STRATEGI ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK
(Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anakdi Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Dalam Bidang Antropologi
Disusun Oleh:
HERTAULI MONALYSA MARPAUNG
040905049
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Nama : Hertauli Monalysa Marpaung
Nim : 040905049
Departemen : Antropologi
Judul : STRATEGI ORANG TUA DALAM MENDIDIK
ANAK (Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua
Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah,
Kecamatan Medan Helvetia)
Medan, Oktober 2009
Pembimbing Skripsi Ketua Departemen
(Dr. Fikarwin Zuska) (Drs. Zulkifli Lubis, MA)
NIP. 196212201989031005 NIP 196401231990031001
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA)
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Dia, atas kasih karunia-Nya
yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis. Pertolongan dan bimbingan-Nya
yang memampukan penulis menyelesaikan skripsi ini dengan judul “STRATEGI
ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK” Studi Deskriptif Tentang
Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah,
Kecamatan Medan Helvetia.
Penulis menyadari dengan usaha, pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki, skripsi ini masih kurang sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang ditujukan untuk kesempurnaan skripsi ini dari semua pihak.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari skripsi ini dapat
diselesaikan berkat bantuan yang demikian besar yang telah diberikan oleh
berbagai pihak, oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis dengan hati yang
tulus mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Humaizi, Ma selaku Pembantu Dekan I atas fasilitas yang telah
diberikan kepada penulis.
3. Bapak Drs. Zulkifli Lubis MA selaku Ketua Departemen Antropologi pada
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Dosen Pembimbing yang selalu
Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dan perhatian
dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Sri Alem Sembiring, M.Si selaku penasehat akademik yang
memberikan perhatian kepada penulis.
6. Seluruh staf pengajar Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan
membekali penulis dengan ilmu.
7. Kantor Kepala Desa Helvetia Tengah atas kerja samanya dalam pemberian
data kepada peneliti.
8. Para orang tua dan informan yang ada di Helvetia Tengah atas
informasinya yang telah diberikan kepada penulis.
9. Teristimewah buat Kedua Orang Tuaku tercinta Bapak Alm W. Marpaung
dan juga Mama St. N. Br Tambunan atas nasehat, kasih sayang dan
perjuangan yang sangat gigih dalam mewujudkan cita-cita anaknya.
10.Abang, Kakak, dan Kakak iparku : B. Marpaung, R. Marpaung, Melda
Marpaung, Frengky Marpaung, R. Br Sianipar dan R. Br Lumban Gaol
atas kasih sayang, perhatian dan dukungan doa kepada penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
11.Keponakan yang lucu dan adik-adikku yang manis: Agung Herodion
Marpaung, Bella, Lena, Depi, Rinal, Indra.
12.Buat sahabat-sahabatku yang sangat penulis sayangi dan cintai: Lia Ariza
Pasaribu, Amd, Sri Ulina Ginting, S.psi, Cory Ester Pratini Rajaguguk,
Perdana Silaban, ST, Leonald Nainggolan, Ssn dan masih banyak lagi
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
13.Kepada kerabat Antropologi Khususnya stambuk 2004 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu penulis mengucapkan terima kasih.
Akhir kata atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis
mendoakan semoga Tuhan memberikan kasih karunia-Nya kepada kita semua.
Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Oktober 2009
DAFTAR ISI
1.6.1. Teknik Pengumpulan Data ...15
1.7. Analisa Data...16
BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI...19
2.1. Lokasi dan Lingkungan Alam...18
2.7.5. Perbelanjaan...29
2.8. Sistem Organisasi...29
BAB III. KEMANDIRIAN ANAK 3.1. Mendidik Anak...39
3.1.1. Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Anak...40
3.1.2. Pengaruh Lingkungan Terhadap Pendidikan anak...43
3.2. Peran Keluarga dan Orang Tua Dalam Membentuk anak...46
3.3. Strategi Membuat Anak Mandiri...48
3.4. Sanksi Orang Tua Terhadap Anak...49
BAB IV. BUDI PEKERTI 4.1. Kehidupan Keluarga...53
4.2. Strategi Membuat Anak Menjadi Berbudi Pekerti...55
4.2.1. Hubungan Anak dan Saudaranya...55
DAFTAR INTERVIEW DAN OBSERVASI...73
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 data penduduk Helvetia Tengah
2. Tabel 2 komposisi penduduk Kelurahan Helvetia Tengah menurut Agama
3. Tabel 3 komposisi penduduk Kelurahan Helvetia Tengah menurut pendidikan
4. Tabel 4 jumlah penduduk berdasarkan kelompok etnik
5. Tabel 5 mata pencaharian penduduk Kelurahan Helvetia Tengah
ABSTRAKSI
Hertauli Monalysa Marpaung 2009 Judul “STRATEGI ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK” Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 6 tabel, 2 bagan, 11 gambar, 16 informan serta lampiran daftar wawancara, daftar informan, peta Kelurahan Helvetia Tengah ditambah lampiran surat penelitian.
Keluarga merupakan lembaga yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai bagi anak-anaknya, agar dikemudian hari dapat menanggapi lingkungan secara aktif. Dengan perkataan lain, kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan baik dimasa lalu, masa kini maupun dimasa yang akan datang.
Adapun permasalahan yang diangkat adalah bagaimana para orang tua membuat strategi dan bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak di dalam sebuah keluarga dengan lingkungan masyarakat disekitarnya. Metode dalam penelitian ini adalah bersifat deskrptif, dengan pengambilan informan yang tinggal di kawasan Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan teknik observasi, melakukan wawancara dengan masing-masing informan dan studi kepustakaan.
ABSTRAKSI
Hertauli Monalysa Marpaung 2009 Judul “STRATEGI ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK” Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 6 tabel, 2 bagan, 11 gambar, 16 informan serta lampiran daftar wawancara, daftar informan, peta Kelurahan Helvetia Tengah ditambah lampiran surat penelitian.
Keluarga merupakan lembaga yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai bagi anak-anaknya, agar dikemudian hari dapat menanggapi lingkungan secara aktif. Dengan perkataan lain, kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan baik dimasa lalu, masa kini maupun dimasa yang akan datang.
Adapun permasalahan yang diangkat adalah bagaimana para orang tua membuat strategi dan bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak di dalam sebuah keluarga dengan lingkungan masyarakat disekitarnya. Metode dalam penelitian ini adalah bersifat deskrptif, dengan pengambilan informan yang tinggal di kawasan Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan teknik observasi, melakukan wawancara dengan masing-masing informan dan studi kepustakaan.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Skripsi yang saya ajukan ini adalah mengenai “Strategi Orang Tua Dalam
Mendidik Anak”. Strategi orang tua dalam mendidik anak ini muncul karena
banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang menawarkan jasa dalam mendidik
anak, baik langsung maupun yang tidak langsung. Lembaga-lembaga pendidikan
tersebut mencakup lembaga pendidikan formal, informal, dan lembaga
non-formal. Oleh sebab itu pentinglah menjadikan strategi dalam mendidik anak ini
objek penelitian, guna mengetahui cara dan strategi para pihak, terutama orang
tua, dalam kancah pendidikan yang makin kompetitif dewasa ini.
Penelitian untuk mengetahui cara dan strategi orang tua dalam menghadapi
kancah sosial pendidikan dewasa ini penting karena persaingan yang sangat ketat
antara orang tua dengan lembaga-lembaga pendidikan yang ada. Lembaga
pendidikan itu adalah pendidikan formal yaitu sekolah, pendidikan non-formal
yaitu kursus-kursus yang ada yang ditawarkan kepada orang tua dan pendidikan
in-formal yaitu lingkungan sosial sekitar anak, termasuk televisi, handphone,
internet, dan lain-lain.
Peran orang tua dalam kehidupan seorang anak sangat penting karena
pendidikan anak pada jaman moderen ini tidak mudah disatu sisi, jaman ini
memberikan banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak
memperoleh fasilitas yang canggih. Anak-anak sekarang ini sudah mengenal hand
orang tua harus lebih berhati-hati dalam mendidik anak karena tayangan televisi,
internet, hand phone setiap saat dapat dinikmati oleh semua orang dan tidak
menutup kemungkinan dapat dinikmati oleh anak-anak. Tidak dapat dipungkirin
apa yang mereka lihat, dengar dan baca ada kalanya bisa merubah pola tingkah
laku sehari-hari seperti berbagai kebiasaan, tindakan, atau sikap yang cenderung
disesuaikan dengan perkembangan teknologi pada jaman sekarang ini.
Kemajuan yang demikian cepat juga membawa dampak positif dan
negatif. Dampak positif dari televisi, internet dan hand phone adalah tersedianya
informasi mengenai/tentang kejadian yang sudah, sedang, dan akan berlangsung
di berbagai belahan dunia ataupun negara, membuka wawasan/pengetahuan yang
lebih luas yang tidak didapat dari lembaga-lembaga pendidikan yang formal dan
membuka pemikiran tentang perbedaan atau keragaman serta kebersamaan antar
masyarakat diseluruh belahan dunia.
Sedangkan dampak negatif dengan adanya televisi, internet dan hand
phone adalah tersedianya informasi dari situs-situs pornografi, porno aksi, teroris,
narkoba, homosex, lesbi, takhayul yang dapat menyebabkan timbulnya kejahatan,
kebiasaan menonton televisi selama berjam-jam menyebabkan tingkah laku anak
dapat berubah dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini disebabkan tayangan
televisi yang ditonton anak-anak dengan berjam-jam menyebabkan terjadinya
tidak ada lagi waktu untuk belajar dan sebagai pemicu terjadinya kejahatan
misalnya gaya hidup seenaknya, kawin cerai, kekerasan terhadap anak,
tayangan televisi dapat menjadi faktor kriminalitas dan membawa dampak kepada
anak untuk melakukan kejahatan.
Media massa (media elektronik/televisi) memiliki kekuatan menyebarkan
pengaruh kepada khalayak terutama orang tua dan anak. Maka dari itu masyarakat
terutama orang tua harus cermat, cerdas, kritis dan selektif dalam memilih acara
TV, memperkenalkan internet dan hand phone kepada anak-anak. Bagaimanapun
ujung dari pendidikan seorang anak adalah tanggung jawab orang tua.
Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti strategi orang tua
dalam mendidik anak khususnya yang berada di kota besar sekarang ini yang
semakin maju dalam informasi-informasi yang cepat.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas tampaklah bahwa masalah penelitian ini adalah
cara orang tua dalam mendidik anak pada saat sekarang ini meliputi cara atau
strategi orang tua dalam menghadapi pendidikan dewasa ini karena persaingan
yang sangat ketat antara orang tua dengan lembaga-lembaga pendidikan yang ada.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Helvetia Tengah kawasan Kecamatan
Medan Helvetia. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena wilayah ini
merupakan kawasan yang terbuka dan dilengkapi fasilitas, serta dalam komplek
perumahan ini sudah relatif berkembang dalam hal ini teknologi dengan
warung-warung internet (warnet), sekolah-sekolah, tempat les yang banyak
ditawarkan kepada orang tua, selain itu daerah ini merupakan tempat tinggal si
peneliti sehingga peneliti lebih bisa berhubungan intensif dengan masyarakat.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara orang tua
menggunakan strategi dalam mendidik anak melalui penelitian terhadap
orang-orang tua yang memiliki anak dan remaja serta anak remaja itu sendiri yang
berada di daerah Helvetia Tengah
5. Tinjauan Pustaka
Strategi adalah cara dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan
untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah kemenangan1
1
. Oleh sebab
itu, strategi di sini lebih mengutamakan cara orang tua untuk mendidik anak
dalam keluarga supaya anak tidak lari dari norma-norma dan nilai-nilai budaya
yang dianut orang tua, yang disebabkan karena kemajuan dari sebuah teknologi
yang berkembang pesat saat ini, seperti halnya internet ataupun
permainan-permainan yang berteknologi canggih yang dapat menyita banyak waktu seorang
anak yang mengakibatkan anak lupa dengan tugas di rumah maupun sekolahnnya.
Adapun menurut Newman dan Logan (Abin Syamsudin Makmur, 2003) 4
strategi untuk mencapai tujuan yaitu:
1. Mengidentifikasi, menetapkan spesifikasi, kualifikasi hasil (out put) dan
sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan
selera masyarakat yang memerlukan.
2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang
paling efektif untuk mencapai sasaran.
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
4. Mempertimbangkan, menetapkan tolak ukur (kriteria), patokan ukuran
(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)
usaha.
Menurut Marheni, 19962
Dalam kaitannya komunikasi orang tua dan anak mempunyai persepsi dan
kemampuan menampilkan diri sebagai orang tua yang baik, seorang anak
beranggapan bahwa orang tua adalah sosok yang pelindung bagi seorang anak,
baik, ramah, menyayangi dan sebagainya. Hal lain di luar pembentukan persepsi
yang menentukan keberhasilan komunikasi anak kepada orang tua adalah dalam penerapan strategi orang tua juga harus
bisa untuk dapat saling berinteraksi ataupun berkomunikasi terhadap si anak,
Hubungan antar anggota keluarga ini terbentuk karena sebuah komunikasi,
komunikasi dalam keluarga dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran orang
tua. Hal ini disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga
dilaksanakan melalui komunikasi. Dengan cara berkomunikasi orang tua dapat
mengetahui kebutuhan ataupun keinginan seorang anak
2
keberhasilan melakukan proses komunikasi antar orang tua dan anaknya, ini
ditandai beberapa ciri :
1. Kebutuhan anak untuk dicinta, mencerminkan adanya keinginan yang
kuat untuk mendapatkan cinta dimana semua anak akan mempunyai
perilaku yang sama dalam menarik perhatian orang tua untuk dicintai,
begitu pula orang tua akan berperilaku yang sama dalam memberikan
cinta (perhatian) kepada anaknya.
2. Kebutuhan berinteraksi, mencerminkan keinginan untuk berteman/bergaul
dengan orang lain. Setiap orang membutuhkan orang lain dalam
kehidupannya, demikian juga anak membutuhkan teman.
3. Kebutuhan untuk dikontrol, mencerminkan keinginan untuk dapat meraih
keberhasilan, misalnya dengan memberikan tanggung jawab kepada anak
sehingga bisa dikontrol keberhasilannya sampai ke masa depan.
Oleh karena itu kaitannya dengan komunikasi orang tua dan anak, penekanan di
sini bukan kepada keadilan, tetapi didasarkan pada sikap orang tua yang
memperlakukan anak tidak saja sebagai seseorang yang harus selalu patuh, tetapi
sudah dianggap sebagai teman dalam berkomunikasi sehingga antara orang tua
dan anak dapat terjalin komunikasi yang baik dan akrab. Inilah salah satu strategi
yang diambil oleh orang tua untuk mengatasi hal-hal yang dapat membuat si anak
melakukan tindakan-tindakan di luar dari norma sosial.3
3
norma sosial adalah kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya. Sanksi
yang diterapkan oleh norma ini membedakan norma dengan produk sosial lainnya seperti
Sosialisasi terbagi dalam dua bagian yaitu: sosialisasi primer sebagai
sosialisasi awal yang dialami oleh individu pada masa kecil dalam keluarga
hingga menjadi anggota masyarakat; sosialisasi sekunder merupakan sosialisasi
lanjutan setelah sosialisasi primer yang dimasuki individu dalam dunia
masyarakat yang lebih luas seperti sekolah, teman sebaya dan lingkungan sosial.
Menurut George Herbert Mead dalam teorinya yang digunakan buku Mind, self
and society (1972), Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan diri (self)
manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia
berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain.
Menurut Mead pengembangan diri manusia berlangsung melalui beberapa tahap
yaitu tahap play stage, game stage dan tahap generalized other (Kamanto, 1993 ;
28).
Mead menelusuri asal – usul diri melalui ketiga tahap tersebut yaitu :
1. Pada tahap pertama yaitu play stage (bermain) :
Belajar mengambil sikap orang-orang lain tertentu untuk diri mereka. Hal ini
terbatas karena hanya sanggup memainkan peranan orang lain dan berbeda
tanpa memiliki pengertian yang lebih umum dan lebih terorganisir terhadap
diri mereka sendiri. Di sini individu belajar menjadi subjek dan sekaligus
objek dan mulai memiliki kemampuan membangun diri.
Pada tahap bermain anak-anak mampu berorganisasi sosial, mereka dapat
terlibat dalam bentuk-bentuk bermain. Seorang anak kecil mulai belajar
dan
mengambil peranan orang-orang yang berada disekitarnya. Ia mulai
menirukan peranan yang dijalankan oleh orang tuanya, peranan orang dewasa
lain dengan siapa ia sering berinteraksi.dengan demikian kita sering melihat
anak kecil dikala mereka bermain meniru peran yang dijalankan oleh
orang-orang yang ada disekitarnya misalnya peranan ayah, ibu, kakak, kakek, nenek
dan yang lainnya. Perilaku anak mulai mencontoh peran-peran orang yang
terdekatnya. Agen sosialisasi yang ada disekitar anak biasanya berasal dari
lingkungan yang paling dekat dengannya yaitu keluarga, walupun ada juga
agen-agen sosialisasi lain yaitu: teman bermain lembaga sekolah maupun
media massa akan tetapi pusat perhatian yang lebih terfokus adalah keluarga
tempat anak-anak mendapatkan segala-galanya.
2. Pada tahap game stage (pertandingan)
tahap ini muncul sebgai langkah dalam perkembangan konsep diri. Seorang
anak tidak hanya mengetahui peranan yang harus dijalankan tetapi tetapi harus
mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia
berinteraksi. Pada tahap awal sosialisasi-interaksi seorang anak biasanya
terbatas pada sejumlah kecil orang lain, biasanya keluarga terutama kedua
orang tuanya. Oleh Mead orang-orang yang penting dalam sosialisasi ini
dinamakan significan other.
3. Pada tahap ketiga sosialisasi sesorang dianggap telah mampu mengambil
peranan generalized other, anak mampu berinteraksi dengan orang lain dalam
masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang –
lagi terdapat dalam keluarga seperti halnya pada tahap play stage akan tetapi
ada beberapa agen sosialisasi lain yang dapat mempengaruhi anak, misalnya
teman bermain, sekolah dan juga media massa yang turut pila mempengaruhi
perkembangan diri seorang anak.
Menurut Danandjaja (1989 : 497) cara pengasuhan anak adalah sebagian
dari proses sosialisasi yang dialami oleh seorang anak di rumahnya yang
memfokuskan pada sepuluh “sistem” tingkah laku yaitu :
1. Sifat selalu minta dilayani atau succorance
2. Sifat suka mengungkapkan perasaan atau expressiveness
3. Sifat bergantung pada kemampuan diri sendiri atau self reliance
4. Sifat mempunyai rasa kepertanggungjawaban atau responsibility
5. Sifat kepatuhan atau obedience
6. Sifat keramahan di dalam pergaulan atau sociability
7. Sifat gemar menolong orang yang lebih muda dan sedang berada dalam
kesukaran atau nurture
8. Sifat ingin menguasai orang lain atau dominance
9. Sifat suka menyerang atau agression (baik yang bersifat sebagai akibat
ancaman dari luar maupun menurut kesempatan).
10. Tingkah laku yang bersifat ingin mencapai sesuatu yang lebih baik atau
achievement-oriented behavior
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
1998). Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku, sifat, kegiatan,
yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh pola perilaku, dari keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) berbagai peranan yang terdapat di
dalam keluarga adalah sebagai berikut
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
Anak sebagai pelaksana peranan sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Dari berbagai peranan di atas ada tiga fungsi orang tua terhadap keluarga yaitu :
Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan
pada anak sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang
Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar
kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi
anak-anak sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi
manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya4
Selain fungsi dari keluarga orang tua juga mempunyai tipe-tipe pola asuh terhadap
anak yaitu:
1. Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap
anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah,
bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis,
dan sebagainya. Biasanya pola pengasuhan anak oleh orang tua semacam ini
diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau
urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik.
Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau
tumbuh dan berkembang menjadi apa. Anak yang diasuh orangtuanya dengan
metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang
perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan
sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang
lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.
.
4
2. Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan,
keras dan kaku dimana orangtua akan membuat berbagai aturan yang harus
dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan
emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang
diinginkan oleh orang tuanya. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima
oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta
menghormati orang-tua yang telah membesarkannya. Anak yang besar dengan
teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid atau selalu berada
dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci
orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan orang tua
otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih
disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.
3. Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orang tua pada anak yang memberi
kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai
dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari
orang tua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan
para orangtua kepada anak-anaknya. Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan
otoritatif akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka
pada orang tua, menghargai dan menghormati orang tua, tidak mudah stres dan
Setiap keluarga terdiri atas beberapa anggota keluarga. Masing-masing
anggota keluarga memiliki peranannya sendiri-sendiri, sesuai dengan
kedudukannya dalam keluarga yang bersangkutan. Pelaksanaan masing-masing
peranan sebagaimana mestinya membantu mengukuhkan dan menambah
keharmonisan kehidupan keluarga yang bersangkutan dan membantu
anggota-anggota keluarga yang lainnya serta unit keluarga sebagai suatu kesatuan dalam
melaksanakan peranannya masing-masing. Pelaksanaan peran istri misalnya,
apabila dilaksanakan benar-benar sebagai mitra atau patner suami yang serasi
dalam mengeolah rumah tangga, niscaya akan membantu dan memperkukuh
kedudukan dan peranan suami, dan begitu juga sebaliknya, apabila suami
melaksanakan peranannya dengan baik akan mendukung kedudukan dan peranan
istri. Demikian pula pelaksanaan peranan mereka dalam hubungan mereka dengan
anak-anaknya, dan masyarakat lainnya.
Hubungan antar generasi kemudian terjadi dalam bentuk yang lebih
terbuka dan lepas yang menjadi dasar bagi pembentukan karakter seorang anak.
Lemahnya otoritas orang tua dan hilangnya fungsi tradisional keluarga
mendapatkan dukungan pada saat teknologi menjadi semakin penting dari waktu
ke waktu yang cara kerjanya dan nilai-nilai yang melekat sangat mempengaruhi
kehidupan dan norma-norma yang terbentuk. Proses ini menentukan bagaimana
struktur hubungan antar orang tua dan anak, seperti halnya, kehadiran handphone
dapat menggantikan kehadiran orang tua dalam proses pembentukan seorang
Oleh karena itu barang dalam konsumsi perkotaan telah berfungsi sebagai
alat komunikasi, karena ia mewakili individu dalam menegaskan serangkaian nilai
yang melekat pada orang kota. Di sini jelas bahwa proses konsumsi teknologi
telah membentuk suatu kesatuan kehidupan dengan basis-basis material yang
dapat menghilangkan nilai-nilai subjektif dalam pertukaran sosial (Simmel dikutip
dari Abdullah 2006 : 37).
Revolusi teknologi elektronik dan teknologi komunikasi merupakan
jembatan yang menghubungkan berbagai tempat dengan berbagai belahan dunia
lainnya. Hal yang mencolok terjadi dalam kecenderungan ini adalah tumbuhnya
consumer cultur (budaya mengaskes informasi) di kota-kota (Featherstone dalam
Abdullah 2006 : 28 -29 ). Untuk itu para pakar anak berpendapat bahwa cara-cara
serta adat istiadat pengasuhan anak pada usia dini mempunyai dampak besar
terhadap pembentukan sistem nilai budaya dan sikap mental serta kepribadian
anak yang bersangkutan dikemudian hari.
Berkenaan dengan pendapat para ahli di atas, maka akan diteliti dan
dideskripsikan bagaimana strategi orang tua dalam mendidik anak di daerah
6. Metode Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, yang bermaksud menggambarkan secara terperinci perilaku dan cara
pandang masyarakat serta para orang tua dalam mendidik anak untuk menghadapi
persaingan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan anak yang
menetap di daerah kawasan Helvetia Tengah.
