PENGGUNAAN JARINGAN SOSIAL SEBAGAI POTENSI MODAL SOSIAL
DALAM BISNIS ETNIS CINA
(Studi jaringan sosial Pada Pengusaha Etnis Cina di Kota Medan)
Diajukan Oleh :
Zimi Syahputra 020901015
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABTRAKSI
Skripsi ini lahir dari realita yang terjadi di kota medan dimana uuntuk bidang ekonomi di kota medan dikuasai oleh para pengusaha etnik cina,, dalam penelitian ini menganalisis bagaimana para pengusaha etnis cina di kota medan membagun suatu bentuk jaringan diantara mereka yang jaringan tersebut dapat membantu mereka dalam mengembangkan bisnis mereka. dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimana para pengusaha etnis cina yang ada di kota medan membentuk jaringan tersebut, bagaimana ikatan bentuk jaringan tersebut dan bagaimana peranan jaringan tersebut. Dalam persaingan dalam bidang ekonomi para pengusaha etnis cina dapat pengguna jaringan sosial yang juga merupakan salah satu potensi modal sosial yang ada pada para pengusaha etnis cina di kota medan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study) yang bersifat deskriptif karena mengacu pada objek studi yang diamati situasi dan perilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail dan komperhensif. Lokasi penelitian berada di kotamadyia Medan ini di sebabkan karena unit abalisis adalah para pengusaha etnis cina yang mereka tersebar tempat tinggalnya dikota medan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap para pengusaha etnis cina di kota medan, bahwa jaringan sosial yang terbentuk di pengusaha etni cina dikota medan bermula dari pertemanan dan adanya hubungan keluarga.selanjutnya didapati bahwa bila dilihat dari bentuknya jaringan sosial yang ada pada pengusah etnis cina di kota medan dapat
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sebagai pemilik rohku,
karena atas berkat-Nya dan rahmat-Nya yang senantiasa menyertai dan menaungi penulis
dalam menyelesaikan perkuliahan dan juga pada saat penyusunan skripsi yang berjudul:
“Penggunaan Jaringan Sosial Sebagai Potensi Modal Sosial Dalam Bisnis Etnis Cina (Studi jaringan sosial pada pengusaha etnis Cina di kota Medan)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana dari Departemen
Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menghadapi berbagai hambatan. Hal
ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan, pengalaman, kepustakaan dan materi
penulis. Namun, berkat pertolongan dan kehendak Allah SWT yang memberi ketabahan,
kesabaran, dan kekuatan kepada penulis dan juga para teman-teman yang selalu
memberikan motivasi, dukungan pada saat-saat penulis mengalami kesulitan. Selama
penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan, kritikan, saran-saran, motivasi
serta dukungan Doa dari berbagai pihak, oleh karena itu Penulis menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. DR. Arief Nasution, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Rosmiani, MA, selaku sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Muba Simanihuruk M.Sc, selaku dosen wali penulis semenjak semester
pertama sampai pada penyelesaian skripsi ini
5. Ibu Dra. Ria Manurung M.Si, selaku dosen pembimbing penulis,.yang telah
memberikan inspirasi bagi penulis melalui kelas-kelas mata kuliah yang
diajarkan.juga dengan kesabaran ,memotivasi dan selalu memngigat penulis untuk
meluangkan waktu kepada penulis untuk memberikan masukan berupa nasehat
maupun materi yang berguna dalam penulisan skripsi ini.
6. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh dosen Sosiologi dan dosen
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan berbagai materi selama
penulis menjalani perkuliahan di FISIP USU.
7. Secara khusus dan teristimewa kepada kedua orang tuaku yang tercinta Ayahanda
Ilhasmi dan Ibunda Cut Fatmawati (nyak lon sayang) yang telah melahirkan dan
membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang serta selalu memberikan
didikan dan disiplin, nasehat, memberikan motivasi dan memberikan perhatian yang
besar bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Buat abangku Hendri Efendi serta adikku tercinta Didi Junaidi, Syamsul Rizal, Reza
Fahmi dan Zulfikri selalu mendoakan, memberikan dukungan dan perhatian yang
besar bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Buat Sosiologi Stambuk 1998, 1999, 2000, dan seluruh Stambuk 2001 yang telah
menjadi teman dalam kesukaran, yang telah memberikan sumbangan pemikiran
semasa perkuliahan.
10.Terima Kasihku juga buat Sosiologi Stambuk 2002 yang selalu kompak: Roy
Spender, Benny Ariyandi, Dedi Ashari, RamaDhani A.N, Pinta U.S, Alhamdy, Haru,
Bornok, riko, Novenra, Kevin, Henry Sinaga, Juni A, Mona, Dea, Ade, Horhosana,
Imelda B, Martha, Juniwati, Uli, Siska, Intan dua-duanya, Masli, Natalia, Eka, Anna,
Eprina, Julasni, Kusrinayanti, Silvia, Zulfahriani, Dewi Z, Elida, Tuti, Innike, Vevy,
Sariomas, Mahyani, yang memberikan doanya maupun pemikiran hingga tulisan ini
dapat selesai.
11.Kepada seluruh responden penelitian ini yang telah meluangkan waktunya untuk
memberi informasi melalui jawaban atas kuissioner penelitian sehingga dapat
menjawab permasalahan penelitian, dan penulis dapat menyusun laporan penelitian
yang berbentuk skripsi ini.
12.Dan kepada semua sanak Famili, teman-teman yang tidak dapat Penulis sebutkan satu
persatu, yang telah banyak memberikan dukungan semangat serta doa kepada penulis
Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran begitu juga waktu
dalam menyelesaikan skripsi ini. Namun demikian penulis menyadari skripsi ini masih
banyak kekurangan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Besar harapan penulis kiranya
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Mei 2008
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……….. i
KATA PENGANTAR……….... ii
DAFTAR ISI……….. v
DAFTAR TABEL……….. vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang……… 1
1.2.Perumusan Masalah... 5
1.3.Tujuan Penelitian... 5
1.4. Manfaat Penelitian... 6
1.4.1. Manfaat Teoritis... 6
1.4.2. Manfaat Praksis... 6
1.5.Defenisi Konsep... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9
2.1. Modal Sosial………... 9
2.1.1.Jaringan Sosial ……….. 13
2.1.2. Kepercayaan ………. 15
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian……….. 19
3.2. Lokasi Penelitian... 20
3.3. Unit Analisis dan Informan .………. 21
3.4.Teknik Pengumpulan Data……… 24
3.7. Keterbatasan Penelitian………. 28
BAB IV DESKRIPSI DAN HASIL ANALISIS DATA 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ………. 30
4.1.1. Kota Medan Secara Gegrafis ………... 31
4.1.2. Kota Medan Secara Demografis ………. 32
4.1.3. Kota Medan Secara Kultur………... 34
4.1.4 Gambaran Penduduk Etnis Cina Dikota Medan…………... 35
4.2. Profil Informan………. 36
4.3. Penyajian Dan Analisis Data……… 41
4.3.1. Konteks Sejarah Bisnis Etnis Cina Di Kota Medan………….. 41
4.3.2. Analisa Terbentuknya Jaringan Sosial …..………... 43
4.3.3. Analisa Bentuk Ikatan Jaringan Sosial …………..…………... 48
4.3.4. Analisa Peran Jaringan Sosial Sebagi Potensi Modal sosial... 54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN……… 57
5.2. SARAN……… 59
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.6. Jadwal Kegiatan. ………... 26
4.1. Penduduk kota Medan menurut suku bangsa……….. 33
ABTRAKSI
Skripsi ini lahir dari realita yang terjadi di kota medan dimana uuntuk bidang ekonomi di kota medan dikuasai oleh para pengusaha etnik cina,, dalam penelitian ini menganalisis bagaimana para pengusaha etnis cina di kota medan membagun suatu bentuk jaringan diantara mereka yang jaringan tersebut dapat membantu mereka dalam mengembangkan bisnis mereka. dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimana para pengusaha etnis cina yang ada di kota medan membentuk jaringan tersebut, bagaimana ikatan bentuk jaringan tersebut dan bagaimana peranan jaringan tersebut. Dalam persaingan dalam bidang ekonomi para pengusaha etnis cina dapat pengguna jaringan sosial yang juga merupakan salah satu potensi modal sosial yang ada pada para pengusaha etnis cina di kota medan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study) yang bersifat deskriptif karena mengacu pada objek studi yang diamati situasi dan perilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail dan komperhensif. Lokasi penelitian berada di kotamadyia Medan ini di sebabkan karena unit abalisis adalah para pengusaha etnis cina yang mereka tersebar tempat tinggalnya dikota medan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap para pengusaha etnis cina di kota medan, bahwa jaringan sosial yang terbentuk di pengusaha etni cina dikota medan bermula dari pertemanan dan adanya hubungan keluarga.selanjutnya didapati bahwa bila dilihat dari bentuknya jaringan sosial yang ada pada pengusah etnis cina di kota medan dapat
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan etnis Cina di Medan di mulai pada abad ke-15, dimana ketika
armada pedagang Cina datang mengunjungi pelabuhan Sumatera Timur untuk
berdagang dengan cara barter. Hubungan dagang tersebut berlangsung dalam waktu
lama sehingga sebagian pedagang tersebut menetap di Sumatera Timur. Ketika usaha
perkebunan tembakau Belanda di Deli terus berkembang maka pengusaha Belanda
mendatangkan tenga kerja dari daratan Cina karena mereka tidak cocok dengan
buruh pribumi. Pada tahun 1879 tercatat 4.000 orang kuli Cina, dan pada tahun 1888
tercatat 18.352 orang kuli Cina. Setelah kontrak mereka habis, para buruh Cina
banyak bermukim di kota-kota, dan bekerja sebagai pedagang, pemilik toko, petani
kecil, nelayan dan penjual barang bekas. Pada akhir abad ke-19, dengan bantuan
pemerintah Hindia Belanda dan pengusahanya, memberikan monopoli pengangkutan
di kawasan Sumatera Timur pada etnis Cina. Pengusaha Belanda juga memberikan
kesempatan bagi orang etnis Cina untuk menjadi penyalur bahan makanan dan
kontraktor di perkebunan ( Lubis,1996 : 33 ).
Etnis Cina yang ada di kota Medan merupakan kelompok yang dikenal
dengan sebutan Cina totok. Ini dapat dilihat dari karakteristik etnis Cina yang ada,
dimana mereka masih mempertahankan budaya dari kota atau propinsi asalnya di
etnik Tionghoa September 2006:49). Kebanyakan etnis Cina yang di Sumatera
Timur tidak berbahasa Melayu, mereka hanya menggunakan bahasa Cina menurut
dialek mereka masing-masing (Vleming Jr.1989 :185 ). Jadi bukan merupakan hal
yang mengherankan jika para etnis Cina yang ada di Medan terbiasa menggunakan
bahasa Cina dalam kegiatan sehari-hari.
Dari hasil sensus penduduk tahun 1930 jumlah etnis Cina di kota Medan
27.000 jiwa. Pada tahun 1973 Biro Pusat Statistik melaporkan etnis Cina di kota
Medan mencapai 129.408 jiwa, hasil survei tahun 1983 etnis cina berjumlah 166.166
jiwa lebih (Melly G. Tan 1979 dan Pelly, 1983 :103). Menurut sensus penduduk yang
dilakukan pada tahun 2000 penduduk etnis cina telah berjumlah 202.308 jiwa dan
merupakan populasi penduduk terbesar ketiga setelah populasi penduduk etnis Jawa
dan etnis Batak di Medan.
Kota Medan sudah menjadi tempat perkumpulan etnis Cina sejak sekitar
tahun 1920-an. Perkumpulan etnis Cina ini biasanya bertujuan untuk memberikan
bantuan kepada para pedagang etnis Cina yang berada dalam kesulitan, berperan
sebagai perantara penyelesaian perselisihan di antara anggota, pemberi sokongan
pada para penemu, pemberian bantuan pada orang Cina melarat, dan sebaginya.
Perkumpulan-perkumpulan tersebut dibedakan menjadi perkumpulan keahlian,
perkumpulan orang sekampung / propinsi dan perkumpulan keluarga. Pada sekitar
tahun 1920-an di kota Medan terdapat 16 perkumpulan keahlian, 12 perkumpulan
sekampung ( Vleming Jr.1989:187 ). Setiap perkumpulan tersebut memiliki
aturan-aturan sendiri, memiliki waktu berkumpul dan memiliki gedung sendiri untuk
Saat ini etnis Cina di Medan merupakan etnis yang paling dominan dalam
penguasaan sumber daya ekonomi dan orang-orang kaya di Medan merupakan orang
dari etnis Cina (Baddaruddin, 2003;40). Hal ini tidak terbatas saja pada etnis Cina di
Medan tetapi juga etnis Cina yang ada di Indonesia secara umumnya merupakan
pemilik dan pebisnis-pebisnis yang menguasai dan mengendalikan ekonomi.
Menurut majalah Forbes Asia 10 orng terkaya di indonesia di dominasi etnik ini,
seperti Sukanto Tanoto, Putra Sampoerna, Eka Tjipta Widjaja, Rachman Halim, R.
Budi Hartono, Eddy William Kartuari, Trihatma k. Haliman dan Liem Sioe Liong
(Tempo, 1 oktober 2006 : 112). Dalam majalah Swasembada pada edisi
Bintang-bintang Bisnis dari daerah ( Swa 18 edisi khusus/31 agustus 2006 ) yang merangkum
nama-nama pengusaha-pengusahsa sukses dari Sumatera Utara maka di dapat
banyak nama pengusaha-pengusaha dari etnis Cina seperti Albert Kang, Amin Halim,
Anton Chen Tjia, Bobby Leong, Vincent Wijaya dan lainnya. Pada umumnya
pengusaha-pengusaha yang menguasai bisnis di Sumatera Utara khusus Medan
merupakan pengusaha-pengusaha dari etnis Cina.
Keunggulan etnis Cina dalam bidang ekonomi tidak terlepas dari budaya
mereka dalam berdagang yang mereka rintis sejak mereka tiba ke Medan.
Keunggulan etnis Cina pada bidang ekonomi tidak terlepas pada ikatan kekerabatan
yang menyadiakan jaringan sosial dikalangan mereka. Jaringan sosial terbentuk
dimulai dari ikatan-ikatan kekeluargaan dan ikatan-ikatan pertemanan yang terjalin
dalam komunitas etnis Cina. Ikatan kekerabatan dan pertemanan yang terbentuk
perkumpulan-Jr,1989:187). Ikatan-ikatan ini terus terbentuk dan berkembang, kebanyakan ikatan
ini berdasarkan pada kekerabatan dan ikatan kedaerahan, ikatan-ikatan yang
berkembang membentuk jaringan sosial yang luas. Jaringan sosial yang terbentuk
memberikan kontribusi-kontribusi yang menguntungkan dalam pencapaian tujuan
bersama, seperti bagaimana etnis Cina berbagi informasi ketika melakukan bisnis.
Kepercayaan pada pengusaha etnis Cina merupakan satu hal yang sangat
penting dalam berbisnis. Sin yung yang artinya mempergunakan kepercayaan
seluas-luasnya adalah peribahasa Cina kuno yang sangat berpengaruh pada pengusaha etnis
Cina dalam berbisnis (Elly, 2006:2). Kepercayaan di sini mempunyai makna yang
dalam bukan hanya pada hubungan antar pribadi tapi juga dasar dalam melakukan
bisnis. Kepercayaan pada bisnis para pengusaha etnis Cina merupakan bagian yang
tak terlepaskan akan terjalinnya kerjasama dalam bisnis. Menurut hasil penelitian
Robert H. Sillin (1972) yang meneliti tentang pasar grosir sayur di Hongkong, dia
menemukan bahwa kepercayaan merupakan faktor vital dalam mempertahankan
jaringan kompleks hubungan-hubungan dagang. Kepercayaan yang terjadi antara para
pengusaha etnis Cina membawa kepada kemudahan dalam melakukan kegiatan
bisnis, sehingga kegiatan transaksi bisnis lebih mudah dan praktis.
Dalam menjalankan kegiatan bisnis, orang etnis Cina selalu berpegang pada
nilai-nilai dan norma yang menjadi pegangan bersama. Nilai-nilai dan norma tersebut
menjadi sesuatu yang menjaga dan mempererat hubungan-hubungan yang telah ada
sehingga tercapai satu keharmonisan dalam menjalankan kegiatan bisnis. Nilai dan
norma yang ada seperti menekankan saling menjaga kepercayaan dengan sesama
sekumpulan aturan-aturan yang menjadi pegangan dan diikuti anggota dalam suatu
kelompok.
Dengan membaca pemaparan diatas maka terlihat bagaimana modal sosial
yang berupa kepercayaan, jaringan sosial dan norma sangat berperan dalam
mempengaruhi kegitan berbisnis para pengusaha Cina. Dalam penelitian ini mengkaji
bagaimana peranan jaringan sosial sebagai potensi modal sosial dalam kegiatan bisnis
etnis cina di kota Medan. Bagaimana para pengusaha etnis cina dapat memanfaatkan
modal sosial untuk mengembangkan dan melakukan bisnis mereka. Hal inilah yang
membuat menarik peneliti, untuk melakukan penelitian ini.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti
adalah:
“Bagaimana peranan jaringan sosial sebagai potensi modal sosial pada bisnis
etnis Cina di Medan?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:
“Untuk mengetahui bagaimana peranan jaringan sosial sebagi potensi
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah:
1.4.1 Manfaat Teoritis:
Bahwa penelitian yang berkaitan tentang peranan jaringan sosial
sebagi potensi modal sosial pada bisnis etnis cina, diharapkan
mampu memberikan kontribusi kepada mahasiswa lainnya yang
akan melakukan penelitian tentang Jaringan sosial sebagai potensi
modal sosial pada bisnis etnis cina dalam bentuk yang lainnya.
Memberikan manfaat kepada peneliti untuk mengetahui dan
memperoleh jawaban mengenai modal sosial pada bisnis etnis
Cina di Kota Medan .
1.4.2 Manfaat Praksis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau umbangan
bagi peneliti dan pihak-pihak terkait lainnya.
1.5 Defenisi Konsep
Untuk memperjelas maksud dan pengertian, serta untuk mempersatukan
pemahaman persepsi tentang konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini,
maka akan menguraikan batasan konsep yang akan dipergunakan. Pemberian batasan
konsep ini diperlukan untuk menuntun peneliti dalam menangani rangkaian proses
Faisal, 1999:107). Berikut dijelaskan batasan konsep yang dipergunakan dalam
peneltian ini.
1. Bisnis adalah proses-proses yang dilakukan dalam kegiatan-kegiatan
berusaha.
2. Etnis cina adalah orang yang memiliki silsilah keturunan dari negeri Cina
dan telah lama tinggal di Indonesia dan menjalankan usaha mereka di
Indonesia.
3. Modal Sosial adalah potensi atau sumber daya yang bernilai ekonomis yang
dimiliki oleh setiap individu, lapisan masyarakat, kelompok dan komunitas
serta dapat digunakan untuk mengakses sumber-sumber keuangan,
mendapatkan informasi, menemukan pekerjaan, merintis usaha, dan juga
menunjukkan pada bagian-bagian organisasi sosial seperti kepercayaan,
jaringan dan norma.
3.1 Kepercayaan (Trust), adalah sikap mempercayai antara orang etnis
Cina dengan etnis Cina atau etnis lain, yang dilakukan dalam
melakukan kegiatan bisnis, dimana mengandung harapan akan didapat
keuntungan bersama.
3.2 Jaringan Sosial (Social Networks) adalah hubungan-hubungan yang
terjalin diantara para pengusaha etnis Cina dengan pengusaha etnis
Cina yang lain, yang didalamnya telah terbangun keterlekatan.
Hubungan keterlekatan didasari pada hubungan kekerabatan,
3.3Norma/nilai (norms) adalah norma dan nilai sesuatu aturan dan ide
dan menjadi pegangan dan diikuti oleh anggota kelompok dalam
melakukan kegiatan-kegiatan bisnis sehari-hari.
4. Pengusaha adalah orang yang memiliki usaha dalam bidang perdagangan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Modal sosial
Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang
dikembangkan oleh ahli-ahli sosial untuk memperkaya pemahaman kita tentang
masyarakat dan komunitas. Modal sosial menjadi khasanah perdebatan yang menarik
bagi ahli-ahli sosial dan pembangunan khususnya awal tahun 1990-an. Teori tentang
modal sosial ini pada awalnya dikembangkan oleh seorang sosiolog Perancis bernama
Pierre Bourdieu, dan oleh seorang sosiolog Amerika Serikat bernama James Coleman.
Bourdieu menyatakan ada tiga macam modal, yaitu modal uang, modal sosial, dan modal
budaya, dan akan lebih efektif digunakan jika diantara ketiganya ada interaksi sosial atau
hubungan sosial. Modal sosial dapat digunakan untuk segala kepentingan, namun tanpa
ada sumber daya fisik dan pengetahuan budaya yang dimiliki, maka akan sulit bagi
individu-individu untuk membangun sebuah hubungan sosial. Hubungan sosial hanya
akan kuat jika ketiga unsur diatas eksis (Hasbullah, 2004:9).
James Coleman mengartikan modal sosial (social capital) sebagai struktur
hubungan antar individu-individu yang memungkinkan mereka menciptakan nilai-nilai
baru. Menurut Coleman, modal sosial lemah oleh proses-proses yang merusak
kekerabatan, seperti perceraian dan perpisahan, atau migrasi. Ketika keluarga
meninggalkan jaringan-jaringan kekerabatan mereka yang sudah ada, teman-teman dan
kontak-kontak yang lainnya, maka nilai dari modal sosial mereka akan jatuh (Field,
Fukuyama merumuskan modal sosial dengan mengacu kepada “norma-norma
informal yang mendukung kerjasama antara individu dan kapabilitas yang muncul dari
prevalensi kepercayaan dalam suatu masyarakat atau di dalam bagian-bagian tertentu dari
masyarakat. Modal sosial dapat menfasilitasi ekspansi ekonomi ke tingkat yang lebih
besar bila didukung dengan radius kepercayaan yang meluas(Ahmadi, 2003: 6 ). Putnam
merumuskan modal sosial dengan mengacu pada ciri-ciri organisasi sosial, seperti
jaringan, norma-norma, dan kepercayaan yang menfasilitasi koordinasi kerjasama untuk
sesuatu yang manfaatnya bisa dirasakan secara bersama-sama (mutual benafit).modal
sosial dalam bentuk struktur masyarakat yang horizontal ( yang kemudian melahirkan
asosiasi-asiosiasi horisontal) berperan penting dalam mendukung kemajuan ekonomi.
Menurut Robert Lawang, modal sosial menunjuk pada semua kekuatan kekuatan
sosial komunitas yang dikontruksikan oleh individu atau kelompok dengan mengacu pada
struktur sosial yang menurut penilaian mereka dapat mencapai tujuan individual dan/atau
kelompok secara efisien dan efektif dengan modal-modal lainnya (Lawang, 2004:24).
Konsep modal sosial menawarkan betapa pentingnya suatu hubungan. Dengan
membagun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, setiap
individu dapat bekerjasama untuk memperoleh hal-hal yang tercapai sebelumnya serta
meminimalisasikan kesulitan yang besar. Modal sosial menentukan bagaimana orang
dapat bekerja sama dengan mudah.
Hakikat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan
sehari-hari warga masyarakat. Hubungan sosial mencerminkan hasil interaksi sosial
pertukaran sosial, saling percaya, termasuk nilai dan norma yang mendasari hubungan
sosial tersebut (Ibrahim, 2006:110).
Pierre Bourdieu (Dalam Field, 2005:16) menjelaskan bahwa pusat perhatian
utamanya dalam modal sosial adalah tentang pengertian “tataran sosial”. Menurutnya
bahwa modal sosial berhubungan dengan modal-modal lainnya, seperti modal ekonomi
dan modal budaya. Ketiga modal tersebut akan berfungsi efektif jika kesemuanya
memiliki hubungan. Modal sosial dapat digunakan untuk segala kepentingan dengan
dukungan sumberdaya fisik dan pengetahuan budaya yang dimiliki, begitu pula
sebaliknya.dalam konteks huibungan sosial, eksistensi dari ketiga modal (modal sosial,
modal ekonomi dan budaya) tersebut merupakan garansi dari kuatnya suatu ikatan
hubungan sosial.
Modal sosial atau Social Capital merupakan sumber daya yang dipandang sebagai
investasi untuk mendapatkan sumber daya baru. Sumber daya yang digunakan untuk
investasi, disebut dengan modal. Modal sosial cukup luas dan kompleks. Modal sosial
disini tidak diartikan dengan materi, tetapi merupakan modal sosial yang terdapat pada
seseorang. Misalnya pada kelompok institusi keluarga, organisasi, dan semua hal yang
dapat mengarah pada kerjasama. Modal sosial lebih menekankan pada potensi kelompok
dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok,
dengan ruang perhatian pada kepercayaan, jaringan, norma dan nilai yang lahir dari
anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.
Pada masyarakat dikenal beberapa jenis modal, yaitu modal budaya (cultural
capital), modal manusia (human capital), modal keuangan (financial capital) dan modakl
diperoleh dari lingkungan keluarga atau lingkungan sekitarnya. Modal manusia lebih
merujuk pada kemampuan, keahlian yang dimiliki individu. Modal keuangan merupakan
uang tunai yang dimiliki, tabungan pada bank, investasi, fasilitas kredit dan lainya yang
bisa dihitung dan memiliki nilai nominal. Modal fisik dikaitkan dengan segala sesuatu
yang berkaitan dengan material atau fisik.
Modal sosial akan dapat mendorong keempat modal diatas dapat digunakan lebih
optimal lagi. Menurut Hasbullah, modal sosial adalah sumberdaya yang dapat dipandang
sebagi investasi untuk mendapatkan sumberdaya baru.. Di mana kebudayaan tersebut
dapat membantu masyarakat atau komunitas supaya bisa menumbuh kembangkan
kehidupan ekonomi masyarakat atau komunitas tersebut. Kemampuan komunitas
mendayagunakan modal sosial membuat penggunaan modal menjadi lebih efektif dan
efisien sehingga memungkinkan terciptanya sistem pengelolaan yang berkelanjutan.
Beberapa defenisi yang diberikan para ahli tentang modal sosial yang secara garis
besar menunjukkan bahwa modal sosial merupakan unsur pelumas yang sangat
menentukan bagi terbangunnya kerjasama antar individu atau kelompok atau
terbangunnya suatu perilaku kerjasama kolektif. Dalam modal sosial selalu tidak terlepas
pada tiga elemen pokok yang ada pada modal sosial yang mencakup (a)
Kepercayaan/Trust (kejujuran, kewajaran, sikap egaliter, toleransi, dan kemurahan hati);
(b) Jaringan Sosial/Social Networks (parisipasi, resiprositas, solidaritas, kerjasama); (c)
Norma/norms (nilai-nilai bersama, norma dan sanksi, aturan-aturan). Menurutnya ketiga
elemen modal sosial di atas berikut aspek-aspeknya pada hakikatnya adalah
elemen-elemen yang ada atau seharusnya ada dalam kehidupan sebuah kelompok sosial, apakah
dengan kata lain elemen-elemen modal sosial tersebut merupakan pelumas yang
melicinkan berputarnya mesin struktur sosial.
2.1.1. Jaringan Sosial (social networks)
Hubungan manusia sangat berarti baginya sebagai individu. Dapat dikatakan
bahwa kita, setidaknya sebagian, diartikan melalui siapa yang kita kenal. Secara
lebih luas, ikatan-ikatan di antara manusia juga berperan sebagai dinding
pembatas bagi struktur-struktur sosial yang lebih luas. Ide sentral dari modal
sosial adalah bahwa jaringan-jaringan sosial merupakan suatu aset yang bernilai
(Field, 2005:16)jaringan-jaringan menyediakan suatu basis bagi kohesi sosial
karena menyanggupkan orang untuk bekerjasama satu sama lain dan bukan hanya
dengan orang yang mereka kenal secara langsung agar saling menguntungkan.
Jaringan lebih mobel dari pada hirarki. Dalam alokasi sumber daya ala
jaringan, transaksi terjadi tidak melalui pertukaran yang terpisah atau restu
administratif, tetapi melalui jaringan-jaringan individu yang terlibat dalam
aksi-aksi timbal balik, saling mengutamakan, dan saling mendukung. Jaringan dapat
bersifat kompleks; mereka tidak menerapkan kriteria pasar yang ekplisit, juga
tidak memakai paternalisme yang biasanya terdapat dalam hirarki. Sebuah asumsi
dasar dari hubungan jaringan adalah bahwa satu pihak tergantung pada
sumber-sumber yang dikontrol oleh pihak lain, dan bahwa ada keuntungan yang bisa
diperoleh dari penggabungan sumber daya. Intinya, pihak-pihak dalam jaringan
setuju untuk tidak mengejar kepentingan diri sendiri dengan jalan merugikan yang
Keterkaitan jaringan dan kelompok merupakan aspek vital dari modal sosial.
Jaringan sosial terjadi berkat adanya keterkaitan antara individu dalam komunitas.
Keterkaitan terwujud di dalam beragam tipe kelompok pada tingkat lokal maupun
tingkat lebih tinggi. Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu
tipologi khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok. Pada kelompok
sosial yang biasanya terbentuk secara tradisional atas dasar kesamaan garis
keturunan (liniage), pengalaman-pengalaman sosial turun temurun (repeated
social experiences), dan kesamaan kepercayaan pada dimensi Ketuhanan
(religious belief) cenderung memiliki kohesifitas yang tinggi, tetapi rentang
jaringan maupun trust yang terbangun sangat sempit. Sebaliknya, pada kelompok
yang dibangun atas dasar kesamaan orientasi dan tujuan dengan ciri pengelolaan
organisasi yang lebih modern akan memiliki tingkat partisipasi anggota yang
lebih baik dan memiliki rentang jaringan yang lebih luas.
Pada dasarnya modal sosial merupakan kerjasama yang dibangun dengan
untuk mencapai tujuan. Kerjasama yang terjalin tercipta ketika telah terjadinya
hubungan interaksi sosial sehingga menghasilkan jaringan kerjasama, pertukaran
sosial, saling percaya dan terbentuknya nilai dan norma dalam hubungan interaksi
tersebut.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rakhmania (2003:58), pada etnis Cina
di Jakarta maka didapati institusi keluarga dan ikatan kekerabatan adalah modal
sosial yang menopang bisnis etnis Cina. Ikatan kekeluargaan menyediakan
jaringan sosial di kalangan etnis Cina, di mana jaringan sosial ini berdasarkan
Dengan adanya modal sosial pada etnis Cina terjadilah perkembangan
bisnis-binis, di sini terlihat bagaimana modal sosial dapat berfungsi dan bermanfaat bagi
bisnis etnis Cina bila mereka mampu mempergunakan modal sosial
sebaik-baiknya.
2.1.2. Kepercayaan (Trust)
Modal sosial; Trust yang dijabarkan oleh Max Weber, dimana Weber
melihat sekte babtis pada agama kristen yang memperlihatkan kualitas moral
dalam mengawali sebuah bisnis serta untuk mendapatkan pinjaman modal.
Unsur-unsur modal sosial yang dijabarkan oleh Max Weber yakni
1. Adanya jaringan hubungan non ekonomi.
2. Adanya fungsi jaringan sosial yang memungkinkan terjadinya perputaran
informasi.
3. Informasi dan kepercayaan digunakan untuk mendapatkan sumber daya
ekonomi.
Seperti pernyataan Weber yang melihat bahwa orang Protestan bekerja keras
bukan untuk mencari keuntungan, melainkan ingin meraih kedudukan di hadapan
Tuhan. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa tindakan ekonomi seseorang
sangat dipengaruhi oleh unsur kepercayaan (religiusitas) yang dimiliki setiap
masyarakat. Agama dalam hal ini berperan dalam menumbuhkan sikap semangat
untuk bekerja keras, hemat dan perduli terhadap sesamanya. Apabila mereka
mempercayai hal itu maka Tuhan akan memberikan jaminan pahala dan surga
Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa trust itu berasal dari sebuah
jaringan sebagai sumber penting tumbuh dan hilangnya trust. Dalam pandangan
Francis Fukuyama, trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang
memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan
memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial. Fukuyama berpendapat
bahwa kepercayaan adalah pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas
yang berperilaku normal, jujur dan kooperatif berdasarkan norma-norma yang
dimiliki bersama. Adanya jaminan tentang kejujuran dalam komunitas dapat
memperkuat rasa solidaritas dan sifat kooperatif dalam komunitas.
Modal sosial; kepercayaan dapat diperoleh melalui hubungan vertikal dan
horizontal. Hubungan vertikal dalam hal ini adalah bahwa pekerja migran
menciptakan hubungan sosial yang baik dengan para pengusaha kecil konveksi di
tempat mereka bekerja. Hal ini dimaksudkan untuk menimbulkan rasa percaya
diantara para pengusaha dan pekerja sehingga menciptakan kerjasama yang baik
dan saling menguntungkan dikedua belah pihak hubungan yang kedua adalah
horizontal yaitu hubungan sosial dengan sesama pekerja migran dan masyarakat
di sekitar mereka. Hubungan yang baik diantara sesama pekerja migran dalam
kelompoknya akan membangun rasa solidaritas yang tinggi dan menimbulkan
kepercayaan (trust).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lubis, yang menyoroti bagaimana
bekerjanya elemen modal sosial yakni kepercayaan dalam pengelolaan arisan, dia
melihat bahwa kepercayaan antar anggota dengan pengurus arisan merupakan
kepada pengurus karena mereka jujur, bekerja sungguh-sungguh untuk
kepentingan anggota (bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok individu),
dan menjaga kepercayaan itu ketika ditunjuk sebagai pengurus dalam anggota.
Beberapa dimensi Modal Sosial dikumpulkan datanya, salah satunya adalah
perasaan saling mempercayai dan rasa aman yakni:
Percaya meninggalkan rumah, untuk berpergian ke luar kota, bahwa rumah yang
ditinggalkan akan aman.
Percaya bahwa tetangga akan ikut mengawasi keamanan rumah yang kita
tinggalkan.
Percaya bahwa tetangga semuanya adalah orang yang baik.
Perasaan aman berjalan sendiri di jalanan setelah malam hari.
Persetujuan pada pendapat bahwa setiap orang dapat dipercaya.
Reputasi aman di area tempat tinggal.
Perasaan percaya pada pemerintah.
Perasaan percaya pada anggota legislatif.
Perasaan percaya pada pemimpin lokal.
Perasaan percaya pada tokoh agama yang ada dalam komunitas dan yang berada
di luar komunitas.
Bentuk kepercayaan (trust) yang dimiliki setiap individu tidak hanya terdapat
dalam kesamaan religi saja melainkan sudah menyebar pada tingkatan yang lebih
tinggi lagi. Dengan demikian kepercayaan (trust) yang dimiliki oleh setiap individu
baik itu pada pengusaha etnis Cina dalam komunitasnya akan memberikan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian dengan pendekatan
kualitatif dengan metode studi kasus (case study) karena mengacu pada objek studi yang
diamati, situasinya, dan perilakunya. Studi kasus adalah tipe penelitian yang
penelaahannya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail, dan
komprehensif (Faisal, 1999:22). Metode studi kasus digunakan dalam penelitian ini
karena:
Pendekatan ini melihat individu secara holistik (utuh).
Pendekatan ini menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menggambarkan
fenomena yang terjadi dengan melibatkan berbagai metode seperti wawancara,
observasi dan lain-lain.
Pendekatan ini bersifat emik, maksudnya peneliti dapat membagun
pandangannya sendiri tentang apa yang diteliti secara rinci (Moleong,
2005:4-6).
Sesuai dengan strategi-strategi penelitian lain, studi kasus merupakan suatu cara
penelitian terhadap masalah empiris dengan mengikuti rangkaian prosedur yang telah
dispesifikasikan terlebih dahulu. Metode studi kasus banyak digunakan bila perumusan
masalah suatu penelitian menuntut ‘how’ (bagaimana) atau ‘why’ (mengapa).
Dalam tataran praktis, akan mencakup satu satuan tempat atau organisasi tertentu.
merupakan bounded system yang berdiri sendiri, sekaligus merupakan bagian dari yang
lain. Hubungan dialektika antara individu dengan masyarakat/kelompok sebagai sebuah
sistem. Sebaliknya, individu tidak mungkin dapat dipisahkan dari nilai-nilai
masyarakat/kelompok.
Melalui pendekatan ini, peneliti diharapkan bisa memberikan jawaban atau
menganalisis mengenai permasalahan yang dijadikan sebagai objek penelitian. Dimana di
dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui bagaimana jaringan sosial pada
pengusaha, terutama pada pengusaha etnis Cina. Dengan begitu peneliti berusaha untuk
mencari informasi pengusaha-pengusaha etnis Cina yang relevan dengan penelitian.
Dengan tujuan untuk bisa berinteraksi langsung dengan para pengusaha etnis Cina
sehingga permasalahan penelitian dapat terjawab.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Medan karena komunitas etnis Cina di Medan
memiliki karekteristik yang berbeda dari komunitas etnis Cina yang ada di daerah
Indonesia lainnya, seperti penggunaan bahasa pergaulan sehari-hari yang masih
menggunakan bahasa dari daerah asal mereka di Cina, masih terdapatnya
perkumpulan-perkumpulan berdasarkan kesukuan dan lain-lainnya. Komunitas etnis Cina yang ada di
kota Medan merupakan komunitas yang dominan dalam bidang ekonomi, yang terlihat
sangat jelas. Selain itu, belum banyak penelitian tentang jaringan sosial pada etnis Cina di
kota Medan dan lokasi penelitian mendukung efisiensi penelitian karena peneliti tinggal
dan beraktivitas di lokasi penelitian, sehingga membuat peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian.
3.3.1. Unit Analisis
Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah semua pengusaha
etnis Cina yang bertempat tinggal di kota Medan.
3.3.2. Informan
Mengingat jumlah unit analisisnya cukup banyak, maka dapat diambil
beberapa yang dijadikan sebagai sumber informan. Adapun teknik pengambilan
informan dilakukan dengan cara menentukan orang (dalam hal ini pengusaha etnis
Cina baik pria maupun wanita) yang dianggap mewakili unit analisis dan yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan kriteria sebagai persyaratan untuk
menjadi sumber informan yaitu:
1. Pengusaha etnis Cina yang dikenali dari penampilan fisik dan silsilah
keluarga dari Cina yang bertempat tinggal di kota Medan dan memiliki
perusahaan.
2. Pengusaha etnis Cina yang telah menjalankan perusahaan tersebut selama
5 tahun.
Informan Informasi yang di peroleh Teknik
Pengusaha I Konsep dan
implementasi
partisipasi, resiprositas,
Wawancara
solidaritas, kerjasama,
keadilan.
Nilai-nilai yang dianut
bersama, norma-norma
dan sanksi-sanksi,
aturan-aturan yang ada
dikalangan pengusaha
etnis cina.
Pengusaha II nilai-nilai yang dianut
bersama, norma-norma
dan sanksi-sanksi,
aturan-aturan yang ada
pada pengusaha etnis
cina.
Konsep dan
implementasi
partisipasi, resiprositas,
solidaritas,
kerjasama,keadilan.
Konsep dan
implementasi kejujuran,
kewajaran, egaliter,
toleransi, kemurahan
Wawancara
hati.
Pengusaha III konsep dan
implementasi kejujuran,
kewajaran, egaliter,
toleransi, kemurahan
hati.
Konsep dan
implementasi
partisipasi, resiprositas,
solidaritas, kerjasama,
keadilan.
Nilai-nilai yang dianut
bersama, norma-norma
dan sanksi-sanksi,
aturan-aturan-aturan
yang ada.
wawancara
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
3.4.1 Wawancara mendalam (in- depth interview) :
Wawancara yang akan dilakukan yang berkaitan dengan jaringan sosial pada
pengusaha etnis Cina di kota Medan. Hal ini dilakukan untuk menggali informasi
mengenai pengalaman individu atau perorangan terutama dalam hal ini para
pengusaha yang telah menjalankan perusahaan. Dalam hal ini dipergunakan
pedoman wawancara (interview guide) yang memuat pertanyaan-pertanyaan
sehingga dapat menjawab permasalahan penelitian.
3.4.2 Observasi:
Berkaitan dengan melakukan pengamatan secara tidak langsung terhadap hal-hal
yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu jaringan sosial yang terdapat
pada pengusaha etnis Cina yang ada di Medan. Tujuannya untuk mendapatkan
data yang mendukung dari hasil wawancara yang berkaitan dengan permasalahan
penelitian ini.
3.4.3 Pencatatan dokumen
Diperoleh dengan mengumpulkan dari berbagai sumber data sekunder yakni studi
kepustakaan, peneliti berusaha mendapatkan suatu landasan teori yang kuat dari
berbagai litelatur seperti buku-buku, jurnal serta dokumen lainnya yang
berhubungan langsung dengan penelitian ini.
3.5 Interpretasi Data
Data-data yang berupa hasil observasi non-partisipan, wawancara yang diperoleh
dari sumber data penelitian ini dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan dan
dikategorikan sesuai dengan permasalahan penelitian dan dari studi kepustakaan.
Selanjutnya tahap yang dilakukan adalah analisa dan interpretasi data. Pada tahap inilah
menyimpulkan kebenaran yang berguna untuk menjawab persoalan yang diajukan dalam
penelitian. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis kualitatif, di mana proses
analisis dalam penelitian ini telah dilakukan sejak awal penulisan proposal sampai
selesainya penelitian.
3.6 Jadwal Kegiatan
Tabel 2.1
Distribusi Jadwal Penelitian
NO
JADWAL KEGIATAN
Febuari
maret
April
Mei
wawancara kepada Informan I (M.F.L) 8 Melakukan
wawancara kepada informan II (S.K) 9 Melakukan
wawancara kepada informan III ( W.L
10
Melakukan wawancara kepada informan (H.T)
3.7 Keterbatasan Penelitian
Kendala terbesar dalam penelitian ini adalah dimulai dari pengambilan surat izin
dari penelitian dari kantor badan penelitian dan pengembangan Provinsi Sumatra utara
dan kantor persatuan dan kesatuan bangsa provinsi Sumatra utara, pengurusan surat izin
ini memerlukan waktu sampai 8 hari karena kendala administrasi dan ketidakhadiran
pegawai yang bersangkutan.
peneliti dalam melakukan penelitian hanya dengan mengandalkan pertemanan dan
pendekatan-pendekatan pribadi.
Setelah mendapatkan surat izin dari kantor kesatuan bangsa dan perlindungan
masyarakat, keterbatasan kemampuan peneliti dalam menjumpai informan-informan
menjadi hal yang sangat mempengaruhi peneliti dalam membuat penelitian ini,
keterbatasan tersebut peneliti coba selesaikan dengan meminta bantuan teman peneliti
tapi bantuan itu tidak maksimal karena juga tidak bisa untuk mendapatkan target yang
peneliti buat. Keterbatasan yang lain juga kepadatan jadwal informan dan keengganan
informan untuk melakukan wawancara dengan peneliti. Keterbatasan waktu tersebut
peneliti coba menyiasati dengan melakukan wawancara berulang dan dengan menunggu
waktu senggang informan, keengganan informan untuk memberikan penjelasan, peneliti
siasati dengan cara memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian ini dan mengatakan
bahwa kerahasiaan informan akan keterangan akan dijaga.
Peneliti juga terkendala pada pencarian bahan-bahan tentang
pengusaha-pengusaha besar etnis Cina di medan, ini karena kurangnya publikasi-publikasi yang
membahas tentang perkembangan bisnis para pengusaha etnis Cina yang ada di kota
Medan. Kekuranggan bahan-bahan tersebut peneliti tutupi dengan melakukan
observasi-observasi untuk mendapatkan informasi-informasi tambahan.
selesai dari permasalahan teknis penelitian dan kendala di lapanggan, peneliti
menyadari masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan dan pengalaman dalam
melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Walau demikian peneliti tetap terus berusaha
untuk melaksanakan rangkaian kegiatan penelitian dengan sebaik mungkin agar hasil
BAB IV
DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA
4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Secara historis perkembangan kota Medan, sejak awal telah memposisikan
menjadi pusat perdagangan (ekspor - impor) sejak masa lalu. Dijadikannya kota Medan
sebagai ibukota Deli juga telah menjadikannya kota Medan menjadi pusat pemerintah
sampai saat ini, di samping merupakan salah satu daerah kota, juga sekaligus sebagai
ibukota provinsi Sumatera Utara. Perkembangan kota Medan tidak terlepas dari dimensi
historis, ekonomi dan karakteristik kota Medan itu sendiri, yakni sebagai kota
mengemban fungsi yang luas dan besar, serta salah satu kota terbesar di Indonesia.
Realitasnya, kota Medan kini berfungsi :
1. Sebagai pusat pemerintahan daerah, baik pemerintahan provinsi Sumatera Utara
maupun kotamadya Medan, sebagai tempat kedudukan perwakilan/konsulat
negara-negara sahabat, serta wilayah kedudukan berbagai perwakilan perusahaan,
bisnis, keuangan di Sumatera Utara.
2. Sebagai pusat pelayanan kebutuhan sosial, ekonomi masyarakat Sumatera Utara,
seperti : rumah sakit, perguruan tinggi, stasiun TVRI, RRI, dan lain-lain,
termasuk berbagai fasilitas yang dikembangkan swasta, khususnya pusat-pusat
perdagangan.
3. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, perdagangan, keuangan dan jasa secara
4. Sebagai pintu gerbang regional/internasional/kepariwisataan untuk kawasan
barat.
4.1.1. Kota Medan Secara Geografis
Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar (265,10 km2) atau 3,6 % dari
keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan
kota/kabupaten lainnya, kota Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil,
tetapi dengan jumlah penduduk yang relatif lebih besar. Secara geografis, kota
Medan terletak pada 30 30’- 30 43’ Lintang Utara dan 980 35’- 980 44’ Bujur
Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara berada pada
ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut.
Secara administratif, wilayah kota Medan hampir secara keseluruhan
berbatas dengan Daerah Deli Serdang, yaitu sebelah barat, selatan dan timur.
Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang
diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat dunia. Kabupaten Deli
Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya Alam
(SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara
geogarafis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya
alam.
Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat
Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai pintu masuk
kegiatan perdagangan barang dan jasa, naik perdagangan domestik maupun ke
perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah
terbangun Belawan dan pusat kota Medan saat ini.
4.1.2 Kota Medan Secara Demografis
Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Kota Medan saat
ini diperkirakan telah mencapai 2.006.142 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar
dari pria (1.010.174 jiwa > 995.968 jiwa). Jumlah penduduk tersebut diketahui
merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan
mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk commuters. Dengan
demikian Kota Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang
besar, sehingga memiliki deferensiasi pasar.
Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni lebih kurang
1.377.751 jiwa berusia produktif (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat
pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan
demikian Kota Medan secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat
bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri
manufaktur.
Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan periode tahun 2000-2005
cenderung mengalami peningkatan. Di mana tingkat pertumbuhan penduduk pada
tahun 2000 adalah 0,09 % menjadi 0,63 % pada tahun 2005. Sedangkan tingkat
kepadatan penduduk mengalami peningkatan 7.183 jiwa per Km dari tahun 2000
sampai dengan tahun 2005 (BPS Provinsi Sumut). Jumlah penduduk paling
Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kecamatan
Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk
tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area dan Medan Timur.
Tabel 4.1
Penduduk kota Medan menurut suku bangsa
Suku bangsa Jumlah
Melayu 125.557
Data sensus penduduk 2000. BPS Provinsi Sumut
4.1.3 Kota Medan Dalam Dimensi Sejarah
Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang
panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru
Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang
diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh.
Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan ibukota
Residen Sumatera Timur dari Bengkalis ke Medan tahun 1887, sebelum akhirnya
statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang Gubernur pada
tahun 1915. Secara historis, perkembangan Kota Medan sejak awal
memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan. Posisinya yang terletak di
dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya Kebijakan Sultan Deli yang
mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal perkembangannya, telah
mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai pusat perdagangan (ekspor -
impor) sejak masa lalu. Sedang dijadikannya Medan sebagai ibukota Deli juga telah
mendorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini,
di samping merupakan salah satu daerah Kota juga sekaligus ibukota Propinsi
Sumatera Utara.
4.1.4 Kota Medan Secara Kultur
Sebagai pusat perdagangan regional maupun internasional, sejak awal
Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Dapat dilihat dari
keberagaman suku bangsa yang bertempat tinggal di kota Medan, dari data BPS
Provinsi Sumatera Utara tercatat 10 suku bangsa yang berdiam di kota Medan, ini
belum termasuk lagi beberapa suku bangsa minoritas seperti suku Tamil.
Kota Medan juga terdiri dari banyak pemeluk agama yang saling berlainan
yang beragama Hindu. Ini belum dihitung lagi aliran-aliran kepercayaan yang
dianut oleh sebagian kecil penduduk kota Medan. Dari keberagaman suku bangsa
sampai keberagaman agama dan kepercayaan tetapi kota Medan tidak pernah
dilanda konflik karena isu agama, hal ini berbeda dengan kota-kota besar lain yang
ada di Indonesia.
Dengan banyaknya keberagaman yang ada di Kota Medan menyajikan
keberagaman budaya yang kesemuanya berjalan beriringan. Oleh karenanya,
budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragam
nilai-nilai budaya tersebut tentu saja juga mendukung keberagaman yang ada di kota
Medan yang merendam primordialisme di Kota Medan.
4.1.5 Gambaran Penduduk etnis Tionghoa di Kota Medan
Sebagian besar warga etnis Cina tinggal di daerah perkotaan, seperti yang
tergambar dalam data penduduk etnis Cina dalam setiap kecamatan yang ada di
kota Medan. Masyarakat etnis Cina di kota Medan umumnya bermukim di
daerah-daerah sekitar pusat kota, yang komunitasnya pada umumnya adalah sesama etnis
Cina.
Ada beberapa sebab kenapa mengapa para etnis Cina membentuk komunitas
sendiri. Pertama, kuatnya rasa saling membutuhkan dan ketergantungan sesama
orang Cina. Mereka berinteraksi dengan penduduk lokal agar terhindar dari konflik
dengan para penduduk. Kedua, juga dapat dilihat dari sisi lain dengan adanya
larangan WNA untuk bermukim dan mendirikan usaha di desa-desa. Sebagaimana
Cina) untuk bermukim dan mendirikan usaha di desa-desa dan hanya
diperkenankan berusaha terbatas di sekitar ibu kota daerah tingkat I dan II.
Dari data penduduk yang berdasarkan pada etnis maka dapat dilihat bahwa
penduduk etnis Cina bertempat tinggal paling banyak pada daerah Medan Area,
Medan Sunggal, Petisah, dan Medan Kota. Sedangkan daerah-daerah pinggiran kota
penduduk etnis Cina tidak begitu banyak. Gambaran tempat tinggal penduduk etnis
Cina ini memperlihatkan bahwa sebagian besar mereka menempati kawasan atau
daerah yang memiliki nilai ekonomi yang relatif lebih tinggi terutama bila kita
berpatokan dari harga tanahnya..
Tabel 4.2
Jumlah penduduk etnis cina di setiap kecamatan di medan
KECAMATAN JUMLAH PERSENTASE
1 Petisah 25298 11.4%
2 Medan Baru 4419 2.0%
3 Medan Helvetia 3666 1.6%
4 Medan Sunggal 27882 12.5%
5 Medan Maimun 15073 6.8%
6 Medan Barat 21281 9.6%
7 Medan Labuhan 1528 0.7%
8 Medan Tuntungan 389 0.2%
9 Medan Deli 10179 4.6%
10 Medan Area 35947 16.1%
11 Tembu Medan ng 9497 4.3%
12 Medan Perjuangan 14130 6.3%
14 Medan Belawan 4127 1.9%
Sumber: Dinas Informasi Komunikasi dan Data Elektronik, kota Medan, 2005
4.2 Profil Informan Penelitian
1. M.F. L
M.F.L biasa disapa dengan Pak F, beliau merupakan penyandang gelar B.Bc dari
Standfordship University (London). Dia merupakan CEO dan Presiden Direktur dari PT.
Macan Berkah Internasional yang membawahi Madinah Syariah Supermarket (bergerak
di ritel) dan IT Consultant (konsultan ritel). Dimana Supermarket yang berada di dalam
bangunan Plaza Milenium, yang para konsumen pada umumnya mengenal dengan
bernama Macan Syariah, yang katanya perubahan tersebut karena adanya perubahan
dalam manajemen perusahaan tersebut.
Ia merupakan anak pertama dari lima bersaudara, pasangan dari H.L dan T. K.
Pak F merupakan orang yang supel dan ramah terhadap banyak orang ini terlihat ketika
peneliti datang ke supermarket yang juga sebagai tempat ia berkantor. Nampak ia sedang
berbicara dengan beberapa orang pelanggan yang sedang berbelanja. Pak F merupakan
bagian dari keluarga yang mengelola jaringan Ritel Macan Yaohan yang tersebar di Kota
Medan.
Menurut F bahwa jaringan yang terbentuk pada pebisnis etnis Cina berawal dari
perkenalan, hubungan kekeluargaan yang kemudian memunculkan rasa saling percaya
yang terus-menerus dibina. Pada umumnya pembinaan jaringan tersebut melalui
pertemuan-pertemuan yang dilakukan.
Menurut F jaringan yang terbentuk memberikan keuntungan bersama pada
orang-orang yang tergabung dalam jaringan tersebut, seperti kemudahan dalam
mendapatkan informasi dan mempermudah urusan bisnis.
2. S.K
S.K merupakan Presiden Direktur Grup Capela, sebuah Holding (gabungan
beberapa perusahaan) yang bergerak di bidang penjualan kendaraan roda empat dengan
berbagai merek, penjualan sepeda motor merk Honda, sampai pada penjualan kendaraan
alat berat sekalian suku cadang dan sekarang juga mengurusi perusahaan pembiayaan
mobil sampai pada perusahaan perkebunan.
S.K, merupakan anak laki-laki bungsu dari lima bersaudara, berusia 42 tahun,
pengusaha etnis Cina yang berpenampilan trendi dengan balutan baju kemeja dan tidak
lupa dasi disertai dengan celana dan sepatu yang mengkilap dan tidak ketinggalan mobil
mewah sebagai kendaraan. S.K juga tergabung dalam beberapa kelompok penggemar
seperti dalam kelompok penggemar jam tangan mewah, sampai pada kelompok
penggemar minuman Wine.
Jaringan dipertahankan dengan mempertahankan komitmen sehingga
kepercayaan yang terjalin dapat terus dipertahankan. Jaringan yang terbentuk sangat
diperlukan dalam bisnis selain lebih mempermudah urusan bisnis juga mempermudah
kita untuk mengetahui kondisi bisnis yang ada. Menurut S.K jaringan memberikan
manfaat pada semua orang yang masuk dalam jaringan tersebut, di mana kita saling
diuntungkan, sehingga membawa keuntungan bersama.
3. W.L
W.L, pria berusia 54 tahun ini merupakan pemilik dari perusahaan Trophy Tour
& Travel, pendiri Institut Teknologi Manajemen Internasional (ITMI), Perguruan
Harapan Mandiri dan juga perusahaan yang bergerak dalam bisnis properti, pemilik BTS
kargo dan ia merupakan pemilik Jatayu Airlines dan sekarang juga lagi mengembangkan
usaha dalam bidang kebun sawit.
W.L merupakan pengusaha yang mudah untuk diajak berbicara. Mantan ketua
organisasi pemilik maskapai penerbangan Indonesia merupakan orang yang santai, ini
terlihat ketika dalam wawancara yang dilakukan peneliti. Menurut W.L dalam berusaha
diperlukan keuletan dan bagaimana menjaga kepercayaan. dalam menjalankan usaha.
Kepercayaan merupakan hal yang sangat membantu dalam mengembangkan bisnis
terutama di Medan. Kepercayaan muncul dari adanya hubungan yang baik. Kepercayaan
dipertahankan dengan komitmen, di mana kita harus bisa menjaga komitmen yang telah
kita buat.
4. H.T
H.T merupakan pemilik jaringan toko kaset E.T 45, ia juga merupakan pengusaha
yang aktif di beberapa organisasi kepemudaan. Beliau merupakan lulusan Sarjana
ekonomi dari Universitas Harapan. Pengusaha yang supel ini mungkin ditunjang dengan
pengalamannya di beberapa organisasi kepemudaan, merupakan orang yang mudah
diajak berbicara dalam hal apapun, tetapi dia merupakan pengusaha yang sulit ditemui
dengan banyaknya jadwal kegiatan yang diikuti. Pak H.T merupakan pengusaha yang
dekat dengan tokoh pendiri partai Hanura.
4.3. Penyajian dan Analisis Data
4.3.1 Konteks Sejarah Bisnis Etnis Cina di Kota Medan
Cina perantauan yang pertama membuka usaha bisnis di Medan adalah Tjong A
Fie, yang datang ke tanah Deli bersama abangnya, Tjong yong Hian. Mereka berangkat
dari tanah kelahirannya di Desa Moy Hian, Kanton, tahun 1875. Awalnya mereka
membuka perkebunan tembakau dan membuka warung umtuk memenuhi kebutuhan para
pekerja kebun dan mereka menetap di Labuhan Deli.
Selain perkebunan tembakau, Tjong A Fie membuka kedai untuk melayani segala
kebutuhan kuli-kuli Cina Daratan yang berbondong-bondong datang ke Tanah Deli.
Membanjirnya Cina perantauan yang bekerja dan menetap di Tanah Deli membuat kedai
sebagai pengusaha kaya raya dan sangat dihormati. Untuk memperlancar segala urusan,
dia memindahkan pusat bisnisnya ke Medan pada tahun 1886. Saat inilah dia
membangun rumahnya yang megah yang sampai sekarang masih ada, di daerah Kesawan
yang kini menjadi sebagai salah satu pusat bisnis kota Medan.
Kemudian usaha Tjong A Fie berkembang, tidak hanya terbatas pada usaha
bisnuis, sampai juga terkenal sebagai salah satu orang yang memiliki kekuasaan politik
pada saat itu. Ini karena hubungan dekatnya dengan Sultan Deli dan orang-orang
Belanda. Karena mempunyai hubungan khusus dengan Sultan Deli dan kekayaan yang
dia miliki maka pada tahun 1885 pemerintahan Belanda menganugerahi pangkat
“Letnan” padanya. Gelar tersebut merupakan gelar yang sangat bergengsi bagi
orang-orang Cina yang ada di Tanah Deli.( Swasembada, 2005 :28)
Dengan keberhasilan Tjong A Fie maka makin banyak perantauan Cina yang
awalnya menjadi kuli berubah profesi menjadi pedagang. Ditambah dengan
bertambahnya para imigran yang datang dari Cina dimana para perantau Cina yang ada di
daerah Deli tetap melakukan hubungan dengan keluarga yang ada di Cina daratan. Ini
dapat ditelusuri dengan banyak pengiriman uang dari Deli ke Cina melaui para pemilik
toko emas yang memiliki hubungan dagang dengan para pedagang emas yang ada di
Hongkong atau Kanton (Vleming, 1989 : 186).
Kemudian mereka orang-orang Cina membangun komunitas dengan mendirikan
permukiman. Sejak dahulu ada satu kebiasaan pedagang-pedagang asing untuk tinggal di
kampung mereka sendiri. Ini adalah kebiasaan, bukan keharusan. Pada awal abad ke-19
ada peraturan Belanda yang mengharuskan para orang Cina untuk tinggal di kampung
untuk menghindari tercampurnya (almagatie) berbagai bangsa di Jawa. Mulai tahun itu,
peraturan kampung Cina diperkeras. Orang-orang Cina dikumpulkan dalam
kampung-kampung mereka sendiri dan diperintah oleh kepala-kepala mereka sendiri. Peraturan
mengenai kampung Cina juga dicantumkan dalam berbagai peraturan pemerintah Hindia
Belanda, yakni dalam peraturan tahun 1818, 1827, dan 1854. pelaksanaan
kampung-kampung tersendiri adalah adanya kekhawatiran Belanda bahwa orang Cina dan bangsa
lain (Bumiputra) akan bersatu menentang pemerintahan Belanda. Hal ini telah terbukti
dalam kerjasama antara seorang Cina yang bernama Boen Seng dengan Raden Prawira
Sentana, yang membahayakan kemanan Yogyakarta (Ham, 2005 : 42).
Jadi terbentuknya kampung Cina juga diawali oleh kebijakan yang diterapkan
oleh pemerintahan Belanda. Pola pemukiman Cina ini terus berlangsung sampai
sekarang. Pola pemukiman orang Cina ini juga memberikan keuntungan bagi orang Cina
yang di daerah daratan dimana dari hubungan yang mereka lakukan membentuk suatu
jaringan informasi melalui sistem kekerabatan (keluarga) dan ini merupakan salah satu
modal sosial bagi pendatang (etnis Cina) yang baru.
Lihat sekarang perkembangan para pebisnis etnis Cina yang berkembang di kota
medan, dari usaha skala kecil sampai perusahaan yang berskala besar dan internasional.
Lihat usaha berskala besar milik etnis Cina kelahiran medan sukanto Tanoto pemilik Raja
Garuda Mas Grup, kemudian ada Grup Karya Prajona Nelayan milik Martua Sitorus yang
bergerak di bidang industri CPO nasional, Grup Musim Mas yang didirikan oleh Anwar
karim (almarhum) salah seorang perintis industri sawit di Indonesia dan banyak para
pengusaha etnis Cina lainnya.
Teori modal sosial pada intinya adalah pentingnya hubungan. Dengan membuat
hubungan antara seseorang dengan orang lain dan terus memeliharanya agar terjalin
terus, orang dapat bekerja sama untuk mendapatkan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat
diperoleh dengan seorang diri, atau dengan hanya berusaha dengan kemampuan seorang
diri, diperlukan usaha yang cukup keras untuk mendapatkan hal tersebut.seseorang dapat
membuat hubungan dengan orang lain melalui Jaringan sosial, dimana dalam jaringan
sosial tersebut mereka cendrung berbagi nilai-nilai umum bersama anggota-anggota lain
dalam jaringan sosial tersebut, sampai pada ketingkatan jaringan sosial tersebut
membentuk suatu sumber daya, yang dapat dilihat sebagai pembentukan sejenis modal.
Menurut Robert M.Z. Lawang bahwa, jarinag sosial dibentuk atau terbentuk,
dimulai dari masuknya ke dalam jaringan tersebut kepercayaan. Artinya melalui jaringan
sosial orang saling tahu, saling menginformasikan, saling mengingatkan, saling bantu
dalam melaksanakan atau mengatasi suatu masalah. Jaringan sosial adalah sumber
pengetahuan yang menjadi dasar utama dalam pembentukan kepercayaan. Media yang
paling cepat membuka jaringan adalah dengan pergaulan. Disini terlihat bagaimana
jaringan sosial menunjukan pada semua hubungan dengan orang lain atau kelompok lain
yang memungkinkan pengentasan masalah dapat berjalan secara efisien dan efektif
Hal ini sesuai dengan asumsi diatas bahwa di bentuk atau terbentuknya jaringan
sosial karena adanya hubungan yang dibangun antara pengusaha etnis Cina dengan
pengusaha etnis cina lain, yang hubungan itu terus dibina sehingga menjadi sebuah
jaringan sosial. Hal ini sesuai dengan penuturan informan (H T, Lk, 50th)
dengan harapan saya dan hubungan kerjasama tersebut nyaman untuk saya jalankan “
Sejalan dengan pandangan diatas hal yang sama dikuatkan oleh S.K yang
mengatakan : ( S K,Lk, 42 th )
“awalnya dahulu ayah saya yang memulai bisnis ini, dengan berkenalan dengan bapak William Soeryadjaya, bos astra internasional ketika itu, kemudian mereka saling bekerjasama, dan karena dia menilai bapak saya berhasil mengembangkan bisnis maka kerjasama tersebut lebih banyak sampai sekarang ini.”.
Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui
berbagai variasi hubungan yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip
kesukarelaan (voluntary), kesamaan (equality), kebebasan (freedom) dan keadaban
(civility). selanjutnya Robert H. Silin menemukan bahwa “kepercayaan” merupakan
faktor vital dalam mempertahankan jaringan kompleks hubungan-hubungan dagang
(Halminton, 1996 : 169 ).
Hanya mengenal orang tidak cukup jika mereka tidak merasa wajib membantu
anda. Jika orang-orang ingin saling membantu, mereka perlu merasa cocok dengannya,
itu berarti mereka perlu merasakan bahwa mereka mempunyai suatu kesesuaian satu
sama lain. Semua informan yang di wawancarai beranggapan suatu hubungan atau
jaringan sosial terbentuk dilandasi oleh rasa kepercayaan terhadap orang tersebut. Maka
suatu jaringan akan terbentuk jika orang-orang dalam jaringan tersebut merupakan orang
yang mereka bisa dipercayai secara pribadi. Jaringan tidak akan terbentuk apabila
orang-orang yang ada di dalam jaringan tersebut, tidak saling percaya, walaupun mereka saling
mengenal. Pada dasarnya suatu jaringan dapat berjalan efektif apabila adanya
Pada pengusaha etnis Cina, kepercayaan timbul dari hubungan yang terus dibina.
Hubungan yang dibina dari awal sampai seseorang dianggap dapat dipercaya.
Kepercayaan pribadi beda dengan kedekatan pribadi sehingga kepercayaan pribadi
bukanlah semata-mata bersifat subyektif, berkenan dengan perasaan, dan tidak rasional.
Untuk memperoleh kepercayaan mereka harus menunjukkan kualitas-kualitas tertentu
sesuai dengan norma-norma kesepakatan antara subjek. Norma-norma ini tidak
dirumuskan secara obyektif, tetapi orang-orang yang terlibat mengakui keberadaannya.
Karena norma-norma informal tersebut secara luas digunakan untuk mengatur kegiatan
bisnis, hubungan bisnis.
Dari gambaran di atas, jelas bahwa adanya hirarki hubungan pribadi. Biasanya
apabila kita membicarakan hubungan-hubungan pribadi, kita tidak akan membedakan
mereka. Tapi pada kenyataannya, hubungan-hubungan bisnis yang sukses adalah
hubungan yang didasarkan pada hubungan jaringan sosial yang telah erat dan penuh
kepercayaan. Hubungan merupakan langkah awal pembentukan jaringan sosial yang
diikuti dengan pengembangan rasa saling percaya. Kemudian hubungan jaringan menjadi
fungsional dalam bisnis. Kepercayaan merupakan mekanisme dasar yang membuat
berfungsinya jaringan-jaringan yang terbentuk.
Gambaran diatas sesuai dengan yang diutarakan salah satu informan ( M F L, Lk,
40 th) mengatakan :
Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara dengan informan ( S K, Lk, 42th )
sebagi berikut:
“faktor kepercayaan merupakan hal yang mutlak. Untuk mendapatkan kepercayaan, harus punya kejujuran. Sekali tidak jujur, bakal habis. Bila kepercayaan sudah terbangun, deal bisnis pun akan menjadi mudah. seperti pelanggan saya ketika membeli mobil,kalau di Jakarta bila orang mau membeli mobil, segala persyaratan harus oke dulu, baru mobil bisa di kirim. Orang medan tidak mau, giro belum cair saja, ia sudah minta agar mobilnya dikirim. Ya kami kirim, karena sudah percaya. Jadi kesimpulannya kepercayaan”.
Kemudian dikuatkan lagi dari hasil wawancara dengan informan ( H T, Lk, 50th
) sebagai berikut :
“Orang Cina (Medan ) kalau berbisnis yang dipegang hanya mulutnya. Mereka bisa melakukan Deal bisnis tanpa MoU”.
Sejalan dengan analisis diatas munculnya jaringan dan dari mana asal mereka,
terdapat dua faktor yang muncul yang menjelaskan formasi jaringan: faktor kelembagaan
dan faktor teknis. Yang pertama mengacu pada interaksi-interaksi rutin yang dibentuk
secara sosial yang memudahkan pembentukan jaringan. Yang satunya lagi mengacu pada
tekanan-tekanan lingkungan untuk mempertahankan bisnis yang menuntut solusi-solusi
dalam bentuk jaringan. Tentu saja, dalam kebanyakan kasus empiris, faktor kelembagaan
dan teknis saling berdampingan. Marco Orru (Dalam Hamilton, 1996 : 272)
Sistem-sistem yang menggabungkan personal dan aturan hierarki sering
menjadi suatu usaha untuk mengontrol berlangsungnya kerja sama informal yang saling
menguntungkan, yang dapat mengarah pada pembentukan diskriminasi secara tak