• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Jaringan Sosial Sebagai Potensi Modal Sosial Dalam Bisnis Etnis Cina (Studi jaringan sosial pada pengusaha etnis Cina di kota Medan)”.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Jaringan Sosial Sebagai Potensi Modal Sosial Dalam Bisnis Etnis Cina (Studi jaringan sosial pada pengusaha etnis Cina di kota Medan)”."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN JARINGAN SOSIAL SEBAGAI POTENSI MODAL SOSIAL

DALAM BISNIS ETNIS CINA

(Studi jaringan sosial Pada Pengusaha Etnis Cina di Kota Medan)

Diajukan Oleh :

Zimi Syahputra 020901015

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ABTRAKSI

Skripsi ini lahir dari realita yang terjadi di kota medan dimana uuntuk bidang ekonomi di kota medan dikuasai oleh para pengusaha etnik cina,, dalam penelitian ini menganalisis bagaimana para pengusaha etnis cina di kota medan membagun suatu bentuk jaringan diantara mereka yang jaringan tersebut dapat membantu mereka dalam mengembangkan bisnis mereka. dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimana para pengusaha etnis cina yang ada di kota medan membentuk jaringan tersebut, bagaimana ikatan bentuk jaringan tersebut dan bagaimana peranan jaringan tersebut. Dalam persaingan dalam bidang ekonomi para pengusaha etnis cina dapat pengguna jaringan sosial yang juga merupakan salah satu potensi modal sosial yang ada pada para pengusaha etnis cina di kota medan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study) yang bersifat deskriptif karena mengacu pada objek studi yang diamati situasi dan perilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail dan komperhensif. Lokasi penelitian berada di kotamadyia Medan ini di sebabkan karena unit abalisis adalah para pengusaha etnis cina yang mereka tersebar tempat tinggalnya dikota medan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap para pengusaha etnis cina di kota medan, bahwa jaringan sosial yang terbentuk di pengusaha etni cina dikota medan bermula dari pertemanan dan adanya hubungan keluarga.selanjutnya didapati bahwa bila dilihat dari bentuknya jaringan sosial yang ada pada pengusah etnis cina di kota medan dapat

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sebagai pemilik rohku,

karena atas berkat-Nya dan rahmat-Nya yang senantiasa menyertai dan menaungi penulis

dalam menyelesaikan perkuliahan dan juga pada saat penyusunan skripsi yang berjudul:

“Penggunaan Jaringan Sosial Sebagai Potensi Modal Sosial Dalam Bisnis Etnis Cina (Studi jaringan sosial pada pengusaha etnis Cina di kota Medan)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana dari Departemen

Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan. Hal

ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman, kepustakaan dan materi

penulis. Namun, berkat pertolongan dan kehendak Allah SWT yang memberi ketabahan,

kesabaran, dan kekuatan kepada penulis dan juga para teman-teman yang selalu

memberikan motivasi, dukungan pada saat-saat penulis mengalami kesulitan. Selama

penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, kritikan, saran-saran, motivasi

serta dukungan Doa dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis menyampaikan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. DR. Arief Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Rosmiani, MA, selaku sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Muba Simanihuruk M.Sc, selaku dosen wali penulis semenjak semester

pertama sampai pada penyelesaian skripsi ini

5. Ibu Dra. Ria Manurung M.Si, selaku dosen pembimbing penulis,.yang telah

memberikan inspirasi bagi penulis melalui kelas-kelas mata kuliah yang

diajarkan.juga dengan kesabaran ,memotivasi dan selalu memngigat penulis untuk

(4)

meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan masukan berupa nasehat

maupun materi yang berguna dalam penulisan skripsi ini.

6. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen Sosiologi dan dosen

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai materi selama

penulis menjalani perkuliahan di FISIP USU.

7. Secara khusus dan teristimewa kepada kedua orang tuaku yang tercinta Ayahanda

Ilhasmi dan Ibunda Cut Fatmawati (nyak lon sayang) yang telah melahirkan dan

membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang serta selalu memberikan

didikan dan disiplin, nasehat, memberikan motivasi dan memberikan perhatian yang

besar bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Buat abangku Hendri Efendi serta adikku tercinta Didi Junaidi, Syamsul Rizal, Reza

Fahmi dan Zulfikri selalu mendoakan, memberikan dukungan dan perhatian yang

besar bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Buat Sosiologi Stambuk 1998, 1999, 2000, dan seluruh Stambuk 2001 yang telah

menjadi teman dalam kesukaran, yang telah memberikan sumbangan pemikiran

semasa perkuliahan.

10.Terima Kasihku juga buat Sosiologi Stambuk 2002 yang selalu kompak: Roy

Spender, Benny Ariyandi, Dedi Ashari, RamaDhani A.N, Pinta U.S, Alhamdy, Haru,

Bornok, riko, Novenra, Kevin, Henry Sinaga, Juni A, Mona, Dea, Ade, Horhosana,

Imelda B, Martha, Juniwati, Uli, Siska, Intan dua-duanya, Masli, Natalia, Eka, Anna,

Eprina, Julasni, Kusrinayanti, Silvia, Zulfahriani, Dewi Z, Elida, Tuti, Innike, Vevy,

Sariomas, Mahyani, yang memberikan doanya maupun pemikiran hingga tulisan ini

dapat selesai.

11.Kepada seluruh responden penelitian ini yang telah meluangkan waktunya untuk

memberi informasi melalui jawaban atas kuissioner penelitian sehingga dapat

menjawab permasalahan penelitian, dan penulis dapat menyusun laporan penelitian

yang berbentuk skripsi ini.

12.Dan kepada semua sanak Famili, teman-teman yang tidak dapat Penulis sebutkan satu

persatu, yang telah banyak memberikan dukungan semangat serta doa kepada penulis

(5)

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran begitu juga waktu

dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari skripsi ini masih

banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan

saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2008

Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR……….... ii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR TABEL……….. vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang……… 1

1.2.Perumusan Masalah... 5

1.3.Tujuan Penelitian... 5

1.4. Manfaat Penelitian... 6

1.4.1. Manfaat Teoritis... 6

1.4.2. Manfaat Praksis... 6

1.5.Defenisi Konsep... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1. Modal Sosial………... 9

2.1.1.Jaringan Sosial ……….. 13

2.1.2. Kepercayaan ………. 15

BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian……….. 19

3.2. Lokasi Penelitian... 20

3.3. Unit Analisis dan Informan .………. 21

3.4.Teknik Pengumpulan Data……… 24

(7)

3.7. Keterbatasan Penelitian………. 28

BAB IV DESKRIPSI DAN HASIL ANALISIS DATA 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………. 30

4.1.1. Kota Medan Secara Gegrafis ………... 31

4.1.2. Kota Medan Secara Demografis ………. 32

4.1.3. Kota Medan Secara Kultur………... 34

4.1.4 Gambaran Penduduk Etnis Cina Dikota Medan…………... 35

4.2. Profil Informan………. 36

4.3. Penyajian Dan Analisis Data……… 41

4.3.1. Konteks Sejarah Bisnis Etnis Cina Di Kota Medan………….. 41

4.3.2. Analisa Terbentuknya Jaringan Sosial …..………... 43

4.3.3. Analisa Bentuk Ikatan Jaringan Sosial …………..…………... 48

4.3.4. Analisa Peran Jaringan Sosial Sebagi Potensi Modal sosial... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN……… 57

5.2. SARAN……… 59

DAFTAR PUSTAKA

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.6. Jadwal Kegiatan. ………... 26

4.1. Penduduk kota Medan menurut suku bangsa……….. 33

(9)

ABTRAKSI

Skripsi ini lahir dari realita yang terjadi di kota medan dimana uuntuk bidang ekonomi di kota medan dikuasai oleh para pengusaha etnik cina,, dalam penelitian ini menganalisis bagaimana para pengusaha etnis cina di kota medan membagun suatu bentuk jaringan diantara mereka yang jaringan tersebut dapat membantu mereka dalam mengembangkan bisnis mereka. dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimana para pengusaha etnis cina yang ada di kota medan membentuk jaringan tersebut, bagaimana ikatan bentuk jaringan tersebut dan bagaimana peranan jaringan tersebut. Dalam persaingan dalam bidang ekonomi para pengusaha etnis cina dapat pengguna jaringan sosial yang juga merupakan salah satu potensi modal sosial yang ada pada para pengusaha etnis cina di kota medan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study) yang bersifat deskriptif karena mengacu pada objek studi yang diamati situasi dan perilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail dan komperhensif. Lokasi penelitian berada di kotamadyia Medan ini di sebabkan karena unit abalisis adalah para pengusaha etnis cina yang mereka tersebar tempat tinggalnya dikota medan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap para pengusaha etnis cina di kota medan, bahwa jaringan sosial yang terbentuk di pengusaha etni cina dikota medan bermula dari pertemanan dan adanya hubungan keluarga.selanjutnya didapati bahwa bila dilihat dari bentuknya jaringan sosial yang ada pada pengusah etnis cina di kota medan dapat

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keberadaan etnis Cina di Medan di mulai pada abad ke-15, dimana ketika

armada pedagang Cina datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur untuk

berdagang dengan cara barter. Hubungan dagang tersebut berlangsung dalam waktu

lama sehingga sebagian pedagang tersebut menetap di Sumatera Timur. Ketika usaha

perkebunan tembakau Belanda di Deli terus berkembang maka pengusaha Belanda

mendatangkan tenga kerja dari daratan Cina karena mereka tidak cocok dengan

buruh pribumi. Pada tahun 1879 tercatat 4.000 orang kuli Cina, dan pada tahun 1888

tercatat 18.352 orang kuli Cina. Setelah kontrak mereka habis, para buruh Cina

banyak bermukim di kota-kota, dan bekerja sebagai pedagang, pemilik toko, petani

kecil, nelayan dan penjual barang bekas. Pada akhir abad ke-19, dengan bantuan

pemerintah Hindia Belanda dan pengusahanya, memberikan monopoli pengangkutan

di kawasan Sumatera Timur pada etnis Cina. Pengusaha Belanda juga memberikan

kesempatan bagi orang etnis Cina untuk menjadi penyalur bahan makanan dan

kontraktor di perkebunan ( Lubis,1996 : 33 ).

Etnis Cina yang ada di kota Medan merupakan kelompok yang dikenal

dengan sebutan Cina totok. Ini dapat dilihat dari karakteristik etnis Cina yang ada,

dimana mereka masih mempertahankan budaya dari kota atau propinsi asalnya di

(11)

etnik Tionghoa September 2006:49). Kebanyakan etnis Cina yang di Sumatera

Timur tidak berbahasa Melayu, mereka hanya menggunakan bahasa Cina menurut

dialek mereka masing-masing (Vleming Jr.1989 :185 ). Jadi bukan merupakan hal

yang mengherankan jika para etnis Cina yang ada di Medan terbiasa menggunakan

bahasa Cina dalam kegiatan sehari-hari.

Dari hasil sensus penduduk tahun 1930 jumlah etnis Cina di kota Medan

27.000 jiwa. Pada tahun 1973 Biro Pusat Statistik melaporkan etnis Cina di kota

Medan mencapai 129.408 jiwa, hasil survei tahun 1983 etnis cina berjumlah 166.166

jiwa lebih (Melly G. Tan 1979 dan Pelly, 1983 :103). Menurut sensus penduduk yang

dilakukan pada tahun 2000 penduduk etnis cina telah berjumlah 202.308 jiwa dan

merupakan populasi penduduk terbesar ketiga setelah populasi penduduk etnis Jawa

dan etnis Batak di Medan.

Kota Medan sudah menjadi tempat perkumpulan etnis Cina sejak sekitar

tahun 1920-an. Perkumpulan etnis Cina ini biasanya bertujuan untuk memberikan

bantuan kepada para pedagang etnis Cina yang berada dalam kesulitan, berperan

sebagai perantara penyelesaian perselisihan di antara anggota, pemberi sokongan

pada para penemu, pemberian bantuan pada orang Cina melarat, dan sebaginya.

Perkumpulan-perkumpulan tersebut dibedakan menjadi perkumpulan keahlian,

perkumpulan orang sekampung / propinsi dan perkumpulan keluarga. Pada sekitar

tahun 1920-an di kota Medan terdapat 16 perkumpulan keahlian, 12 perkumpulan

sekampung ( Vleming Jr.1989:187 ). Setiap perkumpulan tersebut memiliki

aturan-aturan sendiri, memiliki waktu berkumpul dan memiliki gedung sendiri untuk

(12)

Saat ini etnis Cina di Medan merupakan etnis yang paling dominan dalam

penguasaan sumber daya ekonomi dan orang-orang kaya di Medan merupakan orang

dari etnis Cina (Baddaruddin, 2003;40). Hal ini tidak terbatas saja pada etnis Cina di

Medan tetapi juga etnis Cina yang ada di Indonesia secara umumnya merupakan

pemilik dan pebisnis-pebisnis yang menguasai dan mengendalikan ekonomi.

Menurut majalah Forbes Asia 10 orng terkaya di indonesia di dominasi etnik ini,

seperti Sukanto Tanoto, Putra Sampoerna, Eka Tjipta Widjaja, Rachman Halim, R.

Budi Hartono, Eddy William Kartuari, Trihatma k. Haliman dan Liem Sioe Liong

(Tempo, 1 oktober 2006 : 112). Dalam majalah Swasembada pada edisi

Bintang-bintang Bisnis dari daerah ( Swa 18 edisi khusus/31 agustus 2006 ) yang merangkum

nama-nama pengusaha-pengusahsa sukses dari Sumatera Utara maka di dapat

banyak nama pengusaha-pengusaha dari etnis Cina seperti Albert Kang, Amin Halim,

Anton Chen Tjia, Bobby Leong, Vincent Wijaya dan lainnya. Pada umumnya

pengusaha-pengusaha yang menguasai bisnis di Sumatera Utara khusus Medan

merupakan pengusaha-pengusaha dari etnis Cina.

Keunggulan etnis Cina dalam bidang ekonomi tidak terlepas dari budaya

mereka dalam berdagang yang mereka rintis sejak mereka tiba ke Medan.

Keunggulan etnis Cina pada bidang ekonomi tidak terlepas pada ikatan kekerabatan

yang menyadiakan jaringan sosial dikalangan mereka. Jaringan sosial terbentuk

dimulai dari ikatan-ikatan kekeluargaan dan ikatan-ikatan pertemanan yang terjalin

dalam komunitas etnis Cina. Ikatan kekerabatan dan pertemanan yang terbentuk

(13)

perkumpulan-Jr,1989:187). Ikatan-ikatan ini terus terbentuk dan berkembang, kebanyakan ikatan

ini berdasarkan pada kekerabatan dan ikatan kedaerahan, ikatan-ikatan yang

berkembang membentuk jaringan sosial yang luas. Jaringan sosial yang terbentuk

memberikan kontribusi-kontribusi yang menguntungkan dalam pencapaian tujuan

bersama, seperti bagaimana etnis Cina berbagi informasi ketika melakukan bisnis.

Kepercayaan pada pengusaha etnis Cina merupakan satu hal yang sangat

penting dalam berbisnis. Sin yung yang artinya mempergunakan kepercayaan

seluas-luasnya adalah peribahasa Cina kuno yang sangat berpengaruh pada pengusaha etnis

Cina dalam berbisnis (Elly, 2006:2). Kepercayaan di sini mempunyai makna yang

dalam bukan hanya pada hubungan antar pribadi tapi juga dasar dalam melakukan

bisnis. Kepercayaan pada bisnis para pengusaha etnis Cina merupakan bagian yang

tak terlepaskan akan terjalinnya kerjasama dalam bisnis. Menurut hasil penelitian

Robert H. Sillin (1972) yang meneliti tentang pasar grosir sayur di Hongkong, dia

menemukan bahwa kepercayaan merupakan faktor vital dalam mempertahankan

jaringan kompleks hubungan-hubungan dagang. Kepercayaan yang terjadi antara para

pengusaha etnis Cina membawa kepada kemudahan dalam melakukan kegiatan

bisnis, sehingga kegiatan transaksi bisnis lebih mudah dan praktis.

Dalam menjalankan kegiatan bisnis, orang etnis Cina selalu berpegang pada

nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bersama. Nilai-nilai dan norma tersebut

menjadi sesuatu yang menjaga dan mempererat hubungan-hubungan yang telah ada

sehingga tercapai satu keharmonisan dalam menjalankan kegiatan bisnis. Nilai dan

norma yang ada seperti menekankan saling menjaga kepercayaan dengan sesama

(14)

sekumpulan aturan-aturan yang menjadi pegangan dan diikuti anggota dalam suatu

kelompok.

Dengan membaca pemaparan diatas maka terlihat bagaimana modal sosial

yang berupa kepercayaan, jaringan sosial dan norma sangat berperan dalam

mempengaruhi kegitan berbisnis para pengusaha Cina. Dalam penelitian ini mengkaji

bagaimana peranan jaringan sosial sebagai potensi modal sosial dalam kegiatan bisnis

etnis cina di kota Medan. Bagaimana para pengusaha etnis cina dapat memanfaatkan

modal sosial untuk mengembangkan dan melakukan bisnis mereka. Hal inilah yang

membuat menarik peneliti, untuk melakukan penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti

adalah:

“Bagaimana peranan jaringan sosial sebagai potensi modal sosial pada bisnis

etnis Cina di Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui bagaimana peranan jaringan sosial sebagi potensi

(15)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:

1.4.1 Manfaat Teoritis:

 Bahwa penelitian yang berkaitan tentang peranan jaringan sosial

sebagi potensi modal sosial pada bisnis etnis cina, diharapkan

mampu memberikan kontribusi kepada mahasiswa lainnya yang

akan melakukan penelitian tentang Jaringan sosial sebagai potensi

modal sosial pada bisnis etnis cina dalam bentuk yang lainnya.

 Memberikan manfaat kepada peneliti untuk mengetahui dan

memperoleh jawaban mengenai modal sosial pada bisnis etnis

Cina di Kota Medan .

1.4.2 Manfaat Praksis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau umbangan

bagi peneliti dan pihak-pihak terkait lainnya.

1.5 Defenisi Konsep

Untuk memperjelas maksud dan pengertian, serta untuk mempersatukan

pemahaman persepsi tentang konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini,

maka akan menguraikan batasan konsep yang akan dipergunakan. Pemberian batasan

konsep ini diperlukan untuk menuntun peneliti dalam menangani rangkaian proses

(16)

Faisal, 1999:107). Berikut dijelaskan batasan konsep yang dipergunakan dalam

peneltian ini.

1. Bisnis adalah proses-proses yang dilakukan dalam kegiatan-kegiatan

berusaha.

2. Etnis cina adalah orang yang memiliki silsilah keturunan dari negeri Cina

dan telah lama tinggal di Indonesia dan menjalankan usaha mereka di

Indonesia.

3. Modal Sosial adalah potensi atau sumber daya yang bernilai ekonomis yang

dimiliki oleh setiap individu, lapisan masyarakat, kelompok dan komunitas

serta dapat digunakan untuk mengakses sumber-sumber keuangan,

mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan juga

menunjukkan pada bagian-bagian organisasi sosial seperti kepercayaan,

jaringan dan norma.

3.1 Kepercayaan (Trust), adalah sikap mempercayai antara orang etnis

Cina dengan etnis Cina atau etnis lain, yang dilakukan dalam

melakukan kegiatan bisnis, dimana mengandung harapan akan didapat

keuntungan bersama.

3.2 Jaringan Sosial (Social Networks) adalah hubungan-hubungan yang

terjalin diantara para pengusaha etnis Cina dengan pengusaha etnis

Cina yang lain, yang didalamnya telah terbangun keterlekatan.

Hubungan keterlekatan didasari pada hubungan kekerabatan,

(17)

3.3Norma/nilai (norms) adalah norma dan nilai sesuatu aturan dan ide

dan menjadi pegangan dan diikuti oleh anggota kelompok dalam

melakukan kegiatan-kegiatan bisnis sehari-hari.

4. Pengusaha adalah orang yang memiliki usaha dalam bidang perdagangan

(18)
(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Modal sosial

Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang

masyarakat dan komunitas. Modal sosial menjadi khasanah perdebatan yang menarik

bagi ahli-ahli sosial dan pembangunan khususnya awal tahun 1990-an. Teori tentang

modal sosial ini pada awalnya dikembangkan oleh seorang sosiolog Perancis bernama

Pierre Bourdieu, dan oleh seorang sosiolog Amerika Serikat bernama James Coleman.

Bourdieu menyatakan ada tiga macam modal, yaitu modal uang, modal sosial, dan modal

budaya, dan akan lebih efektif digunakan jika diantara ketiganya ada interaksi sosial atau

hubungan sosial. Modal sosial dapat digunakan untuk segala kepentingan, namun tanpa

ada sumber daya fisik dan pengetahuan budaya yang dimiliki, maka akan sulit bagi

individu-individu untuk membangun sebuah hubungan sosial. Hubungan sosial hanya

akan kuat jika ketiga unsur diatas eksis (Hasbullah, 2004:9).

James Coleman mengartikan modal sosial (social capital) sebagai struktur

hubungan antar individu-individu yang memungkinkan mereka menciptakan nilai-nilai

baru. Menurut Coleman, modal sosial lemah oleh proses-proses yang merusak

kekerabatan, seperti perceraian dan perpisahan, atau migrasi. Ketika keluarga

meninggalkan jaringan-jaringan kekerabatan mereka yang sudah ada, teman-teman dan

kontak-kontak yang lainnya, maka nilai dari modal sosial mereka akan jatuh (Field,

(20)

Fukuyama merumuskan modal sosial dengan mengacu kepada “norma-norma

informal yang mendukung kerjasama antara individu dan kapabilitas yang muncul dari

prevalensi kepercayaan dalam suatu masyarakat atau di dalam bagian-bagian tertentu dari

masyarakat. Modal sosial dapat menfasilitasi ekspansi ekonomi ke tingkat yang lebih

besar bila didukung dengan radius kepercayaan yang meluas(Ahmadi, 2003: 6 ). Putnam

merumuskan modal sosial dengan mengacu pada ciri-ciri organisasi sosial, seperti

jaringan, norma-norma, dan kepercayaan yang menfasilitasi koordinasi kerjasama untuk

sesuatu yang manfaatnya bisa dirasakan secara bersama-sama (mutual benafit).modal

sosial dalam bentuk struktur masyarakat yang horizontal ( yang kemudian melahirkan

asosiasi-asiosiasi horisontal) berperan penting dalam mendukung kemajuan ekonomi.

Menurut Robert Lawang, modal sosial menunjuk pada semua kekuatan kekuatan

sosial komunitas yang dikontruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada

struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual dan/atau

kelompok secara efisien dan efektif dengan modal-modal lainnya (Lawang, 2004:24).

Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan

membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap

individu dapat bekerjasama untuk memperoleh hal-hal yang tercapai sebelumnya serta

meminimalisasikan kesulitan yang besar. Modal sosial menentukan bagaimana orang

dapat bekerja sama dengan mudah.

Hakikat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan

sehari-hari warga masyarakat. Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosial

(21)

pertukaran sosial, saling percaya, termasuk nilai dan norma yang mendasari hubungan

sosial tersebut (Ibrahim, 2006:110).

Pierre Bourdieu (Dalam Field, 2005:16) menjelaskan bahwa pusat perhatian

utamanya dalam modal sosial adalah tentang pengertian “tataran sosial”. Menurutnya

bahwa modal sosial berhubungan dengan modal-modal lainnya, seperti modal ekonomi

dan modal budaya. Ketiga modal tersebut akan berfungsi efektif jika kesemuanya

memiliki hubungan. Modal sosial dapat digunakan untuk segala kepentingan dengan

dukungan sumberdaya fisik dan pengetahuan budaya yang dimiliki, begitu pula

sebaliknya.dalam konteks huibungan sosial, eksistensi dari ketiga modal (modal sosial,

modal ekonomi dan budaya) tersebut merupakan garansi dari kuatnya suatu ikatan

hubungan sosial.

Modal sosial atau Social Capital merupakan sumber daya yang dipandang sebagai

investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Sumber daya yang digunakan untuk

investasi, disebut dengan modal. Modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal sosial

disini tidak diartikan dengan materi, tetapi merupakan modal sosial yang terdapat pada

seseorang. Misalnya pada kelompok institusi keluarga, organisasi, dan semua hal yang

dapat mengarah pada kerjasama. Modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok

dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok,

dengan ruang perhatian pada kepercayaan, jaringan, norma dan nilai yang lahir dari

anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.

Pada masyarakat dikenal beberapa jenis modal, yaitu modal budaya (cultural

capital), modal manusia (human capital), modal keuangan (financial capital) dan modakl

(22)

diperoleh dari lingkungan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Modal manusia lebih

merujuk pada kemampuan, keahlian yang dimiliki individu. Modal keuangan merupakan

uang tunai yang dimiliki, tabungan pada bank, investasi, fasilitas kredit dan lainya yang

bisa dihitung dan memiliki nilai nominal. Modal fisik dikaitkan dengan segala sesuatu

yang berkaitan dengan material atau fisik.

Modal sosial akan dapat mendorong keempat modal diatas dapat digunakan lebih

optimal lagi. Menurut Hasbullah, modal sosial adalah sumberdaya yang dapat dipandang

sebagi investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru.. Di mana kebudayaan tersebut

dapat membantu masyarakat atau komunitas supaya bisa menumbuh kembangkan

kehidupan ekonomi masyarakat atau komunitas tersebut. Kemampuan komunitas

mendayagunakan modal sosial membuat penggunaan modal menjadi lebih efektif dan

efisien sehingga memungkinkan terciptanya sistem pengelolaan yang berkelanjutan.

Beberapa defenisi yang diberikan para ahli tentang modal sosial yang secara garis

besar menunjukkan bahwa modal sosial merupakan unsur pelumas yang sangat

menentukan bagi terbangunnya kerjasama antar individu atau kelompok atau

terbangunnya suatu perilaku kerjasama kolektif. Dalam modal sosial selalu tidak terlepas

pada tiga elemen pokok yang ada pada modal sosial yang mencakup (a)

Kepercayaan/Trust (kejujuran, kewajaran, sikap egaliter, toleransi, dan kemurahan hati);

(b) Jaringan Sosial/Social Networks (parisipasi, resiprositas, solidaritas, kerjasama); (c)

Norma/norms (nilai-nilai bersama, norma dan sanksi, aturan-aturan). Menurutnya ketiga

elemen modal sosial di atas berikut aspek-aspeknya pada hakikatnya adalah

elemen-elemen yang ada atau seharusnya ada dalam kehidupan sebuah kelompok sosial, apakah

(23)

dengan kata lain elemen-elemen modal sosial tersebut merupakan pelumas yang

melicinkan berputarnya mesin struktur sosial.

2.1.1. Jaringan Sosial (social networks)

Hubungan manusia sangat berarti baginya sebagai individu. Dapat dikatakan

bahwa kita, setidaknya sebagian, diartikan melalui siapa yang kita kenal. Secara

lebih luas, ikatan-ikatan di antara manusia juga berperan sebagai dinding

pembatas bagi struktur-struktur sosial yang lebih luas. Ide sentral dari modal

sosial adalah bahwa jaringan-jaringan sosial merupakan suatu aset yang bernilai

(Field, 2005:16)jaringan-jaringan menyediakan suatu basis bagi kohesi sosial

karena menyanggupkan orang untuk bekerjasama satu sama lain dan bukan hanya

dengan orang yang mereka kenal secara langsung agar saling menguntungkan.

Jaringan lebih mobel dari pada hirarki. Dalam alokasi sumber daya ala

jaringan, transaksi terjadi tidak melalui pertukaran yang terpisah atau restu

administratif, tetapi melalui jaringan-jaringan individu yang terlibat dalam

aksi-aksi timbal balik, saling mengutamakan, dan saling mendukung. Jaringan dapat

bersifat kompleks; mereka tidak menerapkan kriteria pasar yang ekplisit, juga

tidak memakai paternalisme yang biasanya terdapat dalam hirarki. Sebuah asumsi

dasar dari hubungan jaringan adalah bahwa satu pihak tergantung pada

sumber-sumber yang dikontrol oleh pihak lain, dan bahwa ada keuntungan yang bisa

diperoleh dari penggabungan sumber daya. Intinya, pihak-pihak dalam jaringan

setuju untuk tidak mengejar kepentingan diri sendiri dengan jalan merugikan yang

(24)

Keterkaitan jaringan dan kelompok merupakan aspek vital dari modal sosial.

Jaringan sosial terjadi berkat adanya keterkaitan antara individu dalam komunitas.

Keterkaitan terwujud di dalam beragam tipe kelompok pada tingkat lokal maupun

tingkat lebih tinggi. Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu

tipologi khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Pada kelompok

sosial yang biasanya terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis

keturunan (liniage), pengalaman-pengalaman sosial turun temurun (repeated

social experiences), dan kesamaan kepercayaan pada dimensi Ketuhanan

(religious belief) cenderung memiliki kohesifitas yang tinggi, tetapi rentang

jaringan maupun trust yang terbangun sangat sempit. Sebaliknya, pada kelompok

yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dengan ciri pengelolaan

organisasi yang lebih modern akan memiliki tingkat partisipasi anggota yang

lebih baik dan memiliki rentang jaringan yang lebih luas.

Pada dasarnya modal sosial merupakan kerjasama yang dibangun dengan

untuk mencapai tujuan. Kerjasama yang terjalin tercipta ketika telah terjadinya

hubungan interaksi sosial sehingga menghasilkan jaringan kerjasama, pertukaran

sosial, saling percaya dan terbentuknya nilai dan norma dalam hubungan interaksi

tersebut.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rakhmania (2003:58), pada etnis Cina

di Jakarta maka didapati institusi keluarga dan ikatan kekerabatan adalah modal

sosial yang menopang bisnis etnis Cina. Ikatan kekeluargaan menyediakan

jaringan sosial di kalangan etnis Cina, di mana jaringan sosial ini berdasarkan

(25)

Dengan adanya modal sosial pada etnis Cina terjadilah perkembangan

bisnis-binis, di sini terlihat bagaimana modal sosial dapat berfungsi dan bermanfaat bagi

bisnis etnis Cina bila mereka mampu mempergunakan modal sosial

sebaik-baiknya.

2.1.2. Kepercayaan (Trust)

Modal sosial; Trust yang dijabarkan oleh Max Weber, dimana Weber

melihat sekte babtis pada agama kristen yang memperlihatkan kualitas moral

dalam mengawali sebuah bisnis serta untuk mendapatkan pinjaman modal.

Unsur-unsur modal sosial yang dijabarkan oleh Max Weber yakni

1. Adanya jaringan hubungan non ekonomi.

2. Adanya fungsi jaringan sosial yang memungkinkan terjadinya perputaran

informasi.

3. Informasi dan kepercayaan digunakan untuk mendapatkan sumber daya

ekonomi.

Seperti pernyataan Weber yang melihat bahwa orang Protestan bekerja keras

bukan untuk mencari keuntungan, melainkan ingin meraih kedudukan di hadapan

Tuhan. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa tindakan ekonomi seseorang

sangat dipengaruhi oleh unsur kepercayaan (religiusitas) yang dimiliki setiap

masyarakat. Agama dalam hal ini berperan dalam menumbuhkan sikap semangat

untuk bekerja keras, hemat dan perduli terhadap sesamanya. Apabila mereka

mempercayai hal itu maka Tuhan akan memberikan jaminan pahala dan surga

(26)

Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa trust itu berasal dari sebuah

jaringan sebagai sumber penting tumbuh dan hilangnya trust. Dalam pandangan

Francis Fukuyama, trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang

memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan

memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial. Fukuyama berpendapat

bahwa kepercayaan adalah pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas

yang berperilaku normal, jujur dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang

dimiliki bersama. Adanya jaminan tentang kejujuran dalam komunitas dapat

memperkuat rasa solidaritas dan sifat kooperatif dalam komunitas.

Modal sosial; kepercayaan dapat diperoleh melalui hubungan vertikal dan

horizontal. Hubungan vertikal dalam hal ini adalah bahwa pekerja migran

menciptakan hubungan sosial yang baik dengan para pengusaha kecil konveksi di

tempat mereka bekerja. Hal ini dimaksudkan untuk menimbulkan rasa percaya

diantara para pengusaha dan pekerja sehingga menciptakan kerjasama yang baik

dan saling menguntungkan dikedua belah pihak hubungan yang kedua adalah

horizontal yaitu hubungan sosial dengan sesama pekerja migran dan masyarakat

di sekitar mereka. Hubungan yang baik diantara sesama pekerja migran dalam

kelompoknya akan membangun rasa solidaritas yang tinggi dan menimbulkan

kepercayaan (trust).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lubis, yang menyoroti bagaimana

bekerjanya elemen modal sosial yakni kepercayaan dalam pengelolaan arisan, dia

melihat bahwa kepercayaan antar anggota dengan pengurus arisan merupakan

(27)

kepada pengurus karena mereka jujur, bekerja sungguh-sungguh untuk

kepentingan anggota (bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok individu),

dan menjaga kepercayaan itu ketika ditunjuk sebagai pengurus dalam anggota.

Beberapa dimensi Modal Sosial dikumpulkan datanya, salah satunya adalah

perasaan saling mempercayai dan rasa aman yakni:

 Percaya meninggalkan rumah, untuk berpergian ke luar kota, bahwa rumah yang

ditinggalkan akan aman.

 Percaya bahwa tetangga akan ikut mengawasi keamanan rumah yang kita

tinggalkan.

 Percaya bahwa tetangga semuanya adalah orang yang baik.

 Perasaan aman berjalan sendiri di jalanan setelah malam hari.

 Persetujuan pada pendapat bahwa setiap orang dapat dipercaya.

 Reputasi aman di area tempat tinggal.

 Perasaan percaya pada pemerintah.

 Perasaan percaya pada anggota legislatif.

 Perasaan percaya pada pemimpin lokal.

 Perasaan percaya pada tokoh agama yang ada dalam komunitas dan yang berada

di luar komunitas.

Bentuk kepercayaan (trust) yang dimiliki setiap individu tidak hanya terdapat

dalam kesamaan religi saja melainkan sudah menyebar pada tingkatan yang lebih

tinggi lagi. Dengan demikian kepercayaan (trust) yang dimiliki oleh setiap individu

baik itu pada pengusaha etnis Cina dalam komunitasnya akan memberikan

(28)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian dengan pendekatan

kualitatif dengan metode studi kasus (case study) karena mengacu pada objek studi yang

diamati, situasinya, dan perilakunya. Studi kasus adalah tipe penelitian yang

penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail, dan

komprehensif (Faisal, 1999:22). Metode studi kasus digunakan dalam penelitian ini

karena:

 Pendekatan ini melihat individu secara holistik (utuh).

 Pendekatan ini menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menggambarkan

fenomena yang terjadi dengan melibatkan berbagai metode seperti wawancara,

observasi dan lain-lain.

 Pendekatan ini bersifat emik, maksudnya peneliti dapat membagun

pandangannya sendiri tentang apa yang diteliti secara rinci (Moleong,

2005:4-6).

Sesuai dengan strategi-strategi penelitian lain, studi kasus merupakan suatu cara

penelitian terhadap masalah empiris dengan mengikuti rangkaian prosedur yang telah

dispesifikasikan terlebih dahulu. Metode studi kasus banyak digunakan bila perumusan

masalah suatu penelitian menuntut ‘how’ (bagaimana) atau ‘why’ (mengapa).

Dalam tataran praktis, akan mencakup satu satuan tempat atau organisasi tertentu.

(29)

merupakan bounded system yang berdiri sendiri, sekaligus merupakan bagian dari yang

lain. Hubungan dialektika antara individu dengan masyarakat/kelompok sebagai sebuah

sistem. Sebaliknya, individu tidak mungkin dapat dipisahkan dari nilai-nilai

masyarakat/kelompok.

Melalui pendekatan ini, peneliti diharapkan bisa memberikan jawaban atau

menganalisis mengenai permasalahan yang dijadikan sebagai objek penelitian. Dimana di

dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana jaringan sosial pada

pengusaha, terutama pada pengusaha etnis Cina. Dengan begitu peneliti berusaha untuk

mencari informasi pengusaha-pengusaha etnis Cina yang relevan dengan penelitian.

Dengan tujuan untuk bisa berinteraksi langsung dengan para pengusaha etnis Cina

sehingga permasalahan penelitian dapat terjawab.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan karena komunitas etnis Cina di Medan

memiliki karekteristik yang berbeda dari komunitas etnis Cina yang ada di daerah

Indonesia lainnya, seperti penggunaan bahasa pergaulan sehari-hari yang masih

menggunakan bahasa dari daerah asal mereka di Cina, masih terdapatnya

perkumpulan-perkumpulan berdasarkan kesukuan dan lain-lainnya. Komunitas etnis Cina yang ada di

kota Medan merupakan komunitas yang dominan dalam bidang ekonomi, yang terlihat

sangat jelas. Selain itu, belum banyak penelitian tentang jaringan sosial pada etnis Cina di

kota Medan dan lokasi penelitian mendukung efisiensi penelitian karena peneliti tinggal

dan beraktivitas di lokasi penelitian, sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian.

(30)

3.3.1. Unit Analisis

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah semua pengusaha

etnis Cina yang bertempat tinggal di kota Medan.

3.3.2. Informan

Mengingat jumlah unit analisisnya cukup banyak, maka dapat diambil

beberapa yang dijadikan sebagai sumber informan. Adapun teknik pengambilan

informan dilakukan dengan cara menentukan orang (dalam hal ini pengusaha etnis

Cina baik pria maupun wanita) yang dianggap mewakili unit analisis dan yang

disesuaikan dengan tujuan penelitian.

Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan kriteria sebagai persyaratan untuk

menjadi sumber informan yaitu:

1. Pengusaha etnis Cina yang dikenali dari penampilan fisik dan silsilah

keluarga dari Cina yang bertempat tinggal di kota Medan dan memiliki

perusahaan.

2. Pengusaha etnis Cina yang telah menjalankan perusahaan tersebut selama

5 tahun.

Informan Informasi yang di peroleh Teknik

Pengusaha I  Konsep dan

implementasi

partisipasi, resiprositas,

 Wawancara

(31)

solidaritas, kerjasama,

keadilan.

 Nilai-nilai yang dianut

bersama, norma-norma

dan sanksi-sanksi,

aturan-aturan yang ada

dikalangan pengusaha

etnis cina.

Pengusaha II  nilai-nilai yang dianut

bersama, norma-norma

dan sanksi-sanksi,

aturan-aturan yang ada

pada pengusaha etnis

cina.

 Konsep dan

implementasi

partisipasi, resiprositas,

solidaritas,

kerjasama,keadilan.

 Konsep dan

implementasi kejujuran,

kewajaran, egaliter,

toleransi, kemurahan

 Wawancara

(32)

hati.

Pengusaha III  konsep dan

implementasi kejujuran,

kewajaran, egaliter,

toleransi, kemurahan

hati.

 Konsep dan

implementasi

partisipasi, resiprositas,

solidaritas, kerjasama,

keadilan.

 Nilai-nilai yang dianut

bersama, norma-norma

dan sanksi-sanksi,

aturan-aturan-aturan

yang ada.

 wawancara

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

3.4.1 Wawancara mendalam (in- depth interview) :

Wawancara yang akan dilakukan yang berkaitan dengan jaringan sosial pada

pengusaha etnis Cina di kota Medan. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi

(33)

mengenai pengalaman individu atau perorangan terutama dalam hal ini para

pengusaha yang telah menjalankan perusahaan. Dalam hal ini dipergunakan

pedoman wawancara (interview guide) yang memuat pertanyaan-pertanyaan

sehingga dapat menjawab permasalahan penelitian.

3.4.2 Observasi:

Berkaitan dengan melakukan pengamatan secara tidak langsung terhadap hal-hal

yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu jaringan sosial yang terdapat

pada pengusaha etnis Cina yang ada di Medan. Tujuannya untuk mendapatkan

data yang mendukung dari hasil wawancara yang berkaitan dengan permasalahan

penelitian ini.

3.4.3 Pencatatan dokumen

Diperoleh dengan mengumpulkan dari berbagai sumber data sekunder yakni studi

kepustakaan, peneliti berusaha mendapatkan suatu landasan teori yang kuat dari

berbagai litelatur seperti buku-buku, jurnal serta dokumen lainnya yang

berhubungan langsung dengan penelitian ini.

3.5 Interpretasi Data

Data-data yang berupa hasil observasi non-partisipan, wawancara yang diperoleh

dari sumber data penelitian ini dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan dan

dikategorikan sesuai dengan permasalahan penelitian dan dari studi kepustakaan.

Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah analisa dan interpretasi data. Pada tahap inilah

(34)

menyimpulkan kebenaran yang berguna untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam

penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis kualitatif, di mana proses

analisis dalam penelitian ini telah dilakukan sejak awal penulisan proposal sampai

selesainya penelitian.

3.6 Jadwal Kegiatan

Tabel 2.1

Distribusi Jadwal Penelitian

NO

JADWAL KEGIATAN

Febuari

maret

April

Mei

(35)
(36)

wawancara kepada Informan I (M.F.L) 8 Melakukan

wawancara kepada informan II (S.K) 9 Melakukan

wawancara kepada informan III ( W.L

10

Melakukan wawancara kepada informan (H.T)

3.7 Keterbatasan Penelitian

Kendala terbesar dalam penelitian ini adalah dimulai dari pengambilan surat izin

dari penelitian dari kantor badan penelitian dan pengembangan Provinsi Sumatra utara

dan kantor persatuan dan kesatuan bangsa provinsi Sumatra utara, pengurusan surat izin

ini memerlukan waktu sampai 8 hari karena kendala administrasi dan ketidakhadiran

pegawai yang bersangkutan.

(37)

peneliti dalam melakukan penelitian hanya dengan mengandalkan pertemanan dan

pendekatan-pendekatan pribadi.

Setelah mendapatkan surat izin dari kantor kesatuan bangsa dan perlindungan

masyarakat, keterbatasan kemampuan peneliti dalam menjumpai informan-informan

menjadi hal yang sangat mempengaruhi peneliti dalam membuat penelitian ini,

keterbatasan tersebut peneliti coba selesaikan dengan meminta bantuan teman peneliti

tapi bantuan itu tidak maksimal karena juga tidak bisa untuk mendapatkan target yang

peneliti buat. Keterbatasan yang lain juga kepadatan jadwal informan dan keengganan

informan untuk melakukan wawancara dengan peneliti. Keterbatasan waktu tersebut

peneliti coba menyiasati dengan melakukan wawancara berulang dan dengan menunggu

waktu senggang informan, keengganan informan untuk memberikan penjelasan, peneliti

siasati dengan cara memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian ini dan mengatakan

bahwa kerahasiaan informan akan keterangan akan dijaga.

Peneliti juga terkendala pada pencarian bahan-bahan tentang

pengusaha-pengusaha besar etnis Cina di medan, ini karena kurangnya publikasi-publikasi yang

membahas tentang perkembangan bisnis para pengusaha etnis Cina yang ada di kota

Medan. Kekuranggan bahan-bahan tersebut peneliti tutupi dengan melakukan

observasi-observasi untuk mendapatkan informasi-informasi tambahan.

selesai dari permasalahan teknis penelitian dan kendala di lapanggan, peneliti

menyadari masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan dan pengalaman dalam

melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Walau demikian peneliti tetap terus berusaha

untuk melaksanakan rangkaian kegiatan penelitian dengan sebaik mungkin agar hasil

(38)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Secara historis perkembangan kota Medan, sejak awal telah memposisikan

menjadi pusat perdagangan (ekspor - impor) sejak masa lalu. Dijadikannya kota Medan

sebagai ibukota Deli juga telah menjadikannya kota Medan menjadi pusat pemerintah

sampai saat ini, di samping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai

ibukota provinsi Sumatera Utara. Perkembangan kota Medan tidak terlepas dari dimensi

historis, ekonomi dan karakteristik kota Medan itu sendiri, yakni sebagai kota

mengemban fungsi yang luas dan besar, serta salah satu kota terbesar di Indonesia.

Realitasnya, kota Medan kini berfungsi :

1. Sebagai pusat pemerintahan daerah, baik pemerintahan provinsi Sumatera Utara

maupun kotamadya Medan, sebagai tempat kedudukan perwakilan/konsulat

negara-negara sahabat, serta wilayah kedudukan berbagai perwakilan perusahaan,

bisnis, keuangan di Sumatera Utara.

2. Sebagai pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat Sumatera Utara,

seperti : rumah sakit, perguruan tinggi, stasiun TVRI, RRI, dan lain-lain,

termasuk berbagai fasilitas yang dikembangkan swasta, khususnya pusat-pusat

perdagangan.

3. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan dan jasa secara

(39)

4. Sebagai pintu gerbang regional/internasional/kepariwisataan untuk kawasan

barat.

4.1.1. Kota Medan Secara Geografis

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km2) atau 3,6 % dari

keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan

kota/kabupaten lainnya, kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil,

tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif lebih besar. Secara geografis, kota

Medan terletak pada 30 30’- 30 43’ Lintang Utara dan 980 35’- 980 44’ Bujur

Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara berada pada

ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.

Secara administratif, wilayah kota Medan hampir secara keseluruhan

berbatas dengan Daerah Deli Serdang, yaitu sebelah barat, selatan dan timur.

Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang

diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat dunia. Kabupaten Deli

Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam

(SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara

geogarafis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya

alam.

Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat

Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai pintu masuk

kegiatan perdagangan barang dan jasa, naik perdagangan domestik maupun ke

(40)

perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah

terbangun Belawan dan pusat kota Medan saat ini.

4.1.2 Kota Medan Secara Demografis

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Kota Medan saat

ini diperkirakan telah mencapai 2.006.142 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar

dari pria (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui

merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan

mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk commuters. Dengan

demikian Kota Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang

besar, sehingga memiliki deferensiasi pasar.

Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni lebih kurang

1.377.751 jiwa berusia produktif (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat

pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan

demikian Kota Medan secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat

bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri

manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan periode tahun 2000-2005

cenderung mengalami peningkatan. Di mana tingkat pertumbuhan penduduk pada

tahun 2000 adalah 0,09 % menjadi 0,63 % pada tahun 2005. Sedangkan tingkat

kepadatan penduduk mengalami peningkatan 7.183 jiwa per Km dari tahun 2000

sampai dengan tahun 2005 (BPS Provinsi Sumut). Jumlah penduduk paling

(41)

Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kecamatan

Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk

tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur.

Tabel 4.1

Penduduk kota Medan menurut suku bangsa

Suku bangsa Jumlah

Melayu 125.557

Data sensus penduduk 2000. BPS Provinsi Sumut

4.1.3 Kota Medan Dalam Dimensi Sejarah

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang

panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru

(42)

Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang

diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh.

Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan ibukota

Residen Sumatera Timur dari Bengkalis ke Medan tahun 1887, sebelum akhirnya

statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada

tahun 1915. Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal

memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di

dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan Deli yang

mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembangannya, telah

mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai pusat perdagangan (ekspor -

impor) sejak masa lalu. Sedang dijadikannya Medan sebagai ibukota Deli juga telah

mendorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini,

di samping merupakan salah satu daerah Kota juga sekaligus ibukota Propinsi

Sumatera Utara.

4.1.4 Kota Medan Secara Kultur

Sebagai pusat perdagangan regional maupun internasional, sejak awal

Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Dapat dilihat dari

keberagaman suku bangsa yang bertempat tinggal di kota Medan, dari data BPS

Provinsi Sumatera Utara tercatat 10 suku bangsa yang berdiam di kota Medan, ini

belum termasuk lagi beberapa suku bangsa minoritas seperti suku Tamil.

Kota Medan juga terdiri dari banyak pemeluk agama yang saling berlainan

(43)

yang beragama Hindu. Ini belum dihitung lagi aliran-aliran kepercayaan yang

dianut oleh sebagian kecil penduduk kota Medan. Dari keberagaman suku bangsa

sampai keberagaman agama dan kepercayaan tetapi kota Medan tidak pernah

dilanda konflik karena isu agama, hal ini berbeda dengan kota-kota besar lain yang

ada di Indonesia.

Dengan banyaknya keberagaman yang ada di Kota Medan menyajikan

keberagaman budaya yang kesemuanya berjalan beriringan. Oleh karenanya,

budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragam

nilai-nilai budaya tersebut tentu saja juga mendukung keberagaman yang ada di kota

Medan yang merendam primordialisme di Kota Medan.

4.1.5 Gambaran Penduduk etnis Tionghoa di Kota Medan

Sebagian besar warga etnis Cina tinggal di daerah perkotaan, seperti yang

tergambar dalam data penduduk etnis Cina dalam setiap kecamatan yang ada di

kota Medan. Masyarakat etnis Cina di kota Medan umumnya bermukim di

daerah-daerah sekitar pusat kota, yang komunitasnya pada umumnya adalah sesama etnis

Cina.

Ada beberapa sebab kenapa mengapa para etnis Cina membentuk komunitas

sendiri. Pertama, kuatnya rasa saling membutuhkan dan ketergantungan sesama

orang Cina. Mereka berinteraksi dengan penduduk lokal agar terhindar dari konflik

dengan para penduduk. Kedua, juga dapat dilihat dari sisi lain dengan adanya

larangan WNA untuk bermukim dan mendirikan usaha di desa-desa. Sebagaimana

(44)

Cina) untuk bermukim dan mendirikan usaha di desa-desa dan hanya

diperkenankan berusaha terbatas di sekitar ibu kota daerah tingkat I dan II.

Dari data penduduk yang berdasarkan pada etnis maka dapat dilihat bahwa

penduduk etnis Cina bertempat tinggal paling banyak pada daerah Medan Area,

Medan Sunggal, Petisah, dan Medan Kota. Sedangkan daerah-daerah pinggiran kota

penduduk etnis Cina tidak begitu banyak. Gambaran tempat tinggal penduduk etnis

Cina ini memperlihatkan bahwa sebagian besar mereka menempati kawasan atau

daerah yang memiliki nilai ekonomi yang relatif lebih tinggi terutama bila kita

berpatokan dari harga tanahnya..

Tabel 4.2

Jumlah penduduk etnis cina di setiap kecamatan di medan

KECAMATAN JUMLAH PERSENTASE

1 Petisah 25298 11.4%

2 Medan Baru 4419 2.0%

3 Medan Helvetia 3666 1.6%

4 Medan Sunggal 27882 12.5%

5 Medan Maimun 15073 6.8%

6 Medan Barat 21281 9.6%

7 Medan Labuhan 1528 0.7%

8 Medan Tuntungan 389 0.2%

9 Medan Deli 10179 4.6%

10 Medan Area 35947 16.1%

11 Tembu Medan ng 9497 4.3%

12 Medan Perjuangan 14130 6.3%

(45)

14 Medan Belawan 4127 1.9%

Sumber: Dinas Informasi Komunikasi dan Data Elektronik, kota Medan, 2005

4.2 Profil Informan Penelitian

1. M.F. L

M.F.L biasa disapa dengan Pak F, beliau merupakan penyandang gelar B.Bc dari

Standfordship University (London). Dia merupakan CEO dan Presiden Direktur dari PT.

Macan Berkah Internasional yang membawahi Madinah Syariah Supermarket (bergerak

di ritel) dan IT Consultant (konsultan ritel). Dimana Supermarket yang berada di dalam

bangunan Plaza Milenium, yang para konsumen pada umumnya mengenal dengan

(46)

bernama Macan Syariah, yang katanya perubahan tersebut karena adanya perubahan

dalam manajemen perusahaan tersebut.

Ia merupakan anak pertama dari lima bersaudara, pasangan dari H.L dan T. K.

Pak F merupakan orang yang supel dan ramah terhadap banyak orang ini terlihat ketika

peneliti datang ke supermarket yang juga sebagai tempat ia berkantor. Nampak ia sedang

berbicara dengan beberapa orang pelanggan yang sedang berbelanja. Pak F merupakan

bagian dari keluarga yang mengelola jaringan Ritel Macan Yaohan yang tersebar di Kota

Medan.

Menurut F bahwa jaringan yang terbentuk pada pebisnis etnis Cina berawal dari

perkenalan, hubungan kekeluargaan yang kemudian memunculkan rasa saling percaya

yang terus-menerus dibina. Pada umumnya pembinaan jaringan tersebut melalui

pertemuan-pertemuan yang dilakukan.

Menurut F jaringan yang terbentuk memberikan keuntungan bersama pada

orang-orang yang tergabung dalam jaringan tersebut, seperti kemudahan dalam

mendapatkan informasi dan mempermudah urusan bisnis.

2. S.K

S.K merupakan Presiden Direktur Grup Capela, sebuah Holding (gabungan

beberapa perusahaan) yang bergerak di bidang penjualan kendaraan roda empat dengan

berbagai merek, penjualan sepeda motor merk Honda, sampai pada penjualan kendaraan

alat berat sekalian suku cadang dan sekarang juga mengurusi perusahaan pembiayaan

mobil sampai pada perusahaan perkebunan.

S.K, merupakan anak laki-laki bungsu dari lima bersaudara, berusia 42 tahun,

(47)

pengusaha etnis Cina yang berpenampilan trendi dengan balutan baju kemeja dan tidak

lupa dasi disertai dengan celana dan sepatu yang mengkilap dan tidak ketinggalan mobil

mewah sebagai kendaraan. S.K juga tergabung dalam beberapa kelompok penggemar

seperti dalam kelompok penggemar jam tangan mewah, sampai pada kelompok

penggemar minuman Wine.

Jaringan dipertahankan dengan mempertahankan komitmen sehingga

kepercayaan yang terjalin dapat terus dipertahankan. Jaringan yang terbentuk sangat

diperlukan dalam bisnis selain lebih mempermudah urusan bisnis juga mempermudah

kita untuk mengetahui kondisi bisnis yang ada. Menurut S.K jaringan memberikan

manfaat pada semua orang yang masuk dalam jaringan tersebut, di mana kita saling

diuntungkan, sehingga membawa keuntungan bersama.

3. W.L

W.L, pria berusia 54 tahun ini merupakan pemilik dari perusahaan Trophy Tour

& Travel, pendiri Institut Teknologi Manajemen Internasional (ITMI), Perguruan

Harapan Mandiri dan juga perusahaan yang bergerak dalam bisnis properti, pemilik BTS

kargo dan ia merupakan pemilik Jatayu Airlines dan sekarang juga lagi mengembangkan

usaha dalam bidang kebun sawit.

W.L merupakan pengusaha yang mudah untuk diajak berbicara. Mantan ketua

organisasi pemilik maskapai penerbangan Indonesia merupakan orang yang santai, ini

terlihat ketika dalam wawancara yang dilakukan peneliti. Menurut W.L dalam berusaha

diperlukan keuletan dan bagaimana menjaga kepercayaan. dalam menjalankan usaha.

(48)

Kepercayaan merupakan hal yang sangat membantu dalam mengembangkan bisnis

terutama di Medan. Kepercayaan muncul dari adanya hubungan yang baik. Kepercayaan

dipertahankan dengan komitmen, di mana kita harus bisa menjaga komitmen yang telah

kita buat.

4. H.T

H.T merupakan pemilik jaringan toko kaset E.T 45, ia juga merupakan pengusaha

yang aktif di beberapa organisasi kepemudaan. Beliau merupakan lulusan Sarjana

ekonomi dari Universitas Harapan. Pengusaha yang supel ini mungkin ditunjang dengan

pengalamannya di beberapa organisasi kepemudaan, merupakan orang yang mudah

diajak berbicara dalam hal apapun, tetapi dia merupakan pengusaha yang sulit ditemui

dengan banyaknya jadwal kegiatan yang diikuti. Pak H.T merupakan pengusaha yang

dekat dengan tokoh pendiri partai Hanura.

4.3. Penyajian dan Analisis Data

4.3.1 Konteks Sejarah Bisnis Etnis Cina di Kota Medan

Cina perantauan yang pertama membuka usaha bisnis di Medan adalah Tjong A

Fie, yang datang ke tanah Deli bersama abangnya, Tjong yong Hian. Mereka berangkat

dari tanah kelahirannya di Desa Moy Hian, Kanton, tahun 1875. Awalnya mereka

membuka perkebunan tembakau dan membuka warung umtuk memenuhi kebutuhan para

pekerja kebun dan mereka menetap di Labuhan Deli.

Selain perkebunan tembakau, Tjong A Fie membuka kedai untuk melayani segala

kebutuhan kuli-kuli Cina Daratan yang berbondong-bondong datang ke Tanah Deli.

Membanjirnya Cina perantauan yang bekerja dan menetap di Tanah Deli membuat kedai

(49)

sebagai pengusaha kaya raya dan sangat dihormati. Untuk memperlancar segala urusan,

dia memindahkan pusat bisnisnya ke Medan pada tahun 1886. Saat inilah dia

membangun rumahnya yang megah yang sampai sekarang masih ada, di daerah Kesawan

yang kini menjadi sebagai salah satu pusat bisnis kota Medan.

Kemudian usaha Tjong A Fie berkembang, tidak hanya terbatas pada usaha

bisnuis, sampai juga terkenal sebagai salah satu orang yang memiliki kekuasaan politik

pada saat itu. Ini karena hubungan dekatnya dengan Sultan Deli dan orang-orang

Belanda. Karena mempunyai hubungan khusus dengan Sultan Deli dan kekayaan yang

dia miliki maka pada tahun 1885 pemerintahan Belanda menganugerahi pangkat

“Letnan” padanya. Gelar tersebut merupakan gelar yang sangat bergengsi bagi

orang-orang Cina yang ada di Tanah Deli.( Swasembada, 2005 :28)

Dengan keberhasilan Tjong A Fie maka makin banyak perantauan Cina yang

awalnya menjadi kuli berubah profesi menjadi pedagang. Ditambah dengan

bertambahnya para imigran yang datang dari Cina dimana para perantau Cina yang ada di

daerah Deli tetap melakukan hubungan dengan keluarga yang ada di Cina daratan. Ini

dapat ditelusuri dengan banyak pengiriman uang dari Deli ke Cina melaui para pemilik

toko emas yang memiliki hubungan dagang dengan para pedagang emas yang ada di

Hongkong atau Kanton (Vleming, 1989 : 186).

Kemudian mereka orang-orang Cina membangun komunitas dengan mendirikan

permukiman. Sejak dahulu ada satu kebiasaan pedagang-pedagang asing untuk tinggal di

kampung mereka sendiri. Ini adalah kebiasaan, bukan keharusan. Pada awal abad ke-19

ada peraturan Belanda yang mengharuskan para orang Cina untuk tinggal di kampung

(50)

untuk menghindari tercampurnya (almagatie) berbagai bangsa di Jawa. Mulai tahun itu,

peraturan kampung Cina diperkeras. Orang-orang Cina dikumpulkan dalam

kampung-kampung mereka sendiri dan diperintah oleh kepala-kepala mereka sendiri. Peraturan

mengenai kampung Cina juga dicantumkan dalam berbagai peraturan pemerintah Hindia

Belanda, yakni dalam peraturan tahun 1818, 1827, dan 1854. pelaksanaan

kampung-kampung tersendiri adalah adanya kekhawatiran Belanda bahwa orang Cina dan bangsa

lain (Bumiputra) akan bersatu menentang pemerintahan Belanda. Hal ini telah terbukti

dalam kerjasama antara seorang Cina yang bernama Boen Seng dengan Raden Prawira

Sentana, yang membahayakan kemanan Yogyakarta (Ham, 2005 : 42).

Jadi terbentuknya kampung Cina juga diawali oleh kebijakan yang diterapkan

oleh pemerintahan Belanda. Pola pemukiman Cina ini terus berlangsung sampai

sekarang. Pola pemukiman orang Cina ini juga memberikan keuntungan bagi orang Cina

yang di daerah daratan dimana dari hubungan yang mereka lakukan membentuk suatu

jaringan informasi melalui sistem kekerabatan (keluarga) dan ini merupakan salah satu

modal sosial bagi pendatang (etnis Cina) yang baru.

Lihat sekarang perkembangan para pebisnis etnis Cina yang berkembang di kota

medan, dari usaha skala kecil sampai perusahaan yang berskala besar dan internasional.

Lihat usaha berskala besar milik etnis Cina kelahiran medan sukanto Tanoto pemilik Raja

Garuda Mas Grup, kemudian ada Grup Karya Prajona Nelayan milik Martua Sitorus yang

bergerak di bidang industri CPO nasional, Grup Musim Mas yang didirikan oleh Anwar

karim (almarhum) salah seorang perintis industri sawit di Indonesia dan banyak para

pengusaha etnis Cina lainnya.

(51)

Teori modal sosial pada intinya adalah pentingnya hubungan. Dengan membuat

hubungan antara seseorang dengan orang lain dan terus memeliharanya agar terjalin

terus, orang dapat bekerja sama untuk mendapatkan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat

diperoleh dengan seorang diri, atau dengan hanya berusaha dengan kemampuan seorang

diri, diperlukan usaha yang cukup keras untuk mendapatkan hal tersebut.seseorang dapat

membuat hubungan dengan orang lain melalui Jaringan sosial, dimana dalam jaringan

sosial tersebut mereka cendrung berbagi nilai-nilai umum bersama anggota-anggota lain

dalam jaringan sosial tersebut, sampai pada ketingkatan jaringan sosial tersebut

membentuk suatu sumber daya, yang dapat dilihat sebagai pembentukan sejenis modal.

Menurut Robert M.Z. Lawang bahwa, jarinag sosial dibentuk atau terbentuk,

dimulai dari masuknya ke dalam jaringan tersebut kepercayaan. Artinya melalui jaringan

sosial orang saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan, saling bantu

dalam melaksanakan atau mengatasi suatu masalah. Jaringan sosial adalah sumber

pengetahuan yang menjadi dasar utama dalam pembentukan kepercayaan. Media yang

paling cepat membuka jaringan adalah dengan pergaulan. Disini terlihat bagaimana

jaringan sosial menunjukan pada semua hubungan dengan orang lain atau kelompok lain

yang memungkinkan pengentasan masalah dapat berjalan secara efisien dan efektif

Hal ini sesuai dengan asumsi diatas bahwa di bentuk atau terbentuknya jaringan

sosial karena adanya hubungan yang dibangun antara pengusaha etnis Cina dengan

pengusaha etnis cina lain, yang hubungan itu terus dibina sehingga menjadi sebuah

jaringan sosial. Hal ini sesuai dengan penuturan informan (H T, Lk, 50th)

(52)

dengan harapan saya dan hubungan kerjasama tersebut nyaman untuk saya jalankan “

Sejalan dengan pandangan diatas hal yang sama dikuatkan oleh S.K yang

mengatakan : ( S K,Lk, 42 th )

“awalnya dahulu ayah saya yang memulai bisnis ini, dengan berkenalan dengan bapak William Soeryadjaya, bos astra internasional ketika itu, kemudian mereka saling bekerjasama, dan karena dia menilai bapak saya berhasil mengembangkan bisnis maka kerjasama tersebut lebih banyak sampai sekarang ini.”.

Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui

berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip

kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom) dan keadaban

(civility). selanjutnya Robert H. Silin menemukan bahwa “kepercayaan” merupakan

faktor vital dalam mempertahankan jaringan kompleks hubungan-hubungan dagang

(Halminton, 1996 : 169 ).

Hanya mengenal orang tidak cukup jika mereka tidak merasa wajib membantu

anda. Jika orang-orang ingin saling membantu, mereka perlu merasa cocok dengannya,

itu berarti mereka perlu merasakan bahwa mereka mempunyai suatu kesesuaian satu

sama lain. Semua informan yang di wawancarai beranggapan suatu hubungan atau

jaringan sosial terbentuk dilandasi oleh rasa kepercayaan terhadap orang tersebut. Maka

suatu jaringan akan terbentuk jika orang-orang dalam jaringan tersebut merupakan orang

yang mereka bisa dipercayai secara pribadi. Jaringan tidak akan terbentuk apabila

orang-orang yang ada di dalam jaringan tersebut, tidak saling percaya, walaupun mereka saling

mengenal. Pada dasarnya suatu jaringan dapat berjalan efektif apabila adanya

(53)

Pada pengusaha etnis Cina, kepercayaan timbul dari hubungan yang terus dibina.

Hubungan yang dibina dari awal sampai seseorang dianggap dapat dipercaya.

Kepercayaan pribadi beda dengan kedekatan pribadi sehingga kepercayaan pribadi

bukanlah semata-mata bersifat subyektif, berkenan dengan perasaan, dan tidak rasional.

Untuk memperoleh kepercayaan mereka harus menunjukkan kualitas-kualitas tertentu

sesuai dengan norma-norma kesepakatan antara subjek. Norma-norma ini tidak

dirumuskan secara obyektif, tetapi orang-orang yang terlibat mengakui keberadaannya.

Karena norma-norma informal tersebut secara luas digunakan untuk mengatur kegiatan

bisnis, hubungan bisnis.

Dari gambaran di atas, jelas bahwa adanya hirarki hubungan pribadi. Biasanya

apabila kita membicarakan hubungan-hubungan pribadi, kita tidak akan membedakan

mereka. Tapi pada kenyataannya, hubungan-hubungan bisnis yang sukses adalah

hubungan yang didasarkan pada hubungan jaringan sosial yang telah erat dan penuh

kepercayaan. Hubungan merupakan langkah awal pembentukan jaringan sosial yang

diikuti dengan pengembangan rasa saling percaya. Kemudian hubungan jaringan menjadi

fungsional dalam bisnis. Kepercayaan merupakan mekanisme dasar yang membuat

berfungsinya jaringan-jaringan yang terbentuk.

Gambaran diatas sesuai dengan yang diutarakan salah satu informan ( M F L, Lk,

40 th) mengatakan :

(54)

Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan informan ( S K, Lk, 42th )

sebagi berikut:

“faktor kepercayaan merupakan hal yang mutlak. Untuk mendapatkan kepercayaan, harus punya kejujuran. Sekali tidak jujur, bakal habis. Bila kepercayaan sudah terbangun, deal bisnis pun akan menjadi mudah. seperti pelanggan saya ketika membeli mobil,kalau di Jakarta bila orang mau membeli mobil, segala persyaratan harus oke dulu, baru mobil bisa di kirim. Orang medan tidak mau, giro belum cair saja, ia sudah minta agar mobilnya dikirim. Ya kami kirim, karena sudah percaya. Jadi kesimpulannya kepercayaan”.

Kemudian dikuatkan lagi dari hasil wawancara dengan informan ( H T, Lk, 50th

) sebagai berikut :

“Orang Cina (Medan ) kalau berbisnis yang dipegang hanya mulutnya. Mereka bisa melakukan Deal bisnis tanpa MoU”.

Sejalan dengan analisis diatas munculnya jaringan dan dari mana asal mereka,

terdapat dua faktor yang muncul yang menjelaskan formasi jaringan: faktor kelembagaan

dan faktor teknis. Yang pertama mengacu pada interaksi-interaksi rutin yang dibentuk

secara sosial yang memudahkan pembentukan jaringan. Yang satunya lagi mengacu pada

tekanan-tekanan lingkungan untuk mempertahankan bisnis yang menuntut solusi-solusi

dalam bentuk jaringan. Tentu saja, dalam kebanyakan kasus empiris, faktor kelembagaan

dan teknis saling berdampingan. Marco Orru (Dalam Hamilton, 1996 : 272)

Sistem-sistem yang menggabungkan personal dan aturan hierarki sering

menjadi suatu usaha untuk mengontrol berlangsungnya kerja sama informal yang saling

menguntungkan, yang dapat mengarah pada pembentukan diskriminasi secara tak

Gambar

Tabel 2.1 Distribusi Jadwal Penelitian
Tabel 4.2

Referensi

Dokumen terkait

Pada pengguna aplikasi web terlihat sistem menampilkan data kost, sehingga Mahasiswa dapat melihat data kost dan dapat mencari jenis dan tipe kost yang

Agar pemeliharaan alat pencacah kertas dapat dilakukan dengan baik dan. benar maka harus terlebih dahulu diketahui prinsip kerja dari alat

Kesimpulan hasil penelitian ini adalah (1) hasil validasi Tim Ahli terhadap hasil pengembangan LKS Berbasis Saintifik adalah sangat layak digunakan dalam proses

Selain itu Google Maps memberikan fitur yang cukup lengkap yang dapat memberikan pentunjuk arah pada pengguna ke suatu lokasi sehingga akan sangat memudahkan dalam proses

Jika berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi oleh Pihak Pertama ternyata Pihak Kedua tidak melaksanakan kegiatan sesuai dengan yang telah disepakati, maka Pihak Kedua wajib

Oleh karena itu, untuk indikator-indikator baik dari segi standar akuntansi pemerintahan maupun good governance dengan nilai terendah, sebaiknya terus dioptimalkan untuk

Bagi Investor, yaitu diharapkan agar dapat menjadi faktor penentu keputusan yang akan diambil dalam melakukan aktivitas investasi saham pada perbankan yang

Engkau kekalkanlah kemerdekaan ini untuk generasi kami dan generasi yang akan datang. Engkau kurniakanlah kepada kami kekuatan, semangat dan kesabaran yang