• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Dampak Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Peningkatan Pendapatan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Di Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Dampak Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Terhadap Peningkatan Pendapatan Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Di Kabupaten Asahan"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP PENINGKATAN

PENDAPATAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

DI KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Oleh

SUSILISTIAWATI RITONGA

097003015/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP PENINGKATAN

PENDAPATAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI

KABUPATEN ASAHAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUSILISTIAWATI RITONGA

097003015/PWD

(3)

Judul : ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP

PENINGKATAN PENDAPATAN DALAM

PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI

KABUPATEN ASAHAN.

Nama Mahasiswa : SUSILISTIAWATI RITONGA Nomor Pokok : 097003015

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE K e t u a

Kasyful Mahalli, SE. MSi Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 25 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE Anggota : 1. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

(5)

ABSTRACT

SUSILISTIAWATI RITONGA, AN ANALYSIS OF THE IMPACT OF THE IMPLEMENTATION OF THE NATIONAL PROGRAM IN INDEPENDENT COMMUNITY EMPOWERMENT IN RURAL AREAS (PNPM-MP) ON THE INCREASE OF THE INCOME IN DEVELOPING THE LOCAL ECONOMY IN THE ASAHAN REGENCY. Advised by Professor Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE as the Chief of the Advisory Committee, Kasyful Mahalli, SE, M. Si and Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec as the Members of the Advisory Committee.

Since 2008, the Asahan Regency has ben participating in the National Program in Independent Community Empowerment in Rural Areas (PNPM-MP) to eradicate the poverty. This research aims to 1) to analyze the impact of PNPM-MP in the Asahan Regency on the income of the community who are the participants of the program, 2) to analyze the impact of PNPM-MP in the Asahan Regency on the income of the community and eradicate the poverty, and 3) to analyze the impact of PNPM-MP in the Asahan Regency on the development of the local economy. Data analytical methods which are used are descriptive analysis and comparing means-paired sample test analysis as well as analytical method to evaluate the achievement of the poverty eradication program based on Economic and Social Commission for Asean and Pacific (ESCAP) in the manual of Poverty Eradication Program Evaluation.

The result of this research which was observed in twelve villages within six sub-districts in the Asahan Regency shows that the National Program in Independent Community Empowerment in Rural Areas (PNPM-MP) has not been optimally implemented. Nonetheless, the income of the local community significantly increased, whether of the members of the female save and loan group (SPP) program or of the members of the infrastructure program.

(6)

after participating in SPP program their incomes increased by average 7,06 % of their incomes before participating in the program.

In infrastructure program, the average value of the household income before participating in the program was Rp. 1.326.229,51,- and after participating in the program is Rp. 1.751.619,67 (increased by 32,07 %). The participants of the infrastructure program who are included in the targets as much as 21,31 %, by using inflation rate was 13,78 %, income indicator of the infrastructure program as much as 0,0343 which illustrates the increase of the household income of the infrastructure program participants as much as 3,43 Therefore, it is required the insistence of the program manager to ensure that the program is not indicated only to the people who are potential to pay the loan back. The most important thing is how to increase the life quality of the poor community in order to make them successful in their efforts which eventually they will be able to pay the loan back. For the infrastructure program, it is essential to recruit the employees from the locally poor community; hence they can achieve a direct benefit which is the salary.

The development of various infrastructures in rural areas using the local employees will encourage the local economic development to grow and be improved. It is caused by the existence of the absorption of the local employees in various public infrastructures. The existence of additional capital from PNPM-MP for the SPP program can increase the capital of the household and the micro-financial institution was established in each sub district. The existence of these financial institutions will facilitate the local community to get the service of those non-formal institutions. Therefore, PNPM-MP will sustainably empower the local community economy directly and indirectly.

(7)

RINGKASAN

SUSILISTIAWATI RITONGA, ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN ASAHAN. Dengan dibimbing oleh Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. Selaku ketua komisi pembimbing, Kasyful Mahalli, SE. M.Si. dan Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec masing-masing selaku anggota komisi pembimbing.

Sejak tahun 2008 Kabupaten Asahan telah berpartisipasi didalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) untuk mengentaskan kemiskinan. Dan tujuan Penelitian ini adalah untuk 1) Menganalisis pengaruh PNPM - Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan terhadap pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program, 2) Menganalisis dampak PNPM - Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan didalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan, dan 3) Menganalisis dampak PNPM - Mandiri Perdesaan terhadap pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Asahan. Metoda analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Uji-t SEBELUM dan SESUDAH program dilaksanakan serta metode analisis untuk mengevaluasi keberhasilan suatu program penanggulangan kemiskinan menurut Economic and Social Comision for Asean and Pasific (ESCAP) dalam Manual Evaluasi Program Penanggulangan Kemiskinan.

(8)

Program SPP mempunyai nilai rata-rata pendapatan rumah tangga sebelum mengikuti program sebesar Rp. 1.887.812,50 dan setelah program Rp.3.394.062,50,. (meningkat 79,79%), dan peserta program yang tergolong dalam rumah tanggga miskin sebanyak 9,37%. Dengan menggunakan angka inflasi Kabupaten Asahan Thn 2010 sebesar 13,78%, diperoleh hasil nilai income indicator rumah tangga sebesar 0,0706 (pendapatan rumah tangga meningkat rata-rata sebesar 7,06%).

Pada program Infrastruktur rata-rata pendapatan rumah tangga sebelum mengikuti program sebesar Rp. 1.326.229,51,- dan setelah program Rp.1.751.619,67,- (meningkat 32,07%). Peserta program infrastruktur yang termasuk dalam rumah tangga miskin sebesar 21,31%, dengan menggunakan angka inflasi diperoleh Income indicator sebesar 0,0343 (pendapatan meningkat 3,43%).

Adanya Pembangunan berbagai infrastruktur di perdesaan dengan menggunakan tenaga kerja lokal, akan mendorong kegiatan ekonomi lokal untuk tumbuh dan berkembang. Melalui program SPP modal usaha dapat bertambah yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan keluarga, dan lembaga keuangan mikro yang terbentuk di setiap kecamatan akan mempermudah masyarakat lokal untuk memanfaatkan jasa lembaga keuangan non formal tersebut. Dengan demikian PNPM Mandiri Perdesaan akan mampu memberdayakan ekonomi masyarakat lokal baik secara langsung maupun tidak langsung dan berkelanjutan.

Kata Kunci : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP), Peningkatan Pendapatan dan Pengembangan Ekonomi Lokal.

Medan, Agustus 2011 Penulis

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan dan kelapangan waktu untuk menyelesaikan tugas membuat tesis “ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP PENINGKATAN

PENDAPATAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN ASAHAN” dalam rangkaian menyelesaikan sekolah Pasca Sarjana Program Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

Tesis ini berisi tentang pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kabupaten Asahan. Penulis mencoba meneliti seberapa besar dampak program terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dalam mengurangi kemiskinan serta terhadap pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Asahan.

(10)

anggota komisi pembimbing, begitu juga kepada semua dosen yang telah mengajarkan ilmunya dan seluruh staf sekretariat pada Program Study Perencanaan Wilayah Perdesaan dan Perkotaan pada pendidikan Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Juga penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kawan-kawan dari Fasilitator PNPM-MP di Kabupaten dan Kecamatan serta kawan-kawan di Satker PNPM-MP, dan kawan-kawan kuliah di Pasca Sarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), penulis ucapkan terimakasih atas dukungan dan bantuannya.

Penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga dan setinggi-tinggi kepada keluarga yang telah mendukung dan memberikan motivasi kepada penulis untuk tetap belajar sampai saat ini. Sekali lagi penulis ucapkan terimaksih banyak kepada semua pihak yang tidak disebutkan namanya yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya.

Medan, Agustus 2011 Penulis

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Susilistiawati Ritonga, lahir di Kisaran, Kabupaten Asahan, pada tanggal 28 Pebruari 1968. Tamat dari Sekolah Dasar Negeri Senanggalih I Bandung pada tahun 1980, Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Medan pada tahun 1983, dan Sekolah Menegah Atas Negeri 2 Medan pada tahun 1986. Kemudian Pada tahun 1986 juga penulis melanjutkan pendidikan ke Universitas Sumatera Utara (USU) pada Fakultas Pertanian dan telah menyelesaikan pendidikan S1 untuk Jurusan Teknologi Hasil Pertanian (THP) pada tahun 1991.

Perjalanan hidup selanjutnya penulis diterima bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 1993 di Pemerintahan Kotamadya Medan dan ditempatkan pada kantor Bappeda. Kemudian pada tahun 1995 penulis pindah tugas karena ikut suami ke Pemerintahan Kabupaten Asahan dan ditempatkan pada kantor Bappeda Kabupaten Asahan. Pada tahun 1998 penulis diangkat menjadi pejabat eselon V.a di Bappeda Kabupaten Asahan, dan pada tahun 2001 s/d 2008 diangkat sebagai pejabat eselon IV.a. Pada Oktober 2008 kemudian penulis dipindah tugaskan sebagai pejabat eselon IV.a di kantor Badan Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan (BPPKP) Kabupaten Asahan, dan kemudian pada Pebruari 2009 penulis diangkat menjadi pejabat eselon III.b pada kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BAPEMMAS) Kabupaten Asahan sampai saat ini.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

- RINGKASAN……….. i

- KATA PENGANTAR………. ii

- DAFTAR RIWAYAT HIDUP……… iii

- DAFTAR ISI……… iv

- DAFTAR TABEL……… v

- DAFTAR GAMBAR……… BAB.I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………. 1

1.2. Perumusan Masalah……… 6

1.3. Tujuan Penelitian……… 7

1.4. Manfaat Penelitian………... 7

BAB.II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan………. 9

1. Pembangunan Ekonomi……….. 9

2. Model Pembangunan Ekonomi………... 10

3. Pembangunan Ekonomi Daerah ……… 11

4. Pembangunan Perdesaan .…....……….. 12

2.2. Kemiskinan………. 14

1. Ukuran Kemiskinan……… 17

2. Penyebab Kemiskinan………... 18

3. Cara Mengatasi Kemiskinan……….. 20

4. Garis Kemiskinan……….. 21

2.3. Pemberdayaan …….………. 23

(13)

2.6. Penelitian Sebelumnya……… 34

2.7. Kerangka Pemikiran………. 37

2.8. Hipotesis……….. 39

BAB.III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian………... 40

3.2. Teknik Pengambilan Sampel……….. 40

3.3. Defenisi Operasional Variabel………... 45

3.4. Instrumen Penelitian………-………. 47

3.5. Metode Pengumpulan Data………... 47

3.6. Metode Analisis Data……… 48

BAB. IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Asahan ……… 51

4.2. Kondisi Perekonomian Kabupaten Asahan ………. 54

1. Penduduk dan Lapangan Usaha ……… 54

2. Pertumbuhan Ekonomi ………. 56

3. PDRB antar Kecamatan ……… 58

4. Laju Pertumbuhan PDRB Kecamatan ……….. 60

5. PDRB Kecamatan Perkapita ……….……… 62

4.3. Profil Wilayah Kecamatan dan Desa Lokasi Penelitian ….. 64

4.4. Deskripsi Karakteristik Sosial Ekonomi Responden 79 4.5. Hasil Analisis Data ………. 83

1. Program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) 84 2. Program Infrastruktur………. 90

4.6. Dampak PNPM-MP terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal.. 94

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN………. 98

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Data Jumlah Penduduk dan Jumlah Penduduk Miskin Kab. Asahan

2008 ………... 03

2.4. Garis Kemiskinan Kabupaten Asahan 2007-2010……….. 21

3.1. Jumlah Pemanfaat SPP Menurut Desa……….. 40

3.2. Jumlah Peserta Program Infrastruktur Menurut Desa………. 41

3.3. Distribusi Sampel Program SPP……….. 43

3.4. Distribusi Sampel Program Infrastruktur (fisik)……….. 43

4.1. Luas Wilayah, Distribusi, Kepadatan dan Jumlah Penduduk……… 52

4.2. Persentase penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan……... 54

4.3. Komposisi Penduduk Kabupaten Asahan Berdasarkan Kelompok Umur Tahun 2009... 55

4.4. Persentase Penduduk Umur 15 Tahun ke atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin Tahun 2009... 56

4.5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Asahan ADHK 2000 Menurut Sektor Tahun 2007 s/d 2009……….. 57

4.6. PDRB Kabupaten Asahan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut 2007 s/d 2009……….... 58

4.7. PDRB per Kecamatan Asahan Aatas Dasar Harga Berlaku Tahun 2009……… 59

(15)

4.9. PDRB Perkapita Menurut Kecamatan di Kabupaten Asahan Tahun 2009………

63

4.10. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 64 4.11 Jumlah Penduduk Kec. Sei Kepayang Timur Menurut Mata

Pencaharian tahun 2009... 66 4.12. Jumlah Penduduk Sei Kepayang Barat Menurut Mata Pencaharian

tahun 2009……….. 78

4.13. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian……….. 72 4.14.

(16)

4.26. 4.27.a.

4.27.b.

4.28. 4.29. 4.30.

Pengurangan Kemiskinan (Poverty Reduction) Program SPP……... Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga Program Infrastruktur…….……… Hasil Analisis Uji Beda Rata-Rata Pendapatan Peserta Program Infrastruktur…….………..…… Indikator Pendapatan Program Infrastruktur………... Pengurangan Kemiskinan (PR) ProgramInfrastruktur……….. Jumlah Dana APBN/D dan Swadaya Masyarakat, Kelompok Usaha Masyarakat, dan Tenaga Kerja yang Terserap dalam PNPM Mandiri Perdesaan Tahun 2009 s/d 2010………..

89 90 91

92 93

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Lingkaran Setan Kemiskinan (The Vicious Circle of Poverty)………

18

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. REKAPITULASI DATA RESPONDEN PESERTA PNPM-MP PROGRAM SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN (SPP)

2. REKAPITULASI DATA RESPONDEN PESERTA PNPM-MP PROGRAM INFRASTRUKTUR

RATA-RATA PENDAPATAN RUMAH TANGGA RESPONDEN SEBELUM DAN SETELAH PNPM MANDIRI PERDESAAN

PENDAPATAN RATA-RATA RESPONDEN SEBELUM DAN SETELAH PNPM MANDIRI PERDESAAN

DATA SASARAN RUMAH TANGGA MISKIN (RTM) BERDASARKAN GARIS KEMISKINAN BPS UNTUK RESPONDEN PROGRAM SPP

DATA SASARAN RUMAH TANGGA MISKIN (RTM) BERDASARKAN GARIS KEMISKINAN BPS UNTUK RESPONDEN PROGRAM INFRASTRUKTUR

DATA ALOKASI DANA DAN JUMLAH KELOMPOK USAHA BERSAMA PROGRAM SPP PNPM MANDIRI PERDESAAN

DATA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN SEI KEPAYANG

DATA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN SEI KEPAYANG TIMUR.

DATA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN SEI KEPAYANG BARAT.

DATA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI KECAMATAN TANJUNG BALAI.

(19)

ABSTRACT

SUSILISTIAWATI RITONGA, AN ANALYSIS OF THE IMPACT OF THE IMPLEMENTATION OF THE NATIONAL PROGRAM IN INDEPENDENT COMMUNITY EMPOWERMENT IN RURAL AREAS (PNPM-MP) ON THE INCREASE OF THE INCOME IN DEVELOPING THE LOCAL ECONOMY IN THE ASAHAN REGENCY. Advised by Professor Dr. lic. rer. reg. Sirojuzilam, SE as the Chief of the Advisory Committee, Kasyful Mahalli, SE, M. Si and Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec as the Members of the Advisory Committee.