6.1 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui 2 kelompok yaitu melalui data
primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh di
lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari lapangan,
dari berbagai buku, jurnal dan lain-lain. Buku jurnal dan yang lainnya diarahkan
untuk mendapatkan gambaran-gambaran tertulis mengenai strategi secara
khususnya data mengenai orang tua dalam mendidik anak, teori-teori yang
mendukung masalah penelitian, dan lain-lain.
Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam yang
saya lakukan dengan dibantu oleh teman saya yaitu Cory Ester Pratini dan Isabella
Martha Silvani. Adapun hal yang diobservasi adalah siapa-siapa saja pihak yang
terlibat seperti orang tua, anak-anak remaja, suasana dan fasilitas dari
lembaga-lembaga yang menawarkan jasa kepada orang tua, dan lain-lain. Observasi yang
dilakukan dilengkapi dengan kamera photo untuk mengabadikan hal-hal yang
tidak terobservasi peneliti di lapangan dan sebagai penegasan data yang diperoleh
Selain observasi, wawancara mendalam juga dilakukan dengan bantuan
pedoman wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan kunci dan
infoman biasa. Informan kunci merupakan orang-orang yang memahami dan
mengetahui masalah penelitian. Dalam hal ini informan kunci yaitu orang tua
karena peneliti beranggapan orang tua mampu memberikan informasi tentang
strategi dalam mendidik anak. Sedangkan, informan biasa merupakan orang-orang
yang memberikan informasi mengenai suatu masalah sesuai dengan
pengetahuannya dan bukan ahlinya. Dalam penelitian ini yang menjadi informan
biasa adalah masyarakat sekitar lokasi penelitian seperti tenaga pengajar atau
pendidik di tempat-tempat les, penjaga warung-warung internet. Wawancara
mendalam yang dilakukan menggunakan tape recorder sebagai alat bantu karena
daya ingat peneliti yang terbatas, sehingga hal-hal yang terlupakan dapat dicatat
kembali oleh peneliti.
7. Analisa Data
Data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif 5
5
Data kualitatif adalah data (informasi) yang merupakan pencatatan deskriptif (bersifat menggambarkan) yang dibuat berdasarkan atas hasil observasi, wawancara (dikompilasi oleh : Zulkifli Lubis).
. Proses analisa data
penelitian dimulai dengan menelaah keseluruhan data yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan wawancara yag dilakukan di lapangan. Analisa data dilakukan
mulai pada saat meneliti atau selama proses pengumpulan data berlangsung
Dengan demikian seluruh data dilihat kaitannya satu dengan yang lain dan
dikemukakan secara kualitatif. Data yang bersifat kuantitatif6 hanya melengkapi
analisa data kualitatif.
6
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
1. Lokasi dan Lingkungan Alam
Kelurahan Helvetia Tengah ini merupakan salah satu kelurahan yang
termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Medan Helvetia, Kabupaten Medan
Propinsi Sumatera Utara. Jarak ibu kota ke kecamatan jauhnya adalah 6.40 km,
dengan luas kelurahan 14,4 km2, dengan memiliki 7 kelurahan yaitu :
1 Cinta Damai
2 Dwikora
3 Helvetia
4 Seisikambing CII
5 Helvetia Timur
6 Helvetia Tengah
7 Tanjung Gusta
Dan Kelurahan Helvetia Tengah ini mempunyai Persentase terhadap luas
kecamatan yaitu 12, 97 %. Maksud dan tujuan terbentuknya Kelurahan Helvetia
Tengah ini adalah untuk mempermudah serta melancarkan roda pemerintahan dan
pembangunan serta membina masyrakat di segala bidang.
Wilayah Helvetia Tengah memiliki batas-batas kelurahan sebagai berikut :
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Cinta Damai
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Helvetia Timur
Kelurahan Helvetia Tengah ini masih terbagi lagi atas wilayah-wilayah
pemerintahan yang kecil yang disebut dengan lingkungan, dan lingkungan di
daerah Helvetia Tengah ini terdapat sebanyak 22 lingkungan.
2. Keadaan Penduduk
Pada masyarakat Kelurahan Helvetia Tengah ini memiliki jumlah
penduduk sebanyak 37.243 jiwa dengan warga negara Indonesia 37.108 jiwa,
dengan warga negara turunan atau masyarakat campuran sebanyak 135 jiwa.
Berikut ini adalah tabel data penduduk Kelurahan Helvetia Tengah.
Tabel 1
Data Jumlah Penduduk Helvetia Tengah
Jenis Kelamin
Masyarakat
Pribumi Turunan
Laki-Laki 18440 60
Perempuan 18668 75
jumlah 37108 135
3. Sistem Religi
Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah adalah masyarakat yang beraneka
ragam dlam memeluk agama. Agama Islam jumlah yang terbesar. Namun di
samping beragama Islam di kelurahan ini juga terdapat pemeluk agama lain
seperti Kristen, Hindu, Budha. Masing-masing masyarakat yang menganut
kepercayaan yang berbeda-beda menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
keyakinannya masing-masing tanpa terjadi perpecahan antara satu dengan yang
lainnya. Toleransi umat dalam beragama di wilayah ini sangat tunggi di antara
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda. Berikut ini adalah tabel yang
menerangkan secara terperinci tentang komposisi penduduk Kelurahan Helvetia
Tengah menurut agama.
Tabel 2
Komposisi Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah Menurut Agama
No Agama Jumlah Jiwa
1. Islam 18943
2. Kristen Protestan 14120
3. Khatolik 4106
4. Hindu 35
5. Budha 39
Jumlah 37.243
Pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang beragama Islam pada
kelurahan ini menunjukkan jumlah sebesar 18943 dan agama kedua yang
mendominasi kelurahan ini adalah agama kristen protestan yang berjumlah 14120.
Kemudian agama Khatolik 4106, Budha 39 dan Hindu 35. Walaupun agama Islam
yang mendominasi, tetapi kerukunan agama Islam dengan agama yang lain
terjalin suatu sikap toleransi antara umat beragama yang cukup tinggi.
4. Tingkat Pendidikan
`Komposisi penduduk kelurahan Helvetia Tengah menurut pendidikan
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Komposisi Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah Menurut Pendidikan
No Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa
1. Buta Huruf 219
2. Tidak Tamat SD 3324
3. SD 5841
4. SMP 12852
5. SMA 10340
6. Tamat Akademik/Sederajat 3339
7. Tamat Perguruan tinggi 1328
Jumlah 37243
Masyarakat Helvetia Tengah hampir seluruhnya sudah mengecap
pendidikan seperti terlihat dalam tabel di atas, sehinggah masyarakat tidak lagi
buta huruf dan bodoh. Paling tidak masyarakat di Helvetia Tengah ini sudah dapat
membaca dan menulis. Orang tua pada masyarakat di sini mengusahakan agar
anak mereka dapat bersekolah agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi.
5. Pola Pemukiman
Kelurahan Helvetia Tengah telah ditata dengan rapi dan bersih.
Rumah-rumah penduduk sudah memenuhi syarat-syarat peRumah-rumahan yang sehat. Di
samping itu juga sudah memiliki prasarana dan sarana rumah tangga yang cukup
memadai. Bentuk-bentuk rumah penduduk hampir secara keseluruhan berbentuk
permanen, artinya sebagian besar rumah-rumah yang mereka tempati tersebut
telah dapat dikatakan layak huni atau telah sesuai dengan standar kesehatan yang
ada. Dengan kondisi sarana sanitasi yang lengkap baik dari segi penyediaan air
yaitu air leading (PDAM), sarana PLN yang sangat memadai, kondisi lingkungan
tempat tinggal yang bersih dan juga sarana-sarana pendukung lainnya.
Rumah-rumah umumnya memiliki kamar yang lengkap, yang sesuai dengan kebutuhan
yang ada. Ukuran kamar dari masing-masing rumah tersebut sangat bervariasi
jumlahnya, ada yang memiliki 2 kamar, ada yang memiliki 3 kamar, ada yang
memiliki 4 kamar bahkan ada yang memiliki 5 kamar.
Umumnya anak yang menjadi informan dalam penelitian saya ini berasal
dari keluarga menengah ke atas, di mana hal tersebut dapat di lihat dari bentuk
rumah-rumah tersebut sebagian besar berada dalam gang ataupun juga terletak di dalam
lorong-lorong akan tetapi seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan juga
seiring perkembangan jaman maka lama kelamaan masyrakat yang ada dan
tinggal di dalam gang atau lorong tersebut semakin lama semakin bertambah
banyak jumlahnya.
Sesuai dengan keinginan dari masing-masing pemilik rumah maka ada
beberapa rumah yang memiliki pagar dan juga ada yang tidak memiliki pagar. Hal
ini dikarenakan bagi mereka yang memang merasa perlu mengutamakan kondisi
keamanan, maka mereka membuat pagar untuk melindungi rumahnya dari hal-hal
yang tidak diinginkan. Pagar tersebut umumnya dibuat dari besi dengan berbagai
macam bentuk dan ukiran, akan tetapi ada pula beberapa rumah yang memang
tidak mengutamakan dan mempermasalahkan sekali kondisi keamanan sehingga
mereka tidak memberi pagar rumahnya ataupun juga membiarkan begitu saja
bentuk rumahnya. Karena mereka pada umumnya tinggal di kawasan yang padat
penduduknya yaitu di dalam gang atau lorong.
Masyarakat Helvetia Tengah terdiri dari beberapa suku bangsa seperti
BatakToba, Jawa, Karo, Tapanuli Selatan, Nias. Setiap suku bangsa memiliki
bahasa sendiri. Namun, dalam pergaulan hidup sehari-hari masyarakat
menggunakan bahasa Indonesia meskipun ada masyarakat mempergunakan
bahasa daerahnya apabila bertemu dengan orang yang sesuku dengannya. Berikut
Tabel 4
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnik
No Kelompok Etnik Jumlah Jiwa
1. Batak Toba 13552
2. Jawa 11040
3. Karo 6541
4. Tapanuli Selatan 4039
5. Nias 2071
Jumlah 37243
Sumber : Profil Kelurahan Helvetia Tengah, 2008
6. Mata Pencaharian
Penduduk kelurahan Helvetia Tengah mempunyai mata pencaharian yang
beraneka ragam. Secara terperinci mata pencaharian penduduk akan dijelaskan
pada tabel berikut:
Tabel 5
Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah
No. Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa
1. Pegawai Swasta 2031
2. Pegawai Negeri 431
3. Pedagang 1133
4. Tukang Batu 12
6. TNI/POLRI 216
7. Pengusaha 136
8. Montir 12
9. Bidan 10
Jumlah 4176
Sumber : Profil Kelurahan Helvetia Tengah, 2008
Kelurahan Helvetia Tengah bukan merupakan suatu daerah pertanian,
karena tidak dijumpai daerah pertanian yang luas sehingga tidak ada penduduk
yang bermata pencahariannya petani. Pada umunya mata pencaharian penduduk
yang terbesar adalah sebagai pedagang berjumlah 1133, kemudian itu penduduk
yang bermata pencaharian pegawai swasta sebanyak 2031 dan pegawai negeri
sebanyak 431. Pedagang dalam penelitian ini yaitu orang yang hidup dari usaha
berjualan, termasuk juga pedagang-pedagang kelontong. Di daerah ini keadaan
ekonominya mempengaruhi pola kehidupan masyarakatyang ada di sekitarnya. Di
daerah Helvetia Tengah ini pada umumnya orang yang bekerja dalam suatu
keluarga adalah ayah/bapak/suami.
7. Sarana dan Prasarana
Prasarana dan sarana sosial yang cukup memadai dapat meningkatkan
kehidupan sosial masyarakat dalam segala bidang. Demikian juga halnya
Kelurahan Helvetia Tengah yang sudah memiliki berbagai prasarana dan sarana
yang cukup baik. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan tentang prasarana dan
Tabel 6
Prasarana dan Sarana Umum
No. Jenis Prasarana dan Sarana Umum jumlah
6. • Penyewaan Kaset/CD
Komunikasi
• Telepon Umum
2
4
Sumber : Profil Kelurahan Helvetia Tengah, 2008
Berdasarkan tabel di atas, dapat di lihat bahwa prasarana dan sarana yang
dimiliki Kelurahan Helvetia Tengah sudah cukup memadai dan cukup lengkap.
Hal ini terlihat dari :
A. Prasarana Pendidikan
Prasarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah ini
dapat di katakan cukup lengkap. Hal ini terlihat dengan banyaknya
sekolah-sekolah baik dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga tingkat Sekolah Menengah
Tingkat Atas. Sehingga dengan demikian masyarakat yang ada di wilayah ini
dengan mudah menyekolahkan anak-anaknya sesuai dengan jenjang tingkatan
pendidikan yang diikutinya.
B. Prasarana Beribadah
Fasilitas agama yang terdapat di daerah ini bisa dikatakan cukup lengkap,
karena hampir disetiap pemukiman penduduk selalu ada tempat-tempat ibadah
seperti mesjid dan gereja, karena umumnya masyrakat yang ada di daerah ini
beragama Islam dan juga beragama Kristen. Masing-masing masyarakat yang
menganut kepercayaan yang berbeda-beda tersebut menjalankan ibadah sesuai
satu dengan yang lainnya. Toleransi umat dalam beragama di wilayah ini sangat
tinggi diantara penganut–penganut kepercayaan yang berbeda-beda.
C. Prasarana Transportasi
Prasarana transportasi yang terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah sudah
cukup memadai. Jalan yang yang tersedia di kelurahan Helvetia Tengah ini terdiri
dari jalan kampung dan gang yang jalannya sudah berbentuk jalan aspal,
terdapatnya transportasi darat, jembatan, penerangan (lampu jalan), saluran
pembuangan.
Sarana transportasi darat lainnya seperti becak, angkutan umum sudah
banyak dijumpai di kelurahan Helvetia Tengah. Masyarakat disini tidak
mengalami kesulitan dalam hal saran transportasi karena di tempat ini sudah
sangat banyak dan bermacam-macam.
D. Prasarana Kesehatan
Di daerah ini terdapat dua belas poliklinik dan satu buah puskesmas yang
setiap harinya selalu siap membantu dan melayani bila ada anggota masyarakat
yang sakit. Dimana jarak poliklinik dan puskesmas tersebut tidak berada jauh dari
lokasi tempat tinggal penduduk. Hanya cukup sekali naik kendaraan umum untuk
E. Perbelanjaan
Masyarakat di Kelurahan Helvetia Tengah ini seperti halnya masyarakat
perkotaan pada umunya mereka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
berbelanja di pasar, warung dan toko-toko. Mengenai pola perbelanjaan
kebutuhan sekunder, seperti perabot rumah tangga, pada umunya mereka belanja
dengan cara kontan, tetapi ada kalanya dengan cara kredit. Apabila mereka
berbelanja dengan cara kredit, umunya pembayaran tersebut di lakukan dengan
cara kredit harian ataupun juga kredit bulanan.
Masyarakat di wilayah ini apabila akan melakukan hajatan/selamatan,
umunya mereka berbelanja di Pasar Perumnas, Sei-Sikambing, maupun juga di
Pasar Sentral yang ada di Kota Medan. Karena pasar tersebut di anggap lengkap,
dengan cara perbelanjaan kontan, biasanya dalam melakukan kegiatan
hajatan/selamatan tersebut belanjanya lebih banyak dari pada belanja harian. Bagi
pegawai negeri yang umumnya mendapat gaji bulanan, maka pola belanjanyapun
juga bulanan seperti belanja sabun, minyak, gula, teh, dan lain–lain di belanjakan
sebulan sekali.
8. Sistem Organisasi Sosial
Masyarakat yang ada di kawasan Helvetia Tengah ini umumnya berasal
dari etnis suku yang berbeda-beda. Ada yang bersuku Batak, Jawa, Tapanuli
Selatan, Nias dan juga suku lainnya yang datang ke daerah Helvetia Tengah ini.
Kondisi masyarakat yang beraneka ragam dengan budaya yang berbeda-beda dari
Mereka terlihat hidup rukun antara satu dengan yang lainnya dan jarang terlihat
pertikaian yang terjadi di antara mereka.
Pada umumnya dalam kehidupan sosial masyarakat di wilayah ini sejak
kecil sampai tua selalu di hadapkan kepada aturan-aturan yang dipakai dan diakui
oleh masyarakat sebagai hal-hal yang benar, kurang benar, atau salah dalam
bertingkah laku. Peraturan atau ketentuan bertingkah laku dalam masyarakat
biasanya tidak tertulis yaitu kebiasaan-kebiasaan. Pendidikan yang pertama sekali
di dapat anak adalah dari keluarga, yaitu dari ibu, ayah, dan anggota keluarga
lainnya. Semakin bertambah umur makin meluaslah pergaulan anak, seperti
teman-teman sepermainan, para tetangga, sekolah dan masyarakat.
Di daerah Helvetia Tengah ini terdapat perkumpulan atau organisasi sosial
dalam wilayah tempat tinggal yaitu seperti kegiatan arisan, gotong royong, olah
raga, kesenian, dengan mengikuti perkumpulan-perkumpulan tersebut hubungan
antar warga penduduk menjadi akrab, karena akrabnya hubungan di antara warga
penduduk maka mereka mengetahui sifat-sifat, tingkah laku penduduk/masyarakat
yang ada di sekitarnya.
Dalam pergaulan atau hubungan di antara warga masyarakat pada
umumnya menggunakan bahasa Indonesia, walaupun ada juga penduduk yang
menggunakan bahasa daerah bila berinteraksi dan juga berkomunikasi dengan
tetangganya, akan tetapi hal itu di karenakan penduduk tersebut sama-sama
berasal dari suku/etnis yang sama misalnya saja antara suku batak dengan sesama
suku batak, suku jawa dengan sesama suku jawa. Di samping itu dalam pergaulan
tetapi ada pula remaja tersebut yang kurang menghormati, contohnya pada waktu
anak remaja sedang lewat di depan orang tua yang sedang duduk ditepi jalan
tetapi remaja tersebut tidak meminta permisi. Anak remaja yang kurang
menghormati kepada orang tua tersebut biasanya adalah mereka-mereka yang
dalam keluarga yang tidak ditanamkan bersikap dan bertingkah laku yang sopan
bila dihadapkan dengan orang tua yang lebih tua dari mereka.
Tolong menolong masih merupakan ciri yang menonjol dari warga
masyarakat, adanya sifat tolong menolong menunjukkan bahwa setiap warga
masyarakat saling membutuhkan warga masyarakat lainnya. Saling tolong
menolong ini menyebabkan adanya kerukunan di antara warga masyarakat.
Hubungan tolong menolong dalam wilayah ini biasanya dalam bentuk keuangan,
pesta atau upacara dalam aktifitas rumah tangga dan sebagainya. Meskipun
mereka hidup di perkotaan tetapi sifat tolong menolong masih kuat, mereka saling
membantu baik dengan tetangga ataupun dengan kerabat yang ada di tempat lain.
Apabila dalam keluarga atau salah satu anggota keluarga ada yang secara
mendadak sakit keras, mereka minta bantuan kepada kerabat, tetangga, teman, dan
lain sebagainnya. Di dalam masyarakat orang dapat hidup bersama –sama dengan
kelompok orang-orang secara akrab, meskipun demikian sebagai akibat adanya
hubungan secara terus menerus maka pada suatu saat terjadi juga persaingan dan
konflik kontak dan hubungan merupakan landasan dari semua proses sosial.
Meskipun terjadi konfik atau persaingan yang di sebabkan adanya iri hati
dan juga mengenai masalah anak-anak maka harus segera diatasi/diselesaikan
terselesaikan dengan baik. Jika warga masyarakat seringterjadi konflik atau
persaingan karena masalah anak muda, maka biasanya diselesaikan oleh Kepala
Lingkungan yang ada di lingkungan tempat tinggal masing-masing penduduk.
Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa hubungan baik di antara warga
masyarakat perlu dijaga, karena setiap konflik atau persaingan di antara tetangga
Di atas adalah bagan Struktur Organisasi Forum Kemitraan dan
Masyarakat (FKM) yaitu organisasi yang terdapat di daerah Helvetia Tengah ini
yang mempunyai tugas dalam menjaga hubungan antara masyarakat sekitar,
berikut ini adalah keterangan bagan di atas :
1. Ketua : M. Asrul Marbun, SE
2. Wakil Ketua : Sudin Panjaitan
3. Sekertaris : Aiptu P. Simanjuntak
4. Bendahara : B. Sitorus
5. Tokoh Masyarakat : - H. Zulkarnaen Lubis
- H. Aminsyah
6. Tokoh Agama : - Drs. Nazaruddin Lbs
- B. Nainggolan
7. Tokoh Adat : - Marlan Sibarani
- A. Silaen
8. Tokoh Pemuda : - Ir. H. Lilik
9. Stuktur Pemerintah Kelurahan Helvetia Tengah
Struktrur Pemerintahan di Kelurahan Helvetia Tengah
Di atas adalah bagan struktur Kelurahan Helvetia Tengah dimana orang –
orang yang bekerja di dalamnya merupakan pejabat dari pemerintahan yang
mempunyai tugas untuk memajukan masyarakat yang berada di dalam daerah ini.
Berikut ini adalah keterangan dari bagan di atas :
1. Lurah : Laurentius, S.sos
2. Sekertaris : Eric Fadillah
3. Bendahara : Marsidi
4. Humas : Firman Girsang
5. Pegawai staf : Deliana Sinaga
6. Urusa KTP / RT : M. Amir Said
7. Kepala –Kepala Lingkungan :
Kepling I : D. Marno
Kepling II : A. Silaen
Kepling III : Sumamo
Kepling IV : Ilham
Kepling V : Soewadji
Kepling VI : Lolom E. Harahap
Kepling VII : Marlan
Kepling VIII : Asrul
Kepling IX : OK Hasibuan
Kepling X : Tua Simanjuntak
Kepling XI : Edi Suardi
Kepling XIV : Aminsyah
Kepling XV : Sudin
Kepling XVI : Wisman
Kepling XVI : Asrin
Kepling XVII : T. Simorangkir
Kepling XVIII : Junaidi
Kepling IXX : Maizar
Kepling XX : Amir
BAB III
KEMANDIRIAN ANAK
1. Mendidik Anak
Orang tua dalam mendidik anak didasarkan pada rasa kasih sayang
terhadap anak-anaknya. Orang tua yang berada di daerah Helvetia Tengah
mengatakan bahwa mendidik anak dengan kasih sayang berlebihan atau terlalu
mengikuti kemauan dari anak dapat mendatangkan bahaya dari perilaku anak itu
sendiri seperti anak dapat menjadi manja dan tidak mandiri.
Ada hal-hal yang dihindari orang tua di daerah Helvetia Tengah, yaitu
orang tua yang terlalu memenuhi semua permintaan anak atau terlalu
memanjakannya misalnya terus-terusan memberikan anak dengan barang-brang
mahal tanpa mempertimbangkan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak.
Karena hal tersebut dapat menyebabkan keegoisan anak dan tidak memperhatikan
kepentingan orang lain. Di kawasan ini juga terdapat orang tua yang
menginginkan anak-anaknya untuk menjadi orang yang penuh percaya diri, sukses
serta dapat mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Untuk dapat
merealisasikannya orang tua akan melakukan hal-hal sebagai berikut seperti
memberikan kepercayaan yaitu orang tua yang berada di kawasan ini memberikan
kepercayaan terhadap anak-anaknya, apa yang mereka perbuat dan lakukan.
Kepercayaan ini diberikan orang tua kepada anak-anak mereka agar anak mereka
dapat mengetahui perbuatan yang baik dan yang salah. Selain itu tanggung jawab,
karena tanggung jawab sangat diperlukan dalam mendidik anak. Selaras dengan
pertumbuhan dan perkembangan, anak membutuhkan waktu untuk memahami dan
melakukan sesuatu yang orang tua inginkan. Untuk mempunyai rasa tanggung
jawab, maka dari itu orang tua tidak dapat memaksa suatu kehendak kepada anak.
Setiap keluarga khususnya orang tua yang berada di daerah ini mempunyai
cara mendidik anak yang berbeda-beda, selain lingkungan dari keluarga,
lingkungan disekitar anak juga mempengaruhi pertumbuhan anak. Maka dari itu
berikut ini hal-hal yang dapat mempengaruhi anak:
A. Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Anak
Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Keluarga khususnya
orang tua sangat mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku anak. Pengaruh
keluarga dalam pendidikan anak sangat besar, keluargalah yang menyiapkan
pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak, orang tua memiliki peran yang
sangat penting. Perilaku-perilaku anak akan menjadikan penyempurna mata rantai
dalam suatu keluarga yang dibina. Dalam hal ini lingkungan keluarga yang baik
maka akan membentuk si anak menjadi lebih baik lagi seperti hasil wawancara
yang saya lakukan kepada Ibu Tobing :
“ saya dengan anak–anak saya seperti teman, saya tidak mau membuat anak saya takut kepada saya, hal ini saya lakukan agar anak saya tidak menutup–nutupi apa yang terjadi pada anak saya, dan setiap harinya saya pasti menanyakan apa saja yang telah terjdai satu hari ini”.
Dalam hal ini orang tua khususnya ibu Tobing mempunyai cara dalam
tidak semua orang tua dapat lakukan yaitu menjadikan anak sebagai teman. Agar
si anak dapat mencurahkan isi hatinya tanpa harus merasa ada rasa segan terhadap
orang tuanya. Selain itu ada juga beberapa keluarga khususnya orang tua yang
mendidik anaknya dengan cara memberikan kebebasan kepada anak untuk dapat
bertanggung jawab terhadap perilaku anak sehari-hari. Namun kenyataannya
tanggung jawab yang diberikan orang tua tidak dilaksanakan atau tidak dijalankan
dengan baik, sehingga membuat anak-anak yang berada di daerah Helvetia
Tengah sebagian dari mereka melakukan perilaku menyimpang seperti merokok,
hamil di luar nikah. Berikut ini adalah hasil wawancara yang peneliti lakukan
kepada seseorang anak yang melakukan perilaku menyimpang yaitu hamil di luar
nikah yang bernama Dermi :
“saya emang hamil dulu baru nikah kak, saya lakukan atas dasar
suka sama suka, namanya juga kalau laki-laki dan perempuan lagi berpacaran kalau ada kesempatan pasti hal yang ga diinginkan terjadi, tetapi setelah itu saya menyesal kenapa itu bisa terjadi. Makanya saya sekarang ingin memperbaiki kelakuan saya melalui anak saya dengan mendidiknya dengan baik”.
Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa tidak selamanya
kebebasan yang diberikan orang tua dijalankan anak dengan baik seperti yang
banyak diinginkan orang tua yaitu menjadikan anak yang baik dan berguna.
Oleh sebab itu hubungan orang tua dan anak sangat menentukan
pembentukan diri anak. Kondisi dan suasana keluarga yang hangat akan
mendukung pembentukan diri anak. Tingkat kecemasan anak berkurang dan
menjadi lebih bersikap positif dalam memandang diri dan lingkungan.
anak itu tinggal, karena hal ini dapat menentukan pandangan anak. Oleh karena
itu saat orang tua berhubungan dengan anak dapat menunjukkan
tindakan-tindakan yang positif sehingga anak dapat bersikap objektif saat menampilkan
dirinya karena pengaruh dari kualitas hubungan orang tua dan anak, dimana orang
tua menunjukkan sikap hangat, bersahabat dengan anak karena kehangatan orang
tua merupakan aspek penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak.
Bahwa dengan kata lain kualitas hubungan keluarga (orang tua dan anak)
yang hangat dapat membuat anak menjadi lebih percaya dalam membentuk
seluruh aspek dari dirinya, karena ia mempunyai model yang dapat dipercaya.
Anak juga merasa bahwa dirinya mendapat dukungan dari kedua orang tuanya
dalam menghadapi masalah, sehingga ia menjadi tegas dan efektif dalam
memecahkan masalah (Clara 1988:31-32).
Cara orang tua memenuhi kebutuhan baik fisik maupun psikologis
merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Pengalaman anak dalam berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga merupakan
penentu pula dalam berinteraksi dengan orang lain. Jadi bagaimana pandangan
dan sikap individu terhdap dunia luar, mempercayai atau mencurigai, banyak
dipengaruhi oleh pengalaman ketika berhubungan dengan lingkungan keluarga.
Peranan kondisi keluarga dibandingkan dengan kondisi sosial lain terhadap
pembentukan diri anak lebih berpengaruh, karena kondisi keluarga yang buruk
dapat menyebabkan diri yang rendah pada anak.
Hubungan orang tua dan anak merupakan hubungan yang timbal balik,
menyesuaikan diri sehingga terjalin kerja sama yang akrab, bersahabat dengan
anak.
B. Pengaruh Lingkungan Masyarakat Tehadap Pendidikan Anak.
Pendidikan pada zaman sekarang ini tidaklah mudah, di satu sisi
memberikan berbagai fasilitas yang serba “canggih“. Anak-anak sekarang sudah
mengenal handphone, internet dan berbagai peralatan yang sangat modern,
kemajuan yang demikian cepat sedikit banyak membawa dampak negative seperti
tersedianya informasi negative melalui media massa yang sulit untuk dihindari,
misalnya adegan pornografi dan pornoaksi, kekerasan, melalui berbagai media
informasi seperti situs internet, handphone, majalah, televisi dan juga vcd.
Orang tua yamg berada di daerah Helvetia Tengah ini sebagian ada yang
memberikan Handphone kepada anak-anak mereka dengan tujuan agar dapat
berkomunikasi dengan orang tua setiap saat, tetapi ada juga yang tidak
memberikan handphone dengan alasan anak-anak yang masih bersekolah belum
pantes untuk mempergunakannya. Sebagian orang tua yang berada dalam daerah
ini cara mengatasi seorang anak agar tidak berkelakuan negative terhadap
handphone adalah dengan cara memberikan anak tersebut handphone tetapi
dengan tipe yang rendah belum ada fitur yang membuat anak untuk menyimpang
ke hal-hal yang berbentuk negative seperti layanan internet. Seperti hasil
wawancara saya terhadap Bpk Sinurat, SH salah satu orang tua yang memberikan
handphone kepada anaknya :
memakai tipe hand phone yang terlalu tinggi karena saya takut kalau terjadi hal – hal yang tidak diinginkan seperti kehilangan hand phone karena adanya pencurian”.
Dari hasil percakapan di atas dapat di lihat bahwa orang tua untuk saat ini
mempunyai cara dalam mengatasi segala sesuatu yang menurut Bpk Sinurat baik
untuk kehidupan anak-anaknya di masa sekarang dan yang akan datang.
Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan
pengaruh inti, setelah itu sekolah kemudian masyarakat. Keluarga dipandang
sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orang tua, pengaruh keluarga sangat
besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak, keluarga yang gagal
membentuk kepribadian anak biasanya keluarga yang penuh konflik, tidak
bahagia, lingkungan kedua adalah lingkungan masyarakat atau lingkungan
pergaulan anak, biasanya adalah teman-teman sebaya si anak di lingkungan
terdekatnya.
Secara umum anak-anak di daerah Helvetia Tengah ini ada yang
mengikuti saran orang tua dengan mengikuti les yang di berkan pada si anak,
tetapi tidak jarang juga si anak menolak saran orang tua untuk mengikuti kursus
yang ada, dan ada juga beberapa anak yang mengikuti saran orang tua dalam
mengikuti les tetapi tidak menjalankannya dengan baik misalnya anak – anak
pergi dari rumah dan permisi dari rumah untuk mengikuti les tetapi setelah keluar
dari rumah, sianak tidak sesuai dengan tujuan yang pertama untuk belajar
melainkan hanya untuk bermain-main. Hal ini biasanya dilakukan karena mereka
ingin merasakan kebebasan dan uang saku yang berlebih karena dengan keluar
uang jajan ataupun ongkos yang lebih, dan tidak jarang dari anak-anak tersebut
menggunakan uang yang diberikan orang tuanya di gunakan untuk bermain-main
PS (Play Station) atau pun bermain game online yang ada disediakan oleh
warnet-warnet yang ada. Setelah selesai mereka selesai bermain biasanya mereka akan
pulang sama dengan jam pulang dari les yang telah mereka ikuti. Kebanyakan dari
anak-anak ini tidak ketahuan oleh orang tua mereka, karena mereka juga tidak
melakukan terus-terusan melakukan kebolosan ini, seperti hasil wawancara yang
peneliti lakukan dengan anak yang bernama Ariandi:
“ aku cabut ini kak ga terus-terusan, biasanya aku cabut kalau aku
lagi males aja belajar dan kalau aku lagi pengen main PS aja, itupun aku bisa main PS kalau aku dapat uang jajan dari les ini. karena mama ku ngasih uang jajan di sekolah cuma pas-pasan makanya ku ambil dari uang jajan les inilah.”
Dapat terlihat disini bahwa niat si anak untuk belajar sebenarnya masih ada tetapi
karena kemajuan jaman dan teknologi maka ia dapat berpaling kearah yang
membuat ataupun yang dapat merusak kehidupannya dimasa yang akan datang,
sehingga tugas dari orang tua untuk saat ini sangat begitu berat karena selain dari
diri si anak orang tua juga harus dapat mengantisipasi lingkungan yang ada
disekitar anak. Karena tanpa pengawasan yang ekstra ketat si anak dapat
2. Peranan Keluarga dan Orang Tua Dalam Membentuk Anak
Keluarga merupakan bagian dari masyarakat. Pengaruh keluarga dalam
pendidikan anak sangat besar dalam bebagai macam sisi. Keluargalah yang
menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih
jelasnya, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku kedua
orang tua, kedua orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam
mewujudkan kepribadian anak. Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam
mewujudkan nilai-nilai dan budaya sebuah masyarakat.
Kehidupan keluarga di daerah Helvetia Tengah ini tidak luput dari
berbagai peraturan baik antara keluarga sebagai suatu kelompok dengan keluarga
lain, maupun dengan sesama anggota dalam suatu keluarga. Setiap situasi
memberikan seseorang suatu peran tertentu, yang menggariskan perilaku yang
diharapkan untuk dilaksanakan. Oleh karena itu setiap orang dalam kehidupannya
sehari-hari berhadapan dengan berbagai pihak dan tampil dalam berbagai situasi
maka dalam kehidupannya seorang orang tua akan tampil dalam berbagai peranan.
Pelaksanaan peran tertentu tidak tampil dalam bentuk yang seragam. Peranan
dapat tampil sebagai suatu pola tingkah laku yang dianggap harus dilakukan
seorang orang tua untuk menentukan kedudukannya. Pada umumnya kedudukan
seorang orang tua berkaitan dengan harapan seorang anak. Sehingga apabila
seseorang ayah mentelantarkan anaknya dan tidak melaksanakan peranannya
sebagai seorang ayah dengan tepat seperti yang diharapakan atau sesuai dengan
peraturan yang berlaku, maka seorang ayah tersebut dapat dikatakan sebagai
baik. Sebab dari seorang ayah diharapkan ia dapat mengurus dan mendidik anak
dengan baik selaras dengan peranannya sebagai seorang ayah di dalam keluarga.
Demikianlah peran itu bertautan dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu
masyarakat tertentu ataupun sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.
Keluarga tampil sebagai unit yang merupakan bagian dan mengambil
bagian dalam kehidupan masyarakat untuk dilaksanakan. Pola dan pelaksanaan
peranan keluarga hendaknya sejalan pula dengan fungsi-fungsi yang ada dalam
keluarga. Setiap keluarga terdiri atas beberapa anggota keluarga. Masing-masing
anggota keluarga yang memiliki perannya sendiri-sendiri sesuai dengan
kedudukannya dalam keluarga yang ada. Pelaksanaan masing-masing peranan
sebagaimana mestinya membantu menambah keharmonisan kehidupan di dalam
keluarga dan membantu anggota-anggota keluarga lainnya serta unit keluarga
sebagai suatu kesatuan dalam melaksanakan peranannya masing-masing.
Pelaksanaan peran ibu misalnya, apabila dilaksanakan benar-benar sebagai
patner suami yang serasi dalam mengelolah rumah tangga maka akan membantu
dan memperkukuh kedudukan peranan suami dan begitu juga sebaliknya apabila
ayah melaksanakan peranannya dengan baik maka akan mendukung pula
kedudukan dari peranan ibu. Demikian pula pelaksanaan peranan mereka dalam
hubungan dengan anak-anak dan masyarakat lainnya.
Dalam masyarakat Helvetia Tengah ini rata-rata orang tua sangat
mempengaruhi keberhasilan anak. Orang tua merupakan pemberi motivasi
terbesar bagi anak, kedekatan orang tua dan anak memiliki strategi yang sangat
1. Strategi Membuat Anak Mandiri
Hal ini dapat di lihat, dimana orang tua yang ada pada kawasan ini membuat
anak mereka menjadi lebih mandiri. Cara yang dilakukan oleh orang tua adalah
sebagai berikut, dekati anak, pahami karakternya yaitu orang tua yang baik
berusaha memahami karakter anak-anaknya. Ada anak yang sejak awal
menunjukkan karakter pemalu, periang, atau penuh percaya diri. Sebaiknya
perlakukan orang tua jangan memaksakan anak untuk menjalani karakter lain,
atau memaksa melakukan sesuatu yang belum merasa siap, misalnya memaksa
anak yang pemalu untuk maju ke panggung, sementara dia belum siap. Orang tua
hanya bisa menyiapkan mentalnya namun yang bertarung mempersiapkan mental
itu adalah anak itu sendiri. Untuk memahami anak orang tua tentu harus dekat
dengan anak. Dan menjadikan orang tua itu sebagai teman dekat sehingga anak
menjadikan orang tua sebagai tempat curhat. Selain itu libatkan dan ajak diskusi
yaitu orang tua yang menginginkan seorang anak menjadi seorang pemberani dan
punya sifat pemimpin biasanya akan melibatkan anak dalam diskusi keluarga, dan
orang tua hendaknya mendengarkan pendapat dan seharusnya menghargai
pendapat dari seorang anak. Oleh sebab itu biasanya orang tua melakukannya dari
sejak seorang anak itu kecil, agar ingatan anak dapat tertancap dimemorinya.
Diskusikan banyak hal dengan anak biasanya mulai dari memilih makanan, baju,
sampai ke hal sekolahnya. Hal ini dapat membentuk rasa percaya dirinya. Dengan
kebiasaan ini anak juga terbiasa dengan penyelesaian masalah secara demokratis
dan mulailah melibatkan anak ke dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-hari,
lain dan sediakan waktu khusus, meluangkan waktu khusus berdua dengan anak
merupakan hal yang penting untuk menumbuhkan ikatan batin antara orang tua
dan anak. Orang tua akan memanfaatkan kesempatan untuk memahami dan
mendekatkan diri dengan anak. Orang tua bisa memanfaatkan waktu mulai dari
saat membangunkan atau menghantarkan anak tidur, bermain bersama, menonton
televisi bersama. Akan lebih baik seorang orang tua jika waktu libur dimanfaatkan
untuk bersama keluarga kemudian tegakkan disipilin yaitu seorang anak akan
lebih baik dibiasakan untuk berdisiplin maka anak akan menjadi pribadi yang
teratur setelah dewasa. Terapkan mulai dari hal-hal yang kecil seperti gosok gigi,
cuci kaki, merapikan tempat tidur setelah bangun pagi, sangat baik untuk
membiasakan hidup anak lebih teratur setelah dewasa. Terapkan disiplin secara
konsisten. Jika anak melakukan kesalahan tidak ada salahnya memberikan sanksi
yang bersifat mendidik.
3. Sanksi Orang Tua Terhadap Anak
Orang tua yang terdapat di kawasan Helvetia Tengah ini akan memberikan
sanksi ataupun hukuman jika anak mereka melakukan kesalahan-kesalahan.
Sanksi ataupun hukuman yang berikan itu adalah :
A. Menasehati dan Memberi Arahan
Hal ini merupakan cara yang dilakukan orang tua di daerah ini, jika anak
mereka melakukan kesalahan, mereka selaku orang tua akan menasehati terlebih
dahulu setelah itu memberikan arahan yang lebih baik agar dikemudian hari