significantly, world price of CPO impacts negatively and insignificantly, per capita income impacts negatively and significantly, production of edible oil impacts positively and significantly, and World Crude Oil prices impacts negatively and significantly towards CPO exports of Indonesia.

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung

berkembang dan memiliki prospek baik ke depan adalah Perkebunan Kelapa Sawit.

Dilihat dari proses awalnya, tanaman kelapa sawit sebagai tanaman keras akan

menghasilkan minyak sawit dan inti sawit yang telah dikenal di Indonesia sejak jaman

Belanda. Sedangkan hilirnya, minyak sawit dan inti sawit tersebut dapat diolah lebih

lanjut dan akan menghasilkan minyak goreng (olein), mentega dan bahan baku sabun

(stearin). Lebih ke hilir lagi, komoditi ini dapat menghasilkan ratusan produk turunan

lainnya yang secara umum dikonsumsi masyarakat dunia saat ini. Dan saat ini salah satu

perkembangan produk turunan kelapa sawit adalah bahan bakar minyak, dimana dengan

ditemukannya teknologi ini otomatis kebutuhan CPO sebagai produk turunan pertama

kelapa sawit meningkat tajam yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga CPO di

pasar internasional (Pahan Iyung. 2006).

Sampai saat ini produksi minyak kelapa sawit masih belum mampu mencukupi

kebutuhan dunia di masa mendatang. Siklus badai El Nino yang diprediksi akan

menyerang Indonesia dan Malaysia selaku negara produsen sawit utama dunia. Imbasnya

(24)

Padahal saat itu konsumsi CPO dunia terus meningkat. Indonesia pada tahun depan

seharusnya bisa meningkatkan ekspornya hingga 50% dari total kebutuhan dunia. Sebagai

catatan, saat ini Indonesia masih menguasai 44% persen market share perdagangan CPO

dunia. Selain faktor cuaca, sebagian besar pohon kelapa sawit juga membutuhkan

peremajaan, sementara standar hidup yang makin tinggi di berbagai negara juga

menambah kebutuhan akan minyak nabati.

Selain kebutuhan pangan, kelapa sawit juga sangat diperlukan di industri farmasi,

kosmetik, baja, bahkan juga biodiesel. Seperti diketahui minyak kelapa sawit menjadi

salah satu sumber energi alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan dan dan dapat

diperbarui. Bahkan sesungguhnya Indonesia dapat menjadi penentu harga sawit dunia,

mengingat posisinya sebagai produsen nomor satu di dunia. Sayangnya fakta saat ini

adalah penentuan harga ada di tangan pembeli bukan penjual.

Produk CPO merupakan komoditas strategis di pasar global, sehingga kondisi dan

harga CPO di pasar domestik sangat dipengaruhi oleh pasar global. Produk CPO

merupakan komoditas ekspor potensial dan memberikan kontribusi cukup besar bagi

perolehan devisa.

Berdasarkan informasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),

Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia dan pada tahun 2010. Dan dunia

berharap Indonesia memberikan kontribusi besar terhadap kebutuhan CPO dunia. Hal ini

(25)

lahan pengembangan yang baru, hanya bertumpu pada peningkatan produktivitas sebesar

3% per tahun.

Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia dengan volume 20,5 juta ton

tahun 2009. Indonesia memasok 47% kebutuhan CPO dunia. Indonesia dan Malaysia

menguasai 85% pasar CPO dunia. Yang diantaranya diekspor ke Uni Eropa. Beberapa

negara tujuan ekspor lain adalah India, China, dan Singapura. Saat ini pasar Eropa

merupakan tujuan ekspor terbesar untuk CPO Indonesia.

Indonesia merupakan produsen minyak sawit kedua terbesar di dunia setelah

Malaysia pada periode 2001-2005. Sejak tahun 2006, jumlah produksi minyak sawit

Indonesia telah melebihi Malaysia. Pada tahun 2002 total produksi minyak sawit baru

mencapai 9,37 juta ton dan pada tahun 2005 total produksi minyak sawit telah mencapai

14,10 juta ton atau meningkat hampir dua kali lipat dalam kurun waktu 4 tahun.

Sedangkan pada tahun 2009, produksi minyak sawit Indonesia mencapai 20,5 juta ton.

Dibandingkan produksi tahun 2008 sebesar 19,3 juta ton maka terjadi peningkatan sebesar

5,7% dari produksi tahun 2008. Produksi CPO Indonesia berdasarkan adalah seperti pada

Gambar 1.1 berikut.

(26)

Berdasarkan uraian diatas, permintaan dunia terhadap produk CPO asal Indonesia

terus meningkat, permintaan negara-negara Uni Eropa terhadap CPO dan produk

turunannya asal Indonesia ternyata terus mengalami peningkatan signifikan. Bahkan,

permintaan CPO jauh lebih dominan ketimbang produk turunan CPO.

Tabel 1.1. Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan ('000 Ton)

Tahun Negara Tujuan

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

Uni Eropa 1.496 1.682 1.885 2.183 2.614 2.782 3.207 3.632 India 1.767 1.916 2.035 2.335 2.789 3.010 3.053 3.096 China 789 980 1.269 1.589 1.930 2.071 2.492 2.913

Jumlah 6.490 7.370 8.996 10.436 12.539 12.650 14.470 16.290

Source: Oil World Annual & MBOP, 2010

Sumber Data: Dirjend Bina Produksi Perkebunan, Deptan RI, 2010

Pada tahun 2009, ekspor CPO Indonesia ke negara-negara Uni Eropa sebesar 3,6

juta ton. Dilihat dari komposisi tujuan ekspor, pangsa pasar ekspor CPO dan produk

turunannya yang masuk ke negara-negara Uni Eropa sebesar 16,97% pada tahun 2004,

(27)

Berdasarkan data diatas, ekspor CPO Indonesia ke beberapa Negara tujuan tahun

2002 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa pasar ekspor utama Indonesia adalah Uni

Eropa, India dan China. Pada tahun 2002 sampai dengan 2007 Uni Eropa adalah pasar

terbesar kedua bagi Indonesia, namun mulai pada tahun 2008 pasar Uni Eropa sudah

menjadi pasar utama bagi Indonesia, hal ini menunjukkan bahwa masih cerahnya pasar

Uni Eropa bagi Indonesia, walaupun Uni Eropa menerapkan beberapa kebijakan mengenai

impor CPO.