Since 2008, the Asahan Regency has ben participating in the National Program in Independent Community Empowerment in Rural Areas (PNPM-MP) to eradicate the poverty. This research aims to 1) to analyze the impact of PNPM-MP in the Asahan Regency on the income of the community who are the participants of the program, 2) to analyze the impact of PNPM-MP in the Asahan Regency on the income of the community and eradicate the poverty, and 3) to analyze the impact of PNPM-MP in the Asahan Regency on the development of the local economy. Data analytical methods which are used are descriptive analysis and comparing means-paired sample test analysis as well as analytical method to evaluate the achievement of the poverty eradication program based on Economic and Social Commission for Asean and Pacific (ESCAP) in the manual of Poverty Eradication Program Evaluation.

The result of this research which was observed in twelve villages within six sub-districts in the Asahan Regency shows that the National Program in Independent Community Empowerment in Rural Areas (PNPM-MP) has not been optimally implemented. Nonetheless, the income of the local community significantly increased, whether of the members of the female save and loan group (SPP) program or of the members of the infrastructure program.

(20)

after participating in SPP program their incomes increased by average 7,06 % of their incomes before participating in the program.

In infrastructure program, the average value of the household income before participating in the program was Rp. 1.326.229,51,- and after participating in the program is Rp. 1.751.619,67 (increased by 32,07 %). The participants of the infrastructure program who are included in the targets as much as 21,31 %, by using inflation rate was 13,78 %, income indicator of the infrastructure program as much as 0,0343 which illustrates the increase of the household income of the infrastructure program participants as much as 3,43 Therefore, it is required the insistence of the program manager to ensure that the program is not indicated only to the people who are potential to pay the loan back. The most important thing is how to increase the life quality of the poor community in order to make them successful in their efforts which eventually they will be able to pay the loan back. For the infrastructure program, it is essential to recruit the employees from the locally poor community; hence they can achieve a direct benefit which is the salary.

The development of various infrastructures in rural areas using the local employees will encourage the local economic development to grow and be improved. It is caused by the existence of the absorption of the local employees in various public infrastructures. The existence of additional capital from PNPM-MP for the SPP program can increase the capital of the household and the micro-financial institution was established in each sub district. The existence of these financial institutions will facilitate the local community to get the service of those non-formal institutions. Therefore, PNPM-MP will sustainably empower the local community economy directly and indirectly.

(21)

RINGKASAN

SUSILISTIAWATI RITONGA, ANALISIS DAMPAK PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM-MP) TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI KABUPATEN ASAHAN. Dengan dibimbing oleh Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. Selaku ketua komisi pembimbing, Kasyful Mahalli, SE. M.Si. dan Wahyu Ario Pratomo, SE. M.Ec masing-masing selaku anggota komisi pembimbing.

Sejak tahun 2008 Kabupaten Asahan telah berpartisipasi didalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) untuk mengentaskan kemiskinan. Dan tujuan Penelitian ini adalah untuk 1) Menganalisis pengaruh PNPM - Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan terhadap pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program, 2) Menganalisis dampak PNPM - Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan didalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan, dan 3) Menganalisis dampak PNPM - Mandiri Perdesaan terhadap pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Asahan. Metoda analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Uji-t SEBELUM dan SESUDAH program dilaksanakan serta metode analisis untuk mengevaluasi keberhasilan suatu program penanggulangan kemiskinan menurut Economic and Social Comision for Asean and Pasific (ESCAP) dalam Manual Evaluasi Program Penanggulangan Kemiskinan.

(22)

Program SPP mempunyai nilai rata-rata pendapatan rumah tangga sebelum mengikuti program sebesar Rp. 1.887.812,50 dan setelah program Rp.3.394.062,50,. (meningkat 79,79%), dan peserta program yang tergolong dalam rumah tanggga miskin sebanyak 9,37%. Dengan menggunakan angka inflasi Kabupaten Asahan Thn 2010 sebesar 13,78%, diperoleh hasil nilai income indicator rumah tangga sebesar 0,0706 (pendapatan rumah tangga meningkat rata-rata sebesar 7,06%).

Pada program Infrastruktur rata-rata pendapatan rumah tangga sebelum mengikuti program sebesar Rp. 1.326.229,51,- dan setelah program Rp.1.751.619,67,- (meningkat 32,07%). Peserta program infrastruktur yang termasuk dalam rumah tangga miskin sebesar 21,31%, dengan menggunakan angka inflasi diperoleh Income indicator sebesar 0,0343 (pendapatan meningkat 3,43%).

Adanya Pembangunan berbagai infrastruktur di perdesaan dengan menggunakan tenaga kerja lokal, akan mendorong kegiatan ekonomi lokal untuk tumbuh dan berkembang. Melalui program SPP modal usaha dapat bertambah yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan keluarga, dan lembaga keuangan mikro yang terbentuk di setiap kecamatan akan mempermudah masyarakat lokal untuk memanfaatkan jasa lembaga keuangan non formal tersebut. Dengan demikian PNPM Mandiri Perdesaan akan mampu memberdayakan ekonomi masyarakat lokal baik secara langsung maupun tidak langsung dan berkelanjutan.

Kata Kunci : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP), Peningkatan Pendapatan dan Pengembangan Ekonomi Lokal.

Medan, Agustus 2011 Penulis

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara biasanya dilihat dari pembangunan ekonominya. Definisi pembangunan ekonomi semakin berkembang seiring dengan berkembangnya pemikiran ahli-ahli ekonomi. Todaro ( 2000 : 17 ) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi selalu diikuti dengan meningkatnya pendapatan yang diterima. Pendapat tersebut merupakan cara pandang klasik terhadap pembangunan ekonomi, dimana pendapatan selalu dijadikan tolok ukur. Namun seiring dengan berkembangnya pembangunan yang terjadi, pembangunan ekonomi tidak hanya dikaitkan dengan peningkatan pendapatan saja. Tetapi juga dikaitkan dengan masalah-masalah sosial ekonomi lain seperti pengentasan kemiskinan dan penanganan ketimpangan distribusi pendapatan.

(24)

belum dapat menggambarkan pemerataan pendapatan masyarakat di setiap strata ekonomi. Pengaruh inflasi sangat dominan dalam pembentukan nilai PDRB. Sementara itu jika dilihat dari perhitungan harga konstan tahun 2000, maka pada periode 2005-2009 peningkatan yang terjadi relatif stabil. Tahun 2009 PDRB per kapita mengalami perlambatan, PDRB perkapita tahun 2009 lambat menjadi 2,86 persen dibandingkan tahun 2008 sebesar 3,20 persen.

Namun demikian pertumbuhan ekonomi yang meningkat belum menjamin penyelesaian masalah kemiskinan, pengangguran dan masalah sosial lainnya secara keseluruhan. Hal ini disebabkan ketimpangan pendapatan yang sangat berbeda. Dalam perhitungan rata-rata pendapatan, hal ini tidak terlalu diperhitungkan, namun kenyataannya perbedaan pendapatan diantara masyarakat sangat nyata, hal ini terus menerus terjadi, sehingga ketimpangan semakin besar dan pada akhirnya penyelesaian pemerataan kesejahteraan sulit dicapai.

(25)

kemiskinan Kabupaten Asahan (Tabel 1.1)

Tabel 1.1. Jumlah Penduduk dan Jumlah Penduduk Miskin Kab. Asahan 2008

No Kecamatan

(26)

Hal yang menarik untuk disimak bahwa kebanyakan masyarakat miskin berada di wilayah perdesaan adalah sebagai akibat dari sulitnya mengakses program pembangunan. Tingginya jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan, dan tingginya angka pengangguran dari tahun ke tahun juga disebabkan tidak seimbangnya jumlah antara penyediaan lapangan kerja baru dengan pertumbuhan jumlah penduduk.

Demikian seriusnya permasalahan kemiskinan untuk segera ditangani, membuat pemerintah berkonsentrasi penuh dalam usaha mencari solusinya. Banyak upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia. Antisipasi dan respon pemerintah dalam menghadapi problem kesenjangan dan kemiskinan telah dimulai jauh sebelumnya. Beberapa program pengentasan kemiskinan yang telah dilaksanakan pada era pemerintahan sebelumnya seperti Program Inpres, Jaring Pengaman Sosial (JPS), dan lain sebagainya. Pada tahun 1993, pemerintah mengeluarkan kebijakan strategis berupa instruksi Presiden No. 5 tahun 1993 tentang Peningkatan Penanggulangan Kemiskinan di Pedesaan/Kelurahan tertinggal. Program IDT dan P3DT dirancang untuk menangani krisis yang terjadi di perdesaan, dimana banyak masyarakat yang kehilangan sumber daya manusia yang potensial dan pekerjaan yang produktif.

(27)

instruksi Presiden No.21 tahun 1998 tentang Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan, dimulai Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dimana jangkauan programnya berakhir pada tahun 2006. Pada Tahun 2006 Pemerintah menyepakati Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) sebagai instrument dalam percepatan penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja sebagai lanjutan dari PPK, dan pada tahun 2007 Presiden menyempurnakan nama PNPM menjadi PNPM Mandiri. PNPM Mandiri terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan untuk masyarakat daerah Kabupaten, PNPM Mandiri Perkotaan untuk masyarakat daerah Kota, PNPM Mandiri Daerah Tertinggal dan Khusus, PNPM Mandiri Infrastruktur Perdesaan, dan PNPM Mandiri Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah. PNPM Mandiri diharapkan dapat menjadi suatu program pembangunan yang dapat diakses secara adil dan merata oleh semua komponen masyarakat, karena program ini mengusung sistem pembangunan follow up planning.

(28)

dengan pengelolaan seperti ini diharapkan masyarakat dapat melaksanakannya dengan optimal.

Bentuk kegiatan dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) di Kabupaten Asahan adalah pembangunan fisik sarana dan prasarana (infrastruktur) dan Simpan Pinjam kelompok Perempuan (SPP) yang penyaluran dananya diberikan kepada kelompok masyarakat di desa melalui lembaga pengelola kegiatan di kecamatan.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) adalah program penanggulangan kemiskinan dengan penggunaan dana yang sangat besar. Jika program ini dapat berjalan dengan baik, dan hasilnya menunjukkan dampak yang positif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat jika dilihat dari hasil penelitian yang memenuhi kaidah-kaidah ilmiah sebuah tesis, maka program ini diharapkan dapat menjadi program unggulan yang harus terus didukung didalam menetapkan kebijakan pembangunan daerah dalam hal penangggulangan kemiskinan.

(29)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana dampak PNPM-Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan terhadap pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program?

2. Sejauh mana PNPM Mandiri Perdesaan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan?

3. Bagaimana dampak PNPM-Mandiri Perdesaan terhadap pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Asahan?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdadesarkan rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh PNPM - Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan terhadap pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program.

2. Menganalisis dampak PNPM - Mandiri Perdesaan di Kabupaten Asahan didalam meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan. 3. Menganalisis dampak PNPM - Mandiri Perdesaan terhadap pengembangan

ekonomi lokal di Kabupaten Asahan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

(30)

instansi terkait yang berkenaan dengan penyusunan program penanggulangan kemiskinan.

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana pendapatan perkapita suatu negara selama kurun waktu yang panjang selalu meningkat dengan catatan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan absolut tidak menigkat dan distribusi pendapatan tidak semakin timpang (Mudrajad, 2000).

Definisi lain tentang pembangunan ekonomi dikemukakan oleh Arsyad (1999) yang mengartikan pembangunan ekonomi sebagai proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan.

Dari definisi tersebut, pembangunan ekonomi mengandung beberapa konsep dasar, yaitu :

a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus. b. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita.

c. Kenaikan pendapatan itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang. d. Perbaikan sosial dan budaya sisitem kelembagaan. Hal ini dapat

(32)

2. Model Pembangunan Ekonomi

Menurut Suryana (2000:68-72) ada empat teori atau model pembangunan ekonomi yang bisa diterapkan, khususnya dalam pembangunan di Indonesia, yaitu :

a. Model pembangunan yang berorientasi pertumbuhan.

Tujuan pokok strategi ini adalah menigkatkan laju produksi (GDP). Kenaikan GDP (Gross Domestic Product) merupakan faktor utama dan merupakan parameter ekonomi dan sosial yang paling baik untuk tingkat hidup suatu masyarakat.

b. Model pembangunan ekonomi yang berorientasi pada penciptaan lapangan kerja.

Sasaran yang dicapai adalah peningkatan dalam kesempatan kerja produktif dan meningkatkan produksi dengan cara redistribusi pendapatan melalui perluasan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran.

(33)

golongan miskin melalui pengalihan investasi dan konsumsi serta penekanan sektor tradisional dan sektor informal di perkotaan.

d. Model p embangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar

(The Bassic Necessary Oriented).

1) Terciptanya investasi yang tinggi ; a) Pemanfaatan teknologi tepat guna

b) Penggunaan sumber daya alam dalam produksi secara efisien. 2) Perubahan dalam pola redistribusi ;

a) Mobilitas pengangguran b) Relokasi pelayanan jasa umum c) Land reform

3) Perubahan kelembagaan ; a) Partisipasi masyarakat

b) Dukungan pemerintah

3. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan 29ector swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999)

(34)

kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan, dan sumberdaya fisik secara local (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisitif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi.

Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakat dan dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya- sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

4. Pembangunan Perdesaan

(35)

dalam Sartono, 2002:35)

a. Memberi gairah dan semangat hidup baru serta menghilangkan monotoni dari kehidupan masyarakat desa, sehingga warga desa tidak merasa jemu dengan lingkungannya.

b. Meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi warga desa, sehingga dapat menahan arus urbanisasi.

c. Meningkatkan pelayanan bidang pendidikan secara merata sehingga dapat mengurangi arus para pelajar ke kota dan tenaga terdidik akan tetap tinggal di desa membimbing warga desa lain yang belum maju.

d. Modernisasi di bidang pengangkutan akan secara berangsur angsur menghilangkan sifat isolasi desa.

e. Modernisasi merupakan tumpuan bagi pengembangan teknologi pedesaan dan dalam proses pengembangannya warga desa dapat diikutsertakan.

Berdasarkan Louis Helling, dkk (2005), bahwa elemen dari rencana pembangunan lokal adalah:

a. Empowerment (pemberdayaan), yaitu meningkatkan kesempatan dan

kemampuan masyarakat dalam membuat dan memutuskan langkah yang akan diambil dalam mencapai tujuan pembangunan sesuai dengan potensi dan masalah yang ada.

(36)

mempunyai kewenangan dalam merencanakan, pembuat keputusan, dan pelaksana peraturan. Pemerintah lokal disini bukan hanya pemerintah lokal secara struktur kenegaraan, tetapi juga institusi yang tumbuh dari masyarakat itu sendiri.

c. Local Service Provision System (peraturan lokal), yang mengatur sumber

daya hasil dan jasa serta fasilitas publik sebagai sumber dana pembiayaan pembangunan yang berkelanjutan.

d. Enabling Local Private Sector Growth (dukungan bagi pertumbuhan sektor

swasta), dimana terdapat kesempatan bagi pihak swasta untuk berperan aktif dalam perekonomian.

Pemberdayaan masyarakat (PM) merupakan komponen pokok dalam penentuan kebijakan pembangunan nasional untuk mencapai peningkatan kapasitas dan sumber daya. Agar kebijakan yang diambil sesuai dengan kondisi riil yang terjadi, diperlukan masyarakat yang mengerti akan potensi dan masalah pada lingkungannya. Disamping itu, juga diperlukan unsur lainnya untuk menentukan arah kebijakan pembangunan lokal.

2.2.Kemiskinan

(37)

Beberapa ahli lain mendefinisikan kemiskinan sebagai keadaan yang serba kekurangan dalam mendapatkan sumber pendapatan untuk hidup minimum dan kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang paling mendasar (Tumanggor, Suparlan dalam Misbach, 2004:4).

Kemiskinan dapat dikatakan sebagai suatu hambatan dalam pembangunan, karena kemiskinan merupakan masalah keterbelakangan ekonomi suatu negara (M.L Jhingan, 1996:42). Kemiskinan dapat mengakibatkan masyarakat di suatu negara terutama di negara sedang berkembang tidak mempunyai akses yang cukup untuk memasuki sektor riil, baik sebagai pekerja maupun sebagai pelaku bisnis lainnya. Karena itu sangat diperlukan suatu upaya penanggulangan agar seluruh masyarakat dapat memasuki pasar kerja.

(38)

beberapa ciri, diantaranya:

a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar (pangan, sandang dan papan) b. Ketiadaaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,

pendidikan dan keluarga)

c. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan keluarga).

d. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun massal e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan dan keterbatasan sumber

daya alam.

f. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

g. Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaan dan mata pencaharian yang berkesinambungan.

h. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

i. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil).

(39)

menstimulir mentalitas tersebut dapat dicapai melalui pendidikan.

1. Ukuran Kemiskinan

Secara umum ukuran kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua (Arsyad, 1992; 190-192), yaitu:

a. Kemiskinan absolut

Konsep kemiskinan pada dasarnya bisa diukur dengan membandingakan tingkat pendapatan seseorang dengan pendapatan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Kebutuhan hanya dibatasi pada kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Bila pendapatan tidak memenuhi kebutuhan minimum maka orang tersebut dapat dikatakan miskin.

Tingkat pendapatan minimum merupakan pembatas antara keadaan miskin dengan tidak miskin, atau yang sering disebut dengan garis batas kemiskinan. Konsep ini sering disebut dengan kemiskinan absolut. Konsep ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan fisik terhadap makanan, pakaian dan perumahan untuk kelangsungan hidup.

b. Kemiskinan relatif

(40)

dengan keadaan masyarakat di sekitarnya maka orang tersebut masih berada dalam keadaan miskin. Ini terjadi karena kemiskinan lebih ditentukan oleh keadaan sekitarnya.

Berdasarkan konsep ini, garis kemiskinan akan mengalami perubahan bila tingkat hidup masyarakat berubah. Hal ini jelas merupakan pengembangan dari konsep kemiskinan absolut. Konsep kemiskinan relatif lebih bersifat dinamis, sehingga kemiskinan akan selalu ada.

Menurut BPS dan Depsos, kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non-makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty level) atau batas kemiskinan (poverty treshold). Garis kemiskinan yaitu sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan dasar makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya.

2. Penyebab Kemiskinan

Sharp dalam Mudrajad (1997:107), mengidentifikasikan penyebab kemiskinan dipandang dari sisi ekonomi, yaitu:

a. Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan yang timpang.

(41)

manusia (SDM).

c. Kemiskinan muncul akibat perbedaan akses dalam modal.

Ketiga penyebab kemiskinan tersebut bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty), yang dapat dilihat pada gambar di dibawah. Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktifitas. Produktivitas yang rendah menyebabkan pendapatan yang diterima seseorang juga rendah. Rendahnya pendapatan akan berdampak pada rendahnya tabungan dan investasi, dimana investasi yang rendah berarti mengakibatkan kekuranga Sumber : Mudrajad, 1997:107

Gambar. 2.1. Lingkaran Setan Kemiskinan ( The Vicious Circle of Poverty)

Ketidak Sempurnaan Pasar , keterbelakangan,

Kekurangan

Produktivitas Rendah

Pendapatan Investasi

(42)

Untuk kasus Indonesia Ginanjar (1996), mengemukakan ada empat faktor penyebab kemiskinan. Faktor tersebut yaitu :

a. rendahnya taraf pendidikan; b. rendahnya taraf kesehatan; c. terbatasnya lapangan kerja; dan d. kondisi keterisolasian.

Dengan rendahnya faktor-faktor di atas menyebabkan aktivitas ekonomi yang dapat dilakukan berakibat terhadap rendahnya produksi dan pendapatan yang diterima. Pada gilirannya pendapatan tersebut mampu memenuhi kebutuhan fisik minimum yang menyebabkan terjadi proses kemiskinan.

3. Cara Mengatasi Kemiskinan

Setelah mengetahui sebab-sebab kemiskinan, selanjutnya diuraikan model untuk mengatasi masalah kemiskinan. Dimensi kemiskinan yang begitu luas mengharuskan setiap upaya penanggulangan kemiskinan dalam tatanan makro perlu dilakukan secara terpadu, yang meliputi berbagai program pembangunan terpadu baik sektoral maupun regional. Dalam hal ini yang diperlukan adalah penajaman program dan kegiatan sehingga hasilnya lebih optimal dan berdampak langsung terhadap kelompok sasaran.

Kebijaksanaan penanggulangan kemiskinan secara umum dapat dibagi atas tiga kelompok (Edwina dalam Palupi, 2004:37)

(43)

memberikan dasar tercapainya upaya penanggulangan kemiskinan. Berbagai program dan kebijaksanaan tidak terbatas pada penduduk miskin tetapi program-program tersebut cukup berperan dalam mengatasi kemiskinan.

b. Kebijaksanaan yang langsung diarahkan pada peningkatan akses terhadap sarana dan prasarana yang mendukung penyediaan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan, peningkatan produktifitas dan pendapatan, khususnya masyarakat berpendapatan rendah.

c. Kebijaksanaan khusus, keseluruhan rencana dan kegiatannya tertuju pada kelompok masyarakat miskin dan diberi nama yang mencerminkan kegiatan tersebut. Program khusus ini berupaya untuk memberdayakan masyarakat miskin agar mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan.

Keberhasilan suatu program dipengaruhi oleh tersedianya dana, daya dan sarana, intensitas dan kualitas berbagai kegiatan pelaksanaannya, kualitas hasil langsung dari kegiatan tersebut dan efek serta dampak yang diperoleh.

4. Garis Kemiskinan

a. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

(44)

memenuhi kecukupan konsumsi makanan sebanyak 2100 kk perkapita per hari ditambah pemenuhan kebutuhan pokok minimum untuk perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan dan transportasi.

Batas garis kemiskinan perkotaan yang lebih tinggi daripada batas garis kemiskinan di pedesaan disebabkan oleh adanya perbedaan kebutuhan minimum antara perkotaan dan pedesaan. Garis Kemiskinan untuk Kabupaten Asahan dapat dilihat pada table bawah ini.

Tabel 2.4.

Garis Kemiskinan Kabupaten Asahan 2007-2010

Tahun Rp/kapita/bln

2007 161.480

2008 174.787

2009 202.180

2010 224.417

Sumber : www/Asahankab.bps.go.id

b. Menurut Sayogyo tahun 1971

Batas garis kemiskinan sebagai tingkat konsumsi perkapita setahun dikonversi dengan nilai tukar beras. Sayogyo dalam Suseno (1990:126-127) telah menghitung bahwa seseorang dikelompokkan kedalam golongan :

(45)

untuk perkotaan.

2) Miskin sekali, apabila tingkat pendapatannya lebih kecil dari 240 kg nilai tukar beras per kapita per tahun untuk pedesaan dan 360 kg untuk perkotaan.

3) Melarat, apabila seseorang mempunyai pengeluaran 180 kg nilai tukar beras per kapita per tahun untuk pedesaan dan 270 kg nilai tukar beras untuk perkotaan.

Dalam ilmu-ilmu sosial pemahaman mengenai pengertian kemiskinan dilakukan dengan menggunakan tolok ukur. Dengan adanya tolok ukur ini mereka yang tergolong sebagai orang miskin atau yang berada dalam taraf kehidupan miskin dapat diketahui untuk dijadikan sebagai kelompok sasaran yang perlu diperangi kemiskinannya.

M.P Todaro (2000: 200-206) mengemukakan dua anggapan dasar yang kiranya cukup relevan dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas mengenai kemiskinan, yaitu :

(46)

Dari anggapan dasar tersebut dapat kita ambil konsep-konsep dasar yang perlu dibangun, yaitu :

a. Pembangunan hendaknya lebih diarahkan pada daerah-daerah pedesaan yang identik dengan penduduk miskin, dengan meningkatkan potensi yang dimiliki daerah pedesaan yang bersangkutan.

b. Kaum wanita dan anak-anak harus diberi kesempatan berusaha secara mandiri agar dapat berperan serta secara aktif dalam proses pembangunan. Konsep-konsep yang diuraikan di atas sangat diterima dan popular di negara sedang berkembang terutama di Asia Tenggara. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya negara yang melaksanakan program dengan pengembangan konsep serupa, disesuaikan dengan kondisi negara yang bersangkutan. Begitu juga di Indonesia, PNPM Mandiri merupakan pengembangan dari konsep yang telah di uraikan di atas.

2.3. Pemberdayaan.

(47)

Menurut Suharto (2005), pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan, dan cara-cara pemberdayaan. Maka sebagai suatu proses pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kekuasaan atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

Program pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan yaitu masyarakat berdaya (mempunyai kemampuan). Kemampuan disini meliputi aspek fisik dan material, aspek ekonomi dan pendapatan, aspek kelembagaan (tumbuhnya kekuatan individu dalam bentuk wadah/kelompok), kekuatan kerjasama, kekuatan intelektual (meningkatnya sumberdaya manusia) dan kekuatan komitmen bersama untuk mematuhi dan menerapkan prinsip-prinsip pemberdayaan.

(48)

masyarakat untuk menuntaskan masalah kesenjangan berupa pengangguran, kemiskinan dan ketidakmerataan dengan memberikan ruang dan kesempatan yang lebih besar kepada rakyat banyak untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Dan ketiga pembangunan perlu diletakkan pada arah koordinasi lintas sektor, pembangunan antar daerah dan pembangunan khusus yang semuanya dilaksanakan secara terpadu, terarah dan sistematis (Dwidjowijoto, 2000).

Pemberdayaan (empowerment) sebagai konsep alternatif pembangunan pada intinya menekankan pada otonomi pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat, yang berlandas pada sumber daya pribadi, langsung (melalui partisipasi), demokratis dan pembelajaran sosial melalui pengalaman langsung. Sebagai titik fokusnya adalah lokalitas, sebab masyarakat sipil (civil society) akan merasa siap diberdayakan lewat isu-isu lokal dan sangat tidak realistis apabila kekuatan-kekuatan ekonomi dan struktur-struktur diluar masyarakat sipil diabaikan (Hall dalam Friedmann, 1992).

Konsep pemberdayaan sekaligus mengandung konteks pemihakan kepada lapisan masyarkat yang berada pada garis kemiskinan (Mubyarto,1997).

2.4. Konsep Pengembangan Wilayah

(49)

sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005), Secara ringkas konsep mengenai ruangan/wilayah ditandai dengan lokasi absolute dan distribusi areal dari gambaran tertentu di permukaan bumi. Ruang memiliki jarak secara geometri, absolute dan unik dalam hubungannya dengan lokasi yang lain, dan memiliki bentuk yang dibatasi oleh batas lokasi tetap.

Menurut Sukrino (1985) wilayah dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu : a. Wilayah homogeny, merupakan wilayah dimana kegiatan ekonomi berlaku

dipelbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama antara lain ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduk dan dari segi struktur ekonominya.

b. Wilayah nodal, merupakan wilayah sebagai satu ruang ekonomi yang dikuasai oleh beberapa pelaku ekonomi.

c. Wilayah administrasi, merupakan wilayah yang didasarkan atas pembagian administrasi pemerintahan.

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah, meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di Indonesia lahir dari suatu proses interaktif yang menggabungkan dasar-dasar pemahaman teroritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk penerapannya yang bersifat dinamis.

(50)

Dengan demikian wilayah akan menjadi wilayah yang nyaman untuk berproduksi dan berkonsumsi di tengah suatu kehidupan wilayah yang dinamis dan produktif.

Dalam kenyataannya hipotesis makro ekonomi ini tidak selalu signifikan teruji. Dalam masa-masa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi pada tahun 80-an ternyata tetesan pembangunan tidak terasa bagi masyarakat miskin terutama di perdesaan. Keadaan ini yang menuntut pergeseran paradigma pertumbuhan menuju people centred development yang memperlakukan manusia sebagai yang utama dalam pembangunan melalui kontribusi masing-masing serta partisipasi dalam peningkatan setiap pelaku ekonomi.

(51)

2.5. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

(PNPM-MP)

1. Gambaran Umum PNPM Mandiri Perdesaan

PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penangulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan pendaapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat.

(52)

Dalam rangka mencapai visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan, strategi yang dikembangkan PNPM Mandiri Perdesaan yaitu menjadikan masyarakat miskin sebagai kelompok sasaran, menguatkan system pembangunan partisipatif, serta mengembangkan kelembagaan kerjasama antar desa. Berdasarkan visi, misi, dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan keberlanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK). (PTO PNPM Mandiri Perdesaan, 2008)

2. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan

Tujuan Umum PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

Tujuan khususnya meliputi:

a. Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan

(53)

c. Mengembangkan kapasitas pemerintahan desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif

d. Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat

e. Melembagakan pengelolaan dana bergulir

f. Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerjasama antar desa.

g. Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.

3. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan

Sesuai dengan Pedoman Umum PNPM Mandiri Perdesaan mempunyai prinsip atau nilai-nilai dasar yang selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan. Nilai-nilai dasar tersebut diyakini mampu mendorong terwujudnya tujuan PNPM Mandiri Perdesaan. Prinsip-prinsip itu meliputi: (PTO PNPM Mandiri Perdesaan, 2008)

a. Bertumpu pada pembangunan manusia, dimana masyarakat hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata.

(54)

c . Desentralisasi, yaitu memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat.

d. Berorientasi pada masyarakat miskin, pengertinnya adalah segala keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin.

e. Partisipasi, pengertiannya adalah masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap soaialisasi, perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materil.

f. Kesetaraan dan keadilan gender, pengertiannya adalah masyarakat baik laki-laki dan peremmpuan mempunyai kesetaraan dalam perannya disetiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat keegiatan pembangunan, kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik.

g. Demokratis, pengertiannya adalah masyarakat mengambil keputusan pembangunan secara musyawarah dan mufakat.

h . Transparansi dan Akuntabel, pengertiannya adalah masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertangggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.

i . Prioritas, pengertiannya adalah masyarakat memilih kegiatan yang diutamakan dengan mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaaatan untuk pengentasan kemiskinan.

(55)

pelaksanaaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah mempertimbangkan system pelestariannya.

4. Kriterian dan Jenis Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan

Kegiatan yang dibiayai dari dana Bantuan Langsung Masyrakat PNPM Mandiri Perdesaan diutamakan untuk kegiatan yang memnuhi kriteria :

1. Lebih bermanfaat bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin.

2. Berdampak langsung dalam peningkatan kesejahteraan.

3. Dapat dikerjakan olehh masyarakat.

4. Didukung oleh sumberdaya yang ada.

5. Memiliki potensi berkembang dan keberlanjutan.

Jenis-jenis kegiatan melalui dan Bantua Langsung Masyarakat PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebagai berikut :

a. Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana dan sarana dasar yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun janggka panjang secarra ekonomi bagi masyarakat miskin atau rumah tangga miskin.

b. Kegiatan peningkatan bidang pelayanan kesehatan dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat (pendidikan nonformal)

(56)

sumberdaya local (tidak termasuk penambahan modal)

d. Penambahan permodalan simpan pinjam untuk Kelompok Perempuan (SPP).

Maksimal nilai satu usulan kegiatan yang dapat didanai BLM PNPM Mandiri Perdesaan adalah sebesar Rp.350 juta. Sedangkan alokasi dana untuk kegiatan SPP maksimal 25% dari BLM kecamatan, tanpa ada batasan alokasi maksimal per desa namun harus mempertimbangkan hasil verifikasi kelayakan kelompok. (PTO PNPM Mandiri Perdesaan, 2008)

2.6. Penelitian Sebelumnya

Santosa, Hidayat dan Indroyono, (2003), menganalisis tentang Dampak Program Penanggulangan Kemiskinan Bersasaran (IDT, PPK dan P2KP) di Propinsi D.I. Jogjakarta". Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa program IDT paling berhasil dalam meningkatkan pendapatan masyarakat yang menjadi peserta program. Hal ini dikarenakan keberhasilan mereka dalam usaha

(net income naik) serta ketepatan sasaran program IDT yang lebih ditujukan pada penduduk yang benar-benar miskin.

(57)

Wahyuni (2004), penelitiannya berjudul "Inequality of Distribution and Poverty Incidence in the Adjustment Period and Analysis of Economic Crisis Impact in Indonesia". Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua variabel sosial ekonomi yaitu pengeluaran per kapita, tingkat pendidikan, jumlah keluarga, kepadatan penduduk, pendapatan per kapita, dan variabel yang menunjukkan krisis ekonomi signifikan mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan di Indonesia. Oleh karena itu kebijakan pemerintah seharusnya difokuskan kepada variabel kebijakan yang signifikan mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan.

Sebagai contoh, untuk mengurangi kepadatan penduduk yang terkonsentrasi di perkotaan, kebijakan yang bisa pemerintah lakukan adalah dengan membangun prasarana yang memadai di pedesaan serta mengupayakan pemerataan pembangunan di pedesaan. Dengan demikian ketimpangan pendapatan bisa ditekan dan taraf hidup masyarakat di pedesaan akan menjadi lebih baik, yang pada gilirannya dapat mengurangi tingkat kemiskinan.

Hakim (2007) menganalisis pandangan para pembuat kebijakan terhadap program penanggulangan kemiskinan di Kota Surakarta dengan menggunakan metode Analytic Hirarchy Process (AHP). Hasil dari studi ini antara lain:

pertama, sebagian besar pembuat kebijakan menganggap bahwa pemerintah

(58)

55 tahun, dibandingkan usia <15 dan >55 tahun. Ketiga, lembaga apa yang sebaiknya mensinkronkan program penanggulangan kemiskinan, sebagian besar responden mengusulkan komite khusus semacam Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK), daripada BAPPEDA maupun antar instansi melakukannya sendiri. Keempat, fokus penanggulangan kemiskinan hendaknya pada pembangunan prasarana fisik dibandingkan kesehatan dan pendidikan. Kelima, sebaiknya program penanggulangan kemiskinan difokuskan kepada masalah permodalan, dibandingkan pelatihan dan pendampingan.

Joko (2004), menganalisis keberhasilan progam pengembangan kecamatan fase II di Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan PPK fase II. Disebutkan dalam penelitian tersebut bahwa pelaksanaan PPK fase II masih terdapat kekurangan, dan penelitiannya belum cukup memberikan informasi mengenai dampak riil pelaksanaan PPK fase II terhadap penduduk miskin yang menjadi peserta program. Oleh karena itu perlu diteliti lebih lanjut mengenai perkembangan PPK, yang saat ini telah berubah nama menjadi PNPM-PPK atau PNPM-Mandiri Perdesaan.

(59)

meningkatkan kondisi sosio ekonomi masyarakat. Pendidikan dan pendapatan masyarakat berbeda secara signifikan sebelum dan sesudah menerima Program PNPM-MP, dimana pendapatan dan pendidikan masyarakat semakin meningkat atau naik secara signifikan. Program PNPM-MP juga meningkatkan peluang kerja masyarakat. Dimana kenaikan pendapatan masyarakat yang tidak menerima program lebih tinggi dari masyarakat yang menerima. Hal ini terjadi, karena pemilihan desa penerima program adalah tepat pada masyarakat miskin dan sebagaian besar pekerjaan mereka adalah bertani, sehingga kenaikan pendapatan mereka lebih lambat.

2.7.Kerangka Pemikiran

(60)

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini akan menganalisis apakah pelaksanaan program PNPM-Mandiri Perdesaan mempunyai dampak terhadap peningkatan pendapatan peserta program. Selain itu juga akan dianalisis sejauh mana PNPM-Mandiri Perdesaan memberikan dampak terhadap pengembangan ekonomi lokal dan wilayah perdesaan di Kabupaten Asahan.

Program SPP

(Simpan Pinjam)

Program Padat Karya (Infrastruktur)

PNPM-MANDIRI

Pengembangan

(61)

2.8. Hipotesis

(62)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik, yaitu penelitian yang mempunyai ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang (aktual) dimana data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (Surakhmad, 1982:140)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) terhadap peningkatan pendapatan masyarakat peserta program dalam pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Asahan. Dan sebagai lokasi penelitian diambil enam kecamatan dengan jumlah rumah tangga miskin (RTM) terbesar yang ada di Kabupaten Asahan, yaitu Kecamatan Sei Kepayang, Sei Kepayang Barat dan Sei Kepayang Timur, Tanjung Balai, Silo Laut dan Kecamatan Rawang Panca Arga.

3.2.Teknik Pengambilan Sampel

(63)

desa Silo Baru dan desa Silo Lama, dan untuk Kecamatan Rawang Panca Arga yaitu desa Rawang Baru dan desa Rawang Lama.

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta dari 2 jenis program, yaitu program Infrastruktur (fisik) dan program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) yang menjadi sasaran PNPM-Mandiri Perdesaan di Kecamatan tersebut.

Tabel 3.1.

Jumlah Pemanfaat SPP Menurut Desa

No Kecamatan/Desa Orang No Kecamatan/Desa Orang

(64)

Tabel 3.2.

Jumlah Peserta Program Infrastruktur Menurut Desa

No Kecamatan/Desa Orang No Kecamatan/Desa Orang

I Kec. Sei Kepayang IV Kec. Tanjung Balai

(65)

Untuk menetapkan ukuran sampel dari sub populasi digunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin ( Sevilla, 1993 : 162 ) :

N

n = ---

1 + N (e)

Dimana :

2

n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi

e : nilai ktitis ( batas ketelitian yang diinginkan )

Menurut Gay nilai kritis untuk penelitian deskriptif yang dapat diterima adalah 10% dari populasi. (G. Sevilla et al, 1993:161-163).

N

n = ---

1 + N (e)

1.254 2

n = --- 1 + 1.254 (0,1)2

n = 92,61

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, didapat hasil untuk pengambilan sampel sebesar 92,61 sampel, dibulatkan menjadi 93 sampel.

(66)

untuk penentuan sampel yang akan dijadikan sebagai responden dilakukan secara acak

(random sampling).

Tabel 3.3. Distribusi Sampel Program SPP

No. Desa Jml. Peserta Persentase (%) Jml. Sampel

Tabel 3.4. Distribusi Sampel Program Infrastruktur (fisik)

(67)

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang akan diambil terdiri dari sampel program SPP dan sampel program padat karya. Untuk menentukan banyaknya sampel yang akan diambil dari masing-masing jenis program digunakan teknik pengambilan sampel strata proporsional (stratified proportional sampling) agar sub kelompok (strata) antara program SPP dan program infrastruktur (fisik) memiliki jumlah yang cukup mewakili dalam sampel.

Sub populasi program SPP sebesar 34,85% dari jumlah populasi. Berdasarkan teknik pengambilan sampel strata proporsional, sampel yang akan diambil untuk program SPP juga sebesar 34,85% dari ukuran sampel (93 orang), yaitu sebanyak 32 sampel. Sedangkan untuk program infrastruktur (fisik) sub populasinya sebesar 65,15% dari total populasi, sehingga sampel yang akan diambil untuk program infrastruktur (fisik) sebesar 65,15% dari ukuranl sampel (93 orang), yaitu sebanyak 61 sampel, dan untuk besaran sampel masing-masing desa dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan 3.4 .

3.3.Defenisi Operasional Variable

(68)

Merupakan jumlah pendapatan keluarga dari berbagai sumber selama sebulan, yang dihitung dengan rupiah. Pengukuran pendapatan keluarga didasarkan pada besarnya pendapatan yang dibawa pulang ke rumah. Pendapatan rumah tangga hanya dicatat berdasarkan pengakuan responden dengan melihat status pekerjaannya.

2. Jumlah orang miskin

Merupakan jumlah penduduk yang digolongkan miskin, dengan membandingkan pendapatannya dengan garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS. Jika pendapatannya dalam satu bulan lebih kecil dari garis kemiskinan yang ditetapkan oleh BPS, maka orang tersebut digolongkan sebagai orang miskin.

3. Coverage of Target Group (TAR)

Merupakan ketepatan sasaran dalam penyaluran program atau dengan kata lain peserta program yang tergolong sebagai penduduk miskin (RTM) menurut garis kemiskinan BPS.

4. Pengembangan ekonomi lokal adalah sebagai proses yang dilakukan secara bersama oleh pemerintah, usahawan, masyarakat lokal dan organisasi non pemerintah untuk menciptakan kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja di tingkat lokal. (World Bank)

(69)

Merupakan petunjuk mengenai naik turunnya harga kebutuhan. Naik turunnya harga kebutuhan hidup secara tidak langsung mencerminkan tingkat inflasi . Variabel ini dinyatakan dalam bentuk persentase per tahun. Tingkat perubahan harga (Pt) adalah dengan membandingkan data inflasi (persen) tahun berjalan dgn tahun sebelumnya, yang digunakan untuk menghitung besarnya ratio peningkatan pendapatan masyarakat selama tahun berjalan.

3.4.Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan kuisioner yang tersusun secara terstruktur dalam pengumpulan data di lapangan. Tipe wawancara yang digunakan adalah wawancara tersruktur, yaitu peneliti menggunakan seperangkat pertanyaan yang distandarisasi dan menggunakan prosedur tanya jawab. Pertanyaan yang ditanyakan diatur dan disajikan secara sesuai dengan faktor-faktor yang hendak dianalisa dalam penelitian ini.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Data primer diambil dari responden, yaitu peserta atau pemanfaat dana PNPM-Mandiri Perdesaan pada 12 desa di enam kecamatan. Cara pengambilan data dilakukan dengan wawancara tatap muka disertai kuesioner yang telah disusun dan telah distandarisasi yang disajikan secara berurutan (tersruktur).

(70)

Kabupaten dan FK/FT PNPM-Mandiri Perdesaan Kabupaten Asahan, Unit Pelaksana Kegiatan (UPK) serta Tim Pengelola Kegiatan (TPK) PNPM-MP .

3.6.Metode Analisis Data

Untuk menganalisa dampak Program Nasional Pemberdayaan Mayarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) terhadap tingkat pendapatan masyarakat dalam pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Asahan, maka yang dianalisis adalah variabel pendapatan masyarakat sebelum dan sesudah Program Nasional Pemberdayaan Mayarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) dilaksanakan di Kecamatan yang menjadi sampel penelitian dengan menggunakan program SPSS 18 untuk mencari Uji Beda Rata-Rata dari sampel berpasangan (compare means- paired samples test). (Sugiyono, 1994)

x = rata-rata pendapatan sampel data sebelum PNPM-MP 2

x = rata-rata pendapatan sampel data setelah PNPM-MP

21

x

= rata-rata pendidikan sampel data sebelum PNPM-MP

22

x = rata-rata pendidikan sampel data setelah PNPM-MP

1

n = simpangan baku sampel data sebelum PNPM-MP

2

(71)

2 2

s = varians baku sampel data setelah PNPM-MP r = korelasi antara dua sampel

Dengan kriteria uji terima H1, tolak H0 jika t hit > t tabel terima H

(0,05)

0, tolak H1 jika t hit < t tabel

Dan untuk menganalisa keberhasilan suatu program penanggulangan kemiskinan menurut Economic and Social Comision for Asean and Pasific (ESCAP) dalam Manual Evaluasi Program Penanggulangan Kemiskinan dapat dilihat dari beberapa indikator, dan dua diantaranya adalah Indikator Peningkatan Pendapatan

dan Indikator Pengurangan Kemiskinan, dengan rumus sebagai berikut : (Awan

Santos, Dadit Hidayat, Putut Indriyono, 2003)

(0,05)

1. Indikator Peningkatan Pendapatan

Dimana :

AI : Income Indicator/Indikator Peningkatan Pendapatan Yt : Pendapatan rumah tangga setelah mengikuti program Yo : Pendapatan rumah tangga sebelum mengikuti program Pt : Indeks harga konsumen pada tahun survey/Inflasi (2011). TAR : Target sasaran yang tercakup (jumlah RTM peserta program)

(72)

Dimana :

PR ; Proverty Reduction/Pengurangan Kemiskinan

HCRo ; Head Count Ratio/Jumlah penduduk miskin peserta program sebelum mengikuti program (tahun 2008)

HCR1 ; Head Count Ratio/Jumlah penduduk miskin peserta program setelah mengikuti program (tahun 2011)

Tingkat ketergantungan penduduk dihitung dengan melihat Dependensi Rasio (DR) antara penduduk usia tidak produktif terhadap penduduk usia produktif, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Todaro, 2000:67)

Umur 0-4 + umur 64 ke atas

DR = --- x 100

Umur 15-64

Gambar

Gambar. 2.1.   Lingkaran Setan Kemiskinan ( The Vicious Circle of Poverty)
Tabel 3.1.  Jumlah Pemanfaat SPP Menurut Desa
Tabel 3.2.
Tabel 3.3. Distribusi Sampel Program SPP
+7

Referensi

Dokumen terkait

2) That list can be composed of both mandatory and optional properties... 3) However, if all mandatory properties are not listed in the projection clause the WFS shall augment the

Koefisien regresi variabel iklim komunikasi (β3= 0,390) memberikan makna bahwa pada kondisi ceteris paribus , jika skor rata-rata luas lahan meningkat sebesar

Menurut Ulum (2019), untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat, Universitas Nurul Jadid terlebih dahulu melakukan perencanaan yang matang tentang materi yang

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa persepsi orang tua terhadap lembaga pendidikan anak usia dini di kecamatan sebangau, dapat disimpulkan sebagi berikut:

1) The Odds: While slot machines offer odds that are pretty difficult to win on (and by that I mean the real big bucks), video poker machines are much easier when it comes

Penelitian ini disusun berdasarkan studi literatur, serta mempelajari cara kerja dan sekaligus cara-cara merencanakan dan membuat peralatan tersebut. Perencanaan peralatan

4.15 Respon Masyarakat berdasarkan Tingkat Pendidikan terhadap Penerapan Nilai Islam pada Produk Bank Syariah Mandiri cabang Medan

keterprediksian laba, faktor resiko sistematis (Beta), struktur modal, serta ukuran perusahaan. Untuk membuktikan sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan kerelevenan