• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Dukungan Keluarga Dan Sumber Informasi Terhadap Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Dukungan Keluarga Dan Sumber Informasi Terhadap Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2012"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI TERHADAP PERILAKU WANITA USIA SUBUR DALAM DETEKSI

DINI KANKER SERVIKS DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2012

TESIS

Oleh

FRIDA LINA TARIGAN 107032120/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI TERHADAP PERILAKU WANITA USIA SUBUR DALAM DETEKSI

DINI KANKER SERVIKS DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2012

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FRIDA LINA TARIGAN 107032120/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI TERHADAP PERILAKU WANITA USIA SUBUR DALAM DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : Frida Lina Tarigan Nomor Induk Mahasiswa : 107032120

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc. Sp.OG(K)) (Drs. Tukiman, M.K.M

Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr.Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 24 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. dr. Delfi Lutan, M.Sc. Sp.OG(K) Anggota : 1. Drs. Tukiman, M.K.M

(5)

PERNYATAAN

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI TERHADAP PERILAKU WANITA USIA SUBUR DALAM DETEKSI

DINI KANKER SERVIKS DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG TAHUN 2012

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan si suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah di tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2012

(6)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan Ibu merupakan salah satu sasaran dari upaya pembangunan kesehatan di Indonesia. Salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan pada ibu dan wanita pada umumnya adalah kesehatan reproduksi wanita. Perkembangan pembangunan memberikan berbagai dampak positif bagi perkembangan kesehatan di Indonesia. Tetapi di lain pihak, pembangunan juga berpengaruh terhadap perilaku masyarakat. Pergeseran norma dan pola hidup mengakibatkan pergeseran prilaku masyarakat termasuk di dalamnya wanita. Perubahan terhadap perilaku seks, kebiasaan konsumsi, pemeliharaan kebersihan diri dan kebersihan lingkungan memberikan kontribusi terhadap munculnya berbagai penyakit degenerative maupun infeksi. Salah satu bentuk penyakit ganas yang mengenai wanita adalah kanker serviks.(E. Sutarto, 1989)

Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi wanita seluruh dunia. Kanker ini adalah jenis kanker ketiga yang paling umum pada wanita, dialami oleh lebih dari 1,4 juta wanita di seluruh dunia (Ferlay et al.2001). Kanker serviks menurut WHO (World Health Organization) juga merupakan penyebab kematian nomor dua bagi kaum wanita dari seluruh penyakit kanker yang ada.

(7)

tahun 2000-an insidensi penyakit ini kurang lebih 493.243 jiwa pertahun, sedangkan kematian karena kanker ini sebanyak 273.505 jiwa pertahun. Jumlah penderita sebanyak 80% berasal dari Negara-negara sedang berkembang dan penyakit ini merupakan urutan pertama penyebab kematian akibat kanker di Negara berkembang tersebut. Kanker cerviks yang paling banyak dijumpai di Negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, India, Bangladesh, Thailand,Vietnam dan Filipina. Indonesia dan Negara berkembang lainnya, kanker serviks menempati urutan pertama (Depkes,2007).

Di Negara yang sudah maju/industry, kanker cerviks menempati urutan ke 10 dari semua jenis kanker, atau kalau menurut kanker pada alat reproduksi wanita (ginekologi) maka kanker jenis ini menduduki urutan ke-5. Menurut Norwitz, insiden kanker cerviks ini di Amerika 10.370 kasus baru dan 1.123 kematian.

Di Asia menurut Wikenjosastro(1999) ditemukan insiden kanker cerviks sebanyak 20-30/100.000 wanita dengan angka kematian 5-10/100.000 wanita penderita kanker cerviks terutama paling banyak dijumpai pada usia 35-50 tahun.

(8)

Di Indonesia kanker serviks masih menduduki tempat pertama dalam urutan keganasan pada wanita dan sekitar 65 % penderita berada dalam stadium lanjut. Data yayasan Kanker Indonesia tahun 1999, kanker serviks merupakan tumor primer tersering pada wanita. Sekitar 270.000 perempuan di Indonesia meninggal dunia setiap tahun akibat kanker leher rahim atau serviks (Titik Kuntari).

Dari data yang didapat di RSCM terdapat insidens kanker cerviks sebesar 78,8% dari sepuluh jenis kanker Ginekolog. Data dari gabungan rumah sakit yang ada di Indonesia, maka jenis kanker yang terbanyak pada wanita dan pria menunjukkan frekuensi yang paling tinggi yaitu kanker cerviks (16,0%) disusul oleh kanker hati/hepatoma (12,0%) payudara (10,0%) dan lain-lain. Dari 1717 kasus ,kasus kanker yang terdapat pada alat reproduksi wanita pada sekitar tahun 1989-1992 kanker cerviks sebesar 76,2 % .

Insidens kanker cerviks berdasarkan kelompok umur penderita, didapati rendah pada umur <20 tahun, dan akan meningkat dengan cepat dan menetap pada usia 50 tahun, sedangkan karsinoma in situ mulai pada umur lebih muda/awal dan mencapai puncak pada usia 30-34 tahun, sedangkan dysplasia mencapai puncak pada usia 29 tahun dan turun sampai umur 50-59 tahun dan meningkat lagi pada umur yang lebih tua(Aziz, MF,2000).

(9)

Dari Rumah sakit yang mewakili Medan yaitu dari rumah sakit dr Pirngadi dan Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik didapat data sebagai berikut: RumahSakit dr Pirngadi Medan tahun 1999 sebanyak 57 kasus, tahun 2000 sebanyak 66 kasus, tahun 2001 sebanyak 85 kasus, tahun 2002 62 kasus, tahun 2003 sebanyak 92 kasus, tahun 2004 sebanyak 72 kasus, tahun 2005 sebanyak 98 kasus, sedangkan dari Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik Medan didapat data penderita kanker cerviks tahun 2001 sebanyak 55 kasus, tahun 2002 sebanyak 53 kasus, tahun 2003 sebanyak 56 kasus, tahun 2004 sebanyak 62 kasus, tahun 2005 sebanyak 111 kasus, tahun 2006 sebanyak 140 kasus dan tahun 2005 sebanyak 215 kasus.

Berdasarkan data penderita kanker serviks dari dua rumah sakit yang ada di kota Medan di atas didapat kecenderungan peningkatan penderita kanker serviks. Dari data yang didapat, 50% penderita kanker cerviks berakhir dengan kematian. Ini disebabkan karena pada umumnya para penderita datang berobat sudah dalam stadium lanjut sehingga sangat sulit untuk menangani penyakitnya sehingga akan berujung dengan kematian.

(10)

Namun karena minimnya gejala yang ditimbulkan oleh kanker serviks bila masih dalam stadium yang awal, maka penanganan terhadap penyakit ini seringkali terlambat sehingga dapat menyebabkan kematian (Bustan, 1997. Wikenjosastro, 1999).

Dampak dari tidak melakukan pemeriksaan pap smear adalah tidak terdeteksinya gejala awal kanker cerviks (Evennet,2004). Sama seperti kanker lainnya, maka kanker cerviks dapat menimbulkan kesakitan, penderitaan, kematian, dampak ekonomi maupun lingkungan dan pemerintah (Dina, 2010)

Kunci dari upaya penyembuhan yang dapat dilakukan dari penyakit kanker ini adalah deteksi dini. Untuk menemukan penderita tersebut dalam stadium dini, maka hal yang diperlukan adalah dengan melakukan skrining kanker leher rahim dengan melakukan test papsmear. Insidens penyakit ini dapat dikurangi apabila masyarakat mempunyai kebiasaan untuk mengikuti program skrining kanker ini dengan malakukan papsmear, khususnya bagi kelompok resiko tinggi karena upaya pencegahan kanker leher rahim merupakan langkah yang harus dilakukan (Ahdani,dkk,2005).