Menurut Kementrian BUMN (25 Juni 2009), Uni Eropa menjanjikan insentif

tambahan dan akan menolong eksportir CPO asal Indonesia, terutama yang proses

produksinya bersahabat dengan lingkungan (ecofriendly). Insentif tambahan itu diberikan

hanya kepada pengekspor yang memproduksi dan memproses secara ramah lingkungan,

karena maksud dari kebijakan ini adalah kepedulian terhadap lingkungan.

Dasar pemikiran ini adalah Uni Eropa berupaya meningkatkan pemanfaatan

biofuel di kawasan mereka, dan salah satunya adalah CPO. Insentif tambahan ini tidak

akan merugikan pengekspor crude palm oil (CPO) yang tidak memproduksi secara ramah

lingkungan. Semua pengekspor CPO asal Indonesia akan menikmati tarif yang sama

seperti yang diperoleh selama ini, terlepas dari bagaimana CPO itu diproduksi dan

diproses. Maka Uni Eropa tidak pernah akan membatasi ekspor minyak kelapa sawit asal

Indonesia, kenyataannya ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa memperlihatkan kenaikan.

Tentu, jika ada yang menyatakan Uni Eropa membatasi CPO dari Indonesia, ekspor dari

(28)

Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa akan terus tumbuh karena Uni Eropa

menerapkan beberapa kebijakan bukan untuk menghentikannya tapi untuk melindungi

lingkungan yang saat ini sudah mulai rusak akibat adanya perkebunan. Dan ekspor CPO

Indonesia tetap menikmati akses penuh dan tanpa hambatan tarif ke pasar Uni Eropa.

Produsen CPO dari Indonesia tidak akan dikenakan tarif yang lebih tinggi terlepas dari

bagaimana minyak kelapa sawit tersebut diproduksi dan diproses.

Uni Eropa merupakan salah satu pasar alternatif yang strategis bagi produk

Indonesia terutama dari hasil hutan dan Crude Palm Oil (CPO). Produk Indonesia akan

bisa merambah pasar Eropa asalkan memiliki standar produk. UE salah satu pasar

alternatif yang strategis dibandingkan dengan pasar-pasar yang lain. Dengan demikian

akses pasar akan lebih luas ke negara lain.

Peningkatan kerja sama antara Negara Asean - Uni Eropa khususnya Uni Eropa

dan Indonesia. Indonesia membutuhkan line kerja sama tradding (perdagangan) dan

platform mengenai investasi. Kemudian capacity building karena sebenarnya ekonomi

Indonesia dengan ekonomi Uni Eropa itu lebih banyak komplementernya dibandingkan

kompetisinya. Maka banyak produk yang Indonesia unggul dan Uni Eropa

membutuhkannya. Dan juga Uni Eropa memiliki teknologi maupun keuangan yang kuat

dan juga membantu Uni Eropa yang begitu besar.

Kedua kekuatan ekonomi ini bisa meningkatkan kerja sama yang lebih sinergis

dibandingkan dengan kerja sama di bidang yang lain. Melalui kerja sama Negara Asean -

(29)

pembangunan di Indonesia. Sekaligus meminta Uni Eropa membuka pasar untuk

produk-produk dari Indonesia.

Produk turunan utama dari CPO yang di produksi oleh Uni Eropa yaitu minyak

makan. berdasarkan data Oil World, produksi minyak makan (edible oil) Uni Eropa

menurun dari 17,08 juta ton di tahun 2000 menjadi menjadi 16,8 juta ton pada tahun 2003.

Kemudian mulai tahun 2004 produksi minyak makan (edible oil) Uni Eropa meningkat

dari 16,9 juta ton pada tahun 2004 hingga mencapai 18,9 juta ton pada tahun 2009.

Peningkatan ini seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Uni Eropa yang secara

langsung dapat meningkatkan kebutuhan akan minyak makan Uni Eropa.

Produk turunan lainnya yang sedang dikembangkan oleh Uni Eropa adalah

Biodiesel. Uni Eropa merupakan produsen dan pasar biodiesel terbesar di dunia dengan

target pasar sebesar 5,75% dari total konsumsi minyak diesel untuk transportasi pada

tahun 2010.

Data European Biodiesel Board (EBB) juga menunjukkan bahwa produksi

biodiesel Uni Eropa meningkat 64,7% dari 1,93 juta ton di tahun 2004 menjadi 3,18 juta

ton di tahun 2005. Lebih tinggi dari periode tahun 2002 – 2004 dimana produksi biodiesel

di Uni Eropa tumbuh 30% - 35% pertahun. Pesatnya pertumbuhan produksi biodiesel

tahun 2005 terutama disebabkan tingginya pertumbuhan produksi di sejumlah Negara

produsen terbesar yaitu Jerman, Perancis dan Italia. Selain itu Negara produsen biodiesel

di Uni Eropa meningkat dari 11 negara di tahun 2004 menjadi 21 negara di tahun 2006.

(30)

dengan peningkatan kapasitas produksi Uni Eropa. Oil World memprediksikan produksi

biodiesel Uni Eropa meningkat dari 3 juta ton di tahun 2005 menjadi lebih dari 9 juta ton

di tahun 2010.

Selain pengembangan produk turunan CPO, penduduk Uni Eropa saat ini sudah

mencapai 500 juta jiwa dengan keanggotaan dari 27 negara. Dengan bertambahnya

penduduk Uni Eropa dan adanya kemungkinan bertambahnya keanggotaan Uni Eropa,

maka diperkirakan akan semakin besar kebutuhan akan CPO termasuk CPO dari

Indonesia.

Untuk ekspor Indonesia dengan tujuan negara - negara Uni Eropa, terdapat suatu

aturan/kesepakatan antara negara terkait, yang dikenal dengan REACH (Registration,

Authorisation and Restriction of Chemicals). Aturan yang diterapkan Uni Eropa terkait

penggunaan bahan kimia yang aman ini, dianggap dapat mengurangi daya saing ekspor

CPO dan turunannya. Setiap impor yang masuk ke Uni Eropa diwajibkan melakukan

registrasi/pendaftaran kepada European Chemicals Agency (ECHA) mengenai kandungan

bahan kimia. Pendaftaran produk dapat dilakukan oleh negara eksportir non Uni Eropa

dengan menujuk sebuah perusahaan yang didirikan Uni Eropa yang bertindak sebagai

perwakilan satu-satunya. Pada akhirnya, aturan tersebut kemudian mengharuskan negara

eksportir (seperti Indonesia) menambah biaya.

Tantangan lain yang juga dihadapi Indonesia selaku negara pengimpor CPO adalah

adanya tarif bea masuk, Indonesia dikenakan tarif bea masuk sebesar 3,8%. Hal ini

(31)

Ditengah derasnya ancaman boikot produk CPO Indonesia di pasar Negara maju,

ternyata negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa tetap saja terus mengimpor dari

Indonesia, bahkan volumenya semakin meningkat hingga pada 2009.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis melihat adanya fenomena terhadap aturan

yang diterapkan oleh Uni Eropa, sehingga Indonesia sebagai salah satu Negara

pengekspor CPO ke Uni Eropa dikenakan peraturan dan biaya seperti tariff bea masuk.

Peraturan dan biaya yang dikenakan untuk Indonesia dirasakan termasuk sulit untuk

masuk ke pasar ekspor Uni Eropa. Disamping peraturan tersebut, produk kelapa sawit

Indonesia termasuk crude palm oil (CPO) selama ini sulit masuk ke pasar Uni Eropa

dengan alasan standar kualitas, masalah lingkungan dan lain-lain.

Selain peraturan yang diterapkan Uni Eropa dan permintaan CPO Indonesia ke Uni

Eropa, saat ini kontiniutas Uni Eropa mengimpor CPO dari Indonesia adalah untuk

mengembangkan produk turunan dari CPO. Produk turunan utama adalah minyak makan,

selain minyak makan produk lainnya yaitu margarine dan bahan bakar biodiesel, dan

untuk memenuhi kebutuhan Uni Eropa akan produk CPO dari Indonesia guna

memproduksi produk turunan CPO, maka permintaan CPO tersebut akan selalu

meningkat.

Kondisi yang terlihat justru semakin meningkatnya ekspor CPO Indonesia ke Uni

Eropa. Sehingga peneliti beranggapan perlu untuk meneliti sejauhmana pengaruh ekspor

(32)

diajukan penulis dalam penelitian ini adalah “Analisis Determinan Ekspor Crude Palm Oil

(CPO) Indonesia ke Uni Eropa”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan deskripsi yang telah dituangkan diatas, maka pembahasan penelitian

ini akan dibatasi pada beberapa pokok perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap harga ekspor CPO?

2. Apakah produksi CPO domestik berpengaruh terhadap harga ekspor CPO?

3. Apakah harga CPO dunia berpengaruh terhadap harga ekspor CPO?

4. Apakah harga ekspor CPO berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni

Eropa?

5. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa?

6. Apakah produksi CPO domestik berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni

Eropa?

7. Apakah harga CPO dunia berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa?

8. Apakah pendapatan perkapita berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni

Eropa?

9. Apakah produksi minyak makan berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni

Eropa?

10. Apakah harga minyak mentah dunia berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia ke

(33)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah terhadap harga

ekspor CPO.

2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produksi CPO domestik terhadap

harga ekspor CPO.

3. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga CPO dunia terhadap harga

ekspor CPO.

4. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga ekspor CPO terhadap ekpor

CPO Indonesia ke Uni Eropa.

5. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah terhadap ekpor

CPO Indonesia ke Uni Eropa.

6. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produksi CPO domestik terhadap

ekpor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

7. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga CPO dunia terhadap ekpor

CPO Indonesia ke Uni Eropa.

8. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh pendapatan perkapita terhadap ekpor

CPO Indonesia ke Uni Eropa.

9. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh produksi minyak makan terhadap

(34)

10. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh harga minyak mentah dunia terhadap

ekpor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Dapat menambah wawasan mahasiswa serta dapat menganalisa perkembangan

salah satu komoditi hasil perkebunan Indonesia yaitu kelapa sawit.

2. Dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor

CPO Indonesia ke Uni Eropa, sehingga dapat bermanfaat pada pengembangan

ekspor CPO Indonesia.

3. Sebagai bahan referensi bagi pihak pihak lain yang berniat untuk melakukan

penelitian lebih lanjut tentang masalah ekspor komoditi pertanian Indonesia secara

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Kajian Ekspor

Ekspor dan impor suatu negara terjadi karena adanya manfaat yang diperoleh

akibat transaksi perdagangan luar negeri. Perdagangan dapat juga memperbesar kapasitas

konsumsi suatu negara serta membantu berbagai usaha untuk melakukan pembangunan

dan meningkatkan peranan sektor yang mempunyai keunggulan komparatif karena

efisiensi dalam faktor-faktor produksi. Nopirin menyatakan bahwa Ekspor berasal dari

produksi dalam negeri dijual/dipakai oleh penduduk luar negeri, maka ekspor merupakan

injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti halnya investasi. Sedangkan impor merupakan

kebocoran dari pendapatan, karena menimbulkan aliran modal ke luar negeri. Ekspor

bersih yakni ekspor dikurangi impor (X-M) adalah jembatan yang menghubungkan antara

pendapatan nasional dengan transaksi internasional (Syaikhu N, 2010:14).

Sehubungan dengan ekspor suatu komoditas, Kindleberger dan Lindert (Nurdin,

2008:40), menyatakan bahwa secara teoritis volume ekspor dari suatu negara merupakan

selisih antara penawaran dan permintaan domestic (excess demand) bagi negara

konsumen.

Selanjutnya menurut Soekartawi (Nurdin, 2008:38), ekspor merupakan bagian dari

(36)

a. Adanya kelebihan produksi dalam negeri sehingga kelebihan tersebut dijual keluar

negeri melalui kebijaksanaan ekspor.

b. Adanya permintaan luar negeri untuk suatu produk walaupun produk tersebut karena

adanya kekurangan produk dalam negeri.

c. Adanya keuntungan yang lebih besar dari penjualan keluar negeri daripada penjualan

di dalam negeri. Karena harga di pasar dunia yang lebih menguntungkan.

d. Adanya kebijaksanaan ekspor yang bersifat politik.

e. Adanya barter antar produk tertentu dengan produk lain yang diperlukan dan tak

dapat diproduk di dalam negeri.

Lebih lanjut menurut Soekartawi alasan mendesak mengapa suatu negara perlu

menggalakan ekspor adalah untuk meningkatkan kekayaan Negara yang berarti pula

meningkatkan peningkatan pendapatan perkapita. Alasan lain perlunya peningkatan

ekspor bagi negara kita karena negara kita terus mengadakan impor, sehingga negara

memerlukan devisa untuk membayar impor yang dilakukannya.

Berdasarkan teori tersebut, maka ekspor suatu komoditas ke pasaran international

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor domestik, harga luar negeri dan faktor

permintaan dan penawaran domestik antarnegara. Selain itu secara implisit ekspor juga

dipengaruhi oleh faktor nilai tukar (exchange rate) mata uang suatu negara dengan negara

lain.

Sedangkan menurut Paul A.Samuelson dan William D.Nordhaus 1994:182-183)

(37)

negara tergantung pada pendapatan dan output luar negeri, nilai tukar uang (kurs) serta

harga relatif antara barang dalam negeri dan luar negeri.

Apabila output luar negeri meningkat, atau nilai tukar terhadap mata uang negara

lain menurun, maka volume dan nilai ekspor suatu negara akan cenderung meningkat,

demikian juga sebaliknya. Selain itu, pilihan antara barang dalam negeri dan barang luar

negeri berkaitan dengan harga relatif kedua barang tersebut. Bila harga suatu barang

buatan dalam negeri meningkat secara relatif terhadap harga barang luar negeri, maka

penduduk tersebut akan cenderung membeli lebih banyak barang luar negeri. Sehingga

jumlah dan nilai ekspor akan dipengaruhi oleh harga relatif antara barang-barang dalam

negeri dan luar negeri, yang pada gilirannya akan tergantung dari harga dalam negeri,

harga internasional dan nilai tukar uang terhadap dollar.

2.1.2. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk

suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk

yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu

dengan dengan pemerintah negara

lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk

meningkatkan . Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan

tahun, dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan

(38)

, , dan kehadira

Perdagangan internasional merupakan hal yang vital karena perdagangan luar

negeri akan meningkatkan kemungkinan konsumsi suatu negara. Perdagangan luar negeri

memungkinkan suatu negara mengkonsumsi lebih banyak barang dibandingkan yang

tersedia menurut garis perbatasan kemungkinan produksi pada keadaan swasembada tanpa

perdagangan luar negri (Lindert, 1993).

Kunci perdagangan internasional adalah teori keunggulan komparatif. Prinsip teori

ini bahwa suatu negara dapat meningkatkan standar kehidupan dan pendapatan riilnya

melalui spesialisai produksi komoditi yang memiliki produktivitas tinggi. Negara-negara

akan mengutamakan untuk memproduksi komoditi yang paling produktif. Prinsip

keunggulan komparatif menunjukkan bahwa spesialisasi akan menguntungkaan semua

negara meskipun ada negara yang secara mutlak lebih efisien dalam memproduksi semua

barang dibandingkan Negara lainnya. Jika negara-negara itu mau melakukan spesialisasi

produk di mana mereka mendapat keunggulaan komparatif (atau efisiensi relatif lebih

tinggi), maka perdagangan antar negara akan menguntungkaan bagi semuanya. Karena itu

mengingat kondisi produktif di tiap negara sangat berbeda, negara-negara tersebut sangat

menyadari bahwa akan lebih menguntungkan jika melakukan spesialisasi dalam produksi

suatu jenis barang tertentu (Lindert, 1993).

Dalam teori modern mengenai perdagangan internasional dikenal teori Hecsher

(39)

faktor. Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa perdagangan internasional misalnya, antara

Indonesia dan Amerika Serikat terjadi karena opportunity cost yang berbeda antara kedua

negara tersebut. Perbedaan ongkos alternatif tersebut dikarenakan adanya perbedaan

dalam jumlah faktor produksi (misalnya tenaga kerja, modal, tanah dan bahan baku yang

dimiliki kedua negara tersebut. Indonesia memiliki tanah yang lebih luas dan bahan-bahan

baku serta tenaga kerja (khususnya dari golongan berpendidikan rendah) yang jauh lebih

banyak dibandingkan Amerika Serikat. Sebaliknya Amerika Serikat memiliki tenaga kerja

dengan pendidikan tinggi dalam jumlah yang lebih banyak dari pada Indonesia.

Jadi karena factor endowment-nya berbeda, maka sesuai hukum pasar, harga dari

faktor-faktor produksi tersebut juga berbeda antara Indonesia dan Amerika Serikat.

Mialnya hanya ada dua faktor produksi yakni tenaga kerja (L) dan modal (K) dengan

harga masing-masing w (gaji) dan r (suku bunga). Dengan demikian tingkat gaji di

Indonesia lebih murah dari pada di Amerika Serikat dan tingkat suku bunga di Indonesia

lebih mahal dibandingkan di Amerika Serikat. Akan tetapi dengan perbedaan harga faktor

tersebut dengan sendirinya belum tentu dapat dikatakan bahwa Indonesia unggul dari

Amerika Serikat dalam membuat suatu barang. Hal ini tergantung pada tingkat intensitas

pemakaian tenaga kerja dan modal dalam memproduksi barang tersebut.

Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan

(40)

1. Vent For Suplus

Teori Vent for Suplus pada intinya lebih menekankan pada sisi penawaran dengan

dasar pemikiran yang sama dengan pemikiran yang melandasi teori penawaran. Teori

ini menyatakan bahwa suatu Negara akan mengekspor produk-produk yang dibuat

apabila terjadi kelebihan supply dipasar dalam negeri. Kelebihan stok dapat terjadi

karena beberapa hal, misalnya konsumsi dalam negeri berkurang karena berbagai hal,

sementara volume produksi tetap tidak berubah. Teori tersebut mengatakan bahwa

suatu Negara akan mengekspor produk yang dibuatnya apabila terjadi exces supply

(kelebihan stok) di dalam negeri. Kelebihan stok bisa terjadi karena berbagai hal

misalnya, konsumsi dalam negeri berkurang, pendapatan masyarakat, atau karena

produk tersebut sudah tidak diminati di dalam negeri, atau kelebihan stok akibat

kondisi panen raya.

2. Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri

3. Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatka

4. Adanya perbedaan kemampuan penguasaan

mengolah sumber daya

5. Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu

produk tersebut.

6. Adanya perbedaan keadaan seperti

dan jumla

(41)

7. Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

8. Keinginan membuka

9. Terjadinya era

sendiri.

Seringkali terdapat banyak hambatan dalam melakukan perdagangan internasional.

Hambatan itu ada yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Kebijakan perdaganan luar

negeri memiliki dua tujuan utama, yakni meningkatkan ekspor dan mengurangi

ketergantungan pada impor. Untuk meningkatkan ekspor, kebijakan perdagangan luar

negeri mempunyai sejumlah instrumen, diantaranya pemberian subsidi ekspor bagi

eksportir yang sudah memiliki sertifikat ekspor, pemberian fasilitas kredit perbankan

dengan suku bunga murah, dan pembebasan. Sedangkan kebijakan perdaganggan luar

negeri yang bertujuan mengurangi impor juga memiliki sejumlah instrument diantaranya

adalah pengenaan bea masuk terhadap impor dengan tarif hal ini lajim disebut proteksi.

Menurut D.Salvatore (1997: 270) hambatan perdagangan internasional terdiri dari

hambatan tarif dan nontarif sebagai berikut:

i. Hambatan Tarif

Tarif merupakan salah satu instrumen kebijakan perdagangan luar negeri yang

membatasi arus perdagangan internasional, tarif adalah suatu pembebanan atas barang

yang melintasi daerah pabean (daerah geografis). Tarif adalah pajak atau cukai yang

(42)

merupakan kebijakan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai

sumber penerimaan pemerintah.

Pengenaan tarif dimaksudkan untuk memproteksi produk dalam negeri. Dengan

adanya tarif harga barang impor dalam mata uang nasional meningkat sehingga

permintaan di pasar dalam negeri menurun dan hal tersebut mendorong produksi

dalam negeri karena adanya kenaikan permintaan domestik atas barang hasil dalam

negeri. Ada tiga macam jenis tarif yang biasa digunakan dalam perdagangan

internasional yaitu:

1. Bea Ekspor (export duties) adalah pajak yang dikenakan terhadap barang yang

diangkut atau diekspor menuju negara lain.

2. Bea Transito (transit duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap

barang-barang yang melalui wilayah suatu negara dengan ketentuan bahwa barang

tersebut sebagai tujuan akhirnya adalah negara lain.

3. Bea Impor (impor duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap

barang-barang yang masuk kedalam suatu negara dengan ketentuan bahwa negara

tersebut sebagai tujuan akhir.

ii. Hambatan Non-Tarif

Instrumen kebijakan perdaganan internasional selain tarif adalah berupa kebijakan

non tarif, yang terdiri dari:

(43)

Kuota merupakan pembatasan secara kuantitatif tidak hanya terhadap impor, tetapi

juga diterapkan oleh banyak negara terhadap ekspor, karena tujuan utama

pengenaan kuota adalah untuk kepentingan konsumen di dalam negeri, yakni

menjaga ketersediaan stok domestik.

2. Embargo

Adalah pelarangan impor dan ekspor jenis produk tertentu atau pelarangan secara

total dalam perdagangan dengan negara tertentu sebagai suatu tambahan dalam

kebijakan politik yang dilakukan pemerintah.

3. Kartel-kartel Internasional

Merupakan sebuah organisasi produsen komoditi tertentu dari berbagai negara

yang sepakat untuk membatasi outputnya dan juga mengendalikan ekspor

komoditi tersebut dengan tujuan untuk memaksimalkan keuntungan.

4. Dumping

Adalah kebijakan ekspor dari suatu komoditi dengan harga jauh dibawah pasaran

atau penjualan komoditi di luar negeri dengan harga yang jauh lebih murah

dibanding dengan harga penjualan domestik.

5. Subsidi Ekspor

Adalah pembayaran langsung atau pemberian keringanan pajak dan bantuan

subsidi kepada para eksportir atau calon eksportir nasional, atau pemberian

pinjaman kepada pengimpor asing dengan bunga rendah dalam rangka memacu

(44)

Terdapat beberapa perbedaan antara perdagangan dalam negeri dan perdagangan

internasional. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Jangkauan wilayah

Perdagangan dalam negeri mencakup satu wilayah negara, sedangkan perdagangan

antar negara menjangkau beberapa negara.

b. Cara pembayaran

Cara pembayaran pada perdagangan dalam negeri menggunakan satu macam mata

uang, sedangkan perdagangan luar negeri menggunakan macam-macam mata uang

(valuta asing).

c. Sistem distribusi

Perdagangan dalam negeri lebih banyak dilakukan dengan menggunakan sistem

distribusi langsung. Sedangkan perdagangan luar negeri menggunakan sistem

distribusi tidak langsung.

d. Peraturan yang berlaku

Peraturan yang harus diikuti dalam perdagangan antarnegara lebih rumit

dibandingkan dengan perdagangan dalam negeri. Dalam perdagangan internasional

melibatkan sekurang-kurangnya dua negara. Oleh karena itu, peraturan-peraturan

yang harus ditaati oleh pedagang internasional sekurang-kurangnya berlaku pada dua

negara tersebut.

(45)

Karena penjual dan pembeli suatu barang berasal dari berbagai negara maka tingkat

persaingan perdagangan antarnegara lebih ketat dibandingkan dengan perdagangan

dalam negeri.

f. Satuan ukuran dalam berat, panjang, dan isi

Dalam perdagangan dalam negeri biasanya digunakan ukuran berat, panjang, dan

volume yang berlaku di dalam negeri. Namun untuk perdagangan internasional,

ukuran-ukuran tersebut harus menggunakan ukuran yang berlaku secara internasional.

g. Biaya angkutan

Dalam perdagangan internasional diperlukan biaya angkutan yang lebih tinggi

daripada perdagangan dalam negeri. Ini terjadi karena perbedaan jarak dan sistem

administrasi perdagangan.

h. Tatap muka langsung penjual dan pembeli

Dalam perdagangan dalam negeri, antara penjual dan pembeli dapat bertatap secara

langsung. Akan tetapi, dalam perdagangan internasional bagi penjual dan pembeli

untuk bertatap muka secara langsung tidak mudah.

2.1.3. Permintaan dan Penawaran Ekspor

Permintan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu

dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.

Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang.

Makin banyak penduduk suatu negara makin besar permintaan masyarakat akan sesuatu

(46)

pikirkan lebih jauh dalam dunia nyata, barang di pasar mempunyai harga. Dengan kata

lain permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh tenaga beli pemintaan barang.

Permintaan yang didukung oleh kekuatan daya beli disebut permintaan efektif, sedangkan

permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan

potensial. Daya beli seseorang tergantung atas dua unsur pokok yaitu pendapatan yang

dapat dibelanjakan dan harga barang yang dikehendaki.

Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995), menyatakan bahwa permintaan adalah

sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen selama periode tertentu berdasarkan

situasi dan kondisi tertentu. Menurut Papas dan Mark Hirshey (1995), terdapat dua (2)

model dasar dalam permintaan, yang pertama adalah permintaan langsung yang dikenal

sebagai teori konsumen, dan yang kedua adalah permintaan turunan yaitu permintaan atas

bahan baku sebagai input di dalam pembuatan suatu barang atau jasa yang diminta untuk

didistribusikan menjadi produk lainnya.

Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply)dan

permintaan (demand). Dalam teori perdagangan internasional disebutkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran

(Krugman dan Obstfeld, 2000; Salvatore, 1996). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi

oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan

dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil,

kapasitas produksi yang bisa diproksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan

(47)

Ekspor merupakan bentuk paling sederhana dalam sistem perdagangan

internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi ke luar negeri.

Faktor-faktor seperti pendapatan negara yang dituju dan populasi penduduk merupakan

dasar pertimbangan dalam pengembangan ekspor (Kotler dan Amstrong (1996),

diterjemahkan oleh Sindoro (1997).

Menurut Nicholson (1998) ketika pendapatan total meningkat, dengan asumsi

faktor lain tidak berubah (ceteris paribus), maka kuantitas barang yang dibeli untuk setiap

orang juga akan berubah, namun peningkatan tersebut tergantung dari jenis barangnya,

apabila barang dimaksud adalah barang normal maka peningkatannya akan cenderung

lambat.

Produk-produk yang betul-betul kompetitif, penawaran dan permintaan domestik

akan tergantung pada harga barang, sedangkan permintaan dan penawaran asing (ekspor)

akan bergantung pada harga dalam mata uang asing (Krugman dan Obstfeld (2000) yang

diterjemahkan oleh Basri (2004), dijelaskan pula bahwa perdagangan akan terjadi di suatu

pasar apabila terdapat perbedaan harga pada waktu sebelum perdagangan, jika kedua

negara menghasilkan produk yang sama. Selain berbagai faktor tersebut diatas, hubungan

perdagangan antar negara yang mempengaruhi aktivitas ekspor impor adalah nilai tukar

mata uang masing-masing negara.

2.1.4. Faktor Nilai Tukar

Penurunan nilai tukar akan berakibat pada naiknya kemampuan untuk membeli

(48)

kemampuaan akan menurun untuk memperoleh barang tersebut. Kurs valuta asing

merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah barang-barang di negara

lain “lebih murah” atau “lebih mahal” dari barang-barang yang diproduksi di dalam

negeri.

2.1.5. Faktor Produksi

Lincolin Arsyad (2000) mengatakan bahwa, sifat fungsi produksi merupakan

faktor penentu factor penentu struktur pasar yang paling fundamental. Industri-industri

yang fungsi produksinya menunjukkan keadaan increasing return to scale yang outputnya

relative besar dibandingkan dibandingkan dengan permintaan totalnya jumlah

produsennya yang lebih sedikit sehingga tingkat persaingannya lebih ringan daripada di

dalam industri-industri yang fungsi produksinya bersifat konstan atau decreasing return to

scale yang masuk ke pasar dengan tingkat output yang relative kecil dibandingkan dengan

permintaan total.

2.1.6. Faktor Harga

Harga barang merupakan aspek pokok dalam pembahasan teori ekonomi dan

pembentukan harga dari suatu barang terjadi di pasar melalui suatu mekanisme. Apabila

pada suatu tingkat tertinggi kuantitas barang yang diminta melebihi kuantitas barang yang

ditawarkan maka harga akan niak, sebaliknya bila kuantitas barang yang ditawarkan pada

harga tersebut lebih banyak daripada kuantitas permintaan, maka harga cenderung turun.

(49)

harga tertinggi konsumen cenderung menggantikan barang tersebut dengan barang lain

yang mempunyai hubungan dekat dan relative lebih murah (Budiono, 2001).

2.1.7. Faktor Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata penduduk di suatu

negara. Pendapatan perkapita didapatkan dari hasil pembagian

negara dengan jumlah penduduk negara tersebut. Pendapatan perkapita juga merefleksikan

dan tingkat pembangunan sebuah

semakin makmur negara tersebut.

2.2. Peneliti Terdahulu

Munadi (2007) meneliti tentang permintaan ekspor minyak kelapa sawit indonesia

ke India dengan menggunakan model ECM dimana variabel terdiri dari harga CPO dunia,

harga minyak kedelai dan nilai tukar (Rp/USD). Hasil analisis regresi terhadap persamaan

permintaan ekspor dengan menggunakan pendekatan ECM mengindikasikan permintaan

ekspor minyak kelapa sawit dari Indonesia ke India tidak terdapat hubungan dalam jangka

panjang yang diindikasikan dengan pengaruh yang tidak nyata dari Faktor error

correction model (ECM). Dalam jangka pendek permintaan ekspor kelapa sawit oleh India

sangat dipengaruhi oleh rasio antara harga minyak kedelai dan harga minyak kelapa sawit

dunia dengan elastis sebesar 2,74, Indeks produksi dengan elastisitas sebesar 2,69 dan

(50)

sebesar 0,89. Penurunan pajak ekspor akan diikuti oleh meningkatnya jumlah minyak

sawit yang diekspor. Penurunan pajak ekspor sebesar 10% akan meningkatkan harga

minyak sawit dalam negeri sebesar 14.83%.

Zainal (2008) meneliti tentang analisis eksport crude palm oil (CPO) Indonesia.

Variabel yang digunakan adalah harga CPO dunia, harga CPO domestik, harga minyak

kelapa dan nilai tukar rupiah. Metode analisis yang digunakan adalah metode 2SLS (Two

Stage Least Square). Berdasarkan hasil analisis membuktikan bahwa harga CPO

domestik, harga CPO dunia, nilai tukar dan harga minyak kelapa secara simultan

berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit (CPO) Indonesia, sedangkan nilai tukar

rupiah secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor minyak sawit (CPO)

Indonesia.

M. Idris (2009) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

minyak goreng curah di kota Medan. Variabel yang digunakan harga minyak goreng

curah, pendapatan rumah tangga dan jumlah anggota rumah tangga. Data yang digunakan

adalah data primer yaitu dengan penyebaran kuisiooner. Metode analisis yang digunakan

Multiple Regression dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan hasil

analisis menunjukkan bahwa faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi permintaan

minyak goreng curah di kota Medan yaitu jumlah anggota rumah tangga dan pendapatan

rumah tangga, sedangkan harga minyak goreng curah tidak signifikan terhadap permintaan

(51)

Anis Wulantoro (2009) meneliti tentang kebijakan dan pertumbuhan ekspor

minyak kelapa sawit Indonesia ke Negara Belanda. Variabel yang digunakan adalah nilai

tukar rupiah terhadap USD, harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga pesaing

Malaysia, produksi minyak sawit. Metode analisis yang digunakan adalah pengujian

koefisien regresi yaitu autokorelasi dan multikolinearitas. Hasil analisis menunjukkan

bahwa nilai tukar rupiah terhadap USD tidak signifikan terhadap ekspor minyak kelapa

sawit Indonesia ke Negara Belanda. Dan harga ekspor minyak sawit Indonesia, harga

pesaing Malaysia, produksi minyak sawit signifikan terhadap ekspor minyak kelapa sawit

Indonesia ke Negara Belanda.

Gayus (2010) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan

minyak kelapa sawit serta tingkat keunggulan komparatif di Indonesia. Meneliti dianalisis

dengan menggunakan analisis regresi untuk memperkirakan faktor-faktor yang

berpengaruh, analisis RCA dan A R untuk mengetahui keunggulan komparatif serta

analisis ISP untuk mengetahui posisi minyak kelapa sawit di pasar internasional. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa rata-rata volume ekspor tertinggi adalah ke negara

Belanda. Permintaan ekspor minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh jumlah penduduk

negara pengimpor, volume produksi minyak kelapa sawit Indonesia, harga minyak kelapa

sawit dunia dan harga minyak kelapa sawit domestik. Sedangkan variabel GDP dan nilai

tukar mata uang asing (US$) tidak mempengaruhi permintaan ekspor minyak kelapa sawit

Indonesia. Analisis terhadap keunggulan komparatif produk, diketahui bahwa pangsa

(52)

pasar internasional, serta percepatan pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding pengekspor

dari negara lain.

2.3. Kerangka Konseptual

Pada Gambar 2.1 berikut menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah, produksi CPO

domestic dan harga CPO dunia berpengaruh terhadap harga ekspor CPO. Kemudian nilai

tukar rupiah, produksi CPO domestic, harga CPO dunia, harga ekspor CPO, pendapatan

perkapita Uni Eropa, produksi minyak makan Uni Eropa dan harga minyak mentah dunia

berpengaruh terhadap ekspor CPO Indonesia.

Berdasarkan perumusan masalah, landasan teori dan berbagai penelitian

sebelumnya, maka dapat dibentuk suatu kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

NT

PCD

HD

Y

PMM

HE

PP

(53)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Analisis Determinan Ekspor CPO Indonesia ke PMM = Produksi Minyak Makan UE (Ton/Tahun) HMD = Harga Minyak Mentah Dunia (USD/Barrel)

2.4. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini adalah:

1. Nilai tukar rupiah berpengaruh positif terhadap harga ekspor CPO, cateris paribus.

2. Produksi CPO domestik berpengaruh negatif terhadap harga ekspor CPO, cateris

paribus.

3. Harga CPO dunia berpengaruh positif terhadap harga ekspor CPO, cateris paribus.

4. Harga ekspor CPO berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa,

cateris paribus.

5. Nilai tukar rupiah berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa,

cateris paribus.

6. Produksi CPO domestik berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni

Eropa, cateris paribus.

7. Harga CPO dunia berpengaruh negatif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa,

(54)

8. Pendapatan perkapita berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni

Eropa, cateris paribus.

9. Produksi minyak makan berpengaruh positif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni

Eropa, cateris paribus.

10.Harga minyak mentah berpengaruh negatif terhadap ekspor CPO Indonesia ke Uni

Eropa, cateris paribus.

NT

(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis determinan ekspor CPO Indonesia ke

Uni Eropa tahun 2000 s/d 2009. Secara khusus penelitian ini mengidentifikasi apakah nilai

tukar rupiah, produksi CPO domestik dan harga CPO dunia secara signifikan

mempengaruhi terhadap harga ekspor CPO. Kemudian harga ekspor CPO, pendapatan

perkapita Uni Eropa, produksi minyak makan Uni Eropa dan harga minyak mentah dunia

secara signifikan mempengaruhi ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara sistematis yang berbentuk data

runtut waktu (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data triwulanan tahun

2000 s/d 2009 yang diperoleh dari berbagai sumber antara lain Oil World Annual &

MPOB, EBB Uni Eropa, Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI), World Bank

dan dari berbagai sumber lainnya yang mendukung.

(56)

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel

tidak bebas, penelitian ini menggunakan persamaan struktural yaitu Path Analyis yang

dibantu dengan program aplikasi AMOS atau Analysis of Moment Structure.

3.3.1. Model Analisis

Secara matematis model analisis dapat dituliskan melalui fungsi sebagai berikut:

Y = f (NT, PCD, HD, HE, PP, PMM, HMD) ….………... (1)

Dari fungsi tersebut dibuat persamaan pengaruh langsung, tidak langsung dan

pengaruh total yang dituliskan sebagai berikut:

1. Pengaruh langsung

HE = β1NT + β2PCD + β3HD + e1 …...……….…….….……….. (2)

Y = β4HE + β5PP + β6PMM + β7HMD + e2 …...……….……. (3)

2. Pengaruh tidak langsung

Y = β1NT + β2PCD + β3HD + β4HE + e3 …...……….………….……. (4)

3. Pengaruh Total

Y = β1NT + β2PCD + β3HD + β4HE + β5PP + β6PMM + β7HMD + e4 … (5)

Keterangan:

Y = Ekspor CPO Indonesia ke UE (Ton)

NT = Nilai Tukar Rupiah (Rp/USD)

PCD = Produksi CPO Domestik (Ton/Tahun)

HD = Harga CPO Dunia (USD/Kg)

(57)

PP = Pendapatan Perkapita UE (USD/Tahun)

PMM = Produksi Minyak Makan UE (Ton/Tahun)

HMD = Harga Minyak Mentah Dunia (USD/Barrel)

1 - 7 = Koefisien Regresi

e1, e4 = Term of error

3.3.2. Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka konseptual pada Gambar 2.1 maka variabel dikelompokkan

kedalam tiga kelompok, yaitu:

a. Variabel terikat (dependent variabel) yaitu:

1. Ekspor CPO

b. Variabel antara (intervening variabel) yaitu:

1. Harga Ekspor CPO

c. Variabel bebasnya (independent variabel) yaitu:

1. Nilai Tukar Rupiah

2. Produksi CPO Domestik

3. Harga CPO Dunia

4. Pendapatan Perkapita

5. Produksi Minyak Makan

6. Harga Minyak Mentah Dunia

(58)

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Path Analysis. Perangkat

lunak yang digunakan untuk analisis struktural adalah AMOS 16.

Telaah statistika menyatakan bahwa untuk tujuan peramalan/pendugaan nilai Y

atas dasar nilai-nilai X1, X2, …., Xi, pola hubungan yang sesuai adalah pola hubungan

yang mengikuti Model Regresi, sedangkan untuk menganalisis pola hubungan kausal antar

variabel dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung, secara

serempak atau mandiri beberapa variabel penyebab terhadap sebuah variabel akibat, maka

pola yang tepat adalah Model Analisis Jalur.

Analisis jalur (Path Analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright (1934). Path

analysis digunakan apabila secara teori kita yakin berhadapan dengan masalah yang

berhubungan sebab akibat. Tujuannya adalah menerangkan akibat langsung dan tidak

langsung seperangkat variabel, sebagai variabel penyebab, terhadap variabel lainnya yang

merupakan variabel akibat.

Beberapa istilah dan definisi dalam Path Analysis: (1) Dalam Path Analysis, kita

hanya menggunakan sebuah lambang variabel, yaitu X. Untuk membedakan X yang satu

dengan X yang lainya, kita menggunakan subscript (indeks). Contoh: X1, X2, X3 …. Xk.

(2) Kita membedakan dua jenis variabel, yaitu variabel yang menjadi pengaruh

(exogenous variable), dan variabel yang dipengaruhi (endogenous variable). (3) Lambang

hubungan langsung dari eksogen ke endogen adalah panah bermata satu, yang bersifat

(59)

diagram atau gambar yang mensyaratkan hubugan terstruktur antar variabel (Harun Al

Rasyid, 2005).

Secara matematik analisis jalur mengikuti pola Model Struktural yang ditentukan

dengan seperangkat persamaan:

Y1 = F1 (Xa, …, Xq ; A11, … , A1k)

Y2 = F2 (Xa, …, Xq ; A21, … , A2k)

Yp = Fp (Xa, …, Xq ; Ap1, … , Apk)

Yang mengisyaratkan hubungan kausal dari X1, X2, …., Xq ke Y1, Y2, …., Yp.

Apabila setiap variabel Y secara unique keadaanya ditentukan (disebabkan) oleh

seperangkat variabel X, maka persamaan di atas dinamakan persamaan struktural, dan

modelnya disebut model struktural.

3.4.1. Uji Asumsi

Sejalan dengan metode yang akan digunakan yaitu Path Analysis mensyaratkan

beberapa uji asumsi. Pada langkah ini akan dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian model,

tmelalui telaah terhadap berbagai criteria goodness of fit. Langkah pertama yang dilakukan

adalah mengevaluasikan data yang digunakan apakah memenuhi asumsi Path Analysis,

bila asumsi ini telah terpenuhi maka langkah berikutnya adalah model diuji melalui

berbagai uji yang akan dilakukan dalam penelitian ini.

1. Asumsi Path Analysis

Asumsi yang harus dipenuhi dalam prosedur pengumpulan dan pengolahan data yang

Gambar

Gambar 1.1 berikut.
Tabel 1.1. Ekspor CPO Indonesia ke Beberapa Negara Tujuan ('000 Ton)
Gambar 2.2.  Hipotesis Penelitian Analisis Determinan Ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa
Tabel 3.1. Indeks Pengujian Kelayakan Model
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan metode deskriptif analitis ini akan dikaji mengenai konsistensi Pasal 153 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Penerapan

Morinda citrifolia L dapat menurunkan kadar gula darah karena aktivitas antioksidan yang dimilikinya yang terdapat dalam.. Morinda citrifolia L

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Penelitian dan menyusun Laporan

Selain itu, penelitian tentang pengaruh penerapan logoterapi terhadap stres pada lansia belum pernah dilakukan di Manado khususnya di Badan Penyantun Lanjut Usia, oleh

Perkembangan agama Budha pada masa kerajaan Sriwijaya dapat diketahui dari isi prasasti Talang Tuo yang menjelaskan raja Sriwijaya, Dapunta Hyang Sri Jayanasa adalah

Adapun kendala pelaksanaan grading system remunerasi pada BPR Konvensional di Sidoarjo adalah pemberian insentif yang diberlakukan BPR adalah sama terhadap semua karyawan

Berdasarkan hasil dan analisis data studi kasus tentang kebiasaan belajar siswa SMP Negeri 1 Rantau Pandan Kabupaten Bungo Propinsi Jambi sesuai dengan analisis

Apabila penetuan nilai ini berdasarkan pada nilai hasil tes belajar yang digunakan pada kriterium peserta didik, maka pada hal ini mengandumg arti bahwa nilai yang