• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak (Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak (Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia)"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK

(Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak

di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Antropologi

Disusun Oleh:

HERTAULI MONALYSA MARPAUNG

040905049

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Nama : Hertauli Monalysa Marpaung

Nim : 040905049

Departemen : Antropologi

Judul : STRATEGI ORANG TUA DALAM MENDIDIK

ANAK (Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua

Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah,

Kecamatan Medan Helvetia)

Medan, Oktober 2009

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Dr. Fikarwin Zuska) (Drs. Zulkifli Lubis, MA)

NIP. 196212201989031005 NIP 196401231990031001

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA)

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Dia, atas kasih karunia-Nya

yang selalu menyertai perjalanan hidup penulis. Pertolongan dan bimbingan-Nya

yang memampukan penulis menyelesaikan skripsi ini dengan judul “STRATEGI

ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK” Studi Deskriptif Tentang

Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah,

Kecamatan Medan Helvetia.

Penulis menyadari dengan usaha, pengetahuan dan kemampuan yang

dimiliki, skripsi ini masih kurang sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan

saran yang ditujukan untuk kesempurnaan skripsi ini dari semua pihak.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari skripsi ini dapat

diselesaikan berkat bantuan yang demikian besar yang telah diberikan oleh

berbagai pihak, oleh karenanya dalam kesempatan ini penulis dengan hati yang

tulus mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Humaizi, Ma selaku Pembantu Dekan I atas fasilitas yang telah

diberikan kepada penulis.

3. Bapak Drs. Zulkifli Lubis MA selaku Ketua Departemen Antropologi pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Dosen Pembimbing yang selalu

(4)

Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas bimbingan dan perhatian

dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Sri Alem Sembiring, M.Si selaku penasehat akademik yang

memberikan perhatian kepada penulis.

6. Seluruh staf pengajar Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan

membekali penulis dengan ilmu.

7. Kantor Kepala Desa Helvetia Tengah atas kerja samanya dalam pemberian

data kepada peneliti.

8. Para orang tua dan informan yang ada di Helvetia Tengah atas

informasinya yang telah diberikan kepada penulis.

9. Teristimewah buat Kedua Orang Tuaku tercinta Bapak Alm W. Marpaung

dan juga Mama St. N. Br Tambunan atas nasehat, kasih sayang dan

perjuangan yang sangat gigih dalam mewujudkan cita-cita anaknya.

10.Abang, Kakak, dan Kakak iparku : B. Marpaung, R. Marpaung, Melda

Marpaung, Frengky Marpaung, R. Br Sianipar dan R. Br Lumban Gaol

atas kasih sayang, perhatian dan dukungan doa kepada penulis sehingga

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

11.Keponakan yang lucu dan adik-adikku yang manis: Agung Herodion

Marpaung, Bella, Lena, Depi, Rinal, Indra.

12.Buat sahabat-sahabatku yang sangat penulis sayangi dan cintai: Lia Ariza

Pasaribu, Amd, Sri Ulina Ginting, S.psi, Cory Ester Pratini Rajaguguk,

(5)

Perdana Silaban, ST, Leonald Nainggolan, Ssn dan masih banyak lagi

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

13.Kepada kerabat Antropologi Khususnya stambuk 2004 yang tidak bisa

disebutkan satu persatu penulis mengucapkan terima kasih.

Akhir kata atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis

mendoakan semoga Tuhan memberikan kasih karunia-Nya kepada kita semua.

Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Oktober 2009

(6)

DAFTAR ISI

1.6.1. Teknik Pengumpulan Data ...15

1.7. Analisa Data...16

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI...19

2.1. Lokasi dan Lingkungan Alam...18

(7)

2.7.5. Perbelanjaan...29

2.8. Sistem Organisasi...29

BAB III. KEMANDIRIAN ANAK 3.1. Mendidik Anak...39

3.1.1. Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Anak...40

3.1.2. Pengaruh Lingkungan Terhadap Pendidikan anak...43

3.2. Peran Keluarga dan Orang Tua Dalam Membentuk anak...46

3.3. Strategi Membuat Anak Mandiri...48

3.4. Sanksi Orang Tua Terhadap Anak...49

BAB IV. BUDI PEKERTI 4.1. Kehidupan Keluarga...53

4.2. Strategi Membuat Anak Menjadi Berbudi Pekerti...55

4.2.1. Hubungan Anak dan Saudaranya...55

DAFTAR INTERVIEW DAN OBSERVASI...73

(8)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 data penduduk Helvetia Tengah

2. Tabel 2 komposisi penduduk Kelurahan Helvetia Tengah menurut Agama

3. Tabel 3 komposisi penduduk Kelurahan Helvetia Tengah menurut pendidikan

4. Tabel 4 jumlah penduduk berdasarkan kelompok etnik

5. Tabel 5 mata pencaharian penduduk Kelurahan Helvetia Tengah

(9)

ABSTRAKSI

Hertauli Monalysa Marpaung 2009 Judul “STRATEGI ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK” Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 6 tabel, 2 bagan, 11 gambar, 16 informan serta lampiran daftar wawancara, daftar informan, peta Kelurahan Helvetia Tengah ditambah lampiran surat penelitian.

Keluarga merupakan lembaga yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai bagi anak-anaknya, agar dikemudian hari dapat menanggapi lingkungan secara aktif. Dengan perkataan lain, kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan baik dimasa lalu, masa kini maupun dimasa yang akan datang.

Adapun permasalahan yang diangkat adalah bagaimana para orang tua membuat strategi dan bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak di dalam sebuah keluarga dengan lingkungan masyarakat disekitarnya. Metode dalam penelitian ini adalah bersifat deskrptif, dengan pengambilan informan yang tinggal di kawasan Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan teknik observasi, melakukan wawancara dengan masing-masing informan dan studi kepustakaan.

(10)

ABSTRAKSI

Hertauli Monalysa Marpaung 2009 Judul “STRATEGI ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK” Studi Deskriptif Tentang Strategi Orang Tua Dalam Mendidik Anak di Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 6 tabel, 2 bagan, 11 gambar, 16 informan serta lampiran daftar wawancara, daftar informan, peta Kelurahan Helvetia Tengah ditambah lampiran surat penelitian.

Keluarga merupakan lembaga yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai bagi anak-anaknya, agar dikemudian hari dapat menanggapi lingkungan secara aktif. Dengan perkataan lain, kualitas sumber daya manusia tidak terlepas dari bagaimana orang tua mendidik anak-anaknya dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kehidupan baik dimasa lalu, masa kini maupun dimasa yang akan datang.

Adapun permasalahan yang diangkat adalah bagaimana para orang tua membuat strategi dan bagaimana peran orang tua dalam mendidik anak di dalam sebuah keluarga dengan lingkungan masyarakat disekitarnya. Metode dalam penelitian ini adalah bersifat deskrptif, dengan pengambilan informan yang tinggal di kawasan Kelurahan Helvetia Tengah, Kecamatan Medan Helvetia. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan teknik observasi, melakukan wawancara dengan masing-masing informan dan studi kepustakaan.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Skripsi yang saya ajukan ini adalah mengenai “Strategi Orang Tua Dalam

Mendidik Anak”. Strategi orang tua dalam mendidik anak ini muncul karena

banyaknya lembaga-lembaga pendidikan yang menawarkan jasa dalam mendidik

anak, baik langsung maupun yang tidak langsung. Lembaga-lembaga pendidikan

tersebut mencakup lembaga pendidikan formal, informal, dan lembaga

non-formal. Oleh sebab itu pentinglah menjadikan strategi dalam mendidik anak ini

objek penelitian, guna mengetahui cara dan strategi para pihak, terutama orang

tua, dalam kancah pendidikan yang makin kompetitif dewasa ini.

Penelitian untuk mengetahui cara dan strategi orang tua dalam menghadapi

kancah sosial pendidikan dewasa ini penting karena persaingan yang sangat ketat

antara orang tua dengan lembaga-lembaga pendidikan yang ada. Lembaga

pendidikan itu adalah pendidikan formal yaitu sekolah, pendidikan non-formal

yaitu kursus-kursus yang ada yang ditawarkan kepada orang tua dan pendidikan

in-formal yaitu lingkungan sosial sekitar anak, termasuk televisi, handphone,

internet, dan lain-lain.

Peran orang tua dalam kehidupan seorang anak sangat penting karena

pendidikan anak pada jaman moderen ini tidak mudah disatu sisi, jaman ini

memberikan banyak kemajuan teknologi yang memungkinkan anak-anak

memperoleh fasilitas yang canggih. Anak-anak sekarang ini sudah mengenal hand

(12)

orang tua harus lebih berhati-hati dalam mendidik anak karena tayangan televisi,

internet, hand phone setiap saat dapat dinikmati oleh semua orang dan tidak

menutup kemungkinan dapat dinikmati oleh anak-anak. Tidak dapat dipungkirin

apa yang mereka lihat, dengar dan baca ada kalanya bisa merubah pola tingkah

laku sehari-hari seperti berbagai kebiasaan, tindakan, atau sikap yang cenderung

disesuaikan dengan perkembangan teknologi pada jaman sekarang ini.

Kemajuan yang demikian cepat juga membawa dampak positif dan

negatif. Dampak positif dari televisi, internet dan hand phone adalah tersedianya

informasi mengenai/tentang kejadian yang sudah, sedang, dan akan berlangsung

di berbagai belahan dunia ataupun negara, membuka wawasan/pengetahuan yang

lebih luas yang tidak didapat dari lembaga-lembaga pendidikan yang formal dan

membuka pemikiran tentang perbedaan atau keragaman serta kebersamaan antar

masyarakat diseluruh belahan dunia.

Sedangkan dampak negatif dengan adanya televisi, internet dan hand

phone adalah tersedianya informasi dari situs-situs pornografi, porno aksi, teroris,

narkoba, homosex, lesbi, takhayul yang dapat menyebabkan timbulnya kejahatan,

kebiasaan menonton televisi selama berjam-jam menyebabkan tingkah laku anak

dapat berubah dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini disebabkan tayangan

televisi yang ditonton anak-anak dengan berjam-jam menyebabkan terjadinya

tidak ada lagi waktu untuk belajar dan sebagai pemicu terjadinya kejahatan

misalnya gaya hidup seenaknya, kawin cerai, kekerasan terhadap anak,

(13)

tayangan televisi dapat menjadi faktor kriminalitas dan membawa dampak kepada

anak untuk melakukan kejahatan.

Media massa (media elektronik/televisi) memiliki kekuatan menyebarkan

pengaruh kepada khalayak terutama orang tua dan anak. Maka dari itu masyarakat

terutama orang tua harus cermat, cerdas, kritis dan selektif dalam memilih acara

TV, memperkenalkan internet dan hand phone kepada anak-anak. Bagaimanapun

ujung dari pendidikan seorang anak adalah tanggung jawab orang tua.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti strategi orang tua

dalam mendidik anak khususnya yang berada di kota besar sekarang ini yang

semakin maju dalam informasi-informasi yang cepat.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas tampaklah bahwa masalah penelitian ini adalah

cara orang tua dalam mendidik anak pada saat sekarang ini meliputi cara atau

strategi orang tua dalam menghadapi pendidikan dewasa ini karena persaingan

yang sangat ketat antara orang tua dengan lembaga-lembaga pendidikan yang ada.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Helvetia Tengah kawasan Kecamatan

Medan Helvetia. Alasan pemilihan lokasi penelitian adalah karena wilayah ini

merupakan kawasan yang terbuka dan dilengkapi fasilitas, serta dalam komplek

perumahan ini sudah relatif berkembang dalam hal ini teknologi dengan

(14)

warung-warung internet (warnet), sekolah-sekolah, tempat les yang banyak

ditawarkan kepada orang tua, selain itu daerah ini merupakan tempat tinggal si

peneliti sehingga peneliti lebih bisa berhubungan intensif dengan masyarakat.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara orang tua

menggunakan strategi dalam mendidik anak melalui penelitian terhadap

orang-orang tua yang memiliki anak dan remaja serta anak remaja itu sendiri yang

berada di daerah Helvetia Tengah

5. Tinjauan Pustaka

Strategi adalah cara dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan

untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah kemenangan1

1

. Oleh sebab

itu, strategi di sini lebih mengutamakan cara orang tua untuk mendidik anak

dalam keluarga supaya anak tidak lari dari norma-norma dan nilai-nilai budaya

yang dianut orang tua, yang disebabkan karena kemajuan dari sebuah teknologi

yang berkembang pesat saat ini, seperti halnya internet ataupun

permainan-permainan yang berteknologi canggih yang dapat menyita banyak waktu seorang

anak yang mengakibatkan anak lupa dengan tugas di rumah maupun sekolahnnya.

Adapun menurut Newman dan Logan (Abin Syamsudin Makmur, 2003) 4

strategi untuk mencapai tujuan yaitu:

(15)

1. Mengidentifikasi, menetapkan spesifikasi, kualifikasi hasil (out put) dan

sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan

selera masyarakat yang memerlukan.

2. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang

paling efektif untuk mencapai sasaran.

3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan

ditempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.

4. Mempertimbangkan, menetapkan tolak ukur (kriteria), patokan ukuran

(standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement)

usaha.

Menurut Marheni, 19962

Dalam kaitannya komunikasi orang tua dan anak mempunyai persepsi dan

kemampuan menampilkan diri sebagai orang tua yang baik, seorang anak

beranggapan bahwa orang tua adalah sosok yang pelindung bagi seorang anak,

baik, ramah, menyayangi dan sebagainya. Hal lain di luar pembentukan persepsi

yang menentukan keberhasilan komunikasi anak kepada orang tua adalah dalam penerapan strategi orang tua juga harus

bisa untuk dapat saling berinteraksi ataupun berkomunikasi terhadap si anak,

Hubungan antar anggota keluarga ini terbentuk karena sebuah komunikasi,

komunikasi dalam keluarga dipengaruhi oleh pola hubungan antar peran orang

tua. Hal ini disebabkan masing-masing peran yang ada dalam keluarga

dilaksanakan melalui komunikasi. Dengan cara berkomunikasi orang tua dapat

mengetahui kebutuhan ataupun keinginan seorang anak

2

(16)

keberhasilan melakukan proses komunikasi antar orang tua dan anaknya, ini

ditandai beberapa ciri :

1. Kebutuhan anak untuk dicinta, mencerminkan adanya keinginan yang

kuat untuk mendapatkan cinta dimana semua anak akan mempunyai

perilaku yang sama dalam menarik perhatian orang tua untuk dicintai,

begitu pula orang tua akan berperilaku yang sama dalam memberikan

cinta (perhatian) kepada anaknya.

2. Kebutuhan berinteraksi, mencerminkan keinginan untuk berteman/bergaul

dengan orang lain. Setiap orang membutuhkan orang lain dalam

kehidupannya, demikian juga anak membutuhkan teman.

3. Kebutuhan untuk dikontrol, mencerminkan keinginan untuk dapat meraih

keberhasilan, misalnya dengan memberikan tanggung jawab kepada anak

sehingga bisa dikontrol keberhasilannya sampai ke masa depan.

Oleh karena itu kaitannya dengan komunikasi orang tua dan anak, penekanan di

sini bukan kepada keadilan, tetapi didasarkan pada sikap orang tua yang

memperlakukan anak tidak saja sebagai seseorang yang harus selalu patuh, tetapi

sudah dianggap sebagai teman dalam berkomunikasi sehingga antara orang tua

dan anak dapat terjalin komunikasi yang baik dan akrab. Inilah salah satu strategi

yang diambil oleh orang tua untuk mengatasi hal-hal yang dapat membuat si anak

melakukan tindakan-tindakan di luar dari norma sosial.3

3

norma sosial adalah kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui lingkungan sosialnya. Sanksi

yang diterapkan oleh norma ini membedakan norma dengan produk sosial lainnya seperti

(17)

Sosialisasi terbagi dalam dua bagian yaitu: sosialisasi primer sebagai

sosialisasi awal yang dialami oleh individu pada masa kecil dalam keluarga

hingga menjadi anggota masyarakat; sosialisasi sekunder merupakan sosialisasi

lanjutan setelah sosialisasi primer yang dimasuki individu dalam dunia

masyarakat yang lebih luas seperti sekolah, teman sebaya dan lingkungan sosial.

Menurut George Herbert Mead dalam teorinya yang digunakan buku Mind, self

and society (1972), Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan diri (self)

manusia. Manusia yang baru lahir belum mempunyai diri. Diri manusia

berkembang secara bertahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain.

Menurut Mead pengembangan diri manusia berlangsung melalui beberapa tahap

yaitu tahap play stage, game stage dan tahap generalized other (Kamanto, 1993 ;

28).

Mead menelusuri asal – usul diri melalui ketiga tahap tersebut yaitu :

1. Pada tahap pertama yaitu play stage (bermain) :

Belajar mengambil sikap orang-orang lain tertentu untuk diri mereka. Hal ini

terbatas karena hanya sanggup memainkan peranan orang lain dan berbeda

tanpa memiliki pengertian yang lebih umum dan lebih terorganisir terhadap

diri mereka sendiri. Di sini individu belajar menjadi subjek dan sekaligus

objek dan mulai memiliki kemampuan membangun diri.

Pada tahap bermain anak-anak mampu berorganisasi sosial, mereka dapat

terlibat dalam bentuk-bentuk bermain. Seorang anak kecil mulai belajar

dan

(18)

mengambil peranan orang-orang yang berada disekitarnya. Ia mulai

menirukan peranan yang dijalankan oleh orang tuanya, peranan orang dewasa

lain dengan siapa ia sering berinteraksi.dengan demikian kita sering melihat

anak kecil dikala mereka bermain meniru peran yang dijalankan oleh

orang-orang yang ada disekitarnya misalnya peranan ayah, ibu, kakak, kakek, nenek

dan yang lainnya. Perilaku anak mulai mencontoh peran-peran orang yang

terdekatnya. Agen sosialisasi yang ada disekitar anak biasanya berasal dari

lingkungan yang paling dekat dengannya yaitu keluarga, walupun ada juga

agen-agen sosialisasi lain yaitu: teman bermain lembaga sekolah maupun

media massa akan tetapi pusat perhatian yang lebih terfokus adalah keluarga

tempat anak-anak mendapatkan segala-galanya.

2. Pada tahap game stage (pertandingan)

tahap ini muncul sebgai langkah dalam perkembangan konsep diri. Seorang

anak tidak hanya mengetahui peranan yang harus dijalankan tetapi tetapi harus

mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain dengan siapa ia

berinteraksi. Pada tahap awal sosialisasi-interaksi seorang anak biasanya

terbatas pada sejumlah kecil orang lain, biasanya keluarga terutama kedua

orang tuanya. Oleh Mead orang-orang yang penting dalam sosialisasi ini

dinamakan significan other.

3. Pada tahap ketiga sosialisasi sesorang dianggap telah mampu mengambil

peranan generalized other, anak mampu berinteraksi dengan orang lain dalam

masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri serta peranan orang –

(19)

lagi terdapat dalam keluarga seperti halnya pada tahap play stage akan tetapi

ada beberapa agen sosialisasi lain yang dapat mempengaruhi anak, misalnya

teman bermain, sekolah dan juga media massa yang turut pila mempengaruhi

perkembangan diri seorang anak.

Menurut Danandjaja (1989 : 497) cara pengasuhan anak adalah sebagian

dari proses sosialisasi yang dialami oleh seorang anak di rumahnya yang

memfokuskan pada sepuluh “sistem” tingkah laku yaitu :

1. Sifat selalu minta dilayani atau succorance

2. Sifat suka mengungkapkan perasaan atau expressiveness

3. Sifat bergantung pada kemampuan diri sendiri atau self reliance

4. Sifat mempunyai rasa kepertanggungjawaban atau responsibility

5. Sifat kepatuhan atau obedience

6. Sifat keramahan di dalam pergaulan atau sociability

7. Sifat gemar menolong orang yang lebih muda dan sedang berada dalam

kesukaran atau nurture

8. Sifat ingin menguasai orang lain atau dominance

9. Sifat suka menyerang atau agression (baik yang bersifat sebagai akibat

ancaman dari luar maupun menurut kesempatan).

10. Tingkah laku yang bersifat ingin mencapai sesuatu yang lebih baik atau

achievement-oriented behavior

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah

(20)

1998). Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku, sifat, kegiatan,

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan

individu dalam keluarga didasari oleh pola perilaku, dari keluarga, kelompok dan

masyarakat.

Menurut Salvicion dan Ara Celis (1989) berbagai peranan yang terdapat di

dalam keluarga adalah sebagai berikut

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai

anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya.

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai

anggota masyarakat dari lingkungannya, di samping itu juga ibu dapat berperan

sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

Anak sebagai pelaksana peranan sesuai dengan tingkat perkembangannya baik

fisik, mental, sosial, dan spiritual.

Dari berbagai peranan di atas ada tiga fungsi orang tua terhadap keluarga yaitu :

 Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan

pada anak sehingga memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang

(21)

 Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar

kesehatannya selalu terpelihara sehingga memungkinkan menjadi

anak-anak sehat baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

 Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap menjadi

manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depannya4

Selain fungsi dari keluarga orang tua juga mempunyai tipe-tipe pola asuh terhadap

anak yaitu:

1. Pola Asuh Permisif

Pola asuh permisif adalah jenis pola mengasuh anak yang cuek terhadap

anak. Jadi apa pun yang mau dilakukan anak diperbolehkan seperti tidak sekolah,

bandel, melakukan banyak kegiatan maksiat, pergaulan bebas negatif, matrialistis,

dan sebagainya. Biasanya pola pengasuhan anak oleh orang tua semacam ini

diakibatkan oleh orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan, kesibukan atau

urusan lain yang akhirnya lupa untuk mendidik dan mengasuh anak dengan baik.

Dengan begitu anak hanya diberi materi atau harta saja dan terserah anak itu mau

tumbuh dan berkembang menjadi apa. Anak yang diasuh orangtuanya dengan

metode semacam ini nantinya bisa berkembang menjadi anak yang kurang

perhatian, merasa tidak berarti, rendah diri, nakal, memiliki kemampuan

sosialisasi yang buruk, kontrol diri buruk, salah bergaul, kurang menghargai orang

lain, dan lain sebagainya baik ketika kecil maupun sudah dewasa.

.

4

(22)

2. Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan,

keras dan kaku dimana orangtua akan membuat berbagai aturan yang harus

dipatuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan

emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang

diinginkan oleh orang tuanya. Hukuman mental dan fisik akan sering diterima

oleh anak-anak dengan alasan agar anak terus tetap patuh dan disiplin serta

menghormati orang-tua yang telah membesarkannya. Anak yang besar dengan

teknik asuhan anak seperti ini biasanya tidak bahagia, paranoid atau selalu berada

dalam ketakutan, mudah sedih dan tertekan, senang berada di luar rumah, benci

orangtua, dan lain-lain. Namun di balik itu biasanya anak hasil didikan orang tua

otoriter lebih bisa mandiri, bisa menjadi orang sesuai keinginan orang tua, lebih

disiplin dan lebih bertanggungjawab dalam menjalani hidup.

3. Pola Asuh Otoritatif

Pola asuh otoritatif adalah pola asuh orang tua pada anak yang memberi

kebebasan pada anak untuk berkreasi dan mengeksplorasi berbagai hal sesuai

dengan kemampuan anak dengan sensor batasan dan pengawasan yang baik dari

orang tua. Pola asuh ini adalah pola asuh yang cocok dan baik untuk diterapkan

para orangtua kepada anak-anaknya. Anak yang diasuh dengan tehnik asuhan

otoritatif akan hidup ceria, menyenangkan, kreatif, cerdas, percaya diri, terbuka

pada orang tua, menghargai dan menghormati orang tua, tidak mudah stres dan

(23)

Setiap keluarga terdiri atas beberapa anggota keluarga. Masing-masing

anggota keluarga memiliki peranannya sendiri-sendiri, sesuai dengan

kedudukannya dalam keluarga yang bersangkutan. Pelaksanaan masing-masing

peranan sebagaimana mestinya membantu mengukuhkan dan menambah

keharmonisan kehidupan keluarga yang bersangkutan dan membantu

anggota-anggota keluarga yang lainnya serta unit keluarga sebagai suatu kesatuan dalam

melaksanakan peranannya masing-masing. Pelaksanaan peran istri misalnya,

apabila dilaksanakan benar-benar sebagai mitra atau patner suami yang serasi

dalam mengeolah rumah tangga, niscaya akan membantu dan memperkukuh

kedudukan dan peranan suami, dan begitu juga sebaliknya, apabila suami

melaksanakan peranannya dengan baik akan mendukung kedudukan dan peranan

istri. Demikian pula pelaksanaan peranan mereka dalam hubungan mereka dengan

anak-anaknya, dan masyarakat lainnya.

Hubungan antar generasi kemudian terjadi dalam bentuk yang lebih

terbuka dan lepas yang menjadi dasar bagi pembentukan karakter seorang anak.

Lemahnya otoritas orang tua dan hilangnya fungsi tradisional keluarga

mendapatkan dukungan pada saat teknologi menjadi semakin penting dari waktu

ke waktu yang cara kerjanya dan nilai-nilai yang melekat sangat mempengaruhi

kehidupan dan norma-norma yang terbentuk. Proses ini menentukan bagaimana

struktur hubungan antar orang tua dan anak, seperti halnya, kehadiran handphone

dapat menggantikan kehadiran orang tua dalam proses pembentukan seorang

(24)

Oleh karena itu barang dalam konsumsi perkotaan telah berfungsi sebagai

alat komunikasi, karena ia mewakili individu dalam menegaskan serangkaian nilai

yang melekat pada orang kota. Di sini jelas bahwa proses konsumsi teknologi

telah membentuk suatu kesatuan kehidupan dengan basis-basis material yang

dapat menghilangkan nilai-nilai subjektif dalam pertukaran sosial (Simmel dikutip

dari Abdullah 2006 : 37).

Revolusi teknologi elektronik dan teknologi komunikasi merupakan

jembatan yang menghubungkan berbagai tempat dengan berbagai belahan dunia

lainnya. Hal yang mencolok terjadi dalam kecenderungan ini adalah tumbuhnya

consumer cultur (budaya mengaskes informasi) di kota-kota (Featherstone dalam

Abdullah 2006 : 28 -29 ). Untuk itu para pakar anak berpendapat bahwa cara-cara

serta adat istiadat pengasuhan anak pada usia dini mempunyai dampak besar

terhadap pembentukan sistem nilai budaya dan sikap mental serta kepribadian

anak yang bersangkutan dikemudian hari.

Berkenaan dengan pendapat para ahli di atas, maka akan diteliti dan

dideskripsikan bagaimana strategi orang tua dalam mendidik anak di daerah

(25)

6. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif, yang bermaksud menggambarkan secara terperinci perilaku dan cara

pandang masyarakat serta para orang tua dalam mendidik anak untuk menghadapi

persaingan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam pendidikan anak yang

menetap di daerah kawasan Helvetia Tengah.

6.1 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh melalui 2 kelompok yaitu melalui data

primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh di

lapangan. Sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari lapangan,

dari berbagai buku, jurnal dan lain-lain. Buku jurnal dan yang lainnya diarahkan

untuk mendapatkan gambaran-gambaran tertulis mengenai strategi secara

khususnya data mengenai orang tua dalam mendidik anak, teori-teori yang

mendukung masalah penelitian, dan lain-lain.

Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara mendalam yang

saya lakukan dengan dibantu oleh teman saya yaitu Cory Ester Pratini dan Isabella

Martha Silvani. Adapun hal yang diobservasi adalah siapa-siapa saja pihak yang

terlibat seperti orang tua, anak-anak remaja, suasana dan fasilitas dari

lembaga-lembaga yang menawarkan jasa kepada orang tua, dan lain-lain. Observasi yang

dilakukan dilengkapi dengan kamera photo untuk mengabadikan hal-hal yang

tidak terobservasi peneliti di lapangan dan sebagai penegasan data yang diperoleh

(26)

Selain observasi, wawancara mendalam juga dilakukan dengan bantuan

pedoman wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan kunci dan

infoman biasa. Informan kunci merupakan orang-orang yang memahami dan

mengetahui masalah penelitian. Dalam hal ini informan kunci yaitu orang tua

karena peneliti beranggapan orang tua mampu memberikan informasi tentang

strategi dalam mendidik anak. Sedangkan, informan biasa merupakan orang-orang

yang memberikan informasi mengenai suatu masalah sesuai dengan

pengetahuannya dan bukan ahlinya. Dalam penelitian ini yang menjadi informan

biasa adalah masyarakat sekitar lokasi penelitian seperti tenaga pengajar atau

pendidik di tempat-tempat les, penjaga warung-warung internet. Wawancara

mendalam yang dilakukan menggunakan tape recorder sebagai alat bantu karena

daya ingat peneliti yang terbatas, sehingga hal-hal yang terlupakan dapat dicatat

kembali oleh peneliti.

7. Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisa secara kualitatif 5

5

Data kualitatif adalah data (informasi) yang merupakan pencatatan deskriptif (bersifat menggambarkan) yang dibuat berdasarkan atas hasil observasi, wawancara (dikompilasi oleh : Zulkifli Lubis).

. Proses analisa data

penelitian dimulai dengan menelaah keseluruhan data yang diperoleh dari hasil

pengamatan dan wawancara yag dilakukan di lapangan. Analisa data dilakukan

mulai pada saat meneliti atau selama proses pengumpulan data berlangsung

(27)

Dengan demikian seluruh data dilihat kaitannya satu dengan yang lain dan

dikemukakan secara kualitatif. Data yang bersifat kuantitatif6 hanya melengkapi

analisa data kualitatif.

6

(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Lokasi dan Lingkungan Alam

Kelurahan Helvetia Tengah ini merupakan salah satu kelurahan yang

termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Medan Helvetia, Kabupaten Medan

Propinsi Sumatera Utara. Jarak ibu kota ke kecamatan jauhnya adalah 6.40 km,

dengan luas kelurahan 14,4 km2, dengan memiliki 7 kelurahan yaitu :

1 Cinta Damai

2 Dwikora

3 Helvetia

4 Seisikambing CII

5 Helvetia Timur

6 Helvetia Tengah

7 Tanjung Gusta

Dan Kelurahan Helvetia Tengah ini mempunyai Persentase terhadap luas

kecamatan yaitu 12, 97 %. Maksud dan tujuan terbentuknya Kelurahan Helvetia

Tengah ini adalah untuk mempermudah serta melancarkan roda pemerintahan dan

pembangunan serta membina masyrakat di segala bidang.

Wilayah Helvetia Tengah memiliki batas-batas kelurahan sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Cinta Damai

(29)

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Helvetia Timur

Kelurahan Helvetia Tengah ini masih terbagi lagi atas wilayah-wilayah

pemerintahan yang kecil yang disebut dengan lingkungan, dan lingkungan di

daerah Helvetia Tengah ini terdapat sebanyak 22 lingkungan.

2. Keadaan Penduduk

Pada masyarakat Kelurahan Helvetia Tengah ini memiliki jumlah

penduduk sebanyak 37.243 jiwa dengan warga negara Indonesia 37.108 jiwa,

dengan warga negara turunan atau masyarakat campuran sebanyak 135 jiwa.

Berikut ini adalah tabel data penduduk Kelurahan Helvetia Tengah.

Tabel 1

Data Jumlah Penduduk Helvetia Tengah

Jenis Kelamin

Masyarakat

Pribumi Turunan

Laki-Laki 18440 60

Perempuan 18668 75

jumlah 37108 135

(30)

3. Sistem Religi

Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah adalah masyarakat yang beraneka

ragam dlam memeluk agama. Agama Islam jumlah yang terbesar. Namun di

samping beragama Islam di kelurahan ini juga terdapat pemeluk agama lain

seperti Kristen, Hindu, Budha. Masing-masing masyarakat yang menganut

kepercayaan yang berbeda-beda menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan

keyakinannya masing-masing tanpa terjadi perpecahan antara satu dengan yang

lainnya. Toleransi umat dalam beragama di wilayah ini sangat tunggi di antara

penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda. Berikut ini adalah tabel yang

menerangkan secara terperinci tentang komposisi penduduk Kelurahan Helvetia

Tengah menurut agama.

Tabel 2

Komposisi Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah Menurut Agama

No Agama Jumlah Jiwa

1. Islam 18943

2. Kristen Protestan 14120

3. Khatolik 4106

4. Hindu 35

5. Budha 39

Jumlah 37.243

(31)

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa penduduk yang beragama Islam pada

kelurahan ini menunjukkan jumlah sebesar 18943 dan agama kedua yang

mendominasi kelurahan ini adalah agama kristen protestan yang berjumlah 14120.

Kemudian agama Khatolik 4106, Budha 39 dan Hindu 35. Walaupun agama Islam

yang mendominasi, tetapi kerukunan agama Islam dengan agama yang lain

terjalin suatu sikap toleransi antara umat beragama yang cukup tinggi.

4. Tingkat Pendidikan

`Komposisi penduduk kelurahan Helvetia Tengah menurut pendidikan

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Komposisi Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah Menurut Pendidikan

No Jenis Pendidikan Jumlah Jiwa

1. Buta Huruf 219

2. Tidak Tamat SD 3324

3. SD 5841

4. SMP 12852

5. SMA 10340

6. Tamat Akademik/Sederajat 3339

7. Tamat Perguruan tinggi 1328

Jumlah 37243

(32)

Masyarakat Helvetia Tengah hampir seluruhnya sudah mengecap

pendidikan seperti terlihat dalam tabel di atas, sehinggah masyarakat tidak lagi

buta huruf dan bodoh. Paling tidak masyarakat di Helvetia Tengah ini sudah dapat

membaca dan menulis. Orang tua pada masyarakat di sini mengusahakan agar

anak mereka dapat bersekolah agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi.

5. Pola Pemukiman

Kelurahan Helvetia Tengah telah ditata dengan rapi dan bersih.

Rumah-rumah penduduk sudah memenuhi syarat-syarat peRumah-rumahan yang sehat. Di

samping itu juga sudah memiliki prasarana dan sarana rumah tangga yang cukup

memadai. Bentuk-bentuk rumah penduduk hampir secara keseluruhan berbentuk

permanen, artinya sebagian besar rumah-rumah yang mereka tempati tersebut

telah dapat dikatakan layak huni atau telah sesuai dengan standar kesehatan yang

ada. Dengan kondisi sarana sanitasi yang lengkap baik dari segi penyediaan air

yaitu air leading (PDAM), sarana PLN yang sangat memadai, kondisi lingkungan

tempat tinggal yang bersih dan juga sarana-sarana pendukung lainnya.

Rumah-rumah umumnya memiliki kamar yang lengkap, yang sesuai dengan kebutuhan

yang ada. Ukuran kamar dari masing-masing rumah tersebut sangat bervariasi

jumlahnya, ada yang memiliki 2 kamar, ada yang memiliki 3 kamar, ada yang

memiliki 4 kamar bahkan ada yang memiliki 5 kamar.

Umumnya anak yang menjadi informan dalam penelitian saya ini berasal

dari keluarga menengah ke atas, di mana hal tersebut dapat di lihat dari bentuk

(33)

rumah-rumah tersebut sebagian besar berada dalam gang ataupun juga terletak di dalam

lorong-lorong akan tetapi seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan juga

seiring perkembangan jaman maka lama kelamaan masyrakat yang ada dan

tinggal di dalam gang atau lorong tersebut semakin lama semakin bertambah

banyak jumlahnya.

Sesuai dengan keinginan dari masing-masing pemilik rumah maka ada

beberapa rumah yang memiliki pagar dan juga ada yang tidak memiliki pagar. Hal

ini dikarenakan bagi mereka yang memang merasa perlu mengutamakan kondisi

keamanan, maka mereka membuat pagar untuk melindungi rumahnya dari hal-hal

yang tidak diinginkan. Pagar tersebut umumnya dibuat dari besi dengan berbagai

macam bentuk dan ukiran, akan tetapi ada pula beberapa rumah yang memang

tidak mengutamakan dan mempermasalahkan sekali kondisi keamanan sehingga

mereka tidak memberi pagar rumahnya ataupun juga membiarkan begitu saja

bentuk rumahnya. Karena mereka pada umumnya tinggal di kawasan yang padat

penduduknya yaitu di dalam gang atau lorong.

Masyarakat Helvetia Tengah terdiri dari beberapa suku bangsa seperti

BatakToba, Jawa, Karo, Tapanuli Selatan, Nias. Setiap suku bangsa memiliki

bahasa sendiri. Namun, dalam pergaulan hidup sehari-hari masyarakat

menggunakan bahasa Indonesia meskipun ada masyarakat mempergunakan

bahasa daerahnya apabila bertemu dengan orang yang sesuku dengannya. Berikut

(34)

Tabel 4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnik

No Kelompok Etnik Jumlah Jiwa

1. Batak Toba 13552

2. Jawa 11040

3. Karo 6541

4. Tapanuli Selatan 4039

5. Nias 2071

Jumlah 37243

Sumber : Profil Kelurahan Helvetia Tengah, 2008

6. Mata Pencaharian

Penduduk kelurahan Helvetia Tengah mempunyai mata pencaharian yang

beraneka ragam. Secara terperinci mata pencaharian penduduk akan dijelaskan

pada tabel berikut:

Tabel 5

Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Helvetia Tengah

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Jiwa

1. Pegawai Swasta 2031

2. Pegawai Negeri 431

3. Pedagang 1133

4. Tukang Batu 12

(35)

6. TNI/POLRI 216

7. Pengusaha 136

8. Montir 12

9. Bidan 10

Jumlah 4176

Sumber : Profil Kelurahan Helvetia Tengah, 2008

Kelurahan Helvetia Tengah bukan merupakan suatu daerah pertanian,

karena tidak dijumpai daerah pertanian yang luas sehingga tidak ada penduduk

yang bermata pencahariannya petani. Pada umunya mata pencaharian penduduk

yang terbesar adalah sebagai pedagang berjumlah 1133, kemudian itu penduduk

yang bermata pencaharian pegawai swasta sebanyak 2031 dan pegawai negeri

sebanyak 431. Pedagang dalam penelitian ini yaitu orang yang hidup dari usaha

berjualan, termasuk juga pedagang-pedagang kelontong. Di daerah ini keadaan

ekonominya mempengaruhi pola kehidupan masyarakatyang ada di sekitarnya. Di

daerah Helvetia Tengah ini pada umumnya orang yang bekerja dalam suatu

keluarga adalah ayah/bapak/suami.

7. Sarana dan Prasarana

Prasarana dan sarana sosial yang cukup memadai dapat meningkatkan

kehidupan sosial masyarakat dalam segala bidang. Demikian juga halnya

Kelurahan Helvetia Tengah yang sudah memiliki berbagai prasarana dan sarana

yang cukup baik. Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan tentang prasarana dan

(36)

Tabel 6

Prasarana dan Sarana Umum

No. Jenis Prasarana dan Sarana Umum jumlah

(37)

6. • Penyewaan Kaset/CD

Komunikasi

• Telepon Umum

2

4

Sumber : Profil Kelurahan Helvetia Tengah, 2008

Berdasarkan tabel di atas, dapat di lihat bahwa prasarana dan sarana yang

dimiliki Kelurahan Helvetia Tengah sudah cukup memadai dan cukup lengkap.

Hal ini terlihat dari :

A. Prasarana Pendidikan

Prasarana pendidikan yang terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah ini

dapat di katakan cukup lengkap. Hal ini terlihat dengan banyaknya

sekolah-sekolah baik dari tingkat Taman Kanak-Kanak hingga tingkat Sekolah Menengah

Tingkat Atas. Sehingga dengan demikian masyarakat yang ada di wilayah ini

dengan mudah menyekolahkan anak-anaknya sesuai dengan jenjang tingkatan

pendidikan yang diikutinya.

B. Prasarana Beribadah

Fasilitas agama yang terdapat di daerah ini bisa dikatakan cukup lengkap,

karena hampir disetiap pemukiman penduduk selalu ada tempat-tempat ibadah

seperti mesjid dan gereja, karena umumnya masyrakat yang ada di daerah ini

beragama Islam dan juga beragama Kristen. Masing-masing masyarakat yang

menganut kepercayaan yang berbeda-beda tersebut menjalankan ibadah sesuai

(38)

satu dengan yang lainnya. Toleransi umat dalam beragama di wilayah ini sangat

tinggi diantara penganut–penganut kepercayaan yang berbeda-beda.

C. Prasarana Transportasi

Prasarana transportasi yang terdapat di Kelurahan Helvetia Tengah sudah

cukup memadai. Jalan yang yang tersedia di kelurahan Helvetia Tengah ini terdiri

dari jalan kampung dan gang yang jalannya sudah berbentuk jalan aspal,

terdapatnya transportasi darat, jembatan, penerangan (lampu jalan), saluran

pembuangan.

Sarana transportasi darat lainnya seperti becak, angkutan umum sudah

banyak dijumpai di kelurahan Helvetia Tengah. Masyarakat disini tidak

mengalami kesulitan dalam hal saran transportasi karena di tempat ini sudah

sangat banyak dan bermacam-macam.

D. Prasarana Kesehatan

Di daerah ini terdapat dua belas poliklinik dan satu buah puskesmas yang

setiap harinya selalu siap membantu dan melayani bila ada anggota masyarakat

yang sakit. Dimana jarak poliklinik dan puskesmas tersebut tidak berada jauh dari

lokasi tempat tinggal penduduk. Hanya cukup sekali naik kendaraan umum untuk

(39)

E. Perbelanjaan

Masyarakat di Kelurahan Helvetia Tengah ini seperti halnya masyarakat

perkotaan pada umunya mereka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari

berbelanja di pasar, warung dan toko-toko. Mengenai pola perbelanjaan

kebutuhan sekunder, seperti perabot rumah tangga, pada umunya mereka belanja

dengan cara kontan, tetapi ada kalanya dengan cara kredit. Apabila mereka

berbelanja dengan cara kredit, umunya pembayaran tersebut di lakukan dengan

cara kredit harian ataupun juga kredit bulanan.

Masyarakat di wilayah ini apabila akan melakukan hajatan/selamatan,

umunya mereka berbelanja di Pasar Perumnas, Sei-Sikambing, maupun juga di

Pasar Sentral yang ada di Kota Medan. Karena pasar tersebut di anggap lengkap,

dengan cara perbelanjaan kontan, biasanya dalam melakukan kegiatan

hajatan/selamatan tersebut belanjanya lebih banyak dari pada belanja harian. Bagi

pegawai negeri yang umumnya mendapat gaji bulanan, maka pola belanjanyapun

juga bulanan seperti belanja sabun, minyak, gula, teh, dan lain–lain di belanjakan

sebulan sekali.

8. Sistem Organisasi Sosial

Masyarakat yang ada di kawasan Helvetia Tengah ini umumnya berasal

dari etnis suku yang berbeda-beda. Ada yang bersuku Batak, Jawa, Tapanuli

Selatan, Nias dan juga suku lainnya yang datang ke daerah Helvetia Tengah ini.

Kondisi masyarakat yang beraneka ragam dengan budaya yang berbeda-beda dari

(40)

Mereka terlihat hidup rukun antara satu dengan yang lainnya dan jarang terlihat

pertikaian yang terjadi di antara mereka.

Pada umumnya dalam kehidupan sosial masyarakat di wilayah ini sejak

kecil sampai tua selalu di hadapkan kepada aturan-aturan yang dipakai dan diakui

oleh masyarakat sebagai hal-hal yang benar, kurang benar, atau salah dalam

bertingkah laku. Peraturan atau ketentuan bertingkah laku dalam masyarakat

biasanya tidak tertulis yaitu kebiasaan-kebiasaan. Pendidikan yang pertama sekali

di dapat anak adalah dari keluarga, yaitu dari ibu, ayah, dan anggota keluarga

lainnya. Semakin bertambah umur makin meluaslah pergaulan anak, seperti

teman-teman sepermainan, para tetangga, sekolah dan masyarakat.

Di daerah Helvetia Tengah ini terdapat perkumpulan atau organisasi sosial

dalam wilayah tempat tinggal yaitu seperti kegiatan arisan, gotong royong, olah

raga, kesenian, dengan mengikuti perkumpulan-perkumpulan tersebut hubungan

antar warga penduduk menjadi akrab, karena akrabnya hubungan di antara warga

penduduk maka mereka mengetahui sifat-sifat, tingkah laku penduduk/masyarakat

yang ada di sekitarnya.

Dalam pergaulan atau hubungan di antara warga masyarakat pada

umumnya menggunakan bahasa Indonesia, walaupun ada juga penduduk yang

menggunakan bahasa daerah bila berinteraksi dan juga berkomunikasi dengan

tetangganya, akan tetapi hal itu di karenakan penduduk tersebut sama-sama

berasal dari suku/etnis yang sama misalnya saja antara suku batak dengan sesama

suku batak, suku jawa dengan sesama suku jawa. Di samping itu dalam pergaulan

(41)

tetapi ada pula remaja tersebut yang kurang menghormati, contohnya pada waktu

anak remaja sedang lewat di depan orang tua yang sedang duduk ditepi jalan

tetapi remaja tersebut tidak meminta permisi. Anak remaja yang kurang

menghormati kepada orang tua tersebut biasanya adalah mereka-mereka yang

dalam keluarga yang tidak ditanamkan bersikap dan bertingkah laku yang sopan

bila dihadapkan dengan orang tua yang lebih tua dari mereka.

Tolong menolong masih merupakan ciri yang menonjol dari warga

masyarakat, adanya sifat tolong menolong menunjukkan bahwa setiap warga

masyarakat saling membutuhkan warga masyarakat lainnya. Saling tolong

menolong ini menyebabkan adanya kerukunan di antara warga masyarakat.

Hubungan tolong menolong dalam wilayah ini biasanya dalam bentuk keuangan,

pesta atau upacara dalam aktifitas rumah tangga dan sebagainya. Meskipun

mereka hidup di perkotaan tetapi sifat tolong menolong masih kuat, mereka saling

membantu baik dengan tetangga ataupun dengan kerabat yang ada di tempat lain.

Apabila dalam keluarga atau salah satu anggota keluarga ada yang secara

mendadak sakit keras, mereka minta bantuan kepada kerabat, tetangga, teman, dan

lain sebagainnya. Di dalam masyarakat orang dapat hidup bersama –sama dengan

kelompok orang-orang secara akrab, meskipun demikian sebagai akibat adanya

hubungan secara terus menerus maka pada suatu saat terjadi juga persaingan dan

konflik kontak dan hubungan merupakan landasan dari semua proses sosial.

Meskipun terjadi konfik atau persaingan yang di sebabkan adanya iri hati

dan juga mengenai masalah anak-anak maka harus segera diatasi/diselesaikan

(42)

terselesaikan dengan baik. Jika warga masyarakat seringterjadi konflik atau

persaingan karena masalah anak muda, maka biasanya diselesaikan oleh Kepala

Lingkungan yang ada di lingkungan tempat tinggal masing-masing penduduk.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa hubungan baik di antara warga

masyarakat perlu dijaga, karena setiap konflik atau persaingan di antara tetangga

(43)
(44)
(45)

Di atas adalah bagan Struktur Organisasi Forum Kemitraan dan

Masyarakat (FKM) yaitu organisasi yang terdapat di daerah Helvetia Tengah ini

yang mempunyai tugas dalam menjaga hubungan antara masyarakat sekitar,

berikut ini adalah keterangan bagan di atas :

1. Ketua : M. Asrul Marbun, SE

2. Wakil Ketua : Sudin Panjaitan

3. Sekertaris : Aiptu P. Simanjuntak

4. Bendahara : B. Sitorus

5. Tokoh Masyarakat : - H. Zulkarnaen Lubis

- H. Aminsyah

6. Tokoh Agama : - Drs. Nazaruddin Lbs

- B. Nainggolan

7. Tokoh Adat : - Marlan Sibarani

- A. Silaen

8. Tokoh Pemuda : - Ir. H. Lilik

(46)

9. Stuktur Pemerintah Kelurahan Helvetia Tengah

Struktrur Pemerintahan di Kelurahan Helvetia Tengah

(47)

Di atas adalah bagan struktur Kelurahan Helvetia Tengah dimana orang –

orang yang bekerja di dalamnya merupakan pejabat dari pemerintahan yang

mempunyai tugas untuk memajukan masyarakat yang berada di dalam daerah ini.

Berikut ini adalah keterangan dari bagan di atas :

1. Lurah : Laurentius, S.sos

2. Sekertaris : Eric Fadillah

3. Bendahara : Marsidi

4. Humas : Firman Girsang

5. Pegawai staf : Deliana Sinaga

6. Urusa KTP / RT : M. Amir Said

7. Kepala –Kepala Lingkungan :

 Kepling I : D. Marno

 Kepling II : A. Silaen

 Kepling III : Sumamo

 Kepling IV : Ilham

 Kepling V : Soewadji

 Kepling VI : Lolom E. Harahap

 Kepling VII : Marlan

 Kepling VIII : Asrul

 Kepling IX : OK Hasibuan

 Kepling X : Tua Simanjuntak

 Kepling XI : Edi Suardi

(48)

 Kepling XIV : Aminsyah

 Kepling XV : Sudin

 Kepling XVI : Wisman

 Kepling XVI : Asrin

 Kepling XVII : T. Simorangkir

 Kepling XVIII : Junaidi

 Kepling IXX : Maizar

 Kepling XX : Amir

(49)

BAB III

KEMANDIRIAN ANAK

1. Mendidik Anak

Orang tua dalam mendidik anak didasarkan pada rasa kasih sayang

terhadap anak-anaknya. Orang tua yang berada di daerah Helvetia Tengah

mengatakan bahwa mendidik anak dengan kasih sayang berlebihan atau terlalu

mengikuti kemauan dari anak dapat mendatangkan bahaya dari perilaku anak itu

sendiri seperti anak dapat menjadi manja dan tidak mandiri.

Ada hal-hal yang dihindari orang tua di daerah Helvetia Tengah, yaitu

orang tua yang terlalu memenuhi semua permintaan anak atau terlalu

memanjakannya misalnya terus-terusan memberikan anak dengan barang-brang

mahal tanpa mempertimbangkan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak.

Karena hal tersebut dapat menyebabkan keegoisan anak dan tidak memperhatikan

kepentingan orang lain. Di kawasan ini juga terdapat orang tua yang

menginginkan anak-anaknya untuk menjadi orang yang penuh percaya diri, sukses

serta dapat mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Untuk dapat

merealisasikannya orang tua akan melakukan hal-hal sebagai berikut seperti

memberikan kepercayaan yaitu orang tua yang berada di kawasan ini memberikan

kepercayaan terhadap anak-anaknya, apa yang mereka perbuat dan lakukan.

Kepercayaan ini diberikan orang tua kepada anak-anak mereka agar anak mereka

dapat mengetahui perbuatan yang baik dan yang salah. Selain itu tanggung jawab,

(50)

karena tanggung jawab sangat diperlukan dalam mendidik anak. Selaras dengan

pertumbuhan dan perkembangan, anak membutuhkan waktu untuk memahami dan

melakukan sesuatu yang orang tua inginkan. Untuk mempunyai rasa tanggung

jawab, maka dari itu orang tua tidak dapat memaksa suatu kehendak kepada anak.

Setiap keluarga khususnya orang tua yang berada di daerah ini mempunyai

cara mendidik anak yang berbeda-beda, selain lingkungan dari keluarga,

lingkungan disekitar anak juga mempengaruhi pertumbuhan anak. Maka dari itu

berikut ini hal-hal yang dapat mempengaruhi anak:

A. Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Anak

Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Keluarga khususnya

orang tua sangat mempengaruhi pemikiran dan tingkah laku anak. Pengaruh

keluarga dalam pendidikan anak sangat besar, keluargalah yang menyiapkan

pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak, orang tua memiliki peran yang

sangat penting. Perilaku-perilaku anak akan menjadikan penyempurna mata rantai

dalam suatu keluarga yang dibina. Dalam hal ini lingkungan keluarga yang baik

maka akan membentuk si anak menjadi lebih baik lagi seperti hasil wawancara

yang saya lakukan kepada Ibu Tobing :

“ saya dengan anak–anak saya seperti teman, saya tidak mau membuat anak saya takut kepada saya, hal ini saya lakukan agar anak saya tidak menutup–nutupi apa yang terjadi pada anak saya, dan setiap harinya saya pasti menanyakan apa saja yang telah terjdai satu hari ini”.

Dalam hal ini orang tua khususnya ibu Tobing mempunyai cara dalam

(51)

tidak semua orang tua dapat lakukan yaitu menjadikan anak sebagai teman. Agar

si anak dapat mencurahkan isi hatinya tanpa harus merasa ada rasa segan terhadap

orang tuanya. Selain itu ada juga beberapa keluarga khususnya orang tua yang

mendidik anaknya dengan cara memberikan kebebasan kepada anak untuk dapat

bertanggung jawab terhadap perilaku anak sehari-hari. Namun kenyataannya

tanggung jawab yang diberikan orang tua tidak dilaksanakan atau tidak dijalankan

dengan baik, sehingga membuat anak-anak yang berada di daerah Helvetia

Tengah sebagian dari mereka melakukan perilaku menyimpang seperti merokok,

hamil di luar nikah. Berikut ini adalah hasil wawancara yang peneliti lakukan

kepada seseorang anak yang melakukan perilaku menyimpang yaitu hamil di luar

nikah yang bernama Dermi :

“saya emang hamil dulu baru nikah kak, saya lakukan atas dasar

suka sama suka, namanya juga kalau laki-laki dan perempuan lagi berpacaran kalau ada kesempatan pasti hal yang ga diinginkan terjadi, tetapi setelah itu saya menyesal kenapa itu bisa terjadi. Makanya saya sekarang ingin memperbaiki kelakuan saya melalui anak saya dengan mendidiknya dengan baik”.

Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa tidak selamanya

kebebasan yang diberikan orang tua dijalankan anak dengan baik seperti yang

banyak diinginkan orang tua yaitu menjadikan anak yang baik dan berguna.

Oleh sebab itu hubungan orang tua dan anak sangat menentukan

pembentukan diri anak. Kondisi dan suasana keluarga yang hangat akan

mendukung pembentukan diri anak. Tingkat kecemasan anak berkurang dan

menjadi lebih bersikap positif dalam memandang diri dan lingkungan.

(52)

anak itu tinggal, karena hal ini dapat menentukan pandangan anak. Oleh karena

itu saat orang tua berhubungan dengan anak dapat menunjukkan

tindakan-tindakan yang positif sehingga anak dapat bersikap objektif saat menampilkan

dirinya karena pengaruh dari kualitas hubungan orang tua dan anak, dimana orang

tua menunjukkan sikap hangat, bersahabat dengan anak karena kehangatan orang

tua merupakan aspek penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan anak.

Bahwa dengan kata lain kualitas hubungan keluarga (orang tua dan anak)

yang hangat dapat membuat anak menjadi lebih percaya dalam membentuk

seluruh aspek dari dirinya, karena ia mempunyai model yang dapat dipercaya.

Anak juga merasa bahwa dirinya mendapat dukungan dari kedua orang tuanya

dalam menghadapi masalah, sehingga ia menjadi tegas dan efektif dalam

memecahkan masalah (Clara 1988:31-32).

Cara orang tua memenuhi kebutuhan baik fisik maupun psikologis

merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.

Pengalaman anak dalam berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga merupakan

penentu pula dalam berinteraksi dengan orang lain. Jadi bagaimana pandangan

dan sikap individu terhdap dunia luar, mempercayai atau mencurigai, banyak

dipengaruhi oleh pengalaman ketika berhubungan dengan lingkungan keluarga.

Peranan kondisi keluarga dibandingkan dengan kondisi sosial lain terhadap

pembentukan diri anak lebih berpengaruh, karena kondisi keluarga yang buruk

dapat menyebabkan diri yang rendah pada anak.

Hubungan orang tua dan anak merupakan hubungan yang timbal balik,

(53)

menyesuaikan diri sehingga terjalin kerja sama yang akrab, bersahabat dengan

anak.

B. Pengaruh Lingkungan Masyarakat Tehadap Pendidikan Anak.

Pendidikan pada zaman sekarang ini tidaklah mudah, di satu sisi

memberikan berbagai fasilitas yang serba “canggih“. Anak-anak sekarang sudah

mengenal handphone, internet dan berbagai peralatan yang sangat modern,

kemajuan yang demikian cepat sedikit banyak membawa dampak negative seperti

tersedianya informasi negative melalui media massa yang sulit untuk dihindari,

misalnya adegan pornografi dan pornoaksi, kekerasan, melalui berbagai media

informasi seperti situs internet, handphone, majalah, televisi dan juga vcd.

Orang tua yamg berada di daerah Helvetia Tengah ini sebagian ada yang

memberikan Handphone kepada anak-anak mereka dengan tujuan agar dapat

berkomunikasi dengan orang tua setiap saat, tetapi ada juga yang tidak

memberikan handphone dengan alasan anak-anak yang masih bersekolah belum

pantes untuk mempergunakannya. Sebagian orang tua yang berada dalam daerah

ini cara mengatasi seorang anak agar tidak berkelakuan negative terhadap

handphone adalah dengan cara memberikan anak tersebut handphone tetapi

dengan tipe yang rendah belum ada fitur yang membuat anak untuk menyimpang

ke hal-hal yang berbentuk negative seperti layanan internet. Seperti hasil

wawancara saya terhadap Bpk Sinurat, SH salah satu orang tua yang memberikan

handphone kepada anaknya :

(54)

memakai tipe hand phone yang terlalu tinggi karena saya takut kalau terjadi hal – hal yang tidak diinginkan seperti kehilangan hand phone karena adanya pencurian”.

Dari hasil percakapan di atas dapat di lihat bahwa orang tua untuk saat ini

mempunyai cara dalam mengatasi segala sesuatu yang menurut Bpk Sinurat baik

untuk kehidupan anak-anaknya di masa sekarang dan yang akan datang.

Bagi kebanyakan anak, lingkungan keluarga merupakan lingkungan

pengaruh inti, setelah itu sekolah kemudian masyarakat. Keluarga dipandang

sebagai lingkungan dini yang dibangun oleh orang tua, pengaruh keluarga sangat

besar dalam pembentukan pondasi kepribadian anak, keluarga yang gagal

membentuk kepribadian anak biasanya keluarga yang penuh konflik, tidak

bahagia, lingkungan kedua adalah lingkungan masyarakat atau lingkungan

pergaulan anak, biasanya adalah teman-teman sebaya si anak di lingkungan

terdekatnya.

Secara umum anak-anak di daerah Helvetia Tengah ini ada yang

mengikuti saran orang tua dengan mengikuti les yang di berkan pada si anak,

tetapi tidak jarang juga si anak menolak saran orang tua untuk mengikuti kursus

yang ada, dan ada juga beberapa anak yang mengikuti saran orang tua dalam

mengikuti les tetapi tidak menjalankannya dengan baik misalnya anak – anak

pergi dari rumah dan permisi dari rumah untuk mengikuti les tetapi setelah keluar

dari rumah, sianak tidak sesuai dengan tujuan yang pertama untuk belajar

melainkan hanya untuk bermain-main. Hal ini biasanya dilakukan karena mereka

ingin merasakan kebebasan dan uang saku yang berlebih karena dengan keluar

(55)

uang jajan ataupun ongkos yang lebih, dan tidak jarang dari anak-anak tersebut

menggunakan uang yang diberikan orang tuanya di gunakan untuk bermain-main

PS (Play Station) atau pun bermain game online yang ada disediakan oleh

warnet-warnet yang ada. Setelah selesai mereka selesai bermain biasanya mereka akan

pulang sama dengan jam pulang dari les yang telah mereka ikuti. Kebanyakan dari

anak-anak ini tidak ketahuan oleh orang tua mereka, karena mereka juga tidak

melakukan terus-terusan melakukan kebolosan ini, seperti hasil wawancara yang

peneliti lakukan dengan anak yang bernama Ariandi:

“ aku cabut ini kak ga terus-terusan, biasanya aku cabut kalau aku

lagi males aja belajar dan kalau aku lagi pengen main PS aja, itupun aku bisa main PS kalau aku dapat uang jajan dari les ini. karena mama ku ngasih uang jajan di sekolah cuma pas-pasan makanya ku ambil dari uang jajan les inilah.”

Dapat terlihat disini bahwa niat si anak untuk belajar sebenarnya masih ada tetapi

karena kemajuan jaman dan teknologi maka ia dapat berpaling kearah yang

membuat ataupun yang dapat merusak kehidupannya dimasa yang akan datang,

sehingga tugas dari orang tua untuk saat ini sangat begitu berat karena selain dari

diri si anak orang tua juga harus dapat mengantisipasi lingkungan yang ada

disekitar anak. Karena tanpa pengawasan yang ekstra ketat si anak dapat

(56)

2. Peranan Keluarga dan Orang Tua Dalam Membentuk Anak

Keluarga merupakan bagian dari masyarakat. Pengaruh keluarga dalam

pendidikan anak sangat besar dalam bebagai macam sisi. Keluargalah yang

menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak. Lebih

jelasnya, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah laku kedua

orang tua, kedua orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam

mewujudkan kepribadian anak. Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam

mewujudkan nilai-nilai dan budaya sebuah masyarakat.

Kehidupan keluarga di daerah Helvetia Tengah ini tidak luput dari

berbagai peraturan baik antara keluarga sebagai suatu kelompok dengan keluarga

lain, maupun dengan sesama anggota dalam suatu keluarga. Setiap situasi

memberikan seseorang suatu peran tertentu, yang menggariskan perilaku yang

diharapkan untuk dilaksanakan. Oleh karena itu setiap orang dalam kehidupannya

sehari-hari berhadapan dengan berbagai pihak dan tampil dalam berbagai situasi

maka dalam kehidupannya seorang orang tua akan tampil dalam berbagai peranan.

Pelaksanaan peran tertentu tidak tampil dalam bentuk yang seragam. Peranan

dapat tampil sebagai suatu pola tingkah laku yang dianggap harus dilakukan

seorang orang tua untuk menentukan kedudukannya. Pada umumnya kedudukan

seorang orang tua berkaitan dengan harapan seorang anak. Sehingga apabila

seseorang ayah mentelantarkan anaknya dan tidak melaksanakan peranannya

sebagai seorang ayah dengan tepat seperti yang diharapakan atau sesuai dengan

peraturan yang berlaku, maka seorang ayah tersebut dapat dikatakan sebagai

(57)

baik. Sebab dari seorang ayah diharapkan ia dapat mengurus dan mendidik anak

dengan baik selaras dengan peranannya sebagai seorang ayah di dalam keluarga.

Demikianlah peran itu bertautan dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu

masyarakat tertentu ataupun sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.

Keluarga tampil sebagai unit yang merupakan bagian dan mengambil

bagian dalam kehidupan masyarakat untuk dilaksanakan. Pola dan pelaksanaan

peranan keluarga hendaknya sejalan pula dengan fungsi-fungsi yang ada dalam

keluarga. Setiap keluarga terdiri atas beberapa anggota keluarga. Masing-masing

anggota keluarga yang memiliki perannya sendiri-sendiri sesuai dengan

kedudukannya dalam keluarga yang ada. Pelaksanaan masing-masing peranan

sebagaimana mestinya membantu menambah keharmonisan kehidupan di dalam

keluarga dan membantu anggota-anggota keluarga lainnya serta unit keluarga

sebagai suatu kesatuan dalam melaksanakan peranannya masing-masing.

Pelaksanaan peran ibu misalnya, apabila dilaksanakan benar-benar sebagai

patner suami yang serasi dalam mengelolah rumah tangga maka akan membantu

dan memperkukuh kedudukan peranan suami dan begitu juga sebaliknya apabila

ayah melaksanakan peranannya dengan baik maka akan mendukung pula

kedudukan dari peranan ibu. Demikian pula pelaksanaan peranan mereka dalam

hubungan dengan anak-anak dan masyarakat lainnya.

Dalam masyarakat Helvetia Tengah ini rata-rata orang tua sangat

mempengaruhi keberhasilan anak. Orang tua merupakan pemberi motivasi

terbesar bagi anak, kedekatan orang tua dan anak memiliki strategi yang sangat

(58)

1. Strategi Membuat Anak Mandiri

Hal ini dapat di lihat, dimana orang tua yang ada pada kawasan ini membuat

anak mereka menjadi lebih mandiri. Cara yang dilakukan oleh orang tua adalah

sebagai berikut, dekati anak, pahami karakternya yaitu orang tua yang baik

berusaha memahami karakter anak-anaknya. Ada anak yang sejak awal

menunjukkan karakter pemalu, periang, atau penuh percaya diri. Sebaiknya

perlakukan orang tua jangan memaksakan anak untuk menjalani karakter lain,

atau memaksa melakukan sesuatu yang belum merasa siap, misalnya memaksa

anak yang pemalu untuk maju ke panggung, sementara dia belum siap. Orang tua

hanya bisa menyiapkan mentalnya namun yang bertarung mempersiapkan mental

itu adalah anak itu sendiri. Untuk memahami anak orang tua tentu harus dekat

dengan anak. Dan menjadikan orang tua itu sebagai teman dekat sehingga anak

menjadikan orang tua sebagai tempat curhat. Selain itu libatkan dan ajak diskusi

yaitu orang tua yang menginginkan seorang anak menjadi seorang pemberani dan

punya sifat pemimpin biasanya akan melibatkan anak dalam diskusi keluarga, dan

orang tua hendaknya mendengarkan pendapat dan seharusnya menghargai

pendapat dari seorang anak. Oleh sebab itu biasanya orang tua melakukannya dari

sejak seorang anak itu kecil, agar ingatan anak dapat tertancap dimemorinya.

Diskusikan banyak hal dengan anak biasanya mulai dari memilih makanan, baju,

sampai ke hal sekolahnya. Hal ini dapat membentuk rasa percaya dirinya. Dengan

kebiasaan ini anak juga terbiasa dengan penyelesaian masalah secara demokratis

dan mulailah melibatkan anak ke dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-hari,

(59)

lain dan sediakan waktu khusus, meluangkan waktu khusus berdua dengan anak

merupakan hal yang penting untuk menumbuhkan ikatan batin antara orang tua

dan anak. Orang tua akan memanfaatkan kesempatan untuk memahami dan

mendekatkan diri dengan anak. Orang tua bisa memanfaatkan waktu mulai dari

saat membangunkan atau menghantarkan anak tidur, bermain bersama, menonton

televisi bersama. Akan lebih baik seorang orang tua jika waktu libur dimanfaatkan

untuk bersama keluarga kemudian tegakkan disipilin yaitu seorang anak akan

lebih baik dibiasakan untuk berdisiplin maka anak akan menjadi pribadi yang

teratur setelah dewasa. Terapkan mulai dari hal-hal yang kecil seperti gosok gigi,

cuci kaki, merapikan tempat tidur setelah bangun pagi, sangat baik untuk

membiasakan hidup anak lebih teratur setelah dewasa. Terapkan disiplin secara

konsisten. Jika anak melakukan kesalahan tidak ada salahnya memberikan sanksi

yang bersifat mendidik.

3. Sanksi Orang Tua Terhadap Anak

Orang tua yang terdapat di kawasan Helvetia Tengah ini akan memberikan

sanksi ataupun hukuman jika anak mereka melakukan kesalahan-kesalahan.

Sanksi ataupun hukuman yang berikan itu adalah :

A. Menasehati dan Memberi Arahan

Hal ini merupakan cara yang dilakukan orang tua di daerah ini, jika anak

mereka melakukan kesalahan, mereka selaku orang tua akan menasehati terlebih

dahulu setelah itu memberikan arahan yang lebih baik agar dikemudian hari

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Temuan dari hasil penelitian ini bahwa keunggulan citra merek berpengaruh signi- fikan terhadap minat beli helm INK, arti- nya semakin tinggi keunggulan citra merek maka hal

Dari deskripsi tersebut dapat di simpulkan bahwa di dalam interaksin dengan lingkungan sekitar, orang yang dengan kematangan emosi yang baik dapat dengan mudah

Tahap terakhir pada pengembangan instrumen dalam penelitian ini adalah pelaksanaan implementasi dengan mengukur sejauh mana kecenderungan kedisplinan belajar SMP Negeri 2

Berdasarkan data Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Provinsi Sulsel, Kota Makassar menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan jumlah sekolah yang telah meraih penghargaan

Kegiatan melalui sosialisasi peranan orang tua dalam mendidik anak melalui pola asuh untuk mewujudkan keluarga sejahtera. Secara garis besar informasi sosialisasi ini

Berdasarkan hasil analisis statistik data dan pembahasan hasil penelitian yang diuraikan pada baba sebelumnya mengenai pengaruh persepsi siswa atas model pembelajaran kooperatif

Tilaar, 1997 (Sambeta, 2010) mengemukakan bahwa pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin canggih, semakin meningkat baik ragam, lebih-lebih

Data Flow Diagram atau (DFD) adalah suatu teknik untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan fisik.. DFD