(11)

Pada tahun 1988 di “Mayo Klinik Health Center” menyatakan bahwa dengan ditemukannya teknologi papsmear selama 40 tahun terakhir, angka kematian kanker serviks turun 70% (Tara,2001).

(12)

memberikan informasi sebanyak-banyaknya. Sumber informasi disini bisa dari teman sebaya, teman kerja, media cetak dan media elektronika.

Faktor lain yang didapat bahwa deteksi dini kanker serviks oleh seorang wanita dapat terlaksana dengan baik bila ada dukungan social dalam hal ini keluarga , dimana anggota keluarga siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga ini dapat berupa dukungan social keluarga internal, seperti dukungan dari suami atau dukungan dari saudara kandung suami/istri atau dukungan keluarga eksternal (Friedman,1998). Kepala rumah tangga yaitu suami dapat berperan serta dalam kesehatan reproduksi dari si istri. Bentuk peran tersebut dapat berupa pemberian dukungan terhadap kesehatan reproduksi

Dari beberapa penelitian yang dilakukan bahwa dukungan keluarga seperti suami sangat diperlukan dalam hal kesehatan reproduksi wanita. Beberapa penelitian membuktikan hal tersebut yaitu antara lain: penelitian yang dilakukan Amatya dkk(1994), di Bangladesh menunjukkan bahwa konseling terhadap suami tentang penerimaan alat kontrasepsi norplant menunjukkan efek positif dengan tingkat drop out hanya 10 %. Dukungan keluarga yang merupakan bagian dari dukungan social juga berkontribusi dalam meningkatkan kesadaran dalam pemeriksaan papsmear. Dukungan keluarga disini bukan hanya terbatas pada keluarga inti saja melainkan keluarga secara luas (extended family) yaitu suami, mertua, orangtua, saudara suami, saudara kandung.

(13)

saat ini sudah banyak upaya yang dapat dilakukan secara dini untuk mengobati dan menindaklanjuti penyakit yang diderita oleh seseorang. Bila penyakit ini diketahui secara dini maka sebenarnya kanker ini dapat disembuhkan. Untuk menemukan penderita kanker leher rahim pada stadium dini, maka diperlukan skrining kanker leher rahim dengan melakukan test pap atau sering disebut papsmear. Pencegahan dan penyembuhan kanker leher rahim dapat ditingkatkan bila masyarakat mempunyai kebiasaan mengikuti program skrining kanker leher rahim dengan papsmear sebagai upaya pencegahan dini, khususnya bagi wanita kelompok umur wanita beresiko tinggi.

1.2.Permasalahan

Bagaimana pengaruh dukungan keluarga dan sumber informasi terhadap perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks (pemeriksaan pap smear) di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan.

1.3.Tujuan Penelitian

Untuk menganalisa pengaruh dukungan keluarga dan sumber informasi terhadap perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks (pemeriksaan pap smear) pada wanita usia subur di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan.

1.4.Hipotesis

(14)

deteksi dini kanker serviks (pemeriksaan pap smear) di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan.

1.5.Manfaat Penelitian

Dari hasi penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Untuk Dinas Kesehatan sebagai informasi untuk mengambil kebijakan dalam upaya promosi kepada masyarakat agar termotivasi untuk melakukan pemeriksaan pap smear dalam upaya deteksi dini kanker leher rahim.

2. Bagi masyarakat agar khususnya wanita usia subur mengetahui dan memahami tentang penyakit kanker leher rahim sehingga dapat mempunyai kesadaran bahwa deteksi dini kanker leher rahim dengan papsmear sangat penting dalam upaya deteksi dini kanker leher rahim.

3. Tenaga Kesehatan

(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kanker Serviks

2.1.1. Definisi Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan penyakit keganasan yang terjadi pada leher rahim. Kanker serviks sering ini disebut juga dengan kanker leher rahim atau kanker mulut rahim dimulai pada lapisan serviks. Leher rahim (serviks) adalah bagian bawah uterus(rahim). Rahim memiliki dua bagian. Bagian atas , disebut tubuh rahim, adalah tempat bayi tumbuh. Leher rahim di bagian bawah, menghubungkan tubuh rahim ke vagina, atau disebut juga jalan lahir (Bosch et.al,1992).

Kanker serviks terbentuk sangat perlahan dimulai beberapa sel berubah dari normal menjadi sel-sel pra kanker dan kemudian menjadi sel kanker. Proses ini dapat terjadi bertahun-tahun, tapi kadang-kadang terjadi lebih cepat. Perubahan ini sering disebut dysplasia. Displasia ini dapat ditemukan dengan menggunakan test pap smear dan dapat diobati untuk mencegah terjadinya kanker (Walboomers et.al,1999).

(16)

lebih tua untuk tetap menjalani tes pap smear secara teratur(Koss, 1989). Sebanyak 90% kanker rahim ini berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju rahim.

2.1.2. Epidemiologi

Kanker leher rahim merupakan penyebab kematian nomor satu yang sering terjadi pada wanita di Indonesia. Sekitar 80 % kasus kanker leher rahim atau kanker serviks terjadi pada wanita yang hidup di negara berkembang. Di Indonesia terdapat 90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk (Swasono,2008).

Kasus penyakit kanker serviks lebih banyak disebabkan oleh infeksi yang terus menerus dari Human Papiloma Virus(HPV) (Wijaya,2010). Infeksi virus ini biasanya ditularkan melalui hubungan seks.

Di Negara berkembang penyakit ini lebih tinggi dibandingkan dengan di negara yang lebih maju. Tingginya kasus di negara berkembang diakibatkan oleh terbatasnya akses screening dan pengobatan, sehingga lebih banyak penderita yang datang berobat sudah dalam kondisi kritis dan penyakitnya sudah dalam stadium lanjut. Di Indonesia sendiri hambatan skrining cukup besar Karena test skrining ini belum menjadi program wajib pelayanan kesehatan (Emilia, 2010).

2.1.3. Faktor Resiko Kanker Serviks

(17)

a. Infeksi Virus Human Papilloma (HVP)

Faktor resiko dari infeksi HPV adalah factor yang terpenting dalam timbulnya penyakit kanker serviks ini. Human Papilloma Virus adalah sekelompok lebih dari 100 virus yang berhubungan yang dapat menginfeksi sel-sel pada permukaan kulit, ditularkan melalui kontak kulit seperti vaginal, anal, atau oral seks(Bosch et.al,1995).

Virus ini berasal dari familia Papovaridaedan genus Papilloma virus. Virus HPV berisiko rendah dapat menimbulkan penyakit kutil kelamin yang akan dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena kekebalan tubuh. Tetapi pada virus yang beresiko tinggi(tipe 16,18,31,33 dan 45), maka virus ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan terbentuknya sel-sel pra kanker karena virus ini dapat mengubah permukaan sel-sel vagina. Oleh karena itu bila tidak terdeteksi secara dini dalam jangka waktu yang lama virus itu dapat menyebabkan terbentuknya sel-sel pra kanker serviks.

Hubungan seks yang tidak aman terutama pada usia muda atau melakukan hubungan seks dengan banyak pasangan, memungkinkan terjadinya infeksi HPV. Infeksi virus HPV dapat terjadi dalam 2-3 tahun pertama mereka aktif secara seksual (Bosch, et.al,1992).

(18)

Sebenarnya sebagian besar HPV akan menghilang dengan sendirinya oleh kekebalan tubuh alami, tetapi ada beberapa tipe HPV yang tidak hilang oleh karena kekebalan tubuh alami dan justru menetap. Tipe inilah yang menetap dan menyebabkan perubahan sel normal serviks menjadi tidak normal. Perjalanan kanker serviks dari infeksi HPV, tahap pra kanker, hingga menjadi kanker serviks memakan waktu sekitar 10-20 tahun.

b. Pasangan Seksual yang Berganti-ganti

Dari berbagai penelitian yang dilakukan timbulnya penyakit kanker serviks berkaitan erat dengan perilaku seksual seperti mitra seks yang berganti-ganti. Resiko kanker serviks lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks (Mardiana,2004). Juga resiko akan meningkat bila berhubungan seks dengan pria yang beresiko tinggi (laki-laki yang berhubungan seks dengan banyak wanita atau mengidap kandiloma akuminata (Aziz,2000)

c. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks

Wanita yang melakukan hubungan seks pertama sekali pada umur dibawah 17 tahun hampir selalu 3x ;lebih mungkin terkena kanker serviks di usia tuanya (Gant, 2010, Wijaya, 2010). Semakin muda seorang wanita melakukan hubungan seks maka semakin besar resiko terkena kanker serviks. Hal ini disebabkan karena alat reproduksi wanita pada usia ini belum matang dan sangat sensitif

d. Merokok

(19)

serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya terdapat di dalam rokok. Produk sampingan rokok seringkali ditemukan pada mukosa serviks dari wanita perokok (Bosch et.al, 1992, Wijaya, 2010)

e. Jumlah Anak

Wanita yang sering melahirkan mempunyai resiko 3-5 x lebih besar terkena kanker leher rahim. Terjadinya trauma pada bagian leher rahim yang tipis dapat merupakan penyebab timbulnya suatu peradangan dan selanjutnya berubah menjadi kanker. Menurut berapa pakar, jumlah kelahiran yang lebih dari 3 akan meningkatkan resiko wanita terkena kanker serviks (Wijaya, 2010).

f. Kontrasepsi

Pil KB yang dipakai dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko terkena kanker serviks.Dari beberapa penelitian menemukan bahwa resiko kanker serviks meningkat berkaitan dengan semakin lama wanita tersebut menggunakan pil KB, dan cenderung akan menurun pada saat pil tersebut dihentikan(Bosch et.al,1992). Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pemakaian pil KB akan menyebabkan wanita lebih sensitive terhadap HPV sehingga makin meningkatkan resiko terkena kanker serviks

g. Riwayat Keluarga

(20)

terkena kanker ini 2 atau 3 x lebih besar dari orang lain yang tidak mempunyai riwayat keluarga.

h. Kekebalan Tubuh

Seseorang yang melakukan diet ketat, diet rendah sayuran dan buah-buahan, rendahnya konsumsi vitamin A,C, dan E setiap hari dapat menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh, sehingga oang tersebut gampang terinfeksi oleh berbagai kuman, termasuk HPV. Penurunan kekebalan tubuh dapat juga mempercepat pertumbuhan sel kanker dari noninvasive menjadi invasif.

2.2. Pertumbuhan Kanker Serviks dan Gejalanya 2.2.1 Pertumbuhan Kanker Serviks

Pertumbuhan kanker serviks tumbuh dan berkembang secara bertahap dimulai dari lesi pra kanker yang disebut dysplasia (CIN/Cervical Intraephitel Neoplasm). Perubahan morfologi berupa gambaran sel-sel imatur, inti sel yang atipik, perubahan rasio inti/sitoplasma dan kehilangan polaritas yang normal adalah ciri dari dysplasia. Displasia bukan merupakan suatu bentuk kanker tetapi akan mengganas menjadi kanker bila tidak diatasi (Hacker, 2005).

(21)

dilakukan berbagai upaya pencegahan berupa pemeriksaan dan pemberian terapi secara dini ( Husain&Hoskin,2002).

2.2.2. Stadium Kanker Leher Rahim

Stadium Kanker Leher Rahim dapat dibagi menjadi beberapa tahap menurut Federation International of Gynecology and Obstetricts(FIGO) yaitu:

1. Stadium 0

Stadium ini disebut juga”Carsinoma in-situ” yang berarti kanker yang berada di tempatnya” belum menyerang bagian lain. Perubahan yang tidak wajar hanya ditemukan pada permukaan serviks. Ini termasuk kondisi pra-kanker yang bisa diobati dengan tingkat kesembuhan mendekati 100%. Namun bila dibiarkan, maka pra- kanker ini dapat berkembang menjadi kanker setelah beberapa tahun. Pap smear dapat menemukan karsinoma in-situ dan dapat disembuhkan dengan mengambil daerah permukaan serviks yang sel-selnya mengalami perubahan tidak wajar.

Stadium 1

Stadium 1 berarti bahwa kanker baru berada di leher rahim. Stadium ini dibagi menjadi:

- Stadium 1A 1: pertumbuhannya begitu kecil sehingga kanker hanya bisa dilihat dengan sebuah mikroskop atau kolposkop. Pada stadium ini, kanker telah tumbuh kurang dari 3 mm ke dalam jaringan serviks, dan lebarnya kurang dari 7 mm

(22)

- Stadium 1B : Area kanker lebih luas, tetapi kanker masih berada dalam jaringan serviks dan biasanya belum menyebar. Kanker ini bisa dilihat tanpa menggunakan mikroskop, tetapi kadang tidak selalu demikian.

- Stadium 1B 1: kanker tidak lebih besar dari 4 cm

- Stadium 1B2: kanker lebih besar dari 4 cm(ukuran horizontal) 2. Stadium 2

Kanker mulai menyebar ke luar dari leher rahim menuju ke jaringan-jaringan di sekitarnya. Tetapi kanker belum tumbuh ke dalam otot-otot atau ligament dinding panggul atau menuju ke vagina bagian bawah. Stadium 2 dibagi menjadi 2 yaitu:

- Stadium 2A: kanker telah menyebar ke vagina bagian atas. Dapat diobati dengan gabungan radioterapi atau pembedahan atau keduanya.

- Stadium 2A 1: kanker berukuran 4 cm atau kurang - Stadium 2A 2: kanker berukuran lebih dari 4 cm

- Stadium 2B: ada penyebaran ke dalam jaringan sekitar serviks. Dapat diobati dengan gabungan radioterapi dan kemoterapi.

3. Stadium 3

(23)

- Stadium 3A: kanker telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina tetapi masih belum ke dinding panggul

- Stadium 3B: kanker telah tumbuh menuju ke dinding panggul atau memblokir satu atau kedua saluran pembuangan ginjal

Stadium ini biasanya bisa diobati dengan radioterapi dan kemoterapi. 4. Stadium 4

Kanker serviks stadium 4 adalah kanker yang paling parah. Kanker telah menyebar ke organ-organ tubuh di luar serviks dan rahim. Stadium ini dibagi menjadi:

- Stadium 4A: kanker telah menyebar ke organ-organ seperti kandung kemih dan dubur

- Stadium 4B: kanker telah menyebar ke organ tubuh yang sangat jauh misalnya paru-paru.

Pada stadium ini kanker diobati dengan pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi atau kombinasi segalanya.

2.2.3. Gejala Kanker Leher Rahim

Menurut Sukaca (2009) gejala penderita kanker serviks diklasifikasikan menjadi dua yaitu gejala pra kanker serviks dan gejala kanker serviks.

Gejala pra kanker serviks ditandai dengan gejala : 1. Keluar cairan encer dari vagina(keputihan)

(24)

3. Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.

4. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis

5. Timbul nyeri panggul(pelvis) atau diperut bagian bawah bila ada radang panggul Gejala Kanker Serviks:

Bila sel-sel tidak normal ini berkembang menjadi kanker serviks, maka muncul gejala-gejala sebagai berikut:

1. Pendarahan pada vagina yang tidak normal. Ditandai dengan pendarahan diantara periode menstruasi yang regular, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, pendarahan setelah hubungan seksual.

2. Rasa sakit saat berhubungan seksual

3. Bila kanker telah berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-gejala seperti penurunan berat badan, nyeri panggul, kelelehan, berkurangnya nafsu makan, keluar tinja dari vagina, dll.

2.3. Upaya Pencegahan Kanker Leher Rahim

Pada umumnya kanker serviks berkembang dari sebuah keadaan pra kanker maka tindakan pencegahan terpenting yang bisa dilakukan adalah menghindari factor-faktor risiko yang telah diuraikan di atas.

(25)

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer adalah sebuah pencegahan awal kanker yang utama. Hal ini untuk menghindari factor resiko yang dapat dikontrol(Sukaca, 2009). Pencegahan primer diperlukan pada semua populasi yang memiliki resiko terkena kanker serviks. Cara-cara pencegahan primer adalah:

a. Penyuluhan tentang kanker serviks b. Menurunkan factor resiko

c. Nutrisi

Faizah(2010) menyatakan gizi yang bagus lebih mudah mencegah serangan penyakit kanker servik, karena kekurangan gizi dapat menyebabkan system kekebalan tubuh menjadi lemah dn tidak dapat melawan virus.Makanan yang mengandung Vitamin A, Vitamin C, Vitamin E, dan makanan yang mengandung bahan-bahan antioksidan seperti advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bawang, bayam dan tomat.

d. Vaksinasi

(26)

seksual atau usia 25 sampai 65 tahun, Frekuensi vaksinasi dilakukan 2-3 tahun sekali dengan catatan dua kali berturut-turut hasil negative.

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder bertujuan untuk menemukan kasus-kasus kanker serviks dengan skrining dan deteksi dini sehingga kemungkinan sembuh pada penderita dapat ditingkatkan. Deteksi dini atau skrining dapat dilakukan dengan Pap smear, IVA, Pap net( dengan komputerisasi).

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier kanker serviks bertujuan untuk mencegah komplikasi klinik dan kematian awal. Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan cara memberikan pengobatan yang tepat baik berupa operasi, kemoterapi, dan radioterapi.

2.4. Deteksi Dini dengan Pap Smear

Gejala awal kanker serviks sebenarnya dapat diketahui bila dilakukan deteksi dini terhadap penyakit tersebut, sehingga bila diketahui secara dini maka akan dapat disembuhkan (Wijaya, 2010). Saat ini telah dikenal beberapa metode untuk deteksi dini kanker serviks diantaranya pap smear.

(27)

keganasan di ektoserviks (leher rahim bagian luar) dan infeksi dalam endoserviks (serviks bagian dalam) an endometrium.

Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi untuk mengetahui ada tidaknya proses infeksi, kelainan pra kanker, dan kanker serviks. Pap smear merupakan suatu skrining untuk mencari abnormalitas dari wanita yang tidak mempunyai keluhan sehingga dapat mendeteksi perubahan sel sebelum berkembang menjadi kanker atau kanker stadium dini. Menurut Depkes (2007) , test papsmear dapat dilakukan dengan mudah, cepat dan tidak atau relative kurang rasa nyerinya. Deteksi dini dengan papsmear telah dianjurkan oleh para ahli karena dapat sedini mungkin mengetahui keadaan/perubahan pada leher rahim dan bila ada perubahan/ kelainan dapat segera dilakukan tindakan. Test papsmear dapat dilakukan pada wanita yang telah aktif berhubungan seks dan disarankan dilakukan rutin setiap 1 tahun sekali (Nurcahyo, 2010).

(28)

2.4.1. Manfaat Pap Smear

Menurut Sumaryati(2003) pap smear adalah untuk mendeteksi dini tentang adanya radang pada leher rahim, dan tingkat peradangannya, adanya kelainan degenerative pada rahim, ada /tidaknya kelainan pada leher rahim,ada tidaknya keganasan pada rahim. Dengan demikian dapat diupayakan penanganan dan pengobatan (Emilia, 2010).

2.5. Pedoman Deteksi Dini Kanker Serviks

Yang perlu melakukan test pap smear adalah :

a. Wanita menikah atau melakukan hubungan seks pada usia<20 tahun

b. Wanita muda memiliki mulut rahim yang belum matang, ketika melakukan hubungan seksual terjadi gesekan yang dapat menimbulkan luka kecil, yang dapat mengundang masuknya virus.

c. Wanita yang sering berganti-ganti pasangan seks, akan menderita infeksi di daerah kelamin, sehingga dapat ,mengundang virus HPV

d. Wanita perokok, memiliki resiko dibandingkan dengan wanita tidak merokok, karena rokok akan menghasilkan zat karsinogen yang menyebabkan turunnya daya tahan di daerah serviks

(29)

Dari rekomendasi yang dikeluarkan oleh Bosch (1992) terdapat beberapa pedoman deteksi dini kanker serviks :

1. Wanita yang harus melakukan test pap smear sekitar 3 tahun setelah mereka mulai melakukan hubungan seks.

2. Dimulai pada usia 30 tahun, para wanita yang mempunyai hasil test normal sebanyak 3 x berturut-turut, mugkin dapat menjalani test pap smear setiap 2 sampai 3 tahun sekali. Untuk wanita diatas 30 tahun adalah menjalani test Pap smear setiap 3 tahun sekali plus test HPV DNA.

3. Wanita yang memiliki factor resiko tertentu (seperti infeksi HPV atau punya imunitas lemah) harus mendapatkan test Pap smear setiap tahun.

4. Wanita yang berusia 70 tahun atau lebih tua dengan hasil test Pap Normal selama 3 tahun berutut-turut ( dan tidak mempunyai test abnormal dalam 10 tahun terakhir) dapat memilih untuk berhenti melakukan test. Tetapi wanita yang telah menderita kanker serviks atau yang memiliki factor resiko lain , harus tetap melakukan test ini.

5. Wanita yang pernah mengalami total histerektomi juga dapat memilih untuk berhenti melakukan test kecuali telah melakukan pembedahan untuk mengobati kanker serviks atau pra-kanker. Wanita yang pernah menjalani histerektomi sederhana(leher rahim tidak dihapus) harus tetap mengikuti pedoman di atas.

(30)

2.6. Dukungan Sosial Keluarga 2.6.1. Pengertian Dukungan Sosial

Pierce (dalam Kail dan Cavanaugh, 2000) mendefenisikan dukungan social sebagai sumber emosional, informasional, atau pendampingan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar individu untuk menghadapi setiap permasalahan dan krisis yang terjadi sehari-hari dalam kehidupan. Diametto (1991) mendefenisikan dukungan sosial sebagai dukungan atau bantuan yang berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, teman kerja dan orang-orang lainnya.

Gottlieb (dalam Smet,1994) menyatakan dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang didapatkan karena kehadiran orang lain dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

Sarafino (2006) mengatakan bahwa dukungan sosial mengacu pada memberikan kenyamanan pada orang lain, merawatnya atau menghargainya. Orang disini dapat diartikan sebagi individu atau kelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa segala sesuatu yang ada di lingkungan menjadi dukungan social atau tidak, tergantung pada sejauh mana individu merasakan hal tersebut sebagai dukungan sosial.

(31)

rasa percaya diri, tenang, dan kompeten. Oleh karena adanya dukungan sosial tersebut maka individu akan merasa dicintai, dihargai, dan menjadi bagian dari kelompok.

Taylor (2009) mendefenisikan dukungan sosial sebagai transaksi interpersonal melibatkan satu atau lebih aspek-aspek yang terdiri dari perhatian, emosional, bantuan instrumental, pemberian informasi, dan adanya penilaian atau penghargaan. Dukungan social dapat berarti bagi seseorang tetapi bisa saja tidak berarti bagi orang lain. Dukungan sosial dapat berasal dari orang-orang penting terdekat (significant others) bagi individu yang membutuhkan bantuan. Dukungan social ini dapat berasal dari pasangan, anggota keluarga, teman, (Chermonas, 2003).

Beberapa ahli seperti Cobb, 1976; Gentry and Kobasa, 1984; Waltson, Alagna and Devellis, 1983: dalam Sarafino,1998) menyatakan bahwa individu yang memperoleh yang mengacu pada persepsi terhadap dukungan yang diterima (received support).

2.6.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Dukungan Sosial

Stanley(2007) mengatakan factor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial adalah:

1. Kebutuhan Sosial

(32)

2. Kebutuhan Fisik

Kebutuhan fisik dapat mempengaruhi dukungan sosial. Adapun kebutuhan fisik meliputi sandang, pangan, dan papan. Apabila seseorang tidak tercukupi kebutuhan fisiknya makan seseorang tersebut kurang mendapat dukungan sosial. 3. Kebutuhan Psikis

Apabila seseorang menghadapi masalah baik ringan mauipun berat, maka orang tersebut akan cenderung mencari dukungan sosial dari orang-orang sekitar sehingga dirinya merasa dihargai, diperhatikan, dicintai.

2.6.3. Bentuk Dukungan Sosial

Menurut Cohen & Syme (1985), mengklasifikasikan dukungan social dalam 4 kategori yaitu :

1. Informasi

Memberikan penjelasan tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang dihadapi individu. Dukungan ini berupa memberikan nasehat, petunjuk, masukan, atau penjelasan bagaimana seseorang bersikap, atau bagaimana mengatasi masalah yang dihadapi.

2. Emosional

(33)

3. Instrumental

Meliputi bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitatif atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan lain.

4. Apraisal (Penilaian)

Dukungan ini bisa berbentuk penilaian yang positif, penguatan(pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan social yang membuka wawasan seseorang yang sedang dalam keadaan stress.

Menurut Wangmuba(2009), sumber dukungan social yang natural terbebas dari beban dan label psikologis terbagi atas:

1. Dukungan social utama bersumber dari keluarga.

Mereka adalah orang-orang terdekat yang mempunyai potensi sebagai sumber dukungan dan senantiasa bersedia untuk memberikan bantuan dan dukungannya ketika individu membutuhkan. Keluarga sebagi system social, mempunyai fungsi-fungsi yang dapat menjadi sumber dukungan utama bagi individu, seperti membangkitkan perasaan memiliki antara sesame anggota keluarga, memastikan persahabatan yang berkelanjutan dan memberikan rasa aman bagi anggota-anggotanya.

2. Dukungan sosial dapat bersumber dari sahabat atau teman

(34)

membicarakannya dengan teman simpatik yang memberikan penerimaan yang tulus. Proses yang ketiga adalah integrasi social yaitu diterimanya seseorang dalam suatu kelompok sosial dapat menghilangkan perasaan kesepian, perasaan sejahtera, dan memperkuat ikatan sosial.

3. Dukungan Sosial dari masyarakat

Dukungan ini mewakili anggota masyarakat pada umumnya, yang dikenal dengan Lembaga Swadaya Masyarakat dan dilakukan secara professional sesuai dengan kompetensi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

2.7. Keluarga

Menurut Depkes RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Bailon (1989), keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah: a. Unit terkecil masyarakat

b. Tediri atas dua orang atau lebih

(35)

e. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga f. Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga g. Setiap anggota memiliki perannya masing-masing

h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan (Effendy, 1997) Ada beberapa tipe keluarga yakni :

a. Keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan anak,

b. Keluarga conjugal, yang terdiri dari pasangan dewasa (ibu dan ayah) dan anak-anak mereka, dimana terdapat interaksi dengan kerabat dari salah satu atau dua pihak orangtua.

c. Keluarga luas yang ditarik atas dasar garis keturunan diatas keluarga aslinya. Keluarga luas ini meliputi hubungan antara paman, bibi, keluarga kakek dan keluarga nenek.

2.7.1. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam, diantaranya adalah:

a. Patrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. b. Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah

dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah

istri.

(36)

e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

2.7.2. Ciri-ciri Struktur Keluarga

Menurut Carter dalam Jhonson & Leny (2010), ciri-ciri struktur keluarga adalah: a. Terorganisasi; saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga. b. Ada keterbatasan; setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga

mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. c. Ada perbedaan dan kekhususan; setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan

fungsinya masing-masing. 2.7.3. Tipe/Bentuk Keluarga

Tipe dan bentuk keluarga terdiri atas:

a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak.

b. Keluarga besar (Exstended Family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak. saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c. Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri atas wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

(37)

e. Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

f. Keluarga kabitas (Cahabitation) adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

Keluarga di Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar, karena masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat yang sangat kuat (Effendy, 1997).

2.7.4. Pemegang kekuasaan dalam Keluarga

Adapun pemegang kekuasaan dalam keluarga, yaitu:

a. Patriakal; yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dari pihak ayah.

b. Matriakal; yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah dari pihak ibu.

d. Equalitarian; yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu. 2.7.5. Peranan Keluarga

Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

(38)

keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peranan ibu; sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satukelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peranan anak; anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkatan perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual (Jhonson & Leny, 2010).

2.7.6. Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut : 1. Fungsi Biologis

a. Untuk meneruskan keturunan b. Memelihara dan membesarkan anak c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d. Memelihara dan merawat anggota keluarga 2. Fungsi Psikologis

Memberikan kasih sayang dan rasa aman

(39)

3. Fungsi Sosialisasi

a. Membina sosialisasi pada anak

b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak

c. Mementukan nilai-nilai budaya keluarga 4. Fungsi Ekonomi

a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan

keluarga

c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya

5. Fungsi Pendidikan

a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam

memenuhi perannya sebagai orang dewasa

c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya

Ahli lain juga mengelompokkan fungsi pokok keluarga menjadi 3, yaitu:

(40)

b. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, social dan spiritual.

c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak, sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri demi mempersiapkan masa depannya.

2.7.7. Tugas-Tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas pokok keluarga ada delapan, yaitu: 1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya

2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing.

4. Sosialisasi antar anggota keluarga

5. Pengaturan jumlah anggota rumah tangga 6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas 8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendy, 1997)

2.8. Dukungan Keluarga

2.8.1. Pengertian Dukungan Keluarga

(41)

perubahan prilaku ada 3, yaitu: (1) dukungan materil adalah menyediakan fasilitas latihan, (2) dukungan informasi adalah untuk memberikan contoh nyata keberhasilan seseorang dalam melaksanakan diet dan latihan, dan (3) dukungan emosional atau semangat adalah member pujian atas keberhasilan proses latihan. Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.

Friedman dalam Sudiharto (2007), menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh memberikan kasih saying serta menerima dan mendukung. Menurut Friedman (2003) dukungan keluarga adalah bagian integral dari dukungan social. Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.

2.8.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Dukungan Keluarga

Sarafino (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa factor yang mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan keluarga atau tidak. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:

a. Faktor dari penerima dukungan (recipient)

(42)

merasa tidak nyaman saat orang lain menolongnya atau tidak tahu kepada siapa dia harus meminta pertolongan.

b. Faktor dari pemberi dukungan (providers)

Seorang terkadang tidak memberikan dukungan social kepada orang lain ketika ia sendiri tidak memiliki sumber daya untuk menolong orang lain, atau tengah menghadapi stress, harus menolong dirinya sendiri atau kurang sensitif terhadap sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain membutuhkan dukungan darinya.

Menurut Friedman (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan orang tua. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan efeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi dari orang tua dengan kelas sosial bawah.

Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Harymawan, 2007).

(43)

mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga (Chaniago, 2002). Sumber dukungan internal (suami) merupakan aspek yang penting untuk peningkatan kesehatan reproduksi dari istri. Dukungan suami dalam upaya pencegahan kanker serviks dapat diwujudkan melalui berbagai tindakan misalnya dengan memberikan informasi sesuai dengan yang diketahuinya kepada istrinya. Karena biasanya istri mempercayai dan mematuhi suaminya. Menurut Cohen dan Syme (1996) dalam Setiadi (2007) dukungan social adalah suatu yang bermanfaat untuk individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan mencintainya.

2.8.3. Dimensi Dukungan Keluarga

Menurut Cohen & Syme (1985), menjelaskan dimensi dukungan keluarga dalam 4 kategori yaitu :

1. Informasi

(44)

2. Emosional

Meliputi ekspresi empati misalnya mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih saying, dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat si penerima merasa berharga.

3. Instrumental

Meliputi bantuan yang diberikan secara langsung, bersifat fasilitatif atau materi misalnya menyediakan fasilitas yang diperlukan, meminjamkan uang, memberikan makanan, permainan atau bantuan lain.

4. Apraisal (Penilaian)

Dukungan ini bisa berbentuk penilaian yang positif, penguatan(pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau menunjukkan perbandingan social yang membuka wawasan seseorang yang sedang dalam keadaan stress.

2.9. Sumber Informasi dalam Pemeriksaan Pap smear

Laudon mengatakan informasi adalah data yang sudah dibentuk ke dalam sebuah formulir bentuk yang bermanfaat dan dapat digunakan untuk manusia. Murdick mengatakan informasi terdiri atas data yang telah didapatkan, diolah/diproses, atau sebaliknya yang digunakan untuk tujuan penjelasan/penerangan, uraian, atau sebagai sebuah dasar untuk pembuatan ramalan atau pembuat keputusan.

(45)

informasi adalah asal dari informasi. Dalam penelitian ini sumber informasi adalah sumber atau asal responden memperoleh keterangan tentang papsmear baik dari media cetak, media elektronik, dan kelompok referensi.

2.9. 1. Teman

Teman adalah orang yang kita kenal dan memiliki hubungan baik dengan orang itu. Teman juga bisa bermacam-macam, baik teman sepermainan, teman sekolah, teman kerja, atau teman kursus. Teman dapat menjadi sumber informasi yang cukup berpengaruh dalam memberikan informasi kepada wanita. Menurut Cohen dan Syme (1985) salah satu dimensi dukungan social adalah dukungan informasional. Dukungan informasional adalah dukungan berupa pemberian informasi yang dibutuhkan oleh individu. Douse (dalam Orford, 1992) membagi dukungan ini ke dalam 2 (dua) bentuk. Pertama, pemberian informasi atau pengajaran suatu keahlian yang dapat memberi solusi pada suatu masalah. Kedua adalah appraisal support, yaitu pemberian informasi yang dapat mebantu individu dalam mengevaluasi performance pribadinya. Wills (dalam Orford, 1992) menambahkan dukungan ini dapat berupa pemberian informasi, nasehat, dan bimbingan.

2.9.2. Media

(46)

Media ini menggunakan perangkat elektronik untuk alat penyampaian pesan dari sumber kepada massa. Pesan dapat dilihat, didengarkan, dibaca oleh khalayak karena bentuknya lebih kompleks dari sekedar media cetak.

Contohnya: TV, radio, film, video recording, computer, elektronik board, audio cassette, internet dan sebagainya.

Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat

Tujuan penggunaan media adalah :

meningkat pengetahuannya yang akhirnya dapat berubah perilaku kearah positif terhadap kesehatan. (Soekidjo:2005).

1. Mempermudah penyampaian informasi 2. Informasi lebih mudah diingat

3. Media dapat menghindari kesalahan persepsi 4. Media dapat mempermudah pengertian 5. Membangkitkan minat dan

6. Memperbaiki komunikasi

7. Dapat menampilkan objek yang tidak bisa ditangkap dengan mata. 2.9.3. Petugas Kesehatan

(47)

melakukan upaya kesehatan (Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan).

Pergeseran paradigma tentang hubungan tenaga kesehatan-pasien tak lepas dari dampak dari kemajuan teknologi, keterbukaan informasi dan perubahan sosio-ekonomi masyarakat. Pola hubungan tenaga kesehatan dan pasien pun telah bergeser menjadi hubungan yang berimbang berupa suatu kemitraan. Begitu pentingnya penguasaan komunikasi bagi seorang komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan kepada komunikannya.

Definisi konseling sendiri menurut ASCA (American School Counselor Association) yang di kutif Syamsu Ysusuf, L.N dan A. Juntika Nurihsan dalam buku landasan bimbingan dan konseling mengemukakan bahwa :

“Konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan dan keterampilan untuk membantu kliennya mengatasi masalah-masalahnya”. (Syamsul, 2009:8).

(48)

Berkaitan dengan hubungan interpersonal, menurut Joseph. A. DeVito, dalam komunikasi antarpersonal hubungan yang terjadi antara komunikan dan komunikator terdapat beberapa elemen yaitu : Sumber-Penerima, Konteks, Efek, Umpan Balik Dan Ruang Lingkup Pengalaman. (Pratikto, 1987). Sumber-penerima sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Untuk itu, dalam prakteknya seorang bidan sebagai sumber atau komunikator harus memunyai kredibilitas sehingga dapat memperoleh kepercayaan dari pasien. karena seseorang yang berkualitas adalah yang mempunyai kredibilitas dimata orang lain. Pengertian dari kredibilitas sendiri menurut J. Rakhmat adalah :

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikasi tentang sifat – sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal: (1) kredibilitas adalah persepsi komunikate; jadi tidak intern dalam diri komunikator; (2) kredibilitas berkenaan dengan sifat –sifat komunikator, yang selanjutnya akan kita sebut sebagai komponen – komponen kredibilitas. (Rakhmat, 2001 : 257)

(49)

2.10. Landasan Teori

Skinner dalam Notoadmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau eaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Perilaku kesehatan (health behavior) yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. termasuk juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, dan sebagainya (Becker, 1979).

Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi pendidikan membedakan adanya 3 area, wilayah, ranah atau domain perilaku ini yakni kognitif, afektif dan psikomotor. Kemudian ahli pendidikan Indonesia untuk kepentingan praktis dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku yaitu: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice).

(50)

Menurut L.W.Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu :

1. Factor-faktor Predisposisi ( Predisposing Factors)

Adalah faktor yang terwujud dalam kepercayaan, kayakinan, niali-nilai dan juga variasi demografi, seperti : status ekonomi, umur, jenis kelamin dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.

2. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, termasuk di dalamnya adalah berbagai macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan lain sebagainya.

3. Faktor-faktor Pendukung (Reinforcing Factors)

Adalah faktor-faktor ini meliputi : faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, undang-undang peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

2.10.1.Teori Snehandu B, Kar

Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatanya (behavior intention)

(51)

c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (acesssebility of information)

d. Otonom pribadi yang bersangkutan dalam hal ii mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)

(52)

2.11. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian

Dukungan Keluarga: a. Dukungan Emosional b. Dukungan Informasi c. Dukungan Instrumental

d. Dukungan Penilaian Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Deteksi Dini Kanker Serviks (Pemeriksaan Pap Smear)

Sumber Informasi: a. Teman

(53)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dukungan social dan sumber informasi terhadap perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks (pemeriksaan pap smear) di Kecamatan Medan Selayang tahun 2012.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan dengan dasar pertimbangan karena tingkat kehadiran wanita usia subur dalam upaya deteksi dini penyakit kanker leher rahim masih rendah dan belum tercakup secara merata. Berdasarkan survey awal yang dilakukan di beberapa tempat di daerah ini didapat juga data bahwa kehadiran wanita usia subur di fasilitas kesehatan untuk melakukan deteksi dini kanker leher rahim masih rendah.

3.2.2. Waktu Penelitian

(54)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh wanita usia subur yang berusia 25-49 tahun yang berada di Kecamatan Medan Selayang.

3.3.2. Sampel

Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan rumus (Lemeshow, 1997) sebagai berikut:

n= (Zα√Po(P-Po) + Zβ√Pa(1-Pa))

(Po-Pa)² Dimana:

Zα = derivate baku alpa utk α = 0,05 Zα = 1,96

Zβ = derivat baku beta untuk β= 0,10 Zβ = 1,282

Po = Proporsi WUS yang perilakunya sudah setuju untuk pemeriksaan pap smear = 0,03

Po-Pa = Beda proporsi yang bermakna, ditetapkan sebesar 0,15 Pa = Proporsi WUS yang sudah setuju pada saat penelitian =0,45

(55)

Selanjutnya untuk mengambil responden penelitian yang akan dijadikan unit analisis dilakukan dengan cara purposive sampling dengan kriteria inklusi sebagai berikut:

1. wanita usia subur pada kelompok umur 25-49 tahun 2. masih mempunyai suami

3. telah menikah selama 10 tahun

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data dilakukan secara langsung dari responden melalui wawancara dengan berpedoman pada kuesioner yang telah disusun.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder penelitian diperoleh dari Dinas Kesehatan yaitu lokasi kecamatan yang memperoleh sosialisasi tentang kanker serviks dan daftar rekapitulasi penyuluhan dan skrining IVA, dari Puskesmas diperoleh jumlah wanita usia subur yang melakukan pemeriksaan IVA, dan dari Kantor Kecamatan diperoleh data jumlah penduduk, jumlah wanita usia subur.

3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas

(56)

menyatakan hasil ukur (Sugiono, 2006). Pertanyaan dalam kuesioner akan disebut valid atau reliable, jika nilai korelasi atau alpha pertanyaan tersebut lebih besar dari nilai table. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan pada 30 orang WUS di Kecamatan Medan Tuntungan dengan alasan memiliki demografi yang sama.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel menggunakan rumus teknik korelasi pearson product moment (r), dengan ketentuan jika nilai r– hitung > r-tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya. Pada taraf signifikan 95% untuk besar sampel 30 orang nilai r tabel adalah sebesar 0,361.

Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitis alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan, jika nilai r-Alpha>r table, maka dinyatakan reliable, maka ketentuan reliabilitas adalah :

1. Nilai r-Alpha > r-tabel dikatakan reliable. 2. Nilai r-Alpha < r-tabel dikatakan tidak reliable.

Hasil uji validitas dan realibilitas untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(57)

valid.. Memerhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,872 dan lebih besar dari nilai rtabel

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Konstrak Dukungan Informasi

, Hal ini menunjukkan bahwa kelima sub-variabel ini sudah realiabel sebagai alat ukur.

Variabel Konstrak Dukungan Informasi

Pernyataan Sub-Variabel n Corrected

item-Total correlation Hasil Uji 1. Buku sebagai sumber informasi 30 0.704 Valid

2. Saran untuk pap smear 30 0,678 Valid

3. Hadir dalam sosialisasi pap smear 30 0,679 Valid 4. Melihat TV dan Media masa 30 0,831 Valid 5. Keluarga menginformasikan pap

smear

30 0,608 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,872

(58)

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Konstrak Dukungan Emosional

Variabel Konstrak Dukungan Emosional

Pernyataan Sub-Variabel n

Corrected item-Total correlation

Hasil Uji 1. Dukungan suami mengikuti pap smear 30 0.448 Valid 2. Anjuran suami mengikuti kegiatan pap 30 0,643 Valid 3. Suami mengantar ke fasilitas kesehatan 30 0,431 Valid 4. Dukungan suami agar tidak takut pap smear 30 0,573 Valid 5. Suami mendengar keluhan istri tentang pap 30 0,501 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,747

Tabel 3.3 di bawah dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation (rhitung) lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya kelima sub-variabel yang digunakan untuk mengukur variabel konstrak dukungan instrument semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,803 dan lebih besar dari nilai rtabel

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Konstrak Dukungan Intrumental

, Hal ini menunjukkan bahwa kelima sub-variabel ini sudah realiabel sebagai alat ukur.

Variabel Konstrak Dukungan Instrumental Pernyataan Sub-Variabel n Corrected item-

Total correlation

Hasil Uji 1. Dukungan dana dari keluarga 30 0.652 Valid 2. Bebas untuk pap smear tanpa beban

RT

30 0,588 Valid

3. Dapat pinjaman dari keluarga 30 0,632 Valid 4. Nyaman melakukan pap smear 30 0,592 Valid 5. Keluarga memberikan fasilitas

transport

30 0,598 Valid

(59)

Tabel 3.4 di bawah dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation (rhitung) lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya kelima sub-variabel yang digunakan untuk mengukur variable konstrak dukungan aprisial semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,734 dan lebih besar dari nilai rtabel

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Konstrak Dukungan Apraisial

, Hal ini menunjukkan bahwa kelima sub-variabel ini sudah realiabel sebagai alat ukur.

Variabel Konstrak Dukungan Apraisial

Pernyataan Sub-Variabel n Corrected

item-Total correlation Hasil Uji

1. Penilaian keluarga 30 0.654 Valid

2. Keluarga mendukung untuk papsmear 30 0,386 Valid 3. Keluarga mendesak untuk pap smear 30 0,398 Valid 4. Persetujuan keluarga untuk pap smear 30 0,646 Valid 5. Motivasi keluarga untuk tidak takut 30 0,434 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,734

(60)

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Konstrak Sumber Informasi

Variabel Konstrak Sumber Informasi

Pernyataan Sub-Variabel n Corrected

item-Total correlation Hasil Uji 1. Tukar informasi dengan teman sebaya 30 0.541 Valid 2. Membahas dengan teman sebaya

tentang bahaya kanker seviks

30 0,565 Valid

3. Membahas dengan teman sebaya tentang manfaat pemeriksaan papsmear

30 0,462 Valid

4. Ajakan teman sebaya ikut seminar pap smear

30 0,430 Valid

5. Mendengar teman sebaya sudah pernah melakukan pemeriksaan pap smear

30 0,456 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,728

Tabel 3.6 di bawah dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation (rhitung) lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya kelima sub-variabel yang digunakan untuk mengukur variable konstrak media elektronik semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,846 dan lebih besar dari nilai rtabel

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Konstrak Media Elektronik

, Hal ini menunjukkan bahwa kelima sub-variabel ini sudah realiabel sebagai alat ukur.

Variabel Konstrak Media Elektronik

Pernyataan Sub-Variabel n Corrected item-Total correlation

Hasil Uji 1. Mendapat informasi dari TV tentang

bahaya kanker serviks

30 0.693 Valid

2. Mendapat informasi dari TV tentang pentingnya pencegahan kanker serviks

30 0,767 Valid

3. Ajakan dari Radio untuk deteksi dini kanker serviks

30 0,618 Valid

4. Melihat di TV orang yang selamat dari kanker serviks

(61)

Tabel 3.6. (Lanjutan) 5. Mencari informasi dari media elektronik

tentang kanker serviks dan pemeriksaan pap smear

30 0,733 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,846

Tabel 3.7 di bawah dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation (rhitung) lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya kelima sub-variabel yang digunakan untuk mengukur variable konstrak petugas kesehatan semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,803 dan lebih besar dari nilai rtabel

Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Konstrak Petugas Kesehatan

, Hal ini menunjukkan bahwa kelima sub-variabel ini sudah realiabel sebagai alat ukur.

Variabel Konstrak : Petugas Kesehatan Pernyataan Sub-Variabel n Corrected

item-Total correlation Hasil Uji 1. Mendengar informasi dari petugas

kesehatan tentang kanker serviks

30 0.511 Valid

2. Mendengar informasi dari petugas kesehatan tentang bahaya kanker serviks

30 0,459 Valid

3. Mendengar informasi dari petugas

kesehatan tentang manfaat kanker serviks

30 0,649 Valid

4. Ajakan dari petugas kesehatan untuk melakukan deteksi dini

30 0,741 Valid

5. Ajakan dari petugas kesehatan untuk melakukan deteksi dini

30 0,598 Valid

(62)

Tabel 3.8 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected item-Total correlation (rhitung) lebih besar dari nilai rtabel yang besarnya 0,361, artinya kelima sub-variabel yang digunakan untuk mengukur variable konstrak perilaku WUS dalam deteksi dini Kanker Serviks semuanya valid.. Memerhatikan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,894 dan lebih besar dari nilai rtabel

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Konstrak Perilaku WUS dalam Deteksi Dini Kanker Serviks

, Hal ini menunjukkan bahwa kelima sub-variabel ini sudah realiabel sebagai alat ukur.

Variabel Konstrak Perilaku WUS dalam Deteksi Dini Kanker Serviks

Pernyataan Sub-Variabel n Corrected

item-Total correlation Hasil Uji 1. Memperhatikan kesehatan alat

reproduksi

30 0.549 Valid

2. Frekuensi pemeriksaan pap smear 30 0,731 Valid 3. Segera melakukan pap smear 30 0,640 Valid 4. Jika ada gejala, pemeriksaan kemana ? 30 0,422 Valid 5. Saran dari petugas kesehatan, segera

dilaksanakan ?

30 0,867 Valid

6. Saran dari keluarga untuk melakukan deteksi dini, segera dilaksanakan ?

30 0,870 Valid

7. Memprioritaskan pemeriksaan pap smear dalam pemeriksaan kesehatan

30 0,769 Valid

Cronbach’s Alpha = 0,894

3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1. Variabel Independen

(63)

1. Dukungan emosional adalah upaya atau dorongan yang diberikan oleh keluarga dan yang melibatkan ungkapan rasa empati, kepedulian dan perhatian kepada wanita usia subur dalam perilaku deteksi dini kanker leher rahim (pap smear). 2. Dukungan instrumental (peralatan) adalah adanya upaya dari keluarga untuk

memberikan bantuan pengelolaan dana, waktu dan memfasilitasi wanita usia subur dalam perilaku deteksi dini kanker serviks (pap smear).

3. Dukungan informasi adalah pemberian nasehat, pengarahan dan keterangan lain yang diberikan oleh keluarga kepada wanita usia subur dalam perilaku deteksi dini kanker serviks (pap smear).

4. Dukungan penghargaan adalah adanya upaya dari keluarga untuk memberikan umpan balik berupa pujian, bimbingan dan perhatian kepada wanita usia subur dalam perilaku deteksi dini kanker serviks (pap smear).

Sumber Informasi adalah sumber atau asal responden memperoleh informasi tentang pap smear dan manfaatnya dalam upaya deteksi dini kanker serviks.

a. Teman adalah orang yang dikenal WUS dan memiliki hubungan baik dengan orang itu yang ikut memberikan informasi tentang deteksi dini kanker serviks (pap smear)

b. Media elektronik sumber informasi WUS tentang deteksi dini kanker serviks (pap smear) yang diperoleh dari TV, radio, internet.

(64)

kemudian memberikan informasi tentang deteksi dini kanker serviks (pap smear) pada wanita usia subur.

Perilaku adalah tindakan wanita usia subur dalam upaya melakukan deteksi dini kanker serviks (pemeriksaan pap smear).

3.5.2. Variabel Dependen

Deteksi dini adalah upaya yang dilakukan untuk menemukan secara dini tanda-tanda atau gejala kanker leher rahim (kanker serviks) yang terjadi pada wanita usia subur.

3.6. Metode Pengukuran

3.6.1. Pengukuran Variabel Independen a. Variabel Dukungan Keluarga

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala Likert untuk mengetahui nilai variabel dukungan keluarga dalam upaya deteksi dini kanker serviks (pap smear) sesuai dengan jumlah pertanyaan yang ada pada kuesioner. Responden diminta untuk mengisi pilihan jawaban (SS, S, TS, STS). Setiap butir pertanyaan dalam kuesioner tersebut akan diberi nilai sebagai berikut:

SS = Sangat setuju( nilai 4) S = Setuju (nilai 3)

TS = Tidak Setuju (nilai 2)

(65)

Pengukuran dukungan keluarga dilakukan dengan mengajukan 20 pertanyaan dan masing-masing pernyataan diberikan 4 pilihan jawaban dengan total skor sebesar 80.

Aspek pengukuran dari penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan yang ada di kuesioner yang disesuaikan dengan skor dan diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu:

a. Tingkat baik apabila nilai yang diperoleh > 60% (skor > 48) dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan

b. Tingkat kurang, apabila nilai yang diperoleh < 60% (skor < 48) dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan.

b. Variabel Sumber Informasi

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan skala Guttman untuk mengetahui nilai variabel sumber informasi terhadap perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks (pemeriksaan pap smear). Responden diminta untuk mengisi pilihan jawaban a dan b dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jawaban a diberikan skor 1 (satu) 2. Jawaban b diberikan skor 0 (nol)

Berdasarkan 15 pertanyaan yang diajukan maka total skor sebesar 30 untuk sumber informasi dan diklasifikasikan dalam 2 kategori yaitu:

(66)

b. Tingkat kurang, apabila nilai yang diperoleh < 60% (skor < 18) dari nilai tertinggi seluruh pertanyaan.

Pada penelitian ini, kuesioner terdiri dari 35 pertanyaan yang terdiri dari 5 pertanyaan mengenai dukungan keluarga dimensi emosional, 5 pertanyaan dukungan keluarga dimensi Instrumental, 5 pertanyaan dukungan keluarga informative, dan 5 pertanyaan dukungan keluarga appraisal, dan kemudian masing-masing 5 pertanyaan untuk sumber informasi: teman, media elektronik dan petugas kesehatan.

c. Pengukuran Variabel Dependen

Untuk pengukuran variable dependen atau variabel perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker servik (pemeriksaan pap smear) Kecamatan Medan Selayang, disusun 7 pertanyaan dengan nilai total 28. Jawaban a nilai 4, jawaban b nilai3, jawaban c nilai 2, jawaban d nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai yang ada, maka perilaku wanita usia subur dalam deteksi dini kanker serviks (pemeriksaan Pap smear) dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu:

- Baik, apabila jumlah nilai responden >60% ( skor > 16,8) - Kurang, apabila jumlah nilai responden <60% (skor < 16,8)

3.7. Metode Analisis Data 1. Analisis Univariat

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1  Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Konstrak Dukungan
Tabel 3.2
Tabel 3.4   Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Konstrak Dukungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka dari penelitian terdahulu yang telah dijabarkan, maka penulis akan membangun sistem pakar yang dapat mendiagnosa kelainan sistem ortopedi

1) Murabahah adalah akad jual beli antara lembaga keuangan dan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. Lembaga keuangan akan

One of the hardware guys suggested they &#34;put in a breakpoint just before the crash, and when the breakpoint hits, look around at what's happening.&#34; Apparently, he didn't

Komisi yang diberikan oleh perusahaan kepada anggota baik besaran maupun bentuknya harus berdasarkan pada prestasi kerja nyata yang terkait langsung dengan volume

PENGARUH DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP KANDUNGAN SERAT KASAR DAN PROTEIN KASAR RUMPUT GAJAH MINI.. (Pennisetumpupureum cv. Mott) PADA USIA PEMOTONGAN

Latar Belakang: Tahapan menopause bisa menimbulkan sekumpulan tanda dan gejala. Ini yang akan membuat sebagian perempuan mengalami gejala psikologis yang sering muncul

Media pembawa hama penyakit hewan karantina yang selanjutnya disebut media pembawa adalah hewan, bahan asal hewan, hasil bahan asal heu'an dan atau benda lain

Landasan dan Analisis Alternatif Pemilihan Laptop Terbaik Berdasarkan Elemen Kriteria Pada penelitian ini terdapat 7 (tujuh) kriteria yang mempengaruhi prioritas alternatif