• Tidak ada hasil yang ditemukan

Akuntabilitas Rekrutmen Pegawai Honorer pada Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Akuntabilitas Rekrutmen Pegawai Honorer pada Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

i

AKUNTABILITAS REKRUTMEN PEGAWAI HONOR PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA MEDAN

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

NURDIN MATANARI 080903070

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

i

KATA PENGANTAR

Syukur kepada Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus dan Roh Kudus atas kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Akuntabilitas Rekrutmen Pegawai Honorer pada Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen Ilmu Administrasi Negara.

Mengingat keterbatasan kemampuan, waktu, biaya, dan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin dapat berjalan dengan lancar tanpa bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Husni Thamrin Nasution, M.Si, selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan selaku salah satu dosen penguji mulai dari proposal penelitian sampai pada pengujian skripsi yang telah memberikan masukan dan membantu pengembangan isi skripsi dan pengetahuan penulis.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP, selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Asima Yanty Siahaan, M. A,P. hD, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, tenaga, sumbangan pemikiran, dan yang dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dari awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Seluruh Staff Pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

6. Buat yang teristimewa kedua orangtuaku, bapak (J. Matanari) dan Mamak (T. Simarmata, S. Pd) yang telah membesarkan dan mendidik aku. Terimakasih untuk semua kasih, nasihat, perhatian dan doa buat ku selama ini. Semoga aku bisa membalas semua jasa kalian dan menjadi anak yang membanggakan untuk kalian.

(3)

ii

8. Keluarga besar Matanari dan Simarmata yang selalu menjadi motivasi penulis agar tetap semangat.

9. Buat abang dan kakak yang sangat saya banggakan, Irwandi, k’Helderia S. Kom dan Jhonri Kardo semoga sukses dalam pekerjaan dan buat adik-adik saya Deny, Alex dan Lina semoga sukses mengikuti kalian.

10.Buat pacar saya Klaudia Simanjuntak (calon guru boga), semoga apa yang kita rencanakan berkenan dihadapan-Nya. Buat sahabatku Teguh, Selamat (Illio “marsada”/komeng/slamet). Biarkan saya duluan yah… ente nyusul lah secepatnya.

11.Buat teman-teman Kebijakan Publik baik senioran maupun junioran tetaplah kritis dan jangan sungkan berdebat sampai capek. Buat rekan-rekan di Resimen, terimakasih untuk kesan mendalam yang kita pernah punya. Buat kawan-kawan kost dan gang R. Tarigan Terimakasih untuk suasana dan iklim kekeluargaan yang bisa dibangun.

12.Buat semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Terimakasih banyak.

Seperti kata pepatah “Tak ada gading yang tak retak”, demikian pula dengan skripsi ini, pasti ada kekurangan dan kesalahannya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima saran serta kritik yang membangun dari pembaca.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Januari 2013 Penulis

(4)

iii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 14

1.3 Fokus Masalah ... 14

I.4 Tujuan Penelitian ... 17

I.5 Manfaat Penelitian ... 17

I.6 Kerangka Teori ... 18

I. 6. 1 Akuntabilitas ... 19

I. 6. 1. 1 Definisi Akuntabilitas... ... 19

I. 6. 1. 2 prinsip-prinsip akuntabilitas ... 20

I. 6. 1. 3 Jenis-jenis Akuntabilitas ... 22

I. 6. 2 Rekruitmen ... 23

I. 6. 2. 1 Definisi Rekrutmen ... 23

I. 6. 3 Tenaga Honorer ... 25

I. 6. 4 Perekrutan Tenaga Honorer ... 25

I. 6. 4. 1 Proses Formasi ... 26

I. 6. 4. 2 Proses Pengadaan Tenaga Honorer ... 28

I. 7 Definisi Konsep ... 32

I. 8 Sistematika Penulisan ... 35

BAB II METODE PENELITIAN II. 1 Bentuk Penelitian ... 36

II. 2 Lokasi Penelitian ... 37

II. 3 Informan Penelitian ... 37

II. 4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

II. 5 Instrumen Penelitian ... 39

II. 6 Teknik Analisa Data ... 40

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN III. 1 Gambaran Umum ... 41

III. 2 Visi, Misi, Tujuan, Nilai-Nilai dan Sasaran Strategis Dinas Kesehatan Kota Medan ... 41

III. 2. 1 Visi Dinas Kesehatan Kota Medan ... 41

III. 2. 2 Misi Dinas Kesehatan Kota Medan ... 42

III. 2. 3 Tujuan Dinas Kesehatan Kota Medan ... 43

III. 2. 4 Nilai-Nilai Dinas Kesehatan Kota Medan ... 44

III. 2. 5 Sasaran Strategis Dinas Kesehatan Kota Medan ... 45

III. 3 Struktur Organisasi ... 46

III. 4 Tugas Pokok dan Fungsi Setiap Bagian Sekretariat ... 47

(5)

iv

IV. 2 Rekrutmen Pegawai Honorer ... 59

IV. 2. 1 Identifikasi kebutuhan Pengadaan Pegawai ... 62

IV. 2. 2 Identifikasi persyaratan kerja ... 65

IV. 2. 3 Penetapan Sumber-Sumber Kandidat ... 67

IV. 2. 4 Seleksi Kandidat ... 68

IV. 2. 5 Pengumuman Hasil Rekrutmen ... 69

BAB V ANALISIS DATA V. 1 Akuntabilitas Rekrutmen Tenaga Honorer Pada Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan ... 70

V. 1. 1 Identifikasi kebutuhan ... 71

V. 1. 2 Identifikasi persyaratan kerja ... 72

V. 1. 3 Penetapan Sumber-Sumber Kandidat ... 75

V. 1. 4 Seleksi Kandidat ... 76

V. 1. 5 Pengumuman Hasil Rekrutmen ... 78

BAB VI PENUTUP VI. 1 Kesimpulan ... 79

VI. 2 Saran ... 81

(6)

v ABSTRAK

AKUNTABILITAS REKRUTMEN PEGAWAI HONOR PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA MEDAN

Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Nurdin Matanari

NIM : 080903070

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Dra. Asima Yanty Siahaan, M. A, P. hD

Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan melaksanakan rekrutmen tenaga honorer guna memenuhi kebutuhan pegawai guna menunjang terlaksananya tugas-tugas yang diemban, namun pada kenyataanya masih banyak permasalahan yang dihadapi seperti: adanya dugaan terjadinya nepotisme, rekrutmen yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga membebani anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) hingga pada dugaan tenaga honorer yang direkrut hanya tergiur untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) pada suatu saat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya perekrutan tenaga honorer yang ada di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan baik dari segi: Pengidentifikasian kebutuhan untuk melakukan pengadaan, penetapan persyaratan kerja, penetapan sumber-sumber kandidat, penyeleksian kandidat, pemberitahuan hasilnya kepada para kandidat, penunjukan kandidat yang lolos seleksi.

Bentuk analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana hasil penelitian akan menjelaskan secara rinci dan khusus mengenai rekrutmen pegawai honor di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan. Adapun yang menjadi informan dari penelitian ini antara lain pegawai di bagian sekretariat yakni: Kepala Sub Bagian Umum dan Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan.

Hasil penelitian menunjukkan perekrutan yang dilaksanakan bersifat tertutup dan tidak mempunyai standar baku, sebagai salah satu tugas yang dilimpahkan kepada pejabat yang bersangkutan; seharusnya (masih) tetap diperlukan pembatasan kewenangan dan pembatasan diskresi yang jelas agar kebijakan yang diterapkan bisa sesuai dari atas kebawah. Selain itu, hal ini diperlukan agar penyimpangan dan penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan dapat diminimalisir sehingga pemborosan APBN dan ketidak efektifan rekrutmen dapat dihindari.

(7)

vi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara & Transkrip Hasil Wawancara Lengkap 2. Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi

3. Surat Penunjukan Dosen Pembimbing 4. Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal

5. Surat Rekomendasi Penelitian dari Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan

6. Kartu Kendali Bimbingan Skripsi

7. Data rekrutmen pegawai pada Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan 2007-2012

8. Undang-undang No. 43 tahun 2007 tentang pengangkatan tenaga honorer menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil.

9. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 Tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil.

(8)

v ABSTRAK

AKUNTABILITAS REKRUTMEN PEGAWAI HONOR PADA DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA MEDAN

Skripsi ini disusun oleh:

Nama : Nurdin Matanari

NIM : 080903070

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dosen Pembimbing : Dra. Asima Yanty Siahaan, M. A, P. hD

Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan melaksanakan rekrutmen tenaga honorer guna memenuhi kebutuhan pegawai guna menunjang terlaksananya tugas-tugas yang diemban, namun pada kenyataanya masih banyak permasalahan yang dihadapi seperti: adanya dugaan terjadinya nepotisme, rekrutmen yang tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga membebani anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) hingga pada dugaan tenaga honorer yang direkrut hanya tergiur untuk diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) pada suatu saat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya perekrutan tenaga honorer yang ada di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan baik dari segi: Pengidentifikasian kebutuhan untuk melakukan pengadaan, penetapan persyaratan kerja, penetapan sumber-sumber kandidat, penyeleksian kandidat, pemberitahuan hasilnya kepada para kandidat, penunjukan kandidat yang lolos seleksi.

Bentuk analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana hasil penelitian akan menjelaskan secara rinci dan khusus mengenai rekrutmen pegawai honor di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan. Adapun yang menjadi informan dari penelitian ini antara lain pegawai di bagian sekretariat yakni: Kepala Sub Bagian Umum dan Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan.

Hasil penelitian menunjukkan perekrutan yang dilaksanakan bersifat tertutup dan tidak mempunyai standar baku, sebagai salah satu tugas yang dilimpahkan kepada pejabat yang bersangkutan; seharusnya (masih) tetap diperlukan pembatasan kewenangan dan pembatasan diskresi yang jelas agar kebijakan yang diterapkan bisa sesuai dari atas kebawah. Selain itu, hal ini diperlukan agar penyimpangan dan penyalahgunaan kewenangan dan kekuasaan dapat diminimalisir sehingga pemborosan APBN dan ketidak efektifan rekrutmen dapat dihindari.

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Permasalahan dalam birokrasi pemerintahan pada saat ini antara lain bahwa: birokrasi pemerintah belum efisien, kebijakan belum stabil, dan masih ada praktek penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang. Bidang peraturan perundang-undangan di bidang aparatur negara masih tumpang tindih, inkonsisten, tidak jelas, multi tafsir, pertentangan antara peraturan perundang-undangan yang satu dengan yang lain dan pelayanan publik belum dapat mengakomodasi kepentingan seluruh lapisan masyarakat.

(10)

2

Tujuan Reformasi Birokrasi adalah membentuk birokrasi profesional, dengan karakteristik: adaptif, berintegritas, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara dan sasaran Reformasi Birokrasi yaitu membangun birokrasi yang berorientasi pada hasil (outcomes) melalui perubahan secara terencana, bertahap, dan terintegrasi dari berbagai aspek strategis birokrasi.

Otonomi daerah adalah perwujudan pendelegasian wewenang dan tanggung jawab dan mempunyai hubungan yang erat dengan desentralisasi. Mahfud M. D (2004) dalam Tangkilisan (2005:1) menyatakan desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus daerah, mulai dari kebijakan, perencanaan, sampai pada implementasi dan pembiayaan dalam rangka desentralisasi.

(11)

3

menghasilkan semangat kerja yang lebih tinggi, lebih banyak komitmen dan lebih banyak pula produktifitasnya.

Berdasarkan ulasan di atas, dapat dikatakan bahwa tujuan dan sasaran dari kebijakan otonomi daerah adalah sebagai berikut: efisiensi dan efektivitas pemberian pelayanan kepada masyarakat; peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan daerah; peningkatan partisipasi masyarakat dalam kehidupan politik dan pelaksanaan pembangunan; peningkatan efektivitas pelaksanaan koordinasi serta pengawasan pembangunan.

Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat secara adil dan merata diseluruh wilayah Republik Indonesia. Sejalan dengan tujuan pembangunan yang berwawasan kesehatan dan kesejahteraan maka pemerintah telah menetapakan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu sumber daya manusia di berbagai sektor sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang berperilaku hidup sehat, lingkungan sehat dan memiliki kemampuan untuk menolong dirinya sendiri serta dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas.

(12)

4

masyarakat, utamanya penduduk rentan, antara lain: ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi upaya pencegahan penyakit menular ataupun tidak menular, dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku dan kewaspadaan dini. Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan peningkatan upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia kesehatan, sediaan farmasi,alat kesehatan dan makanan, manajemen dan informasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan memperhatikan dinamika kependudukan, epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta globalisasi dan demokratisasi dengan semangat kemitraan dan kerjasama lintas sektoral.

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK) 2005–2025 dalam tahapan ke-2 (2010-2014), kondisi pembangunan kesehatan diharapkan telah mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang ditunjukkan dengan membaiknya berbagai indikator pembangunan sumber daya manusia, seperti meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat, meningkatnya kesetaraan gender, meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, serta menurunnya kesenjangan antar individu, antar kelompok masyarakat dan antar daerah.

(13)

5

Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Satuan Kerja dan Perangkat Derah (SKPD) diwajibkan menyusun Rencana Strategis SKPD yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan serta penganggaran pembangunan yang bersifat indikatif sesuai dengan tugas pokok dan fungsi SKPD. Renstra Dinas Kesehatan Kota Medan merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program-program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan langsung oleh Dinas Kesehatan Kota Medan maupun dengan mendorong peran aktif masyarakat untuk kurun waktu tahun 2011-2015, didasarkan pada perubahan struktur organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan yang memberikan penekanan pada pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan Kota Medan dan Millenium Development Goals (MDG’s).

Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Medan disusun berawal dari suatu pemikiran Strategis tentang nilai-nilai luhur yang dianut / dimiliki oleh seluruh pimpinan dan staf Dinas Kesehatan Kota Medan yang merupakan karakteristik inti dari tugas pokok yang diemban oleh Dinas Kesehatan Kota Medan.

(14)

6

(15)

7

Kesehatan, harus dilaksanaka secara transparan, dapat dipertanggung-jawabkan dipertanggung-gugatkan kepada publik.

Di kota Medan Angka Kematian Ibu (AKI) sudah mengalami penurunan namun angka tersebut masih jauh dari target MDG’s tahun 2015 (102/100.000 KH), diperlukan upaya yang luar biasa untuk pencapaian target. Demikian halnya dengan Angka Kematian Bayi (AKB), masih jauh dari target MDG’s (23/1.000 KH) kalau dilihat dari potensi untuk menurunkan AKB maka masih on track walaupun diperlukan sumber daya manusia yang kompeten (Renstra Dinas Kesehatan Kota Medan 2010-2014).

(16)

8

sakit swasta, serta dirasakan belum terkoordinasinya pelayanan kesehatan secara kewilayahan.

Secara umum terjadi penurunan angka kesakitan, namun penularan infeksi penyakit menular utamanya AIDS/HIV dan TBC, masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang menonjol dan perlu upaya keras untuk dapat mencapai target MDG’s. Disamping itu, terjadi peningkatan penyakit tidak menular yang berkontribusi besar terhadap kesakitan dan kematian.

Target cakupan imunisasi belum tercapai, perlu peningkatan upaya preventif dan promotif seiring dengan upaya kuratif dan rehabilitatif. Akibat dari cakupan Universal Child Imunization (UCI) yang belum tercapai akan berpotensi timbulnya kasus-kasus Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) di beberapa daerah risiko tinggi yang selanjutnya dapat mengakibatkan munculnya wabah. Untuk menekan angka kesakitan dan kematian akibat PD3I perlu upaya imunisasi dengan cakupan yang tinggi dan merata.

(17)

9

optimalisasi pemanfaatan pembiayaan kesehatan. Tingginya presentase masyarakat yang belum terlindungi oleh jaminan kesehatan mengakibatkan rendahnya akses masyarakat dan risiko pembiayaan kesehatan yang berakibat pada timbulnya kemiskinan.

Sistem informasi kesehatan belum tersedia dengan baik, keterbatasan data menjadi kendala dalam pemetaan masalah dan penyusunan kebijakan. Pemanfaatan data belum optimal dan surveilans belum dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan. Masyarakat masih ditempatkan sebagai obyek dalam pembangunan kesehatan, promosi kesehatan belum banyak merubah perilaku masyarakat menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Pemanfaatan dan kualitas Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), seperti Posyandu dan Poskesdes masih rendah. Upaya kesehatan juga belum sepenuhnya mendorong peningkatan atau perubahan pada perilaku hidup bersih dan sehat, yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan yang diderita oleh masyarakat.

(18)

10

kesehatan yang diejawantahkan dalam bentuk program-program dalam RPJMD dan Renstra Dinas Kesehatan Kota Medan

Terwujudnya keadaan sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang tidak hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan juga tanggung jawab dari berbagai sektor terkait lainnya; disamping tanggung jawab individu dan keluarga. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan dapat bersinergi dengan sistem lainnya antara lain: Sistem Pendidikan, Sistem Perekonomian, Sistem Ketahanan Pangan, Sistem Pertahanan dan Keamanan , Sistem Ketenaga-kerjaan dan Transmigrasi, serta sistem-sistem lainnya.

(19)

11

Hubungan antara status sosial ekonomi dan kesehatan berlaku secara universal. Tingkat kematian dan tingkat kesakitan secara konsisten didapatkan lebih tinggi pada kelompok dengan sosial ekonomi rendah. Perlu upaya sungguh-sungguh dalam rangka mengurangi disparitas masyarakat terhadap akses pendidikan, pekerjaan, partisipasi sosial, dan pelayanan publik.

Pemberdayaan masyarakat diarahkan agar masyarakat berdaya untuk ikut aktif memelihara kesehatannya sendiri, melakukan upaya pro-aktif tidak menunggu sampai jatuh sakit, karena ketika sakit sebenarnya telah kehilangan nilai produktif. Upaya promotif dan preventif perlu ditingkatkan untuk mengendalikan angka kesakitan yang muncul dan mencegah hilangnya produktivitas serta menjadikan sehat sebagai fungsi produksi yang dapat memberi nilai tambah.

(20)

12

kerangka regulasi ketenagaan kesehatan; belum optimalnya ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat esensial, penggunaan obat yang tidak rasional, dan penyelenggaraan pelayanan kefarmasian yang berkualitas; masih terbatasnya kemampuan manajemen dan informasi kesehatan, meliputi pengelolaan administrasi dan hukum kesehatan; permasalahan manajerial dalam sinkronisasi perencanaan kebijakan program, dan anggaran serta masih terbatasnya koordinasi dan integrasi lintas sektor; pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan belum dilakukan secara optimal; belum tersedia biaya operasional yang memadai di Puskesmas.

Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat di bidang kesehatan dibutuhkan sumber daya manusia yang mampu bekerja secara efektif dan efisien dalam setiap aktivitas/tugas untuk mencapai sasaran yang dimaksud oleh karena itu sumber daya manusia perlu dikelola dengan baik karena manusia selalu berperan aktif dan dominan dalam setiap kegiatan organisasi. Manusia adalah perencana, pelaku sekaligus penentu terwujudnya tujuan organisasi.

(21)

13

terpadu, mandiri dan efektif. Tanpa kesiapan sumber daya yang baik, maka pelayanan publik yang baik pula akan sulit dicapai (Tangkilisan, 2005:10).

Jumlah dan jenis tenaga kesehatan terus meningkat namun kebutuhan dan pemerataan distribusinya belum terpenuhi. Kualitas tenaga kesehatan juga masih rendah, pengembangan karier belum berjalan, sistem penghargaan, dan sanksi belum sebagaimana mestinya. Masalah kurangnya tenaga kesehatan, baik jumlah, jenis dan distribusinya menimbulkan dampak terhadap rendahnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas, di samping itu juga menimbulkan permasalahan pada rujukan dan penanganan pasien untuk kasus tertentu (Renstra Dinkes Pemko Medan tahun 2011-2015).

(22)

14

didasarkan kepada kebutuhan pegawai. Ada sejumlah temuan bahwa tenaga honorer merupakan titipan dari sanak saudara pejabat maka selain akan menuntut diangkat, kerugian lain dari perekrutan tenaga honorer ini adalah membuat postur birokrasi membengkak sehingga membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah/Negara (APBD/APBN). (Dikutip berdasarkan pernyataan dalam tabloid mingguan : Loker Today Edisi 283 Tanggal 18-24 Juni 2012).

Walaupun Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi menyatakan agar pemerintah daerah tidak lagi merekrut honorer dengan alasan rekrutmen yang dilaksanakan cenderung bermasalah sesuai dengan uraian diatas, namun sepanjang masih dibutuhkan, rekrutmen honorer tentunya tidak boleh dihentikan karena akan mengganggu pelayanan terhadap masyarakat. Maka untuk menjawab tuntutan terhadap persoalan dimaksud maka diperlukan adanya suatu mekanisme rekrutmen yang benar-benar akuntabel.

(23)

15 1. 2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian kualitatif, perumusan masalah merupakan fokus penelitian yang masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk kelapangan atau situasi sosial tertentu. Pertanyaan penelitian dimaksudkan untuk memahami gejala yang kompleks dalam kaitannya dengan aspek-aspek lain (in context). Peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan belum memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya, ia akan mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data. Proses ini disebut “emergent design” oleh Lincoln dan Guba dalam Sugiyono (2008: 210).

Berdasarkan latar belakang masalah diatas adapun yang menjadi rumusan masalah masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana penerapan akuntabilitas dalam perekrutan Pegawai Honor di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan?”

I. 3 Fokus Masalah

(24)

16

Dalam mempertajam penelitian, peneliti kualitatif menetapkan fokus. Spradley dalam Sugiyono (2007) menyatakan bahwa, “A focused refer to a single cultural domain or a few related domains” maksudnya adalah bahwa, fokus itu

merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. Dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus dalam proposal lebih didasarkan pada tingkat kebaruan informasi yang akan diperoleh pada situasi sosial (lapangan).

Kebaruan informasi itu bisa berupa upaya untuk memahami secara lebih luas dan mendalam tentang situasi sosial, tetapi juga ada keinginan untuk menghasilkan hipotesis atau ilmu baru dari situasi sosial yang diteliti. Fokus yang sebenarnya dalam penelitian kualitatif diperoleh setelah peneliti melakukan grand tour observation dan grand tour question atau yang biasa disebut penjelajahan

umum, dari penjelajahan umum ini peneliti akan memperoleh gambaran umum menyeluruh yang masih pada tahap permukaan tentang situasi sosial.

(25)

17 1. 4 Tujuan Penelitian

Sejauh mana penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau menjadi tujuan penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Penerapan akuntabilitas dalam perekrutan Pegawai Honorer di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan;

2. Kendala dalam penerapan akuntabilitas perekrutan Pegawai Honorer di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan;

3. Langkah yang ditempuh oleh pihak Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan dalam mengatasi kendala dalam perekrutan Pegawai Honorer.

1. 5 Manfaat Penelitian

Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui penelitian karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang penulis telah terima selama masa perkuliahan di Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara;

(26)

18

3. Bagi Program Studi Ilmu Administrasi Negara, penelitian ini akan melengkapi ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa dan dapat menambah bahan bacaan dan atau referensi bagi terciptanya suatu karya ilmiah.

1. 6 Kerangka Teori

Teori adalah serangkaian asumsi, konsep defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjukkan perspektif yang digunakan dalam memandang fenomena sosial yang menjadi obyek penelitian (Singarimbun, 1991:37). Sedangkan, kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel atau masalah pokok yang ada dalam penelitian (Arikunto, 2000: 92).

(27)

19 1. 6. 1 Akuntabilitas

Pengambilan keputusan dalam organisasi-organisasi publik melibatkan banyak pihak. Oleh sebab itu wajar apabila rumusan kebijakan merupakan hasil keputusan bersama antara warga pemilih (constituency,) para pemimpin politik, teknokrat, birokrat atau administrator, serta para pelaksana dilapangan. Pertanggungjawaban dinilai sebagai suatu akuntabilitas (accountability) jika suatu lembaga harus bertanggung jawab atas kebijakan-kebijakan (policies) tertentu.

1. 6. 1. 1 Definisi

Akuntabilitas (accountability) adalah ukuran yang menunjukkan apakah aktifitas birokrasi publik atau pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah sudah sesuai dengan norma dan nilai yang dianut oleh rakyat dan apakah pelayanan publik tersebut mampu mengakomodasi kebutuhan rakyat yang sesungguhnya.

(28)

20

yang semakin penting dalam fungsi pengawasan ini menempatkannya sebagai pilar keempat.

Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003), Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

Dengan demikian akuntabilitas terkait dengan lembaga eksekutif pemerintah yang tugas utamanya adalah melayani rakyat harus bertanggungjawab kepada rakyat secara langsung maupun tidak langsung. Dengan bahasa yang sederhana Starling (1998) dalam Kumorotomo (2005:3-4) mengatakan bahwa akuntabilitas ialah kesediaan untuk menjawab pertanyaan publik,

“ A good synonym for the term accountability is answerability. An organization must be answerable to someone or something outside itself. When things go wrong, someone must be held responsible. Unfortunately, a frequently heard charge is that government is faceless and that, consequently, affixing blame is difficult”.

1. 6. 1. 2 Prinsip-Prinsip Akuntabilitas

(29)

21

berkepentingan dengan pelayanan tersebut. Sehingga, berdasarkan tahapan sebuah program, akuntabilitas dari setiap tahapan adalah :

a. Pada tahap proses pembuatan sebuah keputusan, beberapa indikator untuk menjamin akuntabilitas publik adalah : pembuatan sebuah keputusan harus dibuat secara tertulis dan tersedia bagi setiap warga yang membutuhkan; pembuatan keputusan sudah memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang berlaku, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar maupun nilai-nilai yang berlaku di stakeholders; adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan sudah sesuai dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang berlaku; adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi, dengan konsekuensi mekanisme pertanggungjawaban jika standar tersebut tidak terpenuhi; konsistensi maupun kelayakan dari target operasional yang telah ditetapkan maupun prioritas dalam mencapai target tersebut.

(30)

22 1. 6. 1. 3 Jenis-Jenis Akuntabilitas

Ferlie Et Al (1997) dalam Kumorotomo (2005:4) membedakan beberapa model akuntabilitas, yakni akuntabilitas ke atas (accountability up wards), akuntabilitas kepada staff (accountability to staff) akuntabilitas ke bawah (accountability downwards), akuntabilitas yang berbasis pasar (marked based form accountability) dan akuntabilitas kepada diri sendiri (self accountability).

(31)

23 1. 6. 2 Rekrutmen

Pengadaan (procurement) adalah fungsi operasional pertama manajemen sumber daya manusia (MSDM). Pengadaan karyawan merupakan masalah penting, sulit dan kompleks karena untuk mendapatkan dan menempatkan orang-orang yang kompeten, serasi, serta efektif tidaklah semudah membeli dan menempatkan mesin karena karyawan adalah aset utama perusahaan yang menjadi perencana dan pelaku aktif dari setiap aktifitas organisasi.

Menurut Malayu Hasugian (2005:27), Pengadaan karyawan harus didasarkan pada prinsip apa baru siapa, apa artinya kita harus terlebih dahulu menetapkan pekerjaan-pekerjaannya berdasarkan uraian pekerjaan (job description). Siapa artinya kita baru mencari orang-orang yang tepat untuk

menduduki jabatan tersebut berdasarkan spesifikasi pekerjaan (job specification). Hal ini mengisyaratkan bahwa pengadaan karyawan merupakan langkah pertama dan yang mencerminkan berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya.

1. 6. 2. 1 Definisi rekrutmen

(32)

24

organisasi hanya dapat memperoleh sekelompok pelamar yang benar-benar sesuai dengan tuntutan jabatan (job requirement), yang sebelumnya telah terurai secara rinci dalam uraian jabatan (job description), spesifikasi jabatan (job specification), dan penampilan jabatan (job performance standard), untuk dipilih calon-calon yang terbaik dan cakap diantara mereka.

Menurut Hermein Nasution (2005:39), rekrutmen adalah suatu keputusan tentang dimana dan bagaimana caranya mencari calon-calon tenaga kerja, pada saat yang tepat agar melamar dengan posisi yang dibutuhkan organisasi, baik dari dalam maupun dari luar organisasi, seperti ditetapkan di dalam perencanaan sumber daya manusia.

Sedangkan Edwin B. Flippo (1990:56), mendefinisikan bahwa penarikan calon pegawai/tenaga kerja adalah proses pencarian tenaga kerja yang dilakukan secara seksama, sehingga dapat merangsang mereka untuk mau melamar jabatan-jabatan tertentu yang ditawarkan oleh organisasi.

(33)

25 1. 6. 3 Tenaga Honorer

Menurut Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005, Tenaga Honorer adalah seseorang yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas tertentu pada instansi pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dalam hal ini Pejabat Pembina Kepegawaian yang dimaksut adalah pejabat yang berwenang mengangkat, memindahkan, dan memberhentikan Pegawai Negeri Sipil di lingkungannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Instansi pemerintah pusat dan instansi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

1. 6. 4 Perekrutan Tenaga Honorer

Indonesia adalah negara kesatuan, dimana terdapat “the habitual exercise of supreme legislative authority by one central power” Dicey (2009) dalam Kumorotomo (2010). Sistem kepegawaian yang ditunjuk oleh UU no 32 tahun 2004 menghendaki adanya manajemen kepegawaaian nasional dengan menggunakan integrated system untuk menjaga persatuan dan kesatuan nasional dan memangkas etnosentrisme pegawai daerah.

(34)

26

yang meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pension, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan hukum, pengembangan kompetensi dan pengendalian jumlah (Kumorotomo, 2010:207).

1. 6. 4. 1 Proses Formasi

Sebelum melakukan perekrutan pegawai didahului proses Formasi Pegawai. Menurut Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yang dimaksud formasi adalah jumlah dan susunan pangkat pegawai Negeri Sipil yang diperlukan oleh suatu satuan organisasi negara untuk mampu melaksanakan tugas pokok untuk jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab dalam bidang penerbitan dan penyempurnaan Aparatur Negara.

Tujuan penetapan formasi sesuai dengan PP Nomor 54 Tahun 2003 ada beberapa tahapan dan persyaratan yaitu:

1. Dasar Penyusunan Formasi

Pada umumnya dasar-dasar yang digunakan untuk menetapkan formasi suatu unit organisasi adalah:

a. Jenis pekerjaan, yaitu: Macam-macam pekerjaan yang harus dilakukan oleh suatu unit organisasi dalam melaksanakan tugas pokoknya, umpamanya pekerjaan mengetik, jaga malam, mengobati penyakit, dan lain-lain. Jenis- jenis pekerjaan yang ada dalam setiap departemen dan lembaga harus dikumpulkan, dikelompokkan, dan disusun secara sistematis, sehingga mudah dicari apabila diperlukan.

(35)

27

bersifat khusus, yaitu jenis-jenis pekerjaan yang hanya ada pada departemen atau lembaga tertentu, seperti pekerjaan mengobati penyakit hanya ada pada lingkungan Departemen Kesehatan, memeriksa perkara hanya ada pada lingkungan kejaksaan dan pengadilan, dan lain-lain.

b. Sesudah jenis pekerjaan yang diketahui, maka harus pula diketahui sifat dari masing-masing pekerjaan itu. Dalam menentukan sifat pekerjaan dapat ditinjau dari beberapa sudut, umpamanya dari sudut waktu kerja, sudut pemusatan perhatian, sudut resiko pribadi yang mungkin timbul dalam melaksanakan pekerjaan, dan lain-lain.

c. Perkiraan beban kerja, yaitu frekuensi kegiatan rata-rata dari masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya beban kerja itu dapat dibagi dalam beban kerja yang dapat diukur, beban kerja yang sulit diukur, dan beban kerja yang tidak mungkin diukur.

d. Perkiraan kapasitas pegawai, yaitu perkiraan kemampuan rata-rata seorang pegawai untuk menyelesaikan suatu jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu. Perkiraan kapasitas pegawai perlu diketahui untuk menentukan jumlah pegawai yang diperlukan untuk masing-masing jenis pekerjaan. Walaupun jenis pekerjaan sama, tetapi beban kerja dan perkiraan kapasitas pegawai berlainan pula jumlah pegawai yang diperlukan.

e. Kebijaksanaan pelaksanaan pekerjaan, yaitu kebijakan pelaksanaan pekerjaan apakah dilakukan sendiri ataupun diborongkan (outsourcing). Kebijaksanaan pelaksanaan pekerjaan untuk suatu jenis pekerjaan sangat besar pengaruhnya terhadap penentuan jumlah pegawai.

f. Jenjang dan jumlah jabatan dan pangkat yang tersedia dalam suatu organisasi mempunyai pengaruh dalam penyusunan formasi, karena piramida jabatan dan pangkat yang serasi adalah merupakan salah satu syarat mutlak untuk dipelihara oleh suatu organisasi yang baik. Sebagaimana diketahui, bahwa semakin tinggi suatu pangkat atau jabatan semakin terbatas jumlahnya, oleh sebab itu, makin terbatas pula jumlah Pegawai yang mungkin mencapai jabatan atau pangkat yang lebih tinggi itu.

g. Alat yang tersedia atau diperkirakan dalam melaksanakan tugas. Makin tinggi mutu peralatan dan tersedia dalam jumlah yang cukup, dapat mengakibatkan makin sedikit jumlah Pegawai yang diperlukan untuk mengerjakan suatu jenis pekerjaan tertentu. Tetapi makin menghendaki kualitas yang makin tinggi.

2. Sistem Penyusunan Formasi

Dalam penyusunan formasi, pada umumnya ada 2 (dua) sistem yang biasanya digunakan yaitu:

(36)

28

b. Sistem ruang lingkup yakni suatu sistem yang menentukan jumlah dan kualitas berdasarkan jenis, sifat, dan beban kerja yang dipikulkan pada unit organisasi itu. Menurut sistem ini, walaupun tingkat satuan organisasi sama, tetapi kalau beban kerjanya berlainan, maka berlainan pula jumlah pegawai yang ditentukan bagi masing-masing unit organisasi itu.

3. Analisis Kebutuhan Pegawai

Untuk dapat menyusun formasi yang tepat, maka harus disusun lebih dahulu “analisis kebutuhan pegawai”. Analisis kebutuhan pegawai adalah suatu proses menganalisis secara logis dan teratur untuk dapat mengetahui jumlah dan kualitas pegawai yang diperlukan oleh suatu unit organisasi agar mampu melaksanakan tugasnya serta berdaya guna, berhasil guna, dan berkelangsungan.

Tujuan dari analisis kebutuhan pegawai adalah sebagai salah satu usaha agar setiap pegawai yang ada pada setiap unit organisasi mempunyai pekerjaan. Salah satu alat untuk membuat analisis kebutuhan Pegawai adalah adanya uraian jabatan (job description) yang tersusun rapi. Dengan adanya uraian jabatan, maka dapatlah diketahui jenis jabatan, ruang lingkup tugas yang dapat dilaksanakan, sifat pekerjaan, syarat-syarat pejabat, dan dapat pula diketahui perkiraan kapasitas pegawai dalam jangka waktu tertentu.

4. Anggaran Belanja Negara yang Tersedia

Anggaran Belanja yang dapat disediakan oleh negara sangat menentukan pelaksanaan pemenuhan formasi. Karena, walaupun formasi telah disusun secara tepat berdasarkan norma-norma yang rasional, tetapi akhirnya tetaplah anggaran belanja yang dapat disediakan negara yang menetukan, apakah formasi yang telah disusun itu dapat terpenuhi atau tidak.

1. 6. 4. 2 Proses Pengadaan Tenaga Honorer

(37)

29

Kebijakan pengadaan PNS ini diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 98 tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri sipil.

Pengadaan pegawai dilakukan mulai dari perencanaan, pengumuman, pelamaran, penyaringan sampai pada pengangkatan tenaga honorer. Secara prinsip, pengadaan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Pendekatan pegawai menggunakan pendekatan zero growth dimana pengadaan pegawai didasarkan untuk mengantikan pegawai yang pensiun. Jadi, pengadaan pegawai/tidak mesti dilakukan tiap tahun.

Proses pengadaan pada dasarnya meliputi kegiatan-kegiatan: 1. Pengidentifikasian kebutuhan untuk melakukan pengadaan; 2. Mengindentifikasi persyaratan kerja;

3. Menetapkan sumber-sumber kandidat; 4. Menyeleksi kandidat;

5. Memberitahukan hasilnya kepada para kandidat; 6. Menunjuk kandidat yang lolos seleksi

(38)

30

daerah yang bertanggung jawab adalah Badan Kepegawaian Derah (BKD). Adapun beberapa aturan dalam proses pengadaan Pegawai Negeri Sipil antara lain:

1. Persyaratan

Syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar untuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil sesuai dengan UU No 32 tahun 2004, yaitu:

a. Warga Negara Indonesia;

b. Pada saat diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil, berusia sekurang-kurangnya 18 tahun dan setingi-tinginya 35 tahun;

c. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan. Dalam ketentuan ini, tidak termasuk bagi mereka yang dijatuhi hukuman percobaan; d. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan

sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;

e. Tidak berkedudukan sebagai Calon/Pegawai Negeri:

f. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian, dan keterampilan yang diperlukan; Berkelakuan baik;

g. Sehat jasmani dan rohani;

h. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Republik Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh pemerintah; dan

i. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan. 2. Pengumuman

Setiap pengadaan Pegawai Negeri Sipil harus diumumkan seluas-luasnya melalui media masa yang tersedia dan/atau bentuk lain yang mungkin digunakan agar diketahui oleh umum. Dengan pengumuman tersebut, di samping untuk memberikan kesempatan yang luas kepada Warga Negara Indonesia, juga lebih memungkinkan bagi Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah untuk mencari Calon Pegawai Negeri Sipil yang cakap dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya. Pengumuman penerimaan pegawai harus sudah dilakukan selambat-lambatnya 15 hari sebelum penerimaan lamaran. Dalam pengumuman dicantumkan antara lain:

a. Jumlah dan jenis jabatan yang lowong; b. Kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan; c. Syarat yang harus dipenuhi oleh pelamar; d. Alamat dan tempat lamaran ditujukan; e. Batas waktu pengajuan surat lamaran;

f. Waktu dan tempat seleksi; dan Lain-lain yang dianggap perlu. 3. Pelamaran

Surat lamaran ditulis tangan sendiri. Surat lamaran ditujukan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan dengan melampirkan:

(39)

31

b. Kartu tanda pencari kerja dari Departemen/ Dinas Tenaga Kerja setempat.

c. Pas foto menurut ukuran dan jumlah yang ditentukan. 4. Penyaringan

Penyaringan pelamar dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pemeriksaan administratif dan ujian penyaringan dalam pemeriksaan administratif, surat lamaran yang diterima diperiksa dan diteliti apakah sesuai dengan persyaratan yang diperlukan. Pemeriksaan surat lamaran secara fungsional oleh pejabat yang diserahi tugas urusan kepegawaian. Surat lamaran yang tidak memenuhi syarat administratif dikembalikan dan disebutkan alasan pengembaliannya. Surat lamaran yang memenuhi mengikuti ujian penyaringan. Pada umumnya materi ujian penyaringan terdiri dari:

a. Pemeriksaan/tes administrasi untuk mencocokkan pelamar data pelamar dengan formasi yang ada;

b. Tes kompetensi/ akademik. Lingkup materi tes kompetensi disesuaikan dengan tingkat kepentingannya oleh Tim Psikologis; c. Tes kesehatan dilaksanakan oleh Tim Kesehatan yang ditunjuk;

dan

d. Tes wawancara.

Adapun materi tes seleksi meliputi:

a. Tes pengetahuan umum; materi tes yang diberikan meliputi: Bahasa Indonesia, falsafah/idiologi Negara, Garis-garis Besar Haluan Negara, Tata Negara Indonesia, Sejarah Indonesia, Kebijaksanaan Pemerintah.

b. Bahasa Inggris;

c. Tes Pengetahuan Akademik; d. Psikotes; dan

e. Wawancara.

5. Pengumuman Pelamar yang Diterima

Pejabat Pembina Kepegawaian menetapkan pelamar yang diterima berdasarkan jumlah lowongan dan kualifikasi pendidikan yang dibutuhkan. Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk mengumumkan nomor peserta ujian yang diterima melalui media masa atau dalam bentuk lainnya. Di samping pengumuman melalui media masa, kepada pelamar yang diterima disampaikan pemberitahuan secara tertulis melalui surat tercatat. Dalam pengumuman dan surat pemberitahuan tersebut diberitahukan kapan, kepada pejabat mana, dan batas waktu untuk melapor. Batas waktu melapor sekurang-kurangnya 14 hari kerja terhitung mulai tanggal dikirimkan surat pemberitahuan tersebut. Apabila pelamar yang dipanggil sampai batas waktu yang ditentukan tidak melapor, maka dianggap mengundurkan diri. Pelamar yang ditetapkan diterima wajib melengkapi dan menyerahkan kelengkapan administrasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain yang ditunjuk, yaitu:

a. Foto copy ijazah/STTB yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.

b. Daftar riwayat hidup sesuai ketentuan yang belaku. c. Pasfoto ukuran 3x4 cm sesuai kebutuhan.

(40)

32

e. Surat keterangan sehat rohani dan jasmani serta tidak mengkonsumsi/menggunakan narkotika, psikotropika, prekursor, dan zat adiktif lainnya dari dokter.

f. Asli kartu pencari kerja dari Dinas Tenaga Kerja. g. Surat pernyataan tentang:

1) Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukumyang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan;

2) Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;

3) Tidak berkedudukan sebagai Calon/ Pegawai Negeri;

4) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Republik Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah;

5) Tidak menjadi anggota/pengurus partai politik.

Catatan: Bagi yang sebelumnya telah menjadi pengurus dan I atau anggota partai politik harus melampirkan surat pernyataan telah melepaskan keanggotaan dan/atau kepengurusan dari partai politik yang diketahui oleh pengurus partai politik yang bersangkutan.

h. Foto copy sah surat keterangan dan bukti pengalaman kerja bagi yang telah mempunyai pengalaman bekerja.

Khusus bagi yang pada saat diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil berusia lebih dari 35 (tiga puluh lima) tahun dan tidak lebih dari 40 (empat puluh) tahun, harus melampirkan surat keputusan pengangkatan dan surat keterangan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan masih melaksanakan tugasnya pada instansi pemerintah.

1. 7 Definisi Konsep

(41)

33

dalam penelitian. Oleh sebab itu, untuk lebih memperjelas pemahaman dalam tulisan ini yang menjadi definisi konsep dalam tulisan ini adalah :

1. Akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

2. Rekrutmen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terencana, guna memperoleh calon-calon pegawai yang memenuhi syarat-syarat yang dituntut oleh suatu jabatan tertentu, yang dibutuhkan suatu organisasi yang dilaksanakan dengan pengimplementasian prinsip-prinsip akuntabilitas didalamnya sehingga bisa dipertanggungjawabkan kepada tingkat pemerintahan yang lebih tinggi maupun kepada masyarakat yang dilaksanakan setelah keluarnya Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005. 3. Tenaga honorer dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan yang

berstatus honor daerah pada Unit Pelayanan Kesehatan Pemerintah Kota Medan. Seseorang yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat lain dalam pemerintahan untuk melaksanakan tugas tertentu pada instansi kesehatan pemerintah atau yang penghasilannya menjadi beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

(42)

34

(43)

35 1. 7 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, fokus masalah, kerangka teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan.

BAB II Metodologi Penelitian

Bab ini memuat metode penelitian yaitu metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB III Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran dan karakteristik lokasi penelitian.

BAB IV Penyajian data

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang akan dianalisis.

BAB V Kesimpulan dan Saran

(44)

36 BAB II

METODE PENELITIAN

II. 1 Bentuk Penelitian

Berbicara tentang bentuk penelitian, lazimnya dunia keilmuan membagi bentuk penelitian kedalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif menghendaki suatu informasi dalam bentuk deskripsi dan lebih menghendaki makna yang berada di balik deskripsi data tersebut (Hamidi, 2004:70).

Menurut Zuriah (2006: 47) penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian- kejadian secara sistematis dan akurat diiringi dengan intepretasi rasional yang akurat. Penelitian ini tidak menguji hipotesa, melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan apa yang diteliti. Hanya dengan demikian dapat ditegaskan bahwa penelitian ini dilakukan berdasarkan tujuan untuk memahami fenomena yang terjadi di lapangan.

(45)

37

ahirnya dapat terungkap makna yang sebenarnya dari pendeskripsian informasi tersebut.

II. 2 Lokasi Penelitian

Penelitian “Akuntabilitas Rekrutmen Tenaga Honorer”, dilakukan di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan yang terletak di Jl. Rotan- Medan Petisah

II. 3 Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksutkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Suyanto, 2005:171). Subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subyek penelitian inilah yang akan menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menentukan informan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan informan secara sengaja dan informan yang digunakan adalah mereka yang benar-benar paham dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya secara mendalam mengenai permasalahan yang diteliti (Suyanto, 2005: 171-172). Maka informan yang peneliti tentukan dalam penelitian ini terdiri dari :

(46)

38

Pemerintah Kota Medan. Beliau dipilih karena kepada beliau lah setiap aktifitas organisasi dipertanggungjawabkan sehubungan dengan masalah kepegawaian.

2. Informan utama dalam penelitian adalah Kepala Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan. Beliau dipilih karena beliau terlibat langsung dalam kegiatan rekrutmen tenaga honorer di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan.

3. Informan tambahan dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan yang berstatus sebagai pegawai tetap dan pegawai honorer yakni masing-masing satu orang, mereka dianggap memiliki informasi yang dapat digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini.

II. 4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai sumber dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

(47)

39

metode pengumpulan data yang tidak peneliti pakai dalam penelitian ini karena pengambilan informan yang bersifat purposive sampling sehingga pengumpulan data dengan kuesioner dianggap tidak relevan dan karena rentang waktu kejadian rekrutmen tidak lagi berlangsung maka observasi juga tidak memungkinkan untuk dilakukan.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui studi bahan-bahan kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data-data primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan instrumen sebagai berikut: (a) Studi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan yang ada dilokasi penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dan ada di lokasi penelitian itu. (b) Studi Kepustakaan yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan berbagai literatur seperti buku, karya ilmiah dan sumber-sumber bacaan lainnya yang berkitan dengan penelitian ini.

II. 5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti itu sendiri, yang bertindak sebagai perencana, pelaksana, dalam pengumpulan data, melakukan analisis, menafsirkan data, menulis laporan penelitian. Namun selanjutnya setelah fokus utama jelas, maka perlu dikembangkan suatu pedoman penelitian dalam bentuk pedoman wawancara untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini.

(48)

40 II. 6 Teknik Analisa Data

Nasution (1988) dalam Sugiyono (2008:244) berpendapat bahwa: ”melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda”.

(49)

41 BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III. 1 Gambaran Umum

Dinas Kesehatan Kota Medan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagaian urusan rumah tangga daerah dalam bidang kesehatan yang antara lain:

1. Menunjang tercapainya usaha kesejahteraan masyarakat di bidang Kesehatan dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan, pemberantasan, pengawasan penyakit Menular dan penelitian kemungkinan terjadinya wabah penyakit; 3. Melaksanakan pelayanan umum bidang kesehatan;

4. Melaksanakan pemberian perizinan bidang kesehatan;

5. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang tugasnya;

6. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

III. 2 Visi, Misi, Tujuan, Nilai-Nilai dan Sasaran Strategis Dinas Kesehatan Kota Medan

III. 2. 1 Visi Dinas Kesehatan Kota Medan

(50)

42

Kesehatan Kota Medan dapat dirumuskan sebagai berikut: “MASYARAKAT MEDAN SEHAT SEJAHTERA”.

Penjelasan dari Visi tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1. Masyarakat Medan, mengandung arti bahwa sasaran kerja dari Dinas Kesehatan Kota Medan adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah kerja pemerintah kota Medan.

2. Sehat, diartikan sebagai cara berpikir masyarakat kota Medan yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan yang pada akhirnya mewujudkan lingkungan yang sehat serta perilaku hidup bersih dan sehat.

3. Sejahtera, mengandung arti bahwa masyarakat kota Medan dengan cara berpikir yang selalu dilandasi oleh nilai-nilai kesehatan, akan memperoleh kesejahteraan, terutama dibidang kesehatan, yang pada gilirannya akan mempengaruhi pencapaian derajat kesejahteraan secara umum.

III. 2. 2 Misi Dinas Kesehatan Kota Medan

Untuk merealisasikan dan mewujudkan visi, maka dijabarkan misi yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu. Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan Visi yang ditetapkan. Misi Dinas Kesehatan Kota Medan, yaitu :

1. Menggerakkan Pembangunan Kota Berwawasan Kesehatan Para penanggungjawab program pembangunan di Pemerintahan Kota Medan harus memasukkan pertimbangan kesehatan dalam semua kebijaksanaan pembangunannya. Program pembangunan yang tidak berkontribusi positif terhadap kesehatan apalagi yang berdampak negatif, seharusnya tidak dilaksanakan. Untuk itu, maka seluruh elemen dari sistem pemerintahan kota harus berperan sebagai pengerak utama pembangunan Kota Medan menuju Kota Metropolitan yang Modern, Madani dan Relijius berwawasan kesehatan.

(51)

43

dihadapi, sehingga dapat bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat

bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tudak mendukung untuk hidup sehat.

3. Memelihara dan Meningkatkan Profesionalisme Layanan Kesehatan Sesuai dengan paradigma sehat, Dinas kesehatan harus mengutamakan pada upaya kesehatan masyarakat yang dipadukan secara serasi dan seimbang dengan upaya kesehatan perorangan. Dinas Kesehatan melakukan revitalisasi sistem kesehatan dasar dan rujukannya dengan memperluas jaringan yang efektif dan efisien, serta peningkatan kualitas pelayanan sesuai standar yang ditetapkan. Sejalan dengan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, harus dilakukan pula peningkatan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia kesehatan, yang terdistribusi sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan. Perlu juga ditunjang dengan administrasi kesehatan dan peraturan perundang-undangan yang memadai, serta pengembangan kesehatan.

III. 2. 3Tujuan Dinas Kesehatan Kota Medan

Misi dijabarkan dan dituangkan dalam tujuan dan sasaran stratejik organisasi berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal yang merupakan kondisi spesifik yang ingin dicapai oleh organisasi dalam memenuhi visi dan misinya. Tujuan dan sasaran tersebut dijabarkan kembali dalam konsepsi yang lebih operasional dalam bentuk strategi.

Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan merupakan hasil akhir apa yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sampai dengan 5 (lima) tahun serta harus konsisten dengan tugas dan fungsinya secara kolektif untuk menggambarkan arah strategik organisasi dan perbaikan-perbaikan yang ingin diciptakan. Rumusan tujuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

(52)

44

2. Terciptanya sarana pendidikan, pariwisata dan sarana umum yang sehat. 3. Terwujudnya masyarakat yang mampu melakukan upaya kesehatan yang

paripurna.

4. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia kesehatan. 5. Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan.

6. Meningkatnya pelayanan kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses oleh masyarakat.

7. Terpenuhinya pembiayaan operasional dinas kesehatan.

III. 2. 4 Nilai-Nilai Dinas Kesehatan Kota Medan

Guna mewujudkan visi dan misi rencana strategis pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Medan menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai yaitu:

1. Pro Rakyat

Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Medan selalu mendahulukan kepentingan rakyat dan haruslah menghasilkan yang terbaik untuk rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan, agama dan status sosial ekonomi.

2. Inklusif

Semua program pembangunan kesehatan harus melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan saja. Dengan demikian, seluruh komponen masyarakat harus berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi masyarakat pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.

3. Responsif

Program kesehatan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi geografis. Faktor-faktor ini menjadi dasar dalam mengatasi permasalahan kesehatan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan penanganan yang berbeda pula.

4. Efektif

Program kesehatan harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan, dan bersifat efisien.

5. Bersih

(53)

45

III. 2. 5 Sasaran Strategis Dinas Kesehatan Kota Medan

Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan tahun 2010- 2014, yaitu: 1. Meningkatnya status kesehatan dan gizi masyarakat, dengan :

a. Meningkatnya umur harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun;

b. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari 228 menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup;

c. Menurunnya angka kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup;

d. Menurunnya angka kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup;

e. Menurunnya prevalensi anak balita yang pendek (stunting) dari 36,8 persen menjadi kurang dari 32 persen;

f. Persentase ibu bersalin yang ditolong oleh nakes terlatih (cakupan PN) sebesar 90%;

g. Persentase Puskesmas rawat inap yang mampu PONED sebesar 100%;

h. Persentase RS Kab/Kota yang melaksanakan PONEK sebesar 100%;

i. Cakupan kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap) sebesar 90%. 2. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit menular, dengan:

a. Menurunnya prevalensi Tuberculosis dari 235 menjadi 224 per 100.000 penduduk;

b. Menurunnya kasus malaria (Annual Paracite Index-API) dari 2 menjadi 1 per 1.000 penduduk;

c. Terkendalinya prevalensi HIV pada populasi dewasa dari 0,2 menjadi dibawah 0,5%;

d. Meningkatnya cakupan imunisasi dasar lengkap bayi usia 0-11 bulan dari 80% menjadi 90%;

e. Persentase Kelurahan yang mencapai UCI dari 80% menjadi 100%;

f. Angka kesakitan DBD dari 55 menjadi 51 per 100.000 penduduk. 3. Menurunnya disparitas status kesehatan dan status gizi antar wilayah dan

antar tingkat sosial ekonomi serta gender, dengan menurunnya disparitas separuh dari tahun 2009.

4. Meningkatnya penyediaan anggaran publik untuk kesehatan dalam rangka mengurangi risiko finansial akibat gangguan kesehatan bagi seluruh penduduk, terutama penduduk miskin.

5. Meningkatnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tingkat rumah tangga dari 50 persen menjadi 70 persen.

(54)

46 III. 3 Struktur Organisasi

(55)

47

III. 4 Tugas Pokok dan Fungsi Setiap Bagian Sekretariat

1. Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

a. Sekretariat mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan, dan penyusunan program.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sekretariat menyelenggarakan fungsi :

1) penyusunan rencana, program,dan kegiatan kesekretariatan; 2) pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas;

3) pelaksanaan dan penyelenggaraan pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumah tanggaan Dinas;

4) pengelolaan dan pemberdayaan sumberdaya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan

5) pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas; 6) penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian; 7) pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan kesekretariatan; 8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai

dengan tugas dan fungsinya. 2. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

a. Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Sub Bagian Umum menyelenggarakan fungsi :

1) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub BagianUmum; 2) penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi

umum;

3) pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata naskah dinas, penataan kearsipan, urusan rumahtangga, hukum, hubungan masyarakat;

4) pengelolaan administrasi kepegawaian;

5) penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, dan kepegawaian;

6) penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian; 7) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

tugas;

8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(56)

48

Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Sekretaris. a. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan mempunyai tugas pokok

melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana di maksud pada ayat (1), Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan menyelenggarakan fungsi :

1)Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan;

2) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan;

3) Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan verifikasi;

4) penyiapan bahan/pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan;

5) penyusunan laporan keuangan Dinas; 6) pelaksanaan pengelolaan perlengkapan;

7) penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian; 8) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

tugas;

9) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.

a. Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan. b. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

Sub Bagian Penyusunan Program menyelenggarakan fungsi :

1) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Penyusunan Program;

2) Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program Dinas;

3) Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas; 4) Penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian; 5) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan Dinas;

6) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh Kepala Bidang, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

a. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan khusus.

(57)

49

1) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Bidang Bina Pelayanan Kesehatan;

2) penyusunan petunjuk teknis lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan khusus;

3) pembinaan penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar;

4) penyelenggaraan upaya kesehatan rujukan meliputi kesehatan rujukan/spesialistik, dan sistem rujukan;

5) penyelenggaraan upaya kesehatan khusus meliputi kesehatan jiwa, kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji, kesehatan gigi dan mulut;

6) penyelenggaraan upaya kesehatan perkotaan, kesehatan indera, dan usia lanjut;

7) penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbatasan;

8) pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup pelayanan kesehatan;

9) pelaksanaan registrasi, akreditasi, dan sertifikasi sarana pelayanan kesehatan;

10)pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian lingkup pelayanan kesehatan;

11)pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang bina pelayanan kesehatan;

12)pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6. Seksi Kesehatan Dasar

Seksi Kesehatan Dasar dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan. a. Seksi Kesehatan Dasar mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian

tugas Bidang Pelayanan Kesehatan lingkup kesehatan dasar.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Kesehatan Dasar menyelenggarakan fungsi :

1) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Kesehatan Dasar; 2) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup kesehatan dasar;

3) penyiapan bahan pembinaan kesehatan dasar dan kesehatan komunitas;

4) penyiapan bahan pembinaan upaya kesehatan dasar perkotaan; 5) penyiapan bahan pelaksanan registrasi, akrediatasi, dan sertifikasi

sarana pelayanan kesehatan dasar;

6) pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup kesehatan dasar sesuai urusan pemerintahan kota;

7) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

7. Seksi Kesehatan Rujukan

(58)

50

a. Seksi Kesehatan Rujukan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bina Pelayanan Kesehatan lingkup kesehatan rujukan.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Kesehatan Rujukan menyelenggarakan fungsi :

1) penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Kesehatan Rujukan;

2) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup kesehatan rujukan;

3) penyiapan bahan dan data pengelolaan upaya kesehatan rujukan/spesialistik, dan sistem rujukan;

4) penyiapan bahan dan data pengelolaan upaya kesehatan rujukan perkotaan;

5) penyiapan bahan pelaksanan registrasi, akreditasi, dan sertifikasi sarana kesehatan rujukan;

6) pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup kesehatan rujukan sesuai urusan pemerintahan kota;

7) penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas;

8) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

8. Seksi Kesehatan Khusus

Seksi Kesehatan Khusus dipimpin oleh Kepala Seksi, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan.

a. Seksi Kesehatan Khusus mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bina Pelayanan Kesehatan lingkup kesehatan khusus.

b. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Seksi Kesehatan Khusus menyelenggarakan fungsi :

1) penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Kesehatan Khusus;

2) penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup kesehatan khusus;

3) penyiapan bahan dan data penyelenggaraan upaya kesehatan khusus meliputi kesehatan jiwa, kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan indera, dan lanjut usia;

4) penyiapan bahan dan data penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbata

Gambar

Tabel 4.1 Unit Kerja Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Medan
Tabel 4. 2 Rekrutmen Pegawai Honorer Berdasarkan Tahun Pengangkatan
Tabel 4. 3 Data Rekrutmen berdasarkan Surat Keputusan Pengangkatan
Tabel 4. 4 Rekrutmen Honorer Berdasarkan Uraian Tugas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang Pungutan Pajak, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerlah lainnya Dinas Pendapatan Daerah dipimpin oleh seorang Kepala

Bila dikaitkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Sistem Kesehatan, maka adalah suatu hal yang penting dan wajib bagi Pemerintah Kota Medan untuk memberikan pelayanan

Hasil penelitian yang diperoleh dari penelitian ini dapat diterima dengan baik oleh Badan Pengelola Keuangan Daerah Pemerintah Kota Medan dan menjadi salah satu rujukan

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Medan.. Rekayasa

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah Penentuan besaran anggaran yang diperolah oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor yang dilaksanakan Pemerintah Daerah

Bila dikaitkan dengan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Sistem Kesehatan, maka adalah suatu hal yang penting dan wajib bagi Pemerintah Kota Medan untuk memberikan pelayanan

e. Melaksanakan seluruh kewenangan yang ada sesuai dengan bidang.. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah. Struktur Organisasi. Struktur organisasi adalah

Dinas Pertamanan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pertamanan yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